Download docx - Lapkas CPD

Transcript
Page 1: Lapkas CPD

BAB I

STATUS PASIEN

IDENTITAS

Nama : Ny. DS

Usia : 27 tahun

No. RMK : 15.65.49

Alamat : Jl. Rumah susun Rt.06/10, Clincing

Agama : Islam

Masuk RS tanggal : 08 Februari 2012

Diagnosa Masuk : G1P0000

Dokter yang merawat : dr. H. Bambang Widjanarko, Sp.OG

ANAMNESIS

Keluhan Utama :

Os datang mengaku hamil 41 minggu, tidak merasa mulas

Keluhan Tambahan :

Tidak dirasakan mual dan muntah. Tidak ada pengeluaran pervaginam seperti lendir, darah,

dan keputihan.

Riwayat Haid :

Menarkhe : 14 tahun

Siklus Haid : 30 hari

Lama Haid : 7 hari, haid teratur, dan nyeri ketika haid

1

Page 2: Lapkas CPD

HPHT : Mey 2011

Riwayat Pernikahan :

Pernikahan pertama, sudah berlangsung dua tahun, masih menikah.

Riwayat Penyakit Terdahulu :

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat diabetes melitus disangkal

Riwayat asma disangkal

Riwayat operasi disangkal

Riwayat alergi makanan dan obat disangkal.

Riwayat Persalinan :

Anak pertama : Hamil ini

Riwayat Pengobatan :

Os menyangkal minum obat-obatan lain selain obat-obat hamil.

2

Page 3: Lapkas CPD

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda vital :

o Heart Rate : 90 x/menit, reguler, isi cukup, kuat angkat.

o Respiratory Rate : 22 x/menit

o Tekanan darah : 110/70 mmHg

o Suhu : 36,5°C

Berat Badan : 61 kg

Tinggi Badan : 132 cm

Kepala :

o Normocephal

o Mukosa bibir lembab

o Rambut bersih

o Mata :

Konjungtiva : tidak anemis

Sklera : tidak ikterik

Leher

o Inspeksi : Tidak tampak pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid.

o Palpasi : Tidak teraba masa dan nyeri tekan

Thorax

o Inspeksi : Perkembangan dada simetris, tidak terdapat retraksi

o Auskultasi :

Pulmo : Suara nafas vesikuler, tidak terdapat wheezing, dan rhonki.

Cor : BJ 1 dan 2 reguler. Tidak terdapat murmur dan gallop.

Abdomen

o Inspeksi : Buncit, membesar sesuai usia kehamilan. Terdapat linea nigra.

Tidak terdapat striae.

o Palpasi :

Leopold I : Teraba bulat lunak. TFU = 34 cm

Leoppold II : Teraba bagian keras memanjang di sebelah kiri. DJJ=

145x/menit, teratur

3

Page 4: Lapkas CPD

Leopold III : Teraba bulat keras.

Leopold IV : 5/5

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan dalam.

Tanda pubertas : Normal, sesuai dengan usia.

Ekstremitas : Simetris, tidak terdapat edema. RCT < 2 detik.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI

NORMAL

KETERANGAN

PEMBEKUAN

Masa Perdarahan

Masa Pembekuan

HEMATOLOGI

- DPL

o Hemoglobin

o Hematokrit

o Leukosit

o Trombosit

HEMATOLOGI

- Hemoglobin

2’00”

3’30”

11.2

33.9

7.200

296

10.3

Menit

Menit

g/dl

%

Sel/mm3

Ribu/mm3

g/dl

1 – 3

2 – 6

11.3 – 15.5

36.0 – 46.0

4.3 – 10.4

132 – 440

11.3 – 15.5 Post SC

DIAGNOSA KERJA

Ibu : G1P0000, 27 tahun, hamil 41 minggu, dengan CPD

Bayi : Janin tunggal, hidup intrauterin, presentasi kepala.

RENCANA

4

Page 5: Lapkas CPD

SC Elektif

PENGOBATAN / TINDAKAN

Observasi TTV, DJJ

CTG à DJJ : 145 x/menit, variable : 2-15, akselerasi (+), deselerasi (-)

Observasi denyut jantung janin

Pasien puasa.

Pemberian cairan Ringer Laktat IV 500cc.

Pasien operasi SC elektif pukul 16.00 WIB

LAPORAN PEMBEDAHAN

Tanggal : 8 Februari 2012. Pukul : 16.00

Dokter ahli bedah : dr. H. Bambang Widjanarko, Sp.OG

5

Page 6: Lapkas CPD

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendahuluan

Seksio sesarea di Amerika Serikat dilaporkan meningkat setiap tahunnya, Pada tahun 2002

terdapat 27,6 % seksio sesarea dari seluruh proses kelahiran. Dari angka tersebut, 19,1%

merupakan seksio sesarea primer. Laporan American College of Obstretician and

Gynaecologist (ACOG) menyatakan bahwa seksio sesarea primer terbanyak pada

primigravida dengan fetus tunggal, presentasi vertex, tanpa komplikasi. Indikasi primigravida

tersebut untuk seksio sesarea adalah presentasi bokong, preeklampsi, distosia, fetal distress,

dan elektif. Distosia merupakan indikasi terbanyak untuk seksio sesarea pada primigravida

sebesar 66,7%. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan penelitian Gregory dkk

pada 1985 dan 1994 masing-masing 49,7% dan 51,4% distosia menyebabkan seksio sesarea.

Distosia adalah persalinan yang abnormal atau sulit dan ditandai dengan terlalu lambatnya

kemajuan persalinan. Kelainan persalinan ini menurut ACOG dibagi menjadi 3 yaitu kelainan

kekuatan (power), kelainan janin (passenger), dan kelainan jalan lahir (passage). Panggul

sempit (pelvic contaction) merupakan salah satu kelainan jalan lahir yang akan menghambat

kemajuan persalinan karena ketidaksesuaian antara ukuran kepala janin dengan panggul ibu

yang biasa disebut dengan disproporsi sefalopelvik. Istilah disproporsi sefalopelvik muncul

pada masa dimana indikasi utama seksio sesarea adalah panggul sempit yang disebabkan oleh

rakhitis. Disproporsi sefalopelvik sejati seperti itu sekarang sudah jarang ditemukan,

umumnya disebabkan oleh janin yang besar.

2.2 Definisi

Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala

janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi

fetopelvik bukan hanya disebabkan oleh berat badan janin yang besar, kelainan lain seperti

6

Page 7: Lapkas CPD

kelainan putar paksi dalam (posisio oksipitalis posterior) , kelainan habitus (presentasi muka,

presentasi dahi) juga dapat menyebabkan hambatan kemajuan persalinan.

2.3 Ukuran Panggul

2.3.1 Pintu Atas Panggul

Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum 1, linea innominata,

serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak dari pinggir bawah simfisis ke

promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur dengan memasukkan jari

telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik ke seluruh permukaan anterior

sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan tulang. Dengan jari tetap menempel pada

promontorium, tangan di vagina diangkat sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan

jari telunjuk tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang ditandai

oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata diagonalis

Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang dihitung dengan

mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm. Konjugata

obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian tengah dalam

simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera dengan konjugata obstetrika

sedikit sekali.

2.3.2 Panggul Tengah (Pelvic Cavity)

Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran klinis panggul tengah tidak

dapat diperoleh secara langsung. Terdapat penyempitan setinggi spina isciadika, sehingga

bermakna penting pada distosia setelah kepala engagement. Jarak antara kedua spina ini yang

7

Page 8: Lapkas CPD

biasa disebut distansia interspinarum merupakan jarak panggul terkecil yaitu sebesar 10,5 cm.

Diameter anteroposterior setinggi spina isciadica berukuran 11,5 cm. Diameter sagital

posterior, jarak antara sacrum dengan garis diameter interspinarum berukuran 4,5 cm.

2.3.3 Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri dari dua segitiga dengan

dasar yang sama yaitu garis yang menghubungkan tuber isciadikum kiri dan kanan. Pintu

bawah panggul yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis adalah jarak antara kedua

tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum ke tengah-tengah

distensia tuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm), dan jarak antara pinggir bawah

simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm).

2.4 Panggul Sempit

Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan

persalinan. Distosia dapat disebabkan oleh kelainan pada servik, uterus, janin, tulang panggul

ibu atau obstruksi lain di jalan lahir. Kelainan ini oleh ACOG dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Kelainan kekuatan (power) yaitu kontraktilitas uterus dan upaya ekspulsif ibu.

a.Kelainan his : inersia uteri / kelemahan his

b.kekuatan mengejan yang kurang misalnya pada hernia atau sesak nafas.

2. Kelainan yang melibatkan janin (passenger), misalnya letak lintang, letak dahi,

hidrosefalus.

3. Kelainan jalan lahir (passage), misalnya panggul sempit, tumor yang mempersempit jalan

lahir.

Pola Kelainan Persalinan, Diagnostik, Kriteria dan Metode Penanganannya

Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Penanganan yang dianjurkan Penanganan Khusus

8

Page 9: Lapkas CPD

Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran pervaginam pada

janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena

pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan

pervaginam. Panggul sempit yang penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis

namun panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul.

Selain panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit

lainnya. Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:

1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele, panggul Robert,

split pelvis, panggul asimilasi.

2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma, fraktur,

atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.

3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis, spondilolistesis.

4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau

kelumpuhan satu kaki.

Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul dapat

menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi pada pintu atas panggul,

pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang menyempit seluruhnya

2.4.1 Penyempitan Panggul Atas

Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter anterioposterior terpendeknya

(konjugata vera) kurang dari 10 cm atau apabila diameter transversal terbesarnya kurang dari

12 cm. Diameter anteroposterior pintu atas panggul sering diperkirakan dengan mengukur

9

Page 10: Lapkas CPD

konjugata diagonal secara manual yang biasanya lebih panjang 1,5 cm. Dengan demikian,

penyempitan pintu atas panggul biasanya didefinisikan sebagai konjugata diagonal yang

kurang dari 11,5 cm. Mengert (1948) dan Kaltreider (1952) membuktikan bahwa kesulitan

persalinan meningkat pada diameter anteroposterior kurang dari 10 cm atau diameter

transversal kurang dari 12 cm. Distosia akan lebih berat pada kesempitan kedua diameter

dibandingkan sempit hanya pada salah satu diameter

Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat sulit bagi janin bila melewati

pintu atas panggul dengan diameter anteroposterior kurang dari 10 cm. Wanita dengan tubuh

kecil kemungkinan memiliki ukuran panggul yang kecil, namun juga memiliki kemungkinan

janin kecil. Dari penelitian Thoms pada 362 nullipara diperoleh rerata berat badan anak lebih

rendah (280 gram) pada wanita dengan panggul sempit dibandingkan wanita dengan panggul

sedang atau luas

Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga

gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara langsung menekan bagian selaput

ketuban yang menutupi serviks. Akibatnya ketuban dapat pecah pada pembukaan kecil dan

terdapat resiko prolapsus funikuli. Setelah selaput ketuban pecah, tidak terdapat tekanan

kepala terhadap serviks dan segmen bawah rahim sehingga kontraksi menjadi inefektif dan

pembukaan berjalan lambat atau tidak sama sekali. Jadi, pembukaan yang berlangsung

lambat dapat menjadi prognosa buruk pada wanita dengan pintu atas panggul sempit.

Pada nulipara normal aterm, bagian terbawah janin biasanya sudah masuk dalam rongga

panggul sebelum persalinan. Adanya penyempitan pintu atas panggul menyebabkan kepala

janin megapung bebas di atas pintu panggul sehingga dapat menyebabkan presentasi janin

berubah. Pada wanita dengan panggul sempit terdapat presentasi wajah dan bahu tiga kali

lebih sering dan prolaps tali pusat empat sampai enam kali lebih sering dibandingkan wanita

dengan panggul normal atau luas

2.4.2 Penyempitan Panggul Tengah

Dengan sacrum melengkung sempurna, dinding-dinding panggul tidak berkonvergensi,

foramen isciadikum cukup luas, dan spina isciadika tidak menonjol ke dalam, dapat

diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan menyebabkan rintangan bagi lewatnya kepala

janin. Penyempitan pintu tengah panggul lebih sering dibandingkan pintu atas panggul.Hal

10

Page 11: Lapkas CPD

ini menyebabkan terhentunya kepala janin pada bidang transversal sehingga perlu tindakan

forceps tengah atau seksio sesarea.

Penyempitan pintu tengah panggul belum dapat didefinisikan secara pasti seperti

penyempitan pada pintu atas panggul. Kemungkinan penyempitan pintu tengah panggul

apabila diameter interspinarum ditambah diameter sagitalis posterior panggul tangah adalah

13,5 cm atau kurang. Ukuran terpenting yang hanya dapat ditetapkan secara pasti dengan

pelvimetri roentgenologik ialah distansia interspinarum. Apabila ukuran ini kurang dari 9,5

cm, perlu diwaspadai kemungkinan kesukaran persalinan apalagi bila diikuti dengan ukuran

diameter sagitalis posterior pendek.

2.4.3 Penyempitan Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua segitiga dengan diameter

intertuberosum sebagai dasar keduanya. Penyempitan pintu bawah panggul terjadi bila

diameter distantia intertuberosum berjarak 8 cm atau kurang. Penyempitan pintu bawah

panggul biasanya disertai oleh penyempitan pintu tengah panggul.

Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu besar dalam menimbulkan

distosia berat. Hal ini berperan penting dalam menimbulkan robekan perineum. Hal ini

disebabkan arkus pubis yang sempit, kurang dari 900 sehingga oksiput tidak dapat keluar

tepat di bawah simfisis pubis, melainkan menuju ramus iskiopubik sehingga perineum

teregang dan mudah terjadi robekan

2.5 Perkiraan Kapasitas Panggul Sempit

Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan anamnesa. Misalnya

pada tuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis. Pada wanita dengan tinggi badan yang

kurang dari normal ada kemungkinan memiliki kapasitas panggul sempit, namun bukan

berarti seorang wanita dengan tinggi badan yang normal tidak dapat memiliki panggul

sempit. Dari anamnesa persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan kapasitas panggul.

Apabila pada persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat badan normal,

kemungkinan panggul sempit adalah kecil. Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan

salah satu cara untuk memperoleh keterangan tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri

11

Page 12: Lapkas CPD

dalama dengan tangan dapat diperoleh ukuran kasar pintu atas dan tengah panggul serta

memberi gambaran jelas pintu bawah panggul. Adapun pelvimetri luar tidak memiliki banyak

arti.

Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai tingkat ketelitian

yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat memberikan pengukuran yang

tepat dua diameter penting yang tidak mungkin didapatkan dengan pemeriksaan klinis yaitu

diameter transversal pintu atas dan diameter antar spina iskhiadika. Tetapi pemeriksaan ini

memiliki bahaya pajanan radiasi terutama bagi janin sehingga jarang dilakukan. Pelvimetri

dengan CT scan dapat mengurangi pajanan radiasi, tingkat keakuratan lebih baik

dibandingkan radiologis, lebih mudah, namun biayanya mahal. Selain itu juga dapat

dilakukan pemeriksaan dengan MRI dengan keuntungan antara lain tidak ada radiasi,

pengukuran panggul akurat, pencitraan janin yang lengkap. Pemeriksaan ini jarang dilakukan

karena biaya yang mahal. Dari pelvimetri dengan pencitraan dapat ditentukan jenis panggul,

ukuran pangul yang sebenarnya, luas bidang panggul, kapasitas panggul, serta daya

akomodasi yaitu volume dari bayi yang terbesar yang masih dapat dilahirkan spontan.

Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan pemeriksaan dengan

metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr. Pada metode Osborn, satu tangan menekan

kepala janin dari atas kearah rongga panggul dan tangan yang lain diletakkan pada kepala

untuk menentukan apakah kepala menonjol di atas simfisis atau tidak. Metode Muller Munro

Kerr dilakukan dengan satu tangan memegang kepala janin dan menekan kepala ke arah

rongga panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk ke vagina untuk menentukan

seberapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke vagina

memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan simfisis.

2.6 Janin Yang Besar

Normal berat neonatus pada umumnya 4000gram dan jarang ada yang melebihi 5000gram.

Berat badan neonatus lebih dari 4000gram dinamakan bayi besar. Frekuensi berat badan lahir

lebih dari 4000gram adalah 5,3%, dan berat badan lahir yang melihi 4500gram adalah 0,4%.

Biasanya untuk berat janin 4000-5000 gram pada panggul normal tidak terdapat kesulitan

dalam proses melahirkan. Factor keturunan memegang peranan penting sehingga dapat

terjadi bayi besar. Janin besar biasanya juga dapat dijumpai pada ibu yang mengalami

12

Page 13: Lapkas CPD

diabetes mellitus, postmaturitas, dan pada grande multipara. Selain itu, yang dapat

menyebabkan bayi besar adalah ibu hamil yang makan banyak, hal tersebut masih diragukan.

Untuk menentukan besarnya janin secara klinis bukanlah merupakan suatu hal yang mudah.

Kadang-kadang bayi besar baru dapat kita ketahui apabila selama proses melahirkan tidak

terdapat kemajuan sama sekali pada proses persalinan normal dan biasanya disertai oleh

keadaan his yang tidak kuat. Untuk kasus seperti ini sangat dibutuhkan pemeriksaan yang

teliti untuk mengetahui apakah terjadi sefalopelvik disproporsi. Selain itu, penggunaan alat

ultrasonic juga dapat mengukur secara teliti apabila terdapat bayi dengan tubuh besar dan

kepala besar.

Pada panggul normal, biasanya tidak menimbulkan terjadinya kesulitan dalam proses

melahirkan janin yang beratnya kurang dari 4500gram. Kesulitan dalam persalinan biasanya

terjadi karena kepala janin besar atau kepala keras yang biasanya terjadi pada postmaturitas

tidak dapat memasuki pntu atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga

panggul. Bahu yang lebar selain dapat ditemukan pada janin yang memiliki berat badan lebih

juga dapat dijumpai pada anensefalus. Janin dapat meninggal selama proses persalinan dapat

terjadi karena terjadinya asfiksia dikarenakan selama proses kelahiran kepala anak sudah

lahir, akan tetapi karena lebarnya bahu mengakibatkan terjadinya macet dalam melahirkan

bagian janin yang lain. Sedangkan penarikan kepala janin yang terlalu kuat ke bawah dapat

mengakibatkan terjadinya cedera pada nervus brakhialis dan muskulus

sternokleidomastoideus

3.7 Penanganan

3.7.1 Persalinan Percobaan

Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin dan panggul

dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan dengan selamat dapat

dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya

akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapar diketahui sebelum

persalinan.

Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa pada letak

sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya adalah umur

keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar sehingga sukar

13

Page 14: Lapkas CPD

terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi penyulit

persalinan percobaan.

Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu dapat diduga

sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar sedangkan dalam

melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral yang cukup luas,

kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah dengan hati-

hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan

pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu depan dimana

sebelumnya merupakan bahu belakang dan lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih

juga belum berhasil, penolong memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha

melahirkan janin dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri,

penolong menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke

diameter miring dari panggul untuk melahirkan bahu depan.

Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of labour. Trial of labour

serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour sebenarnya adalah fase

akhir dari trial of labour karena baru dimulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam

kemudian. Saat ini test of labour jarang digunakan karena biasanya pembukaan tidak lengkap

pada persalinan dengan pangul sempit dan terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini.

Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per vaginam atau dibantu

ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan dihentikan apabila

pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya, keadaan ibu atau anak kurang baik, ada

lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP

dalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan

seksio sesarea.

3.7.2 Seksio Sesarea

Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan aterm,

atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat dilakukan pada kesempitan

panggul ringan apabila ada komplikasi seperti primigravida tua dan kelainan letak janin yang

tak dapat diperbaiki.

14

Page 15: Lapkas CPD

Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena

persalinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas

mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi.

3.7.3 Simfisiotomi

Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis. Tindakan

ini sudah tidak dilakukan lagi

3.7.4 Kraniotomi dan Kleidotomi

Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila panggul

sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio sesarea.

15

Page 16: Lapkas CPD

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2005.

Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: BP-SP,

2008.

Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP, 2007.

Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.

Obstetri Fisiologi. Bandung: Elemen, 1983.

16