Download pdf - lapkas 1 hipertensi

Transcript
  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    1/35

    1

    LAPORAN KASUS

    HIPERTENSI

    DISUSUN OLEH : LITANY ALAMUDI

    DOSEN PEMBIMBING : Dr. ANNISA

    Fakultas Kedokteran dan Kesehatan

    Universitas Muhammadiyah Jakarta

    2013

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    2/35

    2

    BAB I

    KASUS

    Nama : Ny.Y

    Tanggal lahir : 23 maret 1961

    Usia : 51 tahun

    Jenis kelamin : perempuan

    Pekerjaan : Ibu Rumah tangga

    Agama : Islam

    Alamat : rawa bebek

    AUTOANAMNESIS

    Keluhan Utama :

    pusing dibelakang kepala sejak 6 hari yang lalu,pusing dirasa nyut nyutan,

    Keluhan Tambahan :

    Sering kencing pada malam hari -, sering haus -,sering makan -, Kesemutan pada

    kedua tangan dan kaki, Telapak kaki kanan dan kiri seperti tertusuk tusuk sejak 5

    tahun yang lalu,jika berjalan semakin terasa. lemas mendadak..

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    6 hari sebelum berobat ke pkm os mengaku sering sakit kepala bagian

    belakang dan kepala dirasakan nyut nyutan, keluhan terutama dirasakan saat os

    beraktifitas.

    Sejak 5 tahun yang lalu os juga mengaku menderita kesemutan pada

    telapak tangan dan kaki. Kedua kaki seperti tertusuk tusuk pada saat berjalan. Os

    merasa tidak nyaman dengan keluhannya. Penurunan berat badan disangkal oleh

    os.

    Os mengeluh badan terasa lemas,lemas dirasakan mendadakdan diseluruh

    badan,pingsan disangkal,os masih dapat berjalan.

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    3/35

    3

    Bab lancar,bab 2x sehari,tidak ada darah dan tidak cair,tidak sakit saat

    bab. Bak lancar,bak 2-3 xsehari,nokturia disangkal.

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    - Riwayat Hipertensi (+) 10

    tahun yg lalu,tidak terkontrol - Sejak 5 th yang lalu

    hiperuricemia

    Riwayat Penyakit Keluarga :

    - Ayah dan ibu os tidak mempunyai riwayat hipertensi.

    Riwayat Alergi : Alergi obat ,makanan , udara,debu disangkal

    Riwayat Pengobatan :

    Pasien sedang dalam pengobatan asam urat, os lupa nama obatnya,obat

    diminum 1 hr 2x. Pengobatan hipertensi tidak terkontrol.

    Riwayat Psikososial :

    Pasien makan teratur 3x/hari dengan memasak sendiri, pasien suka

    mengkonsumsi ikan asin, pasien tidak pernah kontrol tekanan darahnya.os suka

    mengkonsumsi kacang kacangan dan daun daunan. Kopi sering + 1 hr 2x. Teh

    disangkal.

    PEMERIKSAAN FISIK

    Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Compos mentis

    Status gizi :

    - BB : 60

    - TB : 160

    - IMT : overweight

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    4/35

    4

    Tanda vital :

    - TD : 170/100 mmHg

    - Suhu : 36,5C

    - Nadi : 84x/mnt

    - Nafas :22x/menit

    Status Generalis

    Kepala : Normocephal, rambut hitam distribusi merata +, lurus +, tidak

    rontok +, tidak ada lesi +

    Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek pupil terhadap

    cahaya (+/+),pupil bulat isokor (+/+).

    Hidung : Septum deviasi (-), epistaksis (-/-), nyeri tekan (-), sianosis (-

    ),cuping hidung (-).

    Mulut : bibir kering (-), faring hiperemis (-), tonsil T1/T1, lidah kotor (-

    ),lidah tremor (-).

    Telinga : Normotia, nyeri tekan tragus(-/-),nyeri tarik (-),sekret(+/+)minimal,cavum timpani intak (+/+)

    Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran thyroid (-),jvp 5-2cm h2o

    Thorax

    Jantung

    - I : Tidak tampak ictus cordis

    - P : Teraba ictus cordis di ICS V linea mid clavicula sinistra

    - P : Batas jantung kanan relatif di linea parasternal dextra ICS V, batas

    jantung kiri relatif di linea midclavicula sinistra ICS V

    - A: Bunyi jantung I dan II murni reguler, murmur (-), gallop (-)

    Paru

    - I : Bentuk dan gerak simetris, retraksi sela iga (-)

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    5/35

    5

    - P : Vocal fremitus sama pada kedua lapang paru, nyeri tekan (-/-).

    - P : Sonor di kedua lapang paru. batas paru hepar ics 5 midclavicularis

    dextra,paru lambung ics 7 axillaris anterior sinis tra.

    - A : Vesikular di kedua lapang paru, ronchi (-/-), wheezing (-/-)

    Abdomen

    - I : Abdomen datar

    - P : Nyeri tekan epigastrium (-), nyeri tekan iliaca dextra (-),turgor baik,

    hepatomegali (-), splenomegali (-), asites(-). Nyeri tekan 4 kuadran

    abdomen (-)

    - P : Timpani pada ke-empat kuadran abdomen

    - A : Bising usus (+) normal

    Ekstremitas:

    - Superior : Akral hangat,

    CRT < 2 detik

    edema (-)

    sianosis (-)sensoris baik, motorik 5/5

    - Inferior : Akral hangat

    RCT < 2 detik

    edema (-)

    sianosis (-)

    sensoris baik, motorik 5/5

    RESUME :

    6 hari sebelum masuk RS os mengaku sering sakit kepala bagian

    belakang, keluhan terutama dirasakan saat os beraktifitas, os juga mengaku

    menderita kesemutan sejak 5 tahun yang lalu pada telapak tangan dan kaki. Kedua

    kaki seperti tertusuk tusuk pada saat berjalan.. Pada saat bangun tidur os

    merasakan kaku pada jari jari kedua tangan. Os mengeluh badan terasa

    lemas,lemas dirasakan mendadak,os masih dapat berjalan.

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    6/35

    6

    PF : Tekanan Darah 170/110 mm Hg

    Pemeriksaan Penunjang :

    1. Pemeriksaan Laboratorium :

    Nilai rujukan

    Trigliserida = 137 mg/dl < 150

    Kolesterol Total = 385 mg/dl < 200

    HDL = 45 mg/dl 49 - 74

    LDL = 161 mg/dl < 100

    Hb = 13,6 g/dl 11,715

    Leukosit = 5,16 ribu/ L 3,60 -11

    Trombosit = 265 ribu/L 150 - 400

    Hematokrit = 42 % 35 - 47

    GDS = 112 mg/dl 70 - 200

    SGOT = 22 U/L 10 - 31

    SGPT = 25 U/L 9 - 36

    Ureum darah = 43 mg/dl 10 - 50

    Kreatinin darah = 0,7 mg/dl < 1,4

    2. Rontgen thorax :

    Jantung tidak membesar (CTR 55%), Aorta baik.

    Trakea di tengah, Kedua mediastinum superior tidak melebar.

    Kedua hilus tampak baik dengan corakan brochovaskular yang masih

    terlihat baik.

    Tidak tampak infiltrat/fibrosis/kalsifikasi/nodul di kedua lapang paru.

    Kedua sinus kostofrenikus dan diafragma baik

    Tulang-tulang intak. Jaringan Lunak baik

    *Kesan : Tidak tampak kelainan radiologis pada cor dan pulmo

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    7/35

    7

    DAFTAR MASALAH :

    1. Hipertensi derajat 22. Dislipidemia

    ASSESSMENT :

    1. Hipertensi derajat 2Sakit kepala bagian belakang dan kepala pusing selama 6 hari, suka

    mengkonsumsi ikan asin 3 kali seminggu, dan suka makanan yang asin, dan tekanan

    darah os adalah 170/110 mmHg.

    Rencana pemeriksaan penunjang lain :

    - Pemeriksaan mata (funduskopi)

    WD : Hipertensi derajat 2

    DD : hipertensi sekunder.

    Rencana terapi :

    Terapi Non Farmakologis :

    a. Mengurangi asupan garam,dll

    b. Meningkatkan aktifitas fisik, seperti olahraga selama 30 menit pada pagi hari

    dengan jogging,aerobik,berenang.

    c. Menurunkan berat badan dengan diet.

    Terapi Farmakologis :

    a. Golongan ACE Inhibitor (Captopril 25 mg 3 x 1)

    b. Golongan CCB (Amlodipine 2,5 mg 1x 1)

    c. Vit. B1, B6, B12

    Edukasi ke pasien :

    a. Beritahu pasien bahwa hipertensi adalah penyakit yang tidak bisa sembuh dan

    harus dikontrol, maka dari itu pasien harus sering kontrol tekanan darahnya ke

    dokter dan harus teratur minum obat anti hipertensi.

    b. Selalu olah raga teratur untuk mengurangi resiko dari komplikasi hipertensi

    pasien.

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    8/35

    8

    c. Kurangi makanan berlemak.

    2. DislipidemiaHasil Lab :

    o Kolesterol Total = 385 mg/dl

    o HDL = 45 mg/dl

    o LDL = 161 mg/dl

    Rencana terapi

    Terapi Farmakologis :

    a. Golongan HMGcoA reductase inhibitor (Simvastatin 10 mg 1 x1)

    Terapi Non Farmakologis :

    a. Diit rendah lemak (kurangi kulit ayam,gorengan,dll)

    b. Olahraga teratur

    Tinjauan Pustaka

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    9/35

    9

    HIPERTENSI

    A. DEFINISI

    Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang melebihi tekanan darah normal

    yaitu lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg (Ilmu Penyakit Dalam II, 2011).

    Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

    tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Kaplan N.M , 2006).

    Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

    sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi

    lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan

    diastolik 90 mmHg (Sheps, 2005).

    B. EPIDEMIOLOGI

    Di negara berkembang, sekitar 80 persen penduduk negara mengidap

    hipertensi. Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab kematian sekitar 7,1 juta orang

    di seluruh dunia atau sekitar 13 % dari total kematian. The American HeartAssociation memperkirakan tekanan darah tinggi mempengaruhi sekitar satu dari tiga

    orang dewasa di Amerika Serikat yang berjumlah 73 juta orang. Tekanan darah

    tinggi juga diperkirakan mempengaruhi sekitar dua juta remaja Amerika dan anak-

    anak. Hipertensi jelas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Dalam

    suatu data statistika di Amerika serikat pada populasi penderita dengan risiko

    hipertensi dan penyakit jantung koroner, lebih banyak dialami oleh pria daripada

    wanita saat masih muda tetapi pada umur 45 sampai 54 tahun, prevalensi hipertensi

    menjadi lebih meningkat pada wanita. Secara keseluruhan pada penderita wanita

    prevalensi hipertensi akan meningkat seiring dengan meningkatnya usia, hanya

    sekitar 3% sampai 4 % wanita pada umur 35 tahun yang menderita hipertensi,

    sementara >75% wanita menderita hipertensi pada umur 75 tahun. Di Indonesia

    terdapat beban ganda dari prevalensi penyakit hipertensi dan penyakit kardiovaskuler

    lainnya dengan penyakit infeksi dan malnutrisi. Prevalensi hipertensi yang tertinggi

    adalah pada wanita (25%) dan pria (24%). Rata-rata tekanan darah sistole 127,33

    mmHg pada pria indonesia dan 124,13 mmHg pada wanita indonesia. Tekanan

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    10/35

    10

    diastole 78,10 mmHg pada pria dan 78,56 mmHg pada wanita. Penelitian lain

    menyebutkan bahwa penyakit hipertensi terus mengalami kenaikan insiden dan

    prevalensi, berkaitan erat dengan perubahan pola makan, penurunan aktivitas fisik,

    kenaikan kejadian stres dan lain-lain.

    Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi

    gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit

    jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini

    telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia

    maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia

    lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan

    bertambah. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara

    berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan

    menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka

    penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Armilawati et al,

    2007). Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan

    menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh

    pelayanan kesehatan. Baik dari segi case finding maupun penatalaksanaanpengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita

    hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai

    dengan 15%, tetapi angka prevalensi yang rendah terdapat di Ungaran, Jawa Tengah

    sebesar 1,8% dan Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar 0,6%

    sedangkan angka prevalensi tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8% (Wade, 2003).

    C. Klasifikasi Hipertensi

    Berdasarkan Nilai Tekanan Darah

    Pada tahun 2004, The Joint National Commitee of Prevention, Detection,

    Evaluation and Treatment of The Blood Pressure (JNC-7) mengeluarkan batasan baru

    untuk klasifikasi tekanan darah,

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    11/35

    11

    stroke dengan demikian baik dokter maupun penderita dapat mengantisipasi kondisi

    ini lebih awal, hingga tidak berkembang menjadi kondisi yang lebih parah. Individu

    dengan prehipertensi tidak memerlukan medikasi, tapi dianjurkan untuk melakukan

    modifikasi hidup sehat yang penting mencegah peningkatan tekanan darahnya.

    Modifikasi pola hidup sehat adalah penurunan berat badan, diet, olahraga, mengurangi

    asupan garam, berhenti merokok dan membatasi minum alkohol

    Hipertensi berdasarkan etiologi / penyebabnya dibagi menjadi 2 :

    A. Hipertensi Primer atau Esensial

    Hipertensi primer atau yang disebut juga hipertensi esensial atau idiopatik adalah hipertensi

    yang tidak diketahui etiologinya/penyebabnya. Paling sedikit 90% dari semua penyakit

    hipertensi dinamakan hipertensi primer.

    Sebab-sebab yang mendasari hipertensi esensial masih belum diketahui. Namun sebagian

    besar disebabkan oleh ketidaknormalan tertentu pada arteri. Yakni mereka memiliki resistensi

    yang semakin tinggi (kekakuan atau kekurangan elastisitas) pada arteri-arteri yang kecil yang

    paling jauh dari jantung (arteri periferal atau arterioles), hal ini seringkali berkaitan dengan

    faktor-faktor genetik, obesitas, kurang olahraga, asupan garam berlebih, bertambahnya usia,

    dll. Secara umum faktor-faktor tersebut antara lain:

    1) Factor Genetika (Riwayat keluarga)

    Hipertensi merupakan suatu kondisi yang bersifat menurun dalam suatu keluarga. Anak

    dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk menderita

    hipertensi daripada anak dengan orang tua yang tekanan darahnya normal (Kumar dan Clark,

    2004).

    2) Ras

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    12/35

    12

    Orang-orang afro yang hidup di masyarakat barat mengalami hipertensi secara merata yang

    lebih tinggi daripada orang berkulit putih. Hal ini kemungkinan disebabkan karena tubuh

    mereka mengolah garam secara berbeda

    3) Usia

    Hipertensi lebih umum terjadi berkaitan dengan usia, Khususnya pada masyarakat yang

    banyak mengkonsumsi garam. Wanita premenopause cenderung memiliki tekanan darah

    yang lebih tinggi daripada pria pada usia yang sama, meskipun perbedaan diantara jenis

    kelamin kurang tampak setelah usia 50 tahun. Penyebabnya, sebelum menopause, wanita

    relatif terlindungi dari penyakit jantung oleh hormon estrogen. Kadar estrogen menurun

    setelah menopause dan wanita mulai menyamai pria dalam hal penyakit jantung.

    4) Jenis kelamin

    Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita. Hipertensi

    berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada pria

    seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan), depresi dan

    rendahnya status pekerjaan Sedangkan pada wanita lebih berhubungan dengan pekerjaan

    yang mempengaruhi faktor psikis kuat

    5) Stress psikis

    Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi meningkatnya

    tekanan darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah

    menjadi tetap tinggi. Secara fisiologis apabila seseorang stress maka kelenjer pituitary otak

    akan menstimulus kelenjer endokrin untuk mengahasilkan hormon adrenalin dan

    hidrokortison ke dalam darah sebagai bagian homeostasis tubuh. Penelitian di AS

    menemukan enam penyebab utama kematian karena stress adalah PJK, kanker, paru-paru,

    kecelakan, pengerasan hati dan bunuh diri

    6) Obesitas

    Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untuk memompa darah agar

    dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh tersebut. Berat badan yang berlebihan

    menyebabkan bertambahnya volume darah dan perluasan sistem sirkulasi. Bila bobot ekstra

    dihilangkan, TD dapat turun lebih kurang 0,7/1,5 mmHg setiap kg penurunan berat badan.

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    13/35

    13

    Mereduksi berat badan hingga 5-10% dari bobot total tubuh dapat menurunkan resiko

    kardiovaskular secara signifikan

    7) Asupan garam Na

    Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah bertambah dan menyebabkan

    daya tahan pembuluh meningkat. Juga memperkuat efek vasokonstriksi noradrenalin. Secara

    statistika, ternyata bahwa pada kelompok penduduk yang mengkonsumsi terlalu banyak

    garam terdapat lebih banyak hipertensi daripada orang-orang yang memakan hanya sedikit

    garam

    8) Rokok

    Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal ini karena nikotin

    terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru-paru dan disebarkan keseluruh aliran

    darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi nikotin untuk sampai ke otak. Otak bereaksi

    terhadap nikotin dengan memberikan sinyal kepada kelenjer adrenal untuk melepaskan

    efinephrine (adrenalin). Hormon yang sangat kuat ini menyempitkan pembuluh darah,

    sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih keras dibawah tekanan yang lebih tinggi

    9) Konsumsi alkohol

    Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan semakin banyak

    alkohol yang di minum semakin tinggi tekanan darah. Tapi pada orang yang tidak meminum

    minuman keras memiliki tekanan darah yang agak lebih tinggi daripada yang meminum

    dengan jumlah yang sedikit.

    B. Hipertensi Sekunder

    Hipertensi sekunder memiliki patogenesis yang spesifik. Hipertensi sekunder dapat terjadi

    pada individu dengan usia sangat muda tanpa disertai riwayat hipertensi dalam keluarga.

    Individu dengan hipertensi pertama kali pada usia di atas 50 tahun atau yang sebelumnya

    diterapi tapi mengalami refrakter terhadap terapi yang diberikan mungkin mengalami

    hipertensi sekunder. Penyebab hipertensi sekunder antara lain penggunaan estrogen, penyakit

    ginjal, hipertensi vaskuler ginjal, hiperaldosteronisme primer dan sindroma chusing

    feokromsitoma, koarktasio aorta, kehamilan, serta penggunaan obat-obatan. (Ilmu Penyakit

    Dalam II, 2011).

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    14/35

    14

    Hipertensi sekunder adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain hipertensi

    esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut + 10% dari kasus-kasus

    hipertensi. (Sheps, 2005).

    Krisis Hipertensi

    Krisis hipertensi didefinisikan sebagai kondisi peningkatan tekanan darah yang disertai

    kerusakan atau yang mengancam kerusakan terget organ dan memerlukan penanganan segera

    untuk mencegah kerusakan atau keparahan target organ (Soemantri dan Nugroho, 2006).

    The Fifth Report of the Joint National Comitte on Detection, Evaluation and Treatment of

    High Blood Pressure (JNC-7, 2004) membagi krisis hipertensi ini menjadi 2 golongan yaitu :

    Hipertensi emergensi (darurat) dan Hipertensi urgensi (mendesak). Kedua hipertensi ini

    ditandai nilai tekanan darah yang tinggi, yaitu 180 mmHg/120 mmHg dan ada atau tidaknya

    kerusakan target organ pada hipertensi (Saseen dan Carter, 2005).

    Membedakan kedua golongan krisis hipertensi bukanlah dari tingginya TD, tapi dari

    kerusakan organ sasaran. Kenaikan TD yang sangat pada seorang penderita dianggap sebagai

    suatu keadaan emergensi bila terjadi kerusakan secara cepat dan progresif dari sistem syaraf

    sentral, miokardinal, dan ginjal. Hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi perlu dibedakan

    karena cara penanggulangan keduanya berbeda (Majid, 2004).

    1. Hipertensi emergensi (darurat)Ditandai dengan TD Diastolik >120 mmHg, disertai kerusakan berat dari organ sasaran yag

    disebabkan oleh satu atau lebih penyakit/kondisi akut. Keterlambatan pengobatan akan

    menyebabkan timbulnya sequele atau kematian. TD harus diturunkan sampai batas tertentu

    dalam satu sampai beberapa jam. Penderita perlu dirawat di ruangan intensive care unitatau

    (ICU) (Majid, 2004).

    Penanggulangan hipertensi emergensi :

    Pada umumnya kondisi ini memerlukan terapi obat antihipertensi parenteral. Tujuan terapi

    hipertensi darurat bukanlah menurunkan tekanan darah 140/90 mmHg, tetapi menurunkan

    tekanan arteri rerata (MAP) sebanyak 25 % dalam kurun waktu kurang dari 1 jam. Apabila

    tekanan darah sudah stabil, tekanan darah dapat diturunkan sampai 160 mmHg/100-110

    mmHg dalam waktu 2-6 jam kemudian. Selanjutnya tekanan darah dapat diturunkan sampai

    tekanan

    2. Hipertensi urgensi (mendesak)

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    15/35

    15

    Hipertensi mendesak ditandai dengan TD diastolik >120 mmHg dan dengan tanpa

    kerusakan/komplikasi minimum dari organ sasaran. TD harus diturunkan secara bertahap

    dalam 24 jam sampai batas yang aman memerlukan terapi oral hipertensi.

    Penderita dengan hipertensi urgensi tidak memerlukan rawat inap di rumah sakit. Sebaiknya

    penderita ditempatkan diruangan yang tenang, tidak terang dan TD diukur kembali dalam 30

    menit. Bila tekanan darah tetap masih sangat meningkat, maka dapat dimulai pengobatan.

    Umumnya digunakan obat-obat oral antihipertensi dalam menggulangi hipertensi urgensi ini

    dan hasilnya cukup memuaskan (Majid, 2004).

    Penanggulangan hipertensi urgensi :

    Pada umumnya, penatalaksanaan hipertensi mendesak dilakukan dengan menggunakan atau

    menambahkan antihipertensi lain atau meningkatkan dosis antihipertensi yang digunakan,

    dimana hal ini akan menyebabkan penurunan tekanan darah secara bertahap. Penurunan

    tekanan darah yang sangat cepat menuju tekanan darah sasaran (140/90 mmHg atau 130/80

    mmHg pada penderita diabetes dan gagal ginjal kronik) harus dihindari. Hal ini disebabkan

    autoregulasi aliran darah pada penderita hipertensi kronik terjadi pada tekanan yang lebih

    tinggi pada orang dengan tekanan darah normal, sehingga penurunan tekanan darah yang

    sangat cepat dapat menyebabkan terjadinya cerebrovaskular accident, infark miokard dan

    gagal ginjal akut (Saseen dan Carter, 2005).

    D. Patomekanisme

    Hipertensi adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara faktor-

    faktor resiko. Faktor-faktor resiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah

    tersebut adalah :

    1.Faktor resiko, seperti diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok,

    genetis.

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    16/35

    16

    http://physicianjobster.com/wp-content/uploads/2009/11/Renal-Sodium-Retention-

    Compensatory-Mechanism-Diagram-in-Essensial-Hypertension.jpg

    http://physicianjobster.com/wp-content/uploads/2009/11/Renal-Sodium-Retention-Compensatory-Mechanism-Diagram-in-Essensial-Hypertension.jpghttp://physicianjobster.com/wp-content/uploads/2009/11/Renal-Sodium-Retention-Compensatory-Mechanism-Diagram-in-Essensial-Hypertension.jpghttp://physicianjobster.com/wp-content/uploads/2009/11/Renal-Sodium-Retention-Compensatory-Mechanism-Diagram-in-Essensial-Hypertension.jpghttp://physicianjobster.com/wp-content/uploads/2009/11/Renal-Sodium-Retention-Compensatory-Mechanism-Diagram-in-Essensial-Hypertension.jpg
  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    17/35

    17

    Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari

    angiotensin Ioleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis

    penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh

    ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin

    I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam

    menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi

    hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari)

    dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya

    ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi

    pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan

    ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah

    meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

    Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron

    merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur

    volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara

    mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali

    dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan

    meningkatkan volume dan tekanan darah. Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan

    multifaktorial dan sangat komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah

    terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume

    sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah

    dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa faktor

    meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stress dapat berinteraksi untuk

    memunculkan gejala hipertensi. Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari

    hipertensi yang kadangkadang muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode

    asimtomatik yang lama, hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi dengan

    komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan

    susunan saraf pusat.

    Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun

    (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur

    20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-

    50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun(Menurut

    Sharma S et al, 2008 dalam Anggreini AD et al, 2009).

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    18/35

    18

    2. Sistem saraf simpatis

    - Tonus simpatis

    - Variasi durnal

    3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi : endotel

    pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan

    interstitium juga memberikan konstribusi akhir

    4. Pengaruh system otokrin setempat yang berpengaruh pada system rennin,

    angiotensin, dan aldosteron. (Sudoyo, 2009)

    a. Renin

    Renin adalah suatu hormone yang dikeluarkan oleh ginjal sebagai respons

    terhadap penurunan tekanan darah atau penurunan konsentrasi natrium plasma.

    Sel-sel yang membentuk dan mengeluarkan rennin, dan mengontrol

    pelepasannya, adalah sekelompok sel nefron yang disebut apparatus

    jukstaglomerulus (JG). Kelompok sel ini mencakup sel-sel otot polos

    mensintesis rennin dan berfungsi sebagai baroreseptor untuk memantau tekanan

    darah. Sel-sel macula densa adalah bagian dari pars asendens nefron. Sel-sel ini

    memantau konsentrasi natrium plasma. Sel-sel macula densa dan sel-sel arteri

    aferen terletak berdekatan satu sama lain di titik di mana pars asenden tubulus

    distalis hampir menyentuh glomerulus.

    Apabila tekanan darah turun, maka sel-sel otot polos meningkatkan

    pelepasan reninnya. Apabila tekanan darah naik, maka sel-sel otot polos

    mengurangi pelepasan reninnya. Apabila kadar natrium plasma berkurang, maka

    sel-sel macula densa member sinyal kepada sel-sel penghasil rennin untuk

    meningkatkan aktivitas mereka. Apabila kadar natrium plasma meningkat, maka

    sel-sel macula densa member sinyal kepada sel-sel otot polos untuk menurunkan

    pelepasan rennin.

    Saraf simpatis juga merangsang apparatus JG untuk mengeluarkan

    rennin. Dengan demikian, penurunan tekanan darah menyebabkan peningkatan

    rennin baik secara langsung, melalui baroreseptor JG, dan tidak langsung

    melalui saraf simpatis.

    Setelah dikeluarkan, rennin beredar dalam darah dan bekerja dengan

    mengkatalisis penguraian suatu protein kecil yaitu angiotensinogen, menjadi

    angiotensin I suatu protein yang terdiri dari 10 asam amino. Angiotensinogen

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    19/35

    19

    dihasilkan oleh hati dan konsentrasinya di dalam darah tinggi. Dengan

    demikian, pelepasan rennin adalah langkah penentu kecepatan reaksi. Perubahan

    angiotensin menjadi angiotensin I berlangsung di seluruh plasma, tetapi

    terutama di kapiler-kapiler paru. Angiotensin I secara cepat bereaksi dengan

    enzim lain yang sudah ada di dalam darah, enzim pengubah angiotensin

    (angiotensin-converting enzyme, ACE). ACE menguraikan angiotensin I

    menjadi angiotensin II sebuah peptide dan asam amino

    b. Angiotensin II

    Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang bekerja pada seluruh system

    vascular untuk meningkatkan kontraksi otot polos sehingga terjadi penurunan

    garis tengah pembuluh dan peningkatan resistensi perifer total (TPR).

    Peningkatan TPR secara langsung meningkatkan tekanan darah sistemik.

    Angiotensin II juga merupakan suatu hormone kuat yang beredar dalam darah ke

    kelenjar adrenal, menyebabkan sintesis hormone mineralkortikoid, aldosteron.

    c. Aldosteron

    Aldosteron beredar dalam darah dan berikatan dengan sel-sel duktus

    pengumpul di korteks ginjal. Pengikatan dengan aldosteron menyebabkan

    peningkatan reabsorpsi natrium dari filtrate urin dan menyebabkan natrium

    masuk kembali ke kapiler peritubulus. Peningkatan reabsorbsi air sehingga

    volume plasma meningkat. Peningkatan volume plasma akan meningkatkan

    aliran balik vena ke jantung sehingga volume sekuncup dan curah jantung

    meningkat. Peningkatan curah jantung, seperti peningkatan TPR, secara langsung

    meningkatkan tekanan darah sistemik.

    Rangsangan lain untuk pelepasan aldosteron, selain angiotensin II,

    adalah kadar kalium plasma yang tinggi dan suatu hormone hipofisis anterior,

    hormone adrenokortikotropik (ACTH). Selain mempengaruhi reabsorpsi natrium,

    aldosteron juga merangsang sekresi (dan dengan demikian ekskresi) kalium dari

    duktus pengumpul di korteks ginjal ke dalam filtrate urin.

    Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam

    pengendalian tekanan darah yang mempengaruhi rumus dasar :

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    20/35

    20

    Tekanan Darah = Curah Jantung x Tahanan Perifer. (Sudoyo, 2009).

    Mekanisme patofisiologi yang berhubungan dengan peningkatan hipertensi

    esensial antara lain :

    1). Curah jantung dan tahanan perifer

    Keseimbangan curah jantung dan tahanan perifer sangat berpengaruh

    terhadap kenormalan tekanan darah. Pada sebagian besar kasus hipertensi esensial

    curah jantung biasanya normal tetapi tahanan perifernya meningkat. Tekanan

    darah ditentukan oleh konsentrasi sel otot halus yang terdapat pada arteriol kecil.

    Peningkatan konsentrasi sel otot halus akan berpengaruh pada peningkatan

    konsentrasi kalsium intraseluler. Peningkatan konsentrasi otot halus ini semakinlama akan mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol yang mungkin

    dimediasi oleh angiotensin yang menjadi awal meningkatnya tahanan perifer

    yang irreversible (Kummar, et al. 2005).

    2) Sistem Renin-Angiotensin

    http://images.wikia.com/psychology/images/a/a2/Renin-angiotensin-aldosterone_system.png

    Ginjal mengontrol tekanan darah melalui pengaturan volume cairan ekstraseluler dan sekresi

    renin. Sistem Renin-Angiotensin merupakan sistem endokrin yang penting dalam

    pengontrolan tekanan darah. Renin disekresi oleh juxtaglomerulus aparantus ginjal sebagai

    responglomerulus underperfusion atau penurunan asupan garam, ataupun respon dari sistem

    saraf simpatetik .

    http://images.wikia.com/psychology/images/a/a2/Renin-angiotensin-aldosterone_system.pnghttp://images.wikia.com/psychology/images/a/a2/Renin-angiotensin-aldosterone_system.png
  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    21/35

    21

    Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin

    I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peranan fisiologis penting

    dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi hati,

    yang oleh hormon renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I

    (dekapeptida yang tidak aktif). Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah

    menjadi angiotensin II (oktapeptida yang sangat aktif). Angiotensin II berpotensi besar

    meningkatkan tekanan darah karena bersifat sebagai vasoconstrictormelalui dua jalur, yaitu:

    a. Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di

    hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan

    volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar

    tubuh (antidiuresis) sehingga urin menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk

    mengencerkan, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan

    dari bagian instraseluler. Akibatnya volume darah meningkat sehingga meningkatkan tekanan

    darah.

    b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon

    steroid yang berperan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,

    aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari

    tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara

    meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume

    dan tekanan darah.

    3) Sistem Saraf Otonom

    Sirkulasi sistem saraf simpatetik dapat menyebabkan vasokonstriksi dan dilatasi

    arteriol. Sistem saraf otonom ini mempunyai peran yang penting dalampempertahankan tekanan darah. Hipertensi dapat terjadi karena interaksi antara

    sistem saraf otonom dan sistem renin-angiotensin bersamasama dengan faktor

    lain termasuk natrium, volume sirkulasi, dan beberapa hormon.

    4) Disfungsi Endotelium

    Pembuluh darah sel endotel mempunyai peran yang penting dalam pengontrolan

    pembuluh darah jantung dengan memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu

    molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    22/35

    22

    terjadi pada kasus hipertensi primer. Secara klinis pengobatan dengan

    antihipertensi menunjukkan perbaikan gangguan produksi dari oksida nitrit.

    Banyak sistem vasoaktif yang mempengaruhi transpor natrium dalam

    mempertahankan tekanan darah dalam keadaan normal. Bradikinin merupakan

    vasodilator yang potensial, begitu juga endothelin. Endothelin dapat

    meningkatkan sensitifitas garam pada tekanan darah serta mengaktifkan sistem

    renin-angiotensin lokal. Arterial natriuretic peptide merupakan hormon yang

    diproduksi di atrium jantung dalam merespon peningkatan volume darah. Hal ini

    dapat meningkatkan ekskresi garam dan air dari ginjal yang akhirnya dapat

    meningkatkan retensi cairan dan hipertensi .

    5) Hiperkoagulasi

    Pasien dengan hipertensi memperlihatkan ketidaknormalan dari dinding

    pembuluh darah (disfungsi endotelium atau kerusakan sel endotelium),

    ketidaknormalan faktor homeostasis, platelet, dan fibrinolisis. Diduga hipertensi

    dapat menyebabkan protombotik dan hiperkoagulasi yang semakin lama akan

    semakin parah dan merusak organ target. Beberapa keadaan dapat dicegah

    dengan pemberian obat anti-hipertensi .

    6) Disfungsi diastolik

    Hipertrofi ventrikel kiri menyebabkan ventrikel tidak dapat beristirahat ketika

    terjadi tekanan diastolik. Hal ini untuk memenuhi peningkatan kebutuhan input

    ventrikel, terutama pada saat olahraga terjadi peningkatan tekanan atrium kiri

    melebihi normal, dan penurunan tekanan ventrikel.

    E. Tanda dan Gejala

    Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai

    bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan

    manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah

    bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia

    (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea

    darah (BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan

    stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    23/35

    23

    sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan

    (Wijayakusuma,2000 ).

    Corwin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis

    timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :Nyeri kepala saat

    terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah

    intrakranial,Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi,Ayunan

    langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat,Nokturia karena

    peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus,Edema dependen dan

    pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

    Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing,

    muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk

    terasa pegal dan lain-lain (Wiryowidagdo,2002).

    Sekitar 50% penderita hipertensi tidak menyadari bahwa tekanan darah

    mereka meninggi. Selain itu adanya gejala pada orang tersebut juga dikarenakan

    sikap acuh tah acuh penderita. Gejala baru timbul sesudah terjadi komplikasi pada

    sasaran organ seperti ginjal, mata, sakit kepala, gangguan fungsi ginjal, gangguan

    pengelihatan, gangguan serebral atau gejala akibat peredaran pembuluh darah otak

    berupa kelumpuhan, gangguan kesadaran bahkan sampai koma. (Ganong, 1995).

    Sedangkan menurut Sylvia Anderson (2005) gejala hipertensi sebagai berikut:

    Sakit kepala bagian belakang dan kaku kuduk. Sulit tidur dan gelisah atau cemas

    dan kepala pusing. Dada berdebar-debar.

    Lemas, sesak nafas, berkeringat, dan pusing. Selain itu, stres cenderung

    menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah

    berlalu, maka tekanan darah biasaanya akan kembali normal. Jika penyebabnya

    adalah feokromositoma, maka didalam urine bisa ditemukan adanya bahan-bahan

    hasil penguraian hormone epinefrin dan norepinefrin. Biasanya hormone tersebut

    juga menyebabkan gejala sakit kepala, kecemasan, palpitasi (jantung berdebar-

    debar), keringat yang berlebihan, tremor (gemetar) dan pucat. Pemeriksaan untuk

    menentukan penyebab dari hipertensi terutama dilakukan pada penderita usia

    muda. Pemeriksaan ini bisa berupa roentgen dan radioisotope ginjal, roentgen

    dada serta pemeriksaan darah dan air kemih untuk hormone tertentu.

    F. Penatalaksanaan

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    24/35

    24

    Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi dapat diberikan pengobatan untuk

    mencegah terjadinya komplikasi. Langkah awal biasanya adalah merubah gaya

    hidup penderita:

    a. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk

    menurutnkan berat badannya sampai batas ideal.

    b.Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol

    darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium

    atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,

    magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol.

    c. Olah raga teratur yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial tidak perlu

    membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali.

    d.Berhenti merokok karena merokok dapat merusak jantung dan sirkulasi darah dan

    meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

    e. Pemberian obat-obatan:

    1. Diuretik thiazide biasaanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk

    mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air,

    yang akan mengurangi volume cairan diseluruh tubuh sehingga menurutnkan

    tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah.

    Diuretik menyebabkan hilangnya kalium melalui air, sehingga harus

    diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium.

    2. Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-

    blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang mengambat efek

    system saraf simpatis. System saraf simpatis adalah system saraf yang

    dengan segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara

    meningkatkan tekanan darah.

    3. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-Inhibitor)

    menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.

    4. Angiotensin II Blocker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu

    mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor.

    5. Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan

    mekanisme yang benar-benar berbeda.

    6. Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari

    golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat anti

    hipertensi lainnya.

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    25/35

    25

    Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat yang

    menurunkan tekanan darah tinggi dengan segara. Beberapa obat bisa menurutnkan

    tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar diberikan secara intravena:

    a) Diazoxide

    b) Nitroprusside

    c) Nitroglycerin

    d) Labetalol.

    Diberikan secara oral : Nifedipine, merupakan kalsium antagonis dengan kerja yang

    sangat cepat, tetapi obat ini bisa menyebabkan hipotensi, sehingga pemberiannya

    harus diawasi secara ketat

    G. First Line Therapy in HypertensionTujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:

    1. Target tekanan darah yatiu

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    26/35

    26

    Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50% daripada

    yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak

    >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi.

    f. Mengurangi asupan natrium.

    Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian obat anti

    hipertensi oleh dokter.

    g. Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol

    Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih

    banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari

    dapat meningkatkan risiko hipertensi

    Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC 7

    Klasifikisi Tekanan

    Darah

    TDS

    (mmHg)

    TDD

    (mmHg)

    Perbaikan Pola

    Hidup

    Tanpa Indikasi

    yang Memaksa

    Dengan Indikasi

    yang Memaksa

    Normal 100 mmhg Ya Kombinasi 2 obat

    diuretik thiazide

    dan

    ACEI/ARB/BB/C

    CB

    Sesuai kebutuhan

    (Buku Ajar IPD Edisi V J ilid II hal 1084 ;www.ncbi.nlm.nih.gov;www.annals2010.gov)

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/http://www.annals2010.gov/http://www.annals2010.gov/http://www.annals2010.gov/http://www.annals2010.gov/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    27/35

    27

    Second Line Therapy in Hypertension

    Pilihan Obat Anti Hipertensi Untuk Kondisi Tertentu

    Indikasi yang memaksa Pilihan terapi awal

    Gagal Jantung Diuretika thiazide, BB, ACEI, ARB

    Pasca Infark Miokard BB,ACEI

    Penyakit Pembuluh Koroner Thiazide, BB, ACEI, CCB

    Diabetes Melitus Thiazide, BB, ACEI, ARB,CCB

    Penyakit Ginjal Kronis ACEI,ARB

    Pencegahan Stroke Berulang Thiazide, ACEI

    Algoritme Terapi Hipertensi Menurut JNC 7 (Chobanian et al., 2003)

    Modifikasi gaya hidup

    Tanpa disertai indikasi

    khusus

    Hipertensi stage 1,

    diuretik tiaziduntuk pilihan

    pertama. ACEinhibitors, ARB,

    BB, CCB ataukombinasi dapat

    dipertimbangkan.

    Target tekanan darah tidak tercapai (

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    28/35

    28

    H. Pencegahan

    Perawatan penderita hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga dengan

    memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga yang menderita

    hipertensi. Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada klien hipertensi guna untuk

    mengurangai efek buruk dari pada hipertensi. Adapun cakupan pola hidup antara lain

    berhenti merokok, mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet.

    Dan yang mencakup psikis antara lain mengurangi sres, olahraga, dan istirahat (Amir, 2002 ).

    Merokok sangat besar peranannya meningkatkan tekanan darah, hal ini disebabkan olehnikotin yag terdapat didalam rokok yang memicu hormon adrenalin yang menyebabkan

    tekana darah meningkat. Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah didalam paru dan

    diedarkan keseluruh aliran darah lainnya sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah. Hal

    ini menyebabkan kerja jantung semakin meningkat untuk memompa darah keseluruh tubuh

    melalui pembuluh darah yang sempit.Dengan berhenti merokok tekanan darah akan turun

    secara perlahan , disamping itu jika masih merokok maka obat yang dikonsumsi tidak akan

    bekerja secar optimal dan dengan berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat (

    Santoso, 2001 ).

    Mengurangi berat badan juga menurunkan resiko diabetes, penyakit kardiovaskular, dan

    kanker. Secara umum, semakin berat tubuh semakin tinggi tekanan darah, jika menerapkan

    pola makan seimbang maka dapat mengurangi berat badan dan menurunkan tekanan darah

    dengan cara yang terkontrol (Fatmaningsih, 2007)

    Alkohol dalam darah merangsang adrenalin dan hormone hormon lain yang membuat

    pembuluh darah menyempit atau menyebabkan penumpukan natrium dan air. Minum-

    minuman yang beralkohol yang berlebih juga dapat menyebabkan kekurangan gizi yaitu

    Target tekanan darah tidak tercapai

    Optimalkan dosis atau menambah obat hingga

    tekanandarah sesuai target. Konsultasi dengan

    ahli hipertensi

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    29/35

    29

    penurunan kadar kalsium.Mengurangi alkohol dapat menurunkan tekanan sistolik 10 mmhg

    dan diastolik 7 mmhg (Santoso, 2007)

    Modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting pada klien hipertensi, tujuan utama dari

    pengaturan diet hipertensi adalah mengatur tentang makanan sehat yang dapat mengontrol

    tekanan darah tinggi dan mengurangi penyakiit kardiovaskuler. Secara garis besar, ada empat

    macam diet untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan keadaan tekana darah ,

    yakni : diet rendah garam , diet rendah kolestrol, lemak terbatas serta tinggi serat, dan rendah

    kalori bila kelebihan berat baadan ( Astawan,2002 ).

    Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau asites serta hipertensi. Tujuan

    diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah edema dan

    penyakit jantung ( lemah jantung ). Adapun yang disebut rendah garam bukan hanya

    membatasi konsumsi garam dapur tetapi mengkonsumsi makanan rendah sodium atau

    natrium ( Na).Oleh karena itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam melakukan diet

    rendah garam adalah komposisi makanan yang harus mengandung cukup zat zat gizi, baik

    kalori, protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium dan natrium ( Gunawan, 2001).

    Sumber sodium antaralain adalah makanan yang mengandung soda kue, baking

    powder,MSG( Mono Sodium Glutamat ), pengawet makanan atau natrium benzoat (

    Biasanya terdapat didalam saos, kecap, selai, jelly ), makanan yang dibuat dari mentega serta

    obat yang mengandung natrium ( obat sakit kepala ). Bagi penderita hipertensi, biasakan

    penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu. ( Hayens, 2003).

    Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu :

    kolestrol, trigliserida, dan fosfolipid.Tubuh memperoleh kolestrol dari makanan sehari hari

    dan dari hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih banyak

    dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol dapat terjadi karena terlalu

    banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolestrol tinggi dan tubuh akan

    mengkonsumsi sekitar 2550 % dari setiap makanan ( Amir, 2002).

    Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat terdiri dari dua jenis yaitu

    serat kasar ( Crude fiber ) dan serat kasar banyak terdapat pada sayuran dan buah buahan,

    sedangkan serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat yaitu : kentang, beras, singkong

    dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah tinggi karena

    serat kasar mampu mengikat kolestrol maupun asam empedu dan selanjutnya membuang

    bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi mengandung

    serat kasar yang cukup tinggi ( Mayo, 2005 ).

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    30/35

    30

    Diet rendah kalori dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat badan.Kelebihan berat badan

    atau obesitas akan berisiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga dengan orang yang

    berusia 40 tahun mudah terkena hipertensi. Dalam perencanaan diet, perlu diperhatikan hal

    hal berikut :

    1. Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori untuk

    penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan per minggu.

    2. Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.

    3. Perlu dilakukan aktivitas olah raga ringan.

    Stres tidak menyebabkan hipertensi yang menetap, tetapi stress berat dapat

    menyebabkan kenaikan tekanan darah yang bersifat sementara yang sangat tinggi.

    Jika periode stress sering terjadi maka akan mengalami kerusakan pada pembuluh

    darah, jantung dan ginjal sama halnya seperti yang menetap (Amir,2002).

    Manfaat olah raga yang sering di sebut olah raga isotonik seperti jalan kaki,

    jogging, berenang dan bersepeda sangat mampu meredam hipertensi. Pada olah raga

    isotonik mampu menurunkan hormone noradrenalin dan hormone hormone lain

    penyebab naiknya tekanan darah. Hindari olah raga Isometrik seperti angkat beban,

    karena justru dapat menaikkan tekanan darah ( Mayer,1999).

    Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam

    tubuh,istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu. Meluangkan waktu tidak

    berarti minta istirahat lebih banyak dari pada bekerja produktif samapai melebihi

    kepatuhan.Meluangkan waku istiraha itu perlu dilakukan secara rutin diantara

    ketegangan jam sibuk bekerja seharihari. Bersantai juga bukan berarti melakukan

    rekreasi yang melelahkan,tetapi yang dimaksudkan dengan istirahat adalah usaha

    untuk mengembalikan stamina tubuh dan mengembalikan keseimbangan hormon

    dan dalam tubuh ( Amir,2002).

    I. Komplikasi

    1. Stroke

    Dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang

    terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi

    pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    31/35

    31

    hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya

    berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah

    sehinggA meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2000).

    Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung,

    limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa

    lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak

    dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak (Santoso,

    2006).

    2. Infark Miokard

    Dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai

    cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat

    aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan

    hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat

    terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian

    juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran

    listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan

    peningkatan resiko pembentukan bekuan (Corwin, 2000).

    3. Gagal Ginjal

    Dapat terjadi kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler

    ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit

    fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan

    kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin

    sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang

    sering dijumpai pada hipertensi kronik (Corwin, 2000). Penyakit ginjal dan saluran

    kemih telah menyumbang 850.000 kematian setiap tahunnya, hal ini berarti

    meduduki peringkat ke-12 tertinggi angka kematian atau peringkat terringgi ke-17

    angka kecacatan. (Global Burden of Disease dan WHO, 2002)

    4. Gagal Jantung

    Atau bisa disebut kegagalan jantung dalam memompa darah keseluruh tubuh,

    sehingga mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki dan jaringan lain sering

    disebut edema. Cairan didalam paru paru menyebabkan sesak napas,timbunan

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    32/35

    32

    cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema (Amir,

    2002)

    5. Ensefalopati

    Dapat terjadi terutama pada Hipertensi Maligna (hipertensi yang cepat).

    Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler

    dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat.

    Neron-neron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2000)

    J. DIAGNOSIS

    Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk atau berbaring selama 5 menit. Angka

    140/90 mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai hipertensi, tetapi diagnosis tidak dapat

    ditegakkan hanya berdasarkan satu kali pengukuran. Jika pada pengukuran pertama

    memberikan hasil yang tinggi, maka tekanan darah diukur kembali dan kemudian diukur

    sebanyak 2 kali pada 2 hari berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi. Hasil

    pengukuran bukan hanya menentukan adanya tekanan darah tinggi, tetepi juga digunakan

    untuk menggolongkan beratnya hipertensi.

    Setelah diagnosis ditegakkan, dilakukan pemeriksaan terhadap organ utama, terutama

    pembuluh darah, jantung, otak dan ginjal.

    RETINA

    Retina merupakan satu-satunya bagian tubuh yang secara langsung bisa menunjukkan

    adanya efek dari hipertensi terhadap arteriola (pembuluh darah kecil). Dengan anggapan

    bahwa perubahan yang terjadi di dalam retina mirip dengan perubahan yang terjadi di dalam

    pembuluh darah lainnya di dalam tubuh, seperti ginjal. Untuk memeriksa retina, digunakan

    suatu oftalmoskop. Dengan menentukan derajat kerusakan retina (retinopati), maka bisa

    ditentukan beratnya hipertensi.

    JANTUNG

    Perubahan di dalam jantung, terutama pembesaran jantung, bisa ditemukan pada

    elektrokardiografi (EKG) dan foto rontgen dada. Pada stadium awal, perubahan tersebut bisa

    ditemukan melalui pemeriksaan ekokardiografi (pemeriksaan dengan gelombang ultrasonik

    untuk menggambarkan keadaan jantung). Bunyi jantung yang abnormal (disebut bunyi

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    33/35

    33

    jantung keempat), bisa didengar melalui stetoskop dan merupakan perubahan jantung paling

    awal yang terjadi akibat tekanan darah tinggi.

    GINJAL

    Petunjuk awal adanya kerusakan ginjal bisa diketahui terutama melalui pemeriksaan

    air kemih. Adanya sel darah dan albumin (sejenis protein) dalam air kemih bisa merupakan

    petunjuk terjadinya kerusakan ginjal. Pemeriksaan pada penderita usia muda bisa berupa

    rontgen dan radioisotop ginjal, rontgen dada serta pemeriksaan darah dan air kemih untuk

    hormon tertentu. Untuk menemukan adanya kelainan ginjal, ditanyakan mengenai riwayat

    kelainan ginjal sebelumnya. Sebuah stetoskop ditempelkan diatas perut untuk mendengarkan

    adanya bruit (suara yang terjadi karena darah mengalir melalui arteri yang menuju ke ginjal,

    yang mengalami penyempitan). Dilakukan analisa air kemih dan rontgen atau USG ginjal.

    K. Pemeriksaan Lain

    Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka di dalam air kemih bisa ditemukan

    adanya bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin. Biasanya hormon

    tersebut juga menyebabkan gejala sakit kepala, kecemasan, palpitasi (jantung berdebar-

    debar), keringat yang berlebihan, tremor (gemetar) dan pucat. Mengukur kadar kalium dalam

    darah bisa membantu menemukan adanya hiperaldosteronisme dan Mengukur tekanan darah

    pada kedua lengan dan tungkai bisa membantu menemukan adanya koartasio aorta.

    L. FAKTOR RESIKOAda beberapa faktor yang berpengaruh terhadap munculnya hipertensi, baik secara

    reversible maupun irreversible. Faktor yang dapat dimodifikasi antara lain tekanan darah,

    kelainan metabolik (diabetes mellitus, lipid darah, asam urat dan obesitas), merokok, dan

    alkohol. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin dan genetik

    (Nafrialdi, 2007).

    M.KOMPLIKASIHipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal

    jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Hipertensi yang tidak

    diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup

    sebesar 10-20 tahun. Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yangmungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu:

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    34/35

    34

    Komplikasi Hipertensi

    SISTEM ORGAN KOMPLIKASI KOMPLIKASI HIPERTENSI

    Jantung Gagal jantung kongestif, Angina

    pectoris, infark miokard

    Sistem saraf pusat Ensefalopati hipertensi

    Ginjal Gagal ginjal kronis

    Mata Retinopati hipertensi

    Pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh darah perifer

    Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal,

    jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan

    kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat

    selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan

    oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat

    terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic

    Attack/TIA) (Anggreini AD et al, 2009).

  • 7/28/2019 lapkas 1 hipertensi

    35/35

    Referensi

    Simadibrata, Marcellus. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : Departemen

    Ilmu Penyakit FKUI.

    Simadibrata, Marcellus. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Departemen

    Ilmu Penyakit FKUI.

    Simadibrata, Marcellus. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta : Departemen

    Ilmu Penyakit FKUI.

    Hadi, Sujono. 2002. Gastroenterologi. Bandung : PT. Alumn

    Mubin, Halim. 2008.Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi. Jakarta:

    EGC.

    Gunawan gan sulistia, farmakologi dan terapi edisi 5, fakultas kedokteran universitas

    indonesia, 2009

    Sudoyo W aru, buku ajar ilmu penyakit dalam edisi 4, FKUI

    Guyton and hall, 1997

    www.JNC7.com

    www.wikipedia.com

    www.medicastore.com

    http://www.jnc7.com/http://www.jnc7.com/http://www.wikipedia.com/http://www.wikipedia.com/http://www.medicastore.com/http://www.medicastore.com/http://www.medicastore.com/http://www.wikipedia.com/http://www.jnc7.com/