Transcript
Page 1: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

i

KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA

DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Clara Wahyu Kurnia Pangestuti

NIM: 131224002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

SKRIPSI

KESANTUNAI\T SAPAAN YEBBAL GURU I(EPADA SISWA

*i S}€F ATGYSTUS TUFJ YECYAHAR?A

TAITUN AJARAN 2T17 |zffI*

Prof. Dr. Praaowo, M.Pd. Tanggal, 16 Januari 2018

g#5.gr fl"i:lyi:-,\ b

,ing .r r ^-b"".;.enc

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

SKRIPSI

KESAI{TU|'{AJ\ SAFAA|.i }'ERBAL CURiJ KEPADA SiSWA

DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA

TAiiLT{ AJAPTAi\ 29r,7 i7018

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Clara \Mahyu Kurnia Pangestuti! -11224{!{!?

Telah dipertahankan di depan Panitia Pengujin .'!-- a-.-----"..-.!. "-\(} f.,.-...,,-: an! elr-.iu{i ls.riBH.ai. !; -scii!;s.{i iu.l {;

dan telah diny atakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

iiam* i,engkap

Ketua

Sekretaris

t ,--.-.-a-- 1l urFFv!s r

Anggota2

Anggota 3

Rishe Purnama Dewi, S.Pd.. M.Hum.

Dr. R. Kunjana Raharcii, M.Hum.

! ! nl-'i.-.i i i!_ -_iii-.,!!i!'! ,\i l-.f

Dr. Yuliana Setyaningsih. M.Pd.

Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.

Yogyakarta, 29 Jarnari 20 18

FakLrltas Kegurua-n dar: iimtr Penrlirlika.nt l,^:-.^-,..-;.^^ ('---.^a^ I \l-...-.^-^Lilrli el-irrus -*l!a[a I-,Ilat IilJ

lll

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

iv

MOTO

“ Hidup itu bukan masalah maju atau mundur, tetapi bagaimana caranya tetap

bertahan pada langkah yang akan membawa kita kepada masa depan”.

(Clara Wahyu Kurnia P.)

“ Mengapa kita harus membela diri ketika kita disalahpahami atau dihakimi

dengan keliru? Tinggalkanlah hal itu. Mari kita tidak mengucapkan apapun.

Merupakan hal yang manis untuk membiarkan orang lain menghakimi kita dengan

cara yang mereka suka. Oh keheningan yang terberkati, yang memberi begitu

banyak kedamaianbagi jiwa!”

(St. Therese of Lisieux)

“Kesalahan tidak akan menjadi kebenaran walau berulang kali diumumkan,

sebaliknya, kebenaran tidak akan jadi kesalahan walau tak seorang pun

mengetahuinya”.

(Mahatma Gandhi)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

2. Orang tua tercinta, Ayah Yohanes Agus Budi Santoso dan Ibu Anastasia

Iswahyuni yang selalu mendoakan dan mendukung dalam hal keuangan

serta kasih sayang dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Adik saya satu-satunya Monika Kristiana Agista Putri yang selalu

memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

4. Alm. Yohanes Agus Iswahyudi dan Arista Kristianto yang selalu menjadi

pendoa sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tempat dimana peneliti menempuh

pendidikan dan menuntut ilmu.

6. Keluarga, sahabat dan teman-teman yang terkasih.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

vi

ABSTRAK

Pangestuti, Clara Wahyu Kurnia. 2018, “Kesantunan Sapaan Verbal Guru

kepada Siswa di SMP Aloysius Turi Yogyakarta.” Skripsi. Yogyakarta:

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini menganalisis tentang kesantunan sapaan verbal guru

kepada siswa di sekolah. Penelitian ini memiliki dua sub rumusan masalah yaitu

bagaimana kesantunan sapaan verbal guru kepada siswa di SMP Aloysius Turi

Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018, dengan sub masalah bagaimana wujud dan

ciri penanda spaan verbal guru kepada siswa serta apa maksud sapaan verbal guru

kepada siswa. Tujuan utama yaitu mendeskripsikan kesantunan sapaan verbal

guru kepada siswa di SMP Aloysius Turi Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018.

Penelitian ini memiliki dua sub tujuan. Pertama, mendeskripsikan wujud dan ciri

penanda kesantunan sapaan verbal. Kedua, mendeskripsikan maksud sapaan vebal

guru kepada siswa.

Peneliti untuk mengumpulkan data menggunakan teknik merekam dan

mencatat. Data diambil selama bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2017.

Instrumen dalam penelitian ini yaitu peneliti itu sendiri. Analisis data dilakukan

dengan tahapan: (1) mengidentifikasi data yang telah dikumpulkan, (2)

mengklasifikasi hasil temuan berdasarkan prinsip kesantunan milik Leech, faktor

penentu kesantunan serta indikator kesantunan, (3) menginterpretasi maksud dari

data yang diperoleh, (4) mendeskripsikan hasil analisis data tersebut.

Hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti menemukan

wujud dan ciri penanda kesantunan sapaan verbal guru kepada siswa di SMP

Aloysius Turi Yogyakarta. Wujud kesantunan sapaan verbal adalah tuturan yang

memenuhi prinsip kesantunan, yakni 62 pematuhan terhadap maksim Leech.

Wujud itu sendiri adalah tuturan verbal guru kepada siswa, sedangkan ciri

penanda dalam penelitian ini adalah indikator kesantunan yaitu menjaga suasana

perasaan mitra tutur, mempertemukan perasaan penutur dengan mitra tutur,

menjaga agar tuturan agar dapat diterima oleh mitra tutur, menjaga agar dalam

tuturan terlihat ketidakmampuan penutur, memposisikan lawan tutur dalam posisi

tinggi, menjaga tuturan agar apa yang dikatakan penutur juga dirasakan mitra

tutur serta pemilihan kata atau diksi. Peneliti juga menemukan sepuluh (10)

maksud dalam penelitian ini yaitu maksud menyuruh, mengingatkan, menegur,

memberi candaan, menyapa, menanyakan, meminta, menyindir, memuji,

memberitahu dan mengetahui.

Kata Kunci: Kesantunan berbahasa, Wujud dan Ciri penanda

kesantunan, Fungsi sapaan, dan Maksud.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

vii

ABSTRACT

Pangestuti, Clara Wahyu Kurnia. 2018, “The Politeness of Teacher's

Vocational Greetings to Students in SMP Aloysius Turi Yogyakarta

Academic Years 2017/2018.’’ Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language

Education and Literature Study Program, Department of Language

Education and Art, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata

Dharma University.

This study analyzed the politeness of teacher's vocational greetings to

students in SMP Aloysius Turi Yogyakarta. This study has a main goal to describe

teacher's verbal greetings toward students at SMP Aloysius Turi Yogyakarta

academic years 2017/2018. Furthermore, this research has two sub-goals. First,

describing the form and characteristic of teachers’ verbal manners of greeting.

Second, describing ideas of teachers’ verbal manners of greeting toward students.

In this research, the researcher used two methods to collect data namely

recording and taking notes. Meanwhile, the data were taken in July until August

2017. The instrument in this study was the researcher it self. Thus, The data

analysis was done by four steps: (1) Identifying the data that has been collected

before, (2) Classifying the result based on Leech’s manners principal, (3)

Interpreting the meaning of data, (4) describing the result of analysis data.

Based on the findings, the researchers found that the form and

characteristic of teachers’ verbal manners toward students at SMP Aloysius Turi

Yogyakarta. They were fulfilled with Leech’s manners principal, the researcher

also found 62 discipline manners about Leech’ maxim indicators. According to

the analysis data, the researcher found politeness indicators namely diction and

three function of greeting; (1) to attract attentions, (2) to recognize the

messengers, (3) to keep a good relationship among society. The researcher also

analyzed the meaning of greeting in order to observe the politeness of greeting

that used by teacher toward students.

Key word: Politeness of speaking, form and characteristic of speakers, Funtion

and meaning of greeting.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas

berkat rahmat serta pertolongannya yang telah dilimpahkan kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Penulisan skripsi

ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa skripsi masih jauh dari kata sempurna dan

penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas arahan, bantuan serta bimbingan

dari berbagai pihak. Penulis dengan tulus mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung

dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada pihak-pihak tersebut sebagai berikut:

1. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan,

pendampingan, dan nasihat kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi

ini.

2. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia serta triangulator bagi penulis yang

telah memberikan dukungan, pendampingan, dan nasihat kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

ix

3. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

memberikan dukung, motivasi, pendampingan, saran, dan pengarahan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik penulis dalam mendalami

ilmu bahasa dan sastra Indonesia sebagai bekal dalam dunia pendidikan.

5. Th. Rusmiyanti, selaku staf sekretariat Program Studi Pendidikan Bahasa

Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma yang selalu memberikan

informasi yang berkaitan dengan perkuliahan maupun penyelesaian skripsi

ini.

6. Orang tua tercinta, Ayah Yohanes Agus Budi Santoso dan Mama

Anastasia Iswahyuni yang selalu mendoakan dan mendukung dalam hal

keuangan serta kasih sayang dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Adik saya satu-satunya Monika Kristiana Agista Putri yang selalu

memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Keluarga baru penulis selama berada di Yogyakarta Second Family

(Alexandra Taum, Anggraini Taruk, Tursina Ayun Sundari dan Yohana

Augusta Wokabelolo), serta Keluarga Marmut (Cicilia Kumara Hadiyanti,

Indah Rahayu dan Yohana Augusta Wokabelolo), yang telah memberikan

dukungan, kasih sayang, penghiburan, serta saran ketika penulis sedang

merasa kalut selama penulis berada di Yogyakarta sampai pembuatan

skripsi ini dapat selesai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

9. Kepada teman-teman yang memberikan saran terhadap penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini Timotius Tri Yogatama, Riska Safitri dan

Elisabeth Riski Titasari. Sehingga penulis mendapatkan banyak masukan

selama pembuatan skripsi ini.

10. Seluruh teman-teman seperjuangan PBSI angkatan 2013 kelas A dan B

yang selalu memberi dukungan dan doa kepada peneliti dalam

penyelesaian skripsi ini.

11. Kakak-kakak (Brigitta Swaselia Kasita dan Maria Yunita Angelina) yang

senantiasa memberikan dukun gan dan nasihat-nasihat kepada peneliti.

12. Seluruh. pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam

memberikan dukungan, dan doa kepada peneliti dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, penulis sangat mengharapkan kdtik dan saran. Penulis juga berharap

agar penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak terutama dalam

bidanh akademis.

Yogyakart a, 29 J anuai 20 I 8

Penulis,

Clara Wahyu Kurnia Pangestuti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

PERNYATAAII KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuatkarya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan di

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah.

Yogyakart a, 29 I arutai 20 I 8

Penulis,

Clara Wahyu Kurnia Pangestuti

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

T]NTUK KEPENTINGAI\ AKADEMIS

Yang betanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

nama : Clara Wahyu Kurnia Pangestuti

NIM :131224002

demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada PerpustakaanUniversitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA

SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHT]N

AJARA}I 2OI7 12018 KAJIAN PRAGMATIK.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di intemet atau media

lain untuk kepentingan akadernik tanpa perlu meminta izin dari saya maupun

mernberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 29 I arluan 20T8

Penulis

Clard ahyu Kumia Pangestuti

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

HALAMAN MOTO ....................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

ABSTRACT .................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR..................................................................................... viii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.......................................................... xi

PERNYATAAN PUBLIKASI........................................................................ xii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

1.5 Batasan Istilah ........................................................................................ 6

1.6 Sistematika Penyajian ............................................................................. 7

BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 9

2.1 Kajian Teori Terdahulu yang Relevan .................................................. 9

2.2 Pragmatik ............................................................................................. 10

2.3 Kesantunan Berbahasa .......................................................................... 12

2.4 Tindak Tutur ......................................................................................... 15

2.5 Prinsip Kesantunan Leech .................................................................... 18

2.6 Faktor Penentu Kesantunan ................................................................. 23

2.7 Indikator Kesantunan Menurut Pranowo ............................................. 24

2.8 Tuturan Sapaan ..................................................................................... 26

2.9 Konteks .................................................................................................. 29

2.10 Maksud ................................................................................................ 31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

xiv

2.11 Kerangka Berpikir ............................................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 39

3.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 39

3.2 Sumber Data dan Data ............................................................................. 40

3.3 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 41

3.4 Instrumen Penelitian ................................................................................. 41

3.5 Teknik Analisis Data ................................................................................ 41

3.6 Triangulasi Data ........................................................................................ 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 45

4.1 Deskripsi Data............................................................................................ 45

4.2 Hasil Penelitian........................................................................................... 47

4.2.1 Wujud dan Ciri Penanda Kesantunan Sapaan Verbal Guru kepada

Siswa .............................................................................................

48

4.2.1.1 Wujud dan Ciri Penanda Kesantunan Sapaan Verbal Guru

kepada Siswa berdasarkan Maksim Kebijaksanaan.............

49

4.2.1.2 Wujud dan Ciri Penanda Kesantunan Sapaan Verbal Guru

kepada Siswa berdasarkan Maksim Kedermawanan...........

51

4.2.1.3 Wujud dan Ciri Penanda Kesantunan Sapaan Verbal Guru

kepada Siswa berdasarkan Maksim Penghargaan................

54

4.2.1.4 Wujud dan Ciri Penanda Kesantunan Sapaan Verbal Guru

kepada Siswa berdasarkan Maksim Kesederhanaan............

56

4.2.1.5 Wujud dan Ciri Penanda Kesantunan Sapaan Verbal Guru

kepada Siswa berdasarkan Maksim Permufakatan..............

59

4.2.1.6 Wujud dan Ciri Penanda Kesantunan Sapaan Verbal Guru

kepada Siswa berdasarkan Maksim Kesimpatisan...............

62

4.2.2 Maksud Kesantunan Sapaan Verbal Guru kepada Siswa............... 64

4.2.2.1 Maksud Sapaan Verbal Guru kepada Siswa berdasarkan

Maksim Kebijaksaan...........................................................

64

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

xv

4.2.2.2 Maksud Sapaan Verbal Guru kepada Siswa berdasarkan

Maksim Kedermawanan......................................................

66

4.2.2.3 Maksud Sapaan Verbal Guru kepada Siswa berdasarkan

Maksim Penghargaan...........................................................

67

4.2.2.4 Maksud Sapaan Verbal Guru kepada Siswa berdasarkan

Maksim Kesederhanaan.......................................................

65

4.2.2.5 Maksud Sapaan Verbal Guru kepada Siswa berdasarkan

Maksim Permufakatan........................................................

69

4.2.2.6 Maksud Sapaan Verbal Guru kepada Siswa berdasarkan

Maksim Kesimpatisan.........................................................

71

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................... 73

4.3.1 Wujud dan Ciri Penanda Sapaan Verbal ....................................... 74

4.3.2 Maksud Kesantunan Sapaan Verbal .............................................. 80

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 82

5.1 Simpulan ............................................................................................... 82

5.2 Saran...................................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 85

LAMPIRAN...................................................................................................... 87

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Interaksi menurut KBBI (2008:542) yaitu hal saling melakukan aksi,

berhubungan, memengaruhi; antarhubungan. Sedangkan interaksi sosial itu

sendiri adalah hubungan sosial yang dinamis antara perseorangan dan

perseorangan, antara perseorangan dan kelompok, dan antara kelompok dan

kelompok. Melalui sebuah interaksi sosial itulah, sebuah komunikasi dapat terjadi.

Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua

orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (KBBI,

2008:721). Adanya komunikasi akan mempermudah terjadinya interaksi dan

bahasa merupakan salah satu alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Budaya

dapat mempengaruhi cara individu maupun kelompok itu dalam berinteraksi dan

berkomunikasi. Kebudayaan adalah hasil cipta, rasa, dan karsa manusia. Bahasa

menentukan harkat, martabat, sikap, dan perilaku seseorang, Sapir dan Whorf

(dalam Pranowo, 2009:7).

Berdasarkan kebudayaan tingkat kesantunan antardaerah dapat dikatakan

berbeda-beda. Santun sendiri dapat diartikan halus dan baik (budi bahasanya,

tingkah lakunya). Kesantunan saat berbahasa merupakan cerminan diri, karena

saat kita berbahasa santun dengan orang lain pun menjadi tertarik dengan

percakapan yang sedang berlangsung. Tingkat kesantunan seseorang juga

tergantung pada mitra tuturnya, maksudnya adalah siapa yang diajak berbicara,

hampir di setiap daerah memiliki kesamaan dalam bertutur. Seorang pemuda akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

2

berbicara lebih sopan kepada orang yang lebih dewasa atau seseorang yang

memiliki umur lebih tua dari padanya, berbeda dengan ketika pemuda tersebut

berbicara dengan teman sebayanya.

Contoh lainnya adalah tuturan yang terjadi antara pedagang dengan pembeli

akan berbeda dengan tuturan yang dilakukan oleh guru dengan murid. Austin

(dalam Pranowo, 2009:2) mengemukakan bahwa setiap ujaran dalam tindak

komunikasi selalu mengandung tiga unsur yaitu (1) tindak lokusi berupa ujaran

yang dihasilkan oleh penutur, (2) tindak ilokusi berupa maksud yang terkandung

dalam tuturan, dan (3) tindak perlokusi berupa efek yang ditimbulkan oleh

tuturan.

Kasus-kasus seperti itulah yang membuat kesantunan menjadi sangat penting

untuk diteliti terutama kesantunan verbal yang dituturkan guru kepada murid.

Tingkat kesantunan sebuah sapaan dapat dilihat dari cara guru menyapa murid-

muridnya. Santun atau tidaknya sebuah sapaan itu tergantung dari bahasa yang

digunakan oleh guru dan bagaimana cara guru menyampaikannya. Masih banyak

orang yang tidak lagi memperhatikan tingkat kesantunan sebuah bahasa maupun

percakapan yang digunakan. Karena hal-hal kecil seperti itu sudah jarang

mendapatkan perhatian dari masyarakat.

Rahardi (2005:119) mengatakan bahwa semakin panjang tuturan yang

digunakan, akan cenderung semakin santunlah tuturan itu. Sebaliknya, semakin

pendek sebuah tuturan, akan cenderung tidak santunlah tuturan itu. Dalam tuturan

bahasa Indonesia, sebuah tuturan itu sendiri dianggap santun apabila penutur

menggunakan kata-kata yang santun, dalam artian tidak mengejek, tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

3

merendahkan, ataupun tidak mengandung unsur SARA yang dapat menyinggung

perasaan mitra tutur. Kesantunan saat menyapa perlu juga diperhatikan terutama

sapaan yang dilontarkan oleh guru kepada siswanya. Ada saatnya guru merasa

kedudukannya lebih tinggi dari siswanya sehingga dengan mudahnya guru

menyapa siswanya secara tidak sopan misalnya menyapa dengan menggunakan

nama ejekan yang diberikan oleh siswa lain. Hal tersebut tentu akan membuat

siswa malu atau bahkan tersinggung. Guru akan lebih dihormati apabila dapat

menjaga kesantunannya, salah satunya melalui sebuah sapaan.

Meskipun dalam ilmu pragmatik kesantunan berbahasa baru mulai

mendapatkan perhatian, konsep etika berbahasa ini dapat dikatakan menjadi

bagian dalam komunikasi verbal masyarakat manapun sebelum dikenal dalam

pragmatik. Kesantunan berbahasa, secara tradisional telah diatur oleh norma-

norma dan moralitas masyarakat yang diinternalisasikan dalam konteks budaya

dan kearifan lokal. Tata krama berbahasa antara yang muda dan tua, sudah lama

hidup dalam komunikasi verbal. Namun, sangat disayangkan hal itu sudah mulai

sirna mengikuti arus negatif westernisasi yang membawa ideologi liberal.

Tulisan ini akan memberikan pandangan teoretis mengenai kesantunan

berbahasa yang mana dapat dijadikan acuan untuk kembali melakukan refleksi

atas penggunaan bahasa sehari-hari. Refleksi untuk melihat nilai kesantunan

dalam penggunaan bahasa sehari-hari terbilang penting, karena bahasa bukan

hanya sebagai instrumen komunikasi, melainkan juga ajang realisasi diri yang

santun dan beretika. Semakin santun orangnya, semakin baik budi pekertinya.

Hal itulah yang sedang dibutuhkan Indonesia, maka dari itu diperlukan perhatian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

4

khusus terhadap kesantunan, baik kesantunan dalam bertutur maupun saat

menyapa individu lain, agar tercipta sebuah rasa menghormati antar manusia.

Sebenarnya, rasa menghormati, rasa memiliki dan perasaan peduli terhadap

manusia lain sudah ada sejak zaman dahulu. Karena hal-hal tersebut merupakan

salah satu bagian dari norma-norma yang berlaku di masyarakat. Jika norma-

norma dalam tradisi lokal menanamkan kesantunan dalam berbahasa, mungkin

belum terjadi pemilahan antara kesopanan dan kesantunan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah utama dalam

penelitian ini adalah bagaimana kesantunan sapaan verbal guru kepada siswa di

SMP Aloysius Turi Yogyakarta?

Berdasarkan rumusan masalah utama di atas, penelitian ini juga menemukan

beberapa sub-sub masalah tersebut akan diuraikan di bawah ini.

1. Bagaimana wujud dan ciri penanda kesantunan sapaan verbal guru kepada

siswa di SMP Aloysius Turi Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018?

2. Apa maksud sapaan verbal guru kepada siswa di SMP Aloysius Turi

Yogyakarta 2017/2018?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas terdapat rumuan masalah utama dan sub-

sub masalah. Tujuan penelitian dari rumusan masalah utama adalah

mendeskripsikan kesantunan sapaan verbal guru kepada murid di SMP Aloysius

Turi Yogyakarta. Pada sub-sub masalah yang telah dipaparkan diatas tujuan

penelitiannya sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

5

1. Mendeskripsikan wujud dan ciri penanda kesantunan sapaan verbal guru

kepada siswa di SMP Aloysius Turi Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018.

2. Mendeskripsikan maksud sapaan verbal guru kepada siswa di SMP

Aloysius Turi Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dari penelitian ini yaitu diharapkan dapat memberikan

pandangan dan kontribusi mengenai kesantunan yang dapat digunakan oleh

masyarakat, khususnya kesantunan sapaan guru kepada murid.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan atau dimanfaatkan oleh

guru untuk melihat kesantunan yang digunakan saat menyapa para

murid di sekolah.

2. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat digunakan oleh para siswa untuk

dapat berkomunikasi secara lebih santun kepada guru.

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pihak sekolah

sebagai evaluasi kesantunan para guru dalam menyapa murid.

4. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan

tentang kesantunan yang digunakan di masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

6

1.5 Batasan Istilah

Pembahasan dalam penelitian ini tentu hanya mencakup beberapa hal saja,

1. Pragmatik

Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur

(atau penulis)dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca) (Yule,

2006:3).

2. Konteks

Konteks sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama

dimiliki oleh penutur dan mitra tutur yang membantu mitra tutur untuk

menafsirkan makna tuturan (Leech, 1993 : 20).

3. Kesantunan Berbahasa

Fraser (dalam Gunarwan, 1994:88) mengartikan kesantunan sebagai

properti yang diasosiasikan dengan ujaran dan di dalam hal ini menurut

pendapat si pendengar, si penutur tidak melampaui hak-haknya atau tidak

mengingkari kewajibannya. Definisi di atas dapat diartikan bahwa tingkat

kesantunan dari tuturan adalah penilaian dari oang lain, bukan dari si

penutur.

4. Tuturan Sapaan

Tuturan sapaan adalah hubungan komunikasi langsung antara pembicara

dengan mitra wicaranya. Tuturan sapaan ini akan merujuk kepada mitra

tutur agar perhatiannya tertuju kepada pembicaraan dan digunakan oleh

pembicara untuk saling menyapa atau menegur dalam suatu peristiwa

komunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

7

5. Maksud

Menurut Chaer (2009:35) maksud dapat dilihat dari segi si pengujar,

orang yang berbicara, atau pihak subjeknya. Di sini orang yang berbicara

itu mengujarkan suatu ujaran entah berupa kalimat maupun frasa, tetapi

yang dimaksudkannya tidak sama dengan makna lahiriah ujaran itu

sendiri.

1.6 Sistematika Penyajian

Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah bab pendahuluan yang berisi

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

batasan istilah, dan sistematika penyajian.

Bab II berisi landasan teori yang digunakan untuk menganalisis masalah-

masalah yang diteliti, yaitu tentang kesantunan berbahasa secara verbal. Teori-

teori yang dikemukakan dalam bab II ini adalah teori tentang kajian teoretis (1)

pengertian pragmatik, (2) konsep kesantunan berbahasa, (3) ruang lingkup bahasa

verbal, (4) prinsip dan indikator kesantunan berbahasa, (5) konteks, dan (6)

kerangka berpikir.

Bab III berisi metode penelitian yang memuat tentang cara dan prosedur yang

akan digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data. Bab III berisi uraian (1)

jenis penelitian, (2) sumber data dan data, (3) metode dan teknik pengumpulan

data, (4) instrumen penelitian, (5) metode dan teknik analisis data, (6) analisis

data, dan (7) trianggulasi hasil analisis data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

8

Bab IV berisi tentang (1) deskripsi data, (2) analisis data, dan (3) pembahasan

hasil penelitian. Bab V berisi tentang simpulan penelitian dan saran untuk

penelitian kesantunan berbahasa verbal dan non verbal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini peneliti menguraikan tentang landasan teori, dan kerangka

berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang tinjauan terhadap topik-topik

sejenis yang dilakukan oleh peneliti lain. Landasan teori berisi tentang teori-teori

yang digunakan sebagai landasan analisis yang terdiri atas teori prinsip

kesantunan, teori fungsi sapaan sebagai penanda kesantunan, dan teori konteks.

Kemudian, kerangka berpikir berisi tentang acuan teori yang digunakan peneliti

berdasarkan pada landasan teori untuk menjawab rumusan masalah.

2.1 Kajian Teori Terdahulu yang Relevan

Ada beberapa tulisan yang masih relevan dengan penelitian ini. Penelitian-

penelitian tersebut menjadi acuan peneliti dalam merumuskan tingkat kesantunan

yang terjadi di masyarakat. Terutama kesantunan sapaan guru kepada murid

melalui penggunaan bahasa.

Penelitian pertama milik Fendi Eko Prabowo (2016) dengan judul

“Kesantunan Berbahasa Dalam Kegiatan Diskusi Kelas Mahasiswa PBSI

Universitas Sanata Sharma Angkatan 2014”. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan pada kondisi yang

alamiah dan lebih menandai akan hasil penelitian sesuai dengan sikap serta

pandangan peneliti terhadap adanya (tidak adanya) penggunaan bahasa daripada

menandai cara penanganan bahasa tahap demi tahap, langkah demi langkah.

Peneliti menemukan persamaan teori yang digunakan oleh Fendi yaitu

penggunaan prinsip kesantunan berbahasa milik Leech. Hasil dari penelitian yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

10

dilakukan oleh Fendi Eko Prabowo yaitu peneliti menemukan bentuk tuturan

santun dan tidak santun pada saat pengambilan data. Peneliti menemukan dua

puluh dua (22) pematuhan terhadap maksim Leech serta emapt puluh delapan (48)

pelanggaran terhadap maksim Leech.

Penelitian kedua milik Fransisca Dike Desintya Dipta Sasmaya (2014) dengan

judul “Tingkat Kesantunan Berbahasa Pedagang “PERKO” Trotoar Malioboro

Yogyakarta (Suatu Tinjauan Sosiopragmatik). Jenis penelitian yang digunakan

peneliti adalah deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data observasi

partisipatif dan metode simak-catat. Teknik analisis data deskriptif dan

kontekstual. Peneliti menemukan kesamaan teori dengan peneltian terdahulu milik

Fransisca Dike yaitu penggunaan teori sapaan milik Kridalaksana yang

menyatakan bahwa kata sapaan merujuk pada kata atau ungkapan yang dipakai

untuk menyebut dan memanggil para pelaku dalam suatu peristiwa bahasa.

Penelitian berjudul “Tingkat Kesantunan Berbahasa Pedagang “PERKO”

Trotoar Malioboro Yogyakarta (Suatu Tinjauan Sosiopragmatik) mendapatkan

temuan bahwa tingkat kesantunan berbahasa penjual dan pembeli sangatlah

rendah. Hal ini dikarenakan mereka menggunakan bahasa sehari-hari atau dapat

dikatakan menggunakan bahasa sesuka nereka dalam bertransaksi jual beli.

2.2 Pragmatik

Pragmatik menurut Thomas dan Yule (dalam Cummings: 2007)

mendefinisikan pragmatik sebagai ilmu yang mempelajari makna yang muncul

dalam interaksi. Hanya saja ada sedikit misunderstanding tentang apa itu

pragmatik. Bermula dari paparan Charles Morris (dalam Cummings, 2007) yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

11

mengatakan bahwa pragmatik adalah salah satu sistem semiotik selain sintaksis

dan semantik, beberapa orang memiliki pemahaman bahwa pragmatik itu ya

semiotik, sehingga aplikasi konsep pragmatik ini diterapkan seperti layaknya

penerapan konsep semiotik sosial.

Yule (2006:3) mengemukakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna

yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar

(atau pembaca). Oleh karena itu, pragmatik lebih banyak berhubungan dengan

analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya dari pada

dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang di gunakan dalam tuturan itu

sendiri. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pandangan Levinson (dalam Tarigan,

1986: 33), yang mengartikan pragmatik sebagai telaah mengenai relasi antara

bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan

pemahaman bahasa. Pragmatik linguistik berada di persimpangan antara sejumlah

bidang di dalam dan di luar ilmu pengetahuan kognitif, bukan hanya ilmu

linguistik, psikologikognitif, antropologi kultural, dan filsafat (logika, semantik,

teori tindakan), tetapi juga sosiologi (dinamika interpersonal dan kajian konvensi

social) dan retorika memberikan kontribusi terhadap bidang kajian ini

(Cummings, 2007:1).

Cruise (dalam Cummings, 2007:2), pragmatik dapat dianggap berurusan

dengan aspek-aspek informasi (dalam pengertian yang paling luas) yang

disampaikan melalui bahasa yang (a) tidak dikodekan oleh konvensi yang

diterima secara umum dalam bentuk-bentuk linguistik yang digunakan, (b) namun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

12

juga muncul secara alamiah dan tergantung pada makna-makna yang dikodekan

secara konvensional dengan konteks tempat penggunaan bentuk-bentuk tersebut.

Pragmatik sendiri lebih berkenaan dengan tuturan yang digunakan oleh

penutur dalam interaksi, apa sebenarnya maksud di balik ujaran yang dia

eksekusi, bagaimana penutur bisa menangkap maksud yang bahkan tuturan itu

tidak eksplisit, bagaimana tuturan itu bisa mengakomodasi maksud yang beda

manakala aspek konteks berubah, bagaimana setiap maksud dari sebuah tuturan

itu bisa juga memiliki kekuatan yang membuat lawan bicara itu merespon dengan

sebuah reaksi tertentu. Semua itu memerlukan sistem semion bentuk lain yang

sifatnya kontekstual.

Dalam konteks ini, sebuah ujaran atau tuturan yang digunakan oleh seorang

penutur dalam interaksi itu sebenarnya memiliki tiga dimensi makna, yaitu makna

yang muncul dari satuan-satuan yang dirangkai dengan kaidah struktur klausa atau

yang disebut sebagai makna lokusi yaitu makna yang dikandung oleh tuturan itu

dalam konteks interaksi atau yang dikenal dengan nama makna ilokusi atau daya

pragmatik (pragmatic force) dan daya tuturan yang mampu menggerakkan lawan

bicara.

2.3 Kesantunan Berbahasa

1. Teori Kesantunan Berbahasa menurut Brown dan Levinson

Brown dan Levinson (1987) mengatakan teori kesantunan berbahasa itu

berkisar atas nosi muka (face). Semua orang yang rasional punya muka (dalam

arti kiasan tentunya), dan muka itu harus dijaga, dipelihara, dan sebagainya.

Ungkapan-ungkapan dalam bahasa Indonesia seperti kehilangan muka,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

13

menyembunyikan muka, menyelamatkan muka, dan mukanya jatuh, mungkin

lebih bisa menjelaskan konsep muka ini dalam kesantunan berbahasa. Muka ini

harus dijaga, tidak boleh direndahkan orang. Menurut Brown dan Levinson (1987)

sebuah tindak tutur dapat merupakan ancaman terhadap muka. Tindak tutur ini

oleh Brown dan Levinson disebut sebagai Face Threatening Act (FTA). Untuk

mengurangi kekerasan ancaman itulah di dalam berkomunikasi kita tidak harus

selalu menaati.

2. Teori Kesantunan Berbahasa menurut Pranowo

Pranowo tidak memberikan teori mengenai kesantunan berbahasa, melainkan

memberi pedoman bagaimana berbicara secara santun. Menurut Pranowo (dalam

Chaer, 2010:62), suatu tuturan akan terasa santun apabila memperhatikan hal-hal

berikut:

a. Menjaga suasana perasaan lawan tutur sehingga dia berkenan bertutur

dengan kita.

b. Mempertemukan perasaan kita (penutur) dengan perasaan lawan tutur

sehingga isi tuturan sama-sama dikehendaki karena sama-sama

diinginkan.

c. Menjaga agar tuturan dapat diterima oleh lawan tutur karena dia

sedang berkena di hati.

d. Menjaga agar dalam tuturan terlihat ketidakmampuan penutur di

hadapan lawan tutur.

e. Menjaga agar dalam tuturan selalu terlihat posisi lawan tutur selalu

berada pada posisi yang lebih tinggi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

14

f. Menjaga tuturan selalu terlihat bahwa apa yang dikatakan kepada

lawan tutur juga dirasakan oleh penutur.

Pranowo dalam bukunya Berbahasa secara santun (2009:13) juga

mengemukakan alasan mengapa manusia harus berbahasa secara santun kepada

mitra tutur karena mengeluarkan pernyataan atau mengaktualisasi diri secara

bebas bukan berarti tanpa batas. Dalam berucap dan berperilaku, seseorang tidak

harus melanggar hukum dan pranata sosial maupun pranata budaya. Meskipun

sudah ada pranata sosial dan budaya, janganlah seseorang baru berbuat santun

setelah dikucilkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, perilaku hendaknya selalu

dijaga agar ketika berbicara maupun berperilaku tidak perlu diperingatkan oleh

hukum maupun pranata sosial dan budaya. Setiap orang hendaknya selalu

menjaga diri agar ucapan dan perilakunya tidak melanggar hukum maupun

pranata sosial dan pranata budaya.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang dapat menimbulkan interaksi antar

penutur dengan mitra tutur. Ada tiga hal penting ketika penutur berinteraksi

dengan mitra tutur. Pertama, mitra tutur diharapkan dapat memahami maksud

yang disampaikan oleh penutur. Dengan demikian, interaksi antara penutur

dengan mitra tutur dapat komunikatif. Jika mitra tutur tidak mampu memahami

pesan yang disampaikan oleh penutur, komunikasi akan gagal. Sebaliknya, jika

mitra tutur mampu memahami maksud penutur, komunikasi akan berhasil. Kedua,

setelah mitra tutur memahami maksud penutur, mitra tutur akan mencari aspek

tuturan yang lain. Mitra tutur tidak cukup hanya disuguhi dengan maksud. Mereka

juga ingin mendapatkan persepsi mengenai penutur. Persepsi mitra tutur terhadap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

15

penutur akan diperoleh melalui cara menyampiakna maksud menggunakan

bahasa. Jika cara menyampaikan maksud dilakukan oleh penutur dengan bahsa

yang mudah dipahami, persepsi penutur akan mengatakan bahwa penutur sangat

mahir menjelaskan suatu pokok masalah kepada mitar tutur. Jika penutur

menggunakan kata-kata yang enak dirasakan, mitra tutur akan mempersepsi

penutur sebagai orang yang santun.

Ketiga, tuturan penutur kadang-kadang juga disimak oleh orang lain (orang

ketiga) yang sebenarnya tidak berkaitan langsung dengan komunikasi antara

penutur dengan mitra tutur. Pada saat interaksi antara penutur dengan mitra tutur

sedang berlangsung, orang ketiga yang sedang berada di luar pembicaraan pun

sering ikut memersepsi tuturan penutur. Orang ketiga akan mempersepsikan

seberapa tingkat kejelasan maksud tuturan dan seberapa tingkat kesantunan

berbahasa penutur.

Berbahasa dan berperilaku santun merupakan kebutuhan setiap orang, bukan

sekadar kewajiban. Seseorang berbahasa dan berperilaku santun sebenarnya lebih

dimaksudkan sebagai wujud aktualisasi diri. Pada dasarnya aktualisasi diri dengan

berbahasa dan berperilaku santun dapat berkenan bagi mitra tutur hanyalah efek

bukan tujuan. Setiap orang harus menjaga kehormatan dan martabat diri sendiri.

Hal ini dimaksudkan agar orang lain juga mau menghargainya. Inilah hakikat

berbahasa secara santun.

2.4 Tindak Tutur

Tutur atau tuturan yaitu sesuatu yang dituturkan, tidak sengaja menuturkan,

terucapkan, atau terlafalkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:1511).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

16

Tuturan tersebut dapat berupa kata, frasa, atau kalimat yang diucapkan ketika

sedang berkomunikasi. Ujaran tersebut bisa berbentuk pernyataan untuk

memberikan informasi atau pernyataan untuk menanyakan informasi.

Menurut Searle (dalam Nadar, 2009:12) berpendapat bahwa unsur yang

paling kecil dalam komunikasi adalah tindak tutur seperti menyatakan, membuat

pertanyaan, memberi perintah, menguraikan, menjelaskan, minta maaf, berterima

kasih, mengucapkan selamat, dan lain-lain. Austin dalam bukunya How to Do

Things With Words (1962) mengatakan bahwa secara analitis dapat dipisahkan

tiga macam tindak bahasa yang terjadi secara serentak, yaitu lokusi, ilokusi,

perlokusi (Nababan, 1987:18). Pertama, tindak lokusi (lokutionary act) yang

mengaitkan suatu topik dengan suatu keterangan dalam suatu ungkapan, serupa

hubungan subjek dengan suatu keterangan dalam suatu ungkapan, serupa

hubungan subjek dengan predikat, atau topik dengan penjelasan dalam sintaksis

(Nababan, 1987:18). Tindak tutur lokusi bisa berupa kata, frasa atau kalimat yang

digunakan penutur untuk mengatakan sesuatu. Kedua, tindak ilokusi

(illocutionary act), yaitu pengucapan suatu pernyataan, janji, tawaean, pertanyaan,

dan sebagainya. Tindak ilokusi berarti melakukan suatu tindakan dengan maksud

dan fungsi tertentu. Ketiga, tindak perlokusi adalah tindak membubuhkan

pengaruh kepada diri sang mitra tutur. Perlokusi (perlocutionary act) merupakan

hasil atau efek yang diharapkan timbul pada diri si pendengar sesuai dengan

situasi dan kondisi penuturan tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

17

Yule (2006: 92–94) mengklasifikasikan tindak tutur menjadi 5 jenis fungsi

umum, yaitu deklaratif, representatif, ekspresif, direktif, dan komisif. Berikut ini

adalah penjelasan dari setiap jenis tersebut.

1. Deklarasi adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan.

Penutur harus memiliki peran institusional khusus, dalam konteks khusus,

untuk menampilkan suatu deklarasi secara tepat.

2. Representatif ialah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini

penutur kasus atau bukan. Pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan,

dan pendeskripsian tentang sesuatu yang diyakini oleh penutur.

3. Ekspresif ialah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan

oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-pernyataan

psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan,

kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan.

4. Direktif ialah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh

orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang

menjadi keinginan penutur.

5. Komisif ialah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk

mengaitkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang.

Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur.

Tindak tutur ini dapat berupa janji, ancaman, penolakan, dan ikrar. Pada

waktu menggunakan komisif, penutur berusaha untuk menyesuaikan dunia

dengan kata-kata (lewat penutur).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

18

2.5 Prinsip Kesantunan Leech

Dalam menentukan santun atau tidaknya suatu tuturan dapat menggunakan

suatu prinsip tertentu. Leech menyampaikan enam maksim yang menjadi prinsip

kesantunan. Keenam maksim tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

a. Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim)

Gagasan dasar maksim kebijaksanaan dalam prinsip kesantunan adalah bahwa

para peserta pertuturan hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu

mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak

lain dalam kegiatan bertutur. Orang bertutur yang berpegang dan melaksanakan

maksim kebijaksanaan akan dapat dikatakan sebagai orang santun. Apabila di

dalam bertutur orang berpegang teguh pada maksim kebijaksanaan, ia akan dapat

menghindarkan sikap dengki, iri hati, dan sikap-sikap lain yang kurang santun

terhadap si mitra tutur. Perasaan sakit hati merupakan akibat dari perlakuan yang

tidak menguntungkan pihak lain akan dapat diminimalkan apabila maksim

kebijaksanaan ini dipegang teguh dan dilaksanakan dalam kegiatan bertutur.

Dengan perkataan lain, menurut maksim ini, kesantunan dalam bertutur dapat

dilakukan apabila maksim kebijaksnaan dilaksanakan dengan baik.

b. Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim)

Maksim kedermawanan atau maksim kemurahan hati, para peserta pertuturan

diharapkan dapat menghormati orang lain. Penghormatan terhadap orang lain

akan terjadi apabila orang dapat mengurangi keuntungan bagi dirinya sendiri dan

memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

19

c. Maksim Penghargaan (Approbation Maxim)

Maksim penghargaan dijelaskan bahwa orang akan dapat dianggap santun

apabila dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak

lain. Dengan maksim ini, diharapkan agar para peserta pertuturan tidak saling

mengejek, saling mencaci, atau saling merendahkan pihak yang lain. Peserta tutur

yang sering mengejek peserta tutur lain di dalam kegiatan bertutur akan dikatakan

sebagai orang yang tidak sopan. Dikatakan demikian, karena tindakan mengejek

merupakan tindakan tidak menghargai orang lain. Kerena merupakan perbuatan

tidak baik, perbuatn itu harus dihindari dalam pergaulan sesungguhnya.

d. Maksim Kesederhanaan (Modesty Maxim)

Maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati, peserta tutur diharapkan

dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap dirinya

sendiri. Orang akan dikatakan sombong dan congkak hati apabila di dalam

kegiatan bertutur selalu memuji dan mengunggulkan dirinya sendiri. Dalam

masyarakat dan budaya Indonesia, kesederhanaan dan kerendahan hati banyak

digunakan sebagai parameter penilaian kesantunan seseorang.

e. Maksim Permufakatan (Agreement Maxim)

Maksim permufakatan seringkali disebut dengan maksim kecocokan menurut

Wijana (dalam Kunjana, 2006:64). Maksim ini, ditekankan agar para peserta tutur

dapat saling membina kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur.

Apabila terdapat kemufakatan atau kecocokan antara diri penutur dan mitra tutur

dalam kegiatan bertutur, masing-masing dari mereka akan dapat dikatakan

bersikap santun. Di dalam masyarakat tutur Jawa, orang tidak diperbolehkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

20

memenggal atau bahkan membantah secara langsung apa yang dituturkan oleh

pihak lain.

Hal demikian tampak sangat jelas, terutama, apabila umur, jabatan, dan status

sosial penutur berbeda dengan si mitra tutur. Pada zaman kerajaan-kerajaan di

Pulau Jawa dahulu, orang yang berjenis kelamin wanita tidak di perkenankan

menentang sesuatu yang dikatakan dan diperintahkan sang pria. Kita dapat

mencermati orang bertutur pada zaman sekarang ini, seringkali didapatkan bahwa

dalam memperhatikan dan menanggapi penutur, si mitra tutur menggunakan

anggukan-anggukan tanda setuju, acungan jempol tanda setuju, wajah tanpa

kerutan pada dahi tanda setuju, dan beberapa hal lain yang sifatnya paralinguistik

kinesik untuk menyatakan maksud tertentu.

f. Maksim Kesimpatisan (Sympathic Maxim)

Maksim kesimpatisan yaitu para perserta tutur diharapkan dapat

memaksimalkan sikap simpati anatar pihak yang satu dengan pihak lainnya. Sikap

antipati terhadap dalah seorang peserta tutur akan dianggap sebagai tindakan tidak

santun. Masyarakat tutur Indonesia, sangat menjunjung tinggi rasa kesimpatisan

terhadap orang lain ini di dalam komunikasi kesehariannya. Orang yang bersikap

antipati terhadap orang lain, apalagi sampai bersikap sinis terhadap pihak lain,

akan dianggap sebagai orang yang tidak tahu sopan santun di dalam masyarakat.

Kesimpatisan terhadap pihak lain sering ditunjukkan dengan senyuman,

anggukan, gandengan tangan, dan sebagainya.

Berbeda dengan yang disampaikan Leech di atas, didalam model

kesantunan Brown dan Levison (dalam Kunjana, 2006:68) terdapat tiga skala

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

21

penentu tinggi rendahnya peringkat kesantunan sebuah tuturan. Ketiga skala

termaksud ditentukan secara kontekstual, sosial, dan kultural yang selengkapnya

mencakup skala-skala berikut.

a. Skala peringkat jarak sosial antara penutur dan mitra tutur (social

distance between speaker and hearer)

Skala ini banyak ditentukan oleh parameter perbedaan umur, jenis

kelamin, dan latar belakang sosiokultural. Berkenaan dengan perbedaan

umur antara penutur dan mitra tutur, lazimnya didapatkan bahwa semakin

tua umur seseorang, peringkat kesantunan dalam bertuturnya akan menjadi

semakin tinggi. Sebaliknya, orang yang msaih berusia muda lazimnya

cenderung memiliki peringkat kesantunan yang rendah di dalam kegiatan

bertutur. Orang yang berjenis kelamin wanita, lazimnya memiliki peringkat

kesantunan lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang berjenis kelamin

pria.

Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa wanita cenderung lebih

banyak berkenaan dengan sesuatu yang bernilai estetika dalam keseharian

hidupnya. Sebaliknya, pria cenderung jauh dari hal-hal itu karena lazimnya,

ia banyak berkenaan dengan kerja dan pemakaian logika dlama kegiatan

keseharian hidupnya. Latar belakang sosiokultural seseorang memiliki peran

sangat besar dalam menentukan peringkat kesantunan bertutur yang

dimilikinya. Orang yang memiliki jabatan tertentu di dalam masyarakat

cenderung memiliki peringkat kesantunan lebih tinggi dibandingkan dengan

kebanyakan orang, seperti petani, pedagang, kuli perusahaan, buruh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

22

bangunan, dan pembantu rumah tangga. Demikian pula, orang-orang kota

cenderung memiliki peringkat kesantunan lebih tinggi dibandingkan dengan

masyarakat desa. Pada zaman dahulu, para punggawa kerajaan terkenal

memiliki kesantunan bertutur relatif tinggi dibandingkan dengan orang-

orang kebanyakan, seperti pedagang, buruh perusahaan, petani, dan

sebagainya.

b. Skala peringkat status sosial (the speaker and hearer relative power)

atau seringkali disebut dengan peringkat kekuasaan (power rating)

Skala ini didasarkan pada kedudukan asimetrik antara penutur dan

mitra tutur. Contohnya ketika ada seorang dokter berada dalam ruang

periksa sebuah rumah sakit, kedudukan seorang dokter lebih tinggi dari

pasien. Maka dari itu seorang dokter memiliki peringkat kekuasaan yang

lebih tinggi dari pasien. Sejalan dengan itu di sebuah jalan raya seorang

polisi lalu lintas dianggap memiliki peringkat kekuasaan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan dokter rumah sakit yang pada saat itu kebetulan

melanggar peraturan lalu lintas. Sebaliknya, polisi yang sama akan jauh di

bawah seorang dokter rumah sakit dalam hal peringkat kekuasaannya

apabila sedang berada di sebuah ruang periksa rumah sakit.

c. Skala peringkat tindak tutur atau sering pula disebut dengan rank

rating atau lengkapnya adalah the degree of imposition associated with

the required expenditure of good or service.

Skala ini didasarkan atas kedudukan relatif tindak tutur yang satu

dengan tindak tutur lainnya. Sebagai contoh, dalam situasi yang sangat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

23

khusus, bertamu di rumah seorang wanita dengan melewati batas waktu

bertamu yang wajar akan dikatakan sebagai tidak tahu sopan santun dan

bahkan melanggar norma kesantunan yang berlaku pada masyarakat tutur

itu. Namun demikian, hal yang sama akan dianggap sangat wajar dalam

situasi yang berbeda. Pada saat di suatu kota terjadi kerusuhan dan

pembakaran gedung-gedung dan perumahan, orang berada di rumah orang

lain atau rumah tetangganya bahkan sampai pada waktu yang tidak

ditentukan.

2.6 Faktor Penentu Kesantunan

Faktor penentu kesantunan adalah segala hal yang dapat memengaruhi

pemakaian bahasa menjadi santun atau tidak santun. Faktor penentu kesantunan

dari aspek kebahasaan dapat diidentifikasi sebagai berikut (Pranowo, 2009:76).

Aspek penentu kesantunan dalam bahasa verbal lisan antara lain aspek

intonasi (keras lembutnya intonasi ketika seseorang berbicara), aspek nada bicara

(berkaitan dengan suasana emosi penutur, nada resmi, nada bercanda atau

bergurau, nada mengejek, nada menyindir), faktor pilihan kata dan faktor struktur

kalimat.

Aspek intonasi dalam bahasa lisan sangat menentukan santun tidaknya

pemakaian bahasa. Ketika penutur menyampaikan maksud kepada mitra tutur

dengan menggunakan intonasi keras, padahal mitra tutur berada pada jarak yang

sangat dekat dengan penutur, sementara mitra tutur tidak tuli, penutur akan dinilai

tidak santun. Sebaliknya, jika penutur menyampaikan maksud dengan intonasi

lembut, penutur akan dinilai sebagai orang yang santun. Namun, intonasi kadang-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

24

kadang dipengaruhi oleh latar belakang budaya masyarakat. Lembutnya intonasi

orang Jawa berbeda dengan orang Batak.

Aspek nada dalam bertutur lisan mempengaruhi kesantunan berbahasa

seseorang. Nada adalah naik turunnya ujaran yang menggambarkan suasana hati

penutur ketika sedang bertutur. Jika suasana hati sedang senang, nada bicara

penutur menaik dengan ceria sehingga terasa menyenangkan. Jika suasana hati

sedang sedih, nada bicara penutur menurun dengan datar sehingga terasa

menyedihkan. Jika suasana hati sedang marah, emosi, nada bicara penutur menaik

dengan keras, kasar sehingga terasa menakutkan.

Nada bicara tidak dapat disembunyikan dari tuturan. Dengan kata lain, nada

bicara penutur selalu berkaitan dengan suasana hati penuturnya. Namun, bagi

penutur yang ingin bertutur secara santun, hendaknya dapat mengendalikan diri

agar suasana hati yang negatif tidak terbawa dalam bertutur kepada mitra tutur.

Pilihan kata merupkan salah satu penetu kesantunan dalam bahasa lisan

maupun bahasa tulis. Ketika seseorang sedang bertutur, kata-kata yang digunakan

dipilih sesuai topik yang dibicarakan, konteks pembicaraan, suasana mitra tutur,

pesan yang disampaikan, dan sebagainya. Dalam bahasa lisan, kesantunan juga

dipengaruhi oleh faktor bahasa nonverbal, seperti gerak gerik anggota tubuh,

kerlingan mata, gelengan kepala, acungan tangan, kepalan tangan, tangan

berkacak pinggang, dan sebagainya.

2.7 Indikator Kesantunan Pranowo

Selain menggunakan kaidah dan skala kesantunan untuk mengukur suatu

tuturan, pemilihan kata (diksi) juga memengaruhi kesantunan dalam proses

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

25

komunikasi. Pranowo (2009:103) memberikan saran agar komunikasi dapat terasa

santun, tuturan ditandai dengan hal-hal berikut.

1) Perhatikan suasana perasaan mitra tutur sehinga ketika bertutur dapat

membuat hati mitra tutur berkenan (angon rasa).

2) Pertemukan perasaan Anda dengan perasaan mitra tutur sehingga isi

komunikasi sama-sama dikehendaki karena sama-sama diinginkan (adu

rasa).

3) Jagalah agar tuturan dapat di terima oleh mitra tutur karena mitra tutur

sedang berkenan di hati (empan papan).

4) Jagalah agar tuturan memperlihatkan rasa ketidakmampuan penutur di

hadapan mitra tutur (sifat rendah hati).

5) Jagalah agar tuturan selalu memperlihatkan bahwa mitra tutur diposisikan

pada tempat yang lebih tinggi (sikap hormat).

6) Jagalah agar tuturan selalu memperlihatkan bahwa apa yang dikatakan

kepada mitra tutur juga dirasakan oleh penutur (sikap tepa selira).

Selain itu, indikator di atas juga dapat dilihat melalui pemakaian kata-kata

tertentu sebagai pilihan kata (diksi) yang dapat mencerminkan rasa santun,

misalnya:

1) Gunakan kata “tolong” untuk meminta bantuan orang lain.

2) Gunakan frasa “terima kasih” sebagai penghormatan atas kebaikan

orang lain.

3) Gunakan kata “maaf” untuk tuturan yang diperkirakan dapat menyinggung

perasaan orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

26

4) Gunakan kata “berkenan” untuk meminta kesediaan orang lain melakukan

sesuatu.

5) Gunakan kata “beliau” untuk menyambut orang ketiga yang dinilai lebih

dihormati.

6) Gunakan kata “Bapak/Ibu” untuk menyebut orang kedua dewasa.

Penelitian lanjutan milik Pranowo menemukan indikator kesantunan dapat

mendukung kesantunan, yaitu sikap rendah hati. Sikap rendah hati seseorang

dapat tumbuh dan berkembang jika seseorang mampu memanifestasikan nilai-

nilai lain, seperti tenggang rasa (angon rasa, adu rasa), angon wayah, mau

berkorban, mawas diri, empan papan, dan sebagainya.

2.8 Tuturan Sapaan

Tutur atau tuturan yaitu sesuatu yang dituturkan (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2008:1511). Tuturan tersebut dapat berupa kata, frasa, atau kalimat

yang diucapkan ketika sedang berkomunikasi. Sedangkan sapaan berarti ajakan

untuk bercakap, teguran, ucapan, yang dalam konteks linguistik berarti kata atau

frasa untuk saling merujuk dalam pembicaraan dan yang berbeda-beda menurut

sifat hubungan di antara pembicara itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

2008:1225).

Menurut Kristal (dalam Aslinda, dkk,2000:3) mendefinisikan sapaan sebagai

cara mengacu seseorang di dalam interaksi linguistik yang dilakukan secara

langsung. Pendapat ini sejalan dengan Nababan (1993:40), yang mengatakan

bahwa sistem tutur sapa (sapaan) adalah alat seseorang pembicara untuk

menyatakan sesuatu kepada orang lain. Sapaan ini akan merujuk kepada orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

27

yang diajak bicara agar perhatiannya tertuju kepada pembicaraan. Berdasarkan

teori dari Kristal dan Nababan dapat disimpulkan bahwa tuturan sapaan adalah

hubungan komunikasi secara langsung antara pembicara dengan mitra wicaranya.

Tuturan sapaan ini akan merujuk kepada mitra wicara agar perhatiannya tertuju

kepada pembicaraan dan digunakan oleh pembicara untuk saling menyapa atau

menegur salam suatu peristiwa komunikasi.

Menurut Brown dan Gilman, penggunaan sapaan di pengaruhi oleh dua

faktor, yakni faktor kuasa (power) dan solidaritas (solidarity). Kedua faktor ini

mempengaruhi pola sapaan yang digunakan antara penutur dengan mitra bicara.

Di dalam sapaan, terdapat dua pola, yaitu resiprokal dan nonresiprokal. Pola

resiprokal digunakan apabila penutur menyapa mitra bicara dengan bentuk sapaan

yang sama. Pola resiprokal ini menunjukkan hubungan yang simetris. Sebaliknya

,jika nonresiprokal digunakan apabila penutur menyapa mitra bicara dengan

bentuk sapaan yang berbeda dan hubungan yang ditunjukkan adalah hubungan

yang asimetris.

Dalam hubungan kuasa (power), sapaan digunakan secara nonresiprokal .

Hal ini terjadi karena penutur dan mitra bicara memiliki perbedaan kuasa.

Penutur yang memiliki kuasa lebih tinggi (superior) menyapa orang lain dengan

sapaan T dan ia menerima sapaan bentuk V. Sementara itu, orang memiliki kuasa

lebih rendah (inferior) menyapa dengan sapaan V dan di sapa dengan sapaan T.

apabila hubungan kuasa antara penutur dan mitra bicara sama (equal), sapaan

yang digunakan secara respirokal, yaitu saling menyapa dengan sapaan V atau T.

Brown dan Gilman menjelaskan lebih jauh bahwa kekuasaan didasarkan pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

28

kekuatan fisik, kesejahteraan, usia, jenis kelamin, peran di masyarakat, Negara,

ketentaraan, dan di dalam keluarga.

Dalam hubungan solidaritas (solidarity), sapaan digunakan secara resiprokal.

Solidaritas ini muncul pada hubungan kuasa yang sama (power equal). Solidaritas

menunjukkan kedekatan (closeness) dan keintiman (intimacy) antara penutur dan

mitra bicara. Apabila penutur dan mitra bicara memiliki kekuasaan yang (power

equal) dan memiliki solidaritas, mereka akan saling menyapa dengan sapaan T.

Sebaliknya, apabila mereka tidak memiliki solidaritas, akan saling menyapa

dengan sapaan V. Apabila penutur memiliki kekuasaan yang lebih tinggi

(superior) dan memiliki solidaritas, ia kan menyapa dengan sapaan T dan disapa

dengan sapaan T dan V. Sebaliknya, penutur memiliki kuasa lebih rendah

(inferior) dan memiliki solidaritas, ia akan menyapa dengan sapaan V dan T dan

disapa dengan sapaan T. Apabila penutur memiliki kekuasaan yang lebih tinggi

(superior) tetapi tidak memiliki solidaritas, ia akan menyapa mitra bicara dengan

sapaan V dan T, serta disapa dengan sapaan V. Sebaliknya, penutur memiliki

kuasa lebih rendah (inferior) tetapi tidak memiliki solidaritas, ia akan menyapa

dengan sapaan V dan disapa dengan sapaan V dan T.

2.8.2 Fungsi Sapaan

Bieber (dalam Fitri, 2012:20) membagi fungsi sapaan berdasarkan letak

kemunculannya dalam ujaran. Berdasarkan letaknya tersebut, Bieber et

al.membagi sapaan ke dalam fungsi berikut.

1. Menarik perhatian seseorang,

2. Manandai mitra bicara,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

29

3. Mempertahankan dan memperkuat hubungan sosial.

Sapaan yang berada di awal ujaran biasanya berfungsi untuk menarik

perhatian seseorang (1) dan memperkenalkan lawan bicara (2). Sementara itu,

sapaan yang terletak di akhir ujaran mempunyai fungsi kombinasi nomor 2 dan 3,

yaitu mengatur dan mempertahankan hubungan sosial antara penutur dan mitra

bicara. Fungsi sapaan untuk menjaga hubungan sosial terlihat dari penggunaan

sapaan berupa panggilan akrab (familiarizers).

2.9 Konteks

Gagasan tentang konteks berada di luar pengejawantahannya yang jelas

seperti latar fisik tempat, dihasilkannya suatu ujaran yang mencakup faktor-faktor

linguistik, sosial dan epistemis. Meskipun peran konteks dalam makna bahasa

telah lama diketahui walau hanya akhir-akhir ini saja diuraikan secara jelas dalam

disiplin ilmu pragmatik yang usianya masih relatif muda baru sekaranglah

kontribusi faktor-faktor konteks terhadap proses argumentasi di selidiki secara

serius oleh para ahli pragmatik (Cummings, 2007:5).

Konteks telah diberi berbagai arti antara lain diartikan sebagai aspek-aspek

yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan. Dalam hal itu dapat

dikatakan bahwa konteks sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang sama-

sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur yang membantu mitra tutur untuk

menafsirkan makna tuturan (Leech, 1993:20).

Pranowo (2014: 65) mendefinikan bahwa konteks adalah teks lain, atau situasi

yang berada di luar teks yang sedang dibicarakan. Mulyana (2005: 21)

menyebutkan bahwa konteks ialah situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

30

Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan

atau dialog. Segala sesuatu yang behubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan

dengan arti, maksud, maupun informasinya, sangat tergantung pada konteks yang

melatarbelakangi peristiwa tuturan itu.

Menurut Moeliono dan Samsuri (dalam Mulyana, 2005:23) konteks terdiri

atas beberapa hal, yakni situasi, partisipan, waktu, tempat, adegan, topik,

peristiwa, bentuk, amanat, kode dan saluran. Sedangkan, Syafi’ie (dalam

Mulyana, 2005:24) menambahkan bahwa, apabila dicermati dengan benar,

konteks terjadinya suatu percakapan dapat dipilah menjadi empat macam, yakni

sebagai berikut.

1) Konteks linguistik (linguistic context), yaitu kalimat-kalimat dalam

percakapan.

2) Konteks epistemis (epistemis context), adalah latar belakang

pengetahuanyang sama-sama diketahui oleh partisipan.

3) Konteks fisik (physical context), meliputi tempat terjadinya percakapan,

objek yang disajikan dalam percakapan, dan tindakan para partisipan.

4) Konteks sosial (social context), yaitu relasi sosio-kultural yang melengkapi

hubungan antar pelaku atau partisipan dalam percakapan.

Uraian tentang konteks terjadinya suatu percakapan (wacana) menunjukkan

bahwa konteks memegang peranan penting dalam memberi bantuan untuk

menafsirkan suatu wacana. Kesimpulannya, secara singkat dapat dikatakan in

language, context is everything. Dalam berbahasa (berkomunikasi), konteks

adalah segala-galanya (Mulyana, 2005: 24).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

31

2.10 Maksud

Berbeda dengan makna dan informasi, makna adalah gejala dalam ujaran dan

informasi yaitu gejla-luar-ujaran. Selain informasi sebagai sesuatu yang luar

ujaran ada lagi istilah yang disebut dengan maksud. Informasi dan maksud sama-

sama sesuatu luar-ujaran. Berbeda dengan informasi yaitu sesuatu luar-ujaran

dilihat dari segi objeknya atau yang dibicarakan. Maksud dapat dilihat dari segi si

pengujar, orang yan berbicara, atau pihak subjeknya (Chaer, 2009:35). Di sini

orang yang berbicara itu mengujarkan seuatu ujaran entah berupa kalimat maupun

frase, tetapi yang dimaksudkannya tidak sama dengan makna lahiriah ujaran itu

sendiri. Contohnya ada beberapa mahasiswa sedang mengerjakan tugas bersama

di dalam rumah saat itu hari mulai petang, kemudian ada seorang mahasiswa yang

berkata “Wah kita mengerjakan tugas ditemani cahaya rembulan”. Maksud dari

tuturan mahasiswa tersebut adalah memerintahkan salah satu temannya untuk

menghidupkan lampu.

Tuturan di atas menjelaskan bahwa maksud banyak digunakan dalam bentuk-

bentuk ujaran yang disebut metafora, ironi, litotes, dan bentuk-bentuk gaya bahasa

lain. Selama masih menyangkut isi bahasa maka maksud itu masih dapat disebut

sebagai persoalan bahasa. Hal tersebut jika dirasa sudah terlalu jauh dan tidak

berkaitan lagi dengan bahasa maka sudah tidak dapat lagi disebut sebagai

persoalan bahasa. Mungkin termasuk persoalan bidang studi lain, entah filsafat,

antropologi, atau psikologi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

32

2.11 Kerangka Berpikir

Kajian pragmatik kita mengenal istilah kesantunan. Kesantunan merupakan

salah satu fenomena sosial yang sering diabaikan oleh masyarakat. Kesantunan

dalam berbahasa sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari sebagai sarana

komunikasi dimasyarakat. Praktik berbahasa dimasyarakat sendiri memiliki

tingkat kesantunan yang berbeda, hal itu terjadi karena dipengaruhi oleh budaya

yang berbeda pada setiap daerah. Prakti tersebut sangatlah penting untuk menjaga

kesantunan dalam bertutur agar tidak menyinggung pihak lain. Salah satunya

adalah guru sebagai teladan siswa saat di sekolah. Sebagai guru wajib untuk

bertutur secara santun agar tidak menyakiti hati siswa dan dapat memberi

pelajaran kepada siswa terkait berbahasa secara santun.

Penelitian mengenai kesantunan sapaan verbal guru kepada murid si SMP

Aloysius Turi Yogyakarta, memiliki sebuah kerangka berpikir. Kerangka berpikir

digunakan sebagai fondasi suatu pemikiran yang akan digunakan selama proses

penelitian berlangsung. Tujuan dari kerangka berpikir adalah memudahkan

peneliti dalam menjelaskan alur penelitian kesantunan sapaan verbal guru kepada

murid di SMP Aloysius Turi Yogyakarta. Dalam kerangka berpikir ini peneliti

akan membahas permasalahan-permasalahan yang telah diangkat, yakni

kesantunan sapaan, wujud kesantunan sapaan, ciri penanda kesantunan sapaan,

dan maksud dari sapaan tersebut. Pembahasan masalah tersebut alam dijelaskan

dengan konsep, teori, dan metode yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Peneliti menggunakan tori pragmatik sebagai pisau analisis dalam penelitian.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah tingkat kesantunan sapaan verbal guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

33

kepada murid, maka peneliti berpikir bahwa teori pragmatik sangat tepat

digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini. Komponen penting dalam

teori pragmatik yang menjadi fokus peneliti adalah teori tentang kesantunan

berbahasa secara verbal atau dalam bentuk tuturan. Peneliti menggunakan metode

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan metode yang menghasilkan

data deskriptif yamg dipaparkan dalam bentuk lisan maupun tertulis. Peneliti

memberi gambarang menyeluruh mengenai data penelitian berdasarkan proses

yang telah dilakukan dalam hal pengumpulan data dan analisis data. Pengumpulan

data dilakukan untuk memperoleh informasi dan mengumpulkan data-data serta

menjawab permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Data yang telah tekumpul

dari sumber data akan diproses melalui analisis data. Analisis data merupakan

penelusuran melalui temuan-temuan yang diperoleh peneliti. Analisis data

merupakan cara peneliti untuk mengolah data yang telah terkumpul olahan data

tersebut akan digunakan untuk menjawab permasalah yang diangkat dalam

penelitian ini.

Berdasarkan kegiatan pengumpulan data dan analisis data, peneliti berupaya

untuk menuliskan hasil penelitian tersebut. Hasil penelitian merupakan sasaran

yang ingin dicapai oleh peneliti. Dalam hasil penelitian, peneliti akan

menguraikan secara runtut proses penelitiannya yang kemudia dideskripsikan

secara singkat dalam butir-butir yang spesifik. Alur penelitian tingkat kesantunan

sapaan verbal guru kepada siswa SMP Aloysius Turi Yogyakarta memiliki bagan

kerangka berpikir.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

34

Kerangka Berpikir

HASIL PENELITIAN

KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA

SISWA DI SMP ALOYSIUS YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2017/2018

PENDEKATAN PRAGMATIK

KESANTUNAN BERBAHASA

WUJUD DAN CIRI

KESANTUNAN

VERBAL

INDIKATOR

KESANTUNAN

BERBAHASA

INDONESIA

PRINSIP

KESANTUNAN

LEECH

KAIDAH

KESANTUNAN

BERBAHASA

PENGUMPULAN DATA DAN

ANALISIS DATA

MAKSUD

KESANTUNAN

VERBAL

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

39

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dipaparkan mengenai metode penelitian. Hal-hal yang

berkaitan dengan metode penelitian meliputi: (1) jenis penelitian, (2) subjek

penelitian (3) metode dan teknik pengumpulan data, (4) instrumen penelitian,

(5) teknik analisis data, serta (6) sajian analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang kesantunan sapaan guru kepada murid di SMP

Aloysius Turi Yogyakarta, bukan mengkaji tentang kegunaan bahasa. Jenis

penelitian yang dilakukan adalah kebahasaan secara khusus pada bidang

pragmatik.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif

yang dimaksud karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah atau

natural setting (Sugiyono,2012:8). Deskriptif yang dimaksud karena lebih

menandai akan hasil penelitian sesuai dengan sikap serta pandangan peneliti

terhadap adanya (tidak adanya) penggunaan bahasa daripada menandai cara

penanganan bahasa tahap demi tahap, langkah demi langkah (Sudaryanto,

1993:60). Selanjutnya, Moleong (2014:6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif

adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan lain-

lain., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode ilmiah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

40

Penelitian kesantunan berbahasa verbal guru kepada siswa di SMP Aloysius

Turi Yogyakarta yang termasuk dalam penelitian jenis deskriptif kualitatif ini

hendak menggambarkan secara apa adanya bentuk-bentuk penggunaan

kesantunan berbahasa secara verbal. Penggunaan kesantunan verbal di lingkup

sekolah ini dirinci dengan menggambarkan wujud dan penanda, maksud, serta

kaidah kesantunan verbal. Oleh karena itu, penggunaan kesantunan berbahasa

verbal dianggap sebagai fenomena yang dapat dipahami dan dideskripsikan secara

alamiah.

3.2 Sumber Data dan Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitaif ini adalah bahasa verbal, maka

dalam penelitian ini sumber data yang akan digunakan adalah tuturan guru kepada

siswa yang dicurigai mengandung wujud dan maksud tuturan. Data penelitian ini

berupa tuturan verbal yang mengandung unsur kesantunan berbahasa dalam

komunikasi para guru kepada siswa di sekolah.

Pemilihan guru didasari alasan bahwa masih banyak para guru yang kurang

menyadari betapa pentingnya berbahasa secara santun kepada siswa. Guru dapat

memberikan contoh dan pengaruh kepada siswa guna memperkenalkan

pentingnya berbahasa santun kepada siapapun. Para siswa akan lebih mudah

menyerap sesuatu melalui apa yang mereka lihat atau tindakan nyata daripada

teori atau ucapan yang keluar dari mulut semata. Secara tidak sadar mereka akan

melakukan atau meniru sesuatu yang sering mereka lihat, maka dari itu sangat

penting guru berbahasa santun kepada siswa selain untuk menjaga perasaan dan

menghargai siswa juga membantu menciptakan generasi muda berakhlak santun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

41

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data simak. Peneliti

mengumpulkan tuturan dari hasil percakapan yang dilakukan oleh guru kepada

murid di sekolah. Tuturan ini diperoleh dengan memperhatikan metode simak,

yaitu menyimak tuturan langsung yang dituturkan oleh guru kepada murid di

sekolah. Teknik yang digunakan terhadap metode tersebut adalah dengan

mencatat dan merekam setiap tuturan yang terjadi, seperti wawancara dan

observasi. Dalam wawancara narasumber yang akan di wawancarai adalah guru

dan murid yang ada di SMP Aloysius Yogyakarta. Peneliti juga menggunakan

teknik observasi dimana adanya proses pengamatan selama penelitian ini

berlangsung. Berfungsi sebagai data penguat agar lebih akurat.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan peneliti dalam penelitian kesantunan berbahasa

verbal adalah dengan berbekal pengetahuan pragmatik yang meliputi kesantunan

berbahasa, prinsip, dan indikator kesantunan berbahasa. Bekal pengetahuan dalam

bentuk teori tersebut akan digunakan untuk menganalisis penggunaan bahasa

dalam hal wujud dan penanda kesantunan. Selain itu, peneliti juga akan

melengkapi instrumen penelitian dengan cara melakukan wawancara kepada

informan sebagai bentuk konfirmasi atas data yang didapatkan.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada kajian

analisis deskriptif. Analisis deskriptif yang dimaksudkan adalah analisis dengan

merinci dan menjelaskan secara panjang lebar keterkaitan data penelitian dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

42

bentuk kalimat (Nurastuti, 2007:103). Tujuan dari penelitian deskriptif adalah

untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.

Penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

fenomena-fenomena yang ada.

Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data dalam penelitian ini

sebagai berikut.

1) Peneliti mengidentifikasi data berdasarakan ciri-ciri penanda yang

ditemukan.

2) Peneliti mengklasifikasikan data bahasa verbal yang mengandung

kesantunan berbahasa.

3) Peneliti menginterpretasi data berdasarkan prinsip dan indikator kesantunan

berbahasa yang menjadi acuan.

4) Peneliti mendeskripsikan data dan melakukan pembahasan berdasarkan

kajian pragmatik.

3.6 Triangulasi Data

Data yang sudah terkumpul merupakan modal awal yang sangat berharga

dalam penelitian, dari data terkumpul akan dilakukan analisis yang digunakan

sebagai bahan masukan untuk penarikan kesimpulan, melihat begitu besarnya

posisi data maka keabsahan data yang terkumpul menjadi sangat vital. Data yang

salah akan menghasilkan kesimpulan yang salah pula, demikian sebaliknya, data

yang sah (valid atau kredibel) akan menghasilkan kesimpulan hasil penelitian

yang benar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

43

Penelitian kualitatif sangat sulit mencari kondisi yang benar-benar sama.

Selain itu, manusia sebagai instrumen, faktor kelelahan dan kejenuhan akan

berpengaruh. Kriteria kepastian (confirmability) berasal dari konsep objektivitas

pada kuantitatif. Kenyataannya sesuatu objektif atau tidak bergantung pada

persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, atau penemuan

seseorang. Padahal pengalaman seseorang itu sangat subjektif dan dapat dikatakan

subjektif bila disepakati oleh beberapa orang atau banyak orang. Untuk itu kriteria

kepastian atau objektivitas ini supaya menekankan pada orangnya, melainkan

harus menekankan pada datanya. Sebagai alat analisis data perlu menggunakan

trianggulasi data.

Triangulasi data digunakan sebagai proses memantapkan derajat kepercayaan

(kredibilitas atau validitas) dan konsistensi (reliabilitas) data, serta bermanfaat

juga sebagai alat bantu analisis data di lapangan. Kegiatan triangulasi dengan

sendirinya mencakup proses pengujian hipotesis yang dibangun selama

pengumpulan data. Triangulasi mencari dengan cepat pengujian data yang sudah

ada dalam memperkuat tafsir dan meningkatkan kebijakan, serta program yang

akan berbasis pada bukti yang telah tersedia. Triangulasi adalah suatu pendekatan

analisa data yang mensintesa data dari berbagai sumber.

Triangulasi menyatukan informasi dari penelitian kuantitatif dan kualitatif,

menyertakan pencegahan dan kepedulian memprogram data, dan membuat

penggunaan pertimbangan pakar. Triangulasi bisa menjawab pertanyaan terhadap

kelompok risiko, keefektifan, kebijakan dan perencanaan anggaran dan status

epidemik dalam suatu lingkungan berubah. Triangulasi menyediakan satu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

44

peranghkat kuat ketika satu respon cepat diperlukan atau ketika data ada untuk

menjawab satu pertanyaan sulit. Triangulasi bukan bertujuan mencari kebenaran,

tetapi meningkatkan pemahaman peneliti terhadap data dan fakta yang dimiliknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Data penelitian yang dimaksud peneliti berupa tuturan yang mengandung

kesantunan verbal yang dilakukan oleh guru kepada siswa diperoleh dalam

rentang waktu dua bulan yaitu bulan Juli – Agustus 2017. Jumlah data yang

dianalisis sebanyak enam puluh dua (62) tuturan yang mengandung kesantunan

secara verbal. Data tersebut dianalisis menggunakan teori menggunakan prinsip

kesantunan menurut Leech (dalam Rahardi, 2006), faktor penentu kesantunan

serta indikator kesantunan menurut Pranowo (2009). Kemudian, data tersebut

akan dianalisis dari sudut kesantunan berbahasa secara verbal berdasarkan teori

yang telah dipaparkan diatas.

Para guru di SMP Aloysius Turi Yogyakarta dalam berkomunikasi sehari-

hari dengan para siswa menggunakan bahasa Jawa ngoko bercampur dengan

bahasa Indonesia. Hal ini terjadi karena lingkungan terjadinya komunikasi

berada di Jawa khususnya Yogyakarta, dengan begitu bahasa ibu atau bahasa

pertama mereka adalah bahasa Jawa. Bahasa Jawa akan dituturkan oleh para

guru kepada mitra tutur yang memiliki kesamaan budaya dengan si penutur.

Sedangkan bahasa Indonesia digunakan untuk berkomunikasi dengan mitra tutur

yaitu siswa-siswi yang berasal dari luar Yogyakarta atau pulau Jawa. Bahasa

Indonesia merupakan bahasa pemersatu yang dapat digunakan untuk

berkomunikasi terlepas dari banyaknya budaya di Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

46

Maka dari itu, peneliti menggunakan prinsip kesantunan dari Leech karena

peneliti menemukan kecocokan teori yang dapat digunakan sebagai pedoman

kesantunan ketika bertutur. Kemudian, peneliti juga melengkapi dengan teori

dari Pranowo terkait yaitu faktor penentu kesantunan serta indikator kesantunan

untuk melihat kesantunan dari si penutur. Pada setiap analisis data yang akan

dilakukan, peneliti menggunakan beberapa teori dari beberapa ahli tersebut.

Menurut peneliti teori-teori tersebut telah sesuai dengan data yang diperoleh.

Tabel di bawah ini menjelaskan terkait penggolongan data dalam penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

47

Tabel 4.1 : Jumlah Kesantunan Bahasa Verbal

Peneliti menganalisis sebanyak enam puluh dua (62) tuturan. Berikut

jumlah data yang sudah diklasifikasikan sesuai prinsip kesantunan Leech.

No. Jenis Maksim Jumlah

1. Maksim Kebijaksanaan 10 tuturan

2. Maksim Kedermawanan 6 tuturan

3. Maksim Penghargaan 5 tuturan

4. Maksim Kesederhanaan 13 tuturan

5. Maksim Permufakatan 11 tuturan

6. Maksim Kesimpatisan 17 tuturan

JUMLAH 62 tuturan

4.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini akan dilaporkan dengan model pelaporan sebagai

berikut : (a) jenis temuan, (b) data tuturan, (c) konteks tuturan, (d) wujud dan ciri

penanda tuturan, (f) prinsip kesantunan. Adapun hasil dari analisis data yang

dilakukan sebagai berikut.

a. Terdapat enam jenis prinsip kesantunan berbahasa berdasarkan

maksim Leech (dalam Rahardi 2006) yang ditemukan dalam tuturan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

48

para guru di SMP Aloysius Turi. Prinsip-prinsip tersebut adalah

maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan,

maksim kesederhanaan, maksim permufakatan, dan maksim

kesimpatisan.

b. Tuturan yang diucapkan oleh para guru masing-masing memiliki

fungsi sapaan yang berbeda. Peneliti menemukan tiga fungsi sapaan

yang dituturkan para guru kepada siswa yaitu, sebagai panggilan,

pengaturan topik, dan senda gurau. Dalam tuturan, dapat ditemukan

satu penanda kesantunan dan juga dapat ditemukan lebih dari satu

penanda kesantunan. Berdasarkan hasil temuan atau analisis tersebut,

akan dijelaskan secara rinci mengenai masing-masing hal di atas.

4.2.1 Wujud dan Ciri Penanda Kesantunan Sapaan Verbal Guru

kepada Siswa

Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang ada, dapat ditemukan enam

jenis prinsip kesantunan berbahasa berdasarkan teori Leech dalam tuturan para

guru di SMP Aloysius Turi Yogyakarta. Keenam pematuhan kesantunan

berbahasa tersebut adalah maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan,

maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim permufakatan, dan

maksim kesimpatisan. Di bawah ini akan diuraikan keenam prinsip kesantunan

tersebut berdasarkan Leech.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

49

4.2.1.1 Wujud dan Ciri Penanda Kesantunan Sapaan Verbal Guru

kepada Siswa berdasarkan Maksim Kebijaksanaan

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan sebelumnya maksim

kebijaksaan (Tact Maxim) adalah bahwa para peserta pertuturan hendaknya

berpegang pada prinsip untuk selalu mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan

memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam kegiatan bertutur. Peneliti

menemukan pematuhan kesantunan berbahasa berdasarkan maksim kebijaksanaan

dalam beberapa tuturanyang dilengkapi dengan faktor penentu kesantunan, serta

maksud kesantunan dalam tuturan. Contohnya :

(1) Guru : Jamnya siapa dek? Halo.

Siswa : (Terdiam sejenak) jam keterampilan bu. (MK/DT1)

Konteks : Tuturan terjadi pada siang hari di perpustakaan. Ketika seorang

guru yang sedang berada di perpustakaan menanyakan mengapa siswa

tersebut berada di perpustakaan saat jam pelajaran berlangsung. Tuturan

terjadi dalam situasi non formal.

(2) Guru : Saya tahu kamu pakai begitu.

Siswa : (Menundukkan kepala). (MK/DT4)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di halaman sekolah. Salah satu

guru melihat ada siswa yang memainkan tongkat pramuka. Tuturan terjadi

dalam situasi non formal.

(3) Guru : Wisnu, ikat pinggangnya untuk apa?

Siswa : (Tersipu malu). (MK/DT5)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di depan kelas. Saat seorang guru

melihat salah satu siswa laki-laki yang memainkan ikat pinggangnya.

Tuturan terjadi dalam situasi non formal.

Data tuturan (1) dituturkan oleh seorang guru pada siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan tuturan terjadi di perpustakaan. Wujud kesantunan verbal

terealisasikan dalam tuturan “Jamnya siapa dek?”. Tuturan tersebut dapat

dikategorikan ke dalam maksim kebijaksanaan milik Leech, karena melalui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

50

tuturan tersebut penutur mengingatkan mitra tutur bahwa saat itu jam pelajaran

sedang berlangsung. Data tuturan (1) merupakan tuturan sapaan guru kepada

siswa selain dianggap santun karena mematuhi prinsip kesantunan Leech tuturan

tersebut juga dapat diterima oleh mitra tutur sebab mitra tutur berkenan di hati

terhadap tuturan tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari respon mitra tutur yaitu

dengan ia berkenan menjawab pertanyaan dari penutur. Selain itu tuturan tersebut

juga didukung dengan adanya pemilihan kata “dek” untuk menandai mitra tutur

serta berfungsi mempertahankan dan memperkuat hubungan sosial antar penutur

dan mitra tutur agar terlihat lebih akrab.

Selanjutnya, data tuturan (2) dituturkan oleh seorang guru pada pagi hari.

Suasana tuturan non formal, dan tuturan terjadi di halaman sekolah. Wujud

kesantunan verbal terealisasikan dalam tuturan “saya tahu kamu pakai begitu”.

Tuturan tersebut dapat dikategorikan ke dalam maksim kebijaksanaan milik

Leech, karena melalui tuturan tersebut penutur memberikan keuntungan kepada

mitra tutur agar tidak ada hal-hal buruk yang tidak diinginkan terjadi. Tuturan (2)

merupakan tuturan sapaan guru kepada siswa selain dianggap santun karena

mematuhi prinsip kesantunan Leech tuturan tersebut juga memperlihatkan bahwa

apa yang dikatakan kepada mitra tutur juga dirasakan penutur. Hal tersebut dapat

dilihat dari respon mitra tutur yang terlihat menyadari perkataan dari penutur.

Selain itu tuturan tersebut juga didukung dengan adanya pemilihan kata “kamu”,

hal itu memperjelas bahwa penutur sedang mengajak berkomunikasi mitra tutur

dengan menandai mitra tutur melalui sapaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

51

Data tuturan (3) dituturkan oleh seorang guru pada pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan tuturan terjadi di depan kelas. Wujud kesantunan verbal

terealisasikan dalam tuturan “Wisnu, ikat pinggangnya untuk apa?”. Tuturan

tersebut dapat dikategorikan ke dalam maksim kebijaksanaan milik Leech, karena

melalui tuturan tersebut penutur memberikan keuntungan kepada mitra tutur agar

tidak ada hal-hal buruk yang tidak diinginkan terjadi. Data tuturan (3) merupakan

tuturan guru kepada siswa selain dianggap santun karena mematuhi prinsip

kesantunan Leech, tuturan tersebut juga memperhatikan perasaan mitra tutur

sehingga ketika bertutur dapat membuat hati mitra tutur berkenan. Hal tersebut

dapat dilihat dari respon mitra tutur dengan tersenyum malu. Selain itu tuturan

juga didukung dengan menggunakan pemilihan kata “wisnu”, hal itu menjelaskan

bahwa penutur mengajak mitra tutur untuk berkomunikasi. Selain untuk menarik

perhatian mitra tutur, juga berfungsi mempertahankan dan memperkuat hubungan

sosial antar penutur dan mitra tutur karena penutur hafal dengan menyebutkan

nama mitra tutur.

Ketiga data tuturan diatas dapat dikatakan santun karena memenuhi

prinsip kesantunan yaitu maksim kebijaksanaan, kemudian telah menggunakan

faktor penentu kesantunan yaitu intonasi lembut dan nada bicara yang tidak

terkesan galak ataupun marah.

4.2.1.2 Wujud dan Ciri Penanda Kesantunan Sapaan Verbal Guru

kepada Siswa berdasarkan Maksim Kedermawanan

(4) Guru : Eh kamu udah salim sama kakak belum mas Egar ki?

Siswa : (Tersenyum) belum bu. (MD/DT3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

52

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di halaman sekolah.ketika guru

melihat siswa yang tidak menyalami mahasiswa yang ikut jaga piket.

Tuturan terjadi dalam situasi non formal.

(5) Guru : Itu di bantu itu bapaknya nyari siapa itu. Deron tolong

dibantu bapaknya, bapak mau ngasih ke siapa gitu? Saya bantu.

Siswa : Baik bu. (MD/DT4)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di halaman sekolah. Ketika guru

melihat ada wali murid sedang berada di depan sekolah seperti mencari

seseorang. Tuturan terjadi dalam situasi non formal.

(6) Guru : Deron baik lho udah bantu kok Vivine malu.

Siswa : (Tersipu malu). (MD/DT5)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di halaman sekolah. Saat guru

melihat salah satu siswi merasa malu saat di beri bantuan oleh siswa putra.

Tuturan terjadi dalam situasi non formal.

Data tuturan (4) dituturkan oleh seorang guru pada pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan tuturan terjadi di halaman sekolah. Wujud kesantunan

verbal terealisasikan dalam tuturan “kamu udah salim sama kakak belum mas

Egar?”. Tuturan tersebut dapat dikategorikan ke dalam maksim kedermawanan

milik Leech, karena melalui tuturan tersebut penutur meminta mitra tutur untuk

menghormati orang lain walaupun bukan seorang guru. Data tuturan (4)

merupakan tuturan guru kepada siswa selain dianggap santun karena mematuhi

prinsip kesantunan Leech juga tuturan tersebut dapat diterima oleh mitra tutur

karenan mitra tutur sedang berkenan hatinya. Hal tersebut dapat dilihat dari

respon mitra tutur yang tersenyum dan menjawab pertanyaan penutur

menandakan bahwa mitra tutur berkenan dengan apa yang disampaikan penutur.

Tuturan tersebut juga didukung dengan menggunakan pemilihan kata “kamu”,

selain untuk menandai mitra tutur juga berfungsi mempertahankan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

53

memperkuat hubungan sosial antar penutur dan mitra tutur dengan menggunakan

pemilihan kata “mas Egar” agar terlihat lebih akrab.

Selanjutnya data (5) dituturkan oleh seorang guru pada pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan tuturan terjadi di halaman sekolah. Wujud kesantunan

verbal terealisasikan dalam tuturan “Deron tolong dibantu bapaknya”. Tuturan

tersebut dapat dikategorikan ke dalam maksim kedermawanan milik Leech,

karena melalui tuturan tersebut penutur ingin mengajarkan mitra tutur untuk

menolong orang lain. Tuturan (5) merupakan tuturan guru kepada siswa selain

dianggap santun karena mematuhi prinsip kesantunan Leech namun juga

memperlihatkan ketidakmampuan penutur dihadapan mitra tutur dengan meminta

siswa melakukan sesuatu. Hal tersebut juga dapat dilihat dari respon mitra tutur

yaitu dengan melakukan apa yang dituturkan penutur. Tuturan tersebut juga

didukung oleh pemilihan kata “Deron”, selain untuk menandai mitra tutur juga

berfungsi mempertahankan dan memperkuat hubungan sosial antar penutur dan

mitra tutur agar terlihat lebih akrab.

Data (6) dituturkan oleh seorang guru pada pagi hari. Suasana tuturan non

formal, dan tuturan terjadi di halaman sekolah. Wujud kesantunan verbal

terealisasikan dalam tuturan “Deron baik lho udah bantu kok Vivine malu”.

Tuturan tersebut dapat dikategorikan ke dalam maksim kedermawanan milik

Leech, karena melalui tuturan tersebut penutur ingin mengajarkan mitra tutur

untuk menghargai sesamanya. Data tuturan (6) merupakan tuturan guru kepada

siswa selain dianggap santun karena mematuhi prinsip kesantunan Leech juga

memperhatikan suasana perasaan mitra tutur sehingga ketikan bertutur dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

54

membuat hati mitra tutur berkenan. Hal tersebut dapat dilihat dari respon mitra

tutur yang terlihat berkenan setelah mendengar tuturan dari penutur. Tuturan

tersebut juga didukung dengan menggunakan pemilihan kata “Deron” sehingga

sapaan itu berfungsi untuk menarik perhatian seseorang.

Ketiga data tuturan diatas dapat dikatakan santun karena memenuhi

prinsip kesantunan yaitu maksim kedermawanan, kemudian telah menggunakan

faktor penentu kesantunan yaitu intonasi lembut dan nada bicara yang tidak

terkesan galak ataupun marah serta adanya nada bercanda.

4.2.1.3 Wujud dan Ciri Penanda Kesantunan Sapaan Verbal Guru

kepada Siswa berdasarkan Maksim Penghargaan

(7) Guru : Wah arlojimu bagus.

Siswa : (Tersenyum). (MP/DT2)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di halaman sekolah. Ketika

seorang guru melihat siswa yang memakai arloji dan menarik

perhatiannya. Tuturan terjadi dalam situasi non formal.

(8) Guru : Hari ini kamu kok cantik.

Siswa : (Tersipu malu). (MP/DT3)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di halaman sekolah. Saat seorang

guru melihat siswa yang biasanya berpenampilan cuek namun hari itu di

terlihat cantik. Tuturan terjadi dalam situasi non formal.

(9) Guru : Selamat pagi mbak Dira, mbak Dira pinter main

biolanya.

Siswa : Terima kasih bu. (MP/DT4)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di halaman sekolah. Ketika guru

menyapa siswa yang pintar bermain biola. Tuturan terjadai dalam situasi

non formal.

Data tuturan (7) dituturkan oleh seorang guru pada pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan tuturan terjadi di halaman sekolah. Wujud kesantunan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

55

verbal terealisasikan dalam tuturan “Wah arlojimu bagus”. Tuturan tersebut dapat

dikategorikan ke dalam maksim penghargaan milik Leech, karena melalui tuturan

tersebut penutur memberikan pujian kepada siswa agar siswa merasa dihargai.

Data tuturan (7) merupakan tuturan guru kepada siswa selain dianggap santun

karena mematuhi prinsip kesantunan Leech juga memperhatikan suasana perasaan

mitra tutur sehingga ketika bertutur dapat membuat hati mitra tutur berkenan. Hal

tersebut dapat dilihat dari respon siswa yang terlihat tersenyum ketika mendengar

tuturan dari penutur. Tuturan tersebut juga didukung dengan menggunakan

pemilihan kata “mu” yang berfungsi untuk menandai mitra tutur.

Selanjutnya Data tuturan (8) dituturkan oleh seorang guru pada pagi hari.

Suasana tuturan non formal, dan tuturan terjadi di halaman sekolah. Wujud

kesantunan verbal terealisasikan dalam tuturan “Hari ini kamu kok cantik”.

Tuturan tersebut dapat dikategorikan ke dalam maksim penghargaan milik Leech,

karena melalui tuturan tersebut penutur menghargai mitra tutur dengan cara

memuji. Data tuturan (8) merupakan tuturan guru kepada siswa yang dikatakan

santun karena telah mematuhi prinsip kesantunan Leech dan tuturan tersebut

memperlihatkan bahwa mitra tutur diposisikan pada tempat yang lebih tinggi

dengan cara memuji. Hal tersebut juga dapat dilihat dari respon siswa yang

terlihat tersipu malu. Tuturan diatas juga didukung dengan menggunakan

pemilihan kata “kamu” dimana fungsi sapaan tersebut adalah untuk menandai

mitra tutur.

Data tuturan (9) dituturkan oleh seorang guru pada pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan tuturan terjadi di halaman sekolah. Wujud kesantunan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

56

verbal terealisasikan dalam tuturan “Mbak Dira pinter main biolanya”. Tuturan

tersebut dapat dikategorikan ke dalam maksim penghargaan milik Leech, karena

melalui tuturan tersebut penutur memuji salah satu siswi yang pintar bermain

biola sehingga mitra tutur merasa diberi penghargaan melalui pujian. Data tuturan

(9) turan guru kepada siswa selain dianggap santun karena mematuhi prinsip

kesantunan Leech namun juga memperlihatkan rasa ketidakmampuan penutur

dihadapan mitra tutur, bahwa penutur tidak dapat bermain biola seperti mitra tutur

tersebut. Hal itu juga dapat dilihat dari respon siswa yang mengucapkan rasa

terima kasihnya atas pujian dari penutur. Tuturan tersebut juga didukung dengan

menggunakan pemilihan kata “mbak Dira” yang berfungsi menarik perhatian

seseorang guna memperkenalkan siswi yang pandai bermain biola.

Ketiga data tuturan diatas dapat dikatakan santun karena memenuhi

prinsip kesantunan yaitu maksim penghargaan, kemudian telah menggunakan

faktor penentu kesantunan yaitu intonasi lembut dan nada bicara yang memuji.

4.2.1.4 Wujud dan Ciri Penanda Kesantunan Sapaan Verbal Guru

kepada Siswa berdasarkan Maksim Kesederhanaan

(10) Guru : Kowe nyapo le?(Kamu ngapain nak?)

Siswa : (Bergegas lari). (MS/DT2)

Konteks : Tuturan terjadi pada siang hari di halaman sekolah. Tuturan

disampaikan oleh salah satu guru yang melihat siswa kelas VIII

berkeliaran di luar kelas saat pengarahan oleh wali kelas sedang

berlangsung. Tuturan terjadi dalam situasi non formal.

(11) Guru : Kowe ojo jajan ae, mengko pak de enggak kebagian. (Kamu

jangan jajan aja, nanti pak de tidak kebagian).

Siswa : (Tersipu malu). (MS/DT3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

57

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di kantin sekolah. Ketika jam

istirahat ada seorang guru sedang menjahili siswa yang terlihat membeli

beberapa makanan. Tuturan terjadi dalam situasi non formal.

(12) Guru : Kamu tuh anak nomor satu to?

Siswa : (Menganggukkan kepala). (MS/DT13)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di halaman sekolah. Ketika ada

salah satu guru yang menanyakan tentang kebenaran apakah siswi

tersebut anak sulung atau masih memiliki saudara lain. Tuturan terjadi

dalam situasi non formal.

Data tuturan (10) dituturkan oleh seorang guru pada siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan tuturan terjadi di halaman sekolah. Wujud kesantunan

verbal terealisasikan dalam tuturan “Kowe nyapo le?”. Tuturan tersebut dapat

dikategorikan ke dalam maksim kesederhanaan milik Leech, karena melalui

tuturan tersebut penutur menanyakan kepada mitra tutur apa yang dilakukannya di

luar kelas. Data tuturan (10) merupakan tuturan guru kepada siswa selain

dianggap santun karena mematuhi prinsip kesantunan Leech namun juga tuturan

tersebut memperlihatkan bahwa apa yang dikatakan kepada mitra tutur juga

dirasakan oleh penutur. Hal tersebut dapat dilihat dari respon mitra tutur bahwa ia

menyadari apa yang dimaksudkan oleh penutur. Tuturan tersebut juga didukung

dengan menggunakan pemilihan kata “kowe” dan “le”, hal itu menandakan

bahwa guru menanyakannya menggunakan kata yang halus.

Selanjutnya data tuturan (11) dituturkan oleh seorang guru pada siang hari.

Situasi tuturan non formal, dan tuturan terjadi di kantin sekolah. Tuturan tersebut

dapat dikategorikan ke dalam maksim kesederhanaan milik leech, karena melalui

tuturan tersebut dapat diketahui bahwa tidak ada kesenjangan status sosial antara

guru dengan siswa, mereka sama-sama membeli makanan di kantin sekolah serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

58

saling menyapa satu sama lain. Data tuturan (11) merupakan tuturan guru kepada

siswa selain dianggap santun karena mematuhi prinsip kesantunan Leech, penutur

juga memahami perasaan mitra tutur sehingga isi komunikasi tersebut sama-sama

dikehendaki oleh mitra tutur. Hal tersebut dapat dilihat dari respon mitra tutur

yang terlihat tersipu malu. Tuturan tersebut juga didukung dengan menggunakan

pemilihan kata “kowe”, fungsi sapaan tersebut untuk menandai mitra tutur dan

hal itu menandakan bahwa guru mengajak lawan bicara melalui pemilihan kata

tersebut serta mempertahankan dan memperkuat hubungan sosial.

Data tuturan (12) dituturkan oleh seorang guru pada pagi hari. Situasi

tuturan non formal, dan tuturan terjadi di halaman sekolah. Tuturan tersebut dapat

dikategorikan ke dalam maksim kesederhanaan milik leech, karena melalui

tuturan tersebut dapat diketahui bahwa guru ingin mengetahui lebih rinci tentang

keluarga siswi tersebut. Hal itu diketahui dengan cara guru menanyakan langsung

kepada siswi dalam artian guru peduli terhadap siswa tersebut. Data tuturan (12)

merupakan tuturan guru kepada siswa selain dianggap santun karena mematuhi

prinsip kesantunan Leech, penutur juga mempertemukan perasaannya dengan

mitra tutur sehingga isi komunikasi sama-sama dikehendaki. Hal tersebut dapat

dilihat melalui respon mitra tutur yang bersedia menjawab pertanyaan penutur

dengan cara menganggukan kepala. Tuturan tersebut juga didukung dengan

penggunaan kata “kamu” yang berfungsi untuk menandai mitra tutur.

Ketiga data tuturan diatas dapat dikatakan santun karena memenuhi

prinsip kesantunan yaitu maksim kesederhanaan, kemudian telah menggunakan

faktor penentu kesantunan yaitu intonasi lembut dan nada bicara bercanda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

59

4.2.1.5 Wujud dan Ciri Penanda Kesantunan Sapaan Verbal Guru

kepada Siswa berdasarkan Maksim Permufakatan

(13) Guru : Kamu kok piye bangun jam 06.00 WIB? (Kamu gimana kok

bangun jam 06.00 WIB?)

Siswa : (Tertawa). (MM/DT2)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di halaman sekolah. Saat salah

seorang siswa yang tinggal di asrama terlambat bangun. Tuturan terjadi

dalam situasi non formal.

(14) Guru : Rambut mu kok enek teyeng-teyeng e le, besok teyeng e diilangi

yo.(Rambut mu kok ada karatnya nak, besok karatnya diilangi ya).

Siswa : (Tersenyum sambil menganggukan kepala). (MM/DT5)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di halaman sekolah. Ketika salah

seorang guru melihat ada siswa yang rambut bagian depan berwarna

cokelat. Tuturan terjadi dalam situasi non formal.

(15) Guru : Wo, nek males berarti kowe nanti kalau dikasih poin ojo salahke

bu guru wong koe sik males. (Wo, kalau malas berarti kamu nanti kalau

dikasih poin jangan menyalahkan bu guru orang yang malas kamu).

Siswa : Iya bu, maaf. (MM/DT10)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di halaman sekolah. Ketika

guru melihat ada siswa yang tidak membawa tongkat pramuka dengan

berbagai macam alasan. Tuturan terjadi dalam situasi non formal.

Data tuturan (13) dituturkan oleh seorang guru pada pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan tuturan terjadi di halaman sekolah. Wujud kesantunan

verbal terealisasikan dalam tuturan “Kamu kok piye bangun jam 06.00 WIB?”.

Tuturan tersebut dapat dikategorikan ke dalam maksim permufakatan milik

Leech, karena melalui tuturan tersebut penutur menanyakan kepada mitra tutur

mengapa bisa sampai bangun terlambat, karena jika tinggal di asrama seharusnya

sebelum jam enam harus sudah bangun untuk melakukan doa bersama. Data

tuturan (13) merupakan tuturan guru kepada siswa selain dianggap santun karena

mematuhi prinsip kesantunan Leech namun tuturan tersebut juga dapatv diterima

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

60

oleh mitra tutur karena mitra tutur sedang berkenan dihati. Hal tersebut dapat

dilihat dari respon siswa yaitu tertawa mendengar tuturan dari penutur. Tuturan

tersebut juga didukung dengan menggunakan pemilihan kata “kamu”, serta

berfungsi untuk menandai mitra tutur, hal itu menandakan bahwa guru

menanyakannya menggunakan kata yang halus.

Selanjutnya data tuturan (14) dituturkan oleh seorang guru pada pagi hari.

Suasana tuturan non formal, dan tuturan terjadi di halaman sekolah. Wujud

kesantunan verbal terealisasikan dalam tuturan “Rambut mu kok teyeng-teyeng e

le, besok teyeng e diilangi yo”. Tuturan tersebut dapat dikategorikan ke dalam

maksim permufakatan milik Leech, karena melalui tuturan tersebut penutur sudah

mengingatkan peraturan sekolah kepada mitra tutur bahwa seorang siswa tidak

boleh mencat rambutnya. Data tuturan (14) merupakan tuturan guru kepada siswa

yang dianggap santun karena telah mematuhi prinsip kesantunan Leech selain itu

apa yang dikatakan berkenan di hati mitra tutur. Hal tersebut dapat dilihat dari

respon mitra tutur yaitu tersenyum. Tuturan tersebut juga didukung dengan

menggunakan pemilihan kata “mu” yang berfungsi untuk menandai mitra tutur,

hal itu menandakan bahwa guru menginatkan namun menggunakan kata dan

bahasa yang halus.

Data tuturan (15) dituturkan oleh seorang guru pada pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan tuturan terjadi di halaman sekolah. Wujud kesantunan

verbal terealisasikan dalam tuturan “Wo, nek males berarti kowe nanti kalau

dikasih poin, ojo salahke bu guru wong kowe sik males”. Tuturan tersebut dapat

dikategorikan ke dalam maksim pemufakatan milik Leech, karena melalui tuturan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

61

tersebut mitra tutur sudah mengetahui bila melanggar peraturan akan dikenai

sanksi berupa penambahan poin pelanggaran. Data tuturan (15) merupakan

tuturan yang disampaikan guru kepada siswa memiliki ciri penanda yaitu melalui

fungsi sapaan untuk menandai mitra tutur yang didukung dengan menggunakan

pemilihan kata “kowe”, hal itu menandakan bahwa guru mengajak mitra tutur

berkomunikasi agar mitra tutur juga memperhatikan penutur.

Berdasarkan data tuturan diatas peneliti menemukan dua data yang dapat

dikategorikan sebagai tuturan yang santun yaitu data (13) dan data (14), karena

telah memenuhi prinsip kesantunan yaitu maksim permufakatan, kemudian telah

menggunakan faktor penentu kesantunan yaitu intonasi lembut dan nada bicara

bercanda. Kemudian, data pada tuturan (15) dikategorikan sebagai tuturan yang

kurang santun karena guru memperingatkan siswa dengan menggunakan intonasi

yang keras dan nada bicara menyindir. Sehingga dapat menimbulkan kurangnya

kepercayaan diri pada siswa.

4.2.1.6 Wujud dan Ciri Penanda Kesantunan Sapaan Verbal Guru

kepada Siswa berdasarkan Maksim Kesimpatisan

(16) Guru : Piye tuh dek nek make, kok mluntir-mluntir gitu? (Gimana tuh

dek kalau pakai kok terlilit-lilit gitu?)

Siswa : (Melihat ke arah bahu). (MT/DT1)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di halaman sekolah. Ketika

seorang guru melihat siswa yang memakai tas dengan tali tas yang tidak

rapi. Tuturan terjadi dalam situasi non formal.

(17) Guru : Itu dibersihkan dulu sayang bibirnya itu.

Siswa : (Tersipu malu sambil mengelap bibir). (MT/DT10)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di halaman sekolah. Ketika ada

salah satu siswa yang di bibirnya masih ada sisa-sisa makanan. Tuturan

terjadi dalam situasi non formal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

62

(18) Guru : Kenapa mbak tangan mu, mbak, kenapa sayang ku?

Siswa : (Menggelengkan kepala lalu menangis). (MT/DT15)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di halaman sekolah. Saat guru

melihat ada siswa yang wajahnya terlihat kesakitan dan tangannya lemas.

Tuturan terjadi dalam situasi non formal.

Data tuturan (16) dituturkan oleh seorang guru pada pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan tuturan terjadi di halaman sekolah. Wujud kesantunan

verbal terealisasikan dalam tuturan “Piye tuh dek nek make, kok mluntir-mluntir

gitu?”. Tuturan tersebut dapat dikategorikan ke dalam maksim kesimpatisan milik

Leech, karena melalui tuturan tersebut terlihat perhatian seorang guru kepada

siswanya agar siswa berpenampilan rapi. Data tuturan (16) merupakan tuturan

yang disampaikan guru kepada siswa selain dianggap santun karena telah

mematuhi prinsip kesantunan Leech juga tuturan tersebut dapat diterima oleh

mitra tutur karena mitra tutur sedang berkenan di hati. Hal tersebut dapat dilihat

dari respon siswa dengan mematuhi apa yang dituturkan penutur. Tuturan tersebut

juga didukung dengan menggunakan pemilihan kata “dek” yang berfungsi untuk

menandai mitra tutur serta mempertahankan dan memperkuat hubungan sosial, hal

itu menandakan bahwa guru berusaha mendekatkan diri kepada mitra tutur.

Selanjutnya data tuturan (17) dituturkan oleh seorang guru pada pagi hari.

Suasana tuturan non formal, dan tuturan terjadi di halaman sekolah. Wujud

kesantunan verbal terealisasikan dalam tuturan “Itu dibersihkan dulu sayang

bibirnya itu.”. Tuturan tersebut dapat dikategorikan ke dalam maksim

kesimpatisan milik Leech, karena melalui tuturan tersebut terlihat perhatian

seorang guru kepada siswanya agar siswa tidak diejek oleh temannya karena ada

sisa makanan di bibirnya. Data tuturan (17) merupakan tuturan guru kepada siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

63

yang dianggap santun karena mematuhi prinsip kesantunan Leech dan mitra tutur

menerima tuturan tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari respon mitra tutur yaitu

tidak merasa terganggu dan mendengarkan apa yang dikatakan penutur. Tuturan

tersebut juga didukung dengan menggunakan pemilihan kata “sayang” yang

berfungsi untuk menandai mitra tutur serta mempertahankan dan memperkuat

hubungan sosial, hal itu menandakan bahwa guru tidak memberi jarak sosial yang

terlalu jauh kepada mitra tutur .

Data tuturan (18) dituturkan oleh seorang guru pada pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan tuturan terjadi di halaman sekolah. Wujud kesantunan

verbal terealisasikan dalam tuturan “Kenapa mbak tangan mu, mbak, kenapa

sayang ku?”. Tuturan tersebut dapat dikategorikan ke dalam maksim

kesimpatisan milik Leech, karena melalui tuturan tersebut terlihat perhatian

seorang guru kepada siswanya agar siswa tidak diejek oleh temannya karena ada

sisa makanan di bibirnya. Data tuturan (18) merupakan tuturan guru kepada siswa

yang dianggap santun karena mematuhi prinsip kesantunan Leech serta tuturan

tersebut memperlihatkan bahwa apa yang dikatakan mitra tutur juga dirasakan

oleh penutur. Tuturan tersebut juga didukung dengan menggunakan pemilihan

kata “mbak” dan “sayang” yang berfungsi untuk menandai mitra tutur serta

mempertahankan dan memperkuat hubungan sosial, hal itu menandakan bahwa

guru tidak hanya memposisikan diri sebagai pendidik tetapi juga sebagai orang

tua di sekolah. Dengan begitu siswa merasa diperhatikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

64

Ketiga data tuturan diatas dapat dikatakan santun karena memenuhi

prinsip kesantunan yaitu maksim kesimpatisan, kemudian telah menggunakan

faktor penentu kesantunan yaitu intonasi lembut dan nada bicara khawatir.

4.2.2 Maksud Kesantunan Sapaan Verbal Guru kepada Siswa

Pada bagian hasil penelitian di atas sudah dijelaskan wujud dan ciri

penanda kesantunan sapaan verbal guru kepada siswa di SMP Aloysius Turi

Yogyakarta berdasarkan kategori pematuhan maksim, wujud verbal, serta ciri

penanda kesantunan sapaan penutur. Dalam sub bab ini akan dipaparkan pula

hasil temuan berupa maksud sapaan verbal terdapat dalam tuturan guru kepada

siswa.

Dari hasil analisis data, peneliti menemukan maksud sapaan verbal yang

dituturkan guru kepada siswa. Hal itu membuktikan, jika dalam bertutur seorang

guru perlu untuk menjaga kesantunan tuturannya dan selalu menjaga muka mitra

tuturnya. Untuk lebih memahami maksud kesantunan sapaan verbal di atas, dapat

diperjelas sebagai berikut.

4.2.2.1 Maksud Sapaan Verbal Guru kepada Siswa berdasarkan Maksim

Kebijaksanaan

Maksim kebijaksanaan itu sendiri memiliki arti bahwa para peserta pertuturan

hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu mengurangi keuntungan dirinya

sendiri dan memaksimalkan pihak lain dalam kegiatan bertutur. Orang bertutur

yang berpegang dan melaksanakan maksim kebijaksanaan akan dapat dikatakan

sebagai orang yang santun menurut Leech.

(19) Guru : Kamu lihat siapa je?

Siswa : (Tersenyum). (MK/DT6)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

65

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di halaman sekolah. Ketika ada

seorang murid yang sedang berjalan namun melihat ke arah lain. Tuturan

terjadi dalam situasi non formal.

(20) Guru : Itu ditaruh sana, jangan di bawa kemana-mana nanti kalau

pramuka baru diambil.

Siswa : (Membalikkan badan lalu menju ke kelas). (MK/DT7)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di lapangan upacara. Ketika guru

melihat siswa yang membawa tongkat pramuka kesana-kemari. Tuturan

terjadi dalam situasi non formal.

(21) Guru : Eh Sal, itu pake tongkatnya enggak kayak gitu nanti kena kepala

temannya, cetok gitu. Sal,Amsal enggak dengerin mulutnya bu guru ya.

Siswa : (Terus berjalan). (MK/DT9)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di halaman sekolah. Ketika guru

melihat salah satu siswa yang masih saja memainkan tongkat pramuka di

atas kepalanya. Tuturan terjadi dalam situasi non formal.

Tuturan pada data (19) yaitu “Kamu lihat siapa je?”, memiliki maksud guru

mengingatkan siswa untuk memperhatikan jalannya agar tidak terjatuh. Maksud

dari tuturan tersebut masuk ke dalam maksim kebijaksanaan karena penutur

mengurangi keuntungan diri sendiri dan memaksimalkan keuntungan mitra tutur

dengan mengingatkan mitra tutur agar fokus ketika berjalan supaya tidak terjadi

hal-hal buruk. Selanjutnya, tuturan data (20) yaitu Itu ditaruh sana, jangan di

bawa kemana-mana nanti kalau pramuka baru diambil, memiliki maksud guru

menyuruh siswa untuk meletakkan tongkat pramuka di dalam kelas. Maksud dari

tuturan tersebut masuk ke dalam maksim kebijaksanaan karena penutur

mementingkan keuntungan orang lain yaitu dengan menyuruh mitra tutur untuk

menyimpan tongkat tersebut agar tidak hilang atau mengganggu siswa lain.

Tuturan pada data (21) Eh Sal, itu pake tongkatnya enggak kayak gitu nanti kena

kepala temannya, cetok gitu. Sal,Amsal enggak dengerin mulutnya bu guru ya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

66

memiliki maksud guru menyuruh siswa untuk berhenti memainkan tongkat

pramukanya. Maksud dari tuturan tersebut masuk ke dalam maksim kebijaksanaan

karena guru khawatir terhadap siswa lain jika tongkat tersebut mengenai salah

satu dari mereka.

Ketiga data tuturan tersebut memenuhi prinsip kesantunan yaitu maksim

kebijaksanaan dan dianggap santun karena sikap guru yang mementingkan

keuntungan orang lain dengan cara mengingatkan dan memberi tahu konsekuensi

bila hal tersebut terus dilakukan oleh siswa sebagai mitra tuturnya.

4.2.2.2 Maksud Sapaan Verbal Guru kepada Siswa berdasarkan Maksim

Kedermawanan

Dengan maksim kedermawanan atau maksim kemurahan hati, para peserta

pertuturan diharapkan dapat menghormati orang lain. penghormatan terhadap

orang lain akan terjadi apabila orang dapat mengurangi keuntungan bagi dirinya

sendiri dan memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain.

(22) Guru : Andi kok belum salim bu guru.

Siswa : Oh iya, lupa. (MD/DT1)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di halaman sekolah. Saat

seorang guru menyapa siswa yang belum bersalaman dengan guru-guru

piket. Tuturan terjadi dalam situasi non formal.

(23) Guru : Hayo Thomas belum salam sama Bu Lia.

Siswa : (Langsung mengulurkan tangan). (MD/DT2)

Konteks : Ketika guru melihat salah seorang murid yang hanya berjalan

saja tanpa bersalaman dengan guru yang sedang piket. Tuturan terjadi

dalam situasi non formal.

Tuturan pada data (22) yaitu “Andi kok belum salim bu guru, memiliki

maksud guru mengingatkan siswa untuk besalaman dengan guru-guru yang

berada di halaman sekolah. Maksud dari tuturan tersebut masuk ke dalam maksim

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

67

kedermawanan karena penutur mengingatkan mitra tutur untuk menghormati

orang disekitar apalagi kepada orang yang usianya lebih tua. Selanjutnya tuturan

pada data (23) yaitu “Hayo Thomas belum salam sama Bu Lia”, memiliki maksud

guru mengingatkan siswa untuk bersalaman dengan salah satu guru yang sedang

berada di halaman sekolah. Maksud dari tuturan tersebut masuk ke dalam maksim

kedermawanan karena penutur mengharapkan mitra tutur untuk dapat

menghormati orang disekitarnya.

Kedua data tuturan tersebut memenuhi prinsip kesantunan yaitu maksim

kedermawanan dan dianggap santun karena sikap guru yang mengajarkan siswa

untuk selalu menghormati orang yang berada di sekitarnya dengan cara

mengingatkan bahwa hal itu wajib dilakukan bila dirinya ingin dihormati juga

oleh orang lain.

4.2.2.3 Maksud Sapaan Verbal Guru kepada Siswa berdasarkan Maksim

Penghargaan

Maksim penghargaan menjelaskan bahwa orang akan dapat dianggap

santun apabila dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada

pihak lain. dengan maksim ini, diharapkan agar para peserta pertuturan tidak

saling mengejek, saling mencaci, atau saling merendahkan pihak lain.

(24) Guru : Asik enggak telat, enggak macet ya.

Siswa : (Tersenyum). (MP/DT1)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di halaman sekolah. Ketika

rombongan siswa yang di jemput dengan mobil sekolah datangnya tidak

terlambat. Tuturan terjadi dalam situasi non formal.

Tuturan pada data (24) memiliki maksud guru memuji rombongan siswa

yang di jemput menggunakan mobil sekolah tidak terlambat datang kesekolah,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

68

karena macet mereka sering kali datang terlambat. Tuturan tersebut memenuhi

prinsip kesantunan yaitu maksim penghargaan serta dianggap santun karena guru

dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain walau

pun dengan cara yang sederhana.

4.2.2.4 Maksud Sapaan Verbal Guru kepada Siswa berdasarkan Maksim

Kesederhanaan

Maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati, peserta tutur

diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap

dirinya sendiri. Orang akan dikatakan sombong dan congkak hati apabila di

dalam kefiatan bertutur selalu memuji dan mengunggulkan dirinya sendiri.

(25) Guru : Selamat pagi anak-anakku, berkah dalem.

Siswa : Selamat pagi bu. (MS/DT1)

Konteks : Tuturan terjadi pada saat pagi hari di lapangan upcara ketika

akan memulai apel pagi. Sapaan wajib yang harus dilontarkan semua

guru ketika akan memulai sebuah kegiatan. Tuturan terjadi dalam situasi

formal.

(26) Guru : Kok kamu enggak jadi potong?

Siswa : (Tersenyum). (MS/DT5)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di halaman sekolah. Ketika

salah seorang guru melihat siswa yang masih belum potong rambut

walau sudah sering diingatkan. Tuturan terjadi dalam situasi non

formal.

(27) Guru : Sangu opo kui mbak Tanti kok ketok e minum e segar.

Siswa : (Tersipu malu). (MS/DT11)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di halaman sekolah. Ketika

guru tertarik pada minuman yang di bawa oleh salah satu siswi, tuturan

terjadi dalam situasi non formal.

Tuturan data (25) yaitu “selamat pagi anak-anakku, berkah dalem”,

memiliki maksud guru memberikan sapaan kepada siswa agar siap untuk memulai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

69

kegiatan. Tuturan tersebut masuk ke dalam maksim penghargaan karena guru

sudah menganggap siswanya seperti anaknya sendiri dengan menyebutkan “anak-

anakku” sehingga para siswa merasa senang karenan merasa sayangi. Selanjutnya

tuturan pada data (26) yaitu “Kok kamu enggak jadi potong?”, memiliki maksud

guru mengingatkan siswa agar segera melakukan potong rambut. Tuturan tersebut

masuk ke dalam maksim kesederhanaan karena guru bersikap rendah hati dengan

menanyakan kepada siswa laki-laki mengapa siswa tersebut tidak jadi memotong

rambutnya padahal rambutnya sudah terlihat panjang. Tuturan pada data (27)

yaitu “Sangu opo kui mbak Tanti kok ketok e minum e segar”, memiliki maksud

guru bertanya minuman apa yang di bawa oleh siswi tersebut. Tuturan tersebut

termasuk kedalam maksim kesederhanaan karena penutur menyapa mitra tutur

dengan cara meberikan candaan kepada mitra tutur terkait dengan bekal yang

dibawanya.

Ketiga tuturan memenuhi prinsip kesantunan yaitu maksim kesederhanaan

dan dianggap santun karena terlepas dari status sosialnya yang merupakan seorang

guru, untuk dapat akrab dengan siswa seorang harus guru harus bersikap rendah

hati. Karena guru menjadi panutan bagi siswanya, maka dari itu bersikap rendah

hati sangatlah penting terutama ketika bertutur.

4.2.2.5 Maksud Sapaan Verbal Guru kepada Siswa berdasarkan Maksim

Permufakatan

Maksim permufakatan seringkali disebut sebagai maksim kecocokan

menurut Wijana (dalam Kunjana, 2006:64). Di dalam maksim ini, ditekankan agar

para peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau kemufakatan di dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

70

kegiatan bertutur. Apabila terdapat kemufakatan atau kecocokan antara diri

penutur dan mitra tutur dalam kegiatan bertutur, masing-masing dari mereka akan

dapat dikatakan bersikap santun.

(28) Guru : Rambutmu merah yo mas? Besok disemir lagi ya.

Siswa : (Langsung memegang rambut). (MM/DT3)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di halaman sekolah. Ketika

seorang guru melihat siswa yang rambutnya di cat merah. Tuturan

terjadi dalam situasi non formal.

(29) Guru : Kamu dari kemarin udah tak beri tahu.

Siswa : (Tersenyum). (MM/DT9)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di halaman sekolah. Ketika ada

siswa yang tidak membawa tongkat pramuka. Tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

(30) Guru : Ini bajumu mu mana? lha baju kotak-kotak mu mana?

Siswa : Hilang. (MM/DT11)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di halaman sekolah. Ketika

guru melihat siswa yang memakai seragam tidak sesuai dengan aturan

sekolah. Tuturan terjadi dalam situasi non formal.

Tuturan pada data (28) yaitu “Rambutmu merah yo mas? Besok disemir

lagi ya”, memiliki maksud guru mengingatkan siswa agar rambut siswa tidak

berwarna lain selain hitam. Tuturan tersebut masuk kedalam maksim

permufakatan karena penutur dan mitra tutur sudah sama-sama memahami

peraturan yang dibuat sekolah bahwa siswa tidak boleh mengecat rambutnya.

Selanjutnya tuturan data (29) “Kamu dari kemarin udah tak beri tahu”, memiliki

maksud guru menegur siswa agar lebih memperhatikan lagi jika ada pengumuman

terkait kegiatan sekolah. Tuturan tersebut masuk kedalam maksim permufakatan

karena seharusnya setiap ada pengumuman yang disampaikan semua siswa wajib

untuk memperhatikan. Namun, saat itu mitra tutur tidak memperhatikan

pengumuman tersebut sehingga membuat penutur menegur mitra tutur. Tuturan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

71

pada data (30) yaitu “Ini bajumu mu mana? lha baju kotak-kotak mu mana?”,

memiliki maksud guru menanyakan mengapa siswa tersebut menggunakan

seragam yang tidak sesuai dengan aturan sekolah. Tuturan tersebut masuk

kedalam maksim permufakatan karena mitra tutur melanggar peraturan sekolah

yang berarti melanggar kesepakatan sehingga penutur menyanyakan mengapa hal

itu bisa terjadi. Ketiga tuturan tersebut memenuhi prinsip kesantunan yaitu

maksim permufakatan dan dapat dianggap santun karena guru hanya

mengingatkan kembali aturan-aturan yang telah disepakati, agar tidak ada yang

melanggar.

4.2.2.6 Maksud Sapaan Verbal Guru kepada Siswa berdasarkan Maksim

Kesimpatisan

Di dalam maksim kesimpatisan, diharapkan agar para peserta tutur dapat

memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak lainnya. Sikap

antipati terhadap salah seorang peserta tutur akan dianggap sebagai tindakan tidak

santun.

(31) Guru : Ini rambutnya kamu ikat biar rapi.

Siswa : (Langsung megikat rambut). (MT/DT4)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di lingkungan sekolah. Saat guru

melihat seorang siswa perempuan yang rambutnya tidak diikat dengan

rapi. Tuturan terjadi dalam situasi non formal.

(32) Guru : Pagi Silvia, adem po nok?

Siswa : Iya bu. (MT/DT5)

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di lingkungan sekolah. Ketika

guru melihat ada seorang siswa yang masih memakai jaket sedangkan

cuaca tidak terlalu dingin. Tuturan terjadi dalam situasi non formal.

(33) Guru : Kamu istirahat di kelas, kalau sakit nggak usah ikut itu, Thomas.

Siswa : (Tetap berjalan). (MT/DT11)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

72

Konteks : Tuturan terjadi pada pagi hari di halaman sekolah. Ketika ada

siswa yang sedang sakit tidak ingin duduk dengan tenang dan

beristirahat. Tuturan terjadi dalam situasi non formal.

Tuturan pada data (31) yaitu “Ini rambutnya kamu ikat biar rapi”,

memiliki maksud guru mengingatkan siswa perempuan untuk mengikat

rambutnya agar terlihat rapi. Tuturan tersebut masuk kedalam maksim

kesimpatisan karena penutur melihat mitra tutur berjalan dengan rambut terurai

agar tampak lebih rapi penutur mengingatkan agar siswi tersebut mengikat

rambutnya. Selanjutnya tuturan pada data (32) “Pagi Silvia, adem po nok?”,

memiliki maksud guru menegur siswa agar melepas jaket karena sudah berada

dalam lingkungan sekolah. Tuturan tersebut masuk kedalam maksim kesimpatisan

karena penutur menunjukkan rasa simpatinya dengan cara menegur, jika tidak

dingin jaket bisa dilepas namun jika merasa dingin guru akan membiarkan siswi

untuk memakai jaket. Tuturan pada data (33) “Kamu istirahat di kelas, kalau sakit

nggak usah ikut itu, Thomas”, memiliki maksud guru menyuruh siswa untuk

beristirahat di kelas karena ia sedang sakit. Tuturan tersebut masuk kedalam

maksim kesimpatisan melalui tuturan tersebut terlihat guru simpati kepada mitra

tutur dan menyuruhnya untuk beristirahat di kelas serta tidak berkeliaran di luar

kelas agar sakit tidak bertambah parah.

Ketiga tuturan diatas telah memenuhi prinsip kesantunan yaitu maksim

kesimpatisan dan dapat dianggap santun karena guru menunjukkan rasa

simpatinya kepada para siswa. Sehingga siswa merasa diperhatikan dan diurus

oleh para guru di sekolah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

73

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Pada sub bab ini, peneliti akan menjelaskan temuan data-data hasil

penelitian yang secara keseluruhan diambil dari proses analisis data sebelumnya.

Penjelasan dalam sub bab ini berhubungan dengan temuan data-data hasil

penelitian yang sudah sesuai dengan teori-teori yang dipaparkan peneliti.

Kesesuaian teori dengan temuan data-data hasil penelitian tersebut berhubungan

dengan pematuhan prinsip kesantunan menurut Leech (dalam Rahardi : 2006).

Kesesuaian teori dengan temuan data-data hasil peneltian tersebut berhubungan

dengan pematuhan prinsip kesantunan menurut Leech (dalam Rahardi, 2006:53-

70), faktor penentu kesantunan menurut (Pranowo, 2009:76), dan fungsi sapaan

(Bieber et.al, 1999:1112) pada tingkat kesantunan sapaan verbal guru kepada

siswa di SMP Aloysius Turi Yogyakarta.

Beberapa teori yang digunakan peneliti dalam sub bab pembahasan ini,

dapat dirinci sebagai berikut. Pertama teori prinsip kesantunan Leech yang

memaparkan enam maksim yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan,

maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim permufakatan, dan

maksim kesimpatisan. Kedua, faktor penentu kesantunan menurut Pranowo yaitu

aspek intonasi (keras lembutnya intonasi ketika seseorang berbicara), aspek nada

bicara (berkaitan dengan suasana emosi penutur:nada resmi, nada bercanda atau

bergurau, nada mengejek, dan nada menyindir), faktor pilihan kata dan faktor

struktur kalimat. Ketiga teori indikator kesantunan milik Pranowo yaitu

memperhatikan suasana perasaan mitra tutur sehingga ketika bertutur dapat

membuat hati mitra tutur berkenan (angon rasa), pertemukan perasaan penutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

74

dengan perasaan mitra tutur sehingga isi komunikasi sama-sama dikehendaki

karena sama-sama diinginkan (adu rasa), jagala tuturan agar dapat diterima oleh

mitra tutur karena mitratutur sedang berkenan hatinya (empan papan), jagalah

agar tuturan memperlihatkan rasa ketidakmampuan penutur dihadapan mitra tutur

(sifat rendah hati), jagalah tuturan agar selalu memperlihatkan bahwa mitra tutur

diposisikan pada tempat yang lebih tinggi (sikap hormat), jagalah agar tuturan

selalu memperlihatkan bahwa apa yang dikatakan kepada mitra tutur juga

dirasakan penutur (sikap tepa selira). Keempat teori yang disampaikan oleh

Bieber et al. yaitu (1) Untuk menarik perhatian seseorang, (2) menandai mitra

bicara, (3) mempertahankan dan memperkuat hubungan sosial.

Selanjutnya, pembahasan akan didasarkan pada tiga pokok rumusan masalah

yang diangkat dalam penelitian ini untuk melihat kesesuaian teori yang sudah

dipaparkan di atas dengan hasil temuan data-data hasil penelitian. Ketiga rumusan

masalah tersebut meliputi wujud kesantunan dan ciri penanda kesantunan sapaan

verbal, serta maksud sapaan verbal guru kepada siswa di SMP Aloysius

Yogyakarta. Pembahasan ketiga rumusan tersebut dalam setiap kategori adalah

sebagai berikut.

4.3.1 Wujud dan Ciri Penanda Sapaan Verbal

Peneliti menemukan wujud dan ciri penanda sebagai syarat pematuhan

kesantunan berbahasa verbal berdasarkan prinsip kesantunan Leech (dalam

Rahardi, 2006:53-70) yang terbagi atas enam maksim. Kemudian dilengkapi oleh

teori milik (Pranowo, 2009:76) yaitu faktor penentu kesantunan yang meliputi

aspek intonasi, dan aspek nada bicara, indikator kesantunan milik Pranowo yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

75

memperhatikan suasana perasaan mitra tutur sehingga ketika bertutur dapat

membuat hati mitra tutur berkenan (angon rasa), pertemukan perasaan penutur

dengan perasaan mitra tutur sehingga isi komunikasi sama-sama dikehendaki

karena sama-sama diinginkan (adu rasa), jagala tuturan agar dapat di terima oleh

mitra tutur karena mitratutur sedang berkenan hatinya (empan papan), jagalah

agar tuturan memperlihatkan rasa ketidakmampuan penutur idhadapan mitra tutur

(sifat rendah hati), jagalah tuturan agar selalu memperlihatkan bahwa mitra tutur

diposisikan pada tempat yang lebih tinggi (sikap hormat), jagalah agar tuturan

selalu memperlihatkan bahwa apa yang dikatakan kepada mitra tutur juga

dirasakan penutur (sikap tepa selira). Serta fungsi sapaan (Bieber et.al,

1999:1112) meliputi untuk menarik perhatian seseorang, sebagai penanda mita

tutur, lalu untuk mempertahankan dan memperkuat hubungan sosial, sebagai ciri

penanda kesantunan. Adapun peneliti menemukan pematuhan kesantunan

berbahasa verbal berdasarkan prinsip kesantunan Leech yaitu maksim

kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim

kesederhanaan, maksim pemufakatan, dan maksim kesimpatisan.

Pematuhan terhadap prinsip kesantunan yang pertama yaitu maksim

kebijaksanaan. Peneliti menemukan sekurang-kurangnya sepuluh (10) wujud dan

ciri penanda kesantunan sapaan verbal guru kepada siswa. Kesepuluh tuturan

tersebut dinyatakan mematuhi maksim kebijaksanaan karena wujud dan ciri

penanda sapaan verbal itu sesuai dengan konsep maksim kebijaksanaan yaitu

penutur hendaknya mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan memaksimalkan

keuntungan pihak lain, serta menggunakan ciri penanda yang dapat mendukung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

76

kesantunan berbahasa verbal. Kesepuluh tuturan tersebut dianggap santun karena

menggunakan intonasi yang lembut dan nada bicara yang sopan, sehingga

melengkapi tingkat kesantunan sapaan verbal guru kepada siswa.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa tingkat kesantunan sapaan yang

dituturkan oleh guru kepada siswa di SMP Aloysius Turi Yogyakarta sudah sesuai

dengan teori-teori yang telah dipaparkan, karena telah mematuhi maksim

kebijaksanaan Leech. Kesantunan sapaan verbal sesuai dengan kategori maksim

kebijaksanaan , yaitu mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan memaksimalkan

keuntungan pihak lain. jadi data wujud dan ciri penanda sapaan verbal

berdasarkan maksim kebijaksanaan dapat dikatakan santun karena mematuhi

prinsip kesantunan Leech (dalam Rahardi, 2006).

Pematuhan terhadap prinsip kesantunan kedua yaitu maksim kedermawanan.

Peneliti menemukan sekurang-kurangnya enam (6) wujud dan ciri penanda sapaan

verbal guru kepada siswa di SMP Aloysius Turi Yogyakarta. Keenam tuturan

tersebut dinyatakan mematuhi maksim kedermawanan karena sesuai dengan

konsep maksim kedermawanan yaitu para peserta pertuturan diharapkan dapat

menghormati orang lain. Keenam tuturan tersebut dinyatakan mematuhi teori ciri

penanda yang dapat mendukung kesantunan berbahasa verbal keenam tuturan

tersebut dianggap santun. Pematuhan kesantunan sapaan verbal di atas dapat

dijelaskan sebagai berikut. Melalui tuturan guru kepada siswa dimana mitra tutur

diajak berkomunikasi untuk memberikan penghormatan kepada orang lain,

terlepas siapapun orang tersebut. Dengan memberikan tindakan-tindakan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

77

dapat di contoh oleh siswa, para guru tersebut membagikan ilmunya secara tidak

langsung.

Melalui penjelasan di atas dapat diketahui bahwa tuturan-tuturan tersebut telah

sesuai dengan teori yang telah dipaparkan, karena telah mematuhi maksim

kedermawanan Leech. Kesantunan sapaan verbal sesuai dengan kategori maksim

kedermawanan yaitu penghormatan terhadap orang lain akan terjadi apabila orang

tersebut dapat mengurangu keuntungan bagi dirinya sendiri. Pematuhan terhadap

prinsip kesantunan yang ketiga yaitu maksim penghargaan. Peneliti menemukan

sekurang-kurangnya lima (5) wujud dan ciri penanda kesantunan sapaan verbal

guru kepada siswa di sekolah. Kelima tuturan tersebut dinyatakan memenuhi

maksim penghargaan karena wujud dan ciri penanda tersebut sesuai dengan

konsep maksim penghragaan yaitu orang dapat dianggap santun apabila dalam

bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain. tuturan

tersebut juga menggunakan faktor penentu kesantunan yaitu intonasi lembut dan

nada bicara yang memuji. Pematuhan kesantunan sapaan verbal di atas dapat

dijelaskan sebagai berikut. Melalui tuturan guru kepada siswa dimana penutur

memberikan penghargaan melalui pujian-pujian kecil namun membuat mitra tutur

merasa di hargai.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa tuturan-tuturan tersebut telah

sesuai dengan teori yang telah dipaparkan, karena telah mematuhi maksim

penghargaan milik Leech. Kesantunan sapaan verbal sesuai dengan kategori

maksim penghargaan yaitu diharapkan melalui maksim ini para peserta tutur tidak

saling mengejek, saling mencaci, atau saling merendahkan pihak yang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

78

Pematuhan terhadap prinsip kesantunan yang keempat yaitu maksim

kesederhanaan. Peneliti menemukan sekurang-kurangnya tiga belas (13) wujud

dan ciri penanda kesantunan sapaan verbal. Ketiga belas tuturan tersebut

dinyatakan mematuhi maksim kesederhanaan karena wujud dan ciri penanda

sapaan verbal itu sesuai dengan konsep maksim kesederhanaan yaitu penutur

diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangu pujian terhadap

dirinya sendiri, serta menggunakan ciri penanda yang dapat mendukung

kesantunan berbahasa verbal. Ketigabelas tuturan tersebut dianggap santun karena

sesuai dengan faktor penentu kesantunan menggunakan intonasi yang lembut dan

nada bicara yang sopan, sehingga melengkapi tingkat kesantunan sapaan verbal

guru kepada siswa.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa tingkat kesantunan sapaan yang

dituturkan oleh guru kepada siswa di SMP Aloysius Turi Yogyakarta sudah sesuai

dengan teori-teori yang telah dipaparkan, karena telah mematuhi maksim

kesederhanaan Leech. Kesantunan sapaan verbal sesuai dengan kategori maksim

kesederhanaan, yaitu mengurangi pujian terhadap dirinya. Jadi data wujud dan ciri

penanda sapaan verbal berdasarkan maksim kesederhanaan dapat dikatakan

santun karena mematuhi prinsip kesederhanaan milik Leech.

Pematuhan terhadap prinsip kesantunan yang kelima yaitu maksim

permufakatan. Peneliti menemukan sekurang-kurangnya sebelas (11) wujud dan

ciri penanda kesantunan sapaan verbal gur kepada siswa. Kesepuluh tuturan

tersebut dinyatakan memenuhi maksim permufakatan karena wujud tuturan

sapaan verbal tersebut sesuai dengan konsep maksim permufakatan yaitu para

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

79

peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau kemufakatan di dalam

kegiatan bertutur. Satu tuturan dikategorikan sebagai tuturan yang kurang santun

karena guru memperingatkan siswa dengan menggunakan intonasi yang keras dan

nada bicara menyindir. Sehingga dapat menimbulkan kurangnya kepercayaan diri

pada siswa.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa tingkat kesantunan sapaan yang

dituturkan oleh guru kepada siswa di SMP Aloysius Turi Yogyakarta sudah sesuai

dengan teori-teori yang telah dipaparkan, karena telah mematuhi maksim

kebijaksanaan Leech. Hanya satu data tuturan yang melanggar maksim

permufakatan. Kesantunan sapaan verbal sesuai dengan kategori maksim

permufakatan, yaitu apabila terdapat kemufakatan atau kecocokan antara diri

penutur dan mitra tutur dalam kegiatan bertutur, masing-masing dari mereka akan

dianggap santun.

Pematuhan terhadap prinsip kesantuanan yang keenam yaitu maksim

kesimpatisan. Peniliti menemukan sekurang-kurangnya tujuh belas (17) wujud

dan ciri penanda kesantunan sapaan verbal guru kepada murid. Kesepuluh tuturan

tersebut dinyatakan mematuhi maksim kesimpatisan karena wujud dan ciri

penanda sapaan verbal itu sesuai dengan konsep maksim kesimpatisan yaitu para

peserta tutur dapat memaksimalkan sikap simpati antar pihak yang satu dengan

pihak lainnya, serta menggunakan ciri penanda yang dapat mendukung

kesantunan berbahasa verbal. Ketujuhbelas tuturan tersebut dianggap santun

karena menggunakan intonasi yang lembut dan nada bicara yang santun, sehingga

melengkapi tingkat kesantunan sapaan verbal guru kepada siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

80

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa tingkat kesantunan sapaan yang

dituturkan oleh guru kepada siswa di SMP Aloysius Turi Yogyakarta sudah sesuai

dengan teori-teori yang telah dipaparkan, karena telah mematuhi maksim

kesimpatisan Leech. Jadi data wujud dan ciri penanda sapaan verbal berdasarkan

maksim kebijaksanaan dapat dikatakan santun karena mematuhi prinsip

kesantunan Leech (dalam Rahardi, 2006).

4.3.2 Maksud Kesantunan Sapaan Verbal

Dari hasil analisis data-data tuturan, peneliti menemukan maksud dari

masing-masing tuturan yang diujarkan oleh guru kepada siswa. Maksud disini

memiliki arti berbeda dengan makna dan informasi, makna adalah gejala dalam

ujaran dan informasi yaitu gejala-luar-ujaran. Selain informasi sebagai sesuatu

yang luar ujaran ada lagi istilah yang disebut dengan maksud. Informasi dan

maksud sama-sama sesuatu luar-ujaran. Hanya bedanya kalau informasi itu

merupakan sesuatu luar-ujaran dilihat dari segi objeknya atau yang dibicarakan.

Sedangkan maksud dilihat dari segi si pengujar, orang yan berbicara, atau pihak

subjeknya (Chaer, 2009:35). Di sini orang yang berbicara itu mengujarkan sesuatu

ujaran entah berupa kalimat maupun frase, tetapi yang dimaksudkannya tidak

sama dengan makna lahiriah ujaran itu sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti menemukan

sepuluh (10) macam maksud yaitu maksud menyuruh, maksud mengingatkan,

maksud menegur, maksud memberi candaan, maksud menyapa, maksud

menanyakan, maksud meminta, maksud menyindir, maksud memuji, maksud

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

81

memberitahu dan mengetahui. Kesepuluh maksud tersebut terkandung dalam

tuturan sapaan verbal guru kepada siswa di SMP Aloysius Turi Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

82

BAB V

PENUTUP

Bab ini terdiri dari dua pokok, yaitu simpulan dan saran. Simpulan berisi

mengenai penjabaran seluruh penelitian ini. Saran berisi tentang hal-hal yang

relevan yang perlu diperhatikan untuk penelitian selanjutnya, baik dari kalangan

mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia maupun peneliti lain. Berikut

pemaparan dari kedua hal tersebut.

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian bab IV yang sudah dianalisis dan dibahas oleh peneliti

mengenai kesantunan sapaan verbal guru kepada siswa di SMP Aloysius Turi

Yogyakarta, peneliti menemukan adanya penggunaan ciri penanda verbal sebagai

penanda kesantunan sapaan verbal guru kepada siswa. Hal tersebut dapat

disimpulkan seperti berikut, peneliti menemukan wujud dan ciri penanda

kesantunan sapaan verbal dalam komunikasi antar guru dengan siswa. Wujud dan

ciri penanda adalah tuturan yang mematuhi prinsip kesantunan, yaitu 62

pematuhan terhadap maksim milik Leech, antara lain 10 tuturan maksim

kebijaksanaan, 6 tuturan maksim kedermawanan, 5 tuturan maksim penghargaan,

13 tuturan maksim kesederhanaan, 10 tuturan maksim permufakatan dan 1

pelanggaran maksim permufakatan, 17 tuturan maksim kesimpatisan.

Ciri penanda yang ditemukan adalah memperhatikan suasana perasaan

mitra tutur sehingga ketika bertutur dapat membuat hati mitra tutur berkenan

(angon rasa), pertemukan perasaan penutur dengan perasaan mitra tutur sehingga

isi komunikasi sama-sama dikehendaki karena sama-sama diinginkan (adu rasa),

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

83

jagala tuturan agar dapat di terima oleh mitra tutur karena mitratutur sedang

berkenan hatinya (empan papan), jagalah agar tuturan memperlihatkan rasa

ketidakmampuan penutur idhadapan mitra tutur (sifat rendah hati), jagalah

tuturan agar selalu memperlihatkan bahwa mitra tutur diposisikan pada tempat

yang lebih tinggi (sikap hormat), jagalah agar tuturan selalu memperlihatkan

bahwa apa yang dikatakan kepada mitra tutur juga dirasakan penutur (sikap tepa

selira), serta pemilihan kata atau diksi. Peneliti juga menemukan sepuluh maksud

yang terkandung dalam tuturan guru kepada siswa yaitu maksud menyuruh,

maksud mengingatkan, maksud menegur, maksud memberi candaan, maksud

menyapa, maksud menanyakan, maksud meminta, maksud menyindir, maksud

memuji, maksud memberitahu dan mengetahui.

5.2 Saran

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki banyak

kekurangan. Penelitian ini hanya berfokus pada wujud dan ciri serta maksud

kesantunan berbahasa yang dituturkan oleh guru kepada siswa di lingkungan

sekolah. Oleh karena itu peneliti berharap bagi peneliti lain atau mahasiswa

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia yang ingin melakukan penelitian

sejenis, agar dalam penelitian selanjutnya dapat lebih mengembangkan materi

penelitian sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Peneliti juga berharap

penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk peneliti lainnya, sehingga

akan lebih banyak temuan-temuan baru terkait dengan kesantunan berbahasa.

Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini guru dapat lebih menyadari

betapa pentingnya sebuah kesantunan dalam bertutur, terutama saat menyapa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

84

siswa. Karena sekecil apapun tuturan itu jika tidak santun akan diingat siswa dan

dicontoh. Dengan begitu guru–guru dapat lebih berhati-hati ketika bertutur

terutama ketika berada di lingkungan sekolah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

85

Daftar Pustaka

Aslinda, dkk. 2000. Kata Sapaan Bahasa Minangkabau di Kabupaten Agam.

Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas.

Braun, F. 1988. Terms of Address: Problems of Patterns and Usage in Various

Languages and Cultures (Edited by Joshua A. Fishman). Berlin: Mouten

de Gruyter.

Brown, R. dan Albert, G.1960. The Pronoun of Power and Solidarity. Dalam

Chritina Bratt Paulston dan G. Richard Tucker. Sociolinguistcs. The

Essential Reading. 2003. Oxford: Blackwell Publishing.

Chaer, A. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta.

Chaer, A. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Cummings, L. 2007. Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner. \

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fitri, E. N. 2012. Skripsi “Penggunaan Kata Sapaan Bahasa Jerman Dalam

Novel Remaja UND WENN SCHON. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan

Budaya Program Studi Jerman.

Gunawan, I. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta:

Bumi Aksara.

Kridalaksana, H. 1982. Fungsi dan Sikap Bahasa.Jakarta: Penerbit Nusa Indah.

Moleong, L. J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nurastuti, W. 2007. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Ardana Media.

Nababan, P.W.J. 1993. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia.

Nadar. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu

Pateda, M. 1987. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

86

Pranowo. 2009. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pranowo. 2009. Kesantunan Berbahasa Tokoh Masyarakat. Yogyakarta: USD.

Rahardi, K. 2006. Prgagmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar

Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta

Wacana University Press.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Wardaugh, R. 1992. An introduction to Sociolinguistics. Sixth edition. Oxford:

Blackwell

Yule, G. 1996. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

87

TRIANGULASI HASIL PENELITIAN

TINGKAT KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA

(Kajian Pragmatik)

Triangulator dimohon untuk memeriksa kembali data yang diperoleh peneliti untuk keperluan keabsahan data. Triangulator yang dipercaya

untuk memeriksa data penelitian adalah penyidik yang memiliki kemampuan dalam bidang pragmatik.

Petunjuk pengisian:

1. Triangulator dimohon untuk memberikan tanda centang () pada kolom setuju, apabila triangulator setuju bahwa data wujud verbal

sudah sesuai dengan teori yang ada. Berilah tanda silang () pada kolom tidak setuju, apabila triangulator tidak setuju terhadap data

wujud verbal yang tidak sesuai dengan teori.

2. Triangulator dimohon untuk memberikan catatan pada kolom keterangan berupa kritik ataupun saran.

No

Wujud

(Tuturan)

Konteks

Maksud

Ciri Penanda

Kesesuaian

dengan Teori

(Triangulator)

Keterangan Ya Tidak

1. Guru : Ea,ea,ea, terlambat.

Siswa : (Tersipu malu).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah,

saat bel sekolah sudah

berbunyi dan seorang

guru piket melihat ada

siswa yang datang

terlambat. Tuturan ini

terjadi dalam situasi non

formal.

Guru menyuruh siswa

yang terlambat agar

bisa lebih

mempercepat

langkahnya agar tidak

terlambat masuk ke

dalam kelas.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

elipsis (adanya suatu

makna kata tanpa

disertai bentuk kata).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

88

2. Guru : Halo-halo semua,

hai.

Siswa : (Seketika terdiam).

Tuturan terjadi pada

siang hari di aula sekolah

ketika masa pengenalan

lingkungan sekolah.

Seorang guru yang

sedang menjadi

pembicara melihat siswa

kelas VII sangat ramai

karena saat itu pembicara

sedang menyampaikan

tata tertib sekolah.

Tuturan terjadi dalam

situasi formal.

Guru mengingatkan

siswa agar tetap fokus

pada kegiatan dan

tidak berbicara

sendiri.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan

(pemilihan kata halo-

halo).

3. Guru : Selamat pagi anak-

anakku, berkah dalem.

Siswa : Selamat pagi bu.

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari di lapangan

upcara ketika akan

memulai apel pagi.

Sapaan wajib yang harus

dilontarkan semua guru

ketika akan memulai

sebuah kegiatan. Tuturan

terjadi dalam situasi

formal.

Guru memberikan

sapaan kepada siswa

agar siap untuk

memulai apel.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan yaitu

berupa kata ganti

bentuk nominal+ku

(pemilihan anak-

anakku).

4. Guru : Kelas VIII osis

cowok, woey.

Siswa : (Menghampiri guru

tersebut).

Tuturan terjadi pada

siang hari di lapangan

upacara sekolah. Seorang

guru memanggil anggota

osis kelas VIII laki-laki.

Tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

Guru menyuruh

anggota osis kelas

VIII terutama yang

laki-laki untuk segera

datang

menghampirinya.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata cowok).

5. Guru : Kowe nyapo le? Tururan terjadi pada Guru menegur siswa Pemakaian diksi √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

89

Siswa : (Bergegas lari). siang hari di halaman

sekolah. Tuturan

disampaikan oleh salah

satu guru yang melihat

siswa kelas VIII

berkeliaran di luar kelas

saat pengarahan oleh

wali kelas sedang

berlangsung. Tuturan

terjadi dalam situasi non

formal.

yang sedang berada di

luar kelas untuk

segera masu kelas

guna mendengarkan

pengarahan dari wali

kelas.

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata kowe dan le).

6. Guru : Kowe ojo jajan ae

mengko pak dhe enggak

kebagian.

Siswa : Tersipu malu.

Tuturan terjadi pada pagi

hari di kantin sekolah.

Ketika jam istirahat ada

seorang guru sedang

menjahili siswa yang

terlihat membeli

beberapa makanan.

Tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

Guru memberikan

candaan kepada siswa

yang sedang membeli

beberapa makanan di

kantin.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata kowe dan pak

dhe).

7. Guru : Jamnya siapa dek?

Halo.

Siswa : (Terdiam sejenak),

jam keterampilan bu.

Tuturan terjadi pada

siang hari di perpustkaan.

Ketika seorang guru yang

sedang berada di

perpustakaan mnanyakan

mengapa siswa tersebut

berada di perpustakaan

saat jam pelajaran

berlangsung. Tuturan

terjadi dalam situasi non

formal.

Guru menanyakan

sedang apa berada di

perpustakaan saat

ketika jam pelajaran

sedang berlangsung.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata dek).

8. Guru : Hayo, salam dulu. Tuturan terjadi pada pagi Guru mengingatkan Pemakaian diksi √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

90

Siswa : (Langsung

mengulurkan tangan).

hari di halaman sekolah.

Seorang guru piket

menyapa siswa yang

hanya berlalu saja tanpa

menyapa para guru di

area tersebut. Tuturan

terjadi dalam situasi non

formal.

siswa agar senantiasa

menyapa dan

bersalaman dengan

guru yang ditemuinya

sebagai tanda

menghormati.

sebagai penanda

kesantunan berupa

elipsis (adanya suatu

makna kata tanpa

disertai bentuk kata

).

9. Guru: Kamu itu anak nomor

satu to?

Siswa : (Menganggukkan

kepala).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ibu kepala sekolah

menyapa siswa dengan

cara bertanya apakah

benar dia anak nomor 1

(anak sulung). Tuturan

terjadi dalam situasi non

formal.

Guru menanyakan

apakah siswa tersebut

merupakan anak

sulung.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata kamu).

10. Guru : Piye tuh dek nek

make, kok mluntir-mluntir

gitu.

Siswa : (Melihat ke arah

bahu).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika seorang guru

melihat siswa yang

memakai tas dengan tali

tas yang tidak rapi.

Tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

Guru meminta siswa

untuk merapikan

tasnya terlebih dahulu

sebelum masuk ke

dalam kelas.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata dik).

11. Guru : Kamu kok piye

bangun jam 06.00 WIB.

Siswa : (Tersenyum).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Saat salah seorang siswa

yang tinggal di asrama

terlambat bangun.

Tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

Guru mengingatkan

siswa jangan karena

dia tinggal di asrama

bisa bangun siang dan

harus bangun lebih

pagi lagi.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata kamu).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

91

12. Guru : Kamu pagi banget,

tumben.

Siswa : (Diam saja).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika salah seorang

guru menyapa murid

yang biasanya datang

terlambat namun hari itu

datang lebih awal.

Tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

Guru menyindir siswa

yang biasanya datang

terlambat sekaligus

memuji karena

sebenarnya siswa

tersebut dapat datang

tepat waktu.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata kamu).

13. Guru : Asik enggak telat,

enggak macet ya.

Siswa : (Tersenyum).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika rombongan siswa

yang di jemput dengan

mobil sekolah datangnya

tidak terlambat. Tuturan

terjadi dalam situasi non

formal.

Guru memuji

rombongan siswa

yang di jemput

menggunakan mobil

sekolah tidak

terlambat datang

kesekolah karena

macet mereka sering

kali terlambat.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

ciri zero atau nol

(adanya suatu makna

kata tanpa disertai

bentuk kata).

14. Guru : Ayo mas Brian.

Siswa : (Segera berlari).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika guru piket melihat

seorang siswa yang

terlihat berjalan lambat

dan tidak bersemangat.

Tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

Guru menyuruh siswa

agar berjalan lebih

cepat dan semangat.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

nama diri (pemilihan

kata mas Brian).

15. Guru : Rambutmu merah yo

mas? Besok disemir lagi ya!

Siswa : (Langsung

memegang rambut).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika seorang guru

melihat siswa yang

rambutnya di cat merah.

Guru mengingatkan

siswa agar rambut

siswa tidak berwarna

lain selain hitam.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata mas).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

92

Tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

16. Guru : Kok kamu enggak

jadi potong?

Siswa : (Tersenyum).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika salah seorang

guru melihat siswa yang

masih belum potong

rambut walau sudah

sering diingatkan.

Tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

Guru mengingatkan

siswa agar segera

melakukan potong

rambut.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata kamu).

17. Guru : Kowe wes potong

durung le?

Siswa : (Tersenyum).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Saat seorang siswa

berusaha untuk

bersembunyi dari guru

karena belum potong

rambut namun akhirnya

ketahuan juga. Tuturan

terjadi dalam situasi non

formal.

Guru mengingatkan

siswa untuk

memotong rambutnya

yang terlihat panjang.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata kowe dan le).

18. Guru : Rambut mu kok enek

teyeng-teyeng e le, besok

teyeng e diilangi yo.

Siswa : (Tersenyum sambil

menganggukkan kepala).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika salah seorang

guru melihat ada siswa

yang rambut bagian

depan berwarna cokelat.

Tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

Guru menegur dan

mengingatkan siswa

agar rambutnya

segera di cat hitam.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata le).

19. Guru : Andi kok belum

salim bu guru.

Siswa : Oh iya, lupa.

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Saat seorang guru

Guru mengingatkan

siswa untuk

besalaman dengan

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

93

menyapa siswa yang

belum bersalaman

dengan guru-guru piket.

Tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

guru-guru yang

berada di halaman

sekolah.

nama diri dan gelar

(pemilihan kata Andi

dan bu guru).

20. Guru :

Thomas,thomas,thomas.

Siswa : Yes.

Tuturan terjadi pada

siang hari di depan ruang

kepala sekolah. Ketika

seorang guru menyapa

siswa yang sedang

melintas di depan

ruangan. Tuturan terjadi

dalam situasi non formal.

Guru menyapa siswa

yang sedang berjalan

di depan ruang kepala

sekolah, karena siswa

tersebut lucu dan

menggemaskan.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

nama diri (pemilihan

kata Thomas).

21. Guru : Ini baju olahraganya

bersih atau kotor, jangan-

jangan bau pesing.

Siswa : (Tersenyum).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di lingkungan

sekolah. Ketika salah

satu guru melihat baju

olahraga siswa yang

terlihat kotor.Tuturan

terjadi dalam situasi non

formal.

Guru menyindir siswa

yang bajunya terlihat

lusuh dan kotor.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

elipsis (adanya suatu

makna kata tanpa

disertai bentuk kata).

22. Guru : Pagi puterinya

kepala dukuh.

Siswa : Pagi.

Tuturan terjadi pada pagi

hari di lingkungan

sekolah. Ketika seorang

guru sedang menyapa

siswa yang merupakan

anak dari kepala dukuh

di Turi. Tutran terjadi

dalam situasi non formal.

Guru menyapa siswa

yang merupakan putri

seorang kepala dukuh

di Turi.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

pangkat (pemilihan

kata puteri kepala

dukuh).

23. Guru : Ini rambutnya kamu

ikat biar rapi.

Siswa : (Langsung mengikat

Tuturan terjadi pada pagi

hari di lingkungan

sekolah. Saat guru

Guru mengingatkan

siswa perempuan

untuk mengikat

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

94

rambut). melihat seorang siswa

perempuan yang

rambutnya tidak diikat

dengan rapi. Tuturan

terjadi dalam situasi non

formal.

rambutnya agar

terlihat rapi.

kata ganti (pemilihan

kata kamu).

24. Guru : Pagi Silvia, adem po

nok?

Siswa : Iya bu.

Tuturan terjadi pada pagi

hari di lingkungan

sekolah. Ketika guru

melihat ada seorang

siswa yang masih

memakai jaket

sedangkan cuaca tidak

terlalu dingin. Tuturan

terjadi dalam situasi non

formal.

Guru menegur siswa

agar melepas jaket

karena sudah berada

dalam lingkungan

sekolah.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

nama diri dan kata

ganti (pemilihan kata

Silvia dan nok).

25. Guru : Ini Bagus atau

Bagas?

Siswa : (Tersenyum)

Tuturan terjadi pada

siang hari di lingkungan

sekolah. Ketika guru

menanyakan nama siswa

karena beliau lupa pada

namanya. Tuturan terjadi

dalam situasi non formal.

Guru menanyakan

nama salah satu siswa

karena lupa.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

nama diri (pemilihan

kata Bagus dan

Bagas).

26. Guru : Celanamu kok sudah

ngepres?

Siswa : (Tersipu malu).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di lingkungan

sekolah. Saat guru

mengetahui ada salah

satu siswa yang

celananya terlihat sempit.

Tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

Guru memberitahu

siswa bahwa

celananya sudah

terlihat sempit.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata mu).

27. Guru : Hayo Thomas belum Tuturan terjadi pada pagi Guru mengingatkan Pemakaian diksi √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

95

salam sama Bu Lia.

Siswa : (Langsung

mengulurkan tangan).

hari di lingkungan

sekolah. Ketika guru

melihat salah seorang

murid yang hanya

berjalan saja tanpa

bersalaman dengan guru

yang sedang piket.

Tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

siswa untuk

bersalaman dengan

guru yang sedang

berada di sekitarnya.

sebagai penanda

kesantunan berupa

nama diri dan istilah

kekerabatan

(pemilihan kata

Thomas dan bu Lia).

28. Guru : Kamu namanya

siapa?

Siswa : Dita bu.

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Saat seorang guru lupa

pada nama siswa yang

disapanya. Tuturan

terjadi dalam situasi non

formal.

Guru menanyakan

nama dari siswa

tersebut karena beliau

lupa.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata kamu).

29. Guru : Sini,sini,sini, hoy,

Girda,Girda.

Siswa : (Berlari).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di lingkungan

sekolah. Ketika guru

melihat siswa laki-laki

yang berusaha

bersenbunyi karena tidak

memakai sabuk sesuai

aturan. Tuturan terjadi

dalam situasi non formal.

Guru menyuruh siswa

untuk datang

kepadanya karena

siswa tersebut telah

melanggar peraturan

sekolah.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

nama deiksis dan

nama diri (pemilihan

kata sini dan Girda).

30. Guru :

Coba,coba,sini,Pande, logo

tunas kelapanya dimana,

didepan atau disamping.

Siswa : (Melihat posisi kaos

kaki).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di lingkungan

sekolah. Ketika seorang

guru melihat siswa

memakai kaos kaki yang

tidak rapi. Tuturan terjadi

dalam situasi non formal.

Guru mengingatkan

siswa untuk memakai

kaos kaki yang rapi

sesuai ketentuan.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

nama deiksis dan

nama diri (pemilihan

kata sini dan Pande).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

96

31. Guru : Wah jaketnya pink.

Siswa : (Tersipu malu).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di lingkungan

sekolah. Saat seorang

guru tertarik akan warna

jaket seorang siswa laki-

laki. Tuturan terjadi

dalam situasi non formal.

Guru menyindir siswa

laki-laki yang

mengenakan jaket

berwarna pink.

Karena warna pink

identik dengan

perempuan.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata jaketnya).

32. Guru : Hey Okta kelasmu

bukan?

Siswa :Bukan.

Tuturan terjadi pada saat

pelajaran olahraga di

lapangan basket. Ketika

seorang guru

menanyakan apakah

murid yang bernama

Okta satu kelas dengan

murid tersebut. Tuturan

terjadi dalam situasi

formal.

Guru menanyakan

siswa bernama Okta

pada salah satu siwa

yang sedang berjalan

karena ada sesuatu

yang ingin deberikan

oleh guru olahraga

tersebut.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

elipsis (adanya suatu

makna kata tanpa

disertai bentuk kata,

pemilihan kata hey).

33. Guru : Hayo kalau

ngomong kotor apa

sanksinya?

Siswa : (Terdiam).

Tuturan terjadi saat

pelajaran olahraga di

lapangan basket. Saat

guru mendengar salah

satu muridnya berbicara

kotor atau jorok. Tuturan

terjadi dalam situasi

formal.

Guru menyuruh

siswa untuk

menjalankan sanksi

karena sudah

melanggar peraturan.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

elipsis (adanya suatu

makna kata tanpa

disertai bentuk kata

pemilihan kata hayo).

34. Guru : Mario kamu ini bikin

berat saja.

Siswa : (Tersenyum).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di lingkungan

sekolah. Ketika seorang

guru sedang bercanda

dengan salah satu siswa

yang menaiki mobil

sekolah. Tuturan terjadi

Guru memberikan

candaan kepada salah

satu siswa ketika dia

menaiki mobil

sekolah yang akan di

parkir.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

nama diri dan kata

ganti (pemilihan kata

Mario dan kamu).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

97

dalam situasi non formal.

35. Guru : Kamu bilang dulu

tangan kanan atau kiri.

Siswa : Iya pak.

Tuturan terjadi pada saat

pelajaran olahraga di

lapangan basket. Ketika

guru olahraga meminta

muridnya untuk

memimpin pemanasan

dengan benar. Tuturan

terjadi dalam situasi

formal.

Guru mengingatkan

siswa yang

memimpin

pemanasan untuk

melakukan dengan

benar.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata kamu).

36. Guru : Piye to le leh

masang kok enggak

nggenah?

Siswa : (Langsung

membetulkan).

Tuturan terjadi pada

siang hari di lapangan

basket. ketika jam

pelajaran olahraga

seorang guru menyuruh

siswa laki-laki untuk

memasang net voli.

Tuturan terjadi dalam

situasi formal.

Guru menegur siswa

laki-laki agar

memasang net voli

dengan benar.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata le).

37. Guru : Tanganmu tuh piye,

jari-jarinya yang bener.

Siswa : (Tersenyum).

Tuturan terjadi pada saat

jam pelajaran olahraga di

lapangan basket. Ketika

ada seorang siswa yang

tidak melakukan

pemanasan dengan benar.

Tuturan terjadi dalam

situasi formal.

Guru menegur siswa

yang memimpin

pemanasan agar

melakukannya

dengan benar.

Pemakaian kata diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata mu).

38. Guru : Kamu Rastra disana,

ngarep dewe kok ora ngerti.

Siswa : (Diam).

Tuturan terjadi pada saat

jam pelajaran olahraga di

lapangan basket. Guru

olahraga memanggil

murid yang berdiri di

Guru menegur salah

satu siswa yang

berada di barisan

depan agar lebih

memerhatikan

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti, nama diri,

dan kata deiksis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

98

barisan paling depan

untuk pindah posisi.

Tuturan terjadi dalam

situasi formal.

instruksi dari guru. (pemilihan kata

kamu, Rastra, dan

disana).

39. Guru : Kamu tuh lho

diomongi kok malah jorok-

jorokan.

Siswa : (Tersenyum).

Tuturan terjadi pada saat

jam pelajaran olahraga di

lapangan basket. Ketika

ada siswa yang bercanda

saat guru sedang

memberi arahan. Tuturan

terjadi dalam situasi

formal.

Guru menegur siswa

yang bercanda pada

saat terjadi

pengarahan.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata kamu).

40. Guru : Ayo yang mau ambil

selang siapa?

Siswa : Ketua kelas.

Tuturan terjadi pada saat

jam pelajaran olahraga di

lapangan sepak bola,

Ketika guru menyuruh

siswa mengambil selang

untuk membasahi tanah

di lapangan. Tuturan

terjadi dalam situasi

formal.

Guru menyuruh siswa

untuk segera

mengambil selang

agar pelajaran dapat

di mulai.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

elipsis (adanya suatu

makna kata tanpa

disertai bentuk kata).

41. Guru : Itu lho, apa itu

namanya, logo tunas

kelapanya dibenerin masak

merot gitu.

Siswa : (Langsung

membetulkan).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika salah satu guru

melihat ada siswa yang

memakai kaos kaki

secara tidak rapi. Tuturan

terjadi dalam situasi non

formal.

Guru menyuruh siswa

untuk memperbaiki

posisi logo dari kaos

kaki yang di

pakainya.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata deiksis atau

penunjuk (pemilihan

kata itu).

42. Guru : Erlan,Erlan.

Siswa : (Tetap berlari).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di lapangan upacara.

Ketika salah satu guru

Guru mengingatkan

siswa untuk tidak

berlarian di sekolah

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

99

memanggil siswa yang

sedang berlarian. Tuturan

terjadi dalam situasi non

formal.

agar tidak terjadi hal-

hal yang tidak

diinginkan.

nama diri (pemilihan

kata Erlan).

43. Guru : Kamu enggak

jemputan? Kenapa?

Siswa : Ada yang antar bu.

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika guru melihat

siswa yang biasanya

menaiki mobil jemputan

sekolah tetapi hari itu ia

diantar oleh orang

tuanya, tuturan terjadi

dalam situasi non formal.

Guru ingin

mengetahu mengapa

siswa tersebut tidak

berangkat

menggunakan mobil

jemputan dari

sekolah.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata kamu).

x

44. Guru : Saya tahu kamu

pakai begitu.

Siswa : (Menundukkan

kepala).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Salah satu guru melihat

ada siswa yang

memainkan tongkat

pramuka. Tuturan terjadi

dalam situasi non formal.

Guru mengingatkan

siswa agar tidak

memainkan tongkat

pramuka karena nanti

bisa mengenai orang

lain.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata saya dan kamu).

x

45. Guru : Itu dibersihkan dulu

sayang bibirnya itu.

Siswa : (Tersipu malu

sambil mengelap bibir).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika ada salah satu

siswa yang di bibirnya

masih ada sisa-sisa

makanan. Tuturan terjadi

dalam situasi non formal.

Guru menyuruh siswa

untuk membersihkan

sisa-sisa makanan

yang ada di bibirnya.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata deiksis atau

penunjuk dan kata

ganti (pemilihan kata

itu dan sayang).

46. Guru : Kamu istirahat di

kelas, kalau sakit nggak

usah ikut itu, Thomas.

Siswa : (Tetap berjalan).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika ada siswa yang

sedang sakit tidak ingin

duduk dengan tenang dan

Guru menyuruh siswa

untuk beristirahat di

kelas karena ia

sedang sakit.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti dan nama

diri (pemilihan kata

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

100

beristirahat. Tuturan

terjadi dalam situasi non

formal.

kamu dan Thomas).

47. Guru : Wah arlojimu bagus.

Siswa : (Tersenyum).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika seorang guru

melihat siswa yang

memakai arloji dan

menarik perhatiannya.

Tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

Guru memuji arloji

siswa yang

menurutnya bagus.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

elipsis (adanya suatu

makna kata tanpa

disertai bentuk kata).

48. Guru : Hai Pius.

Siswa : (Tersipu malu).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Seorang guru menyapa

siswa yang sedang

melintas di depannya.

Tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

Guru menyapa siswa

yang menarik

perhatiannya.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

nama diri (pemilihan

kata Pius).

49. Guru : Hari ini kamu kok

cantik.

Siswa : (Tersipu malu).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Saat seorang guru

melihat siswa yang

biasanya berpenampilan

cuek namun hari itu di

terlihat cantik. Tuturan

terjadi dalam situasi non

formal.

Guru memuji

penampilah salah satu

siswi yang terlihat

rapi dan cantik.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata kamu).

x

50. Guru : Wisnu, ikat

pinggangnya untuk apa.

Siswa : (Tersipu malu).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di depan kelas. Saat

seorang guru melihat

salah satu siswa laki-laki

yang memainkan ikat

Guru mengingatkan

siswa agar tidak

memainkan ikat

pinggang karena hal

itu dapat

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

nama diri(pemilihan

kata Wisnu).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

101

pinggangnya. Tuturan

terjadi dalam situasi non

formal.

membahayakan orang

lain.

51. Guru : Pelan-pelan hayo

pelan-pelan nanti kamu

jatuh.

Siswa : (Langsung

berjalan).

Tuturaan terjadi pada

pagi hari di halaman

sekolah. Ketika ada

seorang siswa yang

datang terlambat dan

berlari. Tuturan terjadi

dalam situasi non formal.

Guru mengingatkan

siswa agar tidak

berlari namun

berjalan pelan saja.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata kamu).

x

52. Guru : Kamu dari kemarin

udah tak beri tahu.

Siswa : (Diam saja).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika ada siswa yang

tidak membawa tongkat

pramuka. Tuturan terjadi

dalam situasi non formal.

Guru menegur siswa

agar lebih

memperhatikan lagi

jika ada pengumuman

terkait kegiatan

sekolah.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kamu).

x

53. Guru : Kau lihat siapa je?

Siswa : (Tersenyum).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika ada seorang murid

yang sedang berjalan

namun melihat ke arah

lain. Tuturan terjadi

dalam situasi non formal.

Guru mengingatkan

siswa untuk

memperhatikan

jalannya agar tidak

terjatuh.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata kau).

54. Guru : Itu ditaruh sana

jangan di bawa kemana-

mana nanti kalau pramuka

baru diambil.

Siswa : (Membalikkan

badan lalu menuju ke

kelas).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di lapangan upacara.

Ketika guru melihat

siswa yang membawa

tongkat pramuka kesana-

kemari. Tuturan terjadi

dalam situasi non formal.

Guru menyuruh siswa

untuk meletakkan

tongkat pramuka di

kelas.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata deiksis atau

penunjuk (pemilihan

kata itu dan sana).

55. Guru : Wah tongkatmu ijo.

Siswa : (Tersipu malu)

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Guru merasa tertarik

dengan warna tongkat

Pemakaian diksi

sebagai penanda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

102

Saat guru melihat siswa

yang membawa tongkat

pramuka berwarna hijau,

berbeda dengan tongkat-

tongkat pada umumnya.

Tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

pramuka siswa

tersebut.

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata mu dari kata

kamu).

56. Guru : Sangu opo kui mbak

Tanti kok ketok e minum e

segar.

Siswa : (Tersipu malu).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika guru tertarik pada

minuman yang di bawa

oleh salah satu siswi,

tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

Guru bertanya

minuman apa yang di

bawa oleh siswi

tersebut.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

nama diri (pemilihan

kata Tanti).

57. Guru : Selamat pagi mbak

Dira, mbak Dira pinter

main biolanya.

Siswa : Terima kasih bu.

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika guru menyapa

siswa yang pintar

bermain biola. Tuturan

terjadai dalam situasi non

formal.

Guru memuji siswa

yang memiliki

ketrampilan bermain

biola.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

nama diri (pemilihan

kata mbak Dira).

58. Guru : Wo, nek males

berarti kowe nanti kalau

dikasih poin ojo salahke bu

guru wong koe sik males.

Siswa : Iya bu, maaf.

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika guru melihat ada

siswa yang tidak

membawa tongkat

pramuka dengan

berbagai macam alasan.

Tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

Guru menegur siswa

agar selalu mentaati

peraturan sekolah

agar tidak mendapat

teguran keras dari

sekolah.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti dan gelar

(pemilihan kata kowe

dan bu guru).

59. Guru : Jangan buat mainan,

ndak nanti kena temen e le.

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Guru menegur siswa

agar tidak memainkan

Pemakaian diksi

sebagai penanda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

103

Siswa : (Bergegas

meletakkan tongkat

pramuka).

Ketika guru melihat

siswa yang sedang

memainkan tongkat

pramuka di atas kepala.

Tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

tongkat pramuka agar

tidak melukai orang

lain.

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata le).

60. Guru : Eh Yoan terus kamu

bekalnya gimana? sangunya

buat beli tongkat. Masih

punya uang saku gak?

Siswa : (Menganggukkan

kepala).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika guru melihat ada

siswa yang membeli

tongkat pramuka

sebelum bel masuk

sekolah di bunyikan.

Tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

Guru menanyakan

apakah murid tersebut

masih memiliki uang

saku atau tidak.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

nama diri (pemilihan

kata Yoan).

61. Guru : Kamu udah ada

tongkat belum?

Siswa : Sudah bu.

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika guru melihat salah

satu siswa yang tidak

membawa tongkat

pramuka. Tuturan terjadi

dalam situasi non formal.

Guru menyuruh siswa

untuk segera mencari

tongkat pramuka

yang tersedia di

perpus.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata kamu).

x

62. Guru : Eh kamu udah salim

sama kakak belum mas Egar

ki?

Siswa : (Tersenyum), belum

bu.

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman

sekolah.ketika guru

melihat siswa yang tidak

menyalami mahasiswa

yang ikut jaga piket.

Tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

Guru mengingatkan

siswa untuk menyapa

dan bersalaman

dengan guru maupun

mahasiswa yang

sedang berada di

sekolah.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti dan nama

diri (pemilihan kata

kamu dan Egar).

63. Guru : Itu di bantu itu

bapaknya nyari siapa itu.

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Guru menyuruh siswa

untuk menghampiri

Pemakaian diksi

sebagai penanda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

104

Deron tolong dibantu

bapaknya, bapak mau

ngasih ke siapa gitu? Saya

bantu.

Siswa : Baik bu.

Ketika guru melihat ada

wali murid sedang berada

di depan sekolah seperti

mencari seseorang.

Tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

wali murid yang

berada di depan

sekolah dan

menanyakan

keperluannya.

kesantunan berupa

kata deiksis atau

penunjuk dan nama

diri (pemilihan kata

itu dan Deron).

64. Guru : Deron baik lho udah

bantu kok Vivine malu.

Siswa : (Tersipu malu).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Saat guru melihat salah

satu siswi merasa malu

saat di beri bantuan oleh

siswa putra. Tuturan

terjadi dalam situasi non

formal.

Guru menyuruh siswi

untuk emngucapkan

terima kasih kepada

Deron yang telah

membantu.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

nama diri (pemilihan

kata Deron dan Vivi).

65. Guru : Eh Sal, itu pake

tongkatnya gak kayak gitu

nanti kena temannya

kepalanya cetok, Sal,Amsal,

gak dengerin mulutnya bu

guru ya.

Siswa : (Terus berjalan).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika guru melihat salah

satu siswa yang masih

saja memainkan tongkat

pramuka di atas

kepalanya. Tuturan

terjadi dalam situasi non

formal.

Guru menyuruh siswa

untuk berhenti

memainkan tongkat

pramukanya.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

nama diri (pemilihan

kata Amsal).

66. Guru : Kenapa mbak tangan

mu, mbak, kenapa sayang

ku?

Siswa : (Menggelengkan

kepala lalu menangis).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Saat guru melihat ada

siswa yang wajahnya

terlihat kesakitan dan

tangannya lemas.

Tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

Guru menanyakan

apa yang terjadi

dengan siswan

tersebut dan

bagaimana

kondisinya.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata mbak dan

sayang).

67. Guru : Selamat pagi, wah Tuturan terjadi pada pagi Guru mengingatkan Pemakaian diksi √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

105

tumben gak telat, biasanya

kamu lari-lari e.

Siswa : (Tersipu malu).

hari di halaman sekolah.

Ketika guru menyapa

salah satu siswa yang

biasanya datang

terlambat tetapi hari itu

datang tepat

waktu.Tuturan terjadi

dalam situasi non formal.

siswa agar jangan

datang terlambat lagi.

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata sapaan dan kata

ganti (pemilihan kata

selamat pagi dan

kamu).

68. Guru : Pagi Git kok

jerawatmu banyak, enggak

mandi ya?

Siswa : (Tersenyum).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika guru melihat salah

satu siswa yang memilik

banyak jerawat di

wajahnya. Tuturan terjadi

dalam situasi non formal.

Guru memberikan

candaan kepada siswa

yang dikenalnya,

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

nama diri (pemilihan

kata Git dari kata

Gita).

69. Guru : Nova, Erik sudah

sembuh belum?

Siswa : Saya, nggak tau.

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Saat guru bertanya

kepada salah satu siswi

tentang siswa laki-laki

yang kemarin sempat

sakit. Karena mereka

berdua sering di jodoh-

jodohkan oleh teman-

temannya. Tuturan

terjadi dalam situasi non

formal.

Guru memberikan

candaan kepada siswa

tersebut.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

nama diri (pemilihan

kata Nova dan Erik).

70. Guru : Gimana udah

suntik? sakit ra?

Siswa : (Tersenyum).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika guru bertanya

kepada siswa apakah dia

sudah menjalankan

Guru menanyakan

keadaan siswa

tersebut setelah suntik

vaksin.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

elipsis (adanya suatu

makna kata tanpa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

106

suntik vaksin campak

dan rubella yang di

selanggarakan oleh

sekolah. Tuturan terjadi

dalam situasi non formal.

disertai bentuk kata).

71. Guru : Apalagi kau salam

terus.

Siswa : (Tersenyum).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika ada salah satu

siswa yang bolak-balik

bersalaman dengan guru-

guru piket. Tuturan

terjadi dalam situasi non

formal.

Guru menyuruh siswa

tersebut untuk tidak

bermain-main dan

segera masuk ke

dalam kelas.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata kau).

72. Guru : Yo ketinggalan mesti

kui, ketinggalan angkot

kowe?ketinggalan

jemputan?

Siswa : (Terus berlari).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika ada salah satu

siswa yang sedang lari-

lari karena datang

terlambat. Tuturan terjadi

Dalam situasi non

formal.

Guru mengingatkan

siswa agar dapat

bangun tidur lebih

awal lagi.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata kowe).

73. Guru : Hey kamu duduk

depan aja.

Siswa : (Langsung

berpindah).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di aula sekolah. Saat

sedang terjadi

pembekalan untuk acara

pembentukan karakter

siswa di luar sekolah.

Ketika ada salah satu

siswa kelas VII yang

berbicara sendiri.

Tuturan terjadi dalam

situasi formal.

Guru menegur salah

satu siswa agar

memperhatikan

pengarahan yang

sedang diberikan.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata kamu).

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

107

74. Guru : Kok ha? Alay kamu,

wong kamu di asrama kok.

Siswa : (Tersenyum).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di aula sekolah. Saat

sedang terjadi

pembekalan untuk acara

pembentukan karakter

siswa di luar sekolah.

Ketika guru menjelaskan

seberapa jauh tempat

yang akan mereka

gunakan besok. Tuturan

terjadi dalam situasi

formal.

Guru mengingtkan

siswa agar tidak

merespon dengan

berlebihan apalagi dia

adalah anak asrama di

sekolah tersebut.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata kamu).

x

75. Guru : Amsal, duduk depan

saja rame aja.

Siswa : (Langsung diam).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di aula sekolah. Saat

sedang terjadi

pembekalan untuk acara

pembentukan karakter

siswa di luar sekolah.

Ketika ada salah satu

siswa yang ramai saja

dan tidak memperhatikan

pengarahan. Tuturan

terjadi dalam situasi

formal.

Guru menegur siswa

yang ramai untuk

pindah duduk di

depan agar tidak

mengganggu siswa

lain.

Pemakaian diksi

sebagia penanda

kesantunan berupa

nama diri (pemilihan

kata Amsal).

76. Guru : Kui sopo kui kelas

VII rame ae. Deron siapa

itu yang rame, itu lo yang

gundul.

Siswa : (Langsung melihat

kebelakang).

Tuturan terjadi pada pagi

hari di lapangan upacara.

Saat sedang terjadi apel

pagi. Ketika guru melihat

di barisan kelas VII ada

yang mengganggu

temannya. Tuturan

terjadi dalam situasi

Guru menegur siswa

yang ramai agar

memperhatikan dan

bersikap tenang

selama apel pagi

berlangsung.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

nama diri dan kata

deiksis atau penunjuk

(pemilihan kata

Deron dan itu).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

108

formal.

77. Guru : Kowe ki salah, wong

minjam buku kok gak

dibaca.

Siswa : (Diam saja).

Tuturan terjadi pada

siang hari di

perpustakaan sekolah.

Ketika ada siswa yang

meminjam buku tetapi

tidak dibaca namun di

pakai untuk kipas-kipas.

Tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

Guru menegur siswa

agar menggunakan

buku sesuai dengan

fungsinya.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata kowe).

78. Guru : Ini bajumu mu

mana? lha baju kotak-kotak

mu mana?

Siswa : Hilang.

Tuturan terjadi pada pagi

hari di halaman sekolah.

Ketika guru melihat

siswa yang memakai

seragam tidak sesuai

dengan aturan sekolah.

Tuturan terjadi dalam

situasi non formal.

Guru menanyakan

mengapa siswa

tersebut

menggunakan

seragam yang tidak

sesuai dengan aturan

sekolah.

Pemakaian diksi

sebagai penanda

kesantunan berupa

kata ganti (pemilihan

kata mu dari kata

kamu).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI … filei KESANTUNAN SAPAAN VERBAL GURU KEPADA SISWA DI SMP ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

BIODATA PENULIS

Clara Wahyu Kurnia Pangestuti lahir di Madiun pada

tanggal 6 April 1995. Ia menyelesaikan pendidikan

tingkat sekolah dasar di SD Santo Yusuf Madiun pada

tahun 2007. Kemudian, ia melanjutkan studinya di

SMP Santo Yusuf Madiun dan tamat pada tahun 2010.

Pendidikan tingkat menengah atas ditempuhnya di

SMA Negeri 5 Madiun dan tamat pada tahun 2013. Setelah menyelesaikan

sekolah tingkat menengah atas, ia melanjutkan studi S1 Pendidikan Bahasa Sastra

Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Masa pendidikan S1 tersebut berakhir pada tahun 2018 dengan

menyelesaikan skripsi dengan judul “Kesantunan Sapaan Verbal Guru kepada

Siswa di SMP Aloysius Turi Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI