Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 1, A 153-160 https://doi.org/10.32315/sem.1.a153
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 153
Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon, Universitas Indraprasta, Universitas Trisakti
ISBN 978-602-17090-5-4 E-ISBN 978-602-17090-4-7
Keberagaman Ornament pada Fasad Bangunan Bank
Indonesia Bandung
Afif Muhammad Edi
Sejarah Teori Kritik Arsitektur, Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung.
Korespondensi : [email protected]
Abstrak
De Javasche Bank didirakan karena adanya Kekhawatiran dari pihak Hindia Belanda akibat meletusnya perang Boer, menyebabkan adanya pertimbangan untuk mendirikan tempat pelarian kekayaan kepedalaman pulau jawa yaitu kota Bandung yang dipilih berdasarkan beberapa
pertimbangan. Bangunan De Javasche Bank sendiri diarsiteki oleh Fermont, Hulswit dan Edward Cuypers. Ketiga arsitek tersebut menerapkan gaya neo klasik pada bangunan tersebut. uniknya bangunan tersebut juga dipadukan dengan beberapa gaya lainnya yang diterapkan pada ornamen
bangunan tersebut. Bangunan De Javasche Bank Bandung merupakan bangunan yang sangat monumental, bangunan yang memiliki daya tarik, keunikan tersendiri dan menawarkan informasi yang dapat dijadikan pelajaran. Objek dari bahasan pada artikel ini adalah bangunan De Javasche
Bank Bandung yang sekarang kita kenal sebagai Bank Indonesia Bandung. Bangunan ini berlokasi di jl. Braga No.108. Adapun tujuan dari pembuatan artikel ini adalah untuk memaparkan dan memberi informasi mengenai keberagaman ornament-ornamen yang terdapat pada fasad bangunan Bank
Indonesia Bandung.
Kata-kunci : Bank, Fasad, Ornamen
Latar Belakang
De Javasche Bank Bandung atau yang sekarang kita kenal adalah Bank Indonesia Bandung merupakan salah satu bangunan colonial yang memiliki daya tarik dalam arsitektur dan sejarahnya.
De Javasche Bank Bandung didirikan karena adanya kekhawatiran pemerintah Hindia Belanda atas meletusnya perang Boer ( Boeren Oorlog ) menyebabkan adanya pertimbangan untuk mendirikan tempat pelarian harta kekayaan. keputusan dari pertimbangan pemerintah hindia belanda adalah
mendirikan bangunan tersebut di Kota Bandung, dimana Bandung dipandang sebagai salah satu tempat yang ideal untuk melarikan kekayaan. kota bandung sendiri berjarak ± 150 km dari kota Batavia atau yang sekarang kita kenal Kota Jakarta dan dahulu bandung juga dipilih karena
berdekatan dengan garnisun militer di Cimahi.
Gedung Bank Indonesia Bandung berada di ujung Jalan Braga (arah Jalan Wastukancana). Persis berhadap-hadapan dengan Taman Balai Kota. Bangunan kantor De Javasche Bank Bandung
dibangun tahu 1915 dan selesai 3 tahun kemudian. bangunan ini diarsiteki oleh Fermont, Hulswit dan Edward Cuypers. Ketiga arsitek tersebut menerapkan gaya neo klasik pada bangunan tersebut, namun jika dilihat dengan teliti tiga arsitek yang merancang bangunan ini juga menerapkan
beberapa gaya lainnya seperti gaya Yunani, tudor, victorian sampai gaya local Indonesia. Bangunan De Javasche Bank Bandung merupakan bangunan yang sangat monumental, bangunan yang memiliki daya tarik, keunikan tersendiri dan menawarkan informasi yang dapat dijadikan pelajaran.
Keberagaman Ornament pada Fasad Bangunan Bank Indonesia Bandung
A 154 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Tujuan
Tujuan penulis membuatan artikel ini adalah :
1. Memaparkan jenis-jenis ornament yang terdapat pada fasad Bank Indonesia Bandung 2. Memberi penjelasan singkat terkait ornament yang diterapkan pada bangunan Bank
Indonesia Bandung
Deskripsi Singkat Bank Indonesia Bandung
Nama Bangunan : Bank Indonesia Bandung (De Javasche Bank)
Lokasi : Jl. Braga No. 108 Bandung
Arsitek : Fermont, Hulswit dan Edward Cuypers
Fungsi Bangunan : Tempat menyimpan harta pemerintan Belanda
Tahun Pembuatan : Tahun 1915
Sejarah
salah satu bangunan bersejarah di Kota Bandung adalah Gedung Bank Indonesia yang menjadi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat dan Banten). De Javasche Bank didirikan atas perintah Raja Belanda Willem I melalui surat perintah pada tanggal 29 desember 1826. De Javasche Bank sendiri didirakan karena Kekhawatiran pihak militer Hindia Belanda akibat meletusnya
perang Boer, menyebabkan adanya pertimbangan untuk mendirikan tempat pelarian kekayaan kepedalaman pulau jawa. Kota Bandung yang berjarak ± 150 km dari kota Batavia ( sekarang Jakarta ), dipandang sebagai tempat yang ideal untukmewujudkan gagasan tersebut di atas.
Bandung juga dipilih karena dahulu dekat dengan Garnisun Militer di Cimahi dan jaraknya cukup jauh dari area pantai
Gambar 1: Gedung Bank Indonesia Bandung
Sumber Foto : https://historicalbuildingsbdg.wordpress.com/38-2/
Afif Muhammad E
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 155
Salah satu upaya untuk melindungi kekayaan tersebut adalah sebuah kesepakatan antara presiden
De Javasche Bank ke-10, J. Reijsenbach dengan pemerintah Hindia Belanda 3 pada awal abad ke-20 untuk mencari jalan keluar yang terbaik dan tercepat dalam rangka mengamankan kekayaan bank dari daerah pantai ke daerah pedalaman. Kesimpulan yang kemudian diambil adalah adanya
keinginan untuk membangun kantor cabang De Javasche Bank di Bandung.
Pada masa presiden De Javasche Bank dipegang oleh E.A. Zeilinga Azn. (1912-1921) yang tercatat sebagai presiden De Javasche Bank ke-12, tepatnya pada tahun 1915, gedung kantor cabang
Bandung mulai dibangun secara permanen. Pembangunan gedung diawali dengan pembangunan ruang khazanah atau ruang untuk menyimpan harta. Kendala yang ada saat itu adalah sulitnya pengadaan bahan-bahan meterial yang harus didatangkan dari Eropa.
Gedung Javasche Bank yang dirancang oleh ketiga arsitek tersebut terdiri dari dua buah gedung. Yang pertama disebut dengan Gedung Perintis yang terletak di sisi Jalan Perintis Kemerdekaan. Sedangkan gedung kedua disebut dengan Gedung Braga yang dibangun di ruas Jalan Braga, di
depan Gedung Kertamukti. Jika dilihat dari bangunannya, Gedung Perintis terlihat lebih baru, hal ini dikarenakan gedung ini sudah pernah mengalami renovasi. Gedung BI ini dibangun pada tahun 1909 dengan nama De Javasche Bank yang kemudian pada tahun 1953 diambil alih dan diresmikan
sebagai Bank Indonesia. Dalam pembahasan kali ini, Gedung BI yang akan diambil sebagai objek pembahasan adalah Gedung Braga.
Pada masa Presiden De Javasche Bank ke-12, E.A Zeilingan Azn pada tahun 1915 gedung De
Javasche Bank mulai dibangun. Gedung De Javasche Bank dibangun berdekatan sekaligus menghadap ke bragaweg yang sekarang kita kenal dengan jl. Braga. Gedung kantor De Javasche Bank sendiri dirancang oleh arsitek Fermont, Hulswit dan Edward Cuypers. Dalam perancangannya tiga arsitek tersebut menerapkan gaya neo klasik pada bangunan kantor De Javasche Bank. kantor
De Javasche Bank sendiri selesai dibangun pada tahun 1918.
Gambar 2: Gedung Bank Indonesia Bandung di Masa Belanda Sumber Foto : http://media-kitlv.nl
Keberagaman Ornament pada Fasad Bangunan Bank Indonesia Bandung
A 156 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Pembahasan
Fermont, Hulswit dan Edward Cuypers sebagai perancang Bank Indonesia Bandung lebih banyak menerapkan unsur-unsur arsitektur Romawi-Yunani. terlihat dengan pemakaian unsur-unsur kolom
silindrisnya dengan kepala kolom yang berukir dan menggunakan pediment yang berbentuk segitiga dan berukir pada bagian tengahnya. Selain menggunakan gaya arsitektur Romawi-Yunani, gaya De-Stijl juga diterapkan dalam penggunaan kaca patri. Kaca patri biasanya digunakan pada bangunan-
bangunan yang mewah di daerah Belanda pada jaman dahulu.
Gaya Arsitektur yang diterapkan pada Gedung kantor De Javasche Bank adalah Neo Clasic (Electism), namun bangunan De Javasche Bank memiliki keunikan tersendiri jika di bandingkan dengan
bangunan colonial lainnya. bangunan kantor De Javasche Bank yang dirancang oleh arsitek Fermont, Hulswit dan Edward Cuypers menerapkan beberapa gaya lain pada bangunan tersebut selain gaya neo klasik itu sendiri, ketiga arsitek tersebut menerapkan gaya Yunani, tudor, victorian sampai gaya local Indonesia. Perpaduan beberapa gaya yang diterapkan pada bangunan tersebut menjadikan
bangunan ini memiliki ciri khas tersendiri, menjadikan bangunan ini seakan memiliki keindahan yang mencerminkan kemegahan kota Bandung dalam konteks Arsitektur
Gambar 3: Gedung Bank Indonesia Bandung Sumber foto: https://www.flickr.com/photos/eo_kuro/2886115287
Gambar 4: Tiang Gedung bergaya arsitektur Neo Clasic
Afif Muhammad E
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 157
Pilar-pilar pada struktur bangunan kantor Bank Indonesia Bandung merupakan pilar-pilar yang sering
di terapkan pada orde Corinthian. pilar jenis Corinthian adalah jenis pilar yang paling dipenuhi hiasan dari beberapa pilar lainnya pada masa Yunani kuno. Pilar ini diadopsi dari gaya Romawi, yang dimodifikasi dari bentuk dan motif mahkotanya. Penggunaan pilar ini memperlihatkan Kesan anggun
dan kokoh pada akhirnya terlihat kekar namun memiliki keanggunan dalam ukiran-ukiran kepala kolomnya.
Pada bagian atas atau atap gedung Bank Indonesia Bangunan bergaya doric dengan tembok yang pendek dan berornamen geometris lubang. Gaya doric sendiri merupakan gaya yang tertua dan
paling sederhana. Adanya gaya doric yang diterapkan pada bangunan ini dapat menyeimbangi gaya Corinthian yang penuh dengan ukiran
Ornament di ujung-ujung atap gedung dengan hiasan motif floral, mirip dengan hiasan candi-candi
hindu Indonesia. Fermont, Hulswit dan Edward Cuypers sebagai perancang gedung ini mencoba
menerapkan beberapak aspek budaya local.
Atap Pada gerbang masuk Bank Indonesia Bandung bergaya doric, sedangkan pada pintu masuk
bangunan terlihat menerapkan gaya tudor terlihat dari penggunaan arc atau pasak yang
Gambar 5: Ukiran Atap Gedung
Gambar 6: Atap Gerbang masuk Bank
Indonesia Bandung
Keberagaman Ornament pada Fasad Bangunan Bank Indonesia Bandung
A 158 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
melengkung. Gaya tudor sendiri merupakan gaya yang berasal dari Inggris, masa tudor di Inggris
merupakan masa ketika keluarga Tudor memegang tahkta di Inggris
Pada bagian fasad dari gedung BI ini dihiasi dengan pola guratan horizontal. Hal ini menjadikan
gedung ini seolah-olah terdiri dari tumpukan-tumpukan batu seperti yang terdapat pada kuil Yunani.
Goretan garis geometris juga memberikan kesan yang tegas. Hal tersebut menjadikan bangunan
seakan terlihat gagah dan kokoh.
Pada pintu masuk, untuk menampilkan kesan megah, maka keberadaan tangga sangat penting dan
berpengaruh di sini, tangga diterapkan untuk menampilkan bangunan yang megah dan dimiliki oleh
pihak yang berkuasa.
kita harus menaiki tangga yang akhirnya disambut dengan pintu putar seperti yang menjadi tren
pada berbagai bangunan megah di Eropa maupun Amerika. Namun sayangnya sekarang ini, pintu
tersebut sudah tidak digunakan lagi dan hanya menggunakan pintu ayun biasa di samping pintu
putar tersebut.Dapat kita lihat pada bagian bawah anak tangga terdapat dua batu bulat. batu bulat
tersebut biasanya diterapkan di bangunan bergaya victorian.
Gambar 7: Fasad Gedung BI
Gambar 8: Tangga Gedung BI
Afif Muhammad E
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 159
Pada bagian teritis atap pada bangunan terdapat sekur atau kayu penompang teritis. Sekur
diterapkan dengan berbentuk geometris, sekur bentuk geometris yang ada pada bagian bawah
teritis biasanya diterapkan pada bangunan-bangunan eropa
Kesimpulan
Berbagai Ornamen yang diterapkan oleh arsitek Fermont, Hulswit dan Edward Cuypers pada
bangunan Bank Indonesia Bandung menjadikan bangunan tersebut memiliki keunikan dan daya tarik
tersendiri jika dibandingkan dengan bangunan colonial lainnya yang terdapat di Kota Bandung.
Bangunan ini menerapkan gaya neo klasik, dimana di dalamnya juga terdapat ornament-ornament
lainnya yang mendukung keindahan bangunan tersebut. Bangunan ini dapat menjadi sumber
informasi dan inspirasi dalam bidang arsitektur dan desain. Bangunan Bank Indonesia Bandung
sampai kini merupakan salah satu bangunan yang menjadi cerminan kemegahan kota Bandung
dalam konteks Arsitektur
artikel ini memiliki beberapa kekurangan, salah satu kekurangan yang dapat penulis sadari adalah
kurangnya informasi dan sumber yang penulis dapat sehingga membuat artikel ini kurang
memaparkan informasi mengenai Bangunan Bank Indonesia Bandung secara mendalam. Selain itu,
penulis sadar bahwa dalam artikel ini masih banyak kesalahan terkait penyusunan artikel dan tata
bahasa yang digunakan. Selain terdapat beberapa kekurangan yang sudah penulis paparkan. Artikel
ini juga memiliki beberapa kelebihan. salah satunya adalah artikel yang penulis buat menjalaskan
asal-usul ornament yang diterapkan pada fasad bangunan Bank Indonesia Bandung sehingga
pembaca dapat mengetahui lebih dalam terkait ornament-ornamen yang diterapkan pada fasad
bangunan tersebut
Gambar 9: Sekur atau kayu penompang teritis pada gedung BI
Keberagaman Ornament pada Fasad Bangunan Bank Indonesia Bandung
A 160 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Acknowledgement
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Arsitektur Kolonial dan sebagai keikut sertaan
penulis dalam mengikuti Seminar Heritage. Pertama penulis mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan artikel ini khususnya kepada bapak
Bambang Setia Budi, ST., MT., Ph. D. sebagai pembimbing dalam proses pembuatan artikel ini. kritik
dan saran yang diberikan oleh beliau merupakan sebuah pelajaran berharga yang dapat penulis
terapkan dalam artikel ini.
Daftar Pustaka
Katam, S. (2013). Gedung Bank Indonesia dari Masa ke Masa. Bandung : Kiblat
http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/grid/form/advanced?q_searchfield=Javasche+Bank+Bandung
http://www.wisatabdg.com/2012/06/gedung-de-javasche-bank.html
http://kampungindian.blogspot.co.id/2013/02/sejarah-bank-indonesia-di-bandung.html
https://arsitekturbicara.wordpress.com/2011/08/27/mengenal-lebih-jauh-arsitektur-kolonial-bandung/