KARAKTER GURU DALAM PERSPEKTIF ISLAM
(TINJAUAN ALQURAN)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
INDAH EVATUL DJANNAH
105331117216
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
iii
iv
v
vi
vi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Indah Evatul Djannah
Nim : 105331117216
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Karakter Guru dalam Perspektif Islam
(Tinjauan Alquran)
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji
adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh
siapa pun. Demikian pernyataan ini saya buat dan bersedia menerima sanksi
apabila pernyataan ini tidak benar.
Gowa, September 2020
Yang Membuat Pernyataan
Indah Evatul Djannah
NIM: 1053381117216
vii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Indah Evatul Djannah
Nim : 105331117216
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Karakter Guru dalam Perspektif Islam
(Tinjauan Alquran)
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi saya, saya akan
menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapa pun).
2. Dalam penyusunan skripsi saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing, yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak melakukan penciplakan (Plagiat) dalam menyusun skripsi ini.
4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3 maka saya akan
bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Gowa, September 2020
Yang Membuat Pernyataan
Indah Evatul Djannah
NIM: 1053381117216
viii
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Ketika engkau menganggap bahwa pendapatmu benar,
Engkau berhak untuk berkata,
“pendapatku benar atau lebih baik.”
Akan tetapi, engkau tidak boleh berkata,
“hanya pendapatku yang benar.”
-Badiuzzaman Said Nursi-
Kupersembahkan kepada
Ayahanda dan Ibunda tercinta
Terima kasih tak terhingga
Atas segala doa, pengorbanan, dan kepercayaan
Serta saudara-saudaraku, sahabatku,
dan untuk dia
yang menjadi masa depanku
ix
ABSTRAK
Indah Evatul Djannah. 2020. Karakter Guru dalam Perspektif Islam (Tinjauan
Alquran). Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I
H. M. Ide Said DM. dan Pembimbing II Maria Ulviani.
Tujuan penelitian ini untuk mendesripsikan karakter guru dalam perspektif Islam
(tinjauan Alquran). Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research)
dengan menggunakan rancangan penelitian kualitatif. Data dalam penelitian ini
dikumpulkan dengan tiga teknik yaitu studi pustaka, teknik baca markah, dan teknik
catat dengan menggunakan sumber-sumber tertulis, baik data primer maupun sekunder.
Berdasarkan hasil dan pembahasan disimpulkan bahwa terdapat beberapa bentuk
karakter guru yang ditemukan dalam Alquran. Menurut Hidayatullah dan Rohmadi,
karakter guru dibedakan menjadi tiga nilai utama, yaitu pertama amanah berupa
komitmen, kompeten, kerja keras, dan konsisten, kedua keteladanan berupa
kesederhanaan dan kedekatan, ketiga yaitu cerdas. Sedangkan menurut Subur bahwa
terdapat kurang lebih 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yang dilandaskan pada
budaya Indonesia, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial,
dan tanggung jawab. Data karakter guru yang diperoleh berjumlah 64 data, yaitu
amanah berupa komitmen berjumlah 7 data, kompeten berjumlah 11 data, kerja keras
berjumlah 8 data dan konsisten berjumlah 17 data, analisis keteladanan berupa
kesederhanaan berjumlah 9 data dan kedekatan berjumlah 4 data, dan analisis cerdas
berjumlah 8 data. Jadi, karakter berupa amanah lebih banyak ditemukan dengan jumlah
43 data sedangkan karakter guru berupa cerdas paling sedikit ditemukan dengan jumlah
8 data.
Kata kunci : Analisis, karakter, dan guru.
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur kepada Allah Swt. yang telah melimpahkan segala rahmat dan
hidayah kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Karakter Guru dalam Perspektif Islam (Tinjauan Alquran)” sebagai syarat guna
mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang
telah meluangkan waktunya dan memberikan bantuan untuk membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini. Segala hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada Prof. Dr. H. M. Ide Said DM., M. Pd. dan Maria Ulviani, S. Pd., M. Pd.,
Pembimbing I dan Pembimbing II, yang telah memberikan arahan serta motivasi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag.,
Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Erwin Akib, S. Pd., M. Pd., Ph. D.,
Dekan Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin untuk meneliti, dan
Dr. Munirah, M. Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
senantiasa memberikan dorongan dan arahan.
xi
Para Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah mendidik dan memberikan ilmunya selama studi.
Staf Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan
kemudahan dalam mendapatkan buku-buku sebagai referensi dalam penyusunan skripsi.
Kepada orang tua tercinta, Ayahanda Sukri Sukiman, S.E. dan Ibunda
Rabiawati, S.S. terima kasih atas curahan kasih sayang, yang telah membesarkan dan
mendidik dengan sabar dan ikhlas serta memberikan dorongan moril maupun materil
dan doa kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis sampaikan rasa terima kasih kepada teman-teman yang telah
memberikan inspirasi dan motivasi selama penyusunan skripsi ini. Tanpa motivasi dari
teman-teman, mungkin penulis tidak bisa menyusun skripsi ini dengan maksimal.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi
dalam membuat skripsi ini. Partisipasi pihak-pihak yang membantu, sangat menunjang
penyusunan skripsi ini.
Seiring dengan doa semoga semua bantuan serta motivasi yang telah diberikan
kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah Swt.. Penulis juga menyadari bahwa
dalam penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna dan banyak kekurangan. Harapan dari
penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis
khususnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Gowa, September 2020
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iii
KARTU KONTROL .............................................................................................. iv
SURAT PERJANJIAN .......................................................................................... vii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................................ viii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................ ix
ABSTRAK ............................................................................................................... x
KATA PENGANTAR ............................................................................................ xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Penelitian yang Relevan ........................................................................... 5
2. Guru .......................................................................................................... 6
3. Karakter .................................................................................................... 16
4. Sumber Pedoman Islam ............................................................................ 22
xiii
B. Kerangka Pikir ............................................................................................. 23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................................. 26
B. Sumber Data ................................................................................................. 26
C. Instrumen ...................................................................................................... 27
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 27
E. Teknik Analisis Data .................................................................................... 28
F. Penyajian Data .............................................................................................. 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................................. 29
B. Pembahasan .................................................................................................. 50
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ....................................................................................................... 59
B. Saran ............................................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 61
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sangat mementingkan pendidikan dan ilmu pengetahuan, bahkan
mendorong pemeluknya supaya menuntut ilmu pengetahuan kapan dan di mana
pun. Islam juga menempatkan pakar ilmu pengetahuan pada peringkat yang tinggi.
Sejarah Islam mencatat betapa sesungguhnya umat Islam zaman klasik mencari dan
mengembangkan ilmu pengetahuan. Sikap positif umat Islam terhadap pendidikan
ini sepenuhnya dilandasi Alquran sebagai sumber pedoman umat Islam. Islam
sebagai agama memiliki hubungan simbiosis dengan ilmu pengetahuan dalam
kerangka keimanan. Dalam Islam, keharusan menuntut ilmu dan memperoleh
pendidikan adalah sepanjang hayat.
Terjemahnya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama ( benda-benda )
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman :
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-
orang yang benar!" ( Q.S Al-Baqarah : 31 ) ( Depag, 2015 ).
Berdasarkan terjemahan Alquran surah al-Baqarah ayat 31 di atas, jelas
sekali bahwa manusia hidup di dunia ini membutuhkan pendidikan. Mulai dari anak
2
kecil hingga orang tua sekalipun, pendidikan harus terus dilakukan agar manusia
terus berproses mengenal dan memperbaiki dirinya.
Pendidikan tidak bisa dipisahkan dari peran pendidik ( guru ). Dalam
pengertian yang luas, orang yang melakukan tugas berupa proses pemberian ilmu
pengetahuan dan internalisasi nilai kepada peserta didik, maka dapat disebut
sebagai pendidik. Jadi, secara umum pendidik bisa siapa saja.
Ibnu Khaldun, seorang ulama terdahulu mengungkapkan tentang pentingnya
belajar langsung dari seorang pendidik. Ia berkata “barang siapa yang tidak belajar
langsung dasar-dasar ilmu dari seorang ulama, maka kesimpulan-kesimpulan yang
diyakininya dalam banyak masalah yang sulit sebenarnya hanya dugaan-dugaan”
(Afifah, 2012).
Peran guru sangat penting dan menentukan. Seorang guru diharapkan
menghasilkan generasi muda yang intelek dan beradab. Oleh sebab itu, jika guru
belum memenuhi syarat kualitas dan kuantitas yang baik, maka akan berpengaruh
pada perkembangan intelektual, emosional, sosial, dan kinestetis anak didik.
Faktor penting bagi guru adalah etika ( karakter ) pendidik. Karakter guru
menjadi salah satu penentu dia akan menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi
anak didiknya atau sebaliknya. Setiap guru harus mengetahui dan menyadari bahwa
kepribadian yang diperlihatkan dalam berbagai penampilan itu, ikut menentukan
tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan lembaga
pendidikan tempat ia mengajar pada khususnya.
3
Oleh sebab itu, guru harus dapat memberi contoh yang baik atau sebagai
suri teladan bagi anak didiknya, karena guru adalah representasi dari kelompok
orang dari setiap komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi
teladan yang dapat ditiru (Uno, 2007).
Alquran merupakan sumber pedoman hidup setiap muslim. Dalam khazanah
keislaman, Alquran lazim disebut sebagai sumber utama ( pertama ). Alquran
diwahyukan oleh Allah Swt. dengan fungsi antara lain sebagai petunjuk ( hidayah ),
membedakan antara yang hak dan batil ( al Furqan ), wasit atau hakim yang
memutuskan berbagai perkara dalam kehidupan ( al Hakim ), penjelas atas semua
perkara ( al Bayyinah ), obat penenang dan penyembuh jiwa, ( asy Syifa’ ), serta
rahmat bagi seluruh alam ( rahmatan lil ‘alamin ) (Uno, 2007). Dalam Alquran
banyak yang menjelaskan tentang karakter tidak terkecuali karakter untuk seorang
pendidik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini diangkat
sebuah judul ”Karakter Guru dalam Perspektif Islam ( Tinjauan Alquran )”.
Peneliti memilih karakter guru dalam perspektif Islam sebagai fokus penelitian ini
karena karakter seorang pendidik menjadi salah satu faktor penting dalam
membentuk karakter pribadi anak didiknya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut. “Bagaimanakah karakter guru dalam perspektif Islam ( tinjauan
Alquran )?”
4
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan karakter guru dalam perspektif Islam ( tinjauan Alquran ).
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan
secara praktis.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, yakni
dapat menjadi bahan informasi bagi pembaca dan dapat dijadikan referensi
untuk penelitian yang lain. Selain itu, untuk menambah pengetahuan dan
wawasan tentang karakter guru dalam perspektif Islam, sehingga penelitian ini
dapat memberikan sumbangan informasi bagi pendidik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru yaitu bahan masukan bahwa tugas seorang guru bukan sekadar
memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik, tetapi juga harus
mampu membimbing, mengarahkan, dan membina serta menjadi teladan
yang baik bagi peserta didiknya.
b. Bagi peneliti sebagai informasi untuk peneliti lain yang ingin meneliti
permasalahan yang sama tentang karakter pendidik atau guru dalam
perspektif Islam.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini sebagai berikut :
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Idfi Riandanita pada tahun 2017
dengan judul “Etika Guru dalam Pendidikan Islam (Studi Komparasi atas Pemikiran
KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy‟ari)”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy‟ari tentang etika guru
dalam pendidikan Islam, kemudian mengetahui perbedaan dan persamaan pemikiran
kedua tokoh tersebut tentang etika guru dalam pendidikan Islam. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian kepustakaan atau library reasearch. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang berisi
pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy‟ari tentang etika guru serta
riwayat hidup kedua tokoh. Metode analisis data dalam penelitian ini dengan teknik
analisis isi dan analisis komparatif.
Relevansi dengan penelitian Idfi Riandanita adalah sama-sama meneliti tentang
etika atau karakter seorang guru. Perbedaannya adalah penelitian Idfi Riandanita
mengomparasikan pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy‟ari. Sedangkan
dalam penelitian yang diteliti ini berfokus pada perspektif Alquran.
6
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Hifza pada tahun 2010 dengan judul
“Pendidik dan Kepribadiannya dalam Alquran”. Penelitian ini merupakan kajian
kepustakaan atau library research. Sumber data dalam penelitian dibagi dua, yaitu:
data primer berupa Alquran serta tafsiran para mufassirin yang terkompilasi dalam
kitab-kitab tafsir dan data sekunder, yakni buku, jurnal, majalah atau artikel. Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan teologis filosofis dan pendekatan yang bersifat
operasional untuk mengungkap maksud-maksud ayat yang dibahas. Adapun metode
yang digunakan dalam analisis data adalah metode tafsir tematik. Dari hasil analisis
deskriptif penelitian Hifza, ada tiga istilah dalam Alquran yang berbicara tentang tema
pendidik dan kepribadiannya, yakni al-murabbi yang seakar dengan kata rabb, al-
mu’allim dan ‘allama-yu ‘allimu serta konsep az-zikr.
Relevansi penelitian Hifza dengan penelitian ini adalah keduanya melakukan
penelitian tentang pribadi pendidik atau karakter guru dalam Alquran. Perbedaannya
adalah penelitian Hifza berfokus pada Alquran dalam surah-surah tertentu sedangkan
dalam penelitian ini adalah Alquran secara keseluruhan.
2. Guru
a. Pengertian Guru
Kata guru berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti orang yang digugu atau
orang yang dituruti pendapat dan perkataannya. Seorang guru adalah panutan untuk para
muridnya sehingga setiap perkataan, perilaku, dan perbuatannya menjadi teladan bagi
murid-muridnya.
7
Secara terminologis, menurut Muhaimin ( 2005 : 44-49 ) bahwa guru adalah
orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik
secara individual maupun secara klasikal. Baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Menurut Djamarah ( 2000 : 31) secara sederhana, guru adalah seseorang yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Guru menurut masyarakat adalah
seseorang yang melakukan proses pemberian pendidikan di tempat tertentu, tidak harus
dalam lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga dilaksanakan di masjid, surau,
rumah, dan sebagainya.
Sani dan Kadri ( 2016 : 11-14 ) menyatakan bahwa pendidikan dalam konteks
Islam adalah orang yang bisa menuntun manusia ke jalan benar sesuai dengan Alquran
dan Sunah Rasulullah saw. Seorang guru dalam agama Islam semestinya memiliki sifat-
sifat yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Seorang pendidik atau guru dituntut agar
mampu memberi ilmu pengetahuan dan selalu berusaha untuk menjadi orang yang
berkualitas, baik akhlak maupun pengetahuannya. Tingkatan seorang pendidik sangat
diistimewakan dalam ajaran Islam, karena pendidik adalah orang yang mentransfer ilmu
dan membina akhlak anak didiknya. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
yaitu mempersiapkan manusia Indonesia menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari berbagai pengertian guru di atas, disimpulkan
bahwa seorang guru adalah seseorang yang membagikan ilmu pengetahuan kepada anak
didik dengan tujuan agar mampu memahami dan mengamalkan di kehidupannya sehari-
hari.
8
b. Tugas Guru
Dalam pendidikan Islam, tugas menjadi seorang guru dapat dijabarkan sebagai
berikut :
1) Menyampaikan ilmu ( transfer of knowledge )
Dalam hal ini seoarang pendidik bertugas mengisi otak peserta didik ( kognitif )
seseorang. Seorang pendidik ( guru ) tidak boleh menyembunyikan ilmunya agar tidak
diketahui orang lain. Menyampaikan ilmu itu adalah kewajiban orang yang
berpengetahuan.
2) Menanamkan nilai-nilai ( transfer of values )
Di sekeliling manusia terdapat nilai-nilai, baik nilai yang baik maupun buruk.
Tugas pendidiklah memperkenalkan mana nilai yang baik tersebut seperti jujur, benar,
dermawan, sabar, tanggung jawab, peduli, dan empati, serta menerapkannya dalam
kehidupan peserta didik lewat praktik pengalaman yang dilatihkan kepada mereka. Pada
tataran ini si pendidik mengisi hati peserta didik, sehingga lahir kecerdasan
emosionalnya.
3) Melatihkan keterampilan hidup ( transfer of skill )
Pendidik juga bertugas untuk melatihkan kemahiran hidup. Mengisi tangan
peserta didik dengan satu atau beberapa keterampilan yang dapat digunakannya sebagai
bekal hidupnya.
Selain itu, tugas pendidik juga memiliki yang sangat luas yaitu guru juga
bertanggung jawab mengelola, mengarahkan memfasilitasi, dan merencanakan, serta
9
mendesain program yang akan dijalankan, dari sini tugas dan fungsi pendidik dapat
disimpulkan antara lain :
1) Sebagai seorang pengajar ( instructional ), yang memiliki tugas merencanakan
program pengajaran dan melaksanakan program tersebut.
2) Sebagai seorang pendidik ( education ), yaitu memiliki tugas mengarahkan
peserta didiknya pada tahap kedewasaan dan sikap yang mulia sesuai dengan tujuan
Allah Swt. menhadirkan manusia di dunia.
3) Sebagai seorang pemimpin ( managerial ), yaitu memiliki sikap pemimpin,
mengandalkan diri sendiri, anak didik, dan masyarakat yang memiliki keterkaitan
dengan masalah yang berhubungan denga upaya pengarahan, pengorganisasian,
pengontrolan, dan partisipasi dalam program yang dilaksanakan.
c. Kompetensi Guru
Dalam bahasa Inggris, kompetensi ( competency ) artinya kecakapan,
kemampuan, dan wewenang. Jadi, kompetensi guru profesional yaitu seseorang yang
mempunyai kemampuan serta keahlian khusus di bidang keguruan, sehingga ia mampu
melakukan tugas dan fungsinya sebagai pendidik dengan kemampuan maksimal.
Seorang guru dalam proses belajar mengajar harus mempunyai kemampuan
tersendiri agar bisa berhasil pada pendidikan yang berkualitas, efisien, dan efektif, serta
mencapai tujuan pembelajaran. Agar mempunyai kemampuan tersebut guru harus
membina diri sendiri dengan baik, karena fungsi guru adalah membina dan
meningkatkan kemampuan anak didik secara profesional dalam proses belajar mengajar.
10
Agar mencapai tujuan tersebut, guru profesional harus mempunyai empay
kompetensi, yaitu :
1) Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengatur pembelajaran anak didik
antara lain pemahaman pada anak didik, peningkatan potensi yang dimiliki anak didik,
perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar.
2) Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan guru yang menampakkan kepribadian
bermental sehat dan stabil, dewasa, arif, berwibawa, kreatif, sopan, santun, disiplin,
jujur, rapi, serta menjadi uswatun hasanah untuk anak didiknya.
3) Kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara mendalam dan memiliki berbagai keahlian di bidang pendidikan. Meliputi :
penguasaan materi, memahami kurikulum dan perkembangannya, pengelolaan kelas,
penggunaan strategi, media, dan sumber belajar, memiliki wawasan tentang inovasi
pendidikan, memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik, dan lain-lain.
4) Kompetensi sosial yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berhubungan baik dengan anak didik, orang tua peserta didik dan masyarakat, sesama
pendidik / teman sejawat dan dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan / komite
sekolah, mampu berperan aktif dalam pelestarian dan pengembangan budaya
masyarakat, serta ikut berperan dalam kegiatan sosial.
11
d. Peran Guru
Guru merupakan unsur terpenting yang berperan dalam pemberdayaan anak
didik, karena guru mempunyai peran yang besar dalam proses pembelajaran, dengan
demikian guru mempunyai kewajiban agar berperan aktif dalam menempatkan tuntutan
masyarakat. Kompetensi yang dimiliki oleh guru dengan menempatkan diri sebagai
tenaga profesional dengan maksud bahwa guru mempunyai tanggung jawab untuk
membentuk bakat, minat, dan prestasi anak didik sehingga menguasai suatu kecakapan
yang mampu berguna di kemudian hari, sebagai generasi bangsa yang memiliki nilai
jual, dan mampu menjadi manusia yang produktif serta tepat guna.
Guru sebagai tenaga profesional mengandung makna bahwa profesi guru
merupakan pekerjaan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Ciri dari pekerjaan
profesional guru ialah mempunyai profesi filosofis dan ketanggapan yang bijak dengan
kompetensi yang dimilikinya dalam melakukan pekerjaan sehari-hari, dengan ketelitian
serta kecermatan dalam menentukan langkah, serta sikap ketika berhadapan dengan
anak didik. Ukuran dan kriteria sebagai guru dan profesinya seperti berikut :
1) Memilki latar belakang teori yang luas, mengandung makna bahwa seorang
guru berpengetahuan luas dan berkeahlian khusus yang andal. Profesi guru adalah karier
yang dibina dengan organisator dalam arti bahwa guru memiliki hak otonomi jabatan,
memiliki kode etik jabatan, dan sebagai karya bakti seumur hidup.
2) Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang terhormat dan mempunyai
dedikasi tinggi dengan makna bahwa guru memperoleh dukungan dari masyarakat,
12
mendapat pengesahan dan perlindungan hukum, memiliki status pekerjaan yang jelas
dan sehat, serta memiliki jaminan hidup yang layak.
Kriteria dengan profesi guru akan mengarahkan konsekuensi yang fundamental
pada lajunya program pendidikan yang berlangsung, terkhusus yang berkaitan dengan
tenaga kependidikan, ini berarti bahwa masyarakat harus berperan aktif untuk
keberhasilan program pendidikan, baik sebagai sumber asal maupun sumber daya atau
sebagai yang berkepentingan dengan kelangsungan keberhasilan peserta didik, hal ini
harus dijadikan sebagai kajian oleh semua unsur terkait dalam tingkat keberhasilan
kualitas pendidikan seperti di dalam tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan.
Peran guru profesional ialah sebagai perancang pembelajaran (designer),
pengembangan kepribadian (educator), pengelola pembelajaran (manager), pelaksanaan
teknis administrasi (administrator), pemantau (supervisor), melakukan kegiatan kreatif
(inovator), memberikan dorongan (motivator), membantu memecahkan masalah
(konselor), memberikan bantuan teknis dan petunjuk (fasilitator), dan menilai pekerjaan
siswa (evaluator).
e. Fungsi Guru
Di samping memiliki peran dan tugas, guru juga memiliki fungsi. Fungsi
bermakna bahwa keberadaannya sesuai dan benar dengan manfaatnya. Lalu, kehadiran
guru yaitu memberikan pencerahan kepada manusia lainnya, maksudnya adalah
muridnya. Namun, sebelum mencerahkan orang lain guru merupakan orang yang
terlebih dahulu harus tercerahkan. Guru ialah alat bagi siswanya agar lebih dekat
dengan Allah.
13
Adapun fungsi seorang guru dijelaskan sebagai berikut:
1) Mengajarkan
Sudah lazim kita ketahui bahwa fungsi seorang guru adalah mengajarkan.
Mengajarkan artinya menginformasikan pengetahuan kepada orang lain secara
berurutan, langkah demi langkah. Ketika seorang guru masuk ke dalam kelas,
berhadapan dengan murid-murid, maka yang harus ditekankan di dalam hati guru adalah
dia akan mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya. Seorang guru harus mampu
membuat suasana belajar-mengajar yang menyenangkan kepada murid-muridnya,
kehadirannya harus dirindukan dan dinanti-nanti oleh muridnya, atau bukan sebaliknya,
yaitu menakuti muridnya.
2) Membimbing atau Mengarahkan
Membimbing artinya memberikan petunjuk kepada orang yang tidak tahu atau
belum tahu. Sedangkan mengarahkan adalah pekerjaan lanjutan dari membimbing, yaitu
memberikan arahan kepada orang yang dibimbing itu agar tetap on the track (di
jalannya), supaya tidak salah langkah dan tersesat jalan. Guru dengan fungsi sebagai
pembimbing dan pengarah adalah guru yang menjalankan aktivitasnya dengan hati
(qalbun). Karena dia mengetahui, yang menjadi sasaran utama fungsi profesionalnya
adalah hati murid-muridnya, bukan sekadar otak mereka. Dia akan memunculkan
potensi hebat qalbun murid-muridnya. Qalbun inilah yang memiliki kemampuan
bertujuan hanya kepada Allah. Qalbun satu-satunya potensi batin manusia yang dapat
memahami tujuan hidup manusia yaitu hanya kepada Allah. Nah, guru berfungsi
14
membimbing dan mengarahkan murid-muridnya “menemukan” Allah melalui mata
pelajaran yang diajarkannya kepada para murid.
3) Membina
Fungsi guru yang sangat vital adalah membina. Ini adalah puncak dari rangkaian
fungsi sebelumnya. Membina adalah upaya yang dilakukan dengan sungguh-sungguh
untuk menjadikan sesuatu lebih baik dan terus lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Setelah guru mengajarkan murid-murid, lalu ia akan membimbing dan mengarahkan,
baru kemudian membina. Ini memerlukan kontinuitas ( berkesinambungan ) dan
berkaitan dengan intuisi pendidikan secara berjenjang. Selain itu, fungsi membina guru
melibatkan para pemangku kebijakan, yaitu pemerintah, dalam hal ini Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Fungsi membina tidak bisa dibebankan sepenuhnya kepada guru, karena dalam
fungsi ini memiliki unsur pemeliharaan dan penataan. Tetapi harus diakui, para guru
menjadi ujung tombak segala proses pembinaan tersebut. Oleh sebab itu, semua elemen
pendidikan harus berperan aktif, bahu membahu, dan saling mendukung. Pada fungsi
pembinaan tersebut peran strategis guru semakin nyata dan sangat diperlukankan.
3. Karakter
a. Pengertian Karakter
Secara etimologis, karakter berasal dari bahasa Yunani, yaitu charassein ialah
mengukir, melukis, memahat, atau menggoreskan (Echols & Shadily dalam Marzuki,
2017:19-20). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata karakter diartikan
15
dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan yang lain, dan watak.
Adat-istiadat masyarakat menjadi standar dalam penentuan baik buruknya suatu
perbuatan. Ditjen Kementrian Pendidikan Nasional ( dalam Habsari, 2017 : 25 )
menjelaskan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri
khusus tiap orang dalam kehidupan bekerja sama, baik itu lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa, dan negara. Sedangkan menurut Aristoteles (dalam Sudrajat,
2011:48) bahwa karakter yang baik sebagai tingkah laku yang benar, tingkah laku yang
benar dalam hubungannya dengan orang lain dan juga dengan diri sendiri.
Karakter adalah perbuatan atau tingkah laku dan ucapan individu ketika
berinteraksi dengan individu lainnya. Ketika yang dilakukan individu itu sesuai dengan
nilai rasa yang berjalan dalam masyarakat tersebut dan bisa diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakatnya, orang itu dinilai memiliki karakter yang
baik, demikian pula sebaliknya. Secara singkat, karakter adalah hal-hal yang berkaitan
dengan proses sosialisasi individu.
Menurut filosof kontemporer seperti Micheal Novak (dalam Sudrajat, 2011:49)
bahwa karakter adalah campuran atau perpaduan dari semua kebaikan yang berasal dari
tradisi keagamaan, cerita, dan pendapat orang bijak, yang sampai kepada manusia
melalui sejarah. Menurut Novak, tak seorang pun yang memiliki semua kebajikan itu,
karena setiap orang memiliki kelemahan-kelemahan. Seseorang dengan karakter terpuji
dapat dibedakan dari yang lainnya.
16
Jadi, dapat disimpulkan bahwa karakter ialah perbuatan seorang individu yang
menjadi ciri khasnya sendiri ketika berinteraksi dengan orang lain maupun dengan diri
sendiri.
b. Sumber Ajaran Karakter
Sumber-sumber ajaran karakter ada tiga menurut Muchson dan Samsuri ( 2013 :
18 ), yaitu :
1) Agama
Umumnya agama tidak terbatas pada pengajaran tentang kewajiban-kewajiban
yang wajib dilakukan manusia pada Tuhan ( ibadah ), tetapi juga kewajiban untuk
berbuat baik pada manusia lain dan lingkungannya. Agama juga memberikan motivasi
keimanan dengan memahamkan bahwa perbuatan baik yang dilaksanakan pada sesama
manusia dan lingkungannya tersebut adalah amal saleh, sehingga pemeluknya meyakini
akan memperoleh balasan pahala dari Tuhan Yang Maha Esa.
2) Hati Nurani
Potensi karakter tersimpan dalam hati nurani. Setiap individu dengan bantuan
akal budinya bisa membedakan antara yang baik dan buruk. Melalui hati nurani dan
akalnya, manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi dibanding dengan makhluk yang
lain. Pada umumnya, nilai-nilai karakter agama yang berkaitan dengan sesama manusia
berarti menjadi nilai-nilai karakter kesusilaan, diantaranya larangan membunuh,
mencuri, dan sebagainya.
3) Adat-Istiadat dan Budaya
17
Adat-istiadat ialah suatu aturan berdasarkan kebiasaan yang berlaku di
lingkungan masyarakat tertentu yang terjadi secara turun-temurun. Adat-istiadat dan
budaya dapat menjadi sumber ajaran karakter, terkhusus pada pengertian karakter
kesopanan. Setiap suku bangsa mempunyai adat-istiadat dan budaya daerah yang
berbeda-beda dan semua itu menjadi sumber ajaran karakter bagi masyarakatnya.
c. Kriteria Karakter yang Benar
Menurut Syahidin, dkk. (2009:242-244) dalam ajaran Islam kriteria karakter
yang benar yaitu:
1) Memandang Martabat Manusia
Rasulullah saw. menyatakan bahwa ia dikirim untuk menyempurnakan akhlak
martabat dan derajat manusia. sebagian sifat tertentu seperti toleran dan pengorbanan
diri adalah masalah penghargaan diri, tanda keterbukaan hati, serta kebesaran jiwa.
Orang yang bersedia berkorban dan melatih kendali dirinya ditandai sebagai orang yang
memiliki kepribadian yang baik sehingga ia menjalani keperluannya untuk kebaikan
orang lain dan untuk menjaga agar tetap bertahan pada tujuan yang diinginkan.
Rendah hati dalam artian menghargai orang lain dan mengakui prestasi mereka
Bukan dalam pemaknaan untuk memalukan diri sendiri agar tunduk pada kekuatan,
namun merupakan sifat yang mulai dan sepadan dengan martabat manusia. Kualitas
seperti itu dimiliki oleh orang-orang yang selalu dapat mengontrol diri sendiri dan tidak
egois. Secara nyata mengakui hal-hal baik dalam diri orang lain dan menghormatinya.
Sifat-sifat mulia itu yang menjadi landasan karakter mulia yang termasuk dalam bagian
dari nilai-nilai karakter Islam yang tinggi.
18
2) Mendekatkan Manusia dengan Allah
Hanya sifat-sifat mulai yang akan mendekatkan manusia dengan Allah. Manusia
dekat dengan Allah sesuai dengan kualitas-kualitas yang dia miliki. Jika sifat-sifat tersebut
mendarah daging dalam dirinya dan menjadi pelengkapnya, bisa dikatakan bahwa dia telah
mendapatkan nilai-nilai karakter Islam.
d. Nilai-nilai Utama Karakter Guru
Menurut Hidayatullah dan Rohmadi (2010:25-30) bahwa nilai-nilai utama dalam
karakter guru, yaitu :
1) Amanah
a) Komitmen
Komitmen diartikan sebagai suatu tekad yang mengikat dan melekat dalam
seorang guru untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik.
Adapun indikator guru yang mempunyai komitmen tinggi, diantaranya memiliki
ketajaman visi, rasa memilki ( sense of belonging ), dan tanggung jawab ( sense of
responsibility ).
b) Kompeten
Kompeten ialah kemampuan seorang pendidik dalam melaksanakan
pembelajaran ( mengajar dan mendidik ) dan kemampuan memecahkan berbagai
masalah untuk mencapai tujuan pendidikan. Indikator guru yang berkompeten, antara
lain selalu mengembangkan diri, ahli di bidangnya, dan menjiwai profesi.
19
c) Kerja Keras
Guru yang senantiasa bekerja keras bisa diartikan sebagai kemampuan
mencurahkan atau mengarahkan seluruh usaha dan kesungguhan, potensi yang dipunyai
sampai habis masa suatu urusan hingga tujuan tercapai. Untuk indikator guru yang
selalu bekerja keras, antara lain bekerja dengan tulus dan ikhlas, sungguh-sungguh, dan
bekerja melebihi target ( Extra ordinary proces ).
d) Konsisten
Guru yang konsisten merupakan guru yang mempunyai kemampuan
melaksanakan sesuatu dengan istikamah, fokus, sabar, dan ulet, serta melakukan
perbaikan yang terus-menerus. Indikator guru yang konsisten, yaitu memiliki prinsip
(istikamah), tekun, rajin, sabar, ulet, dan fokus.
2) Keteladanan
a) Kesederhanaan
Guru mesti bersikap sederhana, maksudnya guru mempunyai kemampuan
menganalisiskan sesuatu secara efisien dan efektif. Indikator yang bersikap sederhana,
antara lain bersahaja, tidak mewah, tidak berlebihan, dan tepat guna.
b) Kedekatan
Kedekatan yang dimaksud ialah kemampuan guru berinteraksi secara dinamis
dalam jalinan emosional antara guru dan anak didik dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran atau pendidikan. Indikatornya ialah perhatian pada siswa ( student
centered ) dan memiliki hubungan emosional yang harmoni.
20
3) Cerdas
Cerdas bukan hanya cerdas intelektual, namun guru juga harus cerdas secara
emosional dan spritual, guru yang cerdas semacam ini memiliki ciri-ciri antara lain
pertama, kemampuan cepat mengerti, memahami, tanggap, tajam dalam menganalisis,
mampu mencari alternatif-alternatif solusi, dan mampu memecahkan masalah (cerdas
intelektual). Kedua, kemampuan memberikan makna/nilai terhadap berbagai aktivitas
yanag dilakukan sehingga hasilnya optimal (cerdas, emosi, dan spiritual). Indikatornya
antara lain responsif, analitis, inovatif, dan solutif, serta mewarnai berbagai aktivitas
yang dilaksanakan.
Menurut Subur (2015:70) bahwa ada 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter
yang berlandaskan pada budaya Indonesia, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah
air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
4. Sumber Pedoman Islam
Dasar pedoman Islam adalah sumber ajaran Islam yaitu Alquran. Kedua dasar
ini dapat dikembangkan lagi dengan ijtihad sebagai antisipasi terhadap perkembangan
zaman.
a. Alquran
Alquran merupakan wahyu Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada
nabi Muhammad yang bersifat petunjuk dan ajaran-ajaran pokok yang dapat
21
dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan (termasuk pendidikan) melalui
ijtihad.
Penetapan Alquran sebagai dasar dan sumber pokok pendidikan Islam dapat
dilihat dan dipahami dari ayat-ayat Alquran itu sendiri. Sebagai mana firman Allah
Terjemahnya : “Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Alkitab (Alquran) ini,
melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan
itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman” (An-nahl: 64) (Depag,
2015).
b. Sunah
Dasar pendidikan Islam yang kedua adalah Sunah (Hadis), yaitu perkataan,
perbuatan, atau pengakuan Rasulullah. Sunah menjadi sumber kedua dalam kehidupan
sehari-hari.
إوي قد تركت فيكم ما إن اعتصمتم به فله تضلوا أبدا كتاب الله وسىة وبيه الحديث
“Aku telah tinggalkan bagi kalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat
selamanya jika berpegang teguh dengan keduanya, yaitu: Alquran dan Sunah Nabi صلى الله عليه وسلم”
(HR. Al Hakim)
Dari Hadis di atas dapat dipahami bahwa ajaran Islam serta pendidikan akhlak
mulia yang harus diteladani agar menjadi manusia yang hidup sesuai dengan tuntutan
syariat, yang bertujuan untuk kemaslahatan serta kebahagiaan umat manusia.
Dalam kaitannya dengan karakter guru, Rasulullah sendiri menjadi guru dan
pendidik utama. Fenomena ini dapat dilihat dari praktik-praktik edukatif Rasulullah itu
22
sendiri. Pertama, beliau menggunakan rumah Al-Arqom Ibnu Abi Al-Arqom untuk
mendidik dan mengajar. Kedua, beliau memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar
baca dan tulis, dan ketiga, beliau mengirim para sahabat ke daerah-daerah yang baru
masuk Islam.
B. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan suatu bagan atau alur dalam memecahkan suatu
masalah yang akan dikaji oleh peneliti. Alur pemikiran dalam kerangka pikir ini
menjadi suatu pondasi untuk pemikiran selanjutnya. Kerangka pikir juga akan
membantu dalam penelitian ini untuk menggambarkan hubungan dan keterkaitan antara
variabel.
Karakter seorang guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan
karakter anak didiknya. Seorang guru bisa diakui berhasil ketika guru tersebut bisa
memberi pengaruh yang positif pada diri anak didik. Seorang guru bertanggung jawab
pada perbuatan peserta didiknya terlepas dari baik dan buruknya sifat anak didik itu.
Apabila tanggung jawab orang tua telah diserahkan kepada guru di sekolah, sebenarnya
di situlah peran guru untuk mendidik, mengajarkan, melatih pengetahuan, perilaku
maupun sikap anak didik.
Seorang guru juga bisa dikatakan berhasil apabila guru itu telah bisa menuntun
peserta didik ke arah yang positif, menambah pengetahuan, mengajarkan peserta didik
cara berperilaku yang baik, dan mengajarkan karakter yang baik.
23
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek yang diteliti adalah Karakter Guru
dalam Alquran. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada bagan di bawah ini :
Gambar 1 Kerangka Pikir
Karakter Guru dalam Islam
Alquran
Analisis
Temuan
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dan termasuk
dalam kategori penelitian kualitatif. Adapun metode yang digunakan adalah metode
tematik, yakni menghimpun ayat-ayat Alquran yang berkaitan tentang karakter guru.
Dalam mengkaji Alquran yang berkenaan dengan karakter guru serta tuntunan
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, diperlukan suatu metode tafsir. Metode tafsir
yang dimaksud adalah suatu perangkat dan tata kerja yang digunakan dalam proses
penafsiran Alquran. Secara teoretis, perangkat kerjanya menyangkut dua aspek penting,
yaitu pertama, aspek teks dengan problem semantiknya. Kedua, aspek konteks di dalam
teks yang mempresentasikan ruang-ruang sosial budaya yang beragam dalam teks itu
muncul.
B. Sumber Data
Sebagai penelitian pustaka, maka sumber data penelitian ini adalah berupa data-
data tertulis, baik data primer maupun sekunder. Data primer yaitu ayat-ayat Alquran.
Kemudian, data sekunder dalam penelitian ini adalah buku, jurnal, majalah atau artikel
yang memiliki relevansi dan signifikan dengan topik penelitian ini, sehingga ditemukan
pemahaman yang utuh dan komprehensif tentang konsep karakter guru dalam perspektif
Islam (Tinjauan Alquran).
25
C. Instrumen
Instrumen penelitian adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian.
Instrumen penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri (Moleong dalam Albi dan Johan,
2018). Peneliti menjadi segalanya dalam dari keseluruhan proses penelitian. Instrumen
yang digunakan oleh peneliti adalah Alquran.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ada tiga yaitu teknik studi
pustaka, teknik baca markah, dan teknik catat. Ketiga teknik tersebut diuraikan sebagai
berikut;
1. Teknik studi pustaka digunakan untuk mengumpulkan informasi awal terkait
kebutuhan yang mendasari penelitian ini seperti studi terhadap hasil penelitian
terdahulu, buku referensi, artikel jurnal, prosiding, atau artikel lainnya di internet, dan
majalah sastra.
2. Teknik baca markah merupakan teknik pengumpulan data dengan cara membaca
secara teliti sumber data untuk menemukan pemahaman mendalam kemudian
memberikan tanda (markah) pada setiap bagian atau kutipan yang dianggap terkait
dengan kebutuhan data penelitian.
3. Teknik catat merupakan teknik lanjutan dari teknik baca markah. Artinya,
setelah peneliti membaca dan memberikan tanda pada sumber data, langkah selanjutnya
adalah memindahkan data tersebut ke media atau buku lain dengan cara mencatat.
26
Teknik ini digunakan untuk memperdalam pemahaman peneliti terhadap data yang
dikumpulkan.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah salah satu langkah yang paling penting dalam rangka
memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. Hal ini, karena data yang menuntun
peneliti ke arah temuan ilmiah, bila dianalisis dengan teknik-teknik yang tepat. Data
yang sebelumnya dianalisis masih merupakan data mentah. Dalam penelitian data
mentah diberi arti, dianalisis serta ditafsirkan.
Oleh karena itu, data yang sudah terkumpul dalam penelitian ini selanjutnya
dianalisis. Analisis datanya bersifat induksi berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di
lapangan berupa catatan kata-kata, kalimat, atau paragraph, dan berkaitan dengan
penelitian ini yang terdapat dalam Alquran.
F. Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan laporan hasil
penelitian yang telah dilakukan agar dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan
yang diinginkan.
Penyajian data ditampilkan dengan menggunakan kata-kata tanpa angka-angka.
Data dalam penelitian disajikan secara informal, artinya hasil analisis disajikan dengan
menggunakan kata-kata verbal.
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian mengenai karakter guru dalam perspektif Islam (tinjauan Alquran)
telah dilakukan melalui teknik analisis berupa ayat-ayat Alquran yang berkaitan tentang
karakter guru yaitu amanah: komitmen, kompeten, kerja keras dan konsisten,
keteladanan: kesederhanaan, kedekatan dan pelayanan maksimal, dan cerdas. Karakter
guru yang diperoleh dalam Alquran berjumlah 64 data, yaitu amanah berupa komitmen
berjumlah 7 data, kompeten berjumlah 11 data, kerja keras berjumlah 8 data, konsisten
berjumlah 17 data, analisis keteladanan berupa kesederhanaan berjumlah 9 data dan
kedekatan berjumlah 4 data, dan analisis cerdas berjumlah 8 data. Data karakter guru
tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Amanah
a. Komitmen
Komitmen didefinisikan sebagai sebuah tekad yang mengikat dan melekat pada
seorang pendidik untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik.
Komitmen juga dapat diartikan sebagai janji dengan diri sendiri untuk bertanggung
jawab atas pekerjaan yang dilaksanakan. Hasil penelitian dalam Alquran terdapat 7 data.
Karakter guru berupa komitmen diuraikan sebagai berikut:
28
1)
Terjemahnya: “Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan,
sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca kitab (Taurat)?
Tidakkah kamu mengerti?” Al-Baqarah (2):44 (Depag, 2015:7)
2)
Terjemahnya: “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka
dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.”
Ali Imran (3):159 (Depag, 2015:71)
3)
29
Terjemahnya: “kecuali orang-orang yang bertobat dan memperbaiki diri dan
berpegang teguh pada (agama) Allah dan dengan tulus ikhlas (menjalankan) agama
mereka karena Allah. Maka mereka itu bersama-sama orang-orang yang beriman
dan kelak Allah akan memberikan pahala yang besar kepada orang-orang yang
beriman.” An-Nisa (4):146 (Depag, 2015:101)
4)
Terjemahnya: “Dan masing-masing orang ada tingkatannya, (sesuai) dengan apa
yang mereka kerjakan. Dan Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang mereka
kerjakan.” Al-An‟am (6):132 (Depag, 2015:145)
5)
Terjemahnya: “Dan tidakkah engkau (Muhammad) berada dalam suatu urusan, dan
tidak membaca suatu ayat Alquran serta tidak pula kamu melakukan suatu
pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu ketika kamu melakukannya.
Tidak lengah sedikit pun dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah, baik di
bumi ataupun di langit. Tidak ada sesuatu yang lebih kecil dan yang lebih besar
daripada itu, melainkan semua tercatat dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).”
Yunus (10):61 (Depag, 2015:215)
6)
Terjemahnya: “Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu
(Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah
diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat, dan peringatan bagi yang
beriman.” Hud (11):120 (Depag, 2015:235)
7)
30
Terjemahnya: “Dan milik Allah meliputi rahasia langit dan bumi dan kepada-Nya
segala urusan dikembalikan. Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya.
Dan Tuhanmu tidak akan lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.” segala urusan
dikembalikan. Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. Dan Tuhanmu
tidak akan lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.” Hud (11):123 (Depag,
2015:235)
b. Kompeten
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kompeten adalah cakap
(mengetahui). Kompeten dapat diartikan sebagai kemampuan dalam mengerjakan
sesuatu dengan pengetahuan. Kompeten sebagai seorang pendidik adalah kemampuan
dalam mengerjakan pembelajaran (mengajar dan mendidik), kemampuan memecahkan
masalah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan senantiasa mengembangkan
diri. Hasil penelitian dalam Alquran terdapat 11 data. Karakter guru berupa kompeten
diuraikan sebagai berikut:
1)
Terjemahnya: “Dan janganlah kamu campur adukkan kebenaran dengan kebatilan
dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahui.” Al-
Baqarah (2):42 (Depag, 2015:7)
2)
31
Terjemahnya: “Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak memahami kitab (
Taurat), kecuali hanya berangan-angan dan mereka hanya menduga-duga.” Al-
Baqarah (2):78 (Depag,2015:12)
3)
Terjemahnya: “Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul
(Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami,
menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab (Alquran) dan Hikmah
(Sunah), serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.” Al-Baqarah (2):151
(Depag, 2015:23)
4)
Terjemahnya: “kecuali mereka yang telah bertobat, mengadakan perbaikan dan
menjelaskan(nya), mereka itulah yang Aku terima tobatnya dan Aku-lah Yang
Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.” Al-Baqarah (2):160 (Depag, 2015:24)
5)
Terjemahnya: “Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Diberi
hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang
32
dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat.” Al-
Baqarah (2):269 (Depag, 2015:45)
6)
Terjemahnya: “Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia
hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang
memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.”
An-Nisa (4):58 (Depag, 2015:87)
7)
Terjemahnya: “Dan kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada
(Muhammad), tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk
menyesatkanmu. Tetapi mereka hanya menyesatkan dirinya sendiri, dan tidak
membahayakanmu sedikit pun. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab
(Alquran) dan Hikmah (Sunah) kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa
yang belum engkau ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu itu sangat
besar.” An-Nisa (4):113 (Depag, 2015:96)
8)
33
Terjemahnya: “kecuali orang-orang yang bertobat dan memperbaiki diri dan
berpegang teguh pada (agama) Allah dan dengan tulus ikhlas (menjalankan) agama
mereka karena Allah. Maka mereka itu bersama-sama orang-orang yang beriman
dan kelak Allah akan memberikan pahala yang besar kepada orang-orang yang
beriman.” An-Nisa (4):146 (Depag, 2015:101)
9)
Terjemahnya: “Dan apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami
datang kepadamu, maka katakanlah, “salamun ‘alaikum” (selamat sejahtera untuk
kamu). Tuhanmu telah menetapkan sifat kasih sayang pada diri-Nya, (yaitu)
barangsiapa berbuat kejahatan di antara kamu karena kebodohan, kemudian dia
bertobat setelah itu dan memperbaiki diri, maka Dia Maha Pengampun, Maha
Penyayang.” Al-An‟am (6):54 (Depag, 2015:134)
10)
Terjemahnya: “Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia
memberi pelajaran kepadanya, “wahai anakku! Janganlah engkau mepersekutukan
Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar.” Luqman (31):13 (Depag, 2015:412)
34
11)
Terjemahnya: “Dan jika keduanya (orang tua) memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang
itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya
kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan” Luqman (31):15 (Depag, 2015:412)
c. Kerja Keras
Kerja keras merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh yang
mengutamakan keikhlasan dan kepuasan hati dalam bekerja serta tidak berhenti sebelum
mencapai target yang diinginkan. Guru yang bekerja keras dapat didefinisikan sebagai
kemampuan mencurahkan atau mengarahkan seluruh usaha dan kesungguhan, potensi
yang dimiliki sampai akhir masa suatu urusan hingga tujuan tercapai. Adapun indikator
guru yang selalu bekerja keras, antara lain bekerja ikhlas dan sungguh-sungguh, bekerja
melebihi target. Hasil penelitian dalam Alquran terdapat 8 data. Karakter guru berupa
kerja keras diuraikan sebagai berikut:
1)
35
Terjemahnya: “Dan di antara mereka ada orang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan di Akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.”
Mereka itulah yang memperoleh bagian dari apa yang telah mereka kerjakan, dan
Allah Maha cepat perhitungan-Nya.” Al-Baqarah (2):201-202 (Depag, 2015:31)
2)
Terjemahnya: “Dan di antara manusia ada yang mengorbankan dirinya untuk
mencari keridaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”
Al-Baqarah (2):207 (Depag, 2015:32)
3)
Terjemahnya: “Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar
dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana
yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak (pula) menyerah
(kepada musuh). Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.” Ali Imran (3):146
(Depag, 2015:68)
4)
36
Terjemahnya: “kecuali orang-orang yang bertobat dan memperbaiki diri dan
berpegang teguh pada (agama) Allah dan dengan tulus ikhlas (menjalankan) agama
mereka karena Allah. Maka mereka itu bersama-sama orang-orang yang beriman
dan kelak Allah akan memberikan pahala yang besar kepada orang-orang yang
beriman.” An-Nisa (4):146 (Depag, 2015:101)
5)
Terjemahnya: “Dan masing-masing orang ada tingkatannya, (sesuai) dengan apa
yang mereka kerjakan. Dan Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang mereka
kerjakan.” Al-An‟am (6):132 (Depag, 2015:145)
6)
Terjemahnya: “Dan bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu,
begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya
kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” At-Taubah (9):105 (Depag,
2015:203)
7)
37
Terjemahnya: “dan (aku telah diperintah), “Hadapkanlah wajahmu kepada agama
dengan tulus ikhlas, dan jangan sekali-kali engkau termasuk orang yang musyrik.”
Yunus (10):105 (Depag, 2015:220)
8)
Terjemahnya: “Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah
bekerja keras (untuk urusan yang lain),” Asy-Syarh (94):7 (Depag, 2015:596)
d. Konsisten
Konsisten dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah tetap (tidak
berubah-ubah), taat asas dan ajek (teratur). Konsisten dapat diartikan sebagai fokus
pada suatu bidang dengan membulatkan tekad untuk tetap terus menjalankan bidang
tersebut. Guru yang konsisten adalah guru yang memiliki kemampuan melakukan
sesuatu dengan istikamah, fokus, sabar, ulet, tekun, rajin serta melakukan perbaikan
yang terus-menerus. Hasil penelitian dalam Alquran terdapat 17 data. Karakter guru
berupa konsisten diuraikan sebagai berikut:
1)
38
Terjemahnya: “(yaitu) orang-orang yang berdoa, “Ya Tuhan kami, kami benar-
benar beriman, maka ampunilah dosa kami dan lindungilah kami dari azab neraka.”
(Juga) orang yang sabar, orang yang benar, orang yang taat, orang yang
menginfakkan hartanya, dan orang yang memohon ampunan pada waktu sebelum
fajar.” Ali Imran (3):16-17 (Depag, 2015:52)
2)
Terjemahnya: “Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati,
tetapi jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu
bersabar dan bertakwa, tipu daya mereka tidak akan menyusahkan kamu sedikit
pun. Sungguh, Allah Maha Meliputi segala apa yang mereka kerjakan.” Ali Imran
(3):120 (Depag, 2015:65)
3)
Terjemahnya: “Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar
dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana
yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak (pula) menyerah
(kepada musuh). Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.” Ali Imran (3):146
(Depag, 2015:68)
4)
39
Terjemahnya: “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka
dan mohonkalah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang
bertawakal.” Ali Imran (3):159 (Depag, 2015:71)
5)
Terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah
kepada Allah, supaya kamu beruntung.” Ali Imran (3):200 (Depag, 2015:76)
6)
Terjemahnya: “kecuali orang-orang yang bertobat dan memperbaiki diri dan
berpegang teguh pada (agama) Allah dan dengan tulus ikhlas (menjalankan) agama
40
mereka karena Allah. Maka mereka itu bersama-sama orang-orang yang beriman
dan kelak Allah akan memberikan pahala yang besar kepada orang-orang yang
beriman.” An-Nisa (4):146 (Depag, 2015:101)
7)
Terjemahnya: “Dan apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami
datang kepadamu, maka katakanlah, “salamun ‘alaikum” (selamat sejahtera untuk
kamu). Tuhanmu telah menetapkan sifat kasih sayang pada diri-Nya, (yaitu)
barangsiapa berbuat kejahatan di antara kamu karena kebodohan, kemudian dia
bertobat setelah itu dan memperbaiki diri, maka Dia Maha Pengampun, Maha
Penyayang.” Al-An‟am (6):54 (Depag, 2015:134)
8)
Terjemahnya: “Sekarang Allah telah meringankan kamu karena Dia mengetahui
bahwa ada kelemahan padamu. Maka jika di antara kamu ada seratus orang yang
sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus (orang musuh); dan jika di
antara kamu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat mengalahkan dua
41
ribu orang dengan seizin Allah. Allah beserta orang-orang yang sabar.” Al-Anfal
(8):66 (Depag, 2015:185)
9)
Terjemahnya: “Dan (ada pula) orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka,
mereka mencampuradukkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan yang buruk.
Mudah-mudahan Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.” At-Taubah (9):102 (Depag, 2015:203)
10)
Terjemahnya: “Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah
hingga Allah memberi keputusan. Dialah hakim yang terbaik.” Yunus (10):109
(Depag, 2015:221)
11)
Terjemahnya: “kecuali orang-orang yang sabar, dan mengerjakan kebaikan, mereka
memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” Hud (11):11 (Depag, 2015:222)
12)
Terjemahnya: “Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan
pahala yang berbuat kebaikan.” Hud (11):115 (Depag, 2015:234)
13)
42
Terjemahnya: “... maka hanya bersabar itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada
Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.” Yusuf
(12):18 (Depag, 2015:237)
14)
Terjemahnya: “Dan orang yang sabar karena mengharap keridaan Tuhannya,
melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada
mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan
kebaikan; orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).” Ar-Ra‟d
(13):22 (Depag, 2015:252)
15)
Terjemahnya: “(sambil mengucapkan), “selamat sejahtera atasmu karena
kesabaranmu.” Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu.” Ar-Ra‟d (13):24
(Depag, 2015:252)
16)
43
Terjemahnya: “Musa berkata kepadanya, “Bolehkan aku mengikutimu agar engkau
mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk
menjadi) petunjuk?” Dia menjawab, “ Sungguh, engkau tidak akan sanggup sabar
bersamaku. Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu, sedang
engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu? Dia (Musa)
berkata, “Insya Allah akan engkau dapati aku orang yang sabar, dan aku tidak akan
menentangmu dalam urusan apa pun. Dia berkata, “Jika engkau mengikutiku, maka
janganlah menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku
menerangkannya kepadamu.” Al-Kahfi (18):66-70 (Depag, 2015:301)
17)
Terjemahnya: “Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu
dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara
mereka.” Al-Insan (76):24 (Depag, 2015:579)
2. Keteladanan
a. Kesederhanaan
Sederhana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai arti
bersahaja dan tidak berlebih-lebihan. Jadi, kesederhanaan dapat didefinisikan sebagai
sikap yang tidak berlebih-lebihan dan lebih mengutamakan menjalankan tugas dengan
baik agar mendatangkan hasil dan manfaat. Guru harus bersikap sederhana, artinya guru
memiliki kemampuan menganalisiskan sesuatu secara efisien dan efektif. Adapun
indikator yang bersikap sederhana, antara lain, bersahaja, tidak mewah, tidak
44
berlebihan, dan tepat guna. Hasil penelitian dalam Alquran terdapat 9 data. Karakter
guru berupa kesederhanaan diuraikan sebagai berikut:
1)
Terjemahnya: “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu,
tetapi jangan melampaui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.” Al-Baqarah (2):190 (Depag, 2015:29)
2)
Terjemahnya: “Katakanlah (Muhammad), “wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu
berlebih-lebihan dengan cara yang tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah
kamu mengikuti orang-orang yang telah tersesat dahulu dan (telah) menyesatkan
banyak (manusia), dan mereka sendiri tersesat dari jalan yang lurus.” Al-Ma‟idah
(5):77 (Depag, 2015:121)
3)
Terjemahnya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengharamkan
apa yang baik yang telah dihalalkan Allah kepadamu, dan janganlah kamu
melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.” Al-Ma‟idah (5):87 (Depag, 2015:122)
4)
45
Terjemahnya: “Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar),
sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertobat
bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan.” Hud (11):112 (Depag, 2015:234)
5)
Terjemahnya: “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu
dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya (boros). Karena itu, kamu menjadi
tercela dan menyesal.” Al-Isra‟ (17):29 (Depag, 2015:285)
6)
Terjemahnya: “Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-
orang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula)
kikir, di antara keduanya secara wajar.” Al-Furqan (25):67 (Depag, 2015:365)
7)
Terjemahnya: “dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang
mengikutimu.” Asy-Syu‟ara‟ (26):215 (Depag, 2015:376)
8)
Terjemahnya: “Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu,
sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” Luqman (31):19 (Depag,
2015:412)
46
9)
Terjemahnya: “maka adapun orang yang melampaui batas,” An-Nazi‟at (79):37
(Depag, 2015:584)
b. Kedekatan
Kedekatan yang dimaksud adalah kemampuan guru berinteraksi secara dinamis
dalam jalinan emosional antara guru dan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran atau pendidikan. Adapun indikatornya antara lain, perhatian pada siswa
(student centered) dan terjalin hubungan emosional yang harmoni. Hasil penelitian
dalam Alquran terdapat 4 data. Karakter guru berupa kedekatan diuraikan sebagai
berikut:
1)
Terjemahnya: “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah-
lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu, maafkanlah mereka
dan mohonkalah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang
bertawakal.” Ali Imran (3):159 (Depag, 2015:71)
47
2)
Terjemahnya: “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan
pasangannya (Hawa) dan (diri)nya; dan dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah
kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah)
hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.”
An-Nisa‟ (4):1 (Depag, 2015:77)
3)
Terjemahnya: “Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling, karena seorang
buta telah datang kepadanya (Abdullah bin Ummi Maktum). Dan tahukah engkau
(Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan diri (dari dosa), atau dia (ingin)
mendapatkan pelajaran, yang memberi manfaat kepadanya ? Adapun orang yang
48
merasa dirinya serba cukup (pembesar-pembesar Quraisy), maka engkau
(Muhammad) memberi perhatian kepadanya, padahal tidak ada (cela) atasmu kalau
dia tidak menyucikan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu
dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang dia takut (kepada
Allah), engkau (Muhammad) malah mengabaikannya. Sekali-kali jangan (begitu)!
Sungguh, (ajaran-ajaran Allah) itu suatu peringatan.” „Abasa (80):1-11 (Depag,
2015: 585)
4)
Terjemahnya: “kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta
saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” Al-Asr
(103):3 (Depag, 2015:601)
3. Cerdas
Cerdas yang dimaksud bukan hanya cerdas intelektual, tetapi guru juga harus
cerdas secara emosional dan spritual, guru yang cerdas semacam ini memiliki ciri-ciri
antara lain, pertama, kemampuan cepat mengerti dan memahami, tanggap, tajam, teliti
dalam menganalisis, dan mampu mencari alternatif-alternatif solusi, dan mampu
memecahkan masalah (cerdas intelektual). Kedua, kemampuan memberikan
makna/nilai terhadap berbagai aktivitas yanag dilakukan sehingga hasilnya optimal
(cerdas emosi dan spiritual). Hasil penelitian dalam Alquran terdapat 8 data. Karakter
guru berupa cerdas diuraikan sebagai berikut:
1)
49
Terjemahnya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru
kepada kebaikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang
mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Ali „Imran (3):104
(Depag, 2015:63)
2)
Terjemahnya: “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang
mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan
mereka adalah orang-orang fasik.” Ali „Imran (3):110 (Depag, 2015:64)
3)
50
Terjemahnya: “Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, menyuruh (berbuat)
yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera (mengerjakan)
berbagai kebajikan. Mereka termasuk orang-orang saleh.” Ali „Imran (3):114
(Depag, 2015:64)
4)
Terjemahnya: “Mereka itu adalah orang-orang yang (sesungguhnya) Allah
mengetahui apa yang ada di dalam hatinya. Karena itu berpalinglah kamu dari
mereka, dan berilah mereka nasihat, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
membekas pada jiwanya.” An-Nisa‟ (4):63 (Depag, 2015:88)
5)
Terjemahnya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu pergi (berperang)
di jalan Allah, maka telitilah (carilah keterangan) dan janganlah kamu mengatakan
kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu, “Kamu bukan seorang yang
51
beriman,” (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda
kehidupan dunia, padahal di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah
keadaan kamu dahulu, lalu Allah memberikan nikmat-Nya kepadamu, maka
telitilah, sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” An-Nisa‟
(4):94 (Depag, 2015:93)
6)
Terjemahnya: “... sebab itu jangan engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak
engkau ketahui (hakikatnya). Aku menasihatimu agar (engkau) tidak termasuk
orang yang bodoh.” Hud (11):46 (Depag 2015:227)
7)
“dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.” Al-Qalam
(68):4 (Depag, 2015:564)
8)
Terjemahnya: “Kemudian dia termasuk orang-orang yang beriman, dan saling
berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.” Al-Balad
(90):17 (Depag, 2015:594)
B. Pembahasan
52
Pada bagian sebelumnya peneliti telah menyajikan data karakter guru berupa
amanah, keteladanan dan cerdas. Pada bagian ini peneliti memaparkan hasil pengamatan
dari analisis karakter guru dalam perspektif Islam (tinjauan Alquran).
Berikut ini pembahasan hasil analisis karakter guru dalam perspektif islam
(tinjauan Alquran). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), karakter adalah
sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau adat sopan santun.
Guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.
1. Amanah
a. Komitmen
Menurut Wibowo (dalam Putri, 2014:220) komitmen adalah perasaan
identifikasi, loyalitas dan keterlibatan yang ditunjukkan oleh pekerja terhadap organisasi
atau unit organisasi. Bagi guru, komitmen didefinisikan sebagai sebuah tekad yang
mengikat dan melekat pada seorang pendidik untuk melakukan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai pendidik. Karakter guru berupa komitmen diuraikan sebagai berikut:
Terjemahnya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan
yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang
53
penolongpun bagi mereka.Kecuali orang-orang yang bertobat dan memperbaiki diri dan
berpegang teguh pada (agama) Allah dan dengan tulus ikhlas (menjalankan) agama
mereka karena Allah. Maka mereka itu bersama-sama orang-orang yang beriman dan
kelak Allah akan memberikan pahala yang besar kepada orang-orang yang beriman.”
An-Nisa (4):146 (Depag, 2015:101)
Data tersebut merupakan ayat bagi orang yang bertobat agar senantiasa
bersungguh-sungguh memperbaiki diri dan menguatkan tekad untuk bertanggung jawab
atas apa yang dikerjakan di jalan Allah atau semata-mata karena Allah, orang-orang
tersebut akan dimasukkan dalam golongan orang-orang yang beriman dan nantinya akan
diberikan pahala yang besar
Menurut Nursi (2014:159-160) bahwa dalam Alquran kadang menyebutkan
sebagian dari sejumlah tujuan parsial. Kemudian, untuk mengalihkan tujuan parsial itu
kepada kaidah umum dan agar akal mau merenungkannya, Alquran menetapkan tujuan
parsial tadi dan menegaskannya dengan Asmaul Husna yang merupakan kaidah umum.
Jadi, meskipun ayat tersebut lebih spesifik pada orang bertobat bukan pada guru namun
ayat tersebut membahas tentang komitmen yang harus dimiliki setiap orang dalam
melakukan pekerjaannya.
Dalam terminologi Islam, semua usaha yang dilakukan oleh manusia yang
diniatkan karena Allah selama pekerjaan itu bukan pekerjaan yang dilarang Allah akan
ada nilai ibadahnya, begitupun menjadi seorang guru.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa komitmen diartikan sebagai janji
dengan diri sendiri untuk bertanggung jawab atas pekerjaan yang dilaksanakan.
b. Kompeten
54
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kompeten adalah cakap
(mengetahui). Kompeten sebagai seorang pendidik adalah kemampuan dalam
mengerjakan pembelajaran (mengajar dan mendidik), kemampuan memecahkan
masalah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan senantiasa mengembangkan
diri.
Terjemahnya: “Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul
(Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan
kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab (Alquran) dan Hikmah (Sunah), serta
mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.” Al-Baqarah (2):151 (Depag, 2015:23)
Data tersebut menjelaskan bahwa Tuhan mengutus Rasulullah untuk
menerangkan tentang ayat-ayat Alquran, mengajarkan Alquran dan Sunah, serta
mengajarkan apa yang belum diketahui kepada ummatnya agar kembali ke jalan yang
benar.
Dari data tersebut dapat dipahami bahwa Rasulullah memiliki sifat kompeten
atau pengetahuan, Muhammad saw. telah diberi pengetahuan dari Allah Swt. melalui
malaikat Jibril sebelumnya baru kemudian beliau mengajarkan Alquran dan Sunah
kepada ummat-Nya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kompeten diartikan sebagai
kemampuan dalam mengerjakan sesuatu dengan pengetahuan.
c. Kerja Keras
55
Guru yang bekerja keras dapat didefinisikan sebagai kemampuan mencurahkan
atau mengarahkan seluruh usaha dan kesungguhan, potensi yang dimiliki sampai akhir
masa suatu urusan hingga tujuan tercapai.
Terjemahnya: “Dan bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu
juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan.” At-Taubah (9):105 (Depag, 2015:203)
Data di atas menjelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan manusia untuk
bekerja karena Allah akan selalu melihat setiap pekerjaan manusia, tidak terkecuali pada
Rasul dan orang-orang mukmin. Setiap yang dikerjakan manusia pasti akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. Tuhan mengetahui yang gaib dan yang
nyata dan Allah akan membalas setiap pekerjaan manusia.
Dari data tersebut dapat dipahami bahwa Allah senantiasa menyuruh manusia
untuk bekerja keras karena Allah selalu melihat yang dikerjakan hamba-Nya dan Allah
pasti akan membalas dengan yang lebih baik setiap pekerjaan manusia selama pekerjaan
itu bukan yang dilarang-Nya. Indikator guru yang selalu bekerja keras menurut
Hidayatullah dan Rohmadi (2010:25-30) antara lain bekerja ikhlas dan sungguh-
sungguh, serta bekerja melebihi target.
56
Menurut Nursi (2016:30) Ikhlas dalam amal dunia, apalagi akhirat, merupakan
landasan paling penting, kekuatan paling besar, penolong yang paling bisa diharapkan,
sandaran yang paling kokoh, jalan paling singkat menuju akhirat, sarana mencapai
tujuan yang paling mulia, perangai paling utama, serta ibadah yang paling murni. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa kerja keras merupakan kegiatan yang dilakukan dengan
sungguh-sungguh yang mengutamakan keikhlasan dan kepuasan hati dalam bekerja
serta tidak berhenti sebelum mencapai target yang diinginkan.
d. Konsisten
Konsisten dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah tetap (tidak
berubah-ubah), taat asas dan ajek (teratur). Guru yang konsisten adalah guru yang
memiliki kemampuan melakukan sesuatu dengan istikamah, fokus, sabar, ulet, tekun,
rajin serta melakukan perbaikan yang terus-menerus.
Terjemahnya: “Dan jika kami rasakan kepadanya kebahagiaan sesudah bencana
yang menimpanya, niscaya dia akan berkata: "Telah hilang bencana-bencana itu
daripadaku"; Sesungguhnya dia sangat gembira lagi bangga,kecuali orang-orang yang
sabar, dan mengerjakan kebaikan, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” Hud
(11):11 (Depag, 2015:222)
57
Data di atas menjelaskan bahwa orang-orang yang sabar dan mengerjakan
kebaikan akan mendapat pengampunan dosa dan pahala yang besar dari Allah Swt.
Menjadi seorang guru tentu saja sifat sabar harus terus melekat dalam dirinya. Sabar
dalam mengerjakan tugas sebagai guru, sabar mengajarkan ilmu kepada peserta didik,
sabar mendidik atau mengarahkan, serta sabar membina peserta didik adalah bentuk
konsisten dari seorang guru. Jadi, dapat disimpulkan bahwa konsisten diartikan sebagai
fokus pada suatu bidang dengan membulatkan tekad untuk tetap terus menjalankan
bidang tersebut dengan sabar, tekun, dan ulet..
2. Keteladanan
a. Kesederhanaan
Sederhana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai arti
bersahaja dan tidak berlebih-lebihan. Guru harus bersikap sederhana, artinya guru
memiliki kemampuan menganalisiskan sesuatu secara efisien dan efektif. Adapun
indikator guru yang bersikap sederhana, antara lain, bersahaja, tidak mewah, tidak
berlebihan, dan tepat guna.
Terjemahnya: “Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang
apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara
keduanya secara wajar.” Al-Furqan (25):67 (Alquran, 2015:365)
Data di atas menjelaskan bahwa orang-orang yang senatiasa menginfakkan
(harta), tidak berlebihan atau sederhana, dan tidak kikir adalah termasuk hamba-hamba
58
Allah Yang Maha Pengasih. Seorang guru hendaknya memiliki sifat sederhana,
sederhana dalam berpakaian atau tidak mewah, rendah hati, dan lebih mementingkan
menjalankan tugas dengan baik. Jadi, kesederhanaan dapat didefinisikan sebagai sikap
yang tidak berlebih-lebihan dan lebih mengutamakan menjalankan tugas dengan baik
agar mendatangkan hasil dan manfaat.
b. Kedekatan
Kedekatan yang dimaksud adalah kemampuan guru berinteraksi secara dinamis
dalam jalinan emosional antara guru dan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran atau pendidikan. Adapun indikatornya antara lain, perhatian pada siswa
(student centered) dan terjalin hubungan emosional yang harmoni.
Terjemahnya: “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah
ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.
Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.” Ali Imran (3):159 (Depag,
2015:71)
Data di atas menjelaskan bahwa berkat karunia Allah sehingga Rasulullah saw.
memiliki sifat lemah lembut kepada siapa saja termasuk kaum kafir. Seandainya
59
Muhammad memiliki sifat yang keras dan tidak baik hatinya, tentu ummatnya akan
menjauhkan diri dan tidak akan mengikuti Rasulullah. Sehingga Rasulullah
diperintahkan untuk memaafkan kesalahan mereka dan memohonkan ampunan untuk
mereka. Kemudian Rasul disuruh untuk bertawakal kepada Allah setelah ikhtiar yang
telah dilakukannya. Karena Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.
Dari data tersebut Rasulullah memiliki sifat yang lemah lebut yang dikaruniakan
Allah kepadanya. Sifat lemah lembut juga harus dimiliki seorang guru untuk menjalin
hubungan yang baik antara guru dan peserta didiknya. Selain itu, perhatian kepada
peserta didik juga menjadi salah satu faktor penting untuk menjalin hubungan yang baik
sehingga tercipta kedekatan antara guru dan peserta didik. Jadi, karakter kedekatan guru
adalah terciptanya hubungan yang baik antara guru dengan peserta didik agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
3. Cerdas
Cerdas yang dimaksud bukan hanya cerdas intelektual, tetapi guru juga harus
cerdas secara emosional dan spritual. Guru yang cerdas semacam ini memiliki ciri-ciri
antara lain, pertama, kemampuan cepat mengerti dan memahami, tanggap, tajam, teliti
dalam menganalisis, mampu mencari alternatif-alternatif solusi, dan mampu
memecahkan masalah (cerdas intelektual). Kedua, kemampuan memberikan
makna/nilai terhadap berbagai aktivitas yang dilakukan sehingga hasilnya optimal
(cerdas, emosi, dan spiritual).
60
“Dia (Allah) berfirman, “Wahai Nuh! Sesungguhnya dia bukanlah termasuk
keluargamu, karena perbuatannya sungguh tidak baik, sebab itu jangan engkau
memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui (hakikatnya). Aku
menasihatimu agar (engkau) tidak termasuk orang yang bodoh.” Hud (11):46 (Depag,
2015:227)
Data di atas menjelaskan bahwa nabi Nuh diberi teguran dari Allah ketika nabi
Nuh berdoa agar anaknya diberi pertolongan dari air bah yang menenggelamkan bumi.
Sehinngga Allah berfirman agar nabi Nuh tidak memohon kepada Allah sesuatu yang ia
tidak ketahui hakikatnya. Allah menasihati nabi Nuh agar ia tidak termasuk orang yang
bodoh. Begutupun seorang guru, cerdas intelektual, emosional, dan spiritual adalah
karakter yang harus dimiliki guru. Melakukan sesuatu harus dengan kemampuan yang
dibarengi dengan pemikiran yang tinggi dari pengetahuan, perasaan, jiwa yang tenang,
dan spiritual yang baik.
Dari data-data yang didapatkan, disimpulkan bahwa karakter guru adalah
karakter atau adat sopan-santun yang harus dimiliki seorang guru sebagai pendidik agar
dapat memberi contoh baik (suri teladan) bagi peserta didik.
61
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data mengenai karakter guru dalam perspektif Islam
(tinjauan Alquran), dapat ditarik suatu simpulan bahwa terdapat beberapa bentuk
karakter guru yang ditemukan dalam Alquran. Karakter guru yang diperoleh berjumlah
sebanyak 64 data. Dengan uraian berikut, amanah sebanyak 43 data berupa komitmen
berjumlah 7 data, kompeten berjumlah 11 data, kerja keras berjumlah 8 data, konsisten
berjumlah 17 data. Keteladanan sebanyak 13 data berupa kesederhanaan berjumlah 9
dan kedekatan berjumlah 4 data, dan cerdas sebanyak 8 data.
Karakter guru berupa amanah lebih banyak ditemukan, sedangkan karakter guru
berupa cerdas paling sedikit ditemukan dalam Alquran.
B. Saran
Berdasarkan hasil yang telah dicapai dalam penelitian ini, maka penulis
menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan tentang karakter guru dalam
perspektif Islam, sehingga dapat digunakan untuk menambah khazanah keilmuan
bahwa tugas sorang guru bukan sekada mentransfer ilmu kepada siswa, melainkan
juga menjadi seorang pembimbing, pengarah, dan pembina serta menjadi teladan
yang baik kepada siswanya.
62
2. Diharapkan bagi peneliti untuk lebih bersemangat dan tidak merasa puas dengan
hasil yang diperoleh saat ini saja.
3. Diharapkan bagi peneliti yang lain agar termotivasi dari setiap kejadian yang
disaksikan untuk dijadikan acuan penelitian yang menarik dan mendalam.
63
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Nur. (2012). Pemikiran Ibnu Khaldun tentang Pendidikan. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Albi dan Johan. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi: CV Jejak.
Departemen Agama Republik Indonesia. (2015). Al-Quran dan Terjemahnya. Bandung.
Djamarah, Saiful Bahri. (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta.
Habsari, Zakia (2017). Dongeng sebagai Pembentuk Karakter Anak. Jurnal Kajian
Perpustakaan dan Informasi. Vol 1 (1): Universitas Negeri Malang.
Hidayatullah dan Rohmadi. (2010). Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban
Bangsa. Surakarta: Yuna Pustaka Kleco.
Hifza. (2010). Pendidik dan Kepribadiannya dalam Alquran. Tesis. Yogyakarta : UIN
Sunan Kalijaga.
http://eprints.iainsurakarta.ac.id/1780/1/Aliya%20Dhiana_Pasiyah%20Tahe.pdf.
Diambil 19 Januari 2020.
http://etheses.uinMalang.ac.id/8017/1/ 12770030.pdf. Diambil 19 Januari 2020.
http://eprints.uny.ac.id/55596/1/SKRIPSI_FAJAR%250QOIRUL%2520NUGROHO_1
3812141058.pdf. Diambil 26 Januari 2020.
https://nasihatsahabat.com/dua-pusaka-warisan-rasulullah/. Diambil 3 Februari 2020.
Marzuki. (2017). Pendidikan Karakter Islam. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Muchson dan Samsuri, (2013). Dasar-Dasar Pendidikan Karakter. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
64
Muhaimin. (2005). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Raja
Grafindo Persada
Nursi, Badiuzzaman Said. (2014). Mukjizat Alquran Ditinjau dari 40 Aspek
Kemukjizatan. Jakarta:Risalah Nur Press.
. (2016). Risalah Ikhlas & Ukhuwah. Jakarta:Risalah Nur Press.
Putri, Fannidia Ifani. (2014). Hubungan Motivasi Kerja dengan Komitmen Kerja
Karyawan di Balai Pendidikan dan Pelatihan Sosial. Jurnal Administrasi
Pendidikan. Vol 2 (1): FIP UNP.
Riandanita, Idfi. (2017). Etika Guru dalam Pendidikan Islam (Studi Komparasi atas
Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy'ari). Skripsi. Surakarta :
Institut Agama Islam Negeri Surakarta.
Sani, Ridwan Abdullah dan Kadri. (2016). Pendidikan Karakter: Mengembangkan
Karakter Anak yang Islami. Jakarta: Bumi Aksara.
Subur. (2015). Pembelajaran Nilai Moral Berbasis Kisah. Yogyakarta: Kalimedia.
Sudrajat, Ajat. (2011). Mengapa Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Karakter. Vol
1 (1): FIS Universitas Negeri Yogyakarta.
Syahidin, dkk. (2009). Karakter dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.
Uno, Hamzah B. (2007). Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi
Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Lampiran 1 Korpus Data
Korpus Data pada Karakter Guru
Karakter guru dalam perspektif Islam (tinjauan Alquran)
A. Amanah
No Data Sumber Data Keterangan
1. “Mengapa kamu menyuruh orang lain
(mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu
melupakan dirimu sendiri, padahal kamu
membaca kitab (Taurat)? Tidakkah kamu
mengerti?” Al-Baqarah (2):44 (Alquran,
2015:7)
Al-Baqarah (2):44
(Depag, 2015:7)
Amanah:
Komitmen
2. “Maka berkat rahmat Allah engkau
(Muhammad) berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya engkau
bersikap keras dan berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekitarmu.
Karena itu maafkanlah mereka dan
mohonkanlah ampunan untuk mereka,
dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian, apabila
Ali Imran (3):159
(Depag, 2015:71)
Amanah:
Komitmen
engkau telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sungguh,
Allah mencintai orang yang bertawakal.”
3. “kecuali orang-orang yang bertobat dan
memperbaiki diri dan berpegang teguh
pada (agama) Allah dan dengan tulus
ikhlas (menjalankan) agama mereka
karena Allah. Maka mereka itu bersama-
sama orang-orang yang beriman dan
kelak Allah akan memberikan pahala
yang besar kepada orang-orang yang
beriman.”
An-Nisa (4):146
(Depag,2015:101)
Amanah:
Komitmen
4. “Dan masing-masing orang ada
tingkatannya, (sesuai) dengan apa yang
mereka kerjakan. Dan Tuhanmu tidak
lengah terhadap apa yang mereka
kerjakan.”
Al-An‟am (6):132
(Depag,2015:145)
Amanah:
Komitmen
5. “Dan tidakkah engkau (Muhammad)
berada dalam suatu urusan, dan tidak
membaca suatu ayat Alquran serta tidak
pula kamu melakukan suatu pekerjaan,
melainkan Kami menjadi saksi atasmu
Yunus (10):61
(Depag,2015:215)
Amanah:
Komitmen
ketika kamu melakukannya. Tidak lengah
sedikit pun dari pengetahuan Tuhanmu
biarpun sebesar zarrah, baik di bumi
ataupun di langit. Tidak ada sesuatu yang
lebih kecil dan yang lebih besar daripada
itu, melainkan semua tercatat dalam
Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).”
6. “Dan semua kisah rasul-rasul, Kami
ceritakan kepadamu (Muhammad), agar
dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu;
dan di dalamnya telah diberikan
kepadamu (segala) kebenaran, nasihat
dan peringatan bagi yang beriman.”
Hud (11):120
(Depag,2015:235)
Amanah:
Komitmen
7. “Dan milik Allah meliputi rahasia langit
dan bumi dan kepada-Nya segala urusan
dikembalikan. Maka sembahlah Dia dan
bertawakallah kepada-Nya. Dan
Tuhanmu tidak akan lengah terhadap apa
yang kamu kerjakan.” segala urusan
dikembalikan. Maka sembahlah Dia dan
bertawakallah kepada-Nya. Dan
Tuhanmu tidak akan lengah terhadap apa
Hud (11):123
(Depag,2015:235)
Amanah:
Komitmen
yang kamu kerjakan.”
8. “ Dan janganlah kamu campur adukkan
kebenaran dengan kebatilan dan
(janganlah) kamu sembunyikan
kebenaran, sedangkan kamu
mengetahui.”
Al-Baqarah (2):42
(Depag, 2015:7)
Amanah:
Kompeten
9. “ Dan di antara mereka ada yang buta
huruf, tidak memahami kitab ( Taurat),
kecuali hanya berangan-angan dan
mereka hanya menduga-duga.”
Al-Baqarah (2):78
(Depag, 2015:12)
Amanah:
Kompeten
10. “ Sebagaimana Kami telah mengutus
kepadamu seorang Rasul (Muhammad)
dari (kalangan) kamu yang membacakan
ayat-ayat Kami, menyucikan kamu, dan
mengajarkan kepadamu Kitab (Alquran)
dan Hikmah (Sunah), serta mengajarkan
apa yang belum kamu ketahui.”
Al-Baqarah
(2):151
(Depag,2015:23)
Amanah:
Kompeten
11. “kecuali mereka yang telah bertobat,
mengadakan perbaikan dan
menjelaskan(nya), mereka itulah yang
Aku terima tobatnya dan Aku-lah Yang
Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.”
Al-Baqarah
(2):160
(Depag,2015:24)
Amanah:
Kompeten
12. “ Dia memberikan hikmah kepada siapa
yang Dia kehendaki. Diberi hikmah,
sesungguhnya dia telah diberi kebaikan
yang banyak. Dan tidak ada yang dapat
mengambil pelajaran kecuali orang-orang
yang mempunyai akal sehat.”
Al-Baqarah
(2):269
(Depag,2015:45)
Amanah:
Kompeten
13. “Sungguh, Allah menyuruhmu
menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan apabila kamu
menetapkan hukum di antara manusia
hendaknya kamu menetapkannya dengan
adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang
memberi pengajaran kepadamu.
Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha
Melihat.”
An-Nisa (4):58
(Depag, 2015:87)
Amanah:
Kompeten
14. “Dan kalau bukan karena karunia Allah
dan rahmat-Nya kepada (Muhammad),
tentulah segolongan dari mereka
berkeinginan keras untuk
menyesatkanmu. Tetapi mereka hanya
menyesatkan dirinya sendiri, dan tidak
membahayakanmu sedikit pun. Dan (juga
An-Nisa (4):113
(Depag, 2015:96)
Amanah:
Kompeten
karena) Allah telah menurunkan Kitab
(Alquran) dan Hikmah (Sunah)
kepadamu, dan telah mengajarkan
kepadamu apa yang belum engkau
ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan
kepadamu itu sangat besar.”
15. “kecuali orang-orang yang bertobat dan
memperbaiki diri dan berpegang teguh
pada (agama) Allah dan dengan tulus
ikhlas (menjalankan) agama mereka
karena Allah. Maka mereka itu bersama-
sama orang-orang yang beriman dan
kelak Allah akan memberikan pahala
yang besar kepada orang-orang yang
beriman.”
An-Nisa (4):146
(Depag,2015:101)
Amanah:
Kompeten
16. “ Dan apabila orang-orang yang beriman
kepada ayat-ayat Kami datang kepadamu,
maka katakanlah, “salamun ‘alaikum”
(selamat sejahtera untuk kamu).
Tuhanmu telah menetapkan sifat kasih
sayang pada diri-Nya, (yaitu) barangsiapa
berbuat kejahatan di antara kamu karena
Al-An‟am (6):54
(Depag,2015:134)
Amanah:
Kompeten
kebodohan, kemudian dia bertobat
setelah itu dan memperbaiki diri, maka
Dia Maha Pengampun, Maha
Penyayang.”
17. “Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata
kepada anaknya, ketika dia memberi
pelajarab kepadanya, “Wahai anakku!
Janganlah engkau mepersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang
besar.”
Luqman (31):13
(Depag,2015:412)
Amanah:
Kompeten
18. “Dan jika keduanya (orang tua)
memaksamu untuk mempersekutukan
Aku dengan sesuatu yang engkau tidak
mempunyai ilmu tentang itu, maka
janganlah engkau menaati keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan
baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku. Kemudian hanya
kepada-Ku tempat kembalimu, maka
akan Aku beritahukan kepadamu apa
yang telah kamu kerjakan”
Luqman (31):15
(Depag,2015:412)
Amanah:
Kompeten
19. “Dan di antara mereka ada orang berdoa,
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan
di dunia dan di Akhirat, dan lindungilah
kami dari azab neraka.” Mereka itulah
yang memperoleh bagian dari apa yang
telah mereka kerjakan, dan Allah Maha
cepat perhitungan-Nya.”
Al-Baqarah
(2):201-202
(Depag, 2015:31)
Amanah: Kerja
Keras
20. “Dan di antara manusia ada yang
mengorbankan dirinya untuk mencari
keridaan Allah. Dan Allah Maha
Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”
Al-Baqarah
(2):207
(Depag,2015:32)
Amanah: Kerja
Keras
21. “Dan betapa banyak nabi yang berperang
didampingi sejumlah besar dari
pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka
tidak (menjadi) lemah karena bencana
yang menimpanya di jalan Allah, tidak
patah semangat dan tidak (pula)
menyerah (kepada musuh). Dan Allah
mencintai orang-orang yang sabar.”
Ali Imran (3):146
(Depag, 2015:68)
Amanah: Kerja
Keras
22. “kecuali orang-orang yang bertobat dan
memperbaiki diri dan berpegang teguh
pada (agama) Allah dan dengan tulus
ikhlas (menjalankan) agama mereka
karena Allah. Maka mereka itu bersama-
sama orang-orang yang beriman dan
kelak Allah akan memberikan pahala
yang besar kepada orang-orang yang
beriman.”
An-Nisa (4):146
(Depag,2015:101)
Amanah: Kerja
Keras
23. “ Dan masing-masing orang ada
tingkatannya, (sesuai) dengan apa yang
mereka kerjakan. Dan Tuhanmu tidak
lengah terhadap apa yang mereka
kerjakan.”
Al-An‟am (6):132
(Depag,2015:145)
Amanah: Kerja
Keras
24. “ Dan bekerjalah kamu, maka Allah akan
melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-
Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu
akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui yang gaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan.”
At-Taubah
(9):105
(Depag,2015:203)
Amanah: Kerja
Keras
25. “dan (aku telah diperintah),
“Hadapkanlah wajahmu kepada agama
dengan tulus ikhlas, dan jangan sekali-
kaliengkau termasuk orang yang
musyrik.”
Yunus (10):105
(Depag,2015:220)
Amanah: kerja
Keras
26. “Maka apabila engkau telah selesai (dari
sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras
(untuk urusan yang lain),”
Asy-Syarh (94):7
(Depag,2015:596)
Amanah: Kerja
Keras
27. “ (yaitu) orang-orang yang berdoa, “Ya
Tuhan kami, kami benar-benar beriman,
maka ampunilah dosa kami dan
lindungilah kami dari azab neraka.”
(Juga) orang yang sabar, orang yang
benar, orang yang taat, orang yang
menginfakkan hartanya, dan orang yang
memohon ampunan pada waktu sebelum
fajar.”
Ali Imran (3):
16-17
(Depag, 2015:52)
Amanah:
Konsisten
28. “ Jika kamu memperoleh kebaikan,
(niscaya) mereka bersedih hati, tetapi jika
kamu tertimpa bencana, mereka
bergembira karenanya. Jika kamu
bersabar dan bertakwa, tipu daya mereka
Ali Imran (3):120
(Depag, 2015:65)
Amanah:
Konsisten
tidak akan menyusahkan kamu sedikit
pun. Sungguh, Allah Maha Meliputi
segala apa yang mereka kerjakan.”
29. “Dan betapa banyak nabi yang berperang
didampingi sejumlah besar dari
pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka
tidak (menjadi) lemah karena bencana
yang menimpanya di jalan Allah, tidak
patah semangat dan tidak (pula)
menyerah (kepada musuh). Dan Allah
mencintai orang-orang yang sabar.”
Ali Imran (3):146
(Depag, 2015:68)
Amanah:
Konsisten
30. “ Maka berkat rahmat Allah engkau
(Muhammad) berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya engkau
bersikap keras dan berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekitarmu.
Karena itu maafkanlah mereka dan
mohonkalah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian, apabila engkau
telah membulatkan tekad, maka
bertawakalah kepada Allah. Sungguh,
Ali Imran (3):159
Amanah:
Konsisten
Allah mencintai orang-orang yang
bertawakal.”
31. “kecuali orang-orang yang bertobat dan
memperbaiki diri dan berpegang teguh
pada (agama) Allah dan dengan tulus
ikhlas (menjalankan) agama mereka
karena Allah. Maka mereka itu bersama-
sama orang-orang yang beriman dan
kelak Allah akan memberikan pahala
yang besar kepada orang-orang yang
beriman.”
An-Nisa (4):146
(Depag,2015:101)
Amanah:
Konsisten
32. “ Dan apabila orang-orang yang beriman
kepada ayat-ayat Kami datang kepadamu,
maka katakanlah, “salamun ‘alaikum”
(selamat sejahtera untuk kamu).
Tuhanmu telah menetapkan sifat kasih
sayang pada diri-Nya, (yaitu) barangsiapa
berbuat kejahatan di antara kamu karena
kebodohan, kemudian dia bertobat
setelah itu dan memperbaiki diri, maka
Dia Maha Pengampun, Maha
Penyayang.”
Al-An‟am (6):54
(Depag,2015:134)
Amanah:
Konsisten
33. “ Sekarang Allah telah meringankan
kamu karena Dia mengetahui bahwa ada
kelemahan padamu. Maka jika di antara
kamu ada seratus orang yang sabar,
niscaya mereka dapat mengalahkan dua
ratus (orang musuh); dan jika di antara
kamu ada seribu orang (yang sabar),
niscaya mereka dapat mengalahkan dua
ribu orang dengan seizin Allah. Allah
beserta orang-orang yang sabar.”
Al-Anfal (8):66
(Depag,2015:185)
Amanah:
Konsisten
34. “ Dan (ada pula) orang lain yang
mengakui dosa-dosa mereka, mereka
mencampuradukkan pekerjaan yang baik
dengan pekerjaan yang buruk. Mudah-
mudahan Allah menerima tobat mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun,
Maha Penyayang.”
At-Taubah(9):102
(Depag,2015:203)
Amanah:
Konsisten
35. “ Dan ikutilah apa yang diwahyukan
kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah
memberi keputusan. Dialah hakim yang
terbaik.”
Yunus (10):109
(Depag,2015:221)
Amanah:
Konsisten
36. “ kecuali orang-orang yang sabar, dan
mengerjakan kebaikan, mereka
memperoleh ampunan dan pahala yang
besar.”
Hud (11):11
(Depag,2015:222)
Amanah:
Konsisten
37. “ Musa berkata kepadanya, “Bolehkan
aku mengikutimu agar engkau
mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar)
yang telah diajarkan kepadamu (untuk
menjadi) petunjuk?” Dia menjawab, “
Sungguh, engkau tidak akan sanggup
sabar bersamaku. Dan bagaimana engkau
akan dapat bersabar atas sesuatu, sedang
engkau belum mempunyai pengetahuan
yang cukup tentang hal itu? Dia (Musa)
berkata, “Insya Allah akan engkau dapati
aku orang yang sabar, dan aku tidak akan
menentangmu dalam urusan apa pun. Dia
berkata, “Jika engkau mengikutiku, maka
janganlah menanyakan kepadaku tentang
sesuatu apapun, sampai aku
menerangkannya kepadamu.”
Al-Kahf (18):
66-70
(Depag,2015:301)
Amanah:
Konsisten
38. “Dan bersabarlah, karena sesungguhnya
Allah tidak menyia-nyiakan pahala yang
berbuat kebaikan.”
Hud (11):115
(Depag,2015:234)
Amanah:
Konsisten
39. “... maka hanya bersabar itulah yang
terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja
memohon pertolongan-Nya terhadap apa
yang kamu ceritakan.”
Yusuf (12):18
(Depag,2015:237)
Amanah:
Konsisten
40. “Dan orang yang sabar karena mengharap
keridaan Tuhannya, melaksanakan salat,
dan menginfakkan sebagian rezeki yang
Kami berikan kepada mereka, secara
sembunyi atau terang-terangan serta
menolak kejahatan dengan kebaikan;
orang itulah yang mendapat tempat
kesudahan (yang baik).”
Ar-Ra’d (13):22
(Depag, 2015:252)
Amanah:
Konsisten
41. “(sambil mengucapkan), “selamat
sejahtera atasmu karena kesabaranmu.”
Maka alangkah nikmatnya tempat
kesudahan itu.”
Ar-Ra‟d (13):24
(Depag,2015:252)
Amanah:
Konsisten
42. “Maka bersabarlah kamu untuk
(melaksanakan) ketetapan Tuhanmu dan
janganlah kamu ikuti orang yang berdosa
dan orang yang kafir di antara mereka.”
Al-Insan (76):24
(Depag,2015:579)
Amanah:
Konsisten
43. “Hai orang-orang yang beriman,
bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga
(di perbatasan negerimu) dan
bertakwalah kepada Allah, supaya kamu
beruntung.”
Ali Imran (3):200
(Depag, 2015:76)
Amanah:
Konsisten
B. KETELADANAN
NO. DATA Sumber Data Keterangan
1. “Dan perangilah di jalan Allah orang-
orang yang memerangi kamu, tetapi
jangan melampaui batas. Sungguh,
Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.”
Al-Baqarah
(2):190
(Depag, 2015:29)
Keteladanan:
Kesederhanaan
2. “Katakanlah (Muhammad), “wahai Ahli
Kitab! Janganlah kamu berlebih-lebihan
dengan cara yang tidak benar dalam
agamamu. Dan janganlah kamu
Al-Ma‟idah
(5):77
(Depag,2015:121)
Keteladanan:
Kesederhanaan
mengikuti orang-orang yang telah
tersesat dahulu dan (telah) menyesatkan
banyak (manusia), dan mereka sendiri
tersesat dari jalan yang lurus.”
3. “Wahai orang-orang yang beriman!
Janganlah kamu mengharamkan apa
yang baik yang telah dihalalkan Allah
kepadamu, dan janganlah kamu
melampaui batas. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.”
Al-Ma‟idah
(5):87
(Depag,2015:122)
Keteladanan:
Kesederhanaan
4. “Maka tetaplah engkau (Muhammad)
(di jalan yang benar), sebagaimana telah
diperintahkan kepadamu dan (juga)
orang yang bertobat bersamamu, dan
janganlah kamu melampaui batas.
Sungguh, Dia Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan.”
Hud (11):112
(Depag,2015:234)
Keteladanan:
Kesederhanaan
5. “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu
terbelenggu pada lehermu dan janganlah
kamu terlalu mengulurkannya (boros).
Karena itu, kamu menjadi tercela dan
Al-Isra‟ (17):29
(Depag,2015:285)
Keteladanan:
Kesederhanaan
menyesal.”
6. “Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan
Yang Maha Pengasih) orang-orang
apabila menginfakkan (harta), mereka
tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir,
di antara keduanya secara wajar.”
Al-Furqan (25):67
(Depag,2015:365)
Keteladanan:
Kesederhanaan
7. “dan rendahkanlah dirimu terhadap
orang-orang yang beriman yang
mengikutimu.”
Asy-Syu‟ara‟
(26):215
(Depag,2015:376)
Keteladanan:
Kesederhanaan
8. “Dan sederhanakanlah dalam berjalan
dan lunakkanlah suaramu,
sesungguhnya seburuk-buruk suara
ialah suara keledai.”
Luqman (31):19
(Depag,2015:412)
Keteladanan:
Kesederhanaan
9.
“maka adapun orang yang melampaui
batas,”
An-Nazi‟at
(79):37
(Depag,2015:584)
Keteladanan:
Kesederhanaan
10. “Maka berkat rahmat Allah engkau
(Muhammad) berlaku lemah-lembut
terhadap mereka. Sekiranya engkau
bersikap keras dan berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekitarmu. Karena itu, maafkanlah
Ali Imran (3):159
(Depag, 2015:71)
Keteladanan:
Kedekatan
mereka dan mohonkalah ampunan
untuk mereka, dan bermusyawarahlah
dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian, apabila engkau telah
membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sungguh,
Allah mencintai orang-orang yang
bertawakal.”
11. “Wahai manusia! Bertakwalah kepada
Tuhanmu yang telah menciptakan kamu
dari diri yang satu (Adam), dan (Allah)
menciptakan pasangannya (Hawa) dan
(diri)nya; dan dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Bertakwalah
kepada Allah yang dengan nama-Nya
kamu saling meminta, dan (peliharalah)
hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan
mengawasimu.”
An-Nisa‟ (4):1
(Depag, 2015:77)
Keteladanan:
Kedekatan
12. “Dia (Muhammad) berwajah masam
dan berpaling, karena seorang buta telah
datang kepadanya (Abdullah bin Ummi
Maktum). Dan tahukah engkau
(Muhammad) barangkali dia ingin
menyucikan diri (dari dosa), atau dia
(ingin) mendapatkan pelajaran, yang
memberi manfaat kepadanya ? Adapun
orang yang merasa dirinya serba cukup
(pembesar-pembesar Quraisy), maka
engkau (Muhammad) memberi
perhatian kepadanya, padahal tidak ada
(cela) atasmu kalau dia tidak
menyucikan diri (beriman). Dan adapun
orang yang datang kepadamu dengan
bersegera (untuk mendapatkan
pengajaran), sedang dia takut (kepada
Allah), engkau (Muhammad) malah
mengabaikannya. Sekali-kali jangan
(begitu)! Sungguh, (ajaran-ajaran Allah)
itu suatu peringatan.”
Abasa (80):1-11
(Depag,2015:585)
Keteladanan:
Kedekatan
13. “kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan kebajikan serta saling
menasihati untuk kebenaran dan saling
menasihati untuk kesabaran.”
Al-Asr (103):3
(Depag,2015:601)
Keteladanan:
Kedekatan
C. CERDAS
NO. Data Sumber Data Keterangan
1. “Dan hendaklah di antara kamu ada
segolongan orang yang menyeru kepada
kebaikan, menyuruh (berbuat) yang
makruf, dan mencegah dari yang
mungkar. Dan mereka itulah orang-
orang yang beruntung.”
Ali „Imran(3):104
(Depag,2015:63)
Cerdas
2. “Kamu (umat Islam) adalah umat
terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
(karena kamu) menyuruh (berbuat) yang
makruf, dan mencegah dari yang
mungkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah
itu lebih baik bagi mereka. Di antara
mereka ada yang beriman, namun
kebanyakan mereka adalah orang-orang
Ali „Imran
(3):110
(Depag,2015:64)
Cerdas
fasik.”
3. “Mereka beriman kepada Allah dan hari
akhir, menyuruh (berbuat) yang makruf,
dan mencegah dari yang mungkar dan
bersegera (mengerjakan) berbagai
kebajikan. Mereka termasuk orang-
orang saleh.”
Ali „Imran(3):114
(Depag,2015:64)
Cerdas
4. “Mereka itu adalah orang-orang yang
(sesungguhnya) Allah mengetahui apa
yang ada di dalam hatinya. Karena itu
berpalinglah kamu dari mereka, dan
berilah mereka nasihat, dan katakanlah
kepada mereka perkataan yang
membekas pada jiwanya.”
An-Nisa‟ (4):63
(Depag, 2015:88)
Cerdas
5. “Wahai orang-orang yang beriman!
Apabila kamu pergi (berperang) di jalan
Allah, maka telitilah (carilah
keterangan) dan janganlah kamu
mengatakan kepada orang yang
mengucapkan “salam” kepadamu,
“Kamu bukan seorang yang beriman,”
(lalu kamu membunuhnya), dengan
An-Nisa‟ (4):94
(Depag, 2015:93)
Cerdas
maksud mencari harta benda kehidupan
dunia, padahal di sisi Allah ada harta
yang banyak. Begitu jugalah keadaan
kamu dahulu, lalu Allah memberikan
nikmat-Nya kepadamu, maka telitilah,
sungguh, Allah Maha Teliti terhadap
apa yang kamu kerjakan.”
6. “... sebab itu jangan engkau memohon
kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau
ketahui (hakikatnya). Aku
menasihatimu agar (engkau) tidak
termasuk orang yang bodoh.”
Hud (11):46
(Depag 2015:227)
Cerdas
7. “dan sesungguhnya engkau benar-benar,
berbudi pekerti yang luhur.”
Al-Qalam (68):4
(Depag,2015:564)
Cerdas
8. “Kemudian dia termasuk orang-orang
yang beriman, dan saling berpesan
untuk bersabar dan saling berpesan
untuk berkasih sayang.”
Al-Balad (90):17
(Depag,2015:594)
Cerdas
RIWAYAT HIDUP
Indah Evatul Djannah. Dilahirkan di Makassar pada tanggal 21
Juli 1998. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan
Ayahanda Sukri Sukiman dan Ibunda Rabiawati dari enam
bersaudara. Penulis mulai masuk pendidikan di Sekolah Dasar
Inpres Benteng 2 Selayar pada tahun 2004-2007 kemudian
melanjutkan di Sekolah Dasar Negeri Tabang Selayar hingga
tamat pada tahun 2010. Pada jenjang sekolah menengah
pertama penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Babussalam
mulai tahun 2010-2013. Selanjutnya pada tahun yang sama (2013) melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Benteng dan tamat pada tahun 2016.
Lalu pada tahun 2016, penulis melanjutkan pendidikan pada Program Strata Satu (S1)
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.