Transcript

PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN KERJA

SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PENGHULU

DI LINGKUNGAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA

KABUPATEN DAN KOTA TASIKMALAYA

Abdul Basor*), Asep Yusup Hanapia**), Noneng Masitoh**)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompensasi dan motivasi (secara

parsial maupun secara simultan) terhadap kepuasan kerja serta dampaknya terhadap

produktivitas kerja penghulu di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan Kota

Tasikmalaya.

Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 92 orang penghulu dan metode yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksplanatif (exsplanatory researsch) dengan

pendekatan sensus. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner. Analisis data yang

digunakan yaitu analisis jalur (path analysis) dengan menggunakan sofware SPSS versi 16.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompensasi dan motivasi secara parsial dan

secara simultanberpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja penghulu di

lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan Kota Tasikmalaya. Kompensasi,

motivasi dan kepuasan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

produktivitas kerja penghulu. Kompensasi secara pasial tidak berpengaruh signifikan

terhadap produktivitas kerja penghulu. Motivasi dan kepuasan kerja secara parsial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja penghulu di lingkungan

kantor Kementerian Agama Kabupaten dan Kota Tasikmalaya.

Kata kunci: kompensasi, motivasi, kepuasan kerja, produktivitas kerja

*) Mahasiswa Pascasarjana Magister Manajamen Unsil Tasikmalaya

**) Dosen Pascasarjana Magister Manajemen Unsil Tasikmalaya

2

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Untuk mewujudkan pelayanan publik yang sesuai dengan prinsip-prinsip good

governance, diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Ada lima hal yang

menjadi tuntutan masyarakat terhadap institusi publik dalam pelayanan yang diberikan, yaitu:

(a) Adanya good governance, berupa pemerintahan yang bersih dan berwibawa; (b)

pelayanan yang berkualitas; (c) memiliki sense of crisis, aparat pelayanan yang mampu to do

more with less; (d) Agar bekerja lebih profesional, memiliki publik accountability and

respontibility; (e) Agar pemerintah memperhatikan dengan sungguh-sungguh aspirasi mereka

sejauh bisa memenuhinya (Tresiana, 2007: 172).

Sumber daya manusia dalam suatu organisasi adalah merupakan elemen paling

strategis dalam organisasi, oleh karena itu peningkatan produktivitas kerja hanya mungkin

dilakukan oleh manusia. Sebaliknya sumber daya manusia pula yang dapat menjadi penyebab

terjadinya pemborosan dan inefisiensi dalam berbagai bentuknya.

Menurut Dessler (2009:5), menyatakan bahwa dalam organisasi modern sumber daya

manusia mempunyai peran baru, diantaranya : (1) Pendorong produktivitas; (2) Membuat

perusahaan menjadi lebih tanggap terhadap inovasi produk dan perubahan teknologi; (3)

Menghasilkan jasa pelanggan yang unggul; (4) Membangun komitmen karyawan; dan (5)

Semakin pentingnya SDM dalam mengembangkan dan mengimplementasikan strategi.

Mengingat peran strategis sumber daya manusia tersebut maka organisasi harus

memberikan perhatian yang serius terhadap pengembangan sumber daya manusia. Dan sudah

menjadi tugas manajemen dituntut untuk mampu menggerakkan setiap pegawainya agar

dapat bekerja secara maksimal untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat

penggunanya, dengan demikian setiap pegawai dituntut untuk mempunyai produktivitas kerja

yang tinggi.

Sumber daya manusia dalam suatu organisasi adalah merupakan elemen paling

strategis dalam organisasi, oleh karena itu peningkatan produktivitas kerja hanya mungkin

dilakukan oleh manusia. Sebaliknya sumber daya manusia pula yang dapat menjadi penyebab

terjadinya pemborosan dan inefisiensi dalam berbagai bentuknya.

Menurut Dessler (2009:5), menyatakan bahwa dalam organisasi modern sumber daya

manusia mempunyai peran baru, diantaranya : (1) Pendorong produktivitas; (2) Membuat

perusahaan menjadi lebih tanggap terhadap inovasi produk dan perubahan teknologi; (3)

Menghasilkan jasa pelanggan yang unggul; (4) Membangun komitmen karyawan; dan (5)

Semakin pentingnya SDM dalam mengembangkan dan mengimplementasikan strategi.

Mengingat peran strategis sumber daya manusia tersebut maka organisasi harus

memberikan perhatian yang serius terhadap pengembangan sumber daya manusia. Dan sudah

menjadi tugas manajemen dituntut untuk mampu menggerakkan setiap pegawainya agar

dapat bekerja secara maksimal untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat

penggunanya, dengan demikian setiap pegawai dituntut untuk mempunyai produktivitas kerja

yang tinggi.

Sinungan (2009: 12) menjelaskan secara umum produktivitas diartikan sebagai

hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang

sebenarnya. Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi

barang-barang atau jasa-jasa: “Produktivitas mengutarakan cara pemanfaatan secara baik

terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang-barang”. Lebih lanjut Muchdarsyah

(2009:18) menyatakan bahwa produktivitas merupakan sebagai suatu philosofi dan sikap

mental yang timbul dari motivasi yang kuat dari masyarakat, yang secara terus menerus

berusaha meningkatkan kualitas kehidupan. Perilaku produktivitas kerja ini akan mampu

mendorong pegawai untuk selalu bersifat dinamis, kreatif, inovatif dan terbuka.

3

Dewasa ini, masalah rendahnya produktivitas kerja menjadi fokus perhatian pada

hampir semua institusi di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari berbagai faktual yang muncul,

misalnya terjadinya pemborosan sumberdaya (inefisiensi) dan ketidaktercapaian target, baik

secara kelompok maupun individual. Dengan adanya pegawai yang berproduktifitas rendah,

hal ini akan berpengaruh terhadap tidak maksimalnya pelayanan pegawai terhadap

masyarakat, karena indikator produktivitas kerja dapat dilihat dari sejauh mana tingkat

ketercapaian terhadap tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Kementerian agama, adalah salah satu institusi pemerintah yang tugas pokoknya

adalah menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan di bidang keagamaan yang salah satu

tugasnya adalah pelayanan Pencatatan Perkawinan bagi umat Islam. Dan dalam Keputusan

Menteri Agama RI nomor 118 tahun 2010 tentang Program Percepatan Melalui

Penyelenggaraan Layanan Unggulan di Lingkungan Kementerian Agama disebutkan “bahwa

dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian Agama dan dalam upaya

peningkatan kualitas pelayanan pada masyarakat, dipandang perlu untuk melaksanakan

program percepatan (quick wins) pada beberapa layanan yang diselenggarakan oleh

Kementerian Agama”. Dan salah satu program percepatan tesebut adalah pelayanan

administrasi pencatatan nikah.

Untuk dapat melaksanakan tugas pelayanan pencatatan pernikahan tersebut di atas,

berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan telah ditetapkan

adanya Pegawai Pencatat Nikah yang sehari-hari dalam masyarakat dikenal dengan sebutan

“PENGHULU” sebagai pejabat terdepan dan ujung tombak Kementerian Agama dalam

melaksanakan pelayanan, pengawasan dan pembinaan pelaksanaan pernikahan/perkawinan

(Dirjen Bimas Islam, 2005: 1). Kebijakan Kementerian Agama untuk menciptakan mutu

profesionalisme Penghulu dilakukan melalui pembentukan jabatan penghulu sebagai jabatan

fungsional sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan

Fungsional Pegawai Negeri Sipil. Dengan kebijakan tersebut para Penghulu sebagai Pegawai

Pencatat Nikah akan termotivasi untuk bekerja secara profesional dan penuh kedisiplinan

dalam melaksanakan tugas-tugasnya dapat dilakukan pengembangan karir bagi Pegawai

Negeri Sipil yang memangku Jabatan Penghulu secara maksimal. Dengan demikian

diharapkan Penghulu akan mampu menghadapi tuntutan perkembangan dan dinamikan

masyarakat sekaligus menjadi tenaga lapangan yang andal dalam mensukseskan dan misi

Kementeria Agama khususnya di bidang pernikahan/perkawinan sebagai program percepatan

pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu Penghulu dituntut untuk bekerja produktif,

inovatif dan kreatif sehingga dapat memberikan pelayanan yang memuaskan kepada

masyarakat.

Dari observasi, pengamatan dan wawancara penulis dengan beberapa penghulu dan

atasan langsung penghulu di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kota dan Kabupatan

Tasikmalaya, bahwa produktivitas kerja penghulu menunjukkan indikasi sebagai berikut. (a)

sebagian penghulu belum dapat menyelesaikan tugas dengan cepat dan tepat alias lambat

kerja; (b) penghulu belum dapat bekerja secara kreatif dan inovatif; (c) penghulu belum

bekerja secara kreatif artinya sering menunggu instruksi; (d) penghulu belum mempunyai

target yang lebih dari yang diharapkan; (e) penghulu belum mampu mencapai standar kerja

yang tinggi; (f) penghulu belum dapat memberikan layanan yang memuaskan kepada

masyarakat. Sejalan dengan fenomena tersebut, menurut Istijano (2010: 12) menyatakan

bahwa kondisi-kondisi yang disebutkan ini adalah gejala yang merupakan dampak atau hasil

dari masalah yang sebenarnya. Gejala yang mengemuka tersebut terkait dengan produktivitas

yang berhubungan erat dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja pegawai, diantaranya

adalah kompensasi, motivasi dan kepuasan kerja (Handoko, 2011 : 193).

4

Berdasarkan observasi awal dan selama penulis bertugas sebagai penghulu di Kantor

Kementerian Agama Kota Tasikmalaya, diperoleh fakta bahwa masih terdapat satu kesan

bahwa kompensasi yang diterima oleh penghulu belum sesuai dengan apa yang mereka

harapkan. Penghulu dalam melaksanakan tugas lebih banyak dilaksanakan di luar kantor, di

luar jam kerja dan di luar hari kerja. Dan untuk melaksanakan tugas tersebut tanpa disediakan

kompensasi yang memadai, misalnya adanya insentif transportasi, insentif jasa profesi dan

fasilitas transportasi.

Dengan kenyataan tersebut diatas, bahwa tugas penghulu tanpa adanya dukungan

kompensasi yang memadai dan tidak sesuai dengan yang diharapkan dapat berpengaruh

terhadap kurangnya motivasi dan tidak adanya kepuasan kerja yang diperoleh oleh penghulu

karena tidak adanya kesesuain antara harapan dengan kenyataan dan hal tersebut akan

berpengaruh terhadap produktivitas kerja.

Hal ini ditunjukkan dengan kurangnya kedisiplinan sebagian penghulu dalam

menjalankan tugas dan mereka bekerja kurang bergairah dan kurang kreatif dalam

melaksanakan tugas pelayanan sehingga berakibat terhadap ketidak puasan masyarakat yang

dilayani dan adanya kesalahan-kesalahan dalam menjalankan tugas yang berakibat terhadap

penghulu yang harus berhadapan dengan masalah hukum, dan hal ini tentu saja akan

mengganggu terhadap konsentrasi kerja penghulu terhadap tugas pokok yang harus

dilaksanakan, sehingga tujuan-tujuan organisasi tidak tercapai dan akhirnya berpengaruh

terhadap rendahnya produktivitas kerja. Dan apabila masalah ini tidak segera dicari jalan

keluarnya akan berakibat kepada rendahnya kualitas pelayanan publik. Dan untuk

mengetahui secara riil bagaimana produktivitas kerja penghulu dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya, maka perlu dilakukan penelitian.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian berkaitan dengan masalah produktivitas kerja penghulu dengan

mengambil judul “Pengaruh Kompensasi dan Motivasi terhadap Kepuasan Kerja Serta

Dampaknya terhadap Produktivitas Kerja Penghulu di Lingkungan Kantor

Kementerian Agama Kabupaten dan Kota Tasikmalaya”

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh kompensasi dan motivasi secara parsial terhadap kepuasan kerja

penghulu di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan Kota Tasikmalaya?

2. Bagaimana pengaruh kompensasi dan motivasi secara simultan terhadap kepuasan kerja

penghulu di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan Kota Tasikmalaya?

3. Bagaimana pengaruh kompensasi, motivasi dan kepuasan kerja secara parsial terhadap

produktivitas kerja penghulu di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan

Kota Tasikmalaya?

4. Bagaimana pengaruh kompensasi, motivasi dan kepuasan kerja secara simultan terhadap

produktivitas kerja penghulu di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan

Kota Tasikmalaya?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh kompensasi dan motivasi secara parsial terhadap kepuasan kerja penghulu di

lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kota dan Tasikmalaya.

5

2. Pengaruh kompensasi dan motivasi secara simultan terhadap kepuasan kerja penghulu di

lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan Kota Tasikmalaya.

3. Pengaruh kompensasi, motivasi dan kepuasan kerja secara parsial terhadap produktivitas

kerja penghulu di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan Kota

Tasikmalaya.

4. Pengaruh kompensasi, motivasi dan kepuasan kerja secara simultan terhadap

produktivitas kerja penghulu di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan

Kota Tasikmalaya.

KAJIAN PUSTAKA

Konsep-konsep Kompensasi

Menurut Mondy (2008: 4) kompensasi adalah “total seluruh imbalan yang diterima

para karyawan sebagai pengganti jasa yang telah mereka berikan”. Sedangkan Hasibuan

(2007 :118) mendefinisikan bahwa kompensasi “merupakan semua pendapatan yang

berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai

imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan”.

Dari pengertian kompensasi sebagaimana diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa

kompensasi adalah penghargaan atau imbalan –langsung maupun tidak langsung, finansial

maupun non-finansial- yang adil dan layak kepada karyawan, sebagai balasan atas

kontribusi/jasanya terhadap pencapian tujuan organisasi.

Jenis-jenis kompensasi yang diterima oleh karyawan dapat dalam bentuk finansial

maupun non finansial. Menurut Mondy (2008: 4-5) menjelaskan bahwa komponen

kompensasi terdiri dari kompensasi finansial dan kompensasi non finansial. Kompensasi

finansial langsung terdiri dari bayaran yang diterima seseorang dalam bentuk upah, gaji,

komisi dan bonus. Sedangkan kompensasi finansial tidak langsung (tunjangan) meliputi

seluruh imbalan finansial yang tidak termasuk dalam kompensasi finansial langsung.

Kompensasi jenis ini meliputi beragam imbalan yang biasanya diterima secara tidak lansung

oleh karyawan. Kompensasi non finansial meliputi kepuasan yang diterima seseorang dari

pekerjaan itu sendiri atau dari lingkungan psikologis dan/atau fisik tempat orang tersebut

bekerja. Aspek kompensasi nonfinansial tersebut mencakup faktor-faktor psikologis dan fisik

dalam lingkungan perusahaan.

Konsep-konsep Motivasi

Motivasi, dalam bahasa latin movere yang berarti dorongan atau menggerakan. Atau

kekuatan yang menyebabkan suatu tindakan atau perbuatan. Kata movere, dalam bahasa

inggris, sering disepadankan dengan motivation yang berarti pemberian motif, penimbulan

motif, atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan

(Suwatno, 2011: 171).

Menurut Hasibuan (2007: 143) motivasi adalah “pemberian daya penggerakan yang

menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif,

dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.”

Dari uraian beberapa pendapat definisi tentang motivasi di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang

diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan dari apa yang dibutuhkannya.

Secara garis besar teori motivasi dikelompokkan kedalam dua kelompok, yaitu : (1) teori

kepuasan (content theory); dan (2) teori proses (process theory).

Teori-teori yang termasuk kelompok teori kepuasan (content theory) antara lain :

6

1. Maslow’s Need Hierarchy Theory oleh A.H. Maslow.

Menurut teori ini bahwa kebutuhan manusia bertingkat menjadi lima tingkatan, yaitu :

1) Kebutuhan fisiologis (kebutuhan fisik = biologis)

2) Kebutuhan akan rasa aman

3) Kebutuhan sosial

4) Kebutuhan akan pengahargaan diri

5) Kebutuhan aktualisasi diri

2. Herzberg’s Two Factor Motivation Theory

Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh

dua faktor yang merupakan kebutuhanm, yaitu :

a) Maintanance faktor adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan

hakikat manusia yang ingin memperoleh ketenteraman badaniah.

b) Motivation faktor adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan fsikologis

seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan

3. Mc. Clelland’s Achievement Motivation Theory

Teori ini dikemukan David Mc.Clelland yang mengelompokkan tiga kebutuhan manusia

yang dapat memotivasi gairah bekerja karyawan yaitu :

a) Kebutuhan akan prestasi (Need for Achievement = n.Ach)

b) Kebutuhan akan affiliasi (Need for affiliation = n.Af)

c) Kebutuhan akan kekuasan (Need for power = n.Pow)

Teori motivasi proses ini pada dasarnya berusaha menjawab pertanyaan “bagaimana

menguatkan, mengarahkan, memelihara dan menghentikan perilaku individu”, agar setiap

individu bekerja giat sesuatu dengan yang diinginkan organisasi.

Teori-teori yang termasuk kepada terori motivasi proses adalah teori harapan (Expectancy

Theory), teori keadilan (equity theory) dan teori pengukuhan (reinforcement theory).

a. Teori Harapan (Expentancy Theory)

Teori harapan ini dikemukakan oleh Victor H. Vroom yang menyatakan bahwa kekuatan

yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya

tergantung dari hubungan timbal-balik antara apa yang ia inginkan dan butuhkan dari

hasil pekerjaan itu.

b. Teori Keadilan (Equity Theory)

Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang. Intinya

teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untukmenghilangkan

kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang

diterima.

c. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)

Teori ini didasarkan atas hubungan sebab akibat dari perilaku dengan pemberian

kompensasi. Inti dari teori ini adalah bahwa manusia cenderung untuk mengulangi

perilaku yang konsukensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang

mengakitbatkan perilau yang mengakibatkan timbulnya konsekuensi yang merugikan

(Suwatno, 2011: 181).

Faktor-faktor Motivasi

Karyawan termotivasi dalam bekerja karena dipengaruhi beberapa faktor. Menurut

Ardana (2008:31) ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu :

7

1. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari ransangan di dalam perusahaan.

Yang termasuk motivasi intrinsik yaitu minat terhadap pekerjaan yang diberikan atasan,

penghargaan (reward), sifat pekerjaan itu sendiri, kompetensi, dan tanggung jawab.

2. Motivasi ekstrinsik diwujudkan dalam bentuk ransangan dari luar yang bertujuan

menggerakkan individu untuk melakukan suatu aktivitas yang membawa manfaat kepada

individu sendiri. Yang termasuk motivasi ekstrinsik dapat berupa gaji, lingkungan kerja,

kebijakan atau prosedur perusahaan, hubungan antar manusia dan supervisi.

Konsep-konsep Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja menurut Luthan (2006: 243) adalah “keadaan emosi yang senang

atau emosi positif yang berasal dari penilaian pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang.

Kepuasan kerja adalah hasil dari persepsi karyawan mengeani seberapa baik pekerjaan

mereka memberian hal yang dinilai penting”.

Menurut Hasibuan (2007: 202) kepuasan kerja adalah “sikap emosional yang

menyenangkan dan mencintai pekerjaanya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja,

kedisiplinan, dan presasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan,

dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan”.

Mangkunegara (2011: 117) berpendapat bahwa kepuasan kerja adalah “suatu

perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang berhubungan dengan

pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya”.

Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja

merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikap senang atau tidak

senang, puas atau tidak puas dalam bekerja.

Secara umum terdapat tiga teori kepuasan kerja yang sudah dikenal yaitu discrepancy

theory, equity theory, dan two faktor theory (Rivai, 2011: 856-857; Suwatno, 2011: 264,

As’ad: 2004: 107-108)

a. Discrevancy Theory (Teori Ketidaksesuaian)

Teori ini pertama kali dipelopori oleh Porter pada tahun 1961. Porter mengukur kepuasan

kerja dengan menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang

dirasakan (different between how much of somthing there should be and how much there

is now).

Teori secara ringkas, mengukur kepuasan kerja seseorang dengan kenyataan yang

dirasakan. Sehingga apabila kepuasannya diperoleh melibihi dari yang diinginkan, maka

orang akan menjadi lebih puas lagi, sehingga terdapat discrepancy, tetapi merupakan

discrepansy positif. Kepuasa kerja seseorang tergantung pada selisih antara sesuatu yang

dianggap akan didapatkan dengan apa yang dicapai.

b. Equity Theory (Teori Keadilan)

Equity theory dikembangkan oleh Adam pada tahun 1963. Adapun pendahulu dari teori

ini adalah Zaleznik pada tahun 1958. Teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa

puas atau tidak puas, tergantung pada ada atau tidaknya keadilan (equity) dalam suatu

situasi, khususnya situasi kerja.

Menurut teori ini komponen utama dalam teori keadilan adalah input, hasil, keadilan dan

ketidakadilan.

c. Two faktor theory (Teori Dua Faktor)

Teori ini dikembangkan dan dikemukakan oleh Frederick Herzberg. Teori Hezberg ini

sebagian besar didasarkan pada rumusan hierarki kebutuhan (Hierarchy of need) dari

Maslow. Menurut teori ini kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja itu merupakan hal

berbeda. Teori ini merumuskan karakteristik pekerjaan menjadi dua kelompok yaitu

satisfies atau motivator dan dissatifies. Satisfies (motivator) ialah faktor-faktor atau

situasi yang dibutuhkan sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari: pekerjaan yang

8

menarik, penuh tantnagan, ada kesempatan untuk berprestasi, kesempatan memperoleh

penghargaan dan promosi. Dissatifiers (hygiene factor) ialah faktor-faktor yang menjadi

sumber ketidakpuasan, yang terdiri dari: gaji/upah, pengawasan, hubungan antar pribadi,

kondisi kerja dan status.

Faktor-faktor Kepuasan Kerja

Mangkunegara berpendapat (2011: 120) bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi

kepuasan kerja, yaitu faktor yang ada pada diri pegawai dan faktor pekerjaannya.

a. Faktor pegawai, yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi

fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berpikir,

persepsi, dan sikap kerja.

b. Faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat (golongan),

kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan promosi jabatan, interaksi

sosial, dan hubungan kerja.

Robbin (2009: 110) berpendapat bawa faktor-faktor yang menyebabkan kepuasa kerja

adalah kerja itu sendiri, bayaran, kenaikan jabatan atau promosi, pengawasan, dan rekan

kerja.

Konsep-konsep Produktivitas Kerja

Pengertian produktivitas di atas, dapat dikatakan bahwa secara umum produktivitas

mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dalam bentuk barang

dan jasa dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input).

Sinungan (2009:12) mendefinisikan bahwa produktivitas merupakan “perbandingan

antar totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan dalam periode

tertentu”.

Pengertian produktivitas tidak hanya dapat dilihat dari aspek ekonomis/finansial atau

teknis saja, tapi dapat juga dari sisi nilai yang dikandung makna produktivitas. Sebagaimana

dinyatakan oleh Sinungan (2009:1) bahwa pada dasarnya produktivitas mencakup sikap

mental patriotik yang memandang hari depan secara optimis dengan berakar pada keyakinan

diri bahwa kehidupan hari ini adalah lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah lebih

baik dari hari ini.

Faktor-faktor Produktivitas Kerja

Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah, sebagaimana dikutip oleh

Sedarmayanti (2009: 71-72), ada enam faktor yang menentukan produktivitas tenaga kerja,

adalah :

1. Sikap kerja, seperti: kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work), dapat

menerima tambahan tugas dan bekerja suatu tim.

2. Tingkat keterampilan, yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen dan

supervisi serta keterampilan dalam teknik industri.

3. Hubungan antar tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha

bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas

melalui lingkaran pengawasan mutu (quality control circles) dan panitia mengenai kerja

unggul.

4. Manajemen produktivitas, yaitu : manajemen yang efisien mengenai sumber dan sistem

kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas.

5. Efisiensi tenaga kerja, seperti: perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas.

9

6. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam berusaha, dan berada pada jalur yang benar

dalam berusaha.

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksplanatif

(explanatory research). Menurut Sugiyono (2010: 11) menyatakan bahwa metode penelitian

eksplanatif adalah “penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel

yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan metode penelitian eksplanatif adalah penelitian

yang bermaksud menjelaskan kedudukan dan hubungan variabel-variabel yang diteliti

melalui pengujian hipotesa.Penulis menggunakan metode eksplanatif dalam penelitian ini

karena penulis bermaksud untuk menjelaskan hubungan sebab akibat atau pengaruh antara

variabel independen yaitu kompensasi, motivasi kerja dan kepuasan kerja terhadap variabel

dependen yaitu produktivitas kerja.

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (Independent Variable) yaitu

variabel kompensasi (X1) dan variabel motivasi (X2), variabel antara (Variable Intervening)

yaitu variabel kepuasan kerja (X3) dan variabel terikat (Dependent Variable) yaitu variabel

produktivitas kerja (Y).

Prosedur Pengumpulan Data

Populasi dan Sampel

Pengertian populasi menurut Sugiyono (2010: 90) adalah “Wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek-objek yang mempunyai kualitas karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari da kemudian ditarik kesimpulannya.”

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penghulu yang berada di

lingkungan Kementerian Agama Kantor Kota dan Kabupaten Tasikmalaya berjumlah 92

orang yang tersebar di 47 KUA Kecamatan.

Jenis penelitian ini adala merupakan penelitian populasi maka seluruh responden

dalam populasi dijadikan sampel. Menurut Sugiyono (2011: 85) bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel disebut sampling jenuh atau pendekatan sensus. Pendekatan sensus

adalah suatu penelitian yang meneliti seluruh individu yang terdapat dalam wilayah

penelitian, atau sering juga disebut juga dengan studi sensus (Nyoman, 2012: 37).

Berdasarkan uraian tersebut diatas, dengan demikian sampel dalam penelitian ini

adalah seluruh penghulu di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan Kota

Tasikmalaya yang berjumlah 92 orang.

Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data promer dikumpulkan secara langsung ke lapangan. Data primer diperoleh dari

responden dengan menggunakan teknis pengumpulan data sebagai berikut :

10

a. Wawancara

b. Kuesioner

c. Observasi

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari sumber pihak ke dua yaitu dari literatur, karya ilmiah yang

dipublikasikan serta informasi dari instansi yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

3. Instrumen Penelitian

Penyusunan instrumen penelitian menggunakan skala sikap dari Linkert dengan lima

alternatif jawaban sebagai berikut :

a) Jawaban sangat setuju diberi bobot 5

b) Jawaban setuju diberi bobot 4

c) Jawaban ragu-ragu diberi bobot 3

d) Jawaban tidak setuju diberi bobot 2

e) Jawaban sangat tidak setuju diberi bobot 1

Metode Analisis Data

Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui jawaban responden terhadap

pertanyaan/pernyataan apakah memiliki kesahihan/valid atau tidak. Berkaitan dengan

pengujian validitas Riduwan (2008: 216) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran

menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Untuk menguji validitas alat

ukur, dilakukan dengan cara menghitung korelasi antara masing-masing

pertanyaan/pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus Pearson Product

Moment (Riduwan, 2008: 217)

²} )Y( - )Yn ²}{ )X( - )X{n(

)Y( )X( )YX(

i

2

ii

2

i

iiii

nr

Keterangan:

r = Koefisien korelasi (derajat hubungan)

Xi = Skor salah satu dari pernyataan/pertanyaan

Yi = Ttotal skor pernyataan/pertanyaan

n = Jumlah responden

Uji validitas akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0.

Interpretasi hasil perhitungan untuk mengambil kaidah keputusan, sesuai dengan pendapat

Sugiyono (2011:173) bahwa instrumen penelitian dikatakan valid apabila koefisien korelasi

tiap item pernyataan/pertanyaan lebih besar daripada 0.30.

Uji Reliabilitas

Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data yang digunakan

konsisten dalam mengungkapkan fenomena tertentu dari sekelompok individu meskipun

dilakukan dalam waktu yang berbeda.

Untuk mencari realibilitas seluruh tes digunakan rumus Spearman Brown yaitu :

11

ttr1

.2

tt

tot

rr

Keterangan :

r tot : Angka reliabilitas keseluruhan item

r tt : Angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua

Metode Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan metode analis jalur (path analysis). Menurut

Sandjojo (2011: 11) analisis jalur merupakan suatu metode penelitian yang utamanya

digunakan untuk menguji kekuatan dari hubungan langsung dan tidak langsung diantara

berbagai variabel.

Dari seluruh variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini secara konseptual

digambarkan dalam digram jalur seperti tampak pada Gambar 1.

ρx3ε1 ρyε2

ρyx1

ρx3x1

r12 ρyx3

ρx3x2

ρyx2

Gambar 1

Diagram Jalur Hubungan Kausal antara X1, X2, dan X3 terhadap Y

Dimana :

X1 sebagai variabel independen exogenous kompensasi

X2 sebagai variabel independen exogenous motivasi kerja

X3 sebagai variabel dependen endogenous perantara kepuasan kerja

Y sebagai variabel dependen endogenous produktivitas kerja

Pada gambar1 terdapat 2 buah sub struktur, yaitu sub struktur 1 yang merupakan

hubungan struktural variabel eksogen kompensasi(X1) dan variabel exsogen motivasi (X2)

terhadap kepuasan kerja (X3). Dan sub struktur 2 yang merupakan hubungan struktural antara

variabel kompensasi (X1), variabel motivasi (X2) dan variabel perantara kepuasan kerja (X3)

terhadap produktivitas kerja (Y).

Dari diagram jalur yang menunjukkan hubungan kausal antar variabel tersebut dapat

dibuat persamaan struktural sebagai berikut :

X3 = ρx3x1X1 + ρx3x2X2 + ρx3ε 1

Y = ρyx1X1 + ρyx2X2 + ρyx3X3 + ρyε2

Dari diagram jalur diatas dapat dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut :

(X1

)

(X2

)

(X3) (Y)

12

a. Uji Simultan (Uji F)

Melakukan uji F untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel bebas secara simultan

terhadap variabel terikat.

Uji secara keseluruhan hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut,

Hipotesis pertama untuk sub struktur 1:

Ho: ρx3x1 = ρx3x2 ........ = ρyxk = 0

Ha: ρx3x1 = ρx3x2 ........ = ρyxk ≠ 0

Hipotesis dalam kalimat :

Ho : Secara simultan kompensasi dan motivasi tidak bepengaruh positif dan signifikan

terhadap kepuasan kerja.

Ha : Secara simultan kompensasi dan motivasi bepengaruh positif dan signifikan terhadap

kepuasan kerja.

Hipotesis kedua untuk sub struktur 2:

Ho: ρyx1 = ρyx2 = ρyx3 ........ = ρyxk = 0

Ha: ρyx1 = ρyx2 = ρyx3 ........ = ρyxk ≠ 0

Hipotesis dalam kalimat :

Ho : Secara simultan kompensasi, motivasi dan kepuasan kerja tidak bepengaruh positif

dan signifikan terhadap produktivitas kerja.

Ha : Secara simultan kompensasi, motivasi dan kepuasan kerja tidak bepengaruh positif

dan signifikan terhadap produktivitas kerja.

Kaidah pengujian signifikansi secara statistik menggunakan ujil F dengan rumus :

)R-k(1

)1(2

2

k

k

yx

yxRknF

Keterangan :

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel eksogen

R2 yxk = R Square

Jika Fhitung ≥ Ftabel, maka tolak Ho artinya signifikan dan jika Fhitung ≤ Ftabel, terima Ho artinya

tidak signifikan.

Kaidah pengujian signifikansi :

- Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 ≤

Sig], maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.

- Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 ≥

Sig], maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.

b. Uji Parsial (uji t)

Untuk menguji secara parsial pengaruh masing-masing variabel bebas secara mandiri

terhadap variabel terikat digunakan rumus uji t.

Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan menjadi hipotesis statistik berikut :

13

Hipotesis untuk sub struktur 1:

Ho: ρx3x1 = 0 = Kompensasi tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan

kerja.

Ha: ρx3x1 ≠ 0 = Kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja.

Ho: ρx3x2 = 0 = Motivasi tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan

kerja.

Ha: ρx3x2 ≠ 0 = Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja.

Hipotesis untuk sub struktur 2:

Ho: ρyx1 = 0 = Kompensasi tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap

produktivitas kerja.

Ha: ρyx1 ≠ 0 = Kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas

kerja.

Ho: ρyx2 = 0 = Motivasi tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas

kerja.

Ha: ρyx2 ≠ 0 = Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja.

Ho: ρyx3 = 0 = Kepuasan kerja tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap

produktivitas kerja.

Ha: ρyx3 ≠ 0 = Kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

produktivitas.

Secara individual uji statistik yang digunakan adalah uji t yang dihitung dengan rumus :

)1(; e k

kndkS

ktk

Dengan derajat kebebasan ( df ) = k dan ( n - k – l ) dan tingkat keyakinan 95% (α = 0,05 )

maka kaidah keputusan sebagai berikut :

Ho = diterima dan Ha ditolak jika thitung ≤ ttabel

Ho = ditolak dan Ha diterima jika thitung ≥ ttabel

Perhitungan analisis jalur tersebut dengan menggunakan software SPSS ver. 16 for

Windows.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Model struktural yang ditampilkan pada gambar 1 terdiri dari dua sub struktur 1 dan

sub struktur 2. Hubungan kuasal antar variabel pada sub struktur 1 terdiri dari satu variabel

endogen yaitu X3 dan dua variabel eksogen yaitu X1 dan X2. Dan hubungan kasual pada sub

struktur 2 terdiri dari satu variabel endoden yaitu Y dan tiga variabel eksogen yaitu X1, X2

dan X3.

Perhitungan Koefisien Jalur Sub Struktur 1

Hubungan kausal antar variabel pada Sub-Struktur-1, yang ditampilkan pada 4.2 di

bawah ini.

14

ρx3ε

ρx3x1

r12

ρx3x2

Gambar 2

Hubungan Kausal Sub Struktur 1

Hasil pengolahan data, dengan menggunakan SPSS versi 16, menunjukan uji

keseluruhan atau uji F pada Sub- Struktur-1, dengan nilai Fhitung = 47,821, lebih besar dari

pada Ftabel untuk α = 0,05 sebesar 3,09, maka dapat dilanjutkan dengan uji individu atau uji t.

Hasil pengolahan data, dengan menggunakan SPSS versi 16, menunjukkan bahwa

nilai koefisien korelasi RX1X2 0,431 dan nilai koefisien jalur ρX3X1 adalah 0,164 dan ρX3X2

adalah 0,633.

Sedangkan koefisien determinan atau kontribusi X1 dan X2 terhadap X3 adalah (Rsquer

= Rx3x2x1) = 0,518, yang berarti bahwa 51,8% variasi kepuasan kerja (X3) dapat dijelaskan

oleh variasi kompensasi (X1) dan motivasi kerja (X2). Besar koeffisien residu ρX3е1 = √1-

0,518 = 0,482 merupakan pengaruh variabel lain di luar X1 dan X2. Dengan demikian

persamaan struktural untuk Sub-Struktur 1 adalah X3 = 0,164X1 + 0,633X2 + 0,482, dan

diagram jalurnya seperti pada Gambar 3 sebagai berikut.

ρx3ε = 0,482

ρx3x1 = 0,164

r12 = 0,431

ρx3x2 = 0,633

Gambar 3

Hubungan Kausal Sub Struktur 1

Perhitungan Koefisien Jalur Sub Struktur 2

Hubungan kausal antar variabel pada Sub-Struktur-2, yang ditampilkan pada gambar

4 di bawah ini.

(X1

)

(X2

)

(X3)

(X1

)

(X2

)

(X3)

15

ρyε

ρyx1

ρyx3

ρyx2

Gambar 4

Hubungan Kausal Sub Struktur 2 antara X1, X2, dan X3 terhadap Y

Hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 16, menunjukan uji

keseluruhan atau uji F pada Sub-Sruktur-2, dengan nilai Fhitung = 26,983, lebih besar daripada

Ftabel untuk α = 0,05 sebesar 2,70, maka dapat dilanjutkan dengan uji invidual atau uji t.

Hasil pengolahan data, dengan menggunakan SPSS versi 16, menunjukkan bahwa

nilai koefisien jalur ρYX1 adalah 0,050, ρYX2 adalah 0,425 dan ρYX3 adalah sebesar 0,296.

Sedangkan besarnya koefisien determinan (kontribusi) X1, X2 dan X3 secara simultan

terhadap Y sebesar (Rsquare = RYX3X2x1) = 0,479 yang berarti bahwa 47,9% variasi

produktivitas kerja (Y) dapat dijelaskan oleh variasi kompensasi (X1), motivasi (X2) dan

kepuasan kerja (X3). Besar koefisien residu untuk (ρY) ε2 = √1– 0,479 = 0,521, merupakan

pengaruh variabel lain di luar X1, X2 dan X3.

Berdasarkan hasil koefisien pada sub-struktur 1 dan sub-struktur 2, dapat

digambarkan secara keseluruhan diagram jalur yang menggambarkan hubungan kausal antar

variabel X1, X2, dan X3 terhadap Y sebagai berikut.

0,482 0,521 0,050 0,164 0,431 0,296 0,633 0,425

Gambar 5

Hubungan kausal variabel-variabel X1, X2, dan X3 terhahdap Y

Dan persamaan strukturalnya adalah sebagai berikut :

X3 = ρx3x1X1 + ρx3x2X2 + ρx3ε 1 dan R2

X3X2X1

X3 = 0,164 X1 + 0,633X2 + 0,482 ε1 dan R2

X3X2X1 = 0,518

Y = ρyx1X1 + ρyx2X2 + ρyx3X3 + ρyε2 dan R2

YX3X2X1

Y = 0,050 X 1 +0,425 X2 + 0,296X3 + 0,523ε2 dan R2

YX3X2X1 = 0,521

(X1

)

(X2

)

(X3) (Y)

(X1

)

(X2

)

(X3) (Y)

16

Pengujian Hipotesis

Uji Hipotesis Sub Struktur 1 (X1dan X2 terhadap Y)

Secara Simultan

Secara simultan kompensasi dan motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepuasan kerja. Dari hasi perhitungan menunjukkan bahwa nilai Fhitung sebesar 47,821. Dari

tabel F untuk tingkat signifikansi 0,05 dan derajat bebas (2;89) diperoleh nilai Ftabel sebesar

3,09. Kriteria pengujiannya adalah, “tolak Ho jika Fhitung lebih besar dari Ftabel”. Karena dari

hasil penelitian diperoleh nilai Fhitung (47,821) lebih besar dibanding Ftabel (3,09), maka pada

tingkat kekeliruan 5% Ho ditolak dan Ha diterima, jadi berdasarkan hasil pengujian dengan

tingkat kepercayaan 95% disimpulkan bahwa kompensasi dan motivasi kerja secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja penghulu.

Secara Parsial

Secara parsial kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan

kerja. Dari hasil perhitungan, nilai koefisien jalur (ρx3x1) sebesar 0,164 dengan thitung = 2,015,

pada α = 0,05 diperoleh ttabel = 1,658. Karena nilai thitung lebih besar dibanding ttabel, maka

dengan tingkat kepercayaan 95% Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan

bahwa kompensasi (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja (X3)

penghulu.

Secara parsial motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja.

Dari hasil perhitungan, nilai koefisien jalur (ρx3x2) sebesar 0,633 dengan thitung = 7,765, pada α

= 0,05 diperoleh ttabel = 1,658. Karena nilai thitung lebih besar dibanding ttabel, maka dengan

tingkat kepercayaan 95% Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa

motivasi kerja (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja (X3)

penghulu.

Uji Hipotesis Sub Struktur 2

Secara Simultan

Secara simultan kompensasi, motivasi dan kepuasan kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap produktivitas kerja. Dari hasil perhitungan menunjukkan nilai Fhitung

sebesar 26,983. Dari tabel F untuk tingkat signifikansi 0,05 dan derajat bebas (3;88) diperoleh

nilai Ftabel sebesar 2,70. Kriteria pengujiannya adalah, “tolak Ho jika Fhitung lebih besar dari

Ftabel”. Karena dari hasil penelitian diperoleh nilai Fhitung (26,983) lebih besar dibanding Ftabel

(2,70), maka pada tingkat kekeliruan 5% Ho ditolak dan Ha diterima, jadi berdasarkan hasil

pengujian dengan tingkat kepercayaan 95% disimpulkan bahwa kompensasi, motivasi kerja

dan kepuasan kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja

penghulu di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan Kota Tasikmalaya.

Kompensasi secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas

kerja. Dari hasil perhitungan, nilai koefisien jalur (ρyx1) sebesar 0,050 dengan thitung = 0,574,

pada α = 0,05 diperoleh ttabel = 1,658. Karena nilai thitung lebih kecil dibanding ttabel, maka

dengan tingkat kepercayaan 95% Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan

bahwa kompensasi (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja (Y)

penghulu.

17

Motivasi secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas

kerja. Dari hasil perhitungan, nilai koefisien jalur (ρyx2) sebesar 0,425 dengan thitung = 3,851,

pada α = 0,05 diperoleh ttabel = 1,658. Karena nilai thitung lebih besar dibanding ttabel, maka

koefisien jalur signifikan. Dengan demikian pada tingkat kepercayaan 95% Ho ditolak dan

Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja (X2) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap produktivitas kerja (Y) penghulu.

Kepuasan kerja secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

produktivitas kerja. Dari hasil perhitungan, nilai koefisien jalur (ρyx3) sebesar 0,296 dengan

thitung = 2,667, pada α = 0,05 diperoleh ttabel = 1,658. Karena nilai thitung lebih besar dibanding

ttabel, maka jalur signifikan. Dengan demikian pada tingkat kepercayaan 95% Ho ditolak dan

Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja (X3) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap produktivitas kerja (Y) penghulu.

Perhitungan Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung

Berdasarkan hubungan kausal antara variabel kompensasi (X1), motivasi (X2) dan

kepuasan kerja (X3) terhadap produktivitas kerja (Y) dapat dihitung pengaruh langsung dan

tidak langsung antar variabel. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1

Prosentase Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Variabel Kompensasi (X1),

Motivasi (X2) dan Kepuasan Kerja (X3) Terhadap Produktivitas Kerja (Y)

Variabel

Pengaruh Terhadap Y Pengaruh

Total

(%) Langsung Tidak Langsung

Melalui X1

Tidak Langsung

Melalui X2

Tidak Langsung

Melalui X3

X1 0,050X0,050

= 0,0025 -

0,050X0,431X

0,425 = 0,0092

0,164X0,050X

0,296 = 0,0024 1,41 %

X2 0,425X0,425

= 0,1806

0,425X0,431X

0,050 = 0,0092 -

0,633X0,425X

0,296 = 0,196 26,94 %

X3 0,296X0,296

= 0,0876 - - - 8,76 %

Dari tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa besarnya pengaruh variabel kompensasi

terhadap produktivitas kerja sebesar 1,41%, dan ini menunjukkan nilai pengaruh yang kecil.

Dan karena nilai pengaruhnya yang kecil maka hal ini dapat diabaikan dan kembali kepada

teori dan hipotesis yang ada. Hal ini berarti bahwa kompensasi yang diterima oleh penghulu

di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan Kota Tasikmalaya belum dapat

meningkatkan produktivitas kerja.

Dari tabel 1 juga dapat dilihat bahwa besarnya pengaruh motivasi terhadap

produktivitas kerja sebesar 26,94% dan besarnya pengaruh kepuasan kerja terhadap

produktivitas kerja sebesar 8,76%. Hal ini berarti bahwa untuk meningkatkan produktivitas

kerja penghulu maka Kementerian Agama harus berupaya untuk meningkatkan motivasi dan

kepuasan kerja penghulu.

18

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan analisis jalur dan pembahasan sebagaimana

telah diuraikan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai hasil dari penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan kompensasi dan motivasi secara parsial terhadap

kepuasan kerja penghulu di Lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan Kota

Tasikmalaya. Besarnya pengaruh kompensasi terhadap kepuasan kerja adalah 7%

sedangkan kontribusi motivasi terhadap kepuasan kerja sebesar 45%. Hasil penelitian ini

sesuai dengan hasil penelitian Ananda Fortunisa (2011) dan Intan Kusumaningtyas (2012)

yang menyimpulkan bahwa kompensasi dan motivasi secara parsial berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan.

2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan kompensasi dan motivasi secara simultan

terhadap kepuasan kerja penghulu di Lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten

dan Kota Tasikmalaya. Besarnya kontribusi tersebut sebesar 52% dan 48% dipengaruhi

oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Artinya jika kompensasi

yang diberikan sesuai dengan kontribusi yang diberikan oleh karyawan dan mereka

termotivasi dalam bekerja untuk mencapai tujuan organisasi maka akan meningkatkan

kepuasan kerja penghulu di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan Kota

Tasikmalaya. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dari yang dilakukan oleh

Intan Kusumaningtyas (2012) yang menyimpulkan bahwa kompensasi dan motivasi kerja

secara simultan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan.

3. Secara parsial kompensasi tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja

penghulu di Lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan Kota Tasikmalaya.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Simanungkalit (2012) dalam disertasinya yang

berjudul “Sistem Kompensasi Pegawai Negeri Sipil di Indonesia (Suatu Analisis

Kompensasi dan Pilihan Strategi Kompensasi Pegawai Negeri Sipil Pada Kementerian

Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah

Kebupaten Gunung Kidul, dan Pemerintah Kota Depok)” menyimpulkan bahwa sistem

kompensasi PNS di Indonesia yang berlaku hingga saat ini masih belum memenuhi prinsip

keadilan dan kelayakan bagi PNS dan keluarganya serta belum mampu memacu PNS

dalam berproduktivitas. Motivasi dan kepuasan kerja secara parsial berpengaruh positif

dan signifikan terhadap produktivitas kerja penghulu. Besarnya kontribusi motivasi

terhadap produktivitas kerja adalah 39% dan besarnya kontribusi kepuasan kerja terhadap

produktivitas kerja penghulu adalah 10 %. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil

penelitian Anityo (2012) yang menyimpulkan bahwa motivasi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan PDAM Tirta Moedal Semarang.

4. Secara simultan motivasi dan kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

produktivitas kerja penghulu di Lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan

Kota Tasikmalaya. Besarnya kontribusi motivasi dan kepuasan kerja terhadap

produktivitas kerja adalah sebesar 48% dan 52% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor

lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Hal ini berarti bahwa apabila penghulu

memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja dan mendapatkan kepuasan kerja yang tinggi

maka produktivitas kerja penghulu akan meningkat. Dan hasil penelitian ini sesuai dengan

hasil penelitian Fadillah (2013), Malonda (2013) dan Anityo (2012). Hasil penelitian

tersebut membuktikan peranan kompensasi, motivasi dan kepuasan dalam meningkatkan

produktivitas kerja.

19

Saran

Dari hasil penelitian diatas tampak bahwa kompensasi dan motivasi serta kepuasan

kerja secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terahadap produktivitas kerja

penghulu di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan Kota Tasikmalaya. Hal

tersebut menunjukan bahwa dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja penghulu hal

utama yang harus diperhatikan oleh Kementerian Agama adalah membuat kebijakan

kompensasi yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab penghulu dalam

melaksanakan tugas, meningkatkan motivasi penghulu serta meningkatkan kepuasan kerja

penghlu, dengan kebijakan sebagai berikut :

1. Membuat regulasi tentang Pelaksanaan Pencatatan Nikah yang disesuaikan dengan realita

pelaksanaan tugas pelayanan penghulu di lapangan. Dimana pelaksanaan tugas penghulu

lebih banyak dilaksanakan di luar kantor dan di luar jam dan hari kerja.

2. Membuat kebijakan kompensasi bagi penghulu yang proporsional artinya disesuaikan

dengan beban kerja dan tanggung jawab penghulu. Terutama dalam hal kompensasi

finansial berupa insentif jasa profesi dan insentif transportasi berdasarkan real cots sesuai

dengan kondisi geografis dimana penghulu bertugas. Oleh karena itu untuk penentuan real

cots tersebut perlu diadakan survei gaji secara acak.

3. Perlunya membuat kebijakan kompensasi yang berdasarkan produktivitas kerja penghulu,

oleh karena itu perlu dibuat adanya standar kinerja sebagai acuan dalam penilaian kinerja

penghulu.

4. Perlu adanya standar operasional procedur (SOP) sebagai pedoman penghulu dalam

melaksanakan tugas pelayanan terhadap masyarakat. Selama ini pelaksanaan tugas

penghulu di lapangan tidak didukung oleh adanya SOP, sehingga banyak terjadi kesalahan

prosedur dalam melayani masyarakat, akibatnya berdampak pada kurang optimalnya

pelayanan terhadap masyarakat.

5. Perlunya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang terprogram secara kontinyu

dalam rangka meningkatkan kompetensi penghulu melalui memberikan kesempatan

kepada penghulu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan

mengikutsertakan mereka dalam program diklat fungsional dan diklat teknis

kepenghuluan.

6. Menciptakan kondisi kerja dan lingkungan kerja yang nyaman untuk meningkatkan

motivasi dan kepuasan kerja karyawan dan penyediaan fasilitas kerja yang mendukung

terhadap kelancaran tugas penghulu, seperti penyediaan IT yang mendukung

operasionalisasi Sistem Informasi Manajemen Nikah (SIMKAH) yang terkoneksi baik

dengan instansi di lingkungan Kantor Kementerian Agama maupun dengan instansi lain

seperti dengan Disdukcapil, Pengadilan Agama dan Kantor Imigrasi.

7. Kepada para peneliti untuk melakukan penelitian lanjutan dengan mengkaji faktor-faktor

lain yang mempengaruhi produktivitas kerja penghulu dan dengan jumlah populasi yang

lebih besar lagi sehingga menambah cakrawala dan wawasan lebih luas lagi.

8. Dan secara khusus perlu adanya penelitian lanjutan untuk menetapkan kompensasi

penghulu berdasarkan real cost dengan menentukan jumlah sampel secara proporsional

berdasarkan cluster-cluster kondisi geografis dimana penghulu bertugas.

20

DAFTAR PUSTAKA

Agusyana, Y. 2011. Olah Data Skripsi dan Penelitian dengan SPSS 19. Jakarta: PT. Elex

Media Komputindo.

Anityo, H. dan Agung. 2013. Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Terhadap Produktivitas

Kerja Karyawan PDAM Tirta Moedal Semarang. Jurnal Ilmu Administrasi dan Bisnis

Vol. 1 Nomor 1. Melalui http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jiab/article-

/view/1618. diunduh tgl. 15/3/2013.

As’ad, M. 2004. Seri Ilmu Sumber Daya Manusia, Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty

Yogyakarta.

Dantes, N. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

DEPAG RI. 2005. Pedoman Penghulu. Jakarta: Dirjen Bimas Islam dan Penyelengaraan

Haji.

Dessler, G. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kesepuluh Jilid 2. Jakarta: Index.

Fadillah, B. 2013. Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja terhadap Produktivitas

Karyawan Melalui Kepuasan Kerja Karyawan Produksi bagian Jamu Tradisional Unit

Kaligawe PT. Njonja Meneer Semarang. Jurnal Administrasi Bisnis, vol. 2, no. 2

Tahun 2013. Melalui http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jlab/article/-

viewFile/2202/2222.

Fortunnisa, A. 2011. Pengaruh Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja pada Karyawan yang

Dialihdayakan (Studi Kasus pada PT. Bakrie Telecom, Tbk). Jurnal Business &

Management Review. Vol. 2 No. 1 Tahun 2011. Melalui

http://journal.bakrie.ac.id/index.php/journal_BMR/article/-view/82/67. Diakses

tanggal 01 Juli 2011.

Handoko, T.H. 2009. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

----------. 2011. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.

Hasibuan, M.SP. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

---------. 2011. Organisasi dan Motivasi, Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta: PT.

Bumi Aksara.

Istijanto. 2010. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Ivancevich, J.M. 2009. Human Resource Management. New York: McGill-Hill Education

Jasin, M. 2013. Biaya Nikah, Problematika dan Solusi. Jakarta: ItjenNews-Inspektorat

Jenderal Kementerian Agama RI.

21

KPK. 2012. Hasil Survei Integritas Sektor Publik Tahun 2012. Melalui

http://www.kpk.go.id/id/berita/siaran-pers/744-hasil-survei-integritas-sektor-publik-

tahun-2012. Diakses tanggal 25/1/2013.

Kusumaningtyas, I. 2012. Pengaruh Kompensasi terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Bank

Mega Dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Manajemen Sumber

Daya Manusia, Vol. 6 No. 2 Desember 2012. Melalui

http://ejournal.unisridigilib.ac.id/index.php/Manajemen/article/-download/507/443.

Diakses tanggal 01 Juli 2013.

Luthan, F. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi 10. Alih bahasa Vivin Andhiko Yuwono dkk.

Yogyakarta: Andi.

Malonda, V. 2013. Kepuasan dan Motivasi Pengaruhnya terhadap Produktivitas Kerja

Karyawan PT. Matahari Megamall Manado. Jurnal MBA, vol. 1 No. 3, Juni 2013.

Melalui http://ejournal.unsrat.ac.id/indek.php/emba-/article/viewFile/1906/1514.

diakses tanggal 01 Juli 2013.

Mangkunegara, A.P. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Marwansyah. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: CV. Alfabeta.

Mondy, R.W. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jilid 1 Edisi10. Alih Bahasa: Bayu

Airlangga. Jakarta: Airlangga.

Retnowati, N. dan Widia, M. E. 2012. Manajemen Kompensasi. Bandung: Karya Putra

Darwati.

Robbin, S.P. dan Judge, T.A. 2009. Perilaku Organisasi. Jilid 1 Edisi 12. Alih Bahasa: Diana

Angelika dkk.. Jakarta: Salemba Empat.

Riduwan dan Kuncoro, E.A. 2008. Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur (Path

Analysis). Bandung: CV. Alfabeta.

Rivai, V. dan Sagala, E.J. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan dari

Teori ke Praktek. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sandjojo, N. 2011. Metode Analisis Jalur (Path Analysis) dan Aplikasinya. Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan.

Sarwono, J. 2012. Path Analysis dengan SPSS: Teori, Aplikasi, Prosedur Analisis untu Riset

Skripsi, Tesis dan Disertasi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Sedarmayanti, 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV. Mandar

Maju.

Siagian, S.P. 2009. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

22

Simanungkalit, J.H.U.P. 2012. Sistem Kompensasi Pegawai Negeri Sipil di Indonesia (Suatu

Analisis Kompensasi dan Pilihan Strategi Kompensasi Pegawai negeri Sipil pada

Kementerian Tenaga Kerja dan Trasmigrasi, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta,

Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, dan Pemerintah Kota Depok). Disertasi

Universitas Indonesia. Melalui http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/-

detail.jsp?id=20304647&lokasi=lokal. Diunduh tanggal 21 Juli 2013.

Sinungan, M. 2009. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta: Bumi Aksara.

---------. 2012. Manajmen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).

Bandung: CV. Alfabeta.

----------. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

Suwatno. 2011. Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis. Bandung: CV.

Alfabeta.

WEF. 2012. The Global Competitiveness Index 2012-2013 Rankings. Melalui

http://www.weforum.org/reports/global-competitiveness-report-2012-2013. Diakses

tanggal 01/02/2013.

Yuniarsih, T. dan Suwatno. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia, Teori, Aplikasi

dan Isu Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta


Recommended