Transcript
  • JAGADBAHARI

    NUSANTARA

    Telaah Dinamika Pranata Sosial Terhadap Kearifan Lokal Masyarakat Pantai:Melestarikan Budaya Bahari Dalam Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata

    KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA2011

  • Sanksi Pelanggaran Pasal 72Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

    1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatansebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) danAyat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1(satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau denda penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

    2. Barangsiapa dengan sengaja memamerkan, mengedarkan, atau menjualkepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00(lima ratus juta rupiah).

    Wakatobi (Surya Yuga)

  • JAGADBAHARI

    NUSANTARA

    Telaah Dinamika Pranata Sosial Terhadap Kearifan Lokal Masyarakat Pantai:Melestarikan Budaya Bahari Dalam Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata

    KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA2011

  • Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

    Jagad Bahari Nusantara/Darmawan Salman ... (et al);penyunting,Surya Yuga. -- Ed. 1 Cet.1 -- Jakarta, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2011

    x + 160 hlm., 148 mm. x 210 mm.

    ISBN 978-979-1274-44-9

    1. Indonesia -- Kebudayaan I. Darmawan Salman II. Surya Yuga

    JAGAD BAHARI NUSANTARA

    Penulis:

    Darmawan Salman, Tasrifin Tahara, Nasruddin Suyuti,

    Munsi Lampe, Eymal B. Demmalino

    Penyunting:

    Surya Yuga

    Tata Letak dan Desain:

    Madio Sudarmo

    Pewawancara:

    Surya Yuga, M. Alimuddin,

    Madio Sudarmo, Ganda Manullang

    Seri Pranata Sosial

    Cetakan 1 2011

    Diterbitkan oleh:

    Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata

  • v

    SambutanMenteri Kebudayaan dan Pariwisata

    Mengamati eksistensi dan potensi lautan, maritim ataupun bahari Indonesia selalu memunculkan gagasan-gagasan baru pembangunan masyarakat Indonesia, sebab, lautan adalah sisi terpenting dalam wawasan teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan karena potensi budaya dan wisata bahari kita yang lebih unggul dibandingkan pesona pantai negara lain, telah memberikan inspirasi dalam Masterplan Percepatan dan

    Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir/pantai.

    Bila disandingkan dan disejajarkan dengan arus utama pembangunan berwawasan daratan, maka akan terjadi perbedaan titik tolak pemikiran dan argumentasi dalam menilai jagad bahari kita. Padahal warisan budaya pesisir kita telah meninggikan derajat kebudayaan masyarakat Indonesia, dengan demikian keterlibatan masyarakat pesisir/pantai dalam perlindungan dan revitalisasi budaya haruslah diberikan peran sederajat dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Selain itu, adanya paradigma dan persepsi bahwa lautan belum menjadi sumber potensial pembangunan masyarakat, menyebabkan pembangunan nasional kita masih berorientasi daratan (land based development).

    Dalam dunia pewayangan ada lakon Banyu Suci Pawitra Sariyang menceritakan bahwa Dewa Ruci mengajarkan ilmu kesempurnaan hidup kepada Bima di dasar samudera. Begitu pula dalam lakon wahyonyang berisi tentang Wahyu Hastha Brata yaitu delapan ajaran kepemimpinan yang menyatakan salah satunya bahwa sifat pemimpin hendaknya disesuaikan dengan keutamaan sifat samudera yang penuh

    JAGAD BAHARI NUSANTARA

  • vi

    kesabaran dan kasih sayang. Semua ini membuktikan bahwa budaya bangsa Indonesia menempatkan bahari sebagai bagian terpenting dari makna tanah air Indonesia.

    Memang menelaah dunia bahari adalah suatu cara mengabadikan dan menghormati keberanian pelaut-pelaut ulung dan seniman-budayawan pesisir pantai yang mendamparkan dirinya pada kreativitas untuk membangkitkan keyakinan dirinya dan masyarakatnya bahwa dari buih-buih gelombang lautan kehidupan dapat pula terlahir jiwa pejuang kehidupan di bidang kebudayaan dan pariwisata. Untuk itu kami menyambut baik sekaligus menyampaikan apresiasi atas terlaksananya program Staf Ahli Menteri Bidang Pranata Sosial yang telah menelaah Dinamika Pranata Sosial terhadap Kearifan Lokal Masyarakat Pantai: Melestarikan Budaya Bahari dalam Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata.

    Buku Jagad Bahari Nusantara ini secara komprehensif telah mengungkapkan sekilas kompleksitas nilai-nilai pranata masyarakat bahari yang sangat bermanfaat bagi pembentukan watak dan jati diri menuju bangsa yang bermartabat. Saya yakin buku ini dapat pula memberi arti strategis bagi pembangunan kebudayaan dan pariwisata yang berwawasan maritim.

    JAGAD BAHARI NUSANTARA

  • vii

    Kata Pengantar

    Peranan air sangat vital bagi semua mahluk hidup, tidak terkecuali bagi kehidupan manusia. Oleh sebab itu, kecenderungan pola pemukiman manusia selalu mengutamakan faktor keberadaan dan ketersediaan sumber air. Tidaklah mengherankan jika pembangunan pemukiman selalu dimulai dari daerah tepi sungai atau laut, di samping untuk jaminan ketersediaan kebutuhan air minum juga untuk kemudahan sarana perhubungan dan transportasi.

    Pada masa kejayaan kerajaan-kerajaan Nusantara, armada kelautan juga mempunyai peranan penting sebagai penunjang kemampuan ekspansi kekuasaan maupun hubungan perdagangan antarpulau dan antarkerajaan. Bahkan dalam masa keemasan kerajaan Gowa, Majapahit dan Sriwijaya telah mengukir prestasi sebagai predikat bangsa bahari, dengan keahlian melayarkan perahu/kapal ke samudera luas, teknik pembuatan perahu, pengetahuan astronomi dan pembacaan tanda-tanda alam untuk mencari ikan atau berlayar ke pulau-pulau yang jauh. Kearifan lokal yang berkaitan dengan budaya bahari pun tumbuh subur dengan ritual-ritual keseharian yang diyakini sebagai medium untuk menjaga keseimbangan antara penguasa laut dengan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada laut. Proses pewarisan kearifan lokal tentang budaya bahari antar generasi berlangsung secara alamiah.

    Sayangnya, sebagai negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia yang memiliki wilayah laut seluas 7,9 juta km2 yang mempersatukan 17.000 lebih pulau, dengan potensi sumber daya kelautan dan jasa-jasa lingkungan yang sangat besar hingga kini belum dimanfaatkan secara optimal. Sejak zaman kolonial hingga sekarang, orientasi pembangunan kita masih terfokus pada daratan, sementara laut hanya diperlukan sebagai tempat eksploitasi sumber daya alam secara ekstraktif, pembuangan limbah industri dan rumah tangga serta berlangsungnya berbagai kegiatan illegal.

    Boleh jadi pola pembangunan yang berbasis daratan itulah yang menjadi salah satu penyebab kurang efisiensinya pembangunan ekonomi kita selama ini. Artinya kita belum memanfaatkan fakta sejarah dan geografis sebagai Negara maritim dan kepulauan terbesar dengan potensi ekonomi kelautan yang dapat diibaratkan sebagai

    JAGAD BAHARI NUSANTARA

  • viii

    'raksasa yang tertidur'. Padahal, budaya laut yang begitu besar tentunya dapat mengilhami nilai-nilai filosofi tentang semangat kegigihan dan pantang menyerah, keuletan dalam bekerja, pelestarian lingkungan, di samping keahlian membuat perahu layar serta membaca tanda-tanda alam. Akibatnya, masyarakat pantai/pesisir seolah terbiarkan secara kondisional dalam kemiskinan struktural, dan kearifan budayanya semakin terkikis dengan perkembangan yang ada.

    Kondisi yang memprihatinkan ini tentunya merupakan permasalahan yang perlu dicarikan solusinya, antara lain melalui telaahan yang merupakan program kerja Staf Ahli Menteri Bidang Pranata Sosial, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2011. Buku ini merupakan rangkuman naskah-naskah lokakarya yang mengambil tema Dinamika Pranata Sosial terhadap Kearifan Lokal Masyarakat Pantai: Melestarikan Budaya Bahari dalam Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata. Kegiatan ini merupakan upaya dalam mengumpulkan berbagai gagasan dan solusi melalui dialog dan pengumpulan data lapangan; dalam rangka penyusunan kebijakan untuk pengembangan kebudayaan dan pariwisata.

    Pada kesempatan yang berbahagia ini, kami menyampaikan terima kasih kepada seluruh pembicara, peserta dialog, nara sumber di lapangan, serta instansi dan lembaga yang telah memfasilitasi sehingga kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua.

    Jakarta, Juli 2011

    Staf Ahli Menteri Bidang Pranata Sosial,

    Drs. Surya Yuga, M.Si.

    JAGAD BAHARI NUSANTARA

  • Daftar Isi

    1. Sambutan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata v

    2. Kata Pengantar vii

    3.

    1

    4.

    19

    5.

    37

    6. NOTULA SESI PERTAMA 59

    7.

    107

    JAGAD BAHARI NUSANTARA:

    Pendasaran Kearifan Lokal bagi Dinamika Pranata Sosial

    dalam Meniti Semangat Zaman

    Darmawan Salman, Universitas Hasanuddin, Makassar

    POLITIK IDENTINTAS ORANG BAJO

    Tasrifin Tahara, Universitas Hasanuddin, Makassar

    INTERAKSI ORANG BAJO DAN ORANG BUGIS

    Dalam Konteks Kearifan LokalGlobal di Desa Sulaho,

    Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara

    H. Nasruddin Suyuti, Universitas Haluoleo, Kendari

    DINAMIKA KELEMBAGAAN SOSIAL EKONOMI

    ORANG BAJO

    Munsi Lampe, Universitas Hasanuddin, Makassar 69

    8. SISTEM PENGETAHUAN DAN KEPERCAYAAN

    KOMUNITAS BAHARI

    Eymal B. Demmallino, Universitas Hasanuddin, Makassar 89

    9. NOTULA SESI KEDUA

    ixJAGAD BAHARI NUSANTARA

  • x

    10.

    128

    135

    11.

    HASIL ORIENTASI LAPANGAN 127

    IDENTITAS SUKU BAJO

    di Dusun Mola Samaturu, Mantiggola


Recommended