Transcript

15

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Teori-Teori

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi

Simon Kuznet menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan

kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari suatu negara untuk menyediakan

berbagai barang ekonomi kepada penduduknya yang ditentukan oleh adanya

kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan),

dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (Todaro, 2003).

Sementara Robinson Tarigan menekankan pertumbuhan ekonomi dalam sisi

kewilayahan dimana pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan pertambahan

pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai

tambah (value added) yang terjadi di wilayah tersebut.

Menurut pandangan kaum historis, diantaranya Friedrich List dan Rostow,

pertumbuhan ekonomi merupakan tahapan proses tumbuhnya perekonomian

mulai dari perekonomian bersifat tradisional yang bergerak di sektor pertanian

dimana produksi bersifat subsisten, hingga akhirnya menuju perekonomian

modern yang didominasi oleh sektor industri manufaktur. Menurut pandangan

ekonom klasik seperti Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus dan

John Stuart Mill, maupun ekonom neo klasik, Robert Solow dan Trevor Swan,

empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu (1) jumlah

penduduk, (2) jumlah stok barang modal, (3) luas tanah dan kekayaan alam, dan

(4) tingkat teknologi yang digunakan. Jumlah penduduk sangat erat kaitannya

dengan pertumbuhan ekonomi dimana penduduk sebagai penggerak

perekonomian. Semakin banyak jumlah penduduk suatu daerah tidak berarti

pembangunan di daerah tersebut menjadi lebih baik. Jumlah penduduk yang

berlebihan justru akan menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi suatu

wilayah. Jumlah stok barang modal menjadi faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan produksi barang dan jasa yang

selanjutnya akan diperjualbelikan. Sementaraluas tanah dan kekayaan merupakan

pendukung kegiatan-kegiatan perekonomian. Tingkat teknologi tidak bisa

16

dilepaskan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dikarenakan teknologi dapat

menentukan efektivitas dan efisiensi kegiatan ekonomi.

Keempat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tersebut dapat

menentukan perkembangan kegiatan perekonomian. Menurut Kuncoro, 2003

suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila

tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi dari pada apa yang dicapai pada masa

sebelumnya. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi menitik beratkan pada

capaiaan yang lebih baik dari sebelumnya berkenaan dengan kualitas dan

kuantitas kegiatan perekonomian suatu wilayah.

Schumpeter menyatakan bahwa faktor utama yang menyebabkan

perkembangan ekonomi adalah proses inovasi, dan pelakunya adalah inovator

atau wiraswasta (entrepreneur). Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa

diterapkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreneur. Inovasi yang

diperlukan dalam perkembangan ekonomi adalah inovasi yang memberikan

perbaikan dalam poses produksi sehingga tercipta efisiensi dan efektivitas

kegiatan-kegiatan ekonomi.

Menurut Todaro (2003: hal 92-98), ada tiga faktor utama dalam

pertumbuhan ekonomi, yaitu :

1. Akumulasi modal “termasuk semua investasi baru yang berwujud

tanah/(lahan), peralatan fiskal, dan sumber daya manusia (human

resources). Akumulasi modal akan terjadi jika ada sebagian dari

pendapatan sekarang di tabung yang kemudian diinvestasikan kembali

dengan tujuan untuk memperbesar output di masa-masa mendatang.

Investasi juga harus disertai dengan investasi infrastruktur, yakni berupa

jalan, listrik, air bersih, fasilitas sanitasi, fasilitas komunikasi, demi

menunjang aktivitas ekonomi produktif. Investasi dalam pembinaan

sumber daya manusia bermuara pada peningkatan kualitas modal

manusia, yang pada akhirnya dapat berdampak positif terhadap angka

produksi.”

2. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. “Pertumbuhan penduduk

dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angka kerja

(labor force) secara tradisional telah dianggap sebagai faktor yang positif

17

dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin banyak

angkatan kerja semakin produktif tenaga kerja, sedangkan semakin

banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestiknya.”

3. Kemajuan Teknologi. “Kemajuan teknologi disebabkan oleh teknologi

cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan

pekerjaan-pekerjaan tradisional. Ada 3 klasifikasi kemajuan teknologi,

yakni :

a. Kemajuan teknologi yang bersifat netral, terjadi jika tingkat output

yang dicapai lebih tinggi pada kuantitas dan kombinasi-kombinasi

input yang sama.

b. Kemajuan teknologi yang bersifat hemat tenaga kerja (labor

saving) atau hemat modal (capital saving), yaitu tingkat output

yang lebih tinggi bisa dicapai dengan jumlah tenaga kerja atau

input modal yang sama

c. Kemajuan teknologi yang meningkatkan modal, terjadi jika

penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memanfaatkan

barang modal yang ada secara lebih produktif.”

2.1.2 Modal Manusia dalam Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

Manusia merupakan aset berharga dalam pembangunan dan juga merupakan

subjek dari pembangunan itu sendiri. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh

Todaro dan Smith (2003) dimana pembangunan memiliki tiga nilai inti yaitu

tercapainya kemampuan hidup (life sustenance), kemandirian (self esteem) dan

kemerdekaan atau kebebasan (freedom). Kemampuan hidup diartikan

kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar. Kemandirian berarti

mempunyai harga diri, bermartabat atau berkepribadian. Adapun kemerdekaan

berarti memiliki kesanggupan untuk melakukan pilihan-pilihan dalam hidup.

Menurut UNDP (1995), paradigma pembangunan manusia terdiri dari 4

(empat) komponen utama, yaitu : (1) Produktifitas, masyarakat harus dapat

meningkatkan produktifitas mereka dan berpartisipasi secara penuh dalam proses

memperoleh penghasilan dan pekerjaan berupah. Oleh karena itu, pertumbuhan

ekonomi adalah salah satu bagian dari jenis pembangunan manusia, (2) Ekuitas,

18

masyarakat harus punya akses untuk memperoleh kesempatan yang adil. Semua

hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapus agar masyarakat

dapat berpartisipasi di dalam dan memperoleh manfaat dari kesempatan-

kesempatan ini, (3) Kesinambungan, akses untuk memperoleh kesempatan harus

dipastikan tidak hanya untuk generasi sekarang tapi juga generasi yang akan

datang. Segala bentuk permodalan fisik, manusia, lingkungan hidup, harus

dilengkapi, (4) Pemberdayaan, pembangunan harus dilakukan oleh masyarakat

dan bukan hanya untuk mereka. Masyarakat harus berpartisipasi penuh dalam

mengambil keputusan dan proses-proses yang mempengaruhi kehidupan

mereka.Dengan peningkatan kemampuan, kreatifitas dan produktifitas manusia

akan meningkat sehingga mereka menjadi agen pertumbuhan yang efektif.

Pertumbuhan ekonomi harus dikombinasikan dengan pemerataan hasil-hasilnya.

Pemerataan kesempatan harus tersedia baik, semua orang, perempuan maupun

laki-laki harus diberdayakan untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan

pelaksanaan keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi kehidupan

mereka. Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang

menempatkan manusia (penduduk) sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh

kegiatan pembangunan, yaitu tercapainya penguasaan atas sumber daya

(pendapatan untuk mencapai hidup layak), peningkatan derajat kesehatan (usia

hidup panjang dan sehat) dan meningkatkan pendidikan (kemampuan baca tulis

dan keterampilan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat dan kegiatan

ekonomi).

UNDP membahas pembangunan manusia dengan menghubungannyadengan

model sosial dan reproduksi sosial. Pembangunan manusia merupakan model

sosial, LSM, dan organisasi kemasyarakatan yang dapat mengembangkan

kemampuan pekerja, petani dan pengusaha sehingga dapat menghasilkan produk

yang berkualitas dengan teknologi dan penelitian serta pengembangan produk.

Produk ini kemudian menjadi komposisi output yang berkualitas yang dapat

diekspor.

Kekuatan timbal balik antar pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan

manusia tidak terlepas dari kebijakan institusi dan pemerintah. Kebijakan ini yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan menentukan distribusi sumberdaya

19

swasta dan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi disusun oleh tiga faktor penting

yaitu tabungan luar negeri, modal fisik, dan tabungan dalam negeri. Makin baik

tiga faktor ini akan menentukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga dapat

menguatkan kredibelitas institusi dan pemerintah.

Komitmen pemerintah dalam pendistribusian sumber daya dilakukan

melalui dua saluran, yakni dari kebijakan pengeluaran pemerintah yang ditujukan

pada prioritas sosial seperti pembangunan infrastruktur dan melalui kegiatan

pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan individu rumah tangga seperti

pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Keduanya bermuara di

tempat sama yakni model sosial yang selanjutnya dapat membangun manusia

yang berkualitas. Pertumbuhan ekonomi dengan sasaran pengeluaran rumah

tangga menggunakan pendekatan ketenagakerjaan yaitu dengan penyediaan

lapangan pekerjaan yang merupakan jembatan antar pengeluaran pemerintah dan

pengeluaran rumah tangga (Gambar 2.1). Model UNDP ini telah banyak

digunakan dalam berbagai penelitian.

Teori-teori bahwa pembangunan ditentukan oleh modal manusia banyak

disebut-sebut oleh pakar-pakar ekonomi. Adam Smith tak hanya mengangkat

tentang kebijakan laissez-faire, tetapi juga sangat memperhatikan tentang

pembangunan. Smith pun berpendapat bahwa faktor penentu pembangunan adalah

perkembangan penduduk. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan

perluasan pasar akan meninggikan tingkat spesialisasi dalam perekonomian

tersebut. Sebagai akibat dari spesialisasi yang terjadi, maka tingkat kegiatan

ekonomi akan bertambah tinggi.

20

Pembangunan Manusia

Model Sosial, LSM, dan Organisasi kemasyarakatan

Reproduksi Sosial

Kemampuan Pekerjadan petani

pengusaha Manajer

Pengeluaranprioritas sosial

Pengeluaranrumah tangga

untuk kebutuhandasar

Produk R&D danTeknologi

Kebijaksanaan danpengeluaran pemerintah

Kegiatan danpengeluaran

rumah tangga

Komposisi outputdan ekspor

Ketenagakerjaan

Distribusi sumber daya swasta dan masyarakat

Tabungan Luarnegeri Modal Fisik

Tabungandalam negeri

Institusi dan pemerintah

Pertumbuhan Ekonomi

Gambar 2.1 Hubungan Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan EkonomiSumber: UNDP (1996)

21

2.1.3 Pendidikan

Menurut Schweke (2004), pendidikan bukan saja akan melahirkan sumber

daya manusia (SDM) berkualitas, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta

menguasai teknologi, tetapi juga dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan

kondusif bagi pertumbuhan ekonomi. Karena itu, investasi di bidang pendidikan

tidak saja berguna bagi perorangan, tetapi juga bagi komunitas bisnis dan

masyarakat umum. Pencapaian pendidikan pada semua level niscaya akan

meningkatkan pendapatan dan produktivitas masyarakat. Pendidikan merupakan

jalan menuju kemajuan dan pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi.

Sedangkan kegagalan membangun pendidikan akan melahirkan berbagai problem

krusial: pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan welfare

dependency yang menjadi beban sosial politik bagi pemerintah.

Dalam upaya mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan

(sustainable development), sektor pendidikan memainkan peranan yang sangat

strategis khususnya dalam mendorong akumulasi modal yang dapat mendukung

proses produksi dan aktivitas ekonomi lainnya. Secara definisi,World Commision

on Environmental and Development, 1997 dalam McKeown (Satria, 2008), bahwa

sustainable development adalah: “Sustainable development is development that

meets the needs of thepresent without comprimising the ability of future

generations to meet their ownneeds.” Dalam konteks ini, pendidikan dianggap

sebagai alat untuk mencapai target yang berkelanjutan, karena dengan pendidikan

aktivitas pembangunan dapat tercapai, sehingga peluang untuk meningkatkan

kualitas hidup di masa depan akan lebih baik. Di sisi lain, dengan pendidikan,

usaha pembangunan yang lebih hijau (greener development) dengan

memperhatikan aspek-aspek lingkungan juga mudah tercapai.

Analisis atas investasi dalam bidang pendidikan menyatu dalam pendekatan

modal manusia. Modal manusia (human capital) adalah istilah yang sering

digunakan oleh para ekonom untuk pendidikan, kesehatan, dan kapasitas manusia

yang lain yang dapat meningkatkan produktivitas jika hal-hal tersebut

ditingkatkan. Pendidikan memainkan kunci dalam membentuk kemampuan

sebuah negara untuk menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan

22

kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan

(Todaro, 2003).

Memasuki abad ke-21, paradigma pembangunan yang merujuk knowledge-

based economymenjadi semakin dominan. Paradigma ini menegaskan tiga

hal:Pertama, kemajuan ekonomi dalam banyak hal bertumpu pada basis dukungan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua, hubungan kausalitas antara pendidikan

dan kemajuan ekonomi menjadi kian kuat dan solid. Ketiga, pendidikan menjadi

penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi, yang mendorong proses

transformasi struktural berjangka panjang.1

2.1.4 Kesehatan

Laporan Komisi Makroekonomi dan Kesehatan tahun 2001 dalam

Atmawikarta(2002) menekankan pentingnya pembangunan manusia sebagai

sentral pembangunan. Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan

keluarga, kesehatan adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk

belajar di sekolah. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih

enerjik dan kuat, lebih produktif, dan mendapatkan penghasilan yang tinggi.

Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara sedang berkembang, dimana

proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja secara manual. Pada tingkat

makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan masukan (input)

penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan

ekonomi jangka panjang. Beberapa pengalaman sejarah besar membuktikan

berhasilnya tinggal landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat

didukung oleh terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat, pemberantasan

penyakit dan peningkatan gizi.

Dengan demikian menurut Atmawikarta (2002), terdapat korelasi yang kuat

antara tingkat kesehatan yang baik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Secara statistik diperkirakan bahwa setiap peningkatan 10 persen dari angka

harapan hidup (AHH) waktu lahir akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi

minimal 0,3–0,4 persen pertahun, jika faktor-faktor pertumbuhan lainnya tetap.

Dengan demikian, perbedaan tingkat pertumbuhan tahunan antara negara-negara

1(Amich Alhumami- Kompas, 6/8/2004)

23

maju yang mempunyai AHH tinggi (77 tahun) dengan negara-negara sedang

berkembang dengan AHH rendah (49 tahun) adalah sekitar 1,6 persen, dan

pengaruh ini akan terakumulasi terus menerus.

Peningkatan kesejahteraan ekonomi sebagai akibat dari bertambah

panjangnya usia sangatlah penting. Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan

antar kelompok masyarakat, dapat merujuk pada angka harapan hidup. Di negara-

negara yang tingkat kesehatannya lebih baik, setiap individu memiliki rata-rata

hidup lebih lama, dengan demikian secara ekonomis mempunyai peluang untuk

memperoleh pendapatan lebih tinggi. Keluarga yang usia harapan hidupnya lebih

panjang, cenderung untuk menginvestasikan pendapatannya di bidang pendidikan

dan menabung. Dengan demikian, tabungan nasional dan investasi akan

meningkat, dan pada selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

2.1.5 Pendapatan Per Kapita

Pembangunan manusia dapat diartikan sebagai suatu proses yang

menyebabkan pendapatan per kapita suatu masyarakat terus-menerus bertambah

dalam jangka panjang. Menurut Sukirno (2006), pendapatan perkapita dapat

digunakan untuk tiga tujuan berikut: (i) menentukan tingkat kesejahteraan yang

dicapai suatu negara pada suatu tahun tertentu; (ii) menggambarkan tingkat

kelajuan atau kecepatan pembangunan ekonomi dunia dan di berbagai negara;

dan (iii) menunjukkan jurang pembangunan di antara berbagai negara.

Merujuk pada penggunaan pendapatan perkapita tersebut, maka pendapatan

per kapita dapat digunakan dalam mengukur daya beli masyarakat yang kemudian

berkaitan dengan kesejahteraan yang dicapai dalam suatu negara. Pendapatan

perkapita didefinisikan sebagai besarnya pendapatan rata–rata penduduk di suatu

negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan

nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan

perkapita juga merefleksikan Produk Domestik Bruto (PDB) perkapita.

Produk domestik bruto per kapita atau produk domestik regional bruto per

kapita pada skala daerah dapat digunakan sebagai pengukur pertumbuhan

ekonomi yang lebih baik karena lebih tepat mencerminkan kesejahteraan

penduduk suatu negara daripada nilai PDB atau PDRB saja. Produk domestik

24

bruto per kapita baik di tingkat nasional maupun di daerah adalah jumlah PDB

nasional atau PRDB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk di negara

maupun di daerah yang bersangkutan, atau dapat disebut juga sebagai PDB atau

PDRB rata-rata (Prastyo, 2010).

Bank Dunia menggunakan Produk Nasional Bruto (PNB), bukan PDB

sebagai alat ukur perkembangan ekonomi suatu negara, yaitu dengan

memperhitungkan pendapatan bersih dan faktor produksi milik orang asing.

Walaupun PDB atau PNB per kapita merupakan alat pengukur yang lebih baik,

namun tetap belum mencerminkan kesejahteraan penduduk secara tepat, karena

PDB rata-rata tidak mencerminkan kesejahteraan ekonomi yang sesungguhnya

dirasakan oleh setiap orang di suatu negara. Dapat saja angka-angka rata-rata

tersebut tinggi, namun sesungguhnya ada penduduk atau sekolompok penduduk

yang tidak menerima pendapatan sama sekali. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan

unsur distribusi pendapatan di antara penduduksuatunegara. Dengan

memperhatikan unsur distribusi pendapatan itu, maka PDB atau PNB per kapita

yang tinggi disertai distribusi pendapatan yang lebih merata akan mencerminkan

kesejahteraan ekonomi yang lebih baik daripada bila pendapatan per kapitanya

tinggi namun ada distribusi pendapatan yang tidak merata. Meskipun demikian,

demi sederhananya pengukuran, pendapatan per kapita tetap merupakan alat

pengukur yang unggul dibanding dengan alat-alat pengukur yang lain (Prastyo,

2010).

2.1.6 Indeks Pembangunan Manusia

Perkembangan manusia secara berkelanjutan merupakan hal penting yang

perlu diukur dengan pengukuran indikator komposit yang cukup representatif.

Ukuran pembangunan manusia yang populer adalah Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) yang diperkenalkan oleh UNDP dalam laporannya pada Human

development Report tahun 1997. UNDP berupaya menggantikan ukuran

kemiskinan “pendapatan” Bank Dunia dengan ukuran kemiskinan “manusia”.

Satuan inilah yang kemudian dinamakan Indeks Kemiskinan Manusia (Human

Poverty Indeks-HPI atau populer juga dengan Indeks Pembangunan Manusia.

Menurut UNDP, kemiskinan manusia harus diukur dalam satuan hilangnya tiga

25

hal utama, yaitu kehidupan yang diukur dari harapan hidup penduduknya. Di

negara-negara miskin lebih dari 30 persen penduduknya cenderung memiliki

harapan hidup tidak lebih dari 40 tahun. Kemiskinan juga dihitung dari

pendidikan dasar yang diukur melalui persentase penduduk dewasa yang buta

huruf dan keseluruhan ketetapan ekonomi yang diukur oleh persentase penduduk

yang tidak memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan dan air bersih ditambah

persentase anak dibawah 5 tahun yang kekurangan berat badan. Angka HPI yang

rendah berarti menunjukkan hal yang bagus (yakni, sedikitnya persentase

penduduk yang mengalami kehilangan 3 hal tersebut). Sementara HPI yang lebih

tinggi menunjukkan kehilangan yang lebih besar.

Dengan kata lain Indeks pembangunan mencakup tiga komponen yang

dianggap mendasar bagimanusia dan secara operasional mudah dihitung untuk

menghasilkan suatu ukuranyang merefleksikan upaya pembangunan manusia.

Ketiga aspek tersebut berkaitandengan peluang hidup (longevity), pengetahuan

(knowledge), dan hidup layak(decent living). Peluang hidup dihitung berdasarkan

angka harapan hidup ketika lahir; pengetahuan diukur berdasarkan rata-rata lama

sekolah angka melek hurufpenduduk usia 15 tahun keatas; dan hidup layak diukur

dengan pengeluaran perkapita yang didasarkan pada Purchasing Power Parity

(paritas daya beli dalamrupiah).Usia hidup diukur dengan angka harapan hidup

atau e0 yang dihitungmenggunakan metode tidak langsung (metode Brass, varian

Trussel) berdasarkan variabel rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak yang

masih hidup. Komponen pengetahuan diukur dengan angka melek huruf dan rata-

rata lama sekolah yang dihitung berdasarkan data Suseda. Sebagai catatan, UNDP

dalam publikasi tahunan Human Development Report (HDR). Indikator angka

melek huruf diperoleh dari variabel kemampuan membaca dan menulis,

sedangkan indikator rata-rata lama sekolah dihitung dengan menggunakan dua

variabel secara simultan; yaitu tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan

jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Komponen standar hidup layak

diukur dengan indikator rata-rata konsumsi riil yang telah disesuaikan. Sebagai

catatan, UNDP menggunakan indikator Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita

riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDP percapita) sebagai ukuran

komponen tersebut karena tidak tersedia indikator lain yang lebih baik untuk

26

keperluan perbandingan antar negara. Secara singkat konsep IPM dapat

digambarkan sebagai berikut:

IPM Dimensi UmurPanjang danHidup Sehat

Pengetahuan StandarKehidupanLayak

Indikator HarapanHidup saatlahir

TingkatMelekHurufDewasa(Lit)

Rata-ratalamanyabersekolah(MYS)

Pengeluaranriil perkapita(PPP rupiah)

Dimension Indeks IndeksHarapanHidup

IndeksPendapatan

Indeks Pendidikan

Indeks Pembangunan ManusiaGambar 2.2Alur Konsep IPM

Sumber: BPS, 2010

BPS memberikan ilustrasi penghitungan IPM sebagai berikut:

IPM = 1/3 (X(1) + X(2) + X(3)) (1)

Dimana:

X(1) : Indeks harapan hidup

X(2) : Indeks pedidikan = 2/3 (indeks melek huruf) + 1/3 (indeks rata-

rata lama sekolah)

X(3) : Indeks standar hidup layak

Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan

antara selisih nilai suatu indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai

maksimum dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat

disajikan sebagai berikut:

Indeks X(i) = (X(i) – X (i) min) / X(i)maks – X(i)min) (2)

Dimana:

X(i) : Indikator ke-i

X(i)maks : Nilai maksimum X(i)

X(i)min : Nilai minimum X(i)

Nilai maksimum dan nilai minimum indikator X(i) disajikan pada tabel di bawah

ini:

27

Tabel 2.1 Perhitungan Indeks Pembangunan ManusiaIndeks Komponen

IPM(X(1))

NilaiMaksimum

NilaiMinimum

Catatan

(1) (2) (3) (4)Angka HarapanHidup

85 25 Sesuai standar global(UNDP)

Angka MelekHuruf

100 0 Sesuai standar global(UNDP)

Rata-rata LamaSekolah

15 0 Sesuai standar global(UNDP)

Konsumsi perKapita yangdisesuaikan 1996

732.720a) 300.000b) UNDP menggunakan PDBper kapita riil yangdisesuaikan.

Catatan: a) Proyeksi pengeluaran riil/ unit/ tahun untuk provinsi yang memiliki

angka tertinggi (Jakarta) pada tahun 2018 setelah disesuaikan dengan

formula Atkitson. Proyeksi mengasumsikan kenaikan 6,5 persen per

tahun selama kurun 1993-2018

b) Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk provinsi yang

memiliki angka terendah tahun 1990 di daerah pedesaan Sulawesi

Selatan dan tahun 2000 di Irian Jaya.

2.1.7 Kemiskinan dan Pembangunan Manusia

BPS mendefinisikan kemiskinan dengan kondisi kehidupan yang serba

kekurangan yang dialami seseorang atau rumahtangga sehingga tidak mampu

memenuhi kebutuhan minimal/yang layak bagi kehidupannya. Sementara

Chambers mengartikan kemiskinan sebagai keadaan kekuranganuang dan barang

untuk menjamin kelangsungan hidup. Dengan demikian, kemiskinan memiliki arti

luas sebagai suatu konsep yang terintegrasi dengan memiliki lima dimensi, yaitu:

1) kemiskinan(proper), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan

menghadapi situasidarurat (state of emergency), 4) ketergantungan (dependence),

dan 5) keterasingan(isolation) baik secara geografis maupun sosiologis.

Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan

tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti tingkat kesehatan

dan pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan terhadap

ancaman tindak kriminal, ketidak berdayaan dalam menentukan jalan hidupnya

sendiri (Prasetyo, 2010).

28

Kemiskinan dibagi dalam empat bentuk, yaitu:

a. Kemiskinan absolut, kondisi dimana seseorang memiliki pendapatan di

bawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

pangan, sandang, papan, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang

dibutuhkan untuk bisa hidup dan bekerja.

b. Kemiskinan relatif, kondisi miskin karena pengaruh kebijakan

pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga

menyebabkan ketimpangan pada pendapatan.

c. Kemiskinan kultural, mengacu pada persoalan sikap seseorang atau

masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau

berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif

meskipun ada bantuan dari pihak luar.

d. Kemiskinan struktural, situasi miskin yang disebabkan oleh rendahnya

akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya

dan sosial politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi

seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan.

Sementara BPS menjabarkan kemiskinan melalui indikator dan dimensi

kemiskinan sebagai berikut:

29

Tabel 2.2 Dimensi dan Indikator Kemiskinan

Kebutuhan Dasar Contoh Indikator1. Konsumsi a. Persentase penduduk dibawah Garis

Kemiskinanb. Indeks Kedalaman Kemiskinanc. Indeks Keparahan Kemiskinan

Persentase pengeluaran makanand. Persentase penduduk dengan

konsumsi energi < 2100 kkalperkapita perhari

e. Persentase balita kurang gizi

2. Kesehatan a. Persentase penduduk meninggalsebelum 40 tahun

b. Persentase penduduk tanpa aksespada pelayanan kesehatan dasar

c. Angka Kematian Bayi

3. Pendidikan Dasar a. Persentase penduduk usia 7-15tahun tidak sekolah

b. Persentase penduduk dewasa butahuruf

4. Ketenagakerjaan a. Persentase penduduk penganggurterbuka

b. Persentase penduduk setengahpenganggur

c. Persentase pekerja sektor informal5. Perumahan a. Persentase rumahtangga tanpa akses

pada listrikb. Persentase rumahtangga dengan

lantai tanahc. Persentase penduduk dengan luas

lantai < 10 m2

6. Air dan Sanitasi a. Persentase penduduk tanpa aksespada air bersih

b. Persentase penduduk tanpa jambansendiri

Sumber: BPS (2004)

2.1.8 Kebijakan Pro Poor Growth

Pro poor growth merupakan hubungan timbal balik antara tiga unsur:

pertumbuhan, kemiskinan, dan ketidakmerataan. Tingkat kemiskinan tidak hanya

dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi tetapi juga dipengaruhi oleh level dan

perubahan ketidakmerataan (Suparno, 2010).

30

Revalion (1998) mendefinisikan pro poor growth sebagai peningkatan PDB

yang menurunkan kemiskinan. Menurut Zepeda (2004) definisi ini masih sangat

luas, implikasinya sebagian besar pertumbuhan ekonomi di dunia tergolong

sebagai pro poor growthselama terjadi penurunan kemiskinan walaupun distribusi

pendapatan memburuk. Sedangkan badan-badan internasional seperti PBB,

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), UNDP, dan

Bank Dunia lebih sering menggunakan pro poor growth sebagai pertumbuhan

ekonomi yang lebih menguntungkan penduduk miskin dan memberikan mereka

kesempatan untuk memperbaiki situasi ekonomi mereka seperti dikemukakan

Kakwani (2004).

2.1.9 Pembangunan Infrastruktur dan Pembangunan Manusia

Pembangunan ekonomi atau lebih tepatnya pertumbuhan ekonomi

merupakan prasyarat bagi tercapainya pembangunan manusia, karena

pembangunan ekonomi terjamin peningkatan produktivitas dan peningkatan

pendapatan melalui penciptaan kesempatan kerja. Dengan demikian,

pembangunan infrastruktur tidak dapat diabaikkan karena merupakan faktor

utama dalam peningkatan produktivitas (Gambar 2.3).

Gambar 2.3 Hubungan Infrastruktur dengan Pembangunan Manusia

Infrastruktur yang baik adalah sektor pendukung yang sangat penting dalam

setiap aktivitas agar berlangsung efektif dan efisien. Pembangunan akan tercapai

jika didukung oleh infrastruktur yang memadai yang diindikasikan dengan

kualitas layanan sarana dan prasarana yang baik (Indratno, 2008).

Aspek PembangunanManusia

Pendidikan

Ekonomi(pendapatan)

Kesehatan

Infrastruktur

31

Infrastruktur pembangunan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni

infrastruktur ekonomi dan infrasturktur sosial. Infrastruktur ekonomi adalah

infrastruktur fisik, baik yang digunakan dalam proses produksi maupun yang

dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Dalam pengertian ini meliputi semua

prasarana umum seperti tenaga listrik, telekomunikasi, perhubungan, irigasi, air

bersih, dan sanitasi, serta pembuangan limbah. Sedangkan infrastruktur sosial

antara lain meliputi prasarana kesehatan dan pendidikan (Ramelan, 1997).

Ketersediaan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, bandara, sistem

penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, sanitasi, dan

sebagainya yang merupakan social overhead capital, memiliki keterkaitan yang

sangat kuat dengan tingkat perkembangan wilayah, yang antara lain dicirikan oleh

laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat

dilihat dari kenyataan bahwa daerah yang mempunyai kelengkapan sistem

infrastruktur yang lebih baik, mempunyai tingkat laju pertumbuhan ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat yang lebih baik pula, dibandingkan dengan daerah yang

mempunyai kelengkapan infrastruktur yang terbatas. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa penyediaan infrastruktur merupakan faktor kunci dalam

mendukung pembangunan nasional (Bappenas, 2003).

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Fasilitas

transportasi memungkinkan orang, barang dan jasa diangkut dari satu tempat ke

tempat lain diseluruh penjuru dunia. Perannya sangat penting baik dalam proses

produksi maupun dalam menunjang distribusi komoditi ekonomi.

Telekomunikasi, listrik, dan air merupakan elemen sangat penting dalam proses

produksi dari sektor-sektor ekonomi seperti perdagangan, industri dan pertanian.

Keberadaan infrastruktur akan mendorong terjadinya peningkatan produktivitas

bagi faktor-faktor produksi.

Sebagaimana teori Lewis, kondisi pareto optimal akan tercapai bila terjadi

mobilitas faktor-faktor produksi (labour) tanpa hambatan untuk memacu

pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 2007). Daerah-daerah yang memiliki tingkat

mobilitas faktor-faktor produksi antar daerah rendah akan menyebabkan

pertumbuhan ekonominya rendah. Daerah-daerah dengan tingkat kemiskinan

32

tinggi menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi di daerah yang bersangkutan

memiliki mobilitas antar daerah yang rendah.

Infrastruktur dapat digolongkan sebagai modal atau capital. Infrastruktur

tergolong sebagai social overhead capital, berbeda dengan modal yang

berpengaruh secara langsung terhadap kegiatan produksi, perluasan infrastruktur

tidak hanya menambah stok dari modal tetapi juga sekaligus meningkatkan

produktifitas perekonomian dan taraf hidup masyarakat luas.

Teori Wagner menyebutkan adanya keterkaitan positif antara pertumbuhan

ekonomi dan besarnya pengeluaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur.

Teori ini menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah akan tumbuh lebih cepat

dari GDP, dengan kata lain elastisitas pengeluaran pemerintah terhadap GDP lebih

besar dari satu. Dalam, suatu perekonomian, apabila pendapatan perkapita

meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah akan meningkat. Dasar dari teori

Wagner ini adalah pengamatan empiris dari negara-negara maju

(Mangkoesoebroto, 2001). Pengeluaran pemerintah akan meningkat guna

membiayai tuntutan masyarakat akan kemudahan mobilitas untuk mendukung

kegiatan ekonomi.

Dalam Yanuar (2006) dijelaskan ada dua kendala utama dalam pengadaan

infrastruktur. Yang pertama adalah adanya kemungkinan terjadinya kegagalan

pasar (market failure), dan yang kedua adalah menyangkut aspek pembiayaan.

Dalam pengadaan infrastruktur dibutuhkan dana investasi yang besar dan

pengadaan infrastruktur merupakan investasi jangka panjang. Kegagalan pasar

terjadi, karena beberapa jenis infrastruktur memiliki manfaat yang tidak hanya

dapat dinikmati atau dirasakan secara pribadi akan tetapi juga dapat dirasakan

orang lain. Dengan adanya kendala tersebut, maka pengadaan infrastruktur

dilaksanakan oleh pemerintah melalui pengeluaran pemerintah dengan dana yang

terdapat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui

pengeluaran pembangunan.

2.1.10 Analisis Panel Data

Ketersediaan data seringkali menjadi kendala dalam dalam suatu penelitian.

Data dengan series yang pendek menjadi permasalahan dalam pengolahan data

33

time series karena akan mempengaruhi validitas analisis sebagai konsekuensi

minimnya jumlah data. Permasalahan lain juga terjadi apabila penelitian memiliki

jumlah unit cross section yang terbatas sehingga menyulitkan analisis prilaku dari

model yang diteliti.

Teori ekonometrika memberikan solusi untuk permasalah tersebut. Salah

satunya dengan menggunakan data panel (Pooled data). Menurut Gujarati (2003)

data panel (pooled data) atau yang disebut juga data longitudinal merupakan

gabungan antara data cross section dan data time series. Data cross section adalah

data yang dikumpulkan dalam satu waktu terhadap banyak individu. Metode data

panel merupakan suatu metode yang digunakan untuk melakukan analisis empirik

yang tidak mungkin dilakukan jika hanya menggunakan data time series atau

cross section.

Baltagi (2005) mengemukakan kelebihan yang diperoleh dari penggunaan

data panel:

1. Dapat mengendalikan keheterogenan individu atau unit cross section;

2. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, mengurangi kolinearitas

diantara variabel, memperbesar derajat bebas, dan lebih efisien;

3. Panel data lebih baik untuk studi dynamic of adjustment;

4. Dapat lebih baik untuk mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak

dapat dideteksi dalam model data cross section maupun time series;

5. Lebih sesuai untuk mempelajari dan menguji model prilaku (behavioral

models) yang kompleks dibandingkan dengan model data cross section

atau time series.

Analisis menggunakan data panel adalah kombinasi antara data deret waktu

dan kerat lintang. Jika T adalah jumlah observasi dan n adalah jumlah unit cross

section, maka panel data terjadi jika T 1 dan n 1. Jika observasi untuk setiap

unit cross section sama banyaknya disebut balance panels sedangkan jika tidak

sama banyak disebut unbalance panels (Johnston, 2000). Proses mengkombinasi

data cross section dan time series untuk membentuk panel disebut pooling.

Bentuk panel data dapat dinotasikan sebagai berikut:

Yit= Nilai variabel terikat (dependent variabel) untuk setiap unit

individu (cross section) i pada periode t

34

dimana i = 1, 2, …. ,n dan t = 1, 2,… ,T

Xitj = Nilai variabel bebas (independent variabel) atau disebut juga

variabel penjelas ke-j untuk unit individu (cross section) i pada

waktu t.

K merupakan indeks variabel penjelas j = 1,…,K

Dalam bentuk matrik, cara umum dalam mengelompokkan data dalam unit-

unit sebagai berikut :

Dimana it berarti disturbance term untuk unit ke-i pada waktu t. Seringkali data

tersebut mempunyai bentuk sebagai berikut :

Dimana y = nT x 1, X = nT x k, dan = nT x 1. Sehingga Model linear standar

dapat diperlihatkan sebagai berikut :

dimana

Pada persamaan di atas secara sederhana dapat dilakukan perhitungan

dengan mengasumsikan bahwa it ~ (0,2) untuk semua i dan t. Untuk semua

individual yang ditentukan, observasi tidak terjadi serial korelasi. Dan lintas

individu dan waktu terjadi homokedastisitas pada galatnya.

Analisis panel data memiliki tiga pendekatan, yaitu pendekatan kuadrat

terkecil (pooled least square), pendekatan efek tetap (fixed effect), dan pendekatan

iT

i

i

i

y

yy

y

2

1

KiTiTiT

Kiii

KiiI

i

XXX

XXXXXX

X

21

222

12

121

11

iT

i

i

i

2

1

ny

yy

y

2

1

nX

XX

X

2

1

n

2

1

Xy

k

2

1

...…….(3.2)

……..(3.1)

.………………………..(3.3)

………….……………(3.4)

35

efek acak (random effect). Ketiga pendekatan tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

a. Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square)

Pendekatan kuadrat terkecil merupakan pendekatan pengolahan panel

data yag paling sederhana. Pendekatan ini biasa diterapkan pada data

berbentuk pool.Jika efek individu konstan sepanjang waktu dan spesifik

terhadap setiap unit cross section maka modelnya akan sama dengan model

regresi biasa. Apabila nilai individunya sama untuk setiap unit cross section-

nya, maka OLS pendekatan kuadrat terkecil akan menghasilkan setimasi yang

konsisten dan efisien untuk variabel-variabelnya.Persamaannya dapat ditulis

seperti berikut:= ∝ + + untuk i = 1,2,….,N dan t = 1,2,…,T (3.5)

adalah jumlah unit cross section (individu) dan T adalah jumlah time

series (periode waktu). Dengan mengasumsikan komponen error dalam

pengolahan kuadrat terkecil biasa, maka proses estimasi secara terpisah untuk

setiap unit cross sectiondapat dilakukan.

b. Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)

Terdapat kasus dimana intersep dan slope dianggap konstan untuk tiap

cross section dan time series. Oleh karena itu diperlukan metode dengan

memasukkan variabel boneka (dummy variable) untuk mengizinkan

terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda baik lintas cross

section maupun time series. Pendekatan dengan memasukkan variabel boneka

inilah yang disebut model efek tetap (fixed effect) atau sering disebut juga

Least Square Dummy Variable atau Covariance model. Persamaan untuk

pendekatan ini dapat ditulis:= ∝ + + ∑ ∝ + ...................………………....(3.6)

dimana:

= Variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i∝ = intercept yang berubah-ubah untuk antar cross section unit

= variabel bebas j di waktu t untuk cross section i

36

= parameter untuk variabel ke j

= komponen error di waktu t untuk unit cross section i

Model telah ditambahkan sebanyak (N-1) variabel boneka (Di) dan

menghilangkan satu sisanya untuk menghindari terjadinya kolinearitas

sempurna antar variabel penjelas. Dengan menggunakan pendekatan ini akan

terjadi degree of freedom sebesar NT-N-K. Namun pengurangan degree of

freedom ini akan mempengaruhi keefisienan dari parameter yang diestimasi.

Keputusan memasukkan variabel boneka harus berdasarkan pertimbangan

statistik yaitu dengan menggunakan statistik F. Statistik F ini berusaha

memperbandingkan antara nilai jumlah kuadrat dari error dari proses

pendugaan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil dan efek tetap yang

telah memasukkan variabel boneka. Rumusan uji F adalah sebagai berikut:

, = /( )/ ( ) ……………………… (3.6)

dimana ESS1 dan ESS2 adalah jumlah kuadrat sisa dengan menggunakan

metode kuadrat terkecil biasa dan model efek tetap, sedangkan statistik F

mengikuti distribusi F dengan derajat bebas NT-1 dan NT-N-K. Nilai statistik

F uji inilah yang kemudian diperbandingkan dengan nilai statistik F tabel

yang akan menentukan pilihan model yang akan digunakan.

c. Pendekatan Efek Acak ( Random Effect)

Keputusan memasukkan variabel boneka dalam model efek tetap akan

dapat menimbulkan konsekuensi. Penambahan ini akan mengurangi

banyaknya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya akan

mengurangi keefisienan dari parameter yang diestimasi. Dengan demikian,

dalam model data panel diperkenalkan pendekatan ketiga yakni model efek

acak (random effect). Dalam pendekatan ini, parameter-parameter yang

berbeda antar daerah maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error.

Karena hal ini, model efek acak sering disebut juga model komponen error

(error component model). Bentuk model efek acak adalah:= ∝ + + ……………………………………….(3.7)= + + ……………………………………………… (3.8)

dimana:

37

~ (0, ) = komponen cross section error~ (0, ) = komponen time series error~ (0, ) = komponen error kombinasi

Dengan menggunakan model efek acak ini, maka dapat menghemat

pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang

terjadi di model efek tetap. Dengan demikian parameter akan menjadi lebih

efisien.

Pemilihan antara model efek tetap dengan efek acak dapat ditentukan

secara teoritis. Menurut Gujarati (2003) beberapa pertimbangan untuk

menentukan apakah FEM atau ECM adalah:

a. Jika T (jumlah data deret waktu) adalah besar dan N (jumlah unit kerat

lintang) adalah kecil, maka sedikit perbedaan dalam nilai parameter yang

dihitung dengan FEM dan ECM. Oleh karena itu maka yang dipilih

berdasarkan perhitungan yang tepat. Pada sebab ini maka FEM lebih

disenangi.

b. Ketika N besar dan T kecil, menghasilkan dua metode yang secara

signifikan berbeda. Mengingat bahwa ECM 1i = 1 + i, dimana i adalah

komponen acak dari kerat lintang, padahal di FEM kita memperlakukan

1i sebagai fixed bukan acak (random). Pada kasus terakhir, statistik

inferen adalah merupakan kondisi pengamatan unit kerat lintang di dalam

sampel. Hal ini tepat jika kita percaya bahwa individu atau kerat lintang,

unit di dalam sampel bukanlah acak yang ditarik dari sampel yang besar.

Pada kasus itu, FEM lebih tepat. Namun jika unit kerat lintang dalam

sampel yang diperhatikan ditarik secara acak, maka ECM yang lebih tepat,

untuk kasus statistik inferensia maka tidak bersyarat.

c. Jika komponen galat individu i dan satu atau lebih regressors berkorelasi,

kemudian estimator ECM akan bias, sebaliknya estimator FEM adalah

tidak bias.

d. Jika N besar dan T kecil, dan jika asumsi pokok yang mendasari bagi ECM

dipegang, maka ECM lebih efisien dibandingkan FEM.

Jika tidak dapat ditentukan secara teoritis dampak dari gangguannya, maka

model efek acak dipilih jika data diambil dari sampel individu yang

38

merupakan sampel acak dari populasi yang lebih besar, dengan kata lain

menarik kesimpulan suatu populasi atau hanya meliputi beberapa individu.

Namun jika evaluasi meliputi seluruh individu dalam populasi atau hanya

meliputi beberapa individu dengan penekanan pada individu-individu tersebut

maka lebih baik digunakan model efek tetap. Cara lain dengan menggunakan

ukuran relatif jumlah individu dan rentang waktu yang digunakan untuk

jumlah individu yang tetap, semakin panjang waktu semakin kecil perbedaan

hasil estimasi antara model efek tetap dan model efek acak, Jika jangka waktu

cukup panjang maka dapat dipilih model efek tetap dengan alasan lebih

mudah dikerjakan.

d. Uji Chow

Beberapa buku menyebut uji Chow dengan pengujian F statistik. Uji Chow

digunakan untuk memilih model yang digunakan pooled least square atau

fixed effect. Terkadang asumsi bahwa setiap cross section memiliki prilaku

yang sama cenderung tidak realistis memingat bisa saja setiap unit cross

section memiliki prilaku yang berbeda. Dalam pengujian ini dilakukan

hipotesa sebagai berikut:

H0= Model Pooled Least Square

H1 = Model Fixed Effect (Unrestricted)

Dasar penolakan terhadap hipotesis nol tersebut adalah dengan

menggunakan F Statistik seperti yang dirumuskan oleh Chow (Baltagi, 2001):

CHOW = ( )/ ( )/( ) ………………………………………… (3.9)

dimana:

RRSS = Restricted Residual Sum Square yaitu jumlah error kuadrat yang

diperoleh dari estimasi data panel dengan metode Pooled Least

Square

URSS = Unrestricted Residual Sum Square yaitu jumlah error kuadrat

yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode fixed effect

N = Jumlah data cross section

T = Jumlah data time series

K = Jumlah variabel penjelas

39

Pengujian ini mengikuti distribusi F statistik yaitu FN-1,NT-N-K. Jika nilai

Chow Statistics (F stat) hasil pengujian lebih besar dari F tabel, maka cukup

bukti bagi kita untuk melakukan penolakan terhadap hipotesis nol sehingga

model yang digunakan adalah model fixed effect, begitu juga sebaliknya.

Pengujian ini disebut uji Chow karena memiliki kemiripan dengan uji

Chow yang digunakan untuk menguji stabilitas dari parameter.

e. Uji Hausman

Pengujian terhadap asumsi ada tidaknya korelasi antara regresor dan efek

individu digunakan untuk memilih apakah fixed atau random effects yang

lebih baik. Alat ujinya dapat digunakan Hausman Test. Dalam uji ini

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H0: E(τi xit) = 0 ………………..(3.10)

atau REM adalah model yang tepat

H1: E(τi xit)≠ 0 ………………..(3.11)

atau FEM adalah model yang tepat

Sebagai dasar penolakan H0 maka digunakan statistik Hausman dan

membandingkannya dengan Chi square. Statistik Hausman dirumuskan

dengan:

H = (βREM – βfEM )’ (MFEM –MREM)-1 (βREM – βfEM ) ~ χ2 (k)

………………………………………………………………..….(3.12)

dimana:

M= matriks kovarians untuk parameter β

k = degrees of freedom

Jika nilai H hasil pengujian lebih besar dari χ2 tabel, maka cukup bukti

untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model yang digunakan

adalah model fixed effects, begitu juga sebaliknya

40

2.2 Penelitian-Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pembangunan manusia telah dilakukan oleh Cahyadi

(2005). Cahyadi meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi indeks

pembangunan manusia di provinsi Bali. Teknik pengolahan data yang dilakukan

adalah dengan model ekonometrika OLS dengan data panel yang terdiri dari 9

kabupaten/ kota dengan tahun analisis 1996,1999, dan 2002. Variabel terikat yang

digunakan adalah indeks pembangunan manusia, sedangkan untuk variabel bebas

digunakan PDRB, investasi bruto,realisasi anggaran pembangunan sosial, rata-rata

pengeluaran rumah tangga sebulan, jumlah penduduk miskin, rasio jumlah murid

SD terhadap jumlah ruangan kelas SD, rasio jumlah sarana kesehatan terhadap

jumlah penduduk, dan persentase rumah tangga yang mempunyai akses air bersih.

Hasil dari penelitian tersebut adalah jumlah penduduk miskin berpengaruh

signifikan negatif terhadap IPM, anggaran pembangunan sosial sebagai indikator

pembiayaan pembangunan manusia dan persentase rumah tangga yang

mempunyai akses air bersih sebagai indikator kesehatan yang juga digunakan

sebagai proksi distribusi pendapatan berpengaruh signifikan secara positif

terhadap IPM dan bersifat inelastis. Sedangkan rata-rata pengeluaran rumah

tangga sebagai indikator pembiayaan pembangunan manusia, PDRB, investasi,

rasio sarana prasarana pendidikan dan kesehatan berpengaruh signifikan secara

positif terhadap IPM dan bersifat elastis.

Kajian tentang IPM juga telah dilakukan oleh Alam (2006) dengan studi

kasus Kabupaten Bekasi. Penelitian ini berfokus pada ketimpangan pendapatan

antar kecamatan di Kabupaten Bekasi pada tahun 1996-2004, kemajuan ekonomi

antar kecamatan, serta menganalisis faktor-faktor sosial dan ekonomi yang

mempengaruhi IPM di Kabupaten Bekasi. Teknik analisis yang digunakan adalah

dengan Analisis Weighted Coefficient Variation (CVw)atau Williamson (Iw)

Nilai indeks berkisar antara nol dan satu. Alat Analisis yang kedua adalah

TipelogiKlaasen dengan melihat perbandingan antara laju pertumbuhan ekonomi

(LPE) dan PDRB per kapitakecamatan terhadap angka LPE dan PDRB perkapita

rata-rata Kabupaten. Sedangkan alat Analisisselanjutnya adalah regresi data panel

dengan IPM sebagai Variabel babas, dan variabel terikatnya terdiridari: PDRB per

kapita kecamatan; Sarana pendidikan (jumlah gedung SD dan MI); Rasio guruSD

41

dan MI; ]umlah sarana kesehatan kecamatan; Rasio Tenaga Medis per 1000

penduduk; KepadatanPenduduk kecamatan; dan Akses penduduk terhadap air

bersih. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan PDRB, rasio guru terhadap murid

SD, kepadatan penduduk, dan rumah tangga yang memiliki akses terhadap air

bersih signifikan mempengaruhi IPM di kabupaten Bekasi dan disparitas

pendapatan yang tinggi di Kabupaten Bekasi tidak serta merta menyebabkan

tingginya disparitas IPM.

Muhammad (2010) juga melakukan penelitian tentang indeks

pembangunan manusia. Muhammad mengkaji pengaruh Foreign Direct

Investment (FDI) terhadap indeks pembangunan manusia di Pakistan. Variabel

yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah FDI, IPM, Ekspor-impor dan real

GDP. Penelitian ini menghasilkan FDI berpengaruh signifikan terhadap IPM

dimana kenaikan IPM menyebabkan kesempatan kerja meningkat dan menaikkan

standar hidup. Ekspor impor atau balance of trade berpengaruh signifikan

terhadap HDI dimana standar hidup meningkat dikarenakan banyaknya ekspor.

Sementara real GDP justru tidak berpengaruh terhadap IPM Peningkatan RGDP

justru menyebakan makin tingginya kesenjangan sosial karena pergerakan sumber

daya yang tidak efektif dan kegagalan pemerintah terhadap kebijakan fiskal.

Penelitian tentang Indeks Pembangunan Manusia juga dilakukan oleh

Yanuarta (2009). Penelitian Yanuarta mengaitkan alokasi anggaran pembangunan

dengan peningkatan indeks pembangunan manusia di Kabupaten Lampung Barat.

Metode analisis yang digunakan adalah dengan regresi berganda dengan

memasukkan variabel-variabel berupa belanja pembangunan sektor pendidikan,

belanja sektor kesehatan, dan belanja sektor perekonomian. Penelitian ini

menghasilkan kesimpulan Belanja pembangunan, belanja pendidikan, dan belanja

kesehatan mempunyai pengaruh signifikan terhadap peningkatan IPM. Prioritas

utama pembangunan sektor pendidikan adalah program sekolah gratis, rehabilitasi

sekolah, pemerataan guru, peningkatan kompetisi guru, pengadaan sarana

pendidikan, pembentukan PKBM, pembangunan sekolah, peningkatan insentif

guru, dan pendidikan D2 bagi guru SD. Prioritas pembangunan dalam bidang

kesehatan adalah pengobatan gratis, revitalisasi posyandu, dan pengadaan dokter

danbidan.

42

Tabel 2.4 Ringkasan Penelitian TerdahuluNo Nama Tahun Lokasi Model Hasil1 Cahyadi 2005 Bali Model 1: IPM = α10 + α11

LOGPDRB + α12 APSOS + α13LOGPDDMISKIN + α14RTAKSESAIR + ε 15Model 2 : IPM = α20 + α21LOGPENGLRT + α22 APSOS + α23LOGPDDKMISKIN + α24LOGSRPEN + α25 LOGSRNKES +α26 LOGINV + ε27Model 3: IPM = α30 + α31APSOS +α32 LOGPDDKMISKIN +α33LOGSRNPEN + ε34

1. Penduduk miskin berpengaruh signifikannegatif terhadap IPM

2. Anggaran pembangunan sosial sebagaiindikator pembiayaan pembangunanmanusia dan persentase rumah tangga yangmempunyai akses air bersih sebagaiindikator kesehatan yang juga digunakansebagai proksi distribusi pendapatanberpengaruh signifikan secara positifterhadap IPM dan bersifat inelastis.

3. Pengeluran rumah tangga, PDRB, investasi,sarana pendidikan, sarana kesehatanberpengaruh signifikan secara positifterhadap IPM dan bersifat elastis.

2 Alam,Jauharul

2006 KabupatenBekasi

IPM= f (PDRB per kapita, jumlahgedung SD/MI, rasio guru terhadapmurid SD/MI, jumlah saranakesehatan, rasio tenaga medis, rumahtangga yang dapat mengakses airbersih, kepadatan penduduk)

1. PDRB, rasio guru terhadap murid SD,kepadatan penduduk, dan rumah tanggayang memiliki akses terhadap air bersihsignifikan mempengaruhi IPM di kabupatenBekasi

2. Disparitas pendapatan yang tinggi diKabupaten Bekasi tidak serta mertamenyebabkan tingginya disparitas IPM

3 Muhammad,Sulaiman

2010 Pakistan ΔHDI = α + β1 ΔFDI + β2 Δ (Ex-Im)+ β3 ΔRGDP + β4µt-1 + εt

1. FDI berpengaruh signifikan terhadapHDI dimana kenaikan HDI menyebabkankesempatan kerja meningkat danmenaikkan standar hidup.

43

2. (Ex-IM) atau balance of tradeberpengaruh signifikan terhadap HDIdimana standar hidup meningkatdikarenakan banyaknya ekspor.

3. GDP riil tidak signifikan terhadap HDI.Peningkatan GDP riil justru menyebakanmakin tingginya kesenjangan sosialkarena pergerakan sumber daya yangtidak efektif dan kegagalan pemerintahterhadap kebijakan fiskal.

4 Yanuarta,Hendra

2009 Lampung Barat IPMt = β0 + β1Pendidikant-1 +β2Kesehatant-1 + β3Ekonomit-1+εt

IPt = β0 + β1Sarprast-1 + β2Buku t-1 +β3Gurut-1 + β4Oprst-1 + β5 iswat-1+ εt

1. Belanja pembangunan, belanjapendidikan, dan belanja kesehatanmempunyai pengaruh signifikan terhadappeningkatan IPM.

2. Prioritas utama pembangunan sektorpendidikan adalah program sekolahgratis, rehabilitasi sekolah, pemerataanguru, peningkatan kompetisi guru,pengadaan sarana pendidikan,pembentukan PKBM, pembangunansekolah, peningkatan insentif guru, danpendidikan D2 bagi guru SD. Prioritaspembangunan dalam bidang kesehatanadalah pengobatan gratis, revitalisasiposyandu, pengadaan dokter dan bidan.Sementara prioritas utama bidangperekonomian adalah diklat angkatankerja.

44

2.3 Kerangka Pemikiran

Indeks pembangunan mencakup tiga komponen yang dianggap mendasar

bagimanusia dan secara operasional mudah dihitung untuk menghasilkan suatu

ukuranyang merefleksikan upaya pembangunan manusia. Ketiga aspek tersebut

berkaitandengan peluang hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan hidup

layak(decent living).

Dalam mencapai indeks pembangunan yang berkualitas terdapat faktor-

faktor penghambat dan faktor pendukung. Faktor penghambat diantaranya adalah

tingkat kemiskinan, sementara faktor pendukung adalah sarana infrastruktur.

Dengan demikian kebijakan yang efektif sangat menentukan peningkatan IPM

sehingga faktor penghambat tidak mempengaruhi laju IPM di suatu daerah.

Kebijakan pemerintah terdiri dari pro growth dan pro poor, dimana tiap-tiap

kebijakan tersebut mempunyai fokus yang berbeda. Kebijakan pro growth salah

satunya adalah dengan melakukan perbaikan-perbaikan infrastruktur. Perbaikan

infrastruktur ini akan meningkatkan investasi sehingga akan membuka lapangan

pekerjaan yang selanjutnya akan meningkatkan pendapatan perkapita bagi

masyarakat. Pendapatan perkapita ini akan memudahkan masyarakat mengakses

pendidikan dan kesehatan yang selanjutnya meningkatkan indeks pembangunan

manusia.

Kebijakan pro poor terdiri dari jaminan sosial dan pelayanan sosial.

Pelayanan sosial dilakukan dengan membangun sarana dan prasarana kesehatan

dan pendidikan. Sementara Jaminan sosial lebih menekankan pada peningkatan

pendapatan per kapita masyarakat. Dengan demikian jaminan sosial dan

pelayanan sosial ini dapat meningkatkan pembangunan manusia.

Pembangunan manusia menyatukan antara aspek produksi dan distribusi

komoditas, serta peningkatan dan pemanfaatan kemampuan manusia.

Pembangunan manusia melihat secara bersamaan semua isu dalam masyarakat;

pertumbuhan ekonomi, perdagangan, ketenagakerjaan, kebebasan politik ataupun

nilai-nilai kultural dari sudut pandang manusia. Dengan demikian, pembangunan

manusia tidak hanya memperhatikan sektor sosial, tetapi merupakan pendekatan

yang komprehensif dari semua sektor.

45

Pro Growth Pro Poor

PelayananSosial

Jaminan SosialPembangunanInfrastruktur

MeningkatkanInvestasi

MembukaLapanganPekerjaan

Indeks PembangunanManusia

Kesehatan Pendidikan Pendapatan

Faktor Penghambat:Kemiskinan

Faktor Pendukung:Sarana Infrastruktur

Efektivitas Kebijakan

MeningkatkanPendapatanperkapita

Gambar: 2.3 Bagan Kerangka Pemikiran