Transcript
Page 1: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman Padi merupakan komoditas tanaman utama, optimalisasi

produktivita padi dilahan sawah merupakan salah satu peluang peningkatan gabah

nasional. Hal ini sangat memungkinkan bila dikaitkan dengan hasil padi pada

agrosistem masih beragam antar lokasi dan belum optimal .

Kabupaten Pidie merupakan salah satu sentral produksi padi dengan luas

tanam 54.519 ha dengan produktivitas 51,35 Ku/ha ( Data BPS 2014). Tahun 2015

pemerintah menetapkan padi sebagai komoditas utama dalam UPSUS guna

tercapainya swasembada beras tahun 2017.

Aceh pada tahun ini ditargetkan mencapai produksi 2,7 juta ton GKG,

sedangkan untuk meningkatkan produkvitas tanaman padi tersebut maka, salah

satu cara yang dilakukan adalah pengendalian Hama dan Penyakit pada tanaman

padi dengan penggunaan agens hayati sebagai penganti pestisida kimia.

Tingkat Perkembangan OPT padi di Aceh menunjukan bahwa dengan luas

tanam 239.038 ha, luas serangan hawar daun bakteri mencapai rata-rata 1.384 ha

dengan tingkat serangan ringan sampai berat sedangkan penggunaan pestisida dan

non pestisida mencapai 1.019 ha (BPTPH Aceh, 2014 ). Penggunaan agent hayati

Corynebacterium di Aceh masih sangat kurang digunakan atau disosialisasi di tingkat

petani, di Krawang, jati Sari Jawa Barat penggunaan Corynebacterium sudah sangat

populer untuk mengendalikan hawar daun bakteri ditingkat petani.

Penggunaan Corynebacterium di Aceh belum berkembang dikarenakan petani

masih lebih menyukai penggunaan insektisida dan fungisida sintetif karena

aplikasinya praktis dan hasilnya dapat terlihat dengan cepat, tampa memikirkan

dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan bahan kimia tersebut. Upaya

peningkatan produksi beras nasional dihadapkan pada masalah yang sangat

dipengaruhi oleh faktor Biotik dan abiotik. Faktor biotik yang banyak mempengaruhi

adanya Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) (Mahmud dan Farida,1995 ).

Page 2: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

2

Salah satu OPT yang menyerang tanaman padi adanya serangan penyakit

hawar daun bakteri yang disebabkan oleh Bakteri Xanthomonas Compestris

pv.oryzae yang menyerang tanaman padi pada fase semai dan fase Generatif yang

dapat menurunkan hasil produksi petani 10 -20 %. Untuk mengendalikan penyakit

HDB dan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) lainnya petani kita masih

cenderung menggunakan pestisida dan akibat penggunaan pestisida yang

berlebihan dapat menimbulkan berbagai kerugian antara lain : timbulnya resisitensi,

resurgensi hama, munculnya hama sekunder serta pencemaran pada hasil produksi

dan lingkungan (Sihombing, 2011). karena dianggap berdampak negatif bagi

lingkungan berupa residu dan bahkan dapat menyebakan patogen penyakit menjadi

resisten hal ini justru memperburuk keadaan ekosistem. Keadaan ini tentu

bertentangan dengan nilai – nilai PHT dengan mengedepankan agroekositem. Dari

kasus diatas kita menyadari perlunya pengendalian OPT secara biologis dengan

memamfaatkan agens hayati merupakan salah satu pengendalian yang berdasarkan

pada sistem PHT.

Agens hayati ( Corynebacterium ) sangat berperan dalam membantu

menurunkan populasi OPT pada tanaman, bila habitat atau lingkungan tempat

hidupnya cukup memadai dalam mendukung aktivitas hidupnya. Corynebakterium

sangat efektif untuk pengendalian penyakit hawar daun bakteri dan blas. Penyakit

yang disebabkan oleh bakteri pada tanaman padi yang dikenal dengan penyakit

Kresek atau hawar daun bakteri , merupakan OPT utama saat ini di tanaman padi,

selain wereng, terutama dalam kelembaban dan curah hujan tinggi. Pengaruh Iklim

saat ini menujukkan bahwa serangan kresek yang disebabkan oleh Xanthomonas

Oryzae dan blas yang disebabkan Pyricularia Oryzae dapat menyebabkan kerusakan

tanaman yang semakin tinggi yang disebabkan oleh iklim yang ektrim.

Page 3: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

3

1.2. Tujuan

- Untuk mengetahui efektifitas agens hayati Corynebacterium dalam

pengendalian penyakit Hawar Daun Bakteri pada padi sawah di Kabupaten

Pidie.

- Untuk melihat tingkat kerusakan tehadap pertumbuhan dan produksi padi

akibat serangan penyakit Hawar Daun bakteri di Kabupaten Pidie.

1.3. Keluaran Yang diharapkan

- Didapatnya teknologi pengendalian penyakit Hawar Daun Bakteri dengan

menggunakan agens hayati Corynebacterium pada padi sawah di Kabupaten

Pidie

- Meningkatnya pendapatan dan hasil padi sawah dengan tehnik pengendalian

penyakit Hawar Daun Bakteri menggunakan agens hayati Corynebacterium

1.4. Hasil Yang Diharapkan

- Teknik pengendalian dengan menggunakan agens hayati Corynebacterium

pada padi sawah dapat menekan penyakit Hawar Daun Bakteri pada padi

sawah

- Teknik pengendalian dengan menggunakan agens hayati Corynebacterium

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah.

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak

1.5.1. Manfaat

Dengan didapatnya teknik pengendalian penyakit Hawar daun Bakteri yang

ramah lingkungan dan cara aplikasi pemberian bakteri antagonis corynebacterium

yang tepat dan efektif dapat menekan penyakit Hawar Daun Bakteri pada tanaman

padi sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani di Kabupaten

Pidie.

Page 4: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

4

1.5.2. Dampak

Meningkatnya produksi padi secara meluas akibat pemanfaatan Agens hayati

dalam mengendalikan hawar daun bakteri/kresek, berdampak juga terhadap

lingkungan dengan azas Pengendalian hama terpadu (PHT).

Page 5: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Toeritis

Penyakit Kresek pada tanaman padi sangat penting bagi para petani karena

dalam setiap musim tanam dijumpai menyerang tanaman padi, kresek disebabkan

oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. Orizae menyerang tanaman padi pada

fase semai dan fase Generatif yang dapat menurunkan hasil produksi petani 10-

20%. Untuk mengendalikan penyakit kresek petani memilih menggunakan pestisida

(Bakterisida) karena dianggap lebih praktis dan cepat, penggunaan pestisida secara

terus menerus tentu saja akan menimbulkan dampak yang negatif bagi lingkungan

berupa residu bahkan dapat menyebabkan Patogen penyakit menjadi resisten hal ini

justru memperburuk keadaan ekosistem.

Keadaan ini tentu bertentangan dengan nilai-nilai PHT dengan

mengedepankan Agroekosistem, untuk itu kita harus menggunakan metode lain

yang ramah lingkungan dalam mengendalikan penyakit kresek, salah satunya adalah

dengan menggunakan agensi hayati bakteri antagonis Corynebacterium,

Corynebacterium ini efektif untuk pengendalian penyakit kresek dan blas. Agens

hayati ini eksplorasi dan diisolasi dari daun padi yang sehat diantara daun daun padi

yang terinfeksi penyakit kresek (Agrios, 1996).

Salah satu penyakit penting pada tanaman padi yang menjadi momok petani

kita adalah penyakit kresek atau hawar daun bekteri. Banyak petani yang belum

mengetahui bagaimana cara mengendalikan penyakit ini. Kebanyakan petani

menganggap kresek sebagai penyakit yang disebabkan oleh jamur sehingga mereka

mengendalikannya dengan fungisida. Bahkan ada yang lebih parah lagi menganggap

penyakit ini berasal dari serangan hama sehingga mereka mengendalikannya

dengan insektisida. Menurut para pakar hama dan penyakit tanaman, penyakit

kresek ini bisa diantisipasi dengan budidaya tanaman secara sehat. Beberapa

perlakuan yang dapat dilakukan antara lain adalah:

Page 6: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

6

1. Menggunakan benih unggul dengan varietas tahan penyakit hawar daun

bakteri seperti inpari, conde dan mekongga. Sedangkan padi hibrida masih

tergolong tanaman yang kurang tahan terhadap penyakit kresek.

2. Jarak tanam yang tidak terlalu rapat sehingga mengurangi kelembaban

lingkungan sekitar tanaman

3. Pengurangan penggunaan pupuk urea hal ini dimaksudkan agar tanaman

tidak sukulen sehingga batang dan daun menjadi lunak yang menjadikannya

mudah terserang penyakit ini

Mengaplikasi tanaman padi dengan Corynebacterium. Telah diketahui bahwa

Corynebakterium adalah musuh utama dan pemangsa bakteri Xanthomonas oryzae.

Tahun 2013, Hawar Daun Bakteri/Kresek merupakan salah satu penyebab turunnya

produksi padi di Aceh.

Kultivar padi mempunyai tingkat ketahanan yang berbeda terhadap

Xanthomonas. Ketahanan disebabkan karena: 1. Bakteri terhambat penetrasinya, 2.

Bakteri tidak dapat meluas secara sistemik, dan 3. Tanaman bereaksi langsung

terhadap bakteri (Semangun, 2009). Penyebaran penyakit yang disebabkan oleh

Xanthomonas dibantu juga oleh hujan, karena hujan akan meningkatkan

kelembaban dan membantu pemencaran bakteri. Intensitas penyakit yang tertinggi

terjadi pada akhir musim hujan, menjelang musim kemarau. Suhu optimum untuk

perkembangan Xanthomonas adalah sekitar 300 C0. (Semangun, 2009)

Di Indonesia kerugian akibat penyakit ini diperkirakan berkisar antara 15-

25% tiap tahun. Kerusakan berat terjadi bila penyakit ini menyerang tanaman muda

yang peka, sehingga menimbulkan gejala kresek dan kemudian tanaman mati

(Machmud, 1995).

2.2. Hasil Penelitian Sebelumnya

Menurut Machmud (1995), pada tanaman yang peka terhadap penyakit ini,

gejala terus berkembang hingga seluruh permukaan daun, bahkan kadang-kadang

Page 7: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

7

pelepah padi sampai mengering. Pada pagi hari atau cuaca lembab, eksudat bakteri

sering keluar ke permukaan bercak berupa cairan berwarna kuning menempel pada

permukaan daun dan mudah jatuh oleh hembusan angin, gesekan daun atau

percikan air hujan. Eksudat ini merupakan sumber penularan yang efektif.

Trini S.K (2006) menyatakan penggunaan agens hayati Corynebacterium

dengan dosis kepadatan koloni bakteri 1Cpu/cc + zat aditif dapat menekan massa

bakteri Xanthomonas campestris pv. Orizae dan selanjutnya gejala Kresek pada

tanaman padi. Selanjutnya Corynebacterium mampu menghambat penyebaran

penyakit kresek, secara umum dapat menghambat timbulnya gejala awal, serta

menekan penyebaran maupun intensitas serangan dengan dosis 5 cc / liter,

LarutanSemprot 500 liter/ha.

Di Indonesia kerugian akibat penyakit ini diperkirakan berkisar antara 15-

25% tiap tahun. Kerusakan berat terjadi bila penyakit ini menyerang tanaman muda

yang peka, sehingga menimbulkan gejala kresek dan kemudian tanaman mati

(Machmud, 1991)

Page 8: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

8

III. METODOLOGI

3.1. Pendekatan

Pengkajian ini dilaksanakan di lahan sawah milik petani di dua kecamatan

di Kabupaten Pidie, Kecamatan Indrajaya Desa Wakeuh dan Kecamatan Glumpang

Tiga Desa Blang Tunong yang merupakan salah satu daerah yang endemik penyakit

Hawar Daun Bakteri dengan luas lahan yang digunakan 3 Ha, dengan melibatkan

kelompok tani setempat. Kegiatan ini bersifat partisipatif dan kemitraan antara

peneliti/pengkaji, penyuluh lapangan, petani dan pengguna lainnya. Kegiatan ini

dalam pelaksanaannya juga akan melibatkan instansi terkait yaitu Dinas Pertanian

Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Pidie, PHP Pidie, BPP Kecamatan,

Lembaga Desa dan lain-lain. Teknologi yang dilakukan dengan kelompok tani yaitu

teknologi penggunaan agens hayati Corynebacterium untuk pengendalian penyakit

Hawar Daun Bakteri pada tanaman padi.

3.2 . Ruang Lingkup Kegiatan

Kegiatan ini lebih mengarah kepada mengkaji model teknologi pemanfaatan

Agens hayati pada padi sawah, sehingga potensi yang tersedia selama ini yang

belum dimanfaatkan oleh petani mampu memberikan hasil dan pendapatan petani.

Ruang lingkup kegiatan meliputi: (1) survei diagnostik yang meliputi:

identifikasi karakteristik lahan, inventarisasi teknologi budidaya padi di lahan sawah,

penentuan petani kooperator, dan karakteristik lokasi pengkajian. (2) pengkajian

model teknologi pemanfaatan Agens hayati (Corynebakterium) dalam pengendalian

HDB/Kresak pada tanaman padi. Komponen teknologi yang diperkenalkan seperti

perendaman benih dan perlakuan penyemprotan Corynebakterium pada tanaman

padi. Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan kelompok tani/petani, penyuluh

pertanian kabupaten di bawah bimbingan peneliti dari BPTP Aceh.

Page 9: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

9

Dari koordinasi tersebut diharapkan komitmen dari Pemda Provinsi, Pemkab

Aceh Pidie untuk mendukung keberhasilan pencapaian target dari kegiatan ini antara

lain dengan akan diarahkannya beberapa program nasional lainnya.

3.3 Bahan Dan Metoda Pelaksanaan Kegiatan

A. Bahan dan Alat :

Bahan yang digunakan :

o Tanaman padi Varietas Inpari 30

o Corynebacterium

o Pupuk Urea, NPK Phoska SP-36, KCL

Alat yang digunakan :

o Cangkul, Handsprayer dan Ember

o Hand Traktor

o Alat Tulis menulis, Camera, Bahan pembantu lapang

o ATK dll

B. Metode Pelaksanaan Kegiatan 1. Lokasi dan Waktu

Pengkajian ini dilaksanakan di lahan sawah pada dua Kecamatan yaitu Kecamatan

Indrajaya Desa Wakeuh dan Kecamatan Glumpang Tiga Desa Blang Tunong dengan

luas lahan pengkajian untuk masing-masing kecamatan ± 1,5 ha. Pengkajian ini

dilaksanakan mulai dari bulan Februari – Desember 2016, namun untuk kegiatan di

lapangan dilaksanakan pada musim tanam pada bulan Mei – Desember 2016

2. Rancangan Penelitian

Pengkajian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri 4 (empat)

perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuannya adalah penggunaan agent hayati

Corynebacterium dan varietas Inpari 30. Setiap ulangan terdiri dari 4 plot

Page 10: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

10

perlakuan, sehingga terdapat 12 plot perlakuan. pengambilan sampel dilakukan

disetiap plot sebanyak 10 tanaman . Perlakuan kajian ini yaitu :

A = Perendaman benih dengan bakteri antagonis Corynebakterium Konsentrasi

15 cc/Ltr air ± 15 menit sebelum benih di semai.

B = Tanpa perendaman benih, tanaman padi disemprot dengan bakteri

antagonis Corynebakterium Konsentrasi 15 cc/Ltr air pada umur 14, 28,

42, dan 56 HST

C = Perendaman benih sebelum semai dan penyemprotan tanaman padi

dengan bakteri antagonis Corynebakterium Konsentrasi 15 cc/Ltr air pada

umur 14, 28, 42, dan 56 HST

D = Kontrol (tampa perendaman benih dan tampa penyemprotan)

3. Persiapan Bibit Sebelum benih disemai telebih dahulu benih padi di rendam selama ± 8 jam sampai

benih tumbuh sedikit kemudian benih tersebut perlakukan sesuai dengan kegiatan

kajian yaitu ada perendaman dengan agent hayati Corynebacterium dan tampa

perendaman. Corynebacterium yang digunakan adalah kepadatan koloni bakteri

10 6 Cpu/cc. Aplikasi bakteri antagonis Corynebakterium dengan perendaman 15

cc/liter air selama 15 menit untuk perendaman. Setelah perendamam benih disemai

pada petak semai sesuai perlakuan selama 20 hari.

4. Penanaman

Tanam dilakukan setelah bibit berumur 20 hari setelah semai dan jumlah bibit yang

di tanam tidak lebih dari 3 bibit per rumpun. Pada kegiatan ini menggunakan sistem

tanam jajar legowo 2 : 1 (25 rumpun/m2 ). Jarak tanam 20 x 10 x 40 . Sistem tanam

jajar legowo adalah cara tanam berselang seling 2 baris dan 1 baris kosong , jarak

baris yang dikosongkan disebut satu unit, populasi tananam tidak berubah (sama

dengan tegel 20 x 20 cm)

Page 11: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

11

5. Pemupukan dan Pemeliharaan

Pupuk yang digunakan dalam pada kegiatan ini yaitu pupuk anorganik yang dapat

menyediakan hara dalam waktu cepat. Pemupukan dilaksanakan sesuai petunjuk

budidaya, yaitu 200 kg/ha NPK Phonska, 200 kg/ha urea, 200 kg/ha SP-36 dan 100

kg/ha KCl, 100 kg/ha ZA. Pupuk NPK Phonska, SP-36, diberikan 2 kali ½ saat

tanam dan ½ saat tanaman berumur 4 MST sedangkan ZA diberikan semuanya

saat tanam. KCl dan urea semuanya diberikan saat tanaman berumur 4 MST. Pupuk

diberikan dengan cara sebar diantara barisan tanaman. Penyiangan dilakukan pada

saat tanaman berumur 3 dan 5 minggu setelah tanam.

6. Penyemprotan Corynebacterium

Aplikasi perendaman benih padi sebelum penyemaian dan penyemprotan tanaman

padi dengan bakteri antagonis Corynebakterium dilakukan 2 minggu sekali dan

penyemprotan dilakukan sebanyak 4 kali pada umur 14, 28, 42 dan 56 HST.

Penyemprotan menggunakan hansprayer dengan dosis corynebacterium 15 cc/liter

air. Pengamatan intensitas serangan dilakukan 2 minggu setelah penyemprotan

pada umur 28,42,56,dan 70 HST.

C. Gejala Serangan Kresek (Xanthomonas campestris pv. Orizae)

Gejala pada bibit ; Bercak berawal dan pinggir melepuh umumnya

berkembang pada daun bawah,selanjutnya bercak membesar,daun berwarna kuning

cepat mengering. Gejala pada helaian daun ; kerusakan biasanya mulai dari pinggir

daun, berupa garis, melepuh selanjutnya luka meluas memanjang dan lebar

pinggirnya bergelombang dalam beberapa hari menjadi kuning, daerah yang sehat

sebagian akan melepuh. Luka yang parah akan menutupi seluruh daun, berwarna

putih menuju abu abu. Pada varietas yang peka ; kerusakan sampai ke pelepah

daun, meskipun sering berawal dari pinggir daun, bisa saja luka berawal pada salah

satu titik daun. Pada serangan berat , daun padi akan tampak mengering dan dalam

Page 12: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

12

waktu 30 hari padi menjadi kering. Pada keadaan yang parah, gabah dapat

terinfeksi.

Penilaian intensitas serangan dilakukan atas dasar adanya serangan yang

ditimbulkan pada permukaan daun padi dari setiap sampel rumpun yang dapat

dihitung dengan rumus :

Intensitas serangan IP = X 100%

ZN

Keterangan:

IP = Intensitas serangan(%)

ni = Jumlah tanaman atau bagian tanaman contoh dengan skala kerusakan

vi = Nilai skala kerusakan dari tiap kategori serangan

N = Jumlah tanaman atau bagian tanaman yang diamati

Z = Nilai skala kerusakan tertinggi

Skor penilaian tingkat serangan penyakit Bakteri Kresek (Xanthomonas campestris

pv. Orizae).

Skor Skala Kerusakan Reaksi :

Tabel 1. Skor penilaian tingkat serangan penyakit Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas campestris pv. Orizae)

Skor Skala Kerusakan Reaksi

0 Tidak ada infeksi / gejala Sangat Tahan

1 Luas gejala pada permukaan daun > 1 - ≤ 5% Tahan

3 Luas gejala pada permukaan daun > 5 - ≤ 25 % Agak Tahan

5 Luas gejala pada permukaan daun > 25 - ≤ 50% Agak Rentan

7 Luas gejala pada permukaan daun > 50 - ≤ 75% Rentan

9 Luas gejala pada permukaan daun > 75 - ≤ 100 Sangat Rentan

Page 13: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

13

3.4 Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengamatan dilakukan terhadap Intensitas serangan penyakit dan komponen

pertumbuhan dan komponen hasil.

• Penyemprotan dilakukan 2 minggu setelah padi dipindahkan dari persemaian

pada umur 14 , 28, 42, dan 56 Hst.

• Pengamatan intensitas serangan dilakukan 2 minggu setelah penyemprotan

pada umur 28, 42, 56, dan 70 Hst dengan menggunakan rumus seperti

diatas.

• Pengamatan pertumbuhan diamati pada umur :

1. Tinggi tanaman di ukur pada umur 21, 42 dan 63 HST dari permukaan

tanah hingga ujung daun tertinggi.

2. Jumlah anakan dihitung per rumpun pada umur 21, 42 dan 63 HST

• Pengamatan komponen hasil meliputi :

1. jumlah malai per rumpun yang dihitung pada waktu panen.

2. bobot 1000 butir gabah pada kadar air 14 %.

3. Berat gabah isi

4. Hasil gabah kering ton per hektar

Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan uji F dan uji beda nyata denga DMRT 5%

Page 14: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

kegiatan Efektivitas Penggunaan Agens Hayati (Corynebacterium) Dalam

Pengendalian Hawar Daun Bakteri Pada Tanaman Padi Di Kabupaten Pidie ini

dilaksanakan di dua kecamatan yaitu kecamatan Indrajaya Desa Wakeuh dan

Kecamatan Glumpang Tiga Desa Blang Tunong. Kegiatan ini dilaksanakan pada

lahan petani dengan luas lahan masing-masin kecamatan 1,5 ha.

4.1. Karakteristik Fisik Lokasi Pengkajian di Kecamatan Indrajaya

Kecamatan Indrajaya merupakan salah satu kecamatan dalam Kabupaten

Pidie yang kegiatan masyarakatnya didominasi oleh usahatani. Wilayah kecamatan

Indrajaya memiliki luas wilayah 3402 Ha, yang terdiri 5 mukim dan 49 desa. 34,22%

dari kecamatan ini terdiri persawahan, persawahan yang dimilliki sebagian besar

merupakan lahan sawah irigasi pedesaan. Ketinggian permukaan daratan 5 – 150 m

dpl dengan jenis tanah alluvial dan remah sedang keasaman tanahnya berkisar

antara pH 5,5 – 7,0.

Berdasarkan tingkat penggunaan lahan di Kecamatan Indrajaya dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kecamatan Indrajaya, Kabupaten Pidie, Tahun 2016

No. Jenis Penggunaan Luas Lahan (Ha)

1. Sawah 1164

2. Pekarangan 559

3. Tegalan/Kebun 668

4. Kolam/Tambak 2

5. Kebun Kelapa

Pinang

170

10

6. Lahan Tidak di usahakan 789

Total 3402

Page 15: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

15

Batas wilayah kecamatan Indrajaya mempunyai batas :

• Batas sebelah utara dengan Kecamatan Pidie

• Batas sebelah timur dengan Kecamatan Peukan Baro

• Batas sebelah selatan dengan Kecamatan Sakti dan Kecamatan Mutiara

• Batas Sebelah Barat dengan Kecamatan Delima dan Mila

Jarak Kecamatan Indrajaya ke Ibukota Kabupaten Pidie 7 KM dan jumlah

penduduk wilayah ini dari data tahun 2015 sebanyak 25.903 jiwa, dengan perincian

11828 jiwa laki-laki dan 14075 jiwa perempuan dengan mata pencaharian 85%

bekerja disektor pertanian. Penghasilan petani dikecamatan peunaron lebih dominan

pada subsektor tanaman pangan terutama padi sawah dan sebagian kecil yang

menanam kedelai dan kacang tanah. Rata-rata produksi padi sawah di kecamatan ini

berkisar 5,5 ton/ha dengan harga jual 4200-4500/ kg dalam bentuk gabah

sedangkan dalam bentuk beras 7500-8000 / kg. Untuk tanaman perkebunan wilayah

banyak juga yang menanam kelapa dan pinang.Keadaan iklim wilayah ini dimana

curah hujan yang terbanyak pada bulan Nopember, Desember dan januari sdangkan

curah hujan terenda terjadi pada bulan Mei, Juni, Juli dan Agustus. Pola usahatani di

wilayah ini untuk tanaman pangan Padi- Padi, Padi-kacang tanah, Padi-Semangka-

Padi, Padi-Kedelai, Padi- Hortikultura, Padi- Bera

44..22 Karakteristik Fisik Lokasi Pengkajian di Kecamatan Glumpang Tiga

Kecamatan Glumpang Tiga juga merupakan salah satu kecamatan dalam

Kabupaten Pidie yang kegiatan masyarakatnya didominasi oleh usahatani. Wilayah

kecamatan Glumpang Tiga memiliki luas wilayah 105.00 km2, yang terdiri 4

kemukima dan 34 desa. Jumlah penduduk kecamatan Glumpang Tiga 19.864 jiwa

dengan perincian laki-laki 9.843 jiwa dan perempuan 10.021 jiwa. Dengan jumlah kk

5991.

Kecamatan Glumpang Tiga sebagian besar terdiri dari sawah dan kebun serta

pemukiman. Lahan sawah digunakan untuk tanaman padi dan sayuran sedangkan

lahan kebun digunakan untuk usahatani palawija tanaman hortikultura, tanaman

Page 16: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

16

perkebunan dan tempat pemeliharaan ternak, lahan perkarangan dimanfaatkan

untuk tanaman buah-buahan, sayuran serta bunga-bungan. Persawahan yang

dimilliki sebagian besar merupakan lahan sawah irigasi pedesaan dengan ketinggian

tempat 15 – 45 m dpl dengan jenis tanah Alluvial, Hidromof dan PMK yaitu struktur

tanah pada umumnya liat berdebu, remah dan berpasir. Keasaman tanahnya

berkisar antara pH 5,0 – 7,0.

Batas wilayah Kecamatan Glumpang Tiga mempunyai batas :

• Batas sebelah utara dengan Kecamatan Glumpang Baro

• Batas sebelah timur dengan Kecamatan Bandar Baru (Kab. Pidie Jaya)

• Batas sebelah selatan dengan Kecamatan Kecamatan Tiro

• Batas Sebelah Barat dengan Kecamatan Mutiara Timur

Penghasilan petani di Kecamatan Glumpang Tiga lebih dominan pada

subsektor tanaman pangan terutama padi sawah dan sebagian kecil yang menanam

kedelai dan jagung. Rata-rata produksi padi sawah di kecamatan ini berkisar 6

ton/ha dengan harga jual 4200-4500/ kg dalam bentuk gabah sedangkan dalam

bentuk beras 7500-8000 / kg. Untuk tanaman perkebunan kelapa dan pinang juga

banyak diusahakan diwilayah ini.

Keadaan iklim wilayah ini dimana curah hujan yang terbanyak pada bulan

Nopember, Desemberr dan januari sedangkan curah hujan terendah terjadi pada

bulan Oktober dan musim kering terjadi pada bulan Mei dan Juni. Pola usahatani di

wilayah ini untuk tanaman pangan Padi - Padi-Palawija/Hortikultura. Tanaman

perkebunan sepanjang tahun.

4.3 Data Pengamatan Intensitas Serangan Kresek (HDB)

Hasil pengamatan intensitas serangan Hawar Daun Bakteri (HDB) Desa Blang

Tunong Kecamatan Glumpang Tiga dan Desa Wakeuh Kecamatan Indrajaya dan

pada umur 24 HST dapat dilihat pada tabel 3.

Page 17: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

17

Tabel 3. Data pengamatan intesitas serangan Hawar Daun Bakteri umur 28 Hst setelah diaplikasi bakteri antagonis Corynebakterium sesuai perlakuan di Desa Blang Tunong Kecamatan Glumpang Tiga dan Desa Wakeuh Kecamatan Indrajaya

Perlakuan Intensitas Serangan penyakit (%)

Desa Blang Tunong Desa Wakeuh

A 0 a 5,75 b B 0 a 5.65 b C 0 a 3,43 a D 5.56 b 8,16 c

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%

Hasil pengamatan dan sidik ragam terhadap intensitas serangan

menunjukkan perlakuan agens hayati menunjukkan intensitas serangan terendah

pada perlakuan C (Perendaman benih sebelum semai dan penyemprotan tanaman

padi dengan bakteri antagonis Corynebakterium) sebesar 3.43 % dan yang tertinggi

pada perlakuan D (kontrol) sebesar 8,16 % didesa Wakeuh, sedang kan di Desa

Blang Tunong pada umur tersebut belum adanya serangan pada pada perlakuan A,B

, C dan pada perlakuan D (Kontrol) intensitas serangan sebesar 5.26 %.

Tabel 4. Data pengamatan intesitas serangan Hawar Daun Bakteri pada umur 42 Hst setelah diaplikasi bakteri antagonis Corynebakterium sesuai perlakuan di desa Blang Tunong Kecamatan Glumpang Tiga dan desa Wakeuh Kecamatan Indrajaya

Perlakuan Intensitas Serangan penyakit (%)

Desa Blang Tunong Desa Wakeuh

A 5,82 b 5,11 ab B 2,94 a 4,98 a C 2,54 a 4,59 a D 8,65 c 6,63 b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%

Page 18: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

18

Pada pengamatan intensitas serangan umur 42 HST Tabel 4. Di Desa Blang

Tunong perlakuan C (benih di rendam dan tanaman padi disemprot) menunjukkan

intenitas serangan terendah yaitu 2,54 % yang tidak berbeda nyata dengan

perlakuan B (semprot ) 2,94 % dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan D

(kontrol ) 8,65 % . Sedangkan untuk Desa Wakeuh Kecamatan Indrajaya intesitas

serangan penyakit terendah di jumpai pada perlakuan C (benih di rendam dan

tanaman padi disemprot) yaitu 4,59 % yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan

B ( semprot) 4,98 % dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan D (kontrol ) 6,63

%

Tabel 5. Data pengamatan intesitas serangan Hawar Daun Bakteri umur 56 Hst setelah diaplikasi bakteri antagonis Corynebakterium sesuai perlakuan di desa Blang Tunong Kecamatan Glumpang Tiga desa Wakeuh Kecamatan Indrajaya

Perlakuan Intensitas Serangan penyakit (%)

Desa Blang Tunong Desa Wakeuh

A 4,98 c 5,27 c B 2,47 b 3,97 b C 1,73 a 1,95 a D 10,35 d 7,66 d

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%

Pada pengamatan intensitas serangan umur 56 HST Tabel 5. Di Desa Blang

Tunong perlakuan C (benih di rendam dan tanaman padi disemprot) menunjukkan

intensitas serangan terendah yaitu 1,73 % yang berbeda nyata dengan perlakuan

B (semprot ) 2,47 % dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan D (kontrol ) 10.35

% . Sedangkan untuk Desa Wakeuh Kecamatan Indrajaya intesitas serangan

penyakit terendah juga di jumpai pada perlakuan C (benih di rendam dan tanaman

padi disemprot) yaitu 1,95 % yang berbeda nyata dengan perlakuan B ( semprot)

3,97 % dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan D (kontrol ) 7,66 %

Page 19: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

19

Tabel 6. Data pengamatan intesitas serangan Hawar Daun Bakteri umur 70 Hst setelah diaplikasi bakteri antagonis Corynebakterium sesuai perlakuan di desa Blang Tunong Kecamatan Glumpang Tiga desa Wakeuh Kecamatan Indrajaya

Perlakuan Intensitas Serangan penyakit (%)

Desa Blang Tunong Desa Wakeuh

A 4,75 c 5,20 c B 2,24 b 3,83 b C 1,64 a 1,87 a D 10,98 d 7,80 d

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%

Pada pengamatan intensitas serangan umur 70 HST Tabel 6. Di Desa Blang

Tunong perlakuan C (benih di rendam dan tanaman padi disemprot) menunjukkan

intensitas serangan terendah yaitu 1,73 % yang berbeda nyata dengan perlakuan

B (semprot ) 2,47 % dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan D (kontrol ) 10.35

% . Sedangkan untuk Desa Wakeuh Kecamatan Indrajaya intesitas serangan

penyakit terendah juga di jumpai pada perlakuan C (benih di rendam dan tanaman

padi disemprot) yaitu 1,95 % yang berbeda nyata dengan perlakuan B ( semprot)

3,97 % dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan D (kontrol ) 7,66 %.

Interaksi antara pathogen, tanaman dan factor lingkungan sangat

mempengaruhi tingkat serangan penyakit Kresek. Penyakit ini dapat menghambat

pertumbuhan tanaman, mengurangi ketegaran tanaman dan pembentukan butir

Gabah yang tidak sempurna dan apabila serangan berlanjut dapat terjadinya

kematian jaringan pada bagian tanaman.

Hasil uji BNT 0.05 pada tabel. 3, 4, 5 dan 6 menujukkan bahwa intensitas

serangan Hawar Daun Bakteri terendah diperlihatkan pada perlakuan benih dengan

perendaman dan penyemprotan yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol.

Hasil pengamatan intensitas serangan kresek secara keseluruhan

menunjukkan bahwa intensitas serangan penyakit kresek masih rendah terutama

pada perlakuan C (rendam dan semprot) dan B (tanaman padi di semprot). Hal ini

Page 20: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

20

menunjukkan bahwa perlakuan dengan penyemprotan bakteri antagonis mampu

menekan perkembangan serangan kresek. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Manik,(2011) bahwa efektifitas Corynebakterium dalam

mengendalikan penyakit hawar daun bakteri menunjukkan bahwa intensitas

serangan Xanthomonas campesrtris pv oryzae terendah pada perlakuan rendam

dan semprot sedangkan intensitas serangan tertinggi pada perlakuan kontrol.

Intensitas serangan kresek tertinggi diperlihatkan oleh perlakuan D (kontrol)

pada semua tingkatan umur tanaman, hal ini disebabkan karena kresek termasuk

OPT utama tanaman padi yang menjadi kendala dalam peningkatan produksi padi.

Kemampuan agens hayati mengendalikan patogen berhubungan dengan

kemampuan bakteri dalam memproduksi siderofor, HCN, senyawa antibiotik, dan

enzim (Siddiqui 2005). Hal ini sesuai juga dengan pendapat (Hasanuddin, 2003).

Pengendalian hayati dengan memanfaatkan bakteri antagonis sebagai

pengganti pestisida, dapat menghasilkan antibiotik dan siderofor yang bisa berperan

sebagai kompetitor terhadap unsur hara bagi patogen tanaman, pemanfaatan

bakteri-bakteri antagonis ini dimasa depan akan menjadi salah satu pilihan bijak

dalam usaha meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian hayati

untuk menunjang pertanian berkelanjutan.

Hawar Daun Bakteri bertahan dalam air irigasi dan bakteri ini menjadi

sumber inokulum untuk penanaman padi pada musim berikutnya. Suhu panas (25 –

30 C0 ), kelembaban tinggi (90 %), angin kencang, pemupukan nitrogen yang

berlebih dan hujan angin sangat cocok untuk mendukung perkembangan penyakit

ini. Penyakit disebarkan oleh air irigasi, kontak antar daun padi, dan percikan air

hujan. Kegiatan selama pemeliharaan seperti penyiangan, pemupukan dan

sebagainya terutama yang dapat mengakibatkan luka pada daun, juga sangat

membantu penyebaran penyakit (Suparyono, 2007).

Page 21: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

21

4.4. Data Pengamatan Pertumbuhan Tinggi Tanaman

Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 21

HST di desa Blang Tunong dan Desa Wakeuh menunjukkan pertumbuhan yang baik

pada semua perlakuan dibandingkan pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan

D= kontrol. Data pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 21 HST pada semua

perlakuan di Desa Blang Tunong dan Desa Wakeuh dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Data pengamatan Tinggi tanaman umur 21 Hst setelah diaplikasi bakteri antagonis Corynebakterium sesuai perlakuan di desa Blang Tunong Kecamatan Glumpang Tiga dan desa Wakeuh Kecamatan Indrajaya

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

Desa Blang Tunong Desa Wakeuh

A 61,80 b 42,73 a B 66,67 b 53,20 c C 66,33 b 41,53 a D 51,67 a 46,93 b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%

Hasil pengamatan dan sidik ragam terhadap tinggi tanaman dengan

perlakuan agens hayati di Desa Blang Tunong menunjukkan tinggi tanaman

tertinggi di jumpai pada perlakuan A (Perendaman benih) 61,80 cm sedangkan di

Desa Wakeuh tinggi tanaman tertinggi dijumpai pada perlakuan B (tanaman

disemprot) 53,20 cm

Tabel 8.Data pengamatan Tinggi tanaman pada umur 42 Hst setelah diaplikasi bakteri antagonis Corynebakterium sesuai perlakuan di desa Blang Tunong Kecamatan Glumpang Tiga desa Wakeuh Kecamatan Indrajaya

Perlakuan Tinggi Tanaman

Desa Blang Tunong Desa Wakeuh

A 77,40 b 80,40 b B 69,70 a 69,87 a C 81,37 b 77,40 b D 70,33 a 68,83 a

Page 22: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

22

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%

Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 42

HST di desa Blang Tunong dan Desa Wakeuh menunjukkan pertumbuhan yang baik

pada semua perlakuan dibandingkan pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan

D= kontrol. Data pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 42 HST pada semua

perlakuan di Desa Blang Tunong dan Desa Wakeuh dapat dilihat pada tabel 8.

Hasil pengamatan dan sidik ragam terhadap tinggi tanaman dengan

perlakuan agens hayati di Desa Blang Tunong menunjukkan tinggi tanaman

tertinggi di jumpai pada perlakuan C (Rendam dan semprot) 81,37 cm sedangkan

di Desa Wakeuh tinggi tanaman tertinggi dijumpai pada perlakuan A (Benih rendam)

80,40 cm yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan C (Rendam dan semprot)

77,40 cm.

Tabel 9. Data pengamatan Tinggi tanaman pada umur 63 Hst setelah diaplikasi

bakteri antagonis Corynebakterium sesuai perlakuan di desa Blang Tunong Kecamatan Glumpang Tiga dan desa Wakeuh Kecamatan Indrajaya

Perlakuan Tinggi Tanaman

Desa Blang Tunong Desa Wakeuh

A 134,47 c 98,33 a B 135,93 d 98,80 a C 132,27 b 110,47 b D 121,00 a 98,90 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%

Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 63

HST di desa Blang Tunong menunjukkan pertumbuhan yang baik pada semua

perlakuan dibandingkan pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan D= kontrol.

Data pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 63 HST pada semua perlakuan di

Desa Blang Tunong dan Desa Wakeuh dapat dilihat pada tabel 9.

Page 23: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

23

Hasil pengamatan dan sidik ragam terhadap tinggi tanaman dengan

perlakuan agens hayati di Desa Blang Tunong menunjukkan tinggi tanaman

tertinggi di jumpai pada perlakuan B (semprot) 135,93 cm sedangkan di Desa

Wakeuh tinggi tanaman tertinggi dijumpai pada perlakuan C (rendam dan semprot)

110,47 cm.

Sesuai pendapat Mildaerizanti (2008) Perbedaan tinggi tanaman merupakan

salah satu faktor yang ditentukan genetik dari tanaman tersebut, dan disamping itu

juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tumbuh tanaman. Apabila lingkungan

tumbuh sesuai bagi pertumbuhan tanaman, maka dapat meningkatkan produksi

tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Oka (1993) bahwa tanah yang subur

dengan pengolahan yang baik dan pemberian pupuk yang cukup dan seimbang akan

menjamin pertumbuhan tanaman yang sehat. Tanaman sehat lebih mampu

menahan serangan berbagai patogen. Sebaliknya tanaman akan merana dan tidak

mampu melawan serangan patogen bila kondisi lingkungannya buruk.

4.5. Data Pengamatan Komponen Pertumbuhan Jumlah Anakan

Tabel 10.Data pengamatan jumlah anakan pada umur 21 Hst setelah diaplikasi bakteri antagonis Corynebakterium sesuai perlakuan di Desa Blang Tunong Kecamatan Glumpang Tiga dan Desa Wakeuh Kecamatan Indrajaya

Perlakuan Jumlah Anakan (batang)

Desa Blang Tunong Desa Wakeuh

A 19,80

15,07 B 19,97

15,73

C 21,77

17,87 D 19,33

13,40

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%

Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan jumlah anakan pada umur 21

HST di desa Blang Tunong dan Desa Wakeuh menunjukkan pertumbuhan yang baik

pada semua perlakuan. Jumlah anakan tertinggi dijumpai pada perlakuan C (rendam

dan semprot) yang tidak berbeda nyata pada semua perlakuan pada kedua desa

Page 24: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

24

tersebut. Data pertumbuhan jumlah anakan pada umur 21 HST pada semua

perlakuan di Desa Blang Tunong dan Desa Wakeuh dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 11.Data pengamatan jumlah anakan pada umur 42 Hst setelah diaplikasi bakteri antagonis Corynebakterium sesuai perlakuan di desa Blang Tunong Kecamatan Glumpang Tiga dan desa Wakeuh Kecamatan Indrajaya

Perlakuan Jumlah Anakan (cm)

Desa Blang Tunong Desa Wakeuh

A 22,13

20,60 b B 20,33

17,73 a

C 24,47

23,87 b D 20,87

14,33 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%

Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan jumlah anakan pada umur 42

HST di Desa Blang Tunong dan Desa Wakeuh menunjukkan pertumbuhan yang baik

pada semua perlakuan. Jumlah anakan tertinggi dijumpai pada perlakuan C (rendam

dan semprot) yang tidak berbeda nyata pada semua perlakuan pada Desa Blang

Tunong. Sedangkan pada Desa Wakeuh jumlah anakan tertinggi di jumpai pada

perlakuan C (rendam dan semprot) yang berbeda nyata dengan perlakuan D

(kontrol). Data pertumbuhan jumlah anakan pada umur 42 HST pada semua

perlakuan di Desa Blang Tunong dan Desa Wakeuh dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 12.Data pengamatan jumlah anakan pada umur 63 Hst setelah diaplikasi bakteri antagonis Corynebakterium sesuai perlakuan di Desa Blang Tunong Kecamatan Glumpang Tiga dan Desa Wakeuh Kecamatan Indrajaya

Perlakuan Jumlah Anakan (cm)

Desa Blang Tunong Desa Wakeuh

A 23,40 a 22,13 B 22,70 a 20,33 C 27,13 b 24,47

Page 25: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

25

D 21,60 a 20,87 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5% Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan jumlah anakan pada umur 63

HST di Desa Blang Tunong dan Desa Wakeuh menunjukkan pertumbuhan yang baik

pada semua perlakuan.

Jumlah anakan tertinggi dijumpai pada perlakuan C (rendam dan semprot)

yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada Desa Blang Tunong.

Sedangkan pada Desa Wakeuh jumlah anakan tertinggi di jumpai pada perlakuan C

(rendam dan semprot) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Data

pertumbuhan jumlah anakan pada umur 63 HST pada semua perlakuan di Desa

Blang Tunong dan Desa Wakeuh dapat dilihat pada tabel 12.

jumlah anakan per rumpun yang disertai dengan jumlah gabah per malai

yang banyak akan memungkinkan memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan

dengan jumlah anakan dan jumlah gabah per malai yang lebih sedikit (Veeresh et al.

2011).

Sehubungan jumlah anakan petani lebih menyukai tanaman padi dengan

jumlah anakan yang sedang dan menjadi produktif semuanya, artinya bahwa jumlah

anakan mampu memberikan petambahan jumlah gabah isi yang lebih banyak

dibandingkan dengan gabah hampa. (Krismawati, et al 2011).

Hal ini juga di dukung oleh penelitian Fadjry et al. (2012), jumlah anakan

produktif yang banyak akan sangat mempengaruhi produksi padi. Jumlah anakan

produktif berpengaruh langsung terhadap jumlah malai yang dihasilkan, sehingga

makin banyak anakan produktif makin banyak gabah yang akan diperoleh.

4.6 Data Komponen Hasil Desa Blang Tunong Kecamatan Glumpang Tiga

dan Desa Wakeuh Kecamatan Indrajaya Hasil pengamatan komponen produksi yaitu berat gabah isi/rumpun,jumlah

malai /rumpun, berat 1000 biji dan hasil ton/ha Desa Blang Tunong Kecamatan

Glumpang Tiga dan Desa Wakeuh Kecamatan Indrajaya setelah panen dapat dilihat

pada tabel. 13, 14,15 dan 16.

Page 26: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

26

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa komponen hasil seperti berat

gabah isi/rumpun,jumlah malai /rumpun, berat 1000 biji dan hasil ton/ha Desa Blang

Tunong Kecamatan Glumpang Tiga dan Desa Wakeuh Kecamatan Indrajaya

menunjukkan bahwa perlakuan C (rendam dan semprot ) memberikan hasil yang

tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainya.

A. Berat Gabah Isi/Rumpun

Tabel 13. Data pengamatan berat gabah isi/rumpun setelah diaplikasi bakteri antagonis Corynebakterium sesuai perlakuan di desa Blang Tunong Kecamatan Glumpang Tiga dan desa Wakeuh Kecamatan Indrajaya

Perlakuan Berat Gabah Isi/Rumpun (gr)

Desa Blang Tunong Desa Wakeuh

A 45,01

44,29 B 47,67

45,10

C 55,08

54,07 D 43,21

32,23

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%

B. Jumlah Malai /rumpun

Tabel 14 Data pengamatan jumlah malai setelah diaplikasi bakteri antagonis Corynebakterium sesuai perlakuan di desa Blang Tunong Kecamatan Glumpang Tiga dan desa Wakeuh Kecamatan Indrajaya

Perlakuan Jumlah Malai

Desa Blang Tunong Desa Wakeuh

A 21,93

15,33 a B 20,33

16,67 a

C 22,53

25,93 b D 19,40

13,33 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%

Page 27: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

27

C. Berat 1000 biji Tabel 15. Data pengamatan berat 1000 biji setelah diaplikasi bakteri antagonis

Corynebakterium sesuai perlakuan di desa Blang Tunong Kecamatan Glumpang Tiga dan desa Wakeuh Kecamatan Indrajaya

Perlakuan Berat 1000 Biji (gr)

Desa Blang Tunong Desa Wakeuh

A 25,99

28,03 b B 27,93

27,04 b

C 28,10

27,97 b D 25,99

22,60 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%

D. Hasil Ton/ha

Tabel 16. Data pengamatan hasil ton/ha setelah diaplikasi bakteri antagonis

Corynebakterium sesuai perlakuan di desa Blang Tunong Kecamatan Glumpang Tiga dan desa Wakeuh Kecamatan Indrajaya

Perlakuan Hasil Ton/ha

Desa Blang Tunong Desa Wakeuh

A 5,03

4,95 B 5,30

5,03

C 6,13

6,03 D 4,77

3,63

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa komponen hasil seperti berat

gabah isi/rumpun, jumlah malai /rumpun, berat 1000 biji dan hasil ton/ha

menunjukkan hasil tertinggi dijumpai pada perlakuan C (rendam dan semprot) yang

tidak berbeda nyata antar varietas yang dicobakan di Desa Blang Tunong Kecamatan

Glumpang Tiga. Sedangkan untuk Desa Wakeuh komponen hasil berat gabah

Page 28: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

28

isi/rumpun dan hasil ton/ha menunjukkan hasil tertinggi pada perlakuan C (rendam

dan semprot) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan untuk

jumlah malai/rumpun dan berat 1000 biji hasil tertinggi di jumpai pada perlakuan C

(rendam dan semprot) yang berbeda nyata dengan perlakuan D (kontrol).

Pengamatan komponen hasil menunjukkan perlakuan C (benih padi direndam

dan tanaman padi disemprot) menghasilkan produksi tertinggi dengan intesitas

serangan yang rendah baik di Desa Blang Tunong dan Desa Wakeuh. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan (Dahyar dan Ayu 2010) bahwa dengan

perendaman benih dengan bakteri antagonis Corynebacterium dan penyemprotan

mampu menekan perkembangan penyakit Blas, hal ini ditunjukkan dengan intesitas

serangan yang rendah sehingga dengan demikian produksi yang diperoleh masih

cukup baik dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Selain itu Corynebacterium

dapat mengendalikan penyakit hawar daun bakteri (HDB) dan banyak penelitian

lainnya yang menunjukkan Corynebakterium sebagai agent hayati pengendali

patogen.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dipastikan bahwa bakteri

Corynebakterium memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai agent pengendali

hayati untuk pengendalian penyakit hawar daun bakteri (kresek).

Seiring dengan meningkatnya kesadaran untuk menjaga lingkungan sehat,

mendorong aplikasi teknologi yang ramah lingkungan bahkan mengarah pada sistem

usaha tani organik. Corynebakterium sangat cocok untuk mencegah penyakit layu

yang disebabkan oleh bakteri pada daun/tanaman hortikultura, palawija maupun

tanaman padi sawah (Anonim 2009).

TTEEMMUU LLAAPPAANNGG

Untuk mendiseminasikan teknologi yang diterapkan dalam kegiatan

efektivitas penggunaan Agen hayati (Corynebacterium) dalam penggendalian Hawar

Daun bakteri pada tanaman padi di Kabupaten Pidie, maka dilaksanakan kegiatan

temu lapang bersamaan dengan panen padi tersebut. Temu lapang ini dilaksanakan

Page 29: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

29

pada tanggal 2 Agustus 2016 di Desa Blang Tunong Kecamatan Glumpangtiga

Kabupaten Pidie.

Salah satu penyakit yang sering menyerang pertanaman padi adalah

penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB) atau disebut penyakit Kresek. BPTP Aceh tahun

2016 melaksanakan kegiatan efektivitas penggunaan Agen hayati

(Corynebacterium) dalam penggendalian Hawar Daun bakteri pada tanaman padi di

Kabupaten Pidie. Pengendalian Hawar Daun Bakteri (HDB) dapat dijadikan salah

satu cara untuk meningkatkan produktivitas padi. Saat ini upaya pengendalian

terhadap hama dan penyakit tanaman masih mengandalkan penggunaan pestisida

sebagai upaya pengendalian utama. Kenyataannya menunjukkan bahwa upaya

pengendalian secara kimiawi bukan merupakan alternatif yang terbaik, karena sifat

racun yang terdapat dalam senyawa tersebut dapat meracuni manusia, ternak

piaraan, serangga penyerbuk, musuh alami, tanaman, serta lingkungan sehingga

dapat menimbulkan pengaruh negative akibat penggunaan senyawa kimia yang

berlebihan dan terus menerus membuat hama dan penyakit menjadi resisten.

Kegiatan Pengkajian ini dilaksanakan dI Kabupaten Pidie di dua kecamatan

yaitu kecamatan Glumpang Tiga desa Blang Tunong dan Kecamatan Indrajaya desa

Wakeuh dengan luas lahan 3 ha. Pengendalian penyakit hawar daun bakteri

menggunakan agen hayati Corynebakterium degan 4 perlakuan yaitu : A) benih

Page 30: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

30

direndam, B) disemprot pada umur 2, 4, 6 minggu setelah pindah, C) benih

direndam dan disemprot pada umur 2,4,6 setelah pindah dan D) Kontrol Tampa

perlakuan).

Acara temu lapang ini dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan

Pidie Ibu Ir. Ainall Madhiah, Bapak kepala BP2KP Pidie yang diwakilkan Kabid

program bapak Jailani., Kepala BPTP Aceh Ir. Basri AB, Msi, Koordinator PHP

Kabupaten Pidie, Danramil dan Camat Kecamatan Glumpang tiga, Koodinator BPP

Glumpang tiga dan Koordinator BPP Kecamatan Indrajaya, PPL, Kepala Desa,

kelompok tani yang terlibat kegiatan ini dan petani dari Desa Blangtunong.

Acara temu lapang diawali dengan penyampaian sambutan dari penanggung

jawab kegiatan, Kepala BPTP Aceh, Kadis Pertanian dan Peternakan dan dilanjutkan

oleh Bapak Jailani mewakili Kepala BP2KP Pidie. Dalam sambutannya, Kepala BPTP

Aceh menyampaikan bahwa penerapan salah satu teknologi pengendalian penyakit

menggunakan agent hayati Corynebakterium untuk mengendaliakan penyakit Hawar

Daun Bakteri (HDB) merupakan salah satu penyakit utama pada padi yang secara

ekonomis penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan hasil yang cukup tinggi,

terutama pada musim hujan, bisa mencapai 20,6-35,6%, sedangkan pada musim

kemarau dapat mencapai 7,5-23,8%, hal ini karena kondisi pertanian di daerah

tropis yang panas dan lembab, sehingga perkembangan penyakit ini lebih optimal.

Pemanfaatan agent hayati saat ini terus dikembangkan dan dimasyarakatkan ke

petani karena pengendalian hayati akan memainkan peranan penting dalam

Page 31: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

31

pertanian pada masa akan datang hal ini disebabkan kekhawatiran terhadap

bahaya penggunaan bahan kimia yang berlebihan saat ini.

Acara kemudian dilanjutkan dengan dialog antara para petani dengan

narasumber . Dalam dialog ini, para petani berharap adanya bantuan alsintan seperti

traktor, alat tanam yang akan memudahkan dalam kegitan bercocok tanam padii

serta meminta lebih sering lagi mengadakan kegiatan seperti yang sangat

bermanfaat bagi mereka. Akhirnya acara ditutup dengan doa dan panen secara

simbolis yang dipandu oleh tim BPTP Aceh. Semoga dengan kegiatan ini dapat

mencegah penyakit Hawar Daun Bakteri (Kresek) dengan menggunakan agent

hayati Corynebakterium sehingga dapat meningkatkan produktivitas sekaligus

mendukung upaya swasembada nasional.

Page 32: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

32

V. KESIMPULAN

• efektifitas agens hayati Corynebacterium dalam pengendalian penyakit

Hawar Daun Bakteri di Kabupaten Pidie di jumpai pada perlakuan

perendaman benih dan penyemprotan memberikan hasil yang lebih baik

dibanding dengan perlakuan lainnya.

• Intensitas serangan Hawar Daun Bakteri yang disebabkan oleh Xanthomonas

campestris pv. Orizae yang terendah dijumpai pada perlakuan perendaman

benih dan penyemprotan yaitu 1,64 % di Desa Blang Tunong Kecamatan

Glumpang Tiga dan 1,87 di Desa Wakeuh Kecamatan Indrajaya.

Page 33: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

33

VI. DAFTAR PUSTAKA

Aceh Dalam Angka, 2014. Laporan tahunan produksi padi dan palawija, Data BPS Aceh Anonim, 2009. Bakteri Antagois Corynebakterium. www.thl-tbpp.blogspot.com. Akses

19 mei 2011 Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta (terjemahan Munsir Busman) Hal 713.

BPTPH Aceh, 2014. Laporan Tahunan Tentang Perkembangan Organisme Pengganggu Tanaman. Aceh.

Dahyar, A.R., dan Ayu, K.P., 2010. Efektifitas Bakteri Antagonis Corynebacterium sp Terhadap Penyakit Blas (Pyricularia grisea Sacc) Pada Tanaman Padi.

Fadjry, D.,Arifuddin K., Syafruddin K., dan Nicholas. 2012. Pengkajian Varietas Unggul Baru Padi yang Adaptif pada Lahan Sawah Bukaan Baru Untuk Meningkatkan Produksi >4 ton/ha GKP di Kabupaten Merauke Provinsi Papua. Prosiding InSnas 2012: hal.29-36.

Hasanuddin, 2003. Peningkatan peranan Mikroorganisme Dalam Sistem Pengendalian Penyakit Tumbuhan Secara Terpadu. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Krismawati, A., dan Z. Arivin., 2011. Stabilitas hasil beberapa varietas padi pada lahan sawah. J. Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 14(2): 84-92.

Mahmud, M dan Farida, 1995. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Antagonis Terhadap

Bakteri Hawar Daun Padsi ( Xanthomonas campestris p.v.oryzae ) Dalam Peningkatan Peranan Pitopatologi Dalam Pengamanan Produiksi dan Pelestarian Lingkungan. Risalah Kongres Nasional XII dan Seminar lmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia (1995).

Manik, C.A., 2011. Uji Efektivitas Corynebacterium dan Dosis pupuk K terhadap

Serangan Penyakit Kresek (Xanthomonas campestris pv oryzae) pada Padi Sawah (Oryzae sativa L) di lapangan. www. Repository.usu.ac.id. Akses 27 juni 2011

Mildaerizanti. 2008. Keragaan Beberapa Varietas Padi Gogo Di Daerah Aliran Sungai Batanghari.

Oka, Ida Nyoman. 1993.Epidemiologi Penyakit Tanaman Pengantar . Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal 92.

Semangun, H . 2009. Penyakit-penyakit Hortikultura di Indonesia Gadjah Mada

University Press. Yokyakarta.

Page 34: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

34

Siddiqui, Z.A. (ed). 2005. PGPR: Prospective Biocontrol Agents of Plant Pathogens.

Springer. Netherlands Sihombing, E.J.M. 2011. Analisis Perbanyakan Agens Hayati di Wilayah Laboratorium

PHP Pematang Kerasaan. Simalungun. Suparyono dan Agus, 2004. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudjak Saenong, M dan Yasin 2000. Dampak Aplikasi Pestisida dalam Perspectif Lingkungan Kesehatan

Triny S. K. 2006. Pengelolaan penyakit hawar daun bakteri (Xanthomonas campestris pv. Orizae) dalam pengamanan produksi,Balai Penelitian Tanaman Padi Sukamandi Makala yang disampaikan pada acara Temu Teknologi Pengendalian OPT Spesifik Lokasi Dalam Pemasyarakatan PHT Berbasis Lingkungan ,di Cipayung 25 –27 April 2006

Veeresh, R.P.G., A. Henry, A. Yamauchi, H.E. Shashidhar, R. Serraj. 2011. Root biology and genetics improvement for drought avoidance in rice. Field Crop Res.122:1-13.

Page 35: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

35

LAMPIRAN 1. ANALISIS RESIKO

No Resiko Penyebab Dampak Penanganan Resiko

1. 2.

Analisis data yang tidak tepat Banjir yang agak lama

Kesalahan dalam pengambilan sampel, antara lain : lokasi yang tidak homogen Hujan lebat dan tidak ada saluran pembuangan

Hasil penelitian tidak dapat direkomendasi-kan Padi tergenang

Lakukan pengambilan sampel dengan menggunakan metode yang sesuai. Buat saluran pembuangan untuk mengantisipasi banjir

LAMPIRAN 2. PERSONALIA

No Nama Lengkap Pendidikan Disiplin Ilmu

Jabatan

Fungsional Waktu

1 Idawanni, SP S-1 Agoronomi Peneliti 25

2 Ir.T. Iskandar, M.Si S-2 Komunikasi Penyuluh 15

3 Ahmad Andriani, SP S-1 HPT Penyuluh 20

4 Cut Nina Herlina, SPi S-1 Sosek Penyuluh 20

5 Fenty Ferayanti, SP S-1 HPT Peneliti 20

Page 36: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

36

LAMPIRAN 2. FOTO KEGIATAN PADI AGENS HAYATI (CORYNEBACTERIUM)

Perendaman Benih Dengan Agent Hayati Corynebacterium Sesuai Perlakuan

Kegiatan Tabur Benih /Penyemaian Sesuai Perlakuan

Page 37: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

37

Penanaman Padi Sesuai Perlakuan

Page 38: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

38

Page 39: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

39

Page 40: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

40

Padi Umur 21 Hari Setelah Pindah

Page 41: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

41

Pengamatan Intensitas Serangan

Page 42: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - nad.litbang.pertanian ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03 Isi lap akhir Padi Agent... · dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunan

42


Recommended