Transcript
Page 1: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA KE

POSYANDU DI DESA DLANGU KECAMATAN BUTUH KABUPATEN

PURWOREJO

Disusun oleh:

Titis Sensussiana S.Kep.,M.Kep

Yuniar Ika Fajarini, S.Kep.,MPH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

DUTA GAMA KLATEN

2018

Page 2: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA KE

POSYANDU DI DESA DLANGU KECAMATAN BUTUH KABUPATEN

PURWOREJO

INTISARI

Titis Sensussiana, Yuniar Ika Fajarini

Latar Belakang: Pelayanan yang di dapatkan di posyandu khususnya balita yaitu:Pemantauan Status

Gizi (penimbangan), pemberian imunisasi, konseling dan pelayanan anak diare. Penyakit pada balita

yang tidak dilakukan imunisasi penularan penyakit TBC,tetanus, hepatitis B, polio, difteri dan

campak . kartu menuju sehat atau atau yang sering disingkat dengan KMS adalah kartu yang penting

di gunakan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balita untuk memberi imunisasi

pemberian vaksin BCG, DPT, Hepatitis B, polio, dan campak.

Tujuan Penelitan: Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu dengan kunjungan balita ke

posyandu di Desa Dlangu Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo.

Metode Penelitian: Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah obsevasional, pendekatan

crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita di RW 01 dan RW 02 di

Desa Dlangu Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo yang berjumlah 45 orang, dengan teknik

sampling total sampling. Instrumen penelitian kuesioner. analisis data menggunakan spearmen rank.

Hasil: Karakteristik responden umur sebagian besar 28-38 tahun, pendidikan tinggi, pekerjaan lebih

dari 8 jam, penghasilan tinggi dan jumlah anak besar.

Kesimpulan: Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa tiadak ada hubungan umur ibu dengan

kunjungan keposyandu karena nilai p=0,126(>0,05). Karakteristik pendidkan ada hubungan antara

pendidikan dengan kunjungan keposyandu dangan nilai p=0,020 (p<0,05). Sedangkan karakteristik

pekerjaan ada hubungan pekerjaan dengan kunjungan posyandu dengan nilai p=0,000(p<0,05).

Karakteristik pengahasialan ada hugungan dengan kunjungan posyndu dengan nilai p=0,005(p<0,05).

Karakteristik jumlah adak ada hubungan dengan kunjungan posyandu dengan nilai p=0,023(p<0,05).

Kata kunci: Karakteristik, Kunjungan Keposyandu

Page 3: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

PENDAHULUAN

Angka kematian balita (AKABA)

merupakan jumlah kematian balita 0-5

tahun per 1.000 kelahiran hidup dalam

kurun waktu satu tahun. Angka kematian

balita menggambarkan tingkat

permasalahan kesehatan balita, tingkat

pelayanan KIA/Posyandu. Angka kematian

balita di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011

sebesar 11,50/1.000 kelahiran hidup dan

untuk tahun 2012 meningkat menjadi

11,85/1.000 kelahiran hidup. Jika

dibandingkan dengan cakupan yang di

harapakan dalam Millenium Development

Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 yaitu

23/1.000 kelahiran hidup, angka kematian

balita Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012

sudah melampaui target(http://www.dinkes

jatengprov.go.id)

Angka kematian balita (AKABA)

Kabupaten Purworejo pada tahun 2011

sebesar 16,5/1.000 kelahiran hidup, tahun

2010 sebesar 13,5/1.000 kelahiran hidup,

tahun 2009 sebesar 13,2/1.000 kelahiran

hidup sedangkan tahun 2008 sebesar

9,68/1000 kelahiran hidup. Jika

dibandingkan dengan indikator Millenium

Development Goals (MDGs) ke-4 tahun

2015 yaitu 17/1.000 kelahiran hidup

(http://www.dinkespurworejo.go.id)

Pelayanan yang didapatkan di

Posyandu khususnya balitayaitu:

Pemantauan Status Gizi (penimbangan),

pemberian imunisasi, konseling dan

pelayanan anak diare. Pemantauan status

gizi (penimbangan) adalah berat badan

merupakan ukuran antropometri yang

terpenting dan paling sering digunakan

pada bayi baru lahir (neonates). Berat

badan digunakan untuk mendiagnosa bayi

normal atau BBLR. Dikatakan BBLR

apabila berat badan bayi lahir di bawah

2500 gram atau di bawah 2,5 kg. Pada

masa balita berat badan dapat

dipergunakan untuk melihat pertumbuhan

fisik atau status gizi (Nyoman Dkk, 2002).

Pemberian imunisasi diberikan pada

umur 0-7 hari: imunisasi HB 0, umur 1

bulan: imunisasi BCG dan Polio 1, umur 2

bulan: imunisasi DPT/ HB 1 dan Polio 2,

umur 3 bulan:DPT/ HB 2 dan Polio 3,

umur 4 bulan: DPT/ HB 3 dan Polio 4, dan

Page 4: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

umur 9 bulan: campak. Konseling adalah

diskusi kelompok dengan orangtua atau

keluarga anak balita untukmemotivasi

orangtua balita agar terus melakukan pola

asuh yang baik pada anaknya dengan

menerapkan prinsip asih, asah dan asuh.

Membimbing orangtua melakukan

pencatatan terhadap berbagai hasil

pengukuran dan pemantauan kondisi anak

balita serta menyampaikan informasi pada

orangtua agar menghubungi kader apabila

ada permasalahan terkait dengan anak

balitanya. Sedangkan Pelayanan anak diare

dilakukan dengan pemberian ASI bila

balita masih menyusui, diberi air matang

dan cairan makanan (air sayur, air tajin

atau oralit), diberikan makanan, cuci

tangan pakai sabun sebelum dan sesudah

makan dan sesudah buang air besar

(http;//www.promkes.depkes.go.id)

Menurut Soetjiningsih (dalam

Nursalam, 2008) disebutkan bahwa Kartu

Menuju Sehat atau yang sering disingkat

dengan KMS adalah kartu yang penting

digunakan untuk memantau pertumbuhan

dan perkembangan balita, KMS yang ada

untuk saat ini adalah KMS balita, yaitu

kartu yang memuat grafik pertumbuhan

serta indikator perkembangan yang

bermanfaat untuk mencatat dan memantau

tumbuh kembang balita setiap bulannya,

dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun

dengan demikian KMS dapat diartikan

sebagai rapor kesehatan gizi dan catatan

riwayat kesehatan imunisasi di antaranya

yaitu: imunisasi BCG memberikan

kekebalan aktif terhadap penyakit

tumberkulosis (TBC), penyakit tetanus

merupakan salah satu infeksi yang

berbahaya karena mempengaruhi sistem

urat saraf dan otot. Pemberian imunisasi

DPT, imunisasi hepatitis B untuk

mencegah penyakit yang disebabkan virus

hepatitis B yang berakibat pada hati,

imunisasi polio memberikan kekebalan

terhadap penyakit polio, Imunisasi DPT

memberikan kekebalan aktif terhadap

penyakit difteri, imunisasi campak

memberikan kekebalan aktif dan bertujuan

untuk melindungi terhadap penyakit

campak (Marimbi, 2010).

Page 5: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

Posyandu merupakan kegiatan

kesehatan dasar yang diselenggarakan

untukmasyarakat yang dibantu oleh

petugas kesehatan di wilayah kerja

puskesmas, dimana program ini dapat

dilaksanakan di balai dusun, balai

Kelurahan, dan tempat yang mudah

didatangi oleh masyarakat.Tujuan

pelayanan posyandu adalah untuk

menurunkan angka kematian balita yang

masih cukup tinggi, meskipun dari tahun

ketahun sudah dapat diturunkan, untuk

meningkatkan peran dan kemampuan

masyarakat dalam mengembangakan

kegiatan kesehatan untuk menunjang

tercapainya masyarakat sehat dan sejahtera

terutama pada balita khususnya untuk itu

perlu adanya keaktifan orang tua dalam

mengunjungi posyandu yang di

selengarakan setiap satu bulan sekali

diberikan oleh pemberi pelayanan

kesehatan (Sulistyorini, dkk 2010).

Pelayanan posyandu dikenal dengan

nama “sistem 5 meja“ di mana kegiatan di

masing-masing meja mempunyai kegiatan

khusus.Sistem 5 meja tidak berarti bahwa

posyandu harus memiliki 5 buah meja

untuk pelaksanaannya tetapi kegiatan

posyandu tersebut harus mencakup 5

pokok kegiatan diantaranya adalah; 1)meja

pendaftaran balita; 2) meja penimbangan

balita; 3) meja pencatatan hasil

penimbangan; 4) penyuluhan dan

pelayanan gizi bagi ibu balita, dan; 5)

pelayanan kesehatan oralit (Sulistyorini,

dkk 2010).

Menurut Riskesdas Provinsi

Yogyakarta tahun 2010, dalam penelitian

Kristiani (2012), Kunjungan ke Posyandu

menunjukan secara Nasional cakupan

penimbangan balita (pernah ditimbang di

posyandu sekurang-kurangnya satu kali

dalam satu bulan)sebesar 74,5%. Frekuensi

kunjungan balita ke posyandu semakin

berkurang dengan semakin meningkatnya

umur anak. Sebagai gambaran proporsi

anak usia 6-11 bulan yang ditimbang di

Posyandu 91,3%, pada anak usia 12-23

bulan turun menjadi 83,6% dan pada usia

24-35 bulan turun menjadi 73,3%

(http://www.google.com/journal.

respati.ac.id)

Page 6: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

Tingkat partisipasi masyarakat

memeriksakan kesehatan balitanya ke

posyandu masih rendah. Kondisi ini salah

satunya dipengaruhi oleh cara pandang

orang tua yang merasa anaknya tidak perlu

lagi dibawa ke posyandu seiring

bertambahnya umur, selain itu minimnya

kepercayaan para orang tua terhadap

kinerja kader posyandu. Berdasarkan Data

Riskesdas 2010, bahwa 50% balita

Indonesia tidak melakukan penimbangan

teratur di posyandu, riset menunjukkan

kecenderungan semakin bertambahnya

umur seorang balita maka tingkat

kunjungan ke posyandu untuk melakukan

penimbangan rutin semakin menurun

(http://www.beritasatu.com)

Dalam penelitian (Wahyutomo,

2010), Dilihat dari permasalahan yang ada

dimasyarakat terutama pada bayi maupun

balita, maka ibudiharapkan mempunyai ciri

khusus atau sifat khas yang sesuai dalam

perwatakan tertentu (karakteristik). Seiring

dengan begitu banyak masalah yang

muncul, maka karakteristik mempunyai

kedudukan yang strategis untuk

membangun kepribadian individu dalam

masyarakat demi memajukan peradaban

yang lebih maju (http://emprin.uns.ac.id )

Manfaat posyandu bagi masyarakat

merupakan kemudahan untuk mendapatkan

informasi dan pelayanan kesehatan bagi

anak balita dan ibu, pertumbuhan anak

balita terpantau sehingga tidak menderita

kurang gizi atau gizi buruk. Bayi dan anak

balita mendapatkan kapsul vitamin A, dan

bayi memperoleh imunisasi lengkap

(Sulistyorini, dkk2010).

Berdasarkan studi pendahuluan

yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal

16 Maret 2014, dengan mengadakan

wawancara kepada 2 kader mengenai

kunjungan balita ke posyandu dan 5 ibu

balita mengenai karakteristik ibu yang

berkunjung ke posyandu.Dari hasil

wawancara pada 2 kaderdidapatkan 45

balita yang ikut posyandu dengan tingkat

kehadiran 70% dari 45 balita. Sedangkan

hasil wawancara pada 5 ibu balita

mengenai karakteristik ibu yang

berkunjung ke Posyandu didapatkan 3 ibu

berpendidikan SMP, pekerjaan lebih dari 8

Page 7: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

jam/hari dengan mengikuti kegiatan

posyandu sebanyak 8 kali selama 1 tahun

terakhir dan 2 ibu berpendidikan SMA,

pekerjaan minimal 7 jam/hari dengan

mengikuti kegiatan posyandu sebanyak 6

kali selama 1 tahun terakhir.

Berdasarkan uraian diatas, maka

peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“Hubungan Karakteristik Ibu Dengan

Kunjungan Balita ke Posyandu di Desa

Dlangu Kecamatan Butuh Kabupaten

Purworejo”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan

peneliti adalah observasional bersifat

analisis. Desain penelitian yang digunakan

peneliti adalah cross sectional analitik.

Yang dimaksud desain cross sectional

analitik dalam penelitian ini adalah peneliti

akan meneliti karakteritik ibu dengan

kunjungan balita ke posyandu di Desa

Dlangu Kecamatan Butuh Kabupaten

Purworejo. Data yang berkaitan dengan

karakteristik ibu dan kunjungan balita ke

posyandu diambil secara lansung dalam

waktu yang bersamaan dan sekali tidak

diulang (Notoatmodjo, 2010). Penelitian

ini dilaksanakan di Desa Dlangu

Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo.

Populasi dalam penelitian ini adalah

ibu yang memiliki balita di RW I dan RW

II di Desa Dlangu Kecamatan Butuh

Kabupaten Purworejo yang berjumlah 45

orang. Pengambilan sampel dengan total

sampling yaitu semua anggota populasi

dijadikan sebagai sampel. Jadi sampel

dalam penelitian ini sebanyak 45 orang.

Instrumen penelitian yang

digunakan peneliti dalam pengumpulan

data adalah kuesioner. Kuesioner

karakteristik ibu terdapat di dalam data

umum. Sedangkan instrumen kunjungan

ibu balita ke posyandu dalam satu tahun

dari bulan Mei 2013 sampai bulan Mei

2014, dilihat dari Kartu Menuju Sehat

(KMS) serta catatan daftar (register

kunjungan) hadir yang dimiliki oleh kader

posyandu.Analisi statistik berupa univariat

dan analisis bivariat. Analisis bivariat

dengan menggunakan korelasi Spearmen

Rank.

Page 8: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

1. Karakteristik ibu balita

Tabel 4.1

Karakteristik Ibu Berdasarkan Umur,

Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan dan

Jumlah Anak di Desa Dlangu Kecamatan

Butuh Kabupaten Purworejo

No Karakteristik Frekuensi (%)

1 Umur

17-27 tahun

28-38 tahun

39-48 tahun

15 (33,30)

18 (40,00)

12 (26,70)

2 Pendidikan

Dasar

Menengah

Tinggi

10 (22,20)

21 (46,70)

14 (31,10)

3 Pekerjaan

Kurang 8 jam

Lebih dari 8 jam

19 (42,20)

26 (57,80)

4 Penghasilan

Tinggi

Cukup

Rendah

21 (46,70)

17 (37,60)

7 (15,60)

5 Jumlah anak

Kecil

Besar

22 (48,90)

23 (51,10)

N = 45

Berdasarkan tabel 4.1 di atas

bahwa umur ibu paling banyak adalah

ibu yang berumur 28-38 tahun yaitu 18

responden (40,00%). Sedangkan sisanya

ibu yang berumur 39-48 tahun jumlah

paling sedikit yaitu 12 responden

(26,7%) dan ibu yang berumur 17-27

tahun sebanyak 15 responden (33,30%).

Berdasarkan tabel 4.1 di atas bahwa

Pendidikan ibu paling banyak adalah

ibu dengan pendidikan menengah yaitu

21 respoden (46,70%) sedangkan

sisanya pendidikan dasar yaitu 10

responden (22,20%) dan tinggi

sebanyak 14 responden (31,10).

Berdasarkan tabel 4.1 di atas

bahwa Pekerjaan ibu paling banyak

adalah ibu dengan pekerjaan terikat

waktu lebih dari 8 jam yaitu 26

responden (57,80%) dan paling sedikit

pekerjaan ibu yang terikat waktu kurang

dari 19 responden (42,20). Sedangkan

tabel 4.1 di atas bahwa Penghasilan ibu

paling banyak adalah tinggi atau >

1.075.000 yaitu 21 orang (46,70%),

sedangkan sisanya penghasilan cukup

sebanyak 17 responden (37,60%) dan

penghasilan rendah < 1.075.000 yaitu 7

responden (15,60%).

Berdasarkan tabel 4.1 di atas

bahwa jumlah anak ibu paling banyak

adalah jumlah besar syaitu 23

responden (51,10%) dan paling sedikit

jumlah kecil yaitu 22 responden

(48,90%).

2. Kunjungan ibu balita ke Posyandu

Tabel 4.2

Kunjungan ibu balita ke Posyandu di Desa

Dlangu Kecamatan Butuh Kabupaten

Purworejo

Page 9: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

Kunjungan Ibu

Balita ke Posyandu

Frekuensi (%)

Baik ≥ 8 kali 28 (62,20%)

Tidak Baik < 8 kali 17 (37,80%)

Jumlah 45 100,00)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat

diketahui bahwa ibu balita yang

berkunjung ke posyandu sebagian besar

baik atau ≥ 8 kali∕tahun yaitu sebanyak

28 responden (62,2%). Sedangkan yang

tidak baik atau ≤ 8 kali∕tahun sebanyak

17 responden (37,80%).

3. Hubungan karakteristik ibu dengan

kunjungan balita ke Posyandu di Desa

Dlangu Kecamatan Butuh Kabupaten

Purworejo

Tabel 4.3

Hubungan karakteristik ibu dengan

kunjungan balita ke Posyandu di Desa

Dlangu Kecamatan Butuh Kabupaten

Purworejo.

Karateristik

Kunjungan

Posyandu

rho p Baik

Tidak

Baik

F % F %

Umur

17-27 tahun

28-38 tahun

39-49 tahun

9

16

3

20

35.6

6.7

6

2

9

13.3

4.4

20

0.231

0.126

Pendidikan

Tinggi

Menengah

Rendah

9

13

6

20

28.9

13.3

1

8

8

2.2

17.8

17.8

0.345

0.020

Pekerjaan

< 8 jam

> 8 jam

18

10

40

22.2

1

16

2.2

35.6

0.573

0.000

Penghasilan

Tinggi

Cukup

Kurang

16

12

0

35.6

26.7

0

5

5

7

11.1

11.1

15.6

0.416

0.005

Jumlah

anak

Kecil

Besar

10

18

22.2

40

12

5

26.7

11.1

0.338

0.023

Berdasarkan tabel 4.3 diatas

bahwa variabel karakteristik umur ibu

balita tidak menunjukan hubungan

dengan kunjungan balita ke posyandu

dimana nilai rho = 0,231 dan p= 0,126

> 0,05 sedangkan variabel pendidikan

,pekerjaan, penghasilan dan jumlah

anak terdapat hubungan dengan

kunjungan balita ke posyandu dimana

nilai rho = 0,345, 0,573, 0,416 0,338

dan p = 0,020, 0,000, 0,005 0,023<0,05.

Pembahasan

Berdasarkan data diatas dapat

dilihat bahwa tidak ada hubungan umur ibu

dengan kunjungan posyandu karena nilai p

= 0,126 (>0,05). Hasil ini sesuai

menunjukan umur responden tidak

berpengaruh pada kunjungan posyandu,

Page 10: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

karena pada umur berapapun tetap saja

melakukan kunjungan posyandu dengan

baik. Keadaan ini karena ibu merasa

anaknya sudah mendapatkan imunisasi

lengkap dan perkembangan sosial anak

makin bertambah.

Berdasarkan tabel 4.3 bahwa

variabel karakteristik pendidikan terdapat

hubungan dengan kunjungan posyandu

dengan nilai rho = 0,345 dan p =

0,020<0,05. Hal ini dikarenakan semakin

tinggi pendidikan maka semakin baik

kunjungan posyandu. Menurut Suharjo

(dalam Hidayati, 2008) disebutkan bahwa

rendahnya tingkat pendidikan erat

kaitannya dengan perilaku ibu dalam

memanfaatkan sarana kesehatan

(posyandu). Tingkat pendidikan ibu yang

rendah mempengaruhi penerimaan

informasi sehingga pengetahuan tentang

posyandu terbatas. Semakin tinggi

pendidikan ibu, mortalitas dan morbiditas

akan semakin menurun. Sehingga semakin

tinggi tingkat pendidikan ibu maka

kesadaran untuk berkunjung ke posyandu

semakin aktif. Tingkat pendidikan juga

berkaitan dengan pengetahuan yang juga

merupakan faktor yang mempengaruhi

perilaku ibu balita membawa balitanya ke

posyandu. Menurut Mubarak (2007),

pendidikan berarti bimbingan yang di

berikan seseorang pada orang lain terhadap

suatu hal agar mereka dapat memahami.

Berdasarkan tabel 4.3 bahwa

variabel karakteristik pekerjaan terdapat

hubungan dengan kunjungan balita ke

posyandu dengan nilai rho = 0,573 dan p =

0,000<0,05. Hasil menunjukkan bawa

peran ibu yang berkerja dan tidak bekerja

sangat berpengaruh terhadap perawatan

keluarga. Menurut Husnaini (1989),

menyebutkan bahwa peran ibu yang

bekerja dan yang tidak bekerja sangat

berpengaruh terhadap perawatan keluarga.

Hal ini dapat lihat dari waktu yang

diberikan ibu untuk mengasuh dan

membawa anaknya berkunjung ke

posyandu masih kurang karena waktunya

akan habis untuk menyelesaikan semua

pekerjaan. Bekerja merupakan kegiatan

yang menyita waktu. Bagi ibu-ibu bekerja

akan mempunyai pengaruh terhadap

Page 11: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

kehidupan keluarga dan waktu untuk

mengasuh anak akan berkurang. Menurut

Wawan (2010), pekerjaan dapat di kaitkan

dengan pendidikan seseorang maksudnya

adalah seseorang dengan pendidikan yang

tinggi maka pengetahuan seseorang akan

semakin luas sehingga pekerjaan yang

diperoleh sesuai dengan apa yang

diinginkan.

Berdasarkan tabel 4.3 bahwa

variabel karakteristik penghasilan terdapat

hubungan dengan kunjungan balita ke

posyandu dengan nilai rho = 0,416 dan p =

0,005<0,05). Penghasilan mempunyai

hubungan dengan kunjungan ke posyandu,

karena semakin tinggi penghasilan maka

akan semakin baik dalam memenuhi

kebutuhan kesehatan dalam hal ini

kunjungan balita ke posyandu . Menurut

Biro Pusat Statistik 2007 (dalam

Wahyutomo, 2010), penghasilan adalah

penghasilan yang diperoleh keluarga dalam

satu bulan yang dapat dikategorikan dalam

penghasilan yang kurang, cukup maupun

penghasilan tinggi yang nantinya akan

berpengaruh dalam memantau tumbuh

kembang balita.

Berdasarkan tabel 4.3 bahwa

variabel karakteristik anak jumlah anak

terdapat hubungan dengan kunjungan

balita ke posyandu dengan nilai rho =

0,338 dan p = 0,023<0,05. Hasil ini

menunjukkan bahwa jumlah anggota

keluarga akan mempengaruhi kehadiran

ibu yang mempunyai anak balita untuk

hadir di posyandu. Menurut Hurlock

(2005) bahwa semakin besar keluarga

maka semakin besar pula permasalahan

yang akan muncul di rumah terutama

untuk mengurus kesehatan anak. Dalam

kaitannya dengan kehadirannya ke

posyandu seorang ibu akan sulit mengatur

waktu untuk hadir ke posyandu karena

waktunya akan habis untuk member

perhatian dan kasih sayang dalam

mengurus anak-anak dirumah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan di Desa Dlangu Kecamatan

Page 12: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

Butuh Kabupaten Purworejo sebagai

berikut :

1. Karakteristik dari 45 responden di Desa

Dlangu Kecamatan Butuh Kabupaten

Purworejo : bahwa umur yang

terbanyak yaitu 28-38 tahun sebanyak

18 responden (40,00%), pendidikan ibu

yang banyak yaitu pendidikan

menengah sebanyak 21 responden

(46,70%), pekerjaan ibu yang terbanyak

yaitu lebih dari 8 jam sebanyak 26

responden (57,80%), penghasilan ibu

yang terbanyak yaitu dalam kategori

tinggi sebanyak 21 responden (46,70%)

dan jumlah anak yang terbanyak dalam

kategori besar sebanyak 23 responden

(51,10%).

2. Kunjungan balita ke posyandu di Desa

Dlangu Kecamatan Butuh Kabupaten

Purworejo termasuk kategori baik ≥ 8

kali dalam setahun sebanyak 28

responden (62,20%).

3. Variabel karakteristik umur ibu balita

tidak menunjukan hubungan dengan

kunjungan balita ke posyandu di mana

nilai rho = 0,231 dan p = 0,126 > 0,05.

Sedangkan variable pendidikan,

pekerjaan penghasilan dan jumlah anak

terdapat hubungan dengan kunjungan

balita ke posyandu di mana nilai rho=

0,345, 0,573, 0,416 0,338 dan p= 0,020,

0,000, 0,005 0,023<0,05.

Saran

1. Bagi pengembangan IPTEK

Penelitian ini dapat menjadi bahan

kajian bagi pengembangan ilmu

pengetahuan tentang hubungan

karakteristik dengan kunjungan

posyandu.

2. Bagi institusi pendidikan STIKES Duta

Gama Klaten

Diharapakan hasil Penelitian ini bisa di

jadikan kajian pustaka, sehingga dapat

menambah refrensi mengenai

pentingnya karakteristik ibu untuk

meningkatkan kunjungan balita ke

posyandu.

3. Bagi profesi keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai literature dalam pengembangan

bidang profesi keperawatan khususnya

bidang profesi keperawatan anak

Page 13: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

mengenai hubungan karakteristik

dengan kunjungan posyandu.

4. Bagi responden

Ditujukan kepada ibu balita di Desa

Dlangu Kecamatan Butuh Kabupaten

Purworejo agar mempertahankan

kunjungan balita ke posyandu untuk

meningkatkan derajat kesehatan balita.

5. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah

pengalaman dalam membuat karya tulis

ilmiah yang dapat dijadikan dasar untuk

mengadakan penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ayo Keposyandu Setiap Bulan. 2012.

Jakarta. Sujudi.

http;//www.promkes.depkes.go.id.

Fatimah 2013. Hubungan Peran Kader

dengan Upaya Peningkatan

Pelayanan Posyandu di Desa Kali

Kebo Kecamatan Trucuk Kabupaten

Klaten.Skripsi.S1 KeperawatanStikes

Duta Gama.

Hidayat A.A.A. 2011. Metode Penelitian

Keperawatan Dan Teknik Analisis

Data. Jakarta: Salemba Maedika.

Hidayati. 2008. Hubungan Pendidikan dan

Kunjungan ke Posyandu. http: www.

Bascommetro.com

Husnaini, 1989. Status Pekerjaan Ibu.

http://digilib.unimus.ac.id/

Hurlock, 2005. Jumlah Anak dalam

Anggota keluarga.

http://digilib.unimus.ac.id/

Kesehatan, 2010. Jakarta.

http://www.beritasatu.com/

Kunjungan, 2007 Jawa Tengah, Dinas

Kesehatan.http://digilib.unimus.ac.id

/;

Kristiani. 2012. Hubungan Antara

Penyapihan Pola Pemberian Makan

dan Frekuensi Kunjungan Posyandu

Dengan Status Gizi Balita Usia 12 –

60 Bulan di Desa Gari Kecamatan

Wonosari Kabupaten Gunung

Kidul.Skripsi Kesehatan Masyarakat

Universitas Respati Yogyakarta.

Kristina. 2011.Hubungan Pengetahuan Ibu

Tentang Posyandu dengan Tingkat

Kehadiran Pada Penimbangan Balita

di Posyandu Kemuning Desa

Kauman Pandak Bantul.Skripsi. S1

Keperawatan Stikes Duta Gama

Klaten.

Marimbi, H. 2010. Tumbuh Kembang,

Status Gizi Dan Imunisasi Dasar

Pada Balita.Yogyakarta: Nuha

Medika.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Prilaku

Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan.

Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan

Bayi Dan Anak. Jakarta: Salemba

Medika.

Nyoman. 2002. Penilaian status gizi.

Jakarta: EGC.

Prasetyawati, A. E. 2012. Kesehatan Ibu

Dan Anak(KIA)Dalam Millenium

Development Goals (MDGs).

Yogyakarta: Nuha Medika.

Pudjiadi, S. 2000. Ilmu Gizi Klinis Pada

Anak. Edisi keempat. Jakarta:

FKUI.Profil Kesehatan. 2012.Jawa

Tengah, Dinas

Kesehatan.http://www.Dinkes

jatengprov.go.id.

Page 14: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

Poerdji, S. 2002. Faktor-faktor yang

Berhubungan Dengan Kunjungan

Balita ke Posyandu. http: www.

Bascommetro.com

Profil Kesehatan. 2012.Jawa Tengah,

Dinas Kesehatan.http://www.Dinkes

Jatengprov.go.id.

Rohman, A. 2009. Memahami Pendidikan

dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:

Laksbang Mediatama.

Sulistyorini, C. I dkk (2010). Posyandu

dan Desa Siaga. Bantul: Muha

Medika

Sugiyono. 2010. StatistikUntuk Penelitian.

Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia,

2003. Jenjang Pendidikan.

Jakarta.http://www. dikti.go.id.

Wawan. A., dan Dewi, M 2011. Teori dan

Pengukuran Pengetahuan, Sikap,

dan Prilaku Manusia. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Page 15: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

PENGARUH ORIENTASI PASIEN BARU TERHADAP TINGKAT KECEMASAN

PASIEN DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KABUPATEN KLATEN

Disusun oleh:

dr. Husein Prabowo,MPH

Titis Sensussiana S.Kep.,M.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

DUTA GAMA KLATEN

2018

Page 16: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

PENDAHULUAN

Orientasi pasien baru adalah

pemberian informasi kepada pasien baru

berkaitan dengan proses keperawatan yang

akan dilakukan oleh rumah sakit. Tujuan

dilakukan orientasi salah satunya

memenuhi hak pasien ketika di rumah

sakit. Orientasi terhadap pasien baru

merupakan usaha memberikan

informasi/sosialisasi kepada pasien dan

keluarga tentang segala sesuatu yang

berkaitan dengan pelayanan selama di

rumah sakit (Ragusti, 2008).

Praktik orientasi dilakukan saat

pertama kali pasien datang (24 jam

pertama) dan kondisi pasien sudah tenang.

Orientasi diberikan pada pasien dan

didampingi anggota keluarga yang

dilakukan di kamar pasien dengan

menggunakan format orientasi.

Selanjutnya pasien diinformasikan untuk

membaca lebih lengkap format orientasi

yang ditempelkan di kamar pasien.

Perawat memberi tahu tentang jadwal

kegiatan rutin ruangan antara lain waktu

makan, mandi, kunjungan dokter dan

waktu besuk. Namun demikian, praktik

orientasi ini banyak yang tidak dilakukan

oleh perawat. Secara umum perawat

menerima pasien rawat inap dari instalasi

gawat darurat, melakukan anamnesa atas

pasien kemudian melakukan beberapa

tindakan seperti menyiapkan kamar dan

sebagainya, sementara memperkenalkan

diri, membacakan hak-hak pasien dan

sebagainya tidak dilakukan

(http://digilib.unimus.ac.id/).

Hak-hak pasien ini dapat

dilakukan oleh perawat melalui orientasi

yang dilakukan oleh perawat terhadap

pasien baru. Orientasi pasien baru

merupakan kontrak antara perawat dan

pasien/keluarga dimana terdapat

kesepakatan antara perawat dengan

pasien/keluarganya dalam memberikan

Asuhan Keperawatan. Kontrak ini

diperlukan agar hubungan saling percaya

antara perawat dan pasien/keluarga dapat

terbina (Nining, 2008).

Sebagian besar pasien yang belum

dilakukan orientasi mengalami tingkat

kecemasan sedang yang meliputi perasaan

Page 17: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

cemas, ketegangan, dan ketakutan. Pasien

saat sakit sebelum diberikan orientasi

seringkali mengalami kecemasan,

kecemasan ini bukan hanya dialami oleh

pesien tetapi juga keluarga. Hal ini dapat

disebabkan kerena ketidaktahuan tentang

kegiatan yang ada di rumah sakit dan

memerlukan penjelasan lebih lanjut

(Purwadarminta, 1999 dalam Wellem,

2013).

Faktor ketidaktahuan dapat

menimbulkan kecemasan bagi pasien

terutama bagi pasien yang belum pernah

masuk rumah sakit. Gejala kecemasan baik

yang sifatnya akut maupun kronik

(menahun) merupakan komponen utama

bagi hamper semua gangguan kejiwaan

(psychiatric disorder). Diperkirakan

jumlah mereka yang menderita kecemasan

ini baik akut maupun kronik mencapai 5%

dari jumlah penduduk, dengan

perbandingan antara wanita dan pria 2

banding1. Dan diperkirakan antara 2% -

4% diantara penduduk Disuatu saat dalam

kehidupanya pernah mengalami gangguan

cemas (PPDGJ-II, Rev. 1983 dalam

Hawari, Dadang 2011).

Dari hasil penelitian Poltekes

Kemenkes Makasar menunjukan ada

pengaruh orientasi terhadap tingkat

kecemasan pasien, hal ini dapat dilihat dari

nilai P 0,003 pada kelompok kasus dengan

standar deviasi 0,612 dan pada kelompok

kontrol nilai P 0,004 dengan standar

deviasi 0,690 sehingga disimpulkan bahwa

ada pengaruh antara orientasi terhadap

tingkat kecemasan pasien. Berdasarkan

hasil tersebut disarankan kepada perawat

untuk melaksanakan protap program

orientasi bagi pasien baru yang akan

dirawat dan masih perlu diadakan

penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh

orientasi terhadap tingkat kecemasan

pasien yang bersifat lebih spesifik

(http//.PolitekniKesehatanMakassar.htm).

Dampak tidak ada pemberian

orientasi dari perawat kepada pasien dapat

dilihat dari kebingunagan pasien dan

keluarga tentang tempat pelayanan rumah

sakit misalnya, kasir, ruang pengambilan

obat dan ruang perawat. Dapat juga pasien

Page 18: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

dan keluarga bingung atau tidak tahu

tentang siapa dokter yang memeriksa,

nama perawat yang merawat pasien.

Berdasarkan survei di lapangan yang

dilakukan oleh peneliti pasien yang masuk

rumah sakit sering mengalami kecemasan

dari kecemasan tingkat ringan sampai berat

(Hawari, 2011).

Peneliti dapat menyimpulkan

bahwa orientasi pasien baru sangat perlu

dilakukan oleh perawat, karena pasien baru

akan mengalami kecemasan ketika berada

di lingkungan baru RSU karena ketidak

tahuan pasien dan keluarga mengenai

kegiatan yang ada di rumah sakit.

Kecemasan sering di alami oleh

kebanyakan orang, ketika individu berada

dalam suatu lingkungan sosial yang baru

atau berada dalam lingkungan sosial yang

berbeda dengan lingkungan sosial di mana

individu biasa berada. Woody dan

Rodriguez dalam jurnal berjudul „Self-

Focused Attention and Social Anxiety in

Social Phobics and Normal Controls‟

menyatakan bahwa jika seseorang

mengamati dirinya sendiri dalam interaksi

sosial dan menyadari adanya perbedaan

antara current state dan tujuan, dan

perbedaan ini tidak diseimbangkan maka

kecemasan kemungkinan akan dialami,

terutama apabila perbedaan ini

dipersepsikan sebagai

ancaman. (Rodriguez, 2000 dalam yhu

yhu, 2012). Selain itu perawat telah

memenuhi hak pasien ketika perawat telah

melakukan orientasi kepada pasien.

Hasil studi pendahuluan yang

dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit

PKU Muhamadiayah Delanggu Kabupaten

Klaten, didapatkan hasil dari 10 pasien

dapat diketahui bahwa, yang mengalami

tingkat kecemasan sedang 40%, ringan

30% dan berat 30%. Maka penulis

bermaksud mengadakan penelitian tentang

“Pengaruh Pemberian Orientasi Pasien

Baru Dari Perawat Terhadap Tingkat

Kecemasan Pasien Di RSU PKU

Muhamadiyah Delanggu“.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang akan dilakukan

termasuk penelitian Survey Analitik dengan

ramcangan cross sectional dalam

Page 19: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

penelitian ini adalah peneliti akan meneliti

pengaruh orientasi pasien baru terhadap

tingkat kecemasan pasien di RSU PKU

Muhamadiyah Delanggu.

Adapun populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh Pasien baru yang

berjumlah 770 pasien setiap bulanya.

Sampel pada penelitian ini adalah

semua pasien baru yang memenuhi kriteria

peneliti, Pengambilan sampel pada

penelitian ini secara insidental. Sampling

incidental adalah teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja

yang secara kebetulan/incidental bertemu

dengan peneliti dapat digunakan sebagai

sampel. Bila dipandang orang yang

kebetulan ditemui itu cocok sebagai

sumber data Sugiono (2012) dengan

kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Pasien baru yang berada di bangsal

rawat inap PKU Muhammadiyah

Delanggu

2. Karakteristik pasien di tentukan Umur

> 17 tahun.

3. Bersedia menjadi responden.

Variabel bebas pada penelitian ini

adalah Orientasi Pasien baru serta variabel

terikatnya adalah tingkat kecemasan

pasien.

Orientasi pasien baru adalah kegiatan

pengenalan kepada pasien yang baru

masuk di ruang rawat inap meliputi:

a. Tempat

b. Kunjungan

c. Tata ruang

d. Praktek dokter

e. Tarif

f. Fasilitas

Dengan menggunakan Kuisoner yang

berupa Lembar observasi yang berbentuk

checklist dengan 13 pernyataan dengan

kategori jawaban Ya kode 2, tidak kode 1

Kategori : Baik jika skor 10-12, Sedang

jika skor 7-9, Kurang jika skor < 6. Cemas

adalah Kondisi yang dirasakan pasien saat

pelayanan di rumah sakit. Kuisioner

Berupa lembar observasi untuk mengetahui

tingkat kecemasan dengan HRS-A. <14

tidak ada kecemasan, 14-20 Kecemasan

ringan, 21-27 Kecemsan sedang, 28-41

Page 20: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

Kecemasan berat, 42-56 Kecemasan berat

sekali.

Untuk memudahkan analisa peneliti

menggunakan alat computer. Hasil

penghitungan tiap-tiap pertanyaan

dibandingkan dengan tabel nilai pearson

produck moment. Untuk menilai

pertanyaan kuisioner valid atau tidak

tergantung dari taraf signifikan (r tabel)

yaitu 0,05. Apabila rhitung > rtabel 0,05

berarti bahwa item pertanyaan valid dan

dapat dipergunakan jika rhitung < rtabel 0,05

maka pertanyaan tidak valid. Setelah

dialkukan uji validitas dari 13 item soal

terdapat 6 item soal yang valid diantaranya

adalah soal no 1, 2, 6, 9, 10, 12. Sedangkan

ada item yang tidak valid diantaranya

adalah nomor 3, 4, 5, 7, 8, 11, 13.

Sehingga peneliti akan menggunakan 6

item soal untuk digunakan sebagai alat

ukur dalam penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Karakteristik pasien baru berdasarkan

karakteristik umur, pendidikan dan

pekerjaan

Tabel 4.1 Karakteristik Pasien Baru

berdasarkan Umur di

RSU PKU

Muhammadiyah Delanggu

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat

diketahui bahwa mayoritas pasien

berumur 41- 50 tahun seabanyak 40

responden (45,45%), dan minoritas

pasien berumur < 30 sebanyak 4

responden (4,54%).

Berdasarkan tabel 4.1 bisa dikatakan

Umur pasien di RSU PKU

Muhammadiyah Delanggurata rata-

rata adalah berumur 41 – 50 tahun, di

umur tersebut merupakan usia dimana

seseorang sudah renta terhadap suatu

penyakit. Akan tetapi di umur tersebut

proses berfikirnya dalam menagkap

suatu hal baru sangat matang. Bisa

dikatakan dalam menerima orientasi

pasien sangatbaik. Hal ini diperkuat

juga pendapat Huclok (1998) dalam

No Umur Frekwensi Prosentase

1 < 30 4 4,54

2 30 – 40 37 42,04

3 41 – 50 40 45,45

4 > 50 7 7,95

Jumlah 88 100,00

Page 21: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

buku Wawan dan Dewi (2011) yang

berpendapat bahwa semakin cukup

umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir.

Tabel 4.2 Karakteristik Pasien

Baru berdasarkan

pendidikan di RSU PKU

Muhammadiyah

Delanggu. No Pendidikan Frekwensi Prosentase

1 SD 24 30,68

2 SMP 49 55,68

3 SMA 15 17,04

Jumlah 88 100,00

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat

diketahui bahwa mayoritas pasien

berpendidikan SMP sebanyak 49

responden (55,1%), dan minoritas

SMA sebanyak 15 responden (16,9%).

Berdasarkan tabel 4.2 bisa dikatakan

mayoritas pendidikan pasien di RSU

PKU Muhammadiyah delanggu adalah

SMP, hal tersebut di dukung dengan

wilayah di sekitar Rumah sakit yang

mayoritas bekerja sebagai Petani.

Pendidikan seseorang berpengaruh

terhadap penerimaan informasi, tidak

dipungkiri makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah menerima

informasi. Informasi yang dimaksud

adalah informasi yangdiberikan

perawat tentang informasi yang ada di

rumah sakit sehingga pasien tidak

merasakan kecemasan. Hal ini

diperkuat oleh Wawan Dan Dewi

(2011) semakin tinggi pendidikan

seseorang semakin mudah dalam

penerimaan informasi.

Tabel 4.3 Karakteristik Pasien Baru

berdasarkan pekerjaan di

RSU PKU Muhammadiyah

delanggu No Pekerjaan Frekwensi Prosentase

1 Buruh 39 44,31

2 Petani 31 35,22

3 Wiraswata 17 19,31

4 PNS 1 1,13

Jumlah 88 100,00

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 4.3 mayoritas

pekerjaan pasien buruh sebanyak 39

responden (43,8%), dan minoritas

pekerjaan pasien adalah PNS sebanyak

1 responden (1,1%).

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dikatakan

mayoritas pekerjaan Pasien di RSU

PKU Muhamaadiyah Delanggu adalah

sebagai buruh dan petani. semakin

mapan pekerjaan seseorang maka

semakin membuat orang tersebut

Page 22: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

percaya diri akan kehidupanya. Sebagai

contoh pekerjaan buruh dan petani

beda dengan yang bekerja sebagai

PNS, pekerjaan buruh dan petani tidak

mendapatkan pension atau masa

depanya tidak bisa menhasilkan jika

sudah berhenti bekerja lain halnya

dengan PNS yang masa tuanya

mendapatkan pensiunan. Hal ini

dukung dengan teori Kreitner dan

kinicky (2004) menyatakan bahwa

masa kerja yang lama cenderung

membuat pegawai lebih merasa betah

dalam organisasi, hal ini disebabkan

diantaranya adalah telah beradaptasi

dengan lingkungan yang lama sehingga

pegawai merasa anman dengan

pekerjaanya. Penyebab lain juga

dikarenakn ada kebijakan dari instasnsi

atau perusahaan mengenai jaminan

hidup hari tua.

b. Gambaran Orientasi pasien baru di

RSU PKU Muhammadiyah Delanggu

Tabel 4.4 Gambaran implentasi Orientasi

Pasien Baru di RSU PKU

Muhammadiyah Delanggu

No Oriestasi

Pasien baru

Frekwensi Prosentase

1 Baik 50 56,81

2 Sedang 37 42,04

3 Kurang 1 1,13

Jumlah 88 100,0

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 4.4 mayoritas

Orientasi pasien baru di RSU PKU

Muhammadiyah Delanggu baik

sebanyak 50 responden (56,2%), dan

minoritas Orientasi Kurang sebanyak 1

responden (1,1%).

Berdasarkan tabel 4.4 bisa dikatakan

bahwa Orientasi yang tiangkap rata rata

pada pasien Baik. Sebab, setiap pasien

yang datang dirumah sakit wajib

diberikan orientasi pasien baru. Pasien

mempunyai hak yang harus di penuhi

oleh perawat. Hal ini diperkuat dengan

dan kewajiban pasien dalam UU No 44

2009 tentang Rumah Sakit (Pasal 32

UU 44/2009) menyebutkan bahwa

setiap pasien mempunyai hak

Memperoleh informasi tentang hak dan

kewajiban pasien. - Memperoleh

layanan yang manusiawi, adil, jujur,

dan tanpa diskriminasi.

Page 23: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

c. Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien

Baru di RSU PKU Muhammadiyah

Delanggu

Tabel 4.5 Gambaran Tingkat Kecemasan

Pasien Baru di RSU PKU

Muhammadiyah Delanggu.

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 4.5 Mayoritas pasien

baru mengalami tingkat kecemasan

cemas ringan sebanyak 49 responden

(55,1%), dan minoritas tidak cemas

sebanyak 39 responden (43,8%).

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dikatakan

bahwa mayoritas pasien baru yang

berada di RSU PKU Muhammadiyah

delanggu mengalami tingkat

kecemasan ringan. Karna, semakin

seseorang tidak tau tentang aturan dan

tempat yang baru dia tinggali maka

seseorang tersebut akan mengalami

kecemasan. Pasien baru yang datang di

rumah sakit secara langsung akan

merasa kebingungan akan tempat arau

fasillitas yang ada di rumah sakit

tersebut serta peraturan yang harus

ditaati, hal tersebut yang membuat

pasien merasa cemas. Hal ini diperkuat

dengan teori (PPDGJ-II, Rev. 1983

dalam Hawari, Dadang 2011) faktor

ketidaktahuan dapat menimbulkan

kecemasan bagi pasien terutama bagi

pasien yang belum pernah masuk

rumah sakit. Gejala kecemasan baik

yang sifatnya akut maupun kronik

(menahun) merupakan komponen

utama bagi hampir semua gangguan

kejiwaan (psychiatric disorder).

d. Analisis bevariate digunakan untuk

mengetahui keeratan hubungan antara

dua variabel dan untuk mengetahui

arah hubungan yang terjadi. Koefisian

korelasi sederhana menunjukan

seberapa besar hubungan yang terjadi

antara dua variabel.

Pengaruh Orientasi Pasien Baru dengan

Tingkat Kecemasan Di RSU PKU

Muhammadiyah Delanggu.

Tabel 4.6 Pengaruh Orientasi Pasien Baru

dengan Tingkat Kecemasan Di

RSU PKU Muhammadiyah

Delanggu

No Tingkat

kecemasan

Frekwensi Prosentase

1 Tidak

Cemas

39 43,8

2 Cemas

ringan

49 55,1

Total 88 100,0

Page 24: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan hasil

bahwa nilai sig 0,00 < 0,05 maka Ho

ditolak yang artinya ada pengaruh

orientasi pasien baru dengan tingkat

kecemasan pasien di RSU PKU

Muhammadiyah Delanggu.

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dikatakan

semakin baik Orientasi yang di

dapatkan seseorang maka semakin

rendah pula tingkat kecemasan yang

dialami. Pasien baru jika dari awal

masuk sudah mendapatkan orientasi

maka pasien tersebut tidak mengalami

kebingungan dengan lingkungan baru

yang di tempati. Serta pasien tersebut

tidak akan mengalami kecemasan. Hal

ini di dukung dengan teori hawari

(2011) bahwa orientasi pasien baru

sangat perlu dilakukan oleh perawat,

karena pasien baru akan mengalami

kecemasan ketika berada di lingkungan

baru RSU karena ketidak tahuan pasien

dan keluarga mengenai kegiatan yang

ada di rumah sakit. Kecemasan sering

di alami oleh kebanyakan orang, ketika

individu berada dalam suatu

lingkungan sosial yang baru atau

berada dalam lingkungan sosial yang

berbeda dengan lingkungan sosial di

mana individu biasa berada.

KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian akan memakan banyak waktu

karna tidak semua pasien mau mengisi

kuisioner yang ada di rumahsakit. Hal

tersebut yang menyebabkan peneliti

mengalami dalam mengumpulkan hasil

kuisioner dengan cepat.

a. Metode yang digunakan pada

penelitian ini adalah metode

pengambilan jawaban responden

menggunakan kuisioner, pada penelian

selanjutnya diharapkan mampu

menggunakan metode yang lebih

Test Statistics

Orientasi

Chi-Square 62.905a

Df 2

Asymp. Sig. .000

a. 0 cells (.0%) have expected frequencies less than 5. The

minimum expected cell frequency is 45.7.

Page 25: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

bervariasi supaya dapat dibandingkan

hasil penelitianya

b. Tempat penelitian pada penelitian

cukup luas sehingga Peneliti perlu

membagi ruangan yang akan diteliti,

dan memilih karakteristik didalamnya

sehingga Peneliti mendapatkan apa

yang diinginkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian

Pengaruh Orientasi pasien baru dengan

Tingkat Kecemasan Pasien di RSU PKU

Muhammadiyah Delanggu, dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan karakteristik umur

responden mayoritas berumur 41-50

tahun sebanyak 40 responden (45,45%

) dan minoritas < 30 tahun sebanyak 4

responden ( 4,45%) , berdasarkan

tingkat pendidikan mayoritas SMP

(55,1%) minoritas SMA (16,9%), dan

berdasarkan pekerjan mayoritas Buruh

(43,8%) dan minoritas PNS (1,1%).

2. Berdasarkan gambaran Orientasi pasien

baru di RSU PKU Muhammadiyah

Delanggu mayoritas orientasi nya Baik

(56,2%).

3. Berdasarkan gambaran tingkat

kecemasan pasien baru di RSU PKU

Muhammadiyah delanggu, mayoritas

mengalami tingkat kecemasan ringan

(55,1%).

4. Ada pengaruh Orientasi pasien baru

dengan tingkat kecemasan di RSU PKU

Muhammadiyah Delanggu. Hal ini

didukung dengan hasil pengolahan data

dengan Chi-square mendapatkan nilai

sig 0,00<0,05 Ho ditolak. Artinya ada

pengaruh Orientasi Pasien Baru

terhadap Tingkat Kecemasan di RSU

PKU Muhammadiyah Delanggu

SARAN

1. Bagi RSU PKU Muhammadiyah

Delanggu

Diharapkan dapat mempertahankan

pelayanan pemberian orientasi pasien

baru di RSU PKU Muhammadiyah

Delanggu.

1. Bagi penelitian selanjutnya

Diharapkan pada penelitian selanjutnya

bisa lebih menggunkan lebih banyak

Page 26: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

responden agar data yang diperoleh

lebih signifikan.

2. Bagi institusi pendidikan

Dapat menamambah ilmu pengetahuan

tentang pengaruh orientasi pasien baru

terhadap tingkat kecemasan.

3. Bagi responden

Menambah pengalaman kepada

responden dan pengetahuan tentang

mengisi kuisioner dan terlibat dalam

sebuah penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta;

Rineka Cipta.

Christina Lia, dkk. 2002. Komunikasi

Kebidanan. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC

Drawati, R. 2014. HubunganPengetahuan

Tentang Sindrome

MenopauseDengan Kecemasan

Pada Wanita Premenopause di

Desa Ngabeyan Jatinom Klaten.

Ebta . 2012. Versi 1.3. Kamus Besar

Bahasa Indonesia (online):Diakses

12 Januari 2015

Hidayat, Alimul. A. 2007. Metode

Penelitian Keperawatan Dan

Teknik Analisa Data : Salmemba

medika Jakarta.

Hawari. D. 2011. Menegemen Stress

Cemas Dan Depresi: balai penerbit

FKUI Jakarta.

Lestary, D. 2010. Selukbeluk Menopause.

Jakarta; GaraIlmu.

Nining. 2008. Hubungan pengetahuan

perawat dengan praktik orientasi

terhadap pasien baru di ruang

rawat inap di rumah sakit bakti

wira tamtama semarang. Skripsi

Nuralita Arinda, 2009 Kecemasan pasien

rawat inap ditinjau dari persepsi

tentang layanan keperawatan di

rumah sakit : Universitas Gajah

Mada. Psicological Journal

Nursalam. 2011. Konsep dan penerapan

metodologi penelitian ilmu

keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika

Notoatmodjo, S.2005. Metodologi

Penelitian Kesehatan: Jakarta

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi

Penelitian Kesehatan: Jakarta

Rineka Cipta.

Potter dan Perry.2005. Buku Ajar

fundamental keperawatan

Pendekatan. Praktis. Metodologo.

Riset. keperawatan. Jakarta:CV

Agung Seto.

_____. 2012. Pengaruh Orientasi

Terhadap Tingkat Kecemasan

Pasien Yang Dirawatdi Ruang

Interna Rsud Nabire Kabupaten

Nabire Papua. Jurnal ilmiah.

http://digilib.unimus.ac.id/

Ragusti, 2008. Hubungan Antara

Pengetahuan Dengan Praktik

Orientasi Perawat Pada Pasien

Baru Di Rumah Sakit Bhakti Wira

Tamtama Semarang. Skripsi

Ramaiah Savitri. 2003. Kecemasan

menghadapi masa bebas pada

narapidana. Karya tulis ilmiah

_____. 1996. Rational use of

benzodiazepine . World health

organitation.

Shoker, M. 2012. Pengaruh Penyuluhan

Kesehatan Terhadap

Page 27: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

Penurunantingkat Kecemasan

Keluarga Pasien Dengancedera

Kepala (Sedang - Berat) Di Ruang

13rsu dr. Saiful Anwar Malang:

Universitas Brawijaya. Skripsi

Suliswati, 2014. Pengertian Kecemasan

dan Tingkat Kecemasan Menurut

Pendapat

Ahli.http://www.wawasanpendidika

n.com/2014/09/Pengertian-

Kecemasan-dan-Tingkat-

Kecemasan-Menurut-Pendapat-

Ahli.html

Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik :

Teori dan Praktik. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC.

_____. SOP Pasien Baru Dan Pulang.

http//www.SOP.htm

UU No 44 tahun 2009 Tentang Rumah

Sakit (Online).

Videbeck. (2008). Psychiatric Mental

Health Nursing. USA: Lippincot &

Wilkins Inc.

Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis Untuk

Profesi Perawat. Jakarta; EGC.

Wawan dan Dewi. 2011. Gambaran

Karakteristik berdasarkan Umur

dan Pengalaman kerja pasien.

Poltekes Kemenkes Sorong

Wellem. O. 2013. Pengaruh Orientasi

Terhadap Tingkat Kecemasan

Pasien Yang Di Rawat Di Ruangan

Internal Rsud Kabupaten Papua

Barat; Poltekes Kemenkes Sorong

Yhu yhu. 2012. Kecemasan Sosial

Dihasilkan Dari Atribusi.

https://theshadowdreams.wordpress

.com/2012/11/12/kecemasan-sosial-

dihasilkan-dari-atribusi/.

Page 28: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

PENGARUH PELATIHAN KADER POSYANDU TENTANG PEMBUATAN NASI TIM

UNTUK BAYI USIA 9-12 BULAN TERHADAP KETRAMPILAN KADER DI DESA

NANGGULAN KECAMATAN CAWAS KABUPATEN KLATEN

Disusun Oleh :

Feri Catur Yuliani, S.Kep., Ns

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

(STIKES) DUTA GAMA KLATEN

2018

Page 29: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

PENGARUH PELATIHAN KADER POSYANDU TENTANG PEMBUATAN

NASI TIM UNTUK BAYI USIA 9-12 BULAN TERHADAP KETRAMPILAN

KADER DI DESA NANGGULAN KECAMATAN CAWAS

KABUPATEN KLATEN

INTISARI

Feri Catur Yuliani

Latar Belakang : Pelatihan merupakan bentuk nyata yang dapat dilakukan oleh pemerintah

untuk meningkatkan mutu kader, selain itu sebagai salah satu jawaban atas kritik masyarakat

terhadap pemerintah. Pelatihan kader dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan

pengetahuan kader serta ketrampilan sekaligus dedikasi kader.

Tujuan : Untuk mengetahui Pengaruh Pelatihan Kader Posyandu tentang pembuatan nasi tim

untuk bayi usia 9-12 bulan terhadap Ketrampilan Kader di Desa Nanggulan Kecamatan

Cawas Kabupaten Klaten.

Metode Penelitian : Penelitian menggunakan metode pra eksperimen dengan pendekatan one

group pre test posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah kader kesehatan di Desa

Nanggulan, Cawas, Klaten sebanyak 20 orang. Instrument menggunakan checklist, analisa

data menggunakan paired t-test

Hasil Penelitian : Ketrampilan kader mengenai pembuatan nasi tim untuk bayi usia 9-12

bulan, sebelum diberikan pelatihan di Desa Nanggulan Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten

adalah 11-21. Ketrampilan kader mengenai pembuatan nasi tim untuk bayi usia 9-12 bulan

sesudah diberikan pelatihan di Desa Nanggulan, Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten adalah

17-21

Kesimpulan : Ada Pengaruh Pelatihan Kader Posyandu tentang pembuatan nasi tim untuk

bayi usia 9-12 bulan terhadap Ketrampilan Kader di Desa Nanggulan Kecamatan Cawas

Kabupaten Klaten dengan nilai = 0,000 (p<0,05).

Kata Kunci : Pelatihan, Kader, Posyandu, Nasi Tim, Bayi Usia 9-12 Bulan, Ketrampilan

Page 30: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

PENDAHULUAN

Pembangunan bidang kesehatan

merupakan bagian dari pembangunan

nasional. Menurut Undang-Undang

Republik Indonesia No.36 Tahun 2009

tentang Kesehatan pasal 3 yaitu bertujuan

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang, sebagai investasi bagi pembangunan

sumber daya manusia yang produktif

secara sosial dan ekonomis.

Salah satu upaya mewujudkan

pembangunan bidang kesehatan pada

masyarakat Indonesia yang sehat adalah

dengan memberdayakan masyarakat. Salah

satu upaya pemberdayaan yaitu dengan

mengikutsertakan anggota masyarakat atau

kader yang bersedia secara sukarela terlibat

dalam masalah-masalah kesehatan. Kader

merupakan orang terdekat yang berada

ditengah-tengah masyarakat, yang

diharapkan dapat memegang pekerjaan

penting khususnya setiap permasalahan

yang berkaitan dengan kesehatan (Yulifah

dan Yuswanto, 2011).

Bayi usia 9-12 bulan sudah mulai

mengalami kemajuan dalam perkembangan

makan, meksipun demikian orang tua

harus memperhatikan komposisi

makanannya. Hal ini dilakukan agar bayi

memperoleh gizi yang cukup, tidak kurang

dan tidak lebih. Masa ini merupakan masa

adaptasi masa bayi memasuki masa anak-

anak. Masa ini anak mulai dikenalkan

dengan makanan yang bertekstur kental,

agak kasar dan padat seperti nasi tim. Hal

ini dimaksudkan agar bayi mulai

mengunyah ketika gigi susunya tumbuh

(Lalage, 2013).

Pelatihan kader merupakan salah satu

kegiatan untuk mempersiapkan kader agar

mampu berperan serta dalam upaya

mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

yang optimal. Dalam melakukan pelatihan

kader, pengetahuan dan keterampilan yang

dilatihkan harus disesuaikan dengan tugas

kader dalam mengembangkan program

kesehatan di desa kader. Pelatihan kader

dimaksudkan untuk meningkatkan

pengetahuan, kemauan, dan kemampuan

kader dalam pelaksanaan kegiatan yang

Page 31: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

berkaitan dengan kesehatan (Yulifah dan

Yuswanto, 2011).

Pelatihan merupakan bentuk nyata

yang dapat dilakukan oleh pemerintah

untuk meningkatkan mutu kader, selain itu

sebagai salah satu jawaban atas kritik

masyarakat terhadap pemerintah. Pelatihan

kader dimaksudkan untuk meningkatkan

kemampuan dan pengetahuan kader serta

ketrampilan sekaligus dedikasi kader.

Dengan demikian akan timbul kepercayaan

diri untuk melaksanakan tugas sebagai

kader dalam melayani masyarakat, baik di

posyandu maupun saat kunjungan rumah

(Hartono, 2011).

Tujuan PMBA menurut Depkes

(2010) adalah meningkatkan status gizi

dan kesehatan, tumbuh kembang dan

kelangsungan hidup anak di Indonesia. Hal

ini diperkuat dengan Undang-undang

nomor 128 tahun 2009 tentang pemberian

makanan pada bayi yang harus diberikan

setelah bayi usia 6 bulan.

Ketrampilan adalah kemampuan

seseorang dalam bidang tertentu yang

diperoleh melalui pengamatan langsung

maupun tidak langsung (Notoatmodjo,

2010). Ketrampilan kader dalam memasak

makanan bayi yaitu ketrampilan yang

meliputi pemilihan bahan, cara pengolahan

dan penyajiannya.

Berdasarkan penelitian yang pernah

dilakukan Hidayad (2012) di Daerah

Terpencil Kabupaten Pacitan, Jawa Timur

didapatkan hasil bahwa pengetahuan kader

tentang memasak makanan bayi adalah

66,7 % kategori kurang. Keadaan ini

menunjukkan bahwa pengetahuan kader

masih perlu ditingkatkan misalnya dengan

melakukan pelatihan bagi kader.

Hasil studi pendahuluan yang

dilakukan di Desa Nanggulan Kecamatan

Cawas Kabupaten Klaten diperoleh data

285 dari kunjungan posyandu dari Januari -

Desember 2014 terdapat 89 orang balita

yang termasuk gizi baik. Berdasarkan

interview yang dilakukan pada bidan di

Desa Nanggulan Kecamatan Cawas

Kabupaten Klaten mengatakan bahwa

bidan pernah melakukan pendidikan

Page 32: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

kesehatan tentang pemberian makanan

bayi dan anak yang meliputi jenis dan cara

pengolahan. Wawancara dengan 10 ibu

yang mempunyai bayi sebanyak 6 orang

ibu mengatakan bahwa jenis makanan bayi

yang diberikan adalah buatan seperti bubur

sumsum dan instan misalnya nasi tim dan

sayuran. Sedangkan 4 orang ibu

mengatakan jenis makanan yang diberikan

adalah makanan lumat yaitu nasi tim. Hasil

wawancara dan pengamatan dalam

pembuatan nasi tim dengan 10 kader

posyandu di Desa Nanggulan Kecamatan

Cawas Kabupaten Klaten didapatkan

bahwa sebanyak 6 kader sudah mengetahui

dan dapat mempraktekkan dalam

pembuatan makanan bayi usia 9-12 bulan

yaitu bisa menyebutkan 5 cara dan bahan

yang digunakan untuk membuat makanan

bayi usia 9-12 bulan yaitu nasi tim dan 4

kader belum tahu dan terampil dalam

membuat makanan bayi usia 9-12 bulan

atau nasi tim.

Berdasarkan hal tersebut di atas,

maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang ”Pengaruh Pelatihan

Kader Posyandu tentang pembuatan nasi

tim untuk bayi usia 9-12 bulan terhadap

Ketrampilan Kader di Desa Nanggulan

Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis quasi

experimental yaitu suatu penelitian dengan

melakukan kegiatan percobaan yang

bertujuan untuk mengetahui gejala atau

pengaruh yang timbul sebagai akibat dari

adanya perlakuan. Percobaan yang

digunakan berupa pelatihan terhadap suatu

variabel (Notoatmodjo, 2012). Rancangan

penelitian ini adalah one-group pra-post

test design, yaitu suatu rancangan yang

mengungkapkan hubungan sebab akibat

dengan cara melibatkan satu kelompok

subyek (Nursalam, 2008). Populasi adalah

keseluruhan objek penelitian atau objek

yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah

Populasi dalam penelitian ini adalah kader

kesehatan di Desa Nanggulan, Cawas,

Klaten sebanyak 20 orang. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan

Page 33: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

adalah teknik total sampling yaitu

pengambilan sampel jumlah populasi

(Notoatmodjo, 2012). Sampel dalam

penelitian ini adalah kader posyandu di

Desa Nanggulan Cawas Klaten sebanyak

20 responden. Analisis bivariat merupakan

analisis untuk mengetahui interaksi dua

variabel baik berupa komparatif, asosiatif,

maupun korelatif (Saryono, 2008). Analisis

bivariat dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkorelasi

(Notoatmodjo, 2012). Analisis bivariat

diuji dengan bantuan program SPSS versi

17.0.0. Penelitian ini menggunakan nilai α

sebesar 0,05 atau 5% dan tingkat

kepercayaan penelitian ini 95%.

HASIL PENELITIAN

1. Analisis Univariat

a. Karakteristik Responden

Karakteristik responden terdiri dari

umur, pendidikan dan pekerjaan

responden sebagai berikut :

Tabel 4.1 Distribusi

Frekuensi

RespondenBerdasa

rkan Karakteristik

Umur, Pendidikan

dan Pekerjaan

kader

No Karakteristik f %

1

2

3

Umur

Dewasa Muda

17-20 tahun

Dewasa

Menengah (21-

49 tahun)

Dewasa Tua >

49 tahun

0

14

6

0

70

30

1

2

3

4

Pendidikan

SD

SMP

SMA/SMK

Perguruan

Tinggi

6

6

7

1

30

30

35

5

1

2

3

4

Pekerjaan

Petani

Ibu Rumah

Tangga

Buruh

PNS

7

9

3

1

35

45

15

5

Jumlah 20 100

Sumber: Data Primer 2018

Tabel 4.1 di atas diketahui

bahwa sebagian besar umur

responden pada penelitian ini

dewasa menengah (21-49 tahun)

sebanyak 14 responden (70%)

sedangkan sebagian berada pada

kelompok dewasa tua (> 49 tahun)

tahun sebanyak 6 orang (30%).

Pendidikan responden sebagian

besar responden tamat SD sebanyak

13 orang (65%, pendidikan SMP

sebanyak 6 responden (30%) dan

Page 34: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

sebagian kecil responden tamat

SMA/SMK yaitu hanya 7 orang

(35%). Pekerjaan diketahui bahwa

sebagian besar responden sebagai

Ibu Rumah Tangga sebanyak 9

orang (45%), sebagai petani

sebanyak 7 responden (35%),

pekerjaan sebagai buruh sebanyak 3

responden (15%) dan sebagian

kecil bekerja sebagai PNS yaitu

hanya 1 orang (5%).

b. Ketrampilan kader mengenai

pembuatan nasi tim untuk bayi usia

9-12 bulan, sebelum diberikan

pelatihan di Desa Nanggulan

Kecamatan Cawas Kabupaten

Klaten

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi

Ketrampilan kader

mengenai pembuatan nasi

tim untuk bayi usia 9-12

bulan, sebelum diberikan

pelatihan

Skor

Ketrampilan F %

Mea

n

Mi

n

Ma

x SD

11

13

14

16

18

21

4

2

6

2

4

2

20

10

30

10

20

10

15 11 21 3,146

Jumlah 20 10

0

Sumber: Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 4.2

diketahui bahwa sebagian besar

Ketrampilan kader mengenai

pembuatan nasi tim untuk bayi usia

9-12 bulan, sebelum diberikan

pelatihan di Desa Nanggulan

Kecamatan Cawas Kabupaten

Klaten paling banyak dengan nilai

14 sebanyak 6 orang (30%).

c. Ketrampilan kader mengenai

pembuatan nasi tim untuk bayi usia

9-12 bulan sesudah diberikan

pelatihan di Desa Nanggulan,

Kecamatan Cawas Kabupaten

Klaten.

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi

Ketrampilan kader

mengenai pembuatan nasi

tim untuk bayi usia 9-12

bulan sesudah diberikan

pelatihan

Skor

Ketrampilan F %

Mea

n

Mi

n

ma

x SD

17

18

19

20

21

2

2

2

2

12

10

10

10

10

60

20 17 21 1,4

5

Jumlah 20 100

Sumber: Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 4.3

diketahui bahwa sebagian besar

Ketrampilan kader mengenai

Page 35: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

pembuatan nasi tim untuk bayi usia

9-12 bulan sesudah diberikan

pelatihan di Desa Nanggulan,

Kecamatan Cawas Kabupaten

Klaten paling banyak dengan nilai

21 sebanyak 12 responden (60%)

2. Analisa Bivariat

a. Uji Normalitas

Tabel 4.4 Uji Normalitas Nilai Pretest

dan Postest Ketrampilan

kader mengenai pembuatan

nasi tim untuk bayi usia 9-12

bulan

Ketrampilan Keterangan

Prestest

Posttest

0,421

0,646

Normal

Normal

Berdasarkan hasil uji

normalits maka didapatkan nilai

pada kelompok pretest adalah =

0,421 (p>0,05) jadi data normal,

sedangkan pada kelompok posttest

didapatkan nilai = 0,646 jadi data

berdistribusi normal.

Tabel 4.5 Pengaruh Pelatihan Kader

Posyandu tentang

pembuatan nasi tim untuk

bayi usia 9-12 bulan

terhadap Ketrampilan

Kader

N Rerata

± s.d

Perbed

aan

Rerata

± s.d

IK 95%

Bawah

Atas

Prete

st

Postt

est

2

0

2

0

15,00±3

,146

20,00±1

,451

5,000±

2,513

-6,174-

3,824

0,0

00

Berdasarkan tabel 4.8

diketahui bahwa nilai mean= 2,850,

t-test = 5,000 dan nilai = 0,000

(p<0,05). Hasil ini menunjukkan

bahwa Ho ditolak dan Ha diterima

jadi ada Pengaruh Pelatihan Kader

Posyandu tentang pembuatan nasi

tim untuk bayi usia 9-12 bulan

terhadap Ketrampilan Kader di

Desa Nanggulan Kecamatan Cawas

Kabupaten Klaten.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian mengenai Pengaruh

Pelatihan Kader Posyandu tentang

pembuatan nasi tim untuk bayi usia 9-12

bulan terhadap Ketrampilan Kader di Desa

Nanggulan Kecamatan Cawas Kabupaten

Klaten dengan nilai p = 0,000 (p<0,05).

Hasil ini didukung dengan penelitian yang

dilakukan oleh Anis (2013) Universitas

Negeri Sebelas Maret Surakarta dengan

judul “Pengaruh Pelatihan Pemberian

Makanan pada Bayi dan Anak (PMBA)

Terhadap Pengetahuan, Keterampilan,

Page 36: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

Konseling dan Motivasi Bidan Desa”.66,7

% kategori kurang.

Didukung dengan teori yang

dikemukakan oleh Pelatihan kader

dimaksudkan untuk meningkatkan

kemampuan dan pengetahuan kader serta

ketrampilan sekaligus dedikasi kader.

Dengan demikian akan timbul kepercayaan

diri untuk melaksanakan tugas sebagai

kader dalam melayani masyarakat, baik di

posyandu maupun saat kunjungan rumah

(Hartono, 2011). Hasil ini didukung

dengan penelitian Hidayad (2012) di

Daerah Terpencil Kabupaten Pacitan, Jawa

Timur didapatkan hasil bahwa

pengetahuan kader tentang memasak

makanan bayi adalah 66,7 % kategori

kurang. Keadaan ini menunjukkan bahwa

pengetahuan kader masih perlu

ditingkatkan misalnya dengan melakukan

pelatihan bagi kader.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa ada Pengaruh

Pelatihan Kader Posyandu tentang

pembuatan nasi tim untuk bayi usia 9-12

bulan terhadap Ketrampilan Kader di Desa

Nanggulan Kecamatan Cawas Kabupaten

Klaten yang ditunjukkan dengan

ketrampilan kader dapat meningkat dengan

diadakannya pelatihan sehingga

pemahaman dan pengetahuan kader juga

lebih maksimal. Selain itu ketranpilan

kader akan lebih optimal jika adanya

dukungan atau motivasi, serta pelatihan

dalam hal ini adalah motivasi dan pelatihan

yang diberikan dari tenaga kesehatan atau

bidan desa setempat. Hal ini didukung oleh

Mubarak (2007), bahwa Pengalaman

adalah suatu kejadian yang pernah dialami

seseorang dalam berinteraksi dengan

lingkungannya. Ada kecenderungan

pengalaman yang kurang baik akan

berusaha untuk dilupakan oleh seseorang.

Namun jika pengalaman terhadap obyek

tersebut menyenangkan maka secara

psikologis akan timbul kesan yang sangat

mendalam dan membekas dalam emosi

kejiwaannya dan akhirnya dapat pula

membentuk sikap positif dalam

kehidupannya.

Penelitian ini didukung dengan hasil

sebelum dilakukan pelatihan dalam

Page 37: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

pembuatan nasi tim terhadap ketrampilan

kader dengan skor 5,6,7 meningkat

menjadi 21 melakukan langkah-langkah

pembuatan nasi tim setelah dilakukan

pelatihan. Hasil ini sesuai dengan teori

Tujuan umum pelatihan kader posyandu

adalah meningkatkan pengetahuan,

ketrampilan dan dedikasi kader (Hartono,

2011).

Peningkatan skor dalam penelitian

ini didukung dengan umur kader sebagian

besar adalah lebih dari 35 tahun. Hal ini

menunjukkan bahwa pada usia lebih dari

35 tahun merupakan suatu tahap dimana

orang usia paruh baya bertanggung jawab

terhadap sistem sosial yang berhadapan

dengan relasi kompleks. Hasil ini sesuai

dengan teori Mubarak (2007), yang

mengatakan bahwa dengan bertambahnya

usia seseorang, maka akan terjadi

perubahan pada aspek fisik dan psikologis

(mental). Pertumbuhan fisik secara garis

besar dapat dikategorikan menjadi empat,

yaitu perubahan ukuran, perubahan

proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan

timbulnya ciri-ciri baru. Hal ini terjadi

akibat pematangan fungsi organ. Pada

aspek psikologis atau mental taraf berfikir

seseorang semakin matang dan dewasa.

Hasil ini didukung dengan hasil tabel

4.1 umur responden sebagian besar adalah

lebih dari 35 tahun sebanyak 14 responden

(70%). Hasil ini menunjukkan bahwa umur

responden termasuk umur dewasa. Umur

dewasa dapat lebih matang atau lebih

bijaksana dalam melakukan suatu hal

menerima hal baru. Hasil penelitian sesuai

dengan penelitian Anis (2013) Universitas

Negeri Sebelas Maret Surakarta dengan

judul “Pengaruh Pelatihan Pemberian

Makanan pada Bayi dan Anak (PMBA)

Terhadap Pengetahuan, Keterampilan,

Konseling dan Motivasi Bidan Desa bahwa

umur kader adalah lebih dari 35 tahun.

Tabel 4.2 Pendidikan responden

sebagian besar adalah SMA sebanyak 7

responden (35%). Hasil ini didukung juga

dengan pendidikan responden sebagian

besar adalah menengah yaitu SMP dan

SMA. Hal ini menunjukkan bahwa

responden telah memahami arti penting

pendidikan sehingga dapat menempuh

Page 38: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

pendidikan hingga tingkat menengah.

Semakin tinggi pendidikan seseorang

semakin mudah pula mereka menerima

informasi, dan pada akhimya makin

banyak pula pengetahuan yang

dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang

tingkat pendidikannya rendah, akan

menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap penerimaan informasi

dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

Dengan pengetahuan yang baik maka

seseorang akan lebih mudah dalam

menjalankan perannya (Mubarak, 2007).

Tabel 4.3 Pekerjaan responden

sebagian besar adalah ibu rumah tangga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pekerjaan kader sebagian besar adalah ibu

rumah tangga atau tidak bekerja. Hal ini

sesuai dengan teori Mubarak (2007) yang

mengatakan bahwa lingkungan pekerjaan

dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara

langsung maupun secara tidak langsung.

Berdasarkan hasil penelitian, teori

dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

tidak ada kesenjangan antara teori, hasil

penelitian dan penelitian terdahulu maka

dapat dikatakan bahwa pelatihan

mempunyai pengaruh meningkatkan

ketrampilan kader dalam pembuatan nasi

tim pada bayi 9-12 bulan dengan didukung

umur, pendidikan dan pekerjaan kader.

KETERBATASAN PENELITIAN

Keterbatasan dalam penelitian ini

yaitu mengalami bias seleksi dan bias

informasi. Bias seleksi yaitu kesalahan

sistematik dalam pemilihan responden atau

sampel, karena setiap penelitian yang

sifatnya probabilitas terdapat bias atau

standar error 5%, sehingga untuk

mengurangi bias seleksi, sampel ditentukan

sendiri oleh peneliti tanpa pertimbangan

dari bidan setempat.

Sedangkan bias informasi yaitu

kesalahan sistematik dalam mengamati,

memilih instrument, mengukur, membuat

klasifikasi dan membuat interpretasi serta

teknik pengambilan data atau pengisian

checklist. Dalam pengambilan data

terhadap responden, responden mengisi

data sendiri sehingga dimungkinkan terjadi

bias, untuk itu perlu dilakukan persamaan

Page 39: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

persepsi terlebih dahulu antar numerator

agar ketika responden mengisi checklist

tidak mengalami kesulitan atau perbedaan

informasi antara numerator. Persamaan

persepsi dilakukan antar numerator tidak

hanya mengenai checklist tetapi juga

dalam persamaan materi atau informasi

yang diberikan sehingga bias yang terjadi

dapat dikurangi seminimal mungkin.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Ketrampilan kader mengenai

pembuatan nasi tim untuk bayi usia 9-

12 bulan, sebelum diberikan pelatihan

di Desa Nanggulan Kecamatan Cawas

Kabupaten Klaten dengan skor nilai

11-21, lebih dari rata-rata (15)

sebanyak 30%.

2. Ketrampilan kader mengenai

pembuatan nasi tim untuk bayi usia 9-

12 bulan sesudah diberikan pelatihan

di Desa Nanggulan, Kecamatan Cawas

Kabupaten Klaten dengan skor nilai

17-21,lebih dari rata-rata (20)

sebanyak 10%.

3. Ada Pengaruh Pelatihan Kader

Posyandu tentang pembuatan nasi tim

untuk bayi usia 9-12 bulan terhadap

Ketrampilan Kader di Desa Nanggulan

Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten

dengan nilai = 0,000 (p<0,05).

SARAN

1. Bagi Institusi STIKES Duta Gama

Klaten

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

digunakan sebagai bahan pustaka atau

referensi untuk melakukan penelitian

sejenis, meningkatkan pengetahuan dan

wawasan bagi mahasiswa serta pembaca

pada umumnya tentang pembuatan nasi

tim untuk bayi usia 9-12 bulan.

2. Bagi Institusi Desa Nanggulan

Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

digunakan sebagai masukan untuk

dilakukannya suatu pembinaan yang

lebih intensif kepada kader ataupun

masyarakat sehingga kader posyandu

ataupun masyarakat dapat lebih

Page 40: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

maksimal dalam ketrampilan

pembuatan nasi tim untuk bayi usia 9-

12 bulan, dengan cara bekerja sama

dengan tenaga kesehatan dalam

melakukan pelatihan.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Dapat dijadikan sebagai masukan

sehingga dapat diambil langkah-langkah

sebagai upaya untuk peningkatan mutu

dan kualitas pelayanan terutama

pelatihan pada kader yang berkaitan

dengan pemberian pelatihan tentang

ketrampilan pembuatan nasi tim untuk

bayi usia 9-12 bulan.

4. Bagi Kader

Kader supaya tetap mempertahankan

ketrampilan dalam pembuatan

pembuatan nasi tim untuk bayi usia 9-

12 bulan sehingga dapat

mendemonstrasikan pada ibu-ibu yang

mempunyai bayi desa setempat.

5. Bagi Ibu Bayi

Ibu agar mencari informasi tentang

pembuatan nasi tim dengan cara

mengikuti pendidikan kesehatan tentang

pembuatan nasi tim

6. Bagi Masyarakat

Masyarakat agar mencari informasi

tentang pembuatan nasi tim sehingga

anak mendapatkan MP-ASI yang benar.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Pengantar

Suatu Pengantar Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

2010. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta : YBPSP.

Depkes RI, 2010. Buku Kader Posyandu

dalam Usaha Perbaikan keluarga.

Jakarta : Depkes RI.

Hartono, 2011. Promosi Kesehatan Sejarah

dan Perkembangannya di Indonesia.

Jakarta : Rineka Cipta.

Hayati. 2009. Gizi balita dan Pemberian

Makanan Tambahan. Yogyakarta :

Nuha Medika.

Mubarak. 2011. Promosi Kesehatan untuk

Kebidanan. Jakarta : Salemba

Medika.

Notoatmodjo. S. 2010. Metode Penelitian

Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

. 2012. Ilmu Perilaku

Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. 2008. Metodologi Penelitian.

Jakarta : Salemba Medika.

Riwikdikdo. 2012. Statistik Kesehatan.

Yogyakarta : Nuha Medika.

World Vision Indonesia. 2013. Panduan

Makanan Bayi dan Anak. Jakarta.

Page 41: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA …

Yulifah, Rita dan Yuswanto, .J.A. 2011.

Asuhan Kebidanan Komunitas.

Jakarta : Salemba Medika.


Recommended