Transcript
Page 1: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP

PERAWATAN DIRI (SELF-CARE) PADA PENDERITA

DIABETES MELITUS TIPE II : SEBUAH TINJAUAN

SISTEMATIK

Oleh :

Atmi Gumingsih

16.14201.30.50

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA PALEMBANG

2020

Page 2: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP

PERAWATAN DIRI (SELF-CARE) PADA PENDERITA

DIABETES MELITUS TIPE II :SEBUAH TINJAUAN

SISTEMATIK

Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar

SARJANA KEPERAWATAN

Oleh :

Atmi Gumingsih

16.14201.30.50

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA PALEMBANG

2020

Page 3: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

iii

ABSTRAK SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)

BINA HUSADA PALEMBANG

Skripsi. 24 Agustus 2020

Atmi Gumingsih

Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Perawatan Diri (Self-Care) Pada

Penderita Diabetes Melitus Tipe II : Sebuah Tinjauan Sistematik

(xvi + 40 Halaman + 5 Tabel + 1 Bagan + 11 Lampiran)

Angka prevalensi penderita Diabetes Melitus usia ≥ 15 tahun meningkat cukup tinggi,

dari 6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018 sehingga jumlah penderita

Diabetes melitus di Indonesia mencapai lebih dari 16 juta orang. tujuan dari

penelitian ini data teridentifikasinya “Apakah dukungan keluarga efektif dalam

pencapaian upaya menjalankan penerapan kegiatan Self-Care pada penderita DM

(Diabetes Melitus) Tipe II”. Jenis metode yang di gunakan dalam penelitian ini

adalah cross sectional study. Basis data dalam pencarian artikel yang relevan adalah

melalui Google Scholar dan Sinta. Metode pencarian di lakukan dengan

menggunakan analisis PICO yaitu (1) Populasi: Penderita DM (Diabetes Melitus)

Tipe II, (2) Intervensi: Dukungan keluarga, (3) Perbandingan: Tidak ada pembanding,

(4) Hasil: Dukungan keluarga dalam upaya menjalankan penerapan kegiatan self-care

pada penderita DM (Diabetes Melitus) tipe II. Terdapat 7 artikel yang memenuhi

kriteria inkluasi yang berkaitan dengan judul Hubungan dukungan keluarga terhadap

perawatan diri (self-care) pada penderita diabetes melitus tipe II. Analisis dari 7

artikel ilmiah di atas menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

dukungan keluarga terhadap perawatan diri (self-care) pada penderita diabetes

melitus tipe II. penelitian ini menunjukan semakin besar dukungan dari keluarga

maka semakin baik penderita diabetes melitus tipe II dalam menjaga kontrol gula

darah dan proses penyembuhan.

Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Self-Care, Penderita Diabetes Melitus

Tipe II

Daftar Pustaka : 14 (2015-2020)

Page 4: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

iv

ABSTRACT BINA HUSADA COLLEGE OF HEALTH SCIENCE

NURSING STUDY PROGRAM

Student Thesis, August 24th

2020

Atmi Gumingsih

Family Support Relationship to Self-Care in People With Type II Diabetes

Mellitus: A Systematic Review

(xvi + 40 Pages + 8 Tables + 1 chart + 11 Attachments)

The prevalence rate of people with Diabetes Mellitus aged ≥ 15 years has increased

quite high, from 6.9% in 2013 to 8.5% in 2018 so that the number of people with

Diabetes Mellitus in Indonesia has reached more than 16 million people.The purpose

of this study was to determine the data "Whether family support is effective in

realizing the implementation of self-care activities for people with diabetes mellitus

type II". The type of method used in this study is a cross sectional study. The

database in the search for relevant articles is through Google Scholar and Sinta. The

search method was carried out using PICO analysis, namely (1) Population: Patients

with Diabetes Mellitus Type II, (2) Intervention: Family support, (3) Comparison: No

comparison, (4) Results: Family support in an effort to run implementation of self-

care activities for type II diabetes mellitus sufferers. There are 7 articles that meet the

incluation criteria relating to the title Relationship of family support to self-care in

people with type II diabetes mellitus. The results of the analysis of the 7 scientific

articles above show that there is a significant relationship between family support for

self-care in people with type II diabetes mellitus. This study shows that the greater the

support from the family, the better type II diabetes mellitus sufferers in maintaining

blood sugar control and the healing process.

Keywords : Family Support, Self-Care, Type II Diabetes Mellitus Sufferers

Bibliography : 14 (2015-2020)

Page 5: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …
Page 6: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …
Page 7: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

vii

RIWAYAT HIDUP PENULIS

I. IDENTITAS

Nama : Atmi Gumingsih

Tempat, tanggal lahir : Palembang, 10 Februari 1996

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jl Bemban Rt 003 Rw 007 No 04 Kel Muara Enim, Kec

Muara Enim, Kab Muara Enim

No. Handphone : 082178864392 (Telp) / 082178864392 (WA)

Email : [email protected]

Nama orang tua

- Ayah : Cholidi

- Ibu : Rosidah

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 2002-2008 : SDN 05 Muara Enim

2. Tahun 2008-2011 : SMPN 2 Muara Enim

3. Tahun 2011-2014 : SMAN 2 Muara Enim

4. Tahun 2016-2020 : STIK Bina Husada Palembang

Page 8: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

viii

PERSEMBAHAN DAN MOTTO

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang maha pengasih lagi maha

penyayang.

Kupersembahkan skripsi kepada:

Papa dan Mama tercinta dan tersayang ku ucapkan terima kasih tak terhingga

untuk kalian yang telah membesarkan ku dan merawat ku dengan penuh kasih

sayang sampai aku berada dititik ini dan berkat do’a dan restunya lah aku dapat

menyelesaikan pendidikan ini.

Abang-abangku yang sangat ku sayang Adri Agustian, Ade Saputra, dan Addan

Sangkian terima kasih telah menjadi Abang yang terbaik untukku yang selalu

menyayangi dan mendukung ku selama ini.

Untuk yang tersayang dan tercinta Wawan Setiawan terima kasih karena telah

begitu baik dan banyak membantu dan mendukung ku selama ini sehingga aku

berhasil mengatasi semua tantangan ini dan sekarang aku memiliki harapan untuk

masa depan yang lebih baik.

Almamater tercinta, aku akan selalu menjaga nama baikmu.

MOTTO:

“ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya.”

( QS Al-Baqarah : 286 )

Page 9: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Perawatan Diri (Self-Care) Pada Penderita

Diabetes Melitus Tipe II”. Sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina

Husada Palembang.

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga

skripsi ini dapat selesai.

Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :

1. Dr. Amar Muntaha, SKM., M.Kes Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Bina Husada Palembang.

2. Ns. Kardewi S.Kep., M.Kes., M.Kep Selaku Ketua Jurusan Keperawatan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang.

3. Ns. Sutrisari Sabrina Nainggolan, S.Kep., M.Kes., M.Kep Selaku Ketua Program

Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang.

Page 10: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

x

4. Ns. Dian Emiliasari, S.Kep,. M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini sehingga dapat

terselesaikan tepat pada waktunya.

5. Ns. Raden Surahmat, S.Kep., M.Kes., M.Kep selaku Dosen Penguji I yang telah

banyak memberikan dorongan, kritik dan masukannya dalam penyelesaian skripsi

ini.

6. Ns. Yofa Anggraini Utama, S.Kep., M.Kes., M.Kep selaku Dosen Penguji II yang

telah banyak memberikan kritik dan sarannya dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Papa dan mama serta abang-abangku yang telah memberikan doa, dorongan dan

semangat selama penyusunan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabatku Dwi Sri Lestari dan Ria Novita Sari yang selalu memberikan

motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan skripsi ini sebaik mungkin, penulis

menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna

menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca

dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Palembang, 24 Agustus 2020

Penulis

Page 11: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI .......................................................... ii

ABSTRAK ...................................................................................................................... iii

ABSTRACT .................................................................................................................... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN................................................................................ v

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI ......................................................................... vi

RIWAYAT HIDUP PENULIS ..................................................................................... vii

PERSEMBAHAN DAN MOTTO................................................................................. viii

UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................................... ix

DAFTAR ISI................................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xiii

DAFTAR BAGAN ........................................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Pertanyaan Penelitian ...................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 6

BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Metode Pencarian ............................................................................................ 7

2.1.1 Sumber Pencarian .................................................................................. 7

2.1.2 Strategi Pencarian .................................................................................. 7

2.1.3 Seleksi Studi .......................................................................................... 9

2.1.3.1 Strategi Seleksi Studi ................................................................. 9

2.1.3.2 Kriteria Inklusi ........................................................................... 10

2.1.3.3 Kriteria Eksklusi ......................................................................... 11

2.2 Kriteria Kualitas Studi ................................................................................... 12

2.3 Ekstraksi Data ................................................................................................. 13

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Studi ......................................................................................... 14

3.2 Hasil ............................................................................................................... 24

3.2.1 Dukungan keluarga dalam pencapaian upaya menjalankan penerapan

kegiatan self-care pada penderita DM tipe II ...................................... 24

3.2.2 Kegiatan self-care dalam upaya penyembuhan penyakit diabetes

melitus tipe II. ...................................................................................... 26

Page 12: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

xii

3.3 Pembahasan .................................................................................................... 29

3.3.1 Efektifitas Dukungan Keluarga Dalam Pencapaian Upaya

Menjalankan Penerapan Kegiatn Self-Care Pada Penderita

DM Tipe II ........................................................................................... 29

3.3.2 Kegiatan Self-Care Dalam Upaya Penyembuhan Penyakit Diabetes

Melitus Tipe II ..................................................................................... 34

BAB IV KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan .................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

xiii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

Tabel 2.1 Strategi Pencarian ................................................................................ 7

Tabel 2.2 Kriteria Inklusi ..................................................................................... 11

Tabel 2.3 Kriteria Eksklusi .................................................................................. 11

Tabel 2.4 Kriteria Kualitas Studi ......................................................................... 12

Tabel 3.1 Hasil ..................................................................................................... 15

Page 14: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

xiv

DAFTAR BAGAN

No. Bagan Halaman

Bagan 2.1 Diagram Alur Prisma ......................................................................... 9

Page 15: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hubungan Dukungan Keluarga Dan Efikasi Diri Dengan Self-Care Penderita

Diabetes Melitus Tipe-2 di Puskesmas Kasihan II Bantul.

2. Efikasi Diri Dan Perilaku Perawatan Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di

Wilayah Kerja Puskesmas Pahandut.

3. Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien

Diabetes Melitus Tipe 2.

4. Faktor-Faktor Internal Yang Mempengaruhi Self Care Management Pasien

Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Khusus Penyakit Dalam RSUP Dr.M.Djamil

Padang.

5. Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Dengan

Kemampuan Self-Care Pada Pasien DM Tipe 2 di Puskesmas Cilacap Tengah 1

Dan 2.

6. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Perilaku Perawatan Diri Pada Klien

Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwates, Jember.

7. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemampuan Self-Care Pada Pasien

Diabetes Melitus Tipe 2.

8. Dukungan Keluarga Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Binaan

Puskesmas Babakan Sari.

Page 16: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

xvi

9. Dukungan Keluarga Terhadap Self Care Pada Lansia Dengan Diabetes Melitus

Tipe 2.

10. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perawatan Diri (Self Care Activity) Pada

Pasien Diabetes Melitus Tipe 2.

11. Dukungan Keluarga Dan Perilaku Self-Management Pada Pasien Diabetes

Melitus Tipe II di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi.

Page 17: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika

pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara

produktif menggunakan insulin yang dihasilkannya. (Who, 2017)

Penyakit diabetes melitus dapat terjadi pada setiap orang baik usia produktif

maupun usia keluarga miskin sehingga berdampak pada kepentingan hidup orang usia

lanjut. Diabetes melitus adalah suatu ancaman kesehatan bagi setiap orang. Diabetes

melitus (DM) adalah salah satu dari 10 faktor utama kematian secara global. Semua

negara mengalami penyakit Diabetes melitus bahkan wabah penyakit akan terus

meningkat. (International Diabetes Federation, 2017)

Berdasarkan hasil data terbaru Diabetes melitus (DM) tahun 2019 terdapat

463 juta orang dewasa berusia 20-79 tahun menderita Diabetes Melitus, sekitar 10%

dari pengeluaran kesehatan global dihabiskan untuk Diabetes Melitus sekitar 760

miliar USD. Penderita Diabetes Melitus sebanyak 79% bertempat tinggal di beberapa

negara dengan penduduk ekonomi rendah dan menengah didapatkan 2 dari 3

penderita Diabetes Melitus tinggal di daerah perkotaan (310,3 juta) dan di Indonesia

diperkirakan jumlah penderita Diabetes melitus (DM) akan terus meningkat pada

tahun 2015 dari 10 juta orang menjadi 16,2 juta orang di 2040. (International

Diabetes Federation, 2019)

Page 18: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

2

Berdasarkan data terbaru penderita Diabetes Melitus (DM) di Indonesia telah

mencapai 9,1 juta orang. Tingginya angka kejadian tersebut Indonesia menduduki

peringkat keempat di dunia dengan jumlah penderita Diabetes melitus (DM)

terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan India. (PERKENI, 2015)

Angka prevalensi penderita Diabetes Melitus usia ≥ 15 tahun meningkat

cukup tinggi, dari 6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018 sehingga jumlah

penderita Diabetes melitus di Indonesia mencapai lebih dari 16 juta orang. Kemudian

berpotensi terkena penyakit lain, seperti stroke, serangan jantung, kebutaan dan gagal

ginjal bahkan dapat mengakibatkan kelumpuhan dan kematian. (Kemenkes RI, 2019)

Berdasarkan data terbaru riset kesehatan dasar tahun 2018 di Indonesia, secara

umum jumlah kasus Diabetes Melitus (DM) mengalami peningkatan yang cukup

tinggi selama 5 tahun terakhir. Pada tahun 2013, angka kasus Diabetes Melitus pada

orang dewasa mencapai 6,9 % dan di tahun 2018 angka terus meningkat menjadi

8,5% (RISKESDAS, 2018)

Untuk Provinsi sumatera selatan jumlah kasus penderita Diabetes melitus

tahun 2016 sebesar 45 %, tahun 2017 sebesar 55 %, dan tahun 2018 sebesar 62,6 %.

(Dinkes Prov Sumsel, 2018)

Di Kota Palembang jumlah penyandang Diabetes Melitus pada tahun 2016

sebanyak 4.442 orang, kemudian pada tahun 2017 sebanyak 4.823 orang, dan pada

tahun 2018 mengalami kenaikan menjadi 10.038 orang yang terjadi di Kota

Palembang. (Dinkes Kota Palembang, 2018)

Page 19: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

3

Salah satu puskesmas yang mempunyai banyak penyandang Diabetes Melitus

di Kota Palembang adalah Puskesmas Plaju, pada tahun 2016 sebanyak 1478 orang,

pada tahun 2017 sebanyak 952 orang dan pada tahun 2018 sebanyak 817 orang. Data

tersebut adalah data yang didapatkan 3 (tiga) tahun terakhir. (Puskesmas Kota

Palembang, 2018)

Salah satu terapi Diabetes Melitus untuk mengendalikan kadar gula darah

sehingga tetap dalam batas normal adalah dengan cara pemberian diet atau dikenal

dengan Terapi Nutrisi Medis (TNM). Pengaturan makan ini harus makanan yang

seimbang (Karbohidrat 45%-65%, Protein 10%-20%, Lemak 20%-25%),

memperhatikan kualitas makanan yang sesuai dengan kebutuhan kalori, penderita

DM sering kali kesulitan untuk memahami dan menghitung kandungan kalori

makanan sehingga memerlukan kandungan praktis manajemen terapi nutrisi medis.

(Lindawati, 2019)

Kegiatan self-care merupakan perawatan Diabetes Melitus secara mandiri

yang bisa dilakukan melalui perilaku seseorang dalam menjaga kesehatan dan

mempertahankan hidup sehat. (Thojampa, 2019)

Self-care merupakan kebutuhan manusia terhadap kondisi dan perawatan diri

sendiri dengan melakukan perencanaan dan pelaksanaan metode perawatan yang

baik. Cara tersebut dilakukan secara rutin untuk mempertahankan penyembuhan dari

penyakit agar dapat mengatasi komplikasi yang akan terjadi. Oleh karena itu keluarga

diikutsertakan dalam proses ini dalam memberikan informasi terhadap klien dalam

Page 20: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

4

membantu mereka untuk melaksanakan kegiatan self-care secara efektif. (Borji et al.,

2017)

Self-care pada penderita Diabetes melitus (DM) adalah kegiatan penting yang

harus dilaksanakan untuk menghindari komplikasi akut dan kronis dan diperlukan

perawatan rutin, self-care penting untuk peningkatan kualitas kesehatan pada

penderita Diabetes melitus. Kegiatan self-care pada penderita Diabetes melitus

melibatkan makan makanan sehat, kepatuhan pengobatan, pengontrolan gula darah,

coping aktif secara fisik, dan sehat sempurna. (Gurmu et al., 2018)

Peningkatan kadar gula darah bisa dicegah dengan melaksanakan kegiatan

self-care yang terdiri dari olah raga, pengaturan diet, perawatan kaki, terapi obat, dan

pengontrolan gula darah. (Chaidir et al, 2017)

Kegiatan Self-care sangat perlu dilaksakan apabila self-care tidak

dilaksanakan dengan baik akan menimbulkan dampak buruk bagi kualitas hidup

penderita DM tipe-2, meningkatkan potensi komplikasi hingga kematian. Self-care

yang dilaksanakan dengan baik akan meningkatkan kualitas hidup (Chaidir, 2017)

Mematuhi serangkaian kegiatan self-care adalah tantangan yang besar.

Perasaan bosan atau pun jenuh bisa timbul dan dengan mudah penderita DM tipe-2

tidak patuh lagi dalam melaksanakan kegiatan self-care (Lutfha, 2016)

Dukungan keluarga sangat penting untuk penderita diabetes melitus,

dukungan yang bisa didapatkan dari keluarga yaitu mendukung penderita Diabetes

melitus dengan cara melaksanakan pengobatan atau kegiatan self-care. Semakin besar

Page 21: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

5

dukungan dari keluarga maka semakin baik penderita Diabetes melitus dalam

menjaga kontrol gula darah. (Rahmawati et al, 2018)

Salah satu bentuk dukungan yang dapat diberikan pada pasien adalah melalui

bekerja sama antara keluarga dengan tenaga kesehatan profesional dalam program

perawatan Diabetes Melitus yang dapat diwujudkan melalui pendidikan terstruktur.

Melalui pendidikan terstruktur ini diharapkan pengetahuan tenaga profesional

kesehatan, pasien dan keluarga dapat meningkat serta aktivitas perawatan diri juga

semakin baik sehingga kontrol glikemik juga bagus dan masalah psikologis berupa

Diabetes Distress dapat teratasi (Funnell et al., 2011; International Diabetes

Federation, 2015)

Berdasarkan jurnal dan artikel yang ada, maka perlu dilakukan rangkuman

literature yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga

terhadap perawatan diri (self-care) pada penderita diabetes melitus tipe II dan

mengidentifikasi kegiatan Self-Care dalam upaya penyembuhan penyakit diabetes

Melitus tipe II.

Page 22: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

6

1.2 Pertanyaan Penelitian

1. Apakah dukungan keluarga efektif dalam pencapaian upaya menjalankan

penerapan kegiatan Self-Care pada penderita DM (Diabetes Melitus) Tipe II?

2. Apakah kegiatan Self-Care dapat mempengaruhi dalam upaya penyembuhan

penyakit DM (Diabetes Melitus) Tipe II?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Teridentifikasinya efektifitas dukungan keluarga dalam pencapaian upaya

menjalankan penerapan kegiatan Self-Care pada penderita DM (Diabetes

Melitus) Tipe II.

2. Teridentifikasinya kegiatan Self-Care dalam upaya penyembuhan penyakit

DM (Diabetes Melitus) Tipe II.

Page 23: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

7

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Metode Pencarian

2.1.1 Sumber Pencarian

Untuk mengidentifikasi studi yang relevan, pencarian database yaitu jurnal

yang terindeks Sinta, dan Google Scholar.

2.1.2 Strategi Pencarian

Pencarian literature menggunakan pendekatan PICO berdasarkan kata kunci.

Kata kunci ini dapat disesuaikan dengan pertanyaan penelitian yang telah dibuat

sebelumnya. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut :

Tabel 2.1

Strategi Pencarian

Population

(Populasi)

Invervention

(Intervensi)

Comparison

(Perbandingan)

Outcome (Hasil)

Konsep Utama Konsep Utama Konsep Utama Konsep Utama

Penderita DM

(Diabetes

Melitus) Tipe II

Dukungan

Keluarga

- Dukungan keluarga

dalam upaya

menjalankan penerapan

kegiatan Self-Care pada

Page 24: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

8

penderita DM (Diabetes

melitus) Tipe II

Sininom/Istilah

Pencarian

Sinonim/Istilah

Pencarian

Sinonim/Istilah

Pencarian

Sinonim/Istilah

Pencarian

- Penderita DM

(Diabetes

Melitus) Tipe II

-Dukungan

keluarga

- - Dukungan keluarga

- Self-Care

- Penderita DM Tipe II

Page 25: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

9

2.1.3 Seleksi Studi

2.1.3.1 Strategi Seleksi Studi

Seleksi studi berpedoman pada Diagram PRISMA (2009)

Diagram 2.1

Diagram Alur Prisma

Peneliti diidentifikasi melalui situs database Google Scholar

dan Sinta dengan kata kunci Dukungan keluarga terhadap

perawatan diri (Self-care) pada penderita diabetes melitus tipe

II n=17

Catatan setelah duplikat dihapus

(n=16)

Studi termasuk dalam sintesis

(n=7)

Judul yang di identifikasi dan di

saring (n=9)

Salinan lengkap diambil dan dinilai

untuk kelayakannya

Excluded

(n=7)

Excluded

(n=2)

Abstrak yang di identifikasi dan di

saring (n=7)

Page 26: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

10

Berdasarkan hasil pencarian literature melalui publikasi di dua database

Google Scholar dan Sinta dengan kata kunci Dukungan keluarga terhadap perawatan

diri (self-care) pada penderita diabetes melitus tipe II, peneliti mendapatkan 17 hasil

artikel yang sesuai dengan kata kunci tersebut. Hasil pencarian yang sudah

didapatkan digambarkan dalam Diagram Flow kemudian di periksa duplikasi,

ditemukan terdapat 1 artikel yang sama sehingga dikeluarkan dan tersisa 16 artikel.

Peneliti kemudian melakukan penyaringan berdasarkan judul terdapat 7 jurnal yang

tidak sesuai dengan judul yang akan di identifikasi sehingga di hapus dan tersisa 9

jurnal yang dapat di identifikasi berdasarkan judul. Dan kemudian peneliti kembali

melakukan penyaringan berdasarkan abstrak terdapat 2 jurnal yang tidak sesuai

dengan abstrak yang akan di identifikasi sehingga di hapus dan tersisa 7 jurnal yang

dapat di identifikasi berdasarkan abstrak. Assasment yang dilakukan berdasarkan

kelayakan terhadap kriteria inklusi dan ekslusi didapatkan sebanyak 7 artikel yang

bisa dipergunakan dalam literature review.

2.1.3.2 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi adalah semua aspek yang harus ada dalam penelitian yang

akan di review. Kriteria Inklusi dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan item

PICOS. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini dijelaskan dalam tabel berikut:

Page 27: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

11

Tabel 2.2

Kriteria Inklusi

2.1.3.3 Kriteria Eksklusi (Jika ada)

Kriteria Eksklusi adalah faktor yang dapat menyebabkan sebuah penelitian

menjadi tidak layak untuk di review. Adapun Kriteria eksklusi dalam penelitian ini

sebagai berikut :

Tabel 2.3

Kriteria Eksklusi

Participant/Population (Populasi) -

Intervention (Intervensi) -

Comparison (Perbandingan) -

Outcome (Hasil) -

Study Design/Context No exclusion

Participant/Population

(Populasi)

Penderita DM (Diabetes Melitus) Tipe II

Intervention (Intervensi) Dukungan Keluarga

Comparison (Perbandingan) -

Outcome (Hasil) Dukungan keluarga dalam upaya menjalankan

penerapan kegiatan Self-Care pada penderita

DM (Diabetes Melitus) Tipe II

Studi Design/Context Cross Sectional

Page 28: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

12

2.2 Kriteria Kualitas Studi

Penilaian kualitas atau kelayakan pada penelitian ini didasarkan pada data

(artikel penelitian) dengan memenuhi kriteria yang ditentukan (Kriteria Inklusi) dan

Kriteria Eksklusi. Dengan teks lengkap (Full Teks), Jurnal/artikel penelitian nasional

yang di publikasikan terindeks SINTA dan Google Scholar, tahun publikasi 2015-

2019. Kriteria kualitas studi pada penelitian ini dijelaskan pada tabel berikut ini :

Tabel 2.4

Kriteria Kualitas Studi

Pencarian Literatur Dipublikasikan hanya dari jurnal

terindeks SINTA dan Google Scholar

Batas Pencarian 2015-2019

Skrining/Penyaringan Full teks dengan penulis/peninjau

Abstraksi data Satu orang yang mengabstraksi data

sementara yang lain memverifikasi

Resiko penilaian bias Satu orang menilai sementara yang lain

memverifikasi

Apakah dua penulis akan secara

mandiri menilai menilai studi

Ya

Proses Penilaian Full Teks

Bagaimana perbedaan pendapat akan

dikelola

Perbedaan pendapat akan dikelola oleh

orang yang ahli dalam bidangnya

Alat penilaian resiko bias/Alat

penilaian kualitas studi

-

Page 29: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

13

2.3 Ekstraksi Data

a. Info Umum

Data studi akan diekstraksi menggunakan format standard an dimasukan ke

dalam spreadsheet Microsoft excel. Data akan diekstraksi oleh satu reviewer dan di

periksa keakuratan dan kelengkapannya oleh reviewer kedua. Data yang diekstraksi

meliputi:

a. Info Umum : Nama penulis, Negara, Tahun publikasi

b. Khusus : Kriteria inklusi, item RQ

Page 30: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

14

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Studi

Page 31: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

15

Tabel 3.1

Hasil

Karakteristik Studi Tinjauan Sistematik Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Perawatan Diri (Self-Care)

Pada Penderita Diabetes Melitus II

No Author Tahun Volume,

Angka Judul

Metode (Desain, Sampel,

Variabel, Instrumen, Analisis

Hasil

Penelitian Database

1. Dewi

Prasetyani1*, Evy

Apriani2,

Yuni

Sapto

Edhy

Rahayu3

2018 Vol. XI

No.1

Hubungan

Karakteristi

k,

Pengetahuan

Dan

Dukungan

Keluarga

Dengan

Kemampuan

Self-Care

Pada Pasien

DM Tipe 2

Di

Puskesmas

Cilacap

Tengah 1

Dan 2

D: Rancangan penelitian cross

sectional

S: Melibatkan 152 responden

anggota Prolanis.

V:

I: Menggunakan kuesioner

Summary Diabetes Self-Care

Activities

(SDSCA)

A: Analisis Univariat dan bivariat

Hasil

penelitian

Menunjukan

bahwa

ada hubungan

signifikan

antara

umur (p-value

0,021),

pengetahuan

(p- value

0,019) dan

dukungan

keluarga (p-

value

0,030) dengan

kemampuan

self-care

pasien DM tipe

2 di Puskesmas

Cilacap

Tengah 1 dan

2.

Google

Scholar

Page 32: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

16

2. Wahyunin

gtias

Rahmadan

i, Hanny

Rasni,

Kholid

Rosyidi

Muhamma

d Nur

2019 Vol 7.

(no.2)

Hubungan

Dukungan

Sosial

Keluarga

dengan

Perilaku

Perawatan

Diri pada

Klien

Diabetes

Melitus Tipe

2 di Wilayah

Kerja

Puskesmas

Kaliwates,

Jember

D: Desain observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional

S: Sebanyak 84 responden

V:

I: Menggunakan kuisioner

A: Teknik analisa data

menggunakan uji statistik

spearman

Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa nilai

median

dukungan

sosial keluarga

adalah 86

dengan nilai

minimal 69

dan nilai

maksimal 106

sedangkan

nilai rata - rata

perilaku

perawatan diri

adalah 2,27 +

0,45 hari.

Terdapat

hubungan

signifikan

yang bersifat

positif antara

dukungan

sosial keluarga

dan perilaku

perawatan diri

(p value:

0,001; r:

Google

Scholar

Page 33: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

17

+0,378). Hal

ini berarti

semakin tinggi

nilai dukungan

sosial keluarga

maka semakin

baik perilaku

perawatan diri.

Hasil

penelitian ini

menunjukkan

bahwa

pentingnya

mengkaji

dukungan

sosial keluarga

untuk

meningkatkan

perilaku

perawatan diri

klien DM tipe

2.

3. Dewi

Prasetyani

1 *

Sodikin2

2016 Vol.IX

No.2

Hubungan

Dukungan

Keluarga

Dengan

Kemampuan

Self-Care

Pada Pasien

D: Desain penelitian adalah cross

sectional

S: Jumlah sampel 24 orang yang

diseleksi menggunakan teknik

total sampling

Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa

kemampuan

self care pasien

DM tipe 2

Google

Scholar

Page 34: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

18

Diabetes

Melitus Tipe

2

V:

I: Kuisioner

A: Analisis data hasil penelitian

menggunakan uji regresi linear

sederhana (Uji statistik analisis

bivariat)

masih sangat

rendah, yaitu

rata-rata

melakukan self

care diabetes

hanya 2.5 hari

selama satu

minggu.

Dukungan

keluarga pada

pasien DM tipe

2 juga rendah

(41.7%). Hasil

analisis

bivariat

menunjukkan

tidak ada

hubungan

signifikan

antara

dukungan

keluarga

dengan

kemampuan

self care pasien

DM tipe 2 (pv

= 0.290 : α

=0.05).

Page 35: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

19

4. Erna

Irawan

2019 Vol.7

No.2

Dukungan

Keluarga

Pada Pasien

Diabetes

Mellitus

Tipe II di

Wilayah

Binaan

Puskesmas

Babakan

Sari

D: Penelitian ini adalah deskriptif

kuantitatif

S: Sampel penelitian berjumlah

40 orang keluarga pasien DM tipe

II

V:

I: Wawancara berdasarkan

Kuisioner

A : Bivariat

Hasil

menunjukkan

hampir

seluruhnya

yaitu 33 orang

(82,5%)

memiliki

dukungan

keluarga yang

mendukung.

Berdasarkan

dimensi

dukungan

emosional,

sebagian besar

responden

yaitu 26 orang

(65%)

mendukung.

Kemudian

pada dimensi

dukungan

informasi

sebagian besar

mendukung

yaitu 27 orang

(67,5%).

Sedangkan

pada dukungan

Google

Scholar

Page 36: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

20

penilaian,

sebagian besar

mendukung

yaitu 24 orang

(60%)/ pada

dukungan

instrumentasl,

hampir

seluruhnya

mendukung

yaitu 32 orang

(80%).

5. Hera

Heriyanti 1)

, Sigit

Mulyono 2)

, Lily

Herlina 3)

2020 Vol 5

No 1

Dukungan

Keluarga

Terhadap

Self Care

Pada Lansia

Dengan

Diabetes

Melitus Tipe

2

D: Penelitian kuantitatif dengan

jenis penelitian deskriptif

observasional desain dengan

pendekatan cross sectional

S: Seluruh lansia dengan DM tipe

2 di wilayah kerja Puskesmas

Wara Selatan Kota Palopo

sebanyak 153 orang dengan

jumlah sampel 121 orang.

V:

I: Kuisioner

A: Purposive sampling

Hasil : Dari

analisis

ditemukan

bahwa variable

yang paling

berhubungan

dengan

perawatan diri

adalah

dukungan

emosional

dengan nilai

Exp (B). =

10,875

Google

Scholar

Page 37: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

21

6. Ni Wayan

Yatik

Marlinda1

, I Kadek

Nuryanto2

, Ni Ketut

Noriani3

2019 Vol 3,

No 2

Hubungan

Dukungan

Keluarga

Dengan

Perawatan

Diri (Self

Care

Activity)

Pada Pasien

Diabetes

Melitus Tipe

2

D: Penelitian ini menggunakan

desain analitik korelatif, dengan

pendekatan cross sectional study

S: Jumlah sampel sebanyak 99

responden pasien diabetes melitus

tipe 2 yang melakukan rawat jalan

di Puskesmas II Denpasar Barat

V:

I: Kuisioner

A: Data dianalisis menggunakan

uji Spearman’s Rho

Hasil dalam

penelitian ini

menunjukan

bahwa

sebagian besar

responden

memiliki

dukungan

keluarga dalam

kategori cukup

sebanyak 59

orang (59,6%),

dan self care

activity dalam

kategori baik

sebanyak 77

orang (77,8%).

Berdasarkan

analisa statistik

menggunakan

uji Spearman’s

Rho

didapatkan

hasil ada

hubungan

antara

dukungan

keluarga

dengan

Google

Scholar

Page 38: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

22

perawatan diri

pada pasien

diabetes

melitus tipe 2

dengan nilai p-

value=0,001,

dengan

kekuatan

kolerasi yang

rendah (0,370)

dan arah

kolerasi

positif.

7. Rasyidah

AZ1

2018 Vol.7,

No.1

Dukungan

keluarga dan

perilaku

self-

management

pada pasien

diabetes

melitus tipe

II di

Puskesmas

Simpang IV

Sipin Kota

Jambi

D: Penelitian ini merupakan

penelitian kuantitatif dengan

metode cross sectional

S: sampel sebanyak 81 orang

responden yang menderita DM

lebih dari satu tahun.

V:

I: Kuisioner

A: Data dianalisis dengan

menggunakan uji statistic chi-

square

Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa

sebagian besar

(53,1%)

menunjukkan

dukungan

keluarga baik,

dan (53,1%)

menunjukkan

dilakuka nya

perilaku self-

management.

Ada hubungan

yang bermakna

Google

Scholar

Page 39: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

23

antara

dukungan

keluarga

dengan

perilaku self-

management

pada pasien

Diabetes

Mellitus Tipe

II di

Puskesmas

Simpang IV

Sipin Kota

Jambi dengan

p-value =

0,019.

Page 40: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

24

3.2 Hasil

3.2.1 Dukungan keluarga dalam pencapaian upaya menjalankan penerapan kegiatan

self-care pada penderita DM tipe II.

Dari 9 jurnal yang di identifikasi terdapat 7 jurnal yang hasilnya signifikan

untuk di review dengan judul mengenai “Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap

Perawatan Diri (Self-Care) Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II”.

Jurnal pertama dengan judul “Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan

Dukungan Keluarga Dengan Kemampuan Self-Care Pada Pasien DM Tipe 2 Di

Puskesmas Cilacap Tengah 1 Dan 2” Hasil analisa menunjukkan terdapat hubungan

signifikan antara umur, pengetahuan tentang DM dan dukungan persuasif verbal

dengan kemampuan selfcare pasien DM tipe 2. (Dewi Prasetyani et al, 2018)

Jurnal kedua dengan judul “Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan

Perilaku Perawatan Diri pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja

Puskesmas Kaliwates, Jember” Menunjukkan hasil analisis data untuk mengetahui

adanya korelasi antara dukungan sosial keluarga dengan perilaku perawatan diri

menggunakan uji statistik spearmen rank dan didapatkan hasil p value = 0,001 yang

berarti bahwa Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

dukungan sosial keluarga dengan perilaku perawatan diri. Nilai korelasi antara dua

variabel tersebut sebesar 0,378 yang menunjukkan bahwa kekuatan hubungan lemah.

Nilai korelasi positif, hal ini berarti semakin tinggi dukungan sosial keluarga maka

akan semakin tinggi pula perilaku perawatan diri klien DM tipe 2. (Wahyuningtias

Rahmadani et al, 2019)

Page 41: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

25

Jurnal ketiga dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Kemampuan Self-Care Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2” Hasil analisis regresi

linear menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga dengan

kemampuan self-care DM (p = 0.290; α = 0.05). (Dewi Prasetyani et al, 2016)

Jurnal keempat yang berjudul “Dukungan Keluarga Pada Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Wilayah Binaan Puskesmas Babakan Sari” Hasil penelitian

menunjukan dukungan keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

keberhasilan manajemen diabetes, adaptasi terhadap penyakit, kualitas hidup, diet

gula, dan kepatuhan minum obat. (Erna Irawan, 2019)

Jurnal kelima yang berjudul “Dukungan Keluarga Terhadap Self Care Pada

Lansia Dengan Diabetes Melitus Tipe 2” Hasil uji bivariat menunjukkan adanya

hubungan yang bermakna antara dukungan emosional,dukungan instrumental,

dukungan penghargaan, dukungan informasi terhadap self-care pada lansia dengan

DM tipe 2 dengan hasil uji chi square diperoleh p value = 0,001 (p < 0,05). (Hera

Heriyanti et al, 2020)

Jurnal keenam yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Perawatan Diri (Self Care Activity) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2”

Menunjukkan bahwa didapatkan p-value<0.001 yang menunjukan ada hubungan

yang signifikan antara dukungan keluarga dengan perawatan diri (self care activity)

pada pasien diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat.

Hubungan ini ditunjukkan dengan kekuatan korelasi sebesar 0,370 yang termasuk

dalam kategori rendah (0,20-0,399), dengan arah korelasi positif positif yang berarti

Page 42: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

26

semakin baik dukungan keluarga maka semakin baik pula perawatan diri yang bisa

dilakukan oleh pasien dengan diabetes melitus tipe 2. (Ni Wayan Yatik Marlinda et al,

2019)

Jurnal ketujuh yang berjudul “Dukungan keluarga dan perilaku self-

management pada pasien diabetes melitus tipe II di Puskesmas Simpang IV Sipin

Kota Jambi” Berdasarkan Hasil penilitian menunjukkan terdapat hubungan yang

bermakna antara dukungan keluarga dengan perilaku self-management pada pasien

Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi dengan p-value

= 0,019. (Rasyidah AZ, 2018)

Menurut analisis penulis terdapat hubungan antara dukungan keluarga

terhadap perawatan diri (self-care) pada penderita diabetes melitus tipe II. Karena

semakin tingginya dukungan keluarga maka semakin besar kemampuan pasien dalam

melakukan kegiatan self-care.

3.2.2 Kegiatan self-care dalam upaya penyembuhan penyakit diabetes melitus tipe

II.

Berdasarkan 7 jurnal yang diidentifikasi dengan judul mengenai “Hubungan

Dukungan Keluarga Terhadap Perawatan Diri (Self-Care) Pada Penderita Diabetes

Melitus Tipe II”.

Jurnal pertama dengan judul “Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan

Dukungan Keluarga Dengan Kemampuan Self-Care Pada Pasien DM Tipe 2 Di

Puskesmas Cilacap Tengah 1 Dan 2” Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan

Page 43: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

27

signifikan antara pengetahuan dengan kemampuan self-care pasien DM. Hal ini

sejalan dengan beberapa hasil penelitian lain yang menunjukkan adanya hubungan

signifikan antara pengetahuan pasien DM dengan kemampuan self-care (Ismonah,

2009; Yuanita, et al, 2014; Kueh, et al, 2015; Dewi Prasetyani, et al, 2018).

Jurnal kedua dengan judul “Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan

Perilaku Perawatan Diri pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja

Puskesmas Kaliwates, Jember” Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja

puskesmas kaliwates menunjukkan bahwa rata – rata nilai perilaku perawatan diri

klien DM tipe 2 adalah 2,27 hari dalam seminggu. Hal tersebut menunjukkan bahwa

perilaku perawatan diri belum dilakukan secara optimal, dikarenakan belum

dilakukan secara rutin dalam 7 hari. Indikator terendah variabel perawatan diri dalam

hasil penelitian ini adalah perawatan kaki dengan nilai rata – rata 0,12 hari. Hal ini

memiliki arti bahwa dalam seminggu klien DM tipe 2 tidak pernah melakukan

perawatan kaki. Hambatan dari klien DM jarang melakukan perawatan kaki

dikarenakan munculnya rasa malas, dan tidak patuh dalam melakukan perawatan kaki

karena harus menggunakan kaos kaki dan sandal atau sepatu yang sesuai.

(Wahyuningtias Rahmadani et al, 2019)

Jurnal ketiga dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Kemampuan Self-Care Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2” Hasil penelitian

menunjukkan setiap aktivitas self care DM belum dilakukan secara penuh 7 hari

dalam seminggu. Keseluruhan aspek self care DM saling mendukung dan harus

dilakukan oleh pasien DM sehari-hari agar tercapai kontrol gula darah yang baik

Page 44: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

28

sehingga dapat meminimalkan terjadinya komplikasi DM. (Dewi Prasetyani et al,

2016).

Jurnal keempat yang berjudul “Dukungan Keluarga Pada Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Wilayah Binaan Puskesmas Babakan Sari” Dukungan keluarga

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan manajemen diabetes,

adaptasi terhadap penyakit, kualitas hidup, diet gula, dan kepatuhan minum obat.

(Erna Irawan, 2019)

Jurnal kelima yang berjudul “Dukungan Keluarga Terhadap Self Care Pada

Lansia Dengan Diabetes Melitus Tipe 2” Dukungan emosional yang diberikan

keluarga kepada lansia dengan DM akan mendorong lansia tersebut untuk dapat

menjalani perawatan secara teratur, hal ini dikarenakan dukungan yang diberikan

tersebut dijadikan sebagai energi penggerak bagi penderita dalam menjalankan suatu

program terapi dan dapat melakukan self-care dengan baik. Pasien yang sedang

berada pada masa penyembuhan akan lebih cepat sembuh apabila memiliki keluarga

yang bersedia menolong (Baron & Bryne 1994). Dukungan emosional keluarga yang

ditunjukkan melalui ungkapan rasa simpati, pemberian perhatian, kasih sayng,

penghargaan serta kebersamaan akan membuat lansia dengan DM merasa tenang

dalam menghadapi berbagai keadaan tidak menyenangkan. (Hera Heriyanti et al,

2020)

Jurnal keenam yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Perawatan Diri (Self Care Activity) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2” Hasil

penelitian terdapat 22 (22,2%) responden menunjukan bahwa perawatan diri (self

Page 45: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

29

care activity) pada pasien diabetes melitus tipe 2 kurang. Menurut pendapat peneliti,

hal ini dapat disebabkan oleh karena pasien tidak mau memikirkan penyakitnya, tidak

mau merawat dirinya, dan tidak ada motivasi di dalam dirinya maupun dari luar yang

mendorong pasien untuk rutin melakukan perawatan diri. (Ni Wayan Yatik Marlinda

et al, 2019)

Jurnal ketujuh yang berjudul “Dukungan keluarga dan perilaku self-

management pada pasien diabetes melitus tipe II di Puskesmas Simpang IV Sipin

Kota Jambi” Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden

telah menerapkan self-management yang baik khususnya pada aspek latihan fisik.

(Rasyidah AZ, 2018)

Berdasarkan pembahasan diatas dapat diasumsikan bahwa terdapat pengaruh

kegiatan self-care dalam upaya penyembuhan penyakit DM (Diabetes Melitus) tipe II.

3.3 Pembahasan

3.3.1 Efektifitas dukungan keluarga dalam pencapaian upaya menjalankan

penerapan kegiatan self-care pada penderita DM (Diabetes Melitus) Tipe II.

Berdasarkan 7 jurnal yang diidentifikasi dengan judul mengenai “Hubungan

Dukungan Keluarga Terhadap Perawatan Diri (Self-Care) Pada Penderita Diabetes

Melitus Tipe II”.

Jurnal pertama dengan judul “Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan

Dukungan Keluarga Dengan Kemampuan Self-Care Pada Pasien DM Tipe 2 Di

Puskesmas Cilacap Tengah 1 Dan 2” Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan

Page 46: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

30

yang signifikan antara umur dengan kemampuan self-care. Sejalan dengan teori dan

penelitian sebelumnya, pasien yang berusia tua cenderung mengalami penurunan fisik

dan kognitif yang dapat mempengaruhi kemampuannya dan keaktifannya untuk

melakukan aktivitas self-care. Selain itu, timbulnya komplikasi pada usia tua juga

akan mempengaruhi kemampuan pasien dalam melakukan self-care. Kemampuan

pasien akan meningkat jika pasien aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat

meningkatkan pengetahuan dan motivasi untuk melakukan aktivitas self-care, seperti

kegiatan Prolanis atau Persadia. (Dewi Prasetyani et al, 2018)

Jurnal kedua dengan judul “Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan

Perilaku Perawatan Diri pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja

Puskesmas Kaliwates, Jember” Hasil uji statistik dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan perilaku perawatan

diri klien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember. Hasil

tersebut dibuktikan dengan nilai p value = 0,001. Dukungan sosial keluarga dan

perilaku perawatan diri memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kekuatan

yang lemah. Nilai korelasi bersifat positif yang berarti semakin tinggi dukungan

sosial keluarga semakin tinggi pula perilaku perawatan diri pada klien DM tipe 2.

Dukungan sosial keluarga merupakan sumber dalam perubahan perilaku kesehatan

mengenai perawatan diri diabetes. Diantara masyarakat, keluarga merupakan salah

satu anggota yang dapat memberikan dukungan sosial untuk perawatan diri klien DM

tipe 2. Hal ini sejalan dengan penelitian lain yang menyatakan bahwa salah satu

manajemen penyakit DM yaitu perawatan diri, dalam perawatan diri klien DM tipe 2

Page 47: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

31

juga diperlukan dukungan dari keluarga secara positif sehingga dapat mempengaruhi

outcome yang baik. Dukungan sosial keluarga mempunyai hubungan yang signifikan

dengan perilaku perawatan diri pada klien DM tipe 2, dengan adanya intervensi yang

fokus pada peningkatan dukungan sosial dari keluarga dan perawatan diri dalam

mengontrol diabetes nya akan lebih efektif dalam meningkatkan kontrol glikemik.

(Wahyuningtias Rahmadani et al, 2019)

Jurnal ketiga dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Kemampuan Self-Care Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2” Hasil penelitian

menunjukkan bahwa rata-rata usia responden adalah 63.8 Usia sangat erat kaitannya

dengan kenaikan gula darah, dimana semakin meningkat usia maka resiko mengalami

DM tipe 2 semakin tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga

pada pasien DM kurang dan setelah dilakukan analisa bivariat didapatkan bahwa

tidak ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga dengan kemampuan self

care DM pada pasien DM tipe 2. Sedangkan untuk variabel kemampuan self care

pada pasien DM tipe 2 didapatkan hasil bahwa rata-rata aktivitas self care pasien DM

adalah 2.5 hari dengan rentang waktu antara 2 hingga 5.5 hari dalam seminggu.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan self care pada

pasien DM masih rendah (Dewi Prasetyani et al, 2016).

Jurnal keempat yang berjudul “Dukungan Keluarga Pada Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Wilayah Binaan Puskesmas Babakan Sari” Hasil analisis

didapatkan rata-rata usia responden adalah 48,3 tahun, (95% CI 46,3-50,6) median 49

tahun dengan standard deviasi 4,58 tahun. Usia terendah 38 tahun dan usia tertinggi

Page 48: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

32

55 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa

rata-rata responden berada diantara 46,3 sampai dengan 50,6 tahun Hasil

menunjukkan hampir seluruhnya yaitu 33 orang (82,5%) memiliki dukungan keluarga

yang mendukung pada pasien DM tipe II. Dukungan keluarga memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap keberhasilan manajemen diabetes, adaptasi terhadap

penyakit, kualitas hidup, diet gula, dan kepatuhan minum obat. Salah satu faktor yang

mempengaruhi dukungan keluarga adalah faktor ekonomi. Sebagian besar

responden(75%) memiliki penghasilan diatas UMR yang mana menurut Punawarman

(2008) semakin tinggi penghasilan seseorang maka akan semakin cepat menanggapi

penyakit yang diderita. Dalam hal ini adalah penyakit yang DM tipe II yang dirasakan

anggota keluarganya. (Erna Irawan, 2019).

Jurnal kelima yang berjudul “Dukungan Keluarga Terhadap Self Care Pada

Lansia Dengan Diabetes Melitus Tipe 2” Hasil penelitian menunjukkan bahwa

responden sebagian besar memiliki umur dengan usia pertengahan (45-59 tahun)

yaitu 75 responden (62,0%). Responden dengan Jenis kelamin perempuan sebanyak

72 responden (59,5%),sebagan besar responden dengan pendidikan tinggi 72

responden (59,5%). Responden dengan pendapatan dalam kategori rendah sebanyak

85 responden (70,2%). Responden dengan lama menderita 1-4 tahun sebanyak 68

responden (56,2%). Hasil uji bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna

antara dukungan emosional,dukungan instrumental, dukungan penghargaan,

dukungan informasi terhadap self-care pada lansia dengan DM tipe 2 dengan hasil uji

chi squarediperoleh p value = 0,001 (p < 0,05). (Hera Heriyanti, 2020)

Page 49: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

33

Jurnal keenam yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Perawatan Diri (Self Care Activity) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2”

Berdasarkan uji korelasi dengan Spearman’s Rho menggunakan program computer

SPSS 22 for windows didapatkan p-value<0,001 yang menunjukan ada hubungan

antara dukungan keluarga dengan perawatan diri (self care activity) pada pasien

diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat. Hubungan ini

ditunjukkan dengan kekuatan korelasi sebesar (0,370) yang termasuk dalam kategori

rendah (0.20-0.399), dengan arah korelasi positif positif. Hasil ini menunjukkan

semakin tinggi dukungan keluarga makan semakin baik perawatan diri yang bisa

dilakukan pada pasien yang mengalami diabetes melitus tipe 2. (Ni Wayan Yatik

Marlinda et al, 2019)

Jurnal ketujuh yang berjudul “Dukungan keluarga dan perilaku self-

management pada pasien diabetes melitus tipe II di Puskesmas Simpang IV Sipin

Kota Jambi” Berdasarkan Hasil penilitian menunjukkan terdapat hubungan yang

bermakna antara dukungan keluarga dengan perilaku self-management pada pasien

Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi dengan p-value

= 0,019. Hasil penelitian didapatkan bahwa Dukungan keluarga yang diberikan

berupa: dukungan emosional (51,9%), dukungan penghargaan (51,9%), dukungan

informasi (59,3%), dukungan instrumental (54,3%) dan network support (86,4%).

Dari 81 orang responden sebanyak 38 responden (46,9%) tidak melakukan self

management dan sebanyak 43 responden (53,1%) melakukan self management. Self

management yang dilakukan berupa : melakukan managemen gula darah (66,7%),

Page 50: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

34

diet (69,1%), latihan fisik (77,8%) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan (70,4%).

Berdasarkan Hasil penilitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara

dukungan keluarga dengan perilaku self-management pada pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi dengan p-value = 0,019.

(Rasyidah AZ, 2018)

Menurut analisis penulis terdapat hubungan antara dukungan keluarga

terhadap perawatan diri (self-care) pada penderita diabetes melitus tipe II. Karena

semakin tingginya dukungan keluarga maka semakin besar kemampuan pasien dalam

melakukan kegiatan self-care.

3.3.2 Kegiatan self-care dalam upaya penyembuhan penyakit diabetes melitus tipe II.

Berdasarkan 7 jurnal yang diidentifikasi dengan judul mengenai “Hubungan

Dukungan Keluarga Terhadap Perawatan Diri (Self-Care) Pada Penderita Diabetes

Melitus Tipe II”.

Jurnal pertama dengan judul “Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan

Dukungan Keluarga Dengan Kemampuan Self-Care Pada Pasien DM Tipe 2 Di

Puskesmas Cilacap Tengah 1 Dan 2” Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan

signifikan antara pengetahuan dengan kemampuan self-care pasien DM. Hal ini

sejalan dengan beberapa hasil penelitian lain yang menunjukkan adanya hubungan

signifikan antara pengetahuan pasien DM dengan kemampuan self-care (Ismonah,

2009; Yuanita, et al, 2014; Kueh, et al, 2015; Dewi Prasetyani, et al, 2018).

Jurnal kedua dengan judul “Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan

Perilaku Perawatan Diri pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja

Page 51: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

35

Puskesmas Kaliwates, Jember” Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja

puskesmas kaliwates menunjukkan bahwa rata – rata nilai perilaku perawatan diri

klien DM tipe 2 adalah 2,27 hari dalam seminggu. Hal tersebut menunjukkan bahwa

perilaku perawatan diri belum dilakukan secara optimal, dikarenakan belum

dilakukan secara rutin dalam 7 hari. Indikator terendah variabel perawatan diri dalam

hasil penelitian ini adalah perawatan kaki dengan nilai rata – rata 0,12 hari. Hal ini

memiliki arti bahwa dalam seminggu klien DM tipe 2 tidak pernah melakukan

perawatan kaki. Hambatan dari klien DM jarang melakukan perawatan kaki

dikarenakan munculnya rasa malas, dan tidak patuh dalam melakukan perawatan kaki

karena harus menggunakan kaos kaki dan sandal atau sepatu yang sesuai. Faktor lain

yang dapat mempengaruhi perawatan kaki ialah kondisi lingkungan disekitar tempat

tinggal responden. Indikator tertinggi perawatan diri yaitu manajemen konsumsi obat

dengan rata rata 5,26 hari yang artinya responden mengkonsumi obat selama 5 hari

dalam seminggu. Klien yang memiliki kepercayaan mengenai bentuk dari

penyakitnya memiliki pengaruh yang besar terhadap keinginan mereka untuk

mengikuti saran kesehatan dalam melakukan terapi pengobatan. Kepatuhan dalam

minum obat yang terjadi pada klien DM tipe 2 dikarenakan mereka mempunyai

kesadaran dan memiliki pemahaman yang baik tentang pentingnya mengkonsumsi

obat OHO, supaya kadar glukosa darah tetap dalam rentang normal. (Wahyuningtias

Rahmadani et al, 2019)

Jurnal ketiga dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Kemampuan Self-Care Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2” Untuk variabel

Page 52: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

36

kemampuan self care pada pasien DM tipe 2 didapatkan hasil bahwa rata-rata

aktivitas self care pasien DM adalah 2.5 hari dengan rentang waktu antara 2 hingga

5.5 hari dalam seminggu. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

kemampuan self care pada pasien DM masih rendah. (Dewi Prasetyani et al, 2016)

Jurnal keempat yang berjudul “Dukungan Keluarga Pada Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Wilayah Binaan Puskesmas Babakan Sari” Dukungan keluarga

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan manajemen diabetes,

adaptasi terhadap penyakit, kualitas hidup, diet gula, dan kepatuhan minum obat.

(Erna Irawan, 2019)

Jurnal kelima yang berjudul “Dukungan Keluarga Terhadap Self Care Pada

Lansia Dengan Diabetes Melitus Tipe 2” Berdasarkan hasil analisis multivariat

dengan regresi logistik ganda maka variabel yang paling dominan dan erat kaitannya

dengan Self-Care adalah Dukungan emosional. Berdasarkan nilai korelasi yang

paling kuat hubungannya dengan self-care klien DM tipe 2 adalah Dukungan

Emosional Keluarga (Coefficients Beta (Exp (B)) = 10,875). Dukungan emosional

yang diberikan keluarga kepada lansia dengan DM akan mendorong lansia tersebut

untuk dapat menjalani perawatan secara teratur, hal ini dikarenakan dukungan yang

diberikan tersebut dijadikan sebagai energi penggerak bagi penderita dalam

menjalankan suatu program terapi dan dapat melakukan self-care dengan baik. Pasien

yang sedang berada pada masa penyembuhan akan lebih cepat sembuh apabila

memiliki keluarga yang bersedia menolong (Baron & Bryne 1994). Dukungan

emosional keluarga yang ditunjukkan melalui ungkapan rasa simpati, pemberian

Page 53: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

37

perhatian, kasih sayng, penghargaan serta kebersamaan akan membuat lansia dengan

DM merasa tenang dalam menghadapi berbagai keadaan tidak menyenangkan. (Hera

Heriyanti et al, 2020)

Jurnal keenam yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Perawatan Diri (Self Care Activity) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2” Pada

penelitian ini perawatan diri pada pasien diabetes melitus tipe 2 dapat dibedakan

menjadi dua kategori yaitu perawatan diri baik dan perawatan diri kurang.

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan perawatan diri (self care activity) pada

pasien diabetes melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat berada

pada kategori baik yaitu 77 (77,8%) dan kategori kurang yaitu sebanyak 22 (22,2%)

responden. Perawatan diri yang dimiliki responden dalam penelitian ini sebagian

besar dapat dikatakan baik karena adanya pemberian informasi tentang penyakit

diabetes melitus yang diberikan oleh pihak Puskesmas dan telah dilakukanya

penyuluhan kesehatan dalam menjaga perawatan diri pada pasien DM pada saat

adanya kegiatan peguyuban yang dilaksanakan satu bulan dua kali oleh program

Puskesmas II Denpasar Barat di masing-masing posyandu yang ada, sehingga

menambah pengetahuan dan memotivasi dari pasien untuk rutin dalam melakukan

perawatan diri. Hasil penelitian terdapat 22 (22,2%) responden menunjukan bahwa

perawatan diri (self care activity) pada pasien diabetes melitus tipe 2 kurang. Menurut

pendapat peneliti, hal ini dapat disebabkan oleh karena pasien tidak mau memikirkan

penyakitnya, tidak mau merawat dirinya, dan tidak ada motivasi di dalam dirinya

Page 54: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

38

maupun dari luar yang mendorong pasien untuk rutin melakukan perawatan diri. (Ni

Wayan Yatik Marlinda et al, 2019)

Jurnal ketujuh yang berjudul “Dukungan keluarga dan perilaku self-

management pada pasien diabetes melitus tipe II di Puskesmas Simpang IV Sipin

Kota Jambi” Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden

telah menerapkan self-management yang baik khususnya pada aspek latihan fisik.

Tingkat pendidikan yang cukup dapat memudahkan pasien DM tipe 2 dalam

menentukan aktivitas yang baik untuk diabetesnya salah satunya adalah latihan fisik.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden telah

rutin dalam mengunjungi pelayanan kesehatan. Pasien DM yang mempunyai

kemampuan ekonomi akan rutin melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan.

Kemampuan ekonomi secara langsung memfasilitasi pasien DM tipe 2 dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan. Melalui pelayanan kesehatan, pasien DM tipe 2

akan mengetahui pentingnya melakukan kunjugan ke pelayanan kesehatan secara

rutin untuk mengontol diabetes yang dimiliki. Pada pengujian hipotesis dengan

menggunakan uji statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara dukungan keluarga dengan perilaku selfmanagement pada pasien

DM tipe 2 di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi dengan p-value = 0,019

(0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan King et al (2010) yang

mengemukakan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku self-

management yaitu dukungan sosial keluarga. Untuk meminimalisir dampak buruk

penyakit DM maka penderita DM dapat menerapkan self-management dalam

Page 55: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

39

kehidupan sehari-hari. Penerapan selfmanagement telah terbukti meningkatkan

kondisi kesehatan pasien DM melalui penurunan kadar HbA1c yang akan berdampak

secara langsung menurunkan resiko kesakitan, hospitalisasi dan kematian akibat

penyakit DM . Keefektifan Penerapan self-management ini salah satunya bergantung

pada dukungan sosial keluarga yang diberikan pada penderita DM. (Rasyidah AZ,

2018)

Berdasarkan pembahasan diatas dapat diasumsikan bahwa terdapat pengaruh

kegiatan self-care dalam upaya penyembuhan penyakit DM (Diabetes Melitus) tipe II.

Page 56: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

40

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil systematic review dari 7 jurnal peneliti menyimpulkan

adanya hubungan antara dukungan keluarga terhadap perawatan diri (self-care) pada

penderita diabetes melitus tipe II. Karena semakin tingginya dukungan keluarga maka

semakin besar kemampuan pasien dalam melakukan kegiatan self-care.

Dan terdapat pengaruh kegiatan self-care dalam upaya penyembuhan penyakit

DM (Diabetes Melitus) tipe II.

Page 57: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

DAFTAR PUSTAKA

Azhari R (2018). Dukungan keluarga dan perilaku self-management pada pasien

diabetes melitus tipe II. 1Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Harapan

Ibu, Jambi, Indonesia. Riset Informasi Kesehatan, Vol.7, No.1 Juni 2018

Hanifah R A, Lutfi N A, Edy S (2019). Hubungan Dukungan Keluarga Dan Efikasi

Diri Dengan Self-Care Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Puskesmas

Kasihan II, Bantul

Heriyanti H, Sigit M, Lily H (2020). Dukungan Keluarga Terhadap Self Care Pada

Lansia Pada Diabetes Melitus Tipe 2. Fakultas Keperawatan

Muhammadiyah, Jakarta. Journal Of Islamic Nursing Volume 5 Nomor 1,

Juli 2020

Irawan E (2019). Dukungan Keluarga Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II. Fakultas

Ilmu Keperawatan, Universitas BSI. Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2

September 2019

Lindawati, SpPD-KEMD (2019). Diet Serving For Diabetes Patient. Bagian Ilmu

Penyakit Dalam, RSUD Kabupaten Gayo Lues. The 3rd

Aceh Endocrinology

& Diabetes Update (AEDU) 2019. https://pbperkeni.or.id/the-3rd-aceh-

endocrinology-and-diabetes-update-2019

Manuntung A (2020). Efikasi Diri Dan Perilaku Perawatan Diri Pasien Diabetes

Melitus Tipe 2. Poltekkes Kemenkes Palangka raya, Kalimantan Tengah.

Adi Husada Nursing Journal, Vol 6 No 1, Juni 2020/ Hal. 53

Marlinda N W Y, I Kadek N , Ni Ketut N (2019). Hubungan Dukungan Keluarga

Dengan Perawatan Diri (Self Care Activity) Pada Pasien Diabetes Melitus

Tipe 2. Institut Teknologi dan Kesehatan Bali. Vol 3, No 2 (2019).

Prasetyani D, Evy A, Yuni S E R (2018). Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan

Dukungan Keluarga Dengan Kemampuan Self-Care Pada Pasien DM Tipe 2.

Puskesmas Cilacap Tengah 1 Dan 2. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol.

Prasetyani D, Sodikin (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemampuan

Self-Care Pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Stikes Al-Irsyad Al-

Islamiyyah Cilacap. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 2,

September 2016

Page 58: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Rahmadani W, Hanny R, Kholid R M N (2019). Hubungan Dukungan Sosial

Keluarga dengan Perilaku Perawatan Diri pada Klien Diabetes Melitus Tipe

2. Fakultas Keperawatan Universitas Jember. e-Journal Pustaka Kesehatan,

vol. 7 (no. 2), Mei 2019

Rahmi H (2019). Pengaruh Indonesian Group-Based Diabetes Education

Programmed (InGDEP) Dan Dukungan Keluarga Terhadap Pengetahuan,

Self-Care Activity Dan Diabetes Distress Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe

II. Puskesmas Kota Padang. http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/50312

Sari S M (2020). Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah

Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. STIK Siti Khadijah, Palembang.

Volume 12, Nomor 1, Juni 2020

Sastra L, Lola D (2020). Faktor-Faktor Internal Yang Mempengaruhi Self-Care

Management Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Poliklinik RSUP Dr M Djamil,

Padang. Vol 3 No 3 April 2020

Solissa M D, Sudarman (2020). Dukungan Keluarga Mempengaruhi Self Care Pada

Pasien Diabetes Melittus. Kendal, Kota Makassar. Jurnal Keperawatan

Volume 12 No 2, Hal 319 - 326, Juni 2020

Page 59: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN EFIKASI

DIRI DENGAN SELF-CARE PENDERITA DIABETES

MELLITUS TIPE-2 DI PUSKESMAS

KASIHAN II BANTUL

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:

RIFA ASMAH HANIFAH

201510201053

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH

YOGYAKARTA

2019

Page 60: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN EFIKASI

DIRI DENGAN SELF-CARE PENDERITA DIABETES

MELLITUS TIPE-2 DI PUSKESMAS

KASIHAN II BANTUL

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

Pada Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

RIFA ASMAH HANIFAH

201510201053

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH

YOGYAKARTA

2019

Page 61: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …
Page 62: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN EFIKASI

DIRI DENGAN SELF-CARE PENDERITA DIABETES

MELLITUS TIPE-2 DI PUSKESMAS

KASIHAN II BANTUL1

Rifa Asmah Hanifah2, Lutfi Nurdian Asnindari

3

ABSTRAK

Latar Belakang: Self-care diabetes merupakan upaya pengendalian penyakit DM

tipe-2. Dukungan keluarga dan efikasi diri menjadi penting untuk mengontrol self-

care. Dukungan keluarga dan efikasi diri tinggi dapat memberikan motivasi pada

pasien dalam mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan serta mencegah

terjadinya komplikasi.

Tujuan: Mengetahui hubungan dukungan keluarga dan efikasi diri dengan self-care

penderita diabetes mellitus tipe-2 di Puskesmas Kasihan II Bantul.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain

penelitian deskriptif korelasi melalui pendekatan cross sectional. Pengambilan

sampel sebanyak 63 dengan teknik purposive sampling. Analisa data menggunakan

Kendall Tau dan menggunakan instrumen yaitu kuesioner.

Hasil: Menunjukkan mayoritas dukungan keluarga kategori cukup sebanyak 40

responden (63,5%), efikasi diri kategori baik sebanyak 50 responden (79,4%) dan

self-care dalam kategori cukup sebanyak 24 responden (83,1%). Hasil analisis

Kendall Tau menunjukkan bahwa dukungan keluarga berhubungan dengan self-care

penderita DM tipe-2 p-value=0,032 dengan keeratan yaitu 0,247. Hasil analisis

Kendall Tau menunjukkan bahwa efikasi diri berhubungan dengan self-care

penderita DM tipe-2 p-value=0,024 dengan keeratan yaitu 0,271.

Simpulan dan saran: Ada hubungan dukungan keluarga dengan self-care pada

penderita diabetes mellitus tipe-2 di Puskesmas Kasihan II Bantul. Sedangkan

keeratan yang lebih pada efikasi diri dengan self-care pada penderita diabetes

mellitus tipe-2 yaitu r=0,271. Diharapkan penderita DM tipe-2 meningkatkan self-

care dan efikasi diri serta diharapkan keluarga tetap mengoptimalkan dukungannya,

selalu memenuhi kebutuhan, selalu mengingatkan jadwal makan, olahraga, cek gula

darah, perawatan kaki dan minum obat.

Kata Kunci: Dukungan Keluarga, Efikasi Diri, Self-Care, Diabetes Mellitus Tipe-2

Kepustakaan: 23 buku (tahun 2008-2019), 49 jurnal, 6 skripsi, 9 internet, 1 Mushaf

Al-Quran

Jumlah Halaman: xi, 89 halaman, 9 tabel, 1 gambar, 15 lampiran

1Judul Skripsi

2Mahasiswa PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

3Dosen PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Page 63: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

THE RELATIONSHIP OF FAMILY SUPPORT AND

SELF-EFFICACY TO SELF-CARE PATIENTS

WITH DIABETES MELLITUS TYPE-2 IN

PUSKESMAS KASIHAN II BANTUL1

Rifa Asmah Hanifah2, Lutfi Nurdian Asnindari

3

ABSTRACT

Background: Diabetes self-care is an effort to control type 2 diabetes. Family

support and self-efficacy are important factors to control self-care. Family support

and high self-efficacy can motivate patients to maintain and improve their health

status and prevent complications.

Objective: The study aimed at determining the relationship between family support

and self-efficacy to self-care type 2 diabetes mellitus patients at Kasihan II Bantul

Primary Health Center.

Research Methods: This research applied a quantitative study with a descriptive

correlation research design through a cross sectional approach. The samples were 63

respondents taken by a purposive sampling technique. Kendall Tau was used as data

analysis, and questionnaire was used as the research instrument.

Results: It shows that the majority of family support can be categorized in the

sufficient category as many as 40 respondents (63.5%); the self-efficacy was in good

category as many as 50 respondents (79.4%), and the self-care was the sufficient

category as many as 24 respondents (83.1%). Kendall Tau's analysis results show

that family support was related to self-care in type 2 DM patients with p-value =

0.032 with a closeness of 0.247. Kendall Tau's analysis results show that self-

efficacy was related to self-care in type 2 DM patients with p-value = 0.024 with a

closeness of 0.271.

Conclusion and suggestion: There was a relationship between family support and

self-care in people with type 2 diabetes mellitus at Kasihan II Bantul Primary Health

Center. Whereas the highest closeness was on self-efficacy to self-care in patients

with type 2 diabetes mellitus with r = 0.271. It is expected that type 2 diabetes

patient improve self-care and self-efficacy and it is expected that families continue to

optimize their support, always meet their needs, always remind their eating schedule,

exercise, check blood sugar, foot care and take medication.

Keywords: Family Support, Self-Efficacy, Self-Care, Type-2 Diabetes Mellitus

References: 23 books (2008-2019), 49 journals, 6 theses, 9 internet, 1 Al-Quran

manuscript

Pages: xi, 89 pages, 9 tables, 1 picture, 15 appendices

1Title

2Students of Nursing Program, Faculty of Health Sciences Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

3Lecturer of Faculty of Health Sciences Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Page 64: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus (DM) adalah

penyakit kronis yang terjadi ketika

pankreas tidak menghasilkan cukup

insulin atau ketika tubuh tidak dapat

secara efektif menggunakan insulin yang

dihasilkannya (WHO, 2017). Prevalensi

DM paling banyak di dunia tahun 2017

adalah DM tipe-2 sebanyak 352,1 juta

jiwa. Indonesia menduduki peringkat ke-

6 dari 10 negara di dunia sebanyak 10,3

juta jiwa. Peningkatan angka prevalensi

DM akan meningkatkan terjadinya

komplikasi seperti, penyakit

kardiovaskuler, penyakit kaki diabetik,

kerusakan mata, ginjal, saraf, bahkan

kematian (IDF, 2017).

Selama ini masyarakat

memandang penyakit DM akan

membaik dengan sendirinya dan

menganggap apabila gula darah sudah

normal maka penyakitnya sudah sembuh

(Pudyasti, 2017). Strategi dalam

pengendalian DM tipe-2 pemerintah

Indonesia kerjasama dengan Badan

Penyelenggaraan Jaminan Sosial

Kesehatan membuat program kegiatan

PROLANIS (Program Pengelolaan

Penyakit Kronis) yang mengelola

penyakit-penyakit kronis salah satunya

penyakit DM untuk mencapai kualitas

hidup yang optimal dengan biaya

pelayanan kesehatan yang efektif dan

efisien (BPJS Kesehatan, 2014).

Sulistria (2013) penderita DM

dapat melakukan upaya pengendalian

DM tipe-2 dengan self-care. Self-care

diabetes merupakan sebuah program

yang harus penderita DM tipe-2

sepanjang kehidupannya dan menjadi

tanggungjawab penuh (Bai et al., 2009).

Bentuk self-care penderita DM tipe-2

meliputi perilaku aktivitas fisik

(olahraga), pengaturan pola makan,

pemantauan kadar gula darah, perilaku

pengobatan, dan perawatan kaki

(Svartholm et al, 2010). Apabila self-

care tidak dilakukan dengan baik akan

memberikan dampak negatif bagi kulitas

hidup pasien DM tipe-2, meningkatkan

resiko komplikasi hingga kematian. Self-

care yang dilakukan dengan baik akan

meningkatkan kualitas hidup (Chaidir,

2017).

Mematuhi serangkaian tindakan

self-care merupakan tantangan yang

besar. Rasa bosan ataupun jenuh dapat

muncul dan akan mudah penderita DM

tipe-2 tidak lagi disiplin melakukan

tindakan self-care (Lutfha, 2016).

Dukungan keluarga memberikan dampak

positif yaitu dapat meningkatkan

kepeduliaan dalam melakukan perawatan

diri. Semakin baik dukungan keluarga

yang diberikan kepada penderita DM

maka akan semakin baik pula perilaku

self-care (Putri, 2016).

Upaya pengelolaan suatu

penyakit memerlukan keterlibatan semua

pihak untuk mensukseskannya namun

efikasi diri juga sangat dibutuhkan.

Efikasi diri adalah suatu keyakinan

individu terhadap kemampuan dirinya

sendiri dalam melakukan perawatan diri

dan berusaha untuk mencapai tujuan

dengan baik. Efikasi diri pada penderita

DM difokuskan pada keyakinan dan

kemampuan pasien dalam mengelola,

merencanakan perilaku secara mandiri

sehingga dapat meningkatkan kepatuhan

mengontrol gula darah dan kualitas

hidup menjadi lebih baik (Ariani, 2012).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah jenis

kuantitatif menggunakan desain

penelitian deskriptif korelasional yaitu

penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui tingkat hubungan antara dua

atau lebih variabel tanpa melakukan

perubahan (Arinto, 2013). Menggunakan

pendekatan cross-sectional yaitu

penelitian yang menekankan pengukuran

data variabel independent dan dependent

hanya dalam satu waktu (Notoatmodjo,

2012). Populasi dalam penelitian ini

adalah 166 pasien DM tipe-2 di

Puskesmas Kasihan II Bantul. Teknik

pengambilan sampel menggunakan

purposive sampling yaitu teknik

Page 65: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

penentuan sampel didasarkan pada

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

peneliti sendiri, berdasarkan sifat-sifat

yang sudah diketahui (Notoatmodjo,

2012). Pengambilan sampel

menggunakan rumus Taro Yammane

(Imron, 2014) dan didapatkan sampel

sebanyak 63 responden.

Instrumen dalam penelitian ini

menggunakan data demografi responden,

kuesioner dukungan keluarga, efikasi

diri dan self-care penderita DM tipe-2.

Metode pengolahan data yaitu editing,

coding, entry data dan cleaning. Analisis

data yang digunakan adalah analisis

univariat untuk menjelaskan

karakteristik setiap variabel penelitian

yaitu variabel terikat (self-care) dan

variabel bebas (dukungan keluarga dan

efikasi diri). Analisis bivariat dilakukan

untuk mengetahui hubungan dukungan

keluarga dan efikasi diri dengan self-

care penderita DM tipe-2 di Puskesmas

Kasihan II Bantul.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Karakteristik

Responden Pasien DM Tipe-2 di

Puskesmas Kasihan II Bantul Tahun

2019

Sumber : Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 4.1,

menunjukkan bahwa karakteristik

responden berdasarkan usia mayoritas

usia 56 - 65 tahun sebanyak 33

responden (52,4%), berdasarkan jenis

kelamin mayoritas perempuan sebanyak

32 responden (50,8%), berdasarkan

tingkat pendidikan mayoritas tamat

SD/sederajat sebanyak 19 responden

(30,2%), sebagian besar responden telah

lama menderita DM >5 tahun sebanyak

33 responden (52,4%) dan mayoritas

dengan tidak memiliki komplikasi

sebanyak 47 responden (74,6%).

No Karakteristik

Responden

F Presentase

(%)

1 Usia

46 - 55 tahun 12 19

56 - 65 tahun 33 52,4

> 65 tahun 18 28,5

2 Jenis Kelamin

Laki-laki 31 49,2

Perempuan 32 50,8

3 Pendidikan

Tidak tamat

SD

13 20,6

Tamat SD 19 30,2

SLTP 13 20,6

SLTA 11 17,5

PT 7 11,1

4 Lama Menderita

≤ 5 tahun 30 47,6

> 5 tahun 33 52,4

5 Komplikasi

Tidak ada

komplilasi

47 74,6

Ada komplikasi 16 25,5

Page 66: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

3. Analisis Univariat

a. Dukungan Keluarga

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Dukungan

Keluarga DM Tipe-2 di Puskesmas

Kasihan II Bantul Tahun 2019

Dukungan

Keluarga

F Persentase (%)

Kurang 10 15,9

Cukup 40 63,5

Baik 13 20,6

Total 63 100

Sumber : Data Primer, 2019

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa

sebagian besar penderita DM tipe-

2 di Puskesmas Kasihan II Bantul

memiliki dukungan keluarga

cukup sebanyak 40 responden

(63,5%) dan paling sedikit adalah

dukungan keluarga pada kategori

kurang sebanyak 10 responden

(15,9%).

b. Efikasi Diri

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Efikasi Diri

DM Tipe-2 di Puskesmas

Kasihan II Bantul Tahun 2019

Efikasi Diri F Persentase

(%)

Kurang 13 20,6

Baik 50 79,4

Total 63 100

Sumber : Data Primer, 2019

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa

sebagian besar penderita DM tipe-

2 di Puskesmas Kasihan II Bantul

memiliki efikasi diri baik sebanyak

50 responden (79,4%) dan paling

sedikit adalah efikasi diri kurang

sebanyak 13 responden (20,6%).

c. Self-Care

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Self-Care DM

Tipe-2 di Puskesmas Kasihan II

Bantul Tahun 2019

Self-Care

F Persentase

(%)

Kurang 20 31,7

Cukup 24 38,1

Baik 19 30,2

Total 63 100

Sumber : Data Primer, 2019

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa

sebagian besar penderita DM tipe-

2 di Puskesmas Kasihan II Bantul

memiliki self-care cukup sebanyak

24 responden (38,1%) dan paling

sedikit adalah self-care kurang

sebanyak 19 responden (30,2%).

Page 67: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

4. Analisis Bivariat

Tabel 4.5

Tabulasi Silang Dukungan Keluarga Dengan Self-Care Penderita Diabetes

Mellitus Tipe-2 Di Puskesmas Kasihan II Bantul 2019

Sumber : Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui

responden yang mempunyai dukungan

keluarga cukup akan memiliki self-care

cukup sebanyak 19 responden (57,6%).

Responden yang mendapatkan dukugan

keluarga baik memiliki self-care yang

baik sebanyak 6 responden (9,5%).

Sedangkan responden mendapatkan

dukungan keluarga kurang akan

memiliki self-care yang kurang yaitu

sebanyak 7 responden (11,1%). Hasil

analisis uji korelasi Kendall Tau

menunjukkan signifikan p-value sebesar

0,032 dengan nilai signifikan p<0,05 dan

hasil correlation coefficient sebesar

0,247 yang menunjukkan sifat keeratan

hubungan dalam kategori rendah.

Tabel 4.6

Tabulasi Silang Dukungan Keluarga Dengan Self-Care Penderita Diabetes Mellitus

Tipe-2 Di Puskesmas Kasihan II Bantul 2019

Sumber : Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan

bahwa responden yang memiliki efikasi

diri baik akan memiliki self-care baik

yaitu sebanyak 19 responden (30,2%)

dan responden yang memiliki efikasi diri

kurang akan memiliki self-care yang

cukup yaitu sebanyak 7 responden

(11,1%). Hasil analisis uji korelasi

Kendall Tau menunjukkan signifikan p-

value sebesar 0,024 dengan nilai

signifikan p<0,05 dan hasil correlation

coefficient sebesar 0,271 yang

menunjukkan sifat keeratan hubungan

dalam kategori rendah.

Dukungan

Keluarga

Self-Care

p value Kurang Cukup Baik Total

F % F % F % F %

Kurang 7 11,1 3 4,8 0 0 10 15,9 0,032

Cukup 8 12,7 19 30,2 13 20,6 40 63,5

Baik 5 7,9 2 3,2 6 9,5 13 20,6

Total 20 31,7 24 38,1 19 30,2 63 100

Efikasi

Diri

Self-Care Sig (p

value) Kurang Cukup Baik Total

F % F % F % F %

Kurang 6 9,5 7 11,1 0 0 13 20,6

0,024 Baik 14 22,2 17 27 19 30,2 50 79,4

Total 20 31,7 24 38,1 19 30,2 63 100

Page 68: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

PEMBAHASAN

1. Dukungan keluarga

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui

mayoritas responden mendapatkan

dukungan keluarga cukup sebanyak

40 responden (63,5%) Menurut

peneliti menunjukkan bahwa

kepedulian dan bentuk kasih sayang

yang diberikan keluarga belum

maksimal, yang artinya terkadang

memberikan dukungan dan

terkadang tidak memberikan

dukungan.

Dukungan keluarga cukup pada

penelitian ini dipengaruhi oleh

berbagai faktor. Dilihat dari

karakteristik responden sebagian

besar berjenis kelamin perempuan

sebanyak 33 responden (50,8%),

dalam penelitian Damayanti (2014)

juga menyatakan sebagian besar

respondennya berjenis kelamin

perempuan sebanyak 47 responden

(60,3%). Lebih banyaknya

responden perempuan dibandingkan

laki-laki mungkin karena responden

perempuan lebih banyak

bersosialisasi dan lebih sering

mencurahkan masalah yang dihadapi

sehingga responden mudah

menerima dukungan yang diberikan

keluarga.

Usia responden sebagian

besar usia 56-65 tahun sebanyak 33

responden (52,4%). Hal ini didukung

penelitian Lutfha (2016) yang

menemukan sebagian besar usia

respondennuya 51-60 tahun

sebanyak 39 responden (69,9%).

Pada usia 56-60 tahun ini telah

memasuki tahap lansia. Dimana

semakin meningkatnya usia maka

semakin perlunya dukungan yang

diberikan oleh anggota keluarga

kepada lansia karena adanya

penurunan fungsi tubuh dan

kemampuannya dalam merawat diri

sendiri dan semakin membutuhkan

orang lain (Anggina, 2010).

2. Efikasi diri

Berdasarkan tabel 4.3 sebagian

besar penderita DM tipe-2 memiliki

efikasi diri yang baik sebanyak 50

responden (79,4%). Sesuai dengan

penelitian Firmansyah (2018)

menyatakan bahwa sebagian besar

pasien DM tipe-2 memiliki efikasi

diri yang baik sebanyak 33

responden (56,9%).

Efikasi diri baik pada penelitian

ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Berdasarkan karakteristik responden

sebagian besar berjenis kelamin

perempuan sebanyak 33 responden

(50,8%). Penelitian Kusuma (2013)

juga menyatakan bahwa sebagian

besar responden berjenis kelamin

perempuan sebanyak (87,3%).

Menurut Ariani (2012) responden

laki-laki memiliki kecenderungan

memiliki kepercayaan diri lebih

tinggi dan lebih mampu mengatasi

berbagai masalah secara mandiri

termasuk saat mengalami penyakit

DM tipe-2. Di satu sisi perempuan

memiliki kecenderungan lebih patuh

dalam menjalani pengobatan dan

perawatan diri dibandingkan laki-

laki.

Selain itu sebagian besar

responden telah lama menderita >5

tahun memiliki efikasi diri yang baik

sebanyak 28 responden. Hal ini

didukung penelitian Ratnawati

(2016) menyatakan bahwa pasien

DM yang telah lama menderita DM

≥10 tahun memiliki efikasi diri yang

baik. Hal ini disebabkan karena

seseorang telah memiliki

pengalaman dalam menghadapi

penyakitnya selain itu juga akan

memiliki koping yang tepat.

3. Self-care

Berdasarkan tabel 4.4 sebagian

besar responden melakukan self-care

cukup yaitu sebanyak 24 responden

(38,1%). Penelitian Hidayati (2017)

juga menemukan sebagian besar

respondennya memiliki self-care

Page 69: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

cukup baik sebanyak 47 responden

(83,9%).

Self-care cukup pada penelitian

ini dikarenakan adanya beberapa

faktor, salah satunya yaitu lama

menderita. Lama sakit DM tipe-2

penelitian ini mayoritas >5 tahun

memiliki self-care yang cukup dan

responden yang memiliki lama sakit

DM ≤5 tahun memiliki self-care

yang kurang. Kusniawati (2011)

menjelaskan bahwa pasien DM lebih

dari 11 tahun menunjukkan tingkat

perawatan diri lebih baik

dibandingkan dengan pasien yang

menderita DM kurang dari 5 tahun.

Menurut peneliti pasien yang telah

lama menderita DM pada hakikatnya

dapat mempelajari perilaku

perawatan diri dan dapat

menyesuaikan diri dengan

keadaannya berdasarkan

pengalamannya, sehingga self-care

dapat dilakukan dengan baik.

4. Hubungan dukungan keluarga

dengan self-care penderita DM

tipe-2

Berdasarkan tabel 4.5 sebagian

besar responden mempunyai

dukungan keluarga cukup akan

memiliki self-care cukup sebanyak

19 responden (30,2%).

Kecenderungan yang ada adalah

semakin baik dukungan keluarga

maka semakin baik pula self-

carenya. Sesuai dengan penelitian

Retnowati (2012) responden yang

memiliki dukungan keluarga yang

cukup akan lebih berhasil

menghadapi dan mengatasi

masalahnya dengan baik

dibandingkan dengan yang kurang

atau bahkan tidak memiliki

dukungan dari keluarga.

Hasil penelitian ini didapatkan

hubungan antara dukungan keluarga

dengan self-care pada penderita DM

tipe-2 karena dengan adanya

dukungan keluarga yang baik, akan

dapat meningkatkan kepercayaan

dan memberikan harapan pada

seseorang dalam meningkatkan self-

care. Berdasarkan karakteristik

responden sebagian besar berjenis

kelamin perempuan sebanyak 33

responden (50,8%). Menurut peneliti

kemungkinan lebih banyaknya

responden perempuan ini disebabkan

karena perempuan lebih mudah

mencurahkan masalah yang dihadapi

kepada keluarganya, hal ini

membuat keluarga memberikan

dukungan yang lebih dibanding

dengan responden laki-laki.

Dikarenakan perempuan cenderung

mengutamakan apa yang terjadi pada

dirinya dengan lebih

memperlihatkan usahanya untuk

meningkatkan kesehatan (Papalia,

2009).

Yusra (2010) pasien DM tipe-2

yang berada dalam lingkungan

keluarga dan diperhatikan oleh

anggota keluarganya akan dapat

menimbulkan perasaan nyaman dan

aman sehingga akan tumbuh rasa

perhatian terhadap diri sendiri dan

meningkatkan motivasi untuk

melaksankan perawatan diri.

Menurut peneliti rasa nyaman

tersebut akan muncul karena adanya

dukungan yang baik berupa

informasi, emosional, penghargaan

dan instrumental dari keluarga.

Sehingga kondisi ini akan mencegah

munculnya stress pada pasien DM

tipe-2.

5. Hubungan efikasi diri dengan self-

care penderita DM tipe-2

Berdasarkan tabel 4.6 mayoritas

responden memiliki efikasi diri yang

baik akan memiliki self-care yang

baik. Hal ini didukung oleh

penelitian Setyorini (2018)

responden yang memiliki efikasi diri

yang baik menandakan kesiapan

untuk merubah perilakunya dan

kesiapan untuk melakukan perilaku

perawatan dirinya. Ngurah &

Sukmayanti (2014) tingginya efikasi

Page 70: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

diri akan menurunkan rasa takut

akan kegagalan, meningkatkan

aspirasi dan kemampuan berfikir

analitis.

Hasil penelitian ini didapatkan

hubungan antara efikasi diri dengan

self-care pada penderita DM tipe-2

karena dengan adanya keyakinan diri

yang baik dapat meningkatkan

kepatuhan terhadap pengobatan ,

sehingga efikasi diri penderita DM

tipe-2 akan terdorong dalam

mempertahankan perilaku yang

dibutuhkan dalam perawatan diri

pasien seperti diet, medikasi dan

perawatan DM lainnya. Berdasarkan

karakteristik responden sebagian

besar telah lama menderita DM tipe-

2 >5 tahun sebanyak 33 responden

(52,4%). Menurut peneliti semakin

lama menderita diabetes maka

semakin banyak pengalamannya

dalam mengahadapi kondisinya. Hal

ini didukung oleh penelitian Yusra

(2011) menyatakan bahwa pasien

yang telah lama menderita penyakit

kronis ≥5 tahun memiliki efikasi diri

yang baik dari pasien yang

menderita penyakit akut, hal tersebut

disebabkan karena adanya

pengalaman dalam mengelola

penyakitnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Dukungan keluarga dan self-care

pada penderita DM tipe-2 di

Puskesmas Kasihan II Bantul

mayoritas cukup.

2. Efikasi diri pada penderita DM tipe-2

di Puskesmas Kasihan II Bantul

mayoritas baik.

3. Ada hubungan dukungan keluarga

dan efikasi diri dengan self-care pada

penderita DM tipe-2 di Puskesmas

Kasihan II Bantul tahun 2019.

4. Berdasarkan tingkat keeratan yang

lebih yaitu pada efikasi diri dengan

self-care pada penderita DM tipe-2 di

Puskesmas Kasihan II Bantul tahun

2019 dengan nilai r = 0,271.

Saran

1. Bagi Penderita DM tipe-2

Diharapkan dapat mepertahankan

self-care dan efikasi diri dengan baik

dan diharapkan terus meningkat

dengan cara mengatur pola makan,

olahraga dan melakukan latihan fisik

secara teratur dan rajin melakukan

perawatan kaki.

2. Bagi Keluarga

Keluarga dapat mengoptimalkan

pemberian dukungannya baik berupa

informasi, selalu memenuhi

kebutuhan yang diperlukan pasien

dan selalu mengingatkan perawatan

diri seperti jadwal makan, untuk

selalu olahraga, cek gula darah,

perawatan kaki, dan selalu minum

obat.

DAFTAR PUSTAKA

Anggina, Linggar Lestari. (2010).

Hubungan Antara Dukungan

Sosial Keluarga dengan Kepatuhan

Pasien Diabetes Mellitus Dalam

Melaksanakan Program Diet di

Poli Penyakit Dalam RSUD

Cibabat Cimahi. Jurnal Penelitian

Kesehatan Suara Forikes.

Ariani, Yesi. (2012). Hubungan Antara

Motivasi Dengan Efikasi

DirinPasien Dm Tipe 2 Dalam

Konteks Asuhan Keperawatan Di

Rsup. H. Adam Malik Medan.

Jakarta : FIK Universitas

Indonesia.

Bai et. al. (2009). Self-Care Behaviour

and Related Factor in Older

People with Type 2 Diabetes.

Journal of Clinical Nursing.

18(23). 3308-3315.

BPJS Kesehatan. (2014). Panduan

Praktis PROLANIS (Program

Pengelolaan Penyakit Kronis).

Didapat dari http://bpjs-

kesehatan.go.id diakses pada 20

Agustus 2018.

Page 71: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Chaidir, Reni. (2017). Hubungan Self

Care Dengan Kualitas Hidup

Pasien Diabetes Mellitus. StiKes

Yarsi SumBar Bukit Tinggi dalam

Journal Endurance Vol.2(2), hlm.

132-144.

Damayanti, Sisca. (2014). Dukungan

Keluarga pada Pasien Diabetes

Melitus Tipe-2 dalam

Menjalankan Self-Management

Diabetes. Jurnal Keperawatan

Universitas Padjadjaran Vol.

2(1).

Firmansyah, M. Ramadhani. (2018).

Hubungan Efikasi Diri Dengan

Kadar Gula Darah Penderita

Diabetes Mellitus Tipe 2 Di

Puskesmas 7 Ulu Palembang

Tahun 2017. Jurnal ‘Aisyiyah

Medika. Vol.1(1).

Hidayati, Laely. (2017). Hubungan

Dukungan Keluarga Dengan Self-

Management Pada Penderita

Diabetes Mellitus Tipe 2 Di

Puskesmas Wirobrajan Kota

Yogyakarta. Jurnal FIKES UMY

2017.

Imron, Moch. (2014). Metodologi

Penelitian Bidang Kesehatan.

Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit

Sagung Seto.

International Diabetes Federation.

(2017). IDF DIABETES ATLAS

Eighth Edition 2017. Didapat dari

https://www.idf.org. Diakses pada

16 Agustus 2018.

Kemenkes RI. (2016). Mari Kita Cegah

Diabetes Dengan Cerdik. Jakarta.

Didapat dari

http://www.depkes.go.id/article/pri

nt/16040700004/menkes-mari-

kita-cegah-diabetes-dengan-

cerdik.html diakses pada 25

Agustus 2018.

Kusniawati. (2011). Analisis Faktor

Yang Berhubungan Terhadap Self

Care Diabetes Pada Klien Diabetes

Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit

Umum Tangerang. Tesis.

Universitas Indonesia.

Kusuma, Henni. (2013). Hubungan

Antara Motivasi Dengan Efikasi

Diri Pada Pasien Diabetes

Mellitus Tipe 2 Di Persadia

Salatiga. Jurnal Keperawatan

Medikal Bedah. Vol.1(2). 132-

141.

Luthfa, Iskhim (2016). Family Support

Pada Penderita Diabetes Mellitus

Tipe 2 Di Puskesmas Bangetayu

Semarang, Analisis Rasch Model.

Nurscope Jurnal Keperawatan dan

Pemikiran Ilmiah. 2 (2). 1-7.

Ngurah, I & Sukmayanti, M. (2014).

Efikasi Diri pada Pasien Diabetes

Melitus Tipe 2. Jurusan

Keperawatan. Politeknik

Kesehatan Denpasar.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2012).

Metodologi Penenlitian

Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Papalia, D.E., Olds, S.W. & Feldman,

R.D. (2009). Humaan

Development (Psikologi

Perkembangan) edisi kesepuluhan.

Jakarta : Kencana.

Pudyasti, Bekti. (2017). Hubungan

Dukungan Keluarga Dengan

Kepatuhan Diet Pada Pasien

Lansia Penderita Diabetes

Mellitus Di Puskesmas Minggris

Sleman Yogykarta. Jurnal

Kebidanan dan Keperawatan.

Vol.12(1). 55-59.

Putri, Suci Setia. (2016). Dukungan

Keluarga Dengan Perilaku Self-

Care Pada Pasien Ulkus Diabetik

Di RSUD dr. Zainoel Abidin.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas

Keperawatan UNSYIAH.

Vol.1(1).

Retnowati, Ari. (2012). Hubungan

Antara Dukungan Sosial Keluarga

Dengan Perilaku Makan Pada

Penderita Diabetes Mellitus Di

Kelurahan Prawirodirjan

Yogyakarta. Jurnal Keperawatan

UNISA Yogyakarta.

Page 72: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Setyorini, Andri. (2018). Hubungan Self-

Efficacy Dengan Self-Care

Menagement Lansia Yang

Menderita Hipertensi Di Posyandu

Lansia Padukuhan Panggang III

Binaan Puskesmas Panggang I

Gunungkidul. Health Sciences and

Pharmacy Journal. Vol 2, No.2

Agustus 2018, hal 58-64.

Sulistria, Yessy Mardianti. (2013).

Tingkat Self-Care Pasien Rawat

Jalan Diabetes Mellitus Tipe 2 di

Puskesmas Kalirungkut Surabaya.

Universitas Surabaya dalam Jurnal

CALYPTRA. Vol.2 No.2.

Svartholm and Nylander (2010).Self

care activities of patients with

Diabetes Mellitus Type 2 in Ho

Chi Minh City. UPPSALA

UNIVERSITET.

WHO. (2017). Diabetes. Didapatkan

dari http://www.who.int/newsr-

room/fact-sheets/detail/diabetes

diakses pada 16 Agustus 2018.

Winkelman, M. (2009). Culture and

health: Applying medical

anthropology. SanFransisco: Jhon

Wiley and Sons. Diakses pada 25

Mei 2019, dari

www.books.google.co.id.

Yusra, (2010). Hubungan Antara

Dukungan Keluarga Dengan

Kualta s Hidup Pasien Diabetes

Mellitus Tipe 2 Di Poliklinik

Penyakit Dalam Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati Jakarta.

Tesis: Universitas Indonesia.

Page 73: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Adi Husada Nursing Journal, Vol 6 No 1, Juni 2020/ Hal. 52

Corresponding author:

Alfeus Manuntung

[email protected]

EFIKASI DIRI DAN PERILAKU PERAWATAN DIRI

PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

DI WILAYAH PUSKESMAS PAHANDUT

Alfeus Manuntung

Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

Jl. George Obos No. 30, 32, Menteng, Kec. Jekan Raya, Kota Palangka Raya, Kalimantan

Tengah, Indonesia

[email protected]

Abstrak Diabetes Melitus Tipe 2 memerlukan perawatan dan pengelolaan secara mandiri untuk mencegah

komplikasi akut dan kronis. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis hubungan antara efikasi diri

dan perawatan diri diabetesi di wilayah Puskemas Pahandut dan menggunakan rancangan

penelitian deskriptif korelasi cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan

consecutive sampling. Pengumpulan data efikasi diri menggunakan DMSES dan perilaku

perawatan diri menggunakan SDSCA. Analisa data menggunakan uji Chi Square. Berdasarkan

hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas responden DM Tipe 2 tingkat efikasi dirinya tinggi

(61,7%), sedangkan tingkat perilaku perawatan diri responden DM Tipe 2 rendah (53,2%). Hasil

analisis data Chi Kuadrat diperoleh ada hubungan antara efikasi diri dan perawatan diri diabetesi.

Pendekatan perilaku dapat dilakukan untuk menurunkan angka komplikasi dan mengoptimalkan

kualitas hidup diabetesi.

Kata Kunci: efikasi diri, perilaku perawatan diri, DM Tipe 2

Abstract Type 2 Diabetes Mellitus requires treatment and management independently to stop acute and

chronic complications. The aim of this study was to research correlation between self efficacy and

diabetes self care behavior within the work area of the Pahandut Public Health Center with a

correlational descriptive study design employing a cross sectional. The sampling technique used

consecutive sampling. Data collection was done by identifying self efficacy and self-care behavior

employing a questionnaire. Data analysis using Chi Square. The results showed that the absolute

best level of efficacy of Type 2 DM respondents (61.7%), while the extent of self-care of Type 2 DM

respondents was low (53.2%). Chi Square data analysis results obtained there's a relationship

between self-efficacy and self-care behavior of Type 2 DM patients. Behavioral approaches are

often wont to reduce the amount of complications and optimize the standard of lifetime of people

with diabetes.

Keywords: self efficacy, self care behavior, Type 2 DM

PENDAHULUAN

Diabetes Melitus Tipe 2 paling sering

terjadi sehingga memerlukan

penatalaksanaan medis dan pengelolaan

secara mandiri untuk mencegah komplikasi

(ADA, 2010). Diabetes Melitus termasuk

penyakit kronis serius dan salah satu dari

penyakit tidak menular yang terjadi karena

sel betha kurang mampu menghasilkan

hormon insulin dan atau tidak dapat

memanfaatkan hormon insulin untuk

mengontrol gula darah secara efektif.

Menurut data dari World Health

Organization Global Report, 2016 angka

kesakitan akibat penyakit Diabetes Melitus

semakin bertambah dalam beberapa tahun.

Pada tahun 2012 penyakit Diabetes Melitus

menyebabkan angka mortalitas di dunia

sebesar 1,5 juta jiwa dengan tambahan 2,2

juta kematian pada diabetesi dengan gula

Page 74: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Adi Husada Nursing Journal, Vol 6 No 1, Juni 2020/ Hal. 53

Alfeus Manuntung - EFIKASI DIRI DAN PERILAKU PERAWATAN DIRI PASIEN DIABETES

MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS PAHANDUT

darah yang melebihi angka normal. Kematian

ini terjadi sebanyak 43% dari 3,7 juta jiwa

pada diabetesi dengan usia di bawah 70

tahun. Negara miskin dan negara

berkembang didapatkan angka mortalitas

Diabetes Melitus lebih banyak terjadi.

Hasil laporan dari IDF tahun 2019

menyatakan bahwa terdapat 463 juta orang

dewasa (20-79 tahun) menderita Diabetes

Melitus, sekitar 10% dari pengeluaran

kesehatan global dihabiskan untuk Diabetes

Melitus sekitar 760 miliar USD. Penderita

Diabetes Melitus sebanyak 79% bermukim di

beberapa negara dengan ekonomi rendah dan

menengah didapatkan 2 dari 3 pengidap

Diabetes Melitus tinggal di daerah perkotaan

(310,3 juta) dan di Indonesia diperkirakan

jumlah penderita DM semakin bertambah

pada tahun 2015 dari 10 juta menjadi 16,2

juta di 2040.

Kemenkes pada tahun 2018

melaporkan bahwa Indonesia termasuk

negara peringkat keenam pada tahun 2017

untuk penyakit diabetes melitus terbanyak di

dunia setelah RRT, India, USA, Brazil, dan

Meksiko jumlah diabetesi dengan umur 20

sampai dengan 79 tahun sejumlah 10,3 juta

jiwa.

Laporan Riset Kesehatan Dasar

tahun 2018 menunjukkan angka kejadian

penyakit DM makin bertambah, dibuktikan

dengan penduduk Indonesia sejumlah 6,9%

pada tahun 2013 dan makin meningkat tajam

sejumlah 8,5% pada tahun 2018. Hal ini

didukung berdasarkan diagnosis dokter yang

menyatakan Diabetes Melitus pada tahun

2018 prevalensi usia yang mengalami

penyakit Diabetes Melitus tertinggi yaitu 55-

64 tahun dengan angka 6,3%, prevalensi jenis

kelamin yang mengalami penyakit Diabetes

Melitus tertinggi yaitu perempuan dengan

angka 1,8%, serta prevalensi antara daerah

perkotaan dan pedesaan yang mengalami

penyakit Diabetes Melitus tertinggi yaitu di

daerah perkotaan dengan angka 1,9%

(RISKESDAS, 2018).

Laporan dari Puskesmas Pahandut

Kota Palangka Raya diperoleh data bahwa

tingkat partisipasi pengelolaan mandiri

pasien DM tipe 2 masih rendah penyebabnya

adalah pasien cenderung kurang patuh dan

kurang menyadari bahayanya penyakit DM.

Perilaku perawatan diri diabetes untuk

mengontrol kadar glukosanya juga masih

rendah sehingga dapat dirumuskan tentang

“Bagaimana efikasi diri dan perawatan diri

diabetesi?”. Tujuan penelitian yaitu

menganalisis efikasi diri dan perawatan diri

diabetesi di wilayah Puskesmas Pahandut

Kota Palangka Raya.

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian korelasi

dengan pendekatan cross sectional. Jumlah

sampel 47 responden diabetesi di wilayah

kerja Puskesmas Pahandut Kota Palangka

Raya, bulan September - Oktober 2019,

tehnik sampling consecutive sampling.

Instrumen yaitu DMSES (Diabetes

Management Self Efficacy Scale) untuk

variabel efikasi diri dan SDSCA (Summary of

Diabetes Self-Care Activities) untuk variabel

perilaku perawatan diri diabetesi. Analisis

data univariat untuk mengidentifikasi

karakteristik responden dan variabel

penelitian, sedangkan bivariat menggunakan

Chi Kuadrat untuk mengidentifikasi

hubungan efikasi diri dan perilaku perawatan

diri dengan tingkat kemaknaan sebesar 0,05.

HASIL

Data gambaran karakteristik responden mencakup usia, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, penghasilan, dan lama sakit adalah sebagai berikut.

Page 75: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Adi Husada Nursing Journal, Vol 6 No 1, Juni 2020/ Hal. 54

Alfeus Manuntung - EFIKASI DIRI DAN PERILAKU PERAWATAN DIRI PASIEN DIABETES

MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS PAHANDUT

Tabel 1

Karakteristik Responden DM Tipe 2 Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan,

Pekerjaan, Penghasilan, Dan Lama Sakit Tahun 2019

No. Karakteristik Median Modus SD Min-Mak

Usia

1 56,17 57 65 7,858 35-65

Jenis Kelamin n %

1 laki-laki 20 42,55

2 Perempuan 27 57,45

Tingkat Pendidikan

1 SD 4 8.5

2 SLTP 11 23.4

3 SLTA 20 42.6

4 PT 12 25.5

Pekerjaan

1 PNS 5 10.6

2 Pensiunan 16 34.0

3 Wiraswasta 6 12.8

4 IRT/tidak bekerja 19 42.6

Penghasilan

1 < Rp. 1 juta 20 42.6

2 Rp. 1 juta - Rp. 5 juta 26 55.3

3 > Rp. 5 juta 1 2.1

Lama sakit DM

1 3 bulan s.d. 5 tahun 24 51.1

2 6 s.d.10 tahun 15 31.9

3 11 s.d.15 tahun 3 6.4

4 >15 tahun 5 10.6

Tabel 1 didapatkan umur pasien DM Tipe 2 rata-ratanya adalah 57,40 tahun dengan

mayoritas jenis kelaminnya yaitu perempuan sebanyak 57,45%. Mayoritas responden Diabetes

Melitus Tipe 2 merupakan tamatan SLTA sebanyak 42,6%. Mayoritas responden Diabetes Melitus

Tipe 2 merupakan ibu rumah tangga atau tidak bekerja berjumlah 42,6%. Mayoritas responden

Diabetes Melitus Tipe 2 mempunyai penghasilan Rp. 1 juta - Rp. 5 juta berjumlah 55,3%. Sebagian

besar responden menderita Diabetes Melitus Tipe 2 antara 3 bulan sampai dengan 5 tahun sebanyak

51,1%.

Tabel 2

Tingkat Efikasi Diri Pasien DM Tipe 2 (Variabel Dependen)

Di Wilayah Puskesmas Pahandut Tahun 2019

No Efikasi Diri n %

1 Sangat rendah 0 0 2 Rendah 0 0

3 Sedang 16 34

4 Tinggi 29 61,7

5 Sangat tinggi 2 4,3

Total 47 100

Tabel 2 didapatkan sebagian besar responden memiliki efikasi diri tinggi yaitu 61,7%.

Page 76: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Adi Husada Nursing Journal, Vol 6 No 1, Juni 2020/ Hal. 55

Alfeus Manuntung - EFIKASI DIRI DAN PERILAKU PERAWATAN DIRI PASIEN DIABETES

MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS PAHANDUT

Tabel 3

Perilaku Perawatan Diri Diabetesi

(Variabel Independen) Di Wilayah Puskesmas Pahandut Tahun 2019

No Perilaku Perawatan

Diri n %

1 Sangat rendah 3 6,4

2 Rendah 25 53,2

3 Sedang 6 12,8

4 Tinggi 5 10,6

5 Sangat tinggi 8 17,0

Total 47 100

Tabel 3 menunjukkan mayoritas responden perilaku perawatan mandiri DM-nya rendah

yaitu 53,2% berdasarkan hasil penelitian tentang perilaku perawatan diri DM pada responden DM

Tipe 2.

Tabel 4

Tabulasi Silang Tingkat Efikasi Diri dan Perawatan Diri Diabetesi

Di Wilayah Puskesmas Pahandut Tahun 2019

No Tingkat Efikasi

Diri

Perilaku Perawatan Diri DM

Jumlah Sangat

rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat

tinggi

1 Sangat rendah 0 0 0 0 0 0

2 Rendah 0 0 0 0 0 0

3 Sedang 1

(6,25%)

14

(87,50%)

1

(6,25%)

0 0 16

(34,04%)

4 Tinggi 2

(6,90%)

11

(37,93%)

5

(17,24%)

4

(13,79%)

7

(24,14%)

29

(61,70%)

5 Sangat tinggi 0 0 0 1

(50%)

1

(50%)

2 (4,26%)

Total 3

(6,38%)

25

(53,19%)

6

(12,77%)

5

(10,64%)

8

(17,02%)

47

(100%)

Tabel 4 menunjukkan bahwa perilaku perawatan diri rendah memiliki efikasi diri sedang

sebanyak 87,50%.

Tabel 5

Hasil Uji Chi Kuadrat Efikasi Diri dan Perawatan Diri Diabetesi

Di Wilayah Puskesmas Pahandut Tahun 2019

Nilai Uji Korelasi (r) p

17,007 0,030

Tabel 5 hasil analisis data dengan uji Chi Kuadrat didapatkan ada hubungan positif antara

efikasi diri dan perawatan diri diabetesi dengan p value = 0,030 dan nilai r = 17,007.

PEMBAHASAN

Efikasi Diri Pasien DM Tipe 2

Hasil penelitian didapatkan data

mayoritas pasien Diabetes Melitus Tipe 2

memiliki tingkat efikasi diri tinggi sejumlah

61,7% dimana responden mempunyai

keyakinan diri yang baik terhadap

kemampuannya untuk mengatur atau

melakukan perilaku gaya hidup sehat.

Adanya perbedaan dari lamanya menderita

Diabetes Melitus Tipe 2 yaitu rata-rata lama

menderita Diabetes Melitus Tipe 2

menyebabkan terjadinya perbedaan efikasi

diri pada responden.

Menurut Sarwoko, 2011 menjelaskan

bahwa norma subjektif dan efikasi diri

Page 77: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Adi Husada Nursing Journal, Vol 6 No 1, Juni 2020/ Hal. 56

Alfeus Manuntung - EFIKASI DIRI DAN PERILAKU PERAWATAN DIRI PASIEN DIABETES

MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS PAHANDUT

mempengaruhi intensi seseorang. Makin

tinggi dukungan untuk berbuat sesuatu, maka

makin tinggi juga niat yang muncul dari

dalam dirinya, makin tinggi kepercayaan diri

dan kesiapan mental seseorang, maka makin

besar juga niatnya untuk melakukan suatu

tindakan. Teori Tindakan Beralasan

menyatakan proses pengambilan keputusan

dan adanya alasan dari suatu tindakan

dipengaruhi oleh sikap. Hal ini juga dapat

dikatakan bahwa minat untuk melakukan

sesuatu dipengaruhi oleh sikapnya sendiri.

Hasil penelitian ini juga didukung

oleh Edberg (2010) melalui teori Health

Belief Model yang menjelaskan bahwa

individu yang telah memperoleh pendidikan

kesehatan dan keterampilan untuk perawatan

dirinya akan memperoleh persepsi yang baik

pula terhadap penyakitnya. sehingga dapat

tingkat efikasi dirinya semakin meningkat.

Rias (2016) menyatakan bahwa suatu

perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi

oleh dari dirinya sendiri dan dari luar dirinya,

hal ini disebut dengan efikasi diri.

Perilaku Perawatan Diri Pasien DM Tipe

2

Hasil penelitian didapatkan sebagian

besar pederita DM tipe 2 memiliki tingkat

perilaku perawatan dirinya dalam 7 (tujuh)

hari terakhir, seperti diet, terapi pengobatan,

olahraga, pengecekan kadar glukosa, dan

perawatan kaki berada pada kategori rendah

yaitu 53,2%. Menurut Suharyat (2009),

kekuatan besar dalam menentukan perilaku

diperoleh dari individu itu sendiri, seperti

motif, nilai, kepribadian, dan faktor

lingkungan.

Self-care Diabetes Melitus yang

merupakan manajemen perawatan diri pada

pasien Diabetes Melitus adalah suatu

program yang harus dijalankan oleh diabetesi

selama hidupnya secara penuh tanggung

jawab. Dengan menekankan upaya pelayanan

kesehatan yang berfokus pada peningkatan

kesehatan dan pencegahan dengan tanpa

mengabaikan upaya pelayanan kesehatan

kuratif dan rehabilitatif, pengelolaan

termasuk pengendalian faktor risiko Diabetes

Melitus dapat mengurangi angka morbiditas

dan mortilitas serta komplikasi akut dan

kronis akibat dari Diabetes Melitus. Menurut

Sutandi tahun 2012 menjelaskan bahwa

kontrol DM menjadi lebih optimal apabila

ditekankan upaya preventif dengan

pengelolaan secara mandiri, baik pada pasien

itu sendiri maupun pada keluarga yang

merawatnya.

Beberapa aspek dalam self-

management diabetes dapat memengaruhi

kadar gula darah, seperti pengaturan pola

makan yang berfungsi untuk menekan asupan

karbohidrat, lemak yang berlebih agar kadar

glukosa dalam darah dapat seimbang dengan

kerja hormon insulin, aktivitas fisik/olahraga

membantu dalam pengaturan kontrol BB,

sehingga gula darah dibakar menjadi kalori

dalam tubuh yang menyebabkan sel tubuh

lebih sensitif terhadap hormon insulin yang

diproduksi oleh sel beta dalam kelenjar

pankreas, perawatan diri/kaki dapat

membantu menjaga kesehatan kaki serta

meminimalisir risiko timbulnya luka kaki

pada pasien Diabetes Melitus yang dapat

berkembang menjadi ulkus diabetik,

kandungan yang terdapat pada obat anti-

diabetik seperti jenis obat derivate

sulfonilurea dapat membantu penyerapan

glukosa dalam darah serta jenis biguanida

untuk menghambat proses pembentukan

glukosa, sedangkan perilaku monitoring gula

darah rutin dapat digunakan sebagai acuan

untuk menilai keberhasilan dari penanganan

diabetes yang telah dilakukan, dan dapat

dijadikan sebagai motivasi diabetesi untuk

mengendalikan kadar glukosa darahnya di

dalam rentang yang normal.

Hubungan Efikasi Diri dan Perilaku

Perawatan Diri pada Diabetesi

Dari hasil penelitian diperoleh data

bahwa tingkat efikasi diri berdasar perilaku

perawatan diri diabetesi sebagian besar dalam

kategori efikasi diri sedang dan perawatan

Page 78: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Adi Husada Nursing Journal, Vol 6 No 1, Juni 2020/ Hal. 57

Alfeus Manuntung - EFIKASI DIRI DAN PERILAKU PERAWATAN DIRI PASIEN DIABETES

MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS PAHANDUT

diri yang rendah sejumlah 87,50%. Hasil uji

Chi Kuadrat nilai p = 0,030 dan nilai r =

17.007 menunjukkan terdapat hubungan yang

linier efikasi diri dan perilaku perawatan diri

pasien Diabetes Melitus Tipe 2.

Menurut Ariyani, dkk tahun 2012

menjelaskan terdapat hubungan efikasi diri

dengan motivasi dan dukungan keluarga.

Dengan hasil ini perawat direkomendasi

untuk memberikan dukungan pada diabetesi

dengan memberikan penyuluhan atau

pemberian informasi secara terstruktur dan

dukungan sosial.

Penelitian Wira tahun 2018

menjelaskan bahwa untuk mencegah

komplikasi akut dan kronis yang diakibatkan

oleh DM Tipe 2 dapat dilakukan dengan

manajemen perawatan secara mandiri oleh

diabetesi. Rendahnya tingkat efikasi diri

seseorang dan kurangnya dukungan sosial

merupakan faktor-faktor penghambat

pengelolaan perawatan diri.

Motivasi adalah faktor yang sangat

penting bagi pasien Diabetes Melitus dalam

hal mempertahankan diet dan pemantauan

gula darah untuk melakukan perilaku

perawatan secara mandiri. Mencapai tujuan

yang diinginkan dalam hal pengontrolan gula

darah, diabetesi yang mempunyai efikasi diri

yang baik terhadap kemampuannya untuk

mengatur gaya hidup sehat akan mampu

melakukan perilaku perawatan diri yang baik

pula untuk penanganan Diabetes Melitus.

KESIMPULAN

Efikasi diri dan perawatan diri

diabetes memiliki hubungan yang signifikan,

sehingga adanya pendekatan perilaku dapat

mengurangi komplikasi dan mengoptimalkan

kualitas hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani Y., dkk. (2012). Motivasi dan efikasi

diri pasien DM tipe 2 dalam asuhan

keperawatan. Jurnal Keperawatan

Indonesia, 15(1), 29-38.

Cataloguing, W. L. (2016). Global Report on

Diabetes. Isbn, 978, 6–86.

http://www.who.int/about/licensing/c

opyright_form/index.html.

Funnell, et al (2008). National standards for

diabetes self-management education.

Diabetes Care, 31. (SUPPL. 1), S97-

S104. https://doi.org/10.2337/dc08-

S097.

Indonesia, K. K. R. (2018). Hasil utama

riskesdas 2018. Jakarta: Badan

Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan.

Perkeni. (2015). American families and

absences: Breaking the parent-child

bond. Dissertation Abstracts

International Section A: Humanities

and Social Sciences, 71(2-A), 730.

https://doi.org/10.1017/CBO9781107

415324.004.

Manuntung, A. (2018). Analisis Keyakinan

Diri Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

Dalam Pengelolaan Diabetes

Mellitus. Jurnal Kesehatan

Manarang, 3(1), 31.

https://doi.org/10.33490/jkm.v3i1.32.

_____________ (2019). Monitoring Gula

Darah Mandiri dan Perawatan Kaki

Diabetik di Wilayah Kerja

Puskesmas Pahandut. Jurnal

Pengabdian Masyarakat Borneo,

3(2), 25-30.

Ri, K. (2018). Profil Kesehatan Indonesia

Tahun 2017. Jakarta: Kementerian

Kesehatan RI, 170-173.

Rias, Y. A. (2016). HUBUNGAN

PENGETAHUAN DAN KEYAKINAN

DENGAN EFIKASI DIRI

PENYANDANG DIABETIC FOOT

ULCER. 1(1).

Page 79: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Adi Husada Nursing Journal, Vol 6 No 1, Juni 2020/ Hal. 58

Alfeus Manuntung - EFIKASI DIRI DAN PERILAKU PERAWATAN DIRI PASIEN DIABETES

MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS PAHANDUT

Sarwoko, E. (2011). Kajian Empiris

Entrepreneur Intention Mahasiswa.

2.

Sutandi, A. (2012). Self Manajemen

Education (DSME) sebagai Metode

Alternatif dalam Perawatan Mandiri

Pasien Diabetes Melitus di dalam

Keluarga. Widya, 29(321), 47–52.

WHO. (2016). Global report on diabetes:

executive summary (No.

WHO/NMH/NVI/16.3). WHO.

Wira, P., & Putra, K. (2018). HUBUNGAN

SELF EFFICACY DAN DUKUNGAN

SOSIAL TERHADAP. 3(1), 51–59.

Page 80: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Volume 12, Nomor 1, Juni 2020 Sri Mulia Sari

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 10

PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA

DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

Sri Mulia Sari

Program Studi Ilmu Keperawatan, STIK Siti Khadijah Palembang

[email protected]

ABSTRAK

Latar belakang: Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang ditandai oleh

kenaikan kadar glukosa dalam darah. Komplikasi dari DM adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis,

sindrom hiperglikemia hiperosmolar non ketotik, oleh karena itu diperlukan terapi untuk menurunkan

kadar gula darah, yang salah satunya Terapi Benson. Tujuan: Diketahuinya Pengaruh Relaksasi

Benson Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Metode: Desain

penelitian ini adalah pre eksperimental, dengan rancangan penelitian one group pre-post test design.

Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel

sebanyak 16 responden yang dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus sampai dengan 30 November 2019

di Puskesmas Palembang. Kemudian data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon.

Hasil: Rata-rata nilai kadar GDS sebelum relaksasi benson dengan nilai tertinggi 498 mg/dl dan nilai

terendah 212 mg/dl. Rata-rata nilai kadar GDS sesudah terapi benson dengan nilai tertinggi 377 mg/dl

dan nilai terendah 110 mg/dl. Ada pengaruh relaksasi Benson terhadap penurunan kadar gula darah

dengan hasil p value = 0,001 (<0,05). Saran: Salah satu alternative untuk menurunkan kadar gula

darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 adalah dengan cara relaksasi benson.

Kata Kunci: Relaksasi Benson, Gula Darah

ABSTRACT

Background: Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease characterized by increased levels of

glucose in the blood. Complications of DM are hypoglycemia, diabetes ketoacidosis, hyperosmolar

non-ketotic hyperglycemia syndrome, therefore therapy is needed to reduce glucose levels, one of

which is Benson Therapy. Aim: Knowing the Effects of Benson's Relaxation on Reducing glucose

Levels in Patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Method: The research design was pre-experimental

with one group pre-post test design. Sampling technique used is purposive sampling with a sample

size of 16 respondents conducted on August 5 up to November 30, 2019 at the Public Health Center in

Palembang. Then the data were analyzed using the Wilcoxon test. Results: The average value of GDS

levels before Benson relaxation with the highest value is 498 mg / dl and the lowest value is 212 mg /

dl. The average value of GDS levels after Benson therapy with the highest value of 377 mg / dl and

the lowest value of 110 mg / dl. There is an effect of Benson's relaxation on decreasing glucose levels

with a p value = 0.001 (<0.05). Suggestion: One alternative to reduce glucose levels in Type 2

Diabetes Mellitus Patients is by Benson relaxation.

Keywords: Benson's Relaxation, Glucose

Page 81: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Volume 12, Nomor 1, Juni 2020 Sri Mulia Sari

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 11

PENDAHULUAN

Diabetes Melitus (DM) merupakan

penyakit metabolik akibat gangguan

sekresi insulin, gangguan kerja insulin,

atau kombinasi keduanya (ADA, 2016).

Adanya gangguan tersebut mengakibatkan

gula didalam darah tidak dapat digunakan

oleh sel tubuh sebagai energi hingga

akhirnya menyebabkan kadar gula dalam

darah tinggi atau hiperglikemia (IDF,

2013).

Diabetes Melitus telah menjadi

masalah kesehatan utama dunia dengan

angka kejadian dan kematian yang masih

sangat tinggi. Berdasarkan data World

Health Organization (WHO), Indonesia

menduduki peringkat kedua sebagai negara

dengan jumlah pasien diabetes di Asia. Di

Indonesia pada tahun 2000 jumlah pasien

diabetes sekitar 8.426.000 jiwa. Angka ini

diprediksikan akan semakin meningkat

pada tahun 2030 yang mencapai

21.257.000 jiwa.

Berdasarkan data terbaru riset

kesehatan dasar tahun 2018 di Indonesia,

secara umum angka kejadian Diabetes

Melitus mengalami peningkatan yang

cukup signifikan selama 5 tahun terakhir.

Pada tahun 2013, angka kejadian Diabetes

Melitus pada orang dewasa mencapai 6,9

% dan di tahun 2018 angka terus melonjak

menjadi 8,5% (RISKESDAS, 2018).

Provinsi Sumatera Selatan termasuk

provinsi yang memiliki angka kejadian

Diabetes Melitus terbanyak di Indonesia,

pada tahun 2016 sebesar 45%, tahun 2017

sebesar 55% dan pada tahun 2018 sebesar

62,6 % (Dinkes Prov. Sumsel, 2018).

Di Kota Palembang jumlah penderita

Diabetes Melitus pada tahun 2016

sebanyak 4.442 orang, kemudian pada

tahun 2017 sebanyak 4.823 orang, dan

pada tahun 2018 mengalami peningkatan

menjadi 10.038 orang dan ini terjadi di

Kota Palembang (Dinkes Kota Palembang,

2018). Salah satu puskesmas yang

memiliki banyak penderita Diabetes

Melitus di Palembang adalah Puskesmas

Plaju, yang didapatkan 3 (tiga) tahun

terakhir berjumlah, pada tahun 2016

sebanyak 1478 orang, pada tahun 2017

sebanyak 952 orang dan pada tahun 2018

sebanyak 817 orang (Puskesmas Plaju

Palembang, 2018).

Salah satu penyebab dari Diabetes

Melitus adalah gaya hidup yang

mengakibatkan tidak terkontrolnya kadar

gula dalam darah. Adapun bahaya yang

dapat terjadi pada pasien Diabetes Melitus

jika tidak di obati dengan benar maka akan

menimbulkan dampak yang buruk pada

tubuhnya. Beberapa dampak atau

komplikasi yang dapat terjadi pada pasien

Diabetes Melitus adalah hipoglikemia,

diabetes ketoasidosis, sindrom

hiperglikemik hiperosmolar nonketoti

(Smeltzer & Bare, 2012). Maka dari itu,

untuk mencegah terjadinya komplikasi

Page 82: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Volume 12, Nomor 1, Juni 2020 Sri Mulia Sari

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 12

Diabetes Melitus maka diperlukan

pengontrolan yang terapeutik dan teratur

melalui perubahan gaya hidup pasien DM

tipe 2. Dalam melaksanakan pengontrolan

kadar gula darah terdapat beberapa cara

diantaranya terapi relaksasi benson (Moyad

& Hawks, 2009).

Relaksasi benson merupakan

pengembangan metode respon relaksasi

pernafasan dengan melibatkan faktor

keyakinan pasien, yang dapat menciptakan

suatu lingkungan internal sehingga dapat

membantu pasien mencapai kondisi

kesehatan dan kesejahteraan. Kelebihan

latihan teknik relaksasi dari pada latihan

yang lain adalah latihan relaksasi lebih

mudah dilakukan bahkan dalam kondisi

apapun serta tidak memiliki efek samping

apapun, disamping itu kelebihan dari

teknik relaksasi lebih mudah dilaksanakan

oleh pasien, dapat menekan biaya

pengobatan, dan dapat digunakan untuk

mengontrol kadar gula darah dalam tubuh

(Yosep, 2007; Handayati, 2018).

Relaksasi benson dapat menurunkan

kadar gula darah pasien diabetes dengan

menekan pengeluaran hormon-hormon

yang dapat meningkatkan kadar gula darah

yaitu epinefrin, kortisol, glucagon,

adrenorticotropic hormone (ACTH),

kortikosteroid, dan tiroid (Smeltzer &

Bare, 2002).

Mekanisme penurunan kadar

glukosa darah melalui relaksasi, yaitu

dengan cara menekan pengeluaran

epinefrin sehingga menghambat konversi

glikogen menjadi glukosa, menekan

pengeluaran kortisol dan menghambat

metabolisme glukosa, sehingga asam

amino, laktat, dan pirufat tetap disimpan di

hati dalam bentuk glikogen sebagai energi

cadangan. Menekan pengeluaran glukagon

sehingga dapat mengkonversi glikogen

dalam hati menjadi glukosa, menekan

pengeluaran glukagon sehingga dapat

mengkonversi glikogen dalam hati menjadi

glukosa. Menekan ACTH dan

glukokortikoid pada korteks adrenal

sehingga dapat menekan pembentukan

glukosa baru oleh hati, di samping itu

lyposis dan katabolisme karbohidrat dapat

ditekan, yang dapat menurunkan kadar

glukosa darah (Smeltzer & Bare, 2002).

Dari hasil penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Juwita, dkk (2016)

tentang pengaruh terapi benson terhadap

kadar gula darah pada lansia dengan

diabetes melitus di posyandu lansia

Matahari Surabaya tahun 2016

menunjukkan bahwa relaksasi benson

dapat menurunkan kadar gula darah pada

lansia dengan DM dengan (p=0.001).

Ratnawati, dkk (2017) tentang terapi

pengaruh relaksasi benson termodifikasi

efektif mengontrol gula darah pada lansia

dengan DM di wilayah kerja Puskesmas

Limo Depok tahun 2017 menunjukan ada

perbedaan perubahan kadar gula darah

Page 83: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Volume 12, Nomor 1, Juni 2020 Sri Mulia Sari

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 13

yang signifikan pada lansia dengan

diabetes melitus (p<0,05). Purwasih, dkk

(2017) tentang relaksasi benson dan terapi

murattal surat ar-rahmaan menurunkan

kadar glukosa darah puasa pada penderita

diabetes melitus tipe 2 di kecamatan Maos

menunjukkan bahwa kombinasi relaksasi

benson dan terapi murattal lebih banyak

menurunkan kadar GDP pada pasien DM

tipe 2 dibandingkan dengan pemberian

relaksasi benson saja dengan hasil

(p=0.000). Hasil penelitian Kuswandi, dkk

(2018) di RS Tasikmalaya yang

menunjukkan bahwa ada pengaruh antara

Relaksasi Benson Terhadap Penurunan

Kadar Glukosa Darah pasien DM tipe 2.

Berdasarkan studi pendahuluan yang

dilakukan peneliti tanggal 5 Agustus 2019

terhadap 5 (lima) responden yang

menderita Diabetes Melitus wilayah kerja

Puskesmas Plaju Kota Palembang yang

dilakukan dengan cara wawancara,

didapatkan bahwa upaya yang sudah

dilakukan dalam mengatasi Diabetes

Melitus adalah dengan mengkonsumsi obat

Diabetes Melitus, belum pernah melakukan

metode penurunan kadar gula darah dengan

menggunakan teknik relaksasi. Pada saat

ditanya mengenai penanganan diabetes

melitus non farmakologi dengan teknik

benson mereka belum mengetahuinya.

Maka dari itu peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap

Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien

Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas

Palembang Tahun 2019”.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian pre

eksperimental dengan rancangan penelitian

one group pre-post test design. Tehnik

pengambilan sampel yang digunakan

adalah purposive sampling dengan jumlah

sampel sebanyak 16 responden. Dalam

penelitian ini, peneliti mengajukan

permohonan izin meneliti di lahan

penelitian, setelah mendapatkan

rekomendasi dari lahan, selanjutnya

peneliti mengajukan lembar persetujuan

disampaikan kepada responden dengan

mengacu pada etika penelitian yang

meliputi : informed consent (persetujuan),

anominity (tanpa nama) dan confidentiality

(kerahasiaan).

Penelitian ini dilaksanakan pada

tanggal 5 Agustus sampai dengan 30

November 2019 di Puskesmas Palembang

dan pengambilan data pada tanggal 2

September s.d. 19 Oktober 2019.

Pengolahan data dalam penelitian ini

meliputi pengecekan data, pemberian kode

data, pemprosesan data, pembersihan data

dan keluaran hasil data. Analisa data

meliputi analisis univariat dan analisis

bivariat dengan uji t dependen dengan

interval kepercayaan 95%.

Page 84: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Volume 12, Nomor 1, Juni 2020 Sri Mulia Sari

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 14

HASIL PENELITIAN

Kadar Gula Darah Sebelum dan

Sesudah diberikan Relaksasi Benson

Hasil analisis univariat kadar gula

darah sebelum dan sesudah diberikan

relaksasi benson pada pasien diabetes

melitus tipe 2 pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Tabel 1

Rata-rata Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah Diberikan

Relaksasi Benson pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

Variabel F Median Min Max

Kadar GDS Sebelum 16 276,50 212 498

Kadar GDS Sesudah 16 151,50 110 377

Berdasarkan Tabel 1. didapatkan

bahwa Median Kadar gula darah sewaktu

sebelum diberikan Relaksasi Benson

adalah 276,50. nilai terendah pada kadar

GDS adalah 212 dan nilai tertinggi 498.

Sedangkan setelah diberikan Relaksasi

Benson Median kadar GDS adalah 151,50.

Nilai terendah pada kadar GDS adalah 110

dan nilai tertinggi 377.

Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap

Penurunan Kadar Gula Darah Pada

Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

Hasil analisis bivariat pengaruh

relaksasi benson terhadap penurunan kadar

gula darah pada pasien Diabetes Melitus

Tipe 2 pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Tabel 2

Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah

Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

Variabel F

Sebelum Sesudah

P Value Median

(Min-Maks)

Median

(Min-Maks)

Kadar GDS 16 276,50

(212-498)

151,50

(110-377)

0,001

Sebelum dilakukan hipotesis terlebih

dahulu dilakukan uji normalitas

menggunakan uji shapiro wilk didapatkan

nilai sig Kadar gula darah sebelum

diberikan Relaksasi Benson adalah 0,028 <

0,05 sedangkan nilai sign Kadar gula darah

sesudah diberikan Relaksasi Benson adalah

0,002 < 0,05. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa data Berdistribusi Tidak

Normal, kemudian dilanjutkan dengan

menggunakan uji Wilcoxon test.

Dari hasil analisis yang ditunjukkan

Tabel 2 diketahui p value = 0,001 (<0,05),

sehingga hipotesis dalam penelitian ini

diterima dimana secara statistik, dapatkan

Page 85: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Volume 12, Nomor 1, Juni 2020 Sri Mulia Sari

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 15

ada pengaruh Relaksasi Benson Terhadap

Penurunan Kadar Gula Darah.

PEMBAHASAN

Kadar Gula Darah Sebelum dan

Sesudah diberikan Relaksasi Benson

Pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2

Berdasarkan hasil analisis univariat

didapatkan bahwa median kadar gula darah

sewaktu sebelum diberikan Relaksasi

Benson adalah 276,50. nilai terendah pada

kadar GDS adalah 212 dan nilai tertinggi

498. Sedangkan setelah diberikan

Relaksasi Benson Median kadar GDS

adalah 151,50. Nilai terendah pada kadar

GDS adalah 110 dan nilai tertinggi 377.

Menurut teori Smeltzer & Bare

(2012), tingginya kadar gula dalam darah

dapat mengakibatkan masalah yang sangat

serius jika tidak ditangani dengan benar

seperti terjadi hipoglikemia, diabetes

ketoasidosis, sindrom hiperglikemik

hiperosmolar nonketoti. Menurut Moyad &

Hawks (2009), Relaksasi Benson

merupakan salah satu cara untuk

mengontrol kadar gula dalam darah.

Hasil penelitian ini juga didukung

oleh penelitian Juwita, dkk (2016).

Pengaruh terapi relaksasi benson terhadap

kadar gula darah pada lansia dengan

diabetes di Posyandu Lansia Matahari

Surabaya dengan pvalue = 0.001 < 0.05

dimana bahwa relaksasi benson dapat

menurunkan kadar gula darah pada lansia

dengan diabetes melitus.

Dari hasil penelitian dan teori yang

ada, peneliti berasumsi bahwa Relaksasi

Benson merupakan salah satu cara yang

dapat mengontrol kadar gula dalam darah

yang dapat diterapkan pada pasien yang

menderita Diabetes Melitus. Teknik

relaksasi ini berguna dalam berbagai

situasi, misalnya nyeri, cemas, kurangnya

kebutuhan tidur dan stres serta emosi yang

ditunjukkan. Dengan relaksasi memelihara

reaksi tubuh terhadap respon flight or

flight, penurunan respirasi, nadi, dan

jumlah metabolik, tekanan darah dan

energi yang digunakan.

Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap

Penurunan Kadar Gula Darah Pada

Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

Berdasarkan hasil analisis bivariat di

dapatkan dengan nilai p value = 0,001

(<0,05), sehingga dapat disimpulkan ada

pengaruh Relaksasi Benson Terhadap

Penurunan Kadar Gula Darah di Wilayah

Kerja Puskesmas Plaju Palembang Tahun

2019.

Relaksasi Benson merupakan

pengembangan dari respon relaksasi yang

dikembangkan oleh Benson. Teknik

relaksasi ini berguna dalam berbagai

situasi, misalnya nyeri, cemas, kurangnya

kebutuhan tidur dan stres serta emosi yang

ditunjukkan. Dengan relaksasi memelihara

reaksi tubuh terhadap respon flight or

flight, penurunan respirasi, nadi, dan

jumlah metabolik, tekanan darah dan

Page 86: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Volume 12, Nomor 1, Juni 2020 Sri Mulia Sari

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 16

energi yang digunakan (Potter & Perry,

2016).

Relaksasi Benson dapat menurunkan

kadar gula darah pasien Diabetes dengan

menekan pengeluaran hormon-hormon

yang dapat meningkatkan kadar gula darah

yaitu epinefrin, kortisol, glucagon,

adrenocorticotropic hormone (ACTH),

kortikosteroid, dan tiroid. Dengan

mekanisme penurunannya kadar glukosa

dalam darah melalui Relaksasi yaitu

dengan cara menekan pengeluaran

epinefrin sehingga menghambat konversi

glikogen menjadi glukosa, menekan

pengeluaran kortisol dan menghambat

metabolisme glukosa sehingga asam

amino, laktat, dan pirufat tetap disimpan di

hati dalam bentuk glikogen sebagai energi

cadangan. Menekan pengeluaran glukagon

sehingga dapat mengkonversi glikogen

dalam hati menjadi glukosa, menekan

ACTH dan glikokortikoid pada korteks

adrenal sehingga dapat menekan

pembentukan glukosa baru oleh hati, di

samping itu lipolysis dan katabolisme

karbohidrat dapat ditekan, yang dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah

(Smeltzer & Bare, 2002).

Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Juwita, dkk (2016) di Posyandu

Lansia Matahari Surabaya menunjukkan

bahwa ada pengaruh Terapi Relaksasi

Benson Terhadap Kadar Gula Darah pada

Lansia dengan Diabetes dan p value yang

didapat yaitu 0,001 (<0,05).

Hasil penelitian ini juga didukung

oleh penelitian Kuswandi, dkk (2018) di

RS Tasikmalaya yang menunjukkan bahwa

ada pengaruh antara Relaksasi Benson

Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah

pada pasien DM tipe 2.

Dari hasil penelitian dan teori yang

ada, peneliti berasumsi bahwa ada

pengaruh yang signifikan antara relaksasi

benson terhadap penurunan kadar gula

darah, hal ini karena Relaksasi Benson

dapat menurunkan kadar glukosa darah

pada pasien diabetes mellitus dengan

menekan kelebihan pengeluaran hormon-

hormon yang dapat meningkatkan kadar

glukosa darah, yaitu : epinefrin, kortisol,

glucagon, adrenocorticotropic hormone

(ACTH), kortikosteroid dan tiroid sehingga

relaksasi benson dapat menurunkan

hormon-hormon yang dapat menurunkan

kadar glukosa dalam darah. Mekanisme

penurunan kadar glukosa darah melalui

relaksasi benson, yaitu dengan cara

menekan pengeluaran epinefrin sehingga

menghambat konversi glikogen menjadi

glukosa, menekan pengeluaran kortisol dan

menghambat metabolisme gukosa,

sehingga asam amino, laktat, dan pirufat

tetap disimpan di hati dalam bentuk

glikogen sebagai energi cadangan.

Menekan pengeluaran glukagon sehingga

dapat mengkonversi dalam hati menjadi

Page 87: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Volume 12, Nomor 1, Juni 2020 Sri Mulia Sari

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 17

glukosa, menekan ACTH dan

glukokortikoid pada korteks adrenal

sehingga dapat menekan pembentukan

glukosa baru oleh hati, di samping itu

lipolysis dan katabolisme karbohidrat dapat

ditekan, yang dapat menurunkan kadar

glukosa darah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Rata-rata nilai kadar GDS sebelum

relaksasi benson dengan nilai tertinggi

498 mg/dl dan nilai terendah 212 mg/dl.

2. Rata-rata nilai kadar GDS sesudah

terapi benson dengan nilai tertinggi 377

mg/dl dan nilai terendah 110 mg/dl.

3. Ada pengaruh relaksasi benson terhadap

penurunan kadar gula darah pada pasien

diabetes melitus tipe 2 dengan hasil p

value sebesar 0,001 (<0,05).

Saran

1. Bagi Puskesmas Plaju Palembang

Hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai salah satu alternatif untuk

menurunkan kadar gula darah pada

pasien Diabetes Melitus dengan cara

Relaksasi Benson.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian selanjutnya dapat

menambahkan beberapa variabel lagi

dengan cara memodifikasi terapi pada

pasien Diabetes Melitus untuk

menurunkan kadar gula darah, seperti

Murotal Al Quran Surat Ar- Rahman.

DAFTAR PUSTAKA

ADA (Amerikan Diiabetes Association J. (2016). Standars Of Mediicart Caraein Diabetes

2016. Diabbetes Care, Volume 39 supplement.

Bilious, R Dan Donelly. R (2014). Buku Pegangan Diabetes, Edisi Ke 4 Jakarta :Bumi

Medika.

Dinkes Kota. 2018. Profil Kesehatan Palembang 2018.

Dinkes Sumsel. 2017. Profil Kesehatan Sumatera Selatan 2017.

Greinstein B. dan Wood. D. (2010) . At a Glance, Sistem Endokrin, Edisi Ke dua Penerjemah :

Yasmine, E & Rachmawati A.D. Jakarta : Erlangga.

Handayati, M. R. (2018). Analisis praktik klinik keperawatan pada pasien Congestive Heart

Failure (CHF) dan non Hodekin limfoma dengan intervensi inovasi terapi relaksasi

benson kombinasi murottal al-qur’an (q.s Ar-rahman ayat 1-78) dan Hypnoterapi

terhadap penurunan skala nyeri di ruang intensive cardiac care unit (ICCU) RSUD

Abdul Wahab Stchrahie Samarinda tahun 2018. Other thesis Universitas

Muhammadiyah Kalimatan Timur. 2018.

IDF (International Diabetes Militus Foundation). (2013). Diabetes Atlas, Fiveth edition.

Juwita, L., dkk. (2016). Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap Kadar Gula Darah

pada Lansia dengan Diabetes. JNL.Vol.4 No.1, Maret. 2016.

Page 88: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Volume 12, Nomor 1, Juni 2020 Sri Mulia Sari

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 18

Kuswandi, A., dkk. (2018). Pengaruh Relaksasi Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah

pada Pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Sebuah Rumah Sakit di Tasikmalaya. Jurnal

Keperawatan Indonesia, Volume 12, No.2, Juli 2018: hal 108-114.

Moyad, M., dan Hawks, J, H. (2009). Complementary and Alternative Therapies, dalam

Black, J, M., dan Hawks, J, H. Medical- Surgical Nursing: Clinical Management for

Positive Out Comes, (8th edition). Elsevier Saunders.

Purwasih, dkk (2017). Pengaruh Relaksasi Benson dan Terapi Murottal Surat Ar-rahman

Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa dan Skor Stres Pasien DM tipe 2. Other thesis

UMY.

Puskesmas Plaju. Data Kesehatan, 2019

Riyani, H, S. (2016). Efektivitas Relaksasi Benson dan Nafas dalam Terhadap Perubahan

Tingkat Kecemasan Lansia di PSTW Gau Mabajigowa. Skripsi Universitas Islam Negeri

Alauddin Makasar. 2016.

Smeitzer, S.C & Bare, B.G (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner dan

Sudarath, Edisi 8, volume 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Smeitzer, S.C & Bare, B.G (2012) . Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner dan

Suddarth, Volume 1, Edisi 12, Jakarta : EGC

Smeltzer. S.C,. dkk. (2008) Brunner and Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Luurcing

(11thdkk,) Philadholpia; Lippincott Williams and Wilkins.

World Health Organization. (2017). Media Center: Diabetes Melitus.

Page 89: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

E-ISSN - 2654-9751 Vol 3 No 3 April 2020

Jurnal Kesehatan Mercusuar Avalilable Online http://jurnal.mercubaktijaya.ac.id/index.php/mercusuar

54

FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI SELF CARE

MANAGEMENT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

DI POLIKLINIK KHUSUS PENYAKIT DALAM

RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

Lenni Sastra1, Lola Despitasari

2*

1,2 Prodi S1 Keperawatan, STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang

Jl. Jamal Jamil Pondok Kopi Siteba Padang *email korespondensi : [email protected]

ABSTRACT

Type 2 diabetes mellitus is the result of failure or rejection of the body using insulin

or insulin resistance. Type 2 diabetes mellitus patients need self-care management to manage

the disease. The purpose of this study was to determine the internal factors that influence self-

care management in patients with type 2 diabetes mellitus at the Outpatient unit of Internal

Medicine Dr. M. Djamil Padang hospital. This type of research was analytic descriptive

through cross sectional approach. This research was conducted at the Outpatient unit of

Internal Medicine Dr. M. Djamil Padang hospital. The sample were consisted of 60 people with

accidental sampling techniques and research instruments using the SDSCA questionnaire,

ASAS-R, DMSES and diabetes knowledge questionnaire. The bivariate data analysis was used

chi-square test. The results showed that 56.7% of respondents had poor self-care management,

50% of respondents with poor self-care agency, 46.7% of respondents with poor self-efficacy

and 61.7% of respondents with poor diabetes knowledge. The results showed that there was a

relationship between self-care agency, self-efficacy, and diabetes knowledge with self-care

management with p value (≤ 0.05). Based on the results of this study it is suggested to nurses to

be able to help patients to improve their self-care agency, self-efficacy and diabetes knowledge.

Keywords: Diabetes mellitus type 2, self-care management, self-care agency, self-efficacy,

diabetes knowledge

Page 90: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Lenni Sastra, Lola Despitasari

| FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG

MEMPENGARUHI SELF CARE MANAGEMENT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE

2 DI POLIKLINIK KHUSUS PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

55

ABSTRAK

Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan hasil dari kegagalan atau penolakan tubuh

menggunakan zat insulin atau resistensi insulin. Pasien DM tipe 2 diperlukan self care

management untuk mengelola penyakitnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

faktor-faktor internal yang mempengaruhi self care management pada pasien DM tipe 2 di

Poliklinik Khusus Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jenis penelitian adalah

deskriptif analitik melalui pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik

Khusus Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. Sampel berjumlah 60 orang dengan

teknik accidental sampling dan instrumen penelitian menggunakan kuesioner SDSCA, ASAS-R,

DMSES dan kuesioner diabetes knowledge. Analisis data bivariat menggunakan uji chi-square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56.7% responden memiliki self care management yang

kurang baik, 50% responden dengan self care agency kurang baik, 46.7% responden dengan self

efficacy kurang baik dan 61.7% responden dengan diabetes knowledge kurang baik. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara self care agency, self efficacy, dan

diabetes knowledge dengan self care management dengan nilai p value (≤ 0.05). Berdasarkan

hasil penelitian ini disarankan kepada perawat agar dapat membantu pasien untuk meningkatkan

self care agency, self efficacy, dan diabetes knowledge.

Kata Kunci : Diabetes mellitus tipe 2, self care management, self care agency, self efficacy,

diabetes knowledge

PENDAHULUAN

Diabetes Melitus (DM)

merupakan suatu penyakit kronis

dimana organ pankreas tidak

memproduksi cukup insulin atau ketika

tubuh tidak efektif dalam

menggunakannya (WHO, 2016). DM

tipe 2 atau Non Insulin Dependent

Diabetes Mellitus (NIDDM) atau tidak

tergantung pada insulin karena

penderita DM tipe 2 ini mampu

memproduksi insulin tetapi tubuh

mengalami penurunan sensivitas

terhadap insulin (resistensi insulin)

sehingga glukosa gagal masuk ke dalam

sel (Lanny, 2012).

Prevalensi diabetes melitus tipe

2 menurut data World Health

Organization (WHO) diperkirakan

bahwa penduduk dunia pada tahun 2030

penderita diabetes melitus tipe 2

meningkat menjadi 366 juta. Tingkat

prevalensi penderita diabetes melitus

secara global pada tahun 2014 sebesar

8,3% dari semua total penduduk di

dunia dan mengalami peningkatan pada

tahun 2014 menjadi 387 juta kasus

(IDF, 2015). Berdasarkan data terbaru

PERKENI tahun 2015 Indonesia

merupakan peringkat ke 5 teratas

penderita DM tipe 2 dengan jumlah

penderita DM mencapai 9,1 juta orang

(PERKENI, 2015)

Di Provinsi Sumatera Barat juga

terjadi peningkatan penderita diabetes

melitus yaitu sebanyak 24.432 orang

(Riskesdas, 2013). Sumatera Barat

menyatakan bahwa prevalensi diabetes

melitus tipe 2 juga tinggi di kota Padang

yaitu sebanyak 11.769 orang

(Riskesdas, 2013). Peningkatan

prevalensi penderita diabetes melitus

seiring dengan terus meningkatnya

kemajuan ekonomi di negara yang

bersangkutan, maka berubah pula gaya

hidup dan perilaku yang dijalani

masyarakat. Salah satu fenomena yang

mengiringi kemajuan masyarakat adalah

Page 91: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Lenni Sastra, Lola Despitasari

| FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG

MEMPENGARUHI SELF CARE MANAGEMENT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE

2 DI POLIKLINIK KHUSUS PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

56

munculnya penyakit diabetes melitus

(Putri, 2017).

Angka kejadian diabetes melitus

tipe 2 yang terus mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun

berpengaruh terhadap peningkatan

komplikasi dengan ketidakstabilan

rerata kadar gula darah yaitu > 200

mg/dl (11,1 mmol/L) dan gula darah

puasa >126 mg/dl (7,0 mmol/L).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan

Purwanti (2013) sebanyak 1785

diabetisi (penderita diabetes) di

Indonesia yang mengalami komplikasi

neuropati (63,5%), retinopati (42%),

gangren diabetik (15%), nefropati

(7,3%), makrovaskuler (6%), dan

mikrovaskuler (6%). Komplikasi yang

disebabkan oleh penyakit diabetes

merupakan penyebab kematian terbesar

ke empat di dunia (PERKENI, 2015).

Mengingat tingginya prevalensi

penderita diabetes melitus tipe 2 dan

banyaknya komplikasi yang disebabkan

oleh penyakit DM tersebut maka hal

utama yang diperlukan adalah

pengendalian dan pengontrolan kadar

glukosa darah. Self-care management

DM terdiri dari pengaturan makan (diit),

latihan jasmani, kepatuhan pengobatan

dan edukasi (PERKENI, 2015)

Self-care management

merupakan kemampuan seseorang

untuk memahami kondisi kesehatan dan

mengelola elemen kunci dari perawatan

mereka (Harvey et al, 2008). Self-care

management merupakan hal yang

sangat penting bagi penderita DM tipe 2

dibandingkan DM tipe 1, karena salah

satu penyebab DM tipe 2 ialah gaya

hidup. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Putri (2017) di

Puskesmas Srondol Semarang,

didapatkan bahwa sebagian besar

penderita diabetes melitus disana telah

mengetahui terkait pentingnya

melakukan self-management diabetes

seperti pengaturan diet (pola makan),

aktivitas olahraga, perawatan kaki,

konsumsi obat secara teratur, serta

monitoring gula darah. Namun dalam

penerapannya, sebagian besar pasien

diabetes masih belum menjalankan

beberapa aspek self-management secara

optimal (Putri, 2017).

Self-care management dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor

yaitu diabetes knowledge, self efficacy,

self care agency, social support, dan

sosial ekonomi (finansial). Diabetes

knowledge, self care agency, dan self

efficacy merupakan faktor internal pada

manajemen diri DM yang berhubungan

langsung terhadap kontrol glikemik,

sedangkan social support dan sosial

ekonomi (financial) merupakan faktor

eksternal manajemen diri DM

(Damayanti, 2017).

Menurut penelitian (Gao et al.,

2013) dengan judul Effects of self-care,

self-efficacy, social support on glycemic

control in adults with type 2 diabetes

didapatkan hasil perawatan mandiri

(self care agency) dan efikasi diri

memiliki efek langsung pada kontrol

glikemik yang merupakan manajemen

diri DM. Pendidikan diabetes (Diabetes

Knowledge), dan perawatan mandiri

(self-care agency) berdampak pada

tingkat HbA1c (glikemic control) pada

pasien diabetes tipe 2 (PERKENI,

2015).

Penelitian lain yang dilakukan

oleh (Shao, Liang, Shi, Wan, & Yu,

2017) tentang The Effect of Social

Support on Glycemic Control in

Patients with Type 2 Diabetes Mellitus :

The Mediating Roles of Self-Efficacy

and Adherence, ada hubungan support

social, self efficacy dan kepatuhan

terahadap kontrol glukosa darah.

Penelitian lain yang dilakukan (Hasanat;

Prawitasari, 2015) terdapat hubungan

yang sangat signifikan antara efikasi

Page 92: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Lenni Sastra, Lola Despitasari

| FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG

MEMPENGARUHI SELF CARE MANAGEMENT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE

2 DI POLIKLINIK KHUSUS PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

57

diri yang merupakan faktor internal

dengan manajemen diri, sedangkan

social support yang merupakan faktor

eksternal tidak mempunyai hubungan

langsung dengan manajemen diri.

Perawatan diri (self-care)

merupakan suatu tindakan individu

yang terencana dalam rangka

mengendalikan penyakitnya untuk

mempertahankan dan meningkatkan

status kesehatan dan kesejahteraannya

(Aligood, 2014). Teori self-care adalah

teori keperawatan yang dikembangkan

oleh Dorothea Orem. Self-care agency

adalah kemampuan atau kekuatan yang

dimiliki oleh seorang individu untuk

mengidentifikasi, menetapkan,

mengambil keputusan dan

melaksanakan self-care (Aligood,

2014). Menurut (Smeltzer, 2010),

perawatan diri yang dapat dilakukan

oleh pasien DM tipe 2 antara lain

mengatur dan menjaga pola nutrisi,

latihan dan olahraga, pemantauan

glukosa darah dan terapi farmakologi.

Self-efficacy juga menyebabkan

kontrol glikemik yang lebih baik yang

dapat meningkatkan manajemen diri

pada pasien DM (Shao et al., 2017).

Efikasi diri merupakan sebuah teori

kognitif yang dikembangkan Albert

Bandura. Bandura (1997) didalam

(Gedengurah, 2014) menyatakan bahwa

self-efficacy mempengaruhi bagaimana

seseorang berfikir, merasa, memotivasi

diri sendiri, dan bertindak.

Diabetes Knowledge pada pasien

dengan diabetes tipe 2 tentang

manajemen diri juga sangat penting

dalam mengontrol kadar gula darah.

Penelitian yang dilakukan (Kurniawan

& Yudianto, 2016) didapatkan hasil

penelitian menemukan adanya

hubungan yang bermakna antara

pengetahuan (p = 0,008) dan pendidikan

dengan diabetes self-management.

Penelitian lain yang dilakukan

(Hestiana, 2017) tidak terdapat

hubungan pendidikan dengan

management kepatuhan diet DM.

Berdasarkan fenomena tentang

penyakit DM tipe 2 yang telah

dijelaskan di atas peneliti tertarik

melakukan pengkajian lebih lanjut

tentang “Faktor-faktor internal yang

mempengaruhi self care management

pasien diabetes mellitus tipe 2 di Poli

Klinik Khusus Penyakit Dalam RSUP

Dr. M. Djamil Padang”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan

desain penelitian deskriptif analitik

melalui pendekatan cross sectional.

Populasi penelitian ini adalah

keseluruhan pasien diabetes melitus tipe

2 yang berkunjung di Poliklinik Khusus

Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil

Padang dengan jumlah sampel sebanyak

60 orang dengan pengambilan sampel

dilakukan dengan cara accidental

sampling. Pengumpulan data dilakukan

di Poliklinik Khusus Penyakit Dalam

RSUP Dr. M. Djamil Padang

Instrument yang digunakan pada

penelitian ini adalah kuesioner

manajemen diri dari Summary of

Diabetes Self Care Activities Revised

(SDSCA), kuesioner efikasi diri dari

Diabetes Management Self Efficacy

Scale (DMSES), kuesioner self care

agency dari The Appraisal of Self-Care

Agency Scale-Revised (ASAS-R) dan

menggunakan kuesioner dari penelitian

sebelumnya untuk diabetes knowledge

yang dilakukan oleh (Stevia, 2016)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Self Care Management Pasien

Diabetes Melitus Tipe 2 di

Poliklinik Khusus Penyakit Dalam

RSUP Dr. M Djamil Padang

Page 93: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Lenni Sastra, Lola Despitasari

| FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG

MEMPENGARUHI SELF CARE MANAGEMENT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE

2 DI POLIKLINIK KHUSUS PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

58

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Self Care Management Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di

Poliklinik Khusus Penyakit Dalam RSUP Dr. M Djamil Padang

Self Care Management f %

Baik 26 43.3

Kurang Baik 34 56.7

Total 60 100

Tabel 1. diatas menunjukkan

bahwa lebih dari separoh (56.7%)

pasien diabetes melitus tipe 2 di

Poliklinik Khusus Penyakit Dalam

RSUP Dr. M. Djamil Padang memiliki

self-care management yang kurang

baik. Hasil penelitian ini berbeda

dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Elpriska, 2016) tentang Pengaruh Stres,

dukungan keluarga dan manajemen diri

terhadap komplikasi ulkus kaki diabetik

pada penderita DM tipe 2 diperoleh

hasil lebih dari separoh (82.5%) pasien

memiliki self care management yang

rendah.

Berdasarkan karakteristik pasien

diperoleh hasil hampir separoh (41.7%)

pasien DM tipe 2 berada pada tingkat

SMA. Menurut teori seseorang dengan

tingkat pendidikan yang lebih tinggi

memiliki tingkat self care management

yang lebih tinggi terhadap diit, olahraga

dan pemeriksaan gula darah mandiri,

dan lebih mudah untuk memahami

informasi kesehatan yang berhubungan

dengan self-care management dan

sebaliknya, seseorang dengan tingkat

pendidikan yang rendah akan memiliki

tingkat yang rendah pula terhadap diit,

olahraga, dan pemeriksaan gula darah

mandiri, dan akan sulit untuk

memahami informasi kesehatan yang

berhubungan dengan self care

management (Xu Y1, Pan W, 2010)

Penelitian yang dilakukan oleh

(Ningrum, Alfatih, & Siliapantur, 2019)

terdapat hubungan antara tingkat

pendidikan dengan manajemen diri DM. Manajemen diri diabetes merupakan

keterlibatan dan tanggungjawab pasien

terhadap pengelolaan DM yang

mempengaruhi beberapa aspek

(Hasanat; Prawitasari, 2015) Analisa peneliti terhadap hasil

penelitian ini bahwa terdapat lebih dari

separoh (56.7%) pasien DM Tipe 2

memiliki self care management yang

kurang baik, yaitu kurang teraturnya

dalam menjalani self care management

DM seperti kurang teratur untuk latihan

fisik, tidak teratur dalam perawatan kaki

seperti memeriksa kondisi kaki dan

memeriksa bagian dalam sepatu, dan

kurang patuh dalam memeriksa gula

darah.

2. Self Care Agency Pasien Diabetes

Melitus Tipe 2 di Poliklinik

Khusus Penyakit Dalam RSUP Dr.

M. Djamil Padang

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Self Care Agency Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik

Khusus Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang

Self Care Agency f %

Baik 30 50.0

Kurang Baik 30 50.0

Total 60 100

Page 94: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Lenni Sastra, Lola Despitasari

| FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG

MEMPENGARUHI SELF CARE MANAGEMENT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE

2 DI POLIKLINIK KHUSUS PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

59

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat

bahwa separoh (50%) pasien diabetes

melitus tipe 2 di Poliklinik Khusus

Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil

Padang memiliki self care agency yang

kurang baik. Hasil penelitian ini

berbeda dengan penelitian yang

dilakukan (Sari, 2017) self-care agency-

nya pasien DM tinggi (48,7%), namun (Rohmawardani, 2018) didapatkan hasil

mayoritas responden memiliki tingkat

self care agency yang baik.

Berdasarkan hasil penelitian

diperoleh hampir semua pasien DM tipe

2 (86.7%) dengan lama terdiagnosa < 5

tahun. Menurut teori salah satu faktor

yang mempengaruhi self care agency

pada pasien diabetes melitus adalah

lama menderita diabetes, klien dengan

menderita penyakit diabetes melitus

yang lebih lama memiliki pemahaman

yang adekuat tentang pentingnya

perawatan mandiri (self care) dan

sebaliknya klien yang baru menderita

penyakit diabetes kurang memiliki

pemahaman yang adekuat tentang

pentingnya perawatan mandiri (self

care) (Bai, Y, L., Chiou, C, P., &

Chang, Y, 2009)

Analisa peneliti bahwa terdapat

separoh (50%) pasien memiliki self care

agency yang baik, hal tersebut terlihat

dari banyaknya pasien diabetes melitus

memiliki kemampuan untuk melakukan

perawatan diri seperti menetapkan

prioritas baru agar tetap sehat dan

memiliki kemampuan untuk perawatan

diri mengubah kebiasaan lama untuk

meningkatkan kesehatan.

3. Self Efficacy Pasien Diabetes

Melitus Tipe 2 di Poli Klinik

Khusus Penyakit Dalam RSUP

Dr. M. Djamil Padang

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Self Efficacy

Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di

Poliklinik Khusus Penyakit Dalam

RSUP Dr. M. Djamil Padang

Self Efficacy f %

Baik 32 53.3

Kurang Baik 28 46.7

Total 60 100

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat

bahwa bahwa hampir separoh (46.7%)

pasien diabetes melitus tipe 2 di

Poliklinik Khusus Penyakit Dalam

RSUP Dr. M. Djamil Padang memiliki

self efficacy yang kurang baik. Hasil

penelitian ini hampir sama hasil

penelitian (Gedengurah, 2014)

menunjukan bahwa lebih dari separoh

(61,40%) memiliki self efficacy yang

baik.

Self efficacy pada pasien

diabetes melitus tipe 2 berfokus pada

keyakinan pasien untuk mampu

melakukan perilaku yang dapat

mendukung perbaikan penyakitnya dan

meningkatkan manajemen perawatan

dirinya seperti diet, latihan fisik,

monitoring glukosa darah mandiri,

medikasi, dan perawatan DM secara

umum (Wu et al, 2006).

Menurut Bandura (1997) dalam

(Damayanti, 2017), individu dengan

Efikasi diri yang tinggi cenderung tidak

memiliki rasa cemas dalam

mengerjakan tugas. Hal ini disebabkan

karena mereka mempunyai kontrol yang

baik terhadap segala sesuatu yang ada

disekitarnya. Adanya kontrol yang baik

dalam diri mereka menyebabkan

mereka jarang membuat kesalahan

dalam mengerjakan sesuatu dan

seseorang yang memiliki self-efficacy

yang kuat akan menetapkan tujuan yang

tinggi dan berpegang teguh pada

tujuannya. Sebaliknya, sesorang yang

Page 95: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Lenni Sastra, Lola Despitasari

| FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG

MEMPENGARUHI SELF CARE MANAGEMENT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE

2 DI POLIKLINIK KHUSUS PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

60

memiliki self-efficacy yang lemah akan

berkomitmen lemah pada tujuannya.

Self-efficacy mendorong proses kontrol

diri untuk mempertahankan perilaku

yang dibutuhkan dalam mengelola

perawatan diri pada pasien diabetes

mellitus. Kondisi emosional

mempengaruhi seseorang dalam

mengambil keputusan terkait efikasi

dirinya. Seseorang yang memiliki

keyakinan tentang kemampuan dirinya

untuk menyelesaikan berbagai masalah

maka ia akan memilih dan melakukan

tindakan yang bermanfaat dan efektif

untuk menyelesaikan masalahnya

dengan baik (Sastra Lenni, Afrizal,

2018)

Analisa peneliti bahwa terdapat

kurang dari separoh (46.7%) pasien

memiliki self efficacy yang kurang baik,

hal tersebut terlihat dari banyaknya

pasien DM Tipe 2 yang tidak mampu

mengatasi gula darah ketika tingkat gula

darah terlalu tinggi, tidak dapat

mengatur pola makan ketika sakit dan

tidak dapat memilih makanan terbaik

untuk kesehatan.

4. Diabetes Knowledge Pasien

Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poli

Klinik Khusus Penyakit Dalam

RSUP Dr. M. Djamil Padang

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Diabetes

Knowledge Pasien Diabetes Melitus

Tipe 2 di Poliklinik Khusus Penyakit

Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang

Diabetes Knowledge f %

Baik 23 38.3

Kurang Baik 37 61.7

Total 60 100

Berdasarkan tabel 4 diatas dapat

dilihat bahwa lebih dari separoh

(61.7%) pasien diabetes melitus tipe 2

di Poliklinik Khusus Penyakit Dalam

RSUP Dr. M.Djamil Padang memiliki

diabetes knowledge yang kurang baik.

Hasil penelitian ini sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh Yuni

(2012) didapatkan hasil tingkat diabetes

knowledge pasien DM tentang self care

management DM nya juga rendah. Hasil

penelitian (Phitri, Herlena Essy, 2013)

menunjukkan mayoritas responden juga

memiliki diabetes knowledge yang

kurang baik (54,4%).

Diabetes knowledge yang

kurang baik disebabkan oleh kurangnya

informasi yang diperoleh pasien

diabetes dan kurangnya kemampuan

pasien diabetes untuk memahami

informasi yang diberikan terkait

perawatan diabetes (Phitri, Herlena

Essy, 2013) Berdasarkan pendidikan

diperoleh gambaran hampir separoh

(41,7%) pasien DM tipe 2 tingkat

pendidikan SMA.

Edukasi Diabetes telah menjadi

komponen penting dari manajemen

diabetes sejak 1930-an dan semakin

diakui sebagai bagian integral dari

manajemen penyakit kronis. Tujuan

mendidik orang dengan diabetes tipe 2

adalah untuk mengoptimalkan kontrol

metabolik; mencegah komplikasi akut

dan kronis; meningkatkan kualitas

hidup dengan mempengaruhi perilaku

pasien dan menghasilkan perubahan

dalam pengetahuan, sikap dan perilaku

yang diperlukan untuk memelihara atau

meningkatkan kesehatan (Damayanti,

2017).

Analisa peneliti terhadap hasil

penelitian bahwa terdapat lebih dari

separoh (61.7%) pasien DM tipe 2

dengan diabetes knowledge yang kurang

baik yaitu rata-rata pasien menjawab

salah atau tidak mengetahui jawaban

tentang penyakit diabetes mellitus,

menjawab salah pertanyaan tentang

gejala umum DM adalah sering

kencing, banyak minum, kesemutan,

Page 96: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Lenni Sastra, Lola Despitasari

| FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG

MEMPENGARUHI SELF CARE MANAGEMENT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE

2 DI POLIKLINIK KHUSUS PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

61

juga menjawab salah/tidak mengetahui

tentang olahraga berperan dalam

pengaturan kadar gula darah di Poli

Klinik Khusus Penyakit Dalam RSUP

Dr. M. Djamil Padang.

5. Hubungan Self Care Agency

dengan Self Care Management

pada Pasien Diabetes Melitus Tipe

2 di Poliklinik Khusus Penyakit

Dalam RSUP Dr. M. Djamil

Padang

Tabel 5

Hubungan Self Care Agency dengan Self Care Management Pasien Diabetes Melitus

Tipe 2 di Poliklinik Khusus Penyakit Dalam

RSUP Dr.M.Djamil Padang

Self Care

Agency

Self Care Management

Total

p

value Baik Kurang

Baik

f % f % f %

Baik 20 66.7 10 33.3 30 100 0.001

Kurang Baik 6 20.0 24 80.0 30 100

Total 26 43.3 34 56.7 60 100

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat

bahwa proporsi pasien DM tipe 2 yang

memiliki self-care management kurang

baik lebih banyak ditemukan pada

pasisen dengan self care agency kurang

baik (80%) dibandingkan pada pasien

dengan self care agency baik (33,3%).

Hasil uji statistik menggunakan chi

square didapatkan nilai p value 0.001

(≤ 0,05). Ini berarti ada hubungan antara

self care agency dengan self care

management pada pasien diabetes

melitus tipe 2 di Poliklinik Khusus

Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil

Padang. Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian (Gao et al., 2013) self

care agency memiliki efek langsung

pada kontrol glikemik yang merupakan

self care management DM. Menurut

penelitian yang dilakukan (Shao et al.,

2017) self care agency berdampak pada

tingkat HbA1c (glisemic control) pada

pasien diabetes tipe 2.

Berdasarkan penelitian diperoleh

hasil 38.3% pasien dengan umur dewasa

akhir. Usia mempunyai hubungan yang

signifikan terhadap self care agency

diabetes, semakin meningkatnya usia

maka akan menyebabkan peningkatan

dalam aktivitas self care diabetes yang

pada akhirnya akan menyebabkan self

care management yang baik pula.

Analisa peneliti terhadap hasil

penelitian bahwa terdapat hubungan self

care agency terhadap self care

management DM, dimana self care

agency pasien DM tipe 2 yang baik

akan mencerminkan self care

management baik pula, seperti jika

pasien memiliki kemampuan untuk

perawatan diri maka akan menjadikan

pasien mampu untuk mengubah

kebiasaan lama untuk meningkatkan

kesehatan

6. Hubungan Self Efficacy dengan

Self Care Management pada

Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di

Poliklinik Khusus Penyakit

Dalam RSUP Dr. M. Djamil

Padang

Page 97: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Lenni Sastra, Lola Despitasari

| FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG

MEMPENGARUHI SELF CARE MANAGEMENT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE

2 DI POLIKLINIK KHUSUS PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

62

Tabel 6

Hubungan Self Efficacy dengan Self Care Management Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

di Poliklinik Khusus Penyakit Dalam RSUP Dr.M.Djamil Padang

Self Efficacy Self Care Management

Total

p value Baik Kurang

Baik

f % f % f %

Baik 19 59.4 13 40.6 32 100 0.016

Kurang Baik 7 25.0 21 75.0 28 100

Total 26 43.3 34 56.7 60 100

Berdasarkan tabel 6 diatas dapat

dilihat bahwa proporsi pasien diabetes

melitus tipe 2 yang memiliki self care

management kurang baik lebih banyak

ditemukan pada pasien dengan self

efficacy kurang baik (75%)

dibandingkan pada pasien dengan self

efficacy yang baik (40.6%). Hasil uji

statistik menggunakan chi square

didapatkan nilai p value= 0.016 (≤

0,05). Ini berarti bahwa ada hubungan

antara self efficacy dengan self care

management pada pasien diabetes

melitus tipe 2 di Poliklinik Khusus

Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil

Padang. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan

(Hasanat; Prawitasari, 2015) yang

mengatakan terdapat hubungan yang

sangat signifikan antara self efficacy

dengan self care management,, self

efficacy memberikan kontribusi lebih

besar dan terbesar dibandingkan

variabel lain terhadap self care

management.

Salah satu faktor intrapersonal yang

memiliki peranan cukup penting dalam

kelancaran proses self care management

adalah self efficacy pasien. Self efficacy

yang dikonsep oleh Bandura merupakan

konstruk utama dalam teori kognitif

(Damayanti, 2017). Analisa peneliti

terhadap hasil penelitian bahwa terdapat

hubungan self efficacy terhadap self

care management, dimana self efficacy

pasien yang baik akan mencerminkan

self care management yang baik pula.

7. Hubungan Diabetes Knowledge

dengan Self Care Management

pada Pasien Diabetes Melitus

Tipe 2 di Poliklinik Khusus

Penyakit Dalam RSUP Dr. M.

Djamil Padang

Tabel 7

Hubungan Diabetes Knowledge dengan Self Care Management Pasien Diabetes

Melitus Tipe 2 di Poliklinik Khusus Penyakit Dalam RSUP Dr.M.Djamil Padang

Diabetes

Knowledge

Self Care Management

Total

p value Baik Kurang Baik

f % f % f %

Baik 15 65.2 8 34.8 23 100 0.015

Kurang Baik 11 29.7 26 70.3 37 100

Total 26 43.3 34 56.7 60 100

Page 98: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Lenni Sastra, Lola Despitasari

| FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG

MEMPENGARUHI SELF CARE MANAGEMENT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE

2 DI POLIKLINIK KHUSUS PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

63

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat

bahwa proporsi pasien DM tipe 2

dengan self care management kurang

baik lebih banyak ditemukan pada

pasien dengan diabetes knowledge

kurang baik (70,3%) dibandingkan

pasien dengan diabetes knowledge baik

(34.8%). Hasil uji statistik

menggunakan chi square didapatkan

nilai p value 0.015 (≤ 0.05) ini berarti

ada hubungan antara diabetes

knowledge dengan self care

management pada pasien diabetes

melitus tipe 2 di Poliklinik Khusus

Penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil

Padang. Penelitian ini sama dengan

penelitian yang dilakukan (Shao et al.,

2017) pendidikan diabetes (diabetes

knowledge) berdampak pada tingkat

HbA1c (glisemic control) pada pasien

diabetes tipe 2.

Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa lebih dari separoh

(61.7%) pasien diabetes mellitus tipe 2

memiliki diabetes knowledge kurang

baik. Rendahnya diabetes knowledge

merupakan penghalang bagi pasien

diabetes mellitus dalam mengelola self

care management. Diabetes knowledge

mengenai perawatan diabetes mellitus

harus berhubungan dengan aktivitas

seperti meminum obat, diet, latihan

fisik, monitor gula darah mandiri, ini

sesuai dengan hasil kuesioner yang

didapatkan mayoritas responden

diabetes knowledge yang kurang baik

tentang self care management. Pasien

dengan tingkat diabetes knowledge yang

rendah mengenai penyakit mereka akan

kesusahan untuk mempelajari skill yang

dibutuhkan dalam perawatan diabetes

untuk tetap dapat mengontrol glukosa

darah (G. Kisokanth1, S. Prathapan 2, J,

Indrakumar3, J, 2013)

Analisa peneliti terhadap hasil

penelitian bahwa terdapat hubungan

diabetes knowledge terhadap self care

management, dimana dengan

pengetahuan kesehatan yang dimiliki

pasien akan mampu untuk mencegah

kemungkinan terjadinya komplikasi dan

penyulit DM serta dapat meningkatkan

pengetahuan dalam melakukan self care

management, seperti pengetahuan

tentang monitor glukosa darah, diit DM,

latihan jasmani dan pengobatan atau

penggunaan insulin.

SIMPULAN

Ada hubungan antara self care

agency, self efficacy, dan diabetes

knowledge dengan self care

management pada pasien diabetes

melitus tipe 2 di Poliklinik khusus

penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil

Padang.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih kami ucapkan

pada semua pihak yang telah

mendukung untuk proses pelaksanaan

penelitian ini terkhususnya kami

ucapkan pada STIKes

MERCUBAKTIJAYA Padang dan

RSUP Dr. M. Djamil Padang.

DAFTAR PUSTAKA

Aligood, M. (2014). Nursing Theory

and Their Work.

Bai, Y, L., Chiou, C, P., & Chang, Y, Y.

(2009). Self Care Behavior and

Related Factors in Older People

with Type 2 Diabetes. Journal of

Clinical Nursing, 18, 3308-3315.

Damayanti, S. (2017). Efektivitas ( Self-

Efficacy Enhancement Intervention

Program ( SEEIP ) terhadap

Efikasi Diri Manajemen Diabetes

Mellitus Tipe 2. Jurnal

Keperawatan Respati Yogyakarta,

4(April), 148–153.

Elpriska. (2016). Pengaruh Stres ,

Dukungan Keluarga Dan

Manajemen Diri Terhadap

Page 99: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Lenni Sastra, Lola Despitasari

| FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG

MEMPENGARUHI SELF CARE MANAGEMENT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE

2 DI POLIKLINIK KHUSUS PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

64

Komplikasi Ulkus Kaki Diabetik

Pada Penderita Dm Tipe 2

Influences Of Stress , Family

Support , And Self Management

Toward Complication Of Diabetic

Foot Ulcer Of Diabetes Mellitus

Type 2 Patie. Journal, Idea

Nursing Keperawatan, Akademi

Medan, Darmo, VII(1), 20–25.

G. Kisokanth1, S. Prathapan 2, J,

Indrakumar3, J, J. (2013). Review

Article : Factors influencing self-

management of Diabetes Mellitus ;

a review article. Journal of

Diabetology, (October 2013), 1–7.

Gao, J., Wang, J., Zheng, P.,

Haardörfer, R., Kegler, M. C., Zhu,

Y., & Fu, H. (2013). Effects of

self-care , self-efficacy , social

support on glycemic control in

adults with type 2 diabetes. BMC

Family Practice 2013, 14:66, 2–7.

http://doi.org/10.1186/1471-2296-

14-66

Gedengurah, I. G. K. (2014). Efikasi

Diri Pada Pasien Diabetes Melitus

Tipe 2. Poltekes Denpasar, 21.

Hasanat; Prawitasari, J. (2015).

Manajemen Diri Diabetes Analisis

Kuantitatif FaktoR. Repository

UGM.

Hestiana, D. (2017). Faktor-Faktor

Yang Berhubungan Dengan

Kepatuhan Dalam Pengelolaan

Diet Pada Pasien Rawat Jalan

Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Kota

Semarang. Jurnal of Health

Education, 2(2), 138–145.

Kurniawan, T., & Yudianto, K. (2016).

Diabetes Self-Management and Its

related Factors Manajemen

Diabetes dan Faktor-Faktor yang

Memengaruhi. JKP, 4, 267–273.

Ningrum, T. P., Alfatih, H., &

Siliapantur, H. O. (2019). Faktor-

Faktor Yang Memengaruhi

Manajemen Diri Pasien DM Tipe

2. Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7

No. 2 September 2019, 7(2), 114–

126.

PERKENI. (2015). Pengelolaan dan

pencegahan diabetes melitus tipe 2

di indonesia 2015.

Phitri, Herlena Essy, W. (2013).

Hubungan Antara Pengetahuan dan

Sikap Penderita Diabetes Mellitus

dengan KEPATUHAN Diet

Diabetes Mellitus di RSUD AM .

Parikesit Kalimantan Timur.

Jurnal Keperawatan Medikal

Bedah . Volume 1, No. 1, Mei

2013; 58-74, 1(1), 58–74.

Putri, L. (2017). Gambaran Self Care

Penderita Diabetes Melitus (DM)

Di Wilayah Kerja Puskesmas

Srondol Semarang. Undip

Semarang, (Dm).

Riskesdas. (2013). Data Prevalensi

Penyakit.

Rohmawardani, I. D. A. (2018).

Hubungan self care dengan status

glikemik pada pasien diabetes

melitus tipe ii di wilayah kerja

puskesmas boyolali i.

Keperawatan, Progam Studi

Kesehatan, Fakultas Ilmu

Surakarta, Universitas

Muhammadiyah.

Sari, N. P. W. P. (2017). Nursing

Agency Untuk Meningkatkan

Kepatuhan, Self-Care Agency

(Sca) Dan Aktivitas Perawatan Diri

Pada Penderita Diabetes Mellitus

(Dm). Jurnal Ners LENTERA, Vol.

5, No. 1, Maret 2017, 5(1), 77–95.

Sastra Lenni, Afrizal, M. A. (2018).

Hubungan Dukungan Sosial

dengan Manajemen Diri pada

Penderita Diabetes Melitus (DM)

Tipe 2. Jurnal Mercusuar, 1(Dm).

Shao, Y., Liang, L., Shi, L., Wan, C., &

Yu, S. (2017). The Effect of Social

Support on Glycemic Control in

Patients with Type 2 Diabetes

Page 100: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Lenni Sastra, Lola Despitasari

| FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG

MEMPENGARUHI SELF CARE MANAGEMENT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE

2 DI POLIKLINIK KHUSUS PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

65

Mellitus : The Mediating Roles of

Self-Efficacy and Adherence,

2017.

Smeltzer. (2010). Buku Ajar

Keperawatan Medikal-Bedah.

Stevia, B. C. (2016). Hubungan

Pengetahuan Tentang Diabetes

Mellitus Dengan Kadar Gula

Darah Puasa Pada Komunitas

Diabetes Mellitus Prodia Gading

Serpong Tangerang Tahun 2016.

Digilib.esaunggul.ac.id.

WHO. (2016). Diabetes Mellitus.

Xu Y1, Pan W, L. H. (2010). Self-

management practices of Chinese

Americans with type 2 diabetes.

NCBI.

Page 101: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. XI, No. 1. Maret 2018 40

HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA

DENGAN KEMAMPUAN SELF-CARE PADA PASIEN DM TIPE 2

DI PUSKESMAS CILACAP TENGAH 1 DAN 2

The Relationship Between Characteristics, Knowledge And Family Support With Self-Care

Ability In Type 2 Diabetes Melitus (Dm) Patients In Cilacap Center Public Health Care

Dewi Prasetyani1*, Evy Apriani2, Yuni Sapto Edhy Rahayu3

[email protected]

ABSTRAK

Diabetes Melitus (DM) dan komplikasinya telah menjadi masalah kesehatan masyarakat

dan merupakan penyebab yang penting dari angka kematian, kesakitan dan kecacatan di dunia.

Lebih dari 50% pasien DM mengalami komplikasi. Komplikasi dapat dicegah dengan

penatalaksanaan self-care DM yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

hubungan karakteristik dengan kamampuan self-carepada pasien DM tipe 2 di Puskesmas

Cilacap Tengah 1 dan 2. Rancangan penelitian cross sectional dengan melibatkan 152

responden anggota Prolanis. Peneliti menggunakan kuesioner Summary Diabetes Self-Care

Activities (SDSCA) untuk mengukur kemampuan self-care.. Analisis data menggunakan uji chi

square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara umur (p-value

0,021), pengetahuan (p-value 0,019) dan dukungan keluarga (p-value 0,030) dengan

kemampuan self-care pasien DM tipe 2 di Puskesmas Cilacap Tengah 1 dan 2. Rekomendasi

dari penelitian ini adalah perlu adanya pengembangan program edukasi yang sudah ada dengan

lebih terstruktur dan menggunakan metode yang lebih menarik serta melibatkan keluarga. Perlu

peningkatan kompetensi perawat edukator DM dalam memberikan edukasi kepada pasien DM.

Kata kunci : Diabetes Melitus tipe 2, karakteristik, pengetahuan, dukungan keluarga,

kemampuan self-care

ABSTRACT

DM and its complication have become a public health problem and are an important

cause of mortality, morbidity and disability in the world. More than 50% type 2 DM patients

have complications.Self-care diabetes management can prevent complications.This study aims

to identify the relationship between characteristics and self-care ability in type 2 DM in Cilacap

Tengah Central Health Center. Cross sectional study design involving 152 respondent.

Researcher use questionnaires The SummaryDiabetes Self-Care Activities (SDSCA) to measure

self-care abilty. Data analysis using chi square test. The results showed that there was

significant correlation between age (p value 0,021), knowledge (p value 0,019) and support (p

value 0,030) with self-care ability in type 2 DM patients in Cilacap Tengah Central Health

Center. Recommendation from this research is educational programs need to be developed in

order to be more structured and use more interesting methods. Need to increase the competence

of educator DM nurse in giving education to DM patients.

Keywords: Type 2 diabetes mellitus, characteristic, knowledge, family support, self-care ability

Page 102: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. XI, No. 1. Maret 2018 41

PENDAHULUAN

Diabetes Melitus (DM) merupakan

penyakit kronis yang ditandai dengan

hiperglikemia dan intoleransi glukosa. Hal

ini terjadi karena kelenjar pankreas tidak

mampu memproduksi insulin secara

adekuat atau karena tubuh tidak mampu

menggunakan insulin yang diproduksi

secarar efektif atau keduanya (Black &

Hawks, 2005).

Secara garis besar DM

diklasifikasikan menjadi 2 yaitu DM tipe 1

dan DM tipe 2 (American Diabetes

Association, 2013). DM tipe 2 merupakan

DM dengan tingkat prevalensi tertinggi

dibandingkan DM tipe 1. Hasil survey

World Health Organization (WHO) terjadi

peningkatan jumlah pasien diabetes tipe 2

di dunia setiap tahunnya dan diprediksi

akan mencapai angka 366 juta orang pada

tahun 2030 (WHO, 2014). Indonesia

menempati peringkat keempat untuk di

dunia dan kedua terbesar di Asia yaitu

sebesar 8.4 juta jiwa pada tahun 2000

(WHO, 2014). Pada tahun 2014, jumlah

pasien diabetes tipe 2 di Indonesia sebesar

9 juta jiwa. Angka-angka tersebut

menunjukkan bahwa jumlah pasien

diabetes tipe 2 di Indonesia sangat besar dan

akan terus mengalami peningkatan sebesar

2-3 kali lipat sampai tahun 2030.

DM yang tidak dikelola dengan baik

akan mengakibatkan terjadinya berbagai

penyulit seperti, penyakit serebrovakuler,

penyakit jantung koroner, penyakit

pembuluh darah tungkai, penyulit pada

mata, ginjal dan saraf. Hasil penelitian

Soewondo et al. (2013) tentang kejadian

komplikasi DM di Indonesia menunjukkan

lebih dari 50% pasien DM tipe 2 mengalami

komplikasi.

Terjadinya komplikasi pada pasien

DM tipe 2 masih dapat dihambat atau

dicegah melalui pengendalian kadar gula

darah melalui penatalaksanaan DM

farmakologis dan non farmakologis (IDF,

2013; ADA, 2013). Tujuan pengobatan DM

akan berhasil jika pasien mampu memulai

dan melakukan aktivitas self-care secara

mandiri (Asselstine, 2011). Kemampuan

pasien melakukan self-care dengan tepat

dan sukses berhubungan erat dengan angka

morbiditas dan mortalitas dan secara

signifikan mempengaruhi produktivitas dan

kualitas hidup pasien DM (Ayele, 2012).

Hal ini didukung oleh hasil penelitian

Rantung, Yetti & Herawati (2015) yang

menuunjukkan bahwa peningkatan satu

satuan self-care akan meningkatkan

kualitas hidup pasien sebesar 6,1% setelah

dikontrol oleh jenis kelamin dan depresi.

Page 103: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. XI, No. 1. Maret 2018 42

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan karakteristik pasien

DM tipe 2 dengan kemampuan self-care.

Karakteristik pasien yang diteliti adalah

umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,

penghasilan, lama DM, pengetahuan,

dukungan, keberadaan model dan

pengalaman keberhasilan dalam

penatalaksanaan DM.

METODE

Rancangan penelitian yang

digunakan adalah cross sectional. Lokasi

penelitiandilakukan di Puskesmas Cilacap

Tengah 1 dan 2. Besar sampel adalah 152

orang yang diambil menggunakan teknik

total sampling. Pasien yang menjadi

responden dalam penelitian ini adalah

pasien DM tipe 2 yang menjadi anggota

prolanis di Puskesmas Cilacap Tengah 21

dan .

Alat ukur yang digunakan adalah

kuesioner tentang data demografi pasien,

yaitu tentang umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, lama DM,

penghasilan, pengetahuan tentang DM,

dukungan verbal dan pengalaman

keberhasilan. Sedangkan untuk self-care

peneliti menggunakan kuesioner Summary

of Diabetes Self-Care Activities (SDSCA)

yang dikembangkan oleh Toobert Hampson

dan Glasgow (2000).

Analisis yang digunakan pada

penelitian ini adalah analisis univariat

dengan analisis mean, medians standar

deviasi, minimum- maksimum untuk data

numerik (umur, lama DM) dan analisis

kategorik menggunakan frekuensi dan

persentase (jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, penghasilan, pengetahuan,

dukungan, pengalaman dan self-care).

Analisis bivariat menggunakan uji chi

square.

HASIL

Hasil penelitian menunjukkan rerata

usia responden 60,8 tahun. Sebagian besar

responden perempuan (66,4%), pendidikan

SMA/PT (51,3%), status pekerjaan

pensiunan dan ibu rumah tangga (84,9%).

Sebagian besar responden memiliki

penghasilan diatas UMR (58,6%), memiliki

pengetahuan yang baik tentang DM

(55,9%), mendapatkan dukungan persuasif

verbal yang baik (63,8%) dan memiliki

pengalaman keberhasilan yang baik dalam

penatalaksanaan DM (65,8%). Rata-rata

lama DM responden adalah 5,2 tahun.

Sedangkan kemampuan self-care

responden sebagain besar berada pada

kategori rendah (56,6%).

Hasil analisa menunjukkan terdapat

hubungan signifikan antara umur,

pengetahuan tentang DM dan dukungan

Page 104: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. XI, No. 1. Maret 2018 43

persuasif verbal dengan kemampuan self-

care pasien DM tipe 2. Hasil analisis data

disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Analisis hubungan karakteristik

dengan kemampuan self-care pasien DM

tipe 2 di Prolanis Puskesmas Cilacap

Tengah 1 dan 2

Variabel n % Mean p-value

Umur 152 60,84 0,021*

Jenis kelamin 0,569

Laki-laki 51 33,6

Perempuan 101 66,4

Pendidikan 0,389

SD/SMP 74 48,7

SMA/PT 78 51,3

Pekerjaan 1,000

PNS/Swasta/Wi

raswasta

23 15,1

Pensiunan/IRT 129 84,9

Penghasilan 0,296

≤UMR 63 41,4

>UMR 89 58,6

Lama DM 152 5,2 0,533

Pengetahuan 0,019*

Kurang 2 1,3

Sedang 65 42,8

Baik 85 55,9

Dukungan 0,030*

Kurang 55 36,2

Baik 97 63,8

Pengalaman 0,080

Kurang 52 34,2

Baik 100 65,8

Self-carre

Rendah 86 56,6

Baik 66 43,4

p-value*< α 0,05

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa rata-rata responden berumur 60,8

tahun. Hal ini sejalan dengan pendapat

Perkeni (2015/2017), bahwa kelompok usia

45 tahun ke atas adalah kelompok yang

beresiko tinggi mengalami DM. Hal ini juga

sesuai dengan pendapat Smeltzer dan Bare

(2008), bahwa umur sangat erat kaitannya

dengan kenaikan gula darah, dimana

semakin meningkat umur maka resiko

mengalami DM tipe 2 semakin tinggi.

Proses menua akan menyebabkan

perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia

tubuh yang salah satu dampaknya adalah

menurunnnya resistensi insulin. Menurut

WHO, setelah usia 30 tahun, kadar gula

darah akan naik 1-2 mg/dL/tahun pada saat

puasa, dan akan naik 5.6-13 mg/dL pada 2

jam setelah makan (Sudoyo, 2006).

Penambahan usia juga menyebabkan

perubahan homeostasis tubuh, termasuk

perubahan sel beta pancreas yang

menghasilkan insulin yang berdampak

meningkatnya kadar glukosa darah. pada

umur lebih dari 50 tahun akan terjadi

peningkatan kadar gula darah 5-10 mg/dl

setiap tahunnya (Black, et al., 2006). Pada

usia tua juga cenderung memiliki gaya

hidup yang kurang aktif dan pola makan

tidak seimbang.

Hasil penelitian menunjukkan ada

hubungan yang signifikan antara umur

dengan kemampuan self-care. Sejalan

dengan teori dan penelitian sebelumnya,

pasien yang berusia tua cenderung

mengalami penurunan fisik dan kognitif

yang dapat mempengaruhi kemampuannya

dan keaktifannya untuk melakukan

aktivitas self-care. Selain itu, timbulnya

Page 105: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. XI, No. 1. Maret 2018 44

komplikasi pada usia tua juga akan

mempengaruhi kemampuan pasien dalam

melakukan self-care. Kemampuan pasien

akan meningkat jika pasien aktif mengikuti

kegiatan-kegiatan yang dapat

meningkatkan pengetahuan dan motivasi

untuk melakukan aktivitas self-care, seperti

kegiatan Prolanis atau Persadia.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa mayoritas responden adalah

perempuan. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Hassanein et al (2016) yang

menunjukkan terdapat hubungan antara

jenis kelamin dengan kejadian DM tipe 2.

Tingginya kejadian DM pada perempuan

dapat disebabkan oleh adanya perbedaan

komposisi tubuh, perbedaan kadar hormon

seksual antara perempuan dan laki-laki

dewasa, gaya hidup dan tingkat stress

(Hassanein et al, 2016). Perempuan

memiliki jaringan adiposa lebih banyak

dibandingkan laki-laki. Hal ini dapat

diketahui dari perbedaan kadar lemak

normal antara laki-laki dan perempuan

dewasa, dimana pada laki-laki berkisar

antara 15 – 20% sedangkan pada

perempuan berkisar antara 20 – 25% dari

berat badan (Ernawati, et al., 2004)..

Lemak yang berlebih akan

menyebabkan peningkatan asam lemak

bebas dalam sel. Asam lemak ini akan

menurunkan translokasi transporter glukosa

ke membran plasma dan menyebabkan

resistensi insulin pada jaringan otot dan

adipose (Teixeria-Lemos, et al., 2011).

Lemak yang berlebih juga menyebabkan

otot lebih banyak menggunakan lemak

sebagai bahan bakarnya dibandingkan

glukosa.

Sebagian besar responden memiliki

tingkat pendidikan tinggi (SMA/Perguruan

Tinggi). Pendidikan merupakan faktor

penting untuk pasien DM terutama terkait

dengan pengertian pasien tentang

perawatan DM dan penatalaksanaan diri

untuk mengontrol kadar gula darah (Husein

et al., 2010). Pasien dengan pendidikan

tinggi akan memiliki sikap positif dan

terbuka dalam menerima informasi

sehingga pasien akan lebih aktif dalam

melakukan perawatan diri seperti aktivitas

self-care. Hasil analisis menunjukkan tidak

adanya hubungan antara pendidikan dengan

kemampuan self-care. Untuk dapat

melakukan rangkaian kegiatan self-care,

pasien tidak hanya membutuhkan

pendidikan tetapi juga membutuhkan

motivasi dan dukungan baik dari keluarga

maupun lingkungan. Motivasi dan

dukungan akan dapat meningkatkan

kepatuhan pasien dalam melakukan self-

care (Mayberry et al., 2012).

Penghasilan responden perbulan

rata-rata lebih dari Rp.1.200.000.

Berdasarkan Upah Minimum Rata-rata

(UMR) kabupaten Cilacap, rata-rata

Page 106: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. XI, No. 1. Maret 2018 45

penghasilan responden diatas UMR. Biaya

pengobatan DM dapat mempengaruhi

kemampuan pasien dalam melakukan self-

care (Zgibor, et al., 2002). Analisis

hubungan menunjukkan tidak ada

hubungan antara penghasilan dengan

kemampuan self-care DM. Tersedianya

fasilitas seperti BPJS dan PROLANIS

memberikan kemudahan bagi pasien DM

untuk rutin melakukan kontrol gula darah

sebagai salah satu aspek self-care (Perkeni,

2015). Dukungan sosial didapatkan pasien

melalui keikutsertaannya dalam Prolanis.

Dukungan sosial yang dimaksud adalah

dukungan dari teman sebaya yang sama-

sama menderita DM. Tersedianya fasilitas

kesehatan yang dapat dijangkau menjadi

faktor pemungkin seseorang untuk

menentukan perilaku, sedangkan adanya

dukungan sosial menjadi faktor penguat

seseorang untuk berperilaku, dalam hal ini

adalah perilaku self-care DM

(Notoatmodjo, 2007).

Rata-rata lama responden menderita

DM adalah 5,2 tahun. Hasil uji hubungan

menunjukkan tidak ada hubungan antara

lama DM dengan kemampuan self-care.

Lamanya pasien menderita DM

berpengaruh terhadap terjadinya

komplikasi. Komplikasi yang terjadi

menyebabkan kelemahan fisik sehingga

pasien tidak mampu melakukan self-care

secara tepat dan mandiri. Selain masalah

komplikasi, faktor kejenuhan karena

lamanya menderita DM juga dapat

mempengaruhi kemampuan dan kemauan

dalam melakukan self-care (Bertalina &

Purnama, 2016).

Sebagian besar responden memiliki

pengetahuan dan dukungan yang baik untuk

melakukan self-care. Hasil analisis

menunjukkan terdapat hubungan signifikan

antara pengetahuan dengan kemampuan

self-care pasien DM. Hal ini sejalan dengan

beberapa hasil penelitian lain yang

menunjukkan adanya hubungan signifikan

antara pengetahuan pasien DM dengan

kemampuan self-care (Ismonah, 2009;

Yuanita, et al, 2014; Kueh, et al, 2015).

Pengetahuan mempunyai pengaruh

sebagai dorongan awal seseorang dalam

berperilaku. Pengetahuan dapat menjadikan

seseorang memiliki kesadaran sehingga

akan berperilaku sesuai pengetahuan yang

dimiliki. Perubahan perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan bersifat langgeng

karena didasari oleh kesadaran mereka

sendiri bukan paksaan (Notoatmodjo,

2011).

Salah satu aspek yang memegang

peranan penting dalam penatalaksanaan

DM adalah edukasi sebagai langkah awal

pengendalian DM. Meningkatnya

pengetahuan pasien adalah salah satu

tercapainya tujuan edukasi. Peningkatan

pengetahuan pasien tentang penyakit DM

Page 107: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. XI, No. 1. Maret 2018 46

dan pengelolaannya mempunyai tujuan

agar pasien DM dapat merawat dirinya

sendiri sehingga mampu mempertahankan

hidup dan mencegah komplikasi lebih

lanjut (Mansjoer, 2001).

Sebagian besar responden memiliki

pengetahuan yang baik untuk melakukan

self-care. Hal ini menunjukkan program

edukasi DM dari Puskesmas sudah berjalan

dengan baik. Program edukasi dapat

ditingkatkan supaya lebih menarik dengan

memodifikasi metodenya, antara lain

dengan diskusi berkelompok, game tentang

self-management dan edukasi yang

digabungkan dengan afirmasi positif. Hal

ini telah dibuktikan oleh hasil penelitian

Prasetyani dan Apriani (2017), yang

menunjukkan bahwa diabetes self-

management education group ditambah

afirmasi positif dapat meningkatkan

kemampuan self-care pasien DM.

Hasil analisis juga menunjukkan

ada hubungan signifikan antara dukungan

keluarga dengan kemampuan self-care

pasien DM tipe 2. Hasil ini sejalan dengan

hasil penelitian Ismonah (2009) yang

menunjukkan bahwa ada hubungan

signifikan antara dukungan keluarga

dengan kemampuan self-care pasien DM,

dimana pasien yang mendapat dukungan

keluarga baik berpeluang 10 kali

melakukan self-care yang baik.

Demikian juga dengan hasil penelitian

Damayanti et al (2014), yang menunjukkan

adanya dukungan keluarga dalam

kemampuan pasien DM melakukan self-

care.

Coffman (2008) menyatakan bahwa

keluarga merupakan sumber pemberi

dukungan yang paling utama. Dukungan

keluarga berupa kehangatan dan

keramahan, dukungan emosioanl terkait

monitoring gula darah, diet dan

peningkatan aktivitas dapat meningkatkan

efikasi diri pasien sehingga mendukung

keberhasilan pasien dalam melakukan self-

care (Allen, 2006). Adanya dukungan

keluarga juga dapat mencegah munculnya

stress pada pasien DM, karena

menimbulkan perasaan aman dan nyaman

dan menumbuhkan rasa perhatian terhadap

dirinya sendiri serta meningkatkan motivasi

untuk melakukan self-care (Yusra, 2010).

Hasil penelitian yang menunjukkan

rendahnya kemampuan self-care pasien

DM meskipun memiliki tingkat

pengetahuan dan dukungan keluarga yang

baik kemungkinan disebabkan adanya

faktor-faktor lain yang mempengaruhi

kemampuan self-care yang tidak

dikendalikan oleh peneliti. Faktor-faktor

tersebut yang dapat mempengaruhi self-

care antara lain: stress, efikasi diri,

dukungan sosial dari petugas kesehatan,

budaya dan komplikasi.

Page 108: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. XI, No. 1. Maret 2018 47

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan rata-

rata umur respnden 60,8 tahun, mayoritas

berjenis kelamin perempuan dengan tingkat

pendidikan sebagian besar SMA atau

Perguruan Tinggi dan penghasilan perbulan

diatas UMR. Rata-rata lama menderita DM

5,2 tahun. Sebagian besar memiliki

pengetahuan dan dukungan keluarga yang

baik. Sebagian besar responden tidak

melakukan aktivitas self-care dengan baik.

Ada hubungan signifikan antara

umur, pengetahuan dan dukungan dengan

kemampuan self-care. Selanjutnya

ditemukan tidak ada hubungan signifikan

antara jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,

penghasilan dan lama DM dengan

kemampuan self-care.

SARAN

Saran bagi Prolanis Puskesmas

Cilacap Tengah 1 dan 2 adalah perlu

disempurnakan kembali program edukasi

yang sudah ada dengan lebih terstruktur dan

dilaksanakan dua kali sebulan mengikuti

jadwal kegiatan Prolanis. Edukasi yang

diberikan menitikberatkan pada aktivitas

self-care tentang diit, latihan fisik,

pengontrolan kadar gula darah dan

perawatan kaki. Metode edukasi tidak

selalu harus menggunakan lecture tetapi

dapat dimodifikasi dengan metode lain

seperti diskusi berkelompok, games tentang

DM dan self-management. Edukasi

dilakukan dengan melibatkan keluarga,

karena pentingnya dukungan keluarga bagi

kemampuan self-care pasien DM.

Bagi penelitian selanjutnya

diharapkan dapat memasukkan variabel lain

yang dapat mempengaruhi kemampuan

self-care pasien DM, antara lain: stress,

efikasi diri, dukungan sosial dari petugas

kesehatan, budaya dan komplikasi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada

Lembaga Penelitian dan Pengabdian

Masyarakat STIKES Al-Irsyad Al-

Islamiyyah Cilacap dan Jurnal Kesehatan

Al-Irsyad (JKA) atas terselenggaranya

penelitian ini

RUJUKAN PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA).

(2013). Standards of medical

care in diabetes. Diabetes Care,

36, 11 – 66

Allen. (2006). Support of diabetes from

family. Diakses dari

http//:www.buzzle.com/editorials

pada tanggal 10 Januari 2018

Asselstine, R.T.M. (2011). Disertasi Self-

care, social support and quality

of life in Asian and Pasific

Islanders with type 2 Diabetes.

Copyright 2012 by Proquest LLC

Ayele, K., Tisfa, B., Abebe, L., Tilahun, E.,

Girma, E. (2012). Self-care

Page 109: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. XI, No. 1. Maret 2018 48

behaviour among patients with

diabetes in Harari, Eastern

Ethiopia: The health belief model

perspective. Plos One. 7 (4). 1-6.

Diunduh pada tanggal 10 April

2017 dari

www.plosone.org/.../info%3Ado

i%2F10.1371.

Bertalina, Purnama. (2016). Hubungan

lama sakit, pengetahuan,

motivasi pasien dan dukungan

keluarga dengan kepatuhan diet

pasien Diabetes Mellitus. Jurnal

Kesehatan, Volume VII, Nomer

2, 329-340

Black, J.,M.& Hawks, J.H. (2005). Medical

surgical nursing (7th ed.). Saint

Louis : Elsevier Saunders

Coffman, M.J. (2008). Effects of tangible

social support and depression on

diabetes self-efficacy. Journal of

Gerontological Nursing, 34(4):

32-39

Damayanti, S., Nursiswati, Kurniawan T.

(2014). Dukungan keluarga pada

pasien Diabetes Melitus Tipe 2

dalam menjalankan self

management diabetes. Jurnal

Keperawatan Padjadjaran, Vol.

2, No.1: 43-50

Ernawati, F., Muhardiyatiningsih, Effendi,

R. & Herman, S. (2004). Profil

distribusi lemak tubuh dan lemak

darah dewasa di pedesaan dan

perkotaan. Penelitian Gizi

Makan (PGM), 27, 1 – 9

Hussein, R.N., Khther, S.A., Al-Hadithi,

T.S. (2010). Impact of diabetes in

physical an phsycological

aspects of quality of life of

diabetics in Erbil City,Iraq.

Duhoki Med. J 4 (2), 45-59.

Diunduh pada tanggal 18

Agustus 2017 dari

http://www.uod.ac/articles.files/

no6.9.pdf

International Diabetes Federation (IDF).

(2013). Diabetes facts and

figures. Diunduh pada tanggal 19

Februari 2015 dari

http://www.idf.org/diabetesatlas

Ismonah. (2009). Faktor-faktor yang

berhubungan dengan self-care

management pasien Diabetes

Melitus dalam konteks asuhan

keperawatan di Rumah Sakit

Panti Willasa Citarum Semarang.

Jurnal Keperawatan dan

Kebidanan (JIKK), Vol. 1, No. 1:

12-32

Kueh, Y.C., Morris, T., Ismail, A.A.S.

(2015). The effects of diabetes

knowledge and attitudes on self-

management and quality of life

among people with type 2

diabetes. Psychology Health and

Medicine, 22(2): 138-144

Mansjoer, A. (2001). Kapita selekta

kedokteran. Edisi 3 jilid I.

Jakarta: Media Aesculapius

FKUI

Mayberry, L. S. & Osborn, C. Y. (2014).

Family involvement is helpful

and harmful to patients’ self-care

and glycemic control. Patient

Education and Counseling, 97,

418 – 425

Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan

perilaku kesehatan. Cetakan 2.

Jakarta: PT Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan

masyarakat. Jakarta: PT. Rineka

Cipta

Page 110: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. XI, No. 1. Maret 2018 49

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

(Perkeni). (2015). Konsensus

pengendalian dan pencegahan

diabetes mellitus tipe 2 di

Indonesia 2015.

Prasetyani, D., Apriani, E. (2017).

Pengaruh Diabetes Self-

Management (DSME) Grup

ditambah afirmasi positif

terhadap kemampuan self-care

pasien DM tipe 2 di wilayah kerja

Puskesmas Cilacap Tengah 1 dan

2. Proceeding Annual Scientific

Forum Master of Nursing

Program Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

Ranting, J., Yetti, K., Herawati, T. (2015).

Hubungan self-care dengan

kualitas hidup pasien diabetes

mellitus (DM) di Persatuan

Diabetes Indonesia (Persadia)

Cabang Cimahi. Jurnal Skolastik

Keperawatan, 1(1): 38-51

Sudoyo, A., et al. (2006). Buku ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Jakarta.

Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia

Soewondo, P., Ferrario, A & Tahapary,

D.L. (2013). Chalanges in

diabetes management in

Indonesia : A literature review.

Globalization and Health,9, 1 -

17

Smeltzer, S.O. & Bare, B.G. (2008).

Brunner & Suddarth’s textbook

of medical surgical nursing.

Philadelphia, Lippincott

Williams & Wilkins

Teixeria-Lemos, Nunes S., Teixera F., Reis

F. (2011). Regular physical

exercise training assists in

preventing type 2 diabetes

development. Biomed Central

Cardiovascular Diabetology, 10

1-15.

Toobert, D.J., Hampson, S.E., Glasgow,

R.E. (2000). The summary of

diabetes self-care activities

measure: Result from 7 studies

and a revised scale. Diabetes

Care, 23(7): 943-50. Diunduh

pada tanggal 20 Mei 2017 dari

tps://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub

med/10895844

World Health Organization (WHO).

(2014). Global status reports on

noncommunicable diseases

2014. Diunduh pada tanggal 19

Februari 2015 dari

http://www.who.int

Zgibor, J.C. & Simmons, D. (2002).

Barriers to blood glucose

monitoring in a multiethnic

community. Diabetes Care, 25

(10), 1772-1777. Diunduh pada

tanggal 20 Mei 2017 dari

http://care.diabetesjournal.org/co

ntent/25/10/1772.full.pdf+html

Yusra. (2011). Hubungan antara dukungan

keluarga dengan kualitas hidup

pasien diabetes mellitus tipe 2 di

poliklinik Penyakit Dalam RSUP

Fatmawati Jakarta. Repository

UI.ac

Yuanita, A., Wantiyah, Susanto, T. (2014).

Pengaruh Diabetes Self-

Management Education (DSME)

terhadap resiko terjadinya ulkus

diabetik pada pasien rawat jalan

dengan Diabetes Melitus (DM)

Tipe 2 di RSD Dr. Soebandi

Jember. E-Jurnal Pustaka

Kesehatan, 2(1): 119-124

Page 111: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Rahmadani, et al, Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Perilaku Perawatan Diri….

e-Journal Pustaka Kesehatan, vol. 7 (no. 2), Mei 2019

120

Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Perilaku Perawatan Diri pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di

Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwates, Jember

(Correlation between Family Social Support and Self Care Behaviour in Client with Type 2 Diabetes Mellitus in the area of Kaliwates Public Health Center, Jember)

Wahyuningtias Rahmadani, Hanny Rasni, Kholid Rosyidi Muhammad Nur Fakultas Keperawatan Universitas Jember

Jl. Kalimantan No.37 Kampus Tegal Boto Jember. Telp./Fax. (0331) 323450 e-mail: [email protected]

Abstract

Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is a metabolic disease that can cause various chronic complications and they can be minimized by self-care. One of the factors that affect self-care in diabetic clients is family social support. The aim of the research was to analyze the correlation between family social support and self care behavior client with T2DM)in the area of Kaliwates public health center, Jember. This research applied an observational analytic design with cross-sectional approach. A total of 84 respondents were enrolled in this study by using purposive sampling technique. The data collection method used the HDFSS (Hensarling Diabetes Family Support Scale) and SDSCA (Summary of Diabetes Self Care Activity) questionnaires, it conducted on January 7th-22nd 2019. The data analysis used Spearman correlation test with a significance level of 0.05.The result showed that median of the family social support was 86 with a minimum value of 69 and a maximum value of 106, whereas the mean value of self-care behaviour was 2,27 days with a standard deviation of 0.45 days. There was a significant positive correlation between family sosial support and self-care behaviour (p value: 0.001; r; +0.378), meaning that the higher the level of family social support the better the self-care behaviour. This study suggests the importance of assessing family social support to improve self-care in clients with type 2 diabetes mellitus. Keywords: family social support, self-care behavior, type 2 diabetes mellitus

Abstrak

Diabetes Melitus tipe 2 (DMT2) merupakan penyakit metabolik yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronik, dan dapat diminimalisir dengan perawatan diri. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perawatan diri pada klien diabetes adalah dukungan sosial keluarga. Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan perilaku perawatan diri klien DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwates, Jember. Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sebanyak 84 responden dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner HDFSS (Hensarling Diabetes Family Support Scale) dan SDSCA (Summary of Diabetes Self Care Activity) yang dilaksanakan pada tanggal 7 – 22 Januari 2019. Analisis data menggunakan uji korelasi spearmen dengan tingkat signifikasi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai median dukungan sosial keluarga adalah 86 dengan nilai minimal 69 dan nilai maksimal 106 sedangkan nilai rata - rata perilaku perawatan diri adalah 2,27 + 0,45 hari. Terdapat hubungan signifikan yang bersifat positif antara dukungan sosial keluarga dan perilaku perawatan diri (p value: 0,001; r: +0,378). Hal ini berarti semakin tinggi nilai dukungan sosial keluarga maka semakin baik perilaku perawatan diri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pentingnya mengkaji dukungan sosial keluarga untuk meningkatkan perilaku perawatan diri klien DM tipe 2. Kata Kunci : Dukungan Sosial Keluarga, Perilaku perawatan diri, Diabetes melitus tipe 2

Page 112: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Rahmadani, et al, Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Perilaku Perawatan Diri….

e-Journal Pustaka Kesehatan, vol. 7 (no. 2), Mei 2019

121

Pendahuluan Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu

permasalahan kesehatan yang penting, karena masuk dalam empat prioritas penyakit tidak menular dan sebagai penyebab utama kecacatan hingga kematian [1]. Data kejadian DM menunjukkan sebanyak 425 juta orang dewasa mengidap DM dan jumlahnya diperkirakan akan meningkat sebesar 48% menjadi 629 juta orang pada tahun 2045 [2]. Prevalensi di dunia yang berkaitan dengan DM pada tahun 2017, Indonesia menduduki peringkat ke 6 setelah negara Cina, India, USA, Brazil, dan Mexico dengan jumlah 10,3 juta jiwa yang terdiagnosa diabetes, kejadian ini diperkirakan mengalami peningkatan dengan jumlah 16,7 juta jiwa pada tahun 2045 [3]. Provinsi jawa timur menduduki peringkat kelima dengan jumlah penderita DM sebanyak 2,1% [4].

Prevalensi DM tahun 2013 di Kabupaten Jember menduduki peringkat ketiga pengidap tertinggi sebesar 17,49% setelah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Hipertensi [5]. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kaliwates tahun 2018 dari bulan Januari sampai dengan bulan Juli jumlah kunjungan klien DM tipe 2 sebanyak 159 orang.

DM dikenal sebagai “lifelong disease” atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan selama rentang hidup kliennya sehingga dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Salah satu dari dampak yang muncul adalah meningkatnya potensi resiko komplikasi yang dapat mengakibatkan kematian [6].

Diabetes merupakan penyebab utama penyakit jantung, gagal ginjal, amputasi ekstremitas bawah dan kebutaan [7]. Masalah masalah terkait penyakit yang diderita oleh klien DM dapat diminimalisir saat penderita DM mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang baik untuk mengontrol penyakitnya, yaitu dengan perawatan diri [8].

Faktor yang mempengaruhi perawatan diri pada klien DM salah satunya adalah dukungan sosial keluarga [9]. Perencanaan pengelolaan diabetes harus dibicarakan secara terapeutik antara keluarga dan klien, sehingga keluarga menyadari pentingnya keikutsertaan dalam perawatan pasien diabetes [10].

Dukungan sosial keluarga dapat meningkatkan kemampuan penyandang DM tipe 2 untuk melakukan aktivitas perawatan diri [11]. Adanya dukungan sosial keluarga dapat menimbulkan perasaan nyaman dan aman, menumbuhkan rasa perhatian terhadap diri sendiri, serta meningkatkan motivasi dalam

menjalani pengobatan dan perawatan diri sehingga mencegah munculnya stress terhadap klien DM [12,13]. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa hubungan dukungan sosial keluarga dengan perilaku perawatan diri pada klien diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember. Metode Penelitian

Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling dengan purposive sampling yang sebelumnya dilakukan skrining MMSE (Mini Mental State Examination) serta kriteria inklusi dan eklusi. Jumlah sampel sebanyak 84 orang.

Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS) dan Summary of Diabetes Self-Care Activity (SDSCA). Pengambilan data dilakukan secara door to door dan dilaksanakan selama 2 minggu lebih 2 hari di wilayah kerja Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember yang meliputi Kelurahan Tegal Besar, Kelurahan Kaliwates, dan Kelurahan Kebonagung. Teknik analisa data menggunakan uji statistik spearman dengan signifikan 0,05. Hasil Karakteristik Responden Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Usia pada Klien

DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember (Januari, 2019; n=84)

Variabel Mean SD

Usia (tahun) 57,64 8,83

Tabel 1 menjelaskan distribusi klien DM Tipe 2 berdasarkan usia. rata-rata usia responden adalah 57,64 tahun dengan standar deviasi yakni 8.83 tahun. Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Lama

Terdiagnosa DM pada Klien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember (Januari, 2019; n=84)

Variabel Mean Median Min - Maks

Lama DM (tahun)

6 5 0,25 -15

Tabel 2 menjelaskan distribusi klien DM tipe 2

menurut lama terdiagnosa DM didapatkan nilai median yaitu 5 tahun, dengan nilai minimal 0,25 tahun dan maksimal 15 tahun.

Page 113: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Rahmadani, et al, Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Perilaku Perawatan Diri….

e-Journal Pustaka Kesehatan, vol. 7 (no. 2), Mei 2019

122

Tabel 3. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, dan Pekerjaan pada Klien DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember (Januari, 2019; n=84).

Variabel Jumlah %

1.Jenis Kelamin a. Laki-Laki 34 40,5 b. Perempuan 50 59,5

Total 84 100 2.Pendidikan Terakhir

a. Tidak Sekolah 23 27,4 b. SD 13 15,5 c. SMP 15 17,9 d. SMA 29 34,5 e. PT 4 4,8

Total 84 100 3.Pekerjaan

a. Tidak Bekerja 20 23,8 b. Ibu Rumah

Tangga 26 31,0

c. Wiraswasta 17 20,2 d. PNS/ Pensiunan 8 9,5 e. Pedagang 6 7,1 f. Karyawan

Swasta 6 7,1

g. Tukang Becak 1 1,2 Total 84 100

Tabel 3 diketahui bahwa distribusi klien DM

tipe 2 dari 84 responden berdasarkan jenis kelamin didapatkan jenis kelamin perempuan lebih banyak sebanyak 50 orang (59,5%) dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 34 orang (40,5%). Jika dilihat dari tingkat pendidikan terakhir klien DM tipe 2 paling banyak adalah SMA dengan jumlah 29 orang (34,5%) sedangkan paling sedikit adalah Perguruan Tinggi sebanyak 4 orang (4,8%). Dilihat dari jenis pekerjaan responden juga diketahui paling banyak yaitu ibu rumah tangga dengan jumlah 26 orang (31,0%). Dukungan Sosial Keluarga Tabel 4. Nilai Rerata Dukungan Sosial Keluarga pada

Klien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember ( Januari, 2019; n=84)

Variabel Mean Median Min – Maks

Dukungan Sosial

Keluarga

85,70 86 69 -106

Hasil yang didapatkan dari abel 4

menunjukkan bahwa nilai median dukungan sosial keluarga 86 sedangkan untuk nilai minimal

dukungan sosial keluarga adalah 69 dan nilai maksimal yaitu 106. Tabel 5. Nilai Rerata Indikator Dukungan Sosial Keluarga

pada Klien DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember (Januari, 2019; n=84)

Indikator Mean Median Min-Maks Dukungan Emosional

3,20

3,20

2,60 - 3,90

Dukungan Penghargaan

2,62

2,62

2,25 - 3,38

Dukungan Instrumental

3,13

3,12

2,38 - 3,88

Dukungan Informasi

2,53 2,66 1,67 - 4,00

Hasil yang didapatkan dari tabel 5,

menunjukkan bahwa nilai rata - rata yang tertinggi dari indikator dukungan sosial keluarga yaitu dukungan emosional dengan nilai rata – rata 3,20 selanjutnya nilai rata – rata terendah yaitu dukungan informasi dengan nilai 2,53. Tabel 6. Distribusi Responden berdasarkan kategori

Dukungan Sosial Keluarga pada Klien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember (N=84)

Variabel Jumlah %

Dukungan Sosial Keluarga Baik

82 97,6 %

Dukungan Sosial Keluarga Buruk

2 2,4 %

Tabel 6 menunjukkan bahwa variabel

dukungan sosial keluarga terhadap responden yang paling banyak yaitu dalam kategori baik sebanyak 82 orang (97,6%) dan untuk responden yang memiliki dukungan sosial keluarga buruk kepada klien DM tipe 2 sebanyak 2 orang (2,4%). Perilaku Perawatan Diri Tabel 7. Nilai Rerata Perilaku Perawatan Diri pada Klien

DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember (Januari, 2019; n= 84).

Variabel Mean SD Perilaku Perawatan Diri 2,27 0,45

Berdasarkan tabel 7 didapatkan bahwa hasil

nilai rata – rata variabel perilaku perawatan diri adalah 2,27 hari dalam seminggu dengan standar deviasi 0,45 hari.

Page 114: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Rahmadani, et al, Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Perilaku Perawatan Diri….

e-Journal Pustaka Kesehatan, vol. 7 (no. 2), Mei 2019

123

Tabel 8. Nilai Rerata Indikator Perilaku Perawatan Diri pada Klien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember (Januari, 2019; n = 84).

Variabel Mean SD Diet 4,47 0,65 Olahraga/Aktivitas Fisik 1,92 1,95 Pemeriksaan Kadar Gula Darah

0,71 0,65

Manajemen Obat 5,26 2,96 Perawatan Kaki 0,12 0,65

Tabel 8 menunjukkan bahwa setiap nilai

rata – rata indikator perilaku perawatan diri klien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Kaliwates nilai pertama tertinggi adalah manajemen obat dengan nilai 5,26 hari dalam seminggu selanjutnya di ikuti dengan diet atau pengaturan pola makan dengan nilai rata – rata 4,47 hari dalam seminggu. Sedangkan, untuk nilai rata – rata terendah yaitu pada perawatan kaki dengan nilai 0,12 hari dalam seminggu. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Perilaku Perawatan Diri. Tabel 9. Hasil Analisis Hubungan Dukungan Sosial

Keluarga dengan Perilaku Perawatan Diri pada Klien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember ( Januari, 2019; n = 84)

Variabel Perilaku Perawatan Diri Dukungan Sosial Keluarga

R 0,378 ρ Value 0,001 Arah Korelasi

+ (Positif )

Tabel 9 menunjukkan hasil analisis data

untuk mengetahui adanya korelasi antara dukungan sosial keluarga dengan perilaku perawatan diri menggunakan uji statistik spearmen rank dan didapatkan hasil p value = 0,001 yang berarti bahwa Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan perilaku perawatan diri. Nilai korelasi antara dua variabel tersebut sebesar 0,378 yang menunjukkan bahwa kekuatan hubungan lemah. Nilai korelasi positif, hal ini berarti semakin tinggi dukungan sosial keluarga maka akan semakin tinggi pula perilaku perawatan diri klien DM tipe 2. Pembahasan Karakteristik Responden

Hasil penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember pada 84 responden menunjukkan rata – rata usia

klien DM tipe 2 yaitu berusia 57,64 tahun. Berdasarkan hasil penelitian tersebut sejalan dengan konsep DM tipe 2 dimana usia lebih dari 45 tahun fungsi fisiologis dari manusia mengalami penurunan dengan cepat yang akan mempengaruhi fungsi dari sistem endokrin pancreas dalam memproduksi insulin [14].

Lebih dari separuh klien DM tipe 2 yaitu berjenis kelamin perempuan dibandingkan dengan laki - laki dengan jumlah 50 orang (59 %). Hasil penelitian tersebut sebanding dengan data statistik Riskesdas pada tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi DM lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki – laki. Prevalensi DM lebih tinggi terjadi pada perempuan dikarenakan pada prempuan secara fisik memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh (IMT) yang lebih besar sehingga perempuan lebih beresiko mengalami obesitas (kegemukan). [15].

Tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah SMA sebanyak 29 orang (34,5 %). Seseorang yang memiliki pendidikan lebih tinggi biasanya memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik tentang kesehatan sehingga memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatannya [16]. Namun, peneliti berpendapat bahwa pendidikan yang tinggi belum tentu membuat seseorang lebih peduli terhadap kesehatannya. Pada kenyataan di lapangan yang terjadi masih banyak orang orang yang berpendidikan tinggi mengabaikan kesehatannya dikarenakan sibuk dengan berbagai alasan. Dengan kesibukannya terkadang orang lupa terhadap pola hidup khususnya dalam pola makan, lebih memilih makanan yang cepat saji. Sehingga dari keadaan tersebut dapat meningkatkan resiko terjadinya DM tipe 2.

Jenis pekerjaan yang paling banyak yaitu ibu rumah tangga dengan jumlah 26 orang (31%). Sebagian besar ibu rumah tangga beresiko tinggi untuk menderita DM dikarenakan selain dari pekerjaan rumah tangga, ibu rumah tangga tidak pernah melakukan aktifitas fisik lain setiap harinya [17].

Rata rata lama klien menderita DM tipe 2 di adalah selama 6 tahun. Klien yang hidup dengan diabetes lebih dari 10 tahun memiliki praktik perawatan diri yang baik [18]. Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Kaliwates dapat dikatakan jika rerata lama menderita DM selama 6 tahun masih tergolong sebentar dari pada lama terdiagnosa lebih dari 10 tahun sehingga perilaku perawatan diri klien DM tipe 2 belum dilakukan secara optimal. Dukungan Sosial Keluarga

Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas kaliwates didapatkan nilai median

Page 115: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Rahmadani, et al, Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Perilaku Perawatan Diri….

e-Journal Pustaka Kesehatan, vol. 7 (no. 2), Mei 2019

124

responden pada variabel dukungan sosial keluarga adalah 86 dengan nilai minimal 69 dan maksimal 106. Tingkat dukungan sosial keluarga pada penelitian ini, paling banyak berada pada dukungan sosial keluarga baik dengan jumlah 82 orang (97,6%) dan hanya 2 orang (2,4%) yang memiliki dukungan sosial keluarga buruk.

Hasil tersebut didukung oleh penelitian lainnya dimana menjelaskan bahwa nilai median dukungan sosial keluarga klien DM tipe 2 adalah 86,4 [19]. Penelitian serupa klien DM tipe 2 di makasar di dapatkan hasil bahwa responden terbanyak mendapat dukungan sosial keluarga baik dengan jumlah 21 orang dari 22 responden (95,45 %) dan hanya 1orang (4,55%) yang memiliki dukungan sosial keluarga buruk [20].

Indikator tertinggi yaitu pada dukungan emosional dimana hasil yang diperoleh yaitu rata – rata nya dengan nilai 3,20. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata – rata responden sering menerima dukungan emosional dari keluarga. Dukungan emosional yang diberikan oleh keluarga berisikan tentang bagaimana keluarga mengerti masalah dan mendengarkan keluhan klien bercerita tentang diabetes yang dialami, memberikan kenyamanan dalam memahami jika klien sedih dengan diabetes, serta keluarga mengerti untuk membantu dalam mengatasi diabetes nya. Dukungan emosional yang diberikan oleh keluarga dapat memberikan kenyamanan dan dorongan ketika klien DM tipe 2 menghadapi frustasi atau kesusahan selama perawatan diabetes [21].

Indikator terendah dari variabel dukungan sosial keluarga yaitu dukungan informasi dengan nilai rata – rata 2,53 yang artinya klien DM tipe 2 jarang mendapatkan dukungan informasi dari keluarga. Dukungan informasi yang rendah dikarenakan masih banyak dari keluarga yang masih belum paham mengenai penyakit DM secara mendasar. Selain itu, dukungan informasi rendah juga dikarenakan kurang nya motivasi keluarga untuk mengikuti kegiatan penyuluhan di masyarakat terkait DM yang dilakukan oleh puskesmas Kaliwates melalui kegiatan posbindu yang melibatkan peran serta kader kesehatan yang seharusnya dapat meningkatkan pengetahuan keluarga dalam memberikan informasi terkait penyakit DM pada klien DM. Perilaku Perawatan Diri

Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas kaliwates menunjukkan bahwa rata – rata nilai perilaku perawatan diri klien DM tipe 2 adalah 2,27 hari dalam seminggu. Hal tersebut menunjukkan bahwa perilaku perawatan

diri belum dilakukan secara optimal, dikarenakan belum dilakukan secara rutin dalam 7 hari.

Indikator terendah variabel perawatan diri dalam hasil penelitian ini adalah perawatan kaki dengan nilai rata – rata 0,12 hari. Hal ini memiliki arti bahwa dalam seminggu klien DM tipe 2 tidak pernah melakukan perawatan kaki. Hambatan dari klien DM jarang melakukan perawatan kaki dikarenakan munculnya rasa malas, dan tidak patuh dalam melakukan perawatan kaki karena harus menggunakan kaos kaki dan sandal atau sepatu yang sesuai. Faktor lain yang dapat mempengaruhi perawatan kaki ialah kondisi lingkungan disekitar tempat tinggal responden.

Indikator tertinggi perawatan diri yaitu manajemen konsumsi obat dengan rata rata 5,26 hari yang artinya responden mengkonsumi obat selama 5 hari dalam seminggu. Klien yang memiliki kepercayaan mengenai bentuk dari penyakitnya memiliki pengaruh yang besar terhadap keinginan mereka untuk mengikuti saran kesehatan dalam melakukan terapi pengobatan [22]. Kepatuhan dalam minum obat yang terjadi pada klien DM tipe 2 dikarenakan mereka mempunyai kesadaran dan memiliki pemahaman yang baik tentang pentingnya mengkonsumsi obat OHO, supaya kadar glukosa darah tetap dalam rentang normal [23]. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Perilaku Perawatan Diri pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2

Hasil uji statistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan perilaku perawatan diri klien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember. Hasil tersebut dibuktikan dengan nilai p value = 0,001. Dukungan sosial keluarga dan perilaku perawatan diri memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kekuatan yang lemah. Nilai korelasi bersifat positif yang berarti semakin tinggi dukungan sosial keluarga semakin tinggi pula perilaku perawatan diri pada klien DM tipe 2.

Dukungan sosial keluarga merupakan sumber dalam perubahan perilaku kesehatan mengenai perawatan diri diabetes. Diantara masyarakat, keluarga merupakan salah satu anggota yang dapat memberikan dukungan sosial untuk perawatan diri klien DM tipe 2 [24,25]. Hal ini sejalan dengan penelitian lain yang menyatakan bahwa salah satu manajemen penyakit DM yaitu perawatan diri, dalam perawatan diri klien DM tipe 2 juga diperlukan dukungan dari keluarga secara positif sehingga dapat mempengaruhi outcome yang baik [26]. Dukungan sosial keluarga mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku perawatan diri pada klien DM tipe 2,

Page 116: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Rahmadani, et al, Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Perilaku Perawatan Diri….

e-Journal Pustaka Kesehatan, vol. 7 (no. 2), Mei 2019

125

dengan adanya intervensi yang fokus pada peningkatan dukungan sosial dari keluarga dan perawatan diri dalam mengontrol diabetes nya akan lebih efektif dalam meningkatkan kontrol glikemik [27]. Simpulan dan Saran

Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan perilaku perawatan diri klien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember. Nilai korelasi bersifat positif yang berarti semakin tinggi dukungan sosial keluarga maka semakin tinggi perawatan diri klien DM tipe 2. Hubungan dari ke dua variabel bersifat lemah.

Perawat perlu dalam melakukan intervensi tidak hanya fokus pada klien DM tipe 2, melainkan juga memberikan edukasi kepada keluarga bahwa dukungan sosial keluarga sangat mempengaruhi perawatan diri dari klien DM tipe 2. sehingga dapat memberikan intervensi guna mempertahankan perawatan diri klien melalui dukungan sosial keluarga. Daftar Pustaka [1] World Health Organization. Global report

on diabetes. [Intenet]. World Health Organization; 2016 [cited 18 September 2018]. Available from: http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/204871/9789241565257_eng.pdf

[2] International Diabetes Federation. Diabetes atlas [Internet]. America : International Diabetes Federation; 2017 [cited 10 September 2018]. Available from: http://www.diabetesatlas.org/

[3] International Diabetes Federation. Diabetes atlas [Internet]. America : International Diabetes Federation; 2017 [cited 10 September 2018]. Available from: http://www.diabetesatlas.org/

[4] Badan Penelitian dan Pengembangan. Riset kesehatan dasar (riskesdas) [Internet]. 2013 [cited 15 September 2018] 1(384). Available from: http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf

[5] Jember. Laporan Kunjungan (lbi) Kabupaten Jember tahun 2015. Jember : Dinas Kesehatan Kabupaten Jember; 2017.

[6] Sutandi A. Manajemen self management education sebagai metode alternatif dalam perawatan mandiri pasien diabetes melitus di dalam keluarga [Internet]. 2012 [cited 18 Juli 2018]; 29 (321). Available from: https://ejournal.jurwidyakop3.com/index.ph

p/majalah-ilmiah/article/view/64/61 [7] International Diabetes Federation. Diabetes

atlas [Internet]. America : International Diabetes Federation; 2015 [cited 10 September 2018]. Available from: http://www.diabetesatlas.org/

[8] Kusniawati. Analisis faktor yang berkonstribusi terhadap self care diabetes pada klien diabetes melitus tipe 2 di rumah sakit umum tangerang. Tesis. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister Keperawatan Universitas Indonesia; 2011.

[9] Sonsona JB. Factors influencing diabetes self-management of filipino americans with type 2 diabetes mellitus : a holistic approach. Dissertations. Walden University; 2014.

[10] American Diabetes Association. Standards of medical care in diabetes. The Journal of Clinical and Applied Research and Education. [Internet]. America; 2015. [cited 15 September 2018]. Available from: http://www.bvs.hn/Honduras/UICFCM/Diabetes/Diabetes.Care-1.pdf

[11] Naderimagham. Development and psychometric properties of a new social support scale for self-care in middle-aged patients with type II diabetes. BMC Publich Health [Internet]. 2012 [cited 19 September 2018]; 12(10). Available from: https://bmcpublichealth.biomedcentral.com/track/pdf/10.1186/1471-2458-12-1035

[12] Yusra, A. Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2 di poliklinik penyakit dalam rumah sakit umum pusat fatmawati jakarta. Tesis. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister Keperawatan Universitas Indonesia; 2011.

[13] Tamara E, Bayhakki, & Nauli FA. Hubungan antara dukungan keluarga dan kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe 2 di rsud arifin achmad provinsi riau. JOM [Internet]. 2016 [cited 15 Juni 2018];(2):[pp1–7]. Available from:https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/view/3433/3329

[14] National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Risk factors for type 2 diabetes [Internet]. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases; 2016 [20 September 2018]. Available from: https://www.niddk.nih.gov/healthinformation/diabetes/overview/risk-factors-type-2-diabetes

[15] Irawan D. Prevalensi dan faktor – faktor risiko kejadian diabetes melitus tipe 2 di daerah urban indonesia (analisis data sekunder riskesdas 2007). Tesis. Fakultas Kesehatan

Page 117: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Rahmadani, et al, Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Perilaku Perawatan Diri….

e-Journal Pustaka Kesehatan, vol. 7 (no. 2), Mei 2019

126

Masyarakat. Universitas Indonesia; 2010. [16] Irawan D. Prevalensi dan faktor – faktor

risiko kejadian diabetes melitus tipe 2 di daerah urban indonesia (analisis data sekunder riskesdas 2007). Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia; 2010.

[17] Patil RS, & Gothankar JS. Assessment of risk of type 2 diabetes using the indian diabetes risk score in an urban slum of pune, maharashtra, india: a cross-sectional study. Journal of Publich Health. [Internet]. 2016 April [cited 25 Januari 2019]; 5 (1). Available from: http://www.who-seajph.org/temp/WHOSouthEastAsiaJPublicHealth51531262609_033026.pdf

[18] Gurmu Y, Gela D, & Aga F. Factors associated with self-care practice among adult diabetes patients in west shoa zone, oromia regional state , ethiopia. BMC Health Srvice Research [Internet]. 2018 [cited 10 September 2018]; 4 (11). Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.go v/pmc/articles/PMC6154910

[19] Ramadhani DY, Agusman F, & Hadi R. Karakteristik dukungan keluarga dan efikasi diri pada lanjut usia diabetes melitus tipe 2 di kelurahan padangsari semarang. Jurnal Ners Lentera [Internet]. 2016 [cited 25 Januari 2019]; 4 (2). Available from: https://media.neliti.com/media/publications/231996-karakteristik-dukungankeluarga-dan-efik-9780ef88.pdf

[20] Buraena S, As’ad S, Aman AM, Nurdin AA, & Ramadany S. The effect of education against glycemic control in type 2 diabetes mellitus: studies of family support and compliance treatment supervision. International journal of sciences: basic and applied eesearch [Internet]. 2016 [cited 24 Januari 2019]; 29 (03). Available from: https://pdfs.semanticscholar.org/9fd7/4728ca264a2be8e2d4158e0c07e7d3880f66.pdf

[21] Baig AA, Benitez A, Quinn MT, & Burnet DL. Family interventions to improve diabetes outcomes for adults. HHS Public access [Internet]. 2015 [cited 24 Januari 2019]; 1353 (1). Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4624026/pdf/ nihms 701902.pdf

[22] Home R. Pharmacy practice. School of pharmacy, University London, London UK; 2005.

[23] Kusniawati. Analisis faktor yang berkonstribusi terhadap self care diabetes pada klien diabetes melitus tipe 2 di rumah sakit umum tangerang. Tesis. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister Keperawatan Universitas Indonesia; 2011.

[24] Fisher L, Chesla CA, & Bartz RJ. The family and type 2 diabetes : a framework for intervention. The diabetes educator. [Internet]. 1998 [cited 20 Januari 2019]; 24 (5). Available from: https://www.ncbi.nlm.nih. gov/pubmed/9830956

[25] Tang TS, Brown MB, Funnell MM, Anderson MT. Social support, quality of life, and self-care behaviors among african americans with type 2 diabetes. The diabetes educator [Internet]. 2008 [cited 20 Januari 2019]; 34 (2). Available from: https://www.ncbi.nlm.nih. gov/pubmed/18375776

[26] Baig AA, Benitez A, Quinn MT, & Burnet DL. Family interventions to improve diabetes outcomes for adults. HHS Public access [Internet]. 2015 [cited 24 Januari 2019]; 1353 (1). Available from: https://www.ncbi.nlm. nih.gov/pmc/articles/PMC4624026/pdf/ nihms 701902.pdf

[27] Mohebi S, Parham M, Sharifirad G, Gharlipour Z, Mohammadbeigi A, Rajati F. Relationship between perceived social support and self-care behavior in type 2 diabetics: A cross sectional study. Journal of Education and Health Promotion [Internet] 2019 [cited 26 Januari 2019]; 7. Available from:https://www.ncbi.nlm.nih.Gov/pmc/articles/PMC5903155/

Page 118: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 2, September 2016 37

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN SELF-CARE

PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

Family Support Relationship with Self-Care Ability of Patients in Type 2 Diabetes Mellitus

Dewi Prasetyani

1* Sodikin

2

1,2 STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

Jl. Cerme No. 24 Sidanegara Cilacap

*Alamat Korespondensi : [email protected]

ABSTRAK

Self-care merupakan hal penting pada pengelolaan Diabetes Melitus (DM) tipe 2 yang

bertujuan untuk mengendalikan kadar gula darah. Perawatan DM tipe 2 membutuhkan waktu

yang cukup lama sehingga dapat menimbulkan kebosanan, kejenuhan bahkan frustasi pada

pasien. Oleh karena itu, diperlukan motivasi baik internal maupun eksternal bagi pasien untuk

dapat melakukan self-care diabetes dengan baik. Salah satu bentuk motivasi eksternal adalah

dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga

dengan kemampuan self-care pasien DM tipe 2. Desain penelitian adalah cross sectional

dengan jumlah sampel 24 orang yang diambil dengan menggunakan teknik total sampling.

Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data hasil penelitian menggunakan

uji regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan self care pasien

DM tipe 2 masih sangat rendah, yaitu rata-rata melakukan self care diabetes hanya 2.5 hari

selama satu minggu. Dukungan keluarga pada pasien DM tipe 2 juga rendah (41.7%). Hasil

analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga

dengan kemampuan self care pasien DM tipe 2 (pv = 0.290 : α =0.05).

Kata kunci : diabetes melitus tipe 2, dukungan keluarga, self care diabetes

ABSTRACT

Self care is critical in the management of diabetes melitus type 2, which aims to control

blood glucose levels. Type 2 diabetes treatment requires quite a long time so that it can lead

to boredom, burnout and even frustrating for patients. Therefore it is necessary both internal

and external motivation for patients to be able to perform self care diabetes well. One of the

external motivation is family support. The study aims to know the relationship between family

support and self care diabetes type 2 diabetes melitus patients. The results showed that the

ability of self care diabetes type 2 patients is very low, it was approximately done in average

of 2.5 days in a week. Family support for type 2 diabetes melitus patients is low (41.7%). The

study used the cross sectional method. Twenty-fourth respondents were determined using a

total sampling technique. The results of data analysis using simple linear regression showed

there is no significant relationship between family support with self care diabetes (pv = 0.290

: α =0.05).

Keywords: family support, self care diabetes, type 2 diabetes melitus

Page 119: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 2, September 2016 38

PENDAHULUAN

Indonesia menempati peringkat

keempat untuk jumlah pasien DM tipe 2

terbanyak di dunia serta kedua terbesar di

Asia. Peningkatan jumlah pasien DM tipe 2

di Indonesia tergolong tinggi yaitu sekitar 6

% per tahun, sehingga WHO memperkirakan

bahwa pada tahun 2030 jumlah pasien DM

tipe 2 di Indonesia akan meningkat menjadi

21,3 juta jiwa (World Health Organization,

2014).

DM dapat menyebabkan komplikasi

apabila seseorang dengan DM tidak mampu

melakukan kontrol gula darah dengan baik

(International Diabetes Federation, 2013).

Komplikasi yang terjadi dapat memperburuk

kondisi dan menurunkan kualitas hidup

pasien (Inzucchi et al., 2005). Berbgai

penelitian menunjukkan bahwa kontrol gula

darah yang baik dapat menurunkan

komplikasi (DCCT, 2002: International

Diabetes Federation, 2013).

Upaya pengendalian gula darah

menjadi tanggung jawab pasien melalui

tindakan self-care DM. Aktivitas dalam self-

care DM antara lain adalah dengan

melakukan pengaturan diet, meningkatkan

aktivitas fisik, kontrol gula darah rutin dan

minum obat secara teratur (Perkeni, 2013).

Diabetes merupakan penyakit kronis

yang memerlukan terapi dan perawatan untuk

waktu yang cukup lama dan dapat

menimbulkan kebosanan, kejenuhan bahkan

frustasi pada pasien. Oleh karena itu,

diperlukan motivasi baik intenal maupun

eksternal bagi pasien untuk dapat menjalani

semua proses terapi dan perawatan diabetes.

Motivasi eksternal salah satunya adalah

dukungan keluarga.

Beberapa penelitian menunjukkan hasil

yang berbeda tentang hubungan dukungan

keluarga dengan kemampuan self-care DM.

Hasil penelitian Misra & Lager (2008),

menunjukkan bahwa dukungan keluarga

yang tinggi dapat meningkatkan penerimaan

pasien terhadap penyakitnya, sehingga dapat

mengurangi kesulitan pasien dalam

melakukan aktivitas self-care dan pada

akhirnya dapat meningkatkan kontrol gula

darah pasien sehingga kualitas hidupnya

meningkat. Hal yang berbeda ditunjukkan

dari hasil penelitian Prasetyani (2015),

bahwa tidak ada hubungan signifikan antara

dukungan keluarga dengan kemampuan

kontrol gula darah pasien DM. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan

dukungan keluarga dengan kemampuan self-

care pasien DM tipe 2.

METODE

Penelitian cross sectional ini dilakukan

di Prolanis Puskesmas Cilacap Tengah 1.

Besar sampel 24 orang yang diseleksi

menggunakan teknik total sampling. Pasien

yang menjadi responden dalam penelitian ini

adalah pasien DM tipe 2 yang anggota

Page 120: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 2, September 2016 39

Prolanis Puskesmas Cilacap Tengah 1,

sedang tidak mengalami penyakit infeksi,

tidak menggunakan obat golongan

kortikosteroid dan memiliki hasil

pemeriksaan gula darah selama 3 bulan

terakhir.

Alat pengumpul data yang digunakan

adalah kuesioner yang terdiri dari kuesioner

karakteristik demografi responden tentang

usia, jenis kelamin, pendidikan, kadar gula

darah 3 bulan terakhir, durasi DM dan jenis

terapi DM. Variabel dukungan keluarga

dinilai menggunakan kuesioner Diabetes

Family Behavior Checklist-II (DFBC-II).

Kemampuan self-care pasien DM dinilai

menggunakan kuesioner Summary of

Diabetes Self-Care Activities (SDSCA) yang

dikembangkan oleh Toobert et al (2000). Uji

statistik analisis bivariat dalam penelitian ini

menggunakan uji regresi linear sederhana.

HASIL

Responden dalam penelitian ini

sejumlah 24 orang penderita DM tipe 2 yang

menjadi anggota Prolanis Puskesmas Cilacap

Tengah 1. Hasil olah data menunjukkan

bahwa dari 24 responden tersebut terdapat

45.8% perempuan, 54.2% laki-laki, umur 48

± 76 tahun, lama menderita DM 2 ± 14

tahun. Sebagian besar menggunakan obat

hiperglikemik oral (75%), injeksi insulin

20.8% dan 4.2% menggunakan obat

kombinasi oral dan injeksi. Mayoritas

responden memiliki pengetahuan baik

tentang DM (87.5%). Sebagian besar

responden memiliki dukungan keluarga

kurang (58.3%), fluktuasi kadar gula darah 3

bulan terakhir 81 ± 351 g/dl dengan rata-rata

kadar gula darah adalah 188.6 gr/dl.

Kemampuan self care responden rata-rata 2,5

hari dengan rentang minimum 0,2 hari dan

maksimum 5,5 hari. Karakteristik demografi

pasien ditunjukkan pada tabel 1.

Tabel 1. Karateristik demografi pasien DM

tipe 2 di Prolanis Puskesmas Cilacap Tengah

1

Frek (%) Mean p-

value

Jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan

Jenis obat DM

Oral

Injeksi insulin

Kombinasi

Pengetahuan

Kurang

Baik

Dkgn keluarga

Kurang

Baik

Umur

Lama DM

Self-care DM

Gula darah 3

bulan terakhir

13 (54.2%)

11 (45.8%)

18 (75%)

5 (20.8)

1 (4.2%)

3 (12.5%)

21 (87.5)

14 (58.3%)

10 (41.7%)

68.8

6.8

2.5

188.6

0.290

0.159

0.642

Hasil analisis regresi linear

menunjukkan tidak ada hubungan signifikan

antara dukungan keluarga dengan

kemampuan self-care DM (p = 0.290; α =

0.05).

Page 121: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 2, September 2016 40

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

rata-rata usia responden adalah 63.8 Usia

sangat erat kaitannya dengan kenaikan gula

darah, dimana semakin meningkat usia maka

resiko mengalami DM tipe 2 semakin tinggi.

Proses menua akan menyebabkan perubahan

anatomi, fisiologi dan biokimia tubuh yang

salah satu dampaknya adalah meningkatnya

resistensi insulin. Menurut WHO, setelah

usia 30 tahun, kadar gula darah akan naik 1-2

mg/dL/tahun pada saat puasa, dan akan naik

5.6-13 mg/dL pada 2 jam setelah makan

(Sudoyo, 2006).

Tidak adanya hubungan antara lama

DM dengan self care DM disebabkan oleh

adanya semangat dan tanggung jawab yang

tinggi dari pasien yang baru terdiagnosa DM

untuk mengontrol penyakitnya melalui

aktivitas self care DM. Sedangkan bagi

pasien yang telah lama terdiagnosa DM

sudah beradaptasi dengan penyakitnya

sehingga aktivitas self care sudah menjadi

kebiasaan yang dilakukannya sehari-hari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dukungan keluarga pada pasien DM kurang

dan setelah dilakukan analisa bivariat

didapatkan bahwa tidak ada hubungan

signifikan antara dukungan keluarga dengan

kemampuan self care DM pada pasien DM

tipe 2. Sedangkan untuk variabel kemampuan

self care pada pasien DM tipe 2 didapatkan

hasil bahwa rata-rata aktivitas self care

pasien DM adalah 2.5 hari dengan rentang

waktu antara 2 hingga 5.5 hari dalam

seminggu. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa kemampuan self care

pada pasien DM masih rendah.

Self care DM merupakan tindakan

yang dilakukan perorangan untuk mengontrol

DM yang terdiri dari pengaturan makan

(diet), peningkatan aktivitas fisik (olah raga),

monitroring gula darah, minum obat teratur

dan perawatan kaki (Sigurdardottir, 2005).

Aktivitas ini sebaiknya dilakukan secara

konsisten tujuh hari dalam seminggu kecuali

untuk latihan fisik yang dapat dilakukan

minimal 3 – 5 hari per minggu. Hasil

penelitian menunjukkan setiap aktivitas self

care DM belum dilakukan secara penuh 7

hari dalam seminggu. Keseluruhan aspek self

care DM saling mendukung dan harus

dilakukan oleh pasien DM sehari-hari agar

tercapai kontrol gula darah yang baik

sehingga dapat meminimalkan terjadinya

komplikasi DM.

Meskipun hasil penelitian

menunjukkan tidak ada hubungan signifikan

antara dukungan keluarga dengan

kemampuan self care DM, tetapi menurut

analisis penulis kurangnya dukungan

keluarga dapat menjadi salah satu faktor

kurangnya kemampuan self care pasien DM.

Dukungan keluarga telah didefinisikan

sebagai faktor penting dalam kepatuhan

manajemen penyakit pada remaja dan dewasa

Page 122: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 2, September 2016 41

dengan penyakit kronik. Dukungan keluarga

merupakan indikator yang paling kuat dalam

memberikan dampak positif terhadap self

care pasien DM (Neff dalam Hensarling,

2009).

Keikutsertaan keluarga dalam

memandu diet, latihan jasmani, pengobatan

dan pengisian waktu luang yang positif

merupakan bentuk peran serta aktif dalam

keberhasilan penatalaksanaan DM. Sebelum

memberikan dukungan, anggota keluarga

harus memiliki pengetahuan dan pemahaman

yang baik tentang self care DM. Apabila

pemahaman anggota keluarga tentang self

care DM keliru, maka keluarga justru akan

memberikan dukungan yang obstruktif

terhadap pasien. Dukungan keluarga yang

obstruktif akan menghambat pasien dalam

melakukan aktivitas self care DM.

Seperti yang disampaikan oleh

Mayberry dan Osborn (2004), bahwa

dukungan keluarga pada pasien DM

dibedakan menjadi dua, yaitu dukungan

supportif dan obstruktif. Contoh dari

dukungan keluarga yang obstruktif adalah

memarahi pasien jika kadar gula darahnya

tinggi, makan bersama pasien tetapi yang

dimakan bukan makanan diet DM atau selalu

mengkritik pasien jika lupa melakukan diet

DM, tidak berolah raga atau lupa tidak

mencatat kadar gula darahnya. Jenis

dukungan keluarga tersebut justru akan

menyebabkan pasien tertekan sehingga tidak

maksimal dalam melakukan aktivitas self

care DM.

Tidak adanya hubungan antara

dukungan keluarga dengan kemampuan self

care DM tipe 2, menurut analisis peneliti

disebabkan karena dukungan keluarga bukan

satu-satunya faktor yang mempengaruhi

kemampuan self care pasien DM tipe 2.

Faktor eksternal seperti hubungan pasien

dengan petugas kesehatan juga menjadi salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi

pemenuhan aktivitas self care pasien DM

tipe 2 (Kusniawati, 2011).

KESIMPULAN

1. Kemampuan self care pasien DM tipe 2

di Prolanis Puskesmas Cilacap Tengah 1

masih rendah yaitu rata-rata melakukan

self care DM hanya 2.5 hari dalam

seminggu dengan rentang minimal 0

sampai dengan 5.5 hari pasien patuh

melakukan self care DM

2. Dukungan keluarga pada pasien DM tipe

2 di Prolanis Puskesmas Cilacap Tengah

1 masih rendah, yaitu 58.3%

3. Tidak ada hubungan signifikan antara

dukungan keluarga dengan kemampuan

self care pada pasien DM tipe 2 di

Prolanis Puskesmas Cilacap Tengah 1

dengan pv 0.290 pada α 0.05

Page 123: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 2, September 2016 42

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih

kepada UPT Penelitian dan Pengabdian

Masyarakat STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah

Cilacap atas terselenggaranya penelitian ini

dan diterbitkannya artikel terkait

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA).

(2013). Standards of medical care in

diabetes. Diabetes Care, 36, 11 – 66

Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

(2013). Riset kesehatan dasar 2013.

Diunduh pada tanggal 7 Februari 2015

dari http://www.litbang.depkes.go.id.

Black, J.,M.& Hawks, J.H. (2005). Medical

surgical nursing (7th ed.). Saint Louis :

Elsevier Saunders

Centers for Disease Control and Prevention

(CDC). (2012). Diabetes report card

2012. Diunduh pada tanggal 20

Februari 2014 dari

http://www.cdc.gov/diabetes/pubs/pdf/

DiabetesReportCard.pdf

International Diabetes Federation (IDF).

(2014). Diabetes facts and figures.

Diunduh pada tanggal 19 Februari

2015 dari

http://www.idf.org/diabetesatlas

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

(Perkeni). (2011). Konsensus

pengendalian dan pencegahan diabetes

mellitus tipe 2 di Indonesia 2011.

Soewondo, P., Soegondo, S., Suastika, K.,

Pranoto, A.,Soeatmadji, D. W., &

Tjokroprawiro, A. (2010). The

DiabCare Asia 2008 study – Outcomes

on kontrol and complications of type 2

diabetic patients in Indonesia. Med J

Indones., 19, 235 – 244

The Diabetes Control and Complication Trial

(DCCT) (2002). Effect of intensive

therapy on the microvasculer

complications of type 1 diabetes

melitus. JAMA, 287, 2563-2569

Page 124: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 42 http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan

Dukungan Keluarga Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Wilayah Binaan Puskesmas Babakan

Sari

Erna Irawan

Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas BSI, [email protected]

ABSTRAK

Jumlah penderita diabetes mellitus semakin meningkat. Penyakit diabetes merupakan

salah satu penyakit tertinggi di Kota Bandung. Puskesmas Babakan Sari merupakan salah

satu puskesmas yang sudah menggalakan Posbindu PTM yang di dalamnya terdapat

program tentang Diabetes mellitus. Diabetes terdiri dari DM tipe 1 dan DM tipe II. DM

tipe II adalah bentuk paling umum dari diabetes, yang merupakan kondisi kronis dan jika

tidak ditangani secara serius dapat menyebabkan komplikasi seperti penyakit ginjal,

amputasi dan kebutaan. Keluarga sangat berperan penting dalam pencegahan dan

membantu mengatasi masalah penyakit pasien. Tujuan penelitian ini untuk

mengidentifikasi gambaran dukungan keluarga pada pasien Diabetes Mellitus tipe II.

Desain penelitian ini adalah deskriptif, sampel penelitian berjumlah 40 orang keluarga

pasien DM tipe II dengan teknik purposive sampling. Hasil menunjukkan hampir

seluruhnya yaitu 33 orang (82,5%) memiliki dukungan keluarga yang mendukung.

Berdasarkan dimensi dukungan emosional, sebagian besar responden yaitu 26 orang

(65%) mendukung. Kemudian pada dimensi dukungan informasi sebagian besar

mendukung yaitu 27 orang (67,5%). Sedangkan pada dukungan penilaian, sebagian besar

mendukung yaitu 24 orang (60%)/ pada dukungan instrumentasl, hampir seluruhnya

mendukung yaitu 32 orang (80%). Simpulan penelitian ini adalah mayoritas keluarga

mendukung pasien DM tipe II. Saran bagi Puskesmas Babakan Sari adalah memberikan

intervensi salah satunya penkes agar dapat tetap mempertahankan dukungan keluarga

Kata Kunci: Dukungan Keluarga, Diabetes Mellitus tipe II, Puskesmas Babakan Sari

ABSTRACT

The number of people with diabetes mellitus is increasing. Diabetes is one of the highest

diseases in the city of Bandung. Babakan Sari Health Center is one of the health centers

that have promoted the Posbindu PTM program which is complemented by a program on

Diabetes mellitus. Diabetes consists of type 1 DM and type II DM. Type II DM is the most

common form of diabetes, which is a chronic disease and if not a problem of

complications such as kidney disease, amputation and blindness. The family is very

important in overcoming and helping to overcome the patient's problems. The purpose of

this study was to test a study in type II Diabetes Mellitus patients. The design of this study

was descriptive, evaluation sample of 40 families of type II DM patients with purposive

sampling technique. The results showed that almost all 33 people (82.5%) had supportive

family support. Based on the dimensions of emotional support, the majority of

respondents namely 26 people (65%) support. Then in the information support dimension

of 27 people (67.5%). Whereas in support, the majority supported 24 people (60%) / in

instrument support, almost fully supported 32 people (80%). The conclusion of this study

is to support the families of type II DM patients. The advice for Puskesmas Babakan Sari

is to provide assistance from one of the health providers in order to continue to support

the family

Keywords: Diabetes Mellitus type II, Family Support, Puskesmas Babakan Sari

Page 125: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 43 http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan

Naskah diterima : Maret 2019 Naskah Revisi : Juli 2019 Naskah diterbitkan :

September 2019

PENDAHULUAN

Jumlah penderita diabetes mellitus

semakin meningkat. Menurut International

Diabetes Federation (IDF), terdapat 382

juta penderita diabetes pada tahun 2013

dan meningkat menjadi 1.5x pada tahun

2035 (InFoDATIN, 2013). Indonesia

merupakan peringkat ketujuh tertinggi

untuk prevalensi diabetes dan peringkat

kedua untuk mortalitas akibat diabetes di

dunia [2], (International Diabetes

Federation (IDF), 2015). Prevalensi

diabetes meningkat yaitu 5,7% (2007)

menjadi 6,9% (2013)(International

Diabetes Federation (IDF), 2015). Penyakit

diabetes merupakan salah satu penyakit

tertinggi di Kota Bandung (Sari, Haroen, &

Nursiswati, 2016). Puskesmas Babakan

Sari merupakan salah satu puskesmas yang

sudah menggalakan Posbindu PTM

didalamnya terdapat program tentang

Diabetes mellitus.

Diabetes mellitus (DM) yaitu penyakit

gangguan metabolik diakibatkan pankreas

tidak mampu memproduksi insulin yang

cukup (diabetes tipe I) atau tidak mampu

menggunakan insulin yang diproduksi

dengan efektif (diabetes tipe II)

(Kemenkes RI, 2014) . DM tipe II adalah

bentuk paling umum dari diabetes, yang

merupakan kondisi kronis dan jika tidak

ditangani secara serius dapat menyebabkan

komplikasi seperti penyakit ginjal,

amputasi dan kebutaan (Australian

Institute of Health and Welfare, 2012).

Keluarga sangat berperan penting dalam

pencegahan dan membantu mengatasi

masalah penyakit pasien. Salah satu model

intervensi keluarga bagi pasien yang sakit

adalah dukungan keluarga (Campbell,

2003). Dukungan keluarga memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap

keberhasilan manajemen diabetes, adaptasi

terhadap penyakit, kualitas hidup, diet

gula, dan kepatuhan minum obat (Samuel-

Hodge et al., 2017)(Amelia, Elita, &

Nurchayati, 2014)(Grey et al., 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi

dukungan keluarga diantaranya tahap

perkembangan, pengetahuan, emosi

spiritual, sosial ekonomi, budaya, usia,

jenis kelamin, pekerjaan, status

pernikahan, pendidikan kesehatan, tenaga

kesehatan dan anggota keluarga lain

dengan diabetes (Amelia, Elita, &

Nurchayati, 2014) (Grey et al., 2009)

(Tamara & Annis Nauli, 2014) (Philis-

Tsimikas A, Fortmann A & Walker C,

2011) .

Hasil wawancara awal dengan bagian

keperawatan komunitas Puskesmas

Babakan Sari, jumlah penderita DM tipe

II tinggi, keterlibatan keluarga untuk

pasien DM tipe II terlihat ketika

mengantar ke posbindu.

Tujuan penelitian ini adalah

Mengidentifikasi gambaran dukungan

keluarga pasien DM tipe II di wilayah

binaan Puskesmas Babakan Sari

KAJIAN LITERATUR

Diabetes mellitus (DM) merupakan

penyakit pada metabolik ditandai dengan

jumlah gula dalam darah yang tinggi

(International Diabetes Federation (IDF),

2015). DM memiliki angka mortalitas

yang lebih tinggi dibandingkan HIV/AIDs,

TB, dan malaria di Africa pada tahun 2030

(E, Idehen, & Ilevbare, 2016). Menurut

(Kemenkes RI, 2014) diabetes mellitus

(DM) yaitu penyakit menahun yang

merupakan gangguan metabolik

diakibatkan pankreas tidak mampu

memproduksi insulin yang cukup (diabetes

tipe I) atau tidak mampu menggunakan

insulin yang diproduksi dengan efektif

(diabetes tipe II). Insulin sendiri

merupakan hormon yang berfungsi

menjaga keseimbangan kadar gula darah.

Jika jumlah insulin kurang bias

menyebabkan konsentrasu glukosa dalam

darah berlebih (hiperglikemia). Penelitian

ini membahas mengenai Diabetes tipe II

yaitu bermasalah dengan ketidakmampuan

tubuh menggunakan insulin dengan efektif.

Menurut Kemenkes RI (2014) gejala pada

pasien diabetes adalah sering haus, sering

lapar, sering buang air kecil dengan jumlah

banyak dan penurunan berat badan.

Page 126: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 44 http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan

Faktor-faktor penyebab DM tipe II

diantaranya usia, sosial ekonomi, akses

pelayanan kesehatan, dukungan keluarga,

dukungan sesama penderita (Werfalli et

al., 2015). Sedangkan menurut

Widhiantara (2018) faktor yang

mempengaruhi DM tipe II adalah BMI,

usia, distribusi lemak tubuh, dukungan

keluarga dan kegitan fisik. Perubahn gaya

hidup dan manajemen diabetes adalah hal

yang sulit diimplementasikan sehingga

sangat diperlukan dukungan dari anak,

keluarga, teman untuk diperoleh kondisi

yang lebih baik.

Menurut Kemenkes RI (2014)

Peningkatan kadar gula darah yang terjadi

terus menerus dapat menyebabkan masalah

pada berbagai organ tubuh terutama

pembuluh darah dan syaraf. Beberapa

masalah yang terjadi diantaranya:

1. Retinopati diabetikum, yang

termasuk salah satu penyebab

utama kebutaan karena kerusakan

pembuluh darah kecil diretina

2. Meningkatnya resiko penyakit

stroke dan jantung

3. Neuropati di kaki yang dapat

menyebabkan infeksi, ulkus kaki,

dan bahkan keharusan amputasi

kaki

4. Gagal ginjal karena peningkatan

beban kerja ginjal diakibatkan

jumlah gula darah yang masuk

keginjal menjadi lebih tinggi

5. Resiko kematian yaitu dua kali

lipat dibandingkan bukan

penderita diabetes

Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (2010) dukungan

keluarga merupakan suatu sikap, tindakan,

dan penerimaan suatu keluarga terhadap

anggota keluarganya yang mana anggota

keluarga dilihat sebagai satu kesatuan dan

saling mendukung dengan cara memeri

pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

Dukungan keluarga merupakan salah satu

terapi modalitas yang berpengaruh

terhadap kesehatatan penderita penyakit

kronis salah satunya penyakit diabetes

(Shields, Finley, Chawla, & Meadors,

2012). Dukungan keluarga meliputi

dukungan yang diberikan dari orangtua,

anak, dan saudara (Irawan, Hayati, &

Purwaningsih, 2017).

Terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi dukungan keluarga dalam

diet DM tipe II yaitu tingkat pengetahuan,

praktik keluarga, dan sosial ekonomi

(Amelia et al., 2014). Kemudian menurut

Tamara & Annis Nauli (2014) dukungan

keluarga dipengaruhi faktor internal yaitu

tahap perkembangan, tingkat pengetahuan,

emosi dan spiritual sedangkan faktor

eksternal seperti praktik keluarga, sosial

ekonomi, dan latar belakang budaya.

Faktor yang mempengaruhi dukungan

keluarga adalah usia, jenis kelamin,

budaya, pekerjaan, status pernikahan, cara

mendapatkan pertolongan kesehatan,

anggota keluarga lain dengan diabetes, dan

pendidikan kesehatan (Kamimura et al.,

2014).

Instrumen penelitian dukungan

keluarga pada penderita DM tipe II

menggunakana teknik wawancara

berdasarkan kuesioner dari (Prawirasatra

Wahyu Adhitya, Firdaus W, Arwinda N,

Suharto, 2016), berisi 29 kuesioner

mengenai dukungan emosional,

informasional, instrumental, dan dukungan

penghargaan. Semakin tinggi jumlah skor

maka dukungan keluarga semakin baik.

Menurut Friedman (2013) dukungan

emosional merupakan dukungan dalam

pemberian perasaan nyaman, perasaan

dicintai dalam bentuk semangat, dan rasa

empati. Rasa empati adalah kemampuan

untuk merasakan keadaan emosional orang

lain, merasa simpatik, dan mencoba

membatu menyelesaikan masalah.

Dukungan informasional merupakan

dukungan dimana keluarga berfungsi

sebagai kolektor dan diseminator yaitu

mengenai informasi yang dibutuhkan

keluarga yang sakit.

Menurut Friedman (2010) dukungan

penilaian keluarga merupakan bentuk

fungsi afektif yang berasal dari keluarga

terhadap keluarga yang sakit. Sedangkan

dukungan instrumental meliputi fungsi

ekonomi dan fungsi perawatan kesehatan

kepada anggota keluarga yang sakit.

Fungsi ekonomi dan fungsi perawatan

yang baik akan mempertahankan keadaan

Page 127: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 45 http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan

kesehatan anggota keluarga. Bentuk ini

mencakup ketersediaannya obat-obatan

dan peralatan yang memadai untuk

perawatan kesehatan bagi anggota keluarga

yang sakit (Friedman, 2010).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif kuantitatif dengan tujuan untuk

mendapatkan gambaran mengenai

dukungan keluarga pada pasien Diabetes

Mellitus Tipe II. Populasi dalam penelitian

ini adalah keluarga pasien diabetes

mellitus tipe II. Bagian dari populasi yang

akan diteliti atau sebagian jumlah dari

karakteristik yang dimiliki oleh populasi

disebut dengan sampel (Nursalam, 2013).

Penelitian ini menggunakan purposive

sampling. Responden dipilih berdasarkan

pertimbangan atau kriteria yang telahe

ditentukan oleh peneliti. Kriteria tersebut

termasuk kedalam kriteria inklusi dan

ekslusi

1. Kriteria inklusi adalah karakteristik

umum subyek penelitian dari populasi

terjangkau dan target yang akan

diteliti (Nursalam, 2013), yaitu

a. Keluarga yang salah satu anggotanya

menderita DM tipe II

b. Anggota keluarga yang tinggal

bersama dengan pasien DM tipe II

c. Anggota keluarga yang bersedia

menjadi responden

2. Kriteria Eksklusi adalah

a. Anggota keluarga yang sama-sama

menderita DM tipe II

Penelitian ini menjadikan keluarga pasien

sebagai responden penelitian maka

peneliti harus menerapkan prinsip etik

dalam melakukan penelitian,

menggunakan prinsip etik Penelitian

menurut (Odgers-Jewell, Isenring,

Thomas, & Reidlinger, 2017) meliputi:

1. Informed consent, pada tahap awal,

peneliti memberikan informasi kepada

keluarga pasien yang akan dijadikan

responden penelitian. Keadaan

dimana keluarga pasien DM tipe II

mau menandatangani lembar

persetuajuan responden untuk

mengikuti penelitian yang akan

dilakuukan disebut Inform consent.

2. Prinsip beneficience, penelitian ini

mempunyai manfaat dalam membantu

meningkatkan dukungan keluarga

dalam merawat pasien DM tipe II

dengan cara pembetukan peer group

education ointervention.

3. Privacy, peneliti harus menjaga dan

menghormati privaci responden. Pada

pelaksanaan intervensi hanya

kelompok intervensi saja yang

dilibatkan sehingga pihak lain tidak

ada yang mengetahui masalah

responden.

4. Anonymity and Confidentiality,

peneliti hanya menuliskan kode K1,

K2 dan seterusnya pada lembar

observasi. Semua data digunakan

hanya untuk kepentingan akademik

dan penelitian.

Analisi data bivariat menggunakan

tabel distribusi frekuensi dengan

prosentase. Intrsumen dukungan keluarga

berisi 29 pertanyaan dengan skala likert

terdiri dari dukungan emosional,

informasional, instrumental, dan dukungan

penghargaan.

PEMBAHASAN

Karakteristik usia merupakan variabel

numerik sehingga dianalisis menggunakan

mean, median, standard deviasi, nilai

minimal-maksimal, dan 95% confidence

interval. Karakteristik jenis kelamin dan

pendidikan dalam variabel katagorik

dianalisis dengan distribusi frekuensi.

Tabel 1

Hasil Analisis Karakteristik Keluarga

dengan DM tipe II Berdasarkan Usia, n=40

Variabel Mean Median SD Min-

Maks

95%

CI

Usia 48,3 49 4,58 38-

55

46,3-

50,6

Hasil analisis didapatkan rata-rata usia

responden adalah 48,3 tahun, (95% CI

46,3-50,6) median 49 tahun dengan

standard deviasi 4,58 tahun. Usia terendah

38 tahun dan usia tertinggi 55 tahun. Dari

hasil estimasi interval dapat disimpulkan

bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata

responden berada diantara 46,3 sampai

dengan 50,6 tahun.

Page 128: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 46 http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan

Tabel 2

Distribusi Keluarga dengan DM tipe II

Berdasarkan karakteristik Pada Kelompok

Intervensi dan Kelompok Kontrol, n=40

Karakteristik Kelompok

Intervensi

N %

Jenis Kelamin

a. Laki-Laki 7 17,5

b. Perempuan 33 82,5

Pendidikan

a. Tidak Sekolah 0 0

b. SD 15 37,5

C. SMP 9 22,5

D. SMA 16 40

E. PT 0 0

Pendapatan

a. >UMR

b. <UMR

30

10

75

25

Total 40 100

Berdasarkan jenis kelamin hampir

seluruhnya responden 33 orang (82,5%)

berjenis kelamin perempuan. Sedangkan

berdasarkan pendidikan, hampir sebagian

yaitu 16 orang (40%) merupakan lulusan

SMA.

4.3. Hasil Kriteria dukungan keluarga

n=40

Kriteria Dukungan Keluarga

Tidak mendukung Mendukung Total

F % F %

7 17,5 33 82,5 40

(100%)

Berdasarkan kategori dukungan

keluarga, hampir seluruhnya yaitu 33

orang (82,5%) memiliki dukungan

keluarga yang mendukung.

4.4. Dimensi Dukungan Keluarga

Dimensi

Dukungan

Keluarga

Kriteria Dukungan

Keluarga

Total

Tidak

mendukung

Mendukung

F % F %

Dukungan

Emosional

14 35 26 65 40

(100%)

Dukungan

Informasi

13 32,5 27 67,5 40

(100%)

Dukungan 16 40 24 60 40

penilaian (100%)

Dukungan

instrument

al

8 20 32 80 40

(100%)

Berdasarkan dimensi dukungan

emosional, sebagian besar responden yaitu

26 orang (65%) mendukung. Kemudian

pada dimensi dukungan informasi sebagian

besar mendukung yaitu 27 orang (67,5%).

Sedangkan pada dukungan penilaian,

sebagian besar mendukung yaitu 24 orang

(60%)/ pada dukungan instrumentasl,

hampir seluruhnya mendukung yaitu 32

orang (80%).

Hasil menunjukkan hampir seluruhnya

yaitu 33 orang (82,5%) memiliki dukungan

keluarga yang mendukung pada pasien

DM tipe II.

Dukungan keluarga memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap keberhasilan

manajemen diabetes, adaptasi terhadap

penyakit, kualitas hidup, diet gula, dan

kepatuhan minum obat.

Salah satu faktor yang mempengaruhi

dukungan keluarga adalah faktor ekonomi.

Sebagian besar responden(75%) memiliki

penghasilan diatas UMR yang mana

menurut Punawarman (2008) semakin

tinggi penghasilan seseorang maka akan

semakin cepat menanggapi penyakit yang

diderita. Dalam hal ini adalah penyakit

yang DM tipe II yang dirasakan anggota

keluarganya.

Selain itu hampir sebagian responden

memiliki pendidikan SMA (40%).

Kemampuan kognitif yang didapatkan dari

tingkat pendidikan membentuk cara

berfikir positif dalam menghadapi masalah

kesehatan yang dialam (Purnawarman,

2008).

Hampir seluruhnya responden (82%)

berjenis kelamin perempuan sehingga lebih

cenderung mencari informasi dan memiliki

simpati terhadap keluarganya yang lain

[11].

Asumsi peneliti, dukungan keluarga

hampir seluruhnya baik karena mayoritas

memiliki penghasilan diatas UMR, jenis

kelamin perempuan, dan berpendidikan

SMA.

Page 129: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 47 http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan

Pada dimensi dukungan keluarga yang

memiliki nilai tertinggi adalah dukungan

instrumental yang mana hampir seluruhnya

(80%) adalah mendukung. Dukungan

instrumental meliputi fungsi ekonomi dan

perawatan terhadap keluarga yang sakit

(Friedman, 2010).

Dapat terlihat dari mayoritas responden

memiliki penghasilan diatas UMR

sehingga dukungan ekonomi lebih positif

PENUTUP

Simpulan penelitian ini adalah

mayoritas keluarga mendukung pasien DM

tipe II. Saran bagi Puskesmas Babakan

Sari adalah memberikan intervensi salah

satunya penkes agar dapat tetap

mempertahankan dukungan keluarga

REFERENSI

A, C. S., A, D. A. M., & A, S. M. (2014).

Client perceptions of group education

in the management of type 2 diabetes

mellitus in South Australia, 360–367.

Amelia, M., Elita, V., & Nurchayati, S.

(2014). Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi keluarga untuk

memberikan dukungan kepada klien

diabetes mellitus Dalam menjalani

diet. Jurnal Online Mahasiswa

(JOM) Bidang Ilmu Keperawatan,

(Vol 1, No 2 (2014)), 1–10. Retrieved

from

http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMP

SIK/article/view/3459

Australian Institute of Health and Welfare.

(2012). Australia’s Health. Canberra:

AIHW.

Campbell, T. L. (2003). The effectiveness

of family interventions for physical

disorders (Reprinted from Effective

Research in Marriage and Family

Therapy, pg 311-337, 2002). Journal

of Marital and Family Therapy,

29(2), 263–281.

https://doi.org/10.1111/j.1752-

0606.2003.tb01204.x

DW, J. (2003). Social interdependence:

interrelationships among theory,

research, and practice. Am Psycho

(Vol. 58).

E. I. O., Idehen E. E, and Ilevbare F. M.

(2016) “Influence of Psycho-social

factors on the Quality of life of

Diabetic Patients at Obafemi

Awolowo University Teaching

Hosmuepital,” vol. 24, no. 1, pp. 66–

75.

Friedman, M. M. (2010). Buku Ajar

Keperawatan Keluarga: Riset, Teori

dan Praktek. Jakarta: EGC.

Friedman, M. Marilyn. (2013). Buku

Ajar KeperawatanKeluarga:

Riset, TeoridanPraktik. Edisi 5.

Jakarta. EGC

Grey et al. (2009). Effect of coping skill

training in school-age children with

type 1 diabetes. Research in Nursing

& Health, 32, 405–408.

InFoDATIN. (2013). Situasi dan Analisis

DIABETES. Jakarta. Retrieved from

http://www.depkes.go.id/resources/do

wnload/pusdatin/infodatin/infodatin-

diabetes.pdf

International Diabetes Federation (IDF).

(2015). Idf diabetes atlas sixth

edition.

Irawan E., “the effect of peer group

education intervention] on

knowledge of reproductive health

among adolescents in desa

kertajaya,” in The 5th Padjadjaran

International Nursing Conference,

2016, p. 61.

Irawan, E., Hayati, S., & Purwaningsih, D.

(2017). Hubungan Dukungan

Keluarga Dengan Kualitas Hidup

Penderita Kanker Payudara, V(2),

121–129.

Page 130: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 48 http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan

C. W. M. Sari, H. Haroen, and N.

Nursiswati. (2016) “Pengaruh Program

Edukasi Perawatan Kaki Berbasis

Keluarga Terhadap Perilaku Perawatan

Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Tipe

2,” J. Keperawatan Padjajaran, vol. 4, no.

3, pp. 305–314.

Kamimura, A., Christensen, N.,

Greenwood, J. L. J., & Reel, J. J.

(2014). Health and Diabetes Self-

efficacy : A Study of Diabetic and

Non-diabetic Free Clinic Patients and

Family Members, 783–791.

https://doi.org/10.1007/s10900-014-

9831-0

Kemenkes RI. (2014). Situasi dan Analisis

Diabetes. Pusat Data Dan Informasi

Kementerian Kesehatan RI.

https://doi.org/24427659

Nursalam (2017). Konsep Penerapan

Metode Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba, 2013

Odgers-Jewell, K., Isenring, E. A.,

Thomas, R., & Reidlinger, D. P.

(2017). Group participants’

experiences of a patient-directed

group-based education program for

the management of type 2 diabetes

mellitus. PLoS ONE, 12(5), 1–17.

https://doi.org/10.1371/journal.pone.

0177688

Or, K. Y., Yip, B. H.-K., Lau, C. H., Chen,

H. H., Chan, Y. W., & Lee, K. P.

(2017). Peer Education Group

Intervention to Reduce Psychological

Insulin Resistance: A Pilot Mixed-

Method Study in a Chinese

Population. Diabetes Therapy, 9(1),

113–124.

https://doi.org/10.1007/s13300-017-

0347-3

Philis-Tsimikas A, Fortmann A, L.-O. L.,

& Walker C, G. L. (2011). Peer-led

diabetes education programs in high-

risk Mexican Americans improve

glycemic control compared with

standard approaches: a Project Dulce

promotora randomized trial. Diabetes

Care, 34(9), 1926–1931.

Purnawarman, I. (2008). Dukungan

Keluarga.

http://wawan2507.wordpress.co

m/author/wawan2507/

Keluarga.Prawirasatra Wahyu Adhitya,

Firdaus W, Arwinda N, Suharto, B.

S. (2016). HUBUNGAN

DUKUNGAN KELUARGA

TERHADAP KEPATUHAN PASIEN

DALAM MENJALANKAN 4 PILAR

PENGELOLAAN DIABETES

MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS

ROWOSARI. Program Studi

Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro.

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro. Retrieved from

http://eprints.undip.ac.id/56273/1/Wa

hyu_Adhitya_Prawirasatra_2201011

3120025_Lap.KTI_Bab0.pdf

Rickheim PL, Weaver TW, Flader JL, K.

D. (2002). Assessment of group

versus individual diabetes education:

a randomized study. Diabetes Care,

25(2), 269–274.

Samuel-Hodge, C. D., Holder-Cooper, J.

C., Gizlice, Z., Davis, G., Steele, S.

P., Keyserling, T. C., … Svetkey, L.

P. (2017). Family PArtners in

Lifestyle Support (PALS): Family-

based weight loss for African

American adults with type 2 diabetes.

Obesity, 25(1), 45–55.

https://doi.org/10.1002/oby.21700

Shields, C. G., Finley, M. A., Chawla, N.,

& Meadors, W. P. (2012). Couple

and family interventions in health

problems. Journal of Marital and

Family Therapy, 38(1), 265–280.

https://doi.org/doi: 10.1111/j.1752-

0606.2011.00269.x.

Page 131: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 49 http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan

Tamara, E., & Annis Nauli, F. (2014).

Hubungan Antara Dukungan

Keluarga Dan Kualitas Hidup Pasien

Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Rsud

Arifin Achmad Provinsi Riau. Jom

Psik, 1(2), 1–7. Retrieved from

https://media.neliti.com/media/public

ations/188308-ID-hubungan-antara-

dukungan-keluarga-dan-ku.pdf

Werfalli, M., Raubenheimer, P., Engel, M.,

wPeer, N., Kalula, S., Kengne, A. P.,

& Levitt, N. S. (2015). Effectiveness

of community-based peer-led

diabetes self-management

programmes (COMP-DSMP) for

improving clinical outcomes and

quality of life of adults with diabetes

in primary care settings in low and

middle-income countries (LMIC): A

systematic review a. BMJ Open, 5(7),

1–5.

https://doi.org/10.1136/bmjopen-

2015-007635

Widhiantara, I. (2018). Diabetes Fakta dan

Angka. Jurnal Kesehatan.

Erna Irawan merupakan dosen fakultas

keperawatan universitas BSI,

menempuh pendidikan S1 dan Ners

dari Universitas BSI dan Magister

Keperawatan Komunitas dari

Universitas Padjadjaran

Page 132: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

JOURNAL OF ISLAMIC

NURSING

Volume 5 Nomor 1, Juli 2020 32

DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP SELF CARE PADA LANSIA DENGAN

DIABETES MELITUS TIPE 2

Hera Heriyanti 1), Sigit Mulyono 2), Lily Herlina 3)

1.Mahasiwa Program Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Muhammadiyah Jakarta 2.Dosen Program Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Muhammadiyah Jakarta

email : [email protected]

ABSTRACT

Elderly is a population of risk that has limitations caused by the deterioration of various systems.

Elderly accompanied by chronic DM disease and lack of support system results in elderly with DM

entering the vulnerable group. Therefore, the elderly with DM need help to support their quality and

satisfaction of life. The support is very much needed especially from the family, because the family is

an element that is very closely related to the elderly. For this reason, it is expected that the family

can support in the form of attention, can receive, give love so that the elderly are able to do self-

care. Objective: this study aims to determine the relationship of family support for self-care in the

elderly with type 2 diabetes. Method: quantitative research with descriptive observational research

design with cross sectional approach. The population in this study were all elderly with DM type 2

in the work area of PuskesmasWara Selatan of Palopo City as many as 153 people. The sampling

technique used is nonprobability sampling with a sample of 121 people. Data collection uses

questionnaire respondent characteristics, family support, and self-care. Results: From the analysis

it was found that the variable most related to self-care was emotional support with the value Exp (B)

= 10.875. Conclusion: It is hoped that health workers in the health center of South Wara will

further promote health promotion regarding the importance of family support to improve self-care

and health status of the elderly with DM.

Keywords: DM type 2, Family Support, Self-Care

1.PENDAHULUAN

Lansia (lanjut usia) merupakan tahap

akhir perkembangan pada daur kehidupan

manusia yang merupakan suatu proses alami

yang tidak dapat dihindari, berjalan terus

menerus dan berkesinambungan. Selanjutnya

akan menyebabkan perubahan anatomis,

fisiologis dan biokimia pada tubuh sehingga

akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan

tubuh keseluruhan. Lansia merupakan

kelompok umur dimana terjadi penurunan

kondisi fisik, biologis dan kondisi sosial

(Sunaryo et al., 2016). Lansia merupakan

populasi resiko yang memiliki keterbatsan

yang diakibatkan oleh kemunduran berbagai

sistem. Lansia yang disertai dengan penyakit

kronik salah satunya DM masuk pada

kelompok rentan(Allender, Rector & Warmer,

2014).

Diabetes Melitus adalah

ketidakmampuan tubuh untuk melakukan

metabolisme karbohidrat, lemak dan protein

yang mengarah ke hiperglikemia (kadar

glukosa darah tinggi) yang merupakan

penyakit kronis progresif. (Black & Hawks,

2014).Menurut data WHO jumlah kasus

penyakit diabetes mellitus pada tahun 2015

yaitu sebesar 415 juta jiwa. Pada tahun 2040

diperkirakan jumlahnya akanmenjadi 642 juta

(Atlas, 2015). Hasil riset kesehatan dasar

(Riskesdas), pada tahun tahun 2013

melaporkan bahwa terdapat 6,9 % penderita

DM sedangkan pada tahun 2018 sebesar 8,5

%. Dari data tersebut terjadi peningkatan

prevalensi DM 1,6 % (Riskesdas 2018).

Peningkatan jumlah DM paling besar di

Indonesia berada di Provinsi Sulawesi Selatan

yaitu sebesar 2,6 %. Kasus diabetes berkisar

antara 1,0 % sampai 6,1% yang tersebar di 25

kabupatenkota. Kasus DM paling banyak

ditemukan di kabupaten/kota Tanah Toraja

(6,1%), Makassar (5,3%), dan Luwu (5,2%).

Page 133: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

JOURNAL OF ISLAMIC

NURSING

Volume 5 Nomor 1, Juli 2020 33

Diabetes di Sulawesi Selatan paling banyak

ditemukan pada usia 55-74 (13,4%), penyakit

ini sudah ditemukan pada usia 15-24 (2%).

Dari segi jenis kelamin paling banyak pada

perempuan (3,6%), dan terbanyak ditemukan

di daerah perkotaan (2,4%). (Riskesdas,

2013).

Menurut Perkeni (Perhimpunan

Endokrinologi Indonesia) ada lima pilar

penanganan DM, dengan tujuannya adalah

mengontrol kadar gula darah sehingga dapat

menurunkan angka kesakitan dan kematian

akibat komplikasi serta meningkatkan kualitas

hidup pasien DM meliputi : edukasi, diet

nutrisi, aktivitas fisik (olahraga), obat-obatan,

dan monitor kadar gula darah (PERKENI).

Maka dari itu untuk mencapai lima pilar

tersebut individu sebaiknya mampu untuk

melakukan self-care.

Self care merupakan kebutuhan manusia

terhadap kondisi dan perawatan diri sendiri

yang dengan menjalankan perencanaan dan

pelaksanaan prinsip perawatan dengan baik.

Upaya tersebut dilakukan secara terus

menerus untuk mempertahankan kehidupan

serta penyembuhan dari penyakit untuk

mengatasi komplikasi yang akan timbul. Oleh

karena itu keluarga dapat terlibat dalam

proses ini dalam memberikan informasi

terhadap klien dalam membantu mereka

untuk melakukan self care yang efektif

(BORJI et al, 2017).

Dalam konteks ini, keluarga memiliki peranan

penting dalam pengobatan dan perawatan

pasien dengan DM tipe 2, terutama mereka

yang secara luas terlibat dalam kehidupan

sehari-hari pasien. Keluarga yang baik dapat

mendukung kepatuhan terhadap pengobatan

melalui perubahan gaya hidup, perubahan

tersebut tidak hanya mempengaruhi pasien

diabetes itu sendiri tetapi juga keluarganya.

Hal ini terjadi karena perubahan dalam

kebiasaan makan, aktifitas fisik, frekuensi

kunjungan ke pelayanan kesehatan, serta

perawatan kaki (Santos AL & Marcon SS,

2014).

Dukungan keluarga merupakan sikap,

tindakan penerimaan keluarga terhadap

anggota keluarganya, berupa dukungan

emosional, dukungan informasi, dukungan

penghargaan serta dukungan instrumental.

Keluarga merupakan salah satu support

system dalam pemberian pelayanan

keperawatan dirumah dan penatalaksanaan

klien diabetes melitus (Friedman, 2010).

Hal ini didukung oleh penelitian Arief Yanto

dan Dewi Setyawati (2017) penelitian

menunjukkan bahwa dukungan keluarga

pasien dengan diabetes tipe 2 memiliki nilai

rata-rata 61,52 dengan kategori dukungan

keluarga tinggi sebanyak 70 responden

(72,9%) dan tingkat rendah sebanyak 26

responden (27,1 %). Dengan dukungan

keluarga yang baik akan mendukung

pelaksanaan program terapi sehingga akan

menurunkan kadar gula darah (Arief Yanto,

2017).

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang

sejauh mana dukungan keluarga terhadap self-

care pada lansia dengan DM tipe 2 di

Wilayah Kerja Puskesmas Wara Selatan Kota

Palopo.

2. METODE

Penelitian ini menggunakan desain penelitian

deskriptif observasional dengan

menggunakan metode pendekatan cross

sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini

adalah 121 responden. Teknik pengambilan

sampel pada penelitian ini adalah teknik

nonprobability sampling dan dipilih dengan

menggunakan purposive sampling. Alat

pengumpul data pada penelitian ini adalah

berupa kuesioner tentang dukungan keluarga

dan aktifitas perawatan mandiri yang sudah di

uji validitas.

Untuk prosedur teknis Peneliti mengikuti

jadwal prolanis serta kunjungan rumah untuk

proses penyebaran kuesioner nantinya.

Dimana kegiatan tersebut dilaksanakan 1-2

kali dalam seminggu setiap posyandu di

wilayah kerja puskesmas wara selatan

terdapat 4 posyandu lansia. Kegiatan

kunjungan rumah dilakukan apabila kegiatan

diposyandu lansia telah selesai, dalam hal ini

kegiatan tersebut dilaksanakan apabila lansia

tidak dapat berkunjung langsung ke posyandu

lansia.

Page 134: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

JOURNAL OF ISLAMIC

NURSING

Volume 5 Nomor 1, Juli 2020 34

3. HASIL

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik DM Tipe 2

Karakteristik f %

Umur

Usia Pertengahan

(45-59 tahun) 75 62,0

Lanjut Usia

(60-74 tahun) 46 38,0

Jenis Kelamin

Laki-laki 49 40,5

Perempuan 72 59,5

Pendidikan

Rendah 49 40,5

Tinggi 72 59,5

Pendapatan

Rendah 85 70,2

Tinggi 36 29,8

Lama Menderita

1-4 tahun 68 56,2

> 4 tahunm 53 43,8

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa

responden sebagian besar memiliki umur

dengan usia pertengahan (45-59 tahun) yaitu

75 responden (62,0%). Responden dengan

Jenis kelamin perempuan sebanyak 72

responden (59,5%),sebagan besar responden

dengan pendidikan tinggi 72 responden

(59,5%). Responden dengan pendapatan

dalam kategori rendah sebanyak 85 responden

(70,2%). Responden dengan lama menderita

1-4 tahun sebanyak 68 responden (56,2%).

Tabel 2 Hubungan dukungan emosional, penghargaan, informasi, instrumental terhadap self-

care

Variabel

Self Care

p value

Kurang Baik Total Ods Ratio

F % F % F %

Dukungan Emosional

Kurang

Baik

46

17

86,8

25,0

7

51

13,2

75,0

53

68

100

100

0,001

19,714

Dukungan Penghargaan

Kurang

Baik

47

16

74,6

27,6

16

42

25,4

72,4

63

58

100

100

0,001

7,711

Dukungan Informasi

Kurang

Baik

48

15

76,2

25,9

15

43

23,8

74,1

63

58

100

100

0,001

9,173

Dukungan Instrumental

Kurang

Baik

47

16

78,3

26,2

13

45

21,7

73,8

60

61

100

100

0,001

10,168

Page 135: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

JOURNAL OF ISLAMIC

NURSING

Volume 5 Nomor 1, Juli 2020 35

Hasil uji bivariat menunjukkan adanya

hubungan yang bermakna antara dukungan

emosional,dukungan instrumental, dukungan

penghargaan, dukungan informasi terhadap

self-care pada lansia dengan DM tipe 2 dengan

hasil uji chi squarediperoleh p value = 0,001

(p < 0,05).

Tabel 3 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda variabel dukungan emosional, dukungan

penghargaan, dukungan emosional, dukungan informasi terhadap self-care

Berdasarkan tabel 3 hasil analisis

regresi logistik ganda, pada penelitian ini

menggunakan 4 langkah untuk sampai pada

hasil akhir. Pada step ke 4 variabel dukungan

informasi dimasukkan kembali kedalam

permodelan karena perubahan OR dari

variabel dukungan instrumental dan dukungan

emosional lebih dari 10% yaitu 27 %,

sehingga dari step tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa semakin besar nilai Exp

(B) atau OR maka variabel tersebut semakin

kuat hubungannya dengan variabel

independen. Sehingga dukungan emosional

memiliki nilai Exp(B) lebih tinggi yaitu

10,875 maka dapat disimpulkan bahwa

dukungan emosional memiliki hubungan yang

kuat terhadap self-care pada lansia dengan

DM, dari model diatas dapat dijelaskan

bahwa lansia yang mendapatkan dukungan

emosional yang baik mempunyai peluang

10,875 kali dapat melakukan self care dengan

baik.

4. PEMBAHASAN

a. Hubungan Dukungan Emosional

terhadap self-care

Hasil uji statistik pada hubungan

antara dukungan emosional dengan self-care

menunjukkan terdapat hubungan yang erat

dan postif(p value: 0,001) antara dukungan

emosional dengan self-care. Dukungan

emosional berupa ekspresi empati, perhatian,

pemberian

semangat, kehangatan pribadi, cinta atau

bantuan emosional. Dengan semua tingkah

laku yang mendorong perasaan nyaman dan

mengarahkan individu untuk percaya bahwa

ia dipuji, dihormati, dicintai dan bahwa orang

lain bersedia memberikan perhatian

(Sarafino,2011).

b. Hubungan Dukungan Informasi

terhadap self-care

Hasil uji statistik pada hubungan

antara dukungan informasi dengan self-care

menunjukkan terdapat hubungan yang erat

dan postif (p value: 0,001) antara dukungan

emosional dengan self-care.Dukungan

informasi keluarga merupakan suatu

dukungan atau bantuan yang diberikan

keluarga dalam bentuk memberikan saran

atau masukan, nasehat atau arahan dan

memberikan informasi-informasi penting

yang dibutuhkan lansia dengan DM dalam

upaya meningkatkan status kesehatannya

(Bomar, 2004).

c. Hubungan Dukungan Penghargaan

terhadap self-care

Hasil uji statistik pada hubungan

antara dukungan penghargaan dengan self-

care menunjukkan terdapat hubungan yang

erat dan postif (p value: 0,001) antara

dukungan emosional dengan self-

care.Keluarga memberikan dukungan

penghargaan lewat ungkapan hormat

(penghargaan) positif untuk lansia dengan

Dukungan

Keluarga

B SE P Value Exp.(B) 95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Dukungan

Instrumental

1,548 0,524 0,003 4,702 1,685 13,121

Dukungan

emosional

2,386 0,545 0,001 10,875 3,737 31,646

Dukungan

informasi

1,237 0,523 0,018 3,445 1,236 9,601

Page 136: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

JOURNAL OF ISLAMIC

NURSING

Volume 5 Nomor 1, Juli 2020 36

DM, dorongan maju atau persetujuan dengan

gagasan atau perasaan individu dan

perbadingan positif lansia dengan orang lain,

seperti misalnya orang-orang yang kurang

mampu atau lebih buruk keadaannya dari

dirinya sendiri (menambah penghargaan diri).

c. Hubungan Dukungan Instrumental

terhadap self care

Hasil uji statistik pada hubungan

antara dukungan instrumental dengan self-

care menunjukkan terdapat hubungan yang

erat dan postif(p value: 0,001) antara

dukungan emosional dengan self-

care.Dukungan instrumental merupakan

dukungan yang diberikan oleh keluarga

secara langsung yang meliputi bantuan

material seperti memberikan tempat tinggal,

meminjamkan uang dan bantuan dalam

mengerjakan tugas rumah sehari-hari

(Sarafino,2011).

d. Hubungan yang paling kuat terhadap

self-care

Berdasarkan hasil analisis multivariat

dengan regresi logistik ganda maka variabel

yang paling dominan dan erat kaitannya

dengan Self-Care adalah Dukungan

emosional. Berdasarkan nilai korelasi yang

paling kuat hubungannya dengan self-care

klien DM tipe 2 adalah Dukungan Emosional

Keluarga (Coefficients Beta (Exp (B)) =

10,875). Dukungan emosional yang diberikan

keluarga kepada lansia dengan DM akan

mendorong lansia tersebut untuk dapat

menjalani perawatan secara teratur, hal ini

dikarenakan dukungan yang diberikan

tersebut dijadikan sebagai energi penggerak

bagi penderita dalam menjalankan suatu

program terapi dan dapat melakukan self-care

dengan baik.

Pasien yang sedang berada pada masa

penyembuhan akan lebih cepat sembuh

apabila memiliki keluarga yang bersedia

menolong (Baron & Bryne 1994). Dukungan

emosional keluarga yang ditunjukkan melalui

ungkapan rasa simpati, pemberian perhatian,

kasih sayng, penghargaan serta kebersamaan

akan membuat lansia dengan DM merasa

tenang dalam menghadapi berbagai keadaan

tidak menyenangkan.

Hal ini sejalan dengan

penelitianliliyanti M, dkk (2017) dengan

menggunakan analisis pearson chi-

squaremenunjukkan terdapat hubungan antara

dukungan emosional keluarga dengan

penerimaan diri pada lansia dengan nilai p

value = 0,001.House 1994 dalam

(setiadi,2008) juga menjelaskan bahwa lansia

merasa dirinya tidak menanggung beban

sendiri tetapi ada orang lain yang yang

memperhatikan, mendengar, dan membantu

memecahkan masalah yang terjadi.

5. KESIMPULAN

Distribusi karakteristik klien DM tipe 2 di

Puskesmas Wara Selatan Kota Palopo adalah

rerata usia pertengahan (45-59 tahun),

didominasi jenis kelamin perempuan, dengan

pendapatan klien sebagian besar adalah

rendah, dan rata-rata lama menderita DM

adalah 4-5 tahun. Ada hubungan yang

signifikan antara dukungan keluarga terhadap

self-care lansia dengan DM.

6. REFERENSI

Alligood, M.R & Tomey, A.M. (2006).

Nursing theory : uilizaion & application. 3

ed. Missouri : Mosby.

American Diabetes Association. (2017).

Standards of Medical Care in Diabetes. Vol

40. USA : ADA. Diakses pada tanggal 25

Desember 2018.

Black, M. J & Hawks, H. J. (2009). Medical

surgical nursing : clinical management for

continuity of care, 8th ed. Philadephia : W.B.

Saunders Company.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Riset

Kesehatan Dasar 2018. Litbangkes

Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Depkes (2017). Tekan Angka Kematian

Melalui Program Indonesia Sehat Dengan

Pendekatan Keluarga.

http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=1706160

0003 diakses tanggal 19 Desember 2018.

Dinas Kesehatan Kota Palopo. 2017. Profil

Kesehatan Kota Palopo.

https://www.kemkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2017/7373_Sulsel_Kota_Palopo_2017.pdf diakses 19

desember 2018.

Page 137: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

JOURNAL OF ISLAMIC

NURSING

Volume 5 Nomor 1, Juli 2020 37

Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan. 2015.

Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.

http://www.depkes.go.id/resources/download/

profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2015/27_S

ulsel_2015.pdf diakses tanggal 20 desember

2018.

Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E.

G. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga:

Riset, Teori dan Praktek. Jakarta: EGC, 5–6.

IDF. (2014). IDF Diabetes Atlas,

http://www.idf.org diakses pada tanggal 20

Desember 2018.

PERKENI. (2015). Konsesus Pengelolaan

dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di

Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi

Indonesia.

.

Page 138: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

82

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERAWATAN DIRI (SELF CARE ACTIVITY) PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

Ni Wayan Yatik Marlinda1, I Kadek Nuryanto2, Ni Ketut Noriani3

Institut Teknologi dan Kesehatan Bali e-mail : [email protected]

ABSTRAK Latar belakang: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan perawatan diri (self care activity) pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat. Metode: Penelitian ini menggunakan desain analitik korelatif, dengan pendekatan cross sectional study. Populasi pada penelitian sebanyak 131 pasien diabetes melitus tipe 2 dengan jumlah sempel 99 responden. Teknik pengambilan sempel menggunakan metode non-probability yang diambil secara consecutive sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji Spearman’s Rho. Hasil: Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga dalam kategori cukup sebanyak 59 orang (59,6%), dan self care activity dalam kategori baik sebanyak 77 orang (77,8%). Berdasarkan analisa statistik menggunakan uji Spearman’s Rho didapatkan hasil ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perawatan diri pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan nilai p-value=0,001, dengan kekuatan kolerasi yang rendah (0,370) dan arah kolerasi positif. Simpulan: penelitian ini menunjukkan semakin baik dukungan keluarga maka semakin baik pula perawatan diri yang bisa dilakukan oleh pasien diabetes melitus tipe 2. Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Perawatan Diri, Self Care Activity, Diabetes Melitus

Tipe 2 ABSTRACT

Aims: This study was to determine the correlation between family support and self-care activity in patient with type 2 diabetes mellitus at public health center II west Denpasar. Method: This study employed correlative analytics design with cross sectional study. The population of this study were 131 patients with type 2 diabetes mellitus. There were 99 respondents recruited as the sample of the study which were selected by using non-probability, consecutive sampling technique. The data were collected by using question-naire and analyzed statistically y using Spearman’s Rho test. Result: The finding of this study showed that there were 59 respondents (56.6%) had moderate family support and 77 respondents (77.8%) had good self-care activity. There was a positive correlation between family support and self-care activity in patient with type 2 diabetes mellitus (p-value = 0.001; r = 0.370). Conclusion: Good family support could affect self-care activity in pa-tients with type 2 diabetes mellitus. Family are expected to motivate patient in carry-out self-care activity. Keywords: Family support, Self-care activity, Type 2 diabetes mellitus

Page 139: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

83

PENDAHULUAN Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit

gangguan metabolik yang ditandai dengan kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau gangguan fungsi insulin. Dalam diabetes melitus tipe 2, jumlah insulin yang diproduksi oleh pankreas biasanya cukup untuk mencegah ketoasidosis tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh total. Dia-betes melitus tipe 2 biasanya terjadi pada usia diatas 40 tahun, tetapi bisa pula timbul pada usia di atas 20 tahun. Sekitar 90-95% pen-derita diabetes adalah tipe 2 (Darmayanti, 2015).

Hasil survey World Health Organization

(WHO) terjadi peningkatan jumlah pasien diabetes tipe 2 di dunia setiap tahunnya dan diprediksi akan mencapai angka 366 juta orang pada tahun 2030 (WHO, 2014). Indo-nesia menempati peringkat keempat untuk di dunia dan kedua terbesar di Asia yaitu sebe-sar 8.4 juta jiwa pada tahun 2000 (WHO, 2014). Di provinsi Bali dari tahun ke tahun mengalami peningkatan penderita diabetes melitus tipe 2, pada tahun 2008 jumlah pen-derita sebanyak 98.000 orang, tahun 2009 sebanyak 108.000 orang tahun 2010 sebanyak 161.000 orang (Depkes, RI 2010). Menurut data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Kota Denpasar tahun 2017 ditemukan bahwa diabetes melitus tipe 2 (usia> 40 tahun) meru-pakan urutan ke-5 yang termasuk dalam 10 pola penyakit terbanyak di Puskesmas dengan total 3.590 penderita. Puskesmas II Denpasar Barat merupakan puskesmas terbanyak kun-jungan penderita diabetes melitus di Bali.

Diabetes melitus tipe 2 biasanya terdapat

pada orang dengan penyakit kelebihan berat badan, dan juga bisa berkembang pada orang-orang yang kurus dan hal ini biasanya juga banyak dialami oleh orang dewasa setelah berusia 40 tahun (Pratita, 2012). Penderita penyakit kronis cenderung menunjukan gangguan emosi yang bersifat negative berhubungan dengan penyakit yang dideritan-ya. Penderita penykit kronis dalam hal ini penderit yang mengalami diabetes mellitus sangat membutuhkan dukungan keluarga (Tamara, 2014).

Dukungan keluarga merupakan salah

satu bagian terpenting dari seseorang yang mengalami diabetes melitus. Penderita diabe-tes militus tipe 2 harus harus bisa mengontrol

gula darah, pola makan, dan aktivitas sehari-hari untuk tetap menjaga kondisinya tetap segar (Noviariani, 2013). Dukungan keluarga juga memiliki peran yang sangat penting da-lam menjaga kesehatan fisik maupun kesehatan mental dari penderita diabetes melitus. Dukungan keluarga terbagi menjadi 4 dimensi, diantaranya dimensi empathetic (emosional), dimensi encouragement (penghargaan), dimensi facilitative (instrument), dan dimensi participative (partisipasi). Masing-masing dimensi ini penting dipahami bagi individu dalam meberikan dukungan pada keluarga yang mengalami masalah kesehatan seperti pen-derita diabetes mellitus.

Melalui pemberian dukungan keluarga diharapkan tujuan pengobatan diabetes meli-tus tipe 2 akan berhasil dengan baik. Dengan adanya dukungan dari keluarga maka perawa-tan diri pada pasien diabetes mellitus bisa menjadi lebih baik. Penderita akan bisa me-menuhi segala kebutuhan dalam perawatan diri akibat dari dukungan yang diberikan oleh keluarga. Kemampuan penderita diabetes mellitus dalam melakukan self-care dengan tepat akan dapat mempengaruhi produktivitas diri dari pasien itu sendiri (Ayele, 2012).

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perawatan Diri (Self Care Activity) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat.”

METODELOGI

Penelitian ini menggunakan desain analitik korelatif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini ada-lah pasien diabetes melitus tipe 2 yang melakukan rawat jalan di Puskesmas II Denpasar Barat. Jumlah sampel sebanyak 99 responden. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non prob-ability sampling yaitu consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner.

HASIL PENELITIAN

Hasil pada penelitian ini menunjukkan:

Tabel 1. Distibusi Frekuensi Karakteristik (n=99)

Karekteristik Mean Median

Umur 59.62 60.00

Page 140: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

84

Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa dari 99 responden, karakteristik re-sponden berdasarkan rata-rata usia responden 59 tahun. Berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan yaitu sebanyak 53 responden (53,5,5%). Berdasarkan pendidikan terakhir yang terbanyak adalah SMA sebanyak 76 responden (76,5%). Berdasarkan pekerjaan yang terbanyak adalah Swasta sebanyak 27 responden (27,3%).

Table 2. Distribusi frekuensi Katagori Persepsi Dukungan Keluarga (n=99)

Berdasarkan table 2 tentang dukungan keluarga menunjukkan bahwa 20 responden (20,2%) memiliki dukungan keluarga kurang. Kemudian 59 responden (59,6%) memiliki dukungan keluarga cukup. Dan 20 responden (20,2%) memiliki dukungan keluarga baik

Tabel 3. Distribusi frekuensi Katagori Perawatan Diri (Self Care Activity) (n=99)

Berdasarkan tabel 3 tentang perawatan

diri (self care activity) menunjukan bahwa 77 responden (77,8%) memiliki perawatan diri (self care activity) baik, dan 22 responden (22,2%) memiliki perawatan diri (self care activity) kurang.

Tabel 4. Hasil Analisis Spearman’s Rho Correlation

Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa didapatkan p-value<0,001 yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan perawatan diri (self care activity) pada pasien diabetes meli-tus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat. Hubungan ini ditunjukkan dengan kekuatan korelasi sebesar 0,370 yang termasuk dalam kategori rendah (0,20-0,399), dengan arah korelasi positif positif yang be-rarti semakin baik dukungan keluarga maka semakin baik pula perawatan diri yang bisa dilakukan oleh pasien dengan diabetes meli-tus tipe 2.

PEMBAHASAN Dukungan Keluarga Pasien Diabetes

Melitus Tipe 2 Dukungan keluarga adalah sebuah sikap

dan tindakan penerimaan yang diberikan keluarga kepada anggota keluarga lainnya. Dukungan keluarga bersifat interpersonal dimana terdapat hubungan antara keluarga dengan anggota keluarga lainnya untuk memberikan sebuah perhatian (Friedman, 1998 dalam Febriyanti, 2017).

Pada penelitian ini dukungan keluarga pada pasien diabetes melitus tipe 2 dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu dukungan keluarga baik, cukup dan kurang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil dari 99 responden sebanyak 20 (20,2%) responden memiliki dukungan keluarga baik, sebanyak 59 (59,6%) responden memiliki dukungan keluarga yang cukup, dan sebanyak 20 (20,2%) responden memiliki dukungan keluarga yang kurang.

Dukungan keluarga yang dimiliki re-sponden dalam penelitian ini sebagian besar dapat dikatakan cukup karena keluarga selalu memperhatikan keadaan pasien, hal ini dapat dibuktikan sebanyak 53 (53,5%)

Karakteristik Frekuensi

(n) Presentase

(%) Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

53

45

53,5

45,5 Pendidikan terahir

SMP Akademi Perguruan Tinggi SD SMA

24 20 7 76

24,2 20,2 7,1 76,5

Pekerjaan

PNS Swasta Wiraswasta IRT Buruh Pensiun

Lain-lain

11 27 11 23 4 13

10

11,1 27,3 11,1 23,2 4,0 13,1

10,1

Dukungan

Keluarga Frekuensi

(f) Persentase

(%) Persepsi Baik 20 20.2

Persepsi Cukup 59 59.6

Persepsi Kurang 20 20.2

Perawatan Diri Frekuensi

(f) Persentase

(%) Perilaku Baik 77 77.8

Perilaku Kurang 22 22.2

Dukungan Keluar-ga

Perawatan Diri

Dukun-agn Keluarga

Spearman’s rho correlation Sig (2-tailed) N

1.000. 99

.370** .000 99

Perawa-tan Diri

Spearman’s rho correlation Sig (2-tailed) N

.370** .000 99

1.000 99

Page 141: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

85

responden selalu diperhatikan oleh keluarga dan sebanyak 44 (44,4%) keluarga selalu berperan aktif dalam pengobatan dan perawatan pasien.

Hasil penelitian yang didapatkan juga menunjukan sebanyak 20 (20,2%) responden mendapatkan dukungan keluarga yang kurang. Hal ini disebabkan karena keluarga tidak memberikan dukungan sepenuhnya kepada anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, keluarga kurang memberikan perhatian sehingga pasien merasa kesepian, putus asa, depresi bahkan stress, hal ini dikarenakan kesibukan yang dimiliki oleh anggota keluarga, sehinggan jarang berada di rumah dan jarang bersama pasien seperti mengobrol, mengawasi pasien atau memberikan informasi tentang kesehatan pasien.

Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bekti (2017), yang meneliti tentang hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien lansia penderita diabetes melitus di Puskesmas Minggir Sleman Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukan dari 40 responden pasien diabetes melitus sebagian besar mendapat dukungan keluarga cukup dari keluarga dengan jumlah 24 orang (60,0%). Hal ini disebabkan karena ke-banyakan pasien diabetes mellitus tinggal bersama dengan keluarga intinya, sehingga mereka selalu bisa memperhatikan dan melakukan perawatan terhadap anggota keluarganya yang mengalami masalah kesehatan.

Perawatan Diri (Self Care Activity) Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

Manejemen perawatan diri (self care activity) merupakan modal perawatan yang paling tepat untuk seseorang yang menderita penyakit kronik seperti penyakit diabetes melitus. Perawatan diri merupakan hal yang sangat penting untuk bisa dilakukan oleh pasien yang mengalami diabetes mellitus agar mereka bisa mengontrol penyakit dan melakukan pencegah terhadap terjadinya komplikasi. Kegiatan self-care pada pasien diabetes melitus antara lain adalah dengan melakukan pengaturan diet, meningkatkan aktivitas fisik, melakukan pengontrolan ter-hadap gula darah, dan melakkan perawatan kaki (Perkeni, 2013).

Pada penelitian ini perawatan diri pada pasien diabetes melitus tipe 2 dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu

perawatan diri baik dan perawatan diri kurang. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan perawatan diri (self care activity) pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat berada pada kategori baik yaitu 77 (77,8%) dan kategori kurang yaitu sebanyak 22 (22,2%) responden.

Perawatan diri yang dimiliki responden dalam penelitian ini sebagian besar dapat dikatakan baik karena adanya pemberian informasi tentang penyakit diabetes melitus yang diberikan oleh pihak Puskesmas dan telah dilakukanya penyuluhan kesehatan da-lam menjaga perawatan diri pada pasien DM pada saat adanya kegiatan peguyuban yang dilaksanakan satu bulan dua kali oleh program Puskesmas II Denpasar Barat di masing-masing posyandu yang ada, sehingga menambah pengetahuan dan memotivasi dari pasien untuk rutin dalam melakukan perawatan diri.

Hasil penelitian terdapat 22 (22,2%) re-sponden menunjukan bahwa perawatan diri (self care activity) pada pasien diabetes meli-tus tipe 2 kurang. Menurut pendapat peneliti, hal ini dapat disebabkan oleh karena pasien tidak mau memikirkan penyakitnya, tidak mau merawat dirinya, dan tidak ada motivasi di dalam dirinya maupun dari luar yang men-dorong pasien untuk rutin melakukan perawa-tan diri.

Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kumalasari (2017), yang meneliti tentang hubungan tingkat self care dan kepatuhan terhadap outcome terapi pada pasien diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Dr. Moeradi Surakarta. Hasil penelitian ini menunjukan dari 97 responden diabetes melitus tipe 2 sebagian besar perawatan diri yang bisa dilakukan oleh pasien dalam kata-gori baik dengan jumlah 89 (91,75%). Tingkat self care yang baik ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki pasien dalam melakukan perawatan terhadap dirinya sendiri serta adanya kebiasaan yang sudah dimiliki oleh pasien dalam melakukan self care tersebut.

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perawatan Diri (Self Care Activity) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

Berdasarkan uji korelasi dengan Spearman’s Rho menggunakan program computer SPSS 22 for windows didapatkan p-value<0,001 yang menunjukkan ada

Page 142: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

86

hubungan antara dukungan keluarga dengan perawatan diri (self care activity) pada pasien diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat. Hubungan ini ditunjukkan dengan kekuatan korelasi sebesar (0,370) yang termasuk dalam kategori rendah (0.20-0.399), dengan arah korelasi positif positif. Hasil ini menunjukkan semakin tinggi dukungan keluarga makan semakin baik perawatan diri yang bisa dilakukan pada pasien yang mengalami diabetes melitus tipe 2.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Prasetyani (2018) dengan judul hubungan karakteristik, pengetahuan, dan dukungan keluarga dengan kemampuan self care pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Cilacap Tengah 1 dan 2 menyatakan terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kemampuan self care pada pasien diabetes mellitus tipe 2 (p-value=0,030). Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Ismonah (2009) yang menunjukan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan self care pasien diabetes melitus, dimana pasien yang mendapat dukungan keluarga baik berpeluang 10 kali melakukan self care yang baik.

Penelitian Oktavianti, dan Prihatiningsih (2018) dengan judul hubungan dukungan keluarga dengan self care pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Depok III Sleman Jogyakarta menyatakan terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan self care pada pasien diabetes melitus tipe 2 (p-value=0,000). Keberhasilan pasien dalam melakukan self care tidak terlepas dari dukungan keluarga seperti orang tua, suami/istri, mertua, saudara. Keberadaan keluarga yang mendukung pasien diabetes meningkatkan efikasi diri serta motivasi pasien untuk dapat menurunkan depresi.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dukungan keluara pasien diabetes melitus tipe 2 sebagian besar memiliki dukungan keluarga cukup dengan perawatan diri yang baik. Berdasarkan analisis menggunakan Spearman’s Rho Correlation diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan perawatan diri (self care activity) pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas II Denpasar Barat.

DAFTAR PUSTAKA Darmayanti, S. (2015). Diabetes Mellitus &

Pelaksanaan Keperawatan. Jogyakarta: Nuha Medika.

Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2014). Profil Kesehatan Provinsi Bali 2017. Denpasar: Dinas Kesehatan Provinsi Bali.

Jamaludin, J., & Choirunisa, A. (2019). Hub-ungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada penderita DM di ruang Poliklinik RSI Sunan Ku-dus. Jurnal Profesi Keperawatan (JPK), 6(1).

Mardiyanti, Y. (2013). Tingkat Self Care Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Puskesmas Kalirungkut Sura-baya.

Meidikayanti, W., & Wahyuni, C. U. (2017). The Correlation between Family Sup-port with Quality of Life Diabetes Melli-tus Type 2 in Pademawu PHC. Jurnal Berkala Epidemiologi, 5(2), 253-264.

Novita, N. (2013). Profil Penerapan Self-care dan Status Depresi Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Kali-rungkut Surabaya. Calyptra, 2(2), 1-16.

Nuraisyah, Fatma; Kusanto, Hari; Ra-hayujanti Theodola Baning. Dukungan Keluarga dan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus. Berita Kedokteran Masyarakat, 33.1: 55-66.

Perkeni. (2015). Pengelolaan Dan Pencega-han Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indone-sia. Perkumpulan Endokrinologi Indone-sia.

Pratita, N. D. (2012). Hubungan dukungan pasangan dan health locus of control dengan kepatuhan dalam menjalani proses pengobatan pada penderita diabe-tes mellitus tipe-2. Calyptra, 1(1), 1-24.

Susanti, M. L., & Sulistyarini, T. (2013). Dukungan keluarga meningkatkan kepatuhan diet pasien diabetes mellitus di ruang rawat inap RS. Baptis Kedi-ri. Jurnal Stikes, 6(1).

Tamara, E., & Nauli, F. A. (2014). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Kuali-tas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal Online Mahasiswa Pro-gram Studi Ilmu Keperawatan Universi-tas Riau, 1(2), 1-7.

World Health Organization. (2014). Diar-rhea. (www.who.int) diakses 18 Ok-tober 2018.

Page 143: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

Riset Informasi Kesehatan, Vol.7, No.1

Juni 2018 https://doi.org/10.30644/rik.v7i1.135

Dukungan keluarga dan perilaku self-management pada pasien diabetes melitus

tipe II di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi

Rasyidah AZ1

1Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Harapan Ibu, Jambi, Indonesia

Email Korespondensi : [email protected]

Abstrak

Latar Belakang: Indonesia menduduki peringkat keempat pasien DM terbanyak di dunia dengan jumlah pasien mencapai angka 76 juta orang pada rentan usia sekitar 20-79 tahun. Diabetes Melitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat mengakibatkan terjadinya berbagai komplikasi seperti hipoglekemia, ketoasidosis diabetik, koma hiperosmolar nonketotik, retinopati diabetik, neuropati, dan nefropati. Adapun upaya pencengahan diabetes melitus antara lain: dukungan keluarga dan perilaku self-management. Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap perilaku self-management pada pasien Diabetes melitus Tipe II di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional, sampel berjumlah 81 responden yang diambil dengan teknik sampel purposive sampling. Hasil penelitian dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji statistik chi square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (53,1%) menunjukkan dukungan

keluarga baik, dan (53,1%) menunjukkan dilakukannya perilaku self-management. Ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan perilaku self-management pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi dengan p-value = 0,019. Kesimpulan: Diharapkan kepada pihak puskesmas Simpang IV Sipin dapat memberikan

informasi mengenai manajemen gula darah, diet, latihan fisik dan pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam mengenai pentingnya dukungan keluarga dan perilaku self-management. Kata Kunci : Diabetes Melitus Tipe II, Dukungan Keluarga, Self-Management.

Abstract

Background: Indonesia ranks fourth most DM patient in the world with the number of patients

reaching 76 million people at vulnerable age around 20-79 years. diabetes mellitus if not managed

properly will result in various complication such as hypoglicemia, diabetic ketoacidosis, nonketotic

hyperosmolar coma, diabetic retinopathy, neuropathy and nepropathy. The diabetes mellitus

medication efforts include : family support and self-management behavior.

Method: This study aims to determine the relationship of family support to self management

behavior in type II diabetes mellitus patients at the puskesmas Simpang IV Sipin Jambi city. This

research is quantitative research with cross sectional method, 81 respondent samples taken with

purposive sampling technique.

Result: The result were analyzed univariate and bivariate with chi square statistic test. The result

showed that most (53,1%) showed good family support, and (53,1%) showed self management

behavior. There is a significant relationship between family support and self management behavior

with p-value=0.019.

Conslusion: it is hoped that the Public Health Center of Simpang IV Sipin can provide information

on blood sugar management, diet, physical exercise and health services utilization in the

importance of family support and self-management behavior.

Keywords: Type II Diabetes Mellitus, Family Support, Self-Management.

Page 144: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

77

77

PENDAHULUAN Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik dengan jumlah kejadian yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit ini ditandai dengan tingginya kadar glukosa di dalam darah (hiperglikemia) akibat adanya kerusakan insulin, kerja insulin atau keduanya (1),. Menurut data dari IDF (2012) lebih dari 371 juta orang di dunia menderita penyakit DM, berdasarkan data tersebut 8,3% dari populasi di dunia telah mengidap penyakit DM. Selain itu, WHO (2013) memperkirakan pada tahun 2030 jumlah pasien DM akan semakin meningkat hingga mencapai 438 juta orang dan menjadi penyebab kematian yang menempati urutan ke-7 di dunia. Indonesia sendiri menduduki peringkat ke-4 pasien DM terbanyak di dunia dengan jumlah pasien mencapai angka 76 juta orang pada rentan usia sekitar 20-79 tahun (2). Angka ini diperkirakan akan terus meningkat mencapai 21.257.000 pasien DM di Indonesia pada tahun 2030. Selain itu DM menduduki peringkat ke-6 penyebab kematian terbesar di Indonesia (The centers for disease control and preventio) (3).

Pasien DM memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi serius. Adanya peningkatan gula darah yang berlangsung lama dapat menyebabkan beberapa komplikasi baik komplikasi mikrovaskuler maupun komplikasi makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler merupakan komplikasi yang menyerang pembuluh darah kecil yang dapat menyebabkan retinopati, nefropati dan neuropati (4) Setiap tahunnya terdapat kurang lebih 4 juta orang pasien DM yang memiliki ulkus kaki diabetikum. Di Amerika, amputasi pada ekstermitas bagian bawah 10 kali lebih sering terjadi pada pasien DM dibandingkan pada pasien non- DM. Sekitar 85% amputasi yang terjadi pada pasien DM diawali dengan ulkus diabetikum (5).

Komplikasi DM memberikan dampak negatif bagi kehidupan pasien baik secara fisik, psikologis, sosial maupun ekonomi. Akibat banyaknya dampak negatif yang dialami oleh pasien DM maka pasien DM perlu mengambil peran aktif dengan melakukan pengolaan terhadap DM yang dideritanya untuk meminimalisir terjadinya komplikasi. Menurut konsensus PERKENI (2011) ada empat pilar dalam penatalaksanaan DM yaitu edukasi, terapi nutrisi medis, latihan jasmani, dan intervensi farmakologi. Proses seseorang dalam melakukan pengelolan terhadap penyakit yang bersifat kronis untuk mengurangi efek buruk yang ditimbulkannya dikenal dengan self-management (6).

Self-management merupakan landasan dalam melakukan perawatan DM (7). Norris,el al (2001) menemukan bahwa pasien DM tipe 2 yang melakukan self management menunjukkan hasil positif terhadap kadar glukosa darah. Selain itu penerapan self-management yang lebih

baik dapat menurunkan resiko terjadinya komplikasi, mengurangi kejadian hospitalisasi dan angka kematian akibat DM (8).

Meskipun self-management memiliki dampak positif bagi pasien DM tipe 2 tapi masih banyak pasien DM tipe 2 yang kesulitan dalam menerapkan perilaku self-management, hal ini dipengaruhi oleh self-efficacy, problem solving dan dukungan lingkungan sosial (9). Dukungan keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling dekat dari pasien DM sehingga peran keluarga akan berpengaruh seacara langsung terhadap kebiasaan ataupun pola pikir pasien DM. Hasil penelitian yang dilakukan Aklima (2012) menyebutkan bahwa kurangnya dukungan keluarga menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan kegagalan pasien DM tipe 2 dalam menjalankan self-management (10). Meskipun demikian peneliti Mayberry (2012) menyebutkan

Page 145: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

78

78

bahwa keluarga dapat memiliki efek negatif maupun positif terhadap perilaku self-management pasien DM tipe 2.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Jambi diketahui bahwa jumlah kunjungan penyakit Diabetes Melitus di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi mengalami peningkatan dengan jumlah kunjungan sebnyak 1676 orang, kedua Puskesmas Rawasari sebanyak 1099 orang. Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record Puskesmas Simpang IV Sipin, jumlah kunjungan DM Tipe II di Puskesmas Simpang IV sipin Kota Jambi terbanyak pasien yang mengalami DM yaitu sebanyak 205 kunjungan baru dan 1471 kunjungan lama Berdasarkan survei awal didapatkan bahwa beberapa penderita Diabetes Mellitus menyatakan kurang mendapat dukungan dari keluarganya dan ada pula responden mengatakan tidak melakukan perawatan mandiri seperti pemantauan gula darah secara mandiri, mengikuti pola makan yang sehat, meningkatkan kegiatan jasmani dan pemanfaatan pelayanan kesehatan dikarenakan faktor jenuh/bosan.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Self-management Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi”.

METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 81 orang responden yang menderita DM lebih dari satu tahun. Instrument penelitian yang digunakan berupa kuesioner yang terdiri dari 3 bagian yaitu karakteristik demografi responden, dukungan keluarga dan self management. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistic chi-square.

HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian didapatkan karakteristik responden sebagai berikut:

Tabel 1 distribusi frekuensi menurut

karakteristik responden di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi

No Keterangan Jumlah Persentasi

1 Jenis Kelamin - Laki-laki

- Perempuan

35 46

43,2 56,8

2 Pendidikan - Tidak

Bersekolah

- SD - SMP

- SMA - Perguruan

Tinggi

4

6 16 28 27

4,9

7,4 19,8 34,6 33,3

3 Keluarga yang merawat - Suami - Istri

- Anak - Ayah/Ibu

19 27 20 15

23,5 33,3 24,7 18,5

4 Usia ≤ 60 Tahun > 60 Tahun

47 34

58 42

5 Lama Menderita DM ≤5 Tahun > 5 Tahun

34 47

42 58

Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 81 orang responden sebanyak 38 responden (46,9%) tidak mendapatkan dukungan keluarga dan sebanyak 43 (53,1%) mendapat dukungan dari keluarga. Dukungan keluarga yang didapat berupa : dukungan emosional (51,9%), dukungan penghargaan (51,9%), dukungan informasi (59,3%), dukungan instrumental (54,3%) dan network support (86,4%). Dari 81 orang

Page 146: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

79

79

responden sebanyak 38 responden (46,9%) tidak melakukan self management dan sebanyak 43 responden (53,1%) melakukan self management. Self management yang dilakukan berupa : melakukan managemen gula darah (66,7%), diet (69,1%), latihan fisik (77,8%) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan (70,4%). Berdasarkan Hasil penilitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan perilaku self-management pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi dengan p-value = 0,019.

PEMBAHASAN Hasil penelitian didapatkan bahwa Dukungan keluarga yang diberikan berupa : dukungan emosional (51,9%), dukungan penghargaan (51,9%), dukungan informasi (59,3%), dukungan instrumental (54,3%) dan network support (86,4%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah mendapatkan dukungan emosional. Hasil ini berbeda dengan penelitian Diabetes United Kingdom (2008) yang mengungkapkan bahwa gangguan depresi dan kecemasan akan menyerang pasien DM tipe 2 lebih sering dibandingkan populasi non-DM yang disebabkan kurangnya dukungan secara emosional yang di dapatkan dari keluarga. Perbedaan hasil tersebut dikarenakan adanya perbedaan budaya. karakteristik masyarakat Indonesia yang memiliki ikatan kekeluargaan yang erat dan akrab akan memudahkan dalam pemberian dukungan sehingga tidak sulit bagi pasien DM tipe 2 untuk mendapatkan dukungan secara emosional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar juga mendapatkan dukungan informasional, Hasil yang berbeda ditunjukkan pada penelitian (8) bahwa keluarga tidak menunjukkan sikap mendukung dalam

pemberian informasi terkait perawatan diabetes. Adanya perbedaan hasil ini salah satunya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden.

Dukungan instrumental merupakan dukungan yang bersifat nyata meliputi bantuan secara langsung pada penderita DM. Dukungan instrumental ini meliputi penyediaan sarana seperti tenaga, dana maupun waktu oleh keluarga untuk melayani kebutuhan harian atau pun bantuan dalam proses pengobatan pasien DM (11). Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengah responden mengungkapkan bahwa responden mendapatkan dukungan dari keluarga khususnya pada dimensi instrumental. Hasil penelitian yang sama juga ditemukan pada penelitian (8) yang menyatakan bahwa keluarga yang memiliki tingkat penghasilan lebih tinggi menunjukkan dukungan instrumental yang lebih positif (8).

Dukungan penghargaan adalah dukungan yang terjadi melalui ekspresi berupa sambutan positif dengan orang-orang disekitarnya, dorongan atau pernyataan setuju terhadap ide-ide atau perasaan individu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang dirawat oleh keluarga besar cenderung menunjukkan dukungan penghargaan yang lebih mendukung dibandingkan keluarga inti. Hal ini menjadi wajar mengingat jumlah anggota keluarga besar lebih banyak dibandingkan anggota keluarga inti sehingga kesempatan untuk mendapatkan dukungan dari anggota keluarga menjadi lebih besar.

Pemberian dukungan berupa pujian, dorongan ataupun ekspresi yang positif akan meningkatkan rasa percaya diri dan harapan kepada pasien DM tipe 2. Hasil penelitian Schneider et al. (2008) mengungkapkan bahwa penghargaan yang diberikan kepada pasien DM memiliki efek perlindungan terhadap gangguan emosional seperti depresi, cemas dan putus asa yang

Page 147: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

80

80

sering di alami oleh penderita penyakit kronis (12).

Dukungan jaringan merupakan dukungan yang diberikan keluarga dalam menyediakan bagi pasien DM untuk berkumpul dengan sekelompok orang yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial (11). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum dukungan keluarga mendukung pada dimensi dukungan jaringan. Hal tersebut dikarenakan pemberian dukungan keluarga pada aspek ini menjadi fokus keluarga di Indonesia sebagai salah satu cara dalam melakukan perawatan diabetes sehingga kegiatan-kegiatan sosial yang berkaitan dengan perawatan diabetes perlu dilaksanakan. Self Management

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden melakukan self management. Self management yang dilakukan berupa : melakukan managemen gula darah, diet, latihan fisik dan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Hasil penelitian menunjukkan responden telah menunjukkan perilaku self-management yang baik. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan lama responden dalam menderita DM. Pada penelitian ini rata-rata responden telah menderita DM 8 tahun sehingga responden akan lebih terbiasa dalam melakukan kegiatan yang berkaitan dengan self-management. Seseorang yang telah lama terdiagnosa DM akan memiliki kebiasaan yang tertanam dalam kehidupan sehari-hari pasien tersebut termasuk kebiasaaan dalam melakukan perawatan diabetes.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden secara umum melakukan manajemen gula darah dengan baik responden yang menderita DM tipe 2 kurang dari 5 tahun secara umum menunjukkan aspek pengontrolan gula darah yang buruk dibandingkan responden yang telah menderita DM tipe 2 lebih dari 5 tahun. Durasi penyakit yang lebih lama akan

meningkatkan pelaksanaan manajemen gula darah. Hal tersebut dikarenakan responden yang telah mengidap penyakit DM lebih lama akan diikuti dengan pelaksanaan pengobatan yang lebih lama pula termasuk dalam hal ini pemeriksaan gula darah. Semakin lama responden menjalani pengobatan maka proses pengobatan tersebut secara langsung akan sering dilakukan, sehingga tidak mudah dilupakan oleh responden (13).

Perilaku self-management selanjutnya yaitu manajemen dalam konsumsi makanan (diet). Pola makan yang sehat atau manajemen diet merupakan bagian mendasar dari manajemen pada pasien diabetes. Bahkan manajemen diet merupakan komponen inti dari perilaku self-management diabetes dan memiliki manfaat bagi pasien DM tipe 2 yaitu mencegah komplikasi dan meningkatkan status kesehatan (14). Durasi penyakit yang lebih pendek pada pasien DM menunjukkan perilaku pengontrolan makanan lebih baik. Adanya perbedaan hasil terjadi karena responden yang menderita DM lama telah terbiasa dalam melakukan pengontrolan makanan dengan baik. Seseorang yang telah lama terdiagnosa DM akan memiliki kebiasaan yang tertanam dalam kehidupan sehari-hari pasien tersebut.

Latihan fisik merupakan salah bentuk self-management yang dapat dilakukan pasien DM tipe 2. Latihan fisik berperan sebagai glycemic control yaitu

mengatur dan mengendalikan kadar gula darah. Pasien DM sangat dianjurkan melakukan latihan fisik 3 kali dalam seminggu atau 150 menit dalam seminggu (jika tidak ada kontarindikasi). Jenis latihan fisik yang dianjurkan adalah aerobik dengan intensitas sedang (50-70% dari nadi maksimum) (1).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden telah menerapkan self-management yang baik khususnya pada aspek latihan

Page 148: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

81

81

fisik. Tingkat pendidikan yang cukup dapat memudahkan pasien DM tipe 2 dalam menentukan aktivitas yang baik untuk diabetesnya salah satunya adalah latihan fisik.

Diabetes merupakan penyakit kronis sehingga membutuhkan perawatan kesehatan yang teratur untuk meminimalisir penyulit yang timbul akibat DM. salah satu tindakan yang dapat meminimalisir penyulit tersebut adalah pasien DM dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk melakukan kontrol terhadap penyakitnya. Pasien DM yang memiliki angka kunjungan yang rendah ke pelayanan kesehatan memiliki komplikasi yang lebih buruk dibandingkan dengan yang teratur ke pelayanan kesehatan. Pemanfaatan pelayanan kesehatan berpengaruh pada tingkat pengetahuan pasien DM, sehingga semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien DM maka tingkat kepatuhan dalam penalaksanaan self-management semakin baik pula sehingga resiko komplikasi DM dapat dikurangi (15).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden telah rutin dalam mengunjungi pelayanan kesehatan. Pasien DM yang mempunyai kemampuan ekonomi akan rutin melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan. Kemampuan ekonomi secara langsung memfasilitasi pasien DM tipe 2 dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Melalui pelayanan kesehatan, pasien DM tipe 2 akan mengetahui pentingnya melakukan kunjugan ke pelayanan kesehatan secara rutin untuk mengontol diabetes yang dimiliki. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Self Management

Pada pengujian hipotesis dengan menggunakan uji statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan perilaku self-management pada pasien DM tipe 2 di

Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi dengan p-value = 0,019 (<0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan King et al (2010) yang mengemukakan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku self-management yaitu dukungan sosial keluarga. Untuk meminimalisir dampak buruk penyakit DM maka penderita DM dapat menerapkan self-management dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan self-management telah terbukti meningkatkan kondisi kesehatan pasien DM melalui penurunan kadar HbA1c yang akan berdampak secara langsung menurunkan resiko kesakitan, hospitalisasi dan kematian akibat penyakit DM (8) . Keefektifan Penerapan self-management ini salah satunya bergantung pada dukungan sosial keluarga yang diberikan pada penderita DM (16). Menurut Taylor (2003) dukungan Use the "Insert Citation" button to add citations to this document. dilihat dari berbagai faktor, yaitu: 1) Keluarga merupakan lingkungan

sosial terdekat dari penderita DM 2) Keluarga menjadi sumber utama

untuk membentuk keyakinan dan perilaku kesehatan termasuk dalam hal ini perilaku self-management

3) Keluarga menjadi orang terdekat dengan penderita DM tipe 2 yang mempunyai fungsi afektif, ekonomi, dan perawatan yang berpengaruh pada kesehatan fisik dan psikis17

Meskipun penderita DM tipe 2 menjadi fokus utama perawatan, tetapi dalam pemberian pelayanan kesehatan keterlibatan keluarga harus dipertimbangkan mengingat bahwa keluarga merupakan suatu unit dari perawatan kesehatan.

Double (2012) mengungkapkan bahwa pengelolaan kondisi kesehatan pada penderita penyakit kronik membutuhkan peran aktif lingkungan sosial termasuk dalam hal ini keluarga (18). Adanya keterlibatan keluarga ini

Page 149: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

82

82

dapat membantu anggota keluarganya yang menderita DM untuk melakukan pengontrolan seperti rutin melakukan pemeriksaan gula darah, mengawasi makanan yang dikonsumsi dan memotivasi penderita DM melakukan aktivitas fisik. Selain itu hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan aklima (2012), kurangnya dukungan yang diberikan oleh keluarga kepada pasien DM merupakan penyebab utama dalam kegagalan penerapan self-management pada pasien DM tipe 2 (10).

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga terhadap perilaku self-management penderita DM Tipe 2 di

Puskesmas Simpang IV Kota Jambi. Disarankan untuk meningkatkan

keterlibatan keluarga pada pasien diabetes dalam menjalankan perawatan diabetes dan self-management terhadap penyakit Diabetes.

DAFTAR PUSTAKA

1. American association diabetes. (2010). Diagnosis and classification of diabetes. Diabetes Care , 36, 1.

2. International diabetes federation. (2012). IDF diabetes atlas 5th edition. http://www.idf.org/sites/default/files/5E_IDFAtlasPoster_2012_EN.pdf (diakses 9 januari 2015)

3. Centers for disease control and prevention. (2012). CDC in Indonesia factsheet. http://www.cdc.gov/globalhealth/countries/indonesia/pdf/indonesia.pdf

4. World Health Organization. (2013). Complication of diabetes available at: http://www.who.int/diabetes/action_online/basics/en/index3.html

5. DFC (2010) 6. Smallwood, D. (2009). Improving

supported self-management for people with diabetes. Available:

http://www. diabetes. org.uk / Documents/ Reports/

Supported_self-management. Pdf 7. Sarkar, U., Fisher, L., & Schillinger, D.

(2006). Is Self-Efficacy Associated With Diabetes Self-Management Across Race/Ethnicity and Health Literacy? Diabetes care , 823-829.

8. Mayberry, L. S., & Osborn, C. Y. (2012). Family Support, Medication Adherence, and Glycemic Control Among Adults With Type 2 Diabetes. Diabetes Care , 1239-1245.

9. King, D. K., Glasgow, R. E., Toobert, D. J., Strycker, L. A., Estabrooks, P. A., Osuna, D., et al. (2010). Self-efficacy, problem solving, social-environmental support are associated with diabetes self-management behaviour. Diabetes care , 751-753.

10. Aklima. (2012). Development of Family-Based Dietary Self-Management Support Program on Dietary Behaviors in Patients with Type 2 Diabetes Mellitus in Indonesia: A Literature Review. Journal of nursing , 357-370

11. Sarafino, E. (1998). Health psychology, biopsychosocial interaction, third edition. Canada: John Wiley and Sons. Inc

12. Schneider, s., Ianotti, R. j., nansel, T. n., Haynie, D. l., soble, D. O., & Morton, b. s. (2009). Assessment of an Illness-specific Dimension of Self-esteem in Youths with Type 1 Diabetes. Journal of Pediatric Psychology , 283-293

13. Mahfuz dan Awadala (2011). Compliance to Diabetes Self Mnagement in rural El-Mina, Egypt. Central European Journal of Public health.(1),35.

14. Arsand, T. E., Ralston, J. T., & Hjortdahl, P. (2008). Designing mobile dietary management support technologies for people with diabetes. Journal of telemedicine and telecare , 329-332

15. Kim, S., Love, F., Quistberg, A., & Shea, J. A. (2004). Association of health literacy with self- management behavior in patients

Page 150: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN …

83

83

with diabetes. Diabetes care , 2980-2982.

16. Chesla, C. A., Chun, K. M., & Kwan, C. M. (2009). Cultural and Family Challenges to Managing Type 2 Diabetes in Immigrant Chinese Americans. Diabetes care , 1812-1816

17. Taylor, Shelly (2003). Health Psychology (5th.ed). New York: Mcgraw Hill.

18. Double, S. E., Hutchinson, S. L., & Warner, G. (t.thn.). 2012. Family members as potential support persons:Moving ideas into practice. Available at: http://www.caot.ca/otnow/sept%2011/family.pdf


Recommended