Transcript
Page 1: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN

INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA

DI SMKN 7 TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh:

Ridha Putriana Sari

NIM. 11140541000020

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/ 2020

Page 2: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …
Page 3: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …
Page 4: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …
Page 5: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

ii

ABSTRAK

Ridha Putriana Sari. Hubungan Body Shaming dengan Interaksi Sosial

Teman Sebaya di SMKN 7 Tangerang Selatan, 2020

Di zaman sekarang ini masyarakat begitu mudahnya menilai orang lain

salah satunya dengan melakukan body shaming. Body shaming adalah

tindakan mengkritik, mengomentari, menghina fisik diri sendiri maupun

orang lain. Body shaming termasuk ke dalam kategori perundungan secara

verbal, yang bisa terjadi pada siapa saja terutama kaum remaja yang paling

rentan mengalaminya, karena remaja selalu ingin mengikuti tren sehingga

remaja sangat memperhatikan penampilannya. Namun sayangnya,

masyarakat masih menganggap bahwa body shaming merupakan hal yang

sepele, sehingga perlakuan body shaming sudah menjadi suatu kebiasaan

meskipun dalam konteks candaan. Padahal terdapat dampak buruk yang akan

ditimbulkan bagi korbannya seperti ketidakpercayaan diri (Sripurwaningsih,

2017), gangguan makan (Chairani, 2018), depresi dan menutup diri dari

lingkungannya (Alexandara, 2018).

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan jenis penelitian studi korelasional dan dilaksanakan di SMKN 7

Tangerang Selatan. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan

yang signifikan antara body shaming dengan interaksi sosial teman sebaya di

SMKN 7 Tangerang Selatan. Tingkat body shaming siswa di SMKN 7

Tangerang Selatan berada dalam kategori sedang dengan presentase 60% dan

interaksi sosial teman sebaya berada dalam kategori sedang dengan

presentase 64,32%. Hasil korelasi menunjukkan arah hubungan negatif

antara body shaming dengan interaksi sosial teman sebaya berdasarkan data

yang diperoleh nilai sebesar 0,865 dengan nilai Sig. sebesar 0,000

dan nilai sebesar 1,765. Artinya i (0,865) > i (1,765) dan

nilai probabilitas Sig (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya

semakin tinggi perlakuan body shaming yang diterima maka semakin rendah

interaksi sosial.

Kata Kunci : Body Shaming, Interaksi Sosial, Perundungan

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh :

Ridha Putriana Sari

NIM. 1113043000040

Page 6: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamiin, segala puji bagi Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dalam memberikan banyak

kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang senantiasa berjalan

di jalan Allah hingga akhir zaman dan membawa rahmat bagi semesta alam.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa selesainya skripsi

ini tidak terlepas dari dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak, baik

bersifat moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada:

1. Suparto, M.Ed., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ibu Dr. Siti Napsiyah

Ariefuzzaman, MSW sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak

Dr. Sihabuddin Noor, M.A sebagai Wakil Dekan Bidang

Administrasi Umum. Bapak Drs. Cecep Sastrawijaya, MA sebagai

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Bapak Ahmad Zaky, M.Si, sebagai Ketua Program Studi

Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Hj.

Nunung Khoiriyah, MA sebagai Sekretaris Program Studi

Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih

atas kesediaan waktunya dalam membantu dan menerima penulis

untuk mengurus segala persyaratan dalam proses penyusunan skripsi

dari awal hingga akhir. Semoga bapak dan ibu dapat terus

memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan program studi.

Page 7: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

iv

3. Ibu Artiarini Puspita Arwan, M.Psi, selaku Dosen Pembimbing

Skripsi yang meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,

nasihat, serta motivasi kepada Penulis selama proses pengerjaan

skripsi ini. Terima kasih karena ibu sudah sangat sabar dalam

membimbing dan membantu.

4. Ibu Nurul Hidayat, MA, sebagai Dosen Pembimbing Akademik

5. Para Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah

memberikan ilmu, bimbingan serta arahannya selama proses

perkuliahan saya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta dalam

proses penyusunan skripsi ini. Semoga bapak dan ibu selalu diberikan

rahmat oleh Allah.

6. Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terimakasih telah

membantu penulis dalam memberikan referensi buku, jurnal, maupun

skripsi.

7. Kedua orang tua yang Penulis hormati dan Penulis cintai, tanpa doa

dan dukungan mereka Penulis tidak bisa sampai di titik ini. Yang

tidak pernah bosan memberikan semangat dan menjadi grada

terdepan untuk mendukung baik secara moril maupun materi kepada

Penulis. Tak ada kata-kata yang dapat menggambarkan rasa terima

kasih Penulis kepada mereka, tidak sanggup rasanya membalas segala

kebaikan dan cinta tanpa syarat yang mereka berikan kepada Penulis.

Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan keberkahan

umur sehingga Penulis memiliki kesempatan untuk berbakti dan

membahagiakan mereka.

8. Kepada teman-teman, Ika Dwi Sayekti, Masliyah Anggi Purba, Sonia

Putri Partama, dan Inge Cyntiasari. Terima kasih sudah menjadi

Page 8: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

v

tempat berbagi keluh kesah, duka, dan canda tawa. Terimaksih atas

dukungan yang telah kalian berikan.

9. Kepada teman-teman Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2014, atas dukungan dan memori zaman kuliah yang tidak

akan penulis lupakan.

10. Kepada para informan siswa-siswa SMKN 7 Tangerang Selatan,

terima kasih atas informasi dan partisipasinya dalam pengumpulan

data untuk penelitian skripsi ini.

11. Kepada semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu per satu

atas bantuan dan dukungan sehingga Penulis dapat menyelesaikan

penelitian skripsi ini dengan baik.

Page 9: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii

DAFTAR ISI............................................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................................... 8

1. Pembatasan Masalah .................................................................................. 8

2. Perumusan Masalah ................................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 9

E. Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 9

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 14

A. Body Shaming ............................................................................................. 14

1. Pengertian Body Shaming ........................................................................ 14

2. Aspek-aspek Body Shaming ..................................................................... 15

3. Jenis Body Shaming ................................................................................. 16

4. Dampak Body Shaming ............................................................................ 17

5. Standar Tubuh Ideal ................................................................................. 20

B. Interaksi Sosial ............................................................................................ 21

1. Pengertian Interaksi Sosial ....................................................................... 21

2. Aspek-aspek Interaksi Sosial ................................................................... 22

3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ................................................................ 23

Page 10: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

vii

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial Siswa .................... 26

C. Teman Sebaya ............................................................................................. 29

1. Pengertian Teman Sebaya ........................................................................ 29

2. Aspek-aspek Interaksi Teman Sebaya ..................................................... 30

3. Fungsi Teman sebaya ............................................................................... 30

4. Penerimaan dan Penolakan Teman Sebaya .............................................. 31

5. Pentingnya Teman Sebaya bagi Perkembangan Remaja ......................... 33

D. Kerangka Pemikiran.................................................................................... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 38

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ............................................................. 38

B. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 39

1. Subjek dan Objek Peneletian ................................................................... 39

2. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 39

3. Populasi dan Sampel ................................................................................ 39

C. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 40

D. Variabel Penelitian ...................................................................................... 41

E. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ........................................... 42

F. Instrumen Penelitian ................................................................................... 43

G. Kisi-kisi Instrumen...................................................................................... 43

H. Uji Instrumen .............................................................................................. 46

I. Teknik Analisis Data................................................................................... 50

1. Analisis Unit ............................................................................................ 50

2. Uji Prasyarat Analisis .............................................................................. 53

3. Uji Hipotesis ............................................................................................ 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 39

A. Deskripsi Data Penelitian ............................................................................ 39

1. Body Shaming .......................................................................................... 39

2. Interaksi Sosial Teman Sebaya ................................................................ 57

B. Analisis Data ............................................................................................... 59

Page 11: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

viii

1. Analisis Unit ............................................................................................ 59

2. Uji Prasyarat ............................................................................................. 61

3. Uji Hipotesis ............................................................................................ 63

C. Pembahasan ................................................................................................ 65

BAB V PENUTUP .................................................................................................. 57

A. Kesimpulan ................................................................................................. 57

B. Saran ........................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 72

LAMPIRAN............................................................................................................ 75

Page 12: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Variabel Penelitian ................................................................................. 47

Tabel 3,2 Skala Likert ............................................................................................ 48

Tabel 3.3 Blue Print Skala Body Shaming (Variabel X) ....................................... 49

Tabel 3.4 Blue Print Skala Interaksi Sosial (Variabel Y) ...................................... 50

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Body Shaming ......................................................... 52

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Interaksi Sosial Teman Sebaya ............................... 53

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Body Shaming ..................................................... 55

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Interaksi Sosial Teman Sebaya ........................... 56

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Body Shaming SMKN 7

Tangerang Selatan ................................................................................. 61

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Interkasi Sosial Teman Sebaya

SMKN 7 Tangerang Selatan.................................................................. 64

Tabel 4.3 Analisis Unit .......................................................................................... 67

Tabel 4.4 Gambaran Umum Subjek Berdasararkan Jenis Kelamin ....................... 67

Tabel 4.5 Deskripsi Data Uji Normalitas ............................................................... 68

Tabel 4.6 Deskripsi Data Uji Reliabilitas Anova................................................... 69

Tabel 4.7 Hasil Uji Korelasi .................................................................................. 70

Page 13: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Cover Judul Skripsi di Acc

Lampiran 2. Surat Tugas Bimbingan oleh Dosen Pembimbing

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian Skripsi

Lampiran 4. Surat Permohonan Judgment Instrument

Lampiran 5. Surat Keterangan Validasi Instrument Penelitian

Lampiran 6. Kuesioner Penelitian

Lampiran 7. Skor Angket Body Shaming

Lampiran 8. Skor Angket Interaksi Sosial

Lampiran 9. Hasil Uji Normalitas

Lampiran 10. Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 11. Hasil Uji Korelasi

Lampiran 12. Dokumentasi

Page 14: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia pasti telah dianugerahi Tuhan mempunyai kelebihan serta

kekurangan baik dari segi fisik, keterampilan, kemampuan akademis, dan

semua kemampuan lainnya. Kondisi tubuh adalah salah satu bagian yang

mudah dilihat dari diri seseorang. Tubuh menjadi bagian yang pertama

dilihat dan sangat mudah dinilai oleh diri sendiri maupun orang lain. Adanya

fenomena mengenai standar tubuh yang ideal yaitu pria tampan memiliki

tubuh yang tegap dan berbadan tinggi, atau wanita yang cantik memiliki

tubuh yang langsing dan berkulit putih. Karena munculnya standar tubuh

ideal tersebut, terkadang orang lain menuntut dirinya atau seseorang untuk

merubah penampilannya sesuai dengan standar ideal yang diinginkan

masyarakat.

Informasi yang semakin mudah diakses menyebabkan banyaknya iklan

pada media mengenai gaya hidup, kecantikan, dan perawatan tubuh mampu

mengubah pandangan masyarakat terkait tubuh yang ideal sesuai dengan

konten iklan tersebut. Media memiliki peran yang besar dalam mengubah

persepsi masyarakat, dari berbagai tayangan iklan baik di telivisi maupun

media sosial, seolah menyampaikan pesan bahwa memiliki tubuh gemuk

atau tubuh pendek adalah hal yang memalukan. Ketika individu yang merasa

tubuhnya tidak ideal dan dengan mudah menerima penilaian yang

disampaikan oleh iklan atau media tersebut, hal ini akan menimbulkan

ketidakpuasan individu terhadap bagian tubuhnya (Knauss, Paxton &

Alsaker, 2008). Disamping itu dengan banyaknya iklan yang sedang gencar-

gencarnya menampilkan tubuh yang ideal, dunia memang sudah mempunyai

Page 15: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

2

penilaian terkait adanya bentuk tubuh yang dianggap ideal dan tidak ideal.

Akibatnya ketika individu tidak sesuai dengan standar tubuh ideal yang

ditetapkan oleh masyarakat akan timbulah penilaian dari orang lain dengan

cara mengkritik, mengomentari, bahkan menghina fisik yang disebut dengan

body shaming.

Body shaming adalah tindakan membandingkan, mengkritik atau

menghina fisik, penampilan, atau citra diri seseorang yang dilakukan oleh

orang lain ataupun diri sendiri yang akan menimbulkan perasaan malu

(Chaplin, 2005). Body shaming terjadi dalam tiga cara yang utama, yaitu

mengkritik diri sendiri, mengkritik orang lain, dan mengkritik orang lain

dibelakang mereka. Body shaming merupakan ketidakmampuan untuk

memenuhi standar-standar yang kemudian menghasilkan perasaan negatif

tentang tubuh seseorang dan melemahkan persepsi seseorang tentang dirinya

sendiri. Beberapa kasus body shaming yang dialami individu menjadi bahan

ejekan orang lain seperti terlalu pendek, terlalu kurus, gendut, berjerawat,

berkulit hitam, dan kalimat lain yang ditujukan untuk mengkritik fisik.

Dalam Islam menghina adalah hal yang dilarang. Ini dibuktikan dengan

ayat Al-Quran pada surat Al-Hujurat ayat 11 yang berbunyi:

يبأيهبالذيه امىىالايسخرقىم مه قىم عسى أن يكىوىاخيرامىهم ولاوسبءمه

ثئس الاسم الفسىق وسبءعسى أن يكه خيرامىهه ولاتىبثزواثل للقبة

ثعداليمبن ومه لم يتت فأولىك هم الظبلمىن

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-ngolok

kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) itu lebih

baik dari mereka (yang mengolok-ngolok). Dan jangan pula wanita-wanita

(mengolk-ngolok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita

Page 16: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

3

(yang diperolok-olok) itu lebih baik dari wanita (yang mengolok-ngolok)

dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri. Dan janganlah kamu saling

memanggil dengan gelar (yang buruk). Seburuk-buruk panggilan ialah

(panggilan) yang buruk (fasik) sesudah iman. Dan barangsiapa yang tidak

bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim”.

Dalam kandungan ayat tersebut sangat jelas bahwa Allah SWT melarang

seseorang menghina ataupun merendahkan orang lain karena akan

menimbulkan perasaan malu yang dapat menjatuhkan harga diri orang

tersebut. Menurut (Fredrickson & Robert, 1997:180) penilaian terhadap

tubuh sendiri seperti “bagaimana aku dipandang orang lain” hal itu

menyebabkan individu hanya berfokus pada kekurangannya dan tidak

melihat kelebihan dalam dirinya atau potensi apa yang bisa dilakukan oleh

tubuhnya. Sehingga mencela diri sendiri hanya akan meningkatkan perasaan

malu pada suatu tubuh.

Body shaming sebenarnya sudah melekat di lingkungan sekitar kita,

dalam komunikasi sehari-hari tanpa disadari sering sekali terdapat kalimat

candaan yang mengarah pada body shaming. Body shaming bisa terjadi

dimana saja, seperti di lingkungan keluarga, sekolah, atau di lingkungan

pertemanan. Body shaming bisa terjadi pada siapapun terutama pada kaum

remaja yang paling rentan mengalami body shaming. Menurut Papalia dan

Olds (dalam Budiargo, 2015:3) pada saat remaja adalah waktu dimana

remaja akan mengalami masa transisi, hal itu pula yang menjadikan remaja

cenderung akan mengikuti tren agar tidak ketinggalan terkait soal gaya

hidup, perawatan tubuh, dan kecantikan. Dari tren tersebut yang berkembang

dikalangan remaja memungkinkan terjadinya tindakan body shaming bagi

mereka yang dianggap temannya tidak sesuai dengan tren.

Page 17: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

4

Bagi remaja mendapat perlakuan body shaming dari teman atau lawan

jenisnya memberi kesan buruk dan paling membekas dalam hidup mereka.

Misalnya saja ketika remaja berada di lingkungan sekolah yang baru dan

teman-teman yang baru pula, adanya intimidasi tidak langsung yang

mengarah pada body shaming karena merasa berbeda dengan yang lainnya..

Terlebih saat berada di tempat ramai dan orang lain pun turut mendengar

ucapan body shaming kepada korban, hal itu akan semakin membuat korban

tertekan dan memberi ingatan yang buruk pada korban. Menghadapi body

shaming membutuhkan proses dan tidak cepat berakhir. Namun sayangnya,

baik masyarakat maupun remaja masih menganggap sepele terkait

permasalahan ini, mereka tidak menyadari terkait resiko yang ditumbulkan

dari body shaming. Seseorang akan mengalami perasaan malu, sakit hati,

tidak percaya diri, depresi, pendiam dan menutup diri dari lingkungannya

(Alexandra, 2018:7-8).

Bartky (dalam Stephen dan Dina, 2009:2) berpendapat bahwa rasa malu

tubuh yang dialami seseorang sesuai dengan sejauh mana ia telah

menginternalisasi standar budaya. Perasaan malu yang disebabkan penilaian

dari orang lain dan dirinya dapat mempengaruhi perilaku, kepribadian,

pikiran, perasaan serta situasi. Seseorang yang merasa tidak puas akan

bentuk tubuhnya akan memandang negatif terhadap tubuh, dengan

melakukan body checking, usaha kamuflase tubuh, merasa malu, dan

mejauhkan diri dari aktivitas sosial atau kontak fisik dengan orang lain

(Rosen dan Reiter.1995:263). Menurut dr. Yunias Setiawati (dalam BAS

Putri, et al, 2018:2) body shaming adalah salah satu bentuk dari perundungan

secara verbal dimana pelakunya sering kali tidak menyadari bahwa ia sedang

mendapat perlakuan body shaming karena dianggap wajar, padahal

kekerasan verbal yang mengandung kata-kata menyakitkan atau tidak

menyenangkan dapat menyebabkan trauma psikis.

Page 18: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

5

Body shaming merupakan bagian dari kekerasan verbal atau perundungan

secara verbal, Sejiwa menjelaskan bahwa perilaku perundungan penghambat

besar bagi individu untuk mengaktualisasi diri. Sehingga orang yang pernah

mengalami perundungan tidak bisa mengeksploitasi dirinya dengan baik dan

menghambat interaksi sosialnya menyebabkan hubungan sosial dengan

teman sebaya menjadi renggang. Begitu pula yang terjadi saat individu

mendapat perlakukan body shaming, ketika orang-orang di lingkungan

sekitarnya sering melontarkan kalimat-kalimat buruk yang mengarah pada

fisik seperti menghina dan merendahkan, yang kemudian semua hinaan

tersebut akan menumpuk dalam hati seseorang dan akan membuat mereka

merasa kurang percaya diri, selain itu juga akan berpengaruh pada aspek

kehidupan pribadi maupun kehidupan sesialnya.

Bonner (dalam Gerungan, 2004:62) menyebutkan interaksi sosial adalah

suatu hubungan antara dua orang individu atau lebih, dimana tingkah laku

individu yang satu mempengaruhi, mengubah, memperbaiki tingkah individu

yang lain. Ketidakmampuan atau permasalahan siswa dalam melakukan

interaksi sosial akan berdampak besar terhadap kenyamanan. Interaksi sosial

yang baik sangat diperlukan oleh siswa sehingga siswa mampu bersosialisasi

dan bergaul dengan lingkungannya tanpa ada tekanan. Oleh karena itu dapat

diterima oleh kelompok teman sebaya merupakan bagian yang sangat

penting bagi siswa, penerimaan atau penolakan berkontribusi besar terhadap

kehidupan sosial remaja itu sendiri. Ketika remaja dapat diterima oleh

lingkungan teman sebayanya, hal tersebut berpengaruh terhadap kesempatan

remaja untuk belajar berinteraksi dengan teman sebayanya dan ikut

berpartisipasi dalam kelompok. Sedangkan, remaja yang mendapat

penolakan akan menyebabkan remaja sulit berinteraksi dengan teman

Page 19: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

6

sebayanya sehingga remaja menjadi pribadi yang kurang percaya diri,

tertutup, dan sulit bekerjasama dengan teman sebaya lainnya.

Survey yang dilakukan di Amerika menunjukkan 94% remaja perempuan

dan 64% remaja laki-laki pernah mengalami body shaming, pengalaman

mendapat ejekan mengenai penampilan mereka dari orang-orang dalam

kehidupan mereka, seperti orang tua hingga teman yang membuat mereka

merasa lebih buruk tentang diri mereka sendiri (WCNC, 2017). Kasus body

shaming yang terjadi di Thailand pada tahun 2018 remaja berusia 17 tahun

bunuh dari akibat tidak tahan karena selalu diejek gendut oleh teman-teman

di sekolahnya. Di Indonesia sendiri telah dilaporkan dari seluruh Indonesia

sepanjang tahun 2018 terdapat 966 kasus penghinaan fisik yang ditangani

polisi, sebanyak 374 kasus telah diselesaikan, baik melalui penegakan hukum

maupun pendekatan mediasi antara korban dan pelaku. Komisioner KPAI

Bidang Pendidikan Retno Listyarti mengatakan kekerasan fisik dan

perundungan adalah kasus yang terbanyak terjadi di sepanjang tahun 2018,

salah satunya adalah kasus Cyberbully yang meningkat cukup signifikan

dikalangan para siswa seiring dengan penggunaan internet dan media sosial

dikalangan anak-anak, termasuk kasus body shaming (Lazuardi, 2018).

Penelitian lain yang dilakukan Brigittan Anggraeni di Surabaya dalam

kampanye “Sister’s Project” sebagai upaya pencegahan body shaming,

ditemukan fakta sebanyak 96% siswa SMA negeri maupun swasta pernah

menjadi korban body shaming dalam lingkup pergaulan mereka (BAS Putri,

et al, 2018).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Alexandra dan Meg, 2018)

dalam jurnalnya “Weight Shame, Social Connection, and Depressive

Symptoms” di salah satu Universitas Amerika menujukkan hasil yang

signifikan bahwa mereka yang pernah mengalami body shaming memiliki

Page 20: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

7

lingkup pertemanan yang rendah, baik perempuan maupun laki-laki mereka

cenderung menutup diri dari lingkungannya. Penelitian lain yang dilakukan

oleh Rizki Nur Khalifah dalam jurnalnya yang berjudul “Hubungan Perilaku

Bullying dengan Kemampuan Interaksi Sosial Siswa Sekolah Dasar”. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

perilaku perundungan dengan kemampuan interaksi sosial. Perilaku

perundungan memberikan dampak bagi interaksi sosial siswa sehingga

membuat anak yang tidak memiliki teman semakin terkucil serta tidak dapat

berinteraksi dengan baik dilingkungannya. Hal ini juga dijelaskan oleh

Dolezal (2015) rasa malu tubuh memainkan peran penting dalam hubungan

sosial. Dimana penerimaan dan pengakuan diri sendiri menjadi suatu hal

yang penting.

Salah satu contoh kasus body shaming yang baru baru ini terjadi pada

Agustus 2019 di SMKN 7 Tangerang Selatan, remaja usia 16 tahun

berinisial HV mengalami perlakuan body shaming oleh kakak kelasnya

karena seragam sekolahnya terlalu ketat, karena kakak kelasnya tidak senang

akhirnya mereka menegur korban yang diperparah dengan kekerasan fisik.

perlakuan yang didapatkan korban di tampar oleh 8 kakak kelasnya. Yang

lebih parahnya lagi berawal dari perilaku body shaming ini merambah pada

kekerasan fisik. (Hambali, 2019).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti

mengenai “Hubungan Body Shaming Dengan Interaksi Sosial Teman

Sebaya di SMKN 7 Tangerang Selatan”.

Page 21: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

8

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembatasan dalam penelitian ini lebih terarah, makan peneliti

mencoba memberikan batasan permasalahan yang akan diteliti.

a. Responden yang penulis teliti adalah siswa baik laki-laki maupun

perempuan kelas 3 di SMKN 7 Tangerang Selatan.

b. Penulis hanya meneliti apakah body shaming berhubungan

dengan interaksi sosial teman sebaya di SMKN 7 Tangerang

Selatan.

2. Perumusan Masalah

1. Apakah ada hubungan Body Shaming dengan Interaksi Sosial

Teman Sebaya di SMKN 7 Tangerang Selatan?

2. Bagaimana tingkat body shaming siswa kelas XII SMKN 7

Tangerang Selatan?

3. Bagaimana tingkat interaksi sosial siswa kelas XII SMKN 7

Tangerang Selatan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat body shaming siswa kelas XII SMKN 7

Tangerang Selatan.

2. Untuk mengetahui tingkat interaksi sosial siswa kelas XII SMKN 7

Tangerang Selatan.

3. Untuk mengetahui hubungan body shaming dengan interaksi sosial

teman sebaya di SMKN 7 Tangerang Selatan.

Page 22: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

9

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat akademis

a. Secara akademis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan kepada bidang Ilmu Kesejahteraan

Sosial

b. Diharapkan dapat memperkaya literatur bagi pengembangan

penelitian serupa di masa yang akan datang.

c. Dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan teori,

konsep, dan metodologi penelitian

2. Manfaat sosial

Secara sosial penelitian ini diharapkan dapat membantu

masyarakat untuk lebih menerima perbedaan, agar masyarakat bisa

melihat dan menilai diri sendiri ataupun menilai orang lain bahwa

setiap manusia mempunyai keunikan masing-masing.

3. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat

menjadi bahan bacaan serta masukan bagi peneliti dan masyarakat

mengenai gambaran body shaming, dampak yang akan ditimbulkan,

bagaimana menyikapi perlakuan body shaming. Dengan begitu baik

peniliti maupun masyarakat bisa menyadari dan memberikan

perhatian lebih terkait body shaming.

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah tinjauan atas kepustakaan (literatur) yang

berhubungan dengan topik pembahasan suatu penelitian yang dilakukan pada

penulisan skripsi. Tinjauan pustaka digunakan sebagai referensi untuk

membantu dan mengetahui dengan jelas penelitian yang akan dilakukan

untuk penulisan skripsi (Hamid Nasuki, et al, 2007). Dalam melakukan

Page 23: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

10

penelitian dan penulisan judul ini penulis terlebih dahulu melakukan

peninjauan pustaka terhadap beberapa karya ilmiah sebelumnya yang

menjadi ide awal dilakukannya penelitian ini dan menjadi tolak ukur dalam

penulisan karya ilmiah ini. Adapun tinjauan pustaka dalam penulisan skripsi

ini sebagai berikut;

1. Karya ilmiah skripsi dengan judul “Dinamika Psikologis Perempuan

Mengalami Body Shame” yang ditulis oleh Tuti Marianna Damanik dari

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hasil

penelitian ini menunjukkan body shaming berpotensi menjadi gangguan

mental jika dilakukan terus menerus dan kebiasaan menginteralisasi

pengamatan dapat menyebabkan perempuan mengalami kondisi

kehilangan diri (loss of self).

2. Jurnal ilmiah dengan judul “Hubungan Perilaku Bullying dengan

Kemampuan Interaksi Sosial Siswa Sekolah Dasar” yang ditulis oleh

Rizki Nur Khalifah dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara perilaku bullying dengan kemampuan

interaksi sosial. Hasil uji hipotesis sebesar 0,0832 termasuk dalam

kategori sangat kuat, hal ini menunjukkan bahwa apabila perilaku

bullying tinggi maka kemampuan interaksi sosial rendah.

3. Jurnal ilmiah dengan judul “Hubungan antara Perilaku Bullying (Korban

Bullying) dengan Kemampuan Interaksi Sosial Pada Remaja SMA” yang

ditulis oleh Wahyu Endang Setiowati dkk dari Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Tirtayasa. Hasil penelitian

menunjukkan adanya hubungan antara perilaku bullying (korban

bullying) dengan kemampuan interaksi sosial.

4. Jurnal Internasional dengan judul “Why Weight Matters: Addressing

Body Shaming in the Social Justice Community” yang ditulis oleh Farah

Page 24: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

11

Fathi dari Columbia Social Work Review. Hasil penelitian ini berfokus

pada individu yang mengalami kelebihan berat badan dan mengalami

diskriminasi di lingkungan dimanapun mereka berada. Dalam penelitian

ini penulis berupaya menyoroti diskriminasi yang dilakukan terhadap

individu yang mempunyai berat badan berlebih sebagai masalah keadilan

sosial. Stigma yang diberikan akan berdampak buruk pada kesejahteraan

orang gemuk.

5. Jurnal Internasional dengan judul “Is Body Shaming Predicting Poor

Physical Health and Is There a Gender Difference?” yang ditulis oleh

Eva Lind Fells Eliasdottir dari Departement of Psychology. Dalam

penelitian ini menjelaskan dampak body shaming bagi kesehatan fisik,

selain itu dalam penelitian ini juga menunjukkan perbedaan gender,

dimana wanita lebih tinggi mengalami body shaming dibandingkan

dengan pria. Perempuan lebih mungkin melaporkan kesehatan fisik

mereka dibandingkan dengan pria.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman keseluruhan isi skripsi ini, maka

penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada bab ini menguraikan landasan teori yang berkaitan dengan

permasalahan penelitian. Membahas landasan teori tentang

Page 25: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

12

pengertian body shaming serta jenis-jenis body shaming ,

pengertian interaksi sosial, bentuk-bentuk interaksi sosial,

pengertian teman sebaya serta penerimaan dan penolakan antar

teman sebaya.

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan metodologi penelitian, pendekatan dan

desain penelitian, definisi dan operesional variabel, pengukuran

variabel, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, hipotesis

penelitian, uji instrument, dan teknik analisa data, rekapitulasi

validitas dan reabilitas instrument.

BAB IV: HASIL PENELITIAN

Pada bab ini merupakan hasil penelitian yang membahas mengenai

persiapan alat ukur, uji pengolahan instrument, dan analisis data

penelitian.

BAB V: PENUTUP

Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dan saran.

Page 26: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Body Shaming

1. Pengertian Body Shaming

Menurut Dolezal (2015:6) body shaming merupakan tindakan

mengkritik, mengomentari, atau membandingkan fisik orang lain maupun

dirinya sendiri. Dalam kamus Oxford dijelaskan bahwa body shaming ialah

tindakan menghina, mengomentari, dan mengkritik tentang tubuh atau

ukuran tubuh baik dilakukan oleh orang lain maupun diri sendiri yang

bertujuan untuk mempermalukan individu. Menurut Fredikson & Robert

(1997:182) body shaming adalah ketika individu memiliki kesadaran diri

akan tubuhnya yang tidak sesuai dengan standar ideal dan memiliki

pandangan negatif terhadap dirinya sendiri karena merasa gagal untuk

memenuhi standar ideal. Bagi sebagian orang memenuhi standar ideal suatu

bagian yang penting terutama bagi remaja yang mudah menginternalisasi

atau merealisasikan sendiri standar-standar tersebut. Banyak individu merasa

tidak dapat memenuhi standar sehingga menimbulkan perasaan negatif yang

diarahkan pada diri sendiri yang kemudian tanpa disadari akan timbul

perlakuan body shaming.

Body shaming adalah suatu keadaan emosional yang bisa sangat

menyakitkan karena merasa mendapat penolakan sosial dari orang lain, serta

perasaan muak pada diri sendiri (Roberts & Goldenberg, 2007:389). Body

shaming merupakan bagian yang berpotensi menjadi rasa malu karena

seseorang tidak hanya mengamati tubuh sebagai bagian dari diri kita tetapi

orang lain juga akan memberikan penilain subyektif pada tubuh kita. Rasa

Page 27: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

14

malu adalah perasaan emosi yang membuat individu tidak nyaman dan

sangat tidak menyenangkan, individu akan merasa dalam dirinya ada sesuatu

yang tidak terhormat, tidak sopan, atau tidak senonoh (APA dictionary,

2015). Rasa malu ini biasanya ditandai dengan menutup diri dari lingkungan

sosial, seperti menghindari atau mengalihkan perhatian orang lain dari

tindakan yang memalukan yang dapat memiliki dampak yang mendalam

pada psikisnya dan hubungan interpersonal. Seseorang yang mengalami body

shaming akan berdampak tidak hanya pada perilaku menghindar, tetapi juga

merasa terancam, hingga melampiaskan amarah. Penelitian psikologi secara

konsisten menginformasikan resiko seseorang yang mengalami body

shaming akan berimbas pada psikologis, seperti gejala depresi, gangguan

makan, kecemasan, dan harga diri yang rendah (APA dictionary, 2015).

Perempuan, yang mengalami body shaming sebagai akibat dari standar

budaya, mereka secara terus-menerus diposisikan seolah tidak memadai atau

tidak sesuai jika dibandingkan dengan standar ideal tubuh yang sudah

ditetapkan oleh masyarakat. Rasa malu tubuh menjadi kemungkinan

permanen yang akan terus diingat. Akibatnya, perempuan sudah terbiasa

dengan perasaan rasa malu tubuh, mereka merasa bagian tubuh mereka

memiliki kekurangan, tidak sesuai dengan ekspetasi, dan tidak terlihat dari

apa yang seharusnya standar tubuh ideal. Gagal mencapai tubuh ideal

menandakan penguasaan tubuh dan kontrol tubuh yang gagal lebih dalam.

Sikap memalukan ini begitu meresap dan tidak pasti sehingga seringkali

berada di luar jangkauan kesadaran. Karena nilai-nilai normatif

diinternalisasi secara menyeluruh untuk memastikan rasa pengakuan dan

kepemilikan dalam kelompok sosial. Perempuan bahkan mungkin tidak

menyadari bahwa mereka mengalami body shaming atau bahwa mereka

mengerahkan upaya yang berlebihan untuk menghindarinya. Sebaliknya

mereka sibuk berusaha menyusaikan tubuh mereka dengan standar ideal,

Page 28: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

15

upaya pribadi terus dilakukan seperti membeli produk kecantikan, perawatan

tubuh, olahraga, diet, hingga bedah untuk mendapatkan apa yang

diharapkannya. Saat individu mengalami body shaming akan ada perasaan

kecewa pada tubuh, individu akan merasa bahwa apa yang diinginkan

harusnya ada pada tubuhnya bukan sebaliknya. Misalnya, individu akan

merasa kecewa dengan warna kulitnya sendiri karena tidak sesuai dengan

apa yang ditampilkan oleh media saat itu. (Dolezal, 2015).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa body shaming

merupakan tindakan mengkritik, mengomentari, atau membandingkan fisik

orang lain maupun dirinya sendiri yang kemudian bisa menimbulkan

perasaan yang sangat menyakitkan dan perasaan malu ketika tubuhnya tidak

sesuai dengan yang diharapkannya.

2. Aspek-aspek Body Shaming

Menurut Vargas (dalam Chairani 2018:16) tindakan body shaming ditandai

dengan aspek-aspek yang meliputi:

1. Mengomentari diri sendiri serta membandingkannya dengan orang lain

yang dianggap ideal. Misalnya seseorang yang melihat dirinya lebih

gemuk daripada orang lain.

2. Mengomentari penampilan atau fisik seseorang di depan orang tersebut

dan membandingkannya dengan orang lain. Seperti mengatakan bahwa

orang tersebut memiliki kulit yang gelap sehingga harus memakai

pemutih wajah.

3. Mengomentari penampilan atau fisik orang lain tanpa sepengetahuan

orang tersebut. Seperti mengosipkan penampilan teman yang

pakaiannya terlihat kurang bagus atau tidak pantas.

Page 29: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

16

3. Jenis Body Shaming

Menurut (Dolezal, 2015:8-10) body shaming terdiri dari dua jenis yaitu

acute body shame dan chronic body shame:

a. Acute body shame

Acute body shame berkaitan dengan aspek perilaku dari tubuh, seperti

gerakan, gaya berbicara, tingkah laku, dan kenyamanan yang

berhubungan dengan presentasi diri. Biasanya hal ini disebut dengan

embarrassment atau rasa malu. Acute body shame terjadi pada kasus-

kasus dalam interaksi sosial, seperti ketika seseorang sedang berbicara

kemudian mengalami kegagapan atau gagal dalam berperilaku yang

diharapkan di lingkungan sosial, sering muncul sebagai akibat dari

pelanggaran perilaku, penampilan, atau hilangnya kendali sementara atas

tubuh dan fungsi tubuh seseorang.

Acute body shame biasanya terjadi secara tak terduga dan tanpa

persiapan yang tidak pasti. Contoh dari jenis body shame ini mungkin

terkait dengan beberapa aspek fisik tubuh atau pada waktu lain berkaitan

dengan perilaku atau tingkah laku. Acute body shame bertindak sebagai

pengatur keberhasilan dalam interaksi sosial. Ketika seseorang

mengalami acute body shame, itu menandakan individu tersebut telah

melampaui batas sosial mengenai penampilan dan kenyamanan yang

dapat diterima lingkungannya. Akibatnya, acute body shame

menghambat interaksi sosial yang diwujudkan.

Acute body shame adalah sesuatu yang normal dialami dan kadang

diperlukan. Tidak ada yang terhindar dari kasus-kasus rasa malu tubuh

ini. Acute body shame terjadi secara rutin dan menjadi bagian dari proses

sosial. Acute body shame memainkan peran penting dalam keterampilan,

Page 30: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

17

representasi diri, manajemen tubuh dan pembentukan skema tubuh,

belum lagi dalam masalah-masalah yang lebih luas dari kontrol sosial

dan ketertiban tubuh.

b. Chronic body shame

Chronic body shame ini berkaitan dengan tubuh seseorang yang lebih

berkelanjutan atau permanen, seperti berat badan, tinggi badan, atau

warna kulit. Chronic body shame juga dapat timbul karena beberapa

stigma atau kelainan tubuh, seperti bekas luka atau cacat. Di luar

penampilan, chronic body shame sering dikaitkan dengan fungsi dan

kecemasan tubuh di sekitar bagian tubuh seperti jerawat, penuaan, dan

sebagainya. Selain itu, mungkin timbul dalam masalah kontrol tubuh,

seperti dalam kasus gagap atau kekakuan kronis. Apa pun yang

menyebabkannya, jenis body shaming ini datang secara kronis dan

berulang-ulang ke dalam kesadaran seseorang dan membawa rasa sakit

yang berulang atau mungkin terus-menerus. Rasa malu dalam hal ini

akan menjadi lebih akut mungkin pada saat seseorang menginternalisasi

penilaian diri, menyebabkan pengalaman tubuh berkurang sehingga

mempengaruhi harga diri dan penilaian diri.

4. Dampak Body Shaming

Setiap indivdu mempunyai reaksi yang berbeda saat menghadapi

perlakuan body shaming, begitu pula dampak yang muncul pun berbeda.

Body shaming memberikan dampak bagi individu ketika orang lain ataupun

dirinya sendiri secara terus-menerus memandang negatif pada tubuhnya.

Dampak tersebut antara lain:

Page 31: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

18

a. Gangguan Makan

Merasa tidak puas pada bentuk tubuh menjadikan banyak orang

seringkali salah memandang bentuk tubuhnya. Seseorang yang menilai

tubuhnya dan merasa tidak sesuai dengan bentuk tubuh ideal cenderung

akan mengupayakan berbagai cara agar tubuhnya idal dengan melakukan

diet untuk menurunkan berat badan atau sebaliknya mengkonsumsi

berbagai makanan tanpa memperhatikan resikonya untuk menaikkan

berat badan, dengan begitu diharapkan dirinya bisa diterima di

lingkungannya bisa menghindari body shaming. Namun, di samping itu

tindakan mengubah bentuk tubuh menyebabkan seseorang hanya

berfokus pada keinginan untuk mengubah bentuk tubuhnya tanpa

memperhatikan efek dari diet tersebut bagi kesehatannya. Selain itu

tindakan mengubah bentuk tubuh berpotensi mencapai kegagalan yang

justru akan mendapatkan perlakuan body shaming yang lebih dari

sebelumnya. Seperti yang dikatakan oleh Noll & Fredrickson (1998:623)

bahwa kegagalan mencapai tubuh ideal karena melakukan usaha-usaha

seperti menurunkan berat badan dapat menjadi penyebab semakin tinggi

terjadinya body shaming.

Body shaming dapat menuntun seseorang untuk melakukan

perubahan-perubahan pada tubuhnya. Penelitian sebelumnya

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara body shame

dengan gangguan makan (Chairani, 2019). Hal ini memberikan gambaran

bahwa body shaming dapat menjadi antisipasi yang meyakinkan dalam

memprediksi gangguan makan. Sejalan dengan penelitian (Mustapic,

Marcinko, Vargek, 2015) terdapat hubungan yang positif body shaming

dan perilaku makan. Dimana semakin tinggi tingkat body shaming maka

cenderung memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perilaku

Page 32: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

19

makan. Selain memberikan dampak pada gangguan makan, body

shaming memiliki dampak pada kesehatan seseorang, seperti melakukan

diet mati-matian, minum obat pelangsing, memakai obat pemutih instan,

dan berbagai macam upaya lain yang justru akan berdampak lebih serius

pada tubuhnya. Lamont (2018) dalam penelitiannya menjelaskan adanya

hubungan yang positif antara body shame dengan infeksi maupun gejala

dari suatu penyakit yang disebabkan karena perhatian pada kesehatan

tubuh yang rendah.

b. Depresi

Hidup di budaya yang memiliki penilaian adanya tubuh ideal dan

tidak ideal, memberikan kecendrungan seseorang untuk menerima

pandangan orang lain tentang tubuhnya. Sehingga ketika orang lain

melontarkan kalimat buruk tentang tubuhnya, indvidu tersebut akan

mendengarkan sepenuhnya komentar buruk itu dan melemahkan

perspektif dirinya sendiri tentang tubuhnya. Komentar buruk yang terus-

menerus diterima membuat indvidu merasa dirinya tidak berharga,

kondisi ini memungkinkan individu mengalami stress yang berujung

depresi. Tindakan yang lebih ekstrem korban body shaming dapat

berpikir untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

c. Body Shaming dan Self-Esteem

Individu yang mengalami body shaming akan melakukan penilaian

diri dengan terus melakukan body checking pada tubuhnya atau

penampilanya, selain itu tentunya individu juga akan melakukan

penilaian terhadap keberhargaan dirinya. Ketika individu merasa malu

dengan kondisi tubuhnya maka individu tersebut akan merasa tidak

Page 33: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

20

percaya diri dan memiliki harga diri yang rendah. Menurut (Noser &

Zeigler-Hill, 2014:703) ketika seseorang sering melakukan penilaian

terhadap penampilan diri mereka sendiri, kondisi tersebut cenderung

akan berdampak pada tingkat self-esteem yang rendah. Menurut

Baumeister (dalam Santrock, 2007) menjelaskan individu dengan harga

diri rendah akan beranggapan dirinya memiliki keterbatasan, merasa

bersalah karena kekurangannya, dan berada dalam kondisi yang tidak

aman.

5. Standar Tubuh Ideal

Menurut Bakhshi (2008:374-394) kemunculan kriteria standar tubuh

ideal dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi, dan ekologi

yang mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap konsep tubuh ideal.

Kelompok masyarakat di berbagai belahan dunia memiliki penilaian

berbeda-beda dalam kriteria yang dianggap menarik atau tidak menarik,

tinggi atau pendek, gemuk atau kurus, berkulit gelap atuh putih. Menurut

Wolf (dalam Bestiana, 2012:2) mitos-mitos kecantikan yang berlaku dalam

masyarakat juga ikut mempengaruhi konsep tubuh ideal. Standar tubuh ideal

dalam msyarakat bisa saja berbeda, misalnya individu yang dianggap

berkulit gelap oleh masyarakat di lingkungannya, bisa jadi dianggap normal

oleh masyarakat di luar lingkungannya. Media ikut memberikan pengaruh

besar dalam pandangan masyarakat terkait standar tubuh ideal, iklan-iklan

yang ditampilkan oleh media seolah memberi kesan memiliki tubuh gemuk

atau berkulit gelap adalah sesuatu yang memalukan dan harus diubah

(Bestiana, 2012:8). Menurut Kulick dan Meneley (dalam Kholifah dan

Kuncoro, 2019:682). Tanpa disadari hal tersebut mengubah persepsi konsep

tubuh ideal di masyarakat sehingga menciptakan ketidakpuasan individu

Page 34: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

21

terhadap tubuhnya dan berkeinginan untuk memenuhi standar ideal yang

berlaku dalam lingkungan sosial dan budayanya.

B. Interaksi Sosial

1. Pengertian Interaksi Sosial

Menurut Walgito (2003:65) interaksi sosial adalah hubungan antara

individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi

individu yang lain atau sebaliknya, sehingga terdapat hubungan yang saling

timbal balik. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang

menyangkut hubungan antar orang perorangan, antar kelompok-kelompok

manusia dan antar orang dengan kelompok-kelompok masyarakat. Interaksi

terjadi apabila dua orang atau kelompok saling bertemu dan pertemuan

antara individu dengan kelompok dimana komunikas terjadi diantara kedua

belah pihak (Yulianti, 2003:91). Sedangkan pengertian lain dari interaksi

sosial menurut Thibaut dan Kelly (dalam Mohammad Ali dan Mohammad

Asrori, 2004:87) adalah peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika

dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu

sama lain, atau berkomunikasi satu sama lain.

Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial oleh karena itu

tanpa adanya interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.

Interaksi sosial dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antar individu

dengan golongan didalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang

diharapkan dan dalam usaha mereka untuk mencapai tujuannya (Ahmadi,

2004:49). Kemampuan individu dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial

akan menjadikan seseorang menentukan sikap sosialnya untuk bereaksi

terhadap fenomena-fenomena sosial di lingkungannya.

Page 35: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

22

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa interaksi

sosial adalah hubungan antara individu dengan individu atau individu dengan

kelompok yang didalamnya individu mempengaruhi, mengubah, atau

memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya sehingga

memunculkan hubungan timbal balik.

2. Aspek-aspek Interaksi Sosial

Dalam interaksi sosial juga terdapat aspek aspek guna mendukung

terjadinya suatu interaksi. Menurut Bales (dalam Santoso, 2004:180) aspek-

aspek tersebut meliputi:

a. Adanya hubungan, terjadinya interaksi tentu terjadi karena adanya

hubungan antara individu dengan pihak lain maupun hubungan antara

kelompok dengan kelompok. Hubungan ini ditandai dengan adanya

komunikasi seperti saling bertegur sapa atau berjabat tangan.

b. Adanya individu, peran serta individu dengan individu lain maupun

individu dengan kelompok memainkan peran penting dalam

melaksanakan proses hubungan sosial.

c. Adanya tujuan, interaksi sosial terjadi tentu karena adanya tujuan

seperti saling bertukar informasi, atau untuk mempengaruhi individu

lain.

d. Adanya hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok, setiap

individu memiliki peran dalam kelompoknya. Karena dalam

kehidupan individu-individu tidak terlepas untuk membentuk suatu

kelompok, oleh karena itu individu dikatakan sebagai makhluk sosial

yang memiliki fungsi dalam kelompoknya.

Page 36: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

23

3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Dalam proses interaksi juga memiliki beberapa bentuk interaksi sosial.

Gillin dan Gillin (dalam Soekanto, 2007:65) mengkategorikan interaksi

sosial ke dalam dua bentuk, yaitu proses asosiatif dan disosiatif. Proses

asosiatif adalah proses yang mengarah untuk menciptakan suatu kesatuan,

sedangkan disosiatif adalah proses yang bersifat bertentangan karena

memiliki tujuan yang berbeda.

Proses asosiatif terbagi menjadi tiga bentuk sebagai berikut:

a. Kerja sama

Kerja sama adalah sebuah proses yang terjadi ketika adanya

kepentingan dan tujuan yang sama yang kemudian melakukan sebuah

tindakan guna memenuhi tujuannya tersebut. Dalam bentuk kerjasama

ada peran atau fungsi dari masing-masing anggota kelompok karena

kegiatan yang dilaksanakan saling bergantung dengan kegiatan yang lain

dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan bersama.

b. Akomodasi

Akomodasi adalah suatu bentuk usaha untuk mengurangi

pertentangan antara individu dengan individu lain atau antara kelompok

dengan kelompok dalam masyarakat akibat pandangan atau pemahaman

yang berbeda. Akomodasi juga berfungsi untuk mencegah munculnya

suatu pertentangan dalam waktu jangka pendek maupun jangka panjang.

Selain itu akomodasi berupaya menyatukan kelompok-kelompok yang

sebelumnya sudah saling bertentangan dan memungkinkan terjadinya

sebuah kerjasama didalamnya.

Page 37: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

24

c. Asimilasi

Asimilasi adalah proses sosial yang berupaya untuk mengurangi

perbedaan-perbedaan yang terdapat antara individu atau kelompok dan

juga mengupayakan usaha untuk memperkuat kesatuan dengan cara

mendahulukan tujuan dan kepentingan bersama. Dalam situasi ini adanya

sebuah toleransi di setiap anggota kelompoknya akan mendukung proses

asimilasi walaupun terkadang tidak mudah dalam menjalankan proses

asimilasi ini karena adanya hambatan seperti kehidupan masyarakat yang

terisolasi, yang pada umumnya cenderung memiliki pengetahuan yang

relatif rendah.

Bentuk-bentuk interaksi sosial yang terwujud dalam proses asosiatif yang

biasa terjadi dalam kehidupan yaitu:

a. Persaingan

Persaingan ialah proses sosial dimana individu atau kelompok yang

bersaing berusaha untuk mengungguli pihak lain. Contoh persaingan

yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti persaingan

ekonomi, kedudukan, dan peran. Upaya-upaya yang dilakukan seperti

menarik perhatian atau mencari kelemahan lawan dengan cara

memperkuat prasangka yang telah ada. Biasanya persaingan dilakukan

tanpa adanya kekerasan ataupun ancaman. Adapun fungsi dari persaingan

salah satunya adalah untuk menyalurkan sebuah keinginan individu yang

bersifat kompetitif dalam masyarakat.

b. Kontravensi

Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada antara

persaingan dan pertentangan. Kontraversi menunjukkan sikap

Page 38: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

25

ketidakterimaan atau ketidaksukaan yang tersembunyi terhadap orang

lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu.

Kontravensi biasanya ditandai dengan tindakan penolakan dan

perlawanan yang memungkinkan bertujuan untuk menjatuhkan pihak

lain.

c. Pertentangan

Pertentangan ialah bentuk proses sosial ketika individu atau

kelompok berusaha mencapai tujuannya dengan cara menantang dan

memberikan sebuah ancaman atau kekerasan pada pihak lawan. Pada diri

seseorang biasanya mempunyai keinginan yang ingin saling berkompetisi

dalam mengekspresikan perannya atau pendapatnya. Biasanya

pertentangan terjadi disebabkan adanya suatu perbedaan yang sangat

nyata, seperti perbedaan paham antar individu, kepentingan hingga

perbedaan sosial. Selain itu konflik dalam kelompok pun sering

disebabkan oleh perbedaan tujuan pada anggota kelompok, perbedaan-

perbedaan pendapat, ketidasetujuan yang didasarkan karena ekspetasi

individu yang tidak sesuai pada individu lain. Namun di samping itu

pertentangan tidak selalu bersifat negatif, adapula sifat positif yang bisa

menguatkan suatu kelompok. Contoh yang bersifat positif akibat dari

pertentangan adalah meningkatkan solidaritas antar anggota dalam suatu

kelompok dan memungkinkan terjadinya perubahan kepribadian kearah

yang lebih baik. Sedangkan contoh negatif sebagai akibat dari

pertentangan yaitu retaknya kesatuan antar anggota kelompok yang

berdampak pada perpecahan atau putusnya hubungan sosial. Masalah

sosial tidak muncul secara alami, namun masalah sosial hadir disebabkan

Page 39: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

26

oleh “social creation” yang tercipta sebagai hasil dari pemikiran manusia

dalam kebudayaan yang dimiliki oleh manusia itu sendiri.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial Siswa

Menurut Santoso (2010: 166-167) interaksi sosial dapat berlangsung

karena beberapa faktor. Faktor-faktor yang mendasari interaksi sosial yaitu

Imitasi, Sugesti, Identifikasi, Simpati, dan Motivasi, yang diuraikan sebagai

berikut:

a. Faktor imitasi

Tarde mengasumsikan bahwa seluruh kehidupan sosial itu

sebenarnya berdasarkan hanya pada faktor imitasi. Tarde

mengungkapkan terdapat segi-segi negatif dan postif dalam peranan

faktor imitasi. Proses imitasi dikatakan negatif ketika role model yang

diimitasi itu memberi pengaruh yang tidak baik, hal itu akan

menimbulkan kesalahan besar, terkadang orang dengan mudahnya

menerima apa yang dilihat dan langsung mengimitasi hal tersebut tanpa

di kritisi terlebih dahulu. Sedangkan proses imitasi dikatakan positif

apabila mampu membawa individu memperoleh keahlian dan mendorong

individu untuk bertingkah laku sesuai dengan norma.

b. Faktor Sugesti

Ahmadi (dalam Santoso, 2010) menjelaskan bahwa sugesti adalah

keadaan di mana orang lain ataupun dinvidu itu sendiri berusaha untuk

memberikan dorongan pada pikiran. Sugesti yang datang baik dari

dirinya sendiri maupun dari orang lain biasanya dengan mudah diterima.

Adapun perbedaan antar jenis auto-sugesti dan hetero-sugesti. Auto-

sugesti adalah sugesti yang datang dari dirinya sendiri, contoh dari jenis

Page 40: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

27

ini bisa diambil dari seseorang yang sedang sakit, ia selalu mensugesti

dirinya bahwa ia bisa sembuh dari penyakitnya. Hetero-sugesti adalah

sugesti yang datang dari orang lain, contohnya bisa diambil dari seorang

motivator yang memberikan semangat untuk audiensnya dengan kata-

kata positifnya.

Dari kedua sugesti diatas memegang peranan penting dalam

kehidupan sosial. Baik sugesti maupun imitasi sejatinya saling

berhubungan, yang membedakannya bahwa dalam imitasi individu

mengikuti orang lain yang menjadi role modelnya, sedangkan pada

sugesti seseorang mencoba memberikan arahan atau pandangan yang

dilakukan oleh dirinya sendiri atau orang lain yang nantinya akan

diterima oleh individu tersebut (Janu, 2007). Maka dapat dikatakan

bahwa sugesti akan mendorong seseorang untuk bersikap sesuai dengan

apa yang ada dipikirannya .

c. Faktor Identifikasi

Menurut Freud (dalam Santoso, 2010) faktor identifikasi dalam

psikologi artinya dorongan untuk menjadi sama dengan orang lain baik

secara lahiriah maupun secara batiniah. Proses identifikasi dapat terjadi

ketika seseorang memberikan contoh yang baginya ideal dalam

kehidupannya. Proses ini dapat terjadi dengan sendirinya tanpa disadari

ataupun sengaja. Secara tidak sadar individu yang mengidentifikasi itu

akan menirukan sikap, penampilan, tingkah laku, dan kebiasaan lainnya

dari sosok yang ia identifikasi. Maka pada jangka waktu tertentu akan

muncul perasaan untuk menjadi identik dan memainkan peran sebagai

sosok yang diidentifikasi tersebut.

Page 41: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

28

d. Faktor Simpati

Simpati ialah perasaan tertariknya seseorang terhadap orang lain

maupun suatu kelompok (Janu, 2007). Proses simpati timbul mencakup

adanya akal rasional, dan juga perasaan. Proses ini bisa berjalan dengan

perlahan-lahan seiringnya waktu atau secara tiba-tiba bahkan secara

sadar antar kedua belah pihak. Dorongan utama pada proses simpati yaitu

ingin mengerti orang lain, berbeda halnya dengan identifikasi yang

didorong dengan perasaan meniru dan ingin menjadi sama. Contoh

identifikasi adalah memberi bantuan pada orang lain yang sedang

kesulitan.

e. Motivasi

Sukmadinata (dalam Santoso, 2010) menjelaskan motivasi adalah

suatu tindakan bagi individu memberikan dorongan, pengaruh, atau

stimulasi untuk individu lain. Kemudian seseorang yang diberi motivasi

tersebut akan menuruti atau melaksanakan apa yang ia terima dan dengar

itu secara kritis, rasional, dan penuh rasa tanggung jawab. Motivasi

adalah suatu tindakan yang terbentuk dari dorongan yang berupa

desakan, motif, kebutuhan dan keinginan. Wujud motivasi dapat berupa

perilaku, sikap, saran, pendapat, dan pertanyaan.

Dari penjelasan berbagai faktor di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa interaksi merupakan suatu proses yang cukup kompleks yang

didasari atau dilandasi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut

mampu bergerak dengan sendiri secara terpisah ataupun saling berkaitan.

Page 42: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

29

C. Teman Sebaya

1. Pengertian Teman Sebaya

Horrock dan Benimoff (dalam Hurlock, 2002:214) menjelaskan

kelompok teman sebaya adalah tempat kaum remaja yang menyediakan

panggung dimana remaja dapat menilai, menganalisis, dan memperbaiki

konsep dirinya. Teman sebaya adalah anak-anak atau remaja yang

memiliki usia atau tingkat kedewasaan yang relatif sama. Remaja akan

saling memberikan dorongan dengan teman sebayanya mengenai

kemampuan mereka. Remaja belajar dari teman sebayanya untuk menilai,

membandingkan tentang dunia di luar keluarga. Dari proses belajar

tersebut akan berpengaruh pada remaja, apa yang dilakukan mereka bisa

lebih baik, sama baiknya atau bahkan lebih buruk dari apa yang dilakukan

teman sebayanya (Santrock, 2007:55). Menurut Slamet Santoso (2004: 79)

menjelaskan bahwa teman sebaya ialah perkumpulan remaja dengan usia

yang sama yang anggotanya mampu bersosialisasi dan berkomunikasi

dengan baik. Hal-hal yang dilakukan oleh anak-anak usia tersebut adalah

hal-hal yang menyenangkan saja.

Dari penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan apa yang

dimaksud dengan teman sebaya adalah anak-anak atau remaja yang

mempunyai usia dengan tingkat kematangan yang relatif sama. Remaja

menjadikan teman sebaya sebagai tempat untuk menilai dan yang mereka

dapatkan dari teman sebaya akan berpengaruh pada apa yang akan mereka

lakukan bisa lebih baik atau lebih buruk.

Page 43: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

30

2. Aspek-aspek Interaksi Teman Sebaya

Aspek-aspek interaksi teman sebaya menurut Monks dkk (dalam

Santoso, 1994:187) adalah:

1. Membina hubungan baik dengan teman.

2. Saling bertukar informasi antara teman sebaya.

3. Saling membantu satu sama lain.

4. Saling menghargai dan menerima.

5. Menunjukan rasa simpati dan kasih sayang

3. Fungsi Teman sebaya

Teman sebaya bisa memberikan fungsi yang positif bagi remaja, terdapat

6 fungsi positif teman sebaya yang dijelaskan oleh Kelly dan Hansen (dalam

Desmita, 2009:220-221) yaitu:

a. Mengontrol dorongan agresif, ketika teman sebaya mampu menekan

dorongan agar remaja tidak melakukan pertentangan atau pertikaian,

melalui interaksi dengan teman sebayanya remaja dapat belajar

menyelesaikan pertentangan tanpa harus melakukan agresi langsung.

b. Membuat remaja menjadi mandiri dan peduli pada lingkungan

sekitarnya. Kelompok teman sebaya dapat memberi dorongan pada

remaja untuk bisa menjalankan peran baru mereka dan bertanggung

jawab. Dorongan dari teman sebaya ini pula bisa berarti bagi remaja,

ketika remaja bisa mandiri hal itu bisa berdampak baik pada remaja

sehingga tidak selalu bergantung pada dorongan keluarga mereka.

c. Meningkatkan kamampuan-kemampuan sosial, meningkatkan

kemampuan penalaran. Dari sinilah melalui interaksi dengan teman

sebaya, remaja belajar untuk mengekspresikan perasaannya dengan

cara yang lebih matang, mengekspresikan ide-ide dan gagasan

Page 44: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

31

mereka, serta meningkatkan kemampuan mereka dalam

menyelesaikan masalah.

d. Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran

jenis kelamin. Disini remaja dibentuk untuk berperan sesuai dengan

jenis kelaminnya, melalui interaksi dengan teman sebaya remaja akan

belajar tentang tingkah laku dan kemudian mereka asosiasikan

dengan menjadi laki-laki dan perempuan muda.

e. Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai, dalam kelompok

teman sebaya, remaja berusaha menggambil keputusan atas diri

mereka sendiri. Remaja mengevaluasi nilai-nilai yang dimilikinya

dan yang dimiliki oleh teman sebayanya, serta memutuskan mana

yang dianggap benar. Proses mengevaluasi ini dapat membantu

remaja mengembangkan kemampuan penalaran moral mereka.

f. Menigkatkan harga diri (self-esteem). Menjadi individu yang

disenangi oleh teman sebayanya bisa membuat remaja merasa senang

mengenai dirinya sendiri

4. Penerimaan dan Penolakan Teman Sebaya

Dalam lingkungan teman sebaya memungkinkan remaja dapat diterima

atau mendapat penolakan. Menurut Mappiare (1982: 170) terdapat faktor-

faktor yang membuat remaja diterima atau mendapat penolakan dari teman

sebayanya, yaitu:

a. Faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja diterima oleh teman

sebayanya:

- Penampilan dan perilaku, teman sebaya akan memberikan penilaian

terkait penampilan dan perilaku remaja seperti tampang yang baik,

Page 45: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

32

penampilan yang rapi, serta mampu ikut berperan dalam kegiatan-

kegiatan kelompok.

- Kemampuan berpikir seperti remaja dapat diterima dalam

kelompok teman sebaya karena kemampuan berpikirnya,

sepertidapat berinisiatif, memikirkan kepentingan kelompoknya dan

mengemukakan ide-idenya.

- Sifat, cara bersikap, dan perasaan. Sikap ini sangat diperlukan agar

remaja bisa diterima oleh kelompok teman sebayanya, seperti

peduli pada orang lain, memiliki sifat sabar dan mampu menahan

amarah ketika berada dalam situasi yang tidak menyenangkan.

- Kerpibadian yang baik, remaja yang memiliki kepribadian yang

baik akan mudah diterima bahkan disenangi oleh kelompok teman

sebaya, kepribadian yang baik menjadi poin utama seperti jujur dan

dapat dipercaya, bertanggung jawab dan mampu menjalankan

perannya, mengikuti peraturan-peraturan kelompok, mudah

beradaptasi dalam berbagai situasi.

b. Faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja ditolak oleh teman

sebaya:

- Penampilan dan perbuatan, remaja yang memiliki sifat pemalu,

sering menantang, dan senang menyendiri adalah hal yang kurang

disukai oleh teman sebayanya, maka ketika remaja memiliki sifat

tersebut kemungkinan akan ditolak teman sebaya.

- Kemampuan berpikir, setiap remaja mempunyai kemampuan

berpikir yang berbeda-beda remaja yang dianggap bodoh oleh

teman sebayanya akan mudah mendapatkan penolakan.

- Cara bersikap, memiliki sifat yang buruk, seperti suka melanggar

norma dan tidak mengikuti peraturan-pertaturan kelompok, suka

Page 46: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

33

berkuasa, memiliki sifat selalu curiga pada teman, dan memaksakan

kehendaknya sendiri tanpa mau mendengarkan orang lain.

- Faktor lainnya seperti rumah sulit dijangkau karena terlalu jauh dari

tempat teman sekelompok.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penerimaan atau

penolakan teman sebaya sangat berarti dalam kehidupan remaja. Penerimaan

dan penlokan itu pula yang dapat membentuk kedewasaan remaja dalam cara

berpikir, bersikap, peduli terhadap sekitarnya, perlakuan dan adaptasi remaja.

Dari hasil penerimaan dan penolakan teman sebaya dapat memberikan

dampak positif maupun negatif pada diri remaja, tergantung remaja dalam

menyikapinya. Arti penting penerimaan dan penolakan teman sebaya erat

kaitannya dengan penelitian ini adalah sebagai bahan referensi peneliti untuk

meningkatkan interaksi sosial siswa dengan teman sebayanya.

5. Pentingnya Teman Sebaya bagi Perkembangan Remaja

Teman sebaya memiliki pengaruh penting dalam perkembangan remaja,

adanya kelompok teman sebaya akan memudahkan individu untuk saling

berinteraksi, bergaul dan memberikan dukungan serta peduli terhadap

individu yang lain secara emosional. Kehadiran kelompok teman sebaya

memberikan pengaruh dalam perkembangan remaja yaitu (Santoso,

2009:77):

1) Memberikan pengaruh positif dan negatif antara lain:

a. Pengaruh positif dari teman sebaya

- Mendorong kemandirian pada individu

- Menyalurkan perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompok

Page 47: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

34

- Individu yang memiliki kelompok teman sebaya mereka akan

lebih siap menghadapi kehidupan yang akan datang

- Individu dapat memiliki rasa solidaritas antar teman

- Ketika individu masuk dalam kelompok teman sebaya, maka

setiap anggota akan siap membentuk masyarakat yang

direncanakan sesuai dengan kebudayaan yang mereka anggap

baik

- Setiap anggota dapat melatih bakatnya, kecakapan, dan

memperoleh pengetahuan

b. Pengaruh negatif dari teman sebaya

- Memungkinkan individu sulit menerima individu lain yang tidak

mempunyai kesamaan, sehingga lingkungan pertemanan mereka

hanya akan berputar dengan kelompok teman sebayanya yang

mereka anggap memiliki kesamaan dengan mereka.

- Menimbulkan rasa iri, dalam kelompok kemungkinan ada

beberapa anggota yang akan terlihat sangat akrab dikarenakan

memiliki kesamaan, kemudian akan ada anggota lain yang merasa

iri karena merasa berbeda dan tidak bisa seakrab itu dengan

mereka.

- Tertutup terhadap individu lain yang bukan bagian dari kelompok

- Timbul persaingan antar anggota kelompok

2) Membentuk persepsi citra tubuh

Menurut Winzeler (2005) menjelaskan bahwa citra tubuh adalah

gambaran, pikiran, atau perasaan seseorang akan penampilan fisiknya.

Lingkungan atau kelompok teman sebaya berpengaruh besar terhadap

pandangan remaja terhadap citra tubuh, kelompok teman sebaya yang

mempersepsikan standar tubuh ideal yang kemudian remaja akan menerima

persepsi dari kelompok teman sebayanya tersebut menjadi persepsi pribadi

Page 48: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

35

agar mendapat penerimaan dari kelompoknya. Remaja akan merasa puas jika

kesan fisik yang dia tampilkan sesuai dengan kesan yang diberikan oleh

lingkungannya,

3) Perkembangan Sosial (Persahabatan dan Relasi Romantis)

Harry Stack (dalam Santrock, 2011) mengatakan bahwa seorang sahabat

menjadi sangat penting dalam memenuhi kebutuhan sosial akan intimasi

persahabatan meningkat di masa remaja awal. Ketika remaja tidak mampu

menjalin hubungan persahabatan yang dekat, mereka akan mengalami rasa

kesepian dan turunnya harga diri mereka. Persahabatan mencerminkan

perilaku kerjasama dan saling mendukung antara dua atau lebih identitas

sosial. Semakin dekat pengalaman yang mereka miliki maka akan

berpengaruh pada penerimaan sosial.

D. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini menunjukkan hubungan antara body shaming dengan

interaksi sosial teman sebaya. Body shaming muncul disebabkan karena

adanya pandangan masyarakat yang membentuk standar tubuh ideal. Standar

tubuh ideal dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, ekologi, ekonomi, dan

standar budaya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial individu untuk

berkeinginan sesuai dengan standar ideal yang berlaku di masyarakat adalah

faktor imitasi dan faktor sugesti. Individu mencoba untuk meniru penampilan

orang lain contohnya dengan meniru apa yang ditampilkan oleh media

seperti ingin langsing, tinggi, dan berkulit putih, maka terjadi proses imitasi

dalam hal ini. Selain itu, orang lain mencoba untuk mempengaruhi pikiran

atau mengubah pandangan individu terkait konsep tubuh ideal dan individu

Page 49: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

36

menerima pandangan tersebut, artinya ada faktor sugesti dimana individu

akan terdorong bersikap untuk sesuai dengan apa yang ada dipikirannya

Pengaruh teman sebaya bagi perkembangan remaja salah satunya adalah

membentuk persepsi citra tubuh, dimana ketika kelompok teman sebaya

mempersepsikan standar tubuh ideal kemudian remaja menerima persepsi

tersebut dan menjadikannya persepsi pribadi agar diterima oleh

kelompoknya. Di samping itu, dalam lingkungan kelompok teman sebaya

ada penerimaan dan penolakan, salah satu faktor yang menyebabkan remaja

diterima atau ditolak oleh teman sebayanya adalah faktor penampilan,

penampilan yang baik membuat remaja mudah diterima dan sebaliknya

penampilan yang kurang menarik memungkinkan remaja ditolak atau sulit

diterima oleh kelompok teman sebaya. Maka ketika remaja mendapat

perlakuan body shaming artinya remaja mendapat penolakan dari teman

sebayanya sehingga interaksi sosialnya pun akan menjadi terganggu. Seperti

yang dikatakan oleh Dolezal (2015) bahwa body shaming menentukan proses

hubungan sosial.

Dari kerangka pemikiran di atas untuk melihat apakah variabel body

shaming dan interaksi sosial teman sebaya memiliki hubungan atau tidak,

jika digambarkan dengan model akan tampak seperti pada bagan berikut ini

Tabel 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran

Body Shaming

(X)

Interaksi Sosial

(Y)

Page 50: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

37

E. Hipotesis Penelitian

Untuk melakukan uji hipotesis, ada beberapa ketentuan yang perlu

diperhatikan yaitu merumuskan hipotesis nol (Ho) dan harus disertai pula

dengan hipotesis (Ha). Berdasarkan penelitian yang direncanakan, dapat

dibuat hipotesis sebagai berikut.

1. Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara body shaming

dengan interaksi sosial teman sebaya

2. Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara body shaming dengan

interaksi sosial teman sebaya

Page 51: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penilitian ini yaitu pendekatan

kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data berupa

angka, kemudian diolah dan dianalisis untuk mendapat suatu informasi

ilmiah dibalik angka-angka tersebut. Sedangkan menurut Azwar (2005)

penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-

data numerikal atau angka yang diolah dengan metode statistika. Dengan

pendekatan kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau

signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti.

Sedangakan metode yang digunakan peneliti adalah korelasional.

Penelitian korelasional adalah penelitian yang melihat hubungan antara

variabel. Penelitian yang dirancang untuk mengetahui tingkat hubungan

antara variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi (Kountur, 2009).

Pengukuran korelasional digunakan untuk menentukan besarnya arah

hubungan. Alasan peneliti menggunakan penelitian korelasional adalah

karena peneliti ini bertujuan untuk melihat hubungan antara 2 variabel, yaitu

antara hubungan body shaming dengan interaksi sosial teman sebaya.

Pengukuran dalam korelasi ini digunakan untuk mengetahui tingkat

hubungan antara variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi.

Pengukuran dalam korelasi ini digunakan untuk menemukan besarnya arah

hubungan antara satu variabel dengan variabel lain.

Page 52: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

39

B. Ruang Lingkup Penelitian

1. Subjek dan Objek Peneletian

Subjek dalam penelitian ini adalah sekelompok yang dapat

memberikan informasi, yaitu siswa SMKN 7 Tangerang Selatan. Objek

dalam penelitian ini adalah perlakuan body shaming yang diterima dan

interaksi sosial siswa di SMKN 7 Tangerang Selatan.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Waktu, penelitian ini dilaksankan dari bulan Oktober 2019 sampai

dengan Februari 2020. Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di SMKN

7 Tangerang Selatan yang berlokasi di Ciputat. Alasan pemilihan lokasi

karena di lokasi tersebut pernah terjadi kasus perundungan yang berawal

dari body shaming kemudian diperparah dengan adanya kekerasan fisik.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil

pengukuran yang menjadi objek penelitian. Atau populasi merupakan

objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi

syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian (Bambang

Prasetyo, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas XII SMKN 7 Tangerang Selatan yang berjumlah 160 siswa.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek

penelitian. Penelitian ini menggunakan Probability Sampling yaitu

teknik pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama

bagi seluruh anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Page 53: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

40

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel menggunakan

rumus Slovin sebagai berikut.

Keterangan:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

d = error tolerance (taraf signifikansi)

Berdasarkan rumus di atas maka peneliti menghitung sampel dengan

tingkat kesalahan 5% maka dari populasi 160 siswa kelas XII SMKN 7

Tangerang Selatan diperoleh sampel sebanyak 115 siswa baik laki-laki dan

perempuan. Dengan perhitungan sampel sebagai berikut:

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data yang dibutuhkan guna melengkapi proses

penelitian ini, peneliti melakukan kegiatan penelitian yang bersumber dari:

1. Penelitian kepustakaan (library research). Metode ini digunakan untuk

mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan teori yang dibahas

Page 54: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

41

dalam penelitian ini. Data-data berasal dari buku-buku literatur yang

sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

2. Penelitian lapangan (field research). Dalam melakukan pengamatan

lapangan peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian untuk

memperoleh data yang obyektif berdasarkan kebenaran yang terjadi di

lapangan. Dalam hal ini peneliti menggunakan kuesioner. Kuesioner

adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan penulis kepada responden

untuk menjawabnya (Sugiyono, 2010).

D. Variabel Penelitian

Menurut Hatch dan Farhady (dalam Sugiyono, 2010) menjelaskan

variabel sebagai atribut seseorang atau subjek yang mempunyai “variasi”

antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek lain. Dalam

penelitian ini terdapat dua variabel yaitu:

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen

(variabel bebas) adalah body shaming.

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat karena variabel bebas. Pada penelitian ini yang

menjadi variabel dependen (variabel terikat) adalah interaksi sosial

teman sebaya .

Page 55: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

42

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

H

E. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel

1. Body Shaming

a. Definisi Konseptual

Body shaming merupakan tindakan mengkritik, mengomentari,

atau membandingkan fisik orang lain maupun dirinya sendiri yang

menimbulkan perasaan bahwa tubuhnya tidak sesuai dengan yang

diharapkannya.

b. Definisi Operasional

Skor total dari skala body shaming yang terdiri dari aspek yaitu

mengomentari dan membandingkan diri sendiri, mengomentari

penampilan orang lain (didepan orang tersebut), mengomentari fisik

dan membandingkan fisik orang lain (dibelakang orang tersebut).

2. Interaksi Sosial

a. Definisi Konseptual

Interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih

yang saling mempengaruhi atau mengubah, baik secara tindakan

maupun pikiran individu yang lain atau sebaliknya.

b. Definisi Operasional

Skor total dari interaksi sosial teman sebaya yang didasarkan pada

aspek-aspek interaksi sosial yaitu membina hubungan yang baik

dengan teman, saling menghargai dan menerima, saling bertukar

Body Shaming

( Variabel X )

Interaksi Sosial

( Variabel Y )

Variabel Independen Variabel Dependen

Page 56: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

43

informasi, saling bekerjasama, dan menunjukan rasa simpati dan

kasih sayang.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan dibahas yaitu body

shaming dan interaksi sosial teman sebaya. Oleh karena itu terdapat dua

instrumen yang digunakan yaitu instrumen body shaming dan instrumen

interaksi sosial teman sebaya. Yang dimana kedua instrumen tersebut

dikembangkan berdasarkan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk

mengukur sikap, persepsi, dan pendapat seseorang atau sekelompok orang

mengenai fenomena sosial. Maka peneliti membuat alternatif jawaban yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah Selalu (SL), Sering (S), Kadang-

kadang (KD), Jarang (J), Tidak Pernah (TP),

Tabel 3.2 Skala Likert

Pilihan Jawaban Skor

Positif Negatif

Selalu 5 1

Sering 4 2

Kadang-kadang 3 3

Jarang 2 4

Tidak Pernah 1 5

G. Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen merupakan salah satu langkah yang harus dilakukan

sebelu melakukan penyusunan angket. Kisi-kisi instrumen dilakukan sebagai

pedoman peneliti dalam membuat atau menyusun angket agar penyusunan

angket dapat berjalan dengan tujuan penelitian yang sedang dilakukan.

Page 57: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

44

Adapun kisi-kisi instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini

sebagai berikut:

Tabel 3.3 Instrumen Penelitian Body Shaming

Aspek Indikator Item

Jumlah Favo Unfavo

Mengomentari

penampilan

1. Menerima kritik cara

berpakaian 1 4

16

2. Menerima kritik gaya

berbicara 2 5

3. Menerima kritik

tingkah laku 3,19 6,21

4. Mendapat gossip 7,8 9,10

Membandingan

fisik

1. Membandingkan fisik

diri sendiri dengan

orang lain

23 25

2. Dibandingkan-

bandingkan fisiknya

oleh orang lain

24 26

Mengomentari

fisik

1. Dipanggil dengan

sebutan yang buruk 17,18 20,22

10 2. Diejek yang mengarah

pada fisik

11,12,13

14,15,16

Jumlah 13 13 26

Page 58: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

45

Tabel 3.4 Instrumen Penelitian Interaksi Sosial

Aspek Indikator Item Juml

ah Favo Unfavo

Membina

hubungan

dengan teman

1. Partisipasi dalam

kelompok teman sebaya 1 2

6 2. Mengikuti ajakan dari

teman untuk bermain 3 4

3. Penyesuaian diri remaja 5 6

Saling bertukar

informasi

1. Bertanya pada teman 7 8

8

2. Memperkenalkan identitas

diri 9 10

3. Menyapa temannya ketika

bertemu 11 12

4. Mendengarkan teman

ketika berbicara 13 14

Saling

bekerjasama

1. Memberikan bantuan

kepada teman 15 16

4 2. Tidak terlibat

pertengkaran dengan

teman

17 18

Menunjukan

rasa simpati

dan kasih

saying

1. Memaafkan teman ketika

membuat kesalahan 19 20

4 2. Menghibur teman yang

dalam keadaan bersedih 21 22

Saling

menghargai

dan menerima

1. Tidak suka mencela teman 23 24

8 2. Berbicara sopan ketika

berhadapan dengan teman 25 26

Page 59: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

46

3. Sikap toleran terhadap

teman 27 28

4. Dapat menerima teman

sebagaimana adanya 29 30

Jumlah 15 15 30

H. Uji Instrumen

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrument, uji validitas dilakukan setiap

butir soal. Hasilnya dibandingkan dengan r table | df = n ˗˗ k dengan margin

of error 5%. Jika r tabel < r hitung, maka butir soal disebut valid.

= ∑

√{ ∑ ∑ ∑ ∑ }

Sebelum dilakukan uji validitas, dilakukan expert judgement terlebih

dahulu oleh para ahli untuk melihat kesesuaian antara item-item pernyataan.

Dalam penelitian ini para ahli yang diminta pendapatnya yaitu Bpk Ismet

Firdaus selaku dosen Kesejahteraan Sosial. Berdasarkan hasil dari uji ahli

skala body shaming menerangkan bahwa pernyataan yang kurang jelas

kalimatnya bisa diperbaiki, jangan sampai ketika membaca pernyataan

responden berpikir apa maksud dari pernyataan tersebut. Karena pernyataan

yang tepat itu yang bisa langsung dimengerti oleh responden tanpa

menimbulkan pertanyaan. Selanjutnya hasil pertimbangan uji ahli tersebut

dijadikan landasan dalam penyempurnaan instrument yang disusun oleh

penulis.

Page 60: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

47

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Body Shaming

No Butir Keterangan

1 0,796 0,176 Valid

2 0,396 0,176 Valid

3 0,779 0,176 Valid

4 0,695 0,176 Valid

5 0,382 0,176 Valid

6 0,305 0,176 Valid

7 0,490 0,176 Valid

8 0,548 0,176 Valid

9 0,795 0,176 Valid

10 0,382 0,176 Valid

11 0,796 0,176 Valid

12 0,783 0,176 Valid

13 0,396 0,176 Valid

14 0,305 0,176 Valid

15 0,490 0,176 Valid

16 0,548 0,176 Valid

17 0,795 0,176 Valid

18 0,356 0,176 Valid

19 0,686 0,176 Valid

20 0,207 0,176 Valid

21 0,335 0,176 Valid

22 0,398 0,176 Valid

23 0,443 0,176 Valid

24 0,223 0,176 Valid

25 0,795 0,176 Valid

26 0,381 0,176 Valid

Uji validitas skala body shaming menggunakan pearson product moment

pada 26 item soal yang diujikan, diperoleh hasil bahwa seluruh item soal

Page 61: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

48

memiliki nilai r > 0.176 maka dapat diambil kesimpulan seluruh item soal

valid.

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Interaksi Sosial Teman Sebaya

No Butir Keterangan

1 0,701 0,176 Valid

2 0,346 0,176 Valid

3 0,701 0,176 Valid

4 0,701 0,176 Valid

5 0,346 0,176 Valid

6 0,378 0,176 Valid

7 0,697 0,176 Valid

8 0,658 0,176 Valid

9 0,208 0,176 Valid

10 0,697 0,176 Valid

11 0,658 0,176 Valid

12 0,697 0,176 Valid

13 0,658 0,176 Valid

14 0,546 0,176 Valid

15 0,761 0,176 Valid

16 0,234 0,176 Valid

17 0,701 0,176 Valid

18 0,346 0,176 Valid

19 0,378 0,176 Valid

20 0,697 0,176 Valid

21 0,658 0,176 Valid

22 0,701 0,176 Valid

23 0,346 0,176 Valid

24 0,701 0,176 Valid

25 0,701 0,176 Valid

26 0,346 0,176 Valid

27 0,378 0,176 Valid

28 0,697 0,176 Valid

29 0,658 0,176 Valid

30 0,378 0,176 Valid

Uji validitas pada skala interaksi sosial teman sebaya menggunakan

pearson product moment pada 30 item soal yang diujikan, diperoleh hasil

Page 62: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

49

bahwa seluruh item soal memiliki nilai r > 0.176 maka dapat diambil

kesimpulan seluruh item soal valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah untuk sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten,

apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama

dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula. Sedangkan reliabilitas

instrument menunjuk pada suatu pengertian bahwa adanya konsistensi dan

stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu. Jika nilai Croncbach Alpha’s

> 0.60 disebut reliabel.

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas skala body shaming diperoleh

skor Alpha sebesar 0,918. Item-item kuesioner dikatakan reliabel apabila

nilai Alpha Cronbach dari setiap item lebih besar dari nilai . Sehingga

skor yang diperoleh dapat dikatakan reliabel dengan taraf signifikansi 0,05.

Berikut ini hasil perhitungan uji reliabilitas:

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Body Shaming

Dari gambar output di atas, diketahui bahwa nilai Alpha sebesar 0,918

kemudian nilai ini dibandingkan dengan dengan nilai N= 115 dilihat

pada distribusi nilai signifikansi 5% diperoleh nilai 0,176.

Kesimpulannya nilai Alpha = 0,918 > = 0,176 artinya item-item dari

variabel body shaming dikatakan reliabel atau terpercaya sebagai alat ukur

pengumpulan data dalam penelitian.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of

Items

.918 26

Page 63: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

50

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Interaksi Sosial Teman Sebaya

Dari gambar output di atas, diketahui bahwa nilai Alpha sebesar 0,923

kemudian nilai ini dibandingkan dengan dengan nilai N= 115 dilihat

pada distribusi nilai signifikansi 5% diperoleh nilai 0,176.

Kesimpulannya nilai Alpha = 0,923 > = 0,176 artinya item-item dari

variabel interaksi sosial teman sebaya dikatakan reliabel atau terpercaya

sebagai alat ukur pengumpulan data dalam penelitian.

I. Teknik Analisis Data

1. Analisis Unit

Analisis unit ini merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui

nilai mean, median, modus, nilai maksimal dan nilai minimal dari masing

masing variabel yang diteliti. Untuk lebih jelasnya dapat dikemukakan

sebagai berikut:

a. Mean

Mean merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas

nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Nilai mean dapat dicari dengan

rumus:

𝑀𝑒= ∑

Keterangan :

Me = Mean (rata- rata)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of

Items

.923 30

Page 64: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

51

𝑓 = Frekuensi

∑ 𝑓 𝑋𝑡 = perkalian antara f dan 𝑋𝑡

= Jumlah frekuensi atau sampel

b. Median

Median merupakan suatu teknik penjelasan kelompok yang

didasarkan atas nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun

urutanya dari yang terkecil hingga yang terbesar. Rumus yang digunakan

adalah:

𝑀 = 𝐵𝑏 + 𝑝 (

)

Keterangan :

Md = Median (nilai tengah)

Bb = Batas bawaah dimana median terletak

p = Panjang kelas interval

N = Banyak data atau jumlah sampel

F = Jumlah semua frekuensi sebelum kelas median

f = frekuensi kelas median (Hardi, 2014:48)

c. Modus

Modus merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas

nilai yang sedang popular (yang sedang menjadi mode) atau nilai yang

sering muncul dalam kelompok tersebut. Rumus yang digunakan adalah:

𝑀𝑜 = 𝐵𝑏 + 𝑝 (

)

Page 65: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

52

Keterangan:

𝑀𝑜 = Modus

𝐵𝑏 = Batas kelas interval dengan kelas terbanyak

𝑝 = Panjang kelas interval dengan frekuensi terbanyak

𝑏1 = Frekuensi pada kelas modus (frekuensi pada interval yang

terbanyak) dikurangi frekuensi kelas interval terdekat

sebelumnya.

𝑏2 = Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval

berikutnya

d. Standar Deviasi

Standar deviasi merupakan akar dari varian yang digunakan untuk

menjelaskan homogenitas dalam suatu kelompok. Rumus yang

digunakan adalah:

𝑆𝐷 = √∑

Keterangan :

S = Standar deviasi

∑ 𝑓𝑖 = Jumlah keseluruhan frekuensi

= Rata-rata kecenderungan

= Jumlah sampel

Page 66: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

53

2. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data

berdistribusi normal atau tidak. Uji ini perlu dilakukan karena semua

perhitungan statistik parametric memiliki asumsi normalitas sebaran

(Santoso, 2010). Jika nilai p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

hipotesis nol diterima. Hal ini berarti data yang di uji memiliki distribusi

yang tidak berbeda dengan data yang normal, atau data yang diuji

memiliki distribusi normal. Sebaliknya, jika nilai p < 0,05 maka hipotesis

nol ditolak. Hal ini berarti data yang diuji memiliki distribusi yang

berbeda dari data normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas data merupakan salah satu syarat dilakukannya analisis

korelasi sederhana untuk mengetahui apakah antara variabel X dan Y

bebas mempunyai hubungan linear dengan taraf signifakansi 0,05. Dua

variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansinya

kurang dari 0,05.

Uji linearitas yang dilakukan dengan bantuan SPSS 22 untuk menguji

linearitas antara variabel body shaming dan interaksi sosial teman sebaya,

berdasarkan hasil perhitungan pada output tabel anova diketahui bahwa

nilai sig linearity sebesar 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan

bahwa antara variabel body shaming dan interaksi sosial teman sebaya

terdapat hubungan yang linear.

Page 67: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

54

3. Uji Hipotesis

a. Analisis Korelasi

Dalam menganalisis data yang telah terkumpul dari hasil penelitian

dan menguji hipotesis apakan diterima atau tidak, dengan menggunakan

analisis product moment, rumus yang di gunakan yaitu:

= ∑

√{ ∑ ∑ ∑ ∑ }

Keterangan :

𝑦 = koefisien korelasi antara X dan Y

N = Jumlah individu dalam sampel

∑ 𝑋 = Jumlah skor variabel X

∑ 𝑌 = Jumlah skor variabel Y

∑𝑋 = Kuadrat dari skor variabel X

∑𝑌 = Kuadrat dari skor variabel Y

Untuk mengetahui harga 𝑦 signifikan atau tidak, maka

dikonsultasikan dengan r tabel. Dikatakan signifikan apabila 𝑦 lebih

besar dari r tabel dengan signifikansi 5%. Jika nilai > maka

terdapat korelasi yang signifikan. Berarti terdapat hubungan antara

variabel X dengan variabel Y. Sebaliknya jika < maka

korelasinya tidak signifikan, berarti tidak terdapat hubungan antara

variabel X dengan variabel Y.

Page 68: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian

Dalam penelitian ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah

dilaksanakan di SMKN 7 Tangerang Selatan. Responden pada penelitian ini

dilakukan pada siswa yang duduk di bangku kelas XII tahun ajaran

2019/2020 sebanyak 115 responden. Dimana komposisi responden 40

berjenis kelamin laki-laki dan 75 berjenis kelamin perempuan.

Tahap proses penyebaran kuesioner yang telah lakukan, peneliti datang

terlebih dahulu menemui bagian humas di sekolah tersebut, kemudian

meminta izin untuk melakukan penyebaran kuesioner. Terdapat 5 kelas

untuk siswa kelas XII, sehingga peneliti menyebar kuesioner ke setiap kelas

secara random. Adapun perhitungan diperoleh data sebagai berikut:

1. Body Shaming

Data body shaming diperoleh dari 26 item pernyataan yang telah diuji

validitasnya. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 115 responden.

Hasil pengumpulan data body shaming diperoleh skor terendah 82 dan

skor tertinggi 128. Selanjutnya deskripsi ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Hasil Distribusi Frekuensi Body Shaming

Kategori Interval Frekuensi Presentase

Rendah 82-95 19 16,54%

Sedang 96-116 69 60%

Tinggi 117-128 27 23,46%

Jumlah 115 100%

Page 69: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

56

Dari tabel di atas dapat diketahui dari 115 responden yang berpartisipasi

bahwa distribusi frekuensi body shaming siswa SMKN 7 Tangerang Selatan

terdapat 19 siswa yang mendapat perlakuan body shaming yang diterima

dengan kategori rendah, 69 siswa mendapat perlakuan body shaming yang

diterima dengan kategori sedang, dan 27 siswa mendapat perlakuan body

shaming yang diterima dengan kategori tinggi. Sehingga hal tersebut

menunjukkan bahwa tingkat body shaming yang diterima paling banyak

berada dalam kategori sedang. Maka dapat disimpulkan body shaming di

SMKN 7 Tangerang Selatan yang menerima perlakuan body shaming masuk

dalam kategori sedang. Selanjutnya dari data distibusi frekuensi tersebut

dapat digambarkan dalam grafik berikut ini:

Adapun untuk presentase body shaming siswa SMKN 7 Tangerang

Selatan tahun ajaran 2019/2020 dalam kategori rendah sebanyak

16,54%, sedang 60%, dan kategori tinggi sebanyak 23,46%.

Presentase tersebut dapat dilihat dalam diagram berikut ini:

Adapun untuk presentase perlakuan body shaming yang diterima

siswa SMKN 7 Tangerang Selatan dalam kategori rendah sebanyak

16,54%, dalam kategori sedang sebanyak 60%, dan dalam kategori tinggi

sebanyak 23,46%. Presentase tersebut dapat dilihat dalam diagram

berikut ini:

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Rendah Sedang Tinggi

Fre

kue

nsi

Kategori

Page 70: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

57

Deskripsi data hasil penelitian ini didasarkan pada kuesioner angket

yang digunakan untuk mengetahui hubungan body shaming dengan

interaksi sosial teman sebaya siswa SMKN 7 Tangerang Selatan.

2. Interaksi Sosial Teman Sebaya

Data interaksi sosial teman sebaya diperoleh dari 30 item pernyataan

yang telah diuji validitasnya. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 115

responden. Hasil pengumpulan data interaksi sosial diperoleh skor

terendah 96 dan skor tertinggi 147. Selanjutnya deskripsi ditampilkan

pada tabel berikut:

16.54%

60%

23.46%

Rendah Sedang Tinggi

Page 71: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

58

Tabel 4.2 Hasil Distribusi Frekuensi Interaksi Sosial Teman Sebaya

Kategori Interval Frekuensi Presentase

Rendah 96-108 22 19,16%

Sedang 109-134 73 63,46%

Tinggi 135-147 20 17,38%

Jumlah 115 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui dari 115 responden bahwa interaksi

sosial teman sebaya siswa SMKN 7 Tangerang Selatan dalam kategori

rendah terdapat 22 siswa, dalam kategori sedang terdapat 73 siswa, dan

dalam kategori tinggi terdapat 20 siswa. Sehingga hal tersebut

menunjukkan bahwa interaksi sosial teman sebaya paling banyak berada

dalam kategori sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa interaksi sosial

teman sebaya di SMKN 7 Tangerang Selatan berada dalam kategori

sedang. Selanjutnya dari data distibusi frekuensi tersebut dapat

digambarkan dalam grafik berikut:

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Rendah Sedang Tinggi

Fre

kue

nsi

Kategori

Page 72: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

59

Adapun untuk presentase body shaming siswa SMKN 7 Tangerang

Selatan dalam kategori rendah sebanyak 19,16%, sedang 64,36%, dan

kategori tinggi sebanyak 17,38%. Presentase tersebut dapat dilihat dalam

diagram berikut ini:

Deskripsi data hasil penelitian ini didasarkan pada kuesioner angket

yang digunakan untuk mengetahui hubungan body shaming dengan

interaksi sosial teman sebaya siswa kelas XII SMKN 7 Tangerang

Selatan.

B. Analisis Data

1. Analisis Unit

a. Body Shaming

Hasil dalam penelitian ini ditampilkan dalam bentuk skor rata-

rata/mean, median, modus, dan standar deviasi. Setelah melakukan

perhitungan, maka diperoleh hasil analisis unit untuk body shaming

dengan skor mean = 106.9739, median = 106,5869, modus =106,913,

19.16%

64.36%

17.38%

Rendah Sedang Tinggi

Page 73: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

60

dan standar deviasi = 10.979. Dilihat dari hasil tersebut menunjukkan

bahwa tingkat body shaming yang diterima di SMKN 7 Tangering

Selatan dikategorikan sedang. Standar deviasi menjelakan tentang

simpangan baku dari data body shaming.

b. Interaksi Sosial Teman Sebaya

Hasil dalam penelitian ini ditampilkan ditampilkan dalam bentuk

skor rata-rata/mean, median, modus, dan standar deviasi. Setelah

melakukan perhitungan, maka diperoleh hasil analisis unit untuk

interaksi sosial teman sebaya yaitu dengan skor mean = 121,8435,

median = 121,1438, modus =121,25, dan standar deviasi = 12,796.

Dilihat dari hasil tersebut, menunjukkan bahwa interaksi sosial teman

sebaya di SMKN 7 Tangering Selatan dikategorikan sedang. Standar

deviasi menjelakan tentang simpangan baku dari data interaksi sosial

teman sebaya.

Tabel 4.3 Hasil Analisis Unit

Variabel Body Shaming Interaksi Sosial Teman

Sebaya

Maksimum 128 147

Minimum 82 96

Mean 106.973 121,843

Median 106,586 121,143

Modus 106,913 121,25

Standar Deviasi 10.979 12,796

Page 74: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

61

Berikut ini merupakan data yang diperoleh peneliti mengenai

kriteria responden berdasarkan jenis kelamin antara lain:

Tabel 4.4 Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa responden terbanyak

yaitu berjenis kelamin perempuan sebanyak 75 responden atau

sebesar 65,3% dan responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 40

responden atau sebesar 34,7%.

2. Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel data

yang digunakan berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau

tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan peneliti

adalah uji kolmogorov-smirno dengan taraf signifikansi 0,05. Data

dikatakan berdistribusi normal jika memperoleh nilai signifikansi

lebih besar dari 0.05 maka asumsi normalitas terpenuhi. Hasil uji

normalitas dapat dilihat pada tabel uouput sebagai berikut:

Identitas Subjek Frequensi Presentase

Jenis Kelamin

Laki-laki 40 34.7%

Perempuan 75 65.3%

Total 115 100.0%

Page 75: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

62

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan output diatas diperoleh bahwa variabel body

shaming memperoleh nilai signifikansi sebesar 0.058 > 0.05 dan pada

variabel interaksi sosial teman sebaya memperoleh nilai signifikansi

sebesar 0.088 > 0.05, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa

seluruh data yang diuji pada kedua variabel berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua variabel

mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan.

Korelasi yang baik seharusnya terdapat hubungan yang linear

signifikan antara variabel X dan Y. Dalam penelitian uji linearitas

yang digunakan peneliti adalah deviation of linearity dengan taraf

signifikansi 0,05. Data dikatakan memiliki hubungan yang linear

secara signifikan apabila memperoleh nilai signifikansi lebih besar

dari 0.05. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Page 76: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

63

Tabel 4.6 Hasil Uji Linearitas

Berdasarkan output di atas pada deviation from linearity

diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.392 > 0.05 maka dapat dikatakan

bahwa terdapat hubungan linear signifikan antara body shaming dan

interaksi sosial teman sebaya.

3. Uji Hipotesis

Uji korelasi akan dilakukan dengan analisis korelasi sederhana dengan

metode Pearson atau sering disebut Product Moment Person. Uji Koefisien

Korelasi Pearson adalah uji statistik untuk menguji 2 variabel yang berdata

rasio ataupun data yang berisi angka riil yaitu data sesungguhnya yang

diambil langsung dari angka asli. Untuk mengetahui terdapat hubungan atau

tidak dapat dilihat dari nilai signifikansi dan seberapa kuat hubungan tersebut

dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi atau r. Nilai korelasi (r) berkisar

antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan

antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti

hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan

hubungan searah (X naik maka Y naik) dan nilai negatif menunjukkan

hubungan terbalik (X naik maka Y turun). Jika dilihat dari nilai signifikansi,

kedua variabel kedua variabel yang diuji dikatakan memiliki hubungan

Page 77: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

64

apabila nilai signifikansi < 0.05 dan tidak terdapat hubungan apabila nilai

signifikansi > 0.05. Hasil uji korelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.7 Hasil Uji Korelasi

Berdasarkan output uji korelasi di atas diperoleh nilai signifikansi sebesar

0.000 < 0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan

signifikan antara body shaming dengan interaksi sosial teman sebaya dengan

nilai korelasi sebesar 0,865. Selanjutnya untuk menentukan hipotesis

diperoleh nilai = 0.865, 0,176 , maka diperoleh nilai

signifikansi 0,865 > 0,176. Maka Ha diterima dan Ho ditolak,

berarti terdapat hubungan secara signifikan antara body shaming dengan

interaksi sosial teman sebaya dan menunjukkan arah hubungan negatif,

artinya semakin tinggi perlakuan body shaming yang diterima maka semakin

rendah interaksi sosial. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan body shaming dengan interaksi sosial teman sebaya siswa SMKN

7 Tangerang Selatan.

Correlations

Body

Shaming

Interaksi

Sosial

Body

Shaming

Pearson

Correlation

1 .865**

Sig. (2-tailed) .000

N 115 115

Interaksi

Sosial

Pearson

Correlation

.865**

1

Sig. (2-tailed) .000

N 115 115

Page 78: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

65

C. Pembahasan

Perilaku body shaming yang terjadi di SMKN 7 Tangerang Selatan yaitu

berupa mengkritik tingkah laku, menghina fisik, dan membandingkan fisik.

Korban. Hasil angket yang telah disebarkan kepada responden menunjukkan

hasil bahwa mereka korban body shaming lebih memilih menyendiri di

rumah daripada bermain bersama temannya, hal itu disebabkan karena

mereka merasa tidak percaya diri. Bagi mereka korban body shaming akan

merasa tersinggung dan malu ketika menjadi bahan ejekan dan ditertawakan

oleh teman-temannya, hal ini sesuai dengan jawaban responden yang banyak

menjawab sering pada angket yang telah diberikan kepada responden.

Adapun perbedaan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam

menyikapi perlakukan body shaming. Siswa laki-laki ketika mendapatkan

perlakuan body shaming, mereka cenderung menganggap bahwa hinaan fisik

hanya sebagai candaan saja hal ini didasarkan pada jawaban mereka yang

lebih banyak memilih jarang. Sedangkan siswa perempuan cenderung merasa

sakit hati ketika mendapat perlakukan body shaming terbukti dari jawaban

mereka yang banyak memilih sering, hal ini didasarkan pada jawaban

responden nomor 11 dan 16 terkait dengan angket body shaming. Namun, di

sisi lain siswa perempuan ketika mendapat perlakuan body shaming mereka

tidak akan membalas, mereka lebih memilih untuk diam. Sedangkan siswa

laki-laki mereka memberikan perlawanan dengan cara balas mengejek si

pelaku body shaming.

Dari hasil pengolahan data interaksi sosial teman sebaya dalam indikator

memperkenalkan diri dan menyapa teman ketika bertemu mendapatkan nilai

rendah, kebanyakan responden memberi jawaban bahwa mereka tidak pernah

bercerita atau curhat masalah mereka kepada teman, lebih baik mereka

menyimpannya sendiri. Kemudian ketika bertemu di jalan mereka jarang

Page 79: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

66

menyapa temannya, hal ini terlihat banyaknya jawaban jarang dan kadang-

kadang, mereka lebih memilih membuang muka dan menghindar saat

bertemu dengan temannya. Kemudian dalam indikator memaafkan teman

mendapatkan nilai tinggi, artinya responden akan memaafkan temannya

meskipun pernah membuat kesalahan kepada dirinya.

Page 80: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

71

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan dan pembahasan

yang telah diuraikan mengenai hubungan body shaming dengan interaksi

sosial teman sebaya di SMKN 7 Tangerang Selatan, maka dapat disimpulkan

berikut ini:

1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis antara body shaming dengan

interaksi sosial teman sebaya pada siswa SMKN 7 Tangerang Selatan

diperoleh hasil Diperoleh hasil (0,865) > (1,765) maka

diterima dan ditolak yang berarti ada hubungan yang

signifikan antara body shaming dengan interaksi sosial teman sebaya

dan menunjukkan arah hubungan negatif yaitu semakin tinggi body

shaming yang diterima maka semakin rendah interaksi sosial. Jadi

body shaming memberi sumbangan kepada interaksi sosial teman

sebaya sebesar 0,865. Menurut tabel koefisien korelasi 0,865 berarti

pengaruhnya sangat kuat terhadap interaksi sosial teman sebaya.

2. Tingkat body shaming di SMKN 7 Tangerang selatan hasil

menunjukkan bahwa body shaming yang dialami siswa berada dalam

kategori sedang dengan presentase 60% dari total sampel 115 siswa,

artinya cukup banyak siswa yang mendapat perlakuan body shaming

dari teman sebayanya. Berarti secara umum kondisi ini

Page 81: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

72

mengkhawatirkan karena bisa menjadi suatu kebiasaan bagi siswa

untuk mengejek temannya dan akan terus dilakukan jika tidak ada

kontrol dari pihak sekolah. Perlakuan body shaming yang diterima

umumnya seperti menerima kritik tingkah laku, mendapat hinaan

mengenai fisik dan dijadikan bahan ledekan, digosipkan, dan

membandingkan fisik dengan orang lain.

3. Tingkat interaksi sosial pada siswa SMKN 7 Tangerang Selatan

berada dalam kategori sedang dengan presentase 64,36% dari total

sampel 115 siswa. Hal ini berarti bahwa secara umum siswa telah

mampu menjalin suatu interaksi sosial yang cukup baik.

B. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka peneliti

mengemukakan beberapa saran yaitu:

1. Saran Teoritis

a. Untuk masyarakat diharapkan bisa memberi perhatian lebih

terhadap permasalahan body shaming, dapat memahami resiko

yang ditimbulkan dari perlakuan body shaming, sehingga tidak

lagi menganggap body shaming adalah hal yang spele dan tidak

menjadikan suatu kebiasaan yang mudah dilakukan dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Untuk pihak sekolah diharapkan bisa mengantisipasi siswa agar

terhindar dari perilaku mengejek atau menghina, memberikan

kesadaran dan bimbingan kepada semua siswa bahwa setiap

manusia itu unik mempunyai kelebihan dan kekurangannya

masing-masing, belajar untuk menghargai orang lain maupun diri

sendiri.

Page 82: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

2. Untuk responden yang pernah mengalami body shaming lebih baik

melihat potensi apa yang bisa dilakukan oleh diri sendiri dan berhenti

membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang justru akan

membuat lebih tidak percaya diri.

3. Saran Praktis

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas penelitian

dengan menambahkan sampel serta objek penelitian berdasarkan

jenis kelamin dan usia. Kemudian dapat memperdalam alat ukur

dengan interview. Karena sekarang ini body shaming sedang manjadi

suatu permasalahan yang krusial di masyarakat, sehingga diharapkan

melakukan penelitian dengan faktor-faktor lain yang dimungkinkan

berpengaruh lebih besar terhadap individu yang mengalami body

shaming.

Page 83: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

74

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Ahmadi, A. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Ali, Muhammad dan Muhammad Arsori. (2004). Psikologi Remaja

(Perkembangan Peserta Didik). Jakarta: Bumi Aksara.

Azwar, S. (2005). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Bambang, Prasetyo dan Lina Miftahul. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif

Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Budiargo, D. (2015). Berkomunukasi ala Net Generation. Jakarta: PT. Elex

Media Komputindo Kompas Gramedia.

Chakrawati, F. (2015). Bullying Siapa Takut? Jakarta: Tiga Ananda.

Chaplin, J. (2005). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Press.

Dagun, M. S. (2002). Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT

Remaja.

Doleza, l. L. (2015). The Body and Shame, Phenomonology, Feminism, and

The Socially Shame Body. London: Lexington Book.

Hurlock, E. B. (2002). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Janu, M. (2007). Sosiologi: Memahami dan Mengkaji Masyarakat. Bandung:

Grafindo Media Pratama.

Kountur, R. (2009). Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis.

Jakarta: Manajemen PPM.

Monks, F. d. (1994). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Universitas

Gajah Mada.

Page 84: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

75

Santoso, S. (2010). Teori-teori Psikologi Sosial. Surabaya: Refika Aditama.

Santrock, J. W. (2007). Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sevilla, G Consuelo dkk. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI-

PRESS.

Sukmadinata, N. S. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan.

Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Tirtarahardja, Umar dan S.L.La Sulo. (2005). Pengantar Pendidikan: Edisi

Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Walgito, B. (2003). Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Yulianti, Y. (2003). Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Lappera Pustaka

Utama.

Jurnal

Alexandra A. Brewis, M. B. (2018). Environmental Research and Public

Health. Weight Shame, Social Connection, and Depressive Symptoms

in Late Adolescene, 7-8.

BAS Putri, Aristarchus, dan Ryan. (2018). Sister's Project Sebagai Upaya

pencegahan Body Shaming, 2.

Chairani, L. (2018). Buletin Psikologi. Body Shame dan Gangguan Makan

Kajian Meta-Analisis, 20-21.

Fredrickson & Robert. (1997). Psychology of Woman Quarterly.

Objectification Theory Toward Understanding Woman's Lived

Experienced and Mental Health Risk.

Huang, dkk. (2007). Journal od Adolescent Health. Body Image and Self-

esteem Among Adolescents Undergoing on Intervention Targeting

Dietaey and Physical Activity Behaviors, 245-251.

Ira, D. R. (2018). Universitas Gajah Mada. Kajian program Being Happy Me

dan Healthy Me.

Page 85: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

76

Irene Tep, dkk. (2017). Health Psychology Research Group . The

Relationship Between Body Shame , Self Esteem, and Depression.

Kenneth, Robert, & Julie. (2009). Annual Revies of Psychology. Social

Withdrawal in Childhood, 16.

Knauss, Paxton, and Alsaker. (2008). Sex Roles. Body Dissatisfaction in

Adolescent Boys and Girls: Objectified Body Consciousnedd,

Internalization of the Media Body Ideal and Perceived Pressure from

Media, 3-9.

Mustapic J., Marcinko, D & Vargek. P. (2015). Psychology. Body Shame

and Disordered Eating in Adolescents.

Noll, S. M., & Fredrickson, B. L. (1998). Psicology of Women Quarterly. A

Mediational Model Linking Self-Objectification, Body Shame, and

Disordered Eating, 623-636.

Noser & Zeiger-Hill. (2014). Departement of Psychology. Self-Esteem

Instability and The Desire for Frame .

Roberts, T., & Goldenberg, J. (2007). The Self-concious Emotions: Theory

and Research. Wresting With Nature: An Existential Perspective on

The Body and Gender in Self-concious Emotions, 389-406.

Rosen, J. & Reiter J. C. (1995). Journal of Consulting and Clinical

Psychology. Cognitive-Behavioral Body Image Therapy for Body

Dysmorpic Disorder, 263-269.

Stephen, O. & Dina, G. (2009). The Fat Studies Reader. Controlling the

Body: Media Representations, Body Size and Self-Discipline, 2.

Winzeler, A. (2005). UNH Departement of Family Studies. A Healthy Body

Image.

Website

Hambali. (2019, Agustus 2). Megapolitan Okezone. Retrieved Oktober 15,

2019, from Okezone:

www.okezone.com/amp/2019/08/02/338/2086916/di-bully-senior-13-

siswi-smkn-7-tangsel-ditampar-hingga-dipaksa-duel

Page 86: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

77

Lazuardi, G. (2018, Desember 27). Retrieved Oktober 20, 2019, from

Tribunnews: www.tribunnews.com/amp/nasional/2018/12/17/kpai-

sepanjang-2018-kasus-cyberbully-meningkat

WCNC. (2017, May 2). Producers-Picks. Retrieved Oktober 20, 2019, from

WCNC: www.wcnc.com/study-94-0f-teenage-girls-have-been-body-shamed

Page 87: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

LAMPIRAN

Page 88: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

Lampiran 1. Cover Judul Proposal Skripsi di Acc

Page 89: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

Lampiran 2. Surat Tugas Bimbingan Skripsi oleh Dosen Pembimbing

Page 90: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian Skripsi

Page 91: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

Lampiran 4. Surat Permohonan Judgment Instrument

Page 92: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

Lampiran 5. Surat Keterangan Validasi Instrument Penelitian

Page 93: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

Lampiran 6. Kuesioner Penelitian

IDENTITAS RESPONDEN

Nama / Inisial :

Jenis Kelamin :

Sekolah :

Kelas :

PETUNJUK CARA PENGISIAN KUESIONER

1. Berilah tanda ceklist (√) pada jawaban paling sesuai dengan apa yang

kamu rasakan.

2. Jawablah pernyataan dengan sejujur-jujurnya

3. Terdapat empat pilihan jawaban yang tersedia, sebagai berikut:

SL : Selalu J : Jarang

SR : Sering TP : Tidak Pernah

KD : Kadang-kadang

BODY SHAMING

No

. Pernyataan SL

S

R KD J TP

1

Teman saya mengkritik tingkah laku saya

yang menurutnya

aneh/lenjeh/genit/pendiam

2

Teman saya mengkritik cara berpakaian

saya yang menurut teman saya terlalu

pendek/terlalu ketat/tidak pantas/aneh

3

Teman saya mengkritik gaya berbicara

saya yang menurutnya lebay/gagap

4 Ketika tingkah laku saya menyebalkan

Page 94: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

teman saya akan memberitahu saya

secara baik-baik

5

Ketika saya dihina oleh teman, saya akan

balas menghinanya

6

Teman saya selalu memuji gaya

berpakaian saya

7

Teman saya menyebarkan gosip tentang

saya dan membuat orang lain tidak

menyukai saya

8

Saya menjalin pertemanan yang sehat

dengan teman saya, tanpa saling

membicarakan di belakang

9

Saya merasa tidak disukai oleh teman

saya sehingga mereka melakukan

tindakan yang tidak menyenangkan

10

Teman saya menyukai saya dan senang

bermain dengan saya

11

Saya merasa sakit hati ketika teman saya

mengejek fisik saya

12

Saya diejek oleh teman saya karena

bertubuh pendek/gendut/kerempeng

13

Saya diejek oleh teman saya karena

berkulit hitam/gelap/berjerawat

14

Teman saya bisa menerima kekurangan

yang ada pada diri saya

15

Teman saya selalu mendukung saya

untuk percaya diri

Page 95: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

16

Saya selalu berprasangka baik dan

menganggap setiap ejekan hanya sebagai

candaan saja

17

Teman saya memanggil saya dengan

panggilan yang buruk dan dijadikan

sebagai suatu hal yang lucu

18

Saya sering menjadi bahan tertawaan

teman-teman saya

19

Saya merasa tersinggung dan malu saat

teman saya mengkritik tingkah laku/gaya

berpakaian/gaya berbicara saya

20

Teman saya tidak pernah mengolok-

ngolok saya

21

Ketika teman mengkritik saya, saya

langsung intropeksi terhadap kekurangan

yang saya miliki

22

Teman saya selalu bersikap baik pada

saya

23

Saya sering membandingkan fisik saya

dengan fisik orang lain yang menurut

saya ideal

24

Teman saya sering membandingankan

fisik saya dengan orang lain

25

Saya bersyukur dengan kekurangan yang

ada pada diri saya

26

Teman saya menghargai kekurangan

yang ada pada diri saya

Page 96: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA

No. Pernyataan SL S KD J TP

1

Saya bergabung dengan teman lain ketika

ada tugas kelompok atau kegiatan

sekolah

2

Ketika ada tugas kelompok saya tidak

perlu ikut membantu karena saya merasa

tidak diperlukan dalam kelompok

3

Saya selalu menerima ajakan teman

untuk bermain

4

Saya lebih memilih menyendiri dirumah

dari pada bermain dengan teman saya

5

Saya merasa percaya diri mengenakan

model pakaian tertentu meskipun berbeda

dengan teman-teman

6

Saya tidak nyaman ketika sedang

berkumpul dengan teman saya

7

Saya akan bertanya pada teman ketika

ada pelajaran yang tidak saya mengerti

8

Saya malu bertanya kepada teman saya

saat saya mengalami kesulitan dalam

pelajaran

9

Saya menceritakan masalah pribadi saya

kepada teman saya

10

Saya lebih baik menyimpan masalah saya

sendiri daripada curhat kepada teman

saya

Page 97: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

11

Saya menyapa teman saya ketika

bertemu di jalan

12

Saya memilih membuang muka ketika

bertemu dengan teman saya di jalan

13

Saya menjadi pendengar yang baik ketika

teman saya sedang berbicara

14

Saya tidak pernah memperhatikan ketika

teman saya sedang bercerita

15

Saya akan menolong teman saya yang

sedang mengalami kesulitan

16

Saya tidak ingin menolong teman yang

pernah menyakiti saya

17

Saya menghindari pertengkaran dengan

teman saya

18

Saya menjauhi orang-orang yang pernah

berbuat salah kepada saya

19

Ketika teman meminta maaf saya akan

memaafkannya

20

Saya tidak akan memaafkan teman yang

berbuat salah kepada saya

21

Ketika teman bersedih saya selalu ada

untuk menghiburnya

22

Ketika teman saya sedang bersedih saya

cenderung cuek dan tidak

memperdulikannya

23

Saya tidak pernah mengkritik atau

mengejek teman saya untuk sekedar

Page 98: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

bercanda atau serius

24

Ketika saya diejek saya akan balas

mengejek orang tersebut

25

Saya selalu berbicara sopan kepada

teman saya

26

Saya akan berbicara kasar kepada teman

yang membuat saya jengkel

27

Saya menerima kekurangan dan

kelebihan teman saya

28

Saya akan bergaul dengan siapa saja

tanpa memandang status sosial teman

saya

29

Saya hanya berteman dengan orang-

orang tertentu saja yang mempunyai

kesamaan dengan saya

30

Saya sering menceritakan keburukan

teman

Page 99: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

Lampiran 7. Hasil Angket Body Shaming

3 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 119

4 5 4 5 3 4 3 5 5 5 4 5 5 4 3 5 5 5 4 3 5 4 4 4 4 5 4 112

5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 116

6 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 5 5 4 4 3 4 92

7 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 101

8 3 4 3 3 4 2 3 4 3 4 3 3 4 2 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 86

9 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 98

10 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 127

11 4 3 4 4 3 3 4 5 4 3 4 4 3 3 4 5 4 3 4 4 4 5 4 3 4 3 98

12 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 98

13 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 92

14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 104

15 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 87

16 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 87

17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 105

18 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 121

19 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 120

20 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 97

21 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 5 3 3 4 4 4 4 99

22 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 91

23 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 82

24 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 5 3 3 4 4 4 4 99

25 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 89

26 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 2 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 114

27 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 5 4 5 4 4 4 4 103

Page 100: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

28 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 3 5 3 4 4 5 4 5 4 112

29 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 4 3 4 2 4 5 4 5 4 5 4 5 112

30 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 2 3 5 4 3 3 4 3 4 90

31 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 113

32 5 4 5 5 4 3 5 5 5 4 5 5 4 3 5 2 5 2 5 2 5 5 5 4 5 4 111

33 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 5 4 4 4 4 4 4 101

34 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 2 5 3 5 4 4 5 5 4 5 4 113

35 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 106

36 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 123

37 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 106

38 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 117

39 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 5 3 3 4 4 4 4 99

40 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 107

41 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 114

42 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 105

43 5 3 5 5 3 4 4 4 5 3 5 5 3 4 4 4 5 3 5 5 4 4 5 3 5 3 108

44 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 110

45 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 107

46 5 3 5 5 3 3 4 4 5 3 5 5 3 3 4 4 5 3 5 3 4 4 5 3 5 3 104

47 5 3 5 5 3 3 5 5 5 3 5 5 3 3 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 3 112

48 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 118

49 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 116

50 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 3 4 5 5 4 5 4 116

51 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 104

52 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 115

53 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 3 3 3 3 4 5 5 119

54 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 5 4 4 5 4 3 4 97

55 5 3 5 5 3 5 4 5 5 3 5 5 3 5 4 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 3 116

56 3 5 3 3 5 4 5 4 3 5 3 3 5 4 5 4 3 5 3 4 4 4 4 2 3 5 101

57 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 102

58 5 4 5 5 4 3 4 4 5 4 5 5 4 3 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 111

59 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 123

60 3 4 3 3 4 2 4 4 3 4 3 3 4 2 4 3 3 4 3 4 3 3 4 5 3 4 89

Page 101: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

61 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 2 4 4 5 3 5 5 5 5 5 5 5 4 115

62 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 2 5 4 5 5 5 4 3 3 4 4 5 5 117

63 4 3 4 4 3 3 5 5 4 3 4 4 3 3 5 5 4 3 4 5 4 4 5 5 4 3 103

64 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 5 4 5 108

65 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 3 5 4 5 5 4 5 5 5 123

66 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 4 5 5 5 5 5 4 4 112

67 5 2 5 5 2 3 5 5 5 2 5 5 2 3 5 5 5 2 5 4 3 3 4 4 5 2 101

68 3 5 3 3 5 4 4 4 3 5 3 3 5 4 4 4 3 5 3 3 5 5 3 5 3 5 102

69 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 3 3 5 4 4 4 106

70 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 3 5 5 120

71 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 4 5 5 4 3 5 5 122

72 5 3 5 5 3 4 5 5 5 3 5 5 3 4 5 5 5 3 5 5 5 5 5 4 5 3 115

73 3 4 3 3 4 5 4 3 3 4 3 3 4 5 4 3 3 4 3 4 3 3 4 2 3 4 91

74 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 123

75 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 121

76 3 4 3 3 4 5 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 87

77 4 5 4 4 5 4 3 4 4 5 4 4 5 4 3 4 4 2 4 5 4 4 5 4 4 5 107

78 3 5 3 3 5 5 4 4 3 5 3 3 5 5 4 4 3 5 3 5 5 5 5 5 3 5 108

79 3 4 3 3 4 4 5 4 3 4 3 3 4 4 5 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 97

80 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 5 5 2 3 4 4 99

81 5 3 5 5 3 3 5 4 5 3 5 5 3 3 5 4 5 3 5 5 3 3 5 4 5 3 107

82 3 5 3 3 5 5 4 4 3 5 3 3 5 5 4 4 3 5 3 4 4 4 4 5 3 5 104

83 3 5 3 3 5 5 4 3 3 5 3 3 5 5 4 3 3 2 3 4 4 4 4 5 3 5 99

84 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5 4 3 3 4 4 5 4 113

85 4 3 4 4 3 5 5 4 4 3 4 4 3 5 5 4 4 3 4 4 5 5 4 4 4 3 104

86 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 5 5 4 3 3 4 92

87 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 125

88 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 87

89 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 114

90 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 3 3 4 2 5 5 119

Page 102: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

91 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 100

92 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 111

93 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 103

94 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 111

95 3 4 3 3 4 5 4 3 3 4 3 3 4 5 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 93

96 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 125

97 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 5 5 4 3 3 4 92

98 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 116

99 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 108

100 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 2 4 5 4 4 4 4 4 5 4 114

101 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 3 3 4 4 5 5 121

102 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 86

103 5 3 5 5 3 5 5 5 5 3 5 5 3 5 5 5 5 3 5 4 4 4 4 4 5 3 113

104 3 5 3 3 5 4 5 5 3 5 3 3 5 4 5 5 3 2 3 3 4 4 3 3 3 5 99

105 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 3 4 4 5 5 4 4 4 4 105

106 5 4 5 5 4 3 3 3 5 4 5 5 4 3 3 3 2 3 5 4 4 4 4 4 5 4 103

107 5 5 5 5 5 4 3 4 5 5 5 5 5 4 3 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 119

108 3 4 3 3 4 2 3 4 3 4 3 3 4 2 3 4 3 4 3 5 4 4 5 5 3 4 92

109 5 4 5 5 4 4 3 3 5 4 5 5 4 4 3 3 3 4 5 4 3 3 4 4 5 4 105

110 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 124

111 4 3 4 4 3 3 4 5 4 3 4 4 3 3 4 5 4 3 4 4 5 5 4 3 4 3 99

112 4 5 4 4 5 4 3 3 4 5 4 4 5 4 3 3 4 5 4 4 4 4 4 3 4 5 105

113 5 5 5 5 5 5 3 4 5 5 5 5 5 5 3 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 121

114 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 103

115 3 4 5 2 1 4 4 5 4 1 3 2 2 4 4 5 4 2 5 5 5 5 5 5 4 5 98

Page 103: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

Lampiran 8. Hasil Angket Interaksi Sosial

JumlahY27 Y28 Y29 Y30 Y31 Y32 Y33 Y34 Y35 Y36 Y37 Y38 Y39 Y40 Y41 Y42 Y43 Y44 Y45 Y46 Y47 Y48 Y49 Y50 Y51 Y52 Y53 Y54 Y55 Y56

1 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 130

2 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 102

3 5 4 5 5 4 4 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 139

4 5 4 5 5 4 3 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 3 5 5 5 4 5 5 4 3 5 5 3 135

5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 5 4 3 5 3 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 131

6 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 100

7 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 112

8 3 4 3 3 4 2 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 2 3 4 3 4 3 3 4 2 3 4 2 98

9 4 4 4 4 4 4 3 3 5 3 3 3 3 3 4 5 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 111

10 5 5 5 5 5 5 4 5 2 4 5 4 5 5 5 3 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 140

11 4 3 4 4 3 3 4 5 5 4 5 4 5 3 4 4 4 3 3 4 5 4 3 4 4 3 3 4 5 3 116

12 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 108

13 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 105

14 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 121

15 3 4 3 3 4 4 3 3 5 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 102

16 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 99

17 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 119

18 5 4 5 5 4 4 5 5 3 5 5 5 5 4 5 3 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 136

19 5 4 5 5 4 4 5 5 3 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 138

20 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 106

21 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 110

22 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 104

23 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 96

24 4 4 4 4 4 4 3 3 5 3 3 3 3 3 4 5 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 111

25 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 100

26 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 5 3 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 132

27 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 127

28 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 131

Page 104: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

29 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 131

30 4 5 4 4 5 5 4 5 1 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5 131

31 4 5 4 4 5 5 4 4 1 4 4 4 4 3 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5 125

32 5 4 5 5 4 3 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 3 5 5 5 4 5 5 4 3 5 5 3 134

33 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 115

34 5 4 5 5 4 4 4 5 2 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 132

35 4 4 4 4 4 3 4 5 1 4 5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 3 4 5 3 118

36 5 5 5 5 5 5 4 4 1 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 134

37 4 4 4 4 4 4 4 5 2 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 124

38 5 4 5 5 4 4 4 5 1 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 130

39 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 107

40 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 125

41 5 4 5 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 128

42 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 120

43 5 3 5 5 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 5 4 5 3 4 4 4 5 3 5 5 3 4 4 4 4 121

44 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 131

45 4 4 4 4 4 4 4 5 2 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 125

46 5 3 5 5 3 3 4 4 2 4 4 4 4 5 5 3 5 3 3 4 4 5 3 5 5 3 3 4 4 3 117

47 5 3 5 5 3 3 5 5 3 5 5 5 5 4 5 4 5 3 3 5 5 5 3 5 5 3 3 5 5 3 128

48 5 4 5 5 4 4 4 5 1 4 5 4 5 4 5 3 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 129

49 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 133

50 5 4 5 5 4 4 4 5 2 4 5 4 5 5 5 3 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 131

51 4 4 4 4 4 5 4 4 1 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 122

52 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 125

53 5 5 5 5 5 5 5 4 2 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 141

54 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 111

55 5 3 5 5 3 5 4 5 1 4 5 4 5 4 5 5 5 3 5 4 5 5 3 5 5 3 5 4 5 5 130

56 3 5 3 3 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 3 4 3 5 4 5 4 3 5 3 3 5 4 5 4 4 122

57 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 116

58 5 4 5 5 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 5 3 5 4 3 4 4 5 4 5 5 4 3 4 4 3 124

59 5 5 5 5 5 4 4 5 2 4 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 136

60 3 4 3 3 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 3 2 3 4 2 4 4 3 4 3 3 4 2 4 4 2 100

61 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 129

62 5 5 5 5 5 4 5 4 2 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 137

63 4 3 4 4 3 3 5 5 2 5 5 5 5 5 4 3 4 3 3 5 5 4 3 4 4 3 3 5 5 3 119

Page 105: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

64 4 5 4 4 5 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 12265 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 14766 4 4 4 4 4 4 5 5 3 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 12967 5 2 5 5 2 3 5 5 3 5 5 5 5 4 5 3 5 2 3 5 5 5 2 5 5 2 3 5 5 3 12268 3 5 3 3 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 3 5 4 4 4 3 5 3 3 5 4 4 4 4 11869 4 4 4 4 4 5 4 4 2 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 12470 5 5 5 5 5 4 5 4 1 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 13671 5 5 5 5 5 3 5 5 4 5 5 5 5 4 5 3 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 3 13872 5 3 5 5 3 4 5 5 1 5 5 5 5 4 5 4 5 3 4 5 5 5 3 5 5 3 4 5 5 4 13073 3 4 3 3 4 5 4 3 2 4 3 4 3 3 3 5 3 4 5 4 3 3 4 3 3 4 5 4 3 5 10974 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 14475 5 4 5 5 4 4 5 5 2 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 13776 3 4 3 3 4 5 3 3 4 3 3 3 3 4 3 5 3 4 5 3 3 3 4 3 3 4 5 3 3 5 10777 4 5 4 4 5 4 3 4 2 3 4 3 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 5 4 4 5 4 3 4 4 11878 3 5 3 3 5 5 4 4 1 4 4 4 4 4 3 5 3 5 5 4 4 3 5 3 3 5 5 4 4 5 11979 3 4 3 3 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 3 4 3 4 4 5 4 3 4 3 3 4 4 5 4 4 11780 4 4 4 4 4 4 3 4 1 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 11181 5 3 5 5 3 3 5 4 2 5 4 5 4 4 5 3 5 3 3 5 4 5 3 5 5 3 3 5 4 3 12182 3 5 3 3 5 5 4 4 2 4 4 4 4 4 3 5 3 5 5 4 4 3 5 3 3 5 5 4 4 5 12083 3 5 3 3 5 5 4 3 2 4 3 4 3 3 3 5 3 5 5 4 3 3 5 3 3 5 5 4 3 5 11484 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 13385 4 3 4 4 3 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 3 5 5 4 4 3 4 4 3 5 5 4 5 12686 3 4 3 3 4 4 3 3 5 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 10387 5 5 5 5 5 5 5 4 1 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 14188 3 3 3 3 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 10589 4 5 4 4 5 4 5 5 1 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 13390 5 5 5 5 5 5 5 4 2 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 14191 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 11092 4 4 4 4 4 4 5 4 2 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 12493 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 12694 4 5 4 4 5 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 12395 3 4 3 3 4 5 4 3 2 4 3 4 3 4 3 5 3 4 5 4 3 3 4 3 3 4 5 4 3 5 110

Page 106: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

96 5 5 5 5 5 5 5 4 2 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 14297 3 4 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 10098 4 5 4 4 5 5 5 4 3 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 5 13499 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 132

100 5 4 5 5 4 5 5 4 2 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 136101 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 142102 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 102103 5 3 5 5 3 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 3 5 5 3 5 5 5 5 137104 3 5 3 3 5 4 5 5 1 5 5 5 5 5 5 4 3 5 4 5 5 3 5 3 3 5 4 5 5 4 127105 4 4 4 4 4 3 5 4 5 5 4 5 4 3 5 3 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 3 5 4 3 121106 5 4 5 5 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 5 4 3 3 3 5 4 5 5 4 3 3 3 3 108107 5 5 5 5 5 4 3 4 5 3 4 3 4 3 4 4 5 5 4 3 4 5 5 5 5 5 4 3 4 4 127108 3 4 3 3 4 2 3 4 5 3 4 3 4 3 3 2 3 4 2 3 4 3 4 3 3 4 2 3 4 2 97109 5 4 5 5 4 4 3 3 1 3 3 3 3 3 4 4 5 4 4 3 3 5 4 5 5 4 4 3 3 4 113110 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 140111 4 3 4 4 3 3 4 5 4 4 5 4 5 3 4 3 4 3 3 4 5 4 3 4 4 3 3 4 5 3 114112 4 5 4 4 5 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 4 3 3 4 5 4 4 5 4 3 3 4 113113 5 5 5 5 5 5 3 4 4 3 4 3 4 4 4 5 5 5 5 3 4 5 5 5 5 5 5 3 4 5 132114 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 122115 5 2 5 5 2 3 3 3 5 3 3 3 3 3 3 3 5 2 3 3 3 5 2 5 5 2 3 3 3 3 101

Page 107: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

Lampiran 9. Hasil Uji Normalitas

Lampiran 10. Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 11. Hasil Uji Korelasi

Correlations

Page 108: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …

Lampiran 12. Dokumentasi

Page 109: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …
Page 110: HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN INTERAKSI SOSIAL …