Transcript
Page 1: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA

SEKOLAH DI SLB SEJAHTERA DAN SLB-B TUNAS KASIH KOTA

BOGOR TAHUN 2017

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Mata Kuliah

Karya Tulis Ilmiah Diploma III Keperawatan Program Studi Keperawatan Bogor

Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Disusun oleh :

SIGIT DHEA APRIANA

NIP P17320314039

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR

2017

Page 2: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

LEMBAR PERSETUJUAN

GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA

SEKOLAH DI SLB SEJAHTERA DAN SLB-B TUNAS KASIH KOTA

BOGOR TAHUN 2017

Disusun oleh:

SIGIT DHEA APRIANA

P17320314039

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk diujikan pada tanggal 7 Juli 2017

Pembimbing

Ningning Sri Ningsih,M.Kep

NIP. 19650420199002001

Page 3: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Bandung

Program Studi Keperawatan Bogor

Sigit Dhea Apriana

P17320314039

Gambaran Interaksi Sosial Anak Tunarungu Usia Sekolah Di SLB Sejahtera dan

SLB-B Tunas Kasih Kota Bogor Tahun 2017.

i-ix + 56 halaman, VI Bab, 8 Tabel, 7 Lampiran

ABSTRAK

Anak mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, dimana salah satu

kekurangannya adalah anak dengan gangguan pendengaran. Anak yang mengalami

gangguan pendengaran akan mengalami berbagai hambatan dalam meniti

perkembangannya terutama pada aspek berbahasa dan penyesuaian social yang

mengakibatkan anak tunarungu mengalami hambatan perkembangan bahasa dan

bicara yang tentu mempengaruhi kemampuan berkomunikasinya. Karena hambatan

tersebut, anak tunarungu akan merasa kesepian yang berkepanjangan karena

mengalami penolakan saat berinteraksi dengan teman sebayanya. Hal ini menjadi

faktor penghambat dari kemampuan interaksi sosial, agar interaksi sosial berjalan

dengan baik, diharapkan manusia mampu beradaptasi atau menyesuaikan diri

terhadap lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Oleh karena itu penulis

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran interaksi sosial pada anak

tunarungu usia sekolah di SLB Sejahtera dan SLB-B Tunas Kasih Kota Bogor.

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran interaksi sosial pada

anak tunarungu. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian deskriptif. Pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Probability Sampling dengan teknik Proportionate Random Sampling.

Peneliti menggunakan kuesioner social interaction dengan menggunakan skala

likert. Hasil penelitian ini didapatkan lebih dari setengahnya (67%) atau sebanyak

22 responden memiliki interaksi sosial tinggi. Dari 22 responden yang memiliki

interaksi sosial tinggi sebagian besar berjenis kelamin laki-laki. Diharapkan bagi

pihak terkait untuk dapat melakukan pengembangan pembelajaran interaksi sosial

dengan cara membentuk sebuah kelompok belajar pada saat pembelajaran di

sekolah agar anak dapat lebih berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

Daftar Pustaka : 24 ( 2005-2016)

Kata Kunci : Interaksi Sosial Anak Usia Sekolah Tunarungu.

Page 4: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA

SEKOLAH DI SLB SEJAHTERA DAN SLB-B TUNAS KASIH KOTA

BOGOR TAHUN 2017

SIGIT DHEA APRIANA

NIM. P17320314039

Karya Tulis Ilmiah ini telah diujikan dan disahkan pada tanggal 7 Juli 2017

Tim Penguji

Ketua ( Pembimbing ) : Ningning Sriningsih. M.kep (.........................)

NIP. 19650420199002001

Anggota: : Dwi Susilowati. M.Kes (.........................)

NIP. 197007131993032001

: Siti Nur halimah. APPd. M.PH (.........................)

NIP. 196602021988032001

Mengetahui :

Program Studi Keperawatan Bogor

Ketua

Susmadi, S.Kp, M.Kep

NIM.196503131989011001

Page 5: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

i

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan karunia-Nyalah

peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran

Interaksi Sosial Pada Anak Tunarungu Usia Sekolah Di SLB Sejahtera Dan SLB-

B Tunas Kasih Kota Bogor Tahun 2017”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan Diploma

III Keperawatan pada Program Studi Keperawatan Bogor Politeknik Kesehatan

Kemenkes Bandung.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti tidak lepas dari hambatan

serta kesulitan. Namun berkat bimbingan, arahan serta bantuan dari berbagai

pihak akhirnya peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian ini. Oleh karena

itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih serta

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Susmadi, S.kp, M.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan

Bogor Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.

2. Ibu Ningning Sri Ningsih, S.kp, M.Kep selaku pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, arahan, bantuan serta motivasi dalam penyusunan

Proposal penelitian ini.

3. Ibu Yuyun Rani Haryuningsih. M.kes selaku wali tingkat IIIA yang selalu

memberikan semangat dan motivasinya dalam menyusun Proposal penelitian.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Keperawatan Bogor yang banyak

memberikan ilmu, motivasi dan semangat.

Page 6: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

ii

5. Kepada kedua orang tua saya dan adik saya yang selalu memberikan

semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Alfin Afiyat, Adi Rahmansyah, Dian Rahmatilah, Farhan Widinar Alfandi,

Hamdani, Reno Hartono, Randi Anugrah, Syahrial Irfansyah teman-teman

yang selalu memberikan tawa disetiap harinya.

7. Dina Nur Fajrin seseorang yang spesial yang selalu memberikan semangat

dari awal pembuatan proposal hingga saat ini, yang selalu ada sampai saat ini.

8. Kania Dwi Jatnika teman seperjuangan dalam pembuatan KTI yang tidak

henti-hentinya memberikan bantuan dan motivasi kepada saya.

9. Jajaran Staff Pegawai di Lingkungan Program Studi Keperawatan Bogor

yang telah banyak membantu dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah

ini.

Mudah-mudahan segala amal dan jasa yang telah di berikan kepada peneliti

mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Peneliti menyadari walaupun sudah berusaha secara maksimal, mencurahkan

segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki, tetapi peneliti memiliki

keterbatasan. Untuk itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan dalam memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu

keperawatan, pembaca pada umumnya dan profesi keperawatan khususnya, Amin

Bogor, 7 Juli 2017

Peneliti

Page 7: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii

DAFTAR SKEMA ............................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 6

C. Tujuan ................................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 8

A. Landasan Teori ..................................................................................... 8

1. Anak Usia Sekolah ..................................................................... 8

2. Anak Tunarungu ....................................................................... 12

3. Interaksi Sosial .......................................................................... 22

B. Kerangka Teori ................................................................................... 30

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................... 31

A. Kerangka Konsep ................................................................................ 31

B. Definisini Operasional ........................................................................ 32

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 35

Page 8: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

v

A. Desain Penelitian ................................................................................ 35

B. Waktu dan Tempat .............................................................................. 35

1. Waktu Penelitian ....................................................................... 35

2. Tempat Penelitian ..................................................................... 36

C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 36

1. Populasi ..................................................................................... 36

2. Sampel ...................................................................................... 37

D. Teknik Pengambilan Sampel .............................................................. 39

E. Pengumpulan Data .............................................................................. 41

1. Instrumen Penelitian ................................................................. 41

2. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 42

3. Prosedur Penelitian ................................................................... 43

F. Pengolahan Data ................................................................................. 44

G. Analisa Data ........................................................................................ 46

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ...................................... 47

A. Gambaran Umum Lahan Praktik ........................................................ 47

B. Hasil Penelitian ................................................................................... 47

1. Gambaran Karakteristik Anak Usia Sekolah ............................ 48

2. Gambaran Interaksi Sosial Anak Tunarungu Usia Sekolah ..... 50

C. Pembahasan ........................................................................................ 51

1. Karakteristik Responden ........................................................... 49

Page 9: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

vi

2. Usia ........................................................................................... 50

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................... 54

A. Kesimpulan ......................................................................................... 54

B. Rekomendasi ....................................................................................... 54

1. Peneliti selanjutnya ................................................................... 54

2. Institusi Pendidikan .................................................................. 55

3. Tempat penelitian ..................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 56

Page 10: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik Anak Usia Sekolah .......................................................... 8

Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional ........................................................ 32

Tabel 4.1 Waktu Penelitian ................................................................................... 34

Tabel 4.2 Populasi siswa dan siswi usia Remaja di SLB Kota Bogor .................. 35

Tabel 5.1 Frekuensi tingkat interaksi sosial berdasarkan jenis kelamin...............47

Tabel 5.2 Frekuensi tingkat interaksi sosial berdasarkan usia .............................. 48

Tabel 5.3 Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Anak

Tunarungu Usia Sekolah ....................................................................................... 49

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Interaksi Sosial Berdasarkan Jenis

Kelamin pada Anak Tunarungu Usia Sekolah ...................................................... 52

Page 11: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

viii

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori .................................................................................... 29

Skema 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................ 30

Skema 4.1 Rumus Sample..................................................................................... 36

Skema 4.2 Formula perhitungan Drop Out ........................................................... 37

Skema 4.3 Formula Perhitungan Teknik Proportionate Random Sampling......... 39

Page 12: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan individu yang unik, dimana mereka mempunyai kebutuhan

yang berbeda-beda sesuai dengan tahapan usianya, anak bukan miniatur dari

orang dewasa atau orang dewasa dalam tubuh yang kecil.(Dwi, 2011). Anak

merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan

perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan

masa pertumbuhan dan perkembangan yang di mulai dari bayi (0-1 tahun), usia

bermain/toddler (1- 2,5 tahun) pra sekolah (2,5 - 5 tahun), usia sekolah (5-11

tahun), dan remaja (11- 18 tahun) (Hidayat, 2008).

Setiap anak mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada anak

yang terlahir secara normal serta tumbuh dan berkembang dengan normal, akan

tetapi ada pula anak tidak normal karena memiliki gangguan baik secara fisik,

mental, sosial, maupun psikologis ( Triani, 2013).

Menurut data WHO (World Health Organization) ditahun (2011), 360 juta

orang lahir dengan cacat dengar dan ketulian atau sekitar 5,3 persen dari total

penduduk dunia. Berdasarkan data statistik Depertemen Pendidikan Nasional

Indonesia menunjukkan bahwa jumlah anak-anak tuna rungu di Indonesia cukup

tinggi mencapai 0,17% dimana 17 dari 10.000 anak pra sekolah sampai umur 12

tahun mengalami tunarungu. Berdasar kan data dari Dinas Pendidikan Luar Biasa

(2009) jumlah siswa tunarungu di Kota Bogor berjumlah 496 siswa.

Page 13: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

2

Menurut Winarsih (2007), tunarungu adalah suatu istilah umum yang

menunjukan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai yang berat. Tunarungu

juga dapat diartikan sebagai keadaan dari seorang individu yang mengalami

kerusakan pada indra pendengaran sehingga menyebabkan tidak bisa menangkap

berbagai rangsang suara atau rangsang lain melalui pedengaran (Suharmini 2009).

Anak yang mengalami kelainan pendengaran akan menanggung konsekuensi

yang sangat kompleks. Mereka akan mengalami berbagai hambatan dalam meniti

perkembangannya terutama pada aspek berbahasa dan penyesuaian social

(Sadjaah, 2005).

Tahapan-tahapan perkembangan bahasa yang dilalui oleh anak tunarungu

sama dengan tahapan perkembangan bicara dan bahasa anak pada umumnya.

Hanya saja setelah fase meraban (Babbling), anak tunarungu tidak mengalami

perkembangan secara optimal sehingga proses penerimaan bicara dan bahasa anak

tunarungu terganggung karena tidak ada stimulus yang masuk ke dalam area

bahasa anak dan menyebabkan anak tunarungu tidak memiliki pengalaman bahasa

yang baik. Oleh karena itu anak tunarungu tidak mampu berbicara dan berbahasa

dengan baik.

Dampak yang ditimbulkan dari hambatan pendengaran pada anak tunarungu

mempengaruhi pada perkembangan kognitif, perkembangan bicara dan bahasa,

perkembangan sosial emosi, dan prestasi akademik. dampak yang ditimbulkan

anak tunarungu dalam perkembangan bicara dan bahasa adalah kesulitan

berbahasa yang ditandai dengan kesulitan dalam dalam keterampilan

menggunakan lambang, mengucapkan lambang serta mengadakan penggabungan

Page 14: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

3

dari lambang-lambang tersebut, kesulitan dalam mengungkapkan perasaan ide,

gagasan, kesulitan dalam berkomunikasi dengan lawan bicara (Ridwan, 2014).

Gangguan dalam pendengaran yang berdampak pada hambatan berbahasa dan

berbicara, menjadikan hambatan pula bagi anak tunarungu dalam interaksi

sosialnya (Sadjaah, 2005).

Menurut Soekanto (2012), interaksi sosial adalah hubungan antara individu

satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain

atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Interaksi

sosial merupakan salah satu cara individu untuk memelihara tingkah laku sosial

individu tersebut sehingga individu tetap dapat bertingkah laku sosial dengan

individu lain.

Anak tunarungu dalam interaksi sosial memiliki andil yang cukup besar untuk

kehidupan jangka panjang mereka. Mereka yang mengalami penolakan saat

berinteraksi dengan teman sebayanya akan merasa kesepian yang berkepanjangan

(Most, 2007).

Anak tunarungu pada dasarnya juga ingin bersosialisasi dengan masyarakat

umum. Penguasaan bahasa yang kurang dan ketidakmampuan mendengar dengan

baik merupakan salah satu hambatan proses komunikasi dengan masyarakat di

sekelilingnya. Hal ini tentu mempengaruhi perkembangan sosial anak tunarungu.

Kondisi ini dapat diperparah apabila lingkungan kurang mampu memberikan

kesempatan, peluang, dan penghargaan kepada anak tunarungu untuk berinteraksi

secara luas terhadap lingkungannya (Sunardi dan Sunaryo, 2007).

Page 15: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

4

Menurut Mangunsong (2010) hambatan dari aspek psikologis dan sosial pada

tunarungu akan muncul apabila individu telah berinteraksi dengan lingkungannya.

Gangguan pendengaran pada anak akan menimbulkan konsekuensi yang paling

penting berupa keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa. keterlambatan ini

dapat menyebabkan masalah sosial dan emosional.

Kemampuan intelegensi anak tunarungu sama dengan kemampuan anak pada

umumnya tetapi karena anak tunarungu memiliki hambatan dalam kemampuan

bicara dan bahasa mengakibatkan anak tunarungu mengalami keterbatasan dalam

memperoleh informasi yang diterimanya. Sejalan dengan pendapat di atas bahwa

perkembangan kognitif anak tunarungu dipengaruhi oleh perkembangan bicara

dan bahasa. Kesulitan lainnya yang muncul sebagai akibat dari ketunarunguan

adalah berhubungan dengan bicara, membaca, menulis, tetapi tidak berhubungan

dengan tingkat intelegensi (Rahadja, 2006).

Dalam prestasi akademik, anak tunarungu mengalami kesulitan dalam

mengikuti pembelajaran bahasa lisan dan tulisan. Dalam bidang akademik

membaca merupakan yang paling rendah prestasinya hal ini dikarenakan melihat

dampak dari ketunarunguan. Hilangnya pendengaran, apakah ringan atau berat,

menimbulkan dampak yang rendah bagi kemampuan bahasa anak tunarungu yang

paling jelas terlihat dalam pemaknaan bahasa yang dibacanya (Ridwan, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Marghareta (2017), mengenai interaksi sosial

antar anak tunarungu diketahui bahwa kontak sosial dan komunikasi terjadi dalam

interaksi sosial antar-anak tunarungu dan „anak dengar‟. interaksi sosial antar-

anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman

Page 16: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

5

tunarungu, berkomunikasi baik secara oral maupun bahasa isyarat dalam bentuk

abjad atau gerak tubuh. selain itu, mereka juga melibatkan ekspresi perasaan

dalam beragam bentuk mimik wajah ataupun tingkah laku. anak tunarungu

tampak lebih pasif karena menunggu ajakan interaksi „anak dengar‟ ketika sedang

bersama. mereka juga cenderung untuk mengajak anak kecil untuk berinteraksi

dibandingkan dengan teman sebayanya. selain itu, anak tunarungu berkomunikasi

dengan cara menggerakan bibir atau menuliskan pesan. anak tunarungu juga

berinteraksi dengan „orang dengar‟. bentuk interaksi sosial kompleks dan

penolakan sosial tampak dalam interaksi anak-anak tunarungu maupun anak

tunarungu dengan „anak dengar‟.

Penelitian kualitatif dilakukan oleh Milla (2014) didapatkan hasil bahwa anak

tunarungu mampu menjalin interaksi sosial dengan sesama tunarungu, anak

normal, guru kelas, maupun dengan guru pendamping khusus di sekolah. Interaksi

sosial ini ditunjukkan dengan menjalin percakapan, makan bersama, bermain

bersama, belajar bersama, menjalin kerja

sama, dan sebagainya.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SLB-B Tunas

Kasih, peneliti melakukan wawancara dengan bantuan guru serta observasi pada 4

anak tunarungu usia sekolah di dapatkan 2 dari 4 anak tunarungu berusia 8-9

tahun mereka tidak berinteraksi dengan teman yang lain nya yang berada di dalam

kelas.

Berdasarkan dampak yang ditimbulkan dari hambatan yang dimiliki anak

tunarungu diatas, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam prestasi

Page 17: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

6

akademik maka peneliti tertarik untuk meneliti interaksi sosial pada anak

tunarungu dengan judul “gambaran interaksi sosial pada anak tunarungu usia

sekolah di SLB Sejahtera dan SLB-B Tunas Kasih Kota Bogor Tahun 2017”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah

“Bagaimana interaksi sosial pada anak tunarungu usia sekolah di SLB Sejahtera

dan SLB-B Tunas Kasih Kota Bogor Tahun 2017?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran interaksi sosial pada

anak tunarungu.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah agar teridentifikasi nya:

a. Teridentifikasinya karakteristik anak tunarungu (umur,jenis kelamin) di

SLB Sejahtera dan SLB-B Tunas Kasih.

b. Teridentifikasinya gambaran interaksi sosial anak tunarungu usia

sekolah di SLB Sejahtera dan SLB-B Tunas Kasih.

Page 18: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

7

D. Manfaat Penelitian

1. Peneliti

Diharapkan dapat menambah wawasan, pengalaman dan meningkatkan

pengetahuan bagi peneliti mengenai interaksi sosial anak tunarungu usia

sekolah di SLB Kota Bogor, Serta mendapatkan informasi mengenai interaksi

sosial anak tunarungu usia sekolah di SLB Kota Bogor.

2. Institusi Keperawatan Bogor

Diharapkan bahwa hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan

bahan bacaan mahasiswa keperawatan khususnya keperawatan anak, terutama

tentang interaksi sosial anak tunarungu usia sekolah, serta sebagai data untuk

penelitian selanjutnya dengan variabel yang berbeda.

3. Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti

selanjutnya untuk lebih mendalami tentang Interaksi Sosial dan hubungannya

dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Page 19: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Anak Usia Sekolah

a. Definisi

Menurut Wong (2009) usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun,

yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-

anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam

hubungan dengan orangtua mereka, teman sebaya dan orang lainnya. Usia

sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar dasar pengetahuan untuk

keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh

keterampilan tertentu.

Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki

fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak

bergantung kepada orangtua. Banyak ahli menganggap masa ini

sebagaimasa tenang atau masa latent, dimana apa yang telah terjadi dan

dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan berlangsung terus untuk masa-

masa selanjutnya (Gunarsa, 2006).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa anak usia sekolah adalah

masa diperolehnya dasar dasar pengetahuan untuk keberhasilan

penyesuaian diri pada kehidupan dewasa, memperoleh keterampilan

tertentu dan mempunyai lingkungan lain selain keluarga dengan

Page 20: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

9

kemampuan-kemampuan interaksi sosial, belajar tentang nilai moral dan

budaya dari lingkungan selain keluarganya.

b. Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah

1) Perkembangan Biologis

Saat umur 6-12 tahun, pertumbuhan serata 5 cm pertahun untuk

tinggi badan dan meningkat 2-3 kg pertahun untuk berat badan.

Selama usia tersebut anak laki-laki dan perempuan memiliki

perbedaan ukuran tubuh. Anak laki-laki cenderung kurus dan tinggi,

anak perempuan cenderung gemuk. Pada usia ini, pembentukan

jaringann lemak lebih cepat perkembangannya dari pada otot

(Cahyaningsih, 2011).

2). Perkembangan Psikososial

Masa kanak-kanak pertengahan adalah periode perkembangan

psikoseksual yang dideskripsikan oleh Freud sebagai periode laten,

yaitu waktu tengan antara fase odipus pada masa kanak-kanak awal

dan erotisme masa remaja. Selama waktu ini, anak-anak membina

hubungan dengan teman sebaya sesama jenis setelah pengabaian pada

tahun-tahun sebelumnya dan didahului ketertarikan pada lawan jenis

yang menyertai pubertas.

3). Perkembangan Sosial

Salah satu agent sosial penting dalam kehidupan anak usia

sekolah adalah kelompok teman sebaya. Selain orang tua dan sekolah,

Page 21: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

10

kelompok teman sebaya memberi sejumlah hal yang penting kepada

anggotanya. Anak-anak memiliki budaya mereka sendiri, disertai

rahasia, adat istiadat, dan kode etik yang meningkatkan rasa

solidaritas kelompok dan melepaskan diri dari orang dewasa. Melalui

hubungan dengan teman sebaya, anak belajar bagaimana menghadapi

dominasi dan permusuhan, berhubungan dengan pemimpin dan

pemegang kekuasaan, serta menggali ide-ide dari lingkungan fisik.

c. Ciri-ciri Anak Usia Sekolah

Menurut Wong (2009) ciri-ciri anak sekolah adalah sebagai berikut:

1) Anak mulai masuk ke lingkungan sekolah.

2) Anak mulai bergabung dengan teman seusianya dan

menggabungkan diri ke dalam kelompok teman sebaya.

a) Dimulai dengan tanggalnya gigi susu pertama

b) Mulai terlibat dalam perilaku sosial dan motorik yang kompleks.

c) Terjadi perkembangan fisik, mental, sosial yang kontinu,

disertai penekanan pada perkembangan kompetensi

keterampilan.

d. Karakteristik Anak Usia Sekolah

Menurut Supandi dalam Sumiati (2013) mengatakan karakteristik

anak usia sekolah dapat dikelompok menjadi dua bagian yaitu kisaran usia

sekolah dasar awal 6-9 tahun dan usia sekolah akhir 10-12 tahun yang

memiliki karakteristik sebagai berikut:

Page 22: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

11

Tabel 2.1

Karaketristik anak usia sekolah

No Usia sekolah awal (6-9

tahun) Usia sekolah akhir (10-12 tahun)

1 Perkembangan sosial yang

pesat

Perhatian tertuju kepada kehidupan

praktis sehari-hari

2

Ada hubungan yang kuat

antara keadaan jasmani dan

prestasi sekolah

Ingin tahu, ingin belajar, dan

realistis

3 Suka memuji diri sendiri Timbul minat kepada pelajaran-

pelajaran khusus

4

Kalau tidak dapat

menyelesaikan tugas, tugas

tersebut fianggaonya tidak

penting

Anak memandang nilai sebagai

ukuran yang tepat mengenai prestasi

belajarnya disekolah

e. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

Menurut Yuniarti (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan antara lain:

1) Ras/etnik

Beberapa ahli antropologi berpendapat bahwa ras kuning memepunyai

hereditas lebih pendek dibandingkan dengan ras kulit putih

2) Keluarga

Ada kecenderungan keluarga memiliki postur tubuh tinggi, pendek,

kurus, gemuk atau kurus.

3) Umur

Kecepatan tumbuh kembang ditemukan paling besar pada masa fetus,

masa bayi dan masa adeolensi

Page 23: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

12

4) Jenis Kelamin

Pada umur tertentu pria dan wanita berbeda dalam ukuran besar,

kecepatan tumbuh, proporsi jasmani, dan lain-lainnya sehingga

memiiliki ukuran normal tersendiri. Wanita menjadi dewasa lebih dini,

yaitu mulai adolisensi pada umur 10 tahun, sedangkan pria mulai pada

umur 12 tahun.

5) Genetik

Genetik adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri

khasnya. Ada beberapa kelainan genetic yang berpengaruh pada

tumbuh kembang anak seperti kerdil.

2. Anak Tunarungu

a. Definisi

Menurut Arifin (2015) anak tunarungu adalah seorang anak yang

mengalami kerusakan pada satu atau lebih pada organ telinga luar, organ

telinga bagian tengah, dan organ telinga bagian dalam sehingga organ

tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

Pengertian tersebut juga didukung oleh Effendi (2006) yang

mengatakan bahwa seorang anak dikatakan tunarungu apabila mengalami

kerusakan pada organ telinga. Kerusakan organ ini bisa karena sebuah

kecelakaan atau tidak diketahui sebabnya.

Menurut Somantri (2007) tunarungu merupakan suatu keadaan di

mana seorang anak kehilangan sebagian atau seluruhnya yang

Page 24: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

13

menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional di dalam

kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan

bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan

pendengaran baik sebagian atau seluruhnya, sehingga ia tidak dapat

menggunakan alat pendengarannya secara maksimal dalam kehidupan

sehari-hari.

b. Karakteristik Anak Tunarungu

Pada umumnya anak tunarungu mengalami pertumbuhan fisik secara

normal, namun mereka mengalami hambatan dalam perkembangan. Anak

tunarungu biasanya mengalami hambatan dalam komunikasi karena

mereka memiliki keterbatasan dalam kegiatan berbahasa. Pertumbuhan

fisik yang normal ini menyebabkan ketunaan para anak tunarungu tidak

dapat terlihat secara langsung.

Penampilan anak tunarungu tidak akan jauh berbeda dengan anak

normal pada umumnya. Kekurangan mereka baru bisa diketahui setelah

mereka diajak berkomunikasi. Apabila dicermati, ternyata terdapat

beberapa ciri atau karakteristik yang dimiliki anak tunarungu. Berikut

adalah beberapa karakteristik yang dimiliki anak tunarungu :

1) Karateristik dalam Aspek Bahasa-bicara

Kemampuan berbahasa memerlukan ketajaman pendengaran. Hal ini

dikarenakan melalui pendengaran anak dapat meniru berbagai suara di

sekitarnya dan mulai belajar bahasa. Bagi anak tunarungu, mereka

Page 25: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

14

memiliki hambatan pendengaran yang berdampak pada kemampuan

berbahasa dan bicara. Akibatnya, perkembangan bahasa dan bicaranya

menjadi berbeda dengan perkembangan bahasa dan bicara anak

normal atau pada anak yang mendengar (Sunardi dan Sunaryo, 2007).

Berikut adalah karakteristik segi bahasa dari anak tunarungu.

a) Miskin dalam perbendaharanan kata, sehingga kesulitan pula bagi

dirinya untuk mengekspresikan bahasa dan bicaranya.

b) Penggunaan bahasa isyarat atau berbicara verbal tergatung dari

kebiasaan di lingkungan anak.

c) Keterbatasan untuk membentuk ucapan dengan baik, oleh karena

berbicara lisan (verbal) diperlukan sejumlah kata-kata.

d) Irama dan gaya bahasanya monoton.

e) Sulit memahami kata-kata yang bersifat abstrak.

f) Sulit memahami kata-kata yang mengandung arti kiasan.

g) Bahasa tulisan terlihat pendek-pendek, sederhana, dan

menggunakan bahasa yang diingatnya saja.

h) Seringkali menggunakan kalimat tunggal, tidak menggunakan

katakata yang banyak oleh karena keterbatasan dalam mengingat

kata-kata yang rumit (Milla, 2014).

2) Karakteristik dalam Aspek Emosi-sosial

Anak tunarungu pada dasarnya juga memiliki keinginan untuk

mengetahui dunia di sekitarnya. Namun karena kemampuan

mendengarnya terhambat, segala hal yang terjadi di sekelilingnya

Page 26: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

15

seperti terkesan tiba-tiba. Hal ini tentu mempengaruhi perkembangan

emosi dan sosialnya. Perasaan bingung dan tidak mengerti mewarnai

perkembangan emosinya pada tahap awal ketika anak tidak/belum

menyadari keberadaannya pada dunia yang berbeda dengannya

(Winarsih, 2007).

Anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam berbahasa-bicara yang

merupakan alat untuk melakukan kontak sosial dan mengekspresikan

emosinya. Sudah menjadi kejelasan bahwa hubungan sosial banyak

ditentukan oleh komunikasi antara seseorang dengan orang lain

(Sunardi, 2007). Keterbatasan dalam mendengar/menggunakan

bahasa-bicara dalam mengadakan kontak sosial tadi berdampak pula

padanya untuk menarik diri dari lingkungan (terisolir), ditambah

orang sekelilingnya kurang kepedulian terhadap keberadaannya

(Sadjaah, 2005).

3) Karakteristik dalam Aspek Motorik

Anak gangguan pendengaran tidak ketinggalan oleh anak normal

dalam perkembangan bidang motorik (Lani Bunawan dalam Edja

Sadjaah, 2005). Bahkan tidak jarang anak tunarungu baru dapat

dikenali ketika mereka diajak berkomunikasi. Perkembangan motorik

kasar anak tunarungu tidak banyak mengalami hambatan, terlihat otot-

otot tubuh mereka cukup kekar, mereka memperlihatkan gerak

motoric yang kuat dan lincah (Yuke Siregar dalam Edja Sadjaah,

2005). Jika anak murni mengalami ketunarunguan maka

Page 27: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

16

perkembangan fisiknya tidak mengalami hambatan, kecuali ia

mengalami ketunaan penyerta (double handicapped) (Sunardi dan

Sunaryo, 2007).

4) Karakteristik dalam Aspek Kepribadian

Anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam merangsang emosi. Ini

yang meyebabkan anak tunarungu memiliki pola khusus dalam

kepribadiannya. Mereka memiliki sifat ingin tahu yang tinggi, agresif,

mementingkan diri sendiri dan kurang mampu dalam mengontrol diri

sendiri (impulsif), kurang kreatif, kurang mempunyai empati,

emosinya kurang stabil bahkan memiliki kecemasan yang tinggi

(anxiety) (Edja Sadjaah, 2005).

Jika dilihat secara fisik, anak tunarungu memang tidak jauh berbeda

dengan anak normal lainnya. Namun, kecacatan yang diderita oleh

anak gangguan pendengaran menampakkan suatu karakteristik/sifat

yang khas atau berbeda dari anak normal, yaitu:

Anak gangguan pendengaran memiliki sifat egosentris yang tinggi.

a) Memiliki perasaan takut akan hidup yang lebih luas selain

keluarganya.

b) Memiliki sifat ketergantungan pada orang lain (keluarganya),

kurang mandiri, senang bergaul dengan orang yang dekat saja.

c) Perhatian pada sesuatu yang terpusat, sulit untuk dialihkan

apalagi disenangi dan sudah dikuasainya.

d) Memiliki imajinasi yang rendah.

Page 28: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

17

e) Memiliki sifat yang polos, sederhana dan tanpa nuansa.

f) Memiliki sifat yang ekstrim atau bertahan pada sesuatu yang

dianggapnya benar sering dikatakan sebagai anak yang keras

kepala (Van Uden dalam Edja Sadjaah, 2005).

c. Perkembangan Sosial Anak Tunarungu

Perkembangan sosial adalah kemampuan anak dalam berinteraksi

dengan orang lain dalam situasi tertentu (Sunardi dan Sunaryo, 2007).

Keluarga dan lingkungan luar merupakan hal yang sangat berpengaruh

bagi perkembangan sosial anak. Berikut adalah beberapa hasil penelitian

yang dilakukan para ahli :

1. Hubungan antar manusia dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap

perkembangan sosial anak, khususnya hubungan antara ibu dan ayah,

hubungan anak dengan kakak dan adiknya, hubungan anak dengan

kedua orangtuanya.

2. Posisi anak dalam urutan anak-anak dalam keluarga dalam jumlah

anggota keluarga juga berpengaruh terhadap perkembangan sosial

anak. Selain itu perlu diperhatikan juga jenis kelamin kakak atau adik

anak yang berkesulitan.

3. Perlakuan anggota keluarga terhadap anak, yang ditolak atau selalu

menjadi kambing hitam, akan menunjukkan perkembangan sosial

yang terganggu bila dibandingkan dengan anak-anak yang diterima

dalam keluarga.

Page 29: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

18

4. Tuntutan orangtua kepada anak juga berpengaruh terhadap motivasi

anak untuk menyesuaikan diri secara sosial dalam lingkungannya.

5. Cara orangtua dalam mendidik anak juga sangat berpengaruh terhadap

tingkah laku dan sikap sosial anak (Sunardi dan Sunaryo, 2007).

Selain keluarga, orang-orang di luar keluarga juga berpengaruh

terhadap perkembangan sosial anak, terutama teman-teman sebayanya.

Sebagai makhluk sosial manusia pasti memiliki kebutuhan untuk

berinteraksi dengan lingkungan, demikian pula dengan anak tunarungu.

Anak tunarungu pada dasarnya juga ingin bersosialisasi dengan

masyarakat umum. Penguasaan bahasa yang kurang dan ketidakmampuan

mendengar dengan baik merupakan salah satu hambatan proses

komunikasi dengan masyarakat di sekelilingnya. Hal ini tentu

mempengaruhi perkembangan sosial anak tunarungu. Kondisi ini dapat

diperparah apabila lingkungan kurang mampu memberikan kesempatan,

peluang, dan penghargaan kepada anak tunarungu untuk berinteraksi

secara luas terhadap lingkungannya (Sunardi dan Sunaryo, 2007).

Berkaitan dengan perkembangan sosialnya, berikut adalah beberapa

ciri atau sifat yang sering ditemukan pada anak tunarungu.

1. Sifat egosentris yang lebih besar daripada anak mendengar. Sifat ini

membuat mereka sukar menempatkan diri pada cara berpikir dan

perasaan orang lain serta kurang menyadari/peduli tentang efek

perilakunya terhadap orang lain. Dalam tindakannya dikuasai perasaan

Page 30: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

19

dan pikiran secara berlebihan. Sehingga mereka sulit menyesuaikan

diri. Kemampuan bahasa yang terbatas akan membatasi pula

kemampuan untuk mengintegrasikan pengalaman dan akan makin

memperkuat sifat egosentris ini.

2. Memiliki sifat implusif, yaitu tindakannya tidak didasarkan pada

perencanaan yang hati-hati dan jelas serta tanpa mengantisipasi akibat

yang mungkin timbul akibat perbuatannya. Apa yang mereka inginkan

biasanya perlu segera dipenuhi. Adalah sulit bagi mereka untuk

merencanakan atau menunda suatu pemuasan kebutuhan dalam jangka

panjang.

3. Sifat kaku (rigidity), menunjuk pada sikap kurang luwes dalam

memandang dunia dan tugas-tugas dalam kesehariannya.

4. Sifat lekas marah atau tersinggung.

5. Perasaan ragu-ragu dan khawatir (Uden dan Meadow dalam Winarsih,

2007).

d. Tahap-tahap Interaksi Sosial pada Anak Tunarungu

Ada 2 tahapan yang dialami oleh anak tunarungu ketika berinteraksi

dengan sesamanya. Menurut Yuhan (2013), tahapan-tahapan tersebut

adalah:

1. Inisiasi Interaksi Sebaya

Inisiasi merupakan tahap awal anak tunarungu dalam membangun

sebuah interaksi. Anak tunarungu berusaha untuk mengamati

lingkungan sekitarnya terlebih dahulu. Mereka mempelajari

Page 31: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

20

bagaimana oran lain saling berinteraksi satu sama lain. Pengamatan

yang mereka lakukan juga membuat mereka melihat kesempatan

untuk bergabung dalam sebuah interaksi sosial. Adanya sebuah

kesempatan inilah yang akan membuat anak tunarungu akan memulai

inetaraksi sosial mereka dengan cara berkomunikasi. Komunikasi

yang mereka gunakan biasanya bahasa nonverbal atau gestur tubuh.

2. Memantau Interaksi Sebaya

Tahap kedua ini merupakan cara seorang anak tunarungu

mempertahankan sebuah interaksi yang sudah terjadi. Anak tunarungu

mengalami kesulitan untuk mempertahankan sebuah interaksi sosial

dalam jangka panjang. Hal ini disebabkan dengan banyaknya faktor-

faktor yang menghambat anak tunarrungu dalam berinteraksi.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial Anak

Tunarungu

Menurut Yuhan (2013) ada berapa faktor yang mempengaruhi

interaksi sosial pada anak tunarungu, yaitu:

a) Bahasa dan kemampuan berbicara

Seorang anak tunarungu memiliki keterlambatan dalam perkembangan

berbicara. Mereka membutuhkan waktu yang lebih lama untuk

mengucapkan suatu kata sehingga mereka memiliki masalah dengan

interaksi sosial mereka. Kemampuan berbahasa mereka juga dijadikan

sebagai indikator perkembangan kognitif dan sosio-emosi mereka.

Page 32: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

21

b) Jenis kelamin

Kecenderungan laki-laki untuk berinteraksi dengan teman

sebaya/sejawat lebih besar daripada perempuan.

c) Familiaritas dan tingkat pedengaran yang sama dengan teman sebaya.

Anak-anak tunarungu lebih nyaman untuk berinteraksi dengan

sebayanya yang memiliki tingkat pendengaran yang sama. Hal ini

membuat mereka lebih mudah dalam berkomunikasi karena mereka

memahami hal yang sama. Setiap anak tunarungu memiliki strategi

masing-masing untuk berinteraksi dengan teman sebayanya. Salah

satu kunci mereka untuk berinteraksi adalah kesamaan pemahaman

akan suatu hal. Mereka akan lebih mudah membangun sebuah

interaksi dengan anak yang mendengar apabila mereka memiliki

pemahaman yang sama dengan anak yang mendengar.

d) Model komunikasi

Ada dua model komunikasi yang biasa dimiliki oleh anak tunarungu.

Model yang pertama adalah komunikasi oral. Komunikasi ini yang

paling banyak dikuasai oleh anak tunarungu karena ini merupakan

model yang paling mudah untuk dipahami. Mereka terbiasa untuk

membaca gerak bibir lawan bicaranya atau mereka berusaha untuk

bisa mengucapkan kata-kata dengan pelafalan yang jelas. Model

komunikasi yang kedua adalah komunikasi menggunakan bahasa

isyarat. Berapa anak tunarungu mampu untuk berkomunikasi dengan

bahasa ini tapi tidak banyak. Biasanya, anak-anak yang mampu

Page 33: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

22

berkomunikasi dengan bahasa isyarat sudah terlatih sejak kecil dimana

orangtua mereka juga belajar bahasa isyarat.

3. Interaksi Sosial

a. Definisi

Interaksi sosial berasal dari dua kata, yaitu interaksi dan sosial.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2005), interaksi sosial berarti

hubungan sosial yang dinamis antara individu dengan individu, kelompok

dengan individu, maupun kelompok dengan kelompok.

Interaksi sosial diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial timbal

balik yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang secara

perseorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang

dengan kelompok-kelompok manusia (Abdulsyani, 2007).

Menurut Wedjajati (2008), agar hubungan interaksi berjalan dengan

baik, diharapkan manusia mampu beradaptasi atau menyesuaikan diri

terhadap lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial

merupakan hubungan timbal balik antara dua atau lebih individu dimana

dalam hubungan tersebut perilaku setiap individu mempengaruhi,

mengubah, dan memperbaiki perilaku individu lainnya.

b. Syarat-syarat Interaksi Sosial Anak Tunarungu

Syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial (social

contact) dan adanya komunikasi (communication) (M. Burhan Bungin,

Page 34: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

23

2006). Selayaknya anak normal pada umumnya, syarat tersebut juga

berlaku dalam proses interaksi sosial yang dilakukan oleh anak tunarungu.

Seperti yang telah disampaikan pada sub-bab sebelumnya, hambatan

perkembangan komunikasi merupakan persoalan yang mendasar pada

anak tunarungu (Sunardi dan Sunaryo, 2007). Kurangnya kemampuan

mendengar mengakibatkan anak tunarungu mengalami hambatan

perkembangan bahasa dan bicara yang tentu mempengaruhi kemampuan

berkomunikasinya, terutama komunikasi secara lisan. Hal ini yang menjadi

salah satu faktor penghambat dari kemampuan interaksi sosial tunarungu.

1) Kontak Sosial

Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih dengan

saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing dalam

kehidupan masyarakat (Abdulsyani, 2007). Kontak sosial tidak saja

terjadi dengan menyentuh seseorang, oleh karena itu kontak sosial

dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Kontak sosial secara

langsung adalah kontak sosial yang terjadi tanpa menggunakan

perantara atau dengan kata lain adanya tatap muka. Sebaliknya,

kontak sosial secara tidak langsung adalah kontak sosial yang terjadi

dengan menggunakan alat sebagai perantara. Alat tersebut dapat

berupa telepon, radio, surat, internet, dan sebagainya. Perkembangan

teknologi informasi seperti sekarang ini dapat memungkinkan kontak

sosial dapat terjadi di mana saja dan kapan saja.

Page 35: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

24

Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial bersifat

positif dapat mengarah pada suatu kerja sama. Sedangkan kontak

sosial yang bersifat negatif dapat mengarah pada suatu pertentangan.

Kurangnya pemahaman masyarakat umum tentang karakteristik anak

tunarungu juga menjadi salah satu faktor tidak lancarnya kontak sosial

dengan mereka. Kadangkala masyarakat salah persepsi dalam

memberi tanggapan terhadap anak tunarungu, hal ini dikarenakan

mereka tidak memahami bahasa yang anak tunarungu gunakan. Di

samping itu, kekurangan akan pemahaman bahasa lisan ataupun

tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu menafsirkan sesuatu

secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi emosinya

(Sunardi dan Sunaryo, 2007). Beberapa hal tersebut mengakibatan

maksud atau tujuan dalam kontak sosial anak tunarungu tidak tercapai.

2) Komunikasi

Arti terpenting dari komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan

tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak

gerik badaniah, atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin

disampaikan oleh orang tersebut (Soekanto,2012). Orang yang

bersangkutan kemudian memberikan reaksi berdasarkan pengalaman

yang dia miliki. Hakekatnya komunikasi merupakan aktivitas yang

kompleks, karena di samping terkait dengan kemampuan bahasa dan

bicara, juga dipengaruhi oleh sistim syaraf, pemahaman (kemampuan

kognitif), dan kemampuan sosial (Sunardi dan Sunaryo,2007). Oleh

Page 36: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

25

karena itu, terjadinya ketidakmatangan atau gangguan dalam

kemampuan bahasa dan bicara pada anak tunarungu ini cenderung

menghambat perkembangan komunikasinya.

Masalah penting yang dirasakan oleh anak gangguan pendengaran

adalah ketidakmampuan dan keterbatasan dalam mendengar suara-

suara, bunyi, nada, kata-kata yang disebut bahasa dari lingkungan

sekitarnya (Sadjaah, 2005). Padahal pendengaran adalah salah satu

cara untuk mendapatkan informasi tentang lingkungan(Atkinson, Rita

L., tanpa tahun). Kesulitan demikian mengakibatkan mereka kurang

memiliki kosa kata sebagai alat utama dalam komunikasi. Akibatnya

mereka akan kurang mengerti kegunaan kata-kata, sulit

mengekspresikan emosi, serta sulit menyatakan pikiran atau ide.

Selain menggunakan bahasa verbal, anak tunarungu juga biasa

berkomunikasi dengan tulisan, bahasa isyarat, dan bahasa tubuh.

Namun kurangnya pengetahuan masyarakat umum tentang bahasa

isyarat ini membuat anak tunarungu tidak bisa menggunakan bahasa

tersebut pada semua orang (Sunardi dan Sunaryo,2007).

c. Proses-proses Interaksi Sosial Anak Tunarungu

Menurut Gillin (Soekanto, 2012), ada dua golongan proses sosial

sebagai akibat dari interaksi sosial, yaitu:

1) Proses Asosiatif

Proses asosiatif adalah sebuah proses yang terjadi saling pengertian

dan kerja sama timbal balik antara orang per orang atau kelompok

Page 37: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

26

satu dengan kelompok lainnya (Burhan Bungin, 2006). Proses

asosiatif menghasilkan pencapaian tujuan-tujuan bersama. Adapun

bentuk-bentuk proses asosiatif adalah sebagai berikut :

a) Kerja sama (cooperation)

Menurut Burhan Bungin (2006), kerja sama adalah usaha

bersama antara individu atau kelompok untuk mencapai satu

atau beberapa tujuan bersama. Kerja sama dapat terjadi apabila

di antara individu atau kelompok tertentu menyadari adanya

kepentingan dan ancaman yang sama. Soerjono Soekanto

(2012) menjelaskan bahwa kerja sama mungkin akan

bertambah kuat apabila ada bahaya dari luar yang mengancam

suatu kelompok tertentu.

b) Akomodasi (Accomodation)

Istilah akomodasi menunjuk pada suatu keadaan dan menunjuk

pada proses. Menurut Burhan Bungin (2006), akomodasi yang

menunjuk pada suatu keadaan berarti adanya suatu keadaan

seimbang dalam interaksi sosial antara individu dan antar

kelompok di dalam masyarakat, terutama berhubungan dengan

norma-norma dan nilai-nilai sosial dalam masyarakat tersebut.

Sedangkan akomodasi yang menunjuk pada suatu proses

berarti akomodasi menampakkan suatu proses untuk

meredakan pertentangan yang terjadi di masyarakat, baik

Page 38: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

27

pertentangan antar individu, kelompok dan masyarakat,

maupun nilai dan norma yang ada di masyarakat itu.

c) Asimilasi

Menurut Soerjono Soekanto (2012), proses asimilasi ditandai

dengan adanya usaha untuk mengurangi perbedaan-perbedaan

yang terdapat antara orang perorangan atau kelompok-

kelompok manusia. Apabila dua kelompok mengadakan

asimilasi, batas-batas antara kelompok-kelompok tersebut akan

hilang dan melebur menjadi satu kelompok.

2) Proses Disasosiatif

Proses sosial disasosiatif merupakan proses perlawanan (oposisi)

yang dilakukan oleh individu-individu dan kelompok-kelompok dalam

proses sosial di antara mereka pada suatu masyarakat (Bungin, 2006).

Menurut Soerjono Soekanto (2012), oposisi diartikan sebagai cara

berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk mencapai

tujuan-tujuan yang diinginkan. Bentuk-bentuk proses disasosiatif adalah

persaingan, kompetisi, dan konflik

1. Persaingan (competition) adalah proses sosial di mana individu atau

kelompok-kelompok manusia bersaing mencari keuntungan pada

bidangbidang kehidupan yang menjadi pusat perhatian umum

dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam

prasangka yang telah ada, namun tanpa mempergunakan ancaman

atau kekerasan (Burhan Bungin, 2006).

Page 39: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

28

Soekanto (2012) mengungkapkan bahwa persaingan bersifat

pribadi dan tidak pribadi. Persaingan bersifat pribadi disebut juga

rivalry. Pihak yang melakukan persaingan pribadi adalah orang

perorangan. Sedangkan persaingan bersifat tidak pribadi, yang

langsung bersaing adalah kelompok.

2. Kontravensi (contravention) adalah proses sosial yang berada

antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian (Bungin, 2006).

Kontravensi merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap

orang lain atau unsur kebudayaan suatu golongan tertentu. Sikap

tersembunyi tersebut berubah menjadi kebencian, tetapi tidak

sampai menjadi pertentangan atau pertikaian (Soekanto, 2012).

3. Conflict (pertentangan atau pertikaian) adalah proses sosial di mana

individu ataupun kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya

dengan cara menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman

dan/atau kekerasan (Soekanto, 2012). Pertentangan dapat terjadi

karena pribadi atau kelompok menyadari adanya perbedaan-

perbedaan dengan pribadi atau kelompok lain. Perbedaan tersebut

misalnya dalam ciri badaniah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola

perilaku, prinsip, politik, maupun ideologi. Perbedaan ciri tersebut

dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu

pertentangan atau pertikaian di mana pertikaian itu dapat

menghasilkan ancaman dan kekerasan fisik (Bungin, 2006).

Page 40: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

29

d. Cara mengukur Interaksi social

Kuesioner kemampuan interaksi sosial yang dikembangkan oleh

Usman (2013) digunakan untuk mengukur interaksi sosial pada anak

dengan tunarungu. Kuesioner ini sudah dinyatakan valid dan relabel

karena telah dilakukan uji instrument sebelumnya. Kuesioner ini terdiri

dari 18 pertanyaan dengan 3 indikator, yaitu indikator kerjasama

sebanyak 7 pernyataan, indikator persaingan 7 pernyataan, dan

indikator pertentangan sebanyak 4 pernyataan. Skala yang digunakan

adalah skala likert. Penilaian sangat mudah dengan memberi nilai 0-4

pada setiap jawaban pernyataan, yang terdiri dari pilihan hampir selalu,

sering, kadang-kadang dan hampir tidak pernah.

Page 41: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

30

B. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan teori dan tujuan penelitian yang ingin dilihat, maka

kerangka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Skema 2.1

Kerangka Teori

Syarat-syarat Interaksi Sosial

:

1. Kontak Sosial

2. Komunikasi

Sunardi dan Sunaryo,

2007

Faktor - faktor yang

mempengaruhi Interaksi

Sosial pada anak Tunarungu:

1. Bahasa dan kemampuan

berbicara

2. Jenis kelamin

3. Familiaritas dan tingkat

pedengaran yang sama

dengan teman sebaya.

4. Model komunikasi.

Yuhan, 2013

Gambaran Interaksi Sosial

pada Anak Tunarungu usia

sekolah

Proses-proses Interaksi Sosial :

a) Proses Asosiatif:

1. Kerja sama

2. Akomodasi

3. Asimilasi

Soekanto, 2012

b) Proses Asosiatif:

1. Kerja sama

2. Akomodasi

3. Asimilasi

Page 42: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

31

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

A. Kerangka Konsep

Skema 3.1

Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih

kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung kepada orangtua.

Setiap anak mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada anak yang

terlahir secara normal serta tumbuh dan berkembang dengan normal, akan tetapi ada

pula anak tidak normal karena memiliki gangguan baik secara fisik, mental, sosial,

maupun psikologis ( Triani, 2013).

Menurut data WHO (World Health Organization) ditahun 2011, 360 juta orang

lahir dengan cacat dengar dan ketulian atau sekitar 5,3 persen dari total penduduk

dunia (Keswara, 2013). Berdasarkan data statistik Depertemen Pendidikan Nasional

Indonesia menunjukkan bahwa jumlah anak-anak tuna rungu di Indonesia cukup

tinggi mencapai 0,17% dimana 17 dari 10.000 anak pra sekolah sampai umur 12

tahun mengalami tunarungu.Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Luar Biasa

(2009) jumlah siswa tunarungu di Kabupaten Bogor berjumlah 496 siswa.

Tunarungu adalah suatu istilah umum yang menunjukan kesulitan mendengar

dari yangringan sampai yang berat. Anak yang mengalami kelainan pendengaran

akan menanggung konsekuensi yang sangat kompleks. Mereka akan mengalami

berbagai hambatan dalam meniti perkembangannya terutama pada aspek berbahasa

Gambaran Interaksi Sosial Pada Anak Tunarungu Usia Sekolah

Page 43: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

32

dan penyesuaian sosial. Gangguan dalam pendengaran yang berdampak pada

hambatan berbahasa, menjadikan hambatan pula bagi anak tunarungu dalam interaksi

sosialnya (Sadjaah, 2005).

Anak tunarungu dalam interaksi sosial memiliki andil yang cukup besar untuk

kehidupan jangka panjang mereka. Meraka yang mengalami penolakan saat

berinteraksi dengan teman sebayanya akan merasa kesepian yang berkepanjangan

(Most,2007). Penolakan ini juga menjadi acuan apakah seorang anak tunarungu akan

terus berinteraksi atau menhindari suatu interaksi.

Penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran interaksi sosial

pada anak tunarungu usia sekolah karena interaksi sosial merupakan salah satu cara

individu untuk memelihara tingkah laku sosial individu tersebut sehingga individu

tetap dapat bertingkah laku sosial dengan individu lain.Berdasarkan uraian di atas

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berjudul “Gambaran Interaksi

Sosial Pada Anak Tunarungu Usia Sekolah”.

B. Definisini Operasional

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel tersebut diberi

batasan atau “definisi operasional”. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk

mengarahkan kepada pengukuran dan pengamatan terhadap variabel-variabel yang

bersangkutan serta pengembangan instrumen/alat ukur (Notoatmodjo, 2010).

Page 44: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

33

Tabel 3.1

Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Karakteristik

Umur

Lamanya hidup

seseorang yang

diukur dari lahir

sampai ulang tahun

yang terakhir.

Kuesioner A

Data

Demografi

Mengisi

Kuesioner yang

berisikan data

demografi

1. Anak Usia

Sekolah

2. 1 = 12 tahun

3. 2 = 11 tahun

4. 3 = 10 tahun

5. 4 = 9 tahun

6. 5 = 8 tahun

7. 6 = 7 tahun

8. 7 = 6 tahun

Ordinal

Jenis Kelamin Penafsiran dua gender

manusia yang

ditentukan secara

biologis sejak lahir.

Kuesioner A

Data

Demografi

Mengisi

kuesioner yang

berisikan data

demografi

1= Laki-laki

2= perempuan

Nominal

2.

Interaksi

Sosial pada

Anak

Tunarungu

Hubungan-hubungan

social timbal balik

yang dinamis, yang

menyangkut

hubungan antara

orang-orang secara

perseorangan,

antarakelompok-

kelompokmanusia,

maupunantara orang

dengankelompok-

kelompokmanusia.

(Abdulsyani, 2007)

Kuesioner B

Interaksi

Sosial

Mengisi

kuesioner yang

terdiri dari 18

pertanyaan

tentanginteraksis

ocialyang paling

sesuai dengan

kondisi

responden

(untuk

pernyataan

favorable,

pilihan jawaban

: Selalu : 4,

Sering : 3,

Kadang –

kadang : 2,

hampir tidak

pernah : 1).

(untuk

pernyataan

unfavorable,

pilihan jawaban

Selalu : 1,

Sering : 2,

1= Tinggi bila

skor : ≥ 52

2= Rendah bila

52< mean

Ordinal

Page 45: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

34

Kadang –

kadang : 3,

hampir tidak

pernah : 4).

Skor maksimal :

80

Skor minimal :

20

Setelah

pengumpulan

data, tiap-tiap

angket

kemudian diberi

skor, lalu jumlah

skor

diakumulasikan

secara

keseluruhan dan

diambil nilai

rata-rata.

Setelah nilai

rata-rata

diketahui, lalu

dilihat untuk

masing-masing

responden

apakah dia

termasuk

kategori bisa

berinteraksi

sosial atau tinggi

atau rendah

Page 46: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

35

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian

yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau mengambarkan suatu fenomena yang

terjadi di dalam masyarakat. Pada umunya metode penelitian ini digunakan untuk

membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program di

masa sekarang (Notoatmodjo, 2010).

B. Waktu dan Tempat

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui 6 tahapan, dengan waktu penelitian

selama 3 bulan terhitung sesuai dengan kalender akademik. Penelitian dibagi

menjadi beberapa tahapan, yaitu dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 4.1 Waktu Penelitian

No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan

1 Pembuatan Proposal 20Februari-3April 2017

2 Ujian Proposal 05April-07April 2017

3 Pengumpulan data 25April-29April 2017

4 Pengolahan Data 1Mei-2Juli

5 Laporan akhir penelitian 5Juli-7Juli 2017

Page 47: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

36

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLB Sejahtera dan SLB-B Tunas kasih Kota

Bogor. Alasan dilakukan penelitian di tempat tersebut karena di SLB

Sejahtera dan SLB-B Tunas kasih Kota Bogor sudah pernah dijadikan sebagai

tempat penelitian tetapi belum pernah berhubungan dengan interaksi sosiall

tunarungu usia sekolah.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan elemen atau subjek riset, dalam arti lain

populasi dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang memiliki nilai yang

semua ingin diteliti sifatnya (Azwar, 2014).

Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh anak tunarungu usia

sekolah yang berusia 6-12 tahun di SLB Sejahtera dan SLB-B Tunas kasih

Kota Bogor. Berdasarkan studi pendahuluan jumlah anak tunarungu usia

sekolah di SLB Sejahtera sebanyak 7 siswa/siswi dan di SLB-B Tunas kasih

sebanyak 23 siswa/siswi.

Tabel 4.2

Populasi siswa dan siswi usia Remaja di SLB Kota Bogor

Tempat Jumlah Siswa

SLB-B Tunas Kasih 2 23 orang

SLB Sejahtera 14 orang

Jumlah Populasi 37 orang

Page 48: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

37

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dengan cara tertentu dianggap

representatif untuk mewakili populasi (Azwar, 2014). Sampel terdiri dari

bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek

penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi

porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2008).

a. Besar Sampel Minimal

Menetapkan besarnya atau jumlah sampel minimal suatu penelitian

tergantung kepada dua hal, yaitu pertama adanya sumber-sumber yang dapat

digunakan untuk menentukan batas maksimal dan dari besarnya sampel.

Kedua, kebutuhan dari rencana analisis yang menentukan batas minimal dari

besarnya sampel (Notoatmodjo, 2010).

Dalam menentukan jumlah sampel, peneliti menggunakan rumus yang

dikembangkan oleh Nursalam (2008).

Skema 4.1 Formula Perhitungan Sampel

(sumber : Nursalam, 2008)

Keterangan :

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

d² = Tingkat Kepercayaan yang diinginkan (10%, 5%, 1%).

Page 49: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

38

Berdasarkan hal tersebut jumlah siswa dan siswi anak tunarungu usia

sekolah di SLB Sejahtera dan SLB-B Tunas Kasih berjumlah 37 orang,

Maka:

N = 37

d2 = 0,01

n =

n =

n =

n =

n = 27,007 dibulatkan menjadi 27 responden.

b. Rumus Perhitungan Drop Out

Skema 4,2 Rumus Perhitungan Drop Out

( Sumber: Sastroasmoro, 2008 ) Keterangan :

n‟ = Besar sampel yang akan dihitung

n = Jumlah sampel sebelum dihitung (30 sampel)

f = Perkiraan proporsi drop out (10% = 0.1)

Setelah sebelumnya didapatkan n (jumlah sampel) = 27 responden, maka

untuk perhitungan antisipasi dropout sebagai berikut:

Page 50: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

39

30

Jadi, besar sampel / jumlah responden yang dibutuhkan dalam penelitian

ini adalah sebanyak 30 orang.

c. Kriteria Sampel

1) Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Kriteria

penelitian ini diantaranya :

a) Anak tunarungu usia sekolah

b) Anak tunarungu yang bisa membaca dan menulis.

c) Anak tunarungu yang bersedia menjadi responden.

2) Kriteria Eklusi

Kriteria Eklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel. Adapun kriteria eklusi dalam penelitian ini adalah

:

1. Anak tunarungu yang tidak hadir pada saat pengumpulan data.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambian sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Probability Sampling dengan teknik Proportionate Random Sampling, yaitu

dengan cara pengambilan sampel yang dikombinasikan dengan teknik lain yang

berhubungan denga populasi yang tidak homogen. Maka dalam menentukan

Page 51: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

40

anggota sample, peneliti akan mengambil wakil-wakil dari tiap-tiap kelompok

yang ada dalam populasi yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah anggota

subjek yang ada dalam masing-masing anggota kelompok tersebut (Arikunto,

2010).

Peneliti menggunakan teknik pengambilan sample Proportionate Random

Sampling karena dilihat dari responden yang dimiliki tingkat kelas dan sekolah

yang berbeda sehigga dengan menggunakan teknik pengambilan sample ini akan

didapatkan proporsi dari masing-masing sekolah. Jumlah sample yang diambil

untuk masing-masing sekolah ditentukan kembali dengan rumus dari Noor (2011)

sebagai berikut:

( sumber :Noor, 2011 )

Ketewrangan :

n : Jumlah sampel siswa/siswi perkelas

Diketahui bahwa jumlah siswa tunarungu usia sekolah di SLB B Tunas

Kasih 2 sebanyak 23 orang, sedangkan untuk SLB Sejahtera siswa

tunarungu usia sekolah berjumlah 14 orang. Maka peneliti melakukan

langkah-langkah Proportionate Random Sampling sebagai berikut:

SLB-B Tunas Kasih 2 Kota Bogor :

SLB Sejahtera Kota Bogor :

3/3 × 3 = 18,65 = 19 sampel

4/3 × 3 = 11,35 = 11 sampel

n=(Populasi kelas/ jumlah populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang ditentukan

Page 52: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

41

Setelah diketahui jumlah sampel dari masing-masing sekolah, peneliti

melakukan pemilihan acak sederhana dengan memberikan nomer kepada setiap

individu, mulai dari 0,1,2,3 dan seterusnya. Kemudian nomor-nomor tersebut

dipilih secara random/acak dengan mengocok nomer tersebut dan ketika salah

satu nomer itu keluar maka dia akan dijadikan sampel.

E. Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010).

a. Kuesioner A

Kuesioner A berisikan data karakteristik responden atau data demografi

meliputi usia, jenis kelamin. Responden mengisi dan memberikan tanda

checklist (√) pada pilihan jawaban yang sudah disediakan.

b. Kuesioner B

Kuesioner B berisikan 18 pernyataan tentang Interaksi sosiall. Instrument

yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert.

Kuesioner ini telah dilakukan uji validitas dan realibilitas oleh usman

(2013) untuk perhitungan realibilitas didapatkan hasil r11=0,527 untuk

intrumen kemampuan interaksi sosiall. Skor tersebut dapat dikategorikan

cukup atau sedang. Pengisian dilakukan dengan cara memberi tanda

checklist (√) pada kolom yang telah disediakan dengan pilihan sanga t

setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Pada pernyataan positif, ”Sangat Setuju” diberi skor 4, ”Setuju” diberi

Page 53: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

42

skor 3, ”Tidak Setuju” diberi skor 2, dan ”Sangat tidak Setuju” diberi skor

1. Pada pernyataan negatif, ”Sangat tidak Setuju” diberi skor 4, ”Kurang

Setuju” diberi skor 3, ”Setuju” diberi skor 2, dan ”Sangat Setuju” diberi

skor 1. Jumlah keseluruhan nilai maksimal dari seluruh pertanyaan adalah

72, sedangkan jumlah minimal dari seluruh pertanyaan adalah 18. Jawaban

dari setiap responden dijumlahkan lalu diakumulasikan secara keseluruhan

untuk menemukan mean.

c. Instrument Pendukung

1) Alat Tulis

Alat Tulis yang digunakan adalah pensil atau pulpen untuk mencatat

hasil pengumpulan data.

2) Komputer

Komputer digunakan untuk mengolah data setelh data dari responden

terkumpul.

2. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini menggunakan kuesioner untuk pengambilan data.

Kuesioner berisi pernyataan mengenai interaksi sosiall anak tunarungu usia

sekolah dimana responden menjawab pernyataan berupa jawaban setuju

atau sangat tidak setuju. Pernyataan terdiri dari penyataan positif dan

negative.

Dalam pengumpulan data ini, peneliti memberikan kuesioner kepada

anak usia sekolah dengan tunarungu yang hadir disekolah. Peneliti berada

Page 54: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

43

pada tempat dimana responden mengisi kuesioner agar ketika timbul

pertanyaan yang kurang dimengerti responden bisa langsung

menanyakannya kepada peneliti.

3. Prosedur Penelitian

Dalam pengumpulan data, peneliti mengacu pada tahapan yang

ditetapkan dalam prosedur dibawah ini:

a. Setelah proposal penelitian disetujui pembimbing dan koordinator mata

kuliah maka peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada

SLB Sejahtera dan SLB-B Tunas Kasih Kota Bogor.

b. Menyerahkan surat izin penelitian pada pihak SLB Sejahtera dan SLB-B

Tunas Kasih Kota bogor.

c. Setelah mendapat izin dan persetujuan dari SLB Sejahtera dan SLB-B

Tunas Kasih Kota Bogor, selanjutnya peneliti mulai melakukan

pendekatan untuk memberikan penjelasan dan informed consent pada

calon responden.

d. Setelah mendapatkan persetujuan dari pihak responden, dan responden

menandatangani inform consent, selama mengisi kuesioner peneliti

memberikan kesempatan pada responden untuk menjawab semua

pertanyaan dan untuk meminta penjelasan terhadap pertanyaan

penelitian.

e. Setelah semua data terkumpul, tahap selanjutnya adalah proses

pengolahan data dan dilanjutkan dengan pembuatan laporan penelitian.

Page 55: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

44

F. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010) apabila data yang diolah kualitasnya jelek,

maka hasilnya juga jelek. Oleh. Karena itu dibutuhkan pengolahan data karena

data yang diperoleh langsung dari peneliti masih mentah, belum memberikan

informasi apa-apa, dan belum siap untuk disajikan. Pada bagian ini data yang

telah terkumpul diolah dan dianalisa melalui beberapa tahapan :

1) Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan (Hidayat, 2014). Pada tahap ini peneliti

melakukan editing dengan cara memeriksa jawaban, kejelasan penulisan dari

30 responden yang telah mengisi semua bagian kuesioner yang diberikan.

2) Coding

Coding menurut Hidayat (2013), merupakan kegiatan pemberian kode

numberik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Kode

adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan

petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis

(Hasan, 2006).Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan

analisis data menggunakan computer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat

juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (Code Book) untuk

memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

Pada karakteristik umur peneliti memberi kode “1” untuk anak usia l2 tahun,

kode “2” untuk anak usia 11 tahun, kode “3” untuk usia 10 tahun, kode “4”

Page 56: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

45

untuk usia 9 tahun, kode “5” untuk usia 8 tahun, kode “4” untuk usia 7 tahun,

kode “3” untuk usia 6 tahun. Pada karakteristik jenis kelamin peneliti

memberi kode responden “1” untuk laki-laki dan “2” untuk responden

perempuan. Pada pernyataan interaksi sosiall menggunakan skala Likert

dengan favorable dan unfavorable. Favorable yaitu pilihan jawaban diberi

nilai 4 untuk sangat setuju ,3 untuk setuju , 2 untuk tidak setuju, dan 1 untuk

sangat tidak setuju. Sedangkan unfavorable yaitu diberi nilai 4 untuk sangat

tidak setuju , nilai 3 untuk tidak setuju, nilai 2 untuk setuju, dan nilai 1 sangat

setuju. Pernyataan favorable dalam variabel interaksi sosiall terdapat pada

pernyataan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 9, 10, 11, 12, 15, 17 pernyataan unfavorable

terdapat pada nomor 6, 7, 8, 13, 14, 16, 18.

3) Data Entry

Menurut Hidayat (2013), data entry adalah kegiatan memasukan data yang

telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel

kontigensi. Data yang di entry yakni jawaban-jawaban dari masing-masing

responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf), dimasukan ke

dalam program atau “softwere” komputer. Softwere yang peneliti guanakan

adalah Microsoft Excel. Setiap jawaban responden yang sudah diberi kode,

di-enrty sesuai dengan kode yang telah dibuat. Pengelompokan data ini

selanjutnya diolah untuk pembuatan tabel atau diagram distribusi frekuensi.

Page 57: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

46

4) Cleaning

Menurut Notoatmodjo (2010), apabila semua data dari setiap sumber data

atau responden selesai dimasukkan, peneliti perlu memeriksa kembali untuk

melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,

ketidak lengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau

koreksi. Pada tahap ini, peneliti melihat variabel apakah datanya sudah benar

atau belum. Sorting peneliti mengelompokan data menurut klasifikasi data

misalnya menurut kelas atau menurut tanggal pengembalian.

G. Analisa Data

Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat yang dilakukan

terhadap variable dari hasil penelitian. Dalam analisis ini didapatkan hasil data

dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap variabel (Notoatmodjo,

2010). Dalam tahap ini, peneliti menganalisis gambaran interaksi sosiall anak

tunarungu usia sekolah di SLB Sejahtera Interpretasi Data.

Data diinterpretasikan dengan menggunakan skala menurut Arikunto (2006)

sebagai berikut :

0% : Tidak satupun

1%-25% : Sebagian kecil

26%-49% : Kurang dari setengahnya

50% : Setengahnya

51%-75% : Lebih dari setengahnya

76%-99% : Sebagian besar

100% : Seluruhnya

Page 58: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

47

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

SLB-B Tunas Kasih terletak di jalan Abdullah bin Nuh No. 16 Yasmin

semplak Kelurahan Semplak Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Didirikan pada

tanggal 18 Juli 1988, dibawah yayasan Tunas Kasih. Kegiatan belajar mengajar di

laksanakan mulai pukul 07.00-13.00 WIB. SLB-B Tunas Kasih Kota Bogor di

Pimpin Oleh Kepala Sekolah Yaitu Dede Supartman, S.Pd. Responden yang

diambil di SLB-B Tunas Kasih sebanyak 20 orang dari 23 anak usia sekolah.

SLB Sejahtera Kota Bogor terletak di jalan Gunung Batu No. 101 Loji Kota

Bogor. Dirintis oleh Kantor departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten

Bogor. Secara formal berdiri pada tanggal 07 Februari 1977. Kegiatan belajar

mengajar dilaksanakan mulai pukul 07.00-13.00 WIB. SLB Sejahtera Kota Bogor

Dipimpin oleh Kepala Sekolah yaitu Dra. Leni Kurniati. Responden yang di ambil

di SLB Sejahtera sebanyak 13 orang dari 14 anak usia sekolah.

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Interaksi Sosial

anak Tunarungu usia sekolah (6-12 tahun) di SLB Sejahtera dan SLB-B Tunas

Kasih Kota Bogor Tahun 2017 dengan jumlah responden sebanyak 33 orang.

Hasil dari pengumpulan data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisa

dengan cara analisis univariat. Hasil data ditampilkan dalam bentuk diagram dan

Page 59: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

48

tabel yang menjelaskan interaksi sosial anak tunarungu usia sekolah di SLB

Sejahtera dan SLB-B Tunas Kasih Kota Bogor.

1. Gambaran Karakteristik Anak Usia Sekolah

a. Jenis Kelamin

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Anak

Tunarungu Usia Sekolah di SLB Sejahtera dan SLB-B Tunas Kasih tahun

2017

( n=30 )

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki 15 50%

Perempuan 15 50%

Jumlah 30 100%

Interpretasi Data:

Berdasarkan Tabel 5.1 diatas menunjukan bahwa dari 30 responden

setengahnya memiliki jumlah yang sama antara laki-laki dan perempuan

(50%) dengan jumlah responden masing-masing 15 orang.

Page 60: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

49

b. Usia

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia pada Anak

Tunarungu Usia Sekolah di SLB Sejahtera dan SLB-B Tunas Kasih

tahun 2017

( n=30 )

Usia Jumlah %

12 Tahun 1 2%

11 Tahun 11 37%

10 Tahun 6 20%

9 Tahun 2 7%

8 Tahun 0 0%

7 Tahun 8 27%

6 Tahun 2 7%

Total 30 100%

Interpretasi Data:

Berdasarkan Tabel 5.2 dari 30 responden lebih dari setengahnya (59%)

berada di kisaran usia 10-12 tahun dibandingkan anak tunarungu yang

berusia 6 tahun (7%) atau 2 orang.

Page 61: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

50

2. Gambaran Interaksi Sosial Anak Tunarungu Usia Sekolah

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Tingkat Interaksi Sosial pada Anak Tunarungu

Usia Sekolah di SLB Sejahtera dan SLB-B Tunas Kasih tahun 2017

( n=30 )

Interaksi Sosial Jumlah %

Tinggi 19 63%

Rendah 11 37%

Total 30 100%

Interpretasi Data:

Berdasarkan Tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa dari seluruh responden,

bahwa lebih dari setengahnya (63%) atau sebanyak 19 responden memiliki

interaksi sosial yang tinggi.

Page 62: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

51

C. Pembahasan

Pada pembahasan ini akan dijelaskan karateristik antara hasil penelitian

dengan kajian teoritik yang berjudul Interaksi Sosial pada Anak Tunarungu Usia

Sekolah di SLB Sejahtera dan SLB-B Tunas Kasih Kota Bogor Tahun 2017.

Berdasarkan hasil bahwa lebih dari setengahnya (63%) atau sebanyak 19

responden memiliki interaksi sosial yang tinggi. Penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Milla (2014) mengenai Interaksi Sosial Anak

Tunarungu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak tunarungu mampu

menjalin interaksi sosial dengan sesama tunarungu, guru kelas, maupun dengan

guru pendamping khusus di sekolah. Interaksi sosial ini ditunjukkan dengan

menjalin percakapan, makan bersama, bermain bersama, belajar bersama,

menjalin kerja sama, dan sebagainya, hal ini menunjukan interaksi sosial pada

anak tunarungu tinggi.

Hal ini sejalan dengan Yuhan (2013) bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi interaksi sosial adalah model komunikasi, Model yang pertama

adalah komunikasi oral. Komunikasi ini yang paling banyak dikuasai oleh anak

tunarungu karena ini merupakan model yang paling mudah untuk dipahami.

Mereka terbiasa untuk membaca gerak bibir lawan bicaranya atau mereka

berusaha untuk bisa mengucapkan kata-kata dengan pelafalan yang jelas. Model

komunikasi yang kedua adalah komunikasi menggunakan bahasa isyarat. Sudah

terbiasa menggunakan model komunikasi oral maupun isyarat dengan sesama

penyandang tunarungu, sehingga interaksi sosialnya tinggi.

Page 63: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

52

Tingginya interaksi sosial di SLB Sejahtera dan SLB-B Tunas Kasih dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah usia dan jenis kelamin.

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Tingkat Interaksi Sosial Berdasarkan Jenis Kelamin

pada Anak Tunarungu Usia Sekolah di SLB Sejahtera dan SLB-B Tunas

Kasih Tahun 2017

( n= 30 )

Berdasarkan jenis kelamin, dapat disimpulkan bahwa responden yang

memiliki interaksi sosial tinggi lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dengan

(58%) atau 11 responden sedangkan yang memiliki interaksi sosial rendah lebih

banyak berjenis kelamin perempuan dengan (64%) atau sebanyak 7 responden.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Yuhan (2013), dimana kecenderungan laki-laki

untuk berinteraksi dengan teman sebaya/sejawat lebih besar daripada perempuan.

Ini terlihat ketika sekumpulan anak laki-laki sedang berkumpul bersama,

umumnya lebih mudah bergaul, bermain dan kooperatif berbeda dengan anak

perempuan yang terlihat pemalu dan cenderung pasif saat sedang bermain dengan

sekumpulan anak perempuan yang lain. Hal itu terjadi karena terdapat beberapa

perbedaan atau kondisi antara laki-laki dan perempuan yang tidak bisa serta merta

digabungkan.

Kategori Pilihan Tinggi Rendah Total

Jumlah F Jumlah F Jumlah F

Interaksi

Sosial

Berdasarkan

Jenis

Kelamin

Laki-laki 11 58% 4 36% 15 50%

Perempuan 8 42% 7 64% 15 50%

Jumlah 19 100% 11 100% 30 100%

Total 30 100%

Page 64: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

53

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari 30

responden memiliki karakteristik yang berbeda diperoleh dari hasil penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Responden dalam penelitian ini berjumlah sama imbang antara laki-laki dan

perempuan masing-masing 15 responden.

2. Proporsi usia responden yang paling tinggi adalah usia 11 tahun yaitu

sebanyak 11 orang (37%)

3. Lebih dari setengahnya (63%) atau 19 responden memiliki interaksi sosial

tinggi dan kurang dari setengahnya (37%) atau 11 responden memiliki

interaksi sosial rendah.

B. Rekomendasi

Dari hasil yang tersaji dalam penelitian ini, maka peneliti menyampaikan

berbagai rekomendasi bagi pihak pihak terkait sebagai berikut:

1. Peneliti selanjutnya

Peneliti mengarapkan data yang sudah ada mengenai interaksi sosial anak

tunarungu usia sekolah dapat dimanfaatkan dan di kembangkan oleh peneliti

selanjutnya untuk melakukan penelitian yang masih berkaitan dengan interaksi

sosial serta menambahkan komponen karateristik pada responden. Peneliti

Page 65: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

54

memiliki rekomendasi judul untuk peneliti selanjutnya, yaitu gambaran

keterampilan sosial pada anak tunarungu usia sekolah.

2. Institusi Pendidikan

Diharapkan kepada dosen keperawatan yang akan melakukan penelitian agar

memanfaatkan data penelitian yang sudah didapat sebagai pengembangan

pembelajaran juga sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa keshatan, khususnya

mahasiswa keperawatan tentang keperawatan anak.

3. Tempat penelitian

Setelah mengetahui bahwa lebih dari setengahnya anak tunarungu usia

sekolah memiliki interaksi sosial tinggi, diharapkan pihak sekolah lebih

meningkatkan lagi interaksi sosial dengan cara memberikan tugas kelompok atau

memberikan permainan yang bersifat berkelompok agar anak dapat lebih

berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, contohnya memberikan tugas bermain

susun balok secara berkelompok.

Page 66: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

55

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Bambang syamsul. 2015. Psikologi Sosial. Bandung : Cv. Pustaka setia.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT

Rineka Cipta.

Asra, Sumiati. 2013. Metode Pembelajaran. Bandung : Wacana Prima.

Azwar, S. 2014. Psikologi Intelegensi. Yogyakarta : Pustaka pelajar.

Cahyaningsih, D.S 2011. Pertumbuhan Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta

: Rineka Cipta.

Gunarsa, S.D., & Gunarsa, Y.S.D 2006. Psikologi Perkembangan Anak dan

Remaja. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia.

Hidayat, A. Alimul, 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta :

Salemba Medika.

Hidayat, A.A.A. 2013. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.

Jakarta: Salemba Medika.

Marghareta Langen, (2016), Interaksi Sosial Antar-anak Tunarungu dan Anak

Tunarungu dengan „anak dengar‟, skripsi dipublikasikan

https://repository.usd.ac.id/8986/2/119114018_full.pdf (Diakses pada 04

April 2016)

Milla Febriana Tanjung, (2014), Interaksi Sosial Anak Tunarungu di SD Negeri 4

Bejen Karanganyar, skripsi dipublikasikan,

http://eprints.uny.ac.id/14348/1/SKRIPSI_Milla%20Febriana%20Tanjung

_PGSD_10108241054.pdf (Diakses pada 04 April 2017)

Murni Winarsih. 2007. Intervensi Dini Bagi Anak Tunarungu dalam Pemerolehan

Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi. Direktorat Ketenagan.

Noor, Juliansyah. 2011. Metedologi Penelitian : Skripsi, Tesis, Disertai, dan karya

ilmiah. Jakarta : Kencana

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metedologi penelitian Keperawatan.

Jakarta.

Sadja‟ah, Edja. 2005. Pendidikan Bahasa bagi Anak Gangguan Mendengar.

Jakarta : Dapartemen Pendidikan Nasional.

Page 67: GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU USIA …repository.poltekkesbdg.info/files/original/9a286cb88dfd... · 2017. 11. 13. · GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNARUNGU

56

Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismael, Sofyan. 2008. Dasar-dasar Metedologi

Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta : Sagung Seto.

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers.

Somantri, Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Refika

Aditama.

Suharmini, Tin 2009. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta : Kanwa

Publisisher.

Sunardi dan Sunaryo. 2007. Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta :

Depiknas

Tanjung, Milla Febriana. 2014. Interaksi Sosial Anak Tunarungu di SD Negeri 4

Bejen Karanganyar. Yogyakarta : Tidak di Publikasikan.

Triyani. 2013. Interaksi Sosial Anak Tunagrahita di SDN kepuhan Bantul ( SD

Inklusif ). Yogyakarta : Tidak diterbitkan.

Usman, Husaeni. 2013. Manajemen : Teori, praktik dan riset pendidikan Ed.4,

cet.1-Jakarta : Bumi Aksara.

Wong, L. Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol : 1. Edisi6.

Jakarta : EGC.