Download pdf - Fraktur Collum Femur

Transcript

Nama: Retma Rosela NurkayantyNpm: 1102011228LI.1 MM Femur dan CoxaeLO 1.1 Makroskopik Femur dan Coxae1. Coxaea. Osteo

b. Musculus

2. Femura. Osteo

b. Musculus

LO 1.2 Mikroskopik coxae dan femur

1. Tulang Spongiosaa. Terdapat pada epiphysis tulang panjangb. Terdiri dari trabecula dan spicula yang saling berhubungan dan bercabang kesegala arahc. Ruang diantara trabecula berisi sumsum tulang merahd. Matrix berlamel, pada trabecula yang tebal dapat terlihat osteon

2. Compact BoneMassa padat, terbentuk dari matrix tulang yang tersusun secara berlapis (lamellae)

DekalsifikasiPersediaan Gosok3. Osifikasia. Osfikasi Desmal1. Terjadi pada pembentukan tulang tipis: tulang tengkorak, clavicula dan sebagian mandibular2. Dimulai dengan differensiasi sel mesenchym menjadi osteoblast, sekresi matrix, terbentuk balok tulang3. Ossifikasi intra membranosa4. Tulang terbentuk dari differensiasi jaringan mesenchyme Terjadi pada tulang pipih

b. Osifikasi Endochondral1. Awal terjadi pada daerah diaphysis dari model rangka tulang rawan (pusat ossifikasi primer)2. Pada waktu umur kehamilan 12 minggu, terjadi perubahan pada tulang rawan didaerah diaphysis, berupa: hypertrophy chondrocyte kalsifikasi matrix disintegrasi chondrocyte degenerasi tulang rawan3. Zona pertumbuhan ossifikasi endochondrala. Zona IstirahatBerupa tulang rawan hialin, Tidak terlihat proliferasi sel tulang rawan atau pembentukan matrix.

b. Zona ProliferasiTerlihat pada daerah metaphysis, Tampak mitosis chondrocyte, Chondrocyte tersusun berderet-deret.

c. Zona Maturasi dan Hypertrophy ChondrocyteChondrocyte sangat membesar, sehingga matrix hanya terlihat sebagai garis diantara chondrocyte.

d. Zona KalsifikasiMatrix menjadi basophil karena kalsifikasi, Mulai tampak degenerasi chondrocyte.

e. Zona Reabsorbsi Tulang rawan dan Deposisi Tulang Pada daerah yang dekat ke diaphysis, Tampak daerah tulang rawan yang hancur diisi oleh sel periosteum dan jaringan bervascular.

LO 1.3 Kinesiologi 1. Articulatio CoxaeTulang : antara caput femoris dan AcetabulumJenis Sendi: enarthrosis spheroideaPenguat Sendi: terdapat pada tulang rawan facies lunta

2. Articulatio Genus

LI 2. MM FraktukLO 2.1 Definisi 1. Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma. Fraktur digolongkan sesuai jenis dan arah garis fraktur.2. Fraktur adalah putusnya hubungan suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan (E. Oerswari, 1989 : 144).3. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulangrawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.4. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur dapat terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsi.LO 2.2 EtiologiMenurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:1. Cedera TraumatikCedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehinggatulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan frakturmelintang dan kerusakan pada kulit di atasnya.b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasibenturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkanfraktur klavikula.c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yangkuat.2. Fraktur PatalogikDalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) :a. pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif.b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.3. Secara Spontana. Disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.

LO 2.3 KlasifikasiMenurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut :1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst).2. Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :a. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang).b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang).3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :a. Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan).b. Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan).c. Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan tempatnya misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya).4. Berdasarkan posisi fragmen :a. Undisplaced (tidak bergeser) / garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser.b. Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur5. Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar :a. Tertutupb. Terbuka (adanya perlukaan dikulit).Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi6. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma :a. Garis patah melintang.b. Oblik / miring.c. Spiral / melingkari tulang.d. Kompresie. Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya. Missal pada patela.7. Berdasarkan kedudukan tulangnya :a. Tidak adanya dislokasi.b. Adanya dislokasi1. At axim : membentuk sudut.2. At lotus : fragmen tulang berjauhan.3. At longitudinal : berjauhan memanjang.4. At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.

LO 2.4 Manifestsi klinis1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.2. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.

1. DeformitasDaya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :a. Rotasi pemendekan tulang.b. Penekanan tulang.2. BengkakEdema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.3. Echimosis dari perdarahan Subculaneous.4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.5. Tenderness / keempukan.6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur didaerah yang berdekatan.7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya syaraf/perdarahan).8. Pergerakan abnormal.9. Dari hilangnya darah.10. Krepitasi

LI 3. MM Fraktur FemurLO 3.1 Definisi1. Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yangdapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentuseperti degenerasi tulang/osteoporosis (Long, 1985). 2. Fraktur femur adalahterputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung(kecelakaan lalu lintas dan jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan dapat mengakibatkan pendertia jatuh dalamkondisi atau keadaan syok (FKUI, 1995:543).3. Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.

LO 3.2 Klasifikasi1. Fraktur Collum Femur Fraktur collum femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebihsering pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibatkombinasi proses penuaan dan osteoporosis pasca menopause. Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung, yaitu misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan olehtrauma tidak langsung, yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak daritungkai bawah.2. Fraktur collum femur sendiri dibagi dalam dua tipe, yaitu:a. Fraktur intrakapsuler b. Fraktur extrakapsuler

1

2

3. Fraktur Subtrochanter Femur Fraktur subtrochanter femur merupakan fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter minor. Fraktur ini dapat diklasifikasikankembali berdasarkan posisi garis patahnya, yaitu:a. tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor b. tipe 2 : garis patah berada 1-2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor c. tipe 3 : garis patah berada 2-3 inch di bawah dari batas atas trochanter minor 4. Fraktur Batang Femur Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibatkecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian. Patah tulang yang terjadi pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dandapat mengakibatkan penderita jatuh dalam kondisi syok. salah satuklasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang patah.d)Fraktur Femur Supracondyler Fraktur ini relatif lebih jarang dibandingkan fraktur batang femur. Sepertihalnya fraktur batang femur, fraktur suprakondiler dapat dikelola secara konservatif dengan traksi skeletal dengan lutut dalam posisi fleksi 90 derajat..Fraktur supracondyler pada fragmen bagian distal selalu terjadi dislokasike arah posterior. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan dariotototot gastroknemius. Biasanya fraktur supracondyler ini disebabkanoleh trauma langsung karena kecepatan tinggi sehingga terjadi gaya axialdan stress valgus atau varus dan disertai gaya rotasi.5. Fraktur Femur Intercondyler Fraktur ini juga relatif jarang dan biasanya terjadi sebagai akibat jatuhdengan lutut dalam keadaaan fleksi dari ketinggian. Permukaan belakang patella yang berbentuk baji , melesak ke dalam sendi lutut dan mengganjaldi antara kedua kondilus dan salah satu atau keduanya retak. Pada bagian proksimal kemungkinan terdapat komponen melintang sehingga didapatifraktur dengan garis fraktur berbentuk seperti huruf T atau Y.

LO 3.3 Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan pergeseran akan menyebabkan deformitasyaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal sedangkan pada fraktur tanpa pergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan jumlah pergeseran fraktur yang terjadi, kebanyakan pasienakan mengeluhkan nyeri bila mendapat pembebanan, nyeri tekan di inguinal dan nyeri bila pinggul digerakkan.a. Inspeksi (look)b. Palpasi (feel)c. Gerakan (moving)

A. Inspeksi / look

Pada pemeriksaan fisik mula-mula dilakukan inspeksi dan terlihat adanya asimetris pada kontur atau postur, pembengkakan, dan perubahan warna local. Pasien merasa kesakitan, mencoba melindungi anggota badannya yang patah, terdapat pembengkakan, perubahan bentuk berupa bengkok, terputar, pemendekan, dan juga terdapat gerakan yang tidak normal. Adanya luka kulit, laserasi atau abrasi, dan perubahan warna di bagian distal luka meningkatkan kecurigaan adanya fraktur terbuka. Pasien diinstruksikan untuk menggerakkan bagian distal lesi, bandingkan dengan sisi yang sehat.

B. Palpasi / feel

Nyeri yang secara subyektif dinyatakan dalam anamnesis, didapat juga secara objektif pada palpasi. Nyeri itu berupa nyeri tekan yang sifatnya sirkuler dan nyeri tekan sumbu pada waktu menekan atau menarik dengan hati-hati anggota badan yang patah searah dengan sumbunya. Keempat sifat nyeri ini didapatkan pada lokalisasi yang tepat sama.

Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa. Lakukan palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi. Neurovaskularisasi yang perlu diperhatikan pada bagian distal fraktur diantaranya, pulsasi arteri, warna kulit, pengembalian cairan kapiler (capillary refill test), sensibilitas.

Palpasi harus dilakukan di sekitar lesi untuk melihat apakah ada nyeri tekan, gerakan abnormal, kontinuitas tulang, dan krepitasi. Juga untuk mengetahui status vaskuler di bagian distal lesi. Keadaan vaskuler ini dapat diperoleh dengan memeriksa warna kulit dan suhu di distal fraktur. Pada tes gerakan, yang digerakkan adalah sendinya. Jika ada keluhan, mungkin sudah terjadi perluasan fraktur.

C. Gerakan / moving

Gerakan antar fragmen harus dihindari pada pemeriksaan karena menimbulkan nyeri dan mengakibatkan cedera jaringan. Pemeriksaan gerak persendian secara aktif termasuk dalam pemeriksaan rutin fraktur. Gerakan sendi terbatas karena nyeri, akibat fungsi terganggu (Loss of function)

2. Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigaifraktur, harus mengikuti aturan role of twob. Pemeriksaan laboratoriumc. Bone Scanningd. Magnetic Resonance Imaging (MRI)5. Pemeriksaan arteriografi

e. Pemeriksaan rontgen: Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis frakturf. Scan tulang, tomogram, CT-scan/ MRI: Memperlihatkan frakur dan mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunakg. Pemeriksaan darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (pendarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel), Peningkatan Sel darah putih adalah respon stres normal setelah trauma.h. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal

LO 3.4 Diagnosis1. Anamnesis : pada penderita didapatkan riwayat trauma ataupun cedera dengan keluhan bagian dari tungkai tidak dapat digerakkan2. Pemeriksaan fisik :a. Look : Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera terbukab. Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahanc. Movement :Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi sendi dibagian distal cedera.3. Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan dengan sinar x harus dilakukan dengan 2 proyeksi yaitu anterior posterior dan lateral, kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera pada lebih dari satu tingkat karena itu bila ada fraktur pada kalkaneus atau femur perlu juga diambil foto sinar x pada pelvis dan tulang belakang.

LO 3.5 Komplikasi1. Perdarahan, dapat menimbulkan kolaps kardiovaskuler. Hal ini dapatdikoreksi dengan transfusi darah yang memadai2. Infeksi, terutama jika luka terkontaminasi dan debridemen tidak memadai.3. Non-union, lazim terjadi pada fraktur pertengahan batang femur,trauma kecepatan tinggi dan fraktur dengan interposisi jaringan lunak diantara fragmen. Fraktur yang tidak menyatu memerlukan bone graftingdan fiksasi interna.4. Malunion, disebabkan oleh abduktor dan aduktor yang bekerja tanpaaksi antagonis pada fragmen atas untuk abduktor dan fragmen distaluntuk aduktor.5. Trauma arteri dan saraf, namu ini jarang terjadi (Djuantoro, 1997).

LO 3.6 PenatalaksanaanEmpat prinsip penanganan fraktur menurut Chaeruddin Rasjad tahun 1988,adalah:1. Recognition: mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis, pemeriksaan klinik dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan: lokasi, bentuk fraktur, menentukan teknnik yang sesuai untuk pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan.2. Reduction: reduksi fraktur apabila perlu, restorasi fragment fraktur sehingga didapat posisi yang dapat diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan, deformitas serta perubahan osteoartritis dikemudian hari. Posisi yang baik adalah: alignment yang sempurna dan aposisi yang sempurna. Fraktur yang tidak memerlukan reduksi seperti fraktur klavikula, iga, fraktur impaksi dari humerus, angulasi 3. Retention, immobilisasi fraktur: mempertahankan posisi reduksi dan memfasilitasi union sehingga terjadi penyatuan, immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna meliputi pembalut gips, bidai, traksi, dan fiksasi interna meliputi inplan logam seperti screw.4. Rehabilitation : mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.

Tipe Cedera dan Kelompok PasienTerapi

1. Fraktur nondisplaced kolum femurInternal fiksasi dengan multiple pins atauskrew

2. Fraktur displaced kolum femur pada pasien usia muda dengan tulang normalEmergent, Open reduksi dan internal fiksasi dengan multiple pins atau skrew, simultan dengan kapsulotomi

3. Fraktur displaced kolum femur pada pasien usia tua dengan densitas tulang baik dan butuh pengembalian fungsiUrgent, Open reduksi dan internal fiksasi dengan multiple pins atau skrew, simultandengan kapsulotomi

4. Fraktur displaced kolum femur pada pasien usia tua dengan densitas tulang yang burukHemiartroplasti unipolar vs hemiartroplasti bipolar

5. Fraktur displaced kolum femur pada pasien yang tidak bisa bergerakTerapi nonoperatif dengan mempertimbangkan dilakukan hemiartroplasti unipolar jika belum mendapatkan kenyamanan setelah beberapa hari perawatan rutin

6. Fraktur intertrokanter stabil dan tak stabilReduksi terbuka atau tertutup dan fiksasi dengan sliding hip screw

7. Fraktur intertrokanter oblikIntramedular hip screw atau reduksi terbuka dan fiksasi dengan membentuk sudut 95derajat,

1. Tatalaksana pertama Fraktur tertutup- Perhatikan keadaan umum pasien,kalau syok berikan RL atau NaCl0,9%- Untuk mengurangi rasa nyeripasang spalk pada daerah yangfaraktur kemudian diinggikan- Pemasangan spalk harus melewati2 buah sendi- Kalau nyeri sekali berikan obatanalgetik - Buat rontgen foto minimal 2 posisi- Konsulkan2. Tatalaksana pertama Frakturterbuka- Pasang IVFD RL/NaCl- Pasang spalk dan tinggikan- Beikan obat analgetik akalunyeri sekali- Pada frakturnya perhatikanperdarahan dan gangguanneurovaskularisasi bagiandistal/acral/ujung- Berikan ATS profilak : ATS1500 unit untuk dewasa, anatseparuhnya . TAT 0,5 cc- Berikan Antibiotik dosis tinggi- Buat Rontgen foto pada daerahyang fraktur- Konsulkan

LO 3.7 Prognosis1. Fase Peradangan :Pada saat fraktur ada fase penjendalan dan nekrotik di ujung atau sekitar fragmenfraktur, proses peradangan akut faktor eksudasi dan cairan yang kaya protein inimerangsang lekosit PMN dan Makrofag yang fungsinya fagositosis jendalan darahdan jaringan nekrotik 2. Fase Proliferasi :Akibat jendalan darah 1 2 hari terbentuk fibrin yang menempel pada ujung ujungfragmen fraktur, dimana fibrin ini berfungsi sebagai anyaman untuk perlekatan sel sel yang baru tumbuh sehingga terjadi neovaskularisasi dan terbentuk jaringangranulasi atau procallus yang semakin lama semakin memadat sehingga terjadifibrocartilago callus yabg bertambah banyak dan terbentuklah permanen callus yangtergantung banyak atau sedikitnya celah pada fraktur.3. Fase RemodellingPermanen callus diserap dan diganti dengan jaringan tulang sedangkan sisanyadireabsorbsi sesuai dengan bentuk dan anatomis semula