Download ppt - FINDHA KEJANG

Transcript

Kejang tonik : peningkatan tonus / kekakuan.

Kejang klonik : kontraksi & relaksasi otot secara ritmik.

KEJANG

Manifestasi klinis khas yang berlangsung secara intermitten dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik dan atau otonom yg disebabkan oleh lepasnya muatan listrik di neuron otak

Perbedaan antara kejang dan serangan yang menyerupai kejang Keadaan Kejang Menyerupai kejang

OnsetLama seranganKesadaranSianosisGerakan ekstremitasStereotipik serangan Lidah tergigit atau luka lainGerakan abnormal bola mataFleksi pasif ekstremitasDapat diprovokasiTahan terhadap gerakan pasifBingung pasca seranganIktal EEG abnormalPasca iktal EEG abnormal

Tiba-tibaDetik/ menitSering tergangguSeringSinkronSelaluSeringSelaluGerakan tetap adaJarangJarangHampir selaluSelaluSelalu

Mungkin gradualBeberapa menitJarang tergangguJarangAsinkronJarangSangat jarangJarangGerakan hilangHampir selaluSelaluTidak pernahHampir tidak pernahjarang

Kejang demam sederhana Gangguan metabolik:

Infeksi :•Infeksi intrakranial:meningitis, ensefalitis •ShigelosisKeracunan :•Alkohol•Teofilin•KokainLain- lain: •Ensefalopati hipertensi•Tumor otak•Perdarahan intrakranial•Idiopatik

•Hipoglikemia•Hiponatremia•Hipoksemia•Hipokalsemia•Gangguan elektrolit atau dehidrasi•Defisiensi piridoksin•Gagal ginjal•Gagal hati•Gangguan metabolik bawaanPenghentian OAETrauma kepala :•Trauma langsung•Luka goncangan

7

KEJANG

PANAS (+)

Proses Intra kranial (+) Proses Intra kranial (-)

•Meningitis

•Ensefalitis

•Abses

Kejang Demam

PANAS (-)

EPILEPSI Non Epilepsi

•Tumor

•Perdarahan

•Ensefalopati

•Kel. Kongenital Diagnosis Banding•Breath Holding Spell•Sinkop•Migren•TIC &Masturbasi•Gangguan Tidur

Klasifikasi kejang

I . Kejang parsial(fokal,lokal)A. Kejang fokal sederhana B. Kejang parsial kompleksC. Kejang parsial yang menjadi umum

II. Kejang umum A. AbsensB. MioklonikC. KlonikD. TonikE. Tonik-klonikF. Atonik

III. Tidak dapat diklasifikasiSumber : the commision on clasification and terminologi of the ILAE . Proposal for Revised clinical and elektroencephalographic classification of epileptic seizures 1981

PERMASALAHAN

MANIFESTASI KLINIS KEADAAN POSTIKTA

L

KEJANG PARSIAL SEDERHANA•Dengan gejala motorik Jacksonian

•Bangkitan motorik lainnya

•Gerakan tonik & kemudian klonik yang dimulai secara unilateral pada tangan, kaki, atau wajah, dan selanjutnya menyebar ke bagian tubuh lainnya pada sisi yang sama

•Gerakan memalingkan kepala & mata ke salah satu sisi tubuh atau gerakan tonik & klonik pada lengan atau tungkai tanpa disertai penyebaran Jacksonian

Kesadaran normal

Kesadaran normal

•Dengan gejala sensorik

Mati rasa, kesemutan; halusinasi visual, auditorius, atau olfaktorius yang sederhana seperti kilatan cahaya, bunyi berdenging, atau bau tertentu

Kesadaran normal

•Dengan gejala otonom

“Perasaan aneh” pada epigastrium, nausea, pucat, flushing, kepala terasa ringan

Kesadaran normal

•Dengan gejala psikiatrik

Rasa cemas atau takut; perasaan familiaritas (deja vu) atau unrealitas; keadaan bermimpi; rasa takut atau amarah; pengalaman kilas balik; halusinasi yang lebih kompleks

Kesadaran normal

PERMASALAHAN

MANIFESTASI KLINIS KEADAAN POSTIKTAL

KEJANG PARSIAL KOMPLEKS•Dapat dimulai dengan kejang parsial sederhana atau dengan kesadaran terganggu. Dapat terjadi automatisme.

•Kejang dapat dimulai dengan gejala otonom atau psikis atau tanpa gejala tersebut.•Kesadarannya terganggu dan pasien tampak bingung•Otomatisme meliputi perilaku motorik yang spontan seperti gerakan mengunyah, mengecap-ngecap bibir, berjalan mondar-mandir, & membuka kancing baju; juga bisa terdapat perilaku yang lebih kompleks dan terampil seperti mengemudikan mobil

Pasien dapat mengingat gejala autonom atau psikis pendahuluan (yang kemudian diberi istilah aura), tetapi mengalami amnesia sisa kejang. Dapat terjadi kebingungan & sakit kepala yang terjadi sementara

KEJANG PARSIAL YANG MENJADI UMUM•Kejang parsial yang menjadi umum

Kejang parsial yang menjadi umum menyerupai kejang tonik – klonik. Sayangnya pasien tidak dapat mengingat awitan (onset ) fokal & orang yang menyaksikannya mungkin mengabaikannya

Sama seperti kejang tonik.

epidemiologi

KEJANG DEMAM

• Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Arif Mansjoer. 2000)

PREVALENSI

Sering ditemukan pada anak Terjadi pada ~ 10% anak Kurang dari 1/3 kejang yang terjadi

pada anak disebabkan epilepsi Insidens kejang seumur hidup kurang

dari 3%, dengan setengah dari kejadian tsb berawal dari masa kanak-kanak

EPIDEMIOLOGI

Kejang demam terjadi pada 2%-4% dari populasi anak 6 bulan-5tahun

80% = kejang sedehana20% = kejang kompleks

8% berlangsung lama (> 15mnt) Pada 16% berulang dalam 24 jam pada umur 17-23

bulan Anak laki-laki lebih sering mengalami kejang

demam Kejang demam sederhana yang pertama <12bln =

kejang demam kedua = 50% Kejang demam sederhana yang pertama >12bln =

kejang demam kedua = 30% Setelah kejang demam pertama, 2-4% anak akan

berkembang mejadi epilepsi dan ini 4x risikonya dibandingkan dengan populasi umum.

FAKTOR PENCETUS

Demam tinggi Infeksi Sinkop Trauma kapitis Hipoksia Toksin Aritmia kordis

FAKTOR RESIKO• Anak yang menderita kejang demam mungkin

berkembang menjadi penderita epilepsi. • Penelitian yang dilakukan oleh The American National

Collaborative Perinatal Project mengidentifikasi 3 faktor resiko, yaitu :– Adanya riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara

kandung – Terdapat kelainan neurologis sebelum KD pertama– Kejang demam bersifat kompleks (berlangsung lama atau

fokal, atau multipel selama 1 hari• Bila memiliki salah satu faktor resiko diatas

kemungkinan menjadi epilepsi adalah 2%. • Bila terdapat 2 atau lebih kemungkinan menjadi

epilepsi adalah 10% . • Bila tanpa faktor resiko diatas kemungkinannya

adalah 1,6%.

KLASIFIKASI

• Kejang Demam Sederhana, yaitu kejang menyeluruh yang berlangsung kurang dari 15 menit dan tidak berulang dalam 24 jam.

• Kejang Demam Kompleks, yaitu kejang pada salah satu lengan/tungkai saja (kejang fokal) yang berlangsung ≥15 menit, dan berulang dalam 1 hari atau selama demam berlangsung.

KLASIFIKASIMenurut sub bagian syaraf anak FK-UI membagi tiga jenis kejang demam, yaitu :

1. Kejang demam kompleks

Diagnosisnya :– Umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun– Kejang berlangsung lebih dari 15 menit– Kejang bersifat fokal/multipel– Didapatkan kelainan neurologis– EEG abnormal– Frekuensi kejang lebih dari 3 kali / tahun– Temperatur kurang dari 39 derajat celcius

2. Kejang demam sederhana

Diagnosisnya :– Kejadiannya antara umur 6 bulan sampai dengan 5 tahun– Serangan kejang kurang dari 15 menit atau singkat– Kejang bersifat umum (tonik/klonik)– Tidak didapatkan kelainan neurologis sebelum dan sesudah kejang– Frekuensi kejang kurang dari 3 kali / tahun– Temperatur lebih dari 39 derajat celcius

3. Kejang demam berulang

Diagnosisnya :– Kejang demam timbul pada lebih dari satu episode demam

(Soetomenggolo, 1995)

FASE-FASE KEJANG DEMAM

1. Fase prodromalPerubahan alam perasaan atau tingkah laku yang mungkin mengawali kejang beberapa jam/ hari.

2. Fase iktalMerupakan aktivitas kejang yag biasanya terjadi gangguan muskulosketal.

3. Fase postiktalPeriode waktu dari kekacauan mental atau somnolen, peka rangsang yang terjadi setelah kejang tersebut.

4. Fase auraMerupakan awal dari munculnya aktivitas kejang, yang biasanya berupa gangguan penglihatan dan pendengaran.

MANIFESTASI KLINIS

• Subtle (samar) : kedipan mata, gerakan seperti mengayuh, apnea lebih dari 20 detik dengan detak jantung normal, tangisan melengking, mulut seperti mengunyah/ menghisap

• Tonik (fokal dan general) : gerakan tonik seluruh ekstremitas, fleksi ekstremitas atas disertai ekstensi ekstremitas bawah

• Klonik (fokal dan multifokal) Fokal : gerakan ritmis, pelan, menghentak klonik. Multifokal : gerakan klonik beralih dari ekstremitas yang satu ke ekstremits yang lain tanpa pola spesifik.

• Mioklonik (fokal, multifokal, general) : gerakan menghentak multipel dari ekstremitas atas dan bawah.

Gejala Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh

yang tejradi secara tiba-tiba) Kejang tonik-klonik atau grand mal Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir

selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam)

Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik)

Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit)

Lidah atau pipinya tergigit Gigi atau rahangnya terkatup rapat inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar

kesadarannya) Gangguan pernafasan Apneu (henti nafas) Kulitnya kebiruan.

Gejala setelah Kejang

akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama 1 jam atau lebih

terjadi amnesia (tidak ingat apa yang telah terjadi) - sakit kepala

mengantuk linglung (sementara dan sifatnya

ringan).

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS Anamnesis: Biasanya didapatkan riwayat kejang demam pada anggota keluarga yang lainnya (ayah, ibu, atau saudara kandung).

Pemeriksaan Neurologis : tidak didapatkan kelainan.

Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan rutin tidak dianjurkan, kecuali untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab (darah tepi, elektrolit, dan gula darah).

Pemeriksaan Radiologi : X-ray kepala, CT scan kepala atau MRI tidak rutin dan hanya dikerjakan atas indikasi.

komplikata pada anak usia > 6 tahun atau kejang demam fokal.

Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) : tindakan pungsi lumbal untuk pemeriksaan CSS dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil, klinis meningitis tidak jelas, maka tindakan pungsi lumbal dikerjakan dengan ketentuan sebagai berikut :1. Bayi < 12 bulan : diharuskan.2. Bayi antara 12 – 18 bulan : dianjurkan.3. Bayi > 18 bulan : tidak rutin, kecuali bila ada tanda-tanda meningitis.

Pemeriksaan Elektro Ensefalografi (EEG) : tidak direkomendasikan, kecuali pada kejang demam yang tidak khas (misalnya kejang demam

KOMPLIKASI

1. Kerusakan sel otak2. Penurunan IQ pada kejang demam

yang berlangsung lama lebih dari 15 menit dan bersifat unilateral

3. Kelumpuhan (Lumbantobing,1989)

TATA LAKSANA

Mengatasi kejang secepat mungkin :• Semua pakaian yang ketat dibuka • Kepala sebaiknya miring ≠ aspirasi isi

lambung• Jalan nafas yang bebas agar oksigenasi

terjamin– Berikan sesuatu benda yang bisa digigit seperti

kain mencegah tergigitnya lidah atau tertutupnya jalan nafas.

• Suhu penderita meninggi, dapat dilakukan kompres dengan es atau dapat juga diberi obat penurun panas/antipiretik.

TATA LAKSANA

Tata laksana kejang tonik klonik yg lbh dr 5 mnt : menghentikan kejang dan mencegah terjadinya status epileptikus

- Fase akut – penghentian kejang- Pengobatan jangka panjang

Penatalaksanaan

Penanganan Kejang

PENGOBATAN JANGKA PANJANG Selalu dimulai dengan 1 jenis obat. Dosis dinaikkan dengan titrasi,

sampai tercapai dosis terapeutik. Jika dengan dosis maksimal, tdk jg

terkontrol, pertimbangkan kombinasi terapi dengan OAE lainnya.

Jika kejang terkontrol, pertimbangkan penurunan OAE pertama dahulu

PROGNOSA

Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosa baik dan tidak menyebabkan kematian.

Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi : Kejang demam berulang Epilepsi Kelainan motorik Gangguan mental dan belajar

TIPS MENGHADAPI ANAK KEJANG1. Usahakan jangan panik.2. Apabila anak berada dalam posisi

telentang,miringkan anak ke salah satu sisi tubuhnya.

3. Ketahui dengan pasti apakah anak sedang mengalami kejang atautidak.

4. Jangan memberikan minuman apapun saat anak kejang untuk menghindari cairan masuk ke dalam paru-paru.

5. Gunakan obat pertolongan pertama pada kejang melalui duburnya, jika punya (mintalah padadokter untuk persediaan).

6. Segera bawa berobat ke fasilitas pelayanan terdekat.