Transcript

1

VOLUME EKSPOR FURNITURE KOTA SURAKARTA

BERDASARKAN PENERBITAN SURAT KETERANGAN

ASAL (SKA) FORM D PADA TAHUN 2009

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Persyaratan Guna

Mencapai Gelar Ahli Madya Pada Program D-3 Bisnis Internasional

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

Dian Marwahdani

Nim : F 3107060

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

2

3

4

HALAMAN MOTTO

“Bila kamu ingin senang di dunia maka harus dengan ilmu, bila ingin

senang di akhirat maka harus dengan ilmu, dan bila ingin senang pada

kedua-duanya maka harus dengan ilmu”

(Hadist)

“kalian adalah pemimpin dan kalian bertanggung jawab atas

kepemimpinan itu. Iman adalah pemimpin ia bertanggung jawab atas

kepemimpinannya. Seorang wanita pemimpin di rumah suaminya dan

bertanggung jawab atas kepemimpinannya”

(Al- Hadist Muttafag)

“Kepercayaan diri dan berani mulai dari nol adalah pondasi yang harus

dibangun dari dalam diri”

“Jadikan usaha dan doa sebagai tangga yang akan mengantar kita

kepada kesuksesan”

“Sesungguhnya dimana ada kesulitan, disitu ada kelapangan”

(Al- Insyirah : 5)

“Tutur kata yang baik dan pemaaf, lebih baik dari pada sedekah yang

diiringi dengan menyinggung perasaan. Allah Maha kaya dan penyangtun”

(Al- Baqarah : 263)

5

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini aku persembahkan

untuk:

v Tuhan Yang Maha Esa Allah

SWT

v Ayah dan Bundaku tercinta

v Kakakku dan Adikku tersayang

v Penyemangat hidupku yang

selalu sabar dan ada di kala aku

senang dan sedih, dan tulus

menyayangiku M Tony Arinof

v Sahabat-sahabatku yang selalu

mendukungku

6

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas karunia, dan

ridho-Nya yang telah memberikan kekuatan lahir dan batin sehingga

Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “VOLUME

EKSPOR FURNITURE KOTA SURAKARTA BERDASARKAN

PENERBITAN SURAT KETERANGAN ASAL (SKA) FORM D PADA

TAHUN 2009 (Studi Kasus Pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kota Surakarta)” dengan lancar.

Penyusunan Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk melengkapi

persyaratan guna memperoleh gelar Ahli madya dalam bidang ekonomi

dengan spesialis pada jurusan Bisnis Intenasional, Fakultas Ekonomi,

Universitas Sebelas maret Surakarta.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tidak

terhingga kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak

langsung telah membantu hingga tersusunnya Tugas Akhir ini, khususnya

kepada:

1. Bapak Drs. Hari Murti, selaku Ketua Program Diploma III Bisnis

Internasional Fakultas Ekonomi Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Mulyadi.SE, selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji

yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga pikiran untuk

membimbing penulis dengan kesabaran dan memberikan pengarahan

yang sangat berharga bagi penulis.

7

3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan ilmu, serta mengajari dan

membimbing Penulis sehingga dapat menjadi bekal bagi Penulis dalam

penulisan Tugas Akhir ini dan semoga dapat Penulis amalkan dalam

kehidupan masa depan Penulis.

4. Kepala Bagian Perdagangan Luar Negeri yang telah memberikan ijin

penulis untuk magang kerja serta mencar data yang diperlukan oleh

penulis.

5. Staff Dinas Perindustrian dan Perdagangan Luar Negeri Kota

Surakarta yang telah meluangkan waktu dan memberikan informasi

yang penulis perlukan.

6. Bapak Sudijono, SH, yang telah memberikan kritik dan saran

membangun dan bermanfaat bagi penulis.

7. Ibu Dra. Mastuti,lum yang memberikan kesempatan bagi kami untuk

magang di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta.

8. Kepada Mbak Yayuk terima kasih atas bimbingan dan bantuannya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

9. Kedua orang tuaku yang telah memberikan dukungan dan semangat

serta do'a-do'anya yang sangat berarti buatku.

10. Muhammad Tony Arinof yang aku sayang, makasih sudah mau

mengantarkan dan menemaniku kemanapun aku pergi.

11. Buat sahabatku yang lain, Herwarih dan anak-anak Bisnis

Internasional angkatan 2007 thank's for everything.

8

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh

dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat

membangun dari berbagai pihak penulis harapkan demi kesempurnaan

penulisan Tugas Akhir ini. Dan semoga penulisan Tugas Akhir ini dapat

memberi sumbangan untuk semuanya, walaupun betapa kecilnya akan

mempunyai manfaat yang besar. Amin.

Surakarta, 2010

Penulis

9

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN ABSTRAKSI ....................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv

HALAMAN MOTTO .............................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR .......................................................... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ....................................................................... x

HALAMAN DAFTAR TABEL ................................................................ xiii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ............................................................ xiv

HALAMAN GAMBAR GRAFIK ............................................................. xv

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ......................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Perumusan masalah .......................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................... 6

D. Kegunaan Penelitian ......................................................... 7

E. Metode Penelitian .............................................................. 8

10

BAB II Landasan Teori ..................................................................... 13

A. Pengertian Ekspor ............................................................. 13

B. Prosedur Ekspor ................................................................ 14

C. Dokumen Ekspor ............................................................... 21

D. Pengertian Surat Keterangan Asal .................................... 27

E. Skema Surat Keterangan Asal .......................................... 28

F. Jenis Surat Keterangan Asal ............................................. 30

G. Manfaat dari Surat Keterangan Asal.................................. 39

H. Verifikasi Surat Keterangan Asal ....................................... 40

I. Pengertian Surat Keterangan Asal Form D ....................... 41

J. Prosedur Penerbitan Surat Keterangan Asal ..................... 42

K. Pengertian Common Effective Tariff (CEPT) dan AFTA .... 45

BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..... 51

A. Deskripsi Obyek Penelitian dan Pembahasan ................... 51

1). Sejarah berdirinya Kantor DISPERINDAG Kota

Surakarta ................................................................... 51

2). Lokasi DISPERINDAG kota Surakarta ...................... 52

3). Kedudukan Tugas Pokok dan Fungsi dari

DISPERINDAG Surakarta ......................................... 53

4). Susunan Organisasi DISPERINDAG Surakarta ........ 55

5). Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan Struktural

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta. 60

11

6). Tata Cara kerja kepegawaian kantor DISPERINDAG

kota Surakarta .......................................................... 67

7). Kepegawaian kantor DISPERINDAG

kota Surakarta .......................................................... 69

8). Visi dan Misi DISPERINDAG Kota Surakarta ............ 70

B. Pembahasan ..................................................................... 71

1). Volume Ekspor Produk Furniture Surakarta ke

negara ASEAN pada tahun 2009 .............................. 71

2). Hambatan yang muncul dalam ekspor produk

furniture Ke Negara ASEAN ...................................... 82

3). Upaya apa saja yang dilakukan oleh DISPERINDAG

Kota Surakarta untuk meningkatkan ekspor produk

furniture ke negara ASEAN ....................................... 85

BAB IV PENUTUP ............................................................................... 89

A. Kesimpulan ........................................................................ 89

B. Saran ................................................................................. 90

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 92

LAMPIRAN ............................................................................. 94

12

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Realisasi Jumlah SKA Form D yang dikeluarkan

oleh DISPERINDAG Surakarta Pada tahun 2009 ........... 73

Tabel 3.2 Data Realisasi Ekspor Furniture Kota Surakarta ke

Negara ASEAN dengan menggunakan Form D Pada

Tahun 2009 ..................................................................... 77

13

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Alur Prosedur Ekspor ....................................... 20

Gambar 3.1 Bagan Organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kota Surakarta .................................................................... 59

14

GAMBAR GRAFIK

Gambar 4.1 Grafik Realisasi Jumlah SKA Form D yang

dikeluarkan oleh DISPERINDAG Kota Surakarta Pada

Tahun 2009 .................................................................. 73

Gambar 4.2 Grafik Volume Ekspor Furniture Kota Surakarta

Th 2009........................................................................ 77

Gambar 4.3 Grafik Nilai FOB Furniture Kota Surakarta Th 2009 ..... 78

Gambar 4.4 Grafik Jumlah SKA Form D Produk Furniture

yang dikeluarkan oleh DISPERINDAG Kota Surakarta

Th 2009........................................................................ 78

15

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Pernyataan pembuatan Tugas Akhir

2. Surat Keterangan Magang dari Dinas Perindustrian dan

Perdagangan (DISPERINDAG)

3. Surat Keterangan Asal (SKA) Form D

4. Dokumen Nota Pelayanan Ekspor (NPE)

5. Dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

6. Lembar Lanjutan PEB

7. Dokumen Bill of Lading (B/L)

8. Dokumen Invoice

9. Dokumen Packing List

10. Pernyataan Produsen

11. Struktur biaya per unit

16

ABSTRAK

Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui volume

ekspor produk furniture kota Surakarta ke negara ASEAN pada tahun

2009, mengetahui hambatan yang muncul dalam ekspor produk furniture

ke Negara ASEAN, dan mengetahui upaya yang dilakukan oleh

DISPERINDAG Kota Surakarta untuk meningkatkan ekspor produk

furniture ke ASEAN.

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Data yang

digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data yang terkumpul

kemudian dilakukan analisis secara deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2009 SKA Form

D yang sudah dikeluarkan DISPERINDAG untuk produk furniture yang

diekspor ke ASEAN sebanyak 2564 set. Ekspor furniture pada tahun 2009

mengalami penurunan dilihat dari volume ekspor yakni sejumlah

602.631,59 kg dan nilai FOB sejumlah US$ 930.942,92. Penurunan

tersebut terjadi karena terkena dampak dari Krisis Global dan adanya

hambatan-hambatan yang muncul. Hambatan tersebut diantaranya

hambatan bagi eksportir yaitu waktu dan kurangnya SDM dan hambatan

untuk mengekspor furniture ke ASEAN yaitu faktor cuaca, kurangnya

modal, masih menggunakan teknologi yang tradisional.

Saran yang dapat diberikan adalah Dinas Perindustrian dan

Perdagangan hendaknya lebih meningkatkan kualitas SDM yang ada di

disperindag untuk menunjang pelayanan ekspor.

Kata Kunci : Volume Ekspor, Furniture Kota Surakarta,SKA Form D.

ABSTRACT

17

The aim of this final task was to find out volume of export furniture

product in Surakarta to Asean nation in 2009, find out the resistance that

will appear in export activity and to find out effort from Disperindag

Surakarta for increasing the export of furniture product to Asean nation.

The research method used case study. The data used primary data

and secondary data. Then collecting data to do analysis with qualitative

descriptive.

The research result can be conclusion, in 2009 SKA form D that

already produce by DISPERINDAG for the furniture product to export to

the Asean nation about 2564 set. Furniture export in 2009 lost ground look

at the volume of export amount 602.631,59 kg and FOB value amount

US$ 930.942,92. That lost ground was happened because influence by

crisis global effect and the resistance that will appear. That resistance

among are the resistance for exportir that is time and less of human

resources and resistance to export the furniture to Asean nation that is

weather factor, less in capital, and still use the traditional technologi.

Suggestion that can be given to industrial and commerce

department Surakarta is it should increasing the quality of human

resources inside the department to support more effectively serving the

export activity.

Keyword : export volume, Surakarta’s furniture, SKA form D

18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Distribusi kekayaan alam di dunia ini tidak merata. Apalagi

kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi masing-masing negara

tidaklah sama. Ada satu negara tidak memiliki sumber daya alam yang

melimpah tetapi memiliki kemampuan teknologi serta sumber daya

manusia yang tinggi. Disisi lain terdapat negara-negara sumber daya alam

yang melimpah, tetapi memiliki keterbatasan dalam bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi serta sumber daya manusianya yang rendah.

Kondisi diatas menyebabkan usaha manusia yang terkumpul didalam

negara-negara modern untuk senantiasa memenuhi kebutuhan hidupnya

yang tidak tersedia di negaranya dengan melakukan interaksi dengan

manusia lain di negara yang berbeda dengan melalui suatu perdagangan

antar negara. Maka, bagi negara yang berusaha memenuhi kebutuhannya

akan mengadakan perdagangan luar negeri.

Perdagangan luar negeri merupakan salah satu aspek penting dalam

perekonomian suatu negara. Perdagangan luar negeri bermanfaat dalam

hal meningkatkan potensi pasar hasil-hasil produksi dalam negeri, dan

juga berkaitan dengan pengadaan barang – barang modal untuk memacu

pertumbuhan industri dalam negeri. Perdagangan luar negeri juga

berperan dalam pembangunan perekonomian suatu negara. Disamping

19

berperan dalam perekonomian suatu negara ada manfaat utama dari

perdagangan luar negeri adalah meningkatkan kemakmuran, yaitu dengan

memberikan kesempatan kepada setiap negara untuk mengkhususkan diri

dari produksi barang dan jasa yang relative efisien. Perdagangan luar

negeri mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting dan bermanfaat bagi

industri ekspor dalam negeri. Dilihat dari pentingnya manfaat dan peran

perdagangan luar negeri akan membantu negara dalam meningkatkan

devisa Negara.

Dalam menghadapi globalisasi dunia dan menyongsong era pasar

bebas pemerintah berharap adanya peningkatan ekspor keluar negeri.

Ekspor yang paling dominan di Indonesia adalah furniture. Namun yang

terjadi saat ini jumlah ekspor produk furniture Indonesia khususnya di

Surakarta mengalami penurunan pada tahun 2009, walaupun

penurunannya hanya sedikit. Padahal ekspor furniture adalah

penyumbang devisa negara yang paling besar.

Berdasarkan data yang diterbitkan oleh DISPERINDAG Kota

Surakarta, pangsa pasar furniture di kota Surakarta sangat mendominasi

pasar furniture di negara ASEAN. Karena ASEAN merupakan negara

yang berperan sebagai sumber penerimaan pendapatan negara dan dapat

mendorong investasi pada negara yang berkembang. Namun saat ini

ekspor produk furniture pada tahun 2009 mengalami penurunan. Menurut

data realisasi ekspor pada tahun 2009 Negara Malaysia mengalami

penurunan volume ekspor sebesar 430.236,50 kg, kemudian nilai FOB

20

tahun 2009 sebesar US $ 458.875,55 dibandingkan tahun lalu. Penurunan

juga terjadi pada negara Vietnam dengan penyusutan nilai ekspor tahun

2009 sebesar 193,00 kg, dibanding nilai ekspor tahun lalu, dan penurunan

nilai FOB sebesar US$ 800,00 jadi paling rendah negara pengimpor

furniture adalah Negara Vietnam. Penurunan itu dikarenakan terkenanya

dampak dari krisis global. Krisis ekonomi Global merupakan peristiwa di

mana seluruh sektor ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan dan

mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia. Krisis global juga telah

mengakibatkan permintaan produk furniture menurun, harga bahan baku

yg naik, dan tidak adanya order dari buyer.

Oleh karena itu para pengusaha atau produsen furniture Indonesia

khususnya kota Surakarta banyak yang bangkrut atau gulung tikar karena

terkena imbas dari krisis global. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk

meningkatkan kembali ekspor furniture Indonesia khususnya di kota

Surakarta yaitu memberikan kemudahan kepada produsen dalam negeri

dalam hal pemberian fasilitas yang terkait dengan kegiatan perdagangan

dan industri, pemerintah melakukan peran aktifnya dengan melakukan

sosialisasi dengan para eksportir dengan cara melakukan seminar-

seminar, memberikan dorongan optimisme kepada para produsen

furniture di Indonesia khususnya kota Surakarta agar lebih meningkatkan

lagi kualitas produknya, pemerintah mencarikan peluang ekspor dengan

memberikan investasi serta mengembangkan perekonomian domestik,

dan pemerintah memberikan informasi kepada para eksportir agar dapat

21

mengetahui perkembangan ekspor pada saat itu, pemerintah juga

memperlancar proses ekspor, memberikan kemudahan untuk memperoleh

dokumen-dokumen ekspor, dan mengurangi hambatan untuk memperoleh

syarat-syarat ekspor.

Instansi pemerintah yang ikut memperlancar proses ekspor sesuai

dengan prosedur atau tata cara ekspor salah satunya instansi tersebut

adalah Dinas perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) yang

menerbitkan Surat Keterangan Asal (SKA). SKA merupakan surat

keterangan yang digunakan sebagai dokumen penyerta barang ekspor

dari wilayah RI yang membuktikan bahwa barang tersebut dihasilkan di

Indonesia (Direktorat Jendral Perdagangang Luar Negeri Direktorat

Fasilitasi Ekspor dan Impor, 2008 : 5). Untuk menerbitkan SKA eksportir

harus memenuhi semua syarat yang ditetapkan, sehingga tidak

menimbulkan suatu resiko masalah pada awalnya. SKA selain sebagai

dokumen untuk mengetahui asal barang, juga merupakan suatu dokumen

yang diterbitkan dalam rangka untuk dapat menikmati fasilitas penurunan

tarif yang diberikan oleh negara-negara maju kepada negara-negara

berkembang.

Saat ini Indonesia mempunyai peluang ekspor yang sangat besar ke

negara ASEAN. Maka Indonesia akan memasuki pasar ekspor di negara

ASEAN dengan melakukan suatu hubungan kerjasama di sektor

perdagangan, yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan

Nomor:17/M-DAG/PER/9/2005 Surat Keterangan Asal (SKA) form D.

22

Dengan menggunakan Form D eksportir berupaya untuk meningkatkan

daya saing komoditas ekspor di pasaran internasional dengan jalan

mengurangi biaya transaksi dan menghapuskan berbagai hambatan

kelancaran arus barang, mengurangi berbagai kendala yaitu pengiriman

barang menjadi lebih mudah, untuk mengetahui asal barang, bisa

mengekspor produk furniture dengan suatu kemudahan dan mendapatkan

keringanan bea masuk ke Negara pengimpor khususnya di negara

ASEAN. Untuk memperoleh Form D maka eksportir lebih mudah dengan

cara membeli Form ke kantor pelayanan perdagangan luar negeri dengan

harga terjangkau.

Berdasarkan uraian diatas, hal yang ingin diketahui adalah bagaimana

volume ekspor produk furniture kota Surakarta ke negara ASEAN pada

tahun 2009, hambatan yang muncul dalam ekspor produk furniture Ke

Negara ASEAN, apa saja hal-hal yang dilakukan oleh DISPERINDAG

Kota Surakarta untuk meningkatkan ekspor produk furniture ke Negara

ASEAN, Maka penulis mengambil judul penelitian “VOLUME EKSPOR

FURNITURE KOTA SURAKARTA BERDASARKAN PENERBITAN

SURAT KETERANGAN ASAL (SKA) FORM D PADA TAHUN 2009”.

B. Perumusan Masalah

23

Perumusan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk dijadikan

pedoman bagi penulis untuk melakukan penelitian secara cermat dan

tepat untuk memperoleh data yang akurat sesuai dengan prinsip-prinsip

suatu penelitian yang ilmiah.

Untuk memudahkan pembahasan, maka penulis akan merumuskan

masalah dalam penulisan ini, sebagai berikut :

1. Bagaimanakah volume ekspor produk furniture Surakarta ke negara

ASEAN pada tahun 2009 ?

2. Hambatan yang muncul dalam ekspor produk furniture Ke Negara

ASEAN ?

3. Upaya apa saja yang dilakukan oleh DISPERINDAG Kota

Surakarta untuk meningkatkan ekspor produk furniture ke negara

ASEAN ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan Tugas Akhir ini

adalah :

A. Untuk mengetahui volume ekspor produk furniture Surakarta ke

negara ASEAN pada tahun 2009.

B. Untuk mengetahui hambatan yang muncul dalam ekspor produk

furniture Ke Negara ASEAN.

24

C. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh DISPERINDAG Kota

Surakarta untuk meningkatkan ekspor produk furniture ke negara

ASEAN.

D. Manfaat Penelitian

Penulisan dari hasil penelitian dikantor Dinas Perindustrian dan

Perdagangan (DISPERINDAG) ini mempunyai manfaat bagi berbagai

pihak yaitu :

1. Bagi Penulis

Bagi penulis dengan meneliti dikantor DISPERINDAG ini

maka akan dapat melihat dan mempraktekkan apa yang telah

didapat dibangku kuliah. Dan melalui penelitian ini penulis

berharap dapat mengetahui, mengerti serta memahami secara

lengkap atau detail tentang volume ekspor furniture Kota Surakarta

pada tahun 2009.

2. Bagi Disperindag

Dapat memberikan masukan mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan volume ekspor produk furniture ke berbagai

Negara ASEAN dan dapat digunakan sebagai salah satu bahan

evaluasi bagi Dinas Perindustrian dan Perdagangan

(DISPERINDAG) dalam merumuskan kebijaksanaan yang

berkaitan dengan penerbitan SKA Form D sehingga dalam upaya

25

peningkatan kelancaran arus barang dan dokumen dalam rangka

ekspor dapat optimal.

3. Bagi Mahasiswa dan Pembaca Lainnya

Dapat dijadikan sebagai tambahan referensi bacaan dan

informasi khususnya bagi mahasiswa jurusan Bisnis Internasional

yang sedang menyusun Tugas Akhir dengan pokok permasalahan

yang sama.

E. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian memerlukan sebuah metode, metode itu harus

digunakan untuk mencari, mendapatkan sumber data yang selanjutnya

digunakan dalam bentuk laporan hasil penelitian (Agung, Setyo Wahyu

dan Hari Murti, 2004 : 48).

Metode yang digunakan dalam penelitian dikantor DISPERINDAG ini

terdiri dari :

1. Ruang Lingkup Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

kasus, karena penelitian ini memfokuskan satu obyek untuk

dianalisa secara mendalam tentang Volume Ekspor Furniture Kota

Surakarta Berdasarkan Penerbitan Surat Keterangan Asal (SKA)

Form D Pada Tahun 2009.

Jenis dan Alat Pengumpul Data

a. Jenis Data

26

1) Data Primer

Data primer adalah suatu data yang langsung diperoleh

dari obyek penelitian DISPERINDAG Surakarta. Data ini

meliputi gambaran umum DISPERINDAG Surakarta, data

realisasi ekspor ke ASEAN dan data-data yang mendukung.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak

langsung, yaitu melalui studi kepustakaan yang berupa

keterangan atau fakta dengan cara mempelajari buku-buku,

dokumen-dokumen, peraturan perundang-undangan,

laporan-laporan dan sebagainya yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti.

b. Metode Pengumpulan Data

1). Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

tanya jawab secara lansung dengan bertatap muka dan

berdialog yang dilakukan peneliti terhadap pimpinan,

staff, karyawan DISPERINDAG untuk memperoleh

informasi yang lengkap.

2). Studi pustaka

27

Suatu tehnik yang menggunakan buku atau referensi

sebagai bahan untuk mengumpulkan data yang berkaitan

dengan permasalahan yang diteliti.

3). Observasi

Dalam proses penelitian ini penulis mengadakan

pengamatan dengan cara pengamatan aktif, yaitu penulis

melakukan magang kerja dan melihat secara langsung

mengenai kegiatan penerbitan SKA yang dilakukan pada

bagian pelayanan kantor DISPERINDAG Surakarta.

c. Sumber Data

a) Sumber data primer

Data diperoleh langsung dari sumbernya di kantor

DISPERINDAG Kota Surakarta. peneliti melakukan

wawancara dengan Pejabat Dinas Perindustrian dan

Perdagangan pada bagian Departemen Luar Negeri

kemudian kepada staff-staff yang melayani penerbitan

Surat Keterangan Asal (SKA).

b) Sumber data Sekunder

Data diperoleh dari sumber lain yang masih berkaitan

dengan penelitian. Data ini diperoleh dan dibaca oleh

penulis dari sebuah buku atau referensi lainnya yang

28

dapat digunakan sebagai tambahan penelitian, data

tersebut diantaranya Data Realisasi Ekspor Produk

Furniture Kota Surakarta ke Negara ASEAN Pada tahun

2009, Direktorat Jendral Perdagangan Luar Negeri dan

Direktorat Fasilitas Ekspor dan Impor. 2002, “Buku

Panduan Surat Keterangan Asal (SKA)”. Dinas

Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG).

Jakarta, Direktorat Jendral Perdagangan Luar Negeri

dan Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor. 2008, “Buku

Panduan Penerbitan Surat Keterangan Asal Untuk

Barang Ekspor Indonesia (SKA)”. Agung, Setyo Wahyu

dan Hari Murti, 2004, “Pedoman Penulisan Tugas Akhir

dan Magang Kerja”, Program Studi D-3 Bisnis

Internasional, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

d. Metode Analisis Data

Dalam sebuah penelitian teknik analisa data

merupakan bagian yang sangat penting karena pada bagian

menyusun data yang diperlukan secara sistematis dan

komprehensi. Pada tahap ini data dikerjakan dan

dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil

menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat digunakan

29

untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam sebuah

penelitian.

Dalam mengolah dan menganalisis data yang

diperoleh, penulis menggunakan analisa deskriptif kualitatif

yaitu dengan cara menginterpretasikan (membaca,

menyimak, dan membandingkan) tabel, grafik, ataupun data

yang kemudian melakukan uraian untuk menarik

kesimpulan. Sehingga data yang terkumpul berhubungan

satu dengan yang lainnya secara sistematis.

BAB II

LANDASAN TEORI

30

A. Pengertian Ekspor

Perdagangan dalam negeri dilakukan melalui transaksi jual beli maka

pada perdagangan internasional dilakukan pula transaksi jual keluar

negeri yang disebut ekspor dan sebaliknya transaksi beli dari luar negeri

yang disebut impor. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, penulis

memfokuskan pada kegiatan ekspor, termasuk kebijakan perdagangan

baik dalam maupun luar negeri, menyangkut ketentuan dokumen penyerta

barang ekspor dalam perdagangan luar negeri.

Menurut Winardi ekspor adalah barang-barang termasuk jasa yang

diselenggarakan kepada penduduk negara lain, ditambah dengan jasa

yang diselenggarakan kepada penduduk negara tersebut berupa

pengangkutan dengan kapal, permodalan dan hal-hal lain yang membantu

ekspor tersebut (Winardi: 66).

Pengertian ekspor juga bisa disebut dengan usaha menjual dan

membeli barang dengan melintasi daerah kepabeanan Indonesia sampai

keluar batas kepabeanan Indonesia, dan yang disebut dengan eksportir

adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan ekspor

(sumber : PPEI, 2003:3)

Sedangkan definisi ekspor menurut Direktorat Jendral Perdagangan

Internasional adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah kawasan

pabean, Pengertian dari daerah pabean itu sendiri adalah wilayah

Republik Indonesia yang meliputi wilayah daratan, perairan, dan ruang

udara diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di daerah ZEE atau Zona

31

Ekonomi Eksklusif dan Landasan Kontinen yang didalamnya berlaku

Undang-Undang No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (sumber :

Direktorat Jendral Perdagangan Internasional, Departemen Perindustrian

dan Perdagangan, 2004: 2).

Berdasarkan pengertian ekspor dari berbagai sumber di atas, maka

penulis dapat menyimpulkan bahwa ekspor adalah suatu kegiatan

perdagangan yang dilakukan antara Negara satu dengan negara lain

dengan cara mengeluarkan barang dari wilayah pabean berdasarkan

prosedur dan ketentuan yang berlaku.

Untuk melakukan ekspor sebelumnya eksportir harus mengetahui apa

saja prosedur, ketentuan-ketentuan ekspor, istilah SKA, Penerbitan SKA,

Macam-macam SKA, Jenis SKA, dan juga kebijakan yang ada dalam dan

luar negeri suatu negara, karena disetiap negara mempunyai suatu

kebijakan ekspor yang berbeda-beda.

B. Prosedur Ekspor

Prosedur ekspor adalah langkah kegiatan yang dilakukan secara

berurutan mulai dari awal hingga akhir dalam melakukan proses kegiatan

ekspor (Badan Pengembangan Ekspor Nasional, Departemen

Perindustrian dan Perdagangan, 2003 : 43). Berikut ini akan diuraikan

beberapa tahap dalam mengenai pelaksanaan Prosedur Ekspor yaitu

sebagai berikut :

1. Korespondensi dan Pembuatan Kontrak Dagang

32

Eksportir mengadakan korespondensi dengan importir atau

buyer luar negeri untuk menawarkan dan menegosiasikan komoditi

yang akan dijualnya, dengan cara eksportir membuat sample yang

ditujukan kepada importir agar importir mengetahui kondisi barang

tersebut, kemudian eksportir memberikan bonus atau diskon

kepada importir agar importir tertarik untuk membeli barang dari

eksportir. Di dalam surat penawaran kepada importir harus

dicantumkan jenis barang, mutu,harga, syarat-syarat pengiriman

dan sebagainya. Apabila importir menyetujui penawaran yang

diajukan oleh eksportir, maka importir dan eksportir membuat suatu

kesepakatan dan menandatangani kontrak dagang atau Sales

Contract. Dalam kontrak dagang dicantumkan hal-hal yang

disepakati antara importir dan eksportir.

2. Penerbitan Dokumen Letter of Credit (L/C)

Setelah importir dan eksportir sudah menandatangani kontrak

dagang, kemudian importir membuka dokumen Letter of Credit

(L/C) melalui bank koresponden atau Opening Bank di negara

importir.

3. Mengirimkan L/C Confirmation

33

L/C Opening Bank di Negara importir dikirim ke Bank Devisa

yang ditunjuk eksportir di Indonesia, kemudian eksportir menerima

L/C Confirmation.

4. Meneruskan Letter of credit (L/C)

Bank Devisa (Correspondent/Receiving Bank) memberitahukan

kepada Advising Bank kalau L/C sudah diterima eksportir.

5. Mempersiapkan Barang Ekspor atau Ready to Export

Dengan sudah diterimanya L/C maka eksportir menyiapkan

barang yang sudah dipesan oleh importir. Dan keadaan barang

yang akan diekspor harus sesuai dengan syarat yang tertera dalam

sales contract dan L/C. bila tidak sesuai dan importir tidak suka

misal ada kecacatan dalam barang tersebut maka barang akan

dikembalikan lagi kepada eksportir atau seller.

5a. Menyiapkan Dokumen Invoice dan Packing List

Eksportir menyiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan

untuk pengiriman barang diantaranya dokumen invoice dan packing

list.

6. Menyiapkan Dokumen Shipping Intruction

Dokumen Shipping Intruction disiapkan eksportir dan ditujukan

kepada forwarder/Shipping Company untuk memesan ruang kapal

ke Perusahaan Pelayaran contohnya di Perusahaan Pelayaran

Samudra atau Perusahaan penerbangan. Informasi mengenai

ruang kapal yang tersedia dapat diperoleh pada BPK atau Badan

34

Pelaksanaan Bursa Komoditi adalah salah satu unit kerja di

lingkungan DISPERINDAG. Perlu dicek Perusahaan Perkapalan

mana yang mempunyai tarif angkutan kargo paling murah dan

paling memberikan jaminan akan ketepatan waktu pelayarannya.

7. Pendaftaran dan Fiat Muat Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

Eksportir mengurus formalitas ekspor seperti mengurus

Dokumen Pemberitahuan Ekpor Barang (PEB) ke bank devisa

dengan melampirkan surat kesanggupan membayar apabila barang

ekspor terkena pajak ekspor pengiriman Barang ke Pelabuhan.

Eksportir sendiri dapat mengirimkan barang ke pelabuhan.

Pengiriman dan pengurusan barang ke pelabuhan dan ke kapal

dapat juga dilakukan oleh perusahaan jasa pengiriman barang

(Perusahaan Freight Forwarding atau Perusahaan Ekspedisi

Muatan Kapal Laut/EMKL). Dokumen-dokumen Ekspor disertakan

dalam pengiriman ke pelabuhan dan ke kapal. Pemeriksaan Bea

Cukai Di pelabuhan, dokumen ekspor diperiksa oleh pihak Bea

Cukai. Apabila diperlukan, barang-barang yang akan diekspor

diperiksa juga oleh pihak Bea Cukai. Apabila barang-barang dan

dokumen yang menyertainya telah sesuai dengan ketentuan maka

bea cukai menandatangani pernyataan persetujuan muat yang ada

pada PEB.

8. Muat Barang diatas Kapal

35

Setalah Bea Cukai menandatangani PEB maka barang dapat

dimuat diatas kapal. Setelah barang dimuat diatas kapal, eksportir

memperoleh Bill Of Lading (B/L) yang diterbitkan oleh pihak

pelayaran yang kemudian diserahkan kepada eksportir.

8a. Surat Keterangan Asal (SKA)

Apabila dalam L/C ada persyaratan untuk melampirkan

dokumen SKA, maka Eksportir sendiri atau perusahaan Freight

Forwarding/EMKL mengurus pemfiat dan pemuatan barang ekspor

dan mengajukan permohonan ke kantor Disperindag untuk

memperoleh Certificate of Origin (COO) atau Surat Keterangan

Asal (SKA).

9. Negosiasi L/C

Apabila barang sudah dikapalkan maka eksportir menghubungi

bank untuk negosiasi atau mencairkan L/C untuk memperoleh

pembayaran.

10. Pengiriman Dokumen sesuai dengan L/C

Advising bank mengirim dokumen ekspor seperti B/L, invoice,

packing list. Dan PEB untuk memperoleh pembayaran.

11. Menyampaikan Dokumen

Issuing bank memeriksa dokumen ekspor tersebut dan apabila

sesuai dengan syarat kelengkapan L/C, maka issuing bank

meminta importir untuk mengambil dokumen tersebut dengan

melakukan pembayaran sesuai syarat dalam L/C.

36

12. Pengiriman Barang ke Importir

Barang dalam perjalanan dengan kapal dari Indonesia ke

Pelabuhan di negara tujuan, setelah barang sampai ke Negara

importir kemudian importir menyerahkan dokumen kepada

shipping agent untuk ditukarkan dengan delivery cargo agar

importir dapat mengambil barang.

37

Gambar 2.1

BAGAN ALUR PROSEDUR EKSPOR

5. Penyiapan Barang 5a. Penyiapan doc.invoice+ Packing List

8. Pemuatan Barang diatas Kapal

2. Penerbitan L/C

INSTANSI PENERBIT SKA

1. Korespondensi & Pembuatan Kontrak Dagang

4. Meneruskan LC 11. Menyampaikan Doc

3. Mengirim LC

10. Pengiriman Doc Sesuai LC 9. Negosiasi

8a. Pengurusan SKA

12. Pengiriman Barang ke Importir

7. Pendaftaran & Fiat

Muat PRB/PEBT

6. Pemesanan Kapal

DALAM NEGERI LUAR NEGERI

Sumber : Direktorat Jendral Perdagangan Luar Negeri, 2009

xxxviii

C. Dokumen Ekspor

Pengurusan dokumen ekspor merupakan suatu tahapan yang amat

penting. Tanpa dokumen-dokumen yang disyaratkan, seorang eksportir

tidak akan memperoleh pembayaran dari bank. Pengiriman dokumen yang

tidak tepat atau pengisian dokumen secara salah akan menghambat

tahapan lain. Misalnya saja importir tidak dapat mengambil barang di

pelabuhan tujuan atau eksportir tidak dapat menguangkan dokumennya.

Hal ini bukan hanya dapat menimbulkan biaya tambahan tetapi juga dapat

mengurangi kepercayaan dari importir. Eksportir seringkali merasa

pengurusan dokumen terlalu rumit dan memakan banyak waktu. Pada

akhirnya, eksportir dapat menggunakan jasa Forwarding Agent atau Air

Cargo Agent untuk mengurus dokumen dan melakukan pengiriman

barang. Walau demikian, eksportir harus mengenal dokumen-dokumen

yang digunakan. Jenis-jenis dokumen yang diperlukan dalam melakukan

ekspor adalah sebagai berikut :

1. Commercial Invoice

Commercial Invoice adalah dokumen ekspor yang menjelaskan

mengenai nilai barang yang akan diekspor.

a. Informasi data didalam Invoice meliputi:

(1) Description of Goods (nama barang).

(2) Quantity (jumlah barang).

(3) Unit Price (harga barang).

(4) Amount (jumlah nilai = quantity x unit price).

xxxix

b. Data tambahan yang perlu dimasukkan kedalam Invoice

yaitu:

(1) Tulisan Invoice.

(2) Nomor invoice.

(3) Tanggal dibuatnya invoice.

(4) Ditujukan kepada siapa barang ekspor tersebut akan

dikirim.

(5) Data lainnya sesuai perintah yang ada didalam L/C.

2. Packing List

Packing List adalah dokumen ekspor yang berisi tentang

informasi barang yang akan akan dikirim ke importir.

a. Informasi pokok didalam Packing list meliputi:

(1) Description of goods (uraian barang/nama barang).

(2) Quantity (jumlah barang).

(3) Gross Weight dan Nett Weight (berat kotor dan berat

bersih).

(4) Measurement (ukuran dalam volume M3).

b. Data tambahan lain yang perlu dimasukkan didalam Packing

list yaitu :

(1) Tulisan Packing List.

(2) Nomor Packing List.

(3) Tanggal dibuatnya Packing List.

xl

(4) Ditujukan kepada siapa barang ekspor tersebut akan

dikirim biasanya ditujukan ke importir, kecuali ada

perintah lain dalam L/C .

(5) Data lain sesuai perintah yang ada didalam L/C, misal :

untuk

mencantumkan nomor L/C, dan Nomor Purchase Order.

3. Shipping Intruction.

Shipping Intruction adalah dokumen ekspor yang digunakan

untuk booking atau memesan ruang kapal dan untuk memesan

container diperusahaan Forwarding atau EMKL. Informasi yang

harus termuat dalam “Shipping Instruction” adalah semua data

yang diperlukan untuk pembuatan “Bill of Lading” atau AirWay Bill

(AWB).

Setelah siap Shipping Instruction kemudian dikirim ke Shipping

Company melaui Fax atau EDI atau Electronic Data Interchange

contohnya email ataupun bisa melalui kurir. Setelah menerima

Shipping Intruction, maka Shipping Company akan menyiapkan

“Delivery Order “(DO), untuk pengambilan container kosong di depo

penumpukan container. Container kosong kemudian dibawa ke

tempat eksportir sesuai dengan permitaan yang ada di dalam

Shipping Intruction, dilakukan Stuffing (Pemuatan barang ke dalam

container) dan selanjutnya dibawa ke pelabuhan muat. Shipping

Instruction dikategorikan sebagai dokumen pendukung. Tetapi

xli

mempunyai fungsi yang strategis, karena eksportir sebagai

pembuat Shipping Intruction harus secara benar didalam membuat

Shipping Intruction berdasarkan perintah L/C. Dimana Shipping

Intruction ini juga berfungsi sebagai dasar pembuatan Bill of Lading

(BL). Jika ada data yang seharusnya dimasukkan ke dalam B/L

seperti yang diperintahkan dalam L/C namun eksportir tidak

meneruskan melalui Shipping Instruction, maka Bill of Lading yang

dibuat oleh Shipping Company akan salah. Konsekuensi nantinya

adalah kesulitan dalam mencairkan dana L/C (negosiasi) di bank.

4. Pemberitahuan Ekspor Barang atau PEB

PEB adalah dokumen ekspor berupa Pemberitahuan Ekspor

Barang yang harus disiapkan oleh eksportir. Caranya dengan

mengambil formulir PEB yang dapat diperoleh di kantor Bea Cukai

dan kemudian mengisi data-data yang diperlukan. Didalam formulir

PEB dilengkapi juga dengan lembar lanjutan disamping lembar

pertama. Hal tersebut dimaksudkan jika barang yang diperoleh

lebih dari satu jenis barang (lebih dari satu Harmony System/HS).

Cara pengisian lembar PEB harus mengacu pada buku Panduan

Pengisian PEB yang memuat kode-kode negara tujuan ekspor di

seluruh dunia, kode pelabuhan, kode propinsi dll.

5. Bill of Lading atau B/L

Bill of Lading atau B/L adalah dokumen pengapalan yang

membuktikan adanya tanda terima penyerahan barang yang

xlii

dikeluarkan oleh maskapai pelayaran atau penerbangan sebagai

tanda bukti kepemilikan barang yang telah dimuat diatas kapal laut

oleh ekspotir untuk diserahkan kepada importir.

B/L merupakan alat bukti penerimaan dan sekaligus penyerahan

hak milik atas barang sebagai pelaksanaan suatu transaksi antara

eksportir dengan importir. B/L juga merupakan alat bukti adanya

kontrak pengangkutan antara eksportir dengan perusahaan

pelayaran. Apabila pengangkutan barang dilakukan dengan

pesawat udara maka dokumen disebut Air Waybill. Isi BL/AWB

misalnya:

a. Shipper

b. Consignee

c. Notify

d. Description of Goods

e. Final Dscription Port of Discharge.

6. Certificate of Origin (COO) atau Surat keterangan Asal (SKA)

Selanjutnya eksportir menyiapkan COO atau SKA yang

dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan

(Disperindag). Inti dari Surat Keterangan Asal (SKA/COO) adalah

dokumen yang disertakan pada waktu barang ekspor Indonesia

memasuki wilayah negara tertentu yang membuktikan bahwa

barang tersebut berasal, dihasilkan dan diolah di Indonesia.

xliii

7. Beneficiary’s Certificate

Setelah medapat COO, maka selanjutnya eksportir membuat

dokumen “Beneficiary’s Certificate”. Beneficiary’s Certificate adalah

surat pernyataan yang dibuat oleh eksportir yang menyatakan

bahwa copy dari dokumen-dokumen ekspor yang diminta telah

dikirim ke alamat importir sesuai dengan syarat L/C, dengan

dilampiri bukti-bukti pengiriman dari perusahaan jasa pengiriman

dokumen.

8. Letter of Credit (L/C)

Letter Of Credit adalah dokumen ekspor yang fungsinya

sebagai bukti dalam transaksi pembayaran antara Advising Bank

dan Issuing Bank.

9. Certificate Fumigation

Dokumen yang berfungsi sebagai keterangan yang menyatakan

tentang barang tersebut sudah di beri fumigasi bebas dari jamur

atau rayap.

10. Insurance atau Asuransi

Jika salah satu persyaratan dalam L/C meminta adanya syarat

pemakaian asuransi untuk protect barang yang akan diekspor ke

luar negeri dan biaya asuransi ditanggung oleh eksportir, maka

langkah untuk mendapatkan polis asuransi adalah pada tahap awal

sebelum barang dimasukkan dalam container, pihak eksportir

xliv

menghubungi perusahaan asuransi untuk menghitung dan

menentukan besarnya biaya yang harus ditanggung.

Akhirnya sampai pada tahap ini, eksportir telah menyiapkan

dan mempunyai dokumen ekspor secara lengkap, untuk bisa

mencairkan dana L/C di Bank.

D. Pengertian Surat Keterangan Asal (SKA)

Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) atau juga bisa disingkat

SKA adalah dokumen yang berdasarkan kesepakatan dalam perjanjian

bilateral, regional, dan multilateral serta ketentuan sepihak dari suatu

negara tertentu wajib disertakan pada waktu barang ekspor Indonesia

memasuki wilayah negara tertentu yang membuktikan bahwa barang

tersebut berasal, dihasilkan dan diolah di Indonesia (Keputusan Menteri

Perindustrian dan Perdagangan RI, 2002 : 20).

Sedangkan menurut Roselyn Hutabarat, SKA adalah Surat

Keterangan yang digunakan sebagai dokumen penyerta barang ekspor

untuk membuktikan bahwa barang dimaksud berasal dan dihasilkan di

Indonesia. Status dokumen SKA adalah sebagai dokumen penyerta

barang ekspor Indonesia yang akan memasuki wilayah Negara tertentu

dan fungsinya membuktikan bahwa barang tersebut berasal, dihasilkan

dan diolah di Indonesia.

Berdasarkan pengertian diatas maka terdapat beberapa faktor penting

yang dapat disimpulkan, yaitu :

xlv

1) Surat Keterangan Asal atau SKA merupakan dokumen penyerta

barang ekspor Indonesia.

2) Membuktikan bahwa barang berasal dari Indonesia.

Syaratnya :

a. Barang berasal dari Indonesia.

b. Barang Dihasilkan dan diolah di Indonesia.

Adapun yang menjadi alasan diterbitkannya SKA adalah sebagai

berikut :

a. Diwajibkan oleh Pemereintah negara tujuan ekspor.

b. Diwajibkan oleh pembeli.

c. Diwajibkan oleh Pemerintah Indonesia.

E. Skema Surat Keterangan Asal

Dalam dokumen Surat Keterangan Asal memuat beberapa skema,

yang terdiri dari :

a. Ketentuan Asal Barang (Rules of Origin)

Ketentuan Asal barang adalah kriteria atau persyaratan yang

ditetapkan, baik berdasarkan kesepakatan dalam perjanjian

bilateral, regional dan multilateral maupun ketentuan sepihak dari

suatu negara tertentu, yang wajib dipenuhi suatu barang ekspor

untuk dapat diterbitkan SKAnya oleh Pemerintah asal barang.

Tujuannya adalah untuk memberikan kepastian dan jaminan bahwa

xlvi

produk yang diekspor telah dikerjakan atau diolah berdasarkan

peraturan yang berlaku.

b. Formulir SKA

Formulir Surat Keterangan Asal (SKA) adalah daftar isian SKA

yang telah dibakukan baik dalam bentuk, ukuran, warna, dan jenis

peruntukan serta isinya sesuai ketentuan dalam perjanjian bilateral,

regional, multilateral, penetapan unilateral, maupun ditetapkan

secara sepihak oleh suatu Negara tertentu.

c. Instansi Penerbit SKA Adalah instansi/badan/lembaga/ yang

ditetapkan oleh Menteri dan diberi kewenangan untuk menerbitkan

SKA.

d. Cara Otomasi

Cara Otomasi adalah sistem yang digunakan dalam proses

penyampaian dan pengisian formulir, pengolahan data,

penyimpanan dan pengadministrasian SKA serta kegiatan lainnya

yang terkait dalam penerbitan SKA dengan menggunakan sarana

dan prasarana teknologi informasi.

e. Perjanjian Internasional adalah perjanjian multilateral, regional,

bilateral dan perjanjian yang dibuat dalam kerangka kerjasama

perdagangan Internasional.

f. Penetapan Unilateral adalah penetapan sepihak dari suatu negara

untuk mensyaratkan penggunaan SKA pada barang ekspor dari

xlvii

negara lain baik untuk mendapat preferensi maupun non-

preferensi.

g. Verifikasi SKA

Verifikasi SKA adalah kegiatan penyelidikan mengenai

keabsahan dokumen SKA dan/atau kebenaran data dan informasi

yang terdapat dalam SKA yang dilakukan atas permintaan

pemerintah negara tujuan ekspor.

F. Jenis Surat Keterangan Asal (SKA)

Surat Keterangan Asal dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

a) Surat Keterangan Asal Preferensi atau Generalized System of

Preference (GSP)

Surat Keterangan Asal Preferensi adalah Surat Keterangan

Asal yang diterbitkan untuk digunakan dalam rangka memperoleh

fasilitas pengurangan atau pembebasan tarif bea masuk yang

diberikan oleh suatu negara atau sekelompok negara terhadap

ekspor produk-produk tertentu yang berasal dari suatu negara lain

yang memenuhi syarat sesuai ketentuan perjanjian internasional

atau penetapan unilateral (Dirjen Perdagangan Luar negeri

Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, 2008 : pasal 2 : 6).

Macam-macam Surat Keterangan Asal Preferensi dan negara

tujuan, diantaranya:

1) Generalized System of Preference Certificate of Origin Form A.

xlviii

Negara tujuannya :

- Amerika Serikat

- Jepang

- Norwegia

- Kanada

- Selandia Baru

- Polandia

- Swiss

- Bulgaria

- Hongaria

- Federasi Rusia

- Uni Eropa

- Ceko dan Slovakia

- Uni Eropa

Kegunaan : untuk memperoleh preferensi /keringanan bea

masuk.

2) ASEAN Common Effective Preferential Tariff Scheme

Certificate of Origin Form "D"

Negara Tujuannya :

- Brunai Darussalam

- Malaysia

- Singapore

- Philipines

xlix

- Thailand

- Vietnam

- Laos

Kegunaan : untuk preferensi antara negara ASEAN.

3) Certificate in Regard To Certain Handicrfts Products.

Negara Tujuannya : - Uni Eropa (Austria, Belgia, Denmark,

Perancis, Jerman, Belanda).

Kegunaan : untuk ekspor barang-barang kerajinan tangan non

tekstil

4) Certificate in Regard To Traditional Handicrafts Batik Fabrics of

Cotton.

Negara Tujuannya: - Jepang

Kegunaan : untuk ekspor hasil kerajinan batik tradisional yang

terbuat dari kain kapas.

5) Certificate Relating to Silk or Catton Handlooms Products

Negara Tujuannya: -Finlandia

- Swedia

- Inggris

- Yunani

Kegunaan : untuk Ekspor barang kerajian tangan TPT yang

terbuat dari bahan sutera atau kapas yang

termasuk dalam cakupan skema barang-barang

kerajinan masyarakat Eropa.

l

6) Industrial Craft Certification (ICC)

Negara Tujuan: - Australia

Kegunaan : untuk ekspor barang yang termasuk “Industrial

Crafts Merchandise”

7) Global System of Trade Preference Certificate of Origin

Negara Tujuan : Aljazair, Mozambique, Argentina, Nikaragua,

Bangladesh, Nigeria, Benin, Pakistan,

Bolivia, Peru, Brazilia, Philipina, Kamerun,

Qatar, Chili, Korea Selatan, Kolombia,

Rumania, Kuba, Singapura, Korea Utara, Sri

Lanka, Equador, Sudan, Mesir, Thailand,

Ghana, Trinidad dan Tobago, Guine,

Tunisia, Haiti, Tanzania, India, Uruguay,

Indonesia, Venezuelza, Iran, Vietnam, Iraq,

Yugoslavia, Libya, Zaire, Malaysia, Angola,

Meksiko,Guyana, Maroko, Zimbabwe.

Kegunaan : untuk ekspor barang tertentu yang termasuk

dalam daftar barang yang telah diberikan

keringanan bea masuk (Preferensi) kepada

sesama negara berkembang peserta “Global

System of Trade Preferences” yang telah

ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

li

8) Certificate of Hadicraft Goods

Negara Tujuannya: - Kanada

Kegunaan : untuk ekspor barang kerajinan.

9) Certificate of Authenticity Tobacco

Negara Tujuannya:

- Luksemburg

- Italia

- Irlandia

Kegunaan : untuk ekspor tembakau janis tertentu.

10) ASEAN-CHINA Free Trade Area Preferential Tariff Certificate

of Origin “Form E”.

Negara Tujuan : - China

Kegunaan : untuk preferensi negara-negara ASEAN dan China.

b) Surat Keterangan Asal Non Preferensi atau Generalized

System of Preference (GSP)

Surat Keterangan Asal Non Preferensi adalah Surat

Keterangan Asal yang berfungsi sebagai dokumen pengawasan

atau dokumen penyerta asal barang yang disertakan pada barang

ekspor untuk dapat memasuki wilayah negara tertentu berdasarkan

perjanjian Internasional atau penetapan unilateral (Direktorat

Jendral Perdagangan Luar Negeri dan Direktorat Fasilitas Ekspor

dan Impor. 2002 : 9).

lii

Macam Surat Keteranga Asal Non Preferensi dan negara

tujuannya:

1) ICO Certificate of Origin

Negara Tujuannya : Semua negara tujuan ekspor.

Kegunaan : untuk ekspor kopi ke semua negara

tujuan anggota ICO maupun bukan

anggota ICO.

2) Fisheries Certificate of Origin

Negara Tujuannya : - Amerika Serikat

Kegunaan : sebagai dokumen penyerta ekspor

hasil perikanan dari jenis tertentu.

3) Export Certificate

Negara Tujuannya : - Uni Eropa

Kegunaan : untuk ekspor maniok yang kuotanya

telah ditetapkan oleh komisi UE.

4) Certificate of Origin for imports of Agricultural Products into

the European Economic Community

Negara Tujuannya : - Austria

- Belgia

- Denmark

- Perancis

Kegunaan : untuk ekspor produk pertanian tertentu.

liii

5) Commercial Invoice

Negara Tujuannya : - Amerika Serikat.

Kegunaan : untuk ekspor tekstil dan produk tekstil

yang terbuat dari kapas, serat buatan

campuran sutera, ramie dan serat

alam lainnya selain kapas, yang telah

dikenakan kuota

6) Export Licence (Textile Products)

Negara Tujuannya : - Uni Eropa

Kegunaan : untuk ekspor tekstil dan produk tekstil

yang terkena kuota.

7) Certificate of Origin Form "K"

Negara Tujuannya : - Kanada

Kegunaan : untuk ekspor Tekstil dan produk tekstil

yang terkena kuota.

8) Certificate of Origin Form (Textile Products)

Negara Tujuannya : - Uni Eropa

Kegunaan : untuk ekspor tekstil dan produk tekstil.

9) Certificate in Regard to Handlooms Textile Handicraft and

Traditional Textile Products of the Cottage Industry

Negara Tujuannya : - Uni Eropa

Kegunaan : untuk ekspor kain tenunan kerajinan

dari tekstil.

liv

10) Certificate in Regard to Handlooms Textile Handicraft

Traditional Indonesia Handicraft Batik and Traditional Textile

Products of the Cottage Industry

Negara Tujuannya : - Norwegia.

Kegunaan : untuk ekspor barang kerajinan tangan

dari tekstil industri pedesaan.

11) Republic of Indonesia Department of Industry and Trade

Certificate of Origin Form "B"

Negara Tujuannya: - Semua negara tujuan ekspor ,apabila

diwajibkan.

Kegunaan : untuk ekspor barang ke semua Negara.

dengan ketentuan sebagai berikut :

(1) Diatur tersendiri. Ekspor barang-barang yang ditujukan

ke negara bukan pemberi preferensi, kecuali yang bentuk

SKAnya diatur tersendiri.

(2) Ekspor barang-barang yang ditujukan ke negara pemberi

preferensi, tetapi barangnya tidak termasuk dalam

cakupan produk yang mendapatkan preferensi atau

bentuk SKAnya.

12) Cerficate De Pais De Origen

Negara Tujuan : - Meksiko

Kegunaan : untuk ekspor produk tekstil, pakaian

jadi dan alas kaki.

lv

c) Masa Berlaku SKA

1) Secara Umum

Secara umum, form SKA berlaku sejak saat diterbitkan oleh

Instansi Penerbit sampai dengan diterimanya barang ekspor

dimaksud oleh importirnya (Direktorat Jendral Perdagangan

Luar Negeri dan Direktorat Fasilitas Ekspor dan Impor. 2002: 9).

2) Secara Khusus

Secara khusus ada beberapa SKA yang mempunyai masa

berlaku yang berbeda,yaitu :

a) SKA Form A untuk tujuan :

- Uni Eropa dan Australia = 10 bulan

- Jepang = 12 bulan

- Kanada = 24 bulan

b) SKA Form D

Untuk pengiriman langsung, tetapi apabila pengirimannya

melalui pihak ketiga atau lebih pelabuhan di luar negara

ASEAN, maka dapat diperpanjang 6 bulan.

c) Eksport Certificate = 120 hari (4 bulan), sejak tanggal

diterbitkan.

d) Certificate of Origin for Import of Agricultural Product into the

EEC= 10 bulan.

lvi

G. Manfaat Surat Keterangan Asal

Manfaat Surat Keterangan Asal diantaranya adalah:

a. Untuk mengetahui asal barang ekspor tersebut.

b. Untuk mempermudah biaya masuk ke negara Importir.

c. Untuk memperoleh fasilitas berupa pembebasan sebagian atau

seluruh bea masuk impor yang diberikan oleh suatu negara atau

kelompok negara tertentu.

d. Sebagai bukti kelengkapan dokumen ekspor.

d.1. Dengan Surat Keterangan Asal yang diterbitkan oleh Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta maka dapat

diketahui frekuensi volume ekspor ke suatu negara dari

jumlah banyaknya dokumen SKA yang di keluarkan

DISPERINDAG.

e. Untuk meningkatkan ekspor dalam negeri.

f. Untuk mendapatkan Preferensi.

g. Untuk data Statistik.

h. Untuk memenuhi persyaratan pencairan L/C terhadap pembiayaan

yang menggunakan L/C.

i. Pelacakan tuduhan dumping.

j. Data realisasi ekspor.

k. Data realisasi kuota.

lvii

H. Verifikasi SKA

Verifikasi SKA adalah penyidikan dokumen SKA kepada Instansi

Penerbit atas permintaan negara tujuan ekspor karena adanya keraguan

terhadap sahnya dokumen SKA.

Beberapa alasan dilakukannya verifikasi SKA adalah sebagai berikut:

a. Keabsahan dokumen SKA.

b. Keaslian dokumen SKA.

c. Keraguan terhadap Cap SKA.

d. Keraguan terhadap tanda tangan pejabat dan penanda tanganan

SKA.

e. Kebenaran terhadap tata cara pengisian dokumen SKA.

f. Kesalahan pengisian formulir SKA.

g. Keraguan terhadap kriteria barang.

Penyelesaian verifikasi SKA dapat dilakukan melalui :

a. Penyampaian jawaban bahwa surat verifikasi sudah diterima.

b. Penyelesaian masalah yang diverifikasikan.

Beberapa dampak dari verifikasi SKA adalah sebagai berikut:

a. Mengurangi peluang ekspor karena importir merasa dirugikan

sehingga impornya mungkin akan dialihkan ke negara lain.

b. Mengurangi kredibilitas pemerintah Indonesia sebagai penerbit

SKA.

lviii

I. Pengertian Surat Keterangan Asal (SKA) Form D

Surat keterangan Asal Form D Adalah Surat Keterangan Asal yang

diterbitkan oleh Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Provinsi Jawa

Tengah dengan tujuan ekspor ke beberapa negara ASEAN seperti Brunei

Darussalam, Malaysia, Phillipines, Singapore, Thailand dan Vietnam.

Jenis dan Bentuk dari SKA Form D :

a) Negara Tujuan SKA Form D

1. Singapore

2. Malaysia

3. Thailand

4. Philipina

5. Brunei Darussalam

6. Vietnam

7. Laos

8. Myanmar

9. Kamboja

b) Mutu:

- Kertas Pantone 2635U 30% untuk original dan Pantone 021U

21% untuk copy.

c) Ukuran:

- ISO A4.

d) Warna Kertas dan Peruntukan Formulir SKA:

a) Ungu muda(lembar asli), untuk importir.

lix

b) Orange (lembar kedua), untuk Instansi Penerbit.

c) Orange (lembar ketiga), untuk Bea dan Cukai di negara

tujuan ekspor.

d) Orange (lembar keempat), untuk eksportir.

J. Prosedur Penerbitan Surat Keterangan Asal (SKA)

Prosedur penerbitan Surat Keterangan Asal adalah ketentuan yang

berisi tahapan yang wajib dilakukan oleh instansi Penerbitan maupun oleh

eksportir atau pihak lain yang memerlukan Surat Keterangan Asal.

1. Prosedur Memperoleh Surat Keterangan Asal

a. Ekportir membeli SKA Form D ke kantor pelayanan

PERDAGLU yaitu :

1) Instansi Penerbit yang wilayah kerjanya mencakup tempat

barang diproduksi, atau

2) Instansi Penerbit yang wilayah kerjanya mencakup tempat

PEB didaftarkan pada Bank Devisa, atau

3) Instansi Penerbit yang wilayah kerjanya mencakup tempat

PEB mendapat persetujuan muat dari pejabat Bea Cukai

di pelabuhan ekspor, atau

4) Instansi Penerbit terdekat.

lx

b. Eksportir atau pihak yang memerlukan Surat Keterangan Asal

dapat memperoleh formulir SKA sesuai dengan jumlah yang

diperlukan.

c. Eksportir mengisi dokumen

Mengisi dokumen dengan tata cara sebagai berikut :

1) Formulir SKA wajib diisi dan diketik dengan huruf yang

sama oleh eksportir atau pihak lain yang memerlukan

SKA dalam bahasa Inggris secara jelas, lengkap dan

benar dengan kolom-kolom yang tercantum dalam

formulir Surat Keterangan Asal tersebut.

2) Pengisian formulir tersebut tidak boleh terdapat adanya

coretan, hapusan, atau tip-ex, dan timpahan. Apabila

terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam pengisian

formulir SKA, harus diganti formulir yang baru.

3) Setiap angka yang menunjukan jumlah harus diikuti

dengan huruf dalam tanda kurung.

4) Apabila kalimat yang diisi pada kolom uraian barang tidak

penuh satu baris maka setelah akhir kalimat agar diberi

tanda bintang sampai pada batas akhir baris tersebut.

lxi

5) Apabila kolom uraian barang tidak dipakai atau tidak diisi

seluruhnya, maka ruangan yang masih tersisa harus

diberi garis penutup terbentuk huruf “Z”.

6) Apabila pengisian formulir SKA pada kolom uraian

barang tidak cukup, maka dapat digunakan formulir SKA

tambahan sesuai dengan yang dibutuhkan yang

pengisiannya hanya kolom uraian barang, pernyataan

eksportir dan pengesahan Pejabat pada Instansi

Penerbit.

d. Eksportir melakukan Pendoc (pendaftaran dokumen).

e. Kemudian SKA di Verifikasi kepada pihak yang berwenang.

Instansi Penerbit mencatat nomor seri formulir SKA yang

diserahkan kepada eksportir atau pihak lain yang

memerlukan SKA, yaitu pada sudut kiri bawah formulir

permohonan.

f. Dokumen yang telah lolos verifikasi kemudian diserahkan ke

SCUFINDO untuk dicetak.

g. SKA Di cap oleh pihak yang berwenang.

h. SKA ditanda tangani oleh Spesimen (orang yang berhak

menandatangani).

i. SKA diterbitkan oleh DISPERINDAG

lxii

Sehingga waktu yang digunakan eksportir untuk memperoleh

Surat Keterangan Asal (SKA) yaitu 2 x 24 jam terhitung pada saat

SKA sudah diterima oleh pemohon COO atau eksportir.

K. Pengertian Common Effective Tariff (CEPT) dan AFTA

Skema CEPT adalah Program penurunan tariff dan penghapusan

hambatan non tariff diantara anggota-anggota ASEAN melalui tahapan

preferensi tariff kepada produk-produk hasil produksi negara-negara

ASEAN. Seluruh program penurunan tariff itu harus diumumkan kepada

semua Negara. ( sumber: Direktorat Jendral Perdagangan Internasional,

Departemen Perindustrian dan perdagangan, 1997/1998:28).

ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah kawasan perdagangan bebas

ASEAN dimana tidak ada hambatan tariff (bea masuk 0-5%) maupun

hambatan non tariff bagi Negara-negara anggota ASEAN.

Anggota ASEAN terdiri dari 6 negara lama yaitu Indonesia, Malaysia,

Philipines, Singapore, Thailand, Brunei Darusalam, sedangkan Negara

baru adalah Vietnam, laos, Myanmar, Kamboja (promosi,

[email protected], www.Disperindag-

jabar.go.id/artman/publish/article-309.html). Skema Common Effective

Tariff for ASEAN Free Trade Area (CEPT-AFTA) merupakan skema untuk

mewujudkan AFTA melalui penurunan tariff hingga menjadi 0-5%,

Penghapusan pembatasan kuantitatif dan hambatan-hambatan non

tarifnya. Basic Agrement on CEPT merupakan kesepakatan Asean untuk

lxiii

mewujudkan kawasan perdagangan bebas hambatan Asean (Asean Free

Trade Area) melalui proses bertahap sesuai skema tariff preferensi efektif

bersama (CEPT) sebagai mekanisme utamanya (sumber : Amir MS, 2000:

207).

Tujuan CEPT for AFTA antara lain :

1. Meningkatkan perdagangan dan investasi intra ASEAN secara lebih

tepat dan adil melalui pemberian preferensi tarif kepada produk-

produk yang sama, dan juga merupakan hasil produksi dari Negara-

negara anggota ASEAN, sehingga tingkat tarifnya akan sama di

pasar ASEAN dengan sasaran penurunan tarif menjadi 0% sampai

dengan 5%.

2. Meningkatkan daya tarik ASEAN terhadap investor Asing.

3. Meningkatkan efisiensi dan daya saing.

Ketentuan Skema CEPT for AFTA

1. Ketentuan Umum

a. Semua negara anggota ASEAN ikut serta dalam skema CEPT.

b. Produk-produk yang dimasukkan dalam skema CEPT berdasar

sektor kegiatan produksi pada tiingkat 6 digit Harmonized

System (HS).

c. Bagi negara anggota yang belum siap untuk memasukan

produk-produknya dalam skema CEPT, dapat dikecualikan

pada tingkat 8 atau 9 digit HS dan bersifat sementara.

lxiv

d. Untuk produk-produk yang dianggap “sensitive” (apabila

diekspor/impor akan menimbulkan gejolak harga didalam

negeri) dapat dikeluarkan dari skema CEPT dan produk

tersebut tidak diberi konsesi, baik yang berupa penurunan tarif

maupun hambatan non tarif. Setelah 5 tahun produk tersebut

dapat ditinjau kembali apakah akan dimasukkan dalam skema

CEPT atau dikeluarkan secara permanent (ketentuan ini

merupakan pelaksanaan dari prinsip 6X).

e. Semua produk CEPT harus memenuhi kandungan local paling

sedikit 40% nilai FOB produk yang bersangkutan dari Negara

anggota ASEAN (ASEAN content).

f. Produk-produk dalam skema tarif preferensi ASEAN (ASEAN

PTA) setelah dikenakan Margin Of Preference (MOP) sehingga

tariff efektifnya 20% atau lebih rendah, dialihkan masuk dalam

skema CEPT. Namun untuk produk-produk ASEAN-PTA yang

belum memenuhi ketentuan tersebut, tetap dikenakan MOP

yang berlaku.

2. Lingkup Produk CEPT

a. Cangkupan Produk CEPT, meliputi:

Meliputi seluruh jenis produk, termasuk:

a) Barang modal.

b) Produk olahan hasil pertanian.

lxv

c) Produk hasil industri dan jasa.

b. Produk yang dikecualikan sementara:

a) Batik.

b) Kendaraan.

c) Alat-alat berat.

d) Produk besi.

e) Truk.

f) Pompa.

g) Produk minyak (Petroleum).

c. Produk yang dikecualikan secara umum:

a) Produk yang berkaitan dengan keamanan.

b) Produk yang berkaitan dengan perlindungan moral

masyarakat dan kesehatan.

c) Binatang dan tumbuh-tumbuhan hidup.

d) Barang-barang yang bernilai seni

e) Barangg-barang purbakala atau bersejarah.

3. Penurunan Tarif

Penurunan melalui dua tahapan yaitu :

1) Secara Normal (Normal Track)

lxvi

a. Produk dengan tarif > 20% akan diturunkan dalam 2

tahap yaitu:

1) Menjadi 20% dalam waktu 5 tahun (1 januari 2000).

2) Menjadi 0-5% dalam waktu 5 tahun (1 januari

2003).

b. Produk dengan tarif kurang lebih 20% diturunkan menjadi

0-5% dalam waktu 7 tahun (1 januari 2000).

2) Kelompok Cepat (Fast Track)

a. Produk dengan tarif > 20% akan diturunkan menjadi 0-

5% dalam waktu 7 tahun (1 januari 2000).

b. Produk dengan tarif kurang lebih 20% diturunkan menjadi

0-5% dalam waktu 5 tahun (1 januari 1998).

4. Mekanisme Pengamanan (Safe Guard)

a. Kandungan lokalnya paling sedikit (Tidak boleh kurang) 40%

nilai FOB dari Negara-negara ASEAN (ASEAN Content).

b. Untuk produk furniture harus memenuhi komponen lokal

berdasarkan kriteria proses dan kriteria persentase.

5. Ketentuan Asal Barang

Produk-produk yang mendapatkan konsensi adalah produk yang

berasal dari negara Anggota ASEAN dengan kandungan lokal

lxvii

(local content) paling sedikiit 40%, kandungan lokal tersebut

berlaku baik untuk 1 negara maupun merupakan kandungan

kumulatif dari negara-negara anggota ASEAN.

BAB III

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

lxviii

A. Gambaran Umum Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

Surakarta

1. Sejarah Pembentukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta dibentuk

berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan RI No: 84/MPP/kep/4/1996 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kotamadya

Surakarta yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan

fungsi Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan Perdagangan di

Wilayah Kotamadya Surakarta.

Waktu digulirkan Otonomi Daerah tahun 2000, kantor Departemen

perindustrian dan perdagangan Kota Surakarta juga sempat

mengalami perubahan dan perkembangan dengan berganti nama

menjadi Departemen Perindustrian Perdagangan dan Penanaman

Modal Kota Surakarta yaitu berdasarkan Keputusan Walikota Kota

Surakarta Nomor 6 tahun 2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata

kerja perangkat daerah Kota Surakarta yang termuat dalam Lembaran

Daerah kota Surakarta Tahun 2001 Nomor 14 seri D.12.

Berdasarkan peraturan Walikota Kota Surakarta Nomor 12 tahun

2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata kerja Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta, Departemen

Perindustrian Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Surakarta

lxix

berganti nama menjadi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

Surakarta karena Dinas Penanaman Modal telah memisahkan diri dan

berdiri sendiri.

Menurut sejarah pembentukan Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Surakarta, DISPERINDAG itu didirikan untuk

membantu para eksportir mempermudah mendapatkan dokumen-

dokumen Surat Keterangan Asal (SKA). Surat keterangan Asal (SKA)

digunakan untuk dokumen penyerta barang yang sangat dibutuhkan

para eksportir untuk mengekspor barang ke Negara pengimpor.

2. Lokasi Dinas Perindustrian dan perdagangan kota Surakarta

Lokasi penelitian dan pencarian sumber data yaitu Kantor Dinas

Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Surakarta yang

berlokasi di Jl. Yosodipuro No. 164 Surakarta, telp (0271) 719932-

726300, FAX 714942.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) berlokasi

ditengah kota yang merupakan jalur yang strategis dan mudah

dijangkau oleh para eksportir baik ada di dalam kota Surakarta

maupun luar Kota Surakarta. Letak DISPERINDAG juga dekat dengan

perusahaan eksportir. Dan eksportir merasa diuntungkan karena dapat

menghemat waktu dalam memperoleh dokumen Surat Keterangan

Asal (SKA) lebih cepat.

lxx

3. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Surakarta

a. Kedudukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan

1) Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta

merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah dibidang

Perindustrian dan perdagangan.

2) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta

dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada dibawah dan

bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris daerah.

b. Tugas Pokok Dinas Perindustrian dan Perdagangan berdasarkan

Peraturan Walikota Surakarta Nomor 21 Tahun 2008

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta

mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintah

dibidang perindustrian dan perdagangan.

c. Fungsi Dinas Perindustrian dan Perdagangan berdasarkan

Peraturan Walikota Kota Surakarta Nomor 21 Tahun 2008

1) Penyelenggaraan kesekretariatan dinas

2) Penyusunan rencana program, pengendalian evaluasi dan

pelaporan.

3) Penyelenggaraan bimbingan terhadap perindustrian.

lxxi

4) Pembinaan dan pengembangan pengusaha industri

menengah, besar, kecil dan pengendalian pencemaran.

5) Penyelenggaraan perlindungan terhadap konsumen.

6) Penyelenggaraan sosialisasi.

7) Pembinaan jabatan fungsional.

8) Pembinaan dan pengembangan perdagangan luar negeri,

dalam negeri, dan perlindungan konsumen.

Salah satu bagian dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan

adalah DEPDAGLU atau Departemen Perdagangan Luar Negeri.

DAGLU berfungsi sebagai tempat pelayanan dan pengurusan Surat

Keterangan Asal (SKA) yang berguna bagi eksportir mempermudah

proses untuk mendapatkan Surat Keterangan Asal (SKA). Didalam

pelayanan Surat Keterangan Asal (SKA) mencakup antara lain :

a. Penjualan Form

Eksportir membeli Surat Keterangan Asal (SKA) Form D di

loket Perdagangan Luar Negeri (DAGLU).

b. DAGLU juga memberikan pelayanan pengkoreksian

kelengkapan data dan kelengkapan dokumen yang harus

disertakan eksportir dalam penyerahan Surat Keterangan

Asal (SKA).

lxxii

c. Penandatanganan

Penandatanganan dilakukan oleh bagian Kasi

Perdagangan Luar Negeri (DAGLU).

4. Susunan Organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

Surakarta

Susunan Organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

Surakarta berdasarkan Peraturan Walikota Surakarta Nomor 21 tahun

2010 Kota Surakarta terdiri dari:

a. Kepala Dinas

b. Bagian Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada

dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas, yang

membawahkan:

1) Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.

2) Sub Bagian Keuangan.

3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

Subbagian-subbagian sebagaimana yang dimaksud di atas

bertanggungjawab kepada kepala sub bagian yang berada di

bawah dan bertanggungjawab kepada Sekretaris.

lxxiii

c. Bidang Perindustrian

Bidang perindustrian dipimpin oleh seorang Kepala Bidang

Perindustrian dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas,

yang membawahkan :

1. Seksi Industri Kecil.

2. Seksi Industri Menengah dan Besar.

Seksi-seksi sebagaimana yang dimaksud di atas pimpinan

oleh seorang Kepala Seksi, yang berada dibawah dan

bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Perindustrian.

d. Bidang Perdagangan

Bidang perdagangan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang

Perdagangan dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas,

yang membawahkan :

1) Seksi Perdagangan Dalam Negeri.

2) Seksi Perdagangan Luar Negeri.

Seksi-seksi sebagaimana yang dimaksud di atas pimpinan

oleh seorang Kepala Seksi, yang berada di bawah dan

bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Perdagangan.

Bidang Pengawasan dan Perlindungan Konsumen.

lxxiv

Bidang Pengawasan dan Perlindungan konsumen dipimpin

oleh seorang Kepala Bidang Industri Logam Mesin dan Tekstil

dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas, yang

membawahkan:

1) Seksi Pengawasan.

2) Seksi Perlindungan Konsumen.

Seksi-seksi sebagaimana yang dimaksud di atas dipimpin

oleh seorang Kepala Seksi, yang berada di bawah dan

bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Industri Furniture.

e. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang tenaga

Fungsional Senior sebagai Ketua kelompok dan

bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.

Di dalam susunan organisasi dan tata kerja Dinas Perindustrian

dan Perdagangan (DISPERINDAG) Kota Surakarta mencakup

beberapa organisasi diantaranya adalah Departemen Perdagangan

Luar Negeri yang terdiri dari Kepala Dinas, Bagian Sekretariat, Bidang

Perindustrian, bidang Perdagangan, bidang Pengawasan dan

Perlindungan Konsumen, dan Bidang kelompok Jabatan Funsgional.

Departemen Perdagangan Luar Negeri juga mempunyai tugas pokok

serta fungsi yaitu mengeluarkan dokumen Surat Keterangan Asal

lxxv

(SKA). Surat Keterangan Asal (SKA) digunakan untuk dokumen

penyerta barang yang sangat dibutuhkan eksportir untuk mengekspor

barang ke negara pengimpor.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Bagan Struktur Organisasi Dinas

Perindustrian dan Perdagangan sebagai berikut :

BAGAN 3.1

lxxvi

ORGANISASI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA

SURAKARTA

Sumber: Peraturan Walikota Surakarta 21 Tahun 2010 tentang

Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Perindustrian

dan Perdagangan Kota Surakarta

KEPALA

SEKRETARIAT

SUB BAGIAN PERENCANAAN EVALUASI DAN

PERLENGKAPAN

SUB BAGIAN KEUANGAN

SUB BAGIAN UMUM DAN

KEPEGAWAIAN

BIDANG PERINDUSTRIAN

BIDANG PERDAGANGAN

BIDANG PENGAWASAN DAN

PERLINDUNGAN KONSUMEN

SEKSI INDUSTRI KECIL

SEKSI PERDAGANGAN DALAM NEGERI

SEKSI KEPEGAWAIAN

SEKSI INDUSTRI

MENENGAH DAN BAWAH

SEKSI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

SEKSI PERLINDUNGAN

KONSUMEN

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

lxxvii

5. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan Struktural Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta.

Uraian tugas pokok dan fungsi jabatan structural Dinas

Perindustrian dan Perdagangan berdasarkan pada Peraturan Walikota

Kota Surakarta Nomor 21 tahun 2008 tentang pedoman Uraian Tugas

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta.

a. Uraian Tugas Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

Kepala Dinas memiliki tugas pokok menyelenggarakan urusan

pemerintah di bidang perindustrian dan perdagangan.

b. Uraian Tugas Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian

penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi

dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan,

keuangan, umum dan kepegawaian. Untuk melaksanakan

tugasnya Sekretariat mempunyai fungsi sebagai berikut :

1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu,

pelayanan administrasi dan pelaksanaan di bidang

perencanaan, evaluasi dan pelaporan.

lxxviii

2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

pengkoordinasian penyelengaraan tugas secara terpadu,

pelayanan admnistrasi dan pelaksanaan di bidang

keuangan.

3) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

pengkoordinasian penyelengaraan tugas secara terpadu,

pelayanan admnistrasi dan pelaksanaan di bidang umum

dan kepegawaian.

4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Sekretariat terdiri dari ;

a) Sub bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

pengkoordinasian penyelengaraan tugas secara

terpadu, pelayanan admnistrasi dan pelaksanaan di

bidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan.

b) Sub Bagian Keuangan

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

pengkoordinasian penyelengaraan tugas secara

lxxix

terpadu, pelayanan admnistrasi dan pelaksanaan di

bidang keuangan, meliputi : pengelolaan keuangan,

verifikasi, pembukuan dan akuntansi di lingkungan

Dinas.

c) Sub bagian Umum dan Kepegawaian

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

pengkoordinasian penyelengaraan tugas secara

terpadu, pelayanan admnistrasi dan pelaksanaan di

bidang umum dan kepegawaian, meliputi :

pengelolaan administrasri kepegawaian, hukum,

humas, organisasi dan tatalaksana, ketatausahaan,

rumah tangga dan perlengkapan di lingkungan

Dinas.

c. Uraian Tugas Bidang Perindustrian

Bidang perindustrian mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian

penyelengaraan tugas secara terpadu, pelayanan admnistrasi dan

pelaksanaan di bidang industri kecil, industri menengah dan

industry besar. Untuk melaksanakan tugasnya Bidang Perindustrian

mempunyai fungsi :

lxxx

1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan

pelaksanaan di bidang industri kecil.

2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

dan pelaksanaan di bidang industri menengah dan besar.

3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bagian Bidang Perindustrian, terdiri dari :

1) Seksi Industri kecil

Mempunyai tugas penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang industri

kecil, meliputi : pembinaan dan pengembangan industri

kecil.

2) Seksi Industri Menengah dan Besar

Mempunyai tugas penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang industri

menengah dan besar, meliputi : pembinaan dan

pengembangan industri menengah dan besar.

d. Uraian Tugas Bidang Perdagangan

lxxxi

Bidang Perdagangan

Mempunyai tugas peyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

pembinaan, dan pelaksanaan di bidang perdagangan dalam negeri

dan luar negeri. Untuk melaksanakan tugasnya, Bidang

Perdagangan mempunyai fungsi :

1) Seksi Perdagangan Dalam Negeri

Mempunyai tugas peyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang perdagangan

dalam negeri, meliputi : pembinaan dan pengembangan

perdagangan dalam negeri.

2) Seksi Perdagangan Luar Negeri

Mempunyai tugas dalam peyiapan bahan perumusan

kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang

perdagangan luar negeri, meliputi : pembinaan dan

pengembangan perdagangan luar negeri. Dan fungsi seksi

Perdagangan Luar Negeri adalah :

a) Verifikator

Penerimaan dokumen dalam bentuk soft copy.

lxxxii

b) Administrasi

Menjual Surat Keterangan Asal (SKA) dengan harga

Rp. 5000,00.

c) Notulen

Pendoc atau penerimaan dokumen yang sudah di cetak

kemudian dokumen di tandatangani oleh PLH atau

Pelaksana harian bidang Perdagangan Luar Negeri.

e. Uraian Tugas Bidang Pengawasan dan Perlindungan Konsumen

Bidang Pengawasan dan Perlindungan Konsumen

Mempunyai tugas peyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengawasan dan

perlindungan konsumen. Untuk menjalankan tugasnya, Bidang

Pengawasan dan Perlindungan Konsumen mempunyai fungsi :

1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan

dan pelaksanaan dibidang pengawasan.

2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan

dan pelaksanaan dibidang perlindungan konsumen.

3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

lxxxiii

Sub Dinas Perdagangan terdiri dari :

1) Seksi Pengawasan

Mempunyai tugas penyiapan bahan perumusan

kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang

pengawasan, meliputi : pengawasan kelayakan dan

kualitas produk konsumen.

2) Seksi Perlindungan Konsumen

Mempunyai tugas peyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang

perlindungan konsumen, meliputi ; pembinaan

perlindungan konsumen.

f. Uraian Tugas Kelompok jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional

Mempunyai tugas sesuai dengan Jabatan Fungsional masing-

masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Kelompok jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga

fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan

bidang keahliannya yang ditentukan berdasarkan kebutuhan dan

beban kerja yang diatur sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

lxxxiv

6. Tata Cara Kerja Kepegawaian Kantor DISPERINDAG Kota

Surakarta

a. Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, kepala Sub Bagian, dan

Kepala Seksi dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kebijakan yang

ditetapkan oleh Walikota Kota Surakarta.

b. Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, dan

Kepala Seksi dalam melaksanakan tugasnya memperhatikan

prinsip-prinsip manajemen yang meliputi perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan

peloporan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

c. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala

Bidang, Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi, dan Pejabat Fungsional

wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi

secara vertikal maupun horizontal baik ke dalam maupun antar

satuan organisasi dalam lingkungan Pemerintahan Daerah serta

instansi lain sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing.

d. Berdasarkan pasal 32 Peraturan Walikota Surakarta Nomor 21

Tahun 2009:

1) Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Sub

Bagian, dan Kepala Seksi bertanggungjawab dalam

lxxxv

memimpin, mengkoordinasi dan memberikan bimbingan serta

petunjuk-petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya

masing-masing.

2) Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Sub

Bagian, dan Kepala Seksi wajib mengikuti dan mematuhi

petunjuk-petunjuk dan bertanggungjawab pada atasan

masing-masing serta menyampaikan laporan tepat pada

waktunya.

3) Dalam menyampaikan laporan masing-masing kepada

atasan, tembusan laporan dapat disampaikan kepada satuan

organisasi lain di lingkungan Dinas yang secara fungsional

mempunyai hubungan kerja.

4) Setiap laporan yang diterima oleh Kepala Dinas, Sekretaris,

Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, dan Kepala Seksi dari

bawahan wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan

penyusunan laporan lebih lanjut dan dijadikan bahan untuk

memberikan petunjuk kepada bawahan.

e. Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Unit Pelaksana Teknis dan

Pejabat Fungsional menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas

dan berdasarkan hal tersebut Sekretaris menyusun laporan berkala

Kepala Dinas kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

lxxxvi

Berdasarkan Susunan Tata Kerja diatas yang berhak untuk

menandatanganani Surat Keterangan Asal (SKA) yang diakui

Pemerintah yang diterbitkan oleh Instansi Penerbit Surat Keterangan

Asal (IPSKA) ada tiga orang diantaranya adalah :

a. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan oleh Bp.

Joko Pangarso.

b. Pelaksana harian (PLH) bidang perdagangan oleh Bp.

Eko.

c. Kepala Seksi perdagangan Luar Negeri oleh Bp.Nurul.

Dengan jasa dari staff DAGLU maka Surat Keterangan Asal (SKA)

dapat sah diterbitkan dan pemohon Certificate of Origin atau eksportir

dapat langsung mengirim barang dengan menyertakan dokumen SKA

yang sudah di sahkan.

7. Kepegawaian Kantor DISPERINDAG Kota Surakarta

a. Jenjang jabatan dan kepangkatan serta susunan kepegawaian

diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Kepala Dinas, Kepala Bidang, Kepala Unit Pelaksanaan, Kepala

Subbagian, Kepala Seksi, dan Ketua Kelompok Jabatan Fungsional

lxxxvii

di lingkungan Dinas diangkat dan diberhentikan oleh pejabat yang

berwenang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8. Visi dan Misi Dinas Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

Surakarta

Visi :

Terwujudnya kota Solo sebagai Kota Perdagangan dan industri

yang maju dan berwawasan budaya.

Misi :

a. Terciptanya kesempatan berusaha di sektor perdagangan

dan industri yang berwawasan lingkungan dan budaya.

b. Meningkatkan kelancaran distribusi barang dan jasa

perdagangan dalam dan luar negeri.

Dengan adanya Visi dan Misi dari Dinas Perindustrian dan

Perdagangan (DISPERINDAG) maka kegiatan ekspor menjadi lancar

dan dapat meningkatkan perekonomian Kota Surakarta.

lxxxviii

B. Pembahasan

1. Volume Ekspor Produk Furniture Surakarta ke Negara ASEAN

Pada Tahun 2009

Dokumen SKA adalah sebagai dokumen penyerta barang ekspor

Indonesia yang akan memasuki wilayah Negara tertentu dan fungsinya

membuktikan bahwa barang tersebut berasal, dihasilkan dan diolah di

Indonesia. Surat Keterangan Asal atau SKA diterbitkan oleh Dinas

Perindustrian dan Perdagangan.(DISPERINDAG). Dalam kegiatannya

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) mengeluarkan

beberapa jenis SKA yaitu Surat Keterangan Asal Form A, Surat

Keterangan Asal Form B, Surat Keterangan Asal Form D, Surat

Keterangan Asal Form AK, Surat Keterangan Asal Form IJEPA, SKA

Form E dan masih banyak lagi.

Surat Keterangan Asal Form D adalah Surat Keterangan Asal yang

ditebitkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG)

Kota Surakarta dengan tujuan ekspor ke beberapa Negara ASEAN

yang meliputi negara Malaysia, Singapore, Brunei Darussalam,

Philipina, Thailand dan Vietnam. Surat Keterangan Asal ini diterbitkan

oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) untuk

memenuhi kelengkapan dokumen ekspor yang diminta oleh para

lxxxix

importir. Selain itu Surat Keterangan Asal Form D ini digunakan untuk

melihat spesifikasi barang tersebut meliputi asal barang, melihat nilai

volume ekspor dan nilai FOB dari barang tersebut.

Pada Tahun 2009 data Surat Keterangan Asal Form D yang sudah

dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta

untuk produk furniture yang diekspor ke Negara ASEAN sebanyak

2564 set. SKA Form D yang dikeluarkan Dinas Perindustrian dan

Perdagangan (DISPERINDAG) kota Surakarta paling banyak ke

Negara Malaysia yaitu 2056 set dan SKA Form D yang dikeluarkan

DISPERINDAG paling sedikit ke Negara Brunei Darussalam yaitu 6

set. Data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan

(DISPERINDAG) Kota Surakarta mengenai Dokumen Surat

Keterangan Asal (SKA) Form D yang sudah dikeluarkan pada tahun

2009 dapat dilihat pada gambar 3.2 dibawah ini.

xc

2056 setMALAYSIA

66 setPHILIPPINES

383 setSINGAPORE

26 setTHAILAND

27 setVIET NAM 6 set

BRUNEI DARUSSALAM

No Negara SKA Form D yang Dikeluarkan

1 Brunei Darussalam 6 set

2 Malaysia 2056 set

3 Philipines 66 set

4 Singapore 383 set

5 Thailand 26 set6 Vietnam 27 set

2564 SET

Gambar 3.2 Data Realisasi Jumlah SKA Form D yang Dikeluarkan

Oleh DISPERINDAG SurakartaPada Tahun 2009

JUMLAHs

umber : Surat Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan oleh Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta tahun 2009.

Setelah mengetahui Surat Keterangan Asal Form D yang sudah

dikeluarkan oleh DISPERINDAG Kota Surakarta maka dapat dilihat

volume ekspor produk furniture ke Negara ASEAN pada tahun 2009.

Gambar 4.1 Grafik Realisasi Jumlah SKA Form D yang Dikeluarkan oleh

Disperindag Kota Surakarta Pada th 2009

xci

sumber : Surat Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan oleh Dinas Perindustrian

dan Perdagangan Kota Surakarta tahun 2009.

Dalam kehidupan sehari-hari, mebel kayu dipergunakan oleh

semua orang dan sangat erat kaitannya dengan kenyamanan hidup

manusia. Sehingga tidak heran jika furniture kayu merupakan pasar

potensial yang sangat besar karena kebutuhan akan furniture kayu

seperti mebel, handicraft, rotan selalu berkembang secara kuantitas

maupun kualitas di seluruh dunia. Furniture kayu Indonesia merupakan

warisan budaya dari Indonesia. Berbagai macam desain dengan ciri

khas masing-masing daerah telah dikenal sejak ratusan tahun yang

lalu dan mempunyai keunikan dan ciri khas tersendiri.

Industri furniture kayu Indonesia juga telah terbukti menjadi salah

satu industri ekspor yang padat karya dan telah menyerap ribuan

tenaga kerja serta menciptakan pengaruh yang besar bagi roda

perekonomian Indonesia. Industri furniture kayu telah menggerakkan

ekonomi dan menjadi gantungan hidup masyarakat Surakarta, dan

berbagai wilayah sentra industri furniture kayu lain di Indonesia.

Dengan kemampuan manufacture berstandar internasional, produk

furniture kayu Surakarta telah merambah pasar Amerika, Eropa,

terutama ASEAN dan berbagai belahan dunia lainnya. Karena produk

furniture merupakan salah satu komoditas terbesar yang

xcii

diperdagangkan oleh Surakarta. Produk furniture yang meliputi mebel,

rotan, handicraft tersebut merupakan salah satu komoditas yang

sangat diandalkan untuk memberikan kontribusi sebagai penyumbang

devisa terbesar dari ekspor non migas.

Pada tahun 2009 ekspor furniture di Surakarta paling tinggi

permintaan dari Negara Malaysia dengan volume ekspornya mencapai

(kg) 430,237.50 dan nilai FOB sebesar US $458.875.55 . Kemudian

ekspor terendah ke Negara Vietnam dengan volume ekspor mencapai

(kg) 193.00 dan nilai FOB sebesar US $800.00, pada tahun 2009

ekspor furniture ke Negara ASEAN mengalami penurunan.

Volume ekspor furniture kayu Indonesia ke Negara ASEAN pada

tahun 2009 ini mengalami penurunan. Dikarenakan terkena krisis

global yang dampaknya dapat dirasakan diseluruh dunia dan hampir

disemua sektor. Industri komoditi furniture Surakarta juga turut

merasakan akibatnya, diantaranya melemahnya sektor perekonomian,

permintaan ekspor furniture cenderung mengalami penurunan, harga

bahan baku yg naik sehingga menambah beban biaya produksi, dan

tidak adanya order dari buyer. Oleh karena itu para pengusaha atau

produsen furniture Indonesia khususnya kota Surakarta banyak yang

bangkrut atau gulung tikar karena terkena imbas dari krisis global.

Menurut data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Surakarta mengenai Dokumen Surat Keterangan

xciii

Asal (SKA) Form D yang diterbitkan pada tahun 2009, terdapat adanya

volume penurunan ekspor produk furniture ke negara ASEAN yang

dapat dilihat pada gambar 3.3 dibawah ini :

xciv

1 BRUNEI DARUSSALAM 6 set 12.000,00 27.152,00

2 MALAYSIA 2056 set 430.237,50 458.875,55

3 PHILIPPINES 66 set 27.939,50 79.777,00

4 SINGAPORE 383 set 123.761,59 356.690,83

5 THAILAND 26 set 8.500,00 7.647,56

6 VIET NAM 27 set 193,00 800,00

Jumlah ekspor furniture th 2009 2564 SET 602.631,59 930.942,94

REALISASI EKSPOR FURNITURE KOTA SURAKARTA KE NEGARA ASEAN

MENGGUNAKAN SKA FORM DPADA TAHUN 2009

NO Negara Tujuan EksporSKA Form D yang

dikeluarkan Volume (kg) Nilai FOB (US $)

Gambar 3.3

sumber: Surat Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta.

12,000.00

430,237.50

27,939.50

123,761.59

8,500.00 193.00

0.00

50,000.00

100,000.00

150,000.00

200,000.00

250,000.00

300,000.00

350,000.00

400,000.00

450,000.00

Kilo

gra

m (

Kg

)

BRUNEIDARUSSALAM

MALAYSIA PHILIPPINES SINGAPORE THAILAND VIET NAM

Negara

Gambar 4.2

Grafik Volume Ekspor Furniture

xcv

27,152.00

458,875.55

79,777.00

356,690.83

7,647.56 800.00

0.00

50,000.00

100,000.00

150,000.00

200,000.00

250,000.00

300,000.00

350,000.00

400,000.00

450,000.00

500,000.00

US

$

BRUNEIDARUSSALAM

MALAYSIA PHILIPPINES SINGAPORE THAILAND VIET NAM

Negara

Nilai FOB

0

500

1000

1500

2000

2500

Set

BRUNEIDARUSSALAM

MALAYSIA PHILIPPINES SINGAPORE THAILAND VIET NAM

negara

Grafik Jumlah SKA Form D Produk Furniture yang dikeluarkan oleh Disperindag Kota Surakarta th 2009

sumber : Surat Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan oleh Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Surakarta tahun 2009.

sumber : Surat Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan oleh Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Surakarta tahun 2009.

Gambar 4.3 Grafik Nilai FOB Furniture

Kota Surakarta th 2009

Gambar 4.4

xcvi

sumber : Surat Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan oleh Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Surakarta tahun 2009.

Urutan Negara pengimpor produk furniture kota Surakarta mulai dari

yang terbesar menurut Data Realisasi Ekspor diatas adalah:

1. Malaysia sebagai Negara pengimpor furniture yang menduduki

peringkat pertama diantara Negara-negara ASEAN yang lain.

Pada tahun 2009 Surat Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan

oleh DISPERINDAG Kota Surakarta ke negara Malaysia paling

banyak yaitu 2056 set, maka dengan dikeluarkannya SKA

tersebut dapat dilihat volume ekspor dan nilai FOB ke negara

Malaysia. Volume ekspor furniture ke negara Malaysia sebesar

430.237,50 kg dan nilai FOB nya sebesar US $458.875,55 karena

Malaysia Negara yang tidak bisa memproduksi furniture sendiri,

sehingga membutuhkan produk furniture dari Indonesia,

kemudian disusul dengan ekspor tertinggi ke dua ke negara

Malaysia adalah Garment.

2. Dikarenakan Negara Singapore sebagai pusat bisnis dari Negara

ASEAN, jadi perkembangan ekspor furniture di Singapore sangat

pesat, meskipun menurut data negara Singapore menduduki

peringkat kedua setelah Malaysia. Pada tahun 2009 Surat

Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan oleh DISPERINDAG

Kota Surakarta ke negara Singapore sebanyak 383 set, maka

dengan dikeluarkannya SKA tersebut dapat dilihat volume ekspor

dan nilai FOB ke negara Singapore dibandingkan dengan Negara

xcvii

Malaysia. Di negara Singapore volume ekspornya turun sedikit

sebesar 123.761,59 kg, dengan nilai FOBnya juga turun sebesar

US $356.690,83 dan ekspor ke dua di Singapore adalah

GARMENT.

3. Phillpina menduduki peringkat ketiga sebagai Negara pengimpor

produk furniture setelah Singapore. Pada tahun 2009 Surat

Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan oleh DISPERINDAG

Kota Surakarta ke negara Philipina sebanyak 66 set, maka

dengan dikeluarkannya SKA tersebut dapat dilihat volume ekspor

dan nilai FOB ke negara Philipina. Negara Philipina nilai volume

ekspornya turun drastis sebesar 27.939,50 kg, sedangkan nilai

FOB Negara Phillipines turun sangat drastis sebesar US$

79.777.00 dibanding Negara Singapore, dan ekspor tertinggi ke

dua ke Negara Philipina adalah ekspor kantong plastik dan

peralatan kantor.

4. Brunei Darussalam menduduki peringkat ke empat sebagai

Negara pengimpor produk furniture setelah Negara Philipina.

Pada tahun 2009 Surat Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan

oleh DISPERINDAG Kota Surakarta ke negara Brunei

Darussalam paling sedikit yaitu sebanyak 6 set, maka dengan

dikeluarkannya SKA tersebut dapat dilihat volume ekspor dan

nilai FOB ke negara Brunei Darussalam. Negara Brunei

Darussalam volume ekspor turun sebesar 12.000,00 kg

xcviii

sedangkan nilai FOB Negara Brunei Darusalam juga turun drastis

sebesar US $ 27.152,00 dibandingkan Negara Philipina dan

ekspor tertinggi ke dua ke negara Brunei Darussalam adalah

BATIK.

5. Thailand menduduki peringkat ke lima sebagai Negara pengimpor

produk furniture setelah Negara Brunei Darussalam. Pada tahun

2009 Surat Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan oleh

DISPERINDAG Kota Surakarta ke negara Thailand sebanyak 26

set, maka dengan dikeluarkannya SKA tersebut dapat dilihat

volume ekspor dan nilai FOB ke Thailand. Pada tahun 2009

volume ekspornya ke negara Thailand turun sebesar 8.500,00 kg

sedangkan nilai FOB nya juga turun sebesar US $ 7.647,56

dibandingkan nilai FOB Negara Brunei Darusalam dan ekspor

tertinggi ke dua ke Negara Thailand adalah ekspor TEXTILE.

6. Vietnam menduduki peringkat ke enam sebagai Negara

pengimpor produk furniture setelah Negara Thailand. Pada tahun

2009 Surat Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan oleh

DISPERINDAG Kota Surakarta ke negara vietnam sebanyak 27

set, maka dengan dikeluarkannya SKA tersebut dapat dilihat

volume ekspor dan nilai FOB ke negara Vietnam. Pada tahun

2009 volume ekspor ke Negara Thailand turun sangat drastis

sebesar 193,00 kg, sedangkan nilai FOB turun juga sebesar US

xcix

$ 800.00, dibanding Negara Thailand. Yang diimpor Negara

Vietnam kedua adalah GARMEN setelah furniture.

Pada tabel diatas terlihat bahwa volume ekspor produk furniture di

Surakarta pada tahun 2009 ke Negara ASEAN mengalami penurunan,

walaupun penurunannya tidak begitu banyak. Penurunan tersebut

dikarenakan ekspor furniture tersendat karena terkenanya dampak dari

krisis global dan juga ketidakstabilan nilai tukar rupiah terhadap nilai

dolar. Maka dari itu para importir dari negara ASEAN meragukan

pangsa pasar furniture di Negara Indonesia khususnya di Surakarta

jadi mereka menarik semua investasinya yang mereka pikir akan

merugikan dan mereka takut tidak mendapatkan profit dari investasi

tersebut.

2. Hambatan Yang Muncul Dalam Ekspor Produk Furniture Ke

Negara ASEAN

Didalam ekspor produk furniture ke beberapa Negara ASEAN dapat

mengalami peningkatan maupun penurunan. Kondisi perdagangan

tersebut terjadi karena dalam perdagangan ekspor produk furniture

memiliki beberapa hambatan yaitu hambatan para eksportir untuk

memperoleh Surat Keterangan Asal (SKA) dan hambatan untuk

mengekspor produk furniture ke ASEAN diantaranya :

a. Didalam pengurusan dokumen Surat Keterangan Asal (SKA) para

eksportir mempunyai dua hambatan yaitu :

c

1. Waktu

Waktu yang digunakan untuk memperoleh Surat Keterangan

Asal (SKA) yaitu 2 x 24 jam terhitung pada saat SKA sudah

diterima oleh pemohon COO atau eksportir. Maka apabila

dokumen yang dibawa oleh pemohon Certificate of Origin atau

eksportir tidak lengkap dapat menghambat penerbitan Surat

Keterangan Asal (SKA) dan dapat menghambat pengambilan

barang di pelabuhan tujuan.

2. Sumber Daya Manusia (SDM)

Jumlah dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Dinas

Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) Kota Surakarta

masih kurang, yang menyebabkan lambatnya pelayanan ekspor.

b. Hambatan untuk mengekspor produk furniture ke Negara ASEAN

Hambatan tersebut dapat digolongkan menjadi 2 faktor yaitu :

a) Faktor Alam

1. Karena Faktor Cuaca

Faktor cuaca yang dilihat dari temperature disetiap

Negara itu berbeda yang menyebabkan ekspor furniture

menjadi turun.

2. Bila pada saat pengiriman terjadi bencana alam seperti

ombak besar maka barang akan dibuang ditengah laut

ci

jika kelebihan barang yang di perkirakan kapal dapat

terbalik.

3. Pengiriman yang terlalu lama mengakibatkan produk

ditumbuhi jamur karena suhu yang lembab.

4. Pemberlakuan peraturan yang tidak memperbolehkan

beberapa jenis kayu yang diolah sebagai bahan baku

furniture untuk di ekspor ke negara ASEAN.

b) Faktor Teknis

1. Bila Produk cacat.

Bila produk furniture yang diekspor terkena goncangan

pada saat diatas kapal dan bila barang tidak sesuai

permintaan buyer maka buyer akan mengembalikan

produk tersebut.

2. Trend atau keinginan konsumen di setiap negara

berbeda, ada yang meminta model klasik, modern dll.

3. Karena kekurangan modal.

Biaya pengiriman produk yang tinggi.

4. Masih menggunakan teknologi yang tradisional

Proses produksi menjadi lambat.

cii

5. Terbatasnya informasi Luar negeri

Eksportir dalam negeri kurang informasi karena

kurangnya sarana untuk mendapatkan informasi dari

Luar Negeri.

6. Kurangnya eksportir kita mengadakan promosi atau

pameran dagang ke luar negeri.

Karena bantuan dari pemerintah yang berupa fasilitas

pameran atau promosi dagangnya tidak ada.

7. GSP atau bea masuk yang diberlakukan di setiap

Negara itu berbeda,dan bea masuk yang besar dapat

merugikan eksportir

3. Hal Yang Dilakukan oleh DISPERINDAG untuk Meningkatkan

Produk Furniture ke Negara ASEAN

Dalam perkembangan volume ekspor produk furniture di Surakarta,

Dinas Perindustrian dan Perdagangan memiliki peranan yang sangat

penting. Hal-hal yang telah dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Surakarta guna mendorong peningkatan volume

ekspor antara lain :

a) Dinas Perindustrian dan Perdagangan melakukan sosialisasi

dengan cara mengadakan seminar-seminar tentang prosedur

ciii

ekspor bagi eksportir pemula, seminar tentang penggunaan

system IT, seminar tentang prosedur impor bagi semua eksportir,

seminar tentang sosialisasi system pengajuan Certificate Of

Origin. Seminar-seminar tersebut ditujukan kepada para

pengusaha atau eksportir-eksportir furniture yang ingin

melakukan ekspor.

b) Dinas Perindustrian dan Perdagangan memberikan beberapa

fasilitas berupa peralatan untuk meningkatkan mutu produk

furniture yang diekspor, memberikan tiket gratis kepada para

eksportir untuk mengikuti pameran diluar kota Surakarta dengan

transport ditanggung oleh Disperindag. Disperindag juga

memberikan PRIMANIYARTA atau penghargaan kepada para

pengusaha atau eksportir furniture yang berprestasi di bidang

ekspor dan dapat menjadi tauladan bagi eksportir lain

c) Dinas Perindustrian dan Perdagangan memberikan layanan

konsultasi kepada para eksportir agar eksportir mendapatkan

informasi yang jelas dan akurat tentang produk yang akan

diekspor.

d) Dinas Perindustrian dan Perdagangan memberikan pelatihan

khusus berupa pengisian UNIDOC, pengisian Module Exportir,

pengisian aplikasi, pelatihan teknologi industri, pelatihan

sosialisasi perlindungan konsumen yang ditujukan bagi para

civ

eksportir atau pengusaha furniture untuk meningkatkan kualitas

dan kuantitas produk furniture tersebut.

e) Dinas Perindustrian dan Perdagangan memberikan sponsor

kepada para pengusaha untuk mengadakan pameran-pameran

furniture ke berbagai kota ataupun luar negeri.

f) Dinas Perindustrian dan Perdagangan mendatangkan buyer dari

luar negeri ke Indonesia untuk melihat hasil produksi furniture

yang dihasilkan oleh produsen dari negara Indonesia dalam

rangka acara INACRAFT (International Furniture & Craft Industry)

tentang pameran produk furniture mebel dan kerajinan.

g) Dinas Perindustrian dan Perdagangan memberikan tempat

khusus dengan cara mengadakan expo produk furniture agar

para pengusaha dapat menjualkan produk furniture tersebut

kepada para buyer yang ada di dalam negeri ataupun buyer dari

luar negeri.

Dengan berbagai upaya tersebut diatas Dinas Perindustrian dan

Perdagangan (DISPERINDAG) kota Surakarta bermaksud agar para

eksportir dan calon eksportir furniture di Kota Surakarta dan sekitarnya

dapat meningkatkan kapasitas dan volume produk furniture yang di

ekspor ke beberapa negara ASEAN. Dan Dengan adanya banyak

kegiatan pelatihan-pelatihan, seminar-seminar, acara-acara tentang

ekspor produk furniture di Kota Surakarta maka para eksportir dan

cv

eksportir pemula dapat mengetahui informasi produk furniture yang

berkualitas. Sehingga eksportir dapat lebih meningkatkan produknya

agar mendapatkan profit yang besar. Dengan adanya kegiatan ekspor

di Kota Surakarta maka dapat meningkatkan perekonomian bagi

penduduk yang tinggal di Kota Surakarta dan sekitarnya.

cvi

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam pembahasan mengenai Volume Ekspor Furniture Kota

Surakarta Berdasarkan Penerbitan Surat Keterangan Asal (SKA) Form D

Pada Tahun 2009, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dokumen yang digunakan eksportir untuk mengekspor furniture ke

ASEAN adalah SKA Form D. Pada tahun 2009 SKA yang telah

diterbitkan DISPERINDAG kota Surakarta untuk produk furniture

yang diekspor ke ASEAN sebanyak 2564 set. SKA yang diterbitkan

ke Negara Malaysia paling banyak yaitu 2056 set dan paling sedikit

ke Negara Brunei Darussalam yaitu 6 set. Berdasarkan jumlah SKA

Form D yang dikeluarkan DISPERINDAG dapat diketahui

perkembangan ekspor furniture ke ASEAN pada tahun 2009.

Ternyata perkembangan ekspor furniture ke ASEAN pada tahun

2009 mengalami penurunan dilihat dari volume ekspor dan nilai

FOB. Penurunan tersebut terjadi karena terkena dampak dari Krisis

Global.

2. Pada tahun 2009 ekspor produk furniture ke ASEAN mengalami

penurunan tidak hanya dikarenakan oleh krisis global, tetapi juga

cvii

adanya hambatan yang muncul. diantaranya hambatan bagi

eksportir yaitu waktu, kurangnya SDM di lingkup DISPERINDAG

dan hambatan untuk mengekspor furniture ke ASEAN yaitu faktor

cuaca, kurangnya modal, menggunakan teknologi yang tradisional.

3. Upaya yang dilakukan pemerintah atau Dinas Perindustrian dan

Perdagangan (DISPERINDAG) kota Surakarta sudah cukup

maksimal dengan melakukan kegiatan pelatihan-pelatihan,

seminar-seminar dan acara-acara tentang kegiatan ekspor yang

diberikan kepada para eksportir dan calon eksportir agar para

eksportir mengetahui informasi tentang produk furniture saat ini dan

eksportir dapat meningkatkan kualitas produk untuk memperoleh

keuntungan atau profit yang besar.

B. SARAN

Saran-saran bagi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

Surakarta sebagai berikut :

1. Sebaiknya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta

selalu berupaya meningkatkan atau mempertahankan volume

ekspor dengan cara memberikan bimbingan secara kontinyu

kepada para eksportir yang akan melakukan kegiatan ekspor.

2. Sebaiknya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta

meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di

Disperindag guna menyempurnakan pelayanan ekspor menjadi

lebih baik.

cviii

3. Sebaiknya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta

ikut berpartisipasi dalam mengatasi hambatan yang muncul

dalam kegiatan ekspor agar beban eksportir dapat berkurang,

dengan menyesuaikan TUPOKSI atau Tugas Pokok dan Fungsi

dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DiSPERINDAG).

cix

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Setyo Wahyu dan Hari Murti, 2004, “Pedoman Penulisan Tugas

Akhir dan Magang Kerja”, Program Studi D-3 Bisnis

Internasional, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

"http://id.wikipedia.org/wiki/Ekspor" Kategori: Perdagangan internasional,

diunduh tanggal 14 Februari 2010.

www.gogle.com search : Maju Export Indonesia Blog Competition - AQSA

Living Blog Competition, diunduh tanggal 13 April 2010.

www.gogle.com search : PERKEMBANGAN EKSPOR PRODUK ROTAN

INDONESIA KE NEGARA TUJUAN UTAMA DITINJAU DARI

KEBIJAKAN LARANGAN EKSPOR ROTAN MENTAH, diunduh

tanggal 14 Februari 2010.

Direktorat Jendral Perdagangan Luar Negeri dan Direktorat Fasilitasi

Ekspor dan Impor. 2002. “Buku Panduan Surat Keterangan Asal

(SKA)”. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG).

Jakarta.

Direktorat Jendral Perdagangan Luar Negeri dan Direktorat Fasilitasi

Ekspor dan Impor. 2008. “Buku Panduan Penerbitan Surat

keterangan Asal (Certificate Of Origin) Untuk Barang Ekpor

Indonesia”. Jakarta

cx

PPEI, 2009, Kumpulan Makalah prosedur Ekspor”, Disampaikan Pada

Pelatihan Prosedur Ekspor, Kerjasama Antara PPEI, BPEN dan

DISPERINDAG dengan Laboratorium Ekspor-Impor, Program D-3

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, 17 Maret

sampai dengan 19 maret 2009.

cxi