Transcript
Page 1: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIEN

COMMUNITY ACQUIRED PNEUMONIA (CAP) DI RSUD SLEMAN

YOGYAKARTA PERIODE JUNI 2016 – FEBRUARI 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Ika Hanna Nurul Wathani

NIM: 148114063

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

i

EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIEN

COMMUNITY ACQUIRED PNEUMONIA (CAP) DI RSUD SLEMAN

YOGYAKARTA PERIODE JUNI 2016 – FEBRUARI 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Ika Hanna Nurul Wathani

NIM: 148114063

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“… Verily, in the remembrance of

Allah do hearts find peace”

(QS. Ar Ra’d : 28)

Karya ini kupersembahkan untuk:

Allah SWT yang selalu mengabulkan doa dan memperlancar hidupku

Bapak, Mamah, & adikku yang selalu memberikan doa, dukungan, & kesabaran

Orang-orang disekitarku yang selalu memberikan semangat

Almamaterku Universitas Sanata Dharma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang telah saya

susun ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya indikasi plagiarisme dalam

naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 30 Mei 2018

Penulis

Ika Hanna Nurul Wathani

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Ika Hanna Nurul Wathani

Nomor Mahasiswa : 148114063

Demi Pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Evaluasi Rasionalitas Antibiotika Pada Pasien Community Acquired

Pneumonia (CAP) di RSUD Sleman Yogyakarta Periode Juni 2016 –

Februari 2018

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikan di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi

loyalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal :

Yang menyatakan

(Ika Hanna Nurul Wathani)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan tuntunan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah skripsi ini

yang berjudul Evaluasi Rasionalitas Antibiotika Pada Pasien Community

Acquired Pneumonia (CAP) di RSUD Sleman Yogyakarta Periode Juni 2016 –

Februari 2018. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar

Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Penulis menyadari semua proses dalam penyelesaian naskah skripsi ini tidak

terlepas dari dorongan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Septimawanto Dwi Prasetyo, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing

skrispi yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan tenaga, ilmu,

dorongan, dan saran selama penyusunan skripsi.

3. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., dan Ibu Putu Dyana Christasani,

M.Sc., Apt., selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan waktu,

kritik, juga saran dalam penelitian ini.

4. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc., selaku dosen pembimbing

akademik yang telah memberikan dorongan, ilmu, dan saran selama masa

perkuliahan

5. Segenap staff sekretariat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang telah membantu menyediakan segala surat yang

dibutuhkan selama proses penelitian hingga ujian skripsi.

6. Segenap staff, kepala rekam medik, apoteker, dan dokter RSUD Sleman atas

waktu dan bantuannya sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar.

7. Tim Komite Etik Fakultas Kedokteran UKDW yang telah memberikan

arahan dan menerbitkan Ethical Clearance penelitian ini

8. Kebangpol Sleman yang telah menerbitkan izin penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

viii

9. Bapak, mamah, adik serta keluarga atas segala dukungan, doa, semangat,

kasih sayang, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis

10. Teman-teman skripsi, Biata dan Feli yang telah memberikan semangat,

waktu, tenaga untuk direpotkan, juga kebersamaan selama proses

perkuliahan

11. Adik-adik yang jauh Winda, Acik untuk segala bantuan, motivasi, waktu,

kebersamaan dari SMP hingga selesainya naskah skripsi ini

12. Teman-Teman FAST dan kak Nana yang selalu jadi charger ketenangan

13. Teman-teman seperjuangan Gita, Debby, Epen, Lintang, Myisha, Cik Liv,

Dito, Vito, Dicky, atas kebersamaannya selama masa perkuliahan

14. Teman-teman FSM B dan farmasi angkatan 2014 atas segala

kebersamaannya selama proses perkuliahan

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu atas segala

dukungan, bantuan, doa, dan kesabaran yang diberikan kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

Penulis menyadari bahwa dalam naskah skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Penulis juga

memohon maaf atas segala kekurangan dalam naskah ini. Akhit kata, penulis

berharap naskah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya dan bagi

perkembangan ilmu farmasi klinis.

Yogyakarta, 30 Mei 2018

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................... vi

PRAKATA ...................................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii

ABSTRAK ...................................................................................................... xiii

ABSTRACT ...................................................................................................... xiv

PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

METODE PENELITIAN ................................................................................ 3

Desain dan Subjek Penelitian ............................................................... 3

Analisis Data ......................................................................................... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 5

Karakteristik Demografi Pasien ............................................................ 5

Pola Penggunaan Antibiotika ............................................................... 7

Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotika .................................... 9

KESIMPULAN ............................................................................................... 17

SARAN ........................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18

LAMPIRAN .................................................................................................... 20

BIOGRAFI PENULIS .................................................................................... 38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

x

DAFTAR TABEL

Tabel I. Karakteristik Demografi Pasien CAP berdasarkan Usia dan

Jenis Kelamin ............................................................................. 6

Tabel II. Karakteristik Pasien CAP berdasarkan Lama Perawatan ............ 7

Tabel III. Pola Penggunaan Antibiotika Berdasarkan Golongan, Jenis, dan

Rute Pemberian ............................................................................ 8

Tabel IV. Pola Penggunaan Antibiotika berdasarkan Lama Pemberian

Antibiotika ................................................................................... 9

Tabel V. Persentase Evaluasi Kriteria Rasionalitas Penggunaan Antibiotika

...................................................................................................... 10

Tabel VI. Ketepatan Pemilihan Antibiotika pada Pasien CAP yang

Menjalani Rawat Inap di RSUD Sleman ..................................... 11

Tabel VII. Ketepatan Dosis Antibiotika pada Pasien CAP yang Menjalani

Rawat Inap di RSUD Sleman ...................................................... 12

Tabel VIII. Ketepatan Interval Waktu Pemberian Antibiotika pada Pasien

CAP yang Menjalani Rawat Inap di RSUD Sleman .................... 13

Tabel IX. Ketepatan Penilaian Kondisi Pasien pada Pasien CAP yang

Menjalani Rawat Inap di RSUD Sleman ..................................... 15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Sampel Penelitian Pasien Pneumonia yang Menjalani

Rawat Inap di RSUD Sleman Periode Juni 2016 – Februari

2018 .......................................................................................... 4

Gambar 2. Rasionalitas Penggunaan Antibiotika pada Pasien CAP yang

Menjalani Rawat Inap di RSUD Sleman Periode Juni 2016 –

Februari 2018 ............................................................................ 16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance ....................................................................... 21

Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian dari Kesbangpol Sleman ................ 22

Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian di RSUD Sleman Yogyakarta ........ 23

Lampiran 4. Definisi Operasional .................................................................... 24

Lampiran 5. Antibiotika Empiris untuk Pasien CAP yang Menjalani Rawat

Inap (non-ICU) .............................................................................. 26

Lampiran 6. Dosis Antibiotika Menurut Drug Information Handbook 24th

(2015) ............................................................................................ 27

Lampiran 7. Contoh Lembar Pengambilan Data Rekam Medik Pasien CAP .. 28

Lampiran 8. Lembar Demografi dan Pola Penggunaan Antibiotika ................ 30

Lampiran 9. Check List Rasionalitas Penggunaan Antibiotika ......................... 33

Lampiran 10. Hasil Wawancara dengan Salah Satu Dokter Penulis Resep ...... 37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

xiii

ABSTRAK

Pneumonia merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru

yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme yang menyebabkan peradangan

parenkim paru. Salah satu jenis pneumonia adalah Community Acquired

Pneumonia (CAP) atau pneumonia komuniti. Pneumonia komuniti merupakan

pneumonia yang didapat di masyarakat dengan menggunakan antibiotika sebagai

salah satu pengobatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

karakteristik demografi pasien CAP, pola penggunaan antibiotika, dan

mengevaluasi rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien CAP di RSUD

Sleman Yogyakarta periode Juni 2016 – Februari 2018. Penelitian ini merupakan

penelitian non-eksperimental dengan menggunakan desain penelitian deskriptif

dan retrospektif. Data diperoleh dari rekam medik pasien CAP dengan total 33

pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kejadian CAP terbanyak pada

jenis kelamin laki-laki (54,5%) dan pada rentang usia ≥65 tahun. Antibiotika

monoterapi yang banyak digunakan adalah golongan sefalosporin generasi 3 yaitu

Seftriakson dan untuk antibiotika kombinasi terbanyak adalah Seftriakson dengan

Azitromisin. Pada penelitian ini ditemukan penggunaan antibiotika yang rasional

sebanyak 2 pasien (6,1%) dan 31 pasien (93,3%) dengan penggunaan antibiotika

yang tidak rasional. Penggunaan antibiotika yang tidak rasional terjadi karena

ketidaktepatan pemilihan obat (9,1%), ketidaktepatan dosis (50%), ketidaktepatan

interval pemberian (93,3%) dan ketidaktepatan penilaian kondisi pasien (6,7%).

Kata Kunci: CAP, antibiotika, rasional

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

xiv

ABSTRACT

Pneumonia is an infectious disease that attacks the pulmonary parenchyma caused

by various microorganisms that cause inflammation of the pulmonary parenchyma.

One type of pneumonia is a Community Acquired Pneumonia (CAP). Community

Acquired Pneumonia (CAP) is a pneumonia that is obtained in the society by using

antibiotic as one of its treatment. This study aims to identify the demographic

characteristic of CAP patients, antibiotic usage patterns, and evaluate the rational

use of antibiotics for patients with CAP at RSUD Sleman Yogyakarta period June

2016 – February 2018. This non-experimental study using descriptive and

retrospective study design. Data were obtained from medical record of patients

CAP with total 33 patients. The result showed that the highest incident of CAP in

male (54,5%) and the range of age ≥65 years old. The most commonly used

antibiotic monotherapy is Cephalosporin 3rd generation that is Ceftriaxone and for

the antibiotic combination is ceftriaxone with Azithromycin. The result of this study

showed that 2 patients (6,1%) use rational of antibiotics and 31 patients (93,3%)

was irrational. The irrational use of antibiotics was due to drug inappropriateness

(9,1%), inaccuracy of antibiotics dose (50%), inaccuracy of interval time of

antibiotic administration (93,3%), and inaccuracy of patient condition (6,7%).

Keywords: CAP, Antibiotics, Rational

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

1

PENDAHULUAN

Infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA) merupakan salah satu penyakit

yang menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi serta kerugian

produktivitas kerja. ISNBA dapat dijumpai dalam berbagai bentuk penyakit,

dimana yang paling sering adalah dalam bentuk pneumonia (Setiati et al., 2014).

Pneumonia merupakan penyakit infeksi yang mengenai parenkima paru yang

disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, fungi, dan parasit

yang menyebabkan peradangan parenkim paru dan akumulasi eksudat peradangan

di saluran napas (McPhee and Ganong, 2011). Pneumonia dapat diklasifikasikan

menjadi beberapa macam, salah satu diantaranya yaitu pneumonia komuniti atau

Community Acquired Pneumonia (CAP). Pneumonia komuniti merupakan

pneumonia yang berkembang dimasyarakat tanpa adanya kontak dengan fasilitas

medis (Dipiro et al., 2015). Selain itu pneumonia komuniti juga menjadi salah satu

penyebab morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada orang dewasa di negara maju

(Torres et al., 2013).

Pneumonia menyerang semua umur di semua wilayah dimana angka

kejadian terbanyak terjadi di Asia Selatan dan Afrika sub-Sahara (Kemenkes RI,

2016). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, terjadi kecenderungan

peningkatan untuk period prevalence pneumonia pada semua umur yaitu 2,1% di

tahun 2007 menjadi 2,7% di tahun 2013 (Kemenkes RI, 2013). Menurut Dinas

Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

menempati 10 besar penyakit RSUD Kota Yogyakarta diagnosa rawat inap. Untuk

CAP sendiri menurut PDPI tahun 2014 pada penelitian yang dilakukan oleh

Pahriyani et al. (2015), didapatkan data jumlah pasien CAP rawat inap tahun 2012

sebanyak 477 kasus dengan angka kematian sebesar 9,6% di RSUD Soetomo

Surabaya dan sebanyak 117 kasus dengan angka kematian sebesar 20,5% di RSUP

Persahabatan.

Pengobatan pada penderita Community Acquired Pneumonia (CAP) terdiri

dari pemberian antibiotika dan pengobatan suportif. Pemberian antibiotika

sebaiknya dilakukan berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

2

(PDPI, 2003). Pemberian antibiotika yang kurang tepat dapat menimbulkan

berbagai masalah khususnya resistensi antibiotika. Dalam Peraturan Menteri

Kesehatan RI (2011), memaparkan hasil penelitian kualitas penggunaan antibiotika

di berbagai Rumah Sakit ditemukan 30%-80% tidak didasarkan pada indikasi.

Menurut mantan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, sekitar 92%

masyarakat di Indonesia tidak menggunakan antibiotika secara tepat (Utami, 2012).

Di Indonesia penelitian mengenai evaluasi penggunaan antibiotika pada

pasien CAP masih sedikit dilakukan. Menurut salah satu penelitian mengenai

evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien Community Acquired Pneumonia

(CAP) di RSUD Budi Asih Jakarta Timur pada tahun 2014 didapatkan hasil dari

total 42 pasien dewasa yang termasuk ke dalam kriteria inklusi dan eksklusi

diperoleh ketepatan pemilihan jenis antibiotika sebanyak 7,14%, ketepatan dosis

mencapai 92,86%, dan ketepatan lama pemberian antibiotika sebanyak 61,90%

(Pahriyani et al., 2015). Berdasarkan uraian tersebut, penting dilakukannya

penelitian mengenai evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien CAP mengingat

angka resistensi antibiotika dan juga angka kejadian CAP yang terbilang tinggi.

Letak perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh

Pahriyani et al. (2015), adalah tempat dan tahun dilakukannya penelitian, juga

parameter yang digunakan untuk mengevaluasi rasionalitas antibiotika.

Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah RSUD Sleman Yogyakarta

yang merupakan salah satu rumah sakit pemerintah di Yogyakarta yang cukup

sering dikunjungi pasien. Selain itu, untuk di RSUD Sleman Yogyakarta, penelitian

yang membahas mengenai evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien Community

Acquired Pneumonia (CAP) belum banyak dilakukan.

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi karakteristik demografi

pasien Community Acquired Pneumonia (CAP), mengindentifikasi pola

penggunaan antibiotika, serta mengevaluasi rasionalitas penggunaan antibiotika

pada pasien Community Acquired Pneumonia (CAP) dengan menggunakan acuan

terapi Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Pneumonia Komuniti (PDPI, 2003),

Infectious Diseases Society of America/American Thoracic Society Consensus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

3

Guidelines on the Management of Community-Acquired Pneumonia in Adult tahun

2007, dan Drug Information Handbook 24th (APhA, 2015).

METODE PENELITIAN

Desain dan Subjek Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian non-eksperimental

yang bersifat deskriptif dimana pengambilan data dilakukan secara retrospektif

dengan menggunakan rekam medik pasien. Pengambilan data dilakukan pada bulan

April - Mei 2018. Data diambil dari rekam medik pasien yang terdiagnosa

Community Acquired Pneumonia (CAP) yang menjalani rawat inap di RSUD

Sleman periode Juni 2016 – Februari 2018.

Subjek penelitian ini adalah pasien laki-laki dan perempuan yang

terdiagnosa pneumonia dengan kode diagnosa ICD 10: J18.9 yang memenuhi

kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien

dewasa dengan diagnosa CAP yang menjalani rawat inap pada bulan Juni 2016 -

Februari 2018, menjalani rawat inap minimal 3 hari, mendapatkan terapi

antibiotika, serta tidak memiliki penyakit penyerta lain yang diterapi dengan

antibiotika. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah pasien dengan data rekam medik

hilang dan pasien rutin melakukan hemodialysis.

Penelitian telah mendapat izin dari RSUD Sleman dengan nomor surat

070/0674 dan prosedur yang digunakan telah disetujui oleh Komisi Etik Fakultas

Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta dengan nomor surat

579/C.16/FK/2018 dan juga izin penelitian dari Kesbangpol dengan nomor surat

070/Kesbangpol/675/2018.

Teknik pengambilan sampel rekam medis pasien dilakukan dengan teknik

purposive sampling yaitu pengambilan data dilakukan berdasarkan kriteria tertentu

(Sugiyono, 2013). Data yang diambil meliputi nomor rekam medik, usia, jenis

kelamin, diagnosa masuk, diagnosa utama, diagnosa sekunder, anamnesis, riwayat

penyakit dahulu, alergi, riwayat rawat inap, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium,

pemeriksaan penunjang, serta catatan penggunaan obat yang terdiri dari jenis obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

4

yang digunakan, dosis, lama pemberian, dan rute pemberian. Identitas subyek pada

sampel penelitian dirahasiakan dan data sepenuhnya digunakan hanya untuk

kepentingan penelitian.

Selain pengambilan data dari rekam medik pasien, pada penelitian ini juga

dilakukan wawancara dengan dokter dan apoteker dari RSUD Sleman Yogyakarta.

Narasumber yang pertama merupakan salah satu dokter penulis resep yang juga

sebagai Kepala KSM Penyakit Dalam. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 11

Mei 2018 dengan tujuan untuk konsultasi mengenai diagnosa penyakit dan

pemberian terapi antibiotika yang diberikan. Narasumber kedua merupakan

Apoteker yang menjadi anggota dalam tim Program Pengendalian Resistensi

Antimikroba (PPRA). Wawancara dilakukan pada tanggal 24 Mei 2018 dengan

tujuan untuk melakukan konfirmasi terkait data penelitian yang diperoleh.

Gambar 1. Bagan Sampel Penelitian Pasien Pneumonia yang Menjalani Rawat

Inap di RSUD Sleman Periode Juni 2016 – Februari 2018

Analisis Data

Data gambaran karakteristik demografi pasien CAP diperoleh dengan

mengelompokkan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan lama perawatan kemudian

33 pasien CAP yang

memenuhi kriteria

penelitian

273 rekam medik pasien

pneumonia periode Juni

2016 – Februari 2018

Kriteria inklusi :

1. Pasien dewasa dengan diagnosa CAP

2. Menjalani rawat inap minimal 3 hari

3. Mendapatkan terapi antibiotika

4. Tidak memiliki penyakit penyerta lain

yang diterapi dengan antibiotika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

5

disajikan dalam bentuk tabel dan persentase dengan menghitung jumlah kasus

setiap kelompok dibagi dengan jumlah keseluruhan kasus kemudian dikali 100%.

Data pola penggunaan antibiotika pada pasien CAP dikelompokkan menjadi

golongan, jenis, rute pemberian, dan lama pemberian antibiotika. Analisis pola

penggunaaan antibiotika dilakukan dengan menghitung jumlah kasus setiap

kategori dibagi dengan jumlah seluruh kasus kemudian dikali 100%. Data yang

diperoleh lalu disajikan dalam bentuk tabel dan persentase.

Data terapi antibiotika yang diperoleh dikaji berdasarkan kriterian

penggunaan obat yang rasional meliputi tepat indikasi penyakit, pemilihan obat,

dosis, interval waktu pemberian, lama pemberian, dan penilaian kondisi pasien

dengan membandingkan data penggunaan antibiotika pada literatur. Acuan yang

digunakan adalah Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Pneumonia Komuniti

(PDPI, 2003), Infectious Diseases Society of America/American Thoracic Society

Consensus Guidelines on the Management of Community-Acquired Pneumonia in

Adult tahun 2007, dan Drug Information Handbook 24th (APhA, 2015). Terapi

antibiotika dikatakan rasional apabila keseluruhan kriteria penggunaan obat yang

rasional pada penelitian ini telah terpenuhi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah rekam medik (RM) pasien pneumonia kelompok dewasa yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Yogyakarta periode

Juni 2016 – Februari 2018 sebanyak 273 data RM. Data rekam medik yang masuk

kriteria penelitian dan digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini sejumlah 33

pasien (12,1%).

Karakteristik Demografi Pasien

Pengelompokkan pasien CAP usia dewasa di Instalasi Rawat Inap RSUD

Sleman Yogyakarta periode Juni 2016 – Februari 2018 berdasarkan usia dan jenis

kelamin didapatkan hasil 18 pasien (54,5%) laki-laki dan 15 pasien (45,5%)

perempuan (Tabel I). Angka kejadian CAP lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki,

hal ini dapat dikarenakan laki-laki lebih cenderung mengkonsumsi rokok dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

6

merokok merupakan salah satu faktor resiko CAP (Kuluri et al., 2015; Dipiro et al.,

2015). Selain itu, salah satu literatur yang menyebutkan jika angka kejadian CAP

pada pasien yang menjalani rawat inap lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan

perempuan (Torres et al., 2013).

Tabel I. Karakteristik Demografi Pasien CAP berdasarkan Usia dan Jenis

Kelamin

Usia

Jenis Kelamin

Jumlah % Laki-laki Perempuan

Jumlah % Jumlah %

25 – 34 tahun 0 0 1 6,7 1 3,0

35 – 44 tahun 3 16,7 2 13,3 5 15,2

45 – 54 tahun 4 22,2 3 20 7 21,2

55 – 64 tahun 5 27,8 4 26,7 9 27,3

≥ 65 tahun 6 33,3 5 33,3 11 33,3

Total 18 100 15 100 33 100

Angka kejadian CAP paling banyak terjadi pada rentang usia ≥ 65 tahun

dengan total 11 pasien (33,3%), selain itu juga dapat dilihat jika angka kejadian

CAP meningkat sesuai dengan peningkatan usia dan usia >65 tahun merupakan

salah satu faktor resiko CAP (Dipiro et al., 2015). Hasil penelitian ini serupa dengan

salah satu penelitian yang menyatakan jika etiologi CAP menunjukkan peningkatan

kejadian dengan meningkatnya usia pasien (Cilloniz et al., 2016)

Lama pasien mengalami rawat inap terbanyak yaitu pada rentang 6 – 8 hari

(Tabel II). Lama perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan

perubahan obat suntik ke oral dan dilanjutkan dengan berobat jalan, dimana obat

suntik dapat diberikan 2 – 3 hari, paling aman digunakan selama 3 hari dan di hari

ke-4 dapat diganti dengan obat oral dan pasien dapat berobat jalan (PDPI, 2003).

Hal serupa juga disampaikan oleh salah satu dokter penulis resep bahwa pasien

diperbolehkan pulang setelah dilihat kondisi klinik selama 3 hari pertama membaik,

maka di hari berikutnya diperbolehkan untuk pulang (Lampiran 10). Pada

umumnya pasien CAP membutuhkan waktu 3 – 7 hari untuk dapat kembali stabil

secara klinis, dan ketika pasien telah stabil secara klinis serta tidak memiliki

masalah medis aktif lainnya maka pasien diperbolehkan untuk pulang. (Mandell,

2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

7

Tabel II. Karakteristik Pasien CAP berdasarkan Lama Perawatan

Lama Perawatan Jumlah pasien Persentase (%)

3 – 5 hari 14 42,4

6 – 8 hari 15 45,5

9 – 11 hari 4 12,1

Total 33 100

Pola Penggunaan Antibiotika

Pada penelitian ini pola penggunaan antibiotika yang diberikan selama

terapi terbagi dalam 15 pasien (45,5%) menggunakan antibiotika monoterapi, 8

pasien (24,2%) menggunakan antibiotika kombinasi, serta 10 pasien (30,3%)

dengan penggantian jenis antibiotika selama terapi. Antibiotika golongan

Sefalosporin generasi 3 berupa Seftriakson menjadi pilihan utama dan paling

banyak digunakan pada terapi monoterapi sedangkan pada terapi kombinasi yang

paling banyak digunakan adalah Seftriakson yang ditambah dengan golongan

makrolida berupa azitromisin (Tabel III). Beberapa pasien mengalami penggantian

antibiotika dikarenakan kondisi klinis pasien yang tidak menunjukkan perbaikan

(Lampiran 10). Pada penelitian ini menunjukkan penggantian antibiotika pada

umumnya dilakukan setelah lebih dari 3 hari.

Seftriakson adalah antibiotika golongan Sefalosporin generasi 3 yang

menjadi salah satu pilihan terapi empiris yang disarankan untuk pasien CAP (PDPI,

2003; Mandell, 2007). Selain dengan monoterapi, Seftriakson yang dikombinasikan

dengan azitromisin juga menjadi salah satu terapi empiris yang disarankan

(Cosgrove et al., 2016). Penggunaan Seftriakson yang dikombinasikan dengan

azitromisin diperuntukkan untuk pasien CAP yang juga dicuriga disertai dengan

bakteri atipik (PDPI, 2003). Azitromisin sendiri merupakan antibiotika golongan

makrolida yang penggunaan utamanya untuk infeksi saluran pernafasan. (Ministry

of Health Government of Fiji, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

8

Tabel III. Pola Penggunaan Antibiotika Berdasarkan Golongan, Jenis, dan Rute

Pemberian

Antibiotika Jumlah Persentase

(%)

Monoterapi

Golongan Sefalosporin generasi 3

Seftriakson*

Septazidim*

Golongan Sefalosporin generasi 4

Cefepime *

Golongan Fluorokuinolon respirasi

Levofloksasin*

Kombinasi

Gol. Sefalosporin generasi 3 + makrolida

Seftriakson* + Azitromisin**

Penggantian

Seftriakson* Levofloksasin*

Seftriakson* Septazidim* Meropenem*

Seftriakson* Seftriakson* + Azitromisin**

Seftriakson* Seftriakson* + Levofloksasin*

Seftriakson* + Azitromisin** Seftriakson*

Septazidim* Septazidim* + Azitromisin**

Seftriakson* Seftriakson* + Azitromisin**

Seftriakson* + Azitromisin** + Levofloksasin*

10

2

2

1

8

1

1

3

2

1

1

1

30,3

6,1

6,1

3,0

24,2

3,0

3,0

9,1

6,1

3,0

3,0

3,0

TOTAL 33 100

* : rute pemberian diberikan secara injeksi

** : rute pemberian diberikan secara peroral

Rute pemberian antibiotika selama pasien menjalani rawat inap terbagi

menjadi 2 kelompok yaitu perenteral dan oral. Pemilihan rute penggunaan obat

tergantung dari beberapa hal seperti tempat kerja obat yang diinginkan, kecepatan

respon yang diinginkan, juga keadaan umum dari pasien itu sendiri (Nuryati, 2017).

Berdasarkan penelitian ini, awal pasien masuk antibiotika umumnya diberikan

secara injeksi intravena, ini sesuai dengan acuan yang digunakan dimana terapi

awal pada pasien CAP harus diberikan secara injeksi intravena (Mandell, 2007).

Pemberian antibiotika intravena dapat diberikan selama 2 – 3 hari, kemudian pada

hari ke-4 jika kondisi klinis pasien membaik dan dapat mentolerir obat-obatan oral

maka disarankan untuk diganti ke antibiotik oral, hal ini juga bertujuan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

9

mempersingkat lama tinggal di rumah sakit (PDPI, 2003; Watkins and

Lemonovich, 2011).

Lama pemberian antibiotika untuk pasien CAP yang memiliki tingkat

keparahan rendah adalah 5 hari dan 7-10 hari untuk tingkat keparahan sedang

hingga berat (NICE, 2014). Literatur lain menyebutkan jika secara tradisonal

antibiotika diberikan selama 10 – 14 namun dalam beberapa kasus menunjukkan

jika 5 dan 7 hari merupakan waktu yang efektif (Mandell, 2007; Watkins and

Lemonovich, 2011). Dalam penelitian ini durasi pemberian antibiotika paling

singkat yaitu 2 hari dan terpanjang yaitu 10 hari. Pemberian antibiotika paling

singkat yaitu pada pemberian Seftazidim sebanyak 1 pasien dan Levofloksasin

sebanyak 3 pasien, serta pemberian antibiotika terpanjang yaitu pada pemberian

Seftriakson sebanyak 3 pasien (Tabel IV). Pemberian Seftazidim selama 2 hari

dikarenakan kondisi klinis pasien tidak menunjukkan perbaikan sehingga

diperlukan penggantian antibiotika sedangkan pemberian Levofloksasin selama 2

hari dikarenakan pasien pulang namun terapi dengan Levofloksasin tetap

diresepkan sebagai obat pulang.

Tabel IV. Pola Penggunaan Antibiotika berdasarkan Lama Pemberian Antibiotika

Antibiotika Lama Pemberian (hari)

2 3 4 5 6 7 8 9 10

Cefepime 1 1

Seftriakson 5 6 6 5 1 1 3

Septazidim 1 2 1

Azitromisin 2 5 4 3

Levofloksasin 3 1 1

Meropenem 1

Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotika

Evaluasi rasionalitas penggunaan antibiotika pada penelitian ini

menggunakan enam kriteria penggunaan obat yang rasional menurut Kemenkes RI

(2011). Pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa kriteria

penggunaan obat rasional yang belum memenuhi persentase tepat 100% (Tabel V).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

10

Tabel V. Persentase Evaluasi Kriteria Rasionalitas Penggunaan Antibiotika

Kriteria Tepat (%) Tidak Tepat (%)

Tepat indikasi 100 0

Tepat pemilihan obat 90,9 9,1

Tepat dosis 50 50

Tepat interval waktu pemberian 6,7 93,3

Tepat lama pemberian 100 0

Tepat penilaian kondisi pasien 93,3 6,7

Tepat Indikasi Penyakit

Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik. Begitu juga dengan

antibiotika, antibiotika hanya dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan atau

memiliki gejala adanya infeksi bakteri (Kemenkes RI, 2011a). Community Acquired

Pneumonia (CAP) sendiri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan salah

satunya oleh bakteri, sehingga dalam penatalaksanaan pada pasien CAP selain

diberikan terapi suportif perlu diberikannya terapi antibiotika. Dalam pemberian

antibiotika haruslah sesuai dengan indikasi penyakitnya untuk mencegah terjadinya

resistensi antibiotika.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian antibiotika 100% tepat

indikasi penyakit yang artinya semua pasien mendapatkan terapi antibiotika sesuai

dengan indikasi penyakit yaitu penyakit CAP dimana hal ini dapat diketahui dari

diagnosa dokter, kode ICD 10: J18.9 yang tertera pada rekam medik, gejala klinik

yang ditunjukkan pasien seperti batuk-batuk, hasil pemeriksaan leukosit di atas

normal, serta hasil pemeriksaan toraks menunjukkan adanya infiltrat.

Tepat Pemilihan Obat

Pemilihan obat yang tepat untuk dilakukannya terapi dapat dilakukan

setelah ditegakkannya diagnosis dengan benar, sehingga obat yang dipilih harus

yang memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakinya (Kemenkes RI,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

11

2011a). Pemilihan antibiotika awal pada pasien CAP terlebih dahulu diberikan

antibiotika dengan spektrum luas yang kemudian sesuai hasil kultur diubah menjadi

antibiotika spektrum sempit (Setiati et al., 2014).

Hasil penelitian menunjukkan dari 33 pasien, 30 pasien (90,9%) tepat

pemilihan obat artinya 30 pasien menggunakan antibiotika sesuai dengan acuan

yang digunakan. Dua pasien dalam penelitian ini diterapi dengan antibiotika

golongan Sefalosporin generasi 4 berupa Cefepime, sedangkan bersadarkan standar

acuan yang digunakan, untuk pasien CAP yang menjalani rawat inap di ruang rawat

inap biasa golongan sefalosforin yang disarankan adalah sefalosforin generasi

kedua dan ketiga (PDPI, 2003). Selain itu, satu pasien pada penelitian ini diterapi

dengan Meropenem iv, dimana berdasarkan standar acuan yang digunakan

pemberian antibiotika golongan betalaktam disertai dengan pemberian anti-

betalaktamase atau dapat dikombinasikan dengan golongan makrolida. Namun,

pemberian Meropenem pada pasien ini dikarenakan kondisi klinik pasien yang

tidak menunjukkan perbaikan setelah pemberian Seftriakson dan juga Seftazidim

yang merupakan terapi lini utama untuk pasien CAP.

Tabel VI. Ketepatan Pemilihan Antibiotika pada Pasien CAP yang Menjalani

Rawat Inap di RSUD Sleman

Nomor

Pasien

Antibiotika yang

diterima

Antibiotika menurut literatur Keterangan

1 Cefepime iv Sefalosporin generasi 2 atau 3 iv Tidak tepat

25

6 Meropenem iv Betalaktam + anti-

betalaktamase iv

Betalaktam + makrolida

Tidak tepat

Tepat Dosis

Dosis pemberian suatu obat mempengaruhi efek terapi obat itu sendiri.

Dosis obat haruslah tepat sesuai tingkat keparahan serta kondisi pasien. Ketika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

12

dosis yang diberikan berlebihan efek yang ditimbulkan obat dapat berubah menjadi

efek toksik, sedangkan jika dosis yang diberikan terlalu rendah makan obat menjadi

tidak efektif (Nuryati, 2017). Begitu juga dengan dosis pemberian antibiotika. Dosis

yang tidak sesuai dapat menjadi faktor pendukung terjadinya resistensi antibiotika.

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel VII) dari 30 pasien yang tepat pemilihan

obat, menunjukkan 15 pasien (50%) menggunakan antibiotika dengan dosis yang

tepat sedangkan 15 pasien (50%) menggunakan antibiotika dengan dosis kurang

tepat. Dari 15 pasien yang menggunakan antibiotika dengan kurang tepat, 14 pasien

pasien dikarenakan menggunakan azitromisin dengan dosis 500 mg/24 jam selama

pemakaian, sedangkan menurut APhA (2015), dosis azitromisin untuk pasien CAP

adalah 500 mg/24 jam pada hari pertama, lalu dilanjutkan dengan 250 mg/24 jam

pada hari kedua hingga kelima. Selain itu terdapat satu pasien menerima dosis

kurang tepat, dimana pasien tersebut menggunakan Levofloksasin IV 500 mg/24

jam namun pasien mengalami gangguan fungsi ginjal sehingga perlu adanya

penyesuaian dosis, dan dosis yang disarankan untuk pasien tersebut adalah dosis

awal 500 mg/24 jam lalu dilanjutkan dengan dosis 250 mg/48 jam (APhA, 2015).

Tabel VII. Ketepatan Dosis Antibiotika pada Pasien CAP yang Menjalani Rawat

Inap di RSUD Sleman

Ketepatan Dosis Jumlah Pasien (n = 30) Persentase (%)

Dosis Tepat 15 50

Dosis Kurang Tepat 15 50

Total 30 100

Tepat Interval Waktu Pemberian

Interval waktu pemberian merupakan jarak waktu pemberian antibiotika

dalam sehari. Untuk dapat menimbulkan efek terapi dari obat, maka waktu

pemberian obat harus sesui dengan yang diprogramkan (Nuryati, 2017). Secara

farmakodinamik antibiotika dikelompokkan menjadi time dependent killing dan

concentration dependent killing. Pada time dependent killing penting untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

13

memaksimalkan lama paparan, selama kadar dapat dipartahankan sedikit di atas

KHM sepanjang masa kerjanya seperti sefalosporin juga makrolida. Sedangkan

pada concentration dependent killing penting untuk memaksimalkan kadar obat

dalam darah seperti kuinolon dan aminoglikosida (Amin, 2014; Kemenkes RI,

2011b).

Pada penelitian ini, dari 30 pasien yang tepat pemilihan obat menunjukan

28 pasien (93,3%) tidak tepat interval waktu pemberian dan 2 pasien (6,7%) tepat

interval waktu pemberian. Banyaknya persentase tidak tepat interval waktu

pemberian dikarenakan pemberian Seftriakson 1 g/12 jam, sedangkan menurut

acuan yang digunakan pemberian Seftriakson untuk pasien CAP adalah 1 g/24 jam

dan untuk pasien yang memiliki resiko terkena infeksi yang lebih parah seperti usia

>65 tahun, dirawat di ruang ICU dipertimbangkan dengan pemberian 2 g/24 jam

(APhA, 2015). Namun jika dilihat dari T½ eliminasi, Seftriakson memiliki waktu

paruh yaitu 5 – 9 jam pada keadaan fungsi hati dan ginjal yang normal (APhA,

2015)

Tabel VIII. Ketepatan Interval Waktu Pemberian Antibiotika pada Pasien CAP

yang Menjalani Rawat Inap di RSUD Sleman

Ketepatan Interval Waktu

Pemberian

Jumlah Pasien

(n = 30)

Persentase (%)

Tepat interval pemberian 2 6,7

Kurang tepat interval pemberian 28 93,3

Total 30 100

Tepat Lama Pemberian

Lama pemberian antibiotika atau durasi terapi pemberian antibiotika

tergantung pada sifat infeksi dan organisme penyebabnya. Durasi pemberian

antibiotika umumnya pada pasien yang terinfeksi bakteri harus sesingkat mungkin

tidak boleh melebihi 7 hari kecuali ada bukti jika perlu diberikan dalam durasi yang

lebih lama (Ministry of Health Government of Fiji, 2011). Pemberian antibiotika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

14

haruslah memperhatikan lama pemberiannya karena pemberian yang terlalu singkat

atau terlalu lama dari yang seharusnya akan mempengaruhi hasil pengobatan

(Kemenkes RI, 2011a).

Pada penelitian ini didapatkan hasil, semua pasien (100%) tepat dalam lama

pemberian antibiotika. Durasi pemberian antibiotika yang paling singkat adalah

selama 3 hari dan yang paling lama adalah 11 hari. Menurut acuan yang digunakan,

pemberian antibiotika parenteral paling aman adalah 3 hari yang kemudian pada

hari keempat pasien dapat berobat jalan dan diganti dengan menggunakan

antibiotika oral, dan durasi pemberian antibiotika lebih lama mungkin diperlukan

jika kondisi pasien belum stabil (PDPI, 2003; Mandel 2007). Hal yang sama juga

disebutkan pada literatur lain, jika umumnya pada pasien CAP dengan tingkat

keparahan rendah durasi pemberiatan antibiotika 5 hari dan 7 – 10 hari untuk tingkat

keparahan sedang hingga berat (NICE, 2014).

Tepat Penilaian Kondisi Pasien

Setiap individu memiliki respon yang berbeda terhadap efek suatu obat

sehingga dalam pemilihan pemberian antibiotika haruslah memperhatikan keadaan

masing-masing individu seperti misalnya keparahan infeksi, adanya alergi dengan

antibiotika, juga adanya kontraindikasi (Amin, 2014; Kemenkes RI, 2011a).

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil 28 pasien (93,3%) tepat penilaian kondisi

pasien dan 2 pasien (6,7%) tidak tepat penilaian dikarena 2 pasien tersebut

memiliki penyakit penyerta berupa CKD dan AKI yang masing-masing

menggunakan Septazidim dan Levofloksasin yang memerlukan penyesuain dosis

(APhA, 2015). Pasien dengan nomor pasien 32 memiliki nilai CrCl 8,52 mL/min

dan pasien dengan nomor pasien 33 memiliki nilai CrCl 17,45 mL/min (Tabel IX).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

15

Tabel IX. Ketepatan Penilaian Kondisi Pasien pada Pasien CAP yang Menjalani

Rawat Inap di RSUD Sleman

Nomor

Pasien

Antibiotika yang

diterima

Dosis

pemberian

Dosis menurut

literatur

Keterangan

32 Seftazidim iv 1 g/8 jam 500 mg/24 jam Tidak tepat

33 Levofloksasin iv 500 mg/24

jam

Dosis awal 500 mg/24

jam kemudian

dilanjutkan dengan

dosis 250 mg/48 jam

Tidak tepat

Rasionalitas Penggunaan Antibiotika

Penggunaan antibiotika yang meluas dan tidak rasional menjadi penyebab

utama adanya resistensi antibiotika (Utami, 2012). Untuk itu diperlukan upaya

penggunaan antibiotika yang rasional agar dapat mencegah munculnya resistensi

antibiotika, mengurangi beban biaya pasien, juga mempersingkat lama perawatan

(Kemenkes RI, 2011b). Pada penelitian ini penggunaan antibiotika dikatakan

rasional jika memenuhi keenam kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi

rasionalitas penggunaan antibiotika. Hasil penelitian ini menunjukkan 31 pasien

(93,9%) menggunakan antibiotika secara tidak rasional dan 2 pasien (6,1%)

menggunakan antibiotika secara rasional. Ketidakrasional penggunaan antibiotika

pada 31 pasien disebabkan tidak tepatnya pemilihan antibiotika, dosis, interval

pemberian antibiotika, dan tidak tepat penilaian kondisi pasien. Dari hasil

wawancara dengan apoteker di RSUD Sleman Yogyakarta, pemilihan antibiotika,

dosis, dan interval waktu pemberian antibiotika yang diresepkan oleh dokter

didasarkan pada panduan pemberian antibiotika yang lama sedangkan panduan

terbaru untuk penggunaan antibiotika masih dalam tahap penyusunan. Selain itu

juga disampaikan jika peresepan antibiotika biasanya didasarkan pada pengalaman

klinis dokter tersebut dalam memberi terapi antibiotika kepada pasien, serta untuk

penyesuaian dosis belum sepenuhnya dapat dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

16

Gambar 2. Rasionalitas Penggunaan Antibiotika pada Pasien CAP yang

Menjalani Rawat Inap di RSUD Sleman Yogyakarta Periode Juni 2016 – Februari

2018

Penggunaan antibiotika yang tidak rasional dapat disebabkan oleh beberapa

faktor antara lain kurangnya ketersediaan informasi terkait pengobatan, promosi

farmasi yang berlebihan, waktu konsultasi yang singkat dengan pasien sehingga

menyebabkan tidak cukup waktu untuk membuat diagnosa yang tepat, dan

kebiasaan penulis resep dalam meresepkan antibiotika (Bbosa and Mwebaza,

2013). Untuk meningkatkan penggunaan antibiotika yang rasional dapat dilakukan

beberapa hal seperti meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan, memantau

penggunaan antibiotika secara intensif dan berkesinambungan. Mengembangkan

sistem penanganan penyakit infeksi secara tim, serta membentuk tim pengendali

dan pemantauan penggunaan antibiotika secara bijak yang bersifat multi disiplin

(Permenkes RI, 2011)

Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh tenaga medis rumah sakit sebagai

sumber informasi atau bahan evaluasi untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan

dan untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotika pada pasien CAP.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian dilakukan retrospektif sehingga

beberapa kriteria rasionalitas tidak dapat dievaluasi dan tidak dapat mengetahui

respon atau keadaan pasien secara langsung terhadap terapi yang diperoleh, serta

beberapa informasi yang didapatkan memiliki keterbatasan seperti pencatatan

waktu pemberian obat yang tidak sesuai pada rekam medik.

rasional

6.1 %

tidak rasional

93.9 %

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

17

KESIMPULAN

Pada penelitian ini diperoleh angka kejadian CAP lebih banyak terjadi pada

jenis kelamin laki-laki (54,5%) dibandingkan dengan perempuan (45,5%) dengan

rentang lama perawatan umumnya 6 – 8 hari. Pada penelitian ini pasien CAP lebih

banyak terjadi pada usia ≥65 tahun. Dari peresepan antibiotika diperoleh 5

golongan antibiotika dan 6 jenis antibiotika. Rute pemberian antibiotika umumnya

diberikan secara injeksi intravena. Pemberian antibiotika paling singkat yaitu

selama 2 hari dan terpanjang selama 10 hari. Pada penelitian ini ditemukan

penggunaan antibiotika yang rasional sebanyak 2 pasien (6,1%) dan 31 pasien

(93,9%) dengan penggunaan antibiotika yang tidak rasional. Penggunaan

antibiotika yang tidak rasional terjadi karena tidak tepat pemilihan obat (9,1%),

tidak tepat dosis (50%), tidak tepat interval pemberian (93,3%), dan tidak tepat

penilaian kondisi pasien (6,7%).

SARAN

Untuk penelitian selanjutnya, perlu dilakukan penelitian serupa dengan

menggunakan rancangan prospektif untuk dapat mengkaji lebih banyak kriteria

rasionalitas penggunaan antibiotika dan juga untuk dapat mengetahui respon atau

keadaan pasien secara langsung terhadap terapi antibiotika yang diperoleh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

18

DAFTAR PUSTAKA

American Pharmacists Association, 2015, Drug Information Handbook, 24th

Edition, USA, Loxicomp Drug Reference Handbook, pp. 216, 369, 383,

386, 1167, 1263.

Amin, L.Z., 2014, Pemilihan Antibiotik yang Rasional, Medicinus, Volume 27,

Nomor 3, pp. 42, 44.

Bbosa, G.S. and Mwebaza, N., 2013, Global Irrational Antibiotics/Antibacterial

Drug Use: A current and uture health and environmental consequences,

FORMATEX, p. 1645.

Cilloniz, C., et al., 2016, Microbial Etiology of Pneumonia: Epidemiology,

Diagnosis, and Resistance Patterns, International Journal of Molecular

Sciences, p. 2

Cosgrove, S.E., et al., 2016, Antibiotika Guideline 2015-2016, Johns Hopkins

Medicine, p. 83.

Dipiro, J.T., et al., 2015, Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edition, USA,

McGraw-Hill Education, p. 411.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011a, Modul Penggunaan Obat

Rasional, Jakarta, Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian dan Alat

Kesehatan, pp 3-8.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011b, Pedoman Pelayanan

Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik, Jakarta, Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan, pp. 1-2, 30.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Riset Kesehatan Dasar:

RISKESDAS 2013, Jakarta, Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kemenkes RI, pp. V, 32.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016, 2015 Profil Kesehatan

Indonesia, Jakarta, Kemenkes RI, p. 172.

Kuluri, L.C.N, Fatimawali and Bodhi, W., 2015, Evaluasi Kerasionalan

Penggunaan Antibiotik pada Pasien Lansia dengan Pneumonia di Instalasi

Rawat Inap RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado Periode Juni 2013-Juli

2014, Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT, 4 (3), p. 167.

Mandell, L.A., et al., 2007, Infectious Disease Society of America/American

Thoracic Society Consensus Guidelines on the Management of

Community-Acquired Pneumonia in Adult, CID, 2007:44, pp. 27-58.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

19

McPhee, S.J. and Ganong, W.F., 2011, Patofisiologi Penyakit: Pengantar Menuju

Kedokteran Klinis (Pathophysiology of Disease: An Introduction to

Clinical Medicine), diterjemahkan oleh Pendit, B.U., Edisi 6, Jakarta,

Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp. 83.

Ministry of Health Government of Fiji, 2011, Antibiotic Guidelines, 3rd Edition,

Fiji, National Drug and Therapeutics, pp. 9, 12.

NICE, 2014, Pneumonia in adult: diagnosis and management, National Intitute for

Health and Care Excellence, p. 14-15.

Nuryati, 2017, Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK)

Farmakologi, Jakarta, Kemenkes RI, p. 28, 47

Pahriyani, A., Khotimah, N., and Bakar, L., 2015, Evaluasi Penggunaan Antibiotik

Pada Pasien Community Acquired Pneumonia (CAP) Di RSUD Budi Asih

Jakarta Timur, Farmasains, 2 (6), pp. 259-263.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Pedoman Umum

Penggunaan Antibiotik, Jakarta, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, p.

15-16.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003, Pneumonia Komuniti: Pedoman

Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia, Jakarta, PDPI, pp. 6, 8-9, 12-

13, 15.

Setiati, S., et al., 2014, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ke-6, Jilid II, Jakarta,

Internal Publishing, pp. 1608-1610, 1618.

Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung,

Alfabeta, pp. 91-92.

Torres, A., et al., 2013, Risk Factor for Coummunity-Acquired Pneumonia in Adult

in Europe: a Literature Review, group.bmj.com, pp. 1057, 1060.

Utami, E.R., 2012, Antibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi, Sainstis, 1 (1),

pp. 124, 128.

Watkins, R.R. and Lemonovich, T.L., 2011, Diagnosis and Management of

Community-Acquired Pneumonia in Adult, American Family Physician,

83 (11), p. 1305

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

20

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

21

Lampiran 1. Ethical Clearance

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

22

Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian dari Kesbangpol Sleman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

23

Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian di RSUD Sleman Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

24

Lampiran 4. Definisi Operasional

1. Community Acquired Pneumonia (CAP) yang dimaksud adalah penyakit

pneumonia yang didapat pasien dari masyarakat dan berkembang dimasyarakat

dan telah ditegakkan diagnosanya oleh dokter merupakan penyakit CAP.

2. Antibiotika adalah terapi atau obat yang didapatkan pasien CAP selama

menjalani rawat inap di RSUD Sleman, dimana obat ini dapat menghambat atau

membunuh bakteri penyebab CAP.

3. Subjek penelitian adalah rekam medik pasien dewasa yang terdiagnosa CAP

yang menjalani rawat inap di RSUD Sleman Yogyakarta periode Juni 2016 –

Februari 2018 dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

4. Karakteristik demografi pasien adalah usia, jenis kelamin, dan lama perawatan

pasien CAP yang menjalani rawat inap di RSUP Sleman Yogyakarta periode

Juni 2016 – Februari 2018

5. Profil penggunaan antibiotika adalah golongan, jenis, rute pemberian, dan lama

pemberian antibiotika yang digunakan oleh pasien CAP selama menjalani rawat

inap di RSUD Sleman Yogyakarta periode Juni 2016 – Februari 2018

6. Rasionalitas penggunaan antibiotika akan di evaluasi berdasarkan kriteria

Kemenkes RI tahun 2011, antara lain :

a. Tepat indikasi penyakit yaitu antibiotika yang diberikan sesuai dengan

diagnosa yang telah ditegakkan bahwa pasien mengalami penyakit CAP.

b. Tepat pemilihan obat yaitu antibiotika yang diberikan sesuai dengan bakteri

patogen penyebab CAP sehingga dapat membunuh atau menghambat

bakteri patogen tersebut.

c. Tepat dosis yaitu dosis atau kekuatan antibiotika yang didapatkan pasien

setiap kali meminum antibiotika harus sesuai dengan keadaan atau kondisi

pasien seperti misalnya usia, keparahan infeksi, ataupun penurunan fungsi

organ tubuh pasien

d. Tepat interval waktu pemberian yaitu interval pemberian antibiotika harus

sesuai dengan jumlah berapa kali pasien mendapatkan antibiotika

perharinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

25

e. Tepat lama pemberian yaitu lama pemberian antibiotika harus disesuaikan

dengan kondisi atau keparahan infeksi pada pasien CAP seperti misalnya

usia, keparahan infeksi, ataupun penurunan fungsi organ tubuh pasien

f. Tepat penilaian kondisi pasien yaitu antibiotika yang diberikan sesuai

dengan respon pasien terhadap antibiotika yang diberikan, seperti misalnya

kontraindikasi dan proses ADME antibiotika yang diberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

26

Lampiran 5. Antibiotika Empiris untuk Pasien CAP yang Menjalani Rawat Inap

(non-ICU)

PDPI 2003 Tanpa faktor modifikasi golongan betalaktam +

antibetalaktamase iv, atau sefalosforin generasi 2, generasi

3 iv, atau fluorokuinolon respirasi iv

Dengan faktor modifikasi sefalosforin generasi 2,

generasi 3 iv, atau fluorokuinolon respirasi iv

Bila dicurigai disertai infeksi bakteri atipik ditambah

dengan makroli baru

IDSA/ATS

2007 Fluorokuinolon repirasi

Beta laktam + Makrolida. Agen betalaktam termasuk

Sefotaksim, Seftriakson, dan Ampisilin lebih diutamakan;

Ertapenem untuk pasien tertentu; Doxycycline sebagai

alternative untuk makrolida. Fluorokuinolon repirasi bisa

diberikan untuk pasien yang alergi dengan penicillin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

27

Lampiran 6. Dosis Antibiotika Menurut Drug Information Handbook 24th (2015)

No Jenis Antibiotika Dosis

1 Cefepime Karena P. aeruginosa : IV : 1 – 2 g setiap 8 jam

selama 10 hari (penggunaan lebih lama, misalnya

14 – 21 hari mungkin diperlukan)

Bukan karena P. aeruginosa : IV : 1 – 2 g setiap 8

– 12 jam selama 10 hari.

Note : durasi terapi untuk pneumonia bervariasi (7 –

21 hari)

2 Seftriakson IV : 1 g sekali sehari biasanya dikombinasikan

dengan makrolida; pertimbangkan 2 g sehari untuk

pasien yang beresiko infeksi lenih parah

3 Levofloksasin 500 mg setiap 24 jam selama 7 – 14 hari atau 750 mg

setiap 24 jam selama 5 hari.

4 Azitromisin Oral : 500 mg pada hari pertama diikuti 250 mg sekali

sehari pada hari ke-2 hingga ke-5.

5 Septazidim IV : 500 mg – 1 g setiap 8 jam

6 Meropenem 500 mg setiap 8 jam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

28

Lampiran 7. Contoh Lembar Pengambilan Data Rekam Medik Pasien CAP

No. RM 12

Jenis Kelamin Laki-laki

Tanggal Lahir / usia 15 Mei 1960 / 57 tahun

Berat Badan 45 kg

Lama Perawatan 15 – 20 November 2017 (5 hari)

Diagnosa Masuk Anorexia geriatri

Diagnosa Utama Pneumonia

Diagnosa Sekunder Anorexia geriatri, vertigo, HT

Anamnesis Panas ± 3 hari, mual, pusing, perut nyeri ± 2

hari, tidak BAB, lemas, batuk-batuk

Riwayat Penyakit Maag

Alergi -

Riwayat Rawat Inap 4 April 2016 (operasi hernia)

Pemeriksaan Fisik TD = 140 mmHg; Nadi = 100; Nafas = 20, Suhu

= 37,70C

Hasil Laboratorium (Leukosit) Leukosit = 9,4 ribu/µL

Basofil = 0,2

Eusiofil = 0,0 (L)

Monosit = 8,6 (H)

Limfosit =23,3

Nuetrofil =67,9

Pemeriksaan Thoraks Infiltrate paracardial peribronchial dextra

Cardiomegaly ringan

Terapi yang diterima pasien

Jenis Terapi Rute

Pemberian

Dosis

Pemberian

Tanggal Pemberian

16/11 17/11 18/11 19/11 20/11

Paracetamol PO 3 x 500 mg

Sistenol xtra PO - √

Azitromisin PO 1 x 500 mg √ √ √ √

N. Ace PO 3 x 1 √√ √√√ √√√ √√√

Cetirizine PO 1 x 10 mg √ √ √ √

Eperison PO 2 x1 √√ √√ √√

Pamol IV 1 x 1 g √

(IGD)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

29

Pantoprazole IV 1 A/ 24h √

(IGD)

√ √ √ √

Sotatic IV 1 A/ 8h √

(IGD)

√√√ √√√ √√√ √√√

Ranitidine IV 1A √

(IGD)

Seftriakson IV 1 g / 12h √

(IGD)

√√ √√ √√

Terapi Pulang

Terapi Dosis

Sefiksim 2 x 200 (10 tabs)

N Ace 3 x 1 (10 tabs)

Cetirizine 1 x 10 mg (5 tabs)

Paracetamol 3 x 500 mg (15 tabs)

Candesartan 1 x 8 mg (6 tabs)

Mertigo 2 x 1 (10 tabs)

Eperison 2 x 1 (10 tabs)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

30

Lampiran 8. Lembar Demografi dan Pola Penggunaan Antibiotika

No Usia JK

Lama

Perawat

an

Terapi antibiotik

Golongan Jenis Rute Dosis Frekuensi Lama

Pemberian

1 72 P 6 hari Sefalosforin G4 Cefepime IV 1 g /12 jam 4 hari

2 63 L 7 hari Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 6 hari

Fluorokuinolon respirasi Levofloksasin IV 500 mg /24 jam 3 hari

3 64 L 6 hari Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 3 hari

4 63 P 5 hari Makrolida Azitromisin PO 500 mg /24 jam 4 hari

Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 4 hari

5 51 P 6 hari Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 3 hari

Makrolida Azitromisin PO 500 mg /24 jam 5 hari

6 64 P 11 hari Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 3 hari

Sefalosforin G3 Septazidim IV 1 g /8 jam 2 hari

Karbapenem Meropenem IV 1 g /8 jam 8 hari

7 42 L 4 hari Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 3 hari

8 52 P 10 hari Makrolida Azitromisin PO 500 mg /24 jam 5 hari

Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 10 hari

9 79 L 4 hari Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 4 hari

10 57 P 4 hari Makrolida Azitromisin PO 500 mg /24 jam 4 hari

Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 4 hari

11 55 P 11 hari Makrolida Azitromisin PO 500 mg /24 jam 6 hari

Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 10 hari

12 57 L 5 hari Makrolida Azitromisin PO 500 mg /24 jam 4 hari

Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 4 hari

13 49 L 10 hari Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 10 hari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

31

14 82 L 6 hari Makrolida Azitromisin PO 500 mg /24 jam 6 hari

Sefalosforin G3 Seftriakson IV 2 g /24 jam 6 hari

15 80 L 8 hari Makrolida Azitromisin PO 500 mg /24 jam 6 hari

Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 8 hari

16 40 L 6 hari Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 6 hari

Fluorokuinolon respirasi Levofloksasin IV 500 mg /24 jam 2 hari

17 64 L 5 hari Makrolida Azitromisin P0 500 mg /24 jam 5 hari

Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 5 hari

18 63 L 6 hari Makrolida Azitromisin PO 500 mg /24 jam 4 hari

Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 5 hari

19 53 L 8 hari Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 5 hari

Fluorokuinolon respirasi Levofloksasin IV 500 mg /24 jam 2 hari

20 79 P 5 hari Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 4 hari

21 36 L 5 hari Sefalosforin G3 Septazidim IV 1 ampul / 8 jam 5 hari

22 76 L 5 hari Makrolida Azitromisin PO 500 mg /24 jam 3 hari

Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 5 hari

23 45 L 5 hari Sefalosforin G3 Septazidim IV 1 g /8 jam 5 hari

24 41 P 5 hari Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 5 hari

25 41 P 10 hari Sefalosforin G4 Cefepime IV 1 g /12 jam 6 hari

26 86 P 3 hari Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 3 hari

27 52 L 5 hari Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 5 hari

28 76 L 6 hari Makrolida Azitromisin PO 500 mg /24 jam 4 hari

Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 6 hari

Fluorokuinolon respirasi Levofloksasin IV 500 mg /24 jam 2 hari

29 81 P 8 hari Makrolida Azitromisin PO 500 mg /24 jam 5 hari

Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 9 hari

30 78 P 6 hari Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 6 hari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

32

31 32 P 5 hari Sefalosforin G3 Seftriakson IV 1 g /12 jam 3 hari

32 75 L 8 hari Makrolida Azitromisin PO 250 mg /24 jam 2 hari

Sefalosforin G3 Septazidim IV 1 g /8 jam 8 hari

33 51 P 6 hari Fluorokuinolon respirasi Levofloksasin IV 500 mg /24 jam 6 hari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

33

Lampiran 9. Check List Rasionalitas Penggunaan Antibiotika

No Antibiotika Kriteria Rasionalitas

R/TR T1 T2 T3 T4 T5 T6

1 RS

Cefepime

Pulang

Sefiksim

√ × × √ √ √ TR

2 RS

Seftriakson

Levofloksasin

Pulang

Levofloksasin

Sefiksim

√ √ √ × √ √ TR

3 RS

Seftriakson

Pulang

Sefiksim

√ √ √ × √ √ TR

4 RS

Azitromisin

Seftriakson

√ √ × × √ √ TR

5 RS

Seftriakson

Azitromisin

Pulang

Sefiksim

√ √ × × √ √ TR

6 RS

Seftriakson

Septazidim

Meropenem

Pulang

Sefiksim

√ × × × √ √ TR

7 RS

Seftriakson

Pulang

Sefiksim

√ √ √ × √ √ TR

8 RS

Seftriakson

Azitromisin

Pulang

√ √ × × √ √ TR

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

34

Sefiksim

9 RS

Seftriakson

Pulang

Sefiksim

√ √ √ × √ √ TR

10 RS

Seftriakson

Azitromisin

√ √ × × √ √ TR

11 RS

Seftriakson

Azitromisin

Pulang

Sefiksim

√ √ × × √ √ TR

12 RS

Seftriakson

Azitromisin

Pulang

Sefiksim

√ √ × × √ √ TR

13 RS

Seftriakson

Pulang

Sefiksim

√ √ √ × √ √ TR

14 RS

Seftriakson

Azitromisin

Pulang

Sefiksim

√ √ × × √ √ TR

15 RS

Seftriakson

Azitromisin

√ √ × × √ √ TR

16 RS

Seftriakson

Levofloksasin

Pulang

Levofloksasin

√ √ √ × √ √ TR

17 RS

Seftriakson

Azitromisin

Pulang

Sefiksim

√ √ × × √ √ TR

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

35

18 RS

Seftriakson

Azitromisin

Pulang

Azitromisin

√ √ × × √ √ TR

19 RS

Seftriakson

Levofloksasin

Pulang

Levofloksasin

√ √ √ × √ √ TR

20 RS

Seftriakson

Pulang

Sefiksim

√ √ √ × √ √ TR

21 RS

Septazidim

Pulang

Sefiksim

√ √ √ √ √ √ R

22 RS

Seftriakson

Azitromisin

Pulang

Sefiksim

√ √ × × √ √ TR

23 RS

Septazidim

Pulang

Sefiksim

√ √ √ √ √ √ R

24 RS

Seftriakson

Pulang

Sefiksim

Azitromisin

√ √ √ × √ √ TR

25 RS

Cefepime

Pulang

Sefiksim

√ × √ √ √ √ TR

26 RS

Seftriakson

Pulang

√ √ √ × √ √ TR

27 RS √ √ √ × √ √ TR

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

36

Seftriakson

Pulang

Sefiksim

28 RS

Seftriakson

Azitromisin

Levofloksasin

Pulang

Sefiksim

Levefloxacin

√ √ × × √ √ TR

29 RS

Seftriakson

Azitromisin

Pulang

Sefiksim

√ √ × × √ √ TR

30 RS

Seftriakson √ √ √ × √ √ TR

31 RS

Seftriakson

Pulang

Sefiksim

√ √ √ × √ √ TR

32 RS

Septazidim

Azitromisin

Pulang

Azitromisin

√ √ × × √ × TR

33 RS

Levofloksasin

Pulang

Sefiksim

√ √ × × √ × TR

Note : T1 = Tepat indikasi; T2 = Tepat Pemilihan Obat; T3 = Tepat Dosis; T4 =

Tepat Interval Waktu Pemberian; T5 = Tepat Lama Pemberian; T6 = Tepat

Penilaian Kondisi Pasien; R = Rasional; TR = Tidak Rasional

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

37

Lampiran 10. Hasil Wawancara dengan Salah Satu Dokter Penulis Resep

Pertanyaan Jawaban

Standar acuan terapi yang digunakan

untuk pasien PPOK dan Pneumonia di

RSUD Sleman ?

Panduan Praktek Klinis oleh

Perkumpulan Ahli Penyakit Dalam

Indonesia (PAPDI)

Berdasarkan hasil penelitian, golongan

antibiotika yang paling banyak

digunakan adalah Sefalosporin

generasi 3 yaitu Seftriakson, mengapa

?

Seftriakson merupakan lini pertama

untuk pasien PPOK dan Pneumonia

Alasan dikombinasi dengan

Azitromisin ?

Azitromisin merupakan antibiotika

golongan makrolida yang dapat

digunakan untuk infeksi paru karena

bakteri atipikal. Infeksi paru-paru dapat

disebabkan oleh bakteri atipikal.

Alasan penggantian antibiotika ? Penggantian antibiotika dilakukan

apabila kondisi klinis pasien tidak

menunjukkan perbaikan atau respon

terhadapt antibiotika yang diberikan,

serta menyesuaikan dengan

ketersediaan antibiotika yang ada di

rumah sakit.

Lama pemberian antibiotika ? Dilihat 3 hari pertama, kemudian di

evaluasi kondisi klinis pasien. Apabila

membaik terapi dilanjutkan atau pasien

diperbolehkan pulang, lalu dilanjutkan

dengan terapi oral. Apabila belum

membaik, terapi diganti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIENrepository.usd.ac.id/31376/2/148114063_full.pdf · Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2015, pada tahun 2014 pneumonia

38

BIOGRAFI PENULIS

Penulis naskah skripsi dengan judul “Evaluasi Rasionalitas

Antibiotika Pada Pasien Community Acquired Pneumonia

(CAP) di RSUD Sleman Yogyakarta Periode Juni 2016 –

Februari 2018” memiliki nama lengkap Ika Hanna Nurul

Wathani. Lahir di Peliatan, Ubud, 27 Januari 1996 sebagai anak

sulung dari dua bersaudara dari pasangan Ahmad dan Muslihan.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis yaitu TK Widya Craya (2001-

2002), SD Negeri 1 Peliatan (2002-2008), SMP Negeri 1 Gianyar (2008-2011),

SMA Negeri 1 Gianyar (2011-2014). Pada tahun 2014, penulis melanjutkan

pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma. Selama masa kuliah, penulis terlibat dalam berbagai kegiatan seperti,

kepanitiaan Donor Darah Farmasi Islam Sanata Dharma sebagai sekretaris II pada

tahun 2014, Makrab dan Welcome Party JMKI sebagai seksi dana dan usaha pada

tahun 2015, Donor Darah JMKI sebagai ketua panitia pada tahun 2015, Seminar

Nasional sebagai Sterring Committee pada tahun 2016, dan Koordinator Divisi

Organisasi dalam Komisariat JMKI Fakultas Farmasi tahun 2016/2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Recommended