Transcript
Page 1: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI

KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI

BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN

ENERGI DAN USAHA

DI SMP

Skripsi

Oleh :

Hesti Purnamasari

K.2304026

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

Page 2: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

”Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan

demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya

untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat” (Oemar Hamalik,

2003: 79). Sejalan dengan usaha tersebut, maka pendidikan disesuaikan dengan

perkembangan zaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sesuai

dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa diinginkan sifat-sifat yang

baru yang kualitasnya lebih baik daripada sifat sebelumnya. Pendidikan selalu

diinginkan bertambah maju untuk menciptakan nilai-nilai baru dan membangun

masyarakat baru. Maka dari itu, sistem pendidikan nasional perlu secara sistematis

mengadakan pembaharuan agar anak didik dapat mengembangkan segala potensi

yang ada padanya semaksimal mungkin. Hal tersebut dapat tercapai dengan

mencari dan menerapkan sistem dan metode-metode baru dalam bidang

pendidikan atau pembelajaran (Isjoni, 2006: 2).

”Pendidikan dapat berlangsung secara formal, informal ataupun

nonformal” (Abu Ahmadi, 1991: 105). Dalam pendidikan formal di sekolah, guru

dan siswa memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar.

”Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang integral antara siswa

sebagai pelajar yang sedang belajar dan guru sebagai pengajar yang sedang

mengajar, sehingga terjadi interaksi timbal balik dalam situasi instruksional”

(Muhibin Syah, 2004: 237). Dari kegiatan belajar mengajar tersebut serta dengan

latihan dan pengalaman yang diperoleh diharapkan nantinya akan terjadi

perubahan tingkah laku ke arah yang positif. ”Tingkah laku yang mengalami

perubahan menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik aspek fisik maupun

psikis seperti: perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, pola pikir, apresiasi

maupun sikap” (Slameto, 1995: 3-4).

1

Page 3: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

3

”Mengajar bukan merupakan suatu pekerjaan yang mudah. Mengajar

merupakan salah satu komponen dari kompetensi-kompetensi guru dan setiap

guru harus menguasainya serta terampil melaksanakan mengajar itu” (Slameto,

1995: 29). Untuk dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya itu, guru

berkewajiban merealisasikan segenap upaya yang mengarah pada pengertian

membantu dan membimbing siswa dalam melapangkan jalan menuju perubahan

positif seluruh ranah kejiwaannya (Muhibin Syah, 2004: 181).

Tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran IPA

dinilai masih rendah. Berdasar penelitian yang dilakukan oleh Departemen

Pendidikan Nasional yang menunjukkan bahwa kemampuan siswa SMP

dalam penguasaan IPA secara nasional dinilai masih rendah

(http://www.Depdiknas.go.id/publikasi/bief/oldedition/harri-3A.html). Rendahnya

kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam diri siswa

maupun dari luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa misalnya intelegensi,

minat, sikap, keadaan jasmani, motivasi dan kemampuan awal. Sedangkan faktor

dari luar misalnya lingkungan belajar, kurikulum, serta sarana dan prasarana

sekolah. Seperti yang dikemukakan oleh Basuki wibowo (2001: 2), ”Keberhasilan

kegiatan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut

dapat bersifat eksternal dan internal, yang kemudian dapat menjadi penghambat

atau penunjang proses belajar mereka”.

Suasana belajar mengajar di sekolah-sekolah sering dijumpai beberapa

masalah, guru telah mengajar dengan baik, ada siswa yang belajar giat, ada siswa

yang pura-pura belajar, dan ada pula siswa yang tidak belajar. Hal ini dikarenakan

guru yang masih menganggap siswa sebagai objek didik dalam proses belajar

mengajar. Anggapan itu terpengaruh oleh konsep tabularasa bahwa anak didik

diibaratkan sebagai kertas putih yang dapat ditulisi sekehendak hati oleh para

guru. Dalam konsep ini siswa seolah-olah ”barang” terserah mau diapakan, mau

dibawa kemana, terserah kepada guru. Sebaliknya guru akan sangat dominan,

ibarat raja dalam kelas (Sardiman, 2004: 111). Banyaknya siswa yang kurang aktif

dalam proses belajar mengajar karena didominasi oleh guru berakibat suasana

kelas terasa gersang, membosankan dan mengikat. Oleh karena itu diperlukan

Page 4: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

4

upaya pengembangan pelajaran. Pengembangan pembelajaran yang diperlukan

untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah pembelajaran yang menitik

beratkan kepada siswa sebagai subjek didik dalam proses belajar mengajar.

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah pengembangan teknis

belajar bersama, saling membantu dan bekerja sebagai sebuah tim (kelompok)

(Slavin, 1995: 2). Sedangkan menurut Effandi Zakaria dan Zanatin Iksan

”Cooperative learning is generally understood as learning that takes place in

small groups where students share ideas and work collaborativelly from each

other”. Jadi pembelajaran kooperatif berarti belajar bersama, saling membantu

dalam pembelajaran agar setiap anggota kelompok dapat mencapai tujuan atau

menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik. Berdasarkan sifat khas bangsa

Indonesia yang suka bekerja sama, pembelajaran kooperatif sangat dimungkinkan

diterapkan di Indonesia. Di dalam pembelajaran kooperatif akan didapatkan

proses kebersamaan dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan

salah satu bentuk pengajaran atau pembelajaran yang didasarkan pada teori belajar

konstruktivisme sosial, dimana diyakini bahwa keberhasilan peserta didik akan

tercapai jika setiap anggota kelompoknya berhasil.

Berdasarkan penelitian Julia Nursitawati (2006: 88), model pembelajaran

kooperatif bisa membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi

pembelajaran yang ada dikarenakan adanya interaksi siswa di dalam kelompoknya

dan juga adanya interaksi dengan guru sebagai pengajar. Di dalam setiap

kelompok siswa yang berkemampuan lebih tinggi akan membantu dalam proses

pemahaman bagi siswa yang berkemampuan rendah dan siswa yang

berkemampuan sedang akan segera dapat menyesuaikan dalam proses

pemahaman materi. Interaksi dalam setiap kelompok akan berjalan dengan baik

jika setiap kelompok memiliki kemampuan yang heterogen.

Belajar merupakan suatu proses yang kompleks, sebab siswa tidak hanya

sekedar menerima dan menyerap informasi yang diberikan guru, tetapi melibatkan

diri dalam proses untuk mendapatkan ilmu sendiri (Dimyati, 2002: 7). Makin

banyak siswa yang aktif dalam belajar maka prestasi belajar dimungkinkan makin

tinggi. Dalam usaha meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar maka perlu

Page 5: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

5

dikembangkan melalui pengajaran yang didasarkan pada teori kebersamaan

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

Berdasarkan pemikiran tersebut maka penulis ingin meneliti apakah ada

pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif ditinjau dari kemampuan

awal terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran fisika sehingga penulis

mengambil judul ” EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI

KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA

POKOK BAHASAN ENERGI DAN USAHA DI SMP ”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka

dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang timbul antara lain :

1. Tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran IPA dinilai masih

rendah.

2. Banyaknya siswa yang kurang aktif dalam proses belajar mengajar karena

didominasi oleh guru yang menyebabkan suasana belajar menjadi

membosankan dan mengikat.

3. Adanya guru yang masih menganggap siswa sebagai objek didik dalam proses

belajar mengajar.

4. Faktor internal dan eksternal berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini terfokuskan, lebih efektif dan efisien maka objek

penelitian perlu dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :

1. Pengajaran dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan

tipe jigsaw II.

2. Faktor dari dalam diri siswa yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah

kemampuan awal siswa.

3. Prestasi belajar siswa dibatasi pada kemampuan kognitif dan kemampuan

afektif siswa.

Page 6: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

6

D. Perumasan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh penggunaan model kooperatif tipe Teams Games

Tournaments (TGT) dengan Jigsaw II terhadap prestasi belajar ranah kognitif

siswa pada pokok bahasan energi dan usaha?

2. Adakah pengaruh kemampuan awal kategori tinggi dengan kemampuan awal

kategori rendah terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa pada pokok

bahasan energi dan usaha?

3. Adakah interaksi pengaruh antara penggunaan model kooperatif dan

kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa pada

pokok bahasan energi dan usaha?

4. Adakah pengaruh penggunaan model kooperatif tipe Teams Games

Tournaments (TGT) dengan Jigsaw II terhadap prestasi belajar ranah afektif

siswa pada pokok bahasan energi dan usaha?

5. Adakah pengaruh kemampuan awal kategori tinggi dengan kemampuan awal

kategori rendah terhadap prestasi belajar ranah afektif siswa pada pokok

bahasan energi dan usaha?

6. Adakah interaksi pengaruh antara penggunaan model kooperatif dan

kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar ranah afektif siswa pada

pokok bahasan energi dan usaha?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan model kooperatif tipe

Teams Games Tournaments (TGT) dengan Jigsaw II terhadap prestasi belajar

ranah kognitif siswa pada pokok bahasan energi dan usaha.

2. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh kemampuan awal kategori tinggi

dengan kemampuan awal kategori rendah terhadap prestasi belajar ranah

kognitif siswa pada pokok bahasan energi dan usaha.

Page 7: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

7

3. Mengetahui ada atau tidaknya interaksi pengaruh antara penggunaan model

kooperatif dan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar ranah kognitif

siswa pada pokok bahasan energi dan usaha.

4. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan model kooperatif tipe

Teams Games Tournaments (TGT) dengan Jigsaw II terhadap prestasi belajar

ranah afektif siswa pada pokok bahasan energi dan usaha.

5. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh kemampuan awal kategori tinggi

dengan kemampuan awal kategori rendah terhadap prestasi belajar ranah

afektif siswa pada pokok bahasan energi dan usaha.

6. Mengetahui ada atau tidaknya interaksi pengaruh antara penggunaan model

kooperatif dan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar ranah afektif

siswa pada pokok bahasan energi dan usaha.

F. Manfaat Penelitian

Setelah perumusan masalah diatas diperoleh jawabannya, diharapkan

penelitian ini berguna untuk :

1. Memberikan masukan kepada guru dan calon guru agar dapat memilih

pendekatan dan metode yang tepat dalam penyampaian materi.

2. Memberikan informasi dan gambaran kepada guru dan calon guru mengenai

penggunan model kooperatif tipe TGT dan tipe jigsaw II yang menampilkan

kegiatan proses belajar sambil bermain

3. Memberi masukan kepada guru dan calon guru yang mengadakan penelitian

selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini dalam ruang lingkup yang

lebih luas dan pembahasan yang lebih mendalam.

Page 8: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Belajar dan Mengajar

a. Belajar

1) Pengertian Belajar

Umumnya masyarakat beranggapan bahwa belajar adalah kegiatan

menghafal data-data atau informasi yang tersaji dalam materi pelajaran. Namun

sebenarnya yang dinamakan belajar tidak sebatas pada perbuatan menghafal, akan

tetapi banyak sekali perbuatan yang termasuk kegiatan belajar (Muhibin Syah,

2004: 89).

Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, kecakapan dan kemampuannya, daya kreasinya, daya penerimaannya dan lain aspek yang ada pada individu (Nana Sudjana, 1998: 28). Perubahan-perubahan itu terbentuk kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu relatif lama. Sedangkan menurut Hilgard dan Bower yang dikutip oleh Ngalim Purwanto : ”Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya)”(Ngalim Purwanto, 1992: 84). Perubahan itu bersifat konstan dan berbekas.

Pengertian belajar yang serupa seperti pendapat para pakar di atas

dikemukakan oleh Slameto (1995: 2) bahwa ”belajar adalah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannnya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya”.

Berdasarkan pengertian belajar yang dikemukakan oleh para pakar

pendidikan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses

7

Page 9: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

9

perubahan tingkah laku pada individu yang bersifat permanen sebagai hasil dari

pengalaman yang diperoleh dan adanya interaksi dengan lingkungan.

2). Prinsip-prinsip Belajar

Prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Roestiyah (1989: 159):

a) Siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif. b) Belajar bersifat keseluruhan dan materi harus memiliki struktur. c) Dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi pada siswa. d) Belajar merupakan proses yang kontinue, maka harus tahap demi tahap

menurut perkembangannya. e) Dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan

instruksional yang dicapainya. f ) Perlu ada interaksi anak dengan lingkungannya. g) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar

pengertian itu mendalam pada anak. Guru diharapkan dapat memahami dan menjalankan dengan baik

kesepuluh prinsip di atas agar dalam proses mengajar dapat membangkitkan minat

siswa guna meningkatkan prestasi belajarnya. Siswa harus diusahakan

berpartisipasi aktif sehingga proses belajar mengajar menjadi berkualitas karena

proses interaksi terjadi diantara guru dan siswa. Belajar juga harus dilakukan

secara bertahap dan secara keseluruhan sehingga siswa bisa mengembangkan

kemampuannya.

3). Tujuan Belajar

Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat

penting, karena semua komponen yang ada dalam sistem pembelajaran

dilaksanakan atas dasar pencapaian tujuan belajar. Dalam usaha pencapaian tujuan

belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang baik. Sistem

lingkungan yang baik itu terdiri dari komponen-komponen pendukung antara lain

tujuan belajar yang akan dicapai, bahan pengajaran yang digunakan mencapai

tujuan, guru dan siswa yang memainkan peranan dalam pembelajaran, jenis

kegiatan dan sarana prasarana yang tersedia.

Menurut Bloom tujuan belajar dikelompokkan menjadi tiga kelompok

yakni kognitif, afektif dan psikomotorik.

Page 10: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

10

Ranah kognitif meliputi 6 tingkatan yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif (sikap) meliputi kemampuan menerima, kemampuan menanggapi berkeyakinan, penerapan kerja dan ketelitian. Sedangkan ranah psikomotor meliputi gerak tubuh, koordinasi gerak, komunikasi non verbal dan perilaku berbicara (Gino,1997: 19).

Tiap-tiap tujuan belajar tertentu mebutuhkan sistem lingkungan tertentu

yang relevan. Sistem lingkungan belajar untuk mencapai tujuan belajar kognitif

berbeda dengan lingkungan yang diarahkan untuk mencapai tujuan belajar afektif

maupun psikomotorik. Ketiga ranah tujuan belajar ini diharapkan bisa

dipahamioleh guru sehingga bisa tercapai tujuan belajar yang diharapkan.

b. Mengajar

1).Pengertian Mengajar

Mengajar merupakan suatu kegiatan menyampaikan pesan berupa

pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap-sikap tertentu dari guru kepada

peserta didik. Sebenarnya kegiatan mengajar bukan sekedar menyangkut

persoalan penyampaian pesan-pesan dari seorang guru kepada peserta didik, tetapi

menyangkut persoalan guru membimbing dan melatih peserta didik untuk belajar.

Definisi tentang mengajar dikemukakan oleh Slameto (1995: 30)

mengutip dari pakar negara-negara maju yang mengemukakan bahwa ”Mengajar

adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar”. Pengertian ini menunjukan

bahwa yang aktif adalah siswa yang mengalami proses belajar. Sedangkan guru

membimbing, menunjukkan jalan dengan cara memperhitungkan kepribadian

siswa.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana mengutip dari T.Raka Joni tentang

pengertian mengajar sebagai pencipta dan suatu sistem lingkungan yang

memungkinkan terjadinya proses belajar (2001: 21).

Sedangkan menurut Nana Sudjana (1996: 7) ”Mengajar adalah

membimbing kegiatan siswa belajar, mengatur, dan mengorganisasi lingkungan

yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa

melakukan belajar”.

Page 11: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

11

Menurut pengertian ini dapat dilihat bahwa mengajar sebagai proses,

yaitu proses yang dilakukan oleh guru dalam menumbuhkan kegiatan belajar

siswa. Dengan perkataan lain, hasil proses mengajar adalah kegiatan belajar siswa.

2). Prinsip-prinsip Mengajar

Guru harus berhadapan dengan sekelompok manusia yang memerlukan

bimbingan dan pembinaan untuk menuju kedewasaan, sehingga sadar akan

tanggung jawab masing-masing. Karena tugas guru yang berat tersebut, maka

guru harus mempunyai prinsip-prinsip mengajar seperti yang dikemukakan oleh

Slameto (1995: 35-39) sebagai berikut :

a) Perhatian Waktu mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa pada pelajaran yang diberikan sehingga pelajaran tersebut dapat diterima, dihayati dan diolah siswa sehingga menimbulkan pengertian dari diri siswa.

b) Aktivitas Guru perlu menumbuhkan aktivitas siswa baik aktivitas berpikir maupun berbuat dalam proses belajar mengajar.

c) Appersepsi Setiap guru dalam mengajar perlu mengembangkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa ataupun pengalamannya.

d) Peragaan Guru harus menggunakan bermacam-macam media dalam penyampaian materinya. Hal ini ditujukan agar siswa tidak merasa bosan, dan lebih terangsang dalam berpikir dalam rangka membentuk struktur kognitif dalam jiwa siswa.

e) Repetisi Guru perlu mengulang-ulang pelajaran dalam menjelaskan suatu unit pelajaran, karena pelajaran yang sering diulang akan memberikan tanggapan yang jelas dan tidak akan mudah dilupakan.

f) Korelasi Guru harus memperhatikan hubungan antar setiap mata pelajaran dalam mengajar sehingga dapat memperluas pengetahuan siswa.

g) Konsentrasi Guru harus konsentrasi dalam berbagai situasi yang dijumpainya selama mengajar sehingga proses belajar mengajar tidak menyimpang.

h) Sosialisasi Siswa hendaknya diberi kesempatan untuk melaksanakan kegiatan bersama walaupun berada di dalam kelas maupun di luar kelas dalam

Page 12: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

12

menerima pelajaran, karena bekerja di alam kelompok dapat meningkatkan cara berpikir siswa untuk memecahkan masalah secara baik.

i) Individualisasi Siswa merupakan makhluk yang unik, yang mempunyai perbedaan yang khas antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini guru dituntut untuk dapat mendalami perbedaan tersebut sehingga dapat melayani pendidikan tanpa menyimpang dari tujuan.

j) Evaluasi Semua kegiatan belajar mengajar perlu evaluasi, dengan begitu baik siswa maupun guru dapat termotivasi untuk meningktkan peran aktifnya guna keberhasilan proses belajar mengajar.

Guru diharapkan dapat memahami dan menjalankan dengan baik

kesepuluh prinsip di atas agar dalam proses mengajar dapat membangkitkan minat

siswa guna meningkatkan prestasi belajarnya. Disamping itu guru perlu

membangkitkan siswa agar belajar dengan perasaan senang, karena belajar akan

efektif jika dilakukan pada kondisi senang. Guru harus memulai dari apa yang

telah diketahui sebelumnya, sehingga diharapkan siswa mempunyai pemahaman

yang baik karena yang mereka pelajari adalah hal-hal yang telah ada pada mereka.

Atau secara singkat dapat dinyatakan bahwa dalam mengajar perlu

memperhatikan prinsip-prinsip mengajar. Kegiatan mengajar merupakan

serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan kondisi yang

memungkinkan terjadinya interaksi antara siswa dengan guru dalam rangka

mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini dilakukan sedemikian rupa agar membantu

perkembangan siswa secara optimal, baik perkembangan fisik, maupun mental

sehingga yang berperan aktif dalam proses belajar mengajar adalah siswa itu

sendiri dan guru hanya fasilitator dan pembimbing siswa dalam proses belajar

mengajar.

2. Pengajaran Fisika di SMP

a. Pengertian Fisika

Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA. Untuk mengetahui arti

Fisika perlu diketahui dahulu pengertian IPA. Menurut Fisher, yang dikutip oleh

Muhammad Amien (1987: 3) menyatakan bahwa ”IPA adalah salah satu

Page 13: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

13

kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang di dalamnya secara

umum terbatas pada gejala alam”.

Pengertian Fisika dapat diperoleh dari beberapa pendapat para pakar

diantaranya :

1) Bronckhaus (1972) ”Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang kejadian

alam yang memungkinkan penelitian dengan percobaan, pengukuran yang

didapat, serta penyajian secara sistematis dan berdasarkan peraturan-peraturan

umum” (Herbert Druxes, 1986: 3).

2) Gerthsen menyatakan bahwa ”Fisika adalah suatu teori yang menerangkan

gejala-gejala alam sesederhananya dan berusaha menemuka hubungan antara

kenyataan-kenyataannya. Persyaratan pemecahan persoalannya adalah dengan

mengamati gejala-gejala tersebut”(Herbert Druxes, 1986: 3)

Menurut pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fisika adalah

cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala alam serta

interaksinya dan menerangkan bagaimana gejala alam tersebut terukur melalui

pengamatan-pengamatan dan penyelidikan-penyelidikan.

b. Tujuan Pengajaran Fisika di SMP

Fisika mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-

hari, sehingga perlu diberikan dalam dunia penidikan. Sesuai dengan

perkembangan ilmu dan teknologi, pengajaran fisika di sekolah khususnya di

Sekolah Menengah Pertama (SMP) juga mengalami perkembangan. Sejalan

dengan itu, maka dilaksanakan usaha untuk menyempurnakan Garis-Garis Besar

Program Pengajaran (GBPP) fisika di SMP. Sesuai dengan GBPP dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006, pemberian mata pelajaran IPA di

SMP bertujuan agar ”Siswa memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan

teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri”

(E. Mulyasa, 2007: 20)

Page 14: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

14

c. Fungsi Pengajaran Fisika di SMP

Adapun fungsi mata pelajaran fisika di Sekolah Menengah Pertama

(SMP) seperti yang dikemukakan oleh Widha Sunarno (2001: 4) yaitu:

1). Menanamkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasakan keindahan yang terkandung dalam aturan alam ciptaan-Nya.

2). Memupuk sikap ilmiah yang mencakup :sikap jujur dan obyektif terhadap data, sikap terbuka yaitu bersedia menerima pendapat orang lain serta mau mengubah pandangannya jika ada bukti bahwa pandangannya tidak benar.

3). Memperoleh pengalaman dalam penerapan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana siswa melakukan pengujian hipotesis dengan merancang eksperimen melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan dan interpretasi data serta mengkomunikasikan hasil eksperimen secara lisan dan tulisan.

4). Mengembangkan kemampuan berpikir analitis deduktif dengan menggunakan berbagai konsep dan prinsip fakta untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika sederhana.

5). Menguasai berbagai konsep dan prinsip fisika untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap percaya diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

6). Pembentukan sikap yang positif terhadap fisika, yaitu merasa tertarik untuk mempelajari fisika lebih lanjut karena merasa keindahan dalam keteraturan perilaku alam serta keampuhan fisika dalam menjelakan berbagai peristiwa alam dan penerapan fisika dalam teknologi.

Berdasarkan hal-hal di atas, diharapkan pembelajaran fisika di Sekolah

Menengah Pertama (SMP) tidak hanya penguasaan prinsip dan hukum saja, tetapi

penelitian dan penemuan serta pemecahan masalah dengan kemampuan sendiri.

Dengan demikian siswa akan terbekali dengan pengetahuan untuk diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah pengembangan teknis

belajar bersama, saling membantu dan bekerja sebagai sebuah tim (kelompok).

Jadi pembelajaran kooperatif berarti belajar bersama, saling membantu dalam

Page 15: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

15

pembelajaran agar setiap anggota kelompok dapat mencapai tujuan atau

menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik.

Slavin (1995: 2) mendefinisikan secara spesifik model pembelajaran

kooperatif sebagai ”...model pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam

suatu kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dan saling

berinteraksi antar anggota kelompok”. Sedangkan menurut Effandi Zakaria dan

Zanatin Iksan, ”Cooperative learning is grounded in the belief that learning in

sharing ideas and work cooperatively to complete academic tasks”. Di dalam

pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil

yang terdiri dari 4-5 orang siswa”. Setiap kelompok yang heterogen maksudnya

terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku.

Slavin (1995: 5) membedakan pembelajaran kooperatif dalam beberapa

tipe yaitu:

1) Student Team Achievement Division ( STAD )

2) Teams Games Tournaments ( TGT )

3) Team Assisted Individualization ( TAI )

4) Cooperative Integrated Reading And Composition ( CIRC )

5) Jigsaw

Kelebihan model pembelajaran kooperatif yaitu: 1) Meningkatkan kemampuan siswa 2) Meningkatkan rasa percaya diri 3) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian

yang ada 4) Memperbaiki hubungan antar kelompok Kelemahan model pembelajaran kooperatif yaitu: 1) Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakannya 2) Bila terjadi persaingan negatif maka hasilnya akan buruk 3) Bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa maka dalam

kelompok akan terjadi kesenjangan sehingga usaha kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya. (Slavin, 1995: 2) Pembelajaran kooperatif membuat setiap siswa saling bekerja sama satu

lain, berdiskusi dan berpendapat, menilai kemampuan pengetahuan dan saling

mengisi kekurangan anggota lainnya. Apabila dapat diorganisasikan secara tepat

maka siswa akan lebih menguasai konsep yang diajarkan. Bagi siswa yang kurang

Page 16: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

16

mampu mereka akan diberi masukan dari teman-teman satu kelompoknya yang

mempunyai kemampuan lebih. Dan bagi siswa yang mampu, diharapkan bisa

lebih berkembang dengan menyalurkan pengetahuannya kepada siswa yang

kurang mampu.

Tipe pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Teams Games Tournaments dan Jigsaw II.

a). Teams Games Tournaments (TGT)

Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif adalah tipe TGT.

TGT pertama kali dikembangkan oleh David de Vries dan Keith Edward di

Universitas John Hopkins. Pelaksanaan TGT di bagi menjadi tiga tahap

pembelajaran (Slavin, 1995: 84-90) yaitu :

(1) Tahap Presentasi Kelas (Penyampaian Materi Pelajaran)

(a) Pendahuluan

Materi pelajaran disampaikan melalui pengajaran secara

langsung di kelas. Disini guru menekankan pada apa yang akan

dipelajarai siswa. Ini dilakukan untuk mendorong siswa supaya lebih

siap belajar dalam mempelajari konsep yang akan dipelajari. Presentasi

kelas dalam TGT berbeda dengan pengajaran biasa. Dalam hal ini

siswa harus penuh perhatian, karena apa yang akan dipelajarinya akan

diterapkan dalam kuis, dan skor kuis mereka akan membedakan skor

kelompoknya. Dalam prakteknya, guru memotivasi siswa dengan

memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi

yang akan dipresentasikan tapi yang berhubungan dengan kejadian

yang dialami sendiri oleh siswa.

(b) Pengembangan

1) Guru menentukan tujuan-tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

2) Menekankan pada siswa bahwa pada pembelajaran kooperatif,

belajar adalah memahami arti dan bukannya menghafal.

3) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin.

4) Memberikan penjelasan mengenai alasan mengapa jawaban benar

atau salah.

Page 17: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

17

5) Beralih ke konsep yang lain apabila siswa sudah menguasai pokok

masalahnya.

(c) Praktek Terkendali

Guru memanggil siswa secara acak untuk menyelesaikan

soal. Hal ini dilakukan agar semua siswa mempersiapkan diri dengan

jawabannya sendiri. Setelah siswa memberikan jawaban, guru segera

memberikan penjelasan yang berkaitan dengan soal tersebut.

(2) Kegiatan Kelompok

Tiap kelompok terdiri atas 4 atau 5 siswa yang pembagiannya

didasarkan atas kemampuan / kepandaian siswa. Selama kegiatan

kelompok berlangsung, masing-masing siswa bertugas untuk mempelajari

materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu apabila ada teman

satu kelompok yang belum menguasai materi tersebut. Guru akan

membagikan lembar kegiatan untuk dikerjakan siswa. Disini guru

menekankan pada siswa bahwa lembar kegiatan untuk dipelajari. Apabila

siswa mempunyai suatu permasalahan, sebaiknya ditanyakan terlebih

dahulu pada anggota kelompoknya, jika tidak mampu baru ditanyakan ke

guru. Dalam prakteknya, langkah-langkahnya sebagai berikut :

- membagi anggota kelompok berdasar atas kemampuan siswa.

- menjelaskan pada siswa arti bekerja dalam kelompok.

- menjelaskan aturan kelompok.

- membagikan LKS dan lembar jawab untuk setiap kelompok.

- kelompok mendiskusikan kegiatan yang ada dalam LKS dan berusaha

menjawab pertanyaan yang ada di LKS pada lembar jawab yang

tersedia.

- mengingatkan siswa, jika mempunyai pertanyaan harus ditanyakan

terlebih dahulu pada anggota kelompoknya sebelum bertanya pada guru.

- guru mengontrol jalannya diskusi kelompok dengan berkeliling kelas,

memuji kelompok yang bekerja dengan baik, duduk pada masing-masing

kelompok untuk mendengar bagaimana anggota kelompok bekerja.

Page 18: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

18

(3).Permainan dan Pertandingan

Permainan berisi pertanyaan-pertanyaan yang didisain untuk

mengetes hasil pengetahuan siswa dari presentasi kelas dan kegiatan

kelompok.

Pertandingan disini adalah bagaimana struktur permainan berjalan.

Pertandingan biasa diselenggarakan di akhir minggu atau akhir sub pokok

bahasan setelah guru presentasi kelas dan kelompok berlatih dengan

lembar kerja siswa (LKS). Pertandingan dimainkan pada meja dengan

beberapa pemain, masing-masing dari kelompok yang berbeda. Pada tiap

meja berisi pemain, kartu bernomor, pertanyaan-pertanyaan bernomor

pada lembaran kertas, lembar penilaian pertandingan, dan lembar jawaban

soal. Seorang pemain mengambil kartu yang bernomor dan berusaha

menjawab pertanyaan sesuai nomor kartu yang telah diambil. Pemain yang

tidak bisa menjawab pertanyaan diijinkan untuk menantang pemain yang

lain.

(4).Penghargaan Tim

Setelah mengikuti pertandingan, guru akan menentukan kejuaraan

dari kegiatan tersebut. Nilai dari masing-masing kelompok dirangking dan

untuk kelompok yang mempunyai nilai tertinggi akan memperoleh

penghargaan atau sejenisnya.

Secara skematis, model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat

dilihat pada gambar 2.1.

b). Jigsaw II

”Pembelajaran jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson pada

tahun 1978” (Slavin, 1995: 122). Jigsaw II merupakan modifikasi dari jigsaw.

Jigsaw II mirip dengan jigsaw asli tapi juga memiliki beberapa perbedaan

yang penting. Pada jigsaw asli, siswa membaca bagian yang berbeda dengan

apa yang dibaca teman satu tim, sedangkan pada jigsaw II siswa membaca

keseluruhan materi agar memiliki gambaran besar suatu materi. Waktu

pembelajaran jigsaw asli juga lebih sedikit daripada jigsaw II, tahap membaca

juga relatif pendek, hanya sebagian dari keseluruhan bab yang dipelajari.

Page 19: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

19

Pembelajaran jigsaw II seperti halnya dengan tipe-tipe model

pembelajaran kooperatif lainnya, siswa belajar pada tim yang berbeda

kemampuan awalnya. Siswa mendapatkan bagian atau unit untuk dibaca dan

diberi ”lembar ahli” yang terdiri dari topik-topik yang berbeda untuk masing-

masing anggota tim fokuskan pada saat membaca. Ketika semua siswa sudah

selesai membaca, siswa dari tim yang berbeda dengan topik yang sama

bertemu dalam ”grup ahli” untuk mendiskusikan topik mereka. Ahli-ahli

tersebut kemudian kembali ke tim mereka masing-masing dan mengajarkan

pada anggota timnya tentang topik mereka. Pada akhirnya, siswa diberi

penilaian yang mencakup keseluruhan topik dan skor kuis menjadi skor tim.

Nilai-nilai yang disumbangkan ke tim berdasarkan peningkatan nilai individu,

dan siswa pada tim nilai tertinggi berhak menerima sertifikat atau

penghargaan. Dengan demikian, siswa termotivasi untuk belajar materi

dengan baik dan bekerja keras dalam ”grup ahli” agar bisa menyumbangkan

nilai yang baik bagi tim. Kunci dari jigsaw adalah setiap siswa bergantung

pada anggota timnya untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan agar

memperoleh nilai yang baik pada saat kuis.

Slavin mengemukakan persiapan pembelajaran jigsaw II (1995:

122-126) meliputi:

(1) Materi Untuk membuat materi pada jigsaw II, langkah-langkahnya yaitu memilih satu atau lebih bab yang mencakup untuk dua atau tiga hari kemudian membuat ”lembar ahli” untuk masing-masing bab kemudian membuat kuis sebagai penilaian untuk setiap bab.

(2) Penempatan siswa ke tim Setiap tim terdiri dari 4-5 anggota yang berbeda kemampuan awalnya. Tidak boleh membiarkan siswa memilih sendiri timnya untuk menghindari adanya siswa dengan kemampuan awal yang sama dalam anggota tim.

(3) Penempatan siswa ke ”grup ahli” Guru menempatkan siswa ke ”grup ahli” secara sederhana dan acak untuk setiap tim. Yang harus diperhatikan adalah pada setiap ”grup ahli” terdiri dari siswa yang berkemampuan tidak sama.

(4) Penilaian Lembar skor kuis digunakan untuk mencatat nilai-nilai yang diperoleh masing-masing siswa.

Page 20: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

20

(5) Penghargaan tim Setiap tim yang sukses akan mendapatkan penghargaan dalam rangka menghargai usaha mereka. Penghargaan bisa berupa hadiah, sertifikat atau penghargaan lain yang sejenis.

Kegiatan-kegiatan pada pembelajaran jigsaw II menurut Slavin

(1995: 124-126) antara lain:

(1) Membaca Pada kegiatan membaca, siswa menerima topik ahli dan membaca materi untuk mendapatkan informasi mengenai topik mereka. Sebagai alternatif, siswa dibiarkan membaca terlebih dahulu kemudian membagikan topik ahli. Ini membuat siswa mendapatkan gambaran besar sebelum mereka kembali membaca untuk mendapat informasi sesuai topik mereka masig-masing.

(2) Diskusi grup ahli Siswa dengan topik ahli yang sama bersama pada satu meja untuk mendiskusikan topik mereka. Sebagai pimpinan diskusi, guru menunjuk salah satu siswa. Pimpinan diskusi tidak harus siswa yang pintar, dan semua siswa harus mempunyai kesempatan mengisi peran ini pada suatu waktu. Tugas pimpinan diskusi adalah memimpin diskusi dan memastikan kalau semua anggota ikut berpartisipasi. Tugas dari setiap anggota grup ahli adalah membagi informasi yang diketahui dengan grup dan harus membuat catatan dari setiap poin yang didiskusikan.

(3) Laporan tim Siswa harus kembali ke timnya masig-masing dari diskusi grup ahli dan mempersiapkan diri untuk mengajarkan topiknya pada anggota tim. Guru menekankan pada setiap siswa bahwa mereka bertanggung jawab pada anggota timnya untuk menjadi ”guru” yang baik sebagaimana menjadi ”pendengar” yang baik.

(4) Test Guru mengadakan kuis dan memberikan waktu yang cukup untuk

setiap siswa menyelesaikan. Secara skematis, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat

dilihat pada gambar 2.2.

Page 21: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

21

Gambar 2.1 Skema Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Pembentukan Kelompok

Presentasi Kelas oleh Guru

Pelaksanaan Kegiatan Kelompok

Berdasarkan Kemampuan Awal Siswa

Pelaksanaan Permainan dan Pertandingan

Penghargaan Kelompok

Pembentukan Kelompok Berdasarkan Kemampuan Awal Siswa

Kegiatan Membaca Materi dalam Kelompok

Pembagian Topik Ahli untuk Masing-masing Anggota Kelompok

Penempatan Siswa ke Meja Pertandingan

Kegiatan Membaca Materi Sesuai Topik Ahli

Pelaksanaan Diskusi Grup Ahli oleh Siswa yang

Mempunyai Topik Sama

Page 22: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

22

Gambar 2.2 Skema Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II

4. Kemampuan Awal

Kemampuan, karakteristik dan segala aktivitas yang dilakukan oleh

siswa berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Gagne yang

dikutip oleh Ratna Wilis Dahar (1998: 134) menyatakan bahwa ”Penampilan-

penampilan yang diamati sebagai hasil-hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan”. Menurut Abdul Ghafur (1982: 57) ”Kemampuan awal dan

karakteristik siswa adalah pengetahuan dan ketrampilan yang relevan termasuk di

dalamnya antara lain latar belakang informasi karakteristik siswa yang telah ia

miliki pada saat akan mengikuti suatu pengajaran”. Sedangkan menurut Gagne

yang dikutip oleh Nana Sudjana (1991: 158) ”Kemampuan awal atau pengetahuan

yang dimiliki oleh seseorang sebelum mendapat kemampuan atau pengetahuan

baru yang lebih tinggi”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal adalah

pengetahuan yang dimiliki seseorang pada saat akan mengikuti suatu program

pengajaran.

Menurut Ngalim Purwanto (2003: 55-57), faktor-faktor yang

mempengaruhi kemampuan awal antara lain :

a. Pembentukan Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorng yang dapat

mempengaruhi perkembangan intelegensi, misalnya lingkungan. b. Pembawaan Pembawaan ini ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir. c. Kematangan Setiap orang mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Kadar gizi

mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan intelektualnya. Sehingga akan berkembang sesuai perkebangan fisik dan mentalnya.

Laporan Hasil Diskusi Grup Ahli pada Kelompok

Test Penilaian (Kuis) Pemberian Penghargaan Kelompok

Page 23: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

23

d. Minat dan Pembawaan yang Khas Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan

bagi perbuatan itu. e. Kebebasan Kebebasan berarti bahwa manusia dapat memilih metode-metode tertentu

dalam memecahkan masalah.

Menurut Kozma dalam Abdul Gafur (1982: 60-61) teknik yang

digunakan untuk mengetahui kemampuan awal ada 4 yaitu :

a. Menggunakan catatan atau dokumen yang tersedia b. Menggunakan tes pra-syarat dan tes awal (pre-requisite dan pre-test) c. Mengadakan konsultasi individu d. Menggunakan angket

Kemampuan awal sangat berpengaruh dalam keberhasilan proses belajar

mengajar oleh karena itu kemampuan awal sering diikutsertakan sebagai titik

tolak dalam perencanaan dan pengelolaan pengajaran. Dalam pelajaran fisika

kemampuan awal merupakan pengetahuan suatu konsep yang akan digunakan

untuk menjelaskan konsep fisika selanjutnya. Diharapkan siswa yang mempunyai

kemampuan awal tinggi memperoleh hasil akhir yang tinggi jika dibandingkan

dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah tetapi tidak menutup

kemungkinan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah memperoleh hasil

yang tinggi pula.

5. Prestasi Belajar

Berhasil atau tidaknya suatu proses belajar mengajar dapat dilihat dari

hasil balajarnya. Hasil belajar seorang siswa dapat ditunjukkan dari prestasi yang

dicapainya. Sutratinah Tirtonegoro (2001: 43),”Prestasi belajar adalah penilaian

hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf,

maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap

anak dalam periode tertentu”.

Prestasi belajar mencakup tiga aspek penilaian yaitu aspek kognitif,

aspek afektif dan aspek psikomotorik. Berikut akan dijelaskan aspek kognitif dan

aspek afektif sebagai prestasi belajar siswa menurut pendapat Cece Rakhmat dan

Didi Suherdi (2001: 50-54) :

Page 24: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

24

a). Aspek Kognitif

Kognitif adalah sesuatu yang berhubungan dengan atau melibatkan

suatu kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran,

perasaan dan sebagainya) atau usaha mengenai sesuatu melalui pengalaman

sendiri, juga suatu proses pengenalan dan penafsiran lingkungan oleh

seseorang serta hasil perolehan pengetahuan.

Cara penalaran atau kognitif seseorang terhadap suatu objek selalu

berbeda-beda dengan orang lain. Artinya objek penalaran yang sama mungkin

akan mendapat penalaran yang berbeda dari dua orang atau lebih. Jadi, karena

berbeda dalam penalaran, berbeda pula dalam kepribadian maka terjadilah

perbedaan individu.

Aspek kognitif ini secara garis besar meliputi jenjang-jenjang yang

dikembangkan oleh Bloom diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Mengetahui Kemampuan ini merupakan jenjang yang paling rendah dalam ranah

kognitif. Kemampuan mengetahui merupakan kemampuan siswa untuk mengingat atau menghafal sesuatu yang pernah dipelajari sebelumnya.

2) Memahami Jenjang kemampuan ini menunjukkan kepada kemampuan berpikir siswa

untuk memahami bahasa-bahasa atau bahan ajar yang dipelajari, dengan kata lain siswa mampu menerjemahkan an mengorganisasikan bahan-bahan yang diterima kedalam bahasanya sendiri.

3) Menerapkan Kemampuan menerapkan merupakan kemampuan untuk menggunakan

teori-teori, prinsip-prinsip, rumus-rumus atau abstraksi-abstraksi dalam situasi tertentu atau dalam situasi konkret.

4) Menganalisis Kemampuan ini menunjukkan kepada kemampuan siswa untuk

menguraikan suatu keseluruhan atau suatu sistem hubungan kedalam unsur-unsur yang membentuknya.

5) Mensintesis Ini merupakan kemampuan siswa untuk memadukan atau menyatukan

bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis menjadi suatu pola struktur yang menunjukkan keseluruhan.

6) Mengevaluasi Kemampuan evaluai merupakan jejang kemampuan kgnitif yang paling

kompleks. Tahap ini menunjukkan kemampuan siswa untuk mempertimbangkan suatu ide, situasi, nilai, dan metode berdasarkan suatu aturan atau kriteria tertentu.

Page 25: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

25

Kategori-kategori ini disusun secara hierarkis, sehingga menjadi

taraf-taraf yang semakin bersifat kompleks, nilai dari yang pertama sampai

dengan yang terakhir.

b). Aspek Afektif

Aspek afektif merupakan perilaku siswa dalam menerima dan

menginternalisasikan sesuau yang dikomunikasikan kepadanya sehingga

menjadi bagian yang menyatu dengan dirinya. Aspek perilaku ini biasanya

berkenaan dengan bahan ajar yang berupa nilai, moral, norma, aturan-aturan

perilaku, dan sejenisnya. Perilaku afektif mencakup 5 tahap perilaku yaitu

(Cece Rakhmat dan Didi Suherdi, 2001: 55) :

1) Penerimaan Pada tahap yang dasar ini, mulanya siswa menyadari akan sesuatu

fenomena yang menjadi stimulus baginya. Ia menerima dan memperhatikan stimulus tersebut.

2) Respon Pada tahap ini, secara internal siswa melibatkan diri dan berpartisipasi

aktif terhadap sesuatu yang menjadi stimulus baginya. Ia berkeinginan dan memiliki kepuasan untuk merespon.

3) Penghargaan Pada tahap ini siswa memberikan nilai tertentu kepada sesuatu yang

diterimanya. Ia tidak hanya menerima atau menyetujui tetapi sudah memberikan penghayatan dan makna tertentu serta menjalin keterikatan.

4) Pengorganisasian Setelah siswa memberikan penghargaan dan makna tertentu terhadap

sesuatu yang ia terima, kemudian ia mengorganisasikan hal tersebut ke dalam sistem dan struktur nilai yang telah ia miliki. Jadi, pada tahap ini siswa mengkonseptualisasikan suatu nilai dan mengorganisasikannya ke dalam sistem nilai yang sudah ada.

5) Karakterisasi Pada tahap ini siswa mengintegrasikan dan menetapkan suatu nilai

menjadi bagian terpadu dari dirinya. Hal ini tercermin dalam pola-pola perilakunya seperti teguh dalam pendirian, konsisten dalam bertindak dan punya keyakinan diri.

6. Pokok Bahasan Energi dan Usaha

a. Energi

1). Energi

Benda dan makhluk hidup yang memiliki energi dapat melakukan kerja.

Setiap kali makhluk hidup melakukan kerja, seperti mengangkat buku, berlari

Page 26: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

26

mengelilingi lapangan, mengeluarkan energi. Dari contoh tersebut, batasan

energi dapat dinyatakan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Energi

dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain.

2). Bentuk-bentuk Energi

Bentuk energi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu energi potensial dan

energi kinetik. Namun, bentuk-bentuk energi yang ada di alam sangat

beragam. Energi-energi tersebut antara lain :

- Energi gerak : yaitu energi yang dimiliki benda yang bergerak. Misalnya,

mobil bergerak, angin bergerak

- Energi potensial : yaitu energi yang dimiliki oleh benda karena kedudukan

benda. Misalnya, energi potensial durian saat masih di pohonnya.

- Energi listrik : yaitu energi yang timbul karena perpindahan muatan-

muatan listrik. Misalnya, listrik batu baterai.

- Energi kalor : yaitu energi yang dapat mempengaruhi suhu, volume, atau

wujud benda. Misalnya, kalor setrika.

- Energi cahaya : yaitu energi yang dapat membuat terang. Misalnya, energi

cahaya matahari.

- Energi otot : yaitu energi dalam tubuh yang terbentuk dari makanan,

minuman dan oksigen. Misalnya, otot lengan.

- Energi bunyi : yaitu energi yang dihasilkan oleh getaran benda. Misalnya,

suara orang berbicara, bunyi telepon.

- Energi nuklir : yaitu energi yang terjadi karena reaksi inti. Energi nuklir

dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik dan pembuatan bom

nuklir.

- Energi biogas : yaitu energi yang memanfaatkan kotoran ternak seperti

sapi, kerbau, kambing dan ayam. Misalnya, untuk bahan bakar penerangan

dan pengganti bahan bakar untuk kompor.

- Energi kimia : yaitu energi yang tersimpan dalam bahan makanan dan

bahan bakar. Misalnya, energi pada bensin, baru dapat dimanfaatkan

setelah bahan bakar itu dibakar.

Page 27: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

27

3). Perubahan Bentuk Energi

Energi akan tampak ketika berubah bentuk, misalnya dalam

peristiwa-peristiwa berikut ini :

- Energi listrik diubah menjadi energi gerak pada penggunaan blender untuk

melumatkan buah.

- Energi kimia diubah menjadi energi cahaya pada senter untuk menerangi

saat gelap.

- Energi listrik diubah menjadi energi gerak pada peristiwa berputarnya

baling-baling kipas angin.

- Energi listrik diubah menjadi energi kalor pada penggunaan setrika.

4). Sumber-Sumber Energi

Sumber energi dibedakan menjadi dua, yaitu sumber energi yang

tidak dapat diperbarui dan sumber energi yang dapat diperbarui.

a). Sumber energi yang tidak dapat diperbarui

Sumber energi yang tidak dapat diperbaharui adalah sumber energi dengan

persediaan terbatas di alam ini dan suatu saat akan habis apabila terus-

menerus dipakai, contohnya bahan bakar minyak (BBM), batu bara, dan

gas alam. BBM merupakan sumber energi yang banyak digunakan, namun

sumber energi ini terancam habis karena tidak dapat diperbarui.

b). Sumber energi yang dapat diperbarui

Sumber energi yang dapat diperbaharui adalah sumber energi dengn

jumlah yang tidak terbatas di alam. Sumber energi ini diantaranya adalah

energi angin, air, matahari, pasang surut air laut, biogas dan nuklir.

5). Konservasi Energi

Konservasi energi adalah pemeliharaan dan perlindungan sumber

energi secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan cara-

cara tertentu. Pada umumnya masyarakat masih menggunakan sumber energi

yang tidak dapat diperbaharui. Hampir seluruh manusia di dunia

menggunakan energi yang terbatas ini, sedangkan persediaan energi ini

semakin menipis dan penggunaanya dapat menimbulkan polusi udara. Karena

Page 28: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

28

itu, penghematan energi dan kemungkinan pemanfaatan sumber energi yang

dapat diperbaharui harus terus dipikirkan.

6). Energi Kinetik dan Energi Potensial

a). Energi Kinetik

Energi kinetik adalah energi yang dimiliki suatu benda akibat benda itu

bergerak. Seorang pemain sepak bola menendang bola yang semula diam,

bola tersebut bergerak. Bola yang diam tidak mempunyai energi kinetik,

sedangkan bola yang bergerak memilik energi kinetik.

Ek = 2

21

mv

Dengan Ek = energi kinetik benda (joule atau erg);

m = massa benda (kg atau g);

v = kecepatan benda (m/s atau cm/s).

b). Energi Potensial

Energi potensial adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda karena

kedudukannya. Misalnya, buah mangga yang telah masak yang berada di

ketinggian h pada pohon. Saat mangga jatuh, mangga bergerak ke bawah

dengan kecepatan makin besar dan akhirnya menyentuh tanah.

mghEp =

Dengan Ep = energi potensial benda (joule atau erg);

m = massa benda (kg atau g);

g = percepatan gravitasi (m/s2 atau cm/s2);

h = ketinggian (m atau cm).

7). Kekekalan Energi

Hukum kekekalan energi menyatakan : bahwa energi tidak dapat

diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, dan energi hanya dapat berubah dari

satu bentuk ke bentuk yang lain.

Energi mekanik merupakan hasil penjumlahan antara energi kinetik

dan energi potensial. Secara matematis ditulis :

EpEkEm +=

Page 29: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

29

Dengan Em = energi mekanik (joule);

Ek = energi kinetik (joule);

Ep = energi potensial (joule).

Pada saat kelapa jatuh, terjadi perubahan energi dari potensial menjadi energi

kinetik, dengan mengabaikan gesekan dari udara. Ketika mendekati tanah,

energi kinetik kelapa bertambah, sedang energi poensial berkurang. Jumlah

energi potensial dan kinetik buah kelapa setiap saat selalu tetap.

(Tim Abdi Guru, 2004: 80-85)

b. Usaha

1). Hubungan antara Usaha, Gaya, dan Perpindahan

Usaha terjadi bila gaya yang bekerja pada sebuah benda

mengakibatkan benda berpindah tempat. Bila gaya yang bekerja pada sebuah

benda tidak mengakibatkan benda berpindah tempat, maka dikatakan gaya

tidak melakukan usaha. Besar usaha sama dengan hasil kali gaya yang bekerja

pada sebuah benda dengan perpindahan yang searah dengan arah gaya :

W = F x s

Dengan W = Usaha atau kerja (joule atau erg)

F = Gaya yang bekerja pada benda (newton atau Dyne)

s = Jarak perpindahan (m atau cm).

Usaha satu joule adalah usaha yang dilakukan oleh gaya sebesar

satu newton sehingga dapat memindahkan benda sejauh satu meter. Energi

adalah kemampuan untuk melakukan usaha, sedangkan usaha dapat diartikan

sebagai jumlah energi yang diubah dari bentuk yang satu menjadi bentuk yang

lain. Macam-macam usaha ditinjau dari arah gaya dan arah perpindahan benda

antara lain :

a). Usaha oleh Gaya yang Searah dengan Arah Perpindahan

Gambar 2.3. Gaya searah perpindahan benda

Page 30: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

30

Dengan memperhatikan gambar di atas, sebuah balok A yang ditarik

dengan gaya sebesar F bergeser sejauh s, yang arahnya searah gaya yang

bekerja. Balok A berpindah tempat menjadi A1. Usaha yang dilakukan

terhadap benda tersebut adalah W, yang besarnya dapat dirumuskan

sebagai berikut :

W = F x s

b). Usaha oleh Gaya-gaya yang Berlawanan Arah

Gambar 2.4. Gaya berlawanan arah dengan perpindahan benda

Sebuah balok terletak pada lantai yang kasar. Bila balok itu ditarik dengan

gaya F1 akan ada gaya gesekan antar balok dengan lantai tersebut. Gaya

gesek itulah yang dimaksud gaya yang berlawanan dengan arah

perpindahan benda, maka gaya itu diberi tanda negatif (-), menunjukkan

berlawanan arah. F1 ke kanan, gaya gesek (Fges) ke kiri. Usaha yang

dilakukan dapat dirumuskan sebagai berikut :

W = - Fgesek x s

c). Usaha oleh Gaya yang Tegak Lurus Arah Perpindahan Benda

Gambar 2.5. Orang menjinjing koper

Page 31: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

31

Bila arah gaya yang bekerja pada benda tegak lurus dengan arah

perpindahan benda, gaya tersebut tidak melakukan usaha (perhatikan

gambar di atas). Besar gaya yang dilakukan dapat dirumuskan sebagai

berikut : W = 0.

(Widagdo Mangunwiyoto, 1994: 126-131)

2). Hubungan antara Usaha dan Energi

Contoh-contoh peristiwa usaha antara lain:

a. Untuk dapat bergerak sebuah mobil memerlukan bahan bakar (bensin).

Bila mobil bergerak terus-menerus bensin akan habis.

b. Agar abang becak dapat mengayuh becak dari suatu tempat ke tempat lain,

abang becak memerlukan makanan. Bila abang becak mengayuh terus-

menerus maka lama-kelamaan akan letih.

c. Budi mempunyai robot mainan. Untuk menggerakkannya diperlukan

beterai. Bila sumber energi dari baterai sudah habis, robot tidak bisa

berjalan.

Dari peristiwa-peristiwa tersebut dapat diambil kesimpulan kaitan antara

usaha dan energi adalah pada saat usaha dilakukan terjadi perubahan energi.

3). Hubungan antara Daya, Usaha dan Kecepatan

Daya adalah kecepatan dalam melakukan usaha.

tW

P =

dengan P = (watt atau joule/s);

W = usaha (joule);

t = waktu (detik atau sekon).

(Sri Rahmini, 2004: 142-144)

Page 32: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

32

B. Kerangka berpikir

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana

siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan

berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling

bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran

Teams Games Tournaments (TGT) merupakan salah satu tipe dari model

pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran tipe TGT belajar dapat dilakukan

sambil bermain. Belajar sambil bermain tidaklah selalu berakibat pada rendahnya

kemampuan kognitif dan afektif siswa. Penyajian materi yang melibatkan siswa

aktif dalam belajar dan bermain bersama kelompoknya diharapkan mampu

memberikan kontribusi pada peningkatan kemampuan kognitif dan afektif siswa.

Jigsaw II juga merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran

kooperatif. Dalam pembelajaran tipe ini melibatkan partisipasi aktif individu dan

kerjasama kelompok. Setiap anggota kelompok memiliki informasi masing-

masing yang dibutuhkan kelompok agar berhasil dalam penilaian (kuis). Hal ini

diharapkan mampu membuat setiap siswa tertarik dan melakukan yang terbaik

bagi kelompok sehingga berdampak baik pada kemampuan kognitif dan afektif

siswa.

Sebelum mendapatkan pembelajaran, siswa sudah mempunyai

kemampuan awal yang diperoleh dari pengalaman kehidupan sehari-hari dan

pembelajaran yang telah diikuti sebelumnya. Penelitian ini membatasi

kemampuan awal siswa yang diperoleh dari hasil ulangan IPA Fisika bab Gaya.

Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi akan lebih siap dalam menerima

pelajaran karena siswa cenderung mempunyai keinginan belajar tinggi sehigga

akan menghasilkan kemampuan kognitif dan afektif yang tinggi. Sedangkan siswa

yang mempunyai kemampuan awal rendah akan kurang siap dalam menerima

pelajaran karena siswa cenderung mempunyai keinginan belajar yang kurang

sehingga akan menghasilkan kemampuan kognitif dan afektif yang kurang baik. .

Berdasarkan pemikiran di atas dapat digambarkan alur paradigma

penelitiannya sebagai berikut:

Page 33: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

33

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut :

1. Ada pengaruh penggunaan model kooperatif tipe Teams Games Tournaments

(TGT) dengan Jigsaw II terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa pada

pokok bahasan energi dan usaha.

2. Ada pengaruh kemampuan awal kategori tinggi dengan kemampuan awal

kategori rendah terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa pada pokok

bahasan energi dan usaha.

3. Ada interaksi pengaruh antara penggunaan model kooperatif dan kemampuan

awal siswa terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa pada pokok bahasan

energi dan usaha.

4. Ada pengaruh penggunaan model kooperatif tipe Teams Games Tournaments

(TGT) dengan Jigsaw II terhadap prestasi belajar ranah afektif siswa pada

pokok bahasan energi dan usaha.

Kelas Eksperimen

Model Kooperatif Tipe TGT

Kemampuan Awal Kategori

Rendah

Kemampuan Awal Kategori

Tinggi

Kemampuan Awal Kategori

Rendah

Kelas Kontrol

Model Kooperatif

Tipe Jigsaw II

Kemampuan Awal Siswa

Prestasi Belajar Siswa

Kemampuan Awal Kategori

Tinggi

Page 34: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

34

5. Ada pengaruh kemampuan awal kategori tinggi dengan kemampuan awal

kategori rendah terhadap prestasi belajar ranah afektif siswa pada pokok

bahasan energi dan usaha.

6. Ada interaksi pengaruh antara penggunaan model kooperatif dan kemampuan

awal siswa terhadap prestasi belajar ranah afektif siswa pada pokok bahasan

energi dan usaha.

Page 35: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Grogol Sukoharjo pada tahun

ajaran 2007/2008. Pertimbangan yang mendasari untuk memilih SMP Negeri 2

Grogol Sukoharjo sebagai tempat penelitian adalah karena SMP tersebut memiliki

fasilitas yang mendukung pelaksanaan penelitian, seperti adanya jumlah siswa dan

kelas yang cukup mendukung

2. Waktu Penelitian

Secara operasional penelitian ini meliputi tiga tahap, yaitu :

1. Tahap persiapan

Meliputi : pengajuan judul skripsi, permohonan pembimbing, pembuatan

proposal, permohonan ijin, survei sekolah yang bersangkutan,

pembuatan instrumen dan uji coba instrumen.

2. Tahap pelaksanaan

Meliputi : semua kegiatan penelitian yang berlangsung di lapangan, antara

lain: dan pelaksanaan pegambilan data.

3. Tahap penyelesaian

Meliputi : analisis data dan penyusunan laporan penelitian.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang melibatkan dua

kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Selanjutnya

kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan model kooperatif tipe TGT

(Teams Games Tournaments) sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan

model kooperatif tipe jigsaw II setelah diketahui kemampuan awal siswa. Pada

akhir eksperimen kedua kelas diukur dengan alat ukur yang sama untuk

mengetahui prestasi belajar dari masing-masing siswa yang meliputi kemampuan

kognitif dan kemampuan afektif.

35

Page 36: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

36

Pola penelitian ini dengan rancangan faktorial sebagai berikut :

Kemampuan Awal (B)

Tinggi (B1)

Rendah (B2)

Tipe TGT (A1)

A1B1

A1B1

A1B2

A1B2

Model Pembelajaran

Kooperatif (A) Tipe

Jigsaw II (A2)

A2B1

A2B1

A2B2

A2B2

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Negeri

2 Grogol Sukoharjo tahun pelajaran 2007/2008 yang terdiri dari 6 kelas, yaitu

VIIIA sampai VIIIF.

2. Sampel Penelitian

Sampel diambil secara acak dari populasi di atas. Sampel terdiri dari 2

kelas yaitu kelas VIIIA sebagai kelas eksperimen yang terdiri dari 41 siswa dan

VIIIB sebagai kelas kontrol yang terdiri dari 41 siswa.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dari populasi dilakukan dengan tehnik cluster

random sampling tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu,

sehingga akhirnya didapat sampel penelitian, yaitu kelas VIIIA dan kelas VIIIB.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar siswa dalam

mata pelajaran fisika pada pokok bahasan energi dan usaha.

Page 37: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

37

a) Definisi Operasional : Prestasi belajar adalah nilai atau angka yang diperoleh

siswa dalam mata pelajaran fisika sebagai hasil usaha yang telah dicapai siswa

selama kegiatan belajar mengajar, prestasi ini terdiri atas nilai kemampuan

kognitif dan nilai kemampuan afektif.

b) Skala Pengukuran : Interval

c) Indikator : Nilai hasil tes kemampuan kognitif siswa

Nilai hasil tes kemampuan afektif siswa

2. Variabel Bebas

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

a) Model Pembelajaran Kooperatif

1) Definisi Operasional : Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model

dalam pembelajaran dimana siswa belajar bersama-sama dalam sebuah

kelompok belajar dan anggota dalam kelompok bekerja secara bersama-

sama untuk mencapai tujuan yang sama yang telah ditetapkan sebelumnya.

Kelompok belajar mempunyai anggota 4-5 orang siswa yang heterogendan

saling mendiskusikan masalah-masalah yang sulit dan saling membantu

agar anggota kelompok untuk mencapai ketuntasan materi pelajaran

2) Skala Pengukuran : Nominal, dengan 2 kategori, yaitu

(a) Model pembelajaran kooperatif tipe TGT

(b) Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II

b) Kemampuan Awal

1) Definisi Operasional : Kemampuan awal adalah tingkat kemampuan fisika

siswa sebelum proses belajar mengajar.

2) Skala Pengukuran : Nominal, dengan 2 kategori, yaitu

(a) Kemampuan awal kategori tinggi

(b) Kemampuan awal kategori rendah

3) Indikator

(a) Kemampuan awal kategori tinggi, nilai ≥ nilai standar kelulusan

minimal

(b) Kemampuan awal kategori rendah, nilai < nilai standar kelulusan

minimal.

Page 38: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

38

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik dokumentasi, teknik tes, dan teknik angket yang meliputi :

1. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data kemampuan

awal siswa. Dokumen yang diambil adalah nilai fisika dari hasil ulangan bab

Gaya.

2. Teknik Tes

Teknik tes adalah teknik pengambilan data dengan menggunakan tes

setelah semua materi diberikan. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan

kognitif siswa pada pokok bahasan energi dan usaha.

3. Teknik Angket

Teknik angket digunakan untuk mendapatkan data kemampuan afektif

siswa. Instrumen yang digunakan adalah skala sikap.

F. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian yang meliputi :

1. Instrumen pelaksanaan yang berupa satuan pelajaran, rencana pembelajaran

dan LKS yang telah dikonsultasikan kepada pembimbing.

2. Instrumen pengambilan data yang berupa tes kemampuan kognitif dan angket

kemampuan afektif siswa pada saat mengikuti pembelajaran fisika. Sebelum

diteskan, instrumen tes kemampuan kognitif dan kemampuan afektif harus

diujicobakan terlebih dahulu.

1. Instrumen Angket

Instrumen yang dipakai untuk mendapatkan data kemampuan afektif siswa

adalah skala sikap. Skala sikap adalah sejenis angket tertutup dimana

pertanyaan/pernyataannya mengandung sifat-sifat dari nilai-nilai yang menjadi

tujuan pengajaran. Angket merupakan alat serta teknik pengumpulan data yang

mengandalkan informasi atau keterangan dari sumber data responden dan data

dikumpulkan melalui pertanyaan tertutup. Salah satu skala sikap yang sering

digunakan adalah skala Likert. Dalam metode Likert, penyusun menulis atau

Page 39: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

39

menghimpun sejumlah pernyataan (bervariasi antara pernyataan positif dan

negatif) tentang suatu obyek. Setiap pernyataan diberi atau disertakan skala lima

titik. Setiap siswa akan menjawab pernyataan itu pada skala yang direntang dari

sangat sering – tidak pernah, dengan kode bilangan : sangat sering diberi kode 5,

sering diberi kode 4, kadang-kadang diberi kode 3, jarang diberi kode 2 dan tidak

pernah diberi kode 1. (Slameto, 2001: 124).

Berikut penjelasan mengenai validitas dan reliabilitas angket tersebut

sebagai berikut:

a. Validitas Butir Angket

Uji validitas butir angket pada penelitian ini menggunakan rumus

korelasi produk moment sebagai berikut :

( )( )( )( ) ( )( )2222 YYnXXn

YXXYnrxy

å-åå-å

åå-å=

Keterangan :

xyr = koefisien korelasi suatu butir atau item

x = skor butir nomor tertentu

Jika xyr ³ tabelr maka soal valid dan jika xyr < tabelr maka soal invalid.

(Suharsimi Arikunto, 2001: 72)

Dari 25 soal yang diujicobakan, diperoleh 24 soal tergolong valid,

sedangkan 1 soal invalid adalah nomor 20. Hasil tersebut dapat dilihat

pada lampiran 24 halaman 170-171.

b. Reliabilitas Angket

Pengujian reliabilitas angket dengan kemungkinan jawaban 1, 2, 3, 4

dan 5, digunakan rumus alpha yaitu :

( ) úû

ùêë

é å-ú

û

ùêë

é-

= 2

2

11 11 t

b

nn

rss

Page 40: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

40

Keterangan :

11r = reliabilitas butir secara keseluruhan

n = banyaknya butir pertanyaan

tbså = jumlah varian butir

2ts = varians total

Untuk menginterpretasikan 11r yang diperoleh dari rumus alpha dilakukan

dengan cara mengartikan indeks korelasi sebagai berikut :

Besar Nilai 11r Interpretasi

0,80 < 11r £ 1,00

0,60 < 11r £ 0,80

0,40 < 11r £ 0,60

0,20 < 11r £ 0,40

0,00 £ 11r £ 0,20

Tinggi

Cukup

Agak Rendah

Rendah

Sangat Rendah

(Suharsimi Arikunto, 2001: 109)

Dari hasil ujicoba diperoleh nilai reliablitas tes, 11r , sebesar 0.811, sehingga

dapat dikatakan soal mempunyai reliabilitas tinggi.

2. Instrumen Tes

Sebelum digunakan, tes tersebut diujicobakan atau ditryoutkan terlebih

dahulu. Uji coba instrumen tes ini dilakukan untuk mengetahui taraf kesukaran,

daya pembeda, validitas dan reliabilitasnya.

a) Taraf Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya sesuatu soal

disebut indeks kesukaran (difficulty index) disimbolkan P. Besarnya indeks

kesukaran antara 0.00 sampai dengan 1.0. Indeks kesukaran ini menunjukkan

Page 41: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

41

taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0.0 menunjukkan bahwa

soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1.0 menunjukkan bahwa soalnya

terlalu mudah. Untuk menentukan indeks kesukaran (P) digunakan rumus

sebagai berikut : P = JSB

Dimana :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

(Suharsimi Arikunto,2001: 207 - 210)

Klasifikasi indeks kesukaran sebagai berikut :

- Soal dengan 0,00 < P < 0,30 adalah soal sukar

Berdasarkan ujicoba diperoleh soal yang tergolong sukar adalah nomor 6, 13

dan 20.

- Soal dengan 0,30 < P < 0,70 adalah soal sedang

Berdasarkan ujicoba diperoleh soal yang tergolong sedang adalah nomor 1,

4, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 18, 19, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 32, 33, 34, 35

dan 36.

- Soal dengan 0,70 < P < 1,00 adalah soal mudah

Berdasarkan ujicoba diperoleh soal yang tergolong mudah adalah nomor 2,

3, 7, 17, 21, 22, 24, 30 dan 31.

b) Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa

yang bodoh (berkemampuan rendah ). Angka yang menunjukkan besarnya

daya pembeda disebut indeks diskriminasi disingkat D. Untuk menentukan

daya pembeda, seluruh peserta tes dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas

Page 42: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

42

dan 50% kelompok bawah. Seluruh peserta tes diurutkan mulai dari skor

teratas sampai terbawah. Digunakan rumus : BAB

B

A

A PPJB

JB

D -=-=

Dimana :

J : jumlah peserta tes

JA : banyaknya peserta kelompok atas

JB : banyaknya peserta kelompok bawah

BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang dapat menjawab

benar

PA=BA/JA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab dengan

benar

PB=BB/JB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab dengan

benar

(Suharsimi Arikunto, 2001: 211 - 218)

Daya pembeda (nilai D) diklasifikasikan sebagai berikut :

- Soal dengan 0,00 £ D < 0,20 = jelek (poor)

Berdasarkan ujicoba diperoleh soal yang tergolong jelek adalah nomor 7, 17,

29 dan 32.

- Soal dengan 0,20 £ D < 0,40 = cukup (satisfactory)

Berdasarkan ujicoba diperoleh soal yang tergolong cukup adalah nomor 1, 3,

5, 6, 8, 9, 12, 1315, 20, 21, 26, 28, 30, 31, 3435 dan 36.

- Soal dengan 0,40 £ D < 0,70 = baik (good)

Berdasarkan ujicoba diperoleh soal yang tergolong baik adalah nomor 2, 4,

10, 11, 14, 16, 18, 19, 22, 24, 25, 27 dan 33.

- Soal dengan 0,70 £ D £1,00 = baik sekali (excellent)

Berdasarkan ujicoba tidak diperoleh soal yang tergolong baik sekali.

Page 43: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

43

- Soal dengan D = negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang

mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.

Berdasarkan ujicoba tidak diperoleh soal yang mempunyai D bernilai

negatif.

c) Validitas Butir Tes

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan valid tidaknya

suatu butir tes. Untuk menguji validitas item soal, digunakan teknik analisis

butir soal dengan rumus korelasi point biserial sebagai berikut :

qP

S

MM

t

tppbis

-=g

dimana :

gpbis

Mp

Mt

St

P

q

:

:

:

:

:

:

Koefisien korelasi biserial

Rerata skor dari subyek yang menjawab benar dari item yang

dicari validitasnya.

Rerata skor total

Standart deviasi dari skor total.

Proporsi siswa yang menjawab benar.

Proporsi siswa yang menjawab salah ( pq -= 1 )

Dari hasil perhitungan validitas item tersebut kemudian dikonsultasikan

dengan harga rtabel, jika rhasil lebih besar dari pada harga rtabel, maka korelasi

tersebut signifikan berarti soal tersebut adalah valid. Apabila harga rhasil lebih

kecil dari rtabel, maka korelasi tersebut tidak signifikan berarti pula bahwa item

tersebut tidak valid.

(Suharsimi Arikunto, 2001: 79)

Berdasarkan hasil ujicoba, dari 36 item soal terdapat 6 butir item

yang tidak valid yaitu nomor 7, 12, 17, 23, 29, dan 32. Hasil tersebut dapat

dilihat pada lampiran 23 halaman 166-169.

Page 44: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

44

d) Reliabilitas Butir Tes

Reliabilitas menunjukkan pengertian bahwa suatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah valid. Untuk mengukur reliabilitas tes dalam

penelitian digunakan rumus Kuder Richardson (KR-20) yaitu :

úúû

ù

êêë

é -úûù

êëé-

= å2

2

11 1 S

pqS

nn

r

Dimana:

11r

q

pqS

N

S

:

:

:

:

:

:

Reliabilitas tes secara keseluruhan.

Proporsi subyek yang menjawab item soal dengan benar.

Proporsi subyek yang menjawab item soal dengan salah.

Jumlah hasil perkalian antara p dan q.

Banyaknya item.

Standart deviasi dari test.

Kriteria :

0,00 ≤ r11 < 0,20 : reliabilitas sangat rendah

0,20 ≤ r11 < 0,40 : reliabilitas rendah

0,40 ≤ r11 < 0,60 : reliabilitas cukup

0,60 ≤ r11 < 0,80 : reliabilitas tinggi

0,80 ≤ r11 £ 1,00 : reliabilitas sangat tinggi

(Suharsimi Arikunto, 2001: 100)

Berdasarkan hasil ujicoba, maka diperoleh nilai reliabilitas tes

sebesar 0.858, sehingga dapat dikatakan mempunyai reliabilitas sangat tinggi.

Hasil tersebut dapat dilihat pada lampiran 23 halaman 166-169.

p

Page 45: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

45

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Kesamaan Kemampuan Awal

Uji kesamaan kemampuan awal siswa dilaksanakan sebelum sampel diberi

perlakuan dan bersamaan dengan penetapan sampel. Uji kesamaan kemampuan

awal siswa dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan

awal siswa sebelum diberi perlakuan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Untuk mengetahui kemampuan awal siswa, peneliti mengambil data dari nilai tes

fisika bab Gaya yang diperoleh dengan teknik dokumentasi. Untuk menguji

kesamaan kemampuan awal antara kedua kelas ini digunakan uji-t dua ekor.

Hipotesisnya :

H0 : Tidak ada perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol sebelum diberi perlakuan.

H1 : Ada perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

sebelum diberi perlakuan.

Rumus-rumus yang digunakan adalah :

÷÷ø

öççè

æ+÷

÷ø

öççè

æ

-+

-

-=

ååbaba

ba

NNNN

XbXa

MMt

11

2

)(22

Dengan keterangan :

Ma : Nilai rata-rata hasil kelas eksperimen

Mb : Nilai rata-rata hasil kelas kontrol

N : banyaknya subyek

a : Nilai untuk kelas eksperimen

b : Nilai untuk kelas kontrol

Xa : Nilai untuk kelas eksperimen dikurangi nilai rata-rata kelas eksperimen

Xb : Nilai untuk kelas kontrol dikurangi nilai rata-rata hasil kelas kontrol

Page 46: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

46

H0 diterima jika : t(1-1/2a) ;(dk) < thitung < t(1-1/2a) ; (dk)

(Suharsimi Arikunto,1996: 304)

2. Uji Prasyarat Analisis

Dalam penelitian ini digunakan analisis data secara statistik agar

subyektifitas peneliti dapat dikurangi. Analisis statistik yang digunakan adalah

analisis variansi dua jalan dengan isi sel sama. Namun sebelum dilakukan uji

hipotesis dilakukan uji persyaratan/pendahuluan terlebih dahulu.

a) Uji Normalitas

Syarat agar analisis dapat diterapkan adalah dipenuhinya sifat

normalitas pada distribusi populasinya. Untuk menguji apakah sampel yang

diperoleh berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak maka dilakukan

uji normalitas. Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah

metode Lilliefors.

Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal digunakan uji normalitas dengan metode Lilliefors,

dengan hipotesis sebagai berikut:

1) Hipotesis

H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

2) Penggunaan X1, X2,….Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ….Zn dengan

rumus : Z1 = SD

XX -1 dengan X rerata dan SD simpangan baku.

3) Data dari sampel kemudian diurutkan dari skor terendah sampai skor

tertinggi.

4) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal

baku. Kemudian dihitung peluang F( Zi ) = P ( Z £ Zi )

5) Menghitung perbandingan antara nomor subyek dengan subyek n yaitu

S(Zi) = ni

Page 47: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

47

Dimana :

i : Cacah Z dimana Z £ Zi

n : Cacah semua observasi n

6) Statistik uji

( ) ( )ii ZSZFMaxL -=0

keterangan

F(Zi) : Bilangan baku yang menggunakan daftar distribusi normal

S(Zi) : Perbandingan nomer subyek dengan jumlah subyek

Zi : Skor standar

: Sx

XX i - , ( X dan Sx masing-masing merupakan rata-rata dan

simpangan baku sampel).

7) Daerah kritik

DK = { }nobs LLL ,a³

8) Keputusan uji

Jika Lobs £ La:0; maka sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

Jika Lobs > La:0; maka sampel berasal dari populasi yang tidak terdistribusi

normal.

(Sudjana , 1992: 466 - 467)

b) Uji Homogenitas (Metode Barlett)

Uji ini digunakan untuk menguji apakah sampel penelitian ini

berasal dari populasi yang homogen atau tidak.

Statistik uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Barlett

yang prosedurnya sebagai berikut :

1) Hipotesis

H0 : 22

32

22

1 ... kssss ==== variansi populasi homogen

H0 : 22

21 ss ¹ , atau 2

321 ss ¹ , atau 2

421 a=a , atau 2

322 ss ¹ , atau

24

22 ss ¹ ; tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen)

Page 48: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

48

2) Komputasi

Dengan menggunakan rumus dari Metode Bartlett sebagai berikut :

1

/

11)1(3

11

-=

=

úúû

ù

êêë

é-

-+=

å

å

jj

jerr

jj

nf

fSSMS

ffkC

j2

j2jj

j

j2 n/)X(XSS;1n

SSS åå -=

-=

dimana :

k : cacah sampel

f : derajat bebas untuk MSerr = N-k

j : 1,2,3,……..k

nj : cacah pengukuran pada sampel ke-j

N : cacah semua pengukuran

3) Statistik Uji

Statistik uji yang digunakan :

( )å-= 22 loglog303.2

jjerr SfMSfc

c

4) Daerah Kritik

DK = { }21;

22-> kaccc

5) Keputusan Uji

H0 diterima jika X2 < X20,05 ;k-1

H0 ditolak jika X2 > X2a;k-1

Untuk a : 0.05

(Budiyono, 2004: 177)

Page 49: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

49

3. Pengujian Hipotesis

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data hasil

eksperimen dalam rangka menguji hipotesis penelitian adalah dengan Uji Analisis

Variansi (ANAVA) Dua Jalan dengan Frekuensi Sel Tak Sama, hal ini sesuai

dengan desain eksperimen yang digunakan Faktorial 2x2.

a. Tujuan

Mengetahui ada/tidaknya perbedaan pengaruh perlakuan dari 2 variabel

bebas/faktor terhadap variabel terikat.

b. Asumsi Dasar

1) Populasi berdistribusi normal

2) Populasi homogen

3) Sampel dipilih secara acak

4) Variabel terikat berskala pengukuran interval

5) Variabel bebas berskala pengukuran nominal

Adapun Urutannya :

a. Model

Xijk = m + ai + bj + abij + eijk .

dengan :

Xijk : Pengamatan ke-k dibawah faktor A kategori i, faktor B kategori j.

m : Rerata besar

ai : Efek faktor A kategori i

bj : Efek faktor B kategori j

abij : Interaksi faktor A dan B

eijk : Galat yang berdistribusi normal N (0, se2)

i : 1,2, …, p ; p = cacah kategori A

j : 1,2, …, q ; q = cacah kategori B

k : 1,2, …, n ; n = cacah kategori pengamatan setiap sel

b. Notasi dan Tata Letak Data

Tabel 3.2 Notasi dan tata letak data Analisis variansi dua jalan 2 x 2

Page 50: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

50

B 2B

1A 1A 1B 1A 2B

2A 2A 1B 2A 2B

dimana :

A : Model Pembelajaran Kooperatif

A1 : Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)

A2 : Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II

B : Kemampuan Awal

B1 : Kemampuan awal kategori tinggi

B2 : Kemampuan awal kategori rendah

c. Prosedur

1) Hipotesis

a) Ranah kognitif

H01 : ai = 0 untuk semua i (Tidak ada pengaruh antara model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments

(TGT) dengan Jigsaw II terhadap prestasi belajar ranah

kognitif siswa pada pokok bahasan Energi dan Usaha.

H11 : ai ¹ 0 untuk paling sedikit satu harga i (Ada pengaruh antara model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments

(TGT) dengan Jigsaw II terhadap prestasi belajar ranah

kognitif siswa pada pokok bahasan Energi dan Usaha.

H02 : bj = 0 untuk semua j (Tidak ada pengaruh antara kemampuan awal

kategori tinggi dengan kemampuan awal kategori rendah

terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa pada pokok

bahasan Energi dan Usaha.

H12 : bj ¹ 0 untuk paling sedikit satu harga j (Ada pengaruh antara

kemampuan awal kategori tinggi dengan kemampuan awal

A 1B

Page 51: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

51

kategori rendah terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa

pada pokok bahasan Energi dan Usaha.

H03 : abij = 0 untuk semua (ij) (Tidak ada Interaksi pengaruh antara

model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan awal

terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa pada pokok

bahasan Energi dan Usaha.

H13 : abij ¹ 0 untuk paling sedikit satu harga (ij) (Ada Interaksi pengaruh

antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan

awal terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa pada

pokok bahasan Energi dan Usaha.

b) Ranah afektif

H04 : ai = 0 untuk semua i (Tidak ada pengaruh antara model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments

(TGT) dengan Jigsaw II terhadap prestasi belajar ranah afektif

siswa pada pokok bahasan Energi dan Usaha.

H14 : ai ¹ 0 untuk paling sedikit satu harga i (Ada pengaruh antara model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments

(TGT) dengan Jigsaw II terhadap prestasi belajar ranah afektif

siswa pada pokok bahasan Energi dan Usaha.

H05 : bj = 0 untuk semua j (Tidak ada pengaruh antara kemampuan awal

kategori tinggi dengan kemampuan awal kategori rendah

terhadap prestasi belajar ranah afektif siswa pada pokok

bahasan Energi dan Usaha.

H15 : bj ¹ 0 untuk paling sedikit satu harga j (Ada pengaruh antara

kemampuan awal kategori tinggi dengan kemampuan awal

kategori rendah terhadap prestasi belajar ranah afektif siswa

pada pokok bahasan Energi dan Usaha.

H06 : abij = 0 untuk semua (ij) (Tidak ada Interaksi pengaruh antara

model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan awal

Page 52: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

52

terhadap prestasi belajar ranah afektif siswa pada pokok

bahasan Energi dan Usaha.

H16 : abij ¹ 0 untuk paling sedikit satu harga (ij) (Ada Interaksi pengaruh

antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan

awal terhadap prestasi belajar ranah afektif siswa pada pokok

bahasan Energi dan Usaha.

2) Komputasi

a) Komponen jumlah kuadrat

(1) = pq

G 2'

(2) = qAi

i /2'å

(3) = åj

j pB 2'

(4) = åij

ijAB2'

dengan :

N = Jumlah cacah pengamatan semua sel 2'G = Kuadrat jumlah rerata pengamatan semua sel

2'iA = Jumlah kuadrat rerata pengamatan baris ke-i

2'jB = Jumlah kuadrat rerata pengamatan baris ke-j

2'ijAB = Jumlah kuadrat rerata pengamatan pada sel abij

b) Jumlah kuadrat

SSa = hn [ (2) -(1) ]

SSb = hn [ (3) -(1) ]

SSab = hn [ (4) -(3) -(2) +(1) ]

SSerr= åji

ijSS,

= SS11+SS1q+…+SSp1+SSpq

SStot = hn {(4) -(1)} + åji

ijSS,

+

Page 53: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

53

dengan :

hn =

åji nij

pq

,

1 = Rerata harmonik cacah pengamatan sel

c) Derajat kebebasan

dfa = p – 1

dfb = q – 1

dfab = (p – 1)(q – 1) = pq – p – q + 1

dferr = pq (n – 1) = N - pq

dftot = N – 1

d) Rerata kuadrat

MSA = SSA /dfA

MSB = SSB / dfB

MSAB = SSAB / dfAB

MSerr = SSerr / dferr

e) Statistik uji

Hipotesis yang diuji Nisbah F

H01 : ai = 0 Vs H11 : ai ¹ 0 Fa = MSa / MSerr

H02 : bi = 0 Vs H11 : bj ¹ 0 Fb = MSb / MSerr

H01 : abij = 0 Vs H11 : abij ¹ 0 Fab = MSab / MSerr

3) Daerah kritik

F Daerah kritik

Fa {Fa / Fa ³ Fa ; p – 1, N – pq}

Fb {Fb / Fb ³ Fb ; q – 1, N – pq}

Fab {Fab / Fab ³ Fab ; (p – 1)(q-1), N – pq}

+

Page 54: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

54

4) Keputusan uji

H0 ditolak jika harga statistik ujinya melebihi daerah kritiknya. Harga kritik

tersebut diperoleh dari tabel distribusi F pada tingkat signifikansi a.

5. Rangkuman analisis

Tabel 3.3 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Frekuensi Sel Tak Sama

Sumber Variansi SS df F P

Baris (A)

Kolom (B)

Interaksi (AB)

Error (kesalahan)

Total

SSa

SSb

SSab

SSg

SSt

p – 1

q – 1

(p – 1) (q – 1)

N – pq

N – 1

Fa

Fb

Fab

-

-

< a

atau

>a

-

-

(Nonoh Siti Aminah, 2004 : 27-30)

4. Uji Lanjut Pasca Anava dengan Uji Komparasi Ganda

Komparasi ganda merupakan tindak lanjut dari analisis variansi. Seperti

yang telah diuraikan dimuka, ANAVA hanya dapat mengetahui ditolak atau

diterimanya hipotesis nol. Jika hipotesis nol ditolak maka belum dapat diketahui

rerata-rerata mana yang berbeda secara signifikan. Untuk mengetahui lebih lanjut

rerata mana yang berbeda dan rerata mana yang sama maka dilakukan pelacakan

rerata yang dikenal dengan analisis komparasi ganda, dengan demikian komparasi

ganda merupakan uji “Pasca Analisis Variansi”. Uji pasca analisis variansi hanya

untuk hipotesis nol yang ditolak.

Metode komparasi ganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode Scheffe. Langkah-langkah metode Scheffe adalah sebagai berikut :

1) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi ganda

2) Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.

3) Mencari harga statistik uji F dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

a) Untuk komparasi rerata antar baris ke-i dan ke-j

Page 55: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

55

( )÷øöç

èæ +

-=-

.1

.1

....

2

njniMS

xxjFi

error

ji

b) Untuk komparasi rerata antar kolom ke-i dan ke-j

( )÷øöç

èæ +

-=-

jninMS

xxjiF

error

ji

.1

.1

....

2

c) Untuk komparasi rerata antar kolom sel ij dan sel kl

( )÷øöç

èæ +

-=-

nklnijMS

xxklFij

error

klij

11

2

4) Menentukan tingkat signifikansi (a).

5) Menentukan daerah kritik (DK) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

DKi.-j. = {Fi.-j. | Fi.-j. ³ (p-1) Fa ; p-1 ; N-pq}

DK.i-.j = {F.i-.j | F.i-.j ³ (q-1) Fa ; q-1 ; N-pq}

DKij-kl = {Fij-kl | Fij-kl ³ (p-1) (q-1) <Fa ; pq-1 ; N-pq}

6) Menentukan uji (beda rerata) untuk setiap pasang komparasi rerata.

7) Menyusun rangkuman analisis (komparasi ganda).

(Budiyono, 2004 : 208)

Page 56: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

56

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri atas data kemampuan awal

siswa yang diambil dari nilai ulangan IPA Fisika pokok bahasan Gaya, data

kemampuan afektif siswa yang diperoleh dari pemberian angket kemampuan

afektif siswa kepada responden dan data kemampuan kognitif siswa pada pokok

bahasan Energi dan Usaha. Data tersebut sebagai berikut :

1. Data Kemampuan Awal Siswa

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 82 orang. Nilai kemampuan

awal siswa yang digunakan yaitu nilai ulangan IPA Fisika pokok bahasan Gaya.

Untuk kelas eksperimen, jumlah data 41, nilai terendah 30 dan nilai tertinggi 78.

Nilai rata-rata 58,10, varians 133,44 dan standar deviasi 11,55 (lihat lampiran 26).

Untuk melengkapi deskripsi data tersebut, disajikan distribusi frekuensi dan

histogram nilai keadaan awal fisika siswa kelas eksperimen yang dapat dilihat

pada tabel 4.1 dan gambar 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen

Frekuensi

No. Interval Kelas Titik Tengah Mutlak Relatif (%)

1 30 - 37 33,5 2 4.88

2 38 - 45 41,5 5 12.20

3 46 - 53 49,5 7 17.07

4 54 - 61 57,5 11 26.83

5 62 - 69 65,5 8 19.51

6 70 - 77 73,5 6 14.63

7 78 - 85 81,5 2 4.88

Jumlah 41 100.00

56

Page 57: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

57

0

2

4

6

8

1 0

1 2

3 3 . 5 4 1 . 5 4 9 . 5 5 7 . 5 6 5 . 5 7 3 . 5 8 1 . 5

T i t i k T e n g a h

Frek

uens

i

Gambar 4.1 Histogram Nilai kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen

Sedangkan untuk kelas kontrol, nilai kemampuan awal siswa dengan

jumlah data 41, nilai terendah 23 dan nilai tertinggi 75. Nilai rata-rata 54,46,

varians 153,30 dan standar deviasi 12,38 (lihat lampiran 27). Untuk melengkapi

deskripsi data tersebut, disajikan distribusi frekuensi dan histogram nilai

kemampuan awal fisika siswa kelas kontrol yang dapat dilihat pada tabel 4.2 dan

gambar 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi kemampuan Awal Siswa Kelas Kontrol

Frekuensi

No. Interval Kelas Titik Tengah Mutlak Relatif (%)

1 23 - 30 26,5 1 2.44 2 31 - 38 34,5 3 7.32 3 39 - 46 42,5 6 14.63 4 47 - 54 50,5 9 21.95

5 55 - 62 58,5 11 26.83 6 63 - 70 66,5 8 19.51 7 71 - 78 74,5 3 7.32

Jumlah 41 100.00

Page 58: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

58

0

2

4

6

8

10

12

26.5 34.5 42.5 50.5 58.5 66.5 74.5

Titik Tengah

Fre

kuen

si

Gambar 4.2 Histogram Nilai kemampuan Awal Siswa Kelas Kontrol

2. Data Kemampuan Kognitif Siswa

Berdasarkan data yang didapat mengenai nilai kemampuan kognitif siswa

pada pokok bahasan Energi dan Usaha untuk kelas eksperimen dengan jumlah

data 41 diperoleh nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 81. Nilai rata-rata 64,78,

varians 65,35 dan standar deviasi 8,08 (lihat lampiran 31). Untuk melengkapi

deskripsi data tersebut, disajikan distribusi frekuensi dan histogram nilai

kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen yang dapat dilihat pada tabel 4.3 dan

gambar 4.3.

Nilai kemampuan kognitif siswa untuk kelas kontrol dengan jumlah data

39 diperoleh nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 81. Nilai rata-rata 64,54, varians

68,25 dan standar deviasi 8,26 (lihat lampiran 32). Untuk melengkapi deskripsi

data tersebut, disajikan distribusi frekuensi dan histogram nilai kemampuan

kognitif siswa kelas kontrol yang dapat dilihat pada tabel 4.4 dan gambar 4.4.

Page 59: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

59

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Siswa

Kelas Eksperimen

Frekuensi

No. Interval Kelas

Titik

Tengah Mutlak Relatif (%)

1 50 - 54 52 5 12.20 2 55 - 59 57 7 17.07 3 60 - 64 62 8 19.51 4 65 - 69 67 11 26.82 5 70 - 74 72 5 12.20 6 75 - 79 77 3 7.32 7 80 - 84 82 2 4.88

Jumlah 41 100.00

0

2

4

6

8

10

12

52 57 62 67 72 77 82

Titik Tengah

Fre

kuen

si

Gambar 4.3 Histogram Nilai Kemampuan Kognitif Siswa

Kelas Eksperimen

Page 60: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

60

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Kontrol

Frekuensi

No. Interval Kelas

Titik

Tengah Mutlak Relatif (%)

1 50 - 54 52 5 12.20 2 55 - 59 57 7 17.07 3 60 - 64 62 8 19.51 4 65 - 69 67 11 26.83 5 70 - 74 72 6 14.63 6 75 - 79 77 3 7.32 7 80 - 84 82 1 2.44

Jumlah 41 100.00

0

2

4

6

8

10

12

52 57 62 67 72 77 82

Titik Tengah

Frek

uens

i

Gambar 4.4 Histogram Nilai Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Kontrol

Page 61: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

61

3. Data Kemampuan Afektif Siswa

Data kemampuan afektif siswa dalam penelitian ini diperoleh dari

pemberian angket kemampuan afektif siswa kepada responden. Nilai kemampuan

afektif siswa untuk kelas eksperimen dengan jumlah data 41, nilai terendah 71 dan

nilai tertinggi 99. Nilai rata-rata 83,56 dan standar deviasi 10,90 (lihat lampiran

34). Untuk melengkapi deskripsi data tersebut, disajikan distribusi frekuensi dan

histogram nilai kemampuan afektif siswa kelas eksperimen yang dapat dilihat

pada tabel 4.5 dan gambar 4.5.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kemampuan Afektif Siswa Kelas Eksperimen

Frekuensi

No. Interval Kelas Titik Tengah Mutlak Relatif (%)

1 70 - 74 72 4 9.76

2 75 - 79 77 7 17.07

3 80 - 84 82 13 31.71

4 85 - 89 87 9 21.95

5 90 - 94 92 6 14.63

6 95 - 99 97 2 4.88

Jumlah 41 100,00

0

2

4

6

8

10

12

14

72 77 82 87 92 97

Titik Tengah

Fre

ku

en

si

Gambar 4.5 Histogram Nilai Kemampuan Afektif Siswa Kelas Eksperimen

Page 62: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

62

Nilai kemampuan afektif siswa untuk kelas kontrol dengan jumlah data

41, nilai terendah 69 dan nilai tertinggi 94. Nilai rata-rata 77,80 dan standar

deviasi 12,77 (lihat lampiran 34). Untuk melengkapi deskripsi data tersebut,

disajikan distribusi frekuensi dan histogram nilai kemampuan afektif siswa kelas

kontrol yang dapat dilihat pada tabel 4.6 dan gambar 4.6.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kemampuan Afektif Siswa Kelas Kontrol

Frekuensi

No.

Interval

Kelas

Titik

Tengah Mutlak Relatif (%)

1 60 - 64 62 1 2.44 2 65 - 69 67 2 4.88 3 70 - 74 72 8 19.51 4 75 - 79 77 16 39.02 5 80 - 84 82 8 19.51 6 85 - 89 87 4 9.76 7 90 - 94 92 2 4.88

Jumlah 41 100,00

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

62 67 72 77 82 87 92

Titik Tengah

Fre

kuen

si

Gambar 4.6 Histogram Nilai Kemampuan Afektif Siswa Kelas Kontrol

Page 63: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

63

B. Uji Kesamaan Kemampuan Awal Fisika

1. Uji Normalitas

Uji normalitas kesamaan kemampuan awal dilakukan terhadap data nilai

ulangan IPA Fisika siswa pada pokok bahasan Gaya.

a. Kelas Eksperimen

Hasil analisis dengan menggunakan uji Lilliefors diperoleh statistik uji

ObsL =0,0664. Sedangkan untuk n = 41 pada taraf signifikansi a = 0,05 harga

138,0=TabelL . Karena TabelO LLMaks

< maka dapat disimpulkan bahwa sampel

(kelas eksperimen) berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat lampiran 26)

b. Kelas Kontrol

Hasil analisis dengan menggunakan uji Lilliefors diperoleh statistik uji

ObsL = 0,0564. Sedangkan untuk n = 41 pada taraf signifikansi a = 0,05 harga

138,0=TabelL . Karena TabelO LLMaks

< maka dapat disimpulkan bahwa sampel

(kelas kontrol) berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat lampiran 27)

2. Uji Homogenitas

Hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett terhadap

data nilai kemampuan awal siswa kelas eksperimen yang terdiri dari 41 siswa dan

kelas kontrol yang terdiri dari 41 siswa diperoleh harga 205,02 =Hitungc .

Sedangkan 21; -kjac pada taraf signifikansi a = 0,05 harga 84,32 =Tabelc . Karena

22TabelHitung cc < , maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal sampel, kelas

eksperimen dan kelas kontrol, berasal dari populasi yang homogen. (Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat lampiran 28)

3. Uji- t Dua Ekor

Uji kesamaan kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

dilakukan dengan analisis uji-t dua ekor yang sebelumnya telah diuji dengan uji

normalitas dan uji homogenitas. Dari analisis terhadap data yang ada diperoleh

Page 64: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

64

harga 376,1=Hitungt . Dari tabel distribusi t diketahui harga Tabelt pada taraf

signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan (db) = 81 adalah 1,995. Karena

tabelhitungtabel ttt <<- = -1,995 < 1,376 < 1,995, atau hitungt terletak pada daerah

penerimaan 0H , maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas

kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama sebelum diberi perlakuan.

(Untuk lebih jelasnya dapat dilihat lampiran 29)

C. Pengujian Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

a. Kelas Eksperimen

Hasil analisis dengan menggunakan uji Liliefors pada data kemampuan

kognitif siswa pokok bahasan Energi dan Usaha diperoleh data statistik uji

ObsL = 0, 0896. Sedangkan untuk 41=n pada taraf signifikansi a = 0,05

harga 138,0=TabelL . Karena TabelO LLMaks

< maka 0H diterima sehingga dapat

disimpulkan bahwa sampel kelas eksperimen berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. (Untuk lebih jelasnya dapat dilihat lampiran 31)

b. Kelas Kontrol

Hasil analisis dengan menggunakan uji Liliefors pada data kemampuan

kognitif siswa pokok bahasan Energi dan Usaha diperoleh data statistik uji

ObsL = 0,0841. Sedangkan untuk 41=n pada taraf signifikansi a = 0,05

harga 138,0=TabelL . Karena TabelO LLMaks

< maka 0H diterima sehingga dapat

disimpulkan bahwa sampel kelas kontrol berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. (Untuk lebih jelasnya dapat dilihat lampiran 32)

b. Uji Homogenitas

Hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett terhadap

data nilai kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen yang terdiri dari 41 siswa

dan kelas kontrol yang terdiri dari 41 siswa diperoleh harga 023,02 =Hitungc .

Sedangkan 21; -kjac pada taraf signifikansi a = 0,05 harga 84,32 =Tabelc . Karena

Page 65: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

65

22TabelHitung cc < , maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif sampel kelas

eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang homogen. (Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat lampiran 33)

D. Pengujian Hipotesis

1. Uji Hipotesis dengan Anava Dua Jalan

a. Prestasi belajar ranah kognitif

Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian yang berupa nilai

kemampuan awal siswa, nilai kemampuan kognitif siswa dan nilai

kemampuan afektif fisika siswa pada pokok bahasan Energi dan Usaha

dianalisis dengan analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama,

dilanjutkan dengan uji Pasca Anava dengan uji Scheffe untuk Ho yang ditolak.

Hasil dari anava dapat dilihat pada lampiran 35, didapatkan harga-harga

seperti yang terangkum dalam tabel 4.7 di bawah ini.

Tabel 4.7 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan

dengan Frekuensi Sel tak Sama

Sumber

Variansi

SS

df MS F

P

Efek Utama

A (baris) 6, 676 1 6, 676 0, 172 > 0,05

B (kolom) 2244, 992 1 2244, 992 57, 937 < 0,05

Interaksi

AB

60, 524 1

60, 524 1, 562

> 0,05

Kesalahan /

Ralat 3022, 387 78 38, 749 - -

Total 5334, 579 81 - - -

Keterangan: Analisis lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 35.

Berdasarkan tabel 4.7 analisis variansi dua jalan didapatkan hasil-hasil

sebagai berikut :

Page 66: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

66

a. Hipotesis 1

Pada lampiran 35, Fa = 0, 172 > F0,05;1,78 = 3,97, maka H01 diterima (> 0,05)

b.Hipotesis 2

Pada lampiran 35, Fb = 57, 937 > F0,05;1,78 = 3,97, maka H02 ditolak (< 0,05)

c.Hipotesis 3

Pada lampiran 35, Fab = 1, 562 < F0,05;1,78 = 3,97, maka H03 diterima (>0,05)

Hasil perhitungan analisis varinsi dua jalan yang terdiri dari dua efek

utama dan interaksi dapat disimpulkan bahwa :

a. Efek Utama

Efek utama yang berupa baris (model pembelajaran kooperatif),

dalam perhitungan yang ditunjukkan dengan harga statistik uji Fa = 0, 172

lebih kecil dari harga F0,05;1,78 = 3,97 pada taraf signifikansi α = 0,05 yang

berarti bahwa tidak ada perbedaan pengaruh penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dengan

Jigsaw II terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa pada pokok

bahasan energi dan usaha.

Efek utama yang berupa kolom (kemampuan awal siswa), dalam

perhitungan yang ditunjukkan pada lampiran 35, diperoleh harga statistik

uji Fb = 57, 937 lebih besar dari harga F0,05;1,78 = 3,97 pada taraf

signifikansi α = 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan pengaruh

kemampuan awal kategori tinggi dengan kemampuan awal kategori rendah

terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa pada pokok bahasan energi

dan usaha.

b. Interaksi

Berdasarkan perhitungan yang ditunjukkan pada lampiran 35,

diperoleh harga statistik uji Fab = 1, 562 lebih kecil dari harga tabel

F0,05;1,78 = 3,97 pada taraf signifikansi α = 0,05 yang berarti bahwa tidak

ada interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif

dan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa

pada pokok bahasan energi dan usaha.

Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, dapat dikemukakan bahwa :

Page 67: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

67

a. Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournaments (TGT) dengan Jigsaw II terhadap prestasi

belajar ranah kognitif siswa pada pokok bahasan energi dan usaha.

b. Ada pengaruh kemampuan awal kategori tinggi dengan kemampuan awal

kategori rendah terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa pada pokok

bahasan energi dan usaha.

c. Tidak ada interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran

kooperatif dan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar ranah

kognitif siswa pada pokok bahasan energi dan usaha.

b. Prestasi belajar ranah afektif

Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian yang berupa nilai

kemampuan awal siswa dan nilai kemampuan afektif siswa pada pokok

bahasan Energi dan Usaha dianalisis dengan analisis variansi dua jalan dengan

frekuensi sel tak sama, dilanjutkan dengan uji Pasca Anava dengan uji Scheffe

untuk Ho yang ditolak. Hasil dari anava dapat dilihat pada lampiran 35,

didapatkan harga-harga seperti yang terangkum dalam tabel 4.8 di bawah ini.

Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan

dengan Frekuensi Sel tak Sama

Sumber

Variansi

SS

df MS F

P

Efek Utama

A (baris) 639, 536 1 639, 536 16, 203 < 0,05

B (kolom) 47, 611 1 47, 611 1, 206 > 0,05

Interaksi

AB

3, 498 1

3, 498 0, 089

> 0,05

Kesalahan /

Ralat 3078, 759 78 39, 471 - -

Total 3769, 404 81 - - -

Berdasarkan tabel 4.8 analisis variansi dua jalan didapatkan hasil-hasil

sebagai berikut :

Page 68: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

68

a.Hipotesis 4

Pada lampiran 35, Fa= 16, 203 > F0,05;1,78 = 3,97, maka H04 ditolak (< 0,05)

b.Hipotesis 5

Pada lampiran 35, Fb = 1, 206 < F0,05;1,78 = 3,97, maka H05 diterima (< 0,05)

c.Hipotesis 6

Pada lampiran 35, Fab = 0, 089 < F0,05;1,78 = 3,97, maka H06 diterima (<0,05)

Hasil perhitungan analisis varinsi dua jalan yang terdiri dari dua efek

utama dan interaksi dapat disimpulkan bahwa :

a. Efek Utama

Efek utama yang berupa baris (model pembelajaran kooperatif),

dalam perhitungan yang ditunjukkan dengan harga statistik uji Fa = 16,203

lebih besar dari harga F0,05;1,78 = 3,97 pada taraf signifikansi α = 0,05 yang

berarti bahwa ada perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dengan Jigsaw II

terhadap prestasi belajar ranah afektif siswa pada pokok bahasan energi

dan usaha.

Efek utama yang berupa kolom (kemampuan awal siswa), dalam

perhitungan yang ditunjukkan pada lampiran 35, diperoleh harga statistik

uji Fb = 1, 206 lebih kecil dari harga F0,05;1,78 = 3,97 pada taraf signifikansi

α = 0,05 yang berarti bahwa Tidak ada perbedaan pengaruh kemampuan

awal kategori tinggi dengan kemampuan awal kategori rendah terhadap

prestasi belajar ranah afektif siswa pada pokok bahasan energi dan usaha.

b. Interaksi

Berdasarkan perhitungan yang ditunjukkan pada lampiran 35,

diperoleh harga statistik uji Fab = 0, 089 lebih kecil dari harga tabel

F0,05;1,78 = 3,97 pada taraf signifikansi α = 0,05 yang berarti bahwa tidak

ada interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif

dan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar ranah afektif siswa

pada pokok bahasan energi dan usaha.

Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, dapat dikemukakan bahwa :

Page 69: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

69

a. Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournaments (TGT) dengan Jigsaw II terhadap prestasi belajar

ranah afektif siswa pada pokok bahasan energi dan usaha.

b. Tidak ada pengaruh kemampuan awal kategori tinggi dengan kemampuan

awal kategori rendah terhadap prestasi belajar ranah afektif siswa pada

pokok bahasan energi dan usaha.

c. Tidak ada interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran

kooperatif dan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar ranah

afektif siswa pada pokok bahasan energi dan usaha.

2. Uji Lanjut Anava

a. Prestasi belajar ranah kognitif

Tabel 4.9 Rangkuman Komparasi Rerata Pasca Analisis Variansi

Rerata

Statistik

Uji

Harga

Kritik Komparasi

Ganda 1 2 (F) 0,01 0,05

P

Kesimpulan

21 ·· mm vs 141,038 119,842 234,117 6,97 3,97

<

0,05

21 ·· > mm

(signifikan)

Harga statistik uji untuk komparasi ganda antar kolom yaitu antara

kemampuan awal siswa kategori tinggi dan kemampuan awal siswa kategori

rendah, menunjukan harga FB sebesar 234,117 sehingga H02 ditolak. Hal ini

berarti ada perbedaan pengaruh kemampuan awal kategori tinggi dengan

kemampuan awal kategori rendah terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa

pada pokok bahasan energi dan usaha. Jika dilihat dari nilai rerata 21 ·· mm vs

didapatkan 21 ·· > XX . Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa

kategori tinggi lebih efektif dibandingkan dengan kemampuan awal siswa kategori

rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Energi dan

Usaha di SMP.

Page 70: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

70

b. Prestasi belajar ranah afektif

Tabel 4.10 Rangkuman Komparasi Rerata Pasca Analisis Variansi

Rerata

Statisti

k Uji Harga Kritik

Komparas

i

Ganda 1 2 (F) 0,01 0,05

P

Kesimpula

n

·· 21 mm vs

155,56

2

166,87

5 0,313 6,97 3,97

>

0,05

21 ·· < mm

(tak

signifikan)

Harga statistik uji untuk komparasi ganda antar baris yaitu antara model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dan tipe Jigsaw

II menunjukkan bahwa harga FA sebesar 0,313 sehingga hipotesis H04 diterima,

hal ini berarti tidak ada perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dengan Jigsaw II terhadap

prestasi belajar ranah afektif siswa pada pokok bahasan energi dan usaha.

E. Pembahasan Hasil Analisis Data

1. Uji Hipotesis Pertama

H01 : ai = 0 Tidak ada pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournaments (TGT) dengan Jigsaw II terhadap

prestasi belajar ranah kognitif siswa pada pokok bahasan Energi dan

Usaha.

H11 : ai ¹ 0 Ada pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournaments (TGT) dengan Jigsaw II terhadap prestasi

belajar ranah kognitif siswa pada pokok bahasan Energi dan Usaha.

Setelah dilakukan analisis dimana model pembelajaran kooperatif

sebagai variabel bebas dan prestasi belajar ranah kognitif siswa pada pokok

bahasan Energi dan Usaha sebagai variabel terikat, diperoleh harga Fa = 0, 172.

Nilai ini kemudian dikonsultasikan dengan harga tabel sehingga untuk taraf

signifikasi a = 0,05 didapatkan FTabel = 3,97. Karena Fa<FTabel maka H01 diterima

dan H11 ditolak. Berarti hipotesis yang berbunyi : ” Tidak ada pengaruh antara

Page 71: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

71

model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dengan

Jigsaw II terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa pada pokok bahasan

Energi dan Usaha”, diterima.

Hal ini disebabkan karena kedua tipe model pembelajaran kooperatif

tersebut, yaitu tipe TGT dan tipe Jigsaw II sama-sama mempunyai kelebihan dan

kekurangan. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat membuat siswa lebih

aktif dalam pembelajaran dan dengan adanya pertandingan atau turnamen siswa

akan lebih bersemangat untuk belajar fisika, karena adanya persaingan antar

kelompok yang membuat mereka termotivasi untuk memenangkan pertandingan,

sehingga setiap siswa akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mempelajari

materi yang disampaikan pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu sistem

pembelajarannya tidak begitu terarah, siswa hanya belajar untuk memenangkan

pertandingan bukan untuk memahami materi, sehingga siswa yang pasif / pendiam

akan kalah dalam persaingan.

Sedangkan pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat

menanamkan materi lebih mendalam kepada siswa karena adanya arahan dari

guru sejak awal hingga akhir pembelajaran, sehingga proses pemecahan masalah

menjadi lebih terarah dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang

disampaikan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Disamping itu

dengan adanya diskusi grup ahli maupun diskusi kelompok membuat siswa benar-

benar memahami materi yang disampaikan. Kekurangan dari model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw II yaitu siswa hanya benar-benar memahami materi yang

merupakan bagian mereka, sementara materi yang lain tidak begitu menguasainya.

Page 72: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

72

2. Uji Hipotesis Kedua

H02 : bj = 0 Tidak ada pengaruh antara kemampuan awal kategori tinggi dengan

kemampuan awal kategori rendah terhadap prestasi belajar ranah

kognitif siswa pada pokok bahasan Energi dan Usaha.

H12 : bj ¹ 0 Ada pengaruh antara kemampuan awal kategori tinggi dengan

kemampuan awal kategori rendah terhadap prestasi belajar ranah

kognitif siswa pada pokok bahasan Energi dan Usaha.

Setelah dilakukan analisis dimana kemampuan awal siswa sebagai

variabel bebas dan prestasi belajar ranah kognitif siswa pada pokok bahasan

Energi dan Usaha sebagai variabel terikat, diperoleh harga Fb = 57, 937. Nilai ini

kemudian dikonsultasikan dengan harga tabel sehingga untuk taraf signifikasi a

= 0,05 didapatkan FTabel = 3,97. Karena Fb > FTabel maka H02 ditolak dan H12

diterima. Berarti hipotesis yang berbunyi:” Ada pengaruh antara kemampuan awal

kategori tinggi dengan kemampuan awal kategori rendah terhadap prestasi belajar

ranah kognitif siswa pada pokok bahasan Energi dan Usaha”, diterima.

Sebagai tindak lanjut dari analisis tersebut diperoleh harga Fb = 234,

117. Berdasarkan nilai rerata antar kolom seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.9

terlihat bahwa nilai rerata kolom 1 yaitu kemampuan awal siswa kategori tinggi >

nilai rerata kolom 2 yaitu kemampuan awal siswa kategori rendah,

842,119038,141 21 =>= ·· XX . Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa siswa

yang memiliki kemampuan awal kategori tinggi cenderung memperoleh prestasi

belajar dalam hal ini kemampuan kognitif fisika yang lebih baik dibanding

dengan siswa yang memiliki kemampuan awal kategori rendah.

Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai kemampuan awal

kategori tinggi lebih mudah menangkap materi dan juga lebih mudah memahami

materi selama pembelajaran terhadap mata pelajaran dalam hal ini mata pelajaran

IPA fisika pokok bahasan Energi dan Usaha. Siswa yang memiliki kemampuan

awal tinggi akan lebih siap dalam menerima pelajaran karena siswa cenderung

mempunyai keinginan belajar tinggi sehingga menghasilkan prestasi belajar yang

tinggi pula.

Page 73: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

73

3. Uji Hipotesis Ketiga

H03 : abij = 0 Tidak ada Interaksi pengaruh antara model pembelajaran

kooperatif dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar ranah

kognitif siswa pada pokok bahasan Energi dan Usaha.

H13 : abij ¹ 0 Ada Interaksi pengaruh antara model pembelajaran kooperatif

dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar ranah kognitif

siswa pada pokok bahasan Energi dan Usaha.

Setelah dilakukan analisis dimana model pembelajaran kooperatif

sebagai variabel bebas 1, kemampuan awal siswa sebagai variabel bebas 2 dan

prestasi belajar ranah kognitif siswa pada pokok bahasan Energi dan Usaha

sebagai variabel terikat. Diperoleh harga Fab = 1, 562. Nilai ini kemudian

dikonsultasikan dengan harga tabel sehingga untuk taraf signifikansi a = 0,05

didapatkan FTabel = 3,97. Karena Fab < FTabel maka H03 diterima dan H13 ditolak.

Berarti hipotesis yang berbunyi : ” Ada Interaksi pengaruh antara model

pembelajaran kooperatif dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar ranah

kognitif siswa pada pokok bahasan Energi dan Usaha”, ditolak. Artinya tidak ada

interaksi pengaruh model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan awal

terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa pada pokok bahasan Energi dan

Usaha.

Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT dan Jigsaw II dan kemampuan awal fisika siswa berpengaruh sendiri-

sendiri dalam pencapaian kemampuan kognitif siswa pada materi Energi dan

Usaha di SMP. Hal ini disebabkan karena kemampuan awal fisika siswa kurang

berperan dalam proses penanaman konsep pada pembelajaran kooperatif tersebut,

sesuai dengan ciri dari kedua tipe pembelajaran kooperatif yang semata-mata

menekankan pada kegiatan inti pembelajarannya, yaitu dengan adanya

pertandingan atau turnamen pada pembelajaran kooperatif tipe TGT dan adanya

diskusi grup ahli serta diskusi kelompok yang diberikan pada pembelajaran

kooperatif Jigsaw II.

Page 74: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

74

4. Uji Hipotesis Keempat

H04 : ai = 0 Tidak ada pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournaments (TGT) dengan Jigsaw II terhadap

prestasi belajar ranah afektif siswa pada pokok bahasan Energi dan

Usaha.

H14 : ai ¹ 0 Ada pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournaments (TGT) dengan Jigsaw II terhadap prestasi

belajar ranah afektif siswa pada pokok bahasan Energi dan Usaha.

Setelah dilakukan analisis dimana model pembelajaran kooperatif

sebagai variabel bebas dan prestasi belajar ranah afektif siswa pada pokok

bahasan Energi dan Usaha sebagai variabel terikat, diperoleh harga Fa = 16, 203.

Nilai ini kemudian dikonsultasikan dengan harga tabel sehingga untuk taraf

signifikasi a = 0,05 didapatkan FTabel = 3,97. Karena Fa>FTabel maka H04 ditolak

dan H14 diterima. Berarti hipotesis yang berbunyi : ” Ada pengaruh antara model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dengan Jigsaw II

terhadap prestasi belajar ranah afektif siswa pada pokok bahasan Energi dan

Usaha”, diterima.

Berdasarkan uji lanjut anava diperoleh harga Fa = 0, 313. Dilihat dari

nilai rerata antar baris seperti ditunjukan pada tabel 4.10 terlihat bahwa nilai rerata

baris 2 yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II lebih besar dari nilai

rerata baris 1 yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournaments (TGT), 562,155875,166 12 =>= ·· XX yang tak signifikan. Dari

hal inilah dapat dikatakan tidak ada perbedaan pengaruh antara model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dengan Jigsaw II

terhadap prestasi belajar ranah afektif siswa pada pokok bahasan Energi dan

Usaha.

Hal ini disebabkan karena kedua tipe model pembelajaran kooperatif

tersebut, yaitu tipe TGT dan tipe Jigsaw II sama-sama mempunyai kelebihan dan

kekurangan .

Page 75: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

75

5. Uji Hipotesis Kelima

H05 : bj = 0 Tidak ada pengaruh antara kemampuan awal kategori tinggi dengan

kemampuan awal kategori rendah terhadap prestasi belajar ranah

afektif siswa pada pokok bahasan Energi dan Usaha.

H15 : bj ¹ 0 Ada pengaruh antara kemampuan awal kategori tinggi dengan

kemampuan awal kategori rendah terhadap prestasi belajar ranah

afektif siswa pada pokok bahasan Energi dan Usaha.

Setelah dilakukan analisis dimana kemampuan awal siswa sebagai

variabel bebas dan prestasi belajar ranah afektif siswa pada pokok bahasan Energi

dan Usaha sebagai variabel terikat, diperoleh harga Fb = 1, 206. Nilai ini

kemudian dikonsultasikan dengan harga tabel sehingga untuk taraf signifikasi a

= 0,05 didapatkan FTabel = 3,97. Karena Fb < FTabel maka H05 diterima dan H15

ditolak. Berarti hipotesis yang berbunyi:” Ada pengaruh antara kemampuan awal

kategori tinggi dengan kemampuan awal kategori rendah terhadap prestasi belajar

ranah afektif siswa pada pokok bahasan Energi dan Usaha”, ditolak. Artinya tidak

ada perbedaan pengaruh antara kemampuan awal kategori tinggi dengan

kemampuan awal kategori rendah terhadap prestasi belajar ranah afektif siswa

pada pokok bahasan Energi dan Usaha.

Siswa yang memiliki kemampuan awal kategori rendah memperoleh

prestasi belajar kemampuan afektif yang lebih baik dibanding dengan siswa yang

memiliki kemampuan awal kategori tinggi. Hal ini sangat berbeda dengan hasil

yang ditunjukkan terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa. Hal ini mungkin

disebabkan karena kemampuan awal tinggi atau rendah tidak berpengaruh

terhadap sikap siswa saat pembelajaran berlangsung. Yang berpengaruh adalah

bagaimana cara guru menyampaikan pelajaran tersebut yaitu diwujudkan dengan

model pembelajarannya.

Page 76: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

76

6. Uji Hipotesis Keenam

H06 : abij = 0 Tidak ada Interaksi pengaruh antara model pembelajaran

kooperatif dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar ranah

afektif siswa pada pokok bahasan Energi dan Usaha.

H16 : abij ¹ 0 Ada Interaksi pengaruh antara model pembelajaran kooperatif

dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar ranah afektif

siswa pada pokok bahasan Energi dan Usaha.

Setelah dilakukan analisis dimana model pembelajaran kooperatif

sebagai variabel bebas 1, kemampuan awal siswa sebagai variabel bebas 2 dan

prestasi belajar ranah afektif siswa pada pokok bahasan Energi dan Usaha sebagai

variabel terikat. Diperoleh harga Fab = 0, 089. Nilai ini kemudian dikonsultasikan

dengan harga tabel sehingga untuk taraf signifikansi a = 0,05 didapatkan FTabel =

3,97. Karena Fab < FTabel maka H06 diterima dan H16 ditolak. Berarti hipotesis yang

berbunyi : ” Ada Interaksi pengaruh antara model pembelajaran kooperatif dengan

kemampuan awal terhadap prestasi belajar ranah afektif siswa pada pokok

bahasan Energi dan Usaha”, ditolak. Artinya tidak ada interaksi pengaruh model

pembelajaran kooperatif dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar ranah

afekitif siswa pada pokok bahasan Energi dan Usaha.

Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT dan Jigsaw II dan kemampuan awal siswa berpengaruh sendiri-sendiri

dalam pencapaian kemampuan afektif siswa pada materi Energi dan Usaha di

SMP. Hal ini disebabkan karena kemampuan awal siswa kurang berperan dalam

proses penanaman konsep pada pembelajaran kooperatif tersebut, sesuai dengan

ciri dari kedua tipe pembelajaran kooperatif yang semata-mata menekankan pada

kegiatan inti pembelajarannya, yaitu dengan adanya pertandingan atau turnamen

pada pembelajaran kooperatif tipe TGT dan adanya diskusi grup ahli serta diskusi

kelompok yang diberikan pada pembelajaran kooperatif Jigsaw II.

Page 77: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

77

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dan analisis yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan :

1. Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournaments (TGT) dengan Jigsaw II terhadap prestasi belajar ranah

kognitif siswa pada pokok bahasan energi dan usaha.

2. Ada pengaruh kemampuan awal kategori tinggi dengan kemampuan awal

kategori rendah terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa pada pokok

bahasan energi dan usaha. Dilanjutkan dengan uji lanjut anava diperoleh Fb =

234, 117. Dilihat dari rerata pada uji lanjut analisis variansi, menunjukkan

bahwa kemampuan awal siswa kategori tinggi memberikan pengaruh yang

lebih baik daripada kemampuan awal siswa kategori rendah.

3. Tidak ada interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran

kooperatif dan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar ranah kognitif

siswa pada pokok bahasan energi dan usaha.

4. Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournaments (TGT) dengan Jigsaw II terhadap prestasi belajar ranah afektif

siswa pada pokok bahasan energi dan usaha. Dilanjutkan dengan uji lanjut

anava diperoleh Fb = 0, 313. Dari hal inilah dapat dikatakan tidak ada

perbedaan pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournaments (TGT) dengan Jigsaw II terhadap prestasi belajar ranah afektif

siswa pada pokok bahasan Energi dan Usaha.

5. Tidak ada pengaruh kemampuan awal kategori tinggi dengan kemampuan

awal kategori rendah terhadap prestasi belajar ranah afektif siswa pada pokok

bahasan energi dan usaha.

77

Page 78: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

78

6. Tidak ada interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran

kooperatif dan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar ranah afektif

siswa pada pokok bahasan energi dan usaha.

B. Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan

pengaruh antara kemampuan awal kategori tinggi dengan kemampuan awal

kategori rendah terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa pada pokok bahasan

Energi dan Usaha di SMP. Hal ini dapat digunakan sebagai referensi bagi guru

bahwa kemampuan awal siswa perlu diperhatikan agar dapat menunjang materi

yang disampaikan selanjutnya sehingga prestasi belajarnya juga akan membaik.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, maka peneliti

mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat dijadikan sebagai salah satu

pilihan yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran Fisika di sekolah.

2. Untuk lebih mengoptimalkan pembelajaran kooperatif di kelas, sebaiknya

pengajar lebih memahami kemampuan awal siswa dan lebih mempersiapkan

segala sesuatu dengan cermat sebelum proses belajar mengajar dimulai.

3. Semoga penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan mengkaitkan

aspek-aspek yang belum diungkap agar lebih bermanfaat bagi dunia

pendidikan..

Page 79: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

79

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghafur. 1982. Desain Instruksional. Surakarta : Tiga Serangkai.

Abu Ahmadi. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Basuki Wibowo. 2001. Media Pengajaran. Bandung: CV. Maulana.

Budiyono. 2004. Statistika Dasar Untuk Penelitian. Surakarta: Universitas

Sebelas Maret Press.

Cece Rakhmat dan Didi Suherdi. 2001. Evaluasi Pengajaran. Bandung: CV.

Maulana.

Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

E. Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

H. J . Gino1997. Belajar dan Pembelajaran. Surakarta : UNS Press.

Herbert Druxes. 1986. Kompedium Didaktik Fisika. Bandung : PT. Remaja.

Isjoni. 2006. Bersinergi Dalam Perubahan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Julia Nursitawati. Pengaruh Pembelajaran Fisika Model Kooperatif Disertai

Animasi Komputer Ditinjau dari Kemampuan Afektif Terhadap

Kemampuan Kognitif Siswa Pada Sub Pokok Bahasan Pembiasan Cahaya

di SMA. Surakarta : FKIP UNS.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar.

Bandung: CV Maulana.

Muhammad Amien. 1987. Konsep-Konsep Dasar IPA. Jakarta: Rineka Cipta.

Muhibin Syah. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Nana Sudjana. 1991. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

-----------------. 1996. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

-----------------. 1998. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Ngalim Purwanto. 1992. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Roesdakarya.

---------------------. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Roedakarya.

Page 80: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT …...TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI ... dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa

80

Nonoh Siti Aminah. 2004. Penggunaan ANAVA Pada Penelitian Pembelajaran.

Surakarta : UNS Press.

Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Roestiyah. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Bina Aksara.

Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta :

Rineka Cipta.

----------. 2001. Evaluasi Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning : Theory, Research and Practice.

Boston : Allyn and Bacon.

Sri Rahmini. 2004. Sains Fisika Untuk SMP. Semarang : Aneka Ilmu.

Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Suharsimi Arikunto. 1996. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

-------------------------. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Sutratinah Tirtonegoro. 2001. Anak Super Normal dan Program Pendidikannya.

Jakarta: Bumi Aksara.

Tim Abdi Guru. 2004. Sains Fisika Untuk SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga.

Widha Sunarno. 2001. Kebijaksanaan Umum Kurikulum Berbasis Kompetensi

Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta : Departemen Pendidikan.

Widagdo Mangunwiyoto. 1994. Pokok-Pokok Fisika SLTP Jilid I. Jakarta:

Erlangga.

Zakaria, Effandi & Iksan, Zanatin. 2007. “Promoting Cooperative Learningin

Science and Mathematics Education: a Malaysian Perspective”. Eurasia

Journal of Mathematics, Science & Technology Education. 3 (1), 35-39.


Recommended