Download pdf - Ekspansi Kosmos

Transcript

Ekspansi Kosmos Ekspansi kosmos adalah satu fenomena yang sangat besar yang diungkapkan oleh Sains modern. Ini adalah satu hal yang sudah dibuktikan; segala diskusi tentang hal ini hanya mengenai pola bagaimana ekspansi itu teljadi. Dengan bertitik tolak dari teori relativitas umum, ekspansi kosmos mendapat dukungan fisik dalam pemeriksaan tentang bayangan (spectrum) galaksi; pergeseran sistematik ke arah bayangan merah dapat diartikan sebagai fakta bahwa galaksi itu saling menjauhkan diri satu daripada yang lain. Dengan begitu maka ekstensi kosmos itu akan selalu membesar, dan pembesaran ini akan lebih penting jika orang berada lebih jauh daripada kita. Kecepatan pergeseran yang terus menerus daripada benda-benda samawi merupakan pecahan dari kecepatan cahaya; tetapi lebih berharga. Dapatkah ayat Qur-an selanjutnya (surat 51 ayat 47) yang melukiskan perkataan Tuhan, dihadapkan dengan Sains modern Artinya: "Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan Kami, dan Kami meluaskannya." Bukankah langit, terjemahan kata "samaa" itu tidak lain daripada alam di luar bumi? Yang kita terjemahkan: "dan Kami meluaskannya" adalah kata fa'il daripada kata kerja ausa'a yang artinya membesarkan, meluaskan, melebarkan. Beberapa penterjemah Qur-an, tidak dapat mengetahui arti kata tersebut dan mengartikannya secara keliru, seperti yang dilakukan oleh R. Blachere: "dan Kami penuh dengan kebesaran." Pengarang-pengarang lain meraba arti itu akan tetapi tak berani mengatakan dengan terang. Hamidullah dalam terjemahan Qur-annya berbicara tentang membesarnya langit dan angkasa, akan tetapi dengan membubuhi tanda tanya (?). Tetapi ada beberapa orang yang mempunyai bahan-bahan ilmiah yang sudah disahkan, memberikan arti sebagai yang kita sebutkan di atas. Hal ini terjadi dengan tafsir Muntakhab yang diterbitkan oleh Majlis Tinggi Urusan Islam di Cairo. Buku tersebut menyebutkan soal membesarnya alam ini dengan tidak ragu-ragu. E. Menundukkan Angkasa Terdapat tiga ayat dalam Qur-an yang perlu sekali kita perhatikan, yang pertama menerangkan secara tegas hal yang dapat dilakukan manusia untuk menundukkan angkasa. Dalam dua ayat lainnya Tuhan menyebutkan bahwa orang-orang kafir Mekah akan sangat terperanjat jika mereka dapat naik ke langit. Hal ini merupakan isyarat kepada suatu hipotesa yang tak akan dikerjakan oleh mereka. Ayat pertama adalah ayat 33 daripada surat 55 Artinya: "Hai jin dan manusia jika kamu sanggup menembus

(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, dan kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan (sedang kamu tidak punya kekuatan)." Terjemahan tersebut memerlukan beberapa penjelasan: a. Kata bahasa Perancis (si) (jika) menunjukkan kondisi yang ada hubungannya dengan kenyataan atau dengan hipotesa yang dapat dijelmakan atau hipotesa yang tak dapat dijelmakan. Bahasa Arab lebih mampu menunjukkan perbedaan kondisi tersebut. Ada kata (huruf) yang menunjukkan kejadian yaitu (idza), ada lagi huruf yang menunjukkan hipotesa yang mungkin yaitu (in), ada pula huruf yang menunjukkan hipotesa yang tak mungkin dengan huruf (law). Jadi Qur-an menyebutkan kemungkinan material realisasi yang kongkrit. Keterangan lingustik ini menghilangkan secara tegas kemungkinan interpretasi mistik yang beberapa pengarang lebih condong untuk memberikannya, tetapi hal itu terang salah. b. Tuhan mengarahkan pembicaraannya kepada roh (jin) dan kepada manusia, dan tidak kepada hal-hal yang khayali. c. Menembus sampai ke bahagian sebaliknya, adalah terjemahan kata kerja (nafadza) yang diikuti dengan huruf (min). Menurut kamus Kasimirski berarti memasuki, melalui dan keluar dari segi lain daripada suatu benda (seperti panah yang menembus). Hal tersebut berarti memasuki dalam dan keluar dari pinggiran lain dari daerah-daerah tertentu. d. Kekuasaan (sulthan) yang akan dimiliki manusia untuk melaksanakan proyek ini merupakan kekuasaan yang datang dari Tuhan. Sumber: BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern Dr. Maurice Bucaille * Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi Penerbit Bulan Bintang, 1979 Kramat Kwitang I/8 Jakarta

b. Berita tentang tenggelam dan selamatnya badan Firaun Dalam Al-Quran ditemukan sekitar 30 kali Allah SWT menguraikan kisah Musa dan Firaun, suatu kisah yang tidak dikenal masyarakat ketika itu, kecuali melalui Kitab Perjanjian Lama. Tapi satu hal yang mencengangkan adalah Al-Quran telah mengungkap suatu perincian yang sama sekali tidak diungkap oleh satu kitab pun sebelumnya, bahkan tidak diketahui kecuali yang hidup pada masa terjadinya peristiwa tersebut, yaitu pada abad kedua belas SM atau sekitar 3.200 tahun yang lalu. Mari kita lihat sekelumit kisah Firaun yang diungkap oleh Al-Quran :

Artinya : 090. Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir`aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir`aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah). 091. Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. 092. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami. (QS. Yunus [10] : 90-92) Yang perlu digarisbawahi dalam konteks pembicaraan ini adalah firman-Nya yang berbunyi: Hari ini kami selamatkan badanmu, agar engkau menjadi pelajaran bagi generasi yang datang sesudahmu.

Memang orang mengetahui bahwa Firaun tenggelam di Laut Merah ketika mengejar Nabi Musa dan kaumnya, dimana bukti akan hal ini diberikan lebih lanjut oleh seorang arkeolog bernama Ron Wyatt pada akhir tahun 1988 silam yang mengklaim bahwa dirinya telah menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur kuno di dasar Laut Merah yang digunakan Firaun dan bala tentaranya sewaktu mengejar Nabi Musa, tetapi menyangkut keselamatan badannya dan dapat menjadi pelajaran bagi generasi sesudahnya merupakan satu hal yang tidak diketahui siapapun pada masa Nabi Muhammad bahkan tidak disinggung oleh Perjanjian Lama dan Baru. Sekali lagi pada masa turunnya Al-Quran 14 abad yang lalu, tidak seorang pun yang mengetahui dimana sebenarnya penguasa yang tenggelam itu berada, dan bagaimana pula kesudahan yang dialaminya. Namun pada 1898, purbakalawan Loret, menemukan jenazah tokoh tersebut dalam bentuk mumi di Wadi Al-Muluk (Lembah Para Raja) berada di daerah Thaba, Luxor, di seberang Sungai Nil, Mesir. Kemudian 8 Juli 1907, Elliot Smith membuka pembalut-pembalut mumi itu dan ternyata badan Firaun tersebut masih dalam keadaan utuh. Kepala dan lehernya terbuka, bagianbagian badannya masih tertutup dengan kain dan kesemuanya diletakkan dalam satu peti berkaca yang memungkinkan para pengunjung Museum Mesir melihatnya dengan jelas. Sayang, pada sekitar tahun 1985, pemerintah Mesir menutup kamar tempat penyimpanan mumi itu untuk umum, karena rupanya pengaruh udara dari luar dan polusi yang disebabkan oleh mikro organisme telah mempengaruhi keadaan mumi itu.

Gambar: Mumi Firaun

Namun sebelumnya suatu hari di pertengahan tahun 1975, sebuah tawaran dari pemerintah Prancis datang kepada pemerintah Mesir. Negara Eropa tersebut menawarkan bantuan untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Firaun. Tawaran tersebut disambut baik oleh Mesir. Setelah mendapat restu dari pemerintah Mesir, mumi Firaun tersebut kemudian digotong ke Prancis. Bahkan, pihak Prancis membuat pesta penyambutan kedatangan mumi Firaun dengan pesta yang sangat meriah. Mumi itu pun dibawa ke ruang khusus di Pusat Purbakala Prancis, yang selanjutnya dilakukan penelitian sekaligus mengungkap rahasia di baliknya oleh para ilmuwan terkemuka dan para pakar dokter bedah dan otopsi di Prancis. Pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian mumi ini adalah Prof Dr Maurice Bucaille. Bucaille adalah ahli bedah kenamaan Prancis dan pernah mengepalai klinik bedah di Universitas Paris. Bucaille memulai kariernya di bidang kedokteran pada 1945 sebagai ahli gastroenterology. Setelah melakukan peneltian terhadap mumi tsb, ternyata hasil akhir yang ia peroleh sangat mengejutkan! Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh sang mumi adalah bukti terbesar bahwa dia telah mati karena tenggelam. Jasadnya segera dikeluarkan dari laut dan kemudian dibalsem untuk segera dijadikan mumi agar awet. Namun penemuan tersebut masih menyisakan sebuah pertanyaan dalam kepala sang professor: Bagaimana jasad tersebut bisa lebih baik dari jasad-jasad yang lain, padahal dia dikeluarkan dari laut? Prof. Bucaille lantas menyiapkan laporan akhir tentang sesuatu yang diyakininya sebagai penemuan baru, yaitu tentang penyelamatan mayat Firaun dari laut dan pengawetannya. Laporan akhirnya ini dia terbitkan dengan judul Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern, dengan judul aslinya, Les momies des Pharaons et la midecine. Berkat buku ini, dia menerima penghargaan Le prix Diane-PotierBoes (penghargaan dalam sejarah) dari Academie Frantaise dan Prix General (Penghargaan umum) dari Academie Nationale de Medicine, Prancis. Terkait dengan laporan akhir yang disusunnya, salah seorang di antara rekannya membisikkan sesuatu di telinganya seraya berkata: Jangan tergesa-gesa karena sesungguhnya kaum Muslimin telah berbicara tentang tenggelamnya mumi ini. Bucaille awalnya mengingkari kabar ini dengan keras sekaligus menganggapnya mustahil. Menurutnya, pengungkapan rahasia seperti ini tidak mungkin diketahui kecuali dengan perkembangan ilmu modern, melalui peralatan canggih yang mutakhir dan akurat. Hingga salah seorang di antara mereka berkata bahwa Alquran yang diyakini umat Islam telah meriwayatkan kisah tenggelamnya Firaun dan kemudian diselamatkannya mayatnya. Ungkapan itu makin membingungkan Bucaille. Lalu, dia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Bahkan, mumi tersebut baru ditemukan tahun 1898 M, sementara Alquran telah ada ribuan tahun sebelumnya. Ia duduk semalaman memandang mayat Firaun dan terus memikirkan hal tersebut. Ucapan rekannya masih terngiang-ngiang dibenaknya, bahwa Alqurankitab suci umat Islamtelah membicarakan kisah Firaun yang jasadnya diselamatkan dari kehancuran

sejak ribuan tahun lalu. Sementara itu, dalam kitab suci agama lain, hanya membicarakan tenggelamnya Firaun di tengah lautan saat mengejar Musa, dan tidak membicarakan tentang mayat Firaun. Bucaille pun makin bingung dan terus memikirkan hal itu. Ia berkata pada dirinya sendiri. Apakah masuk akal mumi di depanku ini adalah Firaun yang akan menangkap Musa? Apakah masuk akal, Muhammad mengetahui hal itu, padahal kejadiannya ada sebelum Alquran diturunkan? Prof Bucaille tidak bisa tidur, dia meminta untuk didatangkan Kitab Taurat (Perjanjian Lama). Diapun membaca Taurat yang menceritakan: Airpun kembali (seperti semula), menutupi kereta, pasukan berkuda, dan seluruh tentara Firaun yang masuk ke dalam laut di belakang mereka, tidak tertinggal satu pun di antara mereka (mereka mati semua termasuk Firaun) [Kitab Keluaran 14:28]. Kemudian dia membandingkan dengan Injil-Perjanjian Baru. Ternyata, kitab tsb juga tidak membicarakan tentang diselamatkannya jasad Firaun dan masih tetap utuh. Karena itu, ia semakin bingung. Setelah perbaikan terhadap mayat Firaun dan pemumiannya, Prancis mengembalikan mumi tersebut ke Mesir. Akan tetapi, tidak ada keputusan yang menggembirakannya, tidak ada pikiran yang membuatnya tenang semenjak ia mendapatkan temuan dan kabar dari rekannya tersebut, yakni kabar bahwa kaum Muslimin telah saling menceritakan tentang penyelamatan mayat tersebut. Dia pun memutuskan untuk menemui sejumlah ilmuwan otopsi dari kaum Muslimin. Dari sini kemudian terjadilah perbincangan untuk pertama kalinya dengan peneliti dan ilmuwan Muslim. Ia bertanya tentang kehidupan Musa, perbuatan yang dilakukan Firaun, dan pengejarannya pada Musa hingga dia tenggelam dan bagaimana jasad Firaun diselamatkan dari laut. Maka, berdirilah salah satu di antara ilmuwan Muslim tersebut seraya membuka mushaf Alquran dan membacakan untuk Bucaille firman Allah SWT yang artinya: Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami. (QS Yunus: 92). Ayat ini sangat menyentuh hati Bucaille. Ia mengatakan bahwa ayat Alquran tersebut masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Hatinya bergetar, dan getaran itu membuatnya berdiri di hadapan orang-orang yang hadir seraya menyeru dengan lantang: Sungguh aku masuk Islam dan aku beriman dengan Alquran ini.

Beberapa bukti kebenaran al-Qur'an sebagai wahyu Allahby palala01 Tue Aug 11, 2009 12:32 am

A. Kisah Fir'aun & Nabi Musa as Dalam Surah Yunus ayat 90-92, Al-Qur'an menyatakan bahwa pada suatu masa nanti bangkai Fir'aun yang tenggelam sewaktu mengejar Nabi Musa as akan dikembalikan kepada manusia (dapat disaksikan dengan mata kepala) untuk menjadi bukti akan kebenaran dan kebesaran ayat-ayat Allah itu. "Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami." (QS. 10:90-92) Perlu diketahui, bahwa ayat ini turun setelah 21 abad masa Fir'aun. Orang sudah tidak tahu lagi dimana batang tubuh Fir'aun. Tetapi sungguh menakjubkan, bahwa setelah terpendam selama lebih kurang 40 abad, yaitu tepatnya tanggal 6 Juli 1879 para ilmuwan Archeologi telah berhasil menemukan batang tubuh Fir'aun, dan hal ini sekaligus menemukan bukti akan kebenaran Al-Qur'an sebagai wahyu Allah, bukan ciptaan Nabi Muhammad Saw ! Berikut akan saya kutipkan tulisan Yoesof Sou'yb dalam majalah 'Harmonis' tentang kesesuaian antara Surah Yunus 90-92 dengan kenyataan sejarah yang menggemparkan itu. Wahyu Ilahi yang diturunkan pada abda ke-7 Masehi itu menegaskan bahwa badan Pharaoh/Fir'aun yang telah menjadi korban, akan diselamatkan sebagai pertanda bagi orang belakangan. Dalam ayat asli berbunyi : 'nunajji-ka bi badani-ka'. Sedangkan The Holy Bible tidak bercerita bahwa badan Fir'aun/Pharaoh itu diselamatkan untuk pertanda bagi orang belakangan, pada Exodus 14:29-30 hanya diceritakan mengenai sbb : "But the children of Israel walked upon dry land in the midst orf the sea; and the waters were a wall into them on their right hand and on the lef. Thus the Loard saved Israel that day cut of the hand of the Egyptians; and Israeli saw the Egyptians dead upon the sea shore"

'Tetapi segala Bani Israel itu telah berjalan diatas kekeringan tanah ditengah-tengah laut, maka karir nya menjadi dewala (dinding tembok) bagi mereka pada sebelah kanan-kirinya, demikianlah dilepaskan Tuhan segala orang Israel pada hari itu juga dari tangan orang Mesir, maka dilihat orang Israel segala orang Mesir itu mati terhantar dipantai laut.' The Holy Bible hanya menceritakan tentang kematian anak-anak Israel (Pharaoh beserta pasukannya), tetapi tidak bercerita bahwa tubuh Pharaoh/Fir'aun diselamatkan untuk pertanda dan pelajaran bagi orang-orang sesudah mereka. Sekarang mari kita sedikit menyinggung pada saat Nabi Saw menceritakan wahyu Allah ini. Penduduk Mekkah semenjak masa yang panjang sebelum Nabi Muhammad Saw telah menciptakan tradisi dagang. Pada musim panas (al-shaif) kafilah-kafilah dagang berangkat ke Utara (Mesir, Palestina, Syria, Irak, Iran) dan pada musim dingin (al-syitak) kafilah-kafilah dagang bergerak keselatan (Yaman, Ethiopia). Jadi penduduk Mekkah pada masa Nabi Muhammad Saw itu sudah tidak merasa asing terhadap keadaan di Mesir pada masa itu. Piramid-piramid raksasa, kuil-kuil raksasa, tiang-tiang obleisk dan Spinx, semua itu cuma saksi bisu yang tiada bisa bercerita apapun kepada manusia, apalagi akan menjumpai dan menyaksikan batang tubuh Pharaoh masa itu. Coba anda merenung sejenak dalam imajinasi anda, betapa sambutan penduduk Mekkah terhadap pemberitaan Nabi besar Muhammad Saw bahwa jenasah Fir'aun diselamatkan oleh Tuhan sebagai pertanda bagi orang-orang belakangan ! Dalam abad ke-19 dengan kunci batu-Rosetta, yang pada akhirnya berheasil diterjemahkan huruf-huruf Demotik dan Hiroglipik pada batu-Rosetta itu oleh Jean Francois Champollion (1790-1832 M), maka coretan-coretan cakar ayam pada dinding-dinding Pyramid, dinding-dinding kuil dan tiang-tiang obelisk, mulai bercerita tentang masa silam. Jika menjelang abad ke-19 pengetahuan manusia tentang sejarah cuma sampai abad ke-4 sebelum Masehi, maka sejak abad ke-19 pengetahuan sejarah telah menjangkau masa tiga puluh abad sebelum masehi. Tetapi jasad Pharaoh dari setiap dinasti, yang dikisahkan sedemikian rupa oleh tiang-tiang obelisk dan dinding-dinding piramid belum juga dijumpai.

Expedisi berbagai bangsa bagaikan kena rangsang untuk mengerahkan kegiatan dan pembiayaan untuk menemukannya. Pada tanggal 6 Juli 1879 terjadilah apa yang dipandang 'peristiwa terbesar' bagi dunia sejarah. The Historian's History of The World vol.1 edisi 1926, dalam puluhan halamannya melukiskan peristiwa terbesar itu dengan sangat indahnya dan panjang lebar. Ir. Muhammad Ahmad Abdar-Rasul, seorang Arkeolog Mesir yang mengabdikan hidupnya untuk melakukan riset tanpa jemu-jemunya, telah berhasil pada akhirnya memberikan petunjuk kepada ekspedisi ilmiah Jerman - Mesir yang berada dibawah pimpinan Messrs, Emil Brugsch dan Ahmad Effendi Kamal itu, yaitu sebuah lubang kecil yang terletak tinggi pada dinding batu karang di 'lembah raja-raja' (Valley of Kings) dalam wilayah Mesir atas. Dengan peralatan dan tenaga manusia yang dipersiapkan sedemikian rupa pada tanggal 6 Juli 1879 dilakukan penerobosan kedalam relung sempit yang berceruk-ceruk dan berliku-liku itu, dan pada suatu ruangan besar yang terletak jauh disebelah dalam dijumpailah sekian puluh mummi dari para Pharaoh, termasuk mummi Rhamses II (Fir'aun) yang hidup pada masa Nabi Musa as, yaitu Pharaoh terbesar dan teragung dalam sejarah dinasti-dinasti Pharaoh ditanah Mesir. Buku sejarah terbesar yang puluhan jilid tebalnya terbitan 'Encyclopedia Britannica Inc' menyimpulkan penemuan terbesar itu pada halaman 155 dengan kalimat : 'Nothing is modern discovery has more vividly and suddenly brought the ancient world home to the world of today than the finding of the actual bodies, the very flesh and blood of the Pharaos marvellously preserved to us by the embalmers's venerable art. The discovery has bredged the chasm between the ancient and the new as a midnight flash of lighting from the clouds to the earth.' Tiada suatuoun didalam penemuan baru yang lebih menggemparkan dan mendadak membawa dunia kuno kepada dunia sekarang ini daripada penemuan jenasah yang sesungguhnya dari pharaoh-pharaoh dalam bentuk daging dan darah, yang dipersiapkan untuk kita secara menakjubkan sekali oleh kepintaran luar biasa dari ahli rempah-rempah yang membalutnya. Penemuan itu telah menutup jurang antara masa purba dengan masa baru bagai pancaran kilat malam hari dari balik mendung keatas bumi. Buku sejarah yang terpandang karya terbesar dunia itu telah memperdengarkan sambutan demikian hangat dan kagum akan penemuan itu, yang berarti secara sadar atau tidak telah menyambut demikian hangat dan kagum akan kebenaran sebuah wahyu Ilahi dalam Al-Qur'an. B. Kisah Romawi

Pernyataan tentang kekalahan pasukan Romawi oleh pasukan Persia yang terdapat dalam permulaan Surah Ar-Rum. Pada tahun 325, raja Konstantin memeluk agama Kristen, dan menjadikan agama ini sebagai agama negara yang resmi (Awal dari terbentuknya konsili Nicea yang mengesahkan Trinitas). Secara spontan, rakyat Romawipunbanyak yang memeluk agama tersebut, sementara itu kekaisaran Persia, penyembah matahari, menolak untuk memeluk agama tersebut. Adapun raja yang memegang tampuk kekaisaran Romawi pada akhir abad ke-7 M adalah Maurice, seorang raja yang kurang memperhatikan masalah kenegaraan dan politik. Oleh karenanya angkatan bersenjatanya pun kemudian mengadakan kudeta dibawah pimpinan panglimanya yang bernama Pochas. Setelah mengadakan kudeta, Pochas naik tahta dan menghukum keluarga raja dengan cara yang kejam. Serta mengirim seorang duta ke Persia, yang pada waktu itu dipegang oleh Kisra Chorus II, putra Kisra Anu Syirwan yang adil. Pada waktu Kisra tahu kejadian kudeta di Romawi, Kisra sangat marah karena Kisra pernah berhutang budi pada Maurice yang sekaligus juga mertuanya itu. Kemudian Kisra memerintahkan untuk memenjarakan duta besar Romawi, serta menyatakan tidak mengakui pemerintahan Romawi yang baru. Akhirnya Kisra Chorus melancarkan peperangan terhadap Romawi. Angkatan perangnya merayap melintasi sungai Euphrat menuju Syam. Dalam serangan ini Pochas tidak dapat mempertahankan diri terhadap angkatan perang Persia yang telah menguasai kota Antiochia dan El Quds. Sementara itu penguasa Romawi didaerah jajahan Afrika juga mengirimkan pasukan besar dibawah pimpinan puteranya, yaitu Heraklius. Bertolaklah pasukan tersebut dengan diam-diam melalui jalan laut, sehingga Pochas tidak tahu kedatangan mereka. Tanpa menghadapi perlawanan sama sekali, Heraklius akhirnya berhasil menguasai kekaisaran dan membunuh Pochas. Walaupun Heraklius berhasil menguasai kekaisaran dan membunuh Pochas, namun Heraklius tidak berhasil menahan badai pasukan Persia. Sehingga Romawi kehilangan daerah jajahannya dan tinggallah kekaisaran Romawi di ibukota saja. Penduduk yang tinggal di ibukota penuh diliputi rasa kekhawatiran akan serangan pasukan Persia yang akan memasuki ibukota. Setelah berlangsung peperangan selama enam tahun, kaisar Persia mau mengadakan perdamaian dengan Heraklius tetapi dengan satu syarat, Heraklius harus menyerahkan seribu talent emas, seribu

talent perak, seribu pakaian dari sutera, seribu kuda dan seribu gadis perawan kepada Kisra. Sementara pada ibukota Persia dan Romawi terjadi peristiwa tersebut, maka pada bangsa dipusat ibukota Jazirah Arabia, yaitu di Mekkah Almukarromah, terjadi pula hal yang serupa. Dikota tersebut terdapat orang-orang Majusi Persia, penyembah matahari dan api, dan orang-orang Romawi yang beriman kepada ajaran Isa (walau sudah diselewengkan). Orang Islam dan orang-orang Romawi mengharapkan kemenangan mereka atas orang-orang kafir dan musyrikin, sebagaimana halnya mereka mengharapkan kekalahan orang-orang kafir Mekkah dan orang Persia, sebab mereka merupakan penyembah benda-benda materi. Sementara orang-orang Nasrani, meskipun sebagian dari mereka sudah menyimpang dari ajaran Isa Putra Maryam adalah merupakan saudara dan sahabat terdekat kaum Muslimin. "Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata:"Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena diantara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rabib-rabib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri." (QS. 5:82) Dengan demikian, pertarungan yang terjadi antara orang-orang Persia dan Romawi menjadi lambang luar pertarungan antara orang-orang Islam dan musuh-musuhnya di Mekkah. Maka pada waktu Persia berhasil mengalahkan orang-orang Romawi pada tahun 616 dan berhasil menguasai seluruh wilayah sebelah Timur negara Romawi, orang-orang Musyrikin pun mendapat kesempatan untuk menghina kaum Muslimin dengan mengatakan : 'Saudara kami berhasil mengalahkan saudara kamu. Demikian pula yang akan kami lakukan kepadamu jika kamu tidak mau mengikuti kami, meninggalkan agama kamu yang baru (Islam).' Dalam keadaan yang menyakitkan itu, kaum Muslimin Mekkah sedang dalam kondisi yang paling lemah dan buruk dalam segi materi, sampai kemudian turun wahyu Allah kepada Nabi Besar Muhammad Saw : "Alif Laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."

(QS. 30:1-6) Sungguh turunnya wahyu ini kepada Nabi Saw merupakan suatu ujian mental dan Spiritual bagi semua sahabat-sahabat beliau. Jika apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad Saw ini tidak terbukti, maka sudah bisa diramalkan akan kehancuran kepercayaan mereka terhadap diri orang yang selama ini mereka percayai dan mereka kasihi. Beberapa tahun kemudian, Heraklius membuat suatu rencana yang luar biasa untuk mengalahkan Persia. Heraklius tahu bahwa kekuatan angkatan laut Persia sangat lemah, oleh karena itu dia menyiapkan kapal-kapal untuk menyerang Persia dari belakang. Dia bertolak bersama-sama dengan sisa-sisa pasukannya lewat Laut Hitam ke Armenia, dan melakukan serangan kilat terhadap pasukan Persia. Menghadapi serangan mendadak itu, pasukan Persia tidak mampu bertahan dan lari bercerai berai. Di Asia kecil, Persia memiliki pasukan yang besar. Tetapi Heraklius menyerangnya dengan tiba-tiba dengan kapal-kapal perangnya, dan berhasil menghancurkan pasukan Persia. Setelah memperoleh kemenangan yang besar itu, kembalilah Heraklius keibukota Konstantinopel lewat jalan laut. Setelah dua peperangan diatas, Heraklius melakukan peperangan yang lain melawan Persia pada tahun 623, 624 dan 625. Akibat peperangan tersebut, pasukan Persia terpaksa menarik diri dari seluruh tanah Romawi, dan Heraklius berada pada pusat yang memungkinkan baginya untuk menembus kejantung kekaisaran Persia. Akhirnya perang yang terakhir terjadi pada bulan Desember 627 disepanjang sungai Dajlah. Pada waktu Kisra Chorus tidak dapat menahan arus tentara Romawi, ia melarikan diri dari istananya, tetapi kemudian ditahan oleh puteranya 'Siroes' dan dimasukkan kedalam penjara. Puteranya ini membunuh 18 orang saudara-saudaranya yang lain didepan mata sang ayah, Kisra Chorus. Pada hari kelima, Kisra meninggal dunia dalam penjara. Selanjutnya Siroes pun terbunuh oleh salah seorang saudara kandungnya sendiri yang masih hidup. Maka mulailah pembunuhan-pembunuhan dilingkungan istana. Dalam masa 4 tahun, sudah 9 raja yang memegang tampuk pemerintahan. Dalam situasi yang demikian buruk ini, jelas Persia tidak mungkin dapat melanjutkan peperangannya melawan kerajaan Romawi. Maka akhirnya Kavadh II, salah seorang putera kisra Chorus yang masih hidup, meminta damai dan mengusulkan pengunduran diri pasukan Persia dari tanah Romawi. Pada bulan Maret tahun 628 M, Heraklius kembali kekonstantinopel dengan pesta besar-besaran.

Umat Islampun yang mendengar kemenangan saudara-saudaranya para orang-orang Romawi ini melakukan tasbih dan syukur kepada Allah Swt. Semakin mendalamlah keyakinan dan kesetiaan mereka kepada Rasulullah Saw. Edward Gibbon memperkecil arti ramalan Al-Qur'an dengan menghubungkannya dengan surat yang dikirim oleh Rasulullah Muhammad Saw kepada Kisra Choros II. Tetapi hal ini terbantahkan dengan melihat waktu turunnya ayat tersebut kepada Nabi Muhammad Saw dan umatnya. Surat dari Nabi Saw tersebut dikirim pada tahu ke-7 H, setelah perdamaian Hudaibiah, atau pada tahun 628 M. Sementara Qur'an Surah Ar-Ruum ayat 1-6 yang memuat ramalan tersebut turun pada tahun 616 M, lama sebelum terjadinya Hijrah Nabi dan sahabat-sahabatnya. Jadi antara kedua peristiwa itu terdapat jarak 12 tahun. http://www.geocities.com/Pentagon/Quart ... ubaru.htmlpalala01 Pandangan Pertama

Posts: 13 Joined: Mon Aug 10, 2009 11:39 pm

Re: Beberapa bukti kebenaran al-Qur'an sebagai wahyu Allahby setyoutomo Tue Nov 17, 2009 9:55 pm

Ini bukti Al-Quran bukan buatan Muhammad saw. Pertama harus dipahami dahulu bahwa Nabi Muhammad di utus pada abad ke 6 Masehi, jaman ini belum ada teleskop, mikroskop, dan peralatan canggih lainnya. 1. PEMISAHAN LANGIT DAN BUMI Satu ayat lagi tentang penciptaan langit adalah sebagaimana berikut: "Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (Al Qur'an, 21:30) Kata "ratq" yang di sini diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan "Kami pisahkan antara keduanya" adalah terjemahan kata Arab "fataqa", dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari "ratq". Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini. Marilah kita kaji ayat ini kembali berdasarkan pengetahuan ini. Dalam ayat tersebut, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat "fatq". Keduanya lalu terpisah ("fataqa") satu sama lain. Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. Dengan kata lain, segala sesuatu, termasuk "langit dan bumi" yang saat itu belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan "ratq" ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk "fataqa" (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk. Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang sungguh menarik lagi, penemuanpenemuan ini belumlah terjadi sebelum abad ke-20.

2. MENGEMBANGNYA ALAM SEMESTA Dalam Al Qur'an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini: "Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47) Kata "langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al Qur'an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al Qur'an dikatakan bahwa alam semesta "mengalami perluasan atau mengembang". Dan inilah yang kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini. Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus "mengembang". Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang. Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus "mengembang". Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur'an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur'an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta. 3. LANGIT YANG MENGEMBALIKAN Ayat ke-11 dari Surat Ath Thaariq dalam Al Qur'an, mengacu pada fungsi "mengembalikan" yang dimiliki langit. "Demi langit yang mengandung hujan." (Al Qur'an, 86:11) Kata yang ditafsirkan sebagai "mengandung hujan" dalam terjemahan Al Qur'an ini juga bermakna

"mengirim kembali" atau "mengembalikan". Sebagaimana diketahui, atmosfir yang melingkupi bumi terdiri dari sejumlah lapisan. Setiap lapisan memiliki peran penting bagi kehidupan. Penelitian mengungkapkan bahwa lapisan-lapisan ini memiliki fungsi mengembalikan benda-benda atau sinar yang mereka terima ke ruang angkasa atau ke arah bawah, yakni ke bumi. Sekarang, marilah kita cermati sejumlah contoh fungsi "pengembalian" dari lapisan-lapisan yang mengelilingi bumi tersebut. Lapisan Troposfir, 13 hingga 15 km di atas permukaan bumi, memungkinkan uap air yang naik dari permukaan bumi menjadi terkumpul hingga jenuh dan turun kembali ke bumi sebagai hujan. Lapisan ozon, pada ketinggian 25 km, memantulkan radiasi berbahaya dan sinar ultraviolet yang datang dari ruang angkasa dan mengembalikan keduanya ke ruang angkasa. Ionosfir, memantulkan kembali pancaran gelombang radio dari bumi ke berbagai belahan bumi lainnya, persis seperti satelit komunikasi pasif, sehingga memungkinkan komunikasi tanpa kabel, pemancaran siaran radio dan televisi pada jarak yang cukup jauh. Lapisan magnet memantulkan kembali partikel-partikel radioaktif berbahaya yang dipancarkan Matahari dan bintang-bintang lainnya ke ruang angkasa sebelum sampai ke Bumi. Sifat lapisan-lapisan langit yang hanya dapat ditemukan secara ilmiah di masa kini tersebut, telah dinyatakan berabad-abad lalu dalam Al Qur'an. Ini sekali lagi membuktikan bahwa Al Qur'an adalah firman Allah. 4. RAHASIA BESI Besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas dalam Al Qur'an. Dalam Surat Al Hadiid, yang berarti "besi", kita diberitahu sebagai berikut: "Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia ...." (Al Qur'an, 57:25) Kata "anzalnaa" yang berarti "kami turunkan" khusus digunakan untuk besi dalam ayat ini, dapat diartikan secara kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi manfaat bagi manusia. Tapi ketika kita mempertimbangkan makna harfiah kata ini, yakni "secara bendawi diturunkan dari langit", kita akan menyadari bahwa ayat ini memiliki keajaiban ilmiah yang sangat penting.

Ini dikarenakan penemuan astronomi modern telah mengungkap bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar. Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang raksasa. Akan tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan besi secara mandiri. Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut "nova" atau "supernova". Akibat dari ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan mereka bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa. Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi melainkan kiriman dari bintangbintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan "diturunkan ke bumi", persis seperti dinyatakan dalam ayat tersebut: Jelaslah bahwa fakta ini tidak dapat diketahui secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Al Qur'an diturunkan. 5.LAPISAN-LAPISAN ATMOSFER Satu fakta tentang alam semesta sebagaimana dinyatakan dalam Al Quran adalah bahwa langit terdiri atas tujuh lapis. "Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (Al Qur'an, 2:29) "Kemudian Dia menuju langit, dan langit itu masih merupakan asap. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya." (Al Qur'an, 41:11-12) Kata "langit", yang kerap kali muncul di banyak ayat dalam Al Quran, digunakan untuk mengacu pada "langit" bumi dan juga keseluruhan alam semesta. Dengan makna kata seperti ini, terlihat bahwa langit bumi atau atmosfer terdiri dari tujuh lapisan. Saat ini benar-benar diketahui bahwa atmosfir bumi terdiri atas lapisan-lapisan yang berbeda yang saling bertumpukan. Lebih dari itu, persis sebagaimana dinyatakan dalam Al Quran, atmosfer terdiri atas tujuh lapisan. Dalam sumber ilmiah, hal tersebut diuraikan sebagai berikut: Para ilmuwan menemukan bahwa atmosfer terdiri diri beberapa lapisan. Lapisan-lapisan tersebut berbeda dalam ciri-ciri fisik, seperti tekanan dan jenis gasnya. Lapisan atmosfer yang terdekat dengan

bumi disebut TROPOSFER. Ia membentuk sekitar 90% dari keseluruhan massa atmosfer. Lapisan di atas troposfer disebut STRATOSFER. LAPISAN OZON adalah bagian dari stratosfer di mana terjadi penyerapan sinar ultraviolet. Lapisan di atas stratosfer disebut MESOSFER. . TERMOSFER berada di atas mesosfer. Gas-gas terionisasi membentuk suatu lapisan dalam termosfer yang disebut IONOSFER. Bagian terluar atmosfer bumi membentang dari sekitar 480 km hingga 960 km. Bagian ini dinamakan EKSOSFER. . (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 319-322) Jika kita hitung jumlah lapisan yang dinyatakan dalam sumber ilmiah tersebut, kita ketahui bahwa atmosfer tepat terdiri atas tujuh lapis, seperti dinyatakan dalam ayat tersebut. 1. Troposfer 2. Stratosfer 3. Ozonosfer 4. Mesosfer 5. Termosfer 6. Ionosfer 7. Eksosfer Keajaiban penting lain dalam hal ini disebutkan dalam surat Fushshilat ayat ke-12, " Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya." Dengan kata lain, Allah dalam ayat ini menyatakan bahwa Dia memberikan kepada setiap langit tugas atau fungsinya masing-masing. Sebagaimana dapat dipahami, tiap-tiap lapisan atmosfir ini memiliki fungsi penting yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia dan seluruh makhluk hidup lain di Bumi. Setiap lapisan memiliki fungsi khusus, dari pembentukan hujan hingga perlindungan terhadap radiasi sinar-sinar berbahaya; dari pemantulan gelombang radio hingga perlindungan terhadap dampak meteor yang berbahaya. Salah satu fungsi ini, misalnya, dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut: Atmosfir bumi memiliki 7 lapisan. Lapisan terendah dinamakan troposfir. Hujan, salju, dan angin hanya terjadi pada troposfir. (http://muttley.ucdavis.edu/Book/Atmosph ... rs-01.html)

Adalah sebuah keajaiban besar bahwa fakta-fakta ini, yang tak mungkin ditemukan tanpa teknologi canggih abad ke-20, secara jelas dinyatakan oleh Al Quran 1.400 tahun yang lalu. 6.FUNGSI GUNUNG Al Quran mengarahkan perhatian kita pada fungsi geologis penting dari gunung. "Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka..." (Al Qur'an, 21:31) Sebagaimana terlihat, dinyatakan dalam ayat tersebut bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi. Kenyataan ini tidaklah diketahui oleh siapapun di masa ketika Al Quran diturunkan. Nyatanya, hal ini baru saja terungkap sebagai hasil penemuan geologi modern. Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari lempenganlempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi. Dalam tulisan ilmiah, struktur gunung digambarkan sebagai berikut: Pada bagian benua yang lebih tebal, seperti pada jajaran pegunungan, kerak bumi akan terbenam lebih dalam ke dalam lapisan magma. (General Science, Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 305) Dalam sebuah ayat, peran gunung seperti ini diungkapkan melalui sebuah perumpamaan sebagai "pasak": "Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak?" (Al Qur'an, 78:6-7) Dengan kata lain, gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan

cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu tetap menyatu. Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam tulisan ilmiah dengan istilah "isostasi". Isostasi bermakna sebagai berikut: Isostasi: kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi. (Webster's New Twentieth Century Dictionary, 2. edition "Isostasy", New York, s. 975) Peran penting gunung yang ditemukan oleh ilmu geologi modern dan penelitian gempa, telah dinyatakan dalam Al Quran berabad-abad lampau sebagai suatu bukti Hikmah Maha Agung dalam ciptaan Allah. "Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka..." (Al Qur'an, 21:31) 7.ANGIN YANG MENGAWINKAN Dalam sebuah ayat Al Quran disebutkan sifat angin yang mengawinkan dan terbentuknya hujan karenanya. "Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari langit lalu Kami beri minum kamu dengan air itu dan sekali kali bukanlah kamu yang menyimpannya." (Al Qur'an, 15:22) Dalam ayat ini ditekankan bahwa fase pertama dalam pembentukan hujan adalah angin. Hingga awal abad ke 20, satu-satunya hubungan antara angin dan hujan yang diketahui hanyalah bahwa angin yang menggerakkan awan. Namun penemuan ilmu meteorologi modern telah menunjukkan peran "mengawinkan" dari angin dalam pembentukan hujan. Fungsi mengawinkan dari angin ini terjadi sebagaimana berikut: Di atas permukaan laut dan samudera, gelembung udara yang tak terhitung jumlahnya terbentuk akibat pembentukan buih. Pada saat gelembung-gelembung ini pecah, ribuan partikel kecil dengan diameter seperseratus milimeter, terlempar ke udara. Partikel-partikel ini, yang dikenal sebagai aerosol, bercampur dengan debu daratan yang terbawa oleh angin dan selanjutnya terbawa ke lapisan atas atmosfer. . Partikel-partikel ini dibawa naik lebih tinggi ke atas oleh angin dan bertemu dengan uap air

di sana. Uap air mengembun di sekitar partikel-partikel ini dan berubah menjadi butiran-butiran air. Butiran-butiran air ini mula-mula berkumpul dan membentuk awan dan kemudian jatuh ke Bumi dalam bentuk hujan. Sebagaimana terlihat, angin mengawinkan uap air yang melayang di udara dengan partikel-partikel yang di bawanya dari laut dan akhirnya membantu pembentukan awan hujan. Apabila angin tidak memiliki sifat ini, butiran-butiran air di atmosfer bagian atas tidak akan pernah terbentuk dan hujanpun tidak akan pernah terjadi. Hal terpenting di sini adalah bahwa peran utama dari angin dalam pembentukan hujan telah dinyatakan berabad-abad yang lalu dalam sebuah ayat Al Quran, pada saat orang hanya mengetahui sedikit saja tentang fenomena alam. 8.LAUTAN YANG TIDAK BERCAMPUR SATU SAMA LAIN Salah satu di antara sekian sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan adalah berkaitan dengan ayat Al Quran sebagai berikut: "Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing." (Al Qur'an, 55:19-20) Sifat lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak bercampur satu sama lain ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Dikarenakan gaya fisika yang dinamakan "tegangan permukaan", air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka. (Davis, Richard A., Jr. 1972, Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing, s. 92-93.) Sisi menarik dari hal ini adalah bahwa pada masa ketika manusia tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai fisika, tegangan permukaan, ataupun ilmu kelautan, hal ini dinyatakan dalam Al Quran 9.KEGELAPAN DAN GELOMBANG DI DASAR LAUT "Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun." (Al Qur'an, 24:40)

Keadaan umum tentang lautan yang dalam dijelaskan dalam buku berjudul Oceans: Kegelapan dalam lautan dan samudra yang dalam dijumpai pada kedalaman 200 meter atau lebih. Pada kedalaman ini, hampir tidak dijumpai cahaya. Di bawah kedalaman 1000 meter, tidak terdapat cahaya sama sekali. (Elder, Danny; and John Pernetta, 1991, Oceans, London, Mitchell Beazley Publishers, s. 27) Kini, kita telah mengetahui tentang keadaan umum lautan tersebut, ciri-ciri makhluk hidup yang ada di dalamnya, kadar garamnya, serta jumlah air, luas permukaan dan kedalamannya. Kapal selam dan perangkat khusus yang dikembangkan menggunakan teknologi modern, memungkinkan para ilmuwan untuk mendapatkan informasi ini. Manusia tak mampu menyelam pada kedalaman di bawah 40 meter tanpa bantuan peralatan khusus. Mereka tak mampu bertahan hidup di bagian samudra yang dalam nan gelap, seperti pada kedalaman 200 meter. Karena alasan inilah, para ilmuwan hanya baru-baru ini saja mampu menemukan informasi sangat rinci tersebut tentang kelautan. Namun, pernyataan "gelap gulita di lautan yang dalam" digunakan dalam surat An Nuur 1400 tahun lalu. Ini sudah pasti salah satu keajaiban Al Quran, sebab infomasi ini dinyatakan di saat belum ada perangkat yang memungkinkan manusia untuk menyelam di kedalaman samudra. Selain itu, pernyataan di ayat ke-40 surat An Nuur "Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan" mengarahkan perhatian kita pada satu keajaiban Al Quran yang lain. Para ilmuwan baru-baru ini menemukan keberadaan gelombang di dasar lautan, yang "terjadi pada pertemuan antara lapisan-lapisan air laut yang memiliki kerapatan atau massa jenis yang berbeda." Gelombang yang dinamakan gelombang internal ini meliputi wilayah perairan di kedalaman lautan dan samudra dikarenakan pada kedalaman ini air laut memiliki massa jenis lebih tinggi dibanding lapisan air di atasnya. Gelombang internal memiliki sifat seperti gelombang permukaan. Gelombang ini dapat pecah, persis sebagaimana gelombang permukaan. Gelombang internal tidak dapat dilihat oleh mata manusia, tapi keberadaannya dapat dikenali dengan mempelajari suhu atau perubahan kadar garam di tempat-tempat tertentu. (Gross, M. Grant; 1993, Oceanography, a View of Earth, 6. edition, Englewood Cliffs, Prentice-Hall Inc., s. 205) Pernyataan-pernyataan dalam Al Qur'an benar-benar bersesuaian dengan penjelasan di atas. Tanpa adanya penelitian, seseorang hanya mampu melihat gelombang di permukaan laut. Mustahil seseorang mampu mengamati keberadaan gelombang internal di dasar laut. Akan tetapi, dalam surat An Nuur,

Allah mengarahkan perhatian kita pada jenis gelombang yang terdapat di kedalaman samudra. Sungguh, fakta yang baru saja diketemukan para ilmuwan ini memperlihatkan sekali lagi bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah. 10.KADAR HUJAN Fakta lain yang diberikan dalam Al Quran mengenai hujan adalah bahwa hujan diturunkan ke bumi dalam kadar tertentu. Hal ini disebutkan dalam Surat Az Zukhruf sebagai berikut; "Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur)." (Al Qur'an, 43:11) Kadar dalam hujan ini pun sekali lagi telah ditemukan melalui penelitian modern. Diperkirakan dalam satu detik, sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini menghasilkan 513 trilyun ton air per tahun. Angka ini ternyata sama dengan jumlah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu tahun. Hal ini berarti air senantiasa berputar dalam suatu siklus yang seimbang menurut "ukuran atau kadar" tertentu. Kehidupan di bumi bergantung pada siklus air ini. Bahkan sekalipun manusia menggunakan semua teknologi yang ada di dunia ini, mereka tidak akan mampu membuat siklus seperti ini. Bahkan satu penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi. Namun, hal ini tidak pernah terjadi dan hujan senantiasa turun setiap tahun dalam jumlah yang benar-benar sama seperti dinyatakan dalam Al Quran. 11.PERGERAKAN GUNUNG Dalam sebuah ayat, kita diberitahu bahwa gunung-gunung tidaklah diam sebagaimana yang tampak, akan tetapi mereka terus-menerus bergerak. "Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al Qur'an, 27:88) Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.

Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan. Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil. Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi. Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut: Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30) Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah "continental drift" atau "gerakan mengapung dari benua" untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13) Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Quran bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Quran. 12.PEMBUNGKUSAN TULANG OLEH OTOT

Sisi penting lain tentang informasi yang disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur'an adalah tahap-tahap pembentukan manusia dalam rahim ibu. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini. "Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik" (Al Qur'an, 23:14) Embriologi adalah cabang ilmu yang mempelajari perkembangan embrio dalam rahim ibu. Hingga akhirakhir ini, para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al Qur'an adalah benar kata demi katanya. Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini. Peristiwa ini digambarkan dalam sebuah terbitan ilmiah dengan kalimat berikut: Dalam minggu ketujuh, rangka mulai tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai bentuknya yang kita kenal.Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan, otot-otot menempati posisinya di sekeliling bentukan tulang. (Moore, Developing Human, 6. edition,1998.) Singkatnya, tahap-tahap pembentukan manusia sebagaimana digambarkan dalam Al Qur'an, benarbenar sesuai dengan penemuan embriologi modern. 13.TIGA TAHAPAN BAYI DALAM RAHIM Dalam Al Qur'an dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam rahim ibunya.

"... Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?" (Al Qur'an, 39:6) Sebagaimana yang akan dipahami, dalam ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi modern telah mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga tempat yang berbeda dalam rahim ibu. Sekarang, di semua buku pelajaran embriologi yang dipakai di berbagai fakultas kedokteran, hal ini dijadikan sebagai pengetahuan dasar. Misalnya, dalam buku Basic Human Embryology, sebuah buku referensi utama dalam bidang embriologi, fakta ini diuraikan sebagai berikut: "Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan: pre-embrionik; dua setengah minggu pertama, embrionik; sampai akhir minggu ke delapan, dan janin; dari minggu ke delapan sampai kelahiran." (Williams P., Basic Human Embryology, 3. edition, 1984, s. 64.) Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan seorang bayi. Ringkasnya, ciri-ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagaimana berikut: - Tahap Pre-embrionik Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan terbentuklah segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan. - Tahap Embrionik Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut sebagai "embrio". Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan- lapisan sel tersebut. - Tahap fetus Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai "fetus". Tahap ini dimulai sejak kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, kesemua organnya telah nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran.

Informasi mengenai perkembangan yang terjadi dalam rahim ibu, baru didapatkan setelah serangkaian pengamatan dengan menggunakan peralatan modern. Namun sebagaimana sejumlah fakta ilmiah lainnya, informasi-informasi ini disampaikan dalam ayat-ayat Al Qur'an dengan cara yang ajaib. Fakta bahwa informasi yang sedemikian rinci dan akurat diberikan dalam Al Qur'an pada saat orang memiliki sedikit sekali informasi di bidang kedokteran, merupakan bukti nyata bahwa Al Qur'an bukanlah ucapan manusia tetapi Firman Allah. 14.KEMENANGAN BIZANTIUM Penggalan berita lain yang disampaikan Al Qur'an tentang peristiwa masa depan ditemukan dalam ayat pertama Surat Ar Ruum, yang merujuk pada Kekaisaran Bizantium, wilayah timur Kekaisaran Romawi. Dalam ayat-ayat ini, disebutkan bahwa Kekaisaran Bizantium telah mengalami kekalahan besar, tetapi akan segera memperoleh kemenangan. "Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang)." (Al Qur'an, 30:1-4) Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali. Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.) Pendek kata, setiap orang menyangka Kekaisaran Bizantium akan runtuh. Tetapi tepat di saat seperti itu, ayat pertama Surat Ar Ruum diturunkan dan mengumumkan bahwa Bizantium akan mendapatkan kemenangan dalam beberapa+tahun lagi. Kemenangan ini tampak sedemikian mustahil sehingga kaum musyrikin Arab menjadikan ayat ini sebagai bahan cemoohan. Mereka berkeyakinan bahwa kemenangan yang diberitakan Al Qur'an takkan pernah menjadi kenyataan. Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama Surat Ar Ruum tersebut, pada Desember 627

Masehi, perang penentu antara Kekaisaran Bizantium dan Persia terjadi di Nineveh. Dan kali ini, pasukan Bizantium secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia. Beberapa bulan kemudian, bangsa Persia harus membuat perjanjian dengan Bizantium, yang mewajibkan mereka untuk mengembalikan wilayah yang mereka ambil dari Bizantium. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.) Akhirnya, "kemenangan bangsa Romawi" yang diumumkan oleh Allah dalam Al Qur'an, secara ajaib menjadi kenyataan. Keajaiban lain yang diungkapkan dalam ayat ini adalah pengumuman tentang fakta geografis yang tak dapat ditemukan oleh seorangpun di masa itu. Dalam ayat ketiga Surat Ar Ruum, diberitakan bahwa Romawi telah dikalahkan di daerah paling rendah di bumi ini. Ungkapan "Adnal Ardli" dalam bahasa Arab, diartikan sebagai "tempat yang dekat" dalam banyak terjemahan. Namun ini bukanlah makna harfiah dari kalimat tersebut, tetapi lebih berupa penafsiran atasnya. Kata "Adna" dalam bahasa Arab diambil dari kata "Dani", yang berarti "rendah" dan "Ardl" yang berarti "bumi". Karena itu, ungkapan "Adnal Ardli" berarti "tempat paling rendah di bumi". Yang paling menarik, tahap-tahap penting dalam peperangan antara Kekaisaran Bizantium dan Persia, ketika Bizantium dikalahkan dan kehilangan Jerusalem, benar-benar terjadi di titik paling rendah di bumi. Wilayah yang dimaksudkan ini adalah cekungan Laut Mati, yang terletak di titik pertemuan wilayah yang dimiliki oleh Syria, Palestina, dan Jordania. "Laut Mati", terletak 395 meter di bawah permukaan laut, adalah daerah paling rendah di bumi. Ini berarti bahwa Bizantium dikalahkan di bagian paling rendah di bumi, persis seperti dikemukakan dalam ayat ini. Hal paling menarik dalam fakta ini adalah bahwa ketinggian Laut Mati hanya mampu diukur dengan teknik pengukuran modern. Sebelumnya, mustahil bagi siapapun untuk mengetahui bahwasannya ini adalah wilayah terendah di permukaan bumi. Namun, dalam Al Qur'an, daerah ini dinyatakan sebagai titik paling rendah di atas bumi. Demikianlah, ini memberikan bukti lagi bahwa Al Qur'an adalah wahyu Ilahi.setyoutomo Acuh Tak Acuh

Posts: 5 Joined: Tue Nov 17, 2009 9:22 pm