Transcript
Page 1: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

i

EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN

KLABANG KABUPATEN BONDOWOSO

TAHUN 1965-2018

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:

Romeo Holida Fasah

NIM 140210302033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2018

Page 2: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

i

PROPOSAL SKRIPSI

EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN

KLABANG KABUPATEN BONDOWOSO

TAHUN 1965-2018

Oleh:

Romeo Holida Fasah

NIM 140210302033

Pembimbing

Dosen pembimbing utama : Drs. Sumarjono, M. Si.

Dosen pembimbing anggota : Prof. Dr. Bambang Soepeno, M. Pd.

Page 3: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii

BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

1.1Latar Belakang Masalah ............................................................................................. 1

1.2 Penegasan Pengertian Judul ..................................................................................... 5

1.3 Ruang Lingkup Masalah ............................................................................................ 7

1.4 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 7

1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 8

1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................................... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 9

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................... 14

3.1 Prosedur Penelitian ................................................................................................. 14

3.1.1 Pemilihan Topik ................................................................................................ 14

3.1.2 Pengumpulan Sumber (Heuristik) .................................................................... 15

3.1.3 Verifikasi (Kritik Sumber) ................................................................................. 16

3.1.4 Interpretasi....................................................................................................... 17

3.1.5 Penulisan (Historiografi) .................................................................................. 17

3.2 Sumber Sejarah ....................................................................................................... 17

BAB 4. Desa Blimbing

4.1 Kondisi Desa Blimbing

4.1.1 Jumlah penduduk

4.1.2 Pendidikan

4.1.3 Pekerjaan

4.1.4 Agama

4.2 Sejarah Bersih Desa Blimbing

BAB 5. Proses Perubahan Unsur-Unsur dalam Rangkaian Kegiatan Bersih

Desa Blimbing

5.1 Unsur-Unsur Kegiatan Bersih Desa

5.1.1 Prosesi Selamatan

Page 4: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

iii

5.1.2 Perlengkapan Selamatan atau Sesajen

5.1.3 Pertunjukan Tradisional

5.2 Makna Religi dan Sosial

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 20

LAMPIRAN ........................................................................................................................ 22

Page 5: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bondowoso merupakan daerah yang memiliki keunikan berupa kebiasaan

kuno yang tetap ada dalam zaman modern. Kebiasaan tersebut merupakan warisan

para leluhur masyarakat Bondowoso menjadi penghubung kehidupan masa

lampau dan sekarang, yang memiliki pedoman hidup untuk generasi penerusnya.

Kebiasaan tersebut misalnya: selamatan untuk desa, selamatan kematian,

selamatan kelahiran, dan lain sebagainya. Kebiasaan-kebiasaan tersebut menjadi

warna bagi masyarakat Bondowoso.

Bondowoso memiliki struktur masyarakatnya beragam antara lain suku

Madura, Jawa, Arab, dan China. Keberagaman menjadikan kabupaten Bondowoso

memilki aneka ragam adat budaya. Kebudayaan merupakan pikiran, karya dan

hasil karya manusia untuk memenuhi hasrat keindahannya (Koentjaraningrat,

2015:1), misalnya ritual bersih desa tetap rutin dilakukan di desa-desa Bondowoso

masih memegang adat leluhurnya.

Bersih desa masih sangat lekat di masing-masing desa Bondowoso,

diantaranya: desa Alas Sumur Kecamatan Pujer, desa Blimbing Kecamatan

Klabang, dan desa Ramban Kulon Kecamatan Cerme. Tiga desa tersebut masih

tetap rutin melakukan selamatan bersih desa, dari desa yang disebutkan semuanya

masing-masing memilki keunikan dalam pelaksanaannya. Desa Alas Sumur

menampilkan gunungan buah dan dance, desa Blimbing dengan prosesi selamatan

dan sesajen disertai pertunjukkan tradisional, dan desa Ramban Kulon arak-arakan

makanan dan selamatan. Pelaksaan bersih desa di masing-masing desa tersebut

tidak terlepas dari peranan tokoh, desa Blimbing tidak lepas dari seorang tokoh

yang bernama Juk Seng.

Juk Seng merupakan tokoh yang membabat hutan yang menjadi cikal

bakal desa Blimbing, Juk Seng berasal dari keluarga bangsawan dari Blambangan

Banyuwangi yang suka mengembara. Dalam pengembaraannya ke arah barat,

secara tidak sengaja memasuki hutan buah belimbing. Kedatangan Juk Seng ke

Page 6: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

2

hutan belantara menarik perhatian seorang tokoh di wilayah hutan tersebut, yakni

Jasiman. Sudah merupakan kebiasaan dalam masyarakat tradisional, seseorang

yang dipandang tokoh mesti diuji dengan berbagai tantangan dan adu kesaktian

(Pusaka Jawatimuran, http://jawatimuran.net/2013/06/12/singo-ulung-tradisi-

kabupaten-Bondowoso/).

Adu kesaktian Juk Seng dengan Jasiman dimenangkan oleh Juk Seng dan

menjadikan Juk Seng sebagai kepala desa Blimbing. Keadaan desa kurang subur

membuat Juk Seng bertapa untuk mendapatkan wangsit agar desa Blimbing

menjadi subur, dalam pertapaan Juk Seng diperintahkan untuk mengadakan

pertarungan hingga menumpahkan darah kebumi agar hujan sehingga tanah yang

kering menjadi subur (sutikno, wawancara 19 maret 2018). Menurut Peursen

(1976:18) tahap tersebut merupakan tahap mistis, dimana sikap manusia merasa

dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib sekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-

dewa alam raya atau kesuburan. Keadaan tersebut yang kemudian memberikan

pandangan bahwa dengan manusia itu hanya perlu menanggapi gejala-gejala yang

terjadi disekitar dengan perilaku mereka yaitu dengan bertarung menumpahkan

darah. Pertarungan tersebut dikenal dengan nama ojhung didesa Blimbing, ojhung

merupakan cikal bakal bagian dalam bersih desa didesa tersebut.

Sepeninggalan Juk Seng ritual bersih desa Blimbing dilakukan secara

kontinue dari tahun-ketahun pada tanggal 14 dan 15 bulan Syakban atau 15 hari

sebelum menjelang puasa Ramadhan, adapun urutan dari awal sampai akhir

selama dua hari. Hari pertama merupakan pra persiapan pada tanggal 13 dengan

pemotongan sapi dan pengumpulan bahan-bahan untuk dimasak, bahan tersebut

disebut sasoklan, hari kedua tanggal 14 merupakan awal bersih desa meliputi;

memasak semua bahan dan dilanjutkan selamatan sanggar, selamatan asta Juk

Seng (makam), selamatan tanian (halaman rumah) dirumah kepala desa dan

dilanjutkan ke rumah warga, dan pengajian, dan hari terakhir tanggal 15

merupakan puncak dari bersih desa yang diawali dengan selamatan naggar olbek,

selamatan tanian, dan permain rakyat (suktino, wawancara tanggal 19 maret

2018). Menurut Ahadrian (2015:2) selamatan atau upacara merupakan perilaku

masyarakat yang menunjukkan kesadaran akan masa lalunya.

Page 7: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

3

Bersih desa yang dilakukan tiap tahunnya tidak hanya selamatan dan lain

sebagainya, tapi ada perlengkapan ritual yang cukup meriah didalamnya.

Misalnya beragam makanan seperti; rasol (nasi dalam piring yang diatasnya

diletakan telur rebus), nasi kuning, nasi tumpeng, nasi lemma’ (dimasak dengan

santan), nasi bakol (nasi bungkus), beras kuning, ghandik (kue dari ketan dengan

lima warna: putih, hitam, merah, kuning dan hijau) dan lain sebagainya

(Juniawan, 2016:60-61). Dari berbagai makanan yang dipaparkan dalam tradisi

tersebut tampak jelas bahwa makanan-makan tersebut bersifat khusus. Menurut

Nawiyanto, dkk (2011:30) kekhususan ini tampak dalam pengkaitan makanan dan

bahan pangan dengan berbagai aspek simbolis dan ritual maupun terapeutis dalam

rangka pencegahan serta pengobatan terhadap berbagai macam penyakit dalam

kehidupan masyarakat Jawa. Salah satunya contoh dari makanan yang dapat

mengobati yaitu pengolahan beras dengan kunyit maka diapatlah beras dengan

warna kuning, maka disebutlah nasi kuning yang dapat dipercaya sebagai

penangkal dan pengahalang ancaman yang bersifat gaib (Wibowo dan Suhatno,

dkk., dalam Nawiyanto, dkk., 2016:34). Makanan tersebut menurut Danandjaja

(1984:22) merupakan folklor bukan lisan dalam bentuk material. Mengapa

demikian karena ada bentuk nyata dan wujudnya yang dapat diliat dan dirasa.

Selain selamatan dan sesajen yang dianggap sakral, dalam

perkembangannya bersih desa di desa Blimbing mengalami pengembangan. Lebih

tepatnya di sesuaikan dengan jiwa jamannya, hal tersebut dianggap lumrah salah

satunya terdapat pengembangan dari bahan, bentuk, ataupun warna dari

sesajennya. Tujuannya dengan alasan efisien, misalnya pembungkus ataupun takir

awalnya dari daun pisang diganti bahan plastik. Hal lainpun juga terjadi misalnya

dihari ketiga atau terakhir tanggal 15 bersih desa diadakan hiburan ala modern

saat malam hari. Pada tahap ini disebut tahap ontologis manusia sudah merasa

tidak hidup lagi dalam kepungan kekuasaan mistis (Peursen, 1976:18), sehingga

menimbulkan dalam diri manusia pertanyaan “apakah perlu”, “penting”, “apa

iya”, dan lain sebagainya yang bertujuan mencampurkan adukkan dengan unsur

modern. Tahap ini peranan logika mulai cukup besar dalam bergerakan manusia.

Page 8: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

4

Perubahan tersebut dianggap wajar dan semua masyarakat di desa Blimbing

menerima dengan senang hati.

Perubahan atau penambahan unsur modern dalam bersih desa Blimbing

dianggap wajar dan tidak dianggap membuang kebiasaan leluhurnya, Berjalannya

waktu pikiran logis tersebut memberikan pemahaman lebih mendalam sejati

manusia itu memang ada hubungan dengan kekuatan luar dan dari keduanya

saling terjadi kontak atau hubungan yang saling mendekat, tahap ini disebut tahap

fungsionil (Peursen, 1976:18). Manusia dalam tahap ini tidak merasa hanya

memiliki manfaat magis saja dari ritual bersih desa didesa Blimbing, melainkan

dalam kejadian tersebut mangajarkan semangat gotong royong, gotong royong

menurut Koentjaraningrat (2015:67) pengerahan tenaga tanpa bayaran untuk

proyek yang bermanfaat untuk umum atau yang berguna untuk pererintah.

Bersih desa didesa Blimbing dapat di golongkan folklor, karena

masyarakat disana mempercayai ada manfaat magis yang didapat baik secara

langsung maupun tidak langsung, dalam Danandjaja (1984:22) keadaan tersebut

digolongkan dalam folklor sebagaian lisan, folklor tersebut merupakan campuran

unsur lisan dan unsur bukan lisan dalam wujud nyatanya adalah kepercayaan

rakyat dengan bentuk selamatan. Hubungan erat kaitannya ritual bersih desa dan

masyarakat di desa Blimbing sangat unik dan menjadi kebudayaan desa Blimbing.

Kebudayaan adalah seluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia

dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan

belajar (Koentjaraningrat, 1990:180).

Mengkaji kebudayaan dalam bersih desa Blimbing terdapat tiga wujud

nyata yaitu menurut Koentjaraningrat (1990:186-187) wujud kebudayaan ide

suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan

sebagainya dapat dilihat pola pikir masyarkat desa Blimbing untuk menolak mara

bahaya atau keselamatan (keberkahan). Sebagai aktivitas yaitu suatu kompleks

aktivitas tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat yaitu dengan

melakukan ritual bersih desa itu sendiri dan berupa benda-benda merupakan hasil

karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

makanan dan lain sebagainya. Jelas bahwasannya, kebudayaan bukan sekumpulan

Page 9: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

5

hal yang tidak terpisah-pisah satu sama lainnya. Melainkan kebudayaan

merupakan satu kesatuan dari banyak hal, termasuk sistem masyarkat

(terintegrasi) (Meinarno, 2011:93). Tiga wujud nyata tersebut terdapat dalam

kolektif masyarkat desa Blimbing yang dapat memberikan keberkahan, dengan

melakukan sekumpulan selamatan dan sesajen agar dapat terkabul.

Berdasarkan latar belakang sebelumnya kegiatan ritual bersih desa dalam

pergantian generasi mulai memudar, salah satunya tidak semua desa di kabupaten

Bondowoso melakukan ritual tersebut. Tetapi kegiatan bersih desa di Kecamatan

Klabang tepatnya desa Blimbing masih memelihara warisan nenek moyangnya

dan tetap eksis tiap tahunnya, alasannya bersih desa Blimbing dianggap sakral dan

dipercaya akan mendapatkan petaka bila tidak dilakukan. Selain itu dalam

pelaksaan bersih desa juga dapat dijadikan suatu momen untuk berkumpul dengan

sanak keluarga, sebagai ajang menampilkan kekuatan magis, sebagai sarana yang

paling tepat untuk menampilkan kesenian yang bersifat menghibur. Oleh

karenanya peneliti mengkaji tradisi bersih desa yang didalamnya menghidangkan

berbagai sesajen sebagai perlengkapan ritual, selamatan dan pertunjukan. Semua

rangkain tersebut merupakan satu kesatuan yang memilki makna simbolis yang

unik dan menjadi ciri khas desa Blimbing.

1.2 Penegasan Pengertian Judul

Penegasan judul dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya

persepsi yang berbeda dalam pemahaman judul penelitian ini. Oleh karena itu,

perlu adanya penguraian secara rinci dan sistematis berkaitan dengan penegasan

pengertian judul penelitian ini, yaitu “Eksistensi Bersih Desa Blimbing

Kecamatan Klabang Kabupaten Bondowoso Tahun 1965-2018”.

Eksistensi menurut bahasa latin existere yang artinya muncul, ada, timbul,

memiliki keberadaan (https://id.wikipedia.org/wiki/Eksistensi). Lebih jelas lagi

eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan

mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduruan, tergantung pada

kemampuan individu dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya (Abidin,

2007:16). Merujuk pengertian tersebut peneliti akan mengkaji perubahan dan

Page 10: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

6

perkembanganya serta keberadaan unsur-unsur bersih desa Blimbing antara lain

rangkaian selamatan, perlengkapan sesajen dan pertunjukkannya.

Bersih desa adalah selamatan atau upacara masyarkat adat Jawa yang

memberikan sesaji pada dayang desa (https://id.wikipedia.org/wiki/Bersih_Des).

Sesaji bisa didapatkan dari anggota masyarakat desa lalu dibacakan doa-doa untuk

bentuk rasa syukur dan meminta keselamatan hidup (berkah) melalui perantara

dayang, dayang desa adalah roh-roh yang menjaga desa. dapat di tarik kesimpulan

bersih desa adalah suatu selamatan dengan tujuan untuk memperoleh keselamatan.

Desa Blimbing merupakan desa bagian dari Kecamatan Klabang

kabupaten Bondowoso. Desa Blimbing merupakan desa yang bermayoritas

penduduk Madura dan beragama islam. Desa Blimbing tiap tahunnya selalu

melaksanakan bersih desa dengan beberapa selamatan untuk rasa syukur dan

menghormati leluhur, tak asing juga perlengkapan sesajen didalamnya juga cukup

beragam, yang memilki nilai religi bagi masyarakat Blimbing dengan

mempercayai adanya manfaat keberkahan baik untuk alam, rejeki, kesehatan dan

lain sebagainya. Nilai sosial juga terdapat dalam bersih desa tersebut yaitu

semangat gotong royong sebagai anggota warga desa, sebagai sarana untuk

bersilatur rahmi dengan sanak saudara dan tetangga.

Alasan penelitian yang pertama merupakan alasan obyektif, kenapa

penelitian ini dilakukan karena bersih desa dirasa memiliki nilai positif bagi

masyarkat untuk memberikan ciri yang khas bagi suatu masyarkat (label). Selain

memiliki nilai sosial budaya, bersih desa memiliki nilai tambah contohnya sebagai

seni pertujukan yang dalam pelaksanaannya terdapat berbagai hiburan, nilai

edukatif juga ada dalam bersih desa tersebut.

Alasan kedua merupakan alasan secara subyektif yaitu kenapa alasan ini

dilakukan di desa Blimbing, dikarenakan desa Blimbing masih tetap

mempertahankan budaya mereka contonya upacara bersih desa yang tetap kental

dan dilaksanakan tiap tahunnya. Penelitian ini dilakukan untuk melengkapi wisata

sejarah, pertunujukan seni budaya, dan kuliner yang didesa Blimbing.

Page 11: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

7

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup masalah penelitian ini dimaksudkan untuk menghindari

penyimpangan urian dari permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti. Oleh

karena itu penelitian memberi batasan pembahasan yang akan penulis sajikan,

yaitu meliputi lingkup materi, spasial dan temporal.

Ruang lingkup materi dalam penelitian ini menitik beratkan pada

pembahasan yang berkaitan dengan eksistensi bersih desa Blimbing Kecamatan

Klabang kabupaten Bondowoso tahun 1965-2018, materi yang dimaksut adalah

keberadaan bersih desa yang dilakukan secara kontinue di desa Blimbing dengan

serangkaian selamatan, perlengkapan selamatan dan hiburan atau pertunjukkan.

Lingkup spasial atau tempat yang dikaji dalam penelitian ini adalah desa

Blimbing Kecamatan Klabang yang rutin melaksanakan bersih desa. Daerah

tersebut diharpakan memberikan informasi secara detail tentang informasi bersih

desa tersebut.

Lingkup temporal atau waktu dalam penelitian ini meliputi suatu ritual

atau acara selamatan yang dilakukan dalam masyarakat desa Blimbing. Ritual atau

selamatan ini dilakukan di lakukan tiap tahun dan menjadi acara rutin. Untuk

waktu secara spesifiknya dari tahun 1965-2018. Tahun 1965 merupakan tahun

acara bersih desa di rasa harus hati-hati agar tidak dianggap sebagai propaganda

peristiwa gerakan 30 September, pada tahun tersebut sesuatu yang berbau menarik

khalayak umum maka dianggap gerakan untuk menggerakkan masyarakat yang

mengancam keamanan dan tahun 2018 batas akhir penelitian yang diteliti.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan ruang lingkup sebelumnya, maka peneliti

mengeksistensi permasalahan yang akan dikaji di dalam skripsi ini diantaranya

sebagai berikut.

1) Bagaimana sejarah bersih desa Blimbing?

2) Bagaimana proses perubahan unsur-unsur dalam rangkain kegiatan bersih

desa Blimbing?

Page 12: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

8

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, ruang lingkup dan rumusan masalah

sebelumnya, maka tujuaan yang hendak dicapai dalam penelitian ini diantaranya

sebagai berikut.

1) Mengetahui dan mengkaji sejarah bersih desa Blimbing;

2) Mengetahui dan mengkaji proses perubahan unsur-unsur dalam rangkain

kegiatan bersih desa Blimbing;

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah.

1) Bagi peneliti, dapat mengamalkan ilmu yang didapat di Perguruan Tinggi

dengan melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Dharma

Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;

2) Bagi pemerintah, diharpakan penelitian ini dapat dijadikan refrensi dalam

mengembangkan kebudayaan kabupaten Bondowoso lebih lanjut;

3) Bagi akademisi, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan

dan pemahaman kajian sejarah, terutama mengenai keragaman

kebudayaan lokal disalah satu kota Indonesia.

Page 13: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pada tinjuan pustaka ini memaparkan penelitian-penelitian terdahulu

(review) yang memiliki kesamaan atau hubungan dengan pembahasan eksistensi

bersih desa Blimbing Kecamatan Klabang kabupaten Bondowoso tahun 1965-

2018. Penelitian-penelitian terdahulu (review) meliputi laporan penelitian,

penelitian yang telah dibukukan, skripsi, maupun tesis. Pada bab 2 ini memiliki

fungsi untuk mengulas atau meninjau bahan-bahan pustaka yang memilki

relevansi atau hampir sama terhadap pokok materi penelitian. Dalam mereview

akan dikemukan apa kesamaan, perbedaan atau kekuarangan para peneliti

terdahulu dan apa yang masih perlu diteliti. Tujuan dari tahapan tersebut untuk

membuktikan keaslian penelitian yang dilakukan.

Artikel dengan judul “Tinjaun Filsafat Kebudayaan Terhadap Upacara

Adat Bersih-Desa di Desa Tawun, Kecamatan Kasreman, Kebupaten Ngawi,

Jawa Timur” oleh Sherly Cathrin (2017). Dalam penelitian tersebut bersih desa

merupakan pembersihan sendhang kolam alam yang dianggap keramat. Selain itu

sebagai bentuk rasa syukur pada tuhan dan hormat pada Ki Ageng Matawun

sebagai pendiri desa Tawun, roh Ki Ageng dianggap masih ada dan menjaga desa

tersebut. Bersih desa terbagi menjadi tiga prosesi yaitu: nyadran (membersihkan

makam), kedhuk beji (membersihkan sendhang), dan tayuban (tari). Metode yang

digunakan merupakan hermeneutik filosofis. Perbedaan dengan penelitian yang

hendak di lakukan merupakan fokus peneliti pada selamatan dan makanan serta

pertunjukkan yang ada di bersih desa Blimbing yang menjadi rangkain wajib dan

merupakan penelitian sejarah sedangkan yang direview merupakan penelitian

psikologi, untuk persamaannya pada acara bersih desa.

Jurnal penelitian dengan judul “Tradisi Upacara Bersih Desa Situs

Patirhan Dewi Sri di Desa Simbatan Weta, Kecamatan Nguntroronadi,

Kabupaten Magetan (Kajian Tentang Kesejarahan dan Fungsi Upacara)” oleh

Agil Pujo Jatmiko (2016). Jurnal tersebut memaparkan bersih desa dilakukan di

situs patirhan Dewi Sri yang merupakan bangunan klasik dianggap penting,

Page 14: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

10

kenapa di banguan klasik tersebut karena masyarakat didesa tersebut bersyukur

melalui perantara Dewi Sri. Metode yang digunakan adalah metode kesejarahan.

Kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu bersih desa dan metode

sejarah, sedangkan perbedaanya terletak jurnal yang direview pada bangunan

klasik Dewi Sri sedangkan peneliti memfokuskan pada selamatan dan sesajen

serta pertunjukan yang menjadi rangkain satu kesatuan.

Jurnal penelitian dengan judul “Tayuban dan Tradisi Bersih Desa Di

Wonogiri (Studi Deskriptif Kualitatif pada Masyarakat Dusun Sambeng, Desa

Kepuhsari, Kecamatan Manyaran)” oleh Dara Marytisa, dkk (2015). Jurnal

tersebut menjelaskan tentang tayuban dan bersih desa di Wonogiri, tayuban

adalah sebuah tarian untuk sebagai bentuk terimaksih dan meminta keselamatan

setelah panen padi di desa tersebut. Dalam penelitian tersebut fokus yang dikaji

merupakan fungsi tayuban itu sendiri dalam bersih desa. Lebih jelasanya

fungsinya itu adalah sebagai solidaritas sosial desa tersebut, dengan wujud

solidaritas tersebut dalam tindakan-tindakan yang berbentuk bakti membersihkan

dusun, rewang, kenduri atau kondangan. Untuk yang tidak berpartisipasi maka

akan mendapatkan sanksi gunjingan dan teguruan masyarakat. Kesamaan jurnal

tersebut dengan peneltian yang hendak dilakukan sama-sama meneliti tentang

bersih desa, tapi fokus yang hendak dilakukan oleh peneliti fokus pada sesajen,

selamatan dan pertunjukkan dalam bersih desa Blimbing. Untuk penelitian yang

direview fokus pada tayuban atau kesenian tarinya.

Skripsi dengan judul “Partisipasi Masyrakat dalam Tradisi Bersih Desa

(Studi Kasus di Kampung Bibis Kulon, Kelurahan Gilingan, Kecamatan

Banjarsari, Surakarta) oleh Resty Adhitia (2009). Skripsi tersebut menjelasakan

tentang tradisi bersih desa dengan tujuan agar kehidupan desa tersebut

berlangsung seimbang (ucapan terima kasih pada maha kuasa). Dalam acara

bersih desa tersebut pertunjukkan wayang yang wajib ada atau menjadi syarat

wajibnya. Sedangkan bentuk partisipasnya berupa material atau uang, keterlibatan

fisik dengan mengurus sumur yang dianggap keramat, keterlibatan emosional dan

keterlibatan mental. Kesamaan dengan peneliti yaitu fokus kajian yang sama

tentang bersih desa, perbedaannya skripsi tersebut terfokus pada partisipasi

Page 15: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

11

masyarakat Bibis Kulon dan merupakan kajian studi kasus, penelitian yang akan

dilakukan merupakan kajian sejarah dengan serangkaian unsur-unsur bersih desa

yang harus ada dan dilaksanakan di desa Blimbing.

Tesis dengan judul “Upacara Bersih Desa Tanjungsari di Dukuh Dlimas

Desa Dlimas Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten (Kajian Bentuk, Fungsi dan

Bentuk Makna Simbolik) oleh Teky Dwi Ana Sari (2006). Tesis tersebut

menjelaskan tentang pelaksaan bersih dari persiapan sampai pelaksaan cukup

meriah, selian itu juga memaparkan tentang fungsi bersih desa bagi desa

Tanjungsari, dalam ritual tersebut terdapat beberapa perlengkpan upacara yang

harus ada diantaranya sesaji yang memilki makna simbolik, sesaji tersebut: sega

wuduk beserta lalapan, ingkang, pisang, apem, kinang dan bunga-bungaan. Jadi

dalam bersih desa tersebut terdapat makanan yang disebut sesaji. Persamaan

dengan peneliti yaitu sama-sama dalam ritual bersih desa, perbedaanya peneliti

yang akan di lakukan dalam penelitian ini terfokus pada serangkain unsur bersih

desa sebagai bentuk kajian sejarah, sedangan yang direview sebagai kajian seni.

Berdasarkan uraian diatas maka posisi peneliti merupakan penelitian

terbarukan dan belum diteliti di kawasan Bondowoso khususnya di desa

Blimbing. Penelitian ini merupakan kajian sejarah dengan penelitian lapang dan

didukung sumber sekunder lainnya. Melihat laporan skripsi, tesis, jurnal

penelitian, laporan penelitian dan buku-buku dari review sebelumnya menjelaskan

tentang bersih desa yang memfokuskan beberapa aspek saja. Untuk penelitian

ditempat Blimbing sudah ada tapi dengan tema dan fokus yang berbeda misalnya

kesenian pertunjukannya. Untuk penelitian yang akan di lakukan merupakan

fokus pada bersih desa yang rutin dilaksanakan tiap tahun.

Kerangka pemikiran atau kerangka konseptual disusun oleh peneliti untuk

memberikan gambaran yang jelas atas permasalahan-permasalahan yang hendak

dikaji. Permasalahan yang telah dirumuskan untuk dikaji adalah tentang

pembahasan eksistensi bersih desa Blimbing Kecamatan Klabang kabupaten

Bondowoso tahun 1965-2018. Penelitian ini sebagai upaya memberikan informasi

pada khalayak umum tentang bersih desa Blimbing yang tetap eksis. Bersih desa

yang dilakukan memiliki nilai religi dan sosial, bahkan nilai edukatif juga ada di

Page 16: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

12

bersih desa tersebut. Lebih-lebih nilai agama juga tidak luput dari simbolik makan

makanan yang menjadi sesajen dan selamatan yang menjadi rangkain satu

kesatuan.

Dalam penelitian ini penulis mengunakan teori evolusi sosial universal,

berdasarkan teori tersebut masyarakat dipandang secara umum mengalami

perekembangan dengan lambat (berevolusi), dari tingkat yang rendah dan

sederhana, ke tingkat lebih tinggi dan kompleks (Koentjaraningrat, 1987:31).

Konsep teori tersebut mendukung hasil observasi lapang yang dilakukan di desa

Blimbing dalam ritual bersih desa, berdasarkan pembahasan bab pendahuluan

latar belakang unsur-unsur dalam bersih desa mengalami perubahan-perubahan

menyesuaikan perkembangan zaman. Model teori yang digunakan evolusi sosial

universal Herbert Spencer, dengan konsep pertama berasal perubahan kebudayaan

itu sendiri misalnya asal mula religi yang berfungsi memberikan pedoman

keselamatan, kedua perubahan lingkungan manusia misalnya perubahan

kepercayaan animisme dan dinamisme kepada dewa-dewa, dan ketiga adanya

pengaruh dari luar berupa temuan (inovasi) misalnya timbulnya masyarakat

industri karena ditemukannya alat-alat modern (Koentjaraningrat, 1987:35-37).

Tema penelitian yang dikaji saat ini adalah sejarah kebudayaan lokal.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tersebut menggunakan pendekatan

antropologi budaya. Pendekatan antropologi adalah mengungkapkan nilai-nilai

yang mendasari perilaku tokoh sejarah, status dan gaya hidup, sistem kepercayaan

yang mendasar pola hidup dan lain sebagainya (Kartodirdjo, 1993:4). Alasan

menggunakan pendekatan tersebut karena tema yang diteliti merupakan

masyarakat, masyarakat menghasilakan kebudayaan dari pola interaksi mereka.

Penting kiranya pendekatan di terapkan dalam penelitian ini karena pendekatan

memberikan gambaran kita tentang mengenai suatu peristiwa sangat tergantung

pada pendekatan, ialah dari segi mana memandangnya, dimensi mana yang

diperhatikan, unsur-unsur mana yang diungkapkan, dan lain sebagainya

(Kartodirdjo, 1993:4). Dalam pendekatan antropologi adapun teknik-teknik yang

digunakan diantaranya; teknik pemetaan dan sensus, serta keterampilan-

keterampilan wawancara dan pengamatan (Keesing,1999:6).

Page 17: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

13

Page 18: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

14

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Prosedur Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian sejarah dengan fokus penelitian

kebudayaan lokal yang mengkaji eksistensi bersih desa Blimbing Kecamatan

Klabang kabupaten Bondowoso tahun 1965-2018. Sehingga metode penelitian

yang digunakan adalah metode penelitian sejarah. Metode sejarah menitik

beratkan pada proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan

peninggalan masa lampau yang menarik untuk diteliti. Adapun langkah-langkah

metode sejarah yaitu; pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi,

interpretasi, dan penulisan (Kuntowijoyo, 2013:69).

3.1.1 Pemilihan Topik

Pemilihan topik merupakan tahap pertama yang dilakukan peneliti, tahap

tersebut merupakan menentukan arah penelitian yang hendak diteliti. Berdasarkan

latar belakang pendidikan peneliti, penelitian merujuk pada dua pilihan

diantaranya; pendidikan dan kesejarahan. Peneliti memilih kesejarahan untuk

diangkat dan ditulis. Adapun dasar pemilihan topik menurut Kuntowijoyo

(2013:70) pertama kedekatan emosional, kedua kedekatan intelektual, dan ketiga

rencana penelitian.

Pemilihan topik tentang sejarah kebudayaan lokal dilakukan karena dirasa

mampu dilakukan, karena tempat penelitian yang dilakukan di kabupaten

Bondowoso desa Blimbing dengan mayoritas masyarakat berbahasa Madura.

Bahasa tersebut merupakan bahasa sehari-hari peneliti dalam berkomunikasi

dalam lingkungannya, dengan bahasa tersebut maka peneliti tidak begitu kesulitan

mencari sumber lisan (primer) dilapang. Selain kedekatan emosional yang di

sebutkan sebelumnya adapun kedekatan intelektual mengapa peneliti menulis

topik tersebut. Peneliti melihat berbagai selamatan dan makanan dalam kegiatan

bersih desa, selamatan dan makanan itu terdapat sesuatu yang unik. Salah satunya

kenapa bentuk, warna, dan penamaanya unik. Maka peneliti mencoba melihat

Page 19: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

15

keunikan tersebut dimasyarakat yang memiliki arti tersediri. Setelah didapatkan

rumusan pemilihan topik maka dilakukan rencana penelitian, pertama

permasalahan kenapa penelitian itu pantas dilakukan. Maka peneliti melakukan

review pada sumber yang relevan. Ketiga terkait sumber yang hendak

dikumpulkan sebagai sumber maka peneliti mengunakan sumber primer dilapang

dengan cara wawancara (sumber lisan) didesa Blimbing, dan sumber sekunder

melalui kajian buku-buku dari tempat yang relevan lebih detailnya sumber

tersebut akan dibahas pada bab metodologi penelitian, dan terakhir garis besar

penelitian tersebut merupakan sejarah kebudayaan lokal yang dijelaskan dalam

bab pendahuluan di latar belakang.

3.1.2 Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Sumber sejarah disebut juga data sejarah, data dari bahasa inggris datum

(bentuk tunggal) atau data (bentuk jamak); sedangkan bahasa latin disebut datum

berarti “pemberian” yang kemudian sumber tersebut harus sesuai diteliti

(Kuntowijoyo, 2013:73). Tahap ini merupakan tahap kedua setelah pemilihan

topik dari penelitian, tahap ini juga disebut tahap heruistik. Heuristik adalah

proses pengumpulan sumber informasi yang akan di peroleh dari lapang

(wawancara) ataupun buku, dokumen, artefak dan lain-lainnya yang akan

diproses dan diseleksi pada tahap berikutnya, apakah layak sumber informasi

yang didapat tersebut dijadikan sumber penelitian baik primer atau sekunder.

Heuristik berasal (dari bahasa Yunani “heurisken”) yang berarti mencari atau

menemukan, maksudnya mencari serta menemukan jejak-jejak sejarah (G.J.

Reiner, dalam karya IG Widja, dalam Sugiyanto, 2009:37-38).

Pada tahap ini peneliti mencari dan mengumpulkan sumber tertulis atau

dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Dokumen (dari bahasa latin docere,

yang berarti “mengajar”). Dokumen yang dimaksut berupa laporan dari acara

kegiatan misalnya laporan sebagai pertanggung jawaban acara dan lain

sebagainya. Selaian itu peneliti mengunakan artifact yang digunakan berupa foto,

foto yang dimaksut merupakan foto yang relevan dengan kajian yang diteliti, yaitu

berhubungan dengan bersih desa yang ada desa Blimbing. Baik diperpusatakaan

Page 20: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

16

Univeristas Jember, perpustakaan daerah Bondowoso dan tempat yang

mendukung atau menyediakan informasi yang dibutuhkan. Selain mengumpulkan

dokumen dan artifact, peneliti juga melakukan wawancara sebagai sumber lisan

(Kuntowijoyo, 2013:74-76). Wawancara merupakan kegiatan menghimpun

bahan-bahan atau informasi disertai keterangan fakta dari narasumber. Untuk

narasumber yang menjadi kriterianya adalah tokoh agama atau pemuka adat,

sesepuh di masyarakat, masyarkat desa Blimbing yang bisa memberikan

keterangan yang dapat mendukung informasi.

3.1.3 Verifikasi (Kritik Sumber)

Setelah didapat sumber sejarah maka dilakukan verifikasi. Verifikasi itu

ada dua macam: autentisitas, atau keaslian sumber atau kritik ekstern, dan

kredibilitas, atau keabsaan dipercaya atau kritik intern (Kuntowijoyo, 2013:77).

Tahap ini bisa disebut juga kritik sumber, tahap kritik adalah menilai, menguji,

atau menyeleksi sumber atau jejak yang benar dalam arti benar-benar diperlukan,

benar-benar asli (autentik) serta benar-benar mengadung informasi relevan dengan

subyek atau cerita sejarah yang hendak disusun (Sugiyanto, 2009:39). Pada tahap

ini peneliti dituntun untuk tidak percaya secara seratus persen tentang informasi

yang didapat, kunci keberhasilan penelitian terkait sumber berada di tahap ini

peneliti harus bekerja ekstra dalam menentukan dan menyeleksi sumber agar tidak

terjadi kesalahan di kemudian hari.

Untuk kritik sumber ekstern pada sumber dokumen dan artifact maka

dilakukan pengecekan tampilan sumber apakah mendukung untuk dijadikan

sumber misalnya cara penulisan, warna kertas dan tempat dari mana sumber

didapat asalnya. Kritik intern yaitu membaca isi informasi yang ada sumber yang

didapat selain itu melakukan pengecekan tahun terbit, tulisan serta pengarang.

Selain sumber dokumen dan artifact, maka dilakukan kritik sumber pada

saat wawancara. Kritik ekstern yaitu melakukan penilaian pada narasumber

tentang biografinya, gestur atau mimik muka saat dilakukan wawancara. Untuk

intern yaitu melakukan penganalisis dari informasi yang didapat setelah

perekaman dan pencatatan saat interview.

Page 21: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

17

3.1.4 Interpretasi

Tahap keempat adalah interpretasi, interpretasi atau penafsiran sering

disebut biang subjektivitas. Itu sebagaian benar, tetapi sebagaian salah. Benar,

karena tanpa penafsiran sejarawan, data tidak bisa bicara. Tahap interpretasi

terbagi menjadi dua macam, yaitu analisis dan sintesis (Kuntowijoyo, 2013:78).

Analisis merupakan suatu tahap menguraikan dari sumber yang telah lolos tahap

verifikasi, dari tahap analisi tersebut maka didapatkan fakta-fakta. Setelah analisis

maka dilanjutkan sintesis yang berarti menyatukan fakta-fakta yang didapat.

Tidak semua fakta dapat dimasukkan, dipilih mana yang relevan dan mana tidak

relevan (Sugiyanto, 2009:42). Pada tahan ini jelas dari fakta-fakta yang didapat di

lakukan pengolahan, penggabungan dengan informasi penunjang lainnya seperti

dokumen atau artifact.

3.1.5 Penulisan (Historiografi)

Pada tahap kelima ini merupakan tahap terakhir dalam penelitian, pada

tahap ini maka di dirangkailah fakta-fakta tersebut dengan imajinasi peneliti untuk

didapatkan suatu tulisan yang mengkisahkan informasi yang mengandung fakta

kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan. Kemahiran peneliti dalam

berbahasa dan imajinasi dituangkan tetapi tidak merusak fakta itu sendiri,

melaikan fakta tersebut dapat semakin kuat keberadaanya. Dengan memberikan

serialisasi (cara-cara membuat urut-urutan peristiwa), kronologi (urut-urutan

waktunya), kausasi (hubungan sebab akibat) (Sugiyanto, 2009:43).

3.2 Sumber Sejarah

Sumber-sumber tulisan dan lisan dibagi atas dua jenis: sumber primer dan

sekunder. Sebuah sumber primer adalah kesaksian dari saksi mata kepala sendiri

atau saksi dengan pancaindra yang lain, atau dengan alat mekanis seperti

diktaffon, yakni orang atau alat yang hadir pada peristiwa yang diceritakannya

(saksi pandangan mata). Sumber sekunder merupakan kesaksian daripada

siapapun yang bukan merupakan saksi pandangan mata, yakni dari seseorang

yang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkannya. Karenan itu sumber primer

Page 22: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

18

dengan demikian harus dihasilkan oleh orang yang sejaman dengan peristiwa

yang dikisahkan (Gottschalk, 1986:35).

Sumber primer yang menjadi sumber utama dalam penelitian ini adalah

warga atau masyarakat desa Blimbing dengan tiga klasifikasi diantaranya: a)

Tokoh agama yang memimpin upacara selamatan bersih desa atau tokoh pemuka

adat, b) sesepuh yang dianggap penting dan paham mengenai seluk beluk

masyarakat di wilayah tersebut, dan c) masyarkat yang utamanya sudah lanjut usia

dan paham mengenai seluk beluk budaya didesa Blimbing. Ketiga jenis

narasumber tersebut dirasa mendukung memberikan informasi yang berupa fakta

yang dibutuhkan. Selain itu juga melakukan analisis artefak berupa foto utamanya

dengan memahami gambar tersebut setelah itu menginterpretasiakan gambar yang

ada difoto tersebut, artefak tersebut bisa didapat di dinas-dinas kabupaten

Bondowoso dan daerah. Alasan pentinganya tiga narasumber tersebut karena

sumber-sumber primer maupun sekunder sangat penting bagi sejarwan, karena

mengandung unsur-unsur primer (atau setidak-tidaknya menyarankan untuk

petunjuk-petunjuk kepada unsur-unsur primer). Unsur-unsur yang disampaikan

dapat dipercaya bukanlah karena buku atau artikel atau laporan yang

mengandungnya, melainkan karena yang dikisahannya dapat dipercaya sebagai

saksi dari pada unsur-unsur tersebut (Gottscalk, 1986:37-38).

Sumber sekunder dalam penelitian ini merupakan sumber penunjang

informasi yang didapat atau dengan kata lain melengakapi keruntutan informasi

yang didapat dilapang. Sumber tersebut diantaranya, penelitian terdahulu berupa

skripsi, jurnal penelitian, laporan penelitian dan buku-buku yang relevan dengan

judul penelitian yang dilakukan. Untuk cara mendapatkan sumber-sumber tersebut

dengan mencari ke tempat-tempat diantarnya: perpustakaan Universitas Jember,

taman baca Prof Ayu, perpustakaan atau arsip di kabupaten Bondowoso, koleksi

pribadi penulis baik buku atau file dan sumber-sumber online berupa jurnal-jurnal

yang relevan dengan kajian tersebut.

Secara sistematis penyajian karya tulis ini terdapat 6 bab. Bab 1

merupakan pendahuluan yang memaparkan tentang latar belakang permasalahan

penelitian pada bagian ini dijelaskan pemilihan judul “eksistensi bersih desa

Page 23: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

19

Blimbing Kecamatan Klabang kabupaten Bondowoso tahun 1965-2018”,

selanjutnya penegasan judul untuk menghindari kesalahan pemahaman judul,

ruang lingkup masalah dalam penelitian tersebut, rumusan masalah yang hendak

dicapai dalam penelitian, tujuan dalam penelitian dan manfaatnya. Bab 2

memaparkan tentang tinjuan pustaka berupa review terhadap penelitian terdahulu

yang hampir sama dengan penelitian yang akan dilaksanakan, posisi peneliti,

pendekatan dan teori yang digunakan dalam penelitian, dan terakhir kerangka

berfikir. Bab 3 memaparkan tentang metode penelitian sejarah meliputi pemilihan

topik, heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.

Bab 4 memaparkan tentang pengantar baik berupa demografi baik secara

jumlah penduduk, pendidikan, pekerjaan, agama desa Blimbing. Setelah itu

sejarah bersih desa Blimbing, bab 5 memaparkan tentang proses perubahan unsur-

unsur dalam rangkain kegiatan bersih desa Blimbing serta makna religi dan sosial

dari unsur-unsur rangkain kegiatan tersebut, dan terakhir bab 6 kesimpulan.

Page 24: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

20

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2007. Analisis Eksistensial Sebuah Pendekatan Alternatif Untuk

Psikologi Dan Psikiatri. Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA.

Adhitia, R. 2009. Partisipasi Masyrakat Dalam Tradisi Bersih Desa (Studi Kasus

Di Kampung Bibis Kulon, Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari,

Surakarta). Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Ahadrian, A., dkk. 2015. Mozaik Seni dan Budaya Indonesia: Ritus dan Siklus

Kehidupan di Indoensia. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama.

Cathrin, S. 2017. Tinjaun Filsafat Kebudayaan Terhadap Upacara Adat Bersih-

Desa di Desa Tawun. Artikel. Jakarta: Universitas Mercu Buana.

Danandjaja, J. 1984. Folklor Indonesia. Jakarta: PT Grafiti Pers.

Gottschalk, L. 1986. Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Notosusanto Dari

Understanding Hitory: A Primer Of Historical Method. Jakarta: UI Press.

Jatmiko, A., P. 2016. Tradisi Upacara Bersih Desa Situs Patirhan Dewi Sri di

Desa Simbatan Weta, Kecamatan Nguntroronadi, Kabupaten Magetan

(Kajian Tentang Kesejarahan dan Fungsi Upacara). Avatar, E-Journal

Pendidikan Sejarah. Volume 4, No. 2.:578-592

Juniawan, O, F. 2016. Mitos Asal-Usul Ritual Ojhung Dalam Upacara Adat

Ghadhisa Masyarakat Desa Blimbingan Kecamatan Klabang Bondowoso.

Skripsi. Jember: Univeritas Jember.

Kartodirdjo, S. 1993. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama.

Keesing, R., M. 1999. Antropologi Budaya. Terjemahan Samuel Gunawan Dari

Cultural Anthropology. Jakarta: Erlangga.

Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: Univeritas Indonesia

(UI-Press).

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT RINEKA

CIPTA.

Koentjaraningrat. 2015. Kebudyaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Maytisa, D., dkk. 2015. Tayuban Dan Tradisi Berish Desa Di Wonogiri (Studi

Deskriptif Pada Masyarakat Dusun Sambeng, Desa Kepuhsari, Kecamatan

Manyaran). Jurnal Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Page 25: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

21

Meinarno, E A., Dkk. 2011. Manusia Dalam Kebudayaan Dan Masyarkat:

Pandangan Antropologi Dan Sosiologi. Jakarta: Salemba Humanika.

Nawiyanto, dkk. 2016. Pangan, Makan, Dan Ketahanan Pangan: Konsepsi Etnis

Jawa dan Madura. Yogyakarta: GALANGPRESS.

Peursen, C., A., V. 1976. Straegie Van De Cultuur. Amsterdam: Elesevier.

diterjemahkan oleh Hartoko, D. 1796. Strategi Kebudayaan. Yogyakarta:

Yayasan Kanisius.

Pusaka Jawatimuran. 2013. Singo Ulung Bondowoso.

http://jawatimuran.net/2013/06/12/singo-ulung-tradisi-

kabupatenbondowoso/ [diakses tanggal 26 april 2018]

Sari, T., D., A. 2006. Upacara Bersih Desa Tanjungsari Di Dukuh Dlimas Desa

Dlimas Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten (Kajian Bentuk, Fungsi Dan

Bentuk Makna Simbolik). Tesis. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Sugiyanto. 2009. Pengantar Ilmu Sejarah. Jember: Universitas Jember.

Univeristas Jember. 2016. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jember: Badan

Penerbit Universitas Jember.

Wikipedia. 2018. Pengertian bersih desa.

https://id.wikipedia.org/wiki/Bersih_Desa. [diakses 15 Mei 2018].

Wikipedia. 2018. Pengertian Eksistensi. https://id.wikipedia.org/wiki/Eksistensi

[diakses 15 Mei 2018].

Page 26: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

22

LAMPIRAN

A. Lampiran Metrik Penelitian

Page 27: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

23

B. Lampiran Pedoman Wawancara

Badan pusat statistik kabupaten Bondowoso.

1. Untuk jumlah penduduk kabupaten Bondowoso tahun sekarang berapa?

2. Untuk jumlah penduduk dilihat dari pendidikan, pekerjaan serta agama

berapa?

Badan pusat statistik kecamatan Klabang.

1. Kecamatan Klabang terbagai menjadi berapa desa?

2. Untuk jumlah penduduk desa Blimbing tahun sekarang berapa?

3. Untuk jumlah penduduk dilihat dari pendidikan, pekerjaan serta agama

berapa?

Desa Blimbing (pemuka adat).

1. Bisakah bapak menceritakan sejarah desa Blimbing?

2. Bisakah bapak menceritakan sejarah bersih desa Blimbing?

3. Apa saja prosesi bersih desa Blimbing?

4. Kenapa harus tanggal 13, 14 dan 15 syakban pelaksanaannya?

5. Apa saja selamatan dalam bersih desa, tolong jelaskan?

6. Apa makna atau arti dari selamatan-selamatan tersebut?

7. Doa yang digunakan secara?

8. Apa saja sesajen yang wajib ada dalam bersih desa?

9. Apa makna atau arti dari sesajen tersebut?

10. Cara mendapatkan, mengolah, dan penyajiannya sesajen?

11. Apa saja pertunjukkan yang harus ada dalam bersih desa?

12. Apa arti atau makna dari masing-masing pertunjukkan?

13. Kenapa harus urutan bersih desa didesa Blimbing berbeda dengan didesa

karang sengon?

14. Manfaat apa saja yang didapat bagi masyarakat setelah melakukan bersih

desa, sosial dan agama?

Page 28: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

24

15. Apa dampaknya bila tidak melakukan bersih desa atau persyaratan untuk

bersih desa itu kurang?

16. Adakah pantangan-pantangan dalam bersih desa?

17. Adakah perubahan-perubahan dalam bersih desa, sejak kapan?

18. Dari perubahan apakah menimbulkan permasalahan?

19. Unsur-unsur bersih desa apakah dapat dilakukan diluar selamatan bersih

desa?

20. Bagi yang tidak pro aktif dalam pelaksaan bersih desa, adakah sanksi yang

didapat?

21. Bagaimana pelaksanaan bersih desa pada tahun 1965, pada masa peristiwa

30 september?

22. Apa saja sumbangan masyarakat dalam bersih desa?

Page 29: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

25

C. Lampiran Foto Kegiatan

Selamatan sanggar

Selamatan tanian (halaman rumah)

Selamatan tanian (halaman rumah) warga

Page 30: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

26

Selamatan naggar olbek

Permainan rakyat (tradisional) ngarju katta (sodok kendi)

Pertunjukkan singo ulung

Page 31: EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN …sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/06/bersih... · karya manusia yaitu berupa sesajen bersih desa yang terdiri macam-macam

27

Pertunjukkan topeng kona

Pertunjukkan ojhung


Recommended