EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM KOMPUTERISASI
TENAGA KERJA LUAR NEGERI DI BADAN NASIONAL
PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA
INDONESIA
(Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada
Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh:
NISYYAH AZZAHRAH
NIM 6661100898
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, Oktober 2014
ABSTRAK
Nisyyah Azzahrah. NIM. 100898. Skripsi. Efektivitas Penerapan
SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan
di Provinsi Banten). Pembimbing I: Anis Fuad, S.Sos., M.Si dan pembimbing
II: Riny Handayani, S.Si., M.Si.
Sistem Komputerisasi Tenaga kerja Luar Negeri (SISKOTKLN) adalah sistem
online pelayanan administrasi penempatan TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dan
Penerbitan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri yang melibatkan seluruh stakeholder
terkait. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas
Ketenagakerjaan di Provinsi Banten). Teori yang digunakan adalah teori dari
DeLone dan McLean (2003:9) yang mengemukakan enam indikator efektivitas
atau kesuksesan sistem informasi. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif kuantitatif. Jumlah populasi penelitian ini adalah 34 orang.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji hipotesis t-test satu sampel
dengan uji pihak kanan. Hasil perhitungan menunjukkan t-hitung lebih besar dari
t-tabel (12,01 > 1,692) artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan skor yang
didapat dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa tingkat efektivitas penerapan
SISKOTKLN mencapai 79%, artinya sudah efektif. Saran dari peneliti adalah
sistem lebih dikembangkan lagi untuk meningkatkan kualitas sistem, selain itu,
dibutuhkan pemeliharaan dan pengecekan sistem, peningkatan kelengkapan dan
keakuratan informasi, penambahan sumber daya manusia dan peningkatan
integrasi sistem.
Kata kunci : Efektivitas, SISKOTKLN, TKI
ABSTRACT
Nisyyah Azzahrah. NIM. 100898. Script. The Effectiveness of Application
SISKOTKLN at the National Board for Placement and Protection of
Indonesian Overseas Workers (Study at BP3TKI, PPTKIS and Employment
Department in Province level Banten). Advisor I: Anis Fuad, S.Sos., M.Si and
advisor II: Riny Handayani, S.Si., M.Si.
Sistem Komputerisasi Tenaga kerja Luar Negeri (SISKOTKLN) is an online
system for placement TKI (Indonesian Overseas Workers) administration service
and issuance of overseas workers card which involved all relevant stakeholders.
This study aims to determine the extent of the effectiveness of application
SISKOTKLN at the National Board Placement and Protection of Indonesian
Overseas Workers (Study at BP3TKI, PPTKIS and Employment Department in
Province level Banten). The researcher used the theory of DeLone and McLean
(2003:9) i.e. six indicator that suggests the effectiveness or success of information
systems. The researcher used descriptive quantitative method. The number of
population in this study were 34 people. The researcher used sampling saturation
technique. The data analysis technique in this study used one sample t-test by the
right side test. The calculations showed t-count is greater than t-table (12.01>
1.692), it could be concluded Ho was rejected and Ha was accepted. Based on the
scores obtained from the results of the study, indicated that the level of
effectiveness of application SISKOTKLN reached 79%, showed that has been
effective. The researcher suggests that system should be developed anymore to
increase the quality of the system, besides, it necessary to conserve and rechecked
toward the system, increasing toward completed and accuration of information,
adding human resources and improved system integration.
Keywords: Effectiveness, SISKOTKLN, TKI
”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki
ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat, maka wajib
baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib
baginya memiliki ilmu”.
(HR. Tirmidzi)
“Tidak ada di dunia ini yang lebih berbahaya dari ketidaktahuan dan
kebodohan”.
(Martin Luther King)
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Kedua Orang Tuaku, keluargaku, dan teman-temanku tersayang...
Terima kasih atas semua do’a yang diberikan untukku
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillah. Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat
beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada berbagai pihak yang telah
memberikan pengajaran, bantuan, serta dorongan dalam upaya menyelesaikan
skripsi yang berjudul ”Efektivitas Penerapan Sistem Komputerisasi Tenaga
Kerja Luar Negeri di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas
Ketenagakerjaan di Provinsi Banten)”. Saya mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. DR. H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa;
2. Bapak DR. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
3. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
4. Ibu Mia Dwianna W., M.I.Kom Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
ii
5. Bapak Gandung Ismanto, S.Sos., MM Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
6. Ibu Rahmawati, S. Sos., M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa;
7. Ibu Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si, Sekretaris Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa;
8. Bapak Maulana Yusuf S.IP., M.Si., Dosen Pembimbing Akademik yang
selalu memberikan bimbingan dan saran selama perkuliahan.
9. Bapak Anis Fuad, S. Sos., M.Si., Dosen Pembimbing I skripsi yang telah
senantiasa sabar memberikan masukan dan bimbingannya selama proses
penyusunan skripsi;
10. Ibu Riny Handayani, S.Si., M.Si., Dosen Pembimbing II skripsi yang
senantiasa memberikan masukan, saran dan kesabaran membimbing selama
proses penyusunan skripsi;
11. Semua dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Terimakasih atas ilmu pengetahuan selama perkuliahan;
12. Semua Pegawai Puslitbang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia. Terima kasih atas keramahan dan keterbukaan
informasi kepada peneliti;
iii
13. Para responden pada BP3TKI, Dinas Ketenagakerjaan dan PPTKIS di
Banten yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang senantiasa
meluangkan waktunya yang sangat berarti bagi peneliti;
14. Kedua orang tua, keluarga dan saudara yang sangat saya sayangi, yang tak
henti memberikan doa dan kasih sayangnya;
15. Uak saya Fauzi dan keluarga di Tangerang yang telah direpotkan dan
senantiasa membantu menemani perjalanan penelitian di lapangan.
16. Sahabat sekaligus teman kostan saya Dede Pratiwi yang telah setia
menemani, dan memberikan semangat serta dukungan yang begitu besar;
17. Teman SMA saya Ona Nabila dan keluarga yang telah direpotkan dan setia
menemani selama proses penyusunan skripsi;
18. Nafis, Susi, Hesti, Dina, Abel, Thata, Oji. Karena kalian telah menjadi teman
yang baik. Terima kasih atas persahabatan dan kebersamaan selama ini;
19. Saudara-saudara seperjuangan kelas B Ilmu Administrasi Negara 2010
Reguler. Terimakasih atas kenangan selama perkuliahan;
20. Semua orang yang telah membantu dan mendukung penelitian ini yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Serang, Oktober 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
ABSTRACT
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR DIAGRAM ............................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah dan Batasan Penelitian ..................................... 13
1.2.1 Identifikasi Masalah ................................................................. 13
1.2.2 Batasan Masalah....................................................................... 13
1.3 Rumusan Masalah.............................................................................. 14
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................... 14
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 14
1.5.1 Secara Teoritis .......................................................................... 14
1.5.2 Secara Praktis ........................................................................... 15
v
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori ................................................................................... 16
2.1.1 Konsep Organisasi Publik ........................................................ 16
2.1.2 Konsep Manajemen Pelayanan ................................................ 20
2.1.3 Konsep Sistem Informasi Manajemen ..................................... 26
2.1.4 Konsep Efektivitas ................................................................... 37
2.2 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 45
2.3 Kerangka Berpikir .............................................................................. 47
2.4 Hipotesis Penelitian ........................................................................... 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian.............................................................................. 51
3.2 Fokus Penelitian ................................................................................ 52
3.3 Lokasi Penelitian ............................................................................... 53
3.4 Variabel Penelitian ............................................................................ 53
3.4.1 Definisi Konsep ........................................................................ 53
3.4.2 Definisi Operasional................................................................. 54
3.5 Instrumen Penelitian ........................................................................... 55
3.6 Populasi Penelitian ............................................................................. 61
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................................ 62
3.8 Jadwal Penelitian ................................................................................ 67
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Deksripsi Objek Penelitian ................................................................. 68
4.1.1 Deskripsi Wilayah Provinsi Banten ......................................... 68
vi
4.1.2 Deskripsi Lokasi Penelitian...................................................... 71
4.1.3 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia Luar Negeri .............................................................. 72
4.1.4 Sistem Komputerisasi Tenaga kerja Luar Negeri Indonesia .... 75
4.2 Pengujian Persyaratan Statistik ......................................................... 84
4.2.1 Uji Validitas ............................................................................. 84
4.2.2 Uji Reliabilitas ......................................................................... 86
4.2.3 Uji Normalitas .......................................................................... 87
4.3 Deskripsi Data ................................................................................... 89
4.3.1 Identitas Responden ................................................................. 89
4.3.2 Analisis Data ............................................................................ 91
4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian ........................................................ 134
4.5 Pengukuran Efektivitas ................................................................... 137
4.6 Interpretasi Hasil Penelitian ............................................................ 138
4.7 Pembahasan ..................................................................................... 140
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 146
5.2 Saran ................................................................................................ 147
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Sepuluh Besar Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Luar Negeri
Berdasarkan Provinsi Periode Tahun 2011-2013 .................................... 6
Tabel 1.2 Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Luar Negeri di Provinsi Banten
Berdasarkan Kab/Kota Periode Tahun 2011-2013 .................................. 7
Tabel 1.3 Rekapitulasi Data Kedatangan Tki Bermasalah Asal Provinsi Banten
Periode Tahun 2010-2013 (30 November) .............................................. 8
Tabel 1.4 Rekapitulasi Data Kedatangan Tki Bermasalah Asal Provinsi Banten
Berdasarkan Jenis Masalah Periode Tahun 2010 S.D 2013 (30
November) ............................................................................................... 9
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian ............................................................ 55
Tabel 3.2 Skor Tiap Indikator menurut Likert ....................................................... 56
Tabel 3.3 Tingkat Keefektivan .............................................................................. 66
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian ................................................................................... 67
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen ............................................................... 85
Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................ 87
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Instrumen ............................................................. 88
Tabel 4.4 Tingkat Keefektivan Penerapan SISKOTKLN .................................... 137
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Model Momen Kritis Pelayanan ........................................................ 23
Gambar 2.2 Contoh Lingkaran Pelayanan di Plaza ............................................... 24
Gambar 2.3 Model Segitiga Pelayanan .................................................................. 25
Gambar 2.4 Tahap-Tahap Penanganan Informasi menurut Siagian ..................... 29
Gambar 2.5 Update D&M IS Success Model ......................................................... 36
Gambar 2.6 Kerangka Berpikir .............................................................................. 49
Gambar 3.1 Uji Pihak Kanan ................................................................................. 65
Gambar 4.1 Peta Wilayah Provinsi banten ............................................................ 71
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Badan Pelayanan Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia..................................................................... 74
Gambar 4.3 Alur Registrasi CTKI online di Dinas Tenaga Kerja Kab/ Kota ........ 82
Gambar 4.4 Alur Pelaksanaan Pelayanan Penerbitan KTKLN di Balai Pelayanan
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia ................... 83
Gambar 4.5 Mekanisme SISKOTKLN .................................................................. 84
Gambar 4.6 Hasil Distribusi data Instrumen .......................................................... 88
Gambar 4.7 Kurva Penerimaan dan Penolakan Uji Hipotesis untuk Uji Hipotesis
Pihak Kanan .................................................................................... 136
ix
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 89
Diagram 4.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia ........................................... 90
Diagram 4.3 Identitas Responden Tingkat Pendidikan ........................................ 91
Diagram 4.4 SISKOTKLN Sesuai dengan Perkembangan Teknologi ................ 92
Diagram 4.5 SISKOTKLN Mudah Digunakan Pengguna ................................... 93
Diagram 4.6 SISKOTKLN Dapat Dioperasikan Sesuai dengan Fungsi dan
Tujuannya ........................................................................................ 94
Diagram 4.7 SISKOTKLN Tersedia Setiap Saat ketika Diperlukan .................... 95
Diagram 4.8 Kemampuan SISKOTKLN Dapat Dipercaya/Diandalkan dalam
Perlindungan TKI ............................................................................ 96
Diagram 4.9 SISKOTKLN Tahan dari Kerusakan ............................................... 97
Diagram 4.10 Pengguna Dapat Mengakses Database SISKOTKLN secara Cepat 99
Diagram 4.11 Pengguna Dapat Mengakses SISKOTKLN secara Lancar............ 100
Diagram 4.12 Penerapan SISKOTKLN Membantu Peningkatan Kinerja Pengguna
....................................................................................................... 101
Diagram 4.13 Penerapan SISKOTKLN Dapat Mencegah Perdagangan Manusia
(human trafficking) ........................................................................ 102
Diagram 4.14 Semua Informasi yang Ada dalam SISKOTKLN Lengkap .......... 103
Diagram 4.15 Semua Informasi Tentang TKI yang Dibutuhkan Pengguna Ada
atau Tersedia dalam SISKOTKLN ................................................ 104
Diagram 4.16 Informasi yang Ada dalam SISKOTKLN Mudah Dimengerti ...... 105
x
Diagram 4.17 Pengguna Tidak Kesulitan Memahami Isi Informasi dalam
SISKOTKLN ................................................................................. 106
Diagram 4.18 Isi Informasi Tentang TKI dalam SISKOTKLN Sesuai dengan yang
Diinginkan ..................................................................................... 107
Diagram 4.19 Informasi yang Ada dalam SISKOTKLN Bermanfaat untuk
Perlindungan TKI yang Lebih Optimal ......................................... 108
Diagram 4.20 Informasi yang Ada dalam SISKOTKLN Relevan (Sesuai/Cocok)109
Diagram 4.21 Keamanan Informasi dalam SISKOTKLN Terjaga atau Terlindungi
dengan Baik ................................................................................... 110
Diagram 4.22 Informasi dalam SISKOTKLN Terjaga Kerahasiaannya dari
Pengguna yang Tidak Berhak ........................................................ 111
Diagram 4.23 Pelayanan SISKOTKLN yang Diberikan Dapat
Dipertanggungjawabkan ................................................................ 113
Diagram 4.24 Pengelola SISKOTKLN Memiliki Kemampuan yang Baik dalam
Pekerjaan Mereka .......................................................................... 114
Diagram 4.25 Pengguna Mudah Melakukan Komunikasi dengan Pengelola
SISKOTKLN ................................................................................. 115
Diagram 4.26 Pengelola SISKOTKLN Peduli terhadap Kebutuhan Pengguna ... 116
Diagram 4.27 Pengelola SISKOTKLN Sigap Merespon Kesulitan Pengguna
SISKOTKLN ................................................................................. 117
Diagram 4.28 Pengelola SISKOTKLN Cepat dalam Memberikan Bantuan/
Perbaikan Masalah Sistem ............................................................. 118
xi
Diagram 4.29 Pengguna Menggunakan SISKOTKLN Sesuai dengan Tujuan yang
Diharapkan ..................................................................................... 119
Diagram 4.30 Penggunaan SISKOTKLN Tepat dengan Maksud yang Diinginkan120
Diagram 4.31 Tampilan Aplikasi SISKOTKLN Mudah untuk Dimengerti ........ 121
Diagram 4.32 Navigasi/ Petunjuk dalam Aplikasi SISKOTKLN Mudah Dipahami122
Diagram 4.33 Penggunaan SISKOTKLN Membuat Banyak Pekerjaan Penempatan
TKI Dapat Ditangani ..................................................................... 123
Diagram 4.34 Penggunaan SISKOTKLN Dapat Lebih Banyak Menyelesaikan
Transaksi Penempatan TKI ........................................................... 124
Diagram 4.35 Pengguna Tertarik untuk Sering Mengakses SISKOTKLN .......... 125
Diagram 4.36 SISKOTKLN Sudah Memenuhi Kepuasan Pengguna .................. 126
Diagram 4.37 Penerapan SISKOTKLN Dapat Menghemat Biaya ...................... 128
Diagram 4.38 Penerapan SISKOTKLN Dapat Mewujudkan Penempatan TKI yang
Murah............................................................................................. 129
Diagram 4.39 Penerapan SISKOTKLN Dapat Mengurangi Biaya Pencarian
Informasi ........................................................................................ 130
Diagram 4.40 Pencarian Informasi dengan Menggunakan SISKOTKLN Relatif
Lebih Murah .................................................................................. 131
Diagram 4.41 Penerapan SISKOTKLN Dapat Menghemat Waktu dalam Bekerja132
Diagram 4.42 Penerapan SISKOTKLN Dapat mempercepat pekerjaan Pengguna133
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tenaga Kerja Indonesia atau yang biasa disebut dengan TKI adalah setiap
warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam
hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dan menerima upah. Pengiriman TKI
ke luar negeri merupakan keuntungan ekonomi negara karena menghasilkan
devisa bagi negara.
Berdasarkan amanat pembukaan UUD 1945 pasal 27 ayat 2 tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Karena itu pemerintah menyadari walaupun kegiatan bekerja di luar
negeri kerap berdampak negatif bagi TKI seperti rentan penipuan, upah tidak
dibayar, pekerjaan yang tidak sesuai dengan perjanjian, eksploitasi, serta
penganiayaan karena lemahnya perlindungan hukum, pemerintah tidak dapat
melarang atau mempengaruhi keputusan TKI karena menyangkut hak asasi
manusia yang dilindungi oleh undang-undang. Meskipun demikian, Pemerintah
dapat membuat kebijakan yang tepat untuk meminimalisir permasalahan dan
memberikan perlindungan kepada TKI, hal tersebut merupakan kewajiban
pemerintah yang tercantum dalam undang-undang.
Masalah penempatan dan perlindungan TKI ke luar negeri merupakan
masalah yang menyangkut hubungan antar negara, untuk itu sudah seharusnya
pemerintah turut campur dalam kewenangan penempatan dan perlindungan TKI
2
luar negeri. Pelayanan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri
berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan TKI di Luar Negeri pasal 95 diamanatkan kepada BNP2TKI yaitu
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI yang mempunyai fungsi
pelaksanaan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri secara terkoordinasi
dan terintegrasi.
Pelaksanaan pelayanan penempatan dan perlindungan TKI merupakan
tugas yang berat jika hanya ditangani sendiri oleh pemerintah pusat. Karena itu
pemerintah pusat tidak dapat bertindak sendiri dalam menangani penempatan dan
perlindungan TKI sehingga perlu melibatkan pemerintah daerah. Peran
pemerintah daerah akan sangat menentukan terutama dalam hal rekrutmen.
Dimana setiap calon TKI harus mengurus dan melengkapi semua dokumen atau
prosedur yang diperlukan untuk menjadi TKI melalui pemerintah daerah.
Banyaknya prosedur yang harus ditempuh oleh para calon TKI luar negeri
dan banyaknya pihak yang terlibat dalam penempatan dan perlindungan TKI luar
negeri, pemerintah pusat bekerja sama dengan daerah berusaha untuk
menciptakan sistem pelayanan penempatan dan perlindungan TKI luar negeri
yang lebih baik dengan berbasis teknologi informasi.
Peranan teknologi informasi di era globalisasi tentu bukan merupakan hal
yang baru. Teknologi informasi kini berperan besar dalam berbagai aspek
kehidupan manusia. Berbagai jenis organisasi pun mulai menyadari pentingnya
teknologi informasi sebagai sumber daya organisasi yang strategis. Seiring dengan
peradaban manusia yang semakin modern, perkembangan teknologi informasi
3
juga mengalami kemajuan. Pemanfaatan teknologi informasi kini bukan hanya
banyak digunakan oleh organisasi swasta yang beroperasi untuk meningkatkan
produksi namun organisasi publik juga membutuhkan teknologi informasi untuk
dapat menunjang aktivitas kerja mereka sehingga bisa berjalan dengan efektif dan
efisien.
Kemajuan teknologi informasi ini telah banyak dimanfaatkan di berbagai
bidang dalam organisasi untuk membantu manusia menyelesaikan berbagai
permasalahan dan membantu manusia dalam mengambil keputusan. Dengan
perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat para manajer perlu untuk
menciptakan, memelihara dan menggunakan sistem informasi dalam menjalankan
organisasi agar organisasi bisa tumbuh dan berkembang. Dengan pengelolaan
sistem informasi yang baik, produktivitas, efektivitas dan efisiensi organisasi bisa
ditingkatkan. Siagian (2008:1)
Pada organisasi pemerintahan, pengembangan aplikasi sistem informasi
dan telekomunikasi di lingkungan pemerintah dikenal dengan sebutan E-
Government. Penggunaan E-Government diharapkan bukan hanya dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensi namun juga transparansi dan akuntabilitas
layanan pemerintahan.
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri, pasal 7 butir (c), salah satu
kewajiban pemerintah adalah “membentuk dan mengembangkan sistem informasi
penempatan calon TKI di luar negeri”. Untuk itu, Badan Nasional Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia membangun SISKOTKLN (Sistem
4
Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri) yang merupakan amanat dari Instruksi
Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan E-Government.
Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri atau lebih dikenal
dengan SISKOTKLN sebelumnya dikelola oleh Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi pada tahun 2006, namun setelah di bentuknya Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia pada tahun 2007,
SISKOTKLN mulai aktif dan dikembangkan kembali oleh Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia pada pertengahan tahun
2009. Dan pada tahun 2011 SISKOTKLN bisa digunakan secara online yang
melibatkan stakeholder dan instansi terkait.
Stakeholder yang terkait dalam SISKOTKLN yaitu seperti: BP3TKI (Balai
Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) /P4TKI (Pos
Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenga Kerja Indonesia), Dinas Tenaga
Kerja Provinsi dan Kabupaten/Kota, PPTKIS (Pelaksana Penempatan Tenaga
Kerja Indonesia Swasta), Sarana Kesehatan, BLK-LN (Balai Latihan Kerja-Luar
Negeri), Lembaga Kompetensi/ Sertifikat Kompetensi, Asuransi Perlindungan
TKI, Ebarkasi/ Deberkasi serta Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri.
Penerapan SISKOTKLN pada Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia merupakan suatu perwujudan pemerintah
sebagai abdi negara yang berusaha memberikan pelayanan yang lebih baik kepada
masyarakat. Hal ini juga dilakukan dalam upaya membenahi sistem pelayanan
publik dengan berbagai terobosan untuk menciptakan Good Governance.
5
Berdasarkan peraturan kepala Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja No. PER-26/KA/X11/2013 tentang Pedoman
Pelaksanaan Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri, SISKOTKLN
adalah sistem pelayanan administrasi penempatan TKI dan penerbitan Kartu
Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN) yang melibatkan seluruh stakeholder terkait.
SISKOTKLN bertujuan untuk memberikan pelayanan penempatan dan
perlindungan tenaga kerja yang layak, cepat, murah dan efisien kepada warga
negaranya yang akan bekerja keluar negeri.
Pelayanan Penempatan adalah layanan fasilitasi Calon TKI yang akan
bekerja ke Luar Negeri sesuai dengan prosedur dan persyaratan dalam Undang-
Undang Nomor 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia di Luar Negeri. Layanan yang diberikan adalah layanan di Unit
Pelayanan Publik Pusat yang meliputi penerbitan Surat Ijin Pengerahan (SIP),
penempatan pemerintah (Goverment to Goverment dan Goverment to Private)
serta layanan untuk Stakeholder. Sedangkan layanan di daerah meliputi register
TKI Mandiri/Formal/Re-Entry, verifikasi dokumen, Pembekalan Akhir
Pemberangkatan (PAP) dan Penerbitan KTKLN. (www.bnp2tki.go.id, 18 Oktober
2014)
Penerapan SISKOTKLN diperlukan keterlibatan dan koordinasi yang baik
dengan pemerintah daerah yang bertanggung jawab dalam penempatan TKI
seperti BP3TKI selaku unit pelaksana teknis dari Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, Dinas Ketenagakerjaan dan PPTKIS yang
berperan penting dalam rekrutmen calon TKI.
6
SISKOTKLN yang merupakan sistem pendataan online calon TKI ini
sudah diterapkan di berbagai provinsi di Indonesia salah satunya adalah Provinsi
Banten. Penerapan SISKOTKLN di Provinsi Banten ini sudah berjalan dari tahun
2011 pada instansi pemerintah seperti Balai Pelayanan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Serang dan Dinas Ketenagakerjaan se-
Provinsi Banten. Provinsi Banten merupakan provinsi kedua dalam penerapan
SISKOTKLN setelah sebelumnya dilakukan di Propinsi Jawa Barat yang
merupakan provinsi pertama dalam penerapan SISKOTKLN.
Provinsi Banten merupakan salah satu dari provinsi yang banyak
melakukan penempatan tenaga kerja Indonesia luar negeri. Provinsi Banten masuk
dalam sepuluh besar provinsi yang banyak melakukan penempatan tenaga kerja
Indonesia di luar negeri seperti yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1
Sepuluh Besar Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Luar Negeri
Berdasarkan Provinsi Periode Tahun 2011-2013
No Provinsi 2011 2012 2013
1 Jawa Barat 145.603 119.620 129.885
2 Jawa Tengah 123.154 115.456 105.971
3 Jawa Timur 109.233 100.368 93.843
4 Nusa Tenggara Barat 72.835 46.245 63.438
5 Lampung 17.085 16.259 17.975
6 Bali 15.066 14.082 14.617
7 DKI Jakarta 18.718 15.021 14.248
8 Sumatera Utara 12.447 13.728 13.299
9 Banten 27.576 10.853 13.244
10 Sulawesi Selatan 13.948 13.875 10.358
Sumber: Puslitfo BNP2TKI, 2014
Berdasarkan tabel 1.1, tahun 2011 pengiriman TKI Banten mencapai
27.576 orang, jika diurutkan Banten menempati posisi ke 5 terbanyak dalam
penempatan TKI di Indonesia. Tahun 2012 jumlah pengiriman TKI asal Banten
7
menurun ke urutan 10 dengan jumlah TKI sebanyak 10.853 orang dan pada tahun
2013 jumlah pengiriman TKI asal Banten naik menjadi 13.244 orang yaitu berada
di urutan ke 9.
Adapun jumlah pengiriman atau penempatan TKI berdasarkan kabupaten
atau kota di Provinsi Banten adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Luar Negeri di Provinsi Banten
Berdasarkan Kab/Kota Periode Tahun 2011-2013
No Kab/Kota 2011 2012 2013 Total
1 Serang 13.036 4.105 4.105 23.105
2 Tangerang (Kab) 4.442 2.483 2.503 9.428
3 Lebak 4.200 1.581 1.606 7.387
4 Pandeglang 3.133 1.243 1.283 5.659
5 Cilegon 2.050 378 558 2.986
6 Kota Tangerang 715 647 575 1.937
7 Tangerang Selatan 0 211 493 704
8 Serang (Kota) 0 179 233 412
9 Rangkas Bitung 0 26 29 55
Total 27.576 10.853 13.244 51.673
Sumber: Puslitfo BNP2TKI, 2014
Berdasarkan tabel 1.2 di atas, terlihat bahwa penempatan TKI di setiap
daerah kabupaten atau kota di Provinsi Banten jumlahnya berbeda-beda.
Kabupaten Serang merupakan daerah di Provinsi Banten yang paling banyak
melakukan penempatan TKI. Perbedaan ini dikarenakan peminat bekerja sebagai
TKI luar negeri dari setiap daerah berbeda-beda.
Penerapan SISKOTKLN yang merupakan sistem online pelayanan
administrasi penempatan TKI dan penerbitan KTKLN di Provinsi Banten selain
bertujuan untuk memberikan pelayanan penempatan TKI secara layak, cepat,
murah dan efisien, SISKOTKLN juga diharapkan dapat memberikan perlindungan
8
yang lebih optimal kepada TKI seperti mencegah TKI ilegal, perdagangan
manusia, dan menciptakan TKI berkualitas.
Provinsi Banten dengan jumlah pengiriman TKI yang banyak walaupun
telah menggunakan SISKOTKLN dari tahun 2011, juga tidak lepas dari
banyaknya permasalahan TKI. Banyaknya permasalahan TKI di provinsi Banten
dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 1.3
Rekapitulasi Data Kedatangan Tki Bermasalah Asal Provinsi Banten
Periode Tahun 2010-2013 (30 November)
TAHUN
JUMLAH %
KEDATANGAN TKI
Bermasalah
2010 22.308 3.941 18%
2011 23.277 2.711 12%
2012 19.244 1.951 10%
2013(s.d Nov) 7.130 1501 21%
TOTAL 71.959 10.104 14%
Sumber: Puslitfo BNP2TKI, 2014
Pada tabel 1.3 terlihat pada tahun 2010 jumlah kedatangan TKI asal
Banten mencapai 22.308 orang dan TKI yang bermasalah sebanyak 3.941 yaitu 18
persen dari jumlah kedatangan TKI asal Banten. Kemudian tahun-tahun
berikutnya yaitu tahun 2011 dan 2012 secara berurutan persentase TKI
bermasalah asal Provinsi Banten mengalami penurunan menjadi 12 persen dan 10
persen. Sedangkan tahun 2013 sampai dengan November 2013 jumlah TKI
bermasalah mengalami kenaikan dengan persentase 21 persen dari jumlah
kedatangan TKI asal Banten.
9
Adapun untuk mengetahui jenis permasalahan TKI bermasalah asal
Provinsi Banten dapat dilihat pada tabel rekapitulasi data kedatangan TKI
bermasalah asal Provinsi Banten berdasarkan jenis masalah berikut:
Tabel 1.4
Rekapitulasi Data Kedatangan Tki Bermasalah Asal Provinsi Banten
Berdasarkan Jenis Masalah Periode Tahun 2010 S.D 2013 (30 November)
No Permasalahan Tahun Total
2010 2011 2012 2013
1 PHK Sepihak 1.389 715 538 733 3.375
2 Sakit Akibat Kerja 936 463 341 168 1.908
3 Penganiayaan 334 174 122 73 703
4 Majikan Bermasalah 306 565 444 223 1.538
5 Pelecehan Seksual 245 159 80 33 517
6 Gaji Tidak Dibayar 179 106 156 86 527
7 Dokumen Tidak Lengkap 124 101 48 50 323
8 Sakit Bawaan 120 151 35 31 337
9 Kecelakaan Kerja 57 54 32 14 157
10 Tidak Mampu Bekerja 51 10 6 11 78
11 Pekerjaan Tidak Sesuai PK 45 37 36 40 158
12 TKI Hamil 41 50 21 6 118
13 Majikan Meninggal 26 29 25 3 83
14 Komunikasi Tidak Lancar 23 19 5 5 52
15 Membawa Anak 10 33 21 4 68
16 Masalah Lainnya 55 45 41 21 162
Total 3.941 2.711 1.951 1.501 10.104
Sumber: Puslitfo BNP2TKI, 2014
Pada Tabel 1.4 di atas, terlihat permasalahan TKI yang paling banyak
dialami adalah PHK sepihak yang berjumlah 3.375 orang dan yang paling sedikit
adalah masalah komunikasi tidak lancar yaitu sebanyak 52 orang. Kemudian
untuk jumlah permasalahan TKI dari tahun ke tahun mengalami penurunan namun
jika dibandingkan dengan jumlah kedatangan TKI persentase permasalahan TKI
tidak terus mengalami penurunan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel
sebelumnya yaitu tabel 1.3.
10
Penerapan SISKOTKLN yang melibatkan pemerintah daerah khususnya
BP3TKI dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten serta PPTKIS ini
berdasarkan wawancara dan observasi awal penelitian, peneliti menemukan
beberapa kendala atau masalah dalam penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI,
PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) yaitu sebagai berikut:
Pertama kurangnya sumber daya manusia yang mengelola SISKOTKLN.
Hal ini terlihat dari hanya ada dua tenaga help desk di Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang bertugas membantu
dalam pelayanan permasalahan dan pemeliharaan sistem, dengan jumlah tenaga
help desk tersebut tentu dirasa kurang mengingat jumlah client yang terkoneksi
dengan SISKOTKLN sangat banyak yaitu mencapai 2265 client. Kurangnya
sumber daya manusia ini juga mengakibatkan stakeholder kesulitan
berkomunikasi dengan pengelola, ini terlihat dari pernyataan pengguna
SISKOTKLN berikut:
“ kendalanya itu paling susah komunikasi sama orang BNP2TKI , ada
nomor telephone helpdesk tapi itu jarang diangkat, di e-mail pun jarang
sekali dibales”. (wawancara, 21 Oktober 2014. Pukul 11.10 WIB).
Selain itu, kurangnya sumber daya manusia juga terlihat dari tidak adanya
penanggung jawab sistem di daerah (BP3TKI) seperti yang tertulis dalam
peraturan kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja No.
PER-26/KA/X11/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan SISKOTKLN dimana
penanggung jawab sistem adalah staf yang mempunyai keterampilan di bidang IT
dan telah mengikuti Bimtek SISKOTKLN yang bertanggung jawab terhadap
operasional perangkat, jaringan dan software aplikasi serta penerbitan KTKLN.
11
Kenyataan di lapangan adalah penanggung jawab sistem hanya 1 orang kepala
seksi penempatan TKI BP3TKI dibantu oleh staf baik orang IT maupun bukan.
BP3TKI khususnya di Banten hanya ada satu tenaga ahli IT (Information
Technology), jumlah ini tentu tidak cukup untuk menangani permasalahan sarana
dan prasarana seperti hardware SISKOTKLN di Provinsi Banten. Sedangkan
Dinas Ketenagakerjaan di daerah Provinsi Banten tidak semua memiliki tenaga
ahli IT. Kurangnya sumber daya manusia yang mengelola SISKOTKLN juga
terlihat di Dinas Ketenagakerjaan dimana hanya ada satu operator/pegawai
SISKOTKLN yang mengerti tentang SISKOTKLN dan telah mengikuti pelatihan
atau Bimtek SISKOTKLN. Jumlah tersebut tentu bisa menjadi kendala mengingat
jumlah TKI dari daerah berbeda-beda sehingga menyebabkan beban kerja yang
berbeda. Selain itu, dengan hanya ada satu operator SISKOTKLN pelayanan TKI
akan terhambat apabila operator SISKOTKLN tidak bekerja atau berhalangan
hadir karena tidak semua pegawai dapat menggunakan SISKOTKLN.
Kedua masih terjadi kendala teknis dalam pengoperasian SISKOTKLN.
Masalah teknis ini kerap terjadi pada server database SISKOTKLN yang sering
mengalami overload yang mengakibatkan proses upload dan download data
terganggu. Gangguan overload database ini juga menyebabkan data tertahan
sehingga pengguna mengalami kesulitan untuk membuka dan download data. Hal
ini juga sesuai dengan pernyataan pengguna SISKOTKLN berikut:
“ SISKOTKLN kebanyakan errornya seperti mau buka data detail TKI ni
aja nggak kebuka-buka sampai satu tahun ini susah dibuka dan baru-baru
ini bisa kebuka, terus datanya suka nyangkut tau dah nyangkut kemana.
Misal kita udah upload data tapi ternyata belum ke terima di sana. Jadi
kadang misal tulisan di sisko udah ke kirim nggak taunya di sana belom
tercatat ke kirim”. (wawancara, 21 Oktober 2014. Pukul 13.20 WIB).
12
Gangguan server di Badan Nasional dan Penempatan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia ini terjadi akibat hardisk dari server tersebut crash. Hal
ini dikarenakan masalah umur pakai yang sudah lama. Selain itu proses
pengembangan aplikasi SISKOTKLN di Badan Nasional dan Penempatan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang masih terus dilakukan untuk
menciptakan sistem yang tepat yang dapat memenuhi keinginan pengguna
SISKOTKLN ini juga berakibat pada masalah jaringan lambat yang sering
dialami pengguna dalam mengakses SISKOTKLN sehingga proses kerja
pengguna menjadi terganggu.
Ketiga Kurangnya data dan informasi yang akurat dalam SISKOTKLN.
Hal ini terlihat dari pernyataan pengguna SISKOTKLN berikut:
“ Kendala yang pernah terjadi di SISKOTKLN itu kadang suka terjadi
kesalahan data TKI kayak kesalahan nama, tanggal lahir dan nama
agency”. (wawancara, 11 Agustus 2014. Pukul 09.45 WIB).
Selain itu informasi yang kurang akurat juga dapat dilihat dari masih
banyaknya permasalahan TKI seperti dokumen tidak lengkap. Permasalahan
tersebut seharusnya dapat dicegah atau diminimalisir sebelum TKI berangkat ke
luar negeri atau pada saat TKI melakukan registrasi penempatan TKI melalui
SISKOTKLN, mengingat SISKOTKLN adalah sistem pendataan bagi calon TKI
yang akan berangkat ke luar negeri, sistem yang dirancang untuk menghindari
terjadinya manipulasi data dan penyimpangan lainnya dalam proses penempatan
TKI ke luar negeri.
13
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan, maka peneliti
tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai “EFEKTIVITAS PENERAPAN
SISTEM KOMPUTERISASI TENAGA KERJA LUAR NEGERI DI
BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA
KERJA INDONESIA (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas
Ketenagakerjaan di Provinsi Banten)”.
1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Terdapat beberapa permasalahan yang terkait dengan penerapan
SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia, yaitu sebagai berikut:
1. Kurangnya sumber daya manusia yang mengelola SISKOTKLN.
2. Masih terjadi kendala teknis dalam pengoperasian SISKOTKLN.
3. Kurangnya data dan informasi yang akurat dalam SISKOTKLN.
1.2.2 Batasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian diperlukan untuk lebih
mempersempit masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti
membatasi penelitian pada fokus utama masalah, yaitu Efektivitas penerapan
SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia dengan studi kasus hanya pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas
Ketenagakerjaan yang ada di Provinsi Banten.
14
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah di atas, maka
rumusan masalah yang menjadi kajian peneliti adalah berapa besar tingkat
efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas
Ketenagakerjaan di Provinsi Banten)?
1.4 Tujuan Penelitian
Tanpa adanya tujuan penelitian, maka seorang peneliti tentunya akan
mengalami kesulitan dalam melakukan penelitian. Sesuai dengan latar belakang
dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui
tingkat efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas
Ketenagakerjaan di Provinsi Banten).
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian yang berjudul Efektivitas
Penerapan Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri di Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI,
PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) adalah:
1.5.1 Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan
dan pengetahuan karena akan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan
15
dalam dunia akademis khususnya Ilmu Administrasi Negara, terutama yang
berkaitan dengan sistem informasi manajemen. Selain itu, penelitian ini juga
dapat bermanfaat untuk pengembangan studi sistem informasi manajemen.
1.5.2 Secara Praktis
Bagi Badan terkait, diharapkan penelitian ini dapat menjadi
sumbangan pemikiran dan masukan yang positif untuk peningkatan
pelayanan E-Government terkait penempatan tenaga kerja luar negeri. Bagi
penulis, diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan dan
penguasaan ilmu-ilmu yang pernah diperoleh peneliti selama mengikuti
pendidikan di Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Selain itu, karya
peneliti dapat dijadikan bahan informasi dan referensi bagi pembaca dan
peneliti selanjutnya.
16
BAB II
DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori
Pada bab sebelumnya peneliti telah menguraikan masalah-masalah yang
diperoleh di lapangan yang berkaitan dengan penelitian. Pada bab ini, peneliti
akan mengkaji beberapa teori yang relevan dengan permasalahan penelitian terkait
Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas
Ketenagakerjaan di Provinsi Banten). Penggunaan teori ini sangat penting dalam
suatu penelitian. Teori berguna untuk menjelaskan dan menjadikan pedoman
dalam penelitian. Berikut adalah beberapa teori dalam penelitian Efektivitas
Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di
Provinsi Banten).
2.1.1 Konsep Organisasi Publik
Organisasi publik terdiri dari dari dua kata yaitu “organisasi” dan
“publik”. Sebelum memahami pengertian organisasi publik, terlebih dahulu
akan dijelaskan definisi dari kata “organisasi” dan kata “publik”. Berikut
akan dijelaskan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian organisasi
dan publik.
17
Menurut Chester I. Barnard dalam Syafiie (2006:52) organisasi adalah
suatu sistem kerja sama yang terkoordinasi secara sadar dan dilakukan oleh
dua orang atau lebih.
Menurut James D. Mooney dalam Hasibuan (2009:120) organisasi
adalah setiap bentuk perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
Sedangkan Hasibuan (2009:120) mengemukakan organisasi sebagai
berikut:
“Organisasi adalah suatu perserikatan formal, berstruktur, dan
terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam
mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan
wadah saja.”
Selain itu Hasibuan (2009:122) juga menjelaskan unsur-unsur
organisasi sebagai berikut:
1. Manusia (human factor), artinya organisasi baru ada jika ada unsur
manusia yang bekerja sama ada pemimpin dan ada yang dipimpin
(bawahan).
2. Tempat kedudukan, artinya organisasi baru ada, jika ada tempat
dan kedudukannya.
3. Tujuan, artinya organisasi itu baru ada jika ada tujuan yang ingin
dicapai.
4. Pekerjaan, artinya organisasi itu baru ada jika ada pekerjaan yang
akan dikerjakan serta danya pembagian pekerjaan.
5. Struktur, artinya organisasi itu baru ada jika ada hubungan dan
kerja sama antara manusia yang satu dengan yang lainnya.
6. Teknologi, artinya organisasi itu baru ada jika terdapat unsur
teknis.
7. Lingkungan (environtment external social system), artinya
organisasi itu baru ada, jika ada lingkungan yang saling
mempengaruhi misalnya ada sistem kerja sama sosial.
Berbeda dengan Hasibuan, Syafiie (2006:52) berkesimpulan bahwa
organisasi antara lain yaitu:
1. Wadah atau tempat terselenggaranya administrasi
2. Di dalamnya terjadi berbagai hubungan antar individu maupun
kelompok, baik dalam organisasi itu sendiri maupun keluar
3. Terjadinya kerja sama dan pembagian tugas
18
4. Berlangsungannya proses aktivitas berdasarkan kinerja masing-
masing.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
organisasi adalah wadah dari sekelompok orang yang bekerja sama secara
terkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama.
Selanjutnya pengertian publik, publik berasal dari bahasa Inggris
public yang berarti umum. Dalam bahasa Indonesia sesuai bila diberi
terjemahan praja yang berarti rakyat.
Syafiie (2006:17) menjelaskan kata public di dalam bahasa Inggris
sering didefinisikan berbeda-beda seperti kata public yang didefinisikan
sebagai “umum” misalnya public ownership (milik umum), public utility
(perusahaan umum), public service corporation (perseroan jasa umum).
Kemudian public yang didefinisikan sebagai “masyarakat” misalnya public
relation (hubungan masyarakat), public service (pelayanan masyarakat),
public interest (kepentingan masyarakat). dan public yang didefinisikan
sebagai negara misalnya public finance (keuangan negara), public revenue
(penerimaan negara), public sector (sektor negara). Karena perbedaan dari
arti kata public tersebut maka Syafiie (2006:18) menjelaskan arti public
sebagai berikut:
“Sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan
harapan, sikap, dan tidakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-
nilai norma yang mereka miliki.”
Setelah mengetahui definisi organisasi dan publik berikut akan
dijelaskan definisi organisasi publik secara utuh. Definisi organisasi publik
menurut Nordiawan dan Hertianti (2010:2) adalah:
19
“Organisasi publik merupakan organisasi penyedia barang dan/atau
jasa publik (public goods) yang diperlukan dalam rekayasa struktur
sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan bukan untuk
mencari keuntungan finansial.”
Nordiawan dan Hertianti (2010:4) menyebutkan ciri-ciri organisasi
publik sebagai berikut:
1. Dijalankan tidak untuk mencari keuntungan finansial, melainkan
untuk mencapai suatu misi atas tujuan tertentu (driven by mission).
2. Dimiliki secara kolektif oleh publik.
3. Kepemilikan atas sumber daya tidak digambarkan dalam bentuk
saham yang dapat diperjualbelikan.
4. Keputusan-keputusan yang terkait kebijakan maupun operasi
sering kali didasarkan pada konsensus.
Nordiawan dan Hertianti (2010:4) juga menyebutkan jenis-jenis
organisasi publik yang dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Instansi pemerintah yaitu pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
2. Organisasi nirlaba milik pemerintah yang merupakan bagian
organisasi publik yang bentuknya bukan instansi pemerintah, tetapi
dimiliki pemerintah.
3. Organisasi nirlaba milik swasta yang merupakan bagian organisasi
publik yang dimiliki dan dikelola oleh pihak swasta.
Kemudian Nordiawan dan Hertianti (2010:2) juga menjelaskan
perbedaan organisasi publik dengan perusahaan di sektor komersial sebagai
berikut:
1. Tujuan Organisasi
Perusahaan komersial bertujuan memaksimalkan kesejahteraan
pemegang saham melalui penciptaan keuntungan, sedangkan
organisasi publik bertujuan meningkatkan kesejahteraaan
pelayanan melalui pelayanan.
2. Sumber-Sumber Pendanaan
Perusahaan komersial didanai melalui hasil operasi perusahaan
bersangkutan, selain investasi dari pemegang saham. Sementara
itu, sesuai dengan tujuannya, organisasi sektor publik mendanai
operasinya tidak melalui laba operasi, tetapi melalui cara khusus
berupa sumbangan atau donasi yang bersifat suka rela.Untuk
20
organisasi pemerintahan, sumber pendanaan diperoleh melalui
penerimaan pajak, retribusi, hibah dan sumbangan lainnya.
3. Peraturan Perundangan
Organisasi publik khususnya lembaga pemerintah, harus
melakukan aktivitasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku. Sedangkan perusahaan komersial, mereka bisa memilih
aktivitas yang akan dilakukan atas produk yang akan dibuat
berdasarkan pertimbangan untung dan rugi.
Berbeda dengan Nordiawan dan Hertianti, Syafiie (2006:53)
menjelaskan organisasi publik adalah:
“Organisasi yang terbesar yang mewadahi seluruh lapisan masyarakat
dengan ruang lingkup negara dan mempunyai kewenangan yang
absah (terlegitimasi) di bidang politik, administrasi, pemerintahan dan
hukum secara terlembaga sehingga mempunyai kewajiban melindungi
warganya, serta melayani kebutuhannya, sebaliknya berhak pula
memungut pajak untuk pendanaan, dan menjatuhkan hukuman
sebagai sanksi penegakan peraturan.”
Syafiie (2006:53) juga mengemukakan organisasi publik sering kita
lihat pada bentuk organisasi pemerintah yang juga dikenal sebagai birokrasi
pemerintah.
2.1.2 Konsep Manajemen Pelayanan
Manajemen menurut Manullang dalam Ratminto dan Winarsih
(2006:1) mendefinisikan manajemen sebagai:
“Seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan,
pengarahan dan pengawasan daripada sumber daya manusia untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.”
Sementara Harold Koontz dan Cyril O’Donnel dalam Hasibuan
(2009:3) mendefinisikan manajemen sebagai:
“Usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain
dimana manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang
lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan,
pengarahan, dan pengendalian.”
21
Setelah mengetahui definisi manajemen selanjutnya adalah
mengetahui definisi pelayanan. Definisi pelayanan menurut Ivancevich,
Lorenzi, Skinner dan Crosby dalam Ratminto dan Winarsih (2006:2)
pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba)
yang melibatkan usaha-usaha manusia dan menggunakan peralatan.
Menurut Gronroos dalam Ratminto dan Winarsih (2006:2)
mendefinisikan pelayanan sebagai berikut:
“Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang
bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai
akibat adanya interaksi antar konsumen dengan karyawan atau hal-hal
lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang
dimaksud untuk memecahkan permasalahan kosumen/pelanggan.”
Untuk mengetahui pelayanan lebih jauh Zemke dalam Ratminto dan
Winarsih (2006:3) menjelaskan karakteristik pelayanan sebagai berikut:
1. Konsumen memiliki kenangan. Pengalaman atau memori tersebut
tidak bisa dijual atau diberikan kepada orang lain.
2. Tujuan penyelenggaraan pelayanan adalah keunikan. Setiap
konsumen dan setiap kontak adalah spesial.
3. Suatu pelayanan terjadi saat tertentu, ini tidak dapat di simpan di
gudang atau dikirimkan contohnya.
4. Konsumen adalah rekanan yang terlibat dalam proses produksi.
5. Konsumen melakukan kontrol kualitas dengan cara
membandingkan harapannya dengan pengalamannya.
6. Jika terjadi kesalahan, satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk
memperbaiki adalah meminta maaf.
7. Moral karyawan berperan sangat menentukan.
Dari beberapa definisi manajemen dan pelayanan yang telah
dijelaskan, Ratminto dan Winarsih (2006:4) Kemudian mendefinisikan
Manajemen pelayanan sebagai berikut:
22
“Manajemen pelayanan adalah suatu proses penerapan ilmu dan seni
untuk menyusun rencana, mengimplementasikan rencana,
mengkoordinasikan dan menyelesaikan aktivitas-aktivitas pelayanan
demi tercapainya tujuan-tujuan pelayanan.”
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan manajemen pelayanan
adalah bagaimana mengelola pelayanan dalam mencapai tujuan pelayanan.
Untuk dapat menyelenggarakan manajemen pelayanan dengan baik, terlebih
dahulu kita harus memahami beberapa konsep pokok manajemen pelayanan.
Salah satu konsep yang sangat penting dalam manajemen pelayanan adalah
moment of truth (momen kritis pelayanan).
Albrecht dan Bradford dalam Ratminto dan Winarsih (2006:57)
mendefinisikan momen kritis pelayanan sebagai berikut:
“Momen kritis adalah kontak yang terjadi antara konsumen dengan
setiap aspek organisasi yang akan membentuk opini konsumen
tentang kualitas pelayanan yang diberikan oleh organisasi tersebut.”
Albrecht dan Bradford dalam Ratminto dan Winarsih (2006:58) juga
menyatakan bahwa harus ada kesesuaian antara kapabilitas antara tiga faktor
dalam pengelolaan moment of truth, yaitu:
a. Konteks pelayanan
b. Referensi yang dimiliki oleh konsumen
c. Referensi yang dimiliki oleh anggota organisasi penyelenggara
pelayanan.
23
Berikut adalah model dari kesesuaian tiga faktor moment of truth
(momen kritis pelayanan)
Gambar 2.1 Model Momen Kritis Pelayanan
Selain itu untuk berempati kepada konsumen Albrecht dan Bradford
dalam Ratminto dan Winarsih (2006:59) juga telah membuat konsep
lingkaran pelayanan yang berarti serangkaian momen kritis pelayanan yang
dialami oleh konsumen ketika konsumen memanfaatkan jasa layanan.
Konsep lingkaran pelayanan ini akan membantu kita mengidentifikasi
momen-momen kritis pelayanan yang harus dikelola secara professional.
Masukan
Perilaku
Nilai
Kepercayaan
Keinginan
Perasaan
Harapan
Masukan
Perilaku
Nilai
Kepercayaan
Keinginan
Perasaan
Harapan
Konteks Pelayanan
Perilaku
Nilai
Kepercayaan Keinginan Perasaan Harapa
Momen kritis pelayanan
Referensi
yang
dimiliki
oleh
konsumen
Referensi
yang
dimiliki
oleh
anggota
organisasi
24
Berikut adalah ilustrasi lingkaran pelayanan di plaza
Gambar 2.2 Contoh Lingkaran Pelayanan di Plaza
Selanjutnya Albert dan Zemke dalam Ratminto dan Winarsih
(2006:79) dalam hal berkaitan dengan manajemen pelayanan mengemukakan
bahwa organisasi-organisasi yang bergerak dibidang pelayanan yang sangat
berhasil memiliki tiga kesamaan, yaitu:
a. Disusunnya strategi pelayanan yang baik
b. Orang di garis depan yang berorientasi pada pelanggan/konsumen
c. Sistem pelanggan yang ramah
Interaksi antara ketiga faktor tersebut dan pelanggan akan
menentukan keberhasilan manajemen dan kinerja pelayanan organisasi.
Konsep Albert dan Zamke ini dinamakan The Service Triangle (Model
Segitiga Pelayanan).
25
Berikut adalah Model Segitiga Pelayanan menurut Albert dan Zamke
Gambar 2.3 Model Segitiga Pelayanan
Sementara Zeithmal, Parasuraman & Berry dalam Ratminto dan
Winarsih (2006:81) dalam hal berkaitan dengan manajemen pelayanan
mengemukakan bahwa manajemen pelayanan yang baik tidak bisa
diwujudkan karena adanya lima gap yaitu:
a. Gap 1 yaitu gap persepsi manajemen
b. Gap 2 yaitu gap persepsi kualitas
c. Gap 3 yaitu gap penyelenggaraan pelayanan
d. Gap 4 yaitu gap komunikasi pasar
e. Gap 5 yaitu gap kualitas pelayanan.
Selain itu untuk menyelenggarakan manajemen pelayanan yang baik
Viljoen dalam Ratminto dan Winarsih (2006:58) mengemukakan prinsip-
prinsip pelayanan yang dapat menjadi acuan sebagai berikut:
a. Identifikasi kebutuhan konsumen yang sesungguhnya
b. Sediakan pelayanan yang terpadu (one-stop-shop)
c. Buat sistem yang mendukung pelayanan konsumen
d. Usahakan agar semua orang atau karyawan bertanggung jawab
terhadap kualitas pelayanan
e. Layanilah keluhan konsumen secara baik
strategi
customer
sistem SDM
26
f. Terus berinovasi
g. Karyawan adalah sama pentingnya dengan konsumen
h. Bersikap tegas tetapi ramah dengan konsumen
i. Jalin komunikasi dan interaksi khusus dengan pelanggan
j. Selalu mengontrol kualitas.
2.1.3 Konsep Sistem Informasi Manajemen
Sebelum membahas definisi Sistem Informasi Manajemen, perlu
dipahami terlebih dahulu pengertian sistem, informasi dan manajemen secara
satu per satu yaitu:
Menurut Fahmi (2010:77) sistem adalah seperangkat komponen yang
berada dalam suatu organisasi yang saling berhubungan dalam menunjang
aktivitas kerja organisasi.
Sedangkan Sutabri (2004:2) menjelaskan definisi sistem dengan dua
kelompok pendekatan yaitu kelompok yang menekankan pada prosedur dan
kelompok yang menekankan pada elemen atau komponennya. Sutabri
menjelaskan:
“Pendekatan yang menekankan pada prosedur mendefinisikan sistem
sebagai suatu jaringan kerja dari prsedur-prosedur yang saling
berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu
kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Sedangkan
pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen atau
komponen mendefinisikan sistem sebagai kumpulan dari elemen-
elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.
Kedua kelompok definisi yang di jelaskan Sutabri diatas ini adalah
benar dan tidak bertentangan. Yang berbeda adalah cara pendekatannya.
Kemudian Nugroho (2008:17) mengatakan sistem dapat didefinisikan
sebagai sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama
27
untuk mencapai suatu tujuan. Susunan suatu sistem pada dasarnya terdiri atas
unit input, unit pengolah dan unit output.
Nugroho (2008:17) juga menjelaskan sistem dapat dibedakan sebagai
sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem dikatakan terbuka jika terjadi arus
sumber daya antara sistem dengan lingkungannya. Sedangkan jika tidak ada
interaksi dengan lingkungannya, sistem disebut sistem tertutup.
Dari pengertian sistem diatas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah
seperangkat atau sekumpulan komponen/elemen yang saling berhubungan/
berinteraksi / terintegrasi untuk mencapai suatu tujuan.
Kemudian untuk definisi informasi menurut Nugroho (2008:13)
Informasi adalah suatu pengetahuan yang berguna untuk pengambilan
keputusan.
Schermerhorn (1997:186) dalam konteks manajemen mengatakan
informasi merupakan data yang berguna bagi pembuatan keputusan dan
pemecahan masalah.
Sutabri (2004:17) mengatakan Informasi merupakan proses lebih
lanjut dari data yang sudah memiliki nilai tambah. Informasi adalah data yang
telah diklasifikasikan atau diolah atau diinterpretasikan untuk digunakan
dalam proses pengambilan keputusan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan
data yang telah diolah atau di interpretasikan yang berguna untuk
pengambilan keputusan.
28
Menurut Siagian (2009:15) ada delapan tahap penting dalam
penanganan informasi, yaitu:
a. Penciptaan Informasi
Data tidak mempunyai nilai intrinsik dalam proses pengambilan
keputusan. Data dari berbagai sumber memerlukan pengolahan
lebih lanjut agar sifatnya berubah menjadi informasi yang memiliki
nilai sebagai alat pendukung proses pengambilan keputusan.
Menciptakan informasi tidak terlepas dari identifikasi dan
penggalian sumber-sumber yang tepat.
b. Pemeliharaan Saluran Informasi
Saluran informasi baik secara internal maupun eksternal, saluran
tersebut dapat berupa: (a) saluran melalui komunikasi lisan, (b)
saluran dengan menggunakan tulisan, (c) komputer pada satuan-
satuan kerja dalam organisasi yang on-line dengan komputer utama
(mainframe), (d) saluran telepon, (e) teleks, (f) faksimile, dan (g)
electronic mail.
c. Seleksi dan Transmisi Informasi
Tidak semua satuan kerja dan tidak semua orang yang terdapat
dalam satu organisasi memerlukan informasi yang sama. Informasi
yang dimiliki oleh organisasi perlu diseleksi oleh berbagai pemakai
informasi tersebut. Oleh karena itu pentingnya kemampuan
memilih dan menggunakan sarana transmisi informasi yang tepat.
d. Penerimaan Informasi Secara Selektif
Penerima informasi perlu memiliki kemampuan untuk melakukan
seleksi. Salah satu cara yang kini umum digunakan dalam kaitan
ini ialah menciptakan data induk (data base) dimana semua jenis
informasi yang diperkirakan akan dibutuhkan oleh semua
komponen perusahaan disimpan dan dipelihara.
e. Penyimpanan Informasi
Perkembangan teknologi informasi menunjukkan bahwa disamping
ingatan manusia, terdapat berbagai alat penyimpanan informasi
yang dapat digunakan, misalnya sistem kartu, tape, microfilm, hard
disk, floppy disk dan sebagainya.
f. Penelusuran Informasi
Penelusuran informasi adalah pencarian informasi yang telah
disimpan sebelumnya untuk digunakan oleh pengguna.
g. Penggunaan Informasi
Informasi sudah menyentuh seluruh segi kehidupan dan
penghidupan, baik pada tingkat individual, tingkat kelompok, dan
tingkat organisasi.
h. Penilaian Kritis dan Sistem Umpan Balik
29
Berhubungan dengan semua tahap yang telah disinggung dimuka,
diperlukan kegiatan penilaian yang kritis terhadap sistem
informasi. Agar penilaian yang dilakukan mencapai sasarannya
diperlukan serangkaian standar penilaian. Hasil penilaian harus
diumpanbalikkan kepada berbagai pihak dan dengan bahan umpan
balik tersebut diharapkan proses manajemen dalam organisasi
dapat berlangsung dengan lebih lancar, efisien, dan efektif yang
pada gilirannya meningkatkan kinerja organisasi sebagai
keseluruhan.
Secara Skematis, tahap-tahap yang dibahas dimuka terlihat pada bagan di
bawah ini:
Gambar 2.4 Tahap-Tahap Penanganan Informasi menurut Siagian
Kemudian selanjutnya yang akan dibahas adalah pengertian
manajemen. Manajemen menurut Hasibuan (2009:255) adalah ilmu seni yang
mengatur proses pemanfaaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan G.R.Terry dalam Hasibuan (2009:255) memandang
manajemen sebagai suatu proses, yaitu sebagai berikut:
Penciptaan Informasi
Pemeliharaan Saluran
Transmisi Selektif
Penerimaan Selektif
Penyimpanan dan Penelusuran
Penggunaan
Evaluasi Kritis
dan Umpan
Balik
Teknologi
Informasi
30
“manajemen adalah suatu proses tertentu yang terdiri atas
perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, dan pengawasan yang
dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya”.
Dale Yoder, Ph.D dalam Hasibuan (2009:255) juga memandang
manajemen sebagai suatu proses. Dale Yoder, Ph.D mengatakan manajemen
menunjukkan proses perencanaan, pengarahan, dan pengawasan.
Jadi dapat disimpulkan manajemen adalah suatu seni untuk mengatur
atau mengelolah proses pemanfaatan sumber daya dengan cara seperti
perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Setelah mengetahui pengertian sistem, informasi dan manajemen
maka selanjutnya akan dijelaskan pengertian sistem informasi manajemen.
Berikut adalah pengertian sistem informasi manajemen menurut beberapa
para ahli:
Menurut Nugroho (2008:16) Sistem Informasi Manajemen, di singkat
SIM, adalah adalah sebuah sistem informasi yang berfungsi mengelola
informasi bagi manajemen organisasi. Nugroho juga menjelaskan konsep
SIM sebenarnya telah ada sebelum komputer muncul, yaitu dimana segala
macam informasi di dalam organisasi harus diolah dengan cepat teliti dan
andal. Namun tanpa komputer konsep tersebut hanya menjadi teori. Sekarang,
dengan adanya komputer, konsep SIM tersebut telah menjadi kenyataan.
Sedangkan menurut Fahmi (2010:77) Sistem Informasi Manajemen
(SIM) adalah :
“suatu perangkat manajemen yang dipergunakan untuk mendukung
pihak manajemen perusahaan dalam menerima, mengolah dan
31
mengelola perusahaan secara baik dan sistematis dengan tujuan untuk
mendukung penciptaan kinerja perusahaan”.
Menurut Davis (2002:3) definisi sebuah sistem informasi manajemen,
istilah yang umum dikenal orang, adalah sebuah sistem manusia/mesin yang
terpadu (integrated). Davis juga menjelaskan SIM berguna untuk menyajikan
informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan
keputusan dalam sebuah organisasi. Sistem ini menggunakan perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (software) komputer, prosedur pedoman,
model manajemen dan keputusan, dan sebuah data base.
Kemudian Schermerhorn (1997:188) menjelaskan Sistem Informasi
Manajemen (SIM) terdiri atas kegiatan mengumpulkan, mengorganisasikan,
dan mendistribusikan data dalam suatu cara tertentu untuk memenuhi
kebutuhan manajer akan informasi.
Sedangkan menurut Scoot (2002:69) definisi SIM adalah sekumpulan
sistem informasi yang saling berinteraksi yang memberikan informasi baik
untuk kepentingan operasi atau kegiatan manajerial.
Scoot (2002:100) juga menjelaskan Sistem Informasi Manajemen
(SIM) adalah:
“serangkaian sub-sistem informasi yang menyeluruh dan
terkoordinasi dan secara nasional terpadu yang mampu
mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian
cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan
sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan”.
Berikut adalah uraian pengertian SIM menurut Scoot :
a. Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah menyeluruh
SIM adalah Serba melingkupi. Di dalam SIM termasuk sistem
pemroses transaksi dan sistem-sistem yang utama dirancang bagi
para manajer di berbagai tingkatan.
b. Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah Terkoordinasi
32
Komponen sebuah SIM biasanya tidak dikelola dari satu titik pusat
organisasi; ada berbagai departemen pengguna, department
pemroses data, dan mungkin fungsi pengelola data yang terpisah,
bahkan yang lain-lainnya mungkin memiliki hak atas bagian
tertentu dari Sistem Informasi Manajemen.
c. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Memiliki Sub-sistem
Informasi
Sistem informasi manajemen adalah serangkaian sub-sistem, atau
sistem komponen setengah terpisah yang merupakan bagian dari
keseluruhan dan merupakan sistem yang terpadu.
d. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Terintegrasi Secara Rasional
Sub-sistem (kumpulan dari sistem yang semi-terpisah) adalah
terpadu sehingga kegiatan dari masing-masing saling berkaitan
satu dengan yang lainnya; integrasi ini dilakukan terutama dengan
melewatkan data di anatara sistem-sistem tersebut.
e. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Mentransformasikan Data ke
dalam Informasi dengan Berbagai Cara
Apabila data dan berguna bagi manajer tertentu untuk tujuan
tertentu, maka ia menjadi informasi. Ada berbagai cara dimana
data harus ditransformasikan ke dalam sebuah sistem informasi.
f. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Meningkatkan Produktivitas
Sistem Informasi Manajemen (SIM) dengan berbagai cara mampu
meningkatkan produktivitas. SIM mampu melaksanakan tugas
rutin seperti penyiapan dokumen dengan efisien, ia mampu
memberikan layanan terbaik bagi organisasi eksternal individu, dan
juga mampu memberikan peringatan dini tentang masalah internal
dan ancaman eksternal.
g. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Sesuai dengan Sifat dan Gaya
Manajer
Suatu sistem informasi Manajemen (SIM) dikembangkan lewat
pengenalan atas sifat dan gaya manajerial dari personil yang akan
menggunakannya, termasuk juga sumbangan yang diberikan oleh
para manajer.
h. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Menggunakan Kriteria Mutu
yang Telah Ditetapkan
Sebuah sistem informasi manajemen harus diarancang agar sesuai
dengan toleransi terhadap kecepatan, relevansi, dan ketepatan
informasi. Toleransi ini bervariasi dari satu tugas ke tugas lainnya,
dan dari satu lapis ke lapis lainnya di dalam organisasi.
McLeod (2008:12) pada kesempatan lain menjelaskan Sistem
Informasi Manajemen sebagai suatu sistem berbasis komputer yang membuat
informasi tersedia bagi para pengguna yang memiliki kebutuhan serupa.
33
Pada era teknologi informasi sekarang ini ada banyak macam sistem
informasi, menurut Abdul Kadir dalam Fahmi (2010:77) ada bermacam-
macam sistem informasi, antara lain :
a. Sistem reservasi pesawat terbang: digunakan dalam biro perjalanan
untuk melayani pemesanan tiket/pembelian tiket
b. Sistem untuk menangani penjualan tiket kendaraan bermotor
sehingga dapat digunakan untuk memantau utang para pelanggan
c. Sistem biometrik yang dapat mencegah orang yang tak berwenang
memasuki fasilitas-fasilitas rahasia atau mengakses informasi yang
bersifat rahasia dengan cara menganalisa sidik jari atau retina mata
d. Sistem POS (poin of sale) yang diterapkan pada kebanyakan pasar
swalayan dengan dukungan pembaca barcode untuk mempercepat
pemasukan data
e. Sistem telemetri atau pemantauan jarak jauh yang menggunakan
teknologi radio, misalnya untuk mendapatkan suhu lingkungan
pada gunung berapi atau memantau getaran pilar jembatan rel
kereta api.
f. Sistem berbasis kartu cerdas (Smart Card) yang dapat digunakan
oleh juru medis untuk mengetahui riwayat penyakit pasien yang
datang kerumah sakit karena didalam kartu tersebut terekam data-
data mengenai pasien
g. Sistem yang dipasangkan pada tempat-tempat publik yang
memungkinkan seseorang mendapatkan informasi seperti hotel,
tempat pariwisata, pertokoan dan lain lain
h. Sistem layanan akademis berbasis web yang memungkinkan
mahasiswa memperoleh data-data akademis atau bahkan
mendaftarkan mata kuliah yang diambil pada semester baru
i. Sistem pertukaran data elektronis ( electronic data interchange
atau EDI) yang memungkinkan pertukaran dokumen antar
perusahaan secara elektronis dan data yang terkandung dalam
dokumen dapat diproses secara langsung oleh komputer
j. E-government atau sistem informasi layanan pemerintah yang
berbasis internet.
Di dalam pengembangan suatu SIM, ada banyak faktor yang
memengaruhi pengembangannya. Faktor-faktor inilah yang nantinya akan
menentukan karakteristik SIM yang di bangun misalnya sentralisasi ataukah
disentralisasi, tingkat keamanannya harus ketat ataukah seperlunya saja, dan
lain sebagainya. Menurut Burch dan Grunidski dalam Nugroho (2008:83)
34
mengemukakan suatu sistem informasi dapat dipandang sebagai suatu sistem
yang terdiri atas 6 blok pembentuk yaitu: (1) blok input, (2) blok output, (3)
blok model, (4) blok teknologi, (5) blok database, dan (6) blok control.
Pengembangan blok tersebut dipengaruhi oleh 10 faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tersebut adalah:
a. Integrasi
Pengembangan sistem harus mempertimbangkan tingkat integrasi
yang sesuai organisasi yang membutuhkannya. Ada dua jenis
tingkat integrasi yang bisa digunakan sebagai patokan yaitu: (1)
sistem yang tergandeng erat dan (2) sistem yang tergandeng lunak.
b. Format Tatap Muka Layar Tampilan
Format tatap muka layar tampilan (user interface) tentu saja harus
dibuat yang baik agar nyaman dan mudah digunakan.
c. Kekuatan kompetitor
Apabila kompetitor organisasi sudah menerapkan SIM yang yang
canggih, tentu saja sebaiknya SIM yang dikembangkan tidak kalah
modern dengan para pesaingnya.
d. Kualitas Informasi yang Dikehendaki
Semua organisasi menghendaki informasi yang berkualitas baik.
Namun derajat kualitas yang dibutuhkan berbeda-beda sesuai
dengan sifat organisasinya.
e. Kebutuhan Sistem
Dari aspek sistem setidaknya ada 6 faktor yang perlu
dipertimbangkan di dalam membuat SIM: (1) Reliabilitas sistem
(2) kemudahan (availability), (3) keluwesan (flexibility), (4) jadwal
instalasi, (5) Harapan umur sistem, dan (6) kemudahan dipelihara.
f. Pengolahan Data
Dari aspek pengolahan data setidaknya ada 4 hal yang perlu
dipertimbangkan: (1) volume data yang diolah, dan (2) kecepatan
komputasi yang dibutuhkan.
g. Faktor Organisasi
Ada empat aspek yang harus dipertimbangkan karena turut
memengaruhi perancangan SIM yang dibuat, yaitu sebagai berikut:
(1) jenis organisasi, (2) model organisasi, (3) ukuran, dan (4) gaya
manajemen.
h. Kebutuhan Untung Rugi Organisasi
Organisasi berupa perusahaan yang bersifat profit oriented akan
berbeda dengan organisasi birokrasi pemerintah yang bersifat
pelayanan kepada masyarakat sehingga tidak terlalu memikirkan
untung rugi.
35
i. Faktor Manusia
Faktor SDM akan memengaruhi model kecanggihan SIM yang
akan dibuat.
j. Masalah Hukum
Saat menggunakan perangkat keras ataupun lunak, diperhatikan
pula masalah hukum yang berkaitan dengan hak cipta.
Berbeda dengan Burch dan Grunidski, yang mengemukakan faktor-
faktor yang mempengaruhi pengembangan sistem informasi, DeLone dan
McLean (2003:9) dalam penelitiannya yang berjudul The DeLone and
McLean Model of Information Systems Success A Ten Year Update
mengemukakan beberapa faktor kesuksesan dan efektivitas sistem informasi
yaitu dapat dinilai dari:
1. System Quality (Kualitas Sistem) dapat dilihat dari: adaptability
(adaptasi), availability (ketersedian), reliability (keandalan),
response time (kecepatan akses), usability (kebergunaan).
2. Information Quality (Kualitas Informasi) dapat dilihat dari:
completeness (Kelengkapan), ease of understanding (kemudahan
untuk dimengerti), personalization (personalisasi), relevance
(relevansi), security (keamanan)
3. Service Quality (Kualitas Pelayanan) dapat dilihat dari: assurance
(jaminan), empathy (kepedulian), responsiveness (kesigapan)
4. Use (penggunaan) dapat dilihat dari: nature of use (sifat
penggunaan), navigation patterns (pola navigasi), number of
transactions executed (jumlah transaksi yang diselesaikan)
5. User satisfaction (kepuasan pengguna)
6. Net Benefits (Kemanfaatan) dapat dilihat dari: cost savings
(penghematan biaya), reduced search cost (mengurangi biaya
pencarian), times savings (penghematan waktu)
36
Berikut adalah gambar dari model kesuksesan sistem informasi D&M
Gambar 2.5 Updated D&M IS Success Model
Berikut adalah penjelasannya: a. Information Quality (Kualitas
Informasi, berkaitan dengan output sistem informasi; b. System Quality
(Kualitas Sistem) berkaitan dengan evaluasi sistem pengolahan informasi itu
sendiri; c. Service Quality (Kualitas Pelayanan) untuk mengakses harapan
pengguna mengenai kualitas pelayanan dalam organisasi; d. Intention to Use
(Penggunaan) berkaitan dengan penggunaan output dari sistem informasi
oleh penerima; e. User Satisfaction (Kepuasan Pengguna) berkaitan dengan
respons penerima terhadap penggunaan output sistem informasi; f. Net
Benefits (Kemanfaatan) merupakan dampak atau manfaat dari aktivitas
sistem informasi.
37
2.1.4 Konsep Efektivitas
Efektif atau dalam bahasa inggris effective mempunyai arti berhasil,
tepat, manjur dan mengesankan. Pengertian efektivitas secara umum
menunjukkan seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.
Miller dalam Tangkilisan (2005:138) mengemukakan makna
efektivitas adalah sebagai berikut:
“ Efektivitas dimaksud sebagai tingkat seberapa jauh sistem sosial
mencapai tujuannya. Efektivitas ini harus dibedakan dengan efisiensi.
Efisiensi terutama mengandung pengertian perbandingan antara biaya
dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan dengan
pencapaian suatu tujuan.”
Pengertian ini juga sejalan dengan yang dirumuskan oleh Mahsun
(2006:182) mengenai efektivitas yaitu:
“Efektivitas (hasil guna) merupakan hubungan antara keluaran dengan
tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Pengertian efektivitas pada
dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan.
Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan tersebut
mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely)”.
Robbins (1994:85) juga menjelaskan bahwa efektivitas dapat
didefinisikan sebagai tingkat pencapaian organisasi atas tujuan jangka
panjang (tujuan) dan jangka panjang (cara).
Sedangkan menurut Siagian dalam Indrawijaya (2010:175),
memberikan pengertian tentang efektivitas berkaitan dengan pelaksanaan
suatu pekerjaan, yaitu:
“ efektivitas berarti penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang
telah ditetapkan. Artinya apakah pelaksanaan suatu tugas dinilai baik
atau tidak, terutama menjawab pertanyaan bagaimana cara
melaksanakannya, dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu.”
38
Kemudian menurut Saxena dalam Indrawijaya (2010:175)
mengemukakan efektivitas sebagai berikut:
Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target
(kualitas, kuantitas, waktu) telah dicapai. Makin besar target yang
dicapai, maka semakin tinggi tingkat efektivitas. Konsep ini
orientasinya lebih tertuju pada keluaran. Masalah penggunaan
masukan tidak menjadi isu dalam konsep ini. Pada umumnya
organisasi pemerintah (yang tidak mencari laba) berorientasi ke
pencapaian efektivitas.
Dari beberapa pengertian efektivitas diatas walaupun berbeda-beda
namun banyak yang merujuk efektivitas sebagai pencapaian tujuan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah seberapa jauh tujuan atau target
yang telah ditentukan bisa tercapai.
Sedangkan dari segi kriteria efektivitas Makmur (2011:7)
memjelaskan unsur-unsurnya antara lain:
a. Ketepatan penentuan waktu. Sebagaimana kita maklumi bahwa
waktu adalah sesuatu yang dapat menentukan keberhasilan sesuatu
kegiatan yang dilakukan dalam sebuah organisasi. Demikian pula
halnya akan sangat berakibat terhadap kegagalan suatu aktivitas
organisasi, penggunaan waktu yang tepat akan menciptakan
efektivitas pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
b. Ketepatan perhitungan biaya. Ketepatan dalam pemanfaatan biaya
terhadap suatu kegitan, dalam arti bahwa tidak mengalami
kekurangan sampai kegiatan itu dapat diselesaikan
c. Ketepatan dalam pengukuran. Kita telah menyadari bahwa setiap
kegiatan yang dilakukan senantiasa mempunyai ukuran yang
digunakan dalam melaksanakan suatu kegiatan atau tugas yang
dipercayakan kepada kita adalah merupakan bagian dari
keefektivitasan.
d. Ketepatan dalam menentukan pilihan. Kesalahan dalam memilih
suatu pekerjaan, metode, benda, sahabat, pasangan, dan lain
sebagainya berarti tindakan yang dilakukan itu gambaran
ketidakefektivan serta kemungkinan menciptakan penyesalan
dikemudian hari. Sebaliknya bahwa ketepatan memilih suatu
kebutuhan atau akan memberikan kebahagiaan bagi manusia yang
bersangkutan dalam perjalanan kehidupannya.
e. Ketepatan berfikir. Ketepatan berfikir akan melahirkan keefektivan
sehingga kesuksesan yang senantiasa diharapkan itu dalam
39
melakukan suatu bentuk kerjasama dapat memberikan hasil yang
maksimal.
f. Ketepatan dalam melakukan perintah. Keberhasilan aktivitas suatu
organisasi sangat banyak dipengaruhi oleh kemampuan seorang
pemimpin, salah satu tuntutan kemampuan memberikan perintah
yang jelas dan mudah dipahami oleh bawahan.
g. Ketepatan dalam menentukan tujuan. Tujuan yang ditetapkan
secara tepat akan sangat menunjang efektivitas pelaksanaan
kegiatan terutama yang berorientasi kepada jangka panjang.
h. Ketepatan ketepatan sasaran. Sejalan dengan apa yang kita
sebutkan di atas, bahwa tujuan lebih berorientasi kepada jangka
panjang dan sifatnya stratejik, sedangkan sasaran lebih berorientasi
kepada jangka pendek dan lebih bersifat operasional, penentuan
yang tepat baik yang ditetapkan secara individu maupun sasaran
yang ditetapkan organisasi sesungguhnya sangat menentukan
keberhasilan aktivitas organisasi.
Berbeda dengan Makmur, Tyson (2001:233) menjelaskan jenis
kriteria efektivitas adalah sebagai berikut:
a. Pengarahan: menetapkan tujuan, perencanaan jangka panjang dan
jangka pendek; kewirausahaan dan investasi yang dapat dipercaya
dalam perusahaan-perusahaan komersial; merencanakan struktur
organisasi yang tepat; memelihara citra positif perusahaan. Diukur
atau ditunjukan dengan tingkat tujuan yang dicapai – adanya
tinjauan strategi ke masa depan, keberhasilan inovasi,
profitabilitas, nilai saham yang tinggi, dan sebagainya. Kenyataan
memperlihatkan bahwa banyak dari indikatortersebut memberikan
alasan yang entah favorable atau tidak, sangat diluar pengendalian
organisasi, dan indikator-indikator tersebut tidak selalu merupakan
dari efektivitasnya.
b. Delegasi: motivasi dengan mendorong diambilnya keputusan yang
dipertimbangkan dengan baik yang mengarah kepada tindakan. Hal
ini menyatakan bahwa manager memiliki wewenang yang
diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Diukur atau
ditunjukan dengan luasnya wewenang yang didelegasikan, dan
apakah hal itu dianggap tepat oleh bawahan; tingkat dorongan dari
atas.
c. Pertanggungjawaban: pengertian yang jelas mengenai siapa
bertanggung jawab atas apa, tanpa ada kesenjangan diantara
sejumlah pertanggungjawaban. Diukur atau ditunjukan dengan:
seberapa jauh atasan memahami bahwa pertanggungjawaban
dilaksanakaan dalam rangka mencapai tujuan.
d. Efesiensi: penggunaan optimum dari sumber daya dan pencapaian
terhadap tingkat output yang direncanakan dengan biaya minimum.
Diukur atau ditunjukan dengan: rasio input-output
40
e. Koordinasi: mengintegrasikan aktivitas dan konstribusi dari
bagian-bagian yang berlainan dalam perusahaan/ diukur atau
ditunjukan dengan: hubungan yang mendukung diantara unit-unit
yang saling tergantung; tingkat gangguan aliran aktivitas. Mungkin
juga meliputi tingkat persediaan, pengantaran, dan sebagainya.
f. Adaptasi: kemampuan untuk menanggapi perubahan lingkungan,
kecakapan untuk membuat inovasi dan memecahkan masalah.
Diukur atau ditunjukan dengan: perubahan-perubahan dalam
pangsa pasar dan laju perkembangan produk baru yang berhasil.
Mungkin juga meliputi solusi kreatif terhadap berbagai masalah
ataupun perkembangan praktek-praktek yang mengalami
perbaikan,
g. Sistem sosial dan harapan perorangan: memelihara sistem sosial,
hubungan dan keadaan tenaga kerja supaya perusahaan
mendapatkan komitmen dari karyawan. Diukur pergantian staf, dan
sebagainya.
Kemudian Gibson et al., dalam Tika (2006:129) mengemukakan
kriteria efektivitas organisasi terdiri dari lima unsur, yaitu produksi, efesiensi,
kepuasan, keadaptasian dan kelangsungan hidup. Berikut adalah penjelasan
dari lima unsur tersebut:
a. Produksi
Produksi sebagai kriteria efektivitas mengacu pada ukuran keluaran
utama organisasi. Ukuran produksi mencakup keuntungan,
penjualan, pasang pasar, dokumen yang diproses, rekanan yang
dilayani, dan sebagainya. Ukuran ini berhubungan secara langsung
dengan yang dikonsumsi oleh pelanggan dan rekaman organisasi
yang bersangkutan.
b. Efisiensi
Efesiensi sebagai kriteria efektivitas mengacu pada ukuran
penggunaan sumber daya yang langka oleh organisasi.
Efesiensi adalah perbandingan antara keluaran dan masukan.
Ukuran efesiensi terdiri dari keuntungan dan modal, biaya perunit,
pemborosan, waktu terulang, biaya perorang, dan sebagainya.
Efisiensi diukur berdasarkan rasio antara keuntungan dengan biaya
atau waktu yang digunakan.
c. Kepuasan
Kepuasan sebagai kriteria efektivitas mengacu kepada keberhasilan
organisasi dalam memenuhi kebutuhan karyawan atau anggotanya.
Ukuran kepuasan meliputi sikap karyawan, penggantian karyawan,
absensi, kelambanan, keluhan, kesejahteraan, dan sebagainya.
41
d. Keadaptasian
Keadaptasian sebagai kriteria efektivitas mengacu kepada
tanggapan organisasi terhadap perubahan eksternal dan internal.
Perubahan-perubahan eksternal seperti persaingan, keinginan,
pelanggaran, kualitas produk, dan sebagainya, serta perubahan
internal seperti ketidak efiesienan, ketidak puasan, dan sebagainya
merupakan adaptasi terhadap lingkungan.
e. Kelangsungan hidup
Kelangsungan hidup sebagai kriteria efektivitas mengacu pada
tanggung jawab organisasi atau perusahaan dalam memperbesar
kapasitas dan potensinya untuk berkembang.
Dalam pabrik, para manajer menggunakan indikator jangka pendek
untuk kelangsungan hidup jangka panjang. Menurut Campbell,
1974 indikator-indikator terdiri dari ukuran produktivitas, efeiensi,
kecelakaan, pergantian pegawai, absensi, kualitas, tingkat
keuntungan, moral, dan kepuasan karyawan.
Selanjutnya Steers dalam Makmur (2008:125) mengemukakan kriteria
yang banyak dipakai dalam melihat segi-segi efektivitas adalah: kemampuan
menyesuaikan diri, produktivitas, kepuasan kerja, kemampuan berlaba, dan
pencarian sumber daya.
Steers dalam Indrawijaya (2010:188) juga mengembangkan modal
suatu proses untuk menilai efektivitas organisasi, yang mencakup tiga sudut
pandangan yaitu:
“pertama ialah optimalisasi tujuan yang akan dicapai, yaitu bila
beberapa bagian dari tujuan itu mendapat perhatian dan alokasi sumber
dana dan daya yang lebih besar. Yang kedua ialah yang berkaitan
dengan interaksi antara organisasi dengan keadaan sekeliling. Yang
ketiga ialah penekanan pada aspek perilaku yang lebih memusatkan
pada pentingnya peranan perilaku manusia dalam proses pencapaian
tujuan organisasi dan dalam efektivitas suatu organisasi”.
Sedangkan menurut hasil penelitian Tom Peters dan Robert Waterman
yang dilakukan terhadap perusahaan besar seperti IBM, Du Pont, 3M, Mc
Donald, serta Procter dan Gamble dalam bukunya In Search of Excellence
yang diterbitkan tahun 1982 dalam Robbins (1994:57) mengemukakan
delapan karakteristik yang menunjukkan efektivitas suatu organisasi, yaitu:
42
1. Mempunyai bias terhadap tindakan dan penyelesaian pekerjaan
2. Selalu dekat dengan para pelanggan agar dapat mengerti secara
penuh kebutuhan pelanggan
3. Memeberi para pegawai mereka suatu tingkat otonomi yang tinggi
dan memupuk semangat kewiraswastaan (entrepreneurial spirit)
4. Berusaha meningkatkan produktivitas lewat partisipasi para
pegawainya
5. Para pegawai mengetahui apa yang diinginkan perusahaan dan para
manajer terlibat aktif pada masalah di semua tingkat
6. Mereka selalu dekat dengan usaha yang mereka ketahui dan
pahami
7. Mempunyai struktur organisasi yang luwes dan sederhana, dengan
jumlah orang yang minimal dalam aktivitas-aktivitas staf
pendukung
8. Menggabungkan kontrol yang ketat dan disentralisasi untuk
mengamankan nilai-nilai inti perusahaan dengan kontrol yang
longgar di bagian-bagian lain untuk mendorong pengambilan
resiko serta inovasi.
Secara eksplisit, Robbins (1994:84), juga mengemukakan empat
pendekatan dalam memandang efektivitas suatu organisasi, yaitu sebagai
berikut:
1. Pendekatan pencapaian tujuan (goal attainment approach) yaitu
organisasi efektif sampai sejauh organisasi dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan..
2. Pendekatan sistem (system approach) yaitu organisasi efektif
sampai sejauh organisasi memperoleh sumber yang dibutuhkan.
3. Pendekatan konstituensi-strategis (strategic-constituencies-
approach) yaitu organisasi efektif sampai sejauh semua
konstituensi strategis paling tidak terpenuhi.
4. Pendekatan nilai-nilai yang bersaing (competing values approach)
yatu organisasi efektif sampai sejauh penekanan organisasi di
keempat bidang utama sesuai dengan preferensi dan konstituen.
Tompubulon (2008:175) juga mengemukakan pendekatan dalam
memandang efektivitas organisasi yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan Tujuan
Pada pendekatan tujuan ini efektivitas adalah pencapaian sasaran
yang telah disepakati secara bersama serta tingkat pencapaian
sasaran itu menunjukkan efektivitas. Pendekatan tujuan
menunjukkan bahwa organisasi itu diciptakan untuk mencapai
tujuan tertentu, dimana hal ini dapat dicapai dengan bekerja secara
rasional dan berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
43
2. Teori Sistem
Dalam teori sistem organisasi dipandang sebagai sebuah unsur dari
sejumlah unsur yang saling berhubungan dan saling bergantung
antara satu dengan yang lain. Arus masukan dan keluaran
merupakan titik tolak dalam uraian tentang organisasi. Organisasi
mengambil sumber (input) dari sistem yang lebih luas
(environtment) memproses (konversi) sumber ini dan
mengembalikannya dalam bentuk yang telah dirubah (output).
3. Teori Sistem dan Umpan Balik
Konsep organisasi sebagai sistem yang dihubungkan dengan sistem
yang lebih luas memperkenalkan kepada kita pentingnya umpan
balik (feed back) karena organisasi itu tergantung pada
lingkungannya.
Selain itu Tampubulon (2008:178) juga mengemukakan kriteria
efektivitas organisasi yang disandarkan pada teori sistem tetapi ditambahkan
dengan sesuatu hal yang baru yakni dimensi waktu. Kriteria efektivitas
dengan dimensi waktu sebagai indikatornya adalah sebagai berikut:
1. Indikator jangka pendek kriterianya adalah produksi, efisiensi dan
kepuasan pelanggan
2. Indikator jangka menengah kriterianya adalah dapat menyesuaikan
diri dan berkembang
3. Indikator jangka panjang kriterianya adalah dapat hidup terus
(continuously improvement).
Emitai Etzioni dalam Indrawijaya (2010:187) mengemukakan
pendekatan pengukuran efektivitas organisasi yang disebutnya System Model,
mencakup empat kriteria yaitu:
1. Adaptasi yaitu kemampuan suatu organisasi untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Digunakan tolak ukur proses
pengadaan dan pengisian tenaga kerja serta ruang lingkup kegiatan
organisasi tersebut, kemudian mempertanyakan seberapa jauh
kemanfaatan organisasi tersebut bagi lingkungannya.
2. Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu
organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan
konsensus dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi
lainnya.
3. Motivasi yaitu pengukuran mengenai keterkaitan dan hubungan
antara pelaku organisasi dengan organisasinya dan kelengkapan
sarana bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi
44
4. Produksi yaitu usaha pengukuran efektivitas organisasi
dihubungkan dengan jumlah dan mutu keluaran organisasi serta
intensitas kegiatan suatu organisasi.
Epstein dalam Indrawijaya (2010:176) mengemukakan bahwa untuk
mengukur efektivitas pemerintah melihat keluar, pengukuran efektivitas
dapat dipandang dalam kaitan dengan kondisi-kondisi masyarakat, melayani
pemenuhan, kepuasan klien, dan dampak yang tidak diharapkan.
Sedangkan Siagian (1986:32) mengemukakan efektivitas organisasi
dapat diukur dengan berbagai hal lain yaitu:
1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai
2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan
3. Proses analisa dan perumusan kebijakan yang mantap
4. Perencanaan yang matang
5. Penyusunan program yang tepat
6. Tersedianya sarana dan prasarana kerja
7. Pelaksanaan yang efektif dan efisien
8. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik.
Pandangan yang lebih meyakinkan tentang pengukuran efektivitas
dikemukakan Georgepoulos dan Tannenbaum dalam Indrawijaya (2010:187)
sebagai berikut:
“ A more defensible approach is offered by reseachers who construct a
measurement of effectiveness by using several elements in the
successful organizational system. One study uses three basic elements:
productivity (or efficiency in an economic sense), intra organizational
stress (evidenced by observed level, of tension and conflict), and
flexibility (or the ability to adjust to external and internal change).”
{Suatu pendekatan yang dapat lebih dipertanggung jawabkan
sebagaimana yang diajukan oleh para peneliti, adalah suatu cara
pengukuran efektivitas yang mempergunakan beberapa unsur yang
biasa terdapat dalam kehidupan organisasi yang berhasil. Hasil studi
menunjukkan adanya penggunaan 3 unsur, yaitu produktivitas
(efisiensi dalam arti ekonomi), tekanan stress (dibuktikan dengan
tingkat ketegangan dan konflik), dan fleksibilitas (atau kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan intern dan ekstern)}.
45
Hal yang hampir sama juga dikemukakan oleh Sharma dalam
Tangkilisan (2005:140) yang menjelaskan kriteria atau ukuran efektivitas
yang meliputi antara lain:
1. Produktivitas atau output;
2. Efektivitas organisasi dalam bentuk keberhasilannya menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan di dalam dan di luar organisasi;
3. Tidak adanya ketegangan di dalam organisasi atau hambatan-
hambatan konflik di antara bagian-bagian organisasi.
2.2 Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan penelitian peneliti mencantumkan penelitian
terdahulu. Penelitian terdahulu merupakan kajian yang pernah dilakukan peneliti
sebelumnya. Beberapa peneliti yang penulis baca diantaranya adalah:
Penelitian yang dilakukan oleh Irawanto, Rohmatullah tahun 2013, dengan
judul Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Banjarmasin , Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui implementasi SIAK di Kota Banjarmasin dan faktor-
faktor yang mendorong dan penghambat implementasi SIAK di Kota
Banjarmasin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dengan
pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
implementasi SIAK di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Banjarmasin telah berjalan cukup baik meskipun ada beberapa hambatan dalam
pelaksanaannya seperti keterbatasan sumber daya manusia, anggaran, jaringan
komunkasi dan kurangnya pemahaman masyarakat akan pentingnya administrasi
kependudukan.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Noermayanti, Hermawan,
Mohammad Nuh tahun 2013, dengan judul Efektivitas Penerapan Sistem PPOB
46
(Payment Point Online Bank) pada PT PLN Area Madiun (Studi pada PT PLN
Area Madiun), penelitian tersebut mendeskripsikan dan mengeksplorasi
efektivitas sistem penerapan PPOB, PPOB merupakan salah satu stategi
perubahan sistem pelayanan atau inovasi PLN untuk penyediaan layanan
berkualitas sektor publik. Metode yang digunakan pada penelitian tersebut
menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa
penerapan sistem telah sesuai dengan strategi pengukuran efektivitas pelayanan.
Penelitian tersebut juga menjelaskan jika implementasi prinsip-prinsif efektivitas
terpenuhi maka tujuan terciptanya kualitas pelayanan pelanggan yang tinggi dapat
tercapai.
Kemudian penelitian dari Mahasiswi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Diriana Falaria tahun 2012, dengan judul Efektivitas Penerapan Penerimaan
Peserta Didik Baru Online di Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta (Studi Pada
Penerapan PPDB Online di SMA dan SMK Negeri di SUDIN DIKMEN Kota
Administrasi Jakarta Barat). Pada penelitian tersebut menjelaskan seberapa besar
efektivitas penerapan PPDB online. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif. Hasil penelitian ini mengatakan penerapan PPDB online sudah
berjalan baik, dan untuk peningkatan efektivitas peneliti memberikan saran agar
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kapasitas jaringan.
Dari beberapa penelitian terdahulu tersebut terdapat persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan saat ini. persamaannya yaitu
membahas tentang efektivitas dan penerapan sistem informasi manajemen pada
47
organisasi pemerintah. Sedangkan perbedaannya adalah lokasi dan objek
penelitian atau aplikasi sistem informasi yang digunakan berbeda.
2.3 Kerangka Berfikir
Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia merupakan suatu upaya pemerintah untuk meningkatkan
pelayanan dan perlindungan TKI menjadi lebih baik. Dengan penerapan
SISKOTKLN di harapkan proses administrasi penempatan TKI bisa lebih rapih
sehingga tidak ada lagi kasus perdagangan manusia. Permasalahan yang terjadi di
lapangan dalam penerapan SISKOTKLN seperti: Kurangnya sumber daya
manusia yang mengelola SISKOTKLN; Masih terjadi kendala teknis dalam
pengoperasian SISKOTKLN; Kurangnya data dan informasi yang akurat dalam
SISKOTKLN. Peneliti kemudian tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas
Ketenagakerjaan di Provinsi Banten)
Penelitian mengenai Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada
BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) ini
menggunakan teori dari jurnal DeLone dan McLean (2003:9) yang berjudul The
DeLone and McLean Model of Information Systems Success A Ten Year Update
mengemukakan kesuksesan atau efektivitas sistem informasi dapat dinilai dari
beberapa faktor yaitu:
48
1. System Quality (Kualitas Sistem) dapat dilihat dari: adaptability
(adaptasi), availability (ketersedian), reliability (keandalan), response
time (kecepatan akses), usability (kebergunaan).
2. Information Quality (Kualitas Informasi) dapat dilihat dari:
completeness (Kelengkapan), ease of understanding (kemudahan
untuk dimengerti), personalization (personalisasi), relevance
(relevansi), security (keamanan)
3. Service Quality (Kualitas Pelayanan) dapat dilihat dari: assurance
(jaminan), empathy (kepedulian), responsiveness (kesigapan)
4. Use (penggunaan) dapat dilihat dari: nature of use (sifat penggunaan),
navigation patterns (pola navigasi), number of transactions executed
(jumlah transaksi yang diselesaikan)
5. User satisfaction (kepuasan pengguna)
6. Net Benefits (Kemanfaatan) dapat dilihat dari: cost savings
(penghematan biaya), reduced search cost (mengurangi biaya
pencarian), times savings (penghematan waktu)
Dari penjelasan di atas, kerangka berpikir penelitian dalam penelitian ini
dapat digambarkan melalui skema atau pola berikut ini
49
Gambar 2.6
Kerangka Berfikir
Sumber: Peneliti, 2014
Identifikasi masalah (INPUT):
1. Kurangnya sumber daya manusia yang mengelola SISKOTKLN.
2. Masih terjadi kendala teknis dalam pengoperasian SISKOTKLN
3. Kurangnya data dan informasi yang akurat dalam SISKOTKLN
Teori Efektivitas Penerapan Sistem
Informasi
1. System Quality (Kualitas
Sistem)
2. Information Quality (Kualitas
Informasi)
3. Service Quality (Kualitas
Pelayanan)
4. Use (Penggunaan)
5. User Satisfaction (Kepuasan
Pengguna)
6. Net Benefits (Kemanfaatan)
Delone and McLean (2003:9)
OUTCOME:
Peningkatan pelayanan dan kinerja
OUTPUT:
Efektivitas Penerapan
SISKOTKLN di Badan
Penempatan dan Pelayanan
Tenaga Kerja Indonesia
(Studi pada BP3TKI,
PPTKIS dan Dinas
Ketenagakerjaan di Provinsi
Banten)
50
2.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan dugaan sementara dari peneliti untuk
menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Merumuskan hipotesis berarti
merumuskan jawaban sementara atas penelitian yang kebenarannya tentu saja
masih harus diuji secara empiris.
Hipotesis dalam penelitian mengenai Efektivitas Penerapan Sistem
Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri di Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas
Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) peneliti memprediksi hipotesis paling besar
sebesar 65% dari nilai ideal yaitu 100% dengan penjelasan sebagai berikut:
Ho: “Tingkat Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada
BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten)
lebih kecil atau sama dengan 65%”.
Ha: “Tingkat Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada
BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten)
lebih besar dari 65%”.
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Menurut Hasan (2002:21) Metode penelitian adalah tata cara bagaimana
suatu penelitian dilaksanakan. Sedangkan menurut sugiyono (2009:2) metode
penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-
ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan
penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau
oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat
diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan
mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan
dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Sedangkan data yang diperoleh melalui penelitian adalah data empiris (teramati)
yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid. Valid menunjukkan derajat
ketepatan antara yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat
dikumpulkan oleh peneliti. Kemudian tujuan dan kegunaan secara umum data
yang diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan
dan mengantisipasi masalah.
Pemilihan dan penentuan metode penelitian tidak dapat dipisahkan dari
tujuan dan perumusan masalah. Penelitian mengenai Efektivitas Penerapan Sistem
Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri di Badan Nasional Penempatan dan
52
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas
Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) merupakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2009:35) penelitian dinamakan
penelitian deskriptif jika penelitian tidak membuat perbandingan variabel itu pada
sampel yang lain dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain.
Penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan
fenomena yang ada.
Sedangkan pendekatan kuantitatif Sugiyono (2009:7) menjelaskan bahwa
metode kuantitatif merupakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup
lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai suatu metode penelitian.
Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat
positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi
kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan
sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini
dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi
baru. Metode ini di sebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-
angka dan analisis menggunakan statistik.
3.2 Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah menjelaskan berapa besar tingkat efektivitas
penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas
Ketenagakerjaan di Provinsi Banten).
53
3.3 Lokasi Penelitian
Tempat (locus) penelitian Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada
BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) adalah di Balai
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang yang
merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia Swasta (PPTKIS) dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten yang
terkait dengan SISKOTKLN. Pemilihan Provinsi Banten dikarenakan dalam
penerapan SISKOTKLN yang bisa diakses secara online Provinsi Banten sudah
cukup lama menerapkannya yaitu pada tahun 2011, jadi bisa menilai efektif atau
tidaknya sistem tersebut. Selain itu Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari Provinsi
Banten cukup banyak.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konsep
Efektivitas adalah seberapa jauh tujuan atau target yang telah
ditentukan bisa tercapai atau tepat sasaran. Dalam menilai efektivitas ada
berbagai macam pendekatan. Pada penelitian ini peneliti menilai efektivitas
dengan pendekatan sistem yaitu organisasi dikatakan efektif jika dapat
memenuhi atau memperoleh sumber-sumber yang dibutuhkan. Organisasi
dipandang sebagai sejumlah unsur yang saling berhubungan satu dengan
lainnya mulai dari input, proses, output dan lingkungan.
54
3.4.2 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian kuantitatif merupakan
penjabaran konsep atau variabel penelitian dalam rincian yang terukur.
Dalam penelitian efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI,
PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) peneliti hanya
menggunakan satu variabel yaitu efektivitas. Kriteria untuk menilai
efektivitas atau kesuksesan SISKOTKLN peneliti menggunakan teori dari
jurnal DeLone dan McLean (2003:9) yang berjudul The DeLone and McLean
Model of Information Systems Success A Ten Year Update yang
mengemukakan kesuksesan atau efektivitas sistem informasi dapat dinilai
dari beberapa faktor yaitu: System Quality (Kualitas Sistem), berkaitan
dengan evaluasi sistem pengolahan informasi itu sendiri; Information Quality
(Kualitas Informasi), berkaitan dengan output sistem informasi; Service
Quality (Kualitas Pelayanan) untuk mengakses harapan pengguna mengenai
kualitas pelayanan dalam organisasi; Use (Penggunaan) berkaitan dengan
penggunaan output dari sistem informasi oleh penerima; User Satisfaction
(Kepuasan Pengguna) berkaitan dengan respon penerima terhadap
penggunaan output sistem informasi; Net Benefits (Kemanfaatan) merupakan
dampak atau manfaat dari aktivitas sistem informasi. Berikut adalah tabel
operasional variabel penelitan:
55
Tabel 3.1
Operasional Variable Penelitian
Variabel Indikator Sub Indikator No. Item
Kuesioner
Efektivitas
Penerapan
SISKOTKLN
1. Systems Quality
(Kualitas
Sistem)
1. Adaptability (Adaptasi)
2. Availability (Ketersediaan)
3. Reliability (Keandalan)
4. response time (Kecepatan
Akses)
5. Usability (Kebergunaan)
1,2
3,4
5,6
7,8
9,10
2. Information
Quality
(Kualitas
Informasi)
1. Completeness (Kelengkapan)
2. Ease of understanding
(Kemudahan untuk
dimengerti)
3. Personalization
(Personalisasi)
4. Relevance (Relevansi)
5. Security (Keamanan)
11,12
13,14
15,16
17,18
19,20
3. Service Quality
(Kualitas
Pelayanan)
1. Assurance (Jaminan)
2. Empathy (Kepedulian)
3. Responsiveness (Kesigapan)
21,22
23,24
25,26
4. Use
(penggunaan)
1. Nature of use (Sifat
penggunaan)
2. Navigation patterns (Pola
navigasi)
3. Number of transactions
executed (Jumlah transaksi
yang dapat diselesaikan)
27,28
29,30
31,32
5. User
Satisfaction
(Kepuasan
pengguna)
1. user satisfaction (Kepuasan
Pengguna)
33,34
6. Net Benefits
(Kemanfaatan)
1. cost savings (Penghematan
Biaya)
2. reduced search costs
(Mengurangi Biaya
Pencarian)
3. times saving (Penghematan
waktu)
35,36
37,38
39,40
Sumber: Peneliti, 2014
3.5 Instrumen Penelitian
Menurut sugiyono (2009:102) meneliti adalah melakukan pengukuran,
maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya
56
dinamakan instrument penelitian. Jadi instrument penelitian adalah suatu alat yang
digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dan secara
spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner,
dengan jumlah variabel sebanyak satu variabel sebagai variabel mandiri, yaitu
efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas
Ketenagakerjaan di Provinsi Banten). Adapun pengukuran yang digunakan
peneliti untuk variabel skala pengukuran instrumen adalah skala likert. Menurut
Hasan (2002:72) Skala Likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk
mengukur variabel penelitian (fenomena sosial spesifik) seperti sikap, pendapat,
dan persepsi sosial seseorang atau sekelompok orang. Variabel penelitian yang
diukur dengan skala likert ini, dijabarkan menjadi indikator variabel yang
kemudian dijadikan sebagai titik tolak untuk penyusunan item-item instrumen,
bisa berbentuk pernyataan atau pertanyaan. Jawaban dari setiap item instrumen
tersebut memiliki gradiasi dari sangat positif sampai sangat negatif, maupun
sebaliknya dari sangat negatif sampai sangat positif yang dapat berupa kata-kata.
Berikut adalah contoh bentuk skala likert yang digunakan peneliti:
Tabel 3.2
Skor Tiap Indikator Menurut Likert
JAWABAN SKOR
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Kurang Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: Peneliti, 2014
57
Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan, dalam penelitian ini jenis data
terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari
sumber pertama secara langsung. Dalam hal ini data didapatkan dari responden
penelitian dan observasi langsung peneliti. Sedangkan data sekunder merupakan
data yang telah dikumpulkan, diolah dan telah tersedia, dalam hal ini data didapat
dari perundang-undangan, buku, literatur, dan sumber bacaan lainnya yang dapat
menjawab permasalahan yang ada.
Kemudian dalam penelitian mengenai Efektivitas Penerapan SISKOTKLN
di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi
pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Kuesioner (angket)
Kuesioner menurut Sugiyono (2009:142) merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
2. Wawancara (interview)
Menurut Sugiyono (2009:137) wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur
maupun tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan bila peneliti atau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
58
diperoleh, peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-
pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Sedangkan
wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
wawancara terstruktur yang berbentuk angket dan wawancara tidak terstruktur
pada saat melakukan observasi.
3. Observasi
Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2009:145) mengemukakan bahwa,
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah
proses-proses pengamatan dan ingatan.
4. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengumpulkan data yang bersumber dari berbagai referensi yang relevan dengan
penelitian berdasarkan text book.
5. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi menurut Hasan (2002:87) adalah teknik pengumpulan
data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui
dokumen. Dokumen yang digunakan dapat berupa prosedur, peraturan-peraturan,
surat-surat, serta berupa foto ataupun dokumen.
Dari beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian,
kuesioner merupakan instrumen yang utama (primer) karena data pada kuesioner
59
merupakan data yang akan diperlakukan dalam pengujian hipotesis penelitian.
Sedangkan, teknik pengumpulan data yang lainnya tetap relevan untuk digunakan
dalam menunjang penelitian.
Selanjutnya untuk teknik penentuan kualitas instrumen yaitu uji validitas,
uji reliabilitas dan uji normalitas akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Validitas menurut Hasan (2002:79) adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrument. Sugiyono (2009:121)
mengatakan valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur. Instrumen yang dapat mengukur apa yang hendak diukur
akan menghasilkan penelitian yang valid. Uji validitas digunakan untuk
mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner atau instrumen. Pada penelitian ini,
pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi pearson
product moment dengan bantuan piranti lunak Statistic Program For Social
Science (SPSS) versi 16. Berikut ini rumus dari korelasi product moment:
Keterangan:
r = Koefisien Korelasi Product Moment
Σx = Jumlah skor dalam sebaran x
Σy = Jumlah skor dalam sebaran y
Σxy = Jumlah hasil kali skor x dan y yang berpasangan
Σx2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalan sebaran x
Σy2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y
n = Jumlah sampel
kriteria pengujian validitas:
n∑xy – (∑x)( ∑y)
rxy =
√ {n∑X2 – (∑x)2 }{n∑y2 – (∑y)2 }
60
rhitung > rtabel berarti valid
rhitung < rtabel berarti tidak valid
2. Uji Reliabilitas
Menurut Hasan (2002:77) reliabilitas (keandalan, dapat dipercaya) adalah
tingkat ketepatan, ketelitian atau keakuratan sebuah instrumen. Sugiyono
(2009:121) menjelaskan Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan
data yang sama. Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian
validitas instrumen.
Reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam
mengukur gejala yang sama. Menurut Sugiyono (2009:130) pengujian reliabilitas
instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal
pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan
keduanya. Sedangkan secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan
menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik
tertentu.
Pengujian reliabilitas instrumen pada penelitian ini dilakukan secara
internal dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach yaitu penghitungan yang
dilakukan dengan menghitung rata-rata interkolerasi di antara butir-butir
pertanyaan dalam kuesioner, variabel di katakan reliabel jika nilai alphanya lebih
dari 0.7. Pengujian reliabilitas dibantu dengan piranti lunak Statistic Program For
Social Science (SPSS) versi 16. Berikut ini rumus Alpha Cronbach yang
digunakan untuk menguji reliabilitas:
61
Keterangan:
r = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb² = jumlah varians butir
σ1² = varians total
3. Uji Normalitas
Uji normalitas sampel disini dimaksudkan untuk menguji normal tidaknya
sampel. Pengujian diadakan dengan maksud untuk melihat normal tidaknya
sebaran data yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini, Pengujian normalitas data
dibantu dengan piranti lunak Statistic Program For Social Science (SPSS) versi
16 yang berdasarkan uji skewness dan kurtosis. Skewness adalah ukuran
kecondongan suatu kurva sedangkan kurtosis adalah untuk keruncingan puncak
kurva.
3.6 Populasi Penelitian
Kata populasi dalam metode penelitian digunakan untuk menyebutkan
sekolompok yang menjadi sasaran penelitian. Sugiyono (2009:80) menjelaskan
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
k ∑ σb²
r11 = 1 - k – 1 ∑ σ1²
62
Populasi dalam penelitian ini adalah Pengguna SISKOTKLN yang
berjumlah 34 orang dari BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi
Banten. dengan rincian 1 orang Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
dan 9 orang operator SISKOTKLN di BP3TKI Serang, 6 orang petugas
operasional di PPTKIS Banten, 1 orang Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia, 1 operator SISKOTKLN di Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Banten, 8
orang Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja Indonesia dan 8 operator
SISKOTKLN di Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/ Kota pada Provinsi Banten.
Sampel menurut Sugiyono (2009:81) adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini tidak ada
sampel penelitian karena peneliti menggunakan semua anggota populasi sebagai
sampel. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah sampling jenuh. Sugiyono
(2009:85) menjelaskan sampling jenuh atau sensus adalah teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering
dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian
yang ingin membuat generalisasi kesalahan yang sangat kecil.
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data
dilaksanakan. Menurut Hasan (2002:89), pengolahan data adalah suatu proses
dalam memperoleh data dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus
tertentu. Pada penelitian kuantitatif, pengolahan data secara umum dilaksanakan
63
dengan melalui tahap memeriksa (editing), proses pemberian identitas (coding),
dan proses pembeberan (tabulating).
Menurut Patton dalam Hasan (2002:97), analisis data adalah proses
mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan
satuan uraian dasar. Hasan menjelaskan analisis data dapat berbentuk analisis
kuantitatif atau analisis kualitatif. Kemudian alat analisis data juga dibedakan atas
metode statistik (analisis hubungan, analisis komparatif, analisis deskriptif) dan
alat analisis nonstatistik.
Pada penelitian ini, teknik pengolahan dan analisis mengenai efektivitas
penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas
Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) peneliti menggunakan analisis data
berbentuk kuantitatif dengan alat analisis data statistik deskriptif. Analisis ini
disajikan dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan dan
diinterpretasikan dalam suatu uraian deskripsi.
Adapun teknik pengolahan data dalam penelitian ini ditempuh melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing, yaitu mengoreksi data yang telah dikumpulkan. Kegiatan ini
dilakukan setelah peneliti menghimpun data di lapangan, dimana
kemudian peneliti memperbaiki dan menghilangkan kesalahan-
kesalahan data atau melengkapi data yang dianggap kurang.
2. Coding, yaitu memberi kode atau mengklasifikasi data-data yang telah
melalui tahap editing tersebut melalui tahapan koding, dimana data
64
yang telah diedit tersebut diberi identitas sehingga memiliki arti
tertentu pada saat dianalisis.
3. Tabulating, yaitu bagian terakhir dari pengolahan data, dimana data-
data yang telah diberi kode dimasukkan pada tabel-tabel tertentu dan
mengatur angka-angka serta menghitungnya sesuai analisi yang
dibutuhkan.
Setelah data terkumpul dan diolah dengan tahap-tahap seperti yang
disebutkan diatas, maka data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik
sederhana, dimana data yang diperoleh dari kuesioner yang bersifat kuantitatif
tersebut diuji melalui analisis data.
Adapun analisis data penelitian mengenai Efektivitas Penerapan
SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi
Banten) dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dengan uji hipotesis t-
test one sample. Berikut ini rumus uji t-test one sample:
Keterangan:
t = Nilai t yang dihitung, selanjutnya disebut t hitung
X = Nilai rata-rata x
µ0 = Nilai yang dihipotesiskan
S = Simpangan baku sampel
n = Jumlah anggota sampel
X - µ0
t =
S
√n
65
Macam pengujian hipotesis dalam Sugiyono (2009:163) menjelaskan ada
tiga macam bentuk pengujian hipotesis yaitu uji dua pihak, pihak kanan, dan
pihak kiri. Jenis mana yang dipakai tergantung pada bunyi kalimat hipotesis.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji pihak kanan. Menurut
Sugiyono (2009:164) uji pihak kanan digunakan apabila hipotesis nol (Ho) yang
berbunyi “lebih kecil atau sama dengan (≤ ) dan hipotesis alternatif (Ha) berbunyi
“lebih besar” (>). Kalimat lebih kecil atau sama dengan sinonim dengan kata
“paling besar”.
Berikut adalah gambar uji pihak kanan
Gambar 3.1 Uji Pihak Kanan
Sumber: Sugiyono (2009:165)
Dari penjelasan uji hipotesis di atas maka dalam penelitian ini berlaku
ketentuan:
Jika t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima/ Ha ditolak
Jika t hitung > t tabel maka Ha diterima/ Ho ditolak
Kemudian untuk pengukuran efektivitas dalam metode Likert Sumamating
Rating (LSR) nilai batas bawah (B) dan nilai batas atas (A) dihitung dengan
menggunakan rumus (Azwar, 1988:29):
66
B= jumlah responden x skor terendah x jumlah pertanyaan
A= jumlah responden x skor tertinggi x jumlah pertanyaan
Setelah penentuan batas bawah dan batas atas maka selanjutnya
menentukan nilai kuartil diantara B dan A dengan perhitungan sebagai berikut:
Quartil I (Q1) = B + 4
n
Quartil II (Q2) = B + 2
n
Quartil III (Q3) = B + n. 4
3
Keterangan:
n= range antara B dan A
dimana n ditentukan dengan urutan
n= nilai A- nilai B
Penarikan kesimpulan tingkat efektivitas dalam metode LSR adalah
dengan melihat posisi jumlah dari perhitungan skor kuesioner pada quartil yang
ada diantara lain batas bawah (B) dan nilai batas atas (A) dengan ketentuan:
Tabel 3.3
Tingkat Keefektivan
Posisi jumlah Tingkat keefektivan
B s/d Q1 Sangat tidak efektif
>Q1 s/d Q2 Tidak efektif
>Q2 s/d Q3 Efektif
>Q3 Sangat efektif
67
3.8 Jadwal Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian digambarkan dalam tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4
Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
September 2013- Agustus 2014
2013 2014
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt
1 Observasi Awal
2 Pengajuan Judul
3 Perizinan dan
Observasi
4 Pengumpulan
Data
5 Penyusunan
Proposal
6 Seminar
Proposal
7 Revisi Proposal
8 Penyebaran
kuesioner
9 Pengolahan data
dan Analisis
Data
10 Sidang Skripsi
11 Revisi Skripsi
Sumber: Peneliti, 2014
68
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Deskripsi Wilayah Provinsi Banten
Banten adalah sebuah provinsi di Pulau Jawa, Indonesia. Banten
resmi menjadi sebuah provinsi ke-30 di Negara Kesatuan Republik Indonesia
sejak tahun 2000. Provinsi Banten adalah salah satu daerah pemekaran yang
dulu termasuk dalam Keresidenan Banten – Provinsi Jawa Barat, dan
terbentuk melalui keputusan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000. Pusat
pemerintahan Banten berada di Kota Serang.
Secara astronomi wilayah Banten terletak di antara 5º7'50"-7º1'11"
Lintang Selatan dan 105º1'11"-106º7'12" Bujur Timur. Luas wilayah Banten
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2000
adalah 9.160,70 km² atau sekitar 0,5 persen dari luas wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Provinsi Banten terdiri atas 4 kabupaten dan 4
kota yaitu Kabupaten Lebak dengan ibu kota Rangkasbitung, Kabupaten
Pandeglang dengan ibu kota Pandeglang, Kabupaten Serang dengan ibu kota
Ciruas, Kabupaten Tangerang dengan ibu kota Tigaraksa, Kota Cilegon
dengan ibu kota Purwakarta, Kota Serang dengan ibu kota Serang, Kota
Tangerang dengan ibu kota Tigaraksa dan Kota tangerang Selatan dengan ibu
kota Pamulang. Provinsi Banten mempunyai 155 kecamatan, 278 kelurahan,
dan 1.257 desa.
69
Secara geografis, Provinsi Banten terletak diujung barat Pulau Jawa
dan berjarak sekitar 90 Km dari DKI Jakarta dengan batas wilayah Provinsi
Banten yaitu: (1) Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa ; (2) Sebelah
Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia; (3) Sebelah Barat
berbatasan dengan Selat Sunda; (4) Sebelah Timur berbatasan dengan
Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Jawa Barat. Dengan letak geografis
Banten yang demikian, merupakan keuntungan bagi Provinsi Banten.
Wilayah laut Banten merupakan salah satu jalur laut potensial dimana
Selat Sunda merupakan salah satu jalur lalu lintas laut yang strategis karena
dapat dilalui kapal besar yang menghubungkan Australia dan Selandia Baru
dengan kawasan Asia Tenggara. Banten juga merupakan jalur penghubung
antara Jawa dan Sumatera. Wilayah Banten terutama daerah Tangerang raya
(Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan) yang
secara ekonomi memiliki banyak industri merupakan wilayah penyangga atau
hinterland bagi Provinsi Jakarta.
Ekosistem wilayah Provinsi Banten pada dasarnya terdiri dari:
a. Lingkungan Pantai Utara yang merupakan ekosistem sawah irigasi
teknis dan setengah teknis, kawasan pemukiman dan industri.
b. Kawasan Banten Bagian Tengah berupa irigasi terbatas dan kebun
campur, sebagian berupa pemukiman pedesaan, mempunyai
ketersediaan air yang cukup dan dengan kuantitas yang stabil.
70
c. Kawasan Banten sekitar Gunung Halimun – Kendeng hingga
Malingping, Leuwidamar, Bayah berupa pegunungan yang relatif
sulit untuk diakses, namun menyimpan potensi sumber daya alam.
d. Banten Bagian Barat (Saketi, Daerah Aliran Sungai atau DAS
Cidano dan lereng kompleks Gunung Karang Aseupan – dan
Pulosari sampai Pantai DAS Ciliman – Pandeglang dan Serang
bagian Barat) yang kaya akan potensi air, merupakan kawasan
pertanian yang perlu ditingkatkan (intensifikasi).
e. Ujung Kulon sebagai Taman Nasional Konservasi Badak Jawa
(Rhinoceros Sondaicus).
f. DAS Cibaliung – Malingping, merupakan cekungan yang kaya air
tetapi belum dimanfaatkan secara efektif dan produktif.
Sekelilingnya berupa bukit-bukit bergelombang dengan rona
lingkungan kebun campur dan talum hutang rakyat yang tidak
terlalu produktif.
Berikut ini adalah peta wilayah Propinsi Banten:
71
Gambar 4.1
Peta Wilayah Provinsi Banten
Sumber: Banten dalam Angka Tahun 2013
4.1.2 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian mengenai Efektivitas Penerapan Sistem Komputerisasi
Tenaga Kerja Luar Negeri di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Luar Negeri, peneliti memusatkan lokasi penelitian pada Tiga
lokus, yaitu Unit Pelaksana Teknis Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri di Provinsi Banten (BP3TKI
Serang), Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS)
dan sejumlah Dinas Ketenagakerjaan di wilayah Provinsi Banten.
72
4.1.3 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga kerja
Indonesia
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia terbentuk berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 81 Tahun 2006 tentang Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut BNP2TKI
adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada presiden. Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia beranggotakan wakil-wakil instansi
pemerintah terkait yang meliputi bidang ketenagakerjaan, keimigrasian,
hubungan luar negeri, administrasi kependudukan, kesehatan, kepolisian, dan
bidang lain yang dianggap perlu mempunyai fungsi pelaksanaan kebijakan di
bidang penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri
secara terkoordinasi dan terintegrasi.
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia memiliki bangunan atau kantor yang berlokasi di Jalan MT
Haryono Kav. 52 Jakarta Selatan.
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia mempunyai visi yaitu: “Terwujudnya Tenaga Kerja Indonesia yang
berkualitas, bermartabat dan kompetitif”. Sedangkan misi Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia adalah sebagai
berikut:
73
1. Menciptakan kesempatan kerja di luar negeri seluas-luasnya;
2. Meningkatkan keterampilan / kualitas dan pelayanan penempatan
Tenaga Kerja Indonesia;
3. Meningkatkan pengamanan , perlindungan dan pemberdayaan
Tenaga Kerja Indonesia;
4. Meningkatkan kapasitas lembaga penempatan dan perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia;
5. Meningkatkan kapasitas lembaga pendukung sarana prasarana
lembaga pendidikan dan kesehatan.
Kemudian berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
81 Tahun 2006 tentang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia, dalam menjalankan fungsinya, Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia mempunyai tugas:
a. Melakukan penempatan atas dasar perjanjian secara tertulis antara
pemerintah dengan pemerintah negara pengguna Tenaga Kerja
Indonesia atau pengguna berbadan hukum di negara tujuan
penempatan;
b. Memberikan pelayanan, mengkoordinasikan, dan melakukan
pengawasan mengenai :
1. Dokumen;
2. Pembekalan akhir pemberangkatan (PAP);
3. Penyelesaian masalah;
4. Sumber-sumber pembiayaan;
74
5. Pemberangkatan sampai pemulangan;
6. Peningkatan kualitas calon Tenaga Kerja Indonesia;
7. Informasi;
8. Kualitas pelaksana penempatan Tenaga Kerja Indonesia; dan
9. Peningkatan kesejahteraan Tenaga Kerja Indonesia dan
keluarganya.
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya dikoordinasikan oleh
menteri yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.
Berikut adalah struktur organisasi Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia:
Gambar 4.2
Struktur Organisasi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia
Sumber: BNP2TKI, 2014
75
4.1.4 Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri
Sistem Komputerisasi Online Tenaga Kerja Luar Negeri yang
selanjutnya disebut SISKOTKLN adalah sistem pelayanan administrasi
penempatan TKI dan penerbitan KTKLN (Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri)
yang melibatkan seluruh stakeholder terkait. SISKOTKLN ini bertujuan agar
seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) dapat memberikan pelayanan
penempatan TKI secara layak, cepat, murah, dan efisien.
Sedangkan sasaran SISKOTKLN sendiri adalah: (a) tersedianya
pelayanan penempatan TKI secara layak, cepat, murah, dan efisien sesuai
dengan peraturan dan prosedur yang berlaku berbasis teknologi informasi, (b)
tersedianya pelayanan penerbitan KTKLN secara online di BP3TKI (Balai
Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) dan
P4TKI (Pos Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia) seluruh Indonesia, (c) tersedianya database penempatan TKI yang
bekerja di luar negeri yang dapat diakses dimana saja secara sistem online
dan real time, sehingga perlindungan yang diberikan kepada TKI dapat lebih
optimal.
Penerapan SISKOTKLN tentu harus mempunyai dasar hukum. Dasar
hukum SISKOTKLN yaitu : Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 2004
tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri, pasal 7 butir (b),
salah satu kewajiban pemerintah: “membentuk dan mengembangkan sistem
informasi penempatan calon TKI di luar negeri”, Pasal 62 ayat (1): “setiap
TKI yang ditempatkan di luar negeri, wajib memiliki dokumen Kartu Tenaga
76
Kerja Luar Negeri (KTKLN) yang dikeluarkan oleh Pemerintah”,
Permenakertrans No.14/MEN/X/2010, pasal 39 ayat (3): “sistem pendataan
TKI pada Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri (SISKOTKLN) di
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia”,
Peraturan Ka. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia No. PER-26/KA/X11/2013, tentang pedoman pelaksanaan
SISKOTKLN.
SISKOTKLN dalam pelaksanaan operasionalnya mempunyai ruang
lingkup sebagai berikut: (a) Kegiatan proses pelayanan penempatan TKI
melalui SISKOTKLN yang dilakukan oleh instansi pemerintah dan
stakeholders terkait, (b) Calon TKI Perorangan/Mandiri yang akan bekerja ke
luar negeri yang memiliki perjanjian kerja dari perusahaan hukum di luar
negeri.
Kebutuhan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia dalam
penerapan SISKOTKLN merupakan hal yang penting. Menurut peraturan
kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia Nomor. PER-26/KA/X11/2013, tentang pedoman pelaksanaan
SISKOTKLN, persyaratan minimal sarana dan prasarana yang dibutuhkan
untuk Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia adalah sebagai berikut: (a) Ruangan Data Centre/Server ,(b) Server
Data Base, Server Aplikasi dan Server Backup (c), Jaringan Komunikasi data
VPN-MPLS dan Internet Broadband minimal 10 Mbps, (d) Local Area
Network (LAN), (e) Sekuriti Data dan Jaringan, (f) Back-Up/ Emergensi
77
Listrik (Uninterrup Power Supply) berkapasitas cukup, (g) Tenaga Spesialis
IT: Database Administrator, Networking Administrator, System
Administrator, System Analyst, Programmer, Web Developer/Design, (h)
Back up system di data center (Co-Location), (i) Tenaga HelpDesk.
Kemudian sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh BP3TKI/ P4TKI
selaku Unit Pelaksana Teknis dari Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia adalah: (a) Ruangan Pelayanan
KTKLN, (b) Server Lokal, Jaringan Komunikasi Data VPN-MPLS/Internet
minimal 256 Kbps, (c) Local Area Network (LAN), (e) Sekuriti Data dan
Jaringan, (f) UPS 2000 watt, (g) Printer ID KTKLN, (h) Personal Computer
(PC) Client, (i) Smart Card Reader RFID, (j) Finger Print, (k) Camera
Digital/ Webcam (l) Scanner, (m) Blanko KTKLN smartcard, (n) Tenaga
Teknis IT, (o) Petugas penerbitan KTKLN dan validasi KTKLN, (p)
Terinstalasi aplikasi penerbitan KTKLN di setiap PC Client yang terkoneksi
dengan Database Local, Camera Digital, Smart Card Reader dan Finger
Print, (q) Memiliki User-ID SISKOTKLN. Sarana dan Prasarana Pelaksana
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) di SISKOTKLN
yaitu: (a) Personal Computer (PC), (b) Jaringan Internet minimal 512 Kbps
(c), Printer Laserjet, (d) Scanner, (e) Petugas Data Entry, (f) Memiliki User-
ID SISKOTKLN. Sedangkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh
Dinas Tenaga Kerja Provinsi dan Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut: (a)
Personal Computer (PC), (b) Jaringan Internet minimal 512 Kbps (c), Printer
78
Laserjet, (d) Webcam minimal 2 MP, (e) Finger Print, (f) Scanner, (g)
Petugas Data Entry, (h) Memiliki User-ID SISKOTKLN.
Sebagai suatu sistem, SISKOTKLN memberikan akses kepada setiap
instansi dan stakeholder sesuai dengan fungsi dan wewenang masing-masing
berkaitan dengan proses penempatan TKI secara online sistem. Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia mempunyai
fungsi dan tanggung jawab (Administrator System) secara keseluruhan
operasional SISKOTKLN meliputi: (a) menyiapkan perangkat keras
(hardware), perangkat lunak (software), perangkat jaringan komunikasi data
dan sumber daya manusia (brainware) serta standar operasional prosedur
(SOP) SISKOTKLN, (b) melakukan perawatan perangkat keras, perangkat
lunak atau sistem dan perangkat jaringan lokal atau komunikasi data untuk
memastikan perangkat sistem penempatan TKI secara online bisa berjalan
dengan baik selama 24 jam sehari, (c) melakukan back up data secara rutin,
(d) menambah, mengedit dan menghapus data stakeholder (e) membuat
User-ID baru, me-Reset Password dan meng-Disable/menghapus User-ID
stakeholders (HelpDesk), (f) memberikan User-ID dan Password kepada
seluruh instansi dan stakeholder terkait selaku pengguna SISKOTKLN, (g)
melakukan input data Mitra Usaha Luar Negeri/ Agensi, (h) memberikan
pelayanan pendukung sistem (supporting system) operasional SISKOTKLN
kepada seluruh stakeholder (HelpDesk), (i) menerbitkan Surat Ijin
Pengerahan, (j) Menerbitkan KTKLN untuk program TKI G to G, (k)
melakukan pendataan dan updating Petugas Rekrut PPTKIS, (l) melakukan
79
pendataan dan updating Instruktur Balai Latihan Kerja Luar Negeri, (m)
melakukan input data perjanjian kerjasama Balai Latihan Kerja Luar Negeri
(BLKLN) dengan PPTKIS, (n) melakukan pengawasan dan pengendalian
terhadap pelaksanaan pelayanan penempatan TKI melalui SISKOTKLN yang
dilakukan oleh seluruh stakeholder.
BP3TKI mempunyai fungsi dan wewenang pelayanan sebagai
berikut: (a) melakukan verifikasi data dan menerbitkan Surat Ijin Pengerahan
(SIP) untuk wilayah rekrut dalam satu wilayah kerja Balai Pelayanan
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, (b) melakukan
verifikasi data dan penerbitan Surat Pengantar Rekrut (SPR) untuk rekrut
Calon TKI berdasarkan SIP dan permohonan dari PPTKIS, (c) melakukan
verifikasi data dan dokumen Calon TKI yang akan mengikuti PAP
(Pembekalan Akhir Pemberangkatan) dan penerbitan KTKLN berdasarkan
permohonan dari PPTKIS, Pelaksana Penempatan Pelaut Perikanan,
Perusahaan Pelaksana Perekrutan dan Penempatan Pelaut dan Perusahan
(BUMN, BUMD, Sasta Nasional) yang mengirimkan TKI ke luar negeri
untuk kepentingan perusahaan sendiri, (d) melakukan download data Calon
TKI dari Server Pusat ke Server Lokal BP3TKI untuk penerbitan KTKLN,
(e) melakukan input data Calon TKI Mandiri/Perorangan dan TKI Re-Entry
yang sudah memenuhi persyaratan persyaratan dan prosedur yang berlaku
berdasarkan permohonan dari Calon TKI/TKI untuk penerbitan KTKLN,
melakukan registrasi Calon TKI yang akan bekerja pada Pengguna Berbadan
Hukum melalui PPTKIS dan program G to P, (f) melakukan registrasi Calon
80
TKI asal Provinsi Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat, (g)
melakukan penerbitan KTKLN, (h) melakukan upload data KTKLN ke
server pusat untuk sinkronisasi data KTKLN, (i) melakukan penambahan dan
perubahan wilayah rekrut Petugas Rekrut PPTKIS melalui Bimbingan Teknis
Petugas Rekrut PPTKIS yang dilakukan oleh BP3TKI, (j) penambahan dan
pengurangan data perjanjian kerja sama pelatihan antara PPTKIS dengan
BLKLN, (k) monitoring data pelatihan Calon TKI di BLKLN, (l) Re-
Capture sidik jari terhadap calon TKI yang bermasalah, (m) membatalkan
atau pengalihan permohonan KTKLN yang masuk ke BP3TKI lainnya, (n)
melakukan perubahan data dengan persyaratan yang ditentukan, (o)
melakukan perubahan status eks TKI yang telah diregistrasi di Dinas
Kabupaten/ Kota.
Tugas PPTKIS adalah (a) mengajukan permohonan SIP, (b)
mengajukan permohonan SPR, (c) membuat surat pengantar/permohonan
untuk (pemeriksaan psikologi Calon TKI, pemeriksaan kesehatan Calon TKI,
pelatihan di BLKLN, Uji Kompetensi, Pembayaran Asuransi Perlindungan
TKI), (d) melakukan pengecekan data Calon TKI di SISKOTKLN, (e)
mengajukan permohonan perubahan atau penghapusan data Calon TKI, (f)
melakukan approval data Calon TKI yang telah diinput dalam SISKOTKLN,
(g) melakukan updating data untuk mengikuti PAP, (h) melakukan
permohonan registrasi pembiayaan TKI yang ditempatkan ke Negara
Singapura, Hongkong dan Taiwan, melalui Lembaga Keuangan, (i)
melakukan permohonan verifikasi data untuk mengikuti PAP dan penerbitan
81
KTKLN, (j) dapat mengakses data TKI yang sedang proses dan atau sudah
memiliki KTKLN serta keberadaan TKI yang sedang proses dan atau sudah
memiliki KTKLN serta keberadaan TKI di Luar Negeri (Khusus data TKI
yang ditempatkan oleh PPTKIS bersangkutan).
Kemudian Dinas Tenaga Kerja Provinsi mempunyai wewenang
sebagai berikut: (a) verifikasi data dan penerbitan Surat Pengantar Rekrut
untuk rekrut Calon TKI di wilayahnya berdasarkan SIP dan permohonan dari
PPTKIS, (b) monitoring pendaftaran Calon TKI di Kabupaten/ Kota, (c)
mengakses data TKI yang sudah memiliki KTKLN.
Sedangkan Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/ Kota mempunyai
fungsi dan wewenang pelayanan sebagai berikut: (a) validasi data Petugas
Rekrut PPTKIS dengan aplikasi biometric Petugas Rekrut, (b) melakukan
registrasi/ input biodata Calon TKI berdasarkan hasil rekrut Calon TKI dari
daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan, (c) membuat Berita Acara
Seleksi Calon TKI berdasarkan data diatas, (d) mencetak Berita Acara
Seleksi Calon TKI, (e) membuat Surat Rekomendasi Paspor berdasarkan data
registrasi Calon TKI, (f) dapat mengakses data TKI yang sedang proses dan
atau sudah memiliki KTKLN/ keberadaan TKI di luar negeri, (g) melakukan
perubahan data meliputi: kesalahan biodata calon TKI, Negara dan Agensi,
Jabatan, Sektor Formal/Informal, Pelimpahan data Calon TKI ke Pelaksana
Penempatan TKI Swasta dengan persyaratan yang ditentukan, (h) registrasi
status eks TKI dengan status sebagai Calon TKI yang baru.
82
update
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Gambar 4.3
Alur Registrasi CTKI online di Dinas Tenaga Kerja Kab/Kota Sumber: BNP2TKI, 2014
Gambar 4.3 merupakan bagan alur registrasi CTKI online di Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten/Kota. Sedangkan bagan alur pelaksanaan pelayanan
penerbitan KTKLN di BP3TKI adalah sebagai berikut:
Dokumen
persyartan calon
TKI
PPTKIS harap
melengkapi
persyaratan
Cek SIP
Mendapatkan
NIK
sesuai
Ada
Wawancara dan cek
dokumen kelengkapan
calon TKI
valid
PPTKIS harap
melengkapi
dokumen
persyaratan
Berita Acara,
Rekom Paspor
Registrasi calon TKI,
finger print, foto
Database
SISKOTKLN
Pembuatan Berita
Acara, Seleksi, Rekom
paspor
83
Gambar 4.4
Alur Pelaksanaan Pelayanan Penerbitan KTKLN di Balai Pelayanan
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Sumber: BNP2TKI, 2014
Berkaitan dengan fungsi dan wewenang instansi atau stakeholder
diatas, secara sederhana mekanisme SISKOTKLN dapat dilihat pada gambar
berikut:
Database
SISKOTKLN
Pendaftaran Calon
TKI untuk mengikuti
PAP
Calon TKI (PPTKIS)
Cek
Calon TKI
melengkapi
syarat yang
belum terpenuhi
Mendapat
pembekalan akhir
pemberangkatan
Pembagian KTKLN
kepada TKIyang akan
diberangkatkan
KTKLN
Calon TKI (PPTKIS)
Calon TKI (PPTKIS)
tolak
Ya
84
Gambar 4.5
Mekanisme SISKOTKLN Sumber: BNP2TKI, 2014
Pada gambar 4.5 di atas, dapat dilihat tahapan proses data calon TKI
yang harus dilalui dalam melakukan penempatan TKI ke Luar Negeri.
Dimana masing-masing stakeholder yang berkepentingan dalam proses
penempatan TKI sesuai dengan fungsi dan wewenangnya dapat terkoneksi
langsung dengan database SISKOTKLN.
4.2 Pengujian Persyaratan Statistik
4.2.1 Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk mengetahui sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Pengujian validitas menggunakan analisis item, dengan
mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah
85
tiap skor butir. Uji validitas instrumen ini menggunakan rumus pearson
product moment dengan bantuan SPSS Statistics versi 16.0.
Adapun hasil perhitungan SPSS Statistics versi 16.0 dapat dilihat
pada tabel berkut:
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas Instrumen
No. Item Koefisien korelasi
(r hitung) r tabel Keputusan
1 0,347 0,339 Valid
2 0,899 0,339 Valid
3 0,532 0,339 Valid
4 0,625 0,339 Valid
5 0,624 0,339 Valid
6 0,505 0,339 Valid
7 0,540 0,339 Valid
8 0,401 0,339 Valid
9 0,620 0,339 Valid
10 0,695 0,339 Valid
11 0,428 0,339 Valid
12 0,529 0,339 Valid
13 0,399 0,339 Valid
14 0,382 0,339 Valid
15 0,469 0,339 Valid
16 0,269 0,339 Tidak Valid
17 0,404 0,339 Valid
18 0,339 0,339 Valid
19 0,548 0,339 Valid
20 0,671 0,339 Valid
21 0.383 0,339 Valid
22 0,617 0,339 Valid
23 0,572 0,339 Valid
24 0,619 0,339 Valid
25 0,689 0,339 Valid
26 0,672 0,339 Valid
27 0,525 0,339 Valid
28 0,635 0,339 Valid
29 0,467 0,339 Valid
30 0,586 0,339 Valid
86
31 0,682 0,339 Valid
32 0,568 0,339 Valid
33 0,606 0,339 Valid
34 0,621 0,339 Valid
35 0,432 0,339 Valid
36 0,427 0,339 Valid
37 0,443 0,339 Valid
38 0,582 0,339 Valid
39 0,644 0,339 Valid
40 0,705 0,339 Valid
Sumber: Peneliti, output SPSS 16.0 yang diolah, 2014
Uji validitas di atas berlaku ketentuan bila koefisien korelasi sama
dengan 0,339 (merupakan rtabel dengan n = 34 pada taraf signifikansi 5%,
dapat dilihat pada tabel nilai-nilai r product moment) atau lebih, maka
instrumen dinyatakan valid. Sebaliknya, bila koefisien korelasi lebih kecil
dari 0,339, maka instrumen dinyatakan tidak valid. Berdasarkan tabel di atas,
terdapat 38 item instrumen dengan skor di atas 0,339 sehingga dinyatakan
valid. Sedangkan, 1 item instrumen dengan skor di bawah 0,339 dinyatakan
tidak valid karena r hitung ≤ r tabel pada tingkat kesalahan sebesar 5%.
Artinya satu item instrumen tersebut dihilangkan dan tidak perlu diganti
karena indikator sudah terukur dari item instrumen lainnya.
4.2.2 Uji Reliabilitas
Peneliti melakukan uji reliabilias instrumen guna menjaga kehandalan
dari sebuah instrumen atau alat ukur. Instrumen yang dilakukan uji
reliabilitas adalah instrumen yang dinyatakan valid, sedangkan instrumen
yang dinyatakan tidak valid maka tidak bisa dilakukan uji reliabilitas.
87
Pengujian reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan
SPSS Statistics 16.0.
Adapun hasil dari uji reliabilitas yang telah dilakukan dalam
penelitian ini adalah nilai Alpha Cronbach sebesar 0,935. Jika mengacu pada
Siegel yang menggunakan pedoman reliability instrument yaitu sebesar 0,7
dengan ketentuan bahwa instrumen dikatakan reliabel jika nilai alpha > 0,7.
Pada penelitian ini, instrumen dapat dikatakan reliabel karena nilai alphanya
sebesar 0,935 lebih besar dari 0,7. Uji reliabilitas instrumen dapat dilihat
pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
.935 39
Sumber: Peneliti, output SPSS 16.0, 2014
4.2.3 Uji Normalitas
Uji normalitas data dalam penelitian ini berdasarkan nilai distribusi
skewness dan kurtosis dengan bantuan piranti lunak Statistic Program For
Social Science (SPSS) versi 16 adalah sebagai berikut:
88
Tabel 4.3
Uji Normalitas Instrumen
Descriptive Statistics
N Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
VAR00001 34 -.121 .403 -.947 .788
Valid N (listwise) 34
Sumber: Peneliti, output SPSS 16.0, 2014
Normalitas dapat dipastikan dengan membandingkan antara nilai
statistic skewness dengan Std. Error skewness atau nilai statistik kurtosis
dengan Std. Error kurtosis dimana jika skor ada di data -2 dan 2 maka
distribusi data normal. Dari uji normalitas data instrumen di dapat bahwa
distribusi data adalah normal. Hal ini diketahui berdasarkan skewness sebesar
-0,3 dan kurtosis sebesar -1,2. Apabila digambarkan dengan bentuk
histogram maka dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 4.6
Hasil Distribusi Data Instrumen Sumber: Peneliti, output SPSS 16.0, 2014
89
4.3 Deskripsi Data
4.3.1 Identitas Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pegawai pengguna
SISKOTKLN dari Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang yang berjumlah 10 orang, Pengguna
SISKOTKLN dari Pelaksana Penempatan TKI Swasta (PPTKIS) di Provinsi
Banten yang berjumlah 6 orang dan pegawai pengguna SISKOTKLN dari
Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten yang berjumlah 18 orang.
Sehingga jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 34 orang. Peneliti
menggunakan teknik sampling jenuh atau survey sehingga semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Berikut adalah pengelompokan identitas
responden berdasarkan jenis kelamin usia dan tingkat pendidikan.
Diagram 4.1
Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.1 di atas dapat diketahui persentase responden
terdiri dari laki-laki sebesar 64% atau sebanyak 21 orang dan perempuan
sebesar 36% atau sebanyak 13 orang.
62%
38%
Laki-laki Perempuan
90
Diagram 4.2
Identitas Responden Berdasarkan Usia
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.2, dapat dilihat bahwa tingkat usia responden
bervariasi dengan rincian tingkat usia 20-30 tahun sebanyak 9 orang (26%),
tingkat usia 31-40 tahun sebanyak 13 orang (38%), tingkat usia 41-50 tahun
sebanyak 5 orang (15%), dan tingkat usia >50 tahun sebanyak 7 orang (21%).
Usia 20-40 tahun merupakan kelompok usia produktif, sedangkan usia 41
tahun ke atas merupakan kelompok usia kurang produktif. Dari
pengelompokkan responden berdasarkan usia tersebut dapat diketahui bahwa
mayoritas responden berada pada usia produktif.
26%
38%
15%
21%
20-30 31-40 41-50 >50
91
Diagram 4.3
Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.3 di atas, dapat dijelaskan bahwa pendidikan
akhir untuk S-2 berjumlah 2 orang (6%), untuk tingkat pendidikan S-1
berjumlah 22 orang (65%), dan untuk tingkat pendidikan SMA berjumlah 10
orang (29%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden
mayoritas sudah baik.
4.3.2 Analisis Data
Peneliti melakukan analisis data untuk mendeskripsikan data dari
hasil penyebaran kuesioner kepada responden. Peneliti menguraikannya
dalam bentuk diagram disertai pemaparan dan kesimpulan hasil jawaban
berdasarkan pertanyaan-pertanyan yang dituangkan dalam bentuk kuesioner.
Teori yang digunakan peneliti dalam analisis data adalah teori dari
Delone dan McLean. Dalam teori tersebut terdapat 6 indikator yang diuraikan
peneliti dalam 38 pertanyaan. Skala yang digunakan adalah skala Likert
dengan mengajukan 5 (lima) pilihan jawaban yang memiliki bobot nilai
berbeda yaitu sangat setuju bernilai 5 poin, setuju bernilai 4 poin, kurang
6%
65%
29%
S2 S1 SMA
92
setuju bernilai 3 poin, tidak setuju bernilai 2 poin, dan sangat tidak setuju
bernilai 1 poin. Dengan asumsi semakin tinggi nilai yang diperoleh maka
semakin efektif pula penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Study pada BP3TKI, PPTKIS dan
Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten). Berikut adalah pemaparan hasil
jawaban responden dari pernyataan yang diajukan melalui kuesioner.
1. System Quality (Kualitas Sistem)
Indikator pertama dalam efektivitas atau kesuksesan suatu sistem
informasi menurut Delone dan McLean adalah system quality (kualitas
sistem) dimana terdapat lima sub indikator. Sub indikator pertama adalah
adaptability (adaptasi) yang dalam penelitian ini memiliki dua item
pertanyaan. Pertanyaan atau pernyataan pertama adalah SISKOTKLN sudah
sesuai dengan perkembangan teknologi. Jawaban responden hasil penelitian
dapat dilihat pada diagram berikut:
Diagram 4.4
SISKOTKLN Sesuai dengan Perkembangan Teknologi Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
32%
62%
6%
0% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
93
Berdasarkan diagram 4.4, jawaban responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 11 orang (32%), setuju sebanyak 21 orang (62%), kurang
setuju sebanyak 2 orang (6%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan
sangat tidak setuju.
Responden mayoritas menjawab setuju, hal ini berarti penerapan
SISKOTKLN sudah sesuai dengan perkembangan teknologi. Penerapan
SISKOTKLN merupakan hal yang baik untuk organisasi menghadapi
perubahan jaman dan lingkungan di era teknologi informasi seperti sekarang.
Namun masih ada yang menjawab kurang setuju karena mengharapkan
SISKOTKLN dapat lebih berkembang lagi sesuai dengan teknologi informasi
yang semakin berkembang pesat.
Pertanyaan kedua sub indikator adaptability (adaptasi) adalah
SISKOTKLN tidak sulit digunakan pegawai. Hasil jawaban responden dapat
dilihat pada diagram berikut:
Diagram 4.5
SISKOTKLN Mudah Digunakan Pengguna
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
35%
65%
0% 0% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
94
Berdasarkan diagram 4.5 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 12 orang (35%), setuju sebanyak 22 orang (65%), kurang
setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju sebanyak 0% atau tidak ada.
Mayoritas responden menjawab setuju dan lainnya sangat setuju. Hal
ini menandakan bahwa SISKOTKLN mudah untuk digunakan pengguna dan
sosialisasi yang pernah dilakukan dalam penerapan SISKOTKLN untuk
pengguna sukses karena semua pengguna yang mengoperasikan
SISKOTKLN dapat menyesuaikan diri dalam menggunakan SISKOTKLN.
Sub indikator kedua dari system quality (kualitas sistem) yaitu
availability (ketersediaan). Terdapat dua item pertanyaan dalam sub indikator
tersebut. Pertanyaan pertama adalah SISKOTKLN dapat dioperasikan sesuai
dengan fungsi dan tujuannya. Berikut adalah diagram hasil jawaban
responden:
Diagram 4.6
SISKOTKLN Dapat Dioperasikan Sesuai dengan Fungsi dan Tujuannya
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.6 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 10 orang (29%), setuju sebanyak 22 orang (65%), kurang
29%
65%
6%
0% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
95
setuju sebanyak 2 orang (6%) dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan
sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju, ini menunjukkan bahwa
SISKOTKLN dapat dioperasikan sesuai fungsi dan tujuannya. Hal tersebut
juga tercermin dari tersedianya sarana dan prasarana seperti PC (Personal
Computer), Printer, Jaringan Intranet, Finger Print dan lainnya pada setiap
instansi pemerintah yang disediakan oleh Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia sehingga pengguna dapat
mengoperasikan SISKOTKLN.
Pertanyaan kedua sub indikator availability (ketersediaan) adalah
SISKOTKLN tersedia setiap saat ketika diperlukan. Jawaban responden dari
pertanyaan tersebut dapat dilihat pada diagram berikut:
Diagram 4.7
SISKOTKLN Tersedia Setiap Saat ketika Diperlukan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.7 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 12 orang (35%), setuju sebanyak 14 orang (41%), kurang
35%
41%
24%
0% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
96
setuju sebanyak 8 orang (24%) dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan
sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju hal ini menandakan bahwa
SISKOTKLN tersedia setiap saat ketika diperlukan pengguna. Namun ada
cukup banyak responden yang menjawab kurang setuju disebabkan jaringan
intranet sebagai salah satu sarana dalam pengoperasian SISKOTKLN sering
terputus atau mati. Sehingga jika jaringan intranet tidak ada maka
SISKOTKLN tidak bisa digunakan.
Sub indikator ketiga dari system quality (kualitas sistem) adalah
reliability (keandalan). Terdapat dua item pertanyaan pada sub indikator
tersebut. Pertanyaan pertama adalah kemampuan SISKOTKLN dapat
dipercaya/diandalkan dalam perlindungan TKI. Jawaban responden dapat
dilihat pada diagram berikut:
Diagram 4.8
Kemampuan SISKOTKLN Dapat Dipercaya/Diandalkan dalam
Perlindungan TKI
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
18%
59%
23%
0% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
97
Berdasarkan diagram 4.8, responden yang menjawab sangat setuju
sebanyak 6 orang (18%), setuju sebanyak 20 orang (59%), kurang setuju
sebanyak 8 orang (23%) dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan
sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju menunjukkan bahwa
SISKOTKLN dapat diandalkan dalam perlindungan TKI. Namun cukup
banyak responden kurang setuju karena walaupun salah satu tujuan dari
penerapan SISKOTKLN adalah usaha untuk perlindungan TKI yang lebih
optimal, permasalahan perlindungan TKI tidak dapat hanya mengandalkan
SISKOTKLN.
Pertanyaan kedua dari sub indikator reliability (keandalan) adalah
SISKOTKLN tahan dari kerusakan. Jawaban responden dapat dijelaskan
pada diagram berikut:
Diagram 4.9
SISKOTKLN Tahan dari Kerusakan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
12%
35%50%
3% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
98
Berdasarkan diagram 4.9, responden yang menjawab sangat setuju
sebanyak 4 orang (12%), setuju sebanyak 12 orang (35%), kurang setuju
sebanyak 17 orang (50%), yang menjawab tidak setuju 1 orang (3%) dan
tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju.
Mayoritas menjawab kurang setuju, hal ini menjelaskan bahwa
tingkat ketahanan SISKOTKLN masih kurang baik dan cukup mudah
mengalami kerusakan. Ini juga terbukti dari hasil observasi peneliti
menemukan sarana dan prasarana SISKOTKLN di beberapa instansi
pemerintah di daerah seperti PC (Personal Computer) yang terinstal aplikasi
SISKOTKLN tidak jarang mengalami kerusakan, dan printer untuk mencetak
KTKLN pada BP3TKI mengalami system error.
Sub indikator keempat dari system quality (kualitas sistem) adalah
response time (kecepatan akses). Terdapat dua item pertanyaan pada
indikator tersebut yaitu pengguna dapat mengakses database penempatan
TKI SISKOTKLN secara cepat. Jawaban responden dapat dilihat pada
diagram berikut:
99
Diagram 4.10
Pengguna Dapat Mengakses Database SISKOTKLN secara Cepat
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.10 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 4 orang (12%), setuju sebanyak 20 orang (59%), kurang
setuju sebanyak 10 orang (29%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju
dan sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab dapat mengakses database
SISKOTKLN secara cepat. Jawaban ini juga sejalan dengan salah satu tujuan
SISKOTKLN yang melayani penempatan TKI secara cepat, dimana database
SISKOTKLN dapat diakses secara real time. Meskipun demikian, ada cukup
banyak responden yang menjawab kurang setuju. Karena kecepatan akses
yang diterima pengguna dalam menggunakan SISKOTKLN tidak sesuai
dengan yang diharapkan pengguna.
Pertanyaan kedua dari sub indikator response time (kecepatan akses)
adalah pengguna dapat mengakses SISKOTKLN secara lancar. Jawaban
responden dapat dijelaskan pada diagram berikut:
12%
59%
29%
0% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
100
Diagram 4.11
Pengguna Dapat Mengakses SISKOTKLN secara Lancar
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.11 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 3 orang (9%), setuju sebanyak 19 orang (56%), kurang setuju
sebanyak 11 orang (32%), tidak setuju sebanyak 1 orang (3%) dan tidak ada
yang menjawab sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab dapat mengakses SISKOTKLN
secara lancar. Meskipun demikian masih banyak responden yang menjawab
kurang setuju dan 1 orang menjawab tidak setuju. Hal ini dikarenakan
pengguna masih kerap mengalami gangguan dalam mengakses
SISKOTKLN, seperti gangguan jaringan intranet yang lambat, kesulitan
download dan upload data serta tampilan error saat membuka aplikasi yang
ada dalam SISKOTKLN.
Karena Sub indikator kelima dari system quality (kualitas sistem)
adalah usability (kebergunaan). Dalam sub indikator tersebut terdapat dua
item pertanyaan. Pertanyaan pertama adalah penerapan SISKOTKLN
9%
56%
32%
3% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
101
membantu peningkatan kinerja pengguna. Jawaban responden dapat
dijelaskan pada diagram berikut:
Diagram 4.12
Penerapan SISKOTKLN Membantu Peningkatan Kinerja Pengguna
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.12 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 8 orang (23%), setuju sebanyak 24 orang (71%), kurang
setuju sebanyak 2 orang (6%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan
sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini berarti bahwa
Penerapan SISKOTKLN berhasil membantu peningkatan kinerja pengguna.
Namun masih ada yang menjawab kurang setuju karena menganggap
penerapan SISKOTKLN belum secara signifikan dapat meningkatkan kinerja
pengguna.
Pertanyaan kedua sub indikator usability (kebergunaan) adalah
penerapan SISKOTKLN dapat mencegah perdagangan manusia (human
23%
71%
6%
0% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
102
trafficking). Jawaban responden dari pertanyaan tersebut dapat dilihat pada
diagram berikut:
Diagram 4.13
Penerapan SISKOTKLN Dapat Mencegah Perdagangan Manusia
(human trafficking)
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.13 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 11 orang (32%), setuju sebanyak 18 orang (53%), kurang
setuju sebanyak 4 orang (12%), yang menjawab tidak setuju 1 orang (3%)
dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab tidak setuju, hal ini menunjukkan
bahwa penerapan SISKOTKLN mampu mencegah perdagangan manusia.
Akan tetapi masih ada beberapa responden menjawab kurang setuju dan 1
orang menjawab tidak setuju karena beranggapan penerapan SISKOTKLN
tidak mampu untuk mencegah perdagangan manusia. Kasus perdagangan
manusia tidak dapat dicegah dengan menggunakan SISKOTKLN.
32%
53%
12%
3% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
103
2. Information Quality (Kualitas Informasi)
Indikator kedua dalam efektivitas atau kesuksesan suatu sistem
informasi menurut Delone dan McLean adalah information quality (kualitas
informasi) dimana terdapat lima sub indikator. Sub indikator pertama adalah
completeness (kelengkapan) yang dalam penelitian ini memiliki dua item
pertanyaan. Pertanyaan pertama adalah semua informasi yang ada dalam
SISKOTKLN lengkap. Jawaban responden adalah sebagai berikut:
Diagram 4.14
Semua Informasi yang Ada dalam SISKOTKLN Lengkap
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.14 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 9 orang (26%), setuju sebanyak 19 orang (56%), kurang
setuju sebanyak 5 orang (15%), yang menjawab tidak setuju 1 orang (3%)
dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini berarti informasi yang
ada dalam SISKOTKLN sudah lengkap. Meskipun beberapa responden
masih ada yang menjawab kurang setuju dan tidak setuju hal tersebut
26%
56%
15%
3% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
104
dikarenakan keinginan responden yang mengharapkan informasi TKI dan
PPTKIS dalam SISKOTKLN lebih banyak dan lengkap.
Pertanyaan kedua sub indikator completeness (kelengkapan) adalah
semua informasi tentang TKI yang dibutuhkan pengguna ada atau tersedia
dalam SISKOTKLN. Jawaban responden dari pertanyaan tersebut dapat
dilihat pada diagram berikut:
Diagram 4.15
Semua Informasi Tentang TKI yang Dibutuhkan Pengguna Ada atau
Tersedia dalam SISKOTKLN
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.15 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 7 orang (20%), setuju sebanyak 20 orang (59%), kurang
setuju sebanyak 6 orang (18%), yang menjawab tidak setuju 1 orang (3%)
dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa
informasi tentang TKI yang dibutuhkan pengguna ada dalam SISKOTKLN.
Namun beberapa responden masih ada yang menjawab kurang setuju dan
20%
59%
18%
3% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
105
tidak setuju karena menganggap data tentang TKI yang ada dalam
SISKOTKLN belum cukup lengkap dengan yang dibutuhkan pengguna.
Sub indikator kedua dari information quality (kualitas informasi)
adalah ease of understanding (kemudahan untuk dimengerti). Ada dua item
pertanyaan pada sub indikator tersebut. Pertanyaan pertama adalah Informasi
yang ada dalam SISKOTKLN mudah dimengerti. Jawaban responden dapat
dijelaskan pada diagram berikut:
Diagram 4.16
Informasi yang Ada dalam SISKOTKLN Mudah Dimengerti
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.16 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 4 orang (12%), setuju sebanyak 26 orang (76%), kurang
setuju sebanyak 3 orang (9%), yang menjawab tidak setuju 1 orang (3%) dan
tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini berarti informasi dalam
SISKOTKLN mudah untuk dimengerti. Namun masih ada responden yang
12%
76%
9%
3% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
106
menjawab kurang setuju dan tidak setuju karena menganggap tidak semua
informasi dalam SISKOTKLN dapat dimengerti fungsi dan tujuannnya.
Pertanyaan kedua sub indikator ease of understanding (kemudahan
untuk dimengerti) adalah pengguna mudah untuk memahami isi informasi
dalam SISKOTKLN. Jawaban responden dari pertanyaan tersebut dapat
dilihat pada diagram berikut:
Diagram 4.17
Pengguna Mudah untuk Memahami Isi Informasi dalam SISKOTKLN
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.17 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 3 orang (9%), setuju sebanyak 25 orang (76%), kurang setuju
sebanyak 5 orang (12%), yang menjawab tidak setuju 1 orang (3%) dan tidak
ada yang menjawab sangat tidak setuju.
Mayoritas menjawab setuju, hal ini menandakan bahwa isi informasi
dalam SISKOTKLN mudah untuk dipahami. Namun meskipun demikian
masih ada beberapa responden yang menjawab kurang setuju dan tidak setuju
karena beranggapan tidak semua isi informasi dalam SISKOTKLN dapat
9%
73%
15%
3% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
107
dipahami pengguna dan hanya pengguna yang dibidangnya saja yang dapat
memahami isi informasi.
Sub indikator ketiga dari information quality (kualitas informasi)
adalah personalization (personalisasi). Terdapat satu item pertanyaan yaitu isi
informasi tentang TKI dalam SISKOTKLN sesuai dengan yang diinginkan.
Jawaban responden dapat dijelaskan pada diagram berikut:
Diagram 4.18
Isi Informasi Tentang TKI dalam SISKOTKLN Sesuai dengan yang
Diinginkan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.18 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 4 orang (12%), setuju sebanyak 21 orang (62%), kurang
setuju sebanyak 8 orang (23%), yang menjawab tidak setuju 1 orang (3%)
dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa isi
informasi tentang TKI sudah sesuai dengan yang diinginkan pengguna.
Namun ada beberapa responden yang menjawab kurang setuju dan tidak
setuju dikarenakan pegawai atau pengguna menginginkan informasi TKI
12%
62%
23%
3% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
108
lebih banyak tidak hanya informasi penempatan TKI tetapi juga informasi
keberangkatan TKI dan kepulangan TKI sehingga pegawai Dinas
Ketenagakerjaan dapat mengontrol dan mengetahui TKI asal daerahnya
dengan lebih baik.
Sub indikator keempat dari information quality (kualitas informasi)
adalah relevance (relevansi). Terdapat dua item pertanyaan dalam sub
indikator tersebut. Pertanyaan pertama adalah informasi yang ada dalam
SISKOTKLN bermanfaat untuk perlindungan TKI yang lebih optimal.
Berikut adalah diagram jawaban responden:
Diagram 4.19
Informasi yang Ada dalam SISKOTKLN Bermanfaat untuk
Perlindungan TKI yang Lebih Optimal
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.19 diatas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 5 orang (15%), setuju sebanyak 25 orang (73%), kurang
setuju sebanyak 4 orang (12%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju
dan sangat tidak setuju.
15%
73%
12%
0% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
109
Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa
informasi yang ada dalam SISKOTKLN bermanfaat untuk perlindungan TKI
yang lebih optimal. Dengan informasi yang ada dalam SISKOTKLN
pengguna dapat lebih cepat mengetahui identitas TKI. Namun masih ada
beberapa responden yang menjawab kurang setuju karena beranggapan data
tentang TKI dapat dipalsukan sehingga informasi tentang TKI belum tentu
benar adanya.
Pertanyaan kedua sub indikator relevance (relevansi) adalah informasi
yang ada dalam SISKOTKLN relevan (sesuai/cocok). Jawaban responden
dapat dilihat pada diagram berikut:
Diagram 4.20
Informasi yang Ada dalam SISKOTKLN Relevan (Sesuai/Cocok)
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.20 diatas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 2 orang (6%), setuju sebanyak 23 orang (68%), kurang setuju
sebanyak 8 orang (23%), yang menjawab tidak setuju 1 orang (3%) dan tidak
ada yang menjawab sangat tidak setuju.
6%
68%
23%
3% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
110
Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa
informasi yang ada dalam SISKOTKLN relevan. Namun cukup banyak yang
menjawab kurang setuju dan satu orang menjawab tidak setuju hal tersebut
terjadi karena adanya selisih data rekapitulasi penempatan TKI yang ada di
SISKOTKLN dengan yang tercatat secara manual di Dinas Ketenagakerjaan
yang disebabkan oleh banyaknya TKI mandiri yang dapat mengakses dan
menginput data ke SISKOTKLN tanpa harus melalui Dinas Ketenagakerjaan
setempat. Hal ini tentu meragukan responden terhadap relevansi informasi
yang ada dalam SISKOTKLN mengingat tujuan dari SISKOTKLN adalah
mengurangi atau menekan manipulasi data hingga ke titik nol.
Sub indikator keempat dari information quality (kualitas informasi)
adalah security (keamanan). Terdapat dua item pertanyaan dalam sub
indikator tersebut. Pertanyaan pertama adalah keamanan informasi dalam
SISKOTKLN terjaga atau terlindungi dengan baik. Responden menjawab:
Diagram 4.21
Keamanan Informasi dalam SISKOTKLN Terjaga atau Terlindungi
dengan Baik
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
17%
65%
18%
0% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
111
Berdasarkan diagram 4.21, responden yang menjawab sangat setuju
sebanyak 6 orang (17%), setuju sebanyak 22 orang (65%), kurang setuju
sebanyak 6 orang (18%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan
sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa
informasi yang ada dalam SISKOTKLN terjaga dan terlindungi dengan baik.
Namun ada beberapa responden yang menjawab kurang setuju karena
beranggapan informasi yang tersimpan pada database SISKOTKLN dapat
sewaktu-waktu mengalami kerusakan atau terhapus.
Pertanyaan kedua sub indikator security (keamanan) adalah informasi
dalam SISKOTKLN terjaga kerahasiaannya dari pengguna yang tidak
berhak. Jawaban responden dapat dijelaskan pada diagram berikut:
Diagram 4.22
Informasi dalam SISKOTKLN Terjaga Kerahasiaannya dari Pengguna
yang Tidak Berhak
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.22 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 12 orang (35%), setuju sebanyak 16 orang (47%), kurang
35%
47%
15%
3% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
112
setuju sebanyak 5 orang (15%), tidak setuju sebanyak 1 orang (3%) dan tidak
ada yang menjawab sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju dan sangat setuju, hal ini
menunjukkan bahwa kerahasiaan informasi dalam SISKOTKLN terjaga
dengan baik tanpa diketahui pengguna yang tidak berhak. Ini terbukti dengan
tidak semua orang dapat mengakses SISKOTKLN secara bebas. Pengguna
harus mempunyai user-ID SISKOTKLN untuk dapat masuk ke dalam situs
SISKOTKLN. Meskipun demikian masih ada responden yang menjawab
kurang setuju dan tidak setuju karena masih ditemukan orang yang tidak
berkepentingan dapat mengakses SISKOTKLN.
3. Service Quality (Kualitas Pelayanan)
Indikator ketiga dalam efektivitas atau kesuksesan suatu sistem
informasi menurut Delone dan McLean adalah service quality (kualitas
pelayanan) dimana terdapat tiga sub indikator. Sub indikator pertama adalah
assurance (jaminan) yang dalam penelitian ini memiliki dua item pertanyaan.
Pertanyaan pertama adalah pelayanan SISKOTKLN yang diberikan dapat
dipertanggungjawabkan. Jawaban responden dapat dijelaskan pada diagram
berikut:
113
Diagram 4.23
Pelayanan SISKOTKLN yang Diberikan Dapat
Dipertanggungjawabkan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.23 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 8 orang (20%), setuju sebanyak 23 orang (57%), kurang
setuju sebanyak 8 orang (20%), tidak setuju sebanyak 1 orang (3%) dan tidak
ada yang menjawab sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa
pelayanan SISKOTKLN dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. Namun
masih ada yang menjawab kurang setuju dan tidak setuju karena responden
masih ragu terhadap kreadibilitas atas pelayanan SISKOTKLN yang
diberikan.
Pertanyaan kedua sub indikator assurance (jaminan) adalah pengelola
SISKOTKLN memiliki kemampuan yang baik dalam pekerjaan mereka.
Jawaban responden dapat ditunjukkan pada diagram berikut:
20%
57%
20%
3% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
114
Diagram 4.24
Pengelola SISKOTKLN Memiliki Kemampuan yang Baik dalam
Pekerjaan Mereka
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.24 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 7 orang (20%), setuju sebanyak 22 orang (65%), kurang
setuju sebanyak 5 orang (15%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju
dan sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa
pengelola SISKOTKLN memiliki kemampuan yang baik dalam pelayanan
SISKOTKLN. Meskipun demikian beberapa responden masih ada yang
menjawab kurang setuju karena beranggapan tidak semua pegawai yang
mengelola SISKOTKLN memiliki kemampuan yang baik dibidangnya atau
kompeten.
Sub indikator kedua dari service quality (kualitas pelayanan) adalah
Empathy (kepedulian). Terdapat dua item pertanyaan dalam sub indikator ini.
Pertanyaan pertama adalah pengguna mudah melakukan komunikasi dengan
20%
65%
15%
0% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
115
pengelola SISKOTKLN. Jawaban responden atas pertanyaan tersebut dapat
dilihat pada diagram berikut:
Diagram 4.25
Pengguna Mudah Melakukan Komunikasi dengan Pengelola
SISKOTKLN
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.25 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 6 orang (18%), setuju sebanyak 18 orang (53%), kurang
setuju sebanyak 9 orang (26%), tidak ada yang menjawab tidak setuju dan 1
orang (3%) menjawab sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa
pengguna mudah melakukan komunikasi dengan pengelola SISKOTKLN.
Namun cukup banyak responden yang menjawab kurang setuju dan 1 orang
menjawab sangat tidak setuju, hal ini menunjukkan bahwa beberapa
responden mengalami kesulitan komunikasi dengan pengelola. Hal ini
dikarenakan kesibukan pengelola pada kegiatan lain di instansi dan tidak
cukup banyak pengelola yang bertugas mengelola SISKOTKLN.
18%
53%
26%
0% 3%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
116
Pertanyaan kedua pada sub indikator empathy (kepedulian) adalah
pengelola SISKOTKLN peduli terhadap kebutuhan pengguna. Jawaban
pertanyaan dapat dilihat pada diagram berikut:
Diagram 4.26
Pengelola SISKOTKLN Peduli terhadap Kebutuhan Pengguna
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.26 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 7 orang (20%), setuju sebanyak 20 orang (59%), kurang
setuju sebanyak 7 orang (21%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju
dan sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa
pengelola SISKOTKLN peduli terhadap pengguna. Kepedulian pengelola
terhadap pengguna juga ditunjukkan dengan adanya pelayanan helpdesk pada
Badan Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
yang dilakukan selama 24 jam. Namun meskipun demikian cukup banyak
yang menjawab kurang setuju karena beranggapan bahwa adanya tenaga
helpdesk tidak cukup mampu menunjukkan kepedulian terhadap pengguna.
20%
59%
21%
0% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
117
Sub indikator kedua dari service quality (kualitas pelayanan) adalah
responsiveness (kesigapan). Terdapat dua item pertanyaan dalam sub
indikator ini. Pertanyaan pertama adalah pengelola SISKOTKLN sigap
merespon kesulitan pengguna SISKOTKLN. Jawaban responden dapat
dijelaskan pada diagram berikut:
Diagram 4.27
Pengelola SISKOTKLN Sigap Merespon Kesulitan Pengguna
SISKOTKLN
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.27 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 6 orang (18%), setuju sebanyak 18 orang (53%), kurang
setuju sebanyak 10 orang (29%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju
dan sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa
pengelola SISKOTKLN sigap merespon kesulitan pengguna. Namun cukup
banyak responden yang menjawab kurang setuju. Responden menilai respons
yang ditunjukkan pengelola terhadap kesulitan pengguna masih kurang sigap.
Kurang sigapnya pengelola SISKOTKLN juga tercermin dari telatnya
18%
53%
29%
0% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
118
pembayaran jaringan intranet di Dinas Ketenagakerjaan dan lambatnya
respon pengelola dalam melayani keluhan pengguna.
Pertanyaan kedua sub indikator responsiveness (kesigapan) adalah
pengelola SISKOTKLN cepat dalam memberikan bantuan/ perbaikan
masalah sistem. Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut:
Diagram 4.28
Pengelola SISKOTKLN Cepat dalam Memberikan Bantuan/ Perbaikan
Masalah Sistem
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.28 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 4 orang (12%), setuju sebanyak 18 orang (53%), kurang
setuju sebanyak 11 orang (32%), tidak setuju sebanyak 1 orang (3%) dan
tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa
pengelola SISKOTKLN cepat dalam memberikan bantuan/ perbaikan
masalah sistem. Namun cukup banyak responden yang menjawab kurang
setuju dan 1 orang menjawab tidak setuju karena menganggap respon yang
diberikan pengelola kurang cepat. Hal ini dikarenakan tenaga helpdesk di
12%
53%
32%
3% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
119
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
hanya berjumlah dua orang dan jumlah tenaga IT di Balai Pelayanan
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Serang hanya satu
orang. Kondisi tersebut dapat menjadi kendala manakala terjadi kerusakan
sistem tidak cukup orang yang dapat menangani sehingga proses perbaikan
berlangsung kurang cepat.
4. Use (Penggunaan)
Indikator keempat dalam efektivitas atau kesuksesan suatu sistem
informasi menurut Delone dan McLean adalah use (penggunaan) dengan tiga
sub indikator. Sub indikator pertama adalah nature of use (sifat penggunaan)
yang dalam penelitian ini memiliki dua item pertanyaan. Pertanyaan pertama
adalah pengguna menggunakan SISKOTKLN sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Jawaban responden dapat dijelaskan pada diagram berikut:
Diagram 4.29
Pengguna Menggunakan SISKOTKLN Sesuai dengan Tujuan yang
Diharapkan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
20%
65%
15%
0% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
120
Berdasarkan diagram 4.29, responden yang menjawab sangat setuju
sebanyak 7 orang (20%), setuju sebanyak 22 orang (65%), kurang setuju
sebanyak 5 orang (15%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan
sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju, ini menunjukkan bahwa
pengguna menggunakan SISKOTKLN sudah sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Meskipun demikian beberapa responden masih ada yang
menjawab kurang setuju dikarenakan SISKOTKLN yang merupakan salah
satu bentuk teknologi informasi dalam registrasi penempatan TKI belum
sepenuhnya mampu mencapai tertib administrasi yang diharapkan.
Pertanyaan kedua sub indikator nature of use (sifat penggunaan)
adalah penggunaan SISKOTKLN tepat dengan maksud yang diinginkan.
Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut:
Diagram 4.30
Penggunaan SISKOTKLN Tepat dengan Maksud yang Diinginkan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
26%
68%
6%
0% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
121
Berdasarkan diagram 4.30, responden yang menjawab sangat setuju
sebanyak 9 orang (31%), setuju sebanyak 23 orang (62%), kurang setuju
sebanyak 2 orang (7%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan sangat
tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju, ini menunjukkan bahwa
penggunaan SISKOTKLN sudah tepat dengan maksud yang diinginkan.
Namun masih ada yang menjawab kurang setuju karena beranggapan belum
semua tujuan atau maksud yang diinginkan pengguna dari penggunaan
SISKOTKLN tercapai.
Sub indikator kedua dari use (penggunaan) adalah navigation patterns
(pola navigasi). Terdapat dua item pertanyaan dalam sub indikator ini.
Pertanyaan pertama adalah tampilan aplikasi SISKOTKLN mudah untuk
dimengerti. Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut:
Diagram 4.31
Tampilan Aplikasi SISKOTKLN Mudah untuk Dimengerti
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
21%
79%
0% 0% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
122
Berdasarkan diagram 4.31, responden yang menjawab sangat setuju
sebanyak 7 orang (21%), setuju sebanyak 27 orang (79%), kurang setuju,
tidak setuju dan sangat tidak setuju sebanyak 0% atau tidak ada.
Mayoritas responden menjawab setuju dan lainnya sangat setuju, ini
menunjukkan bahwa tampilan aplikasi SISKOTKLN mudah untuk
dimengerti. Tampilan aplikasi SISKOTKLN ini memudahkan pengguna
untuk menginput data maupun mencari data.
Pertanyaan kedua sub indikator navigation patterns (pola navigasi)
adalah navigasi/ petunjuk dalam aplikasi SISKOTKLN mudah dipahami.
Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut:
Diagram 4.32
Navigasi/ Petunjuk dalam Aplikasi SISKOTKLN Mudah Dipahami
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.32 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 5 orang (15%), setuju sebanyak 26 orang (76%), kurang
setuju sebanyak 3 orang (9%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan
sangat tidak setuju.
15%
76%
9%
0% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
123
Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa
petunjuk yang ada dalam aplikasi SISKOTKLN tidak sulit dipahami.
Meskipun masih ada tiga orang yang masih menjawab kurang setuju karena
meragukan bahwa semua pengguna SISKOTKLN atau pegawai dapat
memahami petunjuk pada aplikasi SISKOTKLN.
Sub indikator ketiga dari use (penggunaan) adalah number of
transactions execyted (jumlah transaksi yang dapat diselesaikan). Ada dua
item pertanyaan dalam sub indikator ini. Pertanyaan pertama adalah
penggunaan SISKOTKLN membuat banyak pekerjaan penempatan TKI
dapat ditangani. Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut:
Diagram 4.33
Penggunaan SISKOTKLN Membuat Banyak Pekerjaan Penempatan
TKI Dapat Ditangani
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.33 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 7 orang (21%), setuju sebanyak 18 orang (53%), kurang
21%
53%
26%
0% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
124
setuju sebanyak 9 orang (26%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju
dan sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju, ini menunjukkan bahwa
dengan menggunakan SISKOTKLN pekerjaan penempatan TKI dapat lebih
banyak ditangani. Meskipun demikian, cukup banyak responden yang
menjawab kurang setuju dikarenakan tidak semua pekerjaan berkaitan
dengan penempatan TKI dapat ditangani dengan menggunakan
SISKOTKLN.
Pertanyaan kedua sub indikator number of transactions executed
(jumlah transaksi yang dapat diselesaikan) adalah penggunaan SISKOTKLN
dapat lebih banyak menyelesaikan transaksi penempatan TKI. Jawaban
responden atas pertanyaan tersebut dapat dilihat pada diagram berikut:
Diagram 4.34
Penggunaan SISKOTKLN Dapat Lebih Banyak Menyelesaikan
Transaksi Penempatan TKI
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.34 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 7 orang (20%), setuju sebanyak 20 orang (59%), kurang
20%
59%
21%
0% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
125
setuju sebanyak 7 orang (21%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju
dan sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju, ini menunjukkan bahwa
penggunaan SISKOTKLN dapat lebih banyak menyelesaikan transaksi
penempatan TKI karena verifikasi data TKI dapat dilakukan secara otomatis
dengan bantuan SISKOTKLN, sehingga penyelesaian transaksi penempatan
TKI bisa lebih banyak. Meskipun demikian masih ada yang menjawab
kurang setuju atau ragu karena banyak tidaknya transaksi yang diselesaikan
juga bergantung pada kemampuan kerja pegawai.
5. User Satisfaction (Kepuasan Pengguna)
Indikator kelima dalam efektivitas atau kesuksesan suatu sistem
informasi menurut Delone dan McLean adalah user satisfaction (kepuasan
pengguna). Pada indikator ini terdapat dua item pertanyaan. Pertanyaan
pertama adalah pengguna tertarik untuk sering mengakses SISKOTKLN.
Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut:
Diagram 4.35
Pengguna Tertarik untuk Sering Mengakses SISKOTKLN
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
6%
50%
41%
3% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
126
Berdasarkan diagram 4.35, responden yang menjawab sangat setuju
sebanyak 2 orang (6%), setuju sebanyak 17 orang (50%), kurang setuju
sebanyak 14 orang (41%), tidak setuju sebanyak 1 orang (3%) dan tidak ada
yang menjawab sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa
pengguna tertarik untuk sering mengakses SISKOTKLN. Meskipun demikian
banyak juga responden yang menjawab kurang setuju hal ini menunjukkan
bahwa responden ragu untuk sering mengakses SISKOTKLN mengingat
jumlah TKI di tiap daerah yang berbeda-beda dan terbatasnya informasi
tentang PPTKIS.
Pertanyaan kedua indikator user satisfaction (kepuasan pengguna)
adalah pertanyaan langsung mengenai kepuasan pengguna yaitu
SISKOTKLN sudah memenuhi kepuasan pengguna. Jawaban responden
dapat dilihat pada diagram berikut:
Diagram 4.36
SISKOTKLN Sudah Memenuhi Kepuasan Pengguna
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
3%
44%
50%
3% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
127
Berdasarkan diagram 4.36 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 1 orang (3%), setuju sebanyak 15 orang (44%), kurang setuju
sebanyak 17 orang (50%), tidak setuju sebanyak 1 orang (3%) dan tidak ada
yang menjawab sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab kurang setuju, ini menandakan bahwa
pengguna kurang puas dalam menggunakan SISKOTKLN. Pengguna
mengharapkan SISKOTKLN sebagai sistem informasi bisa digunakan
dengan lebih baik lagi tanpa banyak kendala dan kemanfaatan dari
penggunaan SISKOTKLN dapat terus bertambah. Namun meskipun
demikian cukup banyak yang menjawab setuju atau sudah puas dengan
SISKOTKLN saat ini.
6. Net Benefit (Kemanfaatan)
Indikator keenam dalam efektivitas atau kesuksesan suatu sistem
informasi menurut Delone dan McLean adalah net benefit (kemanfaatan)
dengan tiga sub indikator. Sub indikator pertama adalah cost savings
(penghematan biaya) yang dalam penelitian ini memiliki dua item
pertanyaan. Pertanyaan pertama adalah penerapan SISKOTKLN dapat
menghemat biaya. Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut:
128
Diagram 4.37
Penerapan SISKOTKLN Dapat Menghemat Biaya
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.37 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 3 orang (9%), setuju sebanyak 19 orang (56%), kurang setuju
sebanyak 10 orang (29%), tidak setuju sebanyak 2 orang (6%) dan tidak ada
yang menjawab sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa
penerapan SISKOTKLN dapat menghemat biaya yang dikeluarkan organisasi
karena dengan penerapan SISKOTKLN melalui sistem online koordinasi
antar instansi dan pelaporan TKI dapat dengan mudah dilakukan tanpa biaya
yang mahal mengingat sistem online sudah banyak digunakan di era
teknologi informasi seperti sekarang. Meskipun demikian cukup banyak
responden yang menjawab kurang setuju dan dua orang menjawab tidak
setuju karena beranggapan penerapan SISKOTKLN justru membutuhkan
biaya.
9%
56%
29%
6%
0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
129
Pertanyaan kedua sub indikator cost savings (penghematan biaya)
adalah penerapan SISKOTKLN dapat mewujudkan penempatan TKI yang
murah. Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut:
Diagram 4.38
Penerapan SISKOTKLN Dapat Mewujudkan Penempatan TKI yang
Murah
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.38 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 7 orang (21%), setuju sebanyak 16 orang (47%), kurang
setuju sebanyak 10 orang (29%), tidak setuju sebanyak 1 orang (3%) dan
tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju dan sangat setuju, hal ini
menunjukkan bahwa penerapan SISKOTKLN sudah dapat mewujudkan
penempatan TKI yang murah. Ini juga sejalan dengan salah satu tujuan dari
SISKOTKLN agar pemangku kepentingan (stakeholder) terkait dapat
memberikan pelayanan penempatan TKI yang murah. Meskipun demikian
masih ada beberapa responden yang menjawab kurang setuju dan tidak setuju
karena beranggapan pelayanan penempatan TKI yang dilakukan dengan
21%
47%
29%
3% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
130
SISKOTKLN kurang dapat mewujudkan pelayanan penempatan TKI yang
murah.
Sub indikator kedua dari net benefits (kemanfaatan) adalah reduced
search costs (mengurangi biaya pencarian). Ada dua item pertanyaan dalam
sub indikator ini. Pertanyaan pertama adalah penerapan SISKOTKLN dapat
mengurangi biaya pencarian informasi. Jawaban responden dapat dilihat pada
diagram berikut:
Diagram 4.39
Penerapan SISKOTKLN Dapat Mengurangi Biaya Pencarian Informasi
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.39 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 10 orang (29%), setuju sebanyak 16 orang (47%), kurang
setuju sebanyak 8 orang (24%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju
dan sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju dan sangat setuju, hal ini
menunjukkan bahwa penerapan SISKOTKLN dapat mengurangi biaya
pencarian informasi. Meskipun demikian masih ada beberapa responden yang
29%
47%
24%
0% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
131
menjawab ragu SISKOTKLN dapat digunakan untuk mengurangi biaya
pencarian informasi.
Pertanyaan kedua sub indikator reduced search costs (mengurangi
biaya pencarian) adalah pencarian informasi dengan menggunakan
SISKOTKLN relatif lebih murah. Jawaban responden dapat dilihat pada
diagram berikut:
Diagram 4.40
Pencarian Informasi dengan Menggunakan SISKOTKLN Relatif Lebih
Murah
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.40 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 11 orang (32%), setuju sebanyak 13 orang (38%), kurang
setuju sebanyak 10 orang (30%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju
dan sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab sangat setuju dan setuju, hal ini
menunjukkan bahwa pencarian informasi dengan menggunakan
SISKOTKLN relatif lebih murah. Terlebih dengan SISKOTKLN pengguna
dapat lebih mudah mendapatkan informasi tentang TKI tanpa harus
32%
38%
30%
0% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
132
direpotkan dengan mengirim surat jika ingin mengetahui informasi atau data
tentang penempatan TKI.
Sub indikator ketiga dari net benefits (kemanfaatan) adalah times
savings (penghematan waktu). Ada dua item pertanyaan dalam sub indikator
ini. Pertanyaan pertama adalah penerapan SISKOTKLN dapat menghemat
waktu dalam bekerja. Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut:
Diagram 4.41
Penerapan SISKOTKLN Dapat Menghemat Waktu dalam Bekerja
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.41 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 13 orang (38%), setuju sebanyak 20 orang (59%), kurang
setuju sebanyak 1 orang (3%), tidak setuju dan sangat tidak setuju sebanyak
0% atau tidak ada.
Mayoritas responden menjawab setuju dan sangat setuju, ini
menunjukkan bahwa SISKOTKLN sangat membantu pengguna dalam
menghemat waktu dalam bekerja. Ini juga terbukti dengan pendapat
pengguna yang mengatakan sebelum menggunakan SISKOTKLN pekerjaan
38%
59%
3% 0% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
133
penempatan TKI seperti mengetik data TKI dan membuat surat rekomendasi
paspor dilakukan secara manual sedangkan setelah penerapan SISKOTKLN
hal tersebut dapat dilakukan secara otomatis.
Pertanyaan kedua sub indikator times savings (penghematan waktu)
adalah penerapan SISKOTKLN dapat mempercepat pekerjaan pengguna.
Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut:
Diagram 4.42
Penerapan SISKOTKLN Dapat mempercepat pekerjaan Pengguna
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.42 di atas, responden yang menjawab sangat
setuju sebanyak 13 orang (38%), setuju sebanyak 19 orang (56%), kurang
setuju sebanyak 2 orang (6%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan
sangat tidak setuju.
Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa
penerapan SISKOTKLN dapat mempercepat pekerjaan pengguna karena
SISKOTKLN yang terintegrasi dengan instansi atau stakeholder terkait
penempatan TKI memudahkan pengguna untuk mencari informasi dan
38%
56%
6%
0% 0%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
134
memverifikasi data tanpa harus kesulitan mencari data atau informasi pada
tumpukan kertas dokumen. Kemudahan ini tentu dapat mempercepat
pekerjaan pengguna. Walaupun masih ada responden yang ragu atau kurang
setuju karena menganggap kecepatan pekerjaan bergantung pada kemampuan
pengguna untuk menyelesaikan pekerjaan dan kemampuan sistem dalam
beroperasi.
4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian yang berjudul “Efektivitas Penerapan Sistem
Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri di Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Study pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas
Ketenagakerjaan di Provinsi Banten)” adalah sebagai berikut:
H0 :“Tingkat Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Study pada BP3TKI, PPTKIS dan
Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) lebih kecil atau sama dengan
65%”
Ha :“Tingkat Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Study pada BP3TKI, PPTKIS dan
Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) lebih besar dari 65%”.
Pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah menggunakan uji hioptesis
t-test one sample dengan bentuk hipotesis uji pihak kanan. Adapun penghitungan
pengujian hipotesis tersebut yaitu sebagai berikut:
135
Skor ideal untuk instrumen variabel efektivitas adalah 5 x 39 x 34 = 6630
(5 = nilai tertinggi dari item pertanyaan yang ada menurut skala Likert, 39 =
jumlah item pertanyaan yang ada, dan 34 = jumlah responden yang ada) dengan
nilai mean/ nilai rata-ratanya adalah 6630 : 34 = 195. Mengingat hipotesis pada
penelitian ini adalah lebih kecil atau sama dengan 65% dari nilai ideal, ini berarti
bahwa nilai yang dihipotesiskan adalah 0,65 x 6630 : 34 = 127. Ho untuk
memprediksi µ lebih kecil atau sama dengan 65% dari skor ideal. Ha untuk
memprediksi µ lebih besar dari 65%. Hipotesis statistiknya dapat ditulis dengan
rumus:
H0 : µ ≤ 65% ≤ 0,65 x 6630 : 34 = 127
Ha : µ > 65% > 0,65 x 6630 : 34 = 127
Diketahui:
= : 34 = 5285 : 34 = 155
µ0 = 127
n = 34
S =
1
2
n
xx= 13,6
Ditanya: t ?
Jawab:
t =
n
s
x = =
= = 12,01
136
Nilai thitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai ttabel dengan
derajat kebebasan (dk) = (n – 1) = (34 – 1) = 33 dan taraf kesalahan = 5% (0,05)
untuk uji satu pihak kanan (one tail test) didapat nilai ttabel yaitu 1,692. Karena
nilai thitung lebih besar dari pada nilai ttabel (12,01 > 1,692) dan jatuh pada daerah
penerimaan Ha, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Study pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas
Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) dari hasil perhitungan populasi ditemukan
bahwa:
Tingkat efektivitas penerapan SISKOTKLN = 6630
5285x 100% =79%
Jadi telah diketahui bahwa tingkat Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Study
pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) adalah
sebesar 79%. Berikut adalah gambar kurva penerimaan dan penolakan hipotesis.
0 1,692 12,01
65% 79%
Gambar 4.7
Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis untuk Uji Hipotesis Pihak
Kanan
137
4.5 Pengukuran Efektivitas
Pengukuran efektivitas dilakukan dengan menggunakan metode Likert
Sumamating Rating (LSR), nilai batas bawah (B) dan nilai batas atas (A) dihitung
dengan menggunakan rumus (Azwar, 1988:29):
B= 34 x 1 x 39 = 1326
A= 34 x 5 x 39 = 6630
Setelah penentuan batas bawah dan batas atas maka selanjutnya
menentukan nilai kuartil diantara B dan A dengan perhitungan sebagai berikut:
Quartil I (Q1) = 1326 + 4
5304 = 2652
Quartil II (Q2) = 1326 + 2
5304 = 3978
Quartil III (Q3) = 1326 + 5304 x 4
3 = 5304
Keterangan:
n = 6630 – 1326 = 5304
Penarikan kesimpulan tingkat efektivitas dalam metode LSR adalah
dengan melihat posisi jumlah dari perhitungan skor kuesioner pada quartil yang
ada diantara lain batas bawah (B) dan nilai batas atas (A) dengan ketentuan:
Tabel 4.3
Tingkat Keefektivan Penerapan SISKOTKLN
Posisi jumlah Tingkat keefektivan Persentase
1326 s/d 2652 Sangat tidak efektif 20 - 40
>2652 s/d 3978 Tidak efektif >40 - 60
>3978 s/d 5304 Efektif >60 - 80
>5304 Sangat efektif >80
138
4.6 Interpretasi Hasil Penelitian
Rumusan masalah yang menjadi kajian peneliti adalah berapa besar tingkat
efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas
Ketenagakerjaan di Provinsi Banten). Untuk menjawab rumusan masalah tersebut
dapat dilihat pada penghitungan pengujian hipotesis t-test one sample dengan uji
pihak kanan dimana hasilnya adalah nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel dan hal
itu dapat diartikan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa tingkat efektivitas penerapan SISKOTKLN lebih besar dari
prediksi lebih kecil atau sama dengan 65% yaitu mencapai 79%.
Setelah mengetahui tingkat efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada
BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) yaitu sebesar
79% maka selanjutnya peneliti menganalisis dimensi efektivitas penerapan
SISKOTKLN yaitu sebagai berikut:
Pertama adalah kualitas sistem dengan skor ideal instrumen adalah 5 x 10
x 34 = 1700. (5 = nilai tertinggi dari item pertanyaan yang ada, 10 = jumlah item
pertanyaan yang ada, dan 34 = jumlah responden yang ada). Sedangkan nilai skor
dari hasil penelitian adalah sebesar 1371. Dengan demikian nilai efektivitas dari
kualitas sistem adalah 1371 : 1700 = 0,80 atau 80%.
Kedua adalah kualitas informasi dengan skor ideal instrumen adalah 5 x 9
x 34 = 1530. (5 = nilai tertinggi dari item pertanyaan yang ada, 9 = jumlah item
pertanyaan yang ada, dan 34 = jumlah responden yang ada). Sedangkan nilai skor
139
dari hasil penelitian adalah sebesar 1212. Dengan demikian nilai efektivitas dari
kualitas informasi adalah 1212 : 1530 = 0,79 atau 79%.
Ketiga adalah kualitas pelayanan dengan skor ideal instrumen adalah 5 x 6
x 34 = 1020. (5 = nilai tertinggi dari item pertanyaan yang ada, 6 = jumlah item
pertanyaan yang ada, dan 34 = jumlah responden yang ada). Sedangkan nilai skor
dari hasil penelitian adalah sebesar 804. Dengan demikian nilai efektivitas dari
kualitas pelayanan adalah 840 : 1020 = 0,78 atau 78%.
Keempat adalah penggunaan dengan skor ideal instrumen adalah 5 x 6 x
34 = 1020. (5 = nilai tertinggi dari item pertanyaan yang ada, 6 = jumlah item
pertanyaan yang ada, dan 34 = jumlah responden yang ada). Sedangkan nilai skor
dari hasil penelitian adalah sebesar 832. Dengan demikian nilai efektivitas dari
penggunaan adalah 832 : 1020 = 0,81 atau 81%.
Kelima adalah kepuasan pengguna dengan skor ideal instrumen adalah 5 x
2 x 28 = 340. (5 = nilai tertinggi dari item pertanyaan yang ada, 2 = jumlah item
pertanyaan yang ada, dan 34 = jumlah responden yang ada). Sedangkan nilai skor
dari hasil penelitian adalah sebesar 240. Dengan demikian nilai efektivitas dari
kepuasan pengguna adalah 240 : 340 = 0,70 atau 70%.
Keenam adalah kemanfaatan dengan skor ideal instrumen adalah 5 x 6 x
34 = 1020. (5 = nilai tertinggi dari item pertanyaan yang ada, 6 = jumlah item
pertanyaan yang ada, dan 34 = jumlah responden yang ada). Sedangkan nilai skor
dari hasil penelitian adalah sebesar 826. Dengan demikian nilai efektivitas dari
kemanfaatan adalah 826 : 1020 = 0,80 atau 80%.
140
5285
4.7 Pembahasan
Berdasarkan hasil penghitungan dan pengujian hipotesis dengan uji t-test
one sampel pihak kanan menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, dimana
dari hasil perhitungan variabel penelitian yang dilakukan dengan cara membagi
skor total hasil penelitian (5285) dengan skor ideal instrumen (6630) didapat
bahwa tingkat efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan
Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) adalah sebesar 5285 : 6630 = 0,79
atau 79% lebih besar dari angka yang dihipotesiskan, yaitu lebih kecil dari 65%.
Hal ini berarti penerapan SISKOTKLN telah berjalan efektif. Secara kontinum
dapat dibuat dalam kategori sebagai berikut:
sangat tidak efektif tidak efektif efektif sangat efektif
2652 3978 5304 > 5304
Hasil penelitian mengenai efektivitas penerapan SISKOTKLN yang
menunjukkan efektif di atas, dikaji dengan menggunakan teori efektivitas sistem
informasi dari Delone dan McLean (2003:9) mengingat SISKOTKLN merupakan
salah satu bentuk dari sistem berbasis teknologi informasi. Menurut Delone dan
McLean ada 6 dimensi yang menentukan kesuksesan atau efektivitas suatu sistem
informasi yaitu: system quality (kualitas sistem), information quality (kualitas
informasi), service quality (kualitas pelayanan), use (penggunaan), user
satisfaction (kepuasan pengguna), net benefits (kemanfaatan).
141
Menjawab rumusan masalah yang terdapat pada Bab I yaitu berapa besar
tingkat efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas
Ketenagakerjaan di Provinsi Banten), hasil perhitungan dan hasil uji hipotesis
menyatakan bahwa tingkat efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI,
PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) adalah sebesar 79%.
Artinya penerapan SISKOTKLN telah berjalan efektif.
Efektivitas atau kesuksesan SISKOTKLN ini tidak lepas dari terpenuhinya
dimensi efektivitas sistem informasi dari Delone dan McLean dimana peneliti
menggunakan teori ini untuk mengukur atau menilai efektivitas penerapan
SISKOTKLN.
Dimensi atau indikator pertama dari Delone dan McLean adalah kualitas
sistem. Kualitas sistem berkaitan dengan evaluasi sistem pengolahan informasi itu
sendiri. Kualitas sistem juga berguna untuk mengukur keberhasilan teknis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kualitas sistem pada SISKOTKLN sudah baik.
Responden menilai SISKOTKLN dapat beradaptasi dengan baik, sarana dan
prasarana yang dibutuhkan dalam penerapan SISKOTKLN juga disediakan
dengan sangat baik oleh Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia meskipun secara teknis penggunaan, terkadang masih ditemui
sedikit kendala pada jaringan. Penerapan SISKOTKLN yang merupakan sistem
pendataan online mampu memberikan pengawasan secara sistemik sehingga
proses penempatan dan perlindungan TKI dapat dilakukan secara optimal.
142
Dimensi kedua adalah kualitas informasi. Kualitas informasi berkaitan
dengan output sistem informasi. Kualitas informasi juga berguna untuk
mengetahui sejauh mana informasi tersebut dapat memenuhi harapan dan
kebutuhan pengguna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas informasi
pada SISKOTKLN sudah baik. Informasi dalam SISKOTKLN memuat data
tentang TKI dan PPTKIS (Pelaksana Penempatan TKI Swasta). Dalam data
seorang TKI memuat 52 item yang menjelaskan identitas TKI. Identitas TKI
tersebut berguna untuk pendataan TKI yang lebih baik sehingga ketika terjadi
permasalahan menyangkut TKI, identitas TKI yang bermasalah bisa dengan cepat
diketahui. Kelengkapan informasi dan data yang akurat sangat diperlukan dalam
hal ini. Responden mengharapkan informasi tentang TKI dapat lebih banyak dan
tidak ada lagi kesalahan data TKI seperti ketidaksesuaian nama dan tanggal lahir
TKI dalam SISKOTKLN dengan data paspor TKI, dan ketidaksesuaian data
agency dalam SISKOTKLN dengan Surat Pengantar Rekrut TKI. Kesinkronan
data TKI ini sangat penting agar manfaat dari informasi dapat lebih dirasakan
pengguna dan kualitas informasi yang ada dalam SISKOTKLN bisa lebih baik.
Dimensi ketiga adalah kualitas pelayanan. Pelayanan adalah aktivitas yang
tidak kasat mata akibat adanya interaksi pengguna dan pengelola pemberi
pelayanan. Kualitas pelayanan berguna untuk mengakses harapan pengguna dan
persepi mengenai kualitas pelayanan dalam organisasi. Pada penelitian ini,
responden menilai pelayanan SISKOTKLN sudah baik. Pelayanan SISKOTKLN
dapat dipertanggungjawabkan dengan baik karena pegawai atau pengelola
SISKOTKLN memiliki kemampuan yang baik terhadap pekerjaan yang
143
dilakukan. Pengelola SISKOTKLN juga menyediakan jasa pelayanan helpdesk
yang dapat dilakukan selama 24 jam. Meskipun terkadang pengguna masih
kesulitan komunikasi dengan pengelola sehingga respon yang diberikan pengelola
dinilai tidak cukup sigap. Kepedulian dan kesigapan pengelola sangat penting
pada pelayanan, mengingat proses penempatan TKI harus cepat dilaksanakan agar
proses penempatan TKI tidak memakan waktu lama karena jika terjadi masalah
pada SISKOTKLN, secara otomatis pelayanan penempatan TKI tidak dapat
dilakukan. Akibatnya proses penempatan TKI menjadi tertunda.
Dimensi yang keempat adalah penggunaan. Penggunaan berkaitan dengan
penggunaan output dari sistem informasi oleh penerima. Penggunaan ini
bermaksud untuk mengukur tujuan atau maksud dari penggunaan sistem
informasi. Responden menilai penggunaan SISKOTKLN sebagai sistem informasi
sudah sangat tepat. SISKOTKLN yang dirancang untuk meningkatkan pelayanan
TKI dapat digunakan dengan baik sesuai maksud dan tujuannya. SISKOTKLN
mudah digunakan dan dapat mempercepat pekerjaan pengguna. Meskipun
demikian, pengguna mengharapkan pengembangan sistem dapat terus dilakukan
sehingga manfaat dari penggunaan dapat bertambah.
Dimensi yang kelima adalah kepuasan pengguna. Kepuasan pengguna
berkaitan dengan respon penerima atau pengguna terhadap penggunaan output
dari sistem informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden sudah puas
dengan SISKOTKLN saat ini karena SISKOTKLN dapat membantu
meningkatkan kinerja pengguna meskipun terkadang masih dijumpai kendala
dalam pengoperasian dan belum secara optimal memenuhi keinginan pengguna.
144
Dimensi yang keenam adalah kemanfaatan. Kemanfaatan merupakan
dampak atau manfaat dari aktivitas penerapan sistem informasi. Kemanfatan
SISKOTKLN menurut responden sudah baik. SISKOTKLN yang merupakan
sistem online pendataan dan administrasi penempatan TKI mempunyai dampak
yang positif bagi pelayanan dan kinerja organisasi. SISKOTKLN yang dapat
diakses secara online mampu menghemat waktu dan biaya. Pengguna dapat
dengan cepat mengetahui informasi tentang TKI. SISKOTKLN mengintegrasikan
data tentang TKI antara pemerintah pusat dan daerah. Sehingga dengan penerapan
SISKOTKLN koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dapat dilakukan
dengan baik.
Secara keseluruhan efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI,
PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) termasuk dalam kategori
efektif yaitu 79%. Efektivitas menurut Mahsun (2006:182) merupakan hubungan
antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai.
Tujuan atau sasaran dari SISKOTKLN menurut Peraturan Ka. Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia No. PER-
26/KA/X11/2013, tentang pedoman pelaksanaan SISKOTKLN yaitu: (1)
tersedianya pelayanan penempatan TKI secara layak, cepat, murah, dan efisien
sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku berbasis teknologi informasi,
(2) tersedianya pelayanan penerbitan KTKLN secara online di BP3TKI dan
P4TKI seluruh Indonesia, (3) tersedianya database penempatan TKI yang bekerja
145
di luar negeri yang dapat diakses dimana saja secara sistem online dan real time,
sehingga perlindungan yang diberikan kepada TKI dapat lebih optimal.
Jika mengkaji tujuan dan sasaran SISKOTKLN diatas, dari penelitian
dapat dilihat bahwa sasaran nomor (1) dari SISKOTKLN sudah berjalan efektif.
Ini tercermin dari jawaban responden pada dimensi kemanfaatan dimana
mayoritas responden menilai atau setuju bahwa dengan penerapan SISKOTKLN
pelayanan penempatan TKI dapat lebih cepat dan hemat biaya.
Sedangkan untuk sasaran nomor (2) dan (3) seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa SISKOTKLN adalah sistem online pelayanan administrasi
penempatan TKI dan penerbitan KTKLN yang melibatkan seluruh stakeholder
terkait. Dengan efektifnya penerapan SISKOTKLN maka pelayanan penerbitan
KTKLN dapat dilakukan, karena informasi yang terekam di KTKLN merupakan
hasil dari database SISKOTKLN. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa output
dari SISKOTKLN adalah KTKLN. KTKLN berfungsi sebagai tanda pengenal
TKI. KTKLN juga menandakan bahwa TKI tersebut berangkat secara legal dan
telah memenuhi syarat atau prosedur untuk menjadi TKI. Adanya penerapan
SISKOTKLN menjadikan proses penempatan TKI lebih ketat sehingga TKI yang
tidak memenuhi syarat seperti tidak mempunyai keahlian yang memadai dan
sakit-sakitan tidak dapat berangkat menjadi TKI. Secara tidak langsung hal ini
dapat menciptakan TKI berkualitas.
Keuntungan untuk TKI dengan penerapan SISKOTKLN adalah TKI dapat
terhindar dari tindakan percaloan dari agen-agen tidak resmi, mengingat proses
penempatan TKI menjadi lebih ketat dan data TKI lebih akurat. Database
146
SISKOTKLN yang dapat diakses secara online juga berguna untuk mengetahui
data dan identitas TKI dengan lebih cepat sehingga ketika terjadi masalah diluar
sana, masalah dapat segera diketahui. Namun yang terpenting dari semua ini
adalah data atau informasi yang ada dalam SISKOTKLN harus benar tanpa ada
manipulasi data seperti umur, kesehatan dan masa pelatihan TKI yang tidak sesuai
dengan kenyataan yang ada pada calon TKI. PPTKIS juga harus tetap dilakukan
karena sekarang banyak ditemukan PPTKIS yang merekrut calon TKI di luar
wilayah rekrutnya dan mengirim TKI ke negara yang tidak seharusnya dilakukan
pengiriman TKI. Adanya penerapan SISKOTKLN diharapkan tidak ada lagi
manipulasi data dan proses administrasi penempatan TKI menjadi lebih rapih
sehingga berdampak positif bagi pelayanan penempatan dan perlindungan TKI.
146
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, peneliti
membuat kesimpulan bahwa tingkat efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada
BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) yaitu mencapai
79% lebih besar dari angka yang dihipotesiskan, yaitu 65%. Tingkat efektivitas
dari masing-masing indikator atau dimensi meliputi:
Pertama adalah kualitas sistem, berkaitan dengan evaluasi sistem
pengolahan informasi itu sendiri. Tingkat efektivitas indikator ini mencapai 80%,
artinya sudah efektif. Sistem mampu beradptasi dengan baik, keandalan dan
ketersedian sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pengoperasian sistem
sudah baik.
Kedua adalah kualitas informasi, berkaitan dengan output sistem
informasi. Tingkat efektivitas indikator ini mencapai 79%, artinya sudah efektif.
Kelengkapan dan relevansi informasi dalam SISKOTKLN sudah dapat memenuhi
kebutuhan pengguna.
Ketiga adalah kualitas pelayanan, berkaitan dengan harapan pengguna dan
persepi mengenai pelayanan yang diterima. Tingkat efektivitas indikator ini
mencapai 78% artinya sudah efektif. Pengelola SISKOTKLN mempunyai
147
kemampuan kerja yang baik, dapat dipertanggungjawabkan dan peduli terhadap
kebutuhan pengguna.
Keempat adalah penggunaan, berkaitan dengan penggunaan output dari
sistem informasi oleh penerima. Tingkat efektivitas indikator ini mencapai 81%,
artinya sudah sangat efektif. Penggunaan SISKOTKLN sebagai sistem informasi
sudah sangat tepat sesuai dengan maksud dan tujuan.
Kelima adalah kepuasan pengguna, berkaitan dengan respon penerima atau
pengguna terhadap penggunaan output dari sistem informasi. Tingkat efektivitas
indikator ini mencapai 70%, artinya sudah efektif. Pengguna sudah puas dengan
penerapan SISKOTKLN.
Keenam adalah kemanfaatan, berkaitan dengan dampak atau manfaat dari
aktivitas penerapan sistem informasi. Tingkat efektivitas indikator ini mencapai
80%, artinya sudah efektif. SISKOTKLN yang dapat diakses secara online
mampu menghemat waktu dan biaya.
Secara keseluruhan efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI,
PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) sudah berjalan efektif.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka peneliti mencoba
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. SISKOTKLN lebih dikembangkan lagi agar tidak tertinggal dengan
perkembangan jaman dan sistem informasi yang terus berkembang pesat.
148
2. Pemeliharaan dan pengecekan sistem hendaknya dilakukan secara rutin
misalnya seminggu dua kali sehingga sistem dapat berjalan lebih stabil dan
gangguan akan kerusakan sistem bisa dicegah.
3. Informasi yang ada dalam SISKOTKLN hendaknya ditambah, sehingga
pemerintah daerah seperti Dinas Ketenagakerjaan Kab/ Kota tidak hanya
menggunakan SISKOTKLN sebagai alat untuk memproses penempatan TKI
tetapi juga memperoleh informasi TKI selain data penempatan TKI.
Responden berharap dalam SISKOTKLN juga disertakan data keberangkatan
dan Kepulangan TKI asal daerah masing-masing dengan demikian koordinasi
dengan daerah bisa ditingkatkan.
4. Penggolongan atau pengelompokan data penempatan yang ada dalam
SISKOTKLN lebih rapih dan akurat, seperti daftar rekapitulasi penempatan
TKI harus sesuai dengan daerah. Misalnya Provinsi Banten mempunyai
delapan Kab/ Kota maka seharusnya rekapitulasi data digolongkan ke dalam
delapan Kab / Kota bukan Sembilan Kab/ Kota.
5. Menambah Sumber Daya Manusia atau devisi dalam pengelolaan
SISKOTKLN yang bertugas untuk memperbaiki kesalahan data sehingga
ketika terjadi kesalahan data dalam proses penempatan TKI, kesalahan
tersebut dapat ditangani dengan cepat.
6. Peningkatan integrasi dan konektivitas sistem dengan stakeholders lainnya
sehingga koordinasi dengan stakeholders bisa meningkat dan kemanfaatan
sistem dalam pelayanan penempatan TKI bisa bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Azwar, Saifuddin. 1988. Sikap Manusia, Teori & Pengukurannya. Yogyakarta:
Liberti
Davis, Gordon B. 2002. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian 1 :
pengantar. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo
Davis, Gordon B. 1992. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian II:
Struktur dan Pengembangannya. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo
Fahmi, Irham. 2010. Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia
Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Manajemen dasar, pengertian, dan masalah.
Jakarta: Bumi Aksara
Indrawijaya, Adam Ibrohim. 2010. Teori, Perilaku, dan Budaya Organisasi.
Bandung: PT Refika Aditama
Mahsun, Mohamad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta
Makmur. 2011. Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan. Bandung:
Refika Aditama
Makmur, Syarif. 2008. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektivitas
Organisasi Kajian Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta:
Rajawali Press
McLeod, Raymond dan George P.Schell. 2008. Sistem Informasi Manajemen.
Jakarta: Salemba Empat
Nordiawan, Deddi dan Ayuningtyas Hertianti. 2010. Akuntansi Sektor Publik.
Jakarta: Salemba Empat
Nugroho, Eko. 2008. Sistem Informasi Manajemen konsep, Aplikasi, dan
Perkembangan. Yogyakarta: ANDI
Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2006. Manajemen Pelayanan Pengembangan
Model Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter dan Standar Pelayanan
Minimal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Robbins, Stephen P. 1994. Teori Organisasi Struktur Desain dan Aplikasi.
Jakarta: Arcan
Schermerhorn, John R. 1997. Manajemen Buku 2. Yogyakarta: Andi
Scoot, George M. 2002. Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
Siagian, Sondang P. 1986. Bunga Rampai Managemen Modern. Gunung Agung:
Jakarta
Siagian, Sondang P. 2009. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sutabri, Tata. 2004. Analisa sistem Informasi. Yogyakarta:ANDI
Syafiie, Inu Kencana. 2006. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta: Rineka Cipta
Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Grasindo: Jakarta
Tika, Moh Pabundu. 2006. Budaya organisasi dan peningkatan kinerja
perusahaan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Tyson, Shaun dan Tony Jackson. 2001. Perilaku Organisasi. Yoyakarta: Andi
Jurnal
DeLone and McLean. 2003. The DeLone and McLean Model Of Information
Systems Success: A Ten-Year Update. Management Information Systems,
4. 9-30.
Mohammad Nuh, N.H. 2013. Efektivitas Penerapan Sistem PPOB (Payment Point
Online Bank) pada PT PLN Area Madiun (Studi pada PT PLN Area
Madiun). Administrasi Publik, 5. 972-980.
Rohmatullah. I. 2013. Implementasi Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Banjarmasin. Socioscientia, 1. 39-48.
Dokumen
Banten dalam Angka (Banten in Figures) 2013. Badan Pusat Statistik Provinsi
Banten 2013.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Nomor PER-26/KA/X11/2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem
Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri
Peraturan Presiden Republik Indonesia No.81 Tahun 2006 Tentang Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.
Sumber lain:
BNP2TKI, 2012. Unit Pelayanan Publik BNP2TKI
http://www.bnp2tki.go.id/frame/9078/Unit-Pelayanan-Publik-BNP2TKI, Sabtu,
18 Oktober 2014│10:08 WIB
LAMPIRAN
Serang, Oktober 2014
Yth. Bapak/Ibu Pengguna SISKOTKLN
di
Tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan kegiatan penelitian yang sedang saya lakukan, terkait
mata kuliah Skripsi, maka saya yang bertandatangan dibawah ini membutuhkan
data melalui kuesioner yang dibagikan kepada Bapak/Ibu.
Nama/NIM : Nisyyah Azzahrah / 6661100898
Jurusan/Fak : Ilmu Administrasi Negara Konsentrasi Manajemen Publik/ FISIP
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Semester : IX
Mata Kuliah : SKRIPSI
Judul Skripsi : Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di BNP2TKI (Studi pada
BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi
Banten)
No. HP : 085925123345
Untuk itu, saya berharap Bapak/Ibu dapat membantu saya untuk mengisi
pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang saya berikan.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya,
saya mengucapkan banyak terimakasih.
Hormat saya,
Nisyyah Azzahrah
KUESIONER
Petunjuk Pengisian:
1. Bacalah kuesioner ini dengan teliti, agar Bapak/Ibu mengerti maksud
pertanyaannya.
2. Mohon diisi informasi data responden.
3. Pilihlah salah satu jawaban beberapa pilihan dengan cara memberi tanda
silang (X) yang menurut Bapak/Ibu anggap sesuai dengan yang terjadi di
lapangan
4. Setiap pertanyaan hanya memiliki satu jawaban.
Informasi Data Responden
Nama :
Jenis Kelamin :
a. Pria
b. Wanita
Pekerjaan/Jabatan :
Usia :
Pendidikan :
Keterangan:
SISKOTKLN : Sistem online pelayanan administrasi penempatan TKI dan
penerbitan KTKLN (Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri) yang melibatkan seluruh
stakeholder terkait.
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
KS = Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
Efektivitas Penerapan SISKOTKLN
System quality (kualitas sistem)
No Pernyataan SS S KS TS STS
1 SISKOTKLN sudah sesuai dengan
perkembangan teknologi dalam mencegah TKI
ilegal
2 SISKOTKLN mudah digunakan pengguna
3 SISKOTKLN dapat dioperasikan sesuai dengan
fungsi dan tujuannya
4 SISKOTKLN tersedia setiap saat ketika
diperlukan
No. Responden:
5 Kemampuan SISKOTKLN dapat
diandalkan/dipercaya dalam perlindungan TKI
6 SISKOTKLN tahan dari kerusakan
7 Pengguna dapat mengakses database
penempatan TKI SISKOTKLN secara cepat
8 Pengguna dapat mengakses SISKOTKLN
secara lancar
9 Penerapan SISKOTKLN membantu
peningkatan kinerja pengguna
10 Penerapan SISKOTKLN dapat mencegah
perdagangan manusia (human trafficking)
Efektivitas Penerapan SISKOTKLN
Information quality (kualitas informasi)
No Pernyataan SS S KS TS STS
11 Informasi yang ada dalam SISKOTKLN
lengkap
12 Semua informasi tentang TKI yang dibutuhkan
pengguna ada atau tersedia dalam
SISKOTKLN
13 Informasi yang ada dalam SISKOTKLN mudah
dimengerti
14 Pengguna mudah untuk memahami isi
informasi dalam SISKOTKLN
15 Isi informasi tentang TKI dalam SISKOTKLN
sesuai dengan yang diinginkan
16 Aplikasi data dalam SISKOTKLN sesuai
dengan yang dibutuhkan
17 Informasi yang ada dalam SISKOTKLN
bermanfaat untuk perlindungan TKI yang lebih
optimal
18 Informasi yang ada dalam SISKOTKLN
relevan (sesuai/cocok)
19 Keamanan informasi dalam SISKOTKLN
terjaga/terlindungi dengan baik
20 Informasi dalam SISKOTKLN terjaga
kerahasiaanya dari pengguna yang tidak berhak
Efektivitas Penerapan SISKOTKLN
Service quality (kualitas pelayanan)
No Pernyataan SS S KS TS STS
21 Pelayanan SISKOTKLN yang diberikan dapat
dipertanggung jawabkan
22 Pengelola SISKOTKLN memiliki kemampuan
yang baik dalam pekerjaan mereka
23 Pengguna mudah melakukan komunikasi
dengan pengelola SISKOTKLN
24 Pengelola SISKOTKLN peduli terhadap
kebutuhan pengguna
25 Pengelola SISKOTKLN sigap merespon
kesulitan pengguna SISKOTKLN
26 Pengelola SISKOTKLN cepat dalam
memberikan bantuan/ perbaikan masalah sistem
Efektivitas Penerapan SISKOTKLN
Use (penggunaan)
No Pernyataan SS S KS TS STS
27 Pengguna menggunakan SISKOTKLN sesuai
dengan tujuan yang diharapkan
28 Penggunaan SISKOTKLN tepat dengan
maksud yang diinginkan
29 Tampilan aplikasi SISKOTKLN mudah untuk
di mengerti
30 Navigasi/petunjuk dalam aplikasi SISKOTKLN
mudah dipahami
31 Penggunaan SISKOTKLN membuat banyak
pekerjaan penempatan TKI dapat ditangani
32 Penggunaan SISKOTKLN dapat lebih banyak
menyelesaikan transaksi penempatan TKI
Efektivitas Penerapan SISKOTKLN
User Satisfaction (kepuasan pengguna)
No Pernyataan SS S KS TS STS
33 Pengguna tertarik untuk sering mengakses
SISKOTKLN
34 SISKOTKLN sudah memenuhi kepuasan
pengguna
Efektivitas Penerapan SISKOTKLN
Net Benefit (Kemanfaatan)
No Pernyataan SS S KS TS STS
35 Penerapan SISKOTKLN dapat menghemat
biaya
36 Penerapan SISKOTKLN dapat mewujudkan
penempatan TKI yang murah
37 Penerapan SISKOTKLN dapat mengurangi
biaya pencarian informasi
38 Pencarian informasi dengan menggunakan
SISKOTKLN relatif lebih murah
39 Penerapan SISKOTKLN dapat menghemat
waktu dalam bekerja
40 Penerapan SISKOTKLN dapat mempercepat
pekerjaan pengguna
DAFTAR NAMA POPULASI PENELITIAN
No Nama Jabatan
1 Mucharom Kepala Seksi Penempatan TKI BP3TKI Serang
2 Jedi Hari Suherman Staff BP3TKI Serang Pengguna SISKOTKLN
3 Catur Haryanto Staff BP3TKI Serang Pengguna SISKOTKLN
4 Berliandy Haryono Staff BP3TKI Serang Pengguna SISKOTKLN
5 Lala Staff BP3TKI Serang Pengguna SISKOTKLN
6 Linda Staff BP3TKI Serang Pengguna SISKOTKLN
7 Ony Irawan Staff BP3TKI Serang Pengguna SISKOTKLN
8 Dhani Staff BP3TKI Serang Pengguna SISKOTKLN
9 Dadi Staff BP3TKI Serang Pengguna SISKOTKLN
10 Kiki Staff BP3TKI Serang Pengguna SISKOTKLN
11 Agus Rumsyah Kepala Seksi Penempatan TKI Dinas Ketenagakerjaan Provinsi
Banten
12 R.N. Tiar. S Operator SISKOTKLN Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Banten
13 Ahmad Hidayat Kepala Seksi Penempatan TKI Dinas Ketenagakerjaan Kab.Tangerang
14 Danny Masita Operator SISKOTKLN Dinas Ketenagakerjaan Kab. Tangerang
15 Apendi Kepala Seksi Penempatan TKI Dinas Ketenagakerjaan Kota
Tangerang
16 Muryati Operator SISKOTKLN Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang
17 Dadang Usman Kepala Seksi Penempatan TKI Dinas Ketenagakerjaan Kota
Tangerang Selatan
18 Asyar Fauzi Operator SISKOTKLN Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang
Selatan
19 Johanudin Rahim Kepala Seksi Penempatan TKI Dinas Ketenagakerjaan Kab.
Pandeglang
20 Iis Isnaeni Operator SISKOTKLN Dinas Ketenagakerjaan Kab. Pandeglang
21 Agus Mulyanto Kepala Seksi Penempatan TKI Dinas Ketenagakerjaan Kab. Lebak
22 Maryati Operator SISKOTKLN Dinas Ketenagakerjaan Kab. Lebak
23 Retno Kepala Seksi Penempatan TKI Dinas Ketenagakerjaan Kota Cilegon
24 Pramudya Operator SISKOTKLN Dinas Ketenagakerjaan Kota Cilegon
25 Ruswiyanti Kepala Seksi Penempatan TKI Dinas Ketenagakerjaan Kota Serang
26 Iwan Darmawan Operator SISKOTKLN Dinas Ketenagakerjaan Kota Serang
27 Ineu Irawati Kepala Seksi Penempatan TKI Dinas Ketenagakerjaan Kab. Serang
28 Aliyah Operator SISKOTKLN Dinas Ketenagakerjaan Kab. Serang
29 Mr. Antonius
Kuncoro
Manager Operasional PT Anugerah Diantas
30 Thamrin Direktur Operasional PT Agrelia Putra Sejahtera
31 Ahmad Staff Operasional PT Yonasindo Intra Pratama
32 Ita Staff Operasional PT Mardel Mitra Global
33 Yanuar Hadi Staff Operasional PT Anton Bintan Permai
34 Lili Staff Administrasi PT Pademangan Semesta Lestari
NO Item Pertanyaan Sebelum Uji Validitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
2 5 5 5 3 3 3 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 3 2 4 4
3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
7 5 5 5 5 5 3 3 3 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5
8 5 5 5 5 5 3 3 3 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5
9 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
10 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
11 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3
12 4 4 4 3 3 2 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3
13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4
14 3 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
15 5 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4
16 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4
17 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2
18 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 3 5 5
19 4 5 5 5 4 3 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4
20 4 4 4 5 4 3 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 5
21 4 5 4 4 5 3 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5
22 5 4 4 4 5 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5
23 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3
24 4 4 4 3 4 3 3 3 4 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4
25 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4
26 5 5 5 5 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4
27 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5
28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 3 4 5
29 4 4 3 3 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
30 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
31 5 5 5 5 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3
32 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4
33 5 4 4 5 3 3 4 3 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5
34 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5
Total 145 148 144 140 134 121 130 126 142 141 138 135 135 132 130 135 137 128 136 141
NO Item Pertanyaan Sebelum Uji Validitas
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Total
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 165
2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 5 5 3 5 5 5 159
3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 154
4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 169
5 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 142
6 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 182
7 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 3 4 5 5 175
8 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 3 3 4 4 5 5 178
9 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 173
10 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 172
11 5 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 5 5 5 5 149
12 5 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 142
13 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 154
14 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 2 2 3 3 4 4 144
15 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 148
16 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 148
17 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 130
18 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 5 5 4 4 167
19 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 162
20 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 5 5 157
21 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 179
22 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 161
23 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 141
JAWABAN KUESIONER SEBELUM UJI VALIDITAS
24 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 144
25 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 5 5 4 4 167
26 4 4 3 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 175
27 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 172
28 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 169
29 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 142
30 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 155
31 4 4 4 3 4 3 5 5 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 152
32 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 163
33 4 4 1 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 3 3 4 4 149
34 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 181
Total 141 138 130 136 132 127 138 143 143 138 134 136 122 118 125 131 138 137 148 147 5420
NO Item Pertanyaan Setelah Uji Validitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 17 18 19 20
1 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
2 5 5 5 3 3 3 4 4 4 4 2 2 2 2 2 3 2 4 4
3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
7 5 5 5 5 5 3 3 3 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5
8 5 5 5 5 5 3 3 3 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5
9 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
10 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4
11 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3
12 4 4 4 3 3 2 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3
13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4
14 3 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4
15 5 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4
16 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4
17 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2
18 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 5 5
19 4 5 5 5 4 3 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4
20 4 4 4 5 4 3 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 5 5
21 4 5 4 4 5 3 4 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 5 5
22 5 4 4 4 5 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5
23 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3
24 4 4 4 3 4 3 3 3 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4
25 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4
26 5 5 5 5 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4
27 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5
28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 3 4 5
29 4 4 3 3 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
30 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
31 5 5 5 5 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3
32 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4
33 5 4 4 5 3 3 4 3 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5
34 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5
Total 145 148 144 140 134 121 130 126 142 141 138 135 135 132 130 137 128 136 141
NO Item Pertanyaan Setelah Uji Validitas
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Total
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 157
2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 5 5 3 5 5 5 153
3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 147
4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 161
5 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 135
6 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 173
7 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 3 4 5 5 167
8 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 3 3 4 4 5 5 170
9 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 165
JAWABAN KUESIONER SESUDAH UJI VALIDITAS
10 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 164
11 5 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 5 5 5 5 141
12 5 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 134
13 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 147
14 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 2 2 3 3 4 4 136
15 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 141
16 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 140
17 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 123
18 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 5 5 4 4 158
19 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 154
20 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 5 5 149
21 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 171
22 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 154
23 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 134
24 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 138
25 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 5 5 4 4 160
26 4 4 3 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 168
27 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 163
28 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 161
29 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 142
30 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 155
31 4 4 4 3 4 3 5 5 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 152
32 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 163
33 4 4 1 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 3 3 4 4 149
34 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 181
Total 141 138 130 136 132 127 138 143 143 138 134 136 122 118 125 131 138 137 148 147 5285
Correlations
Total
VAR00001 Pearson Correlation .347*
Sig. (2-tailed) .045
N 34
VAR00002 Pearson Correlation .899**
Sig. (2-tailed) .000
N 34
VAR00003 Pearson Correlation .532**
Sig. (2-tailed) .001
N 34
VAR00004 Pearson Correlation .625**
Sig. (2-tailed) .000
N 34
VAR00005 Pearson Correlation .624**
Sig. (2-tailed) .000
N 34
VAR00006 Pearson Correlation .505**
Sig. (2-tailed) .002
N 34
VAR00007 Pearson Correlation .540**
Sig. (2-tailed) .001
N 34
VAR00008 Pearson Correlation .401*
Sig. (2-tailed) .019
N 34
VAR00009 Pearson Correlation .620**
Sig. (2-tailed) .000
N 34
VAR00010 Pearson Correlation .695**
Sig. (2-tailed) .000
N 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
HASIL UJI VALIDITAS INSTRUMEN
Total
VAR00011 Pearson Correlation .428*
Sig. (2-tailed) .012
N 34
VAR00012 Pearson Correlation .529**
Sig. (2-tailed) .001
N 34
VAR00013 Pearson Correlation .399*
Sig. (2-tailed) .019
N 34
VAR00014 Pearson Correlation .382*
Sig. (2-tailed) .026
N 34
VAR00015 Pearson Correlation .469**
Sig. (2-tailed) .005
N 34
VAR00016 Pearson Correlation .269
Sig. (2-tailed) .124
N 34
VAR00017 Pearson Correlation .404*
Sig. (2-tailed) .018
N 34
VAR00018 Pearson Correlation .339*
Sig. (2-tailed) .050
N 34
VAR00019 Pearson Correlation .548**
Sig. (2-tailed) .001
N 34
VAR00020 Pearson Correlation .671**
Sig. (2-tailed) .000
N 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Total
VAR00021 Pearson Correlation .383*
Sig. (2-tailed) .025
N 34
VAR00022 Pearson Correlation .617**
Sig. (2-tailed) .000
N 34
VAR00023 Pearson Correlation .572**
Sig. (2-tailed) .000
N 34
VAR00024 Pearson Correlation .619**
Sig. (2-tailed) .000
N 34
VAR00025 Pearson Correlation .689**
Sig. (2-tailed) .000
N 34
VAR00026 Pearson Correlation .672**
Sig. (2-tailed) .000
N 34
VAR00027 Pearson Correlation .525**
Sig. (2-tailed) .001
N 34
VAR00028 Pearson Correlation .635**
Sig. (2-tailed) .000
N 34
VAR00029 Pearson Correlation .467**
Sig. (2-tailed) .005
N 34
VAR00030 Pearson Correlation .586**
Sig. (2-tailed) .000
N 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Total
VAR00031 Pearson Correlation .682**
Sig. (2-tailed) .000
N 34
VAR00032 Pearson Correlation .568**
Sig. (2-tailed) .000
N 34
VAR00033 Pearson Correlation .606**
Sig. (2-tailed) .000
N 34
VAR00034 Pearson Correlation .621**
Sig. (2-tailed) .000
N 34
VAR00035 Pearson Correlation .432*
Sig. (2-tailed) .011
N 34
VAR00036 Pearson Correlation .427*
Sig. (2-tailed) .012
N 34
VAR00037 Pearson Correlation .443*
Sig. (2-tailed) .009
N 34
VAR00038 Pearson Correlation .582**
Sig. (2-tailed) .000
N 34
VAR00039 Pearson Correlation .644**
Sig. (2-tailed) .000
N 34
VAR00040 Pearson Correlation .705**
Sig. (2-tailed) .000
N 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Total
Total Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 34
HASIL UJI RELIABILITAS
RELIABILITY
/VARIABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR000
07 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VA
R00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021
VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026
VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00033 VAR000
34 VAR00035 VAR00036 VAR00037 VAR00038 VAR00039
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA.
Reliability
[DataSet0]
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 34 100.0
Excludeda 0 .0
Total 34 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.935 39
HASIL UJI NORMALITAS
DESCRIPTIVES VARIABLES=Total
/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX KURTOSIS SKEWNESS.
Descriptives
[DataSet0]
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
VAR00001 34 126.00 178.00 1.5544E2 13.61860 -.121 .403 -.947 .788
Valid N
(listwise) 34
GRAPH
/HISTOGRAM(NORMAL)=Total.
Graph
[DataSet0]
HASIL UJI t INSTRUMEN
No x x rata-rata x - x rata-rata (x – x rata-rata)²
1 157 155.44 5.56 30.9136
2 153 155.44 1.56 2.4336
3 147 155.44 -5.44 29.5936
4 161 155.44 9.56 91.3936
5 135 155.44 -16.44 270.2736
6 173 155.44 22.56 508.9536
7 167 155.44 14.56 211.9936
8 170 155.44 17.56 308.3536
9 165 155.44 13.56 183.8736
10 164 155.44 12.56 157.7536
11 141 155.44 -10.44 108.9936
12 134 155.44 -17.44 304.1536
13 147 155.44 -4.44 19.7136
14 136 155.44 -15.44 238.3936
15 141 155.44 -11.44 130.8736
16 140 155.44 -11.44 130.8736
17 123 155.44 -29.44 866.7136
18 158 155.44 6.56 43.0336
19 154 155.44 2.56 6.5536
20 149 155.44 -2.44 5.9536
21 171 155.44 19.56 382.5936
22 154 155.44 1.56 2.4336
23 134 155.44 -18.44 340.0336
24 138 155.44 -14.44 208.5136
25 160 155.44 7.56 57.1536
26 168 155.44 15.56 242.1136
27 163 155.44 12.56 157.7536
28 161 155.44 9.56 91.3936
29 138 155.44 -17.44 304.1536
30 151 155.44 -4.44 19.7136
31 148 155.44 -7.44 55.3536
32 159 155.44 3.56 12.6736
33 144 155.44 -11.44 130.8736
34 177 155.44 21.56 464.8336
∑ 5285
6120.382
TABEL NILAI-NILAI r PRODUCT MOMENT
N Taraf Signifikansi
N Taraf Signifikansi
N Taraf Signifikansi
5% 1% 5% 1% 5% 1%
26 0,388 0,496 55 0,266 0,345
27 0,381 0,487 60 0,254 0,330
3 0,997 0,999 28 0,374 0,478 65 0,244 0,317
4 0,950 0,990 29 0,367 0,470 70 0,235 0,306
5 0,878 0,959 30 0,361 0,463 75 0,227 0,296
6 0,811 0,917 31 0,355 0,456 80 0,220 0,286
7 0,754 0,874 32 0,349 0,449 85 0,213 0,278
8 0,707 0,834 33 0,344 0,442 90 0,207 0,270
9 0,666 0,798 34 0,339 0,436 96 0,202 0,263
10 0,632 0,765 35 0,334 0,430 100 0,195 0,256
11 0,602 0,735 36 0,329 0,424 125 0,176 0,230
12 0,576 0,708 37 0,325 0,418 150 0,159 0,210
13 0,553 0,684 38 0,320 0,413 175 0,148 0,194
14 0,532 0,661 39 0,316 0,408 200 0,138 0,181
15 0,514 0,641 40 0,312 0,403 300 0,113 0,148
16 0,497 0,623 41 0,308 0,398 400 0,098 0,128
17 0,482 0,606 42 0,304 0,393 500 0,088 0,115
18 0,468 0,590 43 0,301 0,389 600 0,080 0,105
19 0,456 0,575 44 0,297 0,384 700 0,074 0,097
20 0,444 0,561 45 0,294 0,380 800 0,070 0,091
21 0,433 0,549 46 0,291 0,376 900 0,065 0,086
22 0,423 0,537 47 0,288 0,372 1000 0,062 0,081
23 0,413 0,526 48 0,284 0,368
24 0,404 0,515 49 0,281 0,364
25 0,396 0,505 50 0,279 0,361
TABEL NILAI-NILAI DALAM DISTRIBUSI t
untuk uji dua pihak (two tail test)
0.500 0.200 0.100 0.050 0.020 0.010
untuk uji satu pihak (one tail test)
dk 0.250 0.100 0.050 0.025 0.010 0.005
1 1.000 3.078 6.314 12.706 31.821 63.657
2 0.817 1.886 2.920 4.303 6.965 9.925
3 0.765 1.638 2.353 3.182 4.541 5.841
4 0.741 1.533 2.132 2.776 3.747 4.604
5 0.727 1.476 2.015 2.571 3.365 4.032
6 0.718 1.440 1.943 2.447 3.143 3.707
7 0.711 1.415 1.895 2.365 2.998 3.499
8 0.706 1.397 1.860 2.306 2.896 3.355
9 0.703 1.383 1.833 2.262 2.821 3.250
10 0.700 1.372 1.812 2.228 2.764 3.169
11 0.697 1.363 1.796 2.201 2.718 3.106
12 0.695 1.356 1.782 2.179 2.681 3.055
13 0.694 1.350 1.771 2.160 2.650 3.012
14 0.692 1.345 1.761 2.145 2.624 2.977
15 0.691 1.341 1.753 2.131 2.602 2.947
16 0.690 1.337 1.746 2.120 2.583 2.921
17 0.689 1.333 1.740 2.110 2.567 2.898
18 0.688 1.330 1.734 2.101 2.552 2.878
19 0.688 1.328 1.729 2.093 2.539 2.861
20 0.687 1.325 1.725 2.086 2.528 2.845
21 0.686 1.323 1.721 2.080 2.518 2.831
22 0.686 1.321 1.717 2.074 2.508 2.819
23 0.685 1.319 1.714 2.069 2.500 2.807
24 0.685 1.318 1.711 2.064 2.492 2.797
25 0.684 1.316 1.708 2.060 2.485 2.787
26 0.684 1.315 1.706 2.056 2.479 2.779
27 0.684 1.314 1.703 2.052 2.473 2.771
28 0.683 1.313 1.701 2.048 2.467 2.763
29 0.683 1.311 1.699 2.045 2.462 2.756
30 0.683 1.310 1.697 2.042 2.457 2.750
31 0.682 1.309 1.696 2.040 2.253 2.744
32 0.682 1.309 1.694 2.037 2.249 2.738
33 0.682 1.308 1.692 2.035 2.245 2.733
34 0.682 1.308 1.691 2.032 2.241 2.728
FOTO PENELITIAN
Beberapa Lokasi Penelitian
Kantor BP3TKI Serang yang beralamat di Jl Benteng Betawi Ruko Palem No.26-
27 Poris, Tangerang
Gedung Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang yang beralamat di Jl. Perintas
Kemerdekaan No. 01 Cikokol, Tangerang
Dinas Ketenagakerjaan Kab. Serang yang beralamat di Jl. KH. Abdul Fatah Hasan
No.25 Ciceri, Serang
Beberapa Responden Penelitian
Kepala Seksi Penempatan TKI Kabupaten Lebak
Peneliti bersama Kepala Seksi Penempatan TKI Kab. Pandeglang
Peneliti bersama Kepala Seksi Penempatan TKI Kota Tangerang Selatan dan staff
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Identitas Pribadi
Nama : Nisyyah Azzahrah
NIM : 6661100898
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Serang, 05 Februari 1992
Agama : Islam
Alamat : Kp. Cibaga RT.09/RW.03, Ds. Mangunreja,
Kec. Pulo Ampel, Kab. Serang, Banten 42455
Status : Belum Menikah
2. Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Watoni
Nama Ibu : Iffah
3. Riwayat Pendidikan
TK : TK R.A Assalamah Pengoreng (1997-1998)
SD : SD Negeri Mangunreja (1998-2002)
MTs : MTs Negeri Bojonegara (2002-2005)
SMA : SMA Negeri 2 Krakatau Steel Cilegon
(2007-2010) Program Studi IPA
Perguruan Tinggi (S1) : UNTIRTA (2010-2014) Program Studi
Ilmu Administrasi Negara