Transcript

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAHDITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Kartika II-2Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016)

(skripsi)

Oleh

REZA SELVIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAHDITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Kartika II-2Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016)

Oleh

REZA SELVIA

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model

pembelajaran berbasis masalah ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.

Desain yang digunakan adalah posttest-only control design. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung

tahun pelajaran 2015/ 2016 dan sampel penelitian adalah siswa kelas VII 2 dan

VII 3 yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Data pemahaman

konsep matematis siswa diperoleh melalui tes. Penelitian ini menyimpulkan

bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah tidak efektif ditinjau dari

pemahaman konsep matematis siswa namun pemahaman konsep pada model

pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada pemahaman konsep pada

model pembelajaran konvensional.

Kata kunci : efektivitas, pemahaman konsep matematis, pembelajaran berbasismasalah

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAHDITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Kartika II-2Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016)

Oleh

Reza Selvia

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan MatematikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung, pada 01 Juni 1994. Penulis merupa-

kan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Rusmansyah dan Ibu

Rosniaty.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Satria Bandar

Lampung pada tahun 2000. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah

Dasar (SD) yakni di SD Negeri 1 Way Dadi Sukarame Bandar Lampung pada ta-

hun 2006, pendidikan menengah pertama di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung

pada tahun 2009, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Bandar

Lampung pada tahun 2012. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lam-

pung pada tahun 2012 melalui jalur Ujian Mandiri (UM) dengan mengambil pro-

gram studi Pendidikan Matematika.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Terintegrasi pada tahun 2015 di

Pekon Basungan, Kecamatan Pagar Dewa, Kabupaten Lampung Barat. Selain itu,

penulis menjalankan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Pagar

Dewa, Kabupaten Lampung Barat.

MOTTO

Work Hard and Keep Praying,

InshaAllah good destiny will come.

(Reza Selvia)

PersembahanSegala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna,

Shalawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Rasulullah Muhammad SAW

Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta & kasih sayangku kepada :

Abah (Rusmansyah) dan Ibu (Rosniaty), yang telah membesarkan,mendidik dengan penuh kasih sayang yang tulus, dan selalu mendoakan

yang terbaik untuk keberhasilan dan kebahagianku.

Kakak-kakakku (Rizky Yansyah, Rike Pratiwi, dan Lasti Ardalina)serta seluruh keluarga besar yang terus memberikan dukungan dan

doanya padaku.

Para pendidik yang telah mengajar dan mendidik dengan penuhkesabaran.

Semua Sahabat yang begitu tulus menyayangiku dengan segalakekuranganku, yang selalu memeberikan doa dan semangat, terimakasih

atas kebersamaan selama ini. Semoga kita selalu dapat menjagasilaturrahmi yang baik.

Almamater Universitas Lampung tercinta

ii

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat

diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang

akhlaknya paling mulia, yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi

uswatun hasanah, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Ditinjau dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VII

Semester Genap SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016)

adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Abah (Rusmansyah) dan Ibu (Rosniaty) tercinta, atas perhatian dan kasih

sayang yang telah diberikan selama ini yang tidak pernah lelah untuk selalu

mendoakan yang terbaik.

2. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku dosen Pembimbing Akademik dan

juga sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan

iii

waktunya untuk membimbing, memberikan perhatian, dan memotivasi selama

penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika dan Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu

untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran, kritik, dan saran

kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

4. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku dosen pembahas yang telah memberi

masukan dan saran-saran kepada penulis.

5. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Bapak Muzeni, S.Pd., selaku Kepala SMP Kartika II-2 Bandar Lampung

beserta Wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan kemudahan selama

penelitian.

8. Ibu Triana Aristiyati, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu

dalam penelitian.

9. Siswa/siswi kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2015/2016, atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.

10. Adin (Rizky Yansyah), Uni (Rike Pratiwi), dan Rajo (Lasti Ardalina) serta

keluarga besarku yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi

kepadaku.

iv

11. Anggota Tujuh Bidadari Pendidikan Matematika 2012, Lelly Diana, Agata

Intan Putri, Depi Puspita arum, Utary Fathu Rahmi, Nadya Mahanani, dan

Resti Ayu Wardhani yang selama ini memberiku semangat dan doa serta

selalu menemani saat suka dan duka. Semoga persahabatan dan kebersamaan

kita selalu menjadi kenangan yang indah sampai kapanpun.

12. Sahabat-sahabat pertamaku saat memasuki Pendidikan Matematika, Maya

Shella Andhiny, Reysti Betharia Erinda, Zachra Dilya Mulyadi, dan Della

Anggraini.

13. Teman-teman seluruh angkatan 2012 Pendidikan Matematika: Arum, Zul,

Aulia, Elok, Ewi, Erma, Ferdi, Nidya, Nuy, Talitha, Titi, Rian, Lela, Devi,

Suci, Yuni, Rina, Arbai, dkk atas kebersamaannya selama ini dan semua

bantuan yang telah diberikan.

14. Teman-teman KKN dan PPL (Arin, Jihan, Kurnia, Anis, Ririn, Fajar, Dova,

Tri, dan Noven) atas kebersamaan yang penuh makna, kasih sayang dan

kenangan.

15. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.

16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada

penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga

skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, April 2016Penulis,

Reza Selvia

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI...................................................................................................... vDAFTAR TABEL............................................................................................. viiDAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... viii

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1B. Rumusan Masalah...................................................................................... 5C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6D. Manfaat Penelitian..................................................................................... 6E. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRA. Tinjauan Pustaka....................................................................................... 9

1. Pemahaman Konsep Matematis............................................................ 92. Model Pembelajaran Berbasis Masalah................................................ 113. Efektivitas Pembelajaran ...................................................................... 154. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...................................................... 16

B. Kerangka Pikir................................................................... ....................... 17C. Anggapan Dasar........................................................................................ 20D. Hipotesis Penelitian................................................................................. . 20

III.METODE PENELITIANA. Populasi dan Sampel................................................................................. 22B. Desain Penelitian ...................................................................................... 23C. Data Penelitian........................................................................................... 23D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 23E. Instrumen Penelitian ................................................................................. 24

1. Validitas................................................................................................ 252. Reliabilitas ............................................................................................ 263. Daya Pembeda ...................................................................................... 274. Tingkat Kesukaran................................................................................ 28

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian............................................................... 30G. Teknik Analisis Data ................................................................................. 31

1. Uji Normalitas ...................................................................................... 312. Uji Homogenitas................................................................................... 333. Uji Hipotesis ......................................................................................... 344. Uji Proporsi........................................................................................... 35

vi

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian.......................................................................................... 37

1. Hasil Uji Hipotesis................................................................................ 392. Hasil Uji Proporsi ................................................................................. 40

B. Pembahasan ............................................................................................... 40

V. SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan.................................................................................................... 44B. Saran .......................................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Silabus Pembelajaran.................................................................... 49

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Berbasis Masalah..... 54

A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional........... 79

A.4 Lembar Kerja Kelompok (LKK).................................................. 104

B. INSTRUMEN PENELITIAN

B.1Kisi-kisi Soal Posttest Pemahaman KonsepMatematis.....................................................................................

148

B.2 Soal Posttest................................................................................. 150

B.3 Rubrik Penilaian Tes Pemahaman Konsep Matematis................. 152

B.4 Pedoman Jawaban Soal Posttest.................................................. 153

B.5 Form Penilaian Posttest Pemahaman Konsep Matematis............ 155

C. ANALISIS DATA

C.1 Analisis Reliabilitas Instrumen.................................................. 158

C.2 Analisis Daya Pembeda Butir Soal............................................ 160

C.3 Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal...................................... 162

C.4Hasil Nilai Tes Pemahaman Konsep Matematis Pada KelasPembelajaran Berbasis Masalah.................................................

164

C.5Hasil Nilai Tes Pemahaman Konsep Matematis Pada KelasPembelajaran Konvensional.......................................................

166

ix

C.6Analisis Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep MatematisPada Kelas Pembelajaran Berbasis Masalah..............................

168

C.7Analisis Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep MatematisPada Kelas Pembelajaran Konvensional....................................

172

C.8 Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis............ 176

C.9Analisis Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep MatematisPada Kelas Pembelajaran Berbasis Masalah..............................

178

C.10Analisis Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep MatematisPada Kelas Pembelajaran Konvensional....................................

181

C.11 Analisis Uji Kesamaan Dua Rata-rata........................................ 184

C.12Analisis Uji Proporsi Pada Kelas Pembelajaran BerbasisMasalah......................................................................................

187

D. LAIN-LAIN

D.1 Kartu Kendali Bimbingan Skripsi.............................................. 190

D.2 Surat Izin Penelitian................................................................... 192

D.3 Surat Keterangan Penelitian....................................................... 193

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Phases Of Problem Based Learning......................................... 13

Tabel 3.1 Nilai Rata-rata Ulangan Tengah Semester............................... 22

Tabel 3.2 Desain Penelitian...................................................................... 23

Tabel 3.3 Rubrik Penilaian Pemahaman Konsep Matematis Siswa........ 24

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas.................................................................. 26

Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda............................................................ 27

Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Kesukaran...................................................... 28

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes.............................................. 29

Tabel 3.8Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Akhir PemahamanKonsep Matematis Siswa.........................................................

32

Tabel 4.1 Data Nilai Pemahaman Konsep Matematis Siswa................... 37

Tabel 4.2 Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa... 38

Tabel 4.3Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Pemahaman KonsepMatematis Siswa......................................................................

39

Tabel 4.4 Hasil Uji Proporsi Pemahaman Konsep Matematis Siswa...... 40

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam

menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di era

global. Upaya yang tepat untuk menyiapkan dan membangun SDM yang

berkualitas dan bermutu tinggi adalah pendidikan. Pendidikan merupakan faktor

yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Menurut UU RI No.20 Tahun 2003

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Banyak mata pelajaran yang diajarkan pada pendidikan di sekolah, salah satu

mata pelajaran wajibnya yaitu matematika. Morris Kline (Simanjuntak, 1993: 64)

menyatakan bahwa jatuh bangunnya suatu negara dewasa ini tergantung dari

kemajuan pada bidang matematika, karena matematika adalah hal yang penting

maka matematika perlu dipahami dan dikuasai oleh segenap lapisan masyarakat.

Tujuan pembelajaran matematika yang tercantum dalam Depdiknas (2006) yaitu :

(1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

2

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat

dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,

melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,

atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah

yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,

menyelesaikan model dan juga menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) meng-

komunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam

mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan

masalah. Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika di Indonesia, salah

satu aspek yang harus dikuasai siswa adalah pemahaman konsep, karena

pemahaman konsep merupakan modal utama bagi siswa untuk dapat

menyelesaikan masalah matematis.

Pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan yang mendasar dalam

proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

disampaikan oleh guru. Siswa yang telah memahami konsep dengan baik dalam

proses pembelajaran dimungkinkan memiliki prestasi belajar yang tinggi karena

lebih mudah mengikuti pembelajaran sedangkan siswa yang tidak memahami

konsep cenderung lebih sulit mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, setiap

siswa haruslah memiliki pemahaman konsep sebagai dasar untuk menguasai

matematika itu sendiri serta menunjang pengembangan cabang-cabang ilmu

lainya.

3

Tujuan pembelajaran matematika di Indonesia belum tercapai dengan baik karena

kemampuan matematis siswa Indonesia rendah. Hal ini terlihat pada survei The

Trend International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011,

Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara. Skor ini turun

11 poin dari penilaian tahun 2007 (Napitupulu, 2012). Demikian pula pada hasil

survey Programme for International Student Assesment (PISA) tahun 2013,

Indonesia hanya menduduki rangking 64 dari 65 peserta (OECD, 2013). Hasil

TIMSS dan PISA yang rendah tersebut tentunya disebabkan oleh banyak faktor.

Salah satu faktor penyebabnya adalah siswa Indonesia pada umumnya belum

mampu menyelesaikan soal-soal dengan karakteristik seperti pada soal-soal pada

TIMMS dan PISA yang substansinya konsteksual, menuntut penalaran, kreativitas

dan argumentasi dalam penyelesaiannya (Wardhani dkk, 2011: 1). Hal ini

menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa masih rendah.

Salah satu penyebab rendahnya pemahaman konsep matematis siswa adalah

masih ada beberapa sekolah yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang masih berpusat pada guru

(teacher center) yang menjadikan siswa pasif dan kesulitan memahami konsep

yang dipelajari sehingga membuat dangkalnya pemahaman siswa terhadap

konsep-konsep matematika. Langkah-langkah pembelajarannya adalah guru

menjelaskan materi pelajaran dan memberikan contoh soal beserta rumusnya

kemudian memberikan latihan soal yang proses penyelesaiannya mirip dengan

contoh soal. Jadi, siswa hanya terbiasa menghafalkan dan menyelesaikan soal

dengan rumus tanpa menekankan pada pemahaman terhadap konsep yang telah

dipelajari, sehingga kemampuan dan potensi siswa kurang tereksplor dengan baik.

4

Selain itu, pembelajaran konvensional kurang memberikan kesempatan

berinteraksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Sehingga,

interaksi dalam proses pembelajaran kurang baik.

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, salah satu upaya

meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa adalah dengan melakukan

inovasi model pembelajaran di kelas. Model pembelajaran yang dipilih harus

dapat mengembangkan pola pikir dan mengaitkan konsep-konsep dalam

matematika. Salah satu alternatifnya adalah model pembelajaran berbasis masalah

(PBM).

Dalam pembelajaran dengan model PBM, siswa dihadapkan permasalahan-

permasalahan kontekstual kemudian siswa dituntut untuk menyelesaikan masalah-

masalah tersebut. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk

membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa seperti

pada pembelajaran langsung dan ceramah, tetapi pembelajaran berbasis masalah

dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir,

mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, keterampilan intelektual, dan

menjadi siswa yang mandiri. Dalam proses tersebut, siswa tidak bekerja secara

individu tetapi siswa mendiskusikannya dengan teman kelompoknya. Setelah itu,

setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas kemudian

kelompok yang lain menanggapi. Dengan demikian, diharapkan model

pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan pemahaman konsep

matematis siswa.

5

Pemahaman konsep matematis siswa yang masih rendah, juga terjadi di SMP

Kartika II-2 Bandar Lampung. Hal ini berdasarkan wawancara dengan guru,

diperoleh informasi bahwa siswa sering mengalami kesulitan ketika mengerjakan

soal yang berkaitan dengan pemahaman konsep. Hal ini dikarenakan siswa hanya

hafal dengan rumus tanpa memahami konsep-konsepnya. Fakta ini menunjukkan

bahwa kemampuan daya serap dan pemahaman siswa terhadap matematika masih

rendah.

Dalam penelitian ini, model pembelajaran berbasis masalah efektif diterapkan jika

pemahaman konsep matematis siswa pada kelas dengan model pembelajaran

berbasis masalah lebih tinggi dari pada kelas dengan pembelajaran konvensional.

Selain itu, pembelajaran berbasis masalah efektif jika jumlah siswa yang

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) lebih dari 60% jumlah siswa

dalam satu kelas. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas penulis

tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektivitas model pembelajaran

berbasis masalah ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Apakah model

pembelajaran berbasis masalah efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis

dan persentase tuntas belajar siswa?”

6

Dari rumusan masalah di atas dapat dijabarkan pertanyaan penelitian sebagai

berikut :

1. Apakah pemahaman konsep matematis pada siswa yang mengikuti pembelaja-

ran berbasis masalah lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematis pada

siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?

2. Apakah persentase siswa tuntas belajar lebih dari 60% jumlah siswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan model

pembelajaran berbasis masalah ditinjau dari pemahaman konsep matematis dan

persentase tuntas belajar siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam pendidikan

matematika yang berkaitan dengan model pembelajaran berbasis masalah serta

hubungannya dengan pemahaman konsep matematis siswa.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

bagi guru dalam memilih model pembelajaran yang efektif diterapkan untuk

meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Selain itu, hasil penelitian

ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang penerapan

7

model pembelajaran berbasis masalah serta pemahaman konsep matematis

siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Dengan memperhatikan judul penelitian, ada beberapa istilah yang perlu

dijelaskan agar tidak terjadi perbedaan persepsi antara peneliti dengan pembaca.

1. Efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan dari suatu pembelajaran.

Dalam penelitian ini, model pembelajaran berbasis masalah efektif untuk

meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa apabila pemahaman

konsep matematis siswa dengan pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi

daripada pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran

konvensional dan persentase siswa tuntas belajar lebih dari 60% jumlah

siswa dengan nilai ketuntasan 70.

2. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran

dengan menghadapkan siswa dengan permasalahan atau dengan kata lain

siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan. Pembelajaran dimulai

dengan suatu permasalahan yang dibuat sedemikian hingga siswa perlu

memperoleh pengetahuan baru dalam pemecahan masalah tersebut. Langkah-

langkah pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut : (1) orientasi

siswa pada masalah; (2) mengorganisasi siswa untuk belajar; (3) memandu

menyelidiki secara individual atau kelompok; (4) mengembangkan dan

menyajikan hasil karya; (5) menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah.

8

3. Pemahaman Konsep merupakan kemampuan siswa yang berupa penguasaan

materi, siswa bukan hanya menghafal konsep tetapi siswa mampu

menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau

algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat. Materi ajar pada penelitian

ini adalah Himpunan. Indikator pemahaman konsep dapat dilihat jika siswa

mampu : (1) menyatakan ulang suatu konsep; (2) mengklasifikasikan objek-

objek menurut sifat-sifat tertentu; (3) memberikan contoh dan bukan contoh

dari suatu konsep; (4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk

representasi; (5) mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu

konsep; (6) menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau

operasi tertentu; (7) mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam

pemecahan masalah.

9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Pemahaman Konsep Matematis

Hal terpenting dalam proses pembelajaran adalah untuk mencapai tujuan

pembelajaran, dengan mengetahui bahwa siswa mampu memahami sesuatu

berdasarkan pengalaman belajarnya. Ruhyadi (2012) menyatakan bahwa

mempelajari matematika tidak lepas dari penelaahan bentuk-bentuk atau struktur

yang abstrak, kemudian kita mempelajarinya dengan mencari hubungan-hubungan

diantara hal-hal itu. Untuk mempelajari struktur-struktur atau hubungan-

hubungannya, maka kita perlu memahami konsep-konsep yang ada dalam

matematika.

Rakman (2009) menyatakan bahwa pemahaman berasal dari bahasa Inggris

“comprehension” yang berarti memahami sesuatu dengan pikiran. Dalam kamus

besar bahasa Indonesia kata pemahaman mengandung arti kesanggupan

intelegensi untuk menangkap suatu situasi atau perbuatan.

Kilpatrick, et al. (2001: 118) menyatakan:

“Student with conceptual understanding know more than isolated facts andmethods Because fact and methods learned with understanding areconnected, they are easier to remember and use, and they can bereconstructed when forgotten”.

10

Siswa dikatakan sudah memahami suatu konsep, jika ia sudah dapat mengerjakan

suatu masalah matematis yang dihubungkannya dengan pemahaman yang ia

dapatkan sebelumnya. Selain itu, siswa dapat dengan mudah mengkonstruksi ilmu

yang sudah ia dapatkan ketika ia lupa, sehingga dapat membantunya terhindar dari

banyak kesalahan dalam suatu pemecahan masalah.

Sejalan dengan hal diatas, Depdiknas (2003:2) menyatakan bahwa pemahaman

konsep merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran matematika yang

diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika. Pemahaman konsep

matematika dapat ditunjukkan berdasarkan sesuatu yang telah dipelajari siswa,

sehingga siswa mampu menjelaskan keterkaitan antara konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat.

Kilpatrick, et al. (2001: 119) menyatakan:

“A significant indicator of conceptual understanding is being able to representmathematical situations in different purposes. To find one’s way around themathematical terrain, it is important to see how the various representationsconnect with each other, how they are similar, and how they are different.The degree of students’ conceptual understanding is related to the richnessand extent of the connections they have made”.

Siswa dapat dikatakan sudah memahami konsep matematis jika ia sudah dapat

memahami suatu konsep matematika dengan berbagai permasalahan matematis,

kemudian ia menghubungkan informasi yang sudah didapatkan sebelumnya

dengan informasi yang baru, yang kemudian ia jadikan suatu pemahaman baru

yang membantunya untuk menyelesaikan masalah matematis.

Menurut Wardhani (2008:8), tujuan yang diharapkan pada mata pelajaran

matematika adalah agar siswa memiliki pemahaman konsep matematis,

11

menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan,

dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.

Pemahaman konsep berpengaruh terhadap tercapainya hasil belajar. Hasil belajar

merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat proses belajar atau kemampuan

yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar.

Berdasarkan beberapa penjabaran tentang pemahaman konsep matematis diatas,

maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman konsep matematis adalah

kemampuan menyerap atau memahami ide atau konsep abstrak kemudian

dihubungkan dengan konsep matematik, sehingga terbentuk pemahaman baru.

Siswa juga dapat dengan mudah mengkonstruksi ilmu yang sudah ia dapatkan

ketika ia lupa, sehingga dapat membantunya terhindar dari banyak kesalahan

dalam suatu pemecahan masalah. Adapun indikator pemahaman konsep

matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengklasifikasikan objek-

objek menurut sifat-sifat tertentu, memberikan contoh dan bukan contoh dari

suatu konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi, dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu dari sekian banyak

model pembelajaran yang berkembang saat ini. Pembelajaran berbasis masalah

adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah kontekstual sebagai

suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan

pemecahan masalah (Sudarman, 2007: 69). Lebih dari sekedar mencari satu

jawaban yang tepat, siswa memahami soal, mengumpulkan berbagai informasi

12

yang dibutuhkan, mengidentifikasi jawaban yang mungkin, mengevaluasi pilihan,

dan menyampaikan kesimpulan.

Menurut Amir (2009:21), pembelajaran berbasis masalah adalah proses

pembelajaran yang dirancang melalui masalah-masalah yang menuntut siswa

mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan

masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan

berpartisipasi dalam tim.

Ibrahim dan Nur (2000:2) menyatakan pembelajaran berbasis masalah merupakan

pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.

Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi

dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial

dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar

maupun kompleks.

Herman (2007: 49) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah

mempunyai 5 karakteristik antara lain: (1) memposisikan siswa sebagai pemecah

masalah melalui kegiatan kolaboratif, (2) mendorong siswa untuk mampu

menemukan masalah dan mengelaborasinya dengan mengajukan dugaan-dugaan

dan merencanakan penyelesaian, (3) memfasilitasi siswa untuk mengeksplorasi

berbagai alternatif penyelesaian dan implikasinya serta mengumpulkan dan

mendistribusikan informasi, (4) melatih siswa untuk terampil menyajikan temuan,

(5) membiasakan siswa untuk merefleksikan tentang efektivitas cara berpikir

mereka dan menyelesaikan masalah.

13

Adapun fase-fase pelaksanan pembelajaran berbasis masalah dikemukakan oleh

Arends (2011:411) disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Phases of Problem Based LearningPhase Teacher BehaviorPhase 1: Orient students to theproblem.

Teacher goes over the objectives of the lesson,describes important logistical requirements, andmotivates students to engage in problem solvingactivity.

Phase 2: Organize students forstudy.

Teacher helps students define and organize studytasks related to the problem.

Phase 3: Assist independentand group investigation.

Teacher encourages students to gather appropriateinformation, conduct experiments, and search forexplanations and solutions.

Phase 4: Develop and presentartifacts and exhibits.

Teacher assists students in planning and preparingappropriate artifacts such as reports, videos, andmodels, and helps them share their work with others.

Phase 5: Analyze and evaluatethe problem solving process

Teacher helps students to reflect on theirinvestigations and the processes they used.

Ada lima fase utama dalam model pembelajaran berbasis masalah, diantaranya :

1. Orientasi siswa pada masalah. Guru membahas tujuan pembelajaran,

mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa

untuk terlihat dalam kegiatan mengatasi masalah.

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa untuk

mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait

dengan permasalahannya.

3. Memandu menyelidiki secara individual/kelompok. Guru mendorong siswa

untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan

mencari penjelasan dan solusi.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan artefak-artefak yang tepat, seperti laporan,

rekaman video, dan model-model, dan membantu mereka untuk

menyampaikan kepada orang lain.

14

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu

siswa untuk refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka

gunakan.

Sanjaya (2011:218) menyatakan model pembelajaran berbasis masalah memiliki

beberapa kelebihan di antaranya :

(1) siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang

menemukan konsep tersebut; (2) melibatkan secara aktif memecahkan masalah

dan menuntut ketrampilan berpikir siswa yang lebih tinggi; (3) pengetahuan

tertanam berdasakan skema yang dimiliki siswa sehingga pembelajaran lebih

bermakna; (4) siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah-

masalah yang diselesaiakan berkaitan dengan kehidupan nyata; (5) proses

pembelajaran melalui pembelajaran berbasis masalah dapat membiasakan para

siswa untuk menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil. Apabila

menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari siswa sudah mempunyai

kemampuan untuk menyelesaikannya; (6) dapat mengembangkan kemampuan

siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk

menyesuaikan dengan pengetahuan baru; (7) dapat mengembangkan minat siswa

untuk belajar secara terus menerus, sekalipun belajar pada pendidikan formal telah

berakhir.

Jadi, model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang diawali

dengan masalah yang membuat siswa berpikir secara kritis dan melibatkan siswa

secara aktif dalam memecahkan masalah matematis.

15

3. Efektivitas Pembelajaran

(Depdiknas, 2008:154) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektivitas adalah

sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa

hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini

efektivitas dapat dilihat dari tercapai atau tidaknya tujuan instruksional khusus

yang telah dicanangkan.

Menurut Mulyasa (2002:82), efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang

yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Efektivitas adalah

bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber

daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional. Keefektivan diatas dapat

disimpulkan bahwa sebagai keberhasilan dalam suatu tindakan atau usaha, dalam

hal ini efektivitas yang dimaksud adalah efektivitas model pembelajaran yang

merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari

suatu proses pembelajaran.

Hamalik (2004:171) mengemukakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri

dengan melakukan aktivitas-aktivitas belajar. Mengacu pada pendapat tersebut,

pembelajaran matematika yang efektif memerlukan suatu komitmen serius kepada

pengembangan dan pemahaman konsep matematis siswa.

Diana (2007:8) menyatakan bahwa keefektifan pembelajaran ditunjukkan dengan

empat indikator, yaitu: (1) kualitas pembelajaran, yakni banyaknya informasi atau

ketrampilan yang disajikan, (2) kesesuaian tingkat pembelajaran, yaitu

16

sejauhmana guru memastikan tingkat kesiapan siswa untuk mempelajari materi

baru, (3) insentif, yaitu seberapa besar usaha guru memotivasi siswa untuk

mengajarkan tugas belajar dan materi belajar yang diberikan, serta (4) waktu,

pembelajaran akan efektif jika siswa dapat menyelesaikan pelajaran sesuai dengan

waktu yang ditentukan.

Wicaksono (2011:1) menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan efektif apabila

mengacu pada ketuntasan belajar yaitu apabila lebih dari atau sama dengan 60%

dari jumlah siswa memperoleh nilai minimal 65 dalam peningkatan hasil belajar

dan strategi pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, penggunaan kriteria ketuntasan

ini bergantung dari ketetapan setiap sekolah. Hal tersebut dapat dikarenakan

potensi atau kemampuan hasil belajar setiap siswa berbeda di masing-masing

sekolah.

Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran

adalah tingkat keberhasilan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang

diharapkan, pada penelitian ini, pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi

kriteria nilai KKM yaitu 70 dengan persentase ketercapaian lebih dari 60%

jumlah siswa suatu kelas.

4. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa model

pembelajaran berbasis masalah efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis

siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Oktavia (2015) yang bertujuan untuk

mengetahui efektivitas problem based learning (PBL) ditinjau dari kemampuan

17

pemahaman konsep matematis siswa. Persentase siswa yang memahami konsep

matematis siswa pada kelas yang mengikuti pembelajaran dengan model PBL

lebih tinggi daripada persentase siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional. Buktinya pada penelitian Putri (2014), yang bertujuan untuk

mengetahui efektivitas model PBL ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep

dan disposisi matematis siswa. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa model

PBL efektif baik ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep dan disposisi

matematis siswa. Surtiyani (2012) melakukan penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui peningkatan aktivitas dan pemahaman konsep matematika melalui

penerapan pembelajaran berbasis masalah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

aktivitas dan pemahaman konsep matematika siswa melalui model pembelajaran

berbasis masalah mengalami peningkatan. Dengan demikian, penelitian-penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa model pembelajaran

berbasis masalah efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.

B. Kerangka Pikir

Penelitian tentang efektivitas model pembelajaran berbasis masalah ditinjau dari

pemahaman konsep matematis terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel

terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model

pembelajaran berbasis masalah sedangkan variabel terikatnya adalah pemahaman

konsep matematis siswa.

Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran dengan menghadapkan siswa

pada permasalahan kontekstual yang diberikan sebagai pijakan dalam belajar atau

dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan. Pembelajaran

18

dimulai dengan suatu permasalahan yang dibuat sedemikian hingga siswa perlu

memperoleh pengetahuan baru dalam pemecahan masalah tersebut. Ada lima fase

dalam model pembelajaran berbasis masalah di antaranya orientasi siswa pada

masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, memandu menyelidiki secara

individual atau kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan

menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Fase pertama yaitu orientasi siswa pada masalah. Pada fase ini, guru menyajikan

masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

Motivasi dan tujuan pembelajaran yang dijelaskan guru akan membuat siswa

memiliki harapan atau tujuan yang ingin dicapai siswa setelah mengikuti

pembelajaran.

Fase kedua yaitu mengorganisasikan siswa untuk belajar. Pada fase ini, Tugas

guru pada fase ini yaitu membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok heterogen

(kemampuan siswa yang berbeda-beda) dan siswa diberikan Lembar Kerja

Kelompok (LKK).

Fase ketiga yaitu memandu menyelidiki secara individual atau kelompok. Siswa

berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk memecahkan permasalahan-

permasalahan yang terdapat pada LKK tersebut. Dalam aktivitas diskusi tersebut,

siswa mendiskusikan masalah yang diberikan dan saling menyampaikan pendapat.

Kemudian siswa menghubungkan informasi yang sudah didapatkan sebelumnya

dengan informasi yang baru, yang kemudian ia jadikan suatu pemahaman baru

yang membantunya untuk menyelesaikan masalah matematis. Hal tersebut

tentunya akan mengembangkan pemahaman konsep matematis siswa.

19

Fase keempat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada fase ini,

hasil diskusi yang telah diperoleh harus dipresentasikan di depan kelas. Karena

konsep matematika yang disajikan siswa telah didiskusikan sebelumnya, ia telah

mengetahuinya dengan baik sehingga dapat dengan lancar menjelaskan hasil

diskusinya. Siswa secara mandiri atau kelompok memberikan tanggapan atas hasil

kerja temannya. Dalam hal ini guru mengarahkan, memberi tanggapan atas

pendapat-pendapat yang diberikan oleh siswa. Dari aktivitas tersebut, terlihat

bahwa pemahaman konsep siswa akan semakin berkembang.

Fase kelima yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Pada fase ini, guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi serta

mengklarifikasi hasil diskusi kemudian guru bersama siswa menyimpulkan materi

yang telah dipelajari.

Pada pembelajaran berbasis masalah terdapat proses-proses pembelajaran yang

memberikan peluang bagi siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep

matematis sedangkan dalam pembelajaran konvensional, peluang tersebut tidak

didapatkan siswa. Hal ini terlihat dari langkah-langkah pembelajaran

konvensional yaitu guru menjelaskan materi pelajaran dan memberikan contoh

soal beserta rumusnya kemudian memberikan latihan soal yang proses

penyelesaiannya mirip dengan contoh soal. Jadi, siswa hanya terbiasa

menghafalkan dan menyelesaikan soal dengan rumus tanpa menekankan pada

pemahaman terhadap konsep yang telah dipelajari, sehingga kemampuan dan

potensi siswa kurang tereksplor dengan baik. Selain itu, pembelajaran

konvensional kurang memberikan kesempatan berinteraksi antara siswa dengan

20

siswa maupun siswa dengan guru. Sehingga, interaksi dalam proses pembelajaran

kurang baik.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran berbasis masalah diduga dapat

meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa sedangkan pembelajaran

konvensional cenderung menghasilkan pemahaman konsep yang lebih rendah atau

dengan kata lain peningkatan pemahaman konsep siswa yang mengikuti

pembelajaran berbasis masalah akan lebih tinggi daripada peningkatan

pemahaman konsep siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Semua siswa kelas VII SMP Kartika II-2 Bandarlampung tahun pelajaran

2015/2016 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan KTSP 2006.

b. Model pembelajaran yang diterapkan sebelum penelitian bukan merupakan

model pembelajaran berbasis masalah.

c. Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa selain

model pembelajaran berbasis masalah tidak dikendalikan.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir dan anggapan dasar di atas, maka dapat dirumuskan

hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Hipotesis Umum

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah efektif meningkatkan

pemahaman konsep matematis siswa.

21

b. Hipotesis Khusus

1. Pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran berbasis masalah

lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematis siswa dengan

pembelajaran konvensional.

2. Persentase siswa tuntas belajar lebih dari 60% dari jumlah siswa dengan

pembelajaran berbasis masalah.

22

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 di

SMP Kartika II-2 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas VII yang terdistribusi dalam 5 kelas yaitu VII 1, VII 2, VII 3, VII 4,

dan VII 5. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive

sampling, dengan mengambil dua kelas yang diajar oleh guru yang sama dengan

kemampuan akademik yang relatif sama. Dari kelima kelas tersebut dipilih dua

kelas sebagai sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas

dengan pembelajaran berbasis masalah dan kelas kontrol yaitu kelas dengan

pembelajaran konvensional.

Pemilihan kelas berdasarkan rata-rata nilai ulangan tengah semester yang dapat

dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Nilai rata-rata Ulangan Tengah Semester (UTS)Kelas Rata-rata Nilai UTSVII 1 8,5VII 2 7,2VII 3 7,2

Berdasarkan teknik pemilihan sampel, maka dipilihlah siswa kelas VII 2 dengan

jumlah 32 siswa sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VII 3 dengan jumlah

36 siswa sebagai kelas kontrol.

23

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment).

Menurut Azam (2006) untuk penelitian yang berhubungan dengan peningkatan

kualitas pembelajaran, direkomendasikan penggunaan penelitian eksperimen

semu. Desain yang digunakan adalah posttest only control group design. Menurut

Furchan (2007: 368) desain pelaksanaan penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.2 Desain Penelitian

KelompokPerlakuan

Perlakuan PosttestE X O1

P C O2

Keterangan:E : kelas eksperimenP : kelas kontrolX : model pembelajaran berbasis masalahC : model pembelajaran konvensionalO1 : tes kemampuan akhir (posttest) pada kelas eksperimenO2 : tes kemampuan akhir (posttest) pada kelas kontrol

C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data pemahaman konsep matematis siswa yang

dicerminkan oleh skor posttest. Data ini berupa data kuantitatif.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik tes.

Tes diberikan setelah pembelajaran (posttest only) di kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

24

E. Instrumen Penelitian

Instrumen tes berbentuk uraian yang terdiri dari lima soal. Tes yang diberikan

untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol ketika posttest adalah sama.

Tabel 3.3 Rubrik Penilaian Tes Pemahaman Konsep Matematis SiswaNo Indikator Rubrik Penilaian Skor1 Mengklasifikasikan objek-objek

menurut sifat-sifat tertentuTidak menjawab 0Mengklasifikasikan objek-objekmenurut sifat-sifat tertentu tetapijawaban salah

1

Mengklasifikasikan objek-objekmenurut sifat-sifat tertentu tetapikurang lengkap

2

Mengklasifikasikan objek-objekmenurut sifat-sifat tertentu denganbenar dan lengkap

3

2 Memberi contoh dan bukan contohdari suatu konsep

Tidak menjawab 0Memberi contoh dan bukancontoh dari suatu konsep tetapijawaban salah

1

Memberi contoh dan bukancontoh dari suatu konsep tetapikurang lengkap

2

Memberi contoh dan bukancontoh dari suatu konsep denganbenar dan lengkap

3

3 Menyajikan konsep dalam berbagaibentuk representasi

Tidak menjawab 0Menyajikan konsep dalamberbagai bentuk representasitetapi jawaban salah

1

Menyajikan konsep dalamberbagai bentuk representasitetapi kurang lengkap

2

Menyajikan konsep dalamberbagai bentuk representasidengan benar dan lengkap

3

4 Mengaplikasikan konsep atauproses pemecahan masalah

Tidak menjawab 0Mengaplikasikan konsep atauproses pemecahan masalah tetapijawaban salah

1

Mengaplikasikan konsep atauproses pemecahan masalah tetapikurang lengkap

2

Mengaplikasikan konsep atauproses pemecahan masalahdengan benar dan lengkap

3

Diadaptasi dari Fauzan (2011)

25

Untuk memperoleh data yang akurat, maka diperlukan instrumen yang memenuhi

kriteria tes yang baik, yaitu memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas.

1. Validitas

Validitas isi bertujuan untuk mengetahui apakah isi tes mewakili keseluruhan

materi, indikator pemahaman konsep matematis akan diukur dan sesuai dengan

kesesuaian bahasa yang dimiliki siswa sehingga dapat mengukur pemahaman

konsep matematis siswa. Oleh karena itu, dalam penelitian ini soal tes

dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Kartika

II-2 Bandar Lampung dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran matematika

mengetahui dengan benar kurikulum SMP. Tes yang dikategorikan valid adalah

yang butir-butir tesnya telah dinyatakan sesuai dengan kompetensi dasar dan

indikator yang diukur berdasarkan penilaian guru mitra. Penilaian terhadap

kesesuaian isi tes dengan kisi-kisi tes yang diukur dan kesesuaian bahasa yang

digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa dilakukan dengan

menggunakan daftar ceklis oleh guru.

Hasil konsultasi dengan guru mitra menunjukkan bahwa tes yang digunakan untuk

mengambil data pemahaman konsep matematis siswa telah memenuhi validitas

isi. Sehingga selanjutnya instrumen dapat diujicobakan untuk mengetahui kriteria

reliabilitas tes. Data selengkapnya lihat pada Lampiran B.5 halaman 155.

Sehingga selanjutnya instrumen dapat diujicobakan untuk mengetahui kriteria

reliabilitas tes.

26

2. Reliabilitas

Bentuk soal tes yang digunakan pada penelitian ini adalah soal tes tipe uraian.

Arikunto (2010:109) menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas tes dapat

menggunakan rumus alpha, yaitu :

= − 1 1 − ∑Keterangan :

11r : reliabilitas yang dicarin : banyaknya butir soal∑ : jumlah varians skor tiap butir soal

: varians total

Menurut Guilford (Suherman, 1990: 177) koefisien reliabilitas yang diperoleh

diinterpretasikan ke dalam kriteria koefisien reliabilitas seperti pada Tabel 3.4

Tabel 3.4 Kriteria ReliabilitasKoefisien reliabilitas ( ) Interpretasir ≤ 0,20 Sangat Rendah

0,20 < r ≤ 0,40 Rendah0,40 < r ≤ 0,60 Sedang0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi0,80 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi

Setelah dilakukan perhitungan reliabilitas instrumen tes pemahaman konsep

matematis siswa, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,81. Berdasarkan hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa tes yang digunakan memiliki kriteria

reliabilitas yang sangat tinggi. Data selengkapanya dapat dilihat pada lampiran

C.1 halaman 158.

27

Selanjutnya karena semua soal telah dinyatakan valid dan memenuhi kriteria

reliabilitas yang ditentukan maka soal tes dapat digunakan untuk mengumpulkan

data pemahaman konsep matematis siswa.

3. Daya Pembeda

Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang

memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah.

Kemudian diambil 50% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok

atas) dan 50% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah).

Menurut Sudijono (2011: 386) rumus yang digunakan untuk daya pembeda

adalah:

DP = −Keterangan :DP : daya pembeda

: banyaknya siswa kelompok atas yang dapat menjawab dengan benar padabutir soal yang bersangkutan

: jumlah siswa yang termasuk dalam kelompok atas: banyaknya siswa kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar

pada butir soal yang bersangkutan: jumlah siswa yang termasuk dalam kelompok bawah

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang

tertera dalam pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Kriteria Daya PembedaKoefisien Daya Pembeda (DP) Interpretasi

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik0,40 < DP ≤ 0,70 Baik0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup0,00 < DP < 0,20 Buruk

DP ≤ 0,00 Sangat Buruk

28

Penelitian ini menggunakan butir soal yang memiliki nilai daya pembeda lebih

dari 0,20 yaitu soal yang memiliki daya pembeda cukup sampai baik. Daya

pembeda masing-masing butir soal tes kemampuan akhir pemahaman konsep

matematis dapat dilihat pada Lampiran C.2 halaman 160.

4. Tingkat kesukaran

Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir

soal. Sudijono (2008: 372) mengungkapkan untuk menghitung tingkat kesukaran

suatu butir soal digunakan rumus berikut.TK =Keterangan:TK : tingkat kesukaran suatu butir soalJT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperolehIT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal.

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria

indeks kesukaran menurut Sudijono (2008: 372) sebagai berikut :

Tabel 3.6 Kriteria Tingkat KesukaranKoefisien Tingkat Kesukaran (TK) Interpretasi

0,00 ≤ TK ≤ 0,15 Sangat Sukar0,16 < TK ≤ 0,30 Sukar0,31 < TK ≤ 0,70 Sedang0,71 < TK ≤ 0,85 Mudah0,86 < TK ≤ 1,00 Sangat Mudah

Menurut Sudijono (2011: 370) butir-butir soal dikatakan baik apabila butir-butir

soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Dalam penelitian ini butir

soal yang digunakan adalah soal-soal yang memiliki interpretasi mudah, sedang,

dan sukar. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.3 halaman 162.

29

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat

kesukaran instrumen tes kemampuan akhir pemahaman konsep matematis seperti

tersaji pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Coba TesNo

Soal Validitas ReliabilitasDaya

PembedaTingkat

Kesukaran Keputusan

1a

Valid(Berdasarkan

Ahli)

0,81(Reliabilitas

sangattinggi)

0,45 (Baik)0,65

(Sedang)Digunakan

1b 0,43 (Baik)0,57

(Sedang)Digunakan

1c 0,48 (Baik)0,60

(Sedang)Digunakan

2 0,57 (Baik)0,57

(Sedang)Digunakan

2a 0,45 (Baik)0,46

(Sedang)Digunakan

2b 0,48 (Baik)0,52

(Sedang)Digunakan

2c 0,38 (Cukup) 0,29 (Sukar) Digunakan

2d 0,21 (Cukup) 0,18 (Sukar) Digunakan

3a 0,26 (Cukup)0,73

(Mudah)Digunakan

3b 0,43 (Baik)0,50

(Sedang)Digunakan

4 0,43 (Baik)0,71

(Mudah)Digunakan

5a 0,24 (Cukup)0,55

(Sedang)Digunakan

5b 0,55 (Baik)0,58

(Sedang)Digunakan

5c 0,50 (Baik)0,68

(Sedang)Digunakan

5d 0,36 (Cukup) 0,18 (Sukar) Digunakan

Dari Tabel 3.7 dapat diketahui bahwa semua soal telah memenuhi validitas isi dan

memiliki reliabilitas sangat tinggi. Diketahui juga bahwa soal memiliki kriteria

30

daya pembeda yang cukup dan baik serta kriteria tingkat kesukaran yang mudah,

sedang, dan sukar. Berdasarkan hal tersebut maka soal tes pemahaman konsep

matematis siswa layak digunakan untuk mengumpulkan data.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Adapun prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Observasi awal, yaitu melihat kondisi di lapangan seperti jumlah kelas yang

ada, jumlah siswa, dan cara mengajar guru matematika.

2. Menentukan sampel penelitian.

3. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas yang

mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran berbasis masalah dan kelas

yang mengikuti pembelajaran konvensional.

4. Membuat lembar kerja kelompok untuk para siswa yang mengikuti

pembelajaran berbasis masalah.

5. Membuat instrumen tes penelitian berupa tes pemahaman konsep matematis

dengan terlebih dahulu membuat kisi-kisi soal posttest sesuai dengan

indikator pembelajaran dan indikator pemahaman konsep matematis.

6. Melakukan validasi instrumen tes.

7. Melakukan uji coba instrumen tes.

8. Melakukan perbaikan instrumen tes bila diperlukan.

9. Melaksanakan pembelajaran matematika dengan pembelajaran berbasis

masalah pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada

kelas kontrol.

10. Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

31

11. Menganalisis data.

12. Membuat laporan.

G. Teknik Analisis Data

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan tes

pemahaman konsep matematis setelah dilakukan pembelajaran (posttest) pada

kedua kelas. Data yang diperoleh dari posttest dianalisis menggunakan uji statistik

induktif. Sebelum melakukan uji hipotesis dan uji proporsi maka dilakukan uji

prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui apakah data sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi

normal dan memiliki varians yang homogen.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal

atau tidak berdasarkan data skor rata-rata aktivitas sampel. Rumusan hipotesis

untuk uji ini adalah:

Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Dalam penelitian ini, untuk menguji hipotesis di atas menggunakan uji chi-

kuadrat. Uji chi-kuadrat menurut Sudjana (2005: 273) adalah sebagai berikut:= ∑ ( )( )( )

32

Keterangan:

= frekuensi harapan= frekuensi yang diharapkan= banyaknya pengamatan

Kriteria pengujian adalah: Terima H0 jika ( )( ) dengan

α = 0,05

Uji normalitas ini dilakukan berdasarkan data pemahaman konsep matematis

siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model PBM dan siswa yang

mengikuti model pembelajaran konvensional.

Hasil uji normalitas data penelitian pada kelas pembelajaran berbasis masalah

menunjukkan = 4,62 < 7,81 = ( , )( ) maka terima H0 dan pada kelas

pembelajaran konvensional menunjukkan = 5,70 < 7,81 = ( , )( )maka terima H0. Disajikan dalam Tabel 3.8, perhitungan uji normalitas data

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.6 halaman 168 dan C.7 halaman 172.

Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Akhir Pemahaman Konsep

Matematis Siswa

Sumber Data Kesimpulan

Pembelajaran BerbasisMasalah

4,62 7,81 Sampel berasal daripopulasi yang berdistribusi

normalPembelajaranKonvensional

5,70 7,81

Berdasarkan hasil uji normalitas di atas, dapat diketahui bahwa data kemampuan

akhir pemahaman konsep matematis siswa pada kelas pembelajaran berbasis

masalah dan kelas konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

33

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah data pemahaman

konsep matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki

variansi yang homogen atau tidak homogen. Rumusan hipotesis untuk uji ini

adalah:

H0: = (variansi kedua populasi homogen)

H1: (variansi kedua populasi tidak homogen)

Menurut Sudjana (2005: 249), jika sampel dari populasi kesatu berukuran n1

dengan varians s12 dan sampel dari populasi kedua berukuran n2 dengan varians

s22 maka untuk menguji hipotesis di atas menggunakan rumus:

F =

Keterangan:s = varians terbesars = varians terkecil

Kriteria pengujian adalah: tolak H0 jika ≥ ( , ) dengan

( , ) didapat dari daftar distribusi F dengan taraf signifikansi 0,05 dan

derajat kebebasan masing-masing sesuai dk pembilang dan penyebut.

Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas data pemahaman konsep

matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis masalah dan siswa

yang mengikuti pembelajaran konvensional diperoleh = 1,23 < 1,81 =( , ) maka terima H0. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedua

populasi memiliki varians yang sama. Hasil perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran C.8 halaman 176.

34

3. Uji Hipotesis

Pada penelitian ini, data pemahaman konsep matematis siswa merupakan data

yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Oleh karena itu,

uji hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata (uji-T).

a. Hipotesis

H0: μ1 = μ2, artinya pemahaman konsep matematis siswa pada

pembelajaran berbasis masalah sama dengan pemahaman

konsep matematis siswa pada pembelajaran konvensional.

H1: μ1> μ2, artinya pemahaman konsep matematis siswa pada

pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada

pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran

konvensional.

b. Taraf signifikan : α = 0,05.

c. Statistik Uji

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-

rata (Uji t) seperti dalam Sudjana (2005: 239) berikut:

= ̅ ̅dengan

2

11

21

222

2112

nn

snsns

Keterangan:̅1 : rata-rata nilai kemampuan pada pembelajaran berbasis masalah̅2 : rata-rata nilai kemampuan pada pembelajaran konvensionaln1 : banyaknya siswa pada pembelajaran berbasis masalahn2 : banyaknya siswa pada pembelajaran konvensionals : variansi pada pembelajaran berbasis masalahs : variansi pada pembelajaran konvensionals : variansi gabungan

35

d. Kriteria Uji

Pada taraf signifikansi 5% dengan dk = ( 221 nn ) dan peluang (1 − )maka Ho diterima jika diperoleh < ( ∝)( )Berdasarkan hasil uji hipotesis, diperoleh pemahaman konsep matematis

siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada

pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional karena = 6,16 > 1,67 = ( , )( ) maka Ho diterima.

Perhitungan uji hipotesis pemahaman konsep matematis selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran C.11 halaman 184.

4. Uji Proporsi

Untuk menguji hipotesis bahwa presentase ketuntasan belajar pada siswa yang

mengikuti pembelajaran berbasis masalah lebih dari 60% jumlah siswa maka

dilakukan uji proporsi. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

a. Hipotesis

H0 : = 0,60 (persentase siswa tuntas belajar sama dengan 60%)

H1 : > 0,60 (persentase siswa tuntas belajar lebih dari 60%)

b. Statistik Uji

Untuk pengujian hipotesis di atas menggunakan statistik z dengan rumus:

= ⁄ − 0,60,6 ( 1 − 0,6)Keterangan:x = banyaknya siswa tuntas belajar pada PBMn = jumlah sampel pada PBM0,6 = proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan

36

c. Kriteria Uji

Tolak H0 jika ≥ , Harga , diperoleh dari daftar normal

baku dengan peluang (0,5 – α).

Hasil uji proporsi ketuntasan belajar siswa yang mengikuti pembelajaran

berbasis masalah diperoleh = 0,69 > 1,64 = , maka terima H0.

Diperoleh kesimpulan bahwa persentase siswa tuntas belajar sama dengan

60%. Perhitungan uji proporsi data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran

C.12 halaman 187.

44

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah tidak efektif ditinjau dari pema-

haman konsep matematis siswa namun model pembelajaran berbasis masalah

lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari

pemahaman konsep matematis siswa pada kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar

Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis mengemukakan saran-saran sebagai

berikut:

1. Bagi guru, model pembelajaran berbasis masalah hendaknya digunakan

sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika untuk membantu

siswa dalam mengembangkan pemahaman konsep matematis siswa.

2. Kepada peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian tentang

pemahaman konsep matematis melalui model pembelajaran berbasis masalah

disarankan melakukan penelitian lebih lama, agar siswa dapat beradaptasi

terlebih dahulu terhadap model pembelajaran berbasis masalah.

45

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Muhammad Taufik. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem BasedLearning. Jakarta : Kencana.

Arends, Richard I. (2011). Learning To Teach : Overview of Student-CenteredConstructivist Models of Teaching. New York : The McGraw-Hill Companies,Inc.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: BumiAksara.

Azam, Sumarno dan Rahmat. 2006. Desain Penelitian Menggunakan QuasiExperiment. Diakses pada 10 April 2016.

Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian BerbasisKompetensi SMP. Jakarta: Depdiknas.

________. 2003: UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.

________. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.

________. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Diana. 2007. Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan ProblemPossing pada Pokok Bahasan Lingkaran Siswa Kelas VIII –A SMP Negri 18Malang. Malang: Universitas Negeri Malang, skripsi tidak diterbitkan.

Fauzan, Ahmad. 2011. Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika. Diakses pada18 Maret 2016.

Furchan, Arief. 2007. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta:Pustaka Belajar.

Hamalik, Oemar. 2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan PendekatanSistem. Jakarta: Bumi Aksara.

46

Herman, Tatang. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk MeningkatkanKemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah MenengahPertama. Educationist Vol. 01 No. 01. Diakses pada 7 November 2015.

Ibrahim, M. dan Nur, Mohamad. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah.Surabaya: University Press.

Kilpatrick, J., Swafford, J., and Findell, B. (2001). Adding It Up: HelpingChildren Learn Mathematics. Washington, DC: National Academy Press.

Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Napitupulu, Ester L. 2012. Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun.Harian Kompas. 14 Desember 2012. Diakses pada 2 November 2015.

OECD. 2013. PISA 2012 Result in Focus What 15-year-olds Know and WhatThey Can Do With What They Know. Diakses 31 Oktober 2015.

Oktavia, Ria. 2015. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Problem BasedLearning Ditinjau dari Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP TMI Roudlotul Qur’an Metro SemesterGenap Tahun Pelajaran 2014/2015). Skripsi. Bandarlampung: UniversitasLampung.

Putri, Febby Eka. 2014. Efektivitas Model Problem Based Learning Ditinjau dariKemampuan Pemahaman Konsep Matematis dan Disposisi Matematis Siswa(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bandarlampung Semester GenapTahun Pelajaran 2013/2014). Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung.

Rakman. 2009. Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan PendekatanMetakognitif Untuk Mencapai Kemampuan Pemahaman Konsep DanPenalaran Matematis Siswa SMA. Diakses pada 12 Oktober 2015.

Ruhyadi. 2012. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep dan KoneksiMatematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui PembelajaranKooperatif Tipe STAD Disertai Tugas Bentuk Superitem. Diakses pada 12Oktober 2015.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Simanjuntak, Lisnawaty. 1993. Meto-de Mengajar matematika 1. Jakarta: RinekaCipta.

Sudarman. 2007. Problem Based Learning: Suatu Model Pembelajaran untukMengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah.Jurnal Pendidikan Inovatif Vol. 02 No. 02. Diakses pada 29 September 2015.

47

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja GrafindoPersada.

____________. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Suherman, Eman. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan EvaluasiPendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

Surtiyani. 2012. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk MeningkatkanAktivitas dan Pemahaman Konsep Matematika (Studi pada Siswa Kelas VIII ESMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan Semester Ganjil Tahun Pelajaran2011/2012). Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung.

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTsuntuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: PusatPengembangan dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga KependidikanMatematika.

Wardhani, Sri dkk. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP:Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: Badan Pengembangan SumberDaya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Diakses pada 14Oktober 2015.

Wicaksono. 2011. Efektivitas Pembelajaran. Diakses 14 Oktober 2015.