DIET PADA PENDERITA SIROSIS HATI
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur Pathophysiology yang dibimbing oleh Dr. B. P. Putra Suryana, Sp.PD
OLEH :
KELOMPOK 5
Redy Amukti (125070300111050)
Andrelia Allen G. I. (125070300111051)
Intan Rakhma Kinanti (125070300111052)
Indah Izza M. (125070300111053)
Fitria Nastiti H. (125070300111054)
Sofie Ayu Misrina (125070301111001)
Desak Made Trisna Ulandari (125070301111002)
Yunita Reza Rohmawati (125070301111003)
Rani Ilminawati (125070301111004)
Rachmi Faricha (125070301111005)
Hesti Retno Budi Arini (125070301111006)
JURUSAN GIZI KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2013
DAFTAR ISI
Daftar Isi ...................................................................................................................... i
RINGKASAN PUSTAKA
I. Tujuan Diet ...................................................................................................... 1
II. Syarat Diet ....................................................................................................... 1
III. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian .................................................................. 2
IV. Bahan Makanan bagi Penderita Sirosis Hati ................................................... 4
V. Pola Makan dan Rute Pemberian Makan......................................................... 5
PENUTUP
Kesimpulan ............................................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 7
i
RINGKASAN PUSTAKA
I. Tujuan Diet
Sirosis hati merupakan gangguan pada fungsi hati akibat banyaknya jaringan ikat di
dalam hati (Sumanto, 2009). Dalam masa pengobatan, Diet Hati dapat diberikan pada
pasien sirosis hati (Kemenkes RI, 2011). Tujuan Diet Hati adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati, dengan cara
meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut dan/atau
meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa; mencegah katabolisme protein;
mencegah penurunan berat badan atau meningkatkan berat badan bila kurang; mencegah
atau mengurangi asites, varises esophagus, dan hipertensi portal; serta mencegah koma
hepatik (Almatsier, 2010).
II. Syarat Diet
Syarat-syarat Diet Hati adalah sebagai berikut.
1. Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yang diberikan bertahap sesuai
dengan kemampuan pasien, yaitu 40 – 45 kkal/kgBB (Almatsier, 2010). Selain itu,
pemberian energi tinggi untuk mencegah malnutrisi karena pasien dengan sirosis hati
dekompensasi (ascites, coagulopathy, encephalopathy) memiliki risiko mengalami
malnutrisi sebesar 80 – 100%, sedangkan untuk pasien sirosis hati terkompensasi
sebesar 20% (Krenitsky, 2003).
2. Lemak cukup, yaitu 20 – 25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk yang mudah
dicerna atau dalam bentuk emulsi. Pemberian lemak sebanyak 45 gram dapat
mempertahankan fungsi imun dan proses sintesis lemak.
3. Protein agak tinggi, yaitu 1,25 – 1,5 g/kgBB agar terjadi anabolisme protein. Asupan
minimal protein hendaknya 0,8 – 1 g/kgBB. Pada sirosis hati terkompensasi, protein
diberikan sebanyak 1,25 g/kgBB (Almatsier, 2010). Sedangkan, untuk pasien dengan
adanya peningkatan kondisi sirosis, maka direkomendasikan sekitar 1,5 – 1,8 g/kg BB
per hari (Kondrup, 2007). Protein nabati memberikan keuntungan karena kandungan
serat yang dapat mempercepat pengeluaran amoniak melalui feses (Almatsier, 2010).
4. Karbohidrat cukup, dalam hal ini tidak ada pembatasan khusus.
5. Pasien dengan sirosis hati direkomendasikan untuk mengonsumsi makanan yang
mengandung tiamin. Magnesium dan zink sangat direkomendasikan untuk pasien ini
(Kondrup, 2007). Bila ada anemia, perlu diberikan suplemen vitamin B kompleks, C,
dan K serta mineral seng dan zat besi.
1
6. Natrium diberikan rendah, tergantung tingkat edema dan asites.
7. Bentuk makanan sesuai dengan kemampuan saluran cerna (Almatsier, 2010).
III. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
1. Diet Hati I
Diet Hati I diberikan bila pasien dalam keadaan akut atau bila prekoma sudah
dapat diatasi dan pasien sudah mulai mempunyai nafsu makan. Melihat keadaan
pasien, makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak. Pemberian protein
dibatasi (30 g/hari) dan lemak diberikan dalam bentuk mudah dicerna. Formula enteral
dengan asam amino rantai cabang (Branched Chain Amino Acid/BCAA) yaitu leusin,
isoleusin, dan valin dapat digunakan. Bila ada asites dan dieresis belum sempurna,
pemberian cairan maksimal 1 liter/hari (Almatsier, 2010).
Makanan ini rendah energi, protein, kalsium, zat besi, dan tiamin, karena itu
sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja. Menurut beratnya retensi garam atau
air, makanan diberikan sebagai Diet Hati I Rendah Garam. Bila ada asites hebat dan
tanda-tanda diuresis belum membaik, diberikan Diet Rendah Garam I. Untuk
menambah kandungan energi, selain makanan per oral juga diberikan makanan
parenteral berupa cairan glukosa (Almatsier, 2010).
Contoh Menu Makanan Padat:
Pagi
Bubur ayam
Telur ½ masak
Jus tomat
Siang
Bubur nasi/tim
Gadon daging
Setup bayam
Malam
Bubur nasi/tim
Perkedel daging
Sup wortel + labu siam
Pisang
Pukul 10.00
Puding maizena + sirup
Air jeruk
Pukul 16.00
Sirup
Contoh Menu Makanan Padat + Formula Enteral BCAA:
Pagi
Formula BCAA
Teh manis
Siang
Bubur nasi/tim
Gadon daging
Setup wortel + buncis
Jeruk
Malam
Bubur nasi/tim
Perkedel daging bakar
Sup sayuran
Jeruk
Pukul 10.00 Pukul 16.00 Pukul 21.00
2
Puding maizena
Pepaya
Formula BCAA Formula BCAA
2. Diet Hati II
Diet Hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati I kepada
pasien yang nafsu makannya cukup. Menurut keadaan pasien, makanan diberikan
dalam bentuk lunak atau biasa. Protein diberikan 1 g/kgBB dan lemak sedang (20 –
25% dari kebutuhan energi total) dalam bentuk yang mudah dicerna (Almatsier,
2010).
Makanan ini cukup mengandung energi, zat besi, vitamin A dan C, tetapi kurang
kalsium dan tiamin. Menurtu beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan
sebagai Diet Hati II Garam Rendah. Bila asites hebat dan dieresis belum baik, diet
mengikuti pola Diet Rendah Garam I (Almatsier, 2010).
Contoh Menu:
Pagi
Bubur manado
Telur ½ masak
Teh manis
Siang
Nasi/tim
Semur bola-bola daging
Souffle tahu saus tomat
Tumis bayam
Selada buah
Malam
Nasi/tim
Lele bakar kecap
Pepes tempe
Sayur lodeh
Pepaya
Pukul 10.00
Ongol-ongol + kelapa muda
Jus apel
Pukul 16.00
Puding karamel
Sirup
3. Diet Hati III
Diet Hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati II atau
kepada pasien hepatitis akut (Hepatitis Infeksiosa/A dan Hepatitis Serum/B) dan
sirosis hati yang nafsu makannya telah baik, telah dapat menerima protein, dan tidak
menunjukkan gejala sirosis hati aktif (Almatsier, 2010).
Menurut kesanggupan pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa.
Makanan ini mengandung cukup energi, protein, lemak, mineral, dan vitamin tapi
tinggi karbohidrat. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan
sebagai Diet Hati III Rendah Garam I (Almatsier, 2010).
3
Contoh Menu:
Pagi
Nasi/tim
Telur ceplok air
Setup buncis
Susu
Siang
Nasi/tim
Ikan bakar + saus tomat
Tumis tahu
Sup bayam
Apel
Malam
Nasi/tim
Empal daging
Oseng-oseng tempe
Sup kacang polong + wortel
Pepaya
Pukul 10.00
Bubur kacang hijau
Teh
Pukul 16.00
Kelepon
Teh
IV. Bahan Makanan bagi Penderita Sirosis Hati
1. Bahan Makanan yang Dianjurkan
Bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita sirosis hati adalah sebagai
berikut.
a. Sumber karbohidrat, seperti nasi, kentang, roti, mie, makaroni, bihun, gula, tepung-
tepungan yang dibuat bubur atau puding.
b. Sayuran yang tidak banyak serat dan tidak menimbulkan gas, seperti bayam, labu
kuning, labu siam, wortel, kacang panjang.
c. Buah-buahan, seperti papaya, pisang, melon, jeruk, semangka (Kemenkes RI,
2011).
2. Bahan Makanan yang Dibatasi
Bahan makanan yang dibatasi untuk penderita sirosis hati adalah sebagai berikut.
a. Sumber protein hewani, seperti daging tidak berlemak, ikan, ayam, hati yang
dipanggang, diungkep, disemur, ditim, telur direbus/didadar.
b. Sumber protein nabati, seperti kacang-kacangan.
c. Minuman, seperti kopi encer, susu skim.
d. Garam dapur, margarine, mentega, minyak goreng, santan encer (Kemenkes RI,
2011).
3. Bahan Makanan yang Dihindari
Bahan makanan yang dihindari untuk penderita sirosis hati adalah sebagai
berikut.
a. Sumber karbohidrat, seperti ketan, ubi, singkong, talas, kue gurih dan cake.
4
b. Sumber protein hewani, seperti daging berlemak, daging asap, sosis, sarden,
daging/ikan yang diawetkan, susu fullcream, susu kental manis dan hasil olahan
keju, es krim.
c. Sayuran yang berserat dan menimbulkan gas, seperti: kol, sawi, lobak, daun
singkong, nangka muda, kembang kol.
d. Buah-buahan yang tinggi serat, tinggi lemak, dan dapat menimbulkan gas, seperti
nangka, nanas, durian, kedondong.
e. Minuman yang mengandung soda dan alkohol, seperti arak, bir, soft drink.
f. Goreng-gorengan, santan kental, kelapa, tape dan bumbu, seperti cabe, cuka, lada,
kecap asin, saus tomat (Kemenkes RI, 2011).
V. Pola Makan dan Pemberian Makan pada Penderita Sirosis Hati
Untuk dapat memenuhi kecukupan zat gizi, faktor-faktor seperti pola dan waktu
makan pasien juga harus diperhatikan. Pemberian makanan 4 – 7 kali porsi kecil
termasuk snack dalam sehari terbukti dapat memperbaiki kadar nitrogen dan
metabolisme zat gizi di dalam tubuh. Pemberian makan secara teratur juga dapat
mengurangi risiko glukoneogenesis. Snack sore yang mengandung 50 gram karbohidrat
menambah oksidasi karbohidrat dan mengurangi laju oksidasi lemak dan protein,
sehingga meningkatkan keseimbangan nitrogen dan mencegah katabolisme otot untuk
digunakan sebagai energi (Jill Johnson, 2013).
Pemberian makanan untuk pasien dengan sirosis hati direkomendasikan dalam
bentuk makanan biasa, suplemen, enteral dan parenteral. Pada umumnya pasien dengan
sirosis hati bisa diberikan makanan dalam bentuk standar formula biasa (Kondrup, 2007).
Pada pasien yang menerima total enteral nutrition, pemberian asupan secara terus
menerus atau continuous feeding sangatlah penting untuk mencegah keadaan puasa dan
katabolisme otot untuk proses glukoneogenesis. Rute nasogastric feeding adalah pilihan
pertama dalam pemberian enteral nutrition, namun apabila terdapat gejala waktu
pengosongan lambung yang lama, seperti lambatnya penyerapan lewat nasogastric tube
dan mual muntah pada pasien, rute nasojejunal feeding dapat diterapkan. Sedangkan,
untuk rute yang tidak dianjurkan adalah percutaneous endoscopic gastrotomy, karena
tingginya risiko asites dan infeksi pada jalur pembedahan karena menumpuknya cairan
(Jill Johnson, 2013).
5
PENUTUP
Kesimpulan
Dari ringkasan pustaka yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa dalam masa
pengobatan, penderita sirosis hati dapat diberikan Diet Hati yang bertujuan untuk mencapai
dan mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati. Dalam pemenuhan
asupan gizi, diperlukan energi yang tinggi; lemak yang cukup; protein agak tinggi; jika ada
anemia, perlu diberikan suplemen vitamin B kompleks, C, dan K serta mineral seng dan zat
besi; natrium rendah; dan bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan cerna pasien.
Terdapat 3 jenis Diet Hati yang dapat diberikan sesuai dengan kondisi pasien, diantaranya
Diet Hati I, Diet Hati II, dan Diet Hati III. Dalam penyusunan diet penderita sirosis hati perlu
memperhatikan bahan makanan yang dianjurkan, dibatasi, dan dihindari. Pola makan yang
dianjurkan untuk penderita sirosis hati adalah 4 – 7 kali porsi kecil setiap harinya. Pemberian
makanan untuk pasien dengan sirosis hati direkomendasikan dalam bentuk makanan biasa,
suplemen, enteral dan parenteral, namun umumnya pasien dengan sirosis hati diberikan
makanan dalam bentuk standar formula biasa. Pada pasien yang menerima total enteral
nutrition, pemberian asupan secara terus menerus atau continuous feeding penting untuk
mencegah keadaan puasa dan katabolisme otot untuk proses glukoneogenesis. Nasogastric
feeding adalah pilihan pertama dalam pemberian enteral nutrition, namun apabila terdapat
gejala waktu pengosongan lambung yang lama, nasojejunal feeding dapat diterapkan.
Sedangkan, percutaneous endoscopic gastrotomy tidak dianjurkan, karena tingginya risiko
asites dan infeksi pada jalur pembedahan karena menumpuknya cairan.
6
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Johnson, Jill. 2013. The Big Story : Nutritional Treatment of Liver Disease. Inggris: Queen
Elizabeth Hospital Birmingham.
Kemenkes RI, 2011. Diet Hati. Jakarta: Direktorat Bina Gizi.
Kendrup, Jens. 2007. Nutritional Support in Chronic Liver Disease. Denmark: University of
Copenhagen.
Krenitsky, Joseph. 2003. Nutrition for Patients with Hepatic Failure. Charlottesville:
University of Virginia.
Sumanto, Agus. 2009. Tetap Langsing dan Sehat dengan Terapi Diet. Jakarta: Agro Media
Pustaka.
7
Recommended