Download doc - Dewan Lbm 5 Sgd 18 Mata

Transcript

TRAUMA DAN KEBUTAANSTEP 1

1. Hifema : Terkumpulnya darah di bilik mata anterior di daerah antara kornea dan iris.STEP 2

1. Mengapa mata kanannya kabur setelah beberapa saat terkena kock dan VOD 3/60 disertai injeksi cilier +?

2. Apa interpretasi dari kornea udem + dan hifema 1/3 inferior ?

3. Mengapa terjadi middilatasi pada mata yang terkena trauma?

4. Bagaimana mekanismenya trauma ini bisa menyebabkan kebutaan ?

5. Pemeriksaan apa saja yang digunakan untuk menegakkan diagnosis ?

6. Apa tujuan dokter menyarankan posisi kepala lebih tinggi dan dikompres air dingin?

7. Apa saja kemungkinan komplikasi yang akan terjadi pada trauma,selain yang ada pada scenario?jelaskan!8. Sebutkan obat-obat anti perdarahan ?

9. Sebutkan dan jelaskan macam-macam trauma ?

10. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus trauma pada mata ?11. DD hifema ?

STEP 3

1. Mengapa mata kanannya kabur setelah beberapa saat terkena kock dan VOD 3/60 disertai injeksi cilier +?

1. Kontusio, yaitu kerusakan disebabkan oleh kontak langsung dengan benda dari luar terhadap bola mata, tanpa menyebabkab robekan pada dinding bola mata

2. Konkusio, yaitu bila kerusakan terjadi secara tidak langsung. Trauma terjadi pada jaringan disekitar mata, kemudian getarannya sampai ke bola mata.

Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti ronggaorbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak, saraf mata dan rongga orbita .Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberi penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan.

Bagian orbita yang merupakan organ visera yang berhadapan langsung dengan dunia luar adalah kornea, sehingga kornea rentan untuk terkena trauma maupun infeksi. Sehingga menimbulkan edema kornea, Edema superfisial dan aberasi kornea dapat hilang dalam beberapa jam. Edemainterstisial adalah edema yang terjadi di substania propria yang membentuk kekeruhan seperticincin dengan batas tegas berdiameter 23 mm. Lipatan membrana Bowman membentukmembran seperti lattice. Membrana descement bila terkena trauma dapat berlipat atau robekdan akan tampak sebagai kekeruhan yang berbentuk benang. Bila endotel robek maka akanterjadi inhibisi humor aquous ke dalam stroma kornea, sehingga kornea menjadi edema. Bilarobekan endotel kornea ini kecil, maka kornea akan jernih kembali dalam beberapa hari tanpaterapi.Deposit pigmen sering terjadi di permukaan posterior kornea, disebabkan oleh adanyasegmen iris yang terlepas ke depan. Laserasi kornea dapat terjadi di setiap lapisan kornea secara terpisah atau bersamaan, tetapi jarang menyebabkan perforasi.Gambaran klinis Edema kornea dapat meberikan keluhan berupa penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat keruhdengan uji plasedo yang positif.

Sumber : Bruce, Chris, dan Anthony. 2006. Lecture Notes : Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta :Penerbit ErlanggaInjeksi silier + : Melebarnya pembuluh darah peri kornea (a. siliar anterior) atau injeksi siliar atau injeksiperikornea terjadi akibat radang kornea, tukang kornea, benda asing pada kornea, radangjaringan uvea, glaucoma, endoftalmitis ataupun panoftalmitisInjeksi siliar ini mempunyai tanda-tanda

Berwarna lebih ungu, dibanding dengan injeksi konjungtival

Pembuluh darah tidak tampak

Tidak ikut serta dengan pergerakan konjungtiva bila digerakkan, karena menempel eratdengan jaringan perikornea.

Kemerahan paling pada disekitar kornea, dan berkurang kea rah forniks

Dengan tetes adrenalin 1:1000 tidak menciut.

Hanya lakrimasi

Terdapat fotofobia

Sakit tekan di sekitar kornea

Pada penyakit tertentu dapat menyebabkan pupil ireguler

Injeksi SiliarMata merah yang disebabkan injeksi siliar atau injeksi konjungtival dapat memberikangejala bersama-sama dengan keluhan tambahan seperti:

Penglihatan menurun

Terdapat atau tidak terdapatnya secret

Terdapat peningkatan tekanan bola mata pada keadaan tertentu,Mata merah dapat dibagi menjadi mata merah dengan visus normal ataupun mata merahdengan visus terganggu akibat keruhnya media penglihatan bersama-sama mata yangmerah.

Mata kabur : adanya penurunan visus bisa disebabkan karena kelainan media refrakta,refraksi anomaly atau kelainan sarafnya,,pada kasus ini kemungkinan ada kelainan pada media refraktanya akibat ada trauma. Dilihat pada traumanya, mengenai pada bagian mana yang terkena pada media refraktanya bisa terkena pada korneanya, pergeseran pada lensa atau terkena bisa sampai ke retina.

VOD 3/60 : bisa di periksa dengan hitung jari. Bisa karena udem kornea, hifema,lensa terjadi perubahan posisi, kerusakan pada retina.

Injeksi cilier : ada 2 penyebabnya bisa karena ada kongesti atau alirannya yang berlebih, pada kasus ini kemungkinan adanya peningkatan alirannya.

Luas cedera dipengaruhi oleh tiga hal : ukuran benda,kecepatan, dan komposisi bendanya.

Biomekanisme traumanya bagaimana ?

Bagaimana mekanisme reflek pd mata ?apakah reflek itu bisa di ajarkan ?Tingkat kewaspadaan tiap orang berbeda-beda sehingga berpengaruh juga pada refleknya.

Apa saja pelindung pada mata dari trauma ? Tulang orbita,

2. Apa interpretasi dari kornea udem + dan hifema 1/3 inferior ?

Edema superfisial dan aberasi kornea dapat hilang dalam beberapa jam. Edemainterstisial adalah edema yang terjadi disubstania propria yang membentuk kekeruhan seperticincin dengan batas tegas berdiameter 23 mm. Lipatan membrana Bowman membentukmembran seperti lattice. Membrana descement bila terkena trauma dapat berlipatatau robekdan akan tampak sebagai kekeruhan yang berbentuk benang. Bila endotel robek maka akanterjadi inhibisi humoraquous ke dalam stroma kornea, sehingga kornea menjadi edema. Bilarobekan endotel kornea ini kecil, maka kornea akan jernihkembali dalam beberapa hari tanpaterapi.Deposit pigmen sering terjadi dipermukaan posterior kornea, disebabkan oleh adanyasegmen iris yang terlepas ke depan. Laserasi kornea dapat terjadidi setiap lapisan korneasecara terpisah atau bersamaan, tetapijarang menyebabkan perforasi.GambaranklinisEdema kornea dapat meberikan keluhan berupa penglihatan kabur dan terlihatnyapelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat keruhdengan uji plasedo yang positif

1. Gejala Edema korneaa. Edema tinggi- silau saat melihat lampu- kurang nyaman saat memakai lensa kontak- visus atau kemampuan melihat menurun- terasa ada kabut dan ada sumber pelangi saat melihat cahayab. Edema ringan- tidak ada keluhan2. Tanda edema korneaa. edema ringan : ada streak atau garis bila diperiksa pada slitlampb. edema tinggi : ada folds atau lekukan pada kornea jika dilihat menggunakan slitlampc. edema sangat tinggi : kejernihan kornea akan menghilang

Trauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada pembuluhdarah iris, akar iris dan badan silier sehingga mengakibatkan perdarahan dalam bilik matadepan. Iris bagian perifer merupakan bagian paling lemah. Suatutrauma yang mengenai mataakan menimbulkan kekuatan hidralis yang dapat menyebabkan hifema dan iridodialisis, sertamerobek lapisan otot spingter sehingga pupil menjadi ovoid dan non reaktif. Tenaga yangtimbul dari suatu trauma diperkirakan akan terus ke dalam isi bola mata melalui sumbuanterior posterior sehingga menyebabkan kompresi ke posterior serta menegangkan bolamata ke lateral sesuai dengan garis ekuator. Hifema yang terjadi dalam beberapa hari akanberhenti, oleh karena adanya proses homeostatis. Darah dalam bilik mata depan akan diserapsehingga akan menjadi jernih kembali

Trauma tumpul yang mengenai mata berupa benturan atau pukulan dan lain sebagainya, dapat menyebabkan kompresi bola mata, disertai pereganganlimbus, dan perubahan posisi dariirisatau lensa Hal ini dapat meningkatkan tekanan intraokuler secara akut dan berhubungan dengan kerusakan jaringan pada sudut mata.

Perdarahan biasanya terjadi karena adanya robekan pembuluh darah,antara lainarteri-arteriutama dan cabang-cabang dari badan siliar, arterikoroidalis, danvena-venabadan siliar sehingga mengakibatkan perdarahan dalam bilik mata depan

Sedangkan pada neovaskularisasi pada bekas luka operasi atau pada robeosis iridis, ruptura bisa terjadi secara spontan karena rapuhnya dinding pembuluh darah.

Darah ini dapat bergerak dalam ruangCOA, mengotori permukaan dalam kornea

Perdarahan pada bilik mata depan (COA) mengakibatkan teraktivasinya mekanisme hemostasis danfibrinolisis. Peningkatan tekanan intraokular, spasme pembuluh darah, dan pembentukan fibrin merupakanmekanisme pembekuan darahyang akan menghentikan perdarahan.

Bekuan darah ini dapat meluas dari bilik mata depan ke bilik mata belakang. Bekuan darah ini biasanya berlangsung hingga 4-7 hari. Setelah itu,fibrinolisisakan terjadi. Setelah terjadi bekuan darah pada bilik mata depan, maka plasminogen akan diubah menjadi plasmin oleh aktivator kaskade koagulasi. Plasmin akan memecah fibrin, sehingga bekuan darah yang sudah terjadi mengalami disolusi

Produk hasil degradasi bekuan darah, bersama dengan sel darah merah dan debris peradangan, keluar dari bilik mata depan menuju jalinan trabekular dan aliran uveaskleral

Perdarahan dapat terjadi segera sesudah trauma yang disebut perdarahan primer. Perdarahan primer dapat sedikit dapat pula banyak. Perdarahan sekunder biasanya timbul pada hari ke 5 setelah trauma. Perdarahannya biasanya lebih hebat daripada yang primer. Oleh karena itu seseorang dengan hifema harus dirawat sedikitnya 5 hari. Dikatakan perdarahan sekunder ini terjadi karena resorpsi dari bekuan darah terjadi terlalu cepat sehingga pembuluh darah tak mendapat waktu yang cukup untuk regenerasi kembali.

Darah dalambilik mata depanakan diserap sehingga akan menjadi jernih kembali. Darah pada hifema dikeluarkan dari bilik mata depan dalam bentuk sel darah merah melalui kanalis Schlemm dan permukaan depaniris. Penyerapan melaui permukaan depan iris ini dipercepat dengan adanya kegiatan enzim fibrinolitik yang berlebihan di daerah ini.

Sebagian hifema dikeluarkan dalam bentuk hemosiderin. Bila terdapat penumpukkan hemosiderin padaCOA, hemosiderin dapat masuk ke lapisankornea, menyebabkan kornea menjadi berwarna kuning, dan disebut hemosiderosis atau imbibisi kornea. Imbibisi kornea dapat dipercepat terjadinya, disebabkan oleh hifema yang penuh disertai glaukoma, dimana glukoma ini terjadi karena adanya darah dalam COA dapat menghambat aliran cairan bilik mata oleh karena unsur-unsur darah menutupi COA dantrabekula, sehingga terjadi glaukoma sekunder, glukoma ini bisa juga menyebabkan rasa sakit pada mata.

Darah pada hifema bisa berasal dari badan siliar, yang mungkin dapat masuk ke dalam badan kaca (corpus vitreum). Sehingga pada punduskopi gambaran pundus tidak tampak, dan ketajaman penglihatan menurunnya lebih banyak. Bila hifema sedikit, ketajaman penglihatan mungkin masih baik dan tekanan intraokular masih normal. Sedangkan perdarahan yang mengisi setengah COA dapat menyebabkan gangguan visus dan kenaikan tekananintraocular Zat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan sederosis bulbi yang bila didiamkan akan dapat menimbulkan ptisis bulbi dan kebutaan.

Hifema dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar (corpus ciliaris ).Pasien akan mengeluh sakit, disertai epifora dan blefarospasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis

Resesi sudut mata dapat ditemukan setelah trauma tumpul mata. Hal ini menunjukkan terpisahnya serat longitudinal dan sirkular dari otot siliar. Resesi sudut mata dapat terjadi pada 85 % pasien hifema dan berkaitan dengan timbulnya glaukoma sekunder di kemudian hari.

Iritis traumatik, dengan sel-sel radang pada bilik mata depan, dapat ditemukan pada pasien hifema. Pada keadaan ini, terjadi perubahan pigmen iris walaupun darah sudah dikeluarkan

Perubahan pada kornea dapat dijumpai mulai dari abrasiendotel korneahingga ruptur limbus. Kelainan pupil seperti miosis dan midriasis dapat ditemukan pada10 % kasus. Tanda lain yang dapat ditemukan adalah siklodialisis, iridodialisis, robekan pupil, subluksasi lensa, dan rupturzonula zinn.

Kelainan pada segmen posterior dapat meliputi perdarahanvitreus, jejas retina (edema, perdarahan, dan robekan), dan rupturkoroid. Atrofi papil dapat terjadi akibat peninggian tekanan intraokular

Klasifikasi hifema Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi menjadi: Hifema traumatika adalah perdarahan pada bilik mata depan yang disebabkan pecahnya pembuluh darah iris dan badan silier akibat trauma pada segmen anterior bola mata.

Hifema akibat tindakan medis (misalnya kesalahan prosedur operasi mata).

Hifema akibat inflamasi yang parah pada iris dan badan silier,sehingga pembuluh darah pecah.

Hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah (contohnya juvenile xanthogranuloma).

Hifema akibat neoplasma (contohnya retinoblastoma).

Berdasarkan waktu terjadinya, hifema dibagi atas 2 yaitu: Hifema primer, timbul segera setelah trauma hingga hari ke 2.

Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma

Berdasarkan tampilan klinisnya dibagi menjadi beberapa grade (Sheppard) Grade pada hifema ini ditentukan oleh banyaknya perdarahan dalam bilik mata depan bola mata, yaitu:

Tingkat 1: kurang dari volume bilik mata depan yang terlihat.

Tingkat 2: sampai dari volume bilik mata depan yang terlihat

Tingkat 3: sampai dari volume bilik mata depan yang terlihat

Tingkat 4: pengisian sempurna dari bilik mata depan yang terlihat. (Eight ball hifema)

Gejala klinik hifema Pasien akan mengeluh nyeri pada mata disertai dengan epifora(pengaliran air mata yang berlebihan ke pipi) dan blefarospasme (kelopak mata berkedip tidak terkendali).

Penglihatanpasien kabur dan akan sangat menurun, ini karena darah menggangu media refraksi yang sangat berperan pada proses penglihatan.

Terdapat penumpukan darah yang terlihat dengan mata telanjang bila jumlahnya cukup banyak.

Bila pasien duduk, hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan.

Selain itu, dapat terjadi peningkatan tekanan intraocular, sebuah keadaan yang harus diperhatikan untuk menghindari terjadinya glaucoma.

Glukoma ini terjadi karena adanya darah dalam COA dapat menghambat aliran cairan bilik mata oleh karena unsur-unsur darah menutupi COA dan trabekula, sehingga terjadi glaukoma sekunder, glukoma ini bisa juga menyebabkan rasa sakit pada mata.

Pada hifema karena trauma, jika ditemukan penurunan tajam penglihatan segera maka harus dipikirkan kerusakan seperti luksasi lensa (Putusnya penggantung lensa menyebabkan lensa masuk kedalam badan kaca atau vitreus), ablasio retina (kelainan retina dimana lapisan kerucut dan batang terpisah dari lapisan sel epitel pigmen), oedem macula (pembengkakan pada makula, daerah dekat pusat retina mata).

Selain itu akibat darah yang lama berada di kamera anterior akan mengakibatkan pewarnaan darah pada dinding kornea dan kerusakan jaringan kornea.

Kadang-kadang terlihat iridoplegia (kelumpuhan sphincter dari iris sehingga pupil menjadi lebar/ midriasis) dan iridodialisis (keadaan dimana iris terlepas dari pangkalnya sehingga bentuk pupil tidak bulat dan pada pangkal iris terdapat lubang)

Terdapat pula tanda dan gejala yang relative jarang: penglihatan ganda, edema palpebra, midriasis (dilatasi atau pelebaran pupil berlebihan), anisokor pupil (perbedaan diameter pupil kanan dan kiri) dan sukar melihat dekat.

Penatalaksanaan efisema Biasanya hifema akan hilang sempurna. Bila perjalanan penyakit tidak berjalan demikian maka sebaiknya penderita dirujuk. Walaupun perawatan penderita hifema traumatik ini masih banyak diperdebatkan, namun pada dasarnya adalah :

Menghentikan perdarahan.

Menghindarkan timbulnya perdarahan sekunder.

Mengeliminasi darah dari bilik depan bola mata dengan mempercepat absorbsi.

Mengontrol glaukoma sekunder dengan mengendalikan tekanan bola mata dan menghindari komplikasi yang lain.

Berusaha mengobati kelainan yang menyertainya.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka cara pengobatan penderita dengan traumatik hifema pada prinsipnya dibagi dalam 2 golongan besar yaitu perawatan dengan cara konservatif/tanpa operasi, dan perawatan yang disertai dengan tindakan operasi

Pada saat trauma terjadi pada mata

Jangan menyentuh, menggosok atau menekan mata, apalagi dengan tangan yang kotor, karena akan menyebabkan infeksi

Jangan menghilangkan kotoran yang ada dimata akibat trauma yang terjadi pada mata namun jika kotoran di mata ingin dihilangkan maka angkat bagian atas kelopak mata atas bulu mata bawah tutup, kemudian kedip beberapa kali sehingga memungkinkan air mata untuk membersihkan atau menghilangkan partikel yang ada pada mata tersebut atau dapat pula di bilas dengan air. Jika kotoran tersebut tetap ada, maka usahakan mata tetap dalam kondisi tertutup dan segeralah kedokter mata dan dapatkan bantuan medis

Jangan oleskan salep atau obat untuk mata ataupun hindari pemberian aspirin, ibuprofen atau non-steroid, obat anti-inflamasi karena obat-obat ini mengencerkan darah dan mungkin meningkatkan perdarahan tanpa saran dari dokter

Jika trauma pada mata akibat pukulan, maka letakan kompres dingin kecil untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan

Menemui dokter sesegera mungkin, sebaiknya dokter mata

Penanganan tenaga medis

Konservatif Tirah baring (bed rest total Penderita ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepala diangkat (diberi alas bantal) dengan elevasi kepala 30 - 45 (posisi semi fowler). Hal ini akan mengurangi tekanan darah pada pembuluh darah iris serta memudahkan kita mengevaluasi jumlah perdarahannya.

Ada banyak pendapat dari banyak ahli mengenai tirah baring sempurna ini sebagai tindakan pertama yang harus dikerjakan bila menemui kasus traumatik hifema. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan tirah baring kesempurnaan absorbsi dari hifema dipercepat dan sangat mengurangi timbulnya komplikasi perdarahan sekunder.

Istirahat total ini harus dipertahankan minimal 5 hari mengingat kemungkinan perdarahan sekunder. Hal ini sering sukar dilakukan, terlebih-lebih pada anak-anak.

Bebat mata Mengenai pemakaian bebat mata, masih belum ada persesuaian pendapat di antara para sarjana. Edward-Layden lebih condong untuk menggunakan bebat mata pada mata yang terkena trauma saja, untuk mengurangi pergerakan bola mata yang sakit. Bila mungkin kedua mata ditutup untuk memberika istirahat pada mata.

Selanjutnya dikatakan bahwa pemakaian bebat pada kedua mata akan menyebabkan penderita gelisah, cemas dan merasa tidak enak, dengan akibat penderita (matanya) tidak istirahat.

Akhirnya Rakusinmengatakan dalam pengamatannya tidak ditemukan adanya pengaruh yang menonjol dari pemakaian bebat atau tidak terhadap absorbsi, timbulnya komplikasi maupun prognosis dari tajamnya penglihatannya.

Pemakaian obat-obatan Pemberian obat-obatan pada penderita dengan traumatic hyphaema tidaklah mutlak, tapi cukup berguna untuk menghentikan perdarahan, mempercepat absorbsinya dan menekan komplikasi yang timbul.

Untuk maksud di atas digunakan obat-obatan seperti:

Koagulansia Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun parenteraI, berguna untuk menekan atau menghentikan perdarahan,

Misalnya : Anaroxil, Adona AC,Coagulen, Transamin, vitamin K, dan vitamin C.

Pada hifema yang baru dan terisi darah segar diberi obat anti fibrinolitik yaitu transamine/ transamic acid sehingga bekuan darah tidak terlalu cepat diserap dan pembuluh darah diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dahulu sampai sembuh. Dengan demikian diharapkan terjadinya perdarahan sekunder dapat dihindarkan.

Pemberiannya 4 kali 250mg dan hanya kira-kira 5 hari jangan melewati satu minggu oleh karena dapat timbulkan gangguan transportasi cairan COA dan terjadinya glaukoma juga imbibisio kornea.

Selama pemberiannya jangan lupa pengukuran tekanan intraokular.

Midriatika Miotika Masih banyak perdebatan mengenai penggunaan obat-obat golongan midriatika atau miotika, karena masing-masing obat mempunyai keuntungan dan kerugian sendiri-sendiri. Miotika memang akan mempercepat absorbsi,tapi meningkatkan kongesti dan midriatika akan mengistirahatkan perdarahan.

Pemberian midriatika dianjurkan bila didapatkan komplikasi iridiocyclitis.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemberian midriatika dan miotika bersama-sama dengan interval 30 menit sebanyak dua kali sehari akan mengurangi perdarahan sekunder dibanding pemakaian salah satu obat saja.

Ocular Hypotensive Drug Semua ahli menganjurkan pemberian acetazolamide (Diamox) secara oral sebanyak 3x sehari bilamana ditemukan adanya kenaikan tekanan intraokuler.

Pada hifema yang penuh dengan kenaikan tekanan intra okular, berilah diamox, glyserin, nilai selama 24 jam.

Bila tekanan intra okular tetap tinggi atau turun, tetapi tetap diatas normal, lakukan parasentesa yaitu pengeluaran drah melalui sayatan di kornea

Bila tekanan intra okular turun sampai normal, diamox terus diberikan dan dievaluasi setiap hari.

Bila tetap normal tekanan intra okularnya dan darahnya masih ada sampai hari ke 5-9 lakukan juga parasentesa.

Kortikosteroid dan Antibiotika Pemberian hidrokortison 0,5% secara topikal akan mengurangi komplikasi iritis dan perdarahan sekunder dibanding dengan antibiotik.

Obat-obat lain Sedatif diberikan bilamana penderita gelisah. Bila ditemukan rasa sakit diberikan analgetik atau asetozalamid bila sakit pada kepala akibat tekanan bola mata naik

Analgetik diberikan untuk mengatasi nyeri seperti asetaminofen dengan atau tanpa kodein.

Perawatan Operasi Perawatan cara ini akan dikerjakan bilamana ditemukan glaukoma sekunder, tanda imbibisi kornea atau hemosiderosis cornea. Dan tidak ada pengurangan dari tingginya hifema dengan perawatan non-operasi selama 3 - 5hari.

Untuk mencegah atrofi papil saraf optik dilakukan pembedahan bila tekanan bola mata maksimal lebih dari 50 mmHg selama 5 hari atau tekanan bola mata maksimal lebih dari 35 mmHg selama 7 hari.

Untuk mencegah imbibisi kornea dilakukan pembedahan bila tekanan bola mata rata-rata lebih dari 25 mmHg selama 6 hari atau bila ditemukan tanda-tanda imbibisi kornea.

Tindakan operatif dilakukan untuk mencegah terjadinya sinekia anterior perifer bila hifema total bertahan selama 5 hari atau hifema difus bertahan selama 9 hari.

Untuk cegah timbulnya hemosiderosis kornea dan tidak ada pengurangan dari tingginya hifema dengan perawatan non operasi selam 3-5 hari.Atas dasar di atas Darr menentukan cara pengobatan traumatic hyphaema, sedang Rakusinmenganjurkan tindakan operasi setelah hari kedua bila ditemukan hyphaema dengan tinggi perdarahannya bilik depan bola mata.

Intervensi bedah biasanya diindikasikan pada atau setelah 4 hari. Dari keseluruhan indikasinya adalah sebagai berikut :

Empat hari setelah onset hifema total

Microscopic corneal bloodstaining (setiap waktu)

Total dengan dengan Tekanan Intra Okular 50 mmHg atau lebih selama 4hari (untuk mencegah atrofi optic)

Hifema total atau hifema yang mengisi lebih dari COA selama 6 hari dengan tekanan 25 mmHg (untuk mencegah corneal blood staining)

Hifema mengisi lebih dari COA yang menetap lebih dari 8-9 hari (untuk mencegah peripheral anterior synechiae)

Pada pasien dengan sickle cell disease dengan hifema berapapun ukurannya dengan tekanan Intra ocular lebih dari 35 mmHg lebih dari 24 jam. Jika Tekanan Inta Ocular menetap tinggi 50 mmHg atau lebih selama 4 hari, pembedahan tidak boleh ditunda. Suatu studi mencatat atrofi optic pada 50 persen pasien dengan total hifema ketika pembedahan terlambat. Corneal blood staining terjadi pada 43% pasien. Pasien dengan sickle cell hemoglobinopathi diperlukan operasi jika tekanan intra ocular tidak terkontrol dalam 24 jam

Tindakan operasi yang dikerjakan adalah :

Parasentesis ocular Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkancairan/darah dari bilik depan bola mata dengan teknik sebagai berikut : dibuat insisi kornea 2 mm dari limbus ke arah kornea yang sejajar dengan permukaan iris. Biasanya bila dilakukan penekanan pada bibir luka maka koagulum dari bilik mata depan akan keluar. Bila darah tidak keluar seluruhnya maka bilik mata depan dibilas dengan garam fisiologis. Biasanya luka insisi kornea pada parasentesis tidak perlu dijahit. Parasentese dilakukan bila TIO tidak turun dengan diamox atau jika darah masih tetap terdapat dalam COA pada hari 5-9.

melakukan irigasi di bilik depan bola mata dengan larutan fisiologik.

Dengan cara seperti melakukan ekstraksi katarak dengan membuka kornea scleranya sebesar 120 derajat

Komplikasi hifema Komplikasi yang paling sering ditemukan pada traumatik hifema adalah perdarahan sekunder, glaukoma sekunder dan hemosiderosis di samping komplikasi dari traumanya sendiri berupa dislokasi dari lensa, ablatio retina,katarak dan iridodialysis. Besarnya komplikasi juga sangat tergantung pada tingginya hifema.

Berikut in komplikasi yang ada dari Hifema

Perdarahan sekunder

Komplikasi ini sering terjadi pada hari ke 3 sampai ke 6, sedangkan insidensinya sangat bervariasi, antara 10 - 40%. Perdarahan sekunder ini timbul karena iritasi pada iris akibat traumanya, atau merupakan lanjutan dari perdarahan primernya.

Perdarahan sekunder biasanya lebih hebat daripada yang primer. Terjadi pada 1/3 pasien, biasanya antara 2-5 hari setelah trauma inisial dan selalu bervariasi sebelum 7 hari post-trauma.

Glaukoma sekunder

Timbulnya glaukoma sekunder pada hifema traumatik disebabkan oleh tersumbatnya trabecular meshwork oleh butir-butir/gumpalan darah.

Adanya darah dalam COA dapat menghambat aliran cairan bilik mata oleh karena unsur-unsur darah menutupi sudut COA dan trabekula sehingga terjadinya glaukoma.

Glaukoma sekunder dapat pula terjadi akibat kontusi badan siliar berakibat suatu reses sudut bilik mata sehingga terjadi gangguan pengaliran cairan mata

Hemosiderosis kornea

Pada penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari COA dalam bentuk sel darah merah melalui sudut COA menuju kanal Schlemm sedangkan sisanya akan diabsorbsi melalui permukaan iris. Penyerapan pada iris dipercepat dengan adanya enzim fibrinolitik di daerah ini. Sebagian hifema dikeluarkan setelah terurai dalam bentuk hemosiderin.

Bila terdapat penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk ke dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi bewarna kuning dan disebut hemosiderosis atau imbibisio kornea, yang hanya dapat ditolong dengan keratoplasti.

Imbibisio kornea dapat dipercepat terjadinya oleh hifema yang penuh disertai glaukoma. Hemosiderosis ini akan timbul bila ada perdarahan/perdarahan sekunder disertai kenaikan tekanan intraokuler.

Gangguan visus karena hemosiderosis tidak selalu permanen, tetapi kadang-kadang dapat kembali jernih dalam waktu yang lama (2 tahun).Insidensinya 10%.3

Zat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan akan dapat menimbulkan ftisis bulbi dan kebutaan

Sinekia Posterior

Sinekia posterior bisa timbul pada pasien traumatik hifema. Komplikasi ini akibat dari iritis atau iridocyclitis. Komplikasi ini jarang pada pasien yang mendapat terapi medikamentosa dan lebih sering terjadi pada pada pasien dengan evakuasi bedah pada hifema.

Atrofi optik

Atrofi optik disebabkan oleh peningkatan tekanan intra okular.

Uveitis

Penyulit yang harus diperhatikan adalah glaukoma, imbibisio kornea, uveitis. Selain dari iris, darah pada hifema juga datang dari badan siliar yang mungkin juga masuk ke dalam badan kaca(corpus vitreum)sehingga pada funduskopi gambaran fundus tak tampak dan ketajaman penglihatan menurunnya lebih banyak.

Hifema dapat sedikit, dapat pula banyak. Bila sedikit ketajaman penglihatan mungkin masih baik dan tekanan intraokular masih normal. Perdarahan yang mengisi setengah COA dapat menyebabkan gangguan visus dan kenaikan tekanan intra okular sehingga mata terasa sakit oleh karena glaukoma.

Jika hifemanya mengisi seluruh COA, rasa sakit bertambah karena tekanan intraokular lebih meninggi dan penglihatan lebih menurun lagi.

Kornea udem bisa disebabkan karena trauma, peningkatan TIO, tanda dari kornea udem ditandai dengan adanya pelebaran pembuluh darah hal ini bisa karena ada injeksi ciliernya.

Hifema : adanya perdarahan di dalam bola mata, bisa di daerah iris dan badan siliernya sehingga menyebabkan darah terkumpul di COA. Jika ada perdarahan di iris maka akan mengganggu fungsi dari iris sehingga pupil terganggu dan tampak melebar. Pada hifema jika mata akomodasi akan tersa sakit karena irisnya akan berkontraksi.Pada hifema bisa terjadi iridoplegia(kelumpuhan pada sfingternya) dan iridodialisis(jika ada robekan pada iris maka akan mengenai bagian muskulusnya, sehingga bisa mempengaruhi pupilnya.

Pada kasus ini apakah pecahnya arteri ciliaris dapat menyebabkan kematian ?Pada injeksi ciliaris, terjadinya pada vena atau arteri ?Mana yang lebih berpengaruh pada hifema, pembuluh darah mana yang pecah ?3. Mengapa terjadi middilatasi pada mata yang terkena trauma?

Ukuran pupil tergantung beberapa faktor antara lain umur, tingkat kesadaran, kuatnya penyinaran, dan tingkat akomodasi. Perubahan diameter pupil dipengaruhi oleh aktifitas jaras eferen serabut simpatis dan parasimpatis.Fungsi saraf simpatik adalah dilatasi pupil dengan efek yang kurang bermakna pada otot siliaris sedangkan fungsi saraf parasimpatik untuk miosis pupil dengan efek terhadap kontraksi M.siliaris serta efek akomodasi. Jadi diameter pupil ditentukan oleh aksi antagonistik antara M.sfingter pupiliae dan M.dilator pupiliae. Otot kedua ini peranannya kecil.

Apabila terjadi gangguan pada iris akibat taruma atau peradangan, maka akan mengganggu dari fungsi otot otot yang ada disitu.

Sumber : Ilmu penyakit mata, sidharta ilyasJika ada perdarahan di iris maka akan mengganggu fungsi dari iris sehingga pupil terganggu dan tampak melebar.

Perbedaan middilatasi dan dilatasi ? dilihat dari pemeriksaan awalnya dan dibandingkan.

Pada kasus apa saja yang dapat menyebabkan pupil middilatasi ?

Kemungkinan ada kelainan pada bagian muskulusnya misalkan pada peradangan di iris. Atau kelainan pada sarafnya. Bisa atau tidak nervus cranialis mengalami neuropati ?4. Bagaimana mekanismenya trauma ini bisa menyebabkan kebutaan ?

Dampak trauma tumpul dapat menyebabkan pembengkakan pusat penglihatan. Makula retina terjadi pembengakakan. Pada pemeriksaan dengan alat funduskopi tampak kebiruan : Berlins oedem.

Penderta mengeluh hilangnya lapang pandang di bagian tengah. Penderita bila melihat muka orang pada jarak dekat, sekeliling hidung tidak tampak. Semakin luas pembengkakan penderita makin luas daerah tengah yang tidak tampak.Pengelolaan yang terlambat atau tidak baik kelainan tersebut akan menetap.

5.Akibat yang paling jelek dari trauma tumpul, bila terjadi ablasio retina.Lapisan syaraf, retina mengelupas. Lepas. Penderita akan mengeluh penglihatan hanya serparuh. Bagian atas atau bawah saja. Atau sama sekali buta total. Ini tergantung luasnya retina yang lepas.

etiologi dari kebutaan?a. Kongenital

Pendarahan retina pada waktu lahir(pada bayi yang lahir sulit mis.vacum,tang forceps( menekan kepala(perdarahan otak( perdarahn mata

Refraksi anomali dioptri meningkat pada 1 mata

Katarak kongenital karena cahaya tidak masuk ke macula lutea (amblyopia(kalau sudah terjadi nistagmus ( diperbaiki pun percuma

Strabismus, kalau juling lama-lama terjadi strabismus amblyopia

Nistagmus ( retina tidak bisa berfungsi dengan baik (amblyopia nistagmus

b. Obat / bahan kimia

Obat malaria (Quinine bisa menyebabkan visus 0

Methyl alkohol ( visus turun drastis

Ethambutol (obat anti TB)

c. Kebutaan simulasi ( kebutaan semu umumnya pada remaja putri yang minta perhatian

d. Penyakit sistemik : meningitis, ensefalitis,hipertensi,DM,tumor intra cranial

e. Penyakit mata : trachoma,trauma fisis,chemis,tajam,catarak,glaukoma

klasifikasi kebutaan menurut WHO?

Buta menurut WHO:

kategori 1 : rabun atau penglihatan