Transcript
Page 1: Data Pengukuran dan Pemetaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengukuran dan Pemetaan merupakan sebuah bagian dari ilmu geodesi

rendah yang mempelajari tentang pengukuran-pengukuran pada sebagian

permukaan bumi guna pembuatan peta serta pemasangan kembali titik-titik di

lapangan. Pada suatu pengukuran tertentu, terkadang memerlukan waktu yang

cukup lama bahkan hingga berhari-hari, sehingga perlu dibagi menjadi beberapa

tahap, yaitu:

Satu Slag : Pekerjaan yang diselesaikan dalam sekal instrument berdiri.

Satu Seksi : Pekerjaan yang diselesaikan dalam sekali pengukuran.

Satu Trayek : Pekerjaan yang diselesaikan antara 2 BM (Bench Mark : titik

ikat tinggi).

Dalam Pengukuran dan Pemetaan, terdapat beberapa metode atau cara

dalam menentukan beda tinggi salah satunya adalah waterpassing. Waterpassing

adalah suatu cara pengukuran tinggi, di mana selisih-selisih tinggi antara titik-titik

yang berdekatan ditentukan dengan garis-garis vizier horizontal yang ditujukan ke

rambu-rambu yang vertikal.

Peranan Pengukuran dan Pemetaan :

a. Penentuan jalan-jalan pada skala yang telah ditentukan.

b. Memperhitungkan dan memperhatikan penggalian dan penimbunan tanah

dengan hasil dari perhitungan profil memanjang dan melintang. Hal itu sudah

jelas bahwa hasil pengukuran tersebut dapat untuk memperkirakan dan

menghitung penggalian tanah maupun penimbunan tanah.

Page 2: Data Pengukuran dan Pemetaan

2

c. Batas daerah lapangan yang digunakan untuk jalan, yaitu batas jalan dapat

ditentukan dari perhitungan dan gambar yang telah dikerjakan. Sehingga batas

pada jalan dapat ditentukan.

Pada praktikum tahap kedua alat ukur yang pergunakan adalah Theodolit.

Alat ini mempunyai tipe yang banyak sekali. Hal ini disesuaikan dengan keadaan

lingkungan, maksud dan tujuan pengukuran, dan lain-lain. Tetapi pada prinsipnya,

penggunaannya hampir sama. Pada saat praktikum, selain menggunakan theodolit,

kita juga menggunakan alat bantu yang lain, seperti rambu, meteran, unting-unting,

kompas, patok dan sebagainya. Namun kita juga mengenal istilah-istilah seperti

kontur, titik azimuth, garis vizier, poligon, koordinat kutub, koordinat orthogonal

dan lain-lain. Praktikum ini bertujuan untuk membuat peta situasi dari suatu

daerah dengan skala dan interval kontur tertentu. Yang pada akhirnya peta

tersebut dapat dijadikan data, contoh, pedoman untuk pekerjaan permukaan tanah.

Alat ukur yang kita pergunakan dalam praktikum tahap ketiga adalah

Theodolit. Alat ini mempunyai tipe yang banyak sekali. Hal ini disesuaikan

dengan keadaan lingkungan, maksud dan tujuan pengukuran, dan lain-lain. Tetapi

pada prinsipnya, penggunaannya hampir sama. Pada saat praktikum, selain

menggunakan theodolit, kita juga menggunakan alat bantu yang lain, bouwplank,

meteran, benang nilon, paku, patok dan palu. Praktikum ini bertujuan untuk

mempermudah titik-titik ukuran suatu bangunan, serta mempermudah garis-garis

pondasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah tujuan dari waterpassing profil memanjang dan melintang?

2. Mengapa nivo kotak dan nivo tabung harus berada di tengah-

tengah atau vertikal ?

3. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat menyebabkan kesalahan

dalam pengamatan ?

Page 3: Data Pengukuran dan Pemetaan

3

4. Mengapa statif harus berdiri tegak?

5. Apakah syarat-syarat pemasangan sebuah theodolit?

6. Apa arti dari peta situasi dan kontur ?

7. Apa kegunaan theodolit ?

8. Apa yang dimaksud uizet dan bouwplank ?

9. Apa saja kegunaan uizet dan bouwplank?

10. Apa yang diperlukan terlebih dahulu dalam pengerjaan penggunaan

bouwplank ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendapatkan jarak dan beda tinggi antara dua titik atau lebih

di lapangan

2. Pembuatan peta situasi dari dari suatu daerah dengan skala dan

interval kontur tertentu.

3. Mencari bentuk permukaan tanah sesuai dengan ketinggian dan

bentuk permukaan areal.

4. Mampu memahami, menjelaskan, dan menggambarkan kerangka

peta polygon tertutup, detail atau objek di lapangan beserta

konturnya.

5. Mengetahui, memahami serta mampu menerapkan proses

pengukuran alat ukur theodolit.

6. Mampu menerapkan penggunaan bouwplank agar mempermudah

pekerjaan suatu bangunan

7. Mengetahui, memahami serta mampu menerapkan proses

penggunaan alat ukur theodolite

1.4. Landasan Teori

Pada tahap I terdapat dua jenis pengukuran, yaitu waterpassing profil

memanjang dan melintang. Cara mencari benang tengah tersebut Yaitu dengan

Page 4: Data Pengukuran dan Pemetaan

4

mencari benang atas, kemudian ditambah hasil dari benang bawah dibagi dua.

Cara menentukan beda tinggi atau biasa disebut “h” pada pengukuran tanah,

pertama-tama benang tengah di rambu A dikurangi dengan benang tengah di

rambu B. Cara menentukan jarak pada praktikum tahan I yaitu Dengan mencari

benang atas dan benang bawah. Setelah didapatkan, kemudian benang atas

dikurangi dengan benang bawah, kemudian hasilnya dikalikan dengan A yang

konstanta dengan besarnya 100.

Cara mencari bacaan benang tengah pada praktikum tahap II adalah

dengan mencari rata-rata bacaan benang atas dan benang bawah. Cara mencari

jarak antara dua titik adalah dengan mencari selisih antara benang atas dengan

benang bawah, kemudian dikalikan dengan konstanta, kemudian hasil yang ada

dikalikan dengan hasil cos kuadrat dari 90 – heling. Cara mencari beda tinggi

antara dua titik adalah dengan mengalikan jarak dengan tangen ( 90 – heling ),

kemudian hasil yang telah diperoleh ditambah dengan tinggi instrument dikurangi

bacaan benang tengah.

1. Mencari Koordinat X belum terkoreksi dengan rumus: D(jarak) dikali sin

.

2. Koreksi koordinat X dengan rumus : D(Jarak) di kali ( - f(x) ) di bagi

D .

3. Koordinat X terkoreksi di hitung dengan rumus X n-1 + D sin + ∆ X.

4. Mencari Koordinat Y belum terkoreksi dengan rumus D(jarak) dikali sin .

5. Koreksi koordinat Y dengan rumus D(Jarak) di kali ( - f(y) ) di bagi

D .

6. Koordinat Y terkoreksi di hitung dengan rumus Y n-1 + D sin + ∆ Y.

Mencari Koordinat Z belum terkoreksi dengan rumus D(jarak) dikali sin .

7. Koreksi koordinat Z dengan rumus D(Jarak) di kali ( - f(Z) ) di bagi

D .

8. Koordinat Z terkoreksi di hitung dengan rumus Zn-1 + D sin + ∆ Z.

Page 5: Data Pengukuran dan Pemetaan

5

Bouwplank adalah sebuah benda kerja yang terdiri dari pasangan papan-

papan. Pasangan ini dimaksudkan untuk menempatkan titik-titik pengukuran yang

diperlukan dalam mendirikan suatu bangunan untuk membentuk bidang datar.

Bouwplank (papan bangunan) berfungsi untuk mendapatkan titik-titik bangunan

yang diperlukan sesuai dengan hasil pengukuran.

Syarat-syarat memasang bouwplank :

1. Kedudukannya harus kuat dan tidak mudah goyah

2. Berjarak cukup dari rencana galian, diusahakan bouwplank tidak

goyang akibat pelaksanaan galian.

3. Terdapat titik atau dibuat tanda-tanda.

4. Sisi atas bouwplank harus terletak satu bidang (horizontal) dengan

papan bouwplank lainnya.

5. Letak kedudukan bouplank harus dengan seragam (menghadap

kedalam bangunan)

6. Garis benang bouwplank meripakan as (garis tengah) pada pondasi dan

dinding batu bata

Untuk bangunan besar dan banyak terdapat ruang, pemasang bouwplank

dilaksanakan mengelilingi seluruh calon bangunan dinding, sedangkan untuk

bangunan kecil, pemasangannya cukup pada lokasi sudut atau pertemuan

bangunan.

1.5. Alat dan Bahan

1.5.1. Waterpass

a. Fungsi

Alat untuk mengukur beda ketinggian dari satu titik acuan ke acuan

berikutnya. Waterpass ini dilengkapi dengan kaca dan gelembung kecil di

dalamnya

Page 6: Data Pengukuran dan Pemetaan

6

b. Penyetelan

1. Dirikan statif di atas titik yang dimaksud sehingga kaki statif

membentuk segitiga sama sisi.

2. Pasang instrumen dan kuncikan sekedarnya sehingga masih mudah

digeser-geser.

3. Pasang unting-unting kira-kira ½ cm di atas titik yang dimaksud.

4. Atur unting-unting dengan menggeser-geser instrumen di atas pelat

level hingga betul-betul centering, kemudian kencangkan pengunci

instrumen.

5. Sejajarkan teropong dengan dua sekrup penyetel sb. 1 (sekrup A dan

B) dan ketengahkan gelembung nivo dengan memutar sekrup A,B

dan C sekaligus sehingga gelembung nivo tepat berada di tengah-

tengah lingkaran nivo.

6. Putar teropong ke sembarang posisi, jika gelembung berubah-ubah,

setel kembali sekrup penyetel hingga gelembung ke tengah kembali.

7. Lakukan berulang-ulang hingga gelembung nivo tetap di tengah

kemanapun teropong diarahkan, maka sb. 1 vertikal instrumen telah

siap dipakai.

1.5.2 Theodolite

a. Fungsi

Theodolite berfungsi untuk mengukur arah horisontal, vertikal dan

jarak optis, misalnya pada poligon dan seterusnya dan mengukur detail

lapangan dengan metode ekstra polasi dengan sistem koordinat kutub, yang

diukur adalah azimuth helling dan jarak optis.

b. Penyetelan

1. Tempatkan tripod atau statip di atas titik ukur.

Page 7: Data Pengukuran dan Pemetaan

7

2. Injak sepatu statip agar melesak dalam tanah (jika di atas tanah),

tinggi statip disesuaikan dengan orang yang akan membidik dan

permukaan kepala (meja) statip diusahakan relatif datar.

3. Ambil pesawat dan letakkan pesawat pada landasan, kemudian

dikunci dengan pengunci pesawat.

4. Mengatur unting-unting agar posisi sumbu I tepat di atas patok (titik

ukur).

5. Tiga buah sekrup A,B,C, kita atur tingginya kira-kira setengah

panjang as.

6. Sejajarkan teropong dengan dua buah sekrup A dan B (kedudukan I),

kemudian sekrup diputar searah (jika masuk masuk semua; jika

keluar, keluar semua), sambil dilihat kedudukan gelembung nivo

tabung agar tepat di tengah-tengah skala nivo.

7. Putar teropong searah jarum jam, hingga kedudukan tegak lurus

terhadap dua sekrup A,B, atau diputar 90˚ (kedudukan II), kemudian

putar sekrup C (tanpa memutar sekrup A,B), masuk atau keluar

sambil dilihat kedudukan gelembung pada nivo kotak agar tepat di

tengah-tengah skala nivo.

8. Putar teropong searah jarum jam sehingga kedudukan sejajar sekrup

A,B, atau diputar kira-kira 90˚ dan letakkan berlawanan dengan

kedudukan I (kedudukan III), putar sekrup A,B, sehingga gelembung

nivo tepat di tengah-tengah skala nivo.

9. Putar teropong searah jarum jam sehingga kedudukannya tegak lurus

terhadap dua sekrup A,B, dan letakkan berlawanan dengan posisi II

atau putar 90˚ (kedudukan IV), kemudian putar sekrup C tanpa

merubah sekrup A,B masuk atau keluar agar gelembung nivo tabung

tepat di tengah-tengah skala nivo.

10. Cek gelembung nivo tabung, apakah sudutnya tepat di tengah-tengah

skala lingkaran nivo. Jika sudah, pesawat siap dioperasikan dan jika

belum maka ulangi kegiatan f – i.

Page 8: Data Pengukuran dan Pemetaan

8

1.5.3. Rambu

Rambu berfungsi untuk menunjukkan ketinggian dan

mengukur jarak pembacaan. Rambu di bidik sejajar sumbu vertical

Waterpass dan di tempatkan pada titik yang dapat mewakili kontur

tanah. Semakin daerah berkontur semakin rapat titik-titik

perletakannya juga untuk mengukur beda tinggi secara

trigonometric.serta mengukur jarak optis

1.5.4. Unting-unting

Unting-unting berfungsi untuk menentukan titik pusat

pendirian waterpass tepat di atas patok dan untuk menempatkan

theodolit tepat diatas patok yang dikehendaki.

1.5.5. Statif ( Tripot )

Statif digunakan untuk meletakkan Waterpass pada saat

pengamatan atau bias disebut sebagai kaki Waterpass Statif ada

yang terbuat dari kayu, ada juga yang terbuat dari bahan logam.

Selama pembacaan rambu, statif harus dipastikan tidak dapat

bergeser dari perletakan yang semula.

1.5.6. Patok

Patok berguna untuk menunjukkan titik yang di tinjau

selama dilapangan.

1.5.7. Meteran

Meteran digunakan untuk mengukur tinggi instrument ( TI ),

yaitu tinggi antara tanah hingga fokus teropong Waterpass,

kecuali saat cek alat.

Page 9: Data Pengukuran dan Pemetaan

9

1.5.8. Alat tulis ( Pensil, Penghapus, Papan tulis, Kalkulator )

Digunakan untuk mencatat dan menghitung hasil dari data

yang telah dibaca oleh si pengamat dan dicatat oleh si penulis.

1.5.9. Payung

Selama praktikum payung berfungsi untuk melindungi

praktikan dari panas dan hujan, dan yang lebih penting lagi

berfungsi untuk melindungi Waterpass dari panas matahari dan

hujan, karena nivo yang terdapat pada Waterpass sangat peka

terhadap panas matahari.

1.5.10. Jas Hujan

Jas hujan digunakan sebagai perlengkapan yang

memungkinkan pelaksanaan praktikum pada saat hujan atau

gerimis.

Page 10: Data Pengukuran dan Pemetaan

10

BAB II

Praktikum Pengukuran dan Pemetaan Tahap 1

2.1.Langkah-Langkah Cara Praktek di Lapangan

2.1.1.Pengukuran Waterpassing Profil Memanjang

A. Waterpassing pergi

Gambar 2.1 Waterpassing Pergi

Cara kerja :

1. Alat ukur ( waterpass ) diletakkan di titik seperti yang

tergambar diatas.

2. Rambu diletakkan diatas titik A, dan dibaca benangnya : ba, bt,

bb dan hasil pembacaan selalu di cek bt = ½ (ba + bb).

Pembacaan ini dilakukan sebanyak 3 kali.

3. Rambu dipindahkan diatas titik detail, yaitu ke d1, d2, d3, dan

d4, lakukan langkah yang sama.

4. Kemudian rambu ditempatkan diatas titik B, dan arahkan

teropong pada rambu tersebut, dibaca ba, bt, bb. Pembacaan

dilakukan sebayak 3 kali.

5. Rambu dipindahkan diatas titik detail d5, d6, d7, dan d8,

lakukan langkah yang sama. ( untuk titik d5, dilakukan

sebanyak 3 kali )

Page 11: Data Pengukuran dan Pemetaan

11

B. Waterpassing Pulang

Gambar 2.2 Waterpassing Pulang

Cara kerja :

1. Alat ukur dipindahkan tepat diatas titik d5.

2. Pengukuran dilakukan mulai dari titik A sampai titik B dimana

titik tersebut berubah menjadi A’ dan B’ tanpa melakukan

pengukuran detail. Pengukuran untuk titik A’ dan B’ dilakukan

sebanyak 3 kali.

3. Lalu dilakukan hal yang sama pada slag berikutnya setelah

melakukan pengukuran pergi terlebih dahulu.

4. Untuk pengecekan :

1. DA + DB = DA’ + DB’

2. Dd5 + DA = DA’

3. ∆HB’ - ∆HB = ± 5mm

Catatan :

Pembacaan titik A, B, dan d5 sebaiknya dibaca tiga kali agar pembacaan

bisa dipilih salah satu yang memenuhi syarat.

A. Pengukuran pergi dan pulang harus dilakukan pada hari

yang sama.

B. Untuk mengatasi hal ini, pekerjaan dapat dibagi menjadi 2

bagian (seksi) misalnya pengukuran hari pertama hanya 2

slag (patok satu sampai dengan patok 3), pergi dan pulang,

Page 12: Data Pengukuran dan Pemetaan

12

dan untuk slag-slag selanjutnya dapat dilakukan pada hari

berikutnya.

C. Letak titik detail harus berjarak sama tapi tergantung naik

turunnya muka tanah.

2.1.2 Pengukuran Waterpassing Profil Melintang

Dicari tiga titik diantara titik-titik pada profil memanjang sebagai

titik acuan dalam melakukan profil melintang. Diusahakan terdapat dua

selokan (minimal dua titik terdapat dua selokan). Waterpass diletakkan

diantara titik 3 dan 4.

Gambar 2.3 Tampang Melintang

Cara kerja :

Waterpass diletakkan, serta ukur tinggi instrument (TI) dari muka tanah.

Gambar lapangan dibuat sketsanya dan ditentukan titik-titik yang nantinya

akan diukur.

Rambu diletakkan diatas titik 1 dan dibaca ketiga benangnya.

Rambu dipindahkan ketitik berikutnya dan dibaca ketiga benangnya

sampai titik terakhir.

Pada saat pembacaan dari titik 1 hingga titik 28, harus memenuhi syarat

yang telah ditentukan.

Page 13: Data Pengukuran dan Pemetaan

13

2.2 Data-Data dan Cara Mengolah Data

2.2.1. Perhitungan Profil Memanjang

a. Perhitungan Beda Tinggi

Dalam mencari beda tinggi, perhitungan yang diperlukan adalah perhitungan

pergi, pulang, dan rata-rata.

STA PERGI PULANG RATA-RATA

I 133 130 131,5

II 11 16 13,5

III 9 14 11,5

IV -199 -194 -196,5

TOTAL ∑H Pergi= -46 ∑H Pulang= -34 ∑H Rata-Rata= -40

ΣH PERGI – ΣH PULANG = -12

b. Perhitungan Jarak

Perhitungan jarak, perlu dicari jarak antara suatu titik terhadap titik selanjutnya.

ΣH PERGI – ΣH PULANG = 44200 – 44200 = 0

STA PERGI PULANG RATA-RATA

I 10400 10400 10400

II 11800 11800 11800

III 11600 11600 11600

IV 10400 10400 10400

TOTAL ∑H Pergi= 44200 ∑H Pulang= 44200 ∑H Rata-rata=44200

Page 14: Data Pengukuran dan Pemetaan

14

c. Perhitungan Ketinggian Patok dan Detail

HI = 100.000 mm (menunjukkan ketinggian patok A dari muka air laut)

SLAG I

STA BEDA TINGGI KETINGGIAN

A 0 100000+ 0 = 100000

d1 -5 100000+ (-5) = 99995

d2 -20 100000+ (-20) = 99980

d3 -50 100000+ (-50) = 99950

d4 -65 100000+ (-65) = 99935

WP -5 100000+ (-5) = 99995

d5 70 100000+ 70 = 100070

d6 115 100000+ 115 = 100115

d7 90 100000+ 90 = 100090

d8 120 100000+ 120 = 100120

B 133 100000+ 133 = 100133

SLAG II

STA BEDA TINGGI KETINGGIAN

B 0 100133+ 0 = 100133

d1 15 100133+ 15 = 100148

d2 8 100133+ 8 = 100141

d3 7 100133+ 7 = 100141

d4 -3 100133+ (-3) = 100130

WP -20 100133+ (-20) = 100113

d5 -15 100133+ (-15) = 100118

d6 -29 100133+ (-29) = 100104

d7 1 100133+ 1 = 100134

d8 -12 100133+ (-12) = 100121

C 11 100133+ 11 = 100144

Page 15: Data Pengukuran dan Pemetaan

15

SLAG III

STA BEDA TINGGI KETINGGIAN

C 0 100144+ 0 = 100144

d1 72 100144+ 72 = 100216

d2 126 100144+ 126 = 100270

d3 130 100144+ 130 = 100274

d4 159 100144+ 159 = 100303

WP 154 100144+ 154 = 100298

d5 185 100144+ 185 = 100329

d6 160 100144+ 160 = 100304

d7 121 100144+ 121 = 100265

d8 71 100144+ 71 = 100215

D 9 100144+ 9 = 100153

SLAG IV

STA BEDA TINGGI KETINGGIAN

D 0 100153 + 0 = 100153

d1 -46 100153 + (-46) = 100107

d2 -86 100153 + (-86) = 100067

d3 -97 100153 + (-97) = 100056

d4 -88 100153 + (-88) = 100065

WP -121 100153 + (-121) = 100032

d5 -108 100153 + (-108) = 100045

d6 -164 100153 + (-164) = 99989

d7 -193 100153 + (-193) = 99960

d8 -202 100153 + (-202) = 99951

E -199 100153 + (-199) = 99954

Page 16: Data Pengukuran dan Pemetaan

16

d. Perhitungan Jarak Patok dan Detail terhadap Patok A

SLAG I

STA Jarak terhadap WP Jarak terhadap A

A 5000 0

d1 4000 1000

d2 3000 2000

d3 2000 3000

d4 1000 4000

WP 0 5000

d5 1000 6000

d6 2000 7000

d7 3000 8000

d8 5000 10000

B 5400 10400

SLAG II

STA Jarak terhadap WP Jarak terhadap B

B 6000 10400

d1 5000 11400

d2 3600 12800

d3 2400 14000

d4 1000 15400

WP 0 16400

d5 1000 17400

d6 2200 18600

d7 3400 19800

d8 4600 21000

C 5800 22200

Page 17: Data Pengukuran dan Pemetaan

17

SLAG III

STA Jarak terhadap WP Jarak terhadap C

C 5200 22200

d1 4400 23000

d2 3400 24000

d3 2200 25200

d4 1000 26400

WP 0 27400

d5 1200 28600

d6 2400 29800

d7 3600 31000

d8 5000 32400

D 6400 33800

SLAG IV

STA Jarak terhadap WP Jarak terhadap D

D 5400 33800

d1 4000 35200

d2 3000 36200

d3 2000 37200

d4 1000 38200

WP 0 39200

d5 1000 40200

d6 1800 41000

d7 3200 42400

d8 4200 43400

E 5000 44200

Page 18: Data Pengukuran dan Pemetaan

18

2.2.2. Perhitungan Profil Melintang

a. Perhitungan Beda Tinggi

Dalam mencari beda tinggi pada profil melintang yang digunakan adalah tinggi

instrument – benang tengah ditiap titik

H=TI-Bt

Ketingian = ketinggian pada STA WP + H

STA :1 / d5 slag 1

(ketinggian STA terhadap muka air laut= 100070 )

Titik H Ketinggian

1 -520 99550

2 -1165 98905

3 -1170 98900

4 -1695 98375

5 -1695 98375

6 -1175 98895

7 -1170 98900

8 -410 99660

9 -25 100045

WP 0 100070

10 -100 99070

11 -630 99440

12 -1290 98780

13 -1520 98550

14 -1525 98545

15 -1285 98785

16 495 100565

17 498 100568

Page 19: Data Pengukuran dan Pemetaan

19

18 575 100645

19 573 100643

20 577 100647

21 302 100372

22 265 100335

b. Perhitungan Detail Jarak Terhadap Titik I

STA : I / d5 slag 1

Titik Jarak dari waterpassing Jarak dari titik I

1 6000 0

2 5200 800

3 5000 1000

4 5000 1000

5 3400 2600

6 3400 2600

7 3000 3000

8 2000 4000

9 1000 5000

WP 0 6000

10 1000 7000

11 2000 8000

12 3000 9000

13 3000 9000

14 9000 15000

15 9000 15000

16 9000 15000

17 9400 15400

18 11000 17000

19 11400 17400

20 11600 17600

Page 20: Data Pengukuran dan Pemetaan

20

21 11800 17800

22 18600 24600

2.2.3. Pembahasan

A. Perhitungan Profil Memanjang

1. Perhitungan beda tinggi

STA PERGI PULANG RATA-RATA

I 133 130 131,5

II 11 16 13,5

Cara menghitung :

Perhitungan pergi : bt A – bt B

Perhitungan pulang : bt A’ – bt B’

Perhitungan beda tinggi rata-rata : (Pergi + Pulang) / 2

2. Perhitungan jarak

Perhitungan pergi DA + DB

Perhitungan pulang DA’ + DB’

Perhitungan jarak rata-rata {( Dpergi + Dpulang ) / 2}

STA PERGI PULANG RATA-RATA

I 10400 10400 10400

II 11800 11800 11800

3. Perhitungan ketinggian patok dan detail

HI = 100.000 mm ( menunjukan ketinggian patok A dari muka air laut)

Perhitungan beda tinggi : BtA – Btx

STA BEDA TINGGI KETINGGIAN

A 0 100000 + 0 = 100000

d1 -5 100000 + (-5) = 99995

Page 21: Data Pengukuran dan Pemetaan

21

Perhitungan ketinggian : HI + beda tinggi

4. Perhitungan jarak patok dan detail terhadap A

Perhitungan jarak terhadap WP: D = A ( ba – bb ); A = 100

Perhitungan jarak terhadap stasiun A : DA – D satsiun x

STA Jarak terhadap WP Jarak terhadap A

A 5000 5000 – 5000 = 0

WP 0 5000 + 0 = 5000

d5 1000 5000 + 1000 = 6000

B 5400 5000 + 5400= 10400

B.Perhitungan Profil Melintang

a. Perhitungan beda tinggi

Ketinggian detail 100070

Perhitungan ∆H = TI – bt

Ketinggian = ketinggian pada STA WP + ∆ H profil

melintang

Titik H Ketinggian

1 -520 100070 + (-520) = 99550

Wp 0 100070 + 0 = 100070

22 265 100095 + 265 = 100335

b. Perhitungan jarak terhadap titik 1

Jarak titik 1 dari wp = 6000

Perhitungan jarak dari WP : D =A ( ba – bb)

Perhitungan jarak dari titik 1 : D titik 1 dari WP ± D titik x

dari WP

WP -5 100000 + (-5) = 99995

d5 70 100000 + 70 = 100070

B 133 100000 + 133=100133

Page 22: Data Pengukuran dan Pemetaan

22

Titik Jarak dari waterpassing Jarak dari titik I

1 6000 6000 – 6000 = 0

Wp 0 6000 – 0 = 6000

22 18600 6000 + 18600 = 24600

Page 23: Data Pengukuran dan Pemetaan

23

BAB III

Praktikum Pengukuran dan Pemetaan Tahap II

3.1. Langkah-Langkah Cara Praktek di Lapangan

a. Siapkan alat berupa theodolit, statif, unting – unting, meteran, patok,

payung, jas hujan, kompas, serta formulir.

b. Pasang patok dan siapkan theodolit di lapangan sampai dapat digunakan

dengan baik.

c. Pasang patok I, kemudian dari patok I dipasang patok yang lain searah

jarum jam. Antara patok sebelum dan sesudahnya harus dapat dilihat

dengan alat.

d. Setelah selesai memasang patok , dirikan statif pada patok I, pastikan statif

tegak (pastikan dengan unting-unting) dan tidak bergeser dari tempatnya,

setelah itu letakkan theodolit di atasnya.

e. Aturlah nivo kotak agar gelembung benar-benar berada di tengah dengan

sekrup penyetel. Nivo aldehide juga diatur dengan cara yang sama.

Pastikan gelembung pada nivo selalu berada di tengah meski diputar ke

segala arah.

f. Buat azimuth = 0, yaitu dengan cara :

- Pertama perlu diingat bahwa theodolit jenis WILD TO menggunakan

kompas luar. Azimuth = 0 untuk patok I mengarah ke utara, sedang

untuk patok selanjutnya selalu diarahkan ke patok sebelumnya.

- Kompas dipasang pada tempat yang tersedia.

- Pastikan micrometer menunjukkan angka 0’00’.

- Lepaskan kedua kunci horizontal.

- Cari azimuth 00o00’00’’ dengan diputar ring horizontalnya.

- Pengunci horizontal atas dikunci

- Cari arah utara, untuk patok I sesuai kompas; untuk patok selanjutnya,

arah utara diarahkan pada patok sebelumnya.

Page 24: Data Pengukuran dan Pemetaan

24

- Pengunci horizontal bawah dikunci, kemudian pengunci horizontal

atas dilepas. Jangan memutar penggerak horizontal bawah sebelum

berpindah patok.

- Pengamatan azimuth dapat dilakukan.

g. Gunakan alat untuk melakukan pembacaan benang atas, benang tengah,

benang bawah. Pada patok I dilakukan pembacaan untuk patok II dan

patok IV. Dilakukan juga pembacaan azimuth dan heling. Perlu

diperhatikan untuk daerah yang relatif datar diusahakan heling = 90.

h. Buatlah batas sebanyak 15 titik. Batas diukur dari tengah antara patok I

dan II sampai patok I dan IV. Setelah itu carilah detail-detail yang berada

dalam batas-batas tersebut, masing – masing patok dicari detail sebayak 25

titik. Titik detail boleh ditentukan secara acak, untuk dapat mengetahui

perbedaan kontur.

i. Tembak sisi sudut – sudut bangunan-bangunan yang dapat terlihat dari

tempat berdirinya alat.

j. Pindahkan alat ke patok II, lakukan persiapan alat seperti pada patok I lalu

tembak patok I dan patok III. Ulangi langkah a-j untuk patok III dan IV

3.2. Data-Data dan Cara Mengolah Data

3.2.1. Tabel Data dan Hasil Pengamatan

3.2.1.1. Data Lapangan

Sta Arah TI Benang Α H D ∆H

Atas Tengah Bawah ⁰ ′ ″

I II 1400 1408 1235 1002 282 25 30 90 46600 165

IV 1782 1637 1492 045 32 00 90 29000 -237

II I 1340 1778 1545 1312 0 0 0 90 46600 -205

III 2110 1832 1554 311 29 0 94 55329,452 -4361,0122

III II 1450 1276 998 720 359 57 0 86 55329,452 4321,012707

IV 1711 1555 1399 262 16 30 89 30736,6133 3668,8912

IV III 1500 1948 1792 1636 0 0 0 97 30736,6133 -3722,6312

Page 25: Data Pengukuran dan Pemetaan

25

I 1445 1300 1155 269 24 30 90 29000 200

3.2.1.2. Data Sudut Dalam

Sudut Dalam Belum Terkoreksi

Sta Sudut dalam (β)

I 360⁰0′0″-282⁰25′30″+45⁰32′0″ 123⁰06′30″

II 360⁰0′0″-311⁰29′0″ 48⁰31′0″

III 360⁰0′0″-262⁰16′30″ 97⁰43′30″

IV 360⁰0′0″-269⁰24′30″ 90⁰35′30″

∑βn= 359⁰56′30″

Sudut Dalam

Sebenarnya

∑β=

(n-2)x180⁰ ∑β=(4-2)180⁰ ∑β= 360⁰

Koreksi (∑β-∑βn)/n (360⁰-

359⁰56′30″)/4 52,5″

Sudut Dalam Terkoreksi

Sta Sudut dalam (β)

I 123⁰06′30″+52″ 123⁰07′22″

II 48⁰31′0″+53″ 48⁰31′53″

III 97⁰43′30″+52″ 97⁰44′22″

IV 90⁰35′30″+53″ 90⁰36′23″

∑βn= 360⁰0′0″

3.2.1.3. Data azimuth Terkoreksi

Azimuth Terkoreksi

Sta Arah Azimuth(α)

I II 282⁰25′30″ 282⁰25′30″

II III 282⁰25′30″-(180-123⁰07′22″) 53⁰53′37″

III IV 53⁰53′37″+(180-97⁰44′22″) 136⁰09′15″

Page 26: Data Pengukuran dan Pemetaan

26

IV I 136⁰09′15″+(180-90⁰36′23″) 225⁰32′52″

I II 225⁰32′52″+(180-123⁰07′22″) 282⁰25′30″

3.2.1.4. Data Jarak Antar Titik

3.2.1.5. Perhitungan Koordinat

Koordinat X Belum Terkoreksi

Sta D Sin α

I 0 0

II 46600×sin 282⁰25′30″ -45508,55761

III 55329,452×sin 53⁰53′37″ 44702,0021

IV 30736,61333×sin 136⁰09′15″ 21291,87659

I 29000×sin 225⁰32′52″ -20701,20557

∑f(x)=∑D sin α -215,88449

Jarak Antar Titik

Sta Arah Pergi Pulang Rerata

I II 46600 46600 46600

II III 55329,452 55329,452 55329,452

III IV 30736,61333 30736,61333 30736,61333

IV I 29000 29000 29000

∑D 161666,0653 161666,0653 161666,0653

Selisih D Pergi dan Pulang 161666,0653-161666,0653 0

Toleransi 0.04×√(D Reratax0.05) 0.04√(161666,0653x0.05) 3,5962877

Koreksi Koordinat X (∆X)

Page 27: Data Pengukuran dan Pemetaan

27

Sta ∆X=(D(-∑(x)))/∑D

I 0 0

II (46600(215,88449)/161666.0653 62,22837932

III (55329,452×(215,88449))/161666.0653 73,88545336

IV (30736,61353×(215,88449))/161666.0653 41,04484191

I (29000×(215,88449))/161666.0653 38,72581545

Koordinat X Terkoreksi

Sta Xn=Xn-1 + Dsinα + ∆X

I 0 0

II 0-45508,55761+62,22837932 -45446,32923

III -45446,32923+44702,0021+73,88545336 -670,4416773

IV -670,4416743+21291,87659+41,04484191 20662,47975

I 20662,47976-20701,20557+38,72581545 0

Koordinat Y Belum Terkoreksi

Sta D cos α

I 0 0.0

II 46600×cos 282⁰25′30″ 10026,52405

III 55329,452×cos 53⁰53′37″ 32604,89637

IV 30736,61333×cos 136⁰09′15″ -22167,43986

I 29000×cos 225⁰32′52″ -20309,11342

∑f(y)=∑D cos α 154,867144

Koreksi Koordinat Y (∆Y)

Sta ∆Y=(D(-∑f(y)))/∑D

I 0 0.0

Page 28: Data Pengukuran dan Pemetaan

28

3.2.1.6. Perhitungan Beda Tinggi Antar Titik.

Beda Tinggi Antar Titik

Sta Arah Pergi Pulang Rerata

I II 165 -205 185

II III -4361,0122 4321,012707 -4341,0124

III IV 3668,8912 3722,6312 3695,8065

IV I 200 -237 218,5

∑D -327,121 156,381507 -241,7512

Kordinat Z Belum Terkoreksi

Sta Zn = Zn-1 + ∆H

I 100000 100000

II 100000+185 100185

III 100185-4341,0124 95843,9876

II (46600×(-154,86 7144)/ 161666.0653 -44,64022117

III (55329,452×(-154,867144)/ 161666.0653 -53,0025531

IV (30736,61333×(-154,867144)/ 161666.0653 -29,44397461

I (29000×(-154,867144)/ 161666.0653 -27,78039515

Koordinat Y Terkoreksi

Sta Yn=Yn-1 + Dcosα + ∆Y

I 0 0

II 0+10026,52405-44,64022117 9981,883829

III 9981,883829+32604,89637-53,0025531 42533,77765

IV 42533,77765+(-22167,43986)-29,44397461 20336,89382

I 20336,89382+(-20309,11342)-27,78039515 0

Page 29: Data Pengukuran dan Pemetaan

29

IV 95843,9876+3695,8065 99539,7941

I 99539,7941+218,5 99758,2941

Selisih ketinggian terhadap titik I = ∑f(z) =tinggi awal - ∑Zn = 241,7512

3.2.1.7. Perhitungan Jarak Antar Titik

Jarak Antar Titik

Sta Arah D Rerata Dn

I II 46600 0+46600= 46600

II III 55329,452 46600+55329,452= 101929,452

III IV 30736,61333 101929,452+30736,61333= 132666,0653

IV I 29000 132666,0653+29000= 161666,0653

Koreksi Koordinat Z

Sta ∆Z = (Dn-1 (∑f(z)))/ ∑D Rerata

I 100000 100000

II (46600×241,7512)/161666,0653 69,68441954

III (101929,452×241,7512)/161666,0653 152,422633

IV (132666,0653×241,7512)/161666,0653 198,3853595

I (161666,0653×241,7512)/161666,0653 241,7512

Koordinat Z Terkoreksi

Sta Z = Zn +ΔZ

I 100000 100000

II 100185+69,68441954 100254,6844

III 95843,9876+152,422633 95996,41023

IV 99539,7941+198,3853595 99738,13416

I 99758,2941+241,7512 100000

Page 30: Data Pengukuran dan Pemetaan

30

3.2.1.8. Koordinat Global Poligon

Sta X Y Z

I 0.0 0.0 100000

II -45446,32923 9981,883829 100254,6714

III -607,4416743 42533,77765 95996,38167

IV 20662,47976 20336,89382 99738,14229

I 0 0 100000

3.2.1.9. Perhitungan Luas

Titik Xn Yn Xn.Y(n+1)-X(n+1).Yn

I B1 9248,833 8848,677 -869698,1165

B2 7416,971 7002,038 -6772989,563

B3 4352,664 3195,985 14529882,47

B4 1213,666 4229,304 -28516136,92

B5 5499,865 -4330,3 -1327201,691

B6 7423,911 -6086,51 -11937392,27

B7 8597,041 -8656,26 -49986140,94

B8 7114,482 -12977,8 -19142154,4

B9 6532,013 -14605,9 1432094,214

B10 7021,875 -15482 -56884248,16

B11 4677,964 -18415,1 -31946886,03

B12 3771,092 -21674,4 -114806115,3

B13 -251,382 -28998,9 -118042996,9

B14 -4340,18 -31098,6 -95212631,38

B15 -7267,49 -30136,1 -1219301245

G1 -3402,4666 1176,104115 124624289,6

Patok 2 G8 -45500 -20900 -144950000

Page 31: Data Pengukuran dan Pemetaan

31

G9 -52000 -20700 -1550320000

g13 -65600 3700 -115490000

B1 -66300 5500 -322640000

B2 -65500 10300 -243910000

B3 -69800 14700 -116130000

B4 -61900 14700 -71800000

B5 -58700 15100 -204980000

B6 -52900 17100 -151490000

B7 -49300 18800 -180820000

b8 -46500 21400 -80290000

b9 -43400 21700 -88970000

b10 -41500 22800 -30870000

b11 -39600 22500 -216540000

b12 -34200 24900 -164520000

patok 3 b15 -32400 28400 -224920000

b14 -29500 32800 -189870000

b13 -25600 34900 -207790000

b12 -21700 37700 -85900000

b11 -20400 39400 -419880000

b10 -11400 42600 -190920000

b9 -7400 44400 -192400000

b8 -3200 45200 -375560000

b7 5300 42500 -194980000

b6 10000 43400 -174900000

b5 13500 41100 301800000

b4 5500 39100 -406520000

b3 15700 37700 -23240000

b2 15900 36700 -36330000

b1 16500 35800 -1370000

patok 4 b15 16400 35500 -27320000

b14 16800 34700 -68520000

Page 32: Data Pengukuran dan Pemetaan

32

b13 18000 33100 -46510000

b12 18100 30700 -52100000

b11 18500 28500 -140000000

b10 21400 25400 -101740000

b9 24900 24800 -67240000

b8 24800 22000 -32040000

b7 23100 19200 20250000

b6 20000 17500 6000000

b5 16800 15000 -10200000

b4 15800 13500 9880000

b3 14600 13100 -940000

b2 13000 11600 -7480000

b1 12300 10400 12650864,44

Patok 1 B1 9248,833 8848,677 -869698,1165

∑ -7152961506

2L -7152961506

L 0,357648075

3.2.2. Cara Mengolah Data

3.2.2.1. Data Lapangan

Sta Arah TI Benang Α h D ∆H

Atas Tengah Bawah ⁰ ′ ″

I II 1400 1468 1235 1002 282 25 30 90 46600 165

IV 1782 1637 1492 45 32 00 90 29000 -237

Cara menghitung

a. Untuk menghitung jarak, digunakan rumus:

D = A (ba-bb) cos2 (90-h), nilai A=100

Page 33: Data Pengukuran dan Pemetaan

33

Jarak Stasiun 1 dengan Stasiun II

= 100 (1468-1002) cos2 (90-90)

= 46600

Jarak Stasiun I dengan Stasiun IV

=100 (1782-1492) cos2 (90-90)

= 29000

b. Untuk menghitung beda tinggi , digunakan rumus:

ΔH = D tan (90-h)+ TI – bt

Beda tinggi stasiun I dengan stasiun II

= 46400 tan (90-90) + 1400 - 1235

= 165

Beda tinggi Stasiun I dengan Stasiun IV

= 29000 tan (90-90) + 1400 – 1637

= -237

3.2.2.2. Data Sudut Dalam

Sudut Dalam Belum Terkoreksi

Sta Sudut dalam (β)

I 360⁰0′0″-282⁰25′30″+45⁰32′0″ 123⁰06′30″

II 360⁰0′0″-311⁰29′0″ 48⁰31′0″

Cara menghitung

a. Untuk menghitung sudut dalam dapat digunakan cara:

Sudut dalam sebenarnya (360°) dikurangi dengan azimuth titik berikutnya.

Sudut dalam stasiun I = Sudut dalam sebenarnya - Azimuth (I-IV) +

azimuth (I-II)

= 360⁰0′0″-282⁰25′30″+45⁰32′0″

= 123⁰06′30″

Sudut dalam stasiun II = Sudut dalam sebenarnya – Azimuth (II-III)

= 360⁰0′0″-311⁰29′0″

Page 34: Data Pengukuran dan Pemetaan

34

= 48⁰31′0″

b. Setelah mendapatkan sudut dalam , kita harus menghitung koreksi atas

sudut dalam tersebut dengan cara:

Σβ = (n - 2) x 180°

= 360°

Koreksi = (Σβ-Σβn)/n

= (360⁰ - 359⁰ 56′30″)/4 = 52,5″

Sudut Dalam Terkoreksi

Sta Sudut dalam (β)

I 123⁰06′30″+52″ 123⁰07′22″

II 48⁰31′0″+53″ 48⁰31′53″

Cara menghitung :

Dalam perhitungan ini, nilai koreksi sama dengan 00°3'30" maka besar

sudut dalam terkoreksi adalah:

Sudut dalam terkoreksi stasiun I

= 123⁰06′30″+52″

= 123⁰07′22″

Sudut dalam terkoreksi stasiun II

= 48⁰31′0″+53″

= 48⁰31′53″

3.2.2.3. Data azimuth Terkoreksi

Azimuth Terkoreksi

Sta Arah Azimuth(α)

Page 35: Data Pengukuran dan Pemetaan

35

I II 282⁰25′30″ 282⁰25′30″

II III 282⁰25′30″-(180-123⁰07′22″) 53⁰53′37″

Cara menghitung:

Azimuth patok I – II

= 282⁰25′30″

Azimuth patok II – III

= 282⁰25′30″-(180-123⁰07′22″)

= 53⁰53′37″

3.2.2.4. Data Jarak Antar Titik

Cara menghitung:

Jarak antar patok I – II

= (46600+46600) /2

= 46600

Jarak Rerata patok II-III

= (55329,452+55329,452)/2

= 55329,452

3.2.2.5. Perhitungan Koordinat

Jarak Antar Titik

Sta Arah Pergi Pulang Rerata

I II 46600 46600 46600

II III 55329,452 55329,452 55329,452

Page 36: Data Pengukuran dan Pemetaan

36

1. Perhitungan Koordinat Belum Terkoreksi

Koordinat X Belum Terkoreksi

Sta D Sin α

I 0 0

II 46600×sin 282⁰25′30″ -45508,55761

Koordinat X belum terkoreksi pada stasiun I = 0

Koordinat X belum terkoreksi

= Jarak ke stasiun X sin Azimuth terkoreksi

Sta II = 46600×sin 282⁰25′30″ = -45508,55761

Sta III = 55329,452×sin 53⁰53′37″ = 44702,0021

Sta IV = 30736,61333×sin 136⁰09′15″ = 21291,87659

Sta I = 29000×sin 225⁰32′52″ = -20701,20557

2. Koreksi koordinat X (ΔX)

Koreksi Koordinat X (∆X)

Sta ∆X=(D(-∑(x)))/∑D

I 0 0

II (46600(215,88449)/161666.0653 62,22837932

Koreksi koordinat X pada stasiun I = 0

Koreksi koordinat X: ΔX = (D(-Σf(x)) )/ΣD

Sta II = (46600(215,88449)/161666.0653 = 62,22837932

Sta III = (55329,452×(215,88449))/161666.0653 =

73,88545336

Sta IV = (30736,61353×(215,88449))/161666.0653 = 41,04484191

Sta I = (29000×(215,88449))/161666.0653 =

38,72581545

Page 37: Data Pengukuran dan Pemetaan

37

3. Koordinat X terkoreksi

Koordinat X Terkoreksi

Sta Xn=Xn-1 + Dsinα + ∆X

I 0 0

II 0-45508,55761+62,228380736 -45446,32923

Koordinat X terkoreksi pada stasiun I = 0

Koordinat X terkoreksi

= Xn-1+ D sin α + ΔX

Sta II = 0-45508,55761+62,228380736 = -45446,32923

4. Koordinat Y belum terkoreksi

Koordinat Y Belum Terkoreksi

Sta D cos α

I 0 0.0

II 46600×cos 282⁰25′30″ 10026,52405

Koordinat Y belum terkoreksi pada patok I = 0

Koordinat Y belum terkoreksi

= Jarak pada patok x cosinus azimuth terkoreksi

Sta II = 46600×cos 282⁰25′30″ = 10026,52405

Sta III = 55329,452×cos 53⁰53′37″ = 32604,89637

5. Koreksi Koordinat Y (ΔY)

Koreksi Koordinat Y (∆Y)

Page 38: Data Pengukuran dan Pemetaan

38

Sta ∆Y=(D(-∑f(y)))/∑D

I 0 0.0

II (46600×(-154,867144)/ 161666.0653 -44,64022117

Koreksi koordinat Y pada stasiun I = 0

Koreksi koordinat Y:

= ΔX = (D(-Σf(x)) )/ΣD

Sta II = (46600×(-154,867144)/ 161666.0653 = -44,64022117

Sta III = (55329,452×(-154,867144)/ 161666.0653 = -53,0025531

6. Koordinat Y terkoreksi

Koordinat Y Terkoreksi

Sta Yn=Yn-1 + Dcosα + ∆Y

I 0 0

II 0+10026,52405-44,64022117 9981,883829

Koordinat Y terkoreksi pada stasiun I =0

Koordinat Y terkoreksi

= Yn-1+ D cos α + ΔY

Sta II = 0+10026,52405-44,64022117 = 9981,883829

Sta III = 9981,883829+32604,89637-53,0025531 = 42533,77765

Page 39: Data Pengukuran dan Pemetaan

39

3.2.2.6. Perhitungan Beda Tinggi Antar titik

1. Beda Tinggi Antar titik

Beda Tinggi Antar Titik

Sta Ara

h

Pergi Pulang Rerata

I II 165 -205 185

II III - 4361,0122 +4321,012707 -4341,0124

Cara menghitung:

Beda tinggi stasiun I – II (tanda mengikuti pergi)

=1/2 ( pergi + pulang )

= 1/2 (165 + 205) = 185

Beda tinggi stasiun II – III (tanda mengikuti pergi)

= 1/2 ( pergi + pulang )

= 1/2 (4361,0122 + 4321,012707) = -4341,0124

2. Koordinat Z Belum Terkoreksi

Kordinat Z Belum Terkoreksi

Sta Zn = Zn-1 + ∆H

I 100000 100000

II 100000+185 100185

III 100185-4341,0124 95843,9876

Koordinat Z belum terkoreksi pada stasiun I

= tinggi mula – mula = 100000

Koordinat Z belum terkoreksi

= Zn-1 + rerata beda tinggi stasiun

Sta II = 100000+185 = 100185

Page 40: Data Pengukuran dan Pemetaan

40

Sta III = 100185-4341,0124 = 95843,9876

3. Jarak Antar Titik

Jarak Antar Titik

Sta Arah D Rerata Dn

I II 46600 0+46600= 46600

II III 55329,452 46600+55329,452= 101929,452

III IV 30736,61333 101929,452+30736,61333= 132666,0653

Cara menghitung:

Jarak stasiun I – II

= Jarak rerata stasiun I – II

= 0+46600= 46600

= Jarak stasiun II – III

= 46600+55329,452= 101929,452

4. Koreksi koordinat Z

Koreksi Koordinat Z

Sta ∆Z = (Dn-1 (∑f(z)))/ ∑D Rerata

I 100000 100000

II (46600×241,7512)/161666,0653 69,68441954

Koreksi koordinat Z pada stasiun I = 0

Koreksi koordinat Z

= (Dn – 1 (-Σ f(z)) ) /ΣD

Sta II = (46600×241,7512)/161666,0653 = 69,68441954

Sta III = (101929,452×241,7512)/161666,0653 = 152,422633

5. Koordinat Z terkoreksi

Page 41: Data Pengukuran dan Pemetaan

41

Koordinat Z Terkoreksi

Sta Z = Zn +ΔZ

I 100000 100000

II 100185+69,68441954 100254,6844

Koordinat Z terkoreksi pada stasiun I = 100000

Koordinat Z terkoreksi

= Zn + ∆Z

Sta II = 100185+69,68441954 = 100254,6844

Sta III = 95843,9876+152,422633 = 95996,41023

3.2.2.7. Perhitungan Luas

Titik Xn Yn Xn.Y(n+1)-X(n+1).Yn

I B1 9248,833 8848,677 -869698,1165

B2 7416,971 7002,038 -6772989,563

Cara menghitung :

Luas antara b1 dan b2 dapat diperoleh dengan rumus :

= Xn.Yn+1-Xn+1.Yn

= (9248,833 x 7002,038)-( 7416,971 x 8848,677)

= -869698,1165

Perhitungan luas daerah didapat dengan menjumlahkan semua luas yang

diperoleh , yang pada akhirnya nilai tersebut sama dengan 2 kali luas (2L)

2L = -7152961506 mm2

Sehingga L = -3576480753 mm2 = 0,357648075 ha2

Page 42: Data Pengukuran dan Pemetaan

42

BAB IV

Praktikum Pengukuran dan Pemetaan Tahap III

4.1.Langkah-Langkah Cara Praktek di Lapangan

a. Patok ditancapkan di titik-titik yang telah ditentukan

b. Theodolite dan nivo kotak (gelembung nivo tepat di tengah), diatur agar

penancapan paku tepat di tengah-tengah garis bidik

c. Theodolite ditembakkan dengan sudut 0˚, 90˚, 180˚, dan 270˚ dimulai dari

patok I, dengan 0˚ sebagai acuan untuk patok II,270˚ untuk patok

4.Menembak dilakukan agar membentuk satu garis yang tegak lurus.

d. Jarak ditentukan antara patok yaitu 10 – 12 meter (misalnya jarak patok I

ke II yaitu 2 meter,dan untuk garis yang sejajar harus sama dengan 2 meter

Page 43: Data Pengukuran dan Pemetaan

43

90°

I

II III

IV

3.00

4.005.00

9.00

9.00

180°

90°270°

yaitu patok III ke IV). Jadi jarak 2 patok yang memiliki garis sejajar harus

memiliki panjang yang sama.

e. Paku ditancapkan pada patok dan bouwplank, dilakukan dengan

penembakan, misal pada patok I arahkan sudut 0˚ ke patok II, lalu pasang

paku diatas patok dan bouwplank, lalu penembakan dengan sudut 90˚ dan

180˚ untuk buowplank di dekat patok I

f. Benang nilon diikat pada paku yang berbeda di bouwplank, misal dari

patok I, paku yang berada di sudut 0˚ dan 180˚ dihubungkan menggunakan

benang, dan juga paku yang berada di sudut 90˚ dan 270˚.Pengerjaan ini

membuat suatu persilangan antara benang yang digunakan untuk acuan

dan pengecekan.

g. Dengan menggunakan theodolite dilakukan pengecekan, dapat dilihat

apakah paku tepat berada di tengah persilangan 2 benang nilon jika sudah

tepat maka pengerjaan sudah benar.

h. Sudut menggunakan teori pytagoras, misal dengan pengukuran dari patok I

dengan jarak 3 meter ke arah patok II dan 4 meter ke arah patok IV tandai

benang lalu ukur jaraknya,apabila sudah benar (jarak 5 meter) Berarti

pengerjaan sudah benar.

i. Untuk patok patok seterusnya ulangi langkah a-h

4.2. Sket Lapangan

3

4 5

Page 44: Data Pengukuran dan Pemetaan

44

BAB V

Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan

Praktikum pengukuran dan pemetaan tahap I menggunakan waterpass.

Dalam pengukuran dan pemetaan tahap I mempunyai dua profil yaitu profil

memanjang dan melintang. Keduanya memiliki fungsi yang berbeda. Fungsi

pengukuran memanjang antara lain membuat trase jalan kereta api, saluran air,

Page 45: Data Pengukuran dan Pemetaan

45

pipa air minum, jalan raya dan sebagainya sedangkan fungsi pengukuran

melintang yaitu mengetahui beda tinggi untuk mempermudah penggalian atau

penimbunan yang dilakukan tegak lurus pada sumbu proyek dan pada tempat-

tempat yang penting. Penggunaan payung terhadap waterpass harus dilakukan

sebagai salah satu cara untuk menghindari kesalahan yang terjadi dalam

pengukuran, karena gelembung nivo sangat peka terhadap panas matahari.

Selain itu, pemayungan dilakukan untuk menghindarkan alat dari hujan.

Gelembung pada Nivo harus diletakkan di tengah lingkaran dengan cara

sekrup A, B, dan C diputar. Pertama kita putar sekrup A dan B secara bersama

– sama, setelah diputar letakkan gelembung di garis atas atau bawah pada

lingkaran dalam di nivo tersebut. Setelah itu putar lah sekrup C hingga berada

di tengah lingkaran. Pada Praktikum Pengukuran dan Pemetaan tahap I

adapun syarat –syarat Pengecekan yang harus dipenuhi selama pengukuran

antara lain:

a. DA + DB = DA’ + DB’

b. Dd5 + DA = DA’

c. btA+btB = btA’ + btB’ toleransi ± 5mm

Tujuan dari pengukuran detail tahap II adalah penggambaran kembali

sebagian permukaan bumi dengan segala perlengkapan yang akhirnya berwujud

suatu peta situasi. Peta situasi adalah peta yang memuat obyek lapangan secara

lengkap dengan garis-garis ketinggian kontur. Kontur adalah garis yang memuat

kedudukan titik-titik yang sama tingginya terhadap bidang referensi tertentu. Pada

pengamatan ini, alat yang digunakan bukan waterpass karena di sini kita

membutuhkan pembacaan azimuth dan heling, dan itu tidak dapat dilakukan

dengan waterpass tapi dengan Theodolit.

Penentuan titik-titik polygon bertujuan untuk memudahkan penentuan

beda tinggi antardetail dalam batasan tertentu. Hal-hal yang perlu diperhatikan

sebelum theodolite digunakan adalah

Page 46: Data Pengukuran dan Pemetaan

46

a. Sumbu I vertical dengan nivo kotak atau nivo lainnya.

b. Benang silang horizontal dari diafragma harus tegak lurus sumbu I.

c. Indeks menunjukkan 0o, 90o, atau 270o pada garis vizier horizontal

(salah satu indeks harus 0)

d. Garis vizier tegak lurus sumbu II.

Untuk membuat tegak lurusnya sumbu kesatu digunakan nivo, karena

pada nivo didapat suatu garis lurus ialah garis jurusan nivo yang dapat dibuat

mendatar dengan teliti. Garis jurursan nivo perlu dibuat tegak lurus pada sumbu I.

Faktor yang menyebabkan kesalahan baca adalah faktor pengamatan,

alat dan alam. Kesalahan –kesalahan tersebut meliputi pengamatan kurang hati –

hati ( sembrono) , kurang pengalaman, dan kurang perhatian, nivo tidak tepat

berada dalam lingkaran, panjang rambu tidak standar, kesalahan titik nol rambu,

dan rambu tidak tegak pada saat pembacaan, kecepatan angin, cuaca yang sangat

panas/ dingin, cuaca berkabut, dan kondisi tanah kurang stabil.

Dalam Praktikum Pengukuran dan Pemetaan Tanah tahap III ini

bertujuan agar kita mengetahui cara pembuatan Uitzet dari suatu lahan yang akan

didirikan bangunan. Uitzet adalah pengukuran untuk menentukan titik-titik kolom

dan ketinggian lantai bangunan. Uitzet itu sendiri sangat diperlukan dalam

mendirikan bangunan karena untuk kelurusan dan presisi suatu bangunan. Dalam

praktikum tahap III ini tidak lepas dari kesalahan. Kesalahan dalam praktikum

sering terjadi karena pemasangan alat yang tidak memenuhi syarat pemasangan

alat theodolit yang tidak berdiri tegak ,atau alat theodolite yang tidak tegak lurus

dengan patok yang diatas patok dipasangi dengan paku triplek. Agar theodolit

berdiri tegak dan stabil maka statif harus didirikan dengan tegak.

5.2 Saran

Setelah melakukan praktikum Pengukuran dan Pemetaan tahap I, tahap

II, dan tahap III ini, ada beberapa saran agar praktikum berjalan dengan

lancar. Saran – saran tersebut adalah :

Page 47: Data Pengukuran dan Pemetaan

47

1. Sebelum mengikuti Praktikum, para praktikan sebaiknya membaca

buku petunjuk laporan praktikum yang diberikan dan teori yang akan

digunakan saat praktikum sehingga peserta praktikum tidak mengalami

kesulitan pada saat praktikum.

2. Peserta praktikum harus memperhatikan penjelasan dari semua asisten

dosen praktikum.

3. Mengecek alat – alat sebelum digunakan, dalam kondisi yang baik atau

tidak, seharusnya dalam keadaan baik sehingga data yang nantinya

dikumpulkan dari pengamatan dilapangan benar.

4. Sebaiknya, para praktikan membawa alat-alat yang telah ditentukan

seperti payung maupun jas hujan. Dan prioritaskan payung untuk

melindungi alat.

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah,

Yogyakarta 2006

Page 48: Data Pengukuran dan Pemetaan

48

Prof. Ir. Jacob Rais, M.Sc. Ilmu Ukur Tanah Jilid 2 Ciptasari, Semarang 1979

Wongsotjitro, Soetomo. Ilmu Ukur Tanah Kanisius, Yogyakarta 1980


Recommended