Download doc - Dasar Teori Perforasi

Transcript
Page 1: Dasar Teori Perforasi

2.5. Dasar Teori Perforasi

Dalam metode ini casing produksi dipasang sampai dasar formasi produktif dan disemen

selanjutnya diperforasi pada interval-interval yang diinginkan.

Dengan adanya casing maka formasi yang mudah gugur dapat ditahan. Perforated casing

completion umumnya digunakan pada formasi-formasi dengan faktor

sementasi (m) sebesar 1,4.

Adapun keuntungan dan kerugian dalam penggunaan metode ini adalah sebagai berikut :

Keuntungan :

1. Dapat mengontrol air dan gas berlebihan

2. Stimulasi dan treatment dapat dilakukan lebih selektif

3. Mudah ditambah kedalaman bila diperlukan

4. Casing ditambah kedalaman bila diperlukan

5. Casing akan menghalangi masuknya pasir, komplesi tambahan dapat dilakukan sesuai dengan

teknik pengontrolan pasir yang dikehendaki

6. Dapat disesuaikan dengan semua konfigurasi multiple completion

Kerugian

1. Memerlukan biaya perforasi

2. Interpretasi log kritis

3. Kemungkinan terjadinya kerusakan formasi lebih besar

Gambar 2.1Perforated Casing Completion

2.5.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Formation Completion

Merupakan jenis komplesi yang bertujuan untuk memaksimalkan aliran fluida ke dalam lubang

sumur. Yang menjadi masalah dalam formasi komplesi ini adalah bagaimana memaksimalkan

fluida yang dihasilkan di dalam lubang sumur yang berasal dari formasi produktif. Untuk itu perlu

Page 2: Dasar Teori Perforasi

diketahui produktivity index, kekompakkan batuan formasi dan masalah terproduksinya pasir,

yang mana hal tersebut merupakan faktor-faktor yang berpengaruh di dalam pemilihan jenis

formation completion.

A. Kekompakan Batuan dan masalah Kepasiran

Kekompakan batuan merupakan dasar pemilihan jenis formation completion sehubungan

dengan pencegahan terjadinya keguguran formasi dan terproduksinya pasir. Adapun faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap sifat kestabilan formasi adalah :

1) Sementasi Batuan

Merupakan suatu cara untuk menentukan kestabilan suatu formasi produktif.

Hubungan faktor sementasi batuan, porositas, faktor formasi dan saturasi dari suatu

formasi yang dinyatakan Archie sebagai berikut :

........................................................................................... (2-38)

............................................................................. (2-39)

dimana :

F : faktor formasi

: porositas batuan, fraksi

m : faktor sementasi

Sw : saturasi air, fraksi

Rt : true resistivity, ohm-m

Faktor sementasi batuan (m) dipengaruhi oleh tingkat konsolidasi batuan penyusunnya,

dimana semakin tinggi tingkat penyemenan batuan sedimen maka semakin tinggi pula

kekompakan batuan.

2) Kandungan Lempung

Lempung atau clay merupakan mineral yang biasanya mengendap bersama batuan

pasir. Pada batuan sedimen lempung berfungsi sebagai semen sebab mempunyai sifat

mengikat air (water wet). Apabila mineral lempung bercampur dengan air formasi

maka akan terjadi pengembangan mineral yang disebut “Clay swelling” yang bersifat

lunak sehingga butir pasir formasi yang diikat oleh mineral lempung akan mudah lepas

dan akan bergerak mengikuti aliran.

Kadar mineral lempung yang terkandung dalam batuan formasi dapat dihitung dengan

analisa data logging seperti gamma ray log, SP log dan Neutron log.

3) Kekuatan Formasi

Kekuatan formasi merupakan kemampuan dari formasi untuk menahan butiran pasir

yang akan terlepas dari formasi akibat diproduksikannya fluida yang terkandung dalam

reservoir. Dalam masalah kepasiran, Tixier et al berpendapat bahwa kekuatan formasi

Page 3: Dasar Teori Perforasi

terhadap kepasiran tergantung dari dua hal yaitu “intrinsic strength of formation” dan

kesanggupan pasir untuk membentuk lingkungan yang di sekitar perforasi.

Besarnya intrinsic strength dipengaruhi oleh confining stress yang ditentukan oleh

tekanan pori-pori dan tekanan overburden, bentuk sorting butiran serta sementaasi

diantara butiran yang kadang-kadang diperkuat oleh clay. Besarnya kekuatan formasi

batuan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

.............................................................…....…...... (2-30)

......................................…....................... (2-31)

...............................................….….. (2-32)

.......................................……....…… (2-33)

dimana :

Vsh : kadar shale, fraksi

D : porositas dari density log, persen

s : porositas dari sonic log, persen

1/cb : bulk modulus, psi-1

G : shear modulus, psi-1

b : bulk density, gr/cc

t : transite time, sec/ft

U : poison’s ratio

Dari perbandingan antara shear dan bulk modulus maka besanya kekuatan formasi

dapat ditentukan.

Untuk menentukan apakah foramsi bersifat labil atau stabil, menurut Damsey, suatu

lapangan bersifat kritis terhadap masalah kepasiran, misalnya lapangan Gulf coast G/Cb

kritisnya sebesar 0,8 x 1012psi2. Ini berati bahwa untuk formasi dengan G/Cb < 0,8 x

1012psi2, maka formasi tersebut tidak memproduksikan pasir.

B. Produktivity Index

Produksivitas formasi akan mencerminkan kemampuan formasi untuk mengalirakan fluida

pada kondisi tertentu, yang besarnya tergantung dari sifat-sifat fisik batuan, fluida, dan

mekanisme pendorongnya. Dimana reservoir dengan mekanisme pendorong water drive akan

mampu memberikan perolehan lebih baik dibandingkan dengan mekanisme pendorong

lainnya. Untuk memberikan gambaran yang jelas pengaruh produktivitas formasi pada

pemilihan jenis well completion, diambil contoh produktivitas batuan rekah vokanik. Dimana

pada umumnya batuan yang berbentuk fracture mempunyai pemeabilitas yang tinggi.

Page 4: Dasar Teori Perforasi

Akulumasi minyak terdapat pada macro fracture maupun micro fracture, oleh karena

permeabilitasnya tidak merata, maka dengan cara open hole completion diharapkan aliran

fluida dari lapisan produktif ke lubang sumur akan menjadi besar. Sedang apabila diselesaikan

secara cased hole completion, maka fracture akan tertutup semen dan sukar ditembus

perforasi.

2.5.2. Perencanaan Perforated Completion

Merupakan perencanaan tahap awal well completion dan terpenting, kerena tahap ini langsung

berhubungan dengan zona atau formasi produktifnya.

1. Pelaksanaan Perforator dan Peralatan Perforasi

Peralatan perforasi terangkum dalam suatu perforator gun, dimana jenisnya dapat digolongkan

bullet perforator dan shaped large perforator. Perbedaan dari kedua tipe ini adalah pada jenis

peluru pelubang.

a) Bulet Perforator

Gambar (4.14) memperlihatkan alat perforasi jenis ini. Komponen utama dari bullet

perforator meliputi :

o Fluida seal disk yang menahan masuknya fluida sumur ke dalam alat diman dapat

melemahkan kekuatan membakar powder.

o Gun barrel

o Gun body, dimana barrel disekrupkan dan juga untuk menempatkan sumbu (igniter)

dan propelant dengan shear disk didasarnya, untuk memegang bullet ditempatnya

sampai tekanan maksimum tercapai karena terbakarnya powder.

o Bullet

o Thead sell

o Shear Disk

o Powder Centrifuge

o Contact-pin Assembly

o Back Contack Spring

Prinsip kerja bullet perforator karena arus listrik melalui wireline timbul pembakaran

pada propelant dalam centrifuge-tube sehingga terjadi ledakan yang melontarkan bullet

dengan kecepatan tinggi.

Keuntungannya :

1. Bullet lebih murah dan mudah dari jet perforator

2. Bullet menyebabkan perekahan formasi yang dapat dipakai pada formasi yang tebal

3. Perforasi yang dihasilkan bersifat “burrless” (rata pada bagian dalam) serta lubang

berbentuk bulat, dengan kondisi ini maka sebagian perforasi dapat ditutup dengan

klep-klep bola/ball sealer sementara waktu diperlukan

Page 5: Dasar Teori Perforasi

4. Bullet cocok untuk formasi lunak, dimana ia dapat menebus lebih dalam dibanding

jet

Keterbatasannya

1. Efek fracturing dapat merugikan bila lapisan produktif tipis-tipis dan air atau fluida

formasi lainnya ikut terproduksi pula

2. Bullet tidak dapat digunakan untuk temperatur yang tinggi, lebih dari 250 oF

3. Bullet sukar menembus formasi yang keras, dan untuk casing yang terlalu

tebal/berlapis-lapis

4. Bullet yang ukuran kecil tidak memberikan hasil yang baik

Gambar 2.2Kontruksi Bullet Peerforator

b) Jet Perforator

Proses perforasi dengan jet perforator dilukiskan dalam Gambar 4.15. Detonator elektris

memulai reaksi berantai dimana berturut-turut meledakkan primacord, booster

berkecepatan tinggi di dalam change dan akhirnya peledak utama. Tekanan tinggi yang

dihasilkan oleh bahan peledak menyebabkan logam di dalam charge liner mengalir,

memisahkan inneer dan outer liner. Pembentukan tekanan lebih lanjut pada liner

menyebakan suatu dorongan jet berkecepatan tinggi dan menyebabkan suatu dorongan jet

berkecepatan tinggi dan pertikel-partikel yang dimuntahkan dari cone pada kecepatan

sekitar 20.000 ft/sec tekanan pada titik unjungnya kira-kira 5 juta psi.

Selubung terluar liner rusak untuk membentuk suatu gerakan aliran metal yang rendah

dengan kecepatan antara 1500 dan 3000 psi. Sisa outer liner ini mungkin dapat

membentuk slug tunggal yang disebut sebagai carrot atau aliran partikel-partikel logam.

Keuntungannya:

1. Dapat digunakan untuk temperatur sampai 400 oF

2. Rekahan yang terjadi tidak terlalu besar sehingga cocok untuk formasi yang tipis

Page 6: Dasar Teori Perforasi

3. Lebih banyak tembakan yang dapat dilakukan untuk sekali penurunan gun ke dalam

sumur, sehingga untuk formasi dengan interval yang panjang akan lebih baik dan

murah.

4. Jet perforator menembus formasi keras tapi baik

5. Untuk operasi dalam tubing (parmaneny type completion) hanya jet yang cocok

karena alat untuk bullet memerlukan diameter yang besar agar peluru cukup besar

diameternya

Keterbatasannya:

1. Rekahan yang terbentuk tidak terlalu lebar sehingga tidak banyak membantu

meningkatkan permeabilitas pada lapisan yang tebal

2. Penggunaan ball sealer tidak dapat dipakai karena hasil pelubangan yang runcing

dibagian dalam dan tidak bulat di bagian luar

3. Jet lebih mahal jika dibandingkan dengan bullet bila dipakai pada interval perforasi

yang pendek atau sedikit jumlah penembakannya

Pengerjaan perforasi ini sangat penting sekali karena mempengaruhi produktivitas sumur.

Beberapa hal yang perlu direncanakan dalam pengerjaan perforasi adalah menentukan

posisi dan intrval perforasi.

2. Penentuan Interval dan Posisi Perforasi

Dalam proses produksi minyak dapat terjadi water conning, dimana hal ini akan memberikan

pengaruh negatif terhadap perolehan minyak. Dengan fenomena gas dan water conning

tersebut, maka para ahli mencari hubungan antara laju produksi kritis dengan parameter

reservoir serta parameter produksi untuk menentukan interval perforasi dan posisinya.

Gambar 2.3Prinsip Kerja Jet Perforator

Page 7: Dasar Teori Perforasi

a. Metode Chierici

Beberapa anggapan yang digunakan dalam metode ini untuk mendapatkan laju produksi

kritis, adalah :

o Reservoir homogen

o Bidang kontak antar fluida horizontal dan statis

o Pengaruh tekanan kapalier diabaikan

o Fluida reservoir incompresibel

o Aquifer terbatas sehingga tidak merupakan tenaga pendororng

o Pengembangan gas cap pelan-pelan, sehingga gradien potensial dapat diabaikan

Dengan anggapan-anggapan tersebut di atas maka Chierici menurunkan persamaan dalam

tujuan penentuan posisi dan interval perforasi adalah sebagai berikut :

....................... (2-34)

........................ (2-35)

dimana :

Qow : laju produksi maksimum minyak tanpa terjadi water conning, STB/hari

Qog : laju produksi maksimum minyak tanpa terjadi gas conning, Mscfd

h : ketebalan zona minyak, ft

Kho : permeabilitas efektif horizontal minyak, md

: fungsi yang tak berdimensi

: b/h : panjang interval perforasi/ketebalan zone minyak

rDe : (re/h)

Kvo : permeabilitas efektif verikal minyak, md

g : Lg/h = jarak antara GOC-top perforasi/ketebalan zona minyak

w : 1 - g

: Lw/h = jarak antara WOC-bottom perforasi/ketebalan zona minyak

Dari persamaan di atas, suatu syarat untuk tidak berproduksinya air dan gas bebas ke

permukaan adalah :

Qo Qow atau Qo Qog

Gambar di bawah menunjukkan diagram sistem water dan gas conning.

5 rDe 80

0 0,75

0,07 0,9

Page 8: Dasar Teori Perforasi

Penetuan interval dan posisi perforasi dengan metode ini didasarkan pada gambar-gambar

tersebut.

Gambar 2.4Diagram Sistem Water dan Gas Conning

di dalam Formasi yang Homogen

Langkah-langkah penentuan interval dan posisi perforasi dengan metode ini adalah :

1. Hitung rDe

2. Hitung og/ow

3. Ambil beberapa kemungkinan harga (misalnya 0,1 ; 0,2 dan seterusnya)

4. Dengan memakai grafik plot antara vs (sesuai dengan harga rDe yang telah

dihitung) dan salah satu dari beberapa kemungkina harga , akan didapat dan g

optimum berdasr harga yang telah dihitung pada langkah 2. Bila aguifer dan gas cap,

kondisi maksimum laju produksi kritis secara teoritis memenuhi Qoptimum = Qog = Qow.

5. Hitung harga melalui Persamaan (4-11) atau (4-12) dengan menggunakan harga-

harga yang telah ditentukan pada langkah 4.

6. Dengan mengetahui kemampuan sumur pada berbagai interval perforasi maka dari

berbagai harga Qoptimum yang telah dihitung pada langkah 5, dapat ditentukan harga

Qoptimum yang sesuai atau laju produksi kritis yang sesuai dengan sumur yang

bersangkutan

7. Perhitungan-perhitungan tersebut diulangi lagi untuk harga interval perforasi yang

lain sampai diperoleh harga Qoptimum yang sama atau hampir dama dengan Qactual.

Hubungan antara rDe, , dengan ditunjukkan pada Gambar 4.17.

3. Metode Pirson

Page 9: Dasar Teori Perforasi

Persamaan -persamaan yang dibuat Pirson untuk menetukan laju produksi kritis dalam

tiga kasus sebagai berikut :

.............................. (2-36)

Untuk kasus water conning (lihat gambar 4.16)

.......................................... (2-37)

Untuk kasus gas dan water conning yang terjadi bersama-sama seperti yang terlihat pada

gambar (4.18), laju aliran minyak maksimum dibagi menjaadi dua aliran, pertama Qog

yang diambil di atas bidang zo, disebut laju aliran minyak maksimum tanpa gas dari gas

conning, dan Qow yang diambil bidang bagi zo, disebut laju aliran minyak maksimum

tanpa air dari water conning.

Persamaan-persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

......... (2-38)

...................... (2-39)

sehingga

Qo maksimum = Qog + Qow ......................................…........................ (2-40)

dimana :

Qo maks : laju produksi maksimum tanpa produksi air dan gas, bbl/hari

w : berat spesifik air

o : berat spesifik minyak

g : berat spesifik gas

hc : interval perforasi

D : jarak dari puncak zone minyak ke dasar perforaasi, ft

zo : jarak dari dasar zone minyak ke bidang bagi, ft

Harga-harga D dan zo dapat dihitung dengan persamaan :

.......................................................... (2-41)

............................................................................ (2-42)

Langkah-langkah penentuan interval dan posisi perforasi :

1. Ambil beberapa kemungkinan harga hc

Page 10: Dasar Teori Perforasi

2. Hitung D dengan persamaan menggunakan persamaan (6-18)

3. Hitung zo dengan persamaan (6-19)

4. Hitung harga-harga Qog dan Qow melalui persamaan (6-15) dan (6-16)

5. Hitung harga Q optimum dengan persamaan (6-17)

6. Dengan mengetahui kemampuan sumur pada berbagai interval perforasi, maka dari

berbagai harga Qoptimum yang telah dihitung diatas, dapat ditentukan harga Qop yang

sesuai atau laju produksi kritis yang cocok untuk sumur yang bersangkutan.

7. Dari harga Qopt yang dipilih pada langkah 6, maka harga interval perforasi h c, dan

posisi D, untuk sumur yang bersangkutan dapat diketahui.

Gambar 2.5Kondisi Water and Gas Conning Menurut Pirson

3. Penentuan Densitas Perforasi

Densitas perforasi adalah jumlah lubang dalam casing per satuan panjang (feet). Untuk

menentukan densitas perforasi dapat menggunakan penelitian yang dibuat oleh Muskat,

dimana dihasilkan hubungan antara produktivitas ratio (Qp/Qo) densitas perforasi untuk

berbagai jarak penetrasi radial, diameter lubang perforasi dan diameter casing. Hasil

penelitiannya ditunjukkan pada Gambar 6.19.

dimana :

.................................................................... (2-43)

Qp : laju produksi maksimum sumur perforasi, bpd

Qo : laju produksi sumur open hole, bpd

Sp : faktor skin perforasi, yang tergantung pada diameter perforasi, diameter sumur,

dalam penembusannya dan sudut penembakannya.

Page 11: Dasar Teori Perforasi

Misalkan suatu sumur dengan jari-jari casing 3 inchi, akan diperforasi pada suatu interval dan

posisi untuk ini menghasilkan harga Qp/Qo = 0.6 maka dari gambar 6.19 diperoleh bahwa

perforasi ini dapat dilakukan dengan harga density perforasi yang lebih kecil atau sama

dengan 1. Sehingga apabila digunakan peluru dengan diameter 1/2 in atau jari-jari 1/4 inch,

maka density perforasi yang harus digunakan adalah 4 hole/ft.

Hubungan ini diperluas untuk suatu variabel harga dari densitas perforasi untuk suatu varibel

harga dari densitas perforasi x jari-jari lubang perforasi yang berlaku untuk aliran steady state

dalam formasi yang homogen. Kurva garis tebal pada gambar menunjukan jari-jari casing 3

in. dan garis putus-putus adalah untuk jari-jari 6 inchi.

Gambar 2.6Grafik Hubungan kv/kh terhadap Hubungan Qo/Qp dan Densitas Perforasi

4. Perhitungan Diameter Perforasi

Pada gambar dibawah ini menunjukan bahwa untuk mendapatkan rate sebesar 100 bbl/day,

dengan kedalaman penetrasi perforasi 12 inchi (305 mm) dan dimeter lubang perforasi

sebesar 0,375 inchi (9,5) dibutuhkan drowdown (P) sebesar 1,0 psi.

Jadi dengan menggunakan persamaan Fanning diatas dapat ditentukan diameter lubang

perforasi pada rate (laju aliran) yang diinginkan, dengan catatan bahwa parameter-parameter

yang lain sesuai seperti yang tertera pada grafik, yaitu :

f (friction faktor) = 0.85

4. L (perforation lengtih) = 12

5. (spesific gravity minyak) = 0.85

K.C. Hong, mengambarkan pengaruh pola perforasi terhadap productivity ratio, seperti

terlihat pada Gambar 2.7.

Gambar tersebut menggambarkan productivity ratio versus kedalaman penetrasi perforasi

untuk tiga pola perforasi.

Page 12: Dasar Teori Perforasi

Gambar 2.7Produktivity Ratio Diameter Lubang Perforasi

Gambar 2.8Grafik Drowdown vs Diameter Lubang Perforasi dari Persamaan Fanning

Ketiga pola tersebut disusun secara vertikal dan lurus, dimana pola pertama (yang terbawah)

mempunyai phasing 0o yang disebut “srtip Shooting”, pola yang kedua (ditengah)

mempunyai phasing 90o dan pelubangan dilakukan pada suatu bidang horizontal (simple

pattern), sedangkan pola ketiga (teratas) juga mempunyai phasing 90o tetapi pelubangan

dilakukan pada dua bidang horizontal . Permeabilitas vertikal dan hirizontal diasumsikan

sama.

Page 13: Dasar Teori Perforasi

Pola pertama (strip shooting) menghasilkan productivity ratio yang lebih rendah bila

dibandingkan dengan kedua pola lainnya. Hal ini disebabkan oleh distribusi tekanan pada

kedua pola menghasilkan drow-down yang lebih merata untuk memproduksi fluida yang lebih

besar.

Pada formasi yang isotropic (permeabilitas horizontal dan vertikal sama), keseragaman

besarnya drow-down dihubungkan terhadap jarak antara pelubangan yang berdekatan. Jarak

yang terbesar terdapat pada pola ketiga (staggered pattern), (staggered pattern), sehingga

pola tersebut mempunyai productivity ratio yang tertinggi.

Gambar 2.9Pengaruh Pola Perforasi pada Produktivity Ratio

Kedalaman Penetrasi Perforasi

Dari hasil penelitian Stanley Locke, digambarkan pengaruh dari kedalaman penetrasi

perforasi (perforation length) terhadap productivity ratio, seperti terlihat pada gambar 6.23.

Productivity ratio mencapai harga maksimum pada kedalaman penetrasi kira-kira 12 inch

(395 mm). Juga terlihat bahwa productivity ratio akan makin meningkat dengan pertambahan

kedalaman penetrasi perforasi.

Pada Gambar 6.24, digambarkan untuk suatu kedalaman penetrasi yang sama, maka besarnya

productivity ratio akan bertambah dengan bertambahnya density perforasi. Jadi density

perforasi akan mempengaruhi besarnya productivity ratio pada suatu harga kedalaman

penetrasi dari perforasi.

Page 14: Dasar Teori Perforasi

Gambar 2.10Produktivity Ratio vs Penetrasi Perforasi

Gambar 2.11Produktivity ratio vs Kedalaman Penetrasi pada Berbagai

Harga Density Perforasi

5. Perhitungan Faktor Skin Perforasi

Laju aliran dari formasi kedalam sumur pada perforted casing completion, dipengaruhi oleh

kerusakan (damage) dan lubang perforasi. Dalam hal ini keduanya dapat dikatakan sebagai

Page 15: Dasar Teori Perforasi

skin yang sama secara kwantitatif dapat berharga positif atau negatif. Untuk selanjutnya

masing-masing dinyatakan sebagai skin damage (Sd) dan skin perforasi (Sp).

Sedangkan hasil dari analisa tes tekanan memberikan harga skin total (St), dimana :

St = Sd + Sp ......................................................................................... (2-44)

Teori analisa fluida menuju ke sumur menganggap geometri aliran radial dengan batas-batas r

= rw (dinding.formasi) dan r = re (batas pengurasan). Apabila faktor skin diperhitungkan

sebagai kehilangan tekanan, maka persamaan menjadi :

.......…...................................... (2-45)

dimana :

S = St untuk sumur berselubung (ber-casing)

St = Sd atau Sp = 0 untuk open hole completion

Dalam hal ini, makin kecil diameter perforasi, semakin besar skin perforasinya. Dan makin

banyak lubang juga makin dalam perforasinya, maka skin semakin kecil.

Untuk menentukan harga skin faktor akibat perforasi (Sp), K.C. Hong telah membuat

beberapa grafik seperti pada gambar 6.25 (simple pattern) dan gambar (4.26) (Staggered

patterns)

Gambar 6.27 berfungsi untuk koreksi bila diameter perforasi 0,25 dan 1,0 inch.

Langkah-langkah untuk menentukan (Sp) dengan menggunakan grafik sebagai

berikut :

a) Tentukan harga :

Diameter sumur (dw) yaitu diameter outside casing (OD) ditambah dua kali

ketebalan semen.

Ratio permeabilitas vertikal dengan horizontal, kv/kh

Pola perforasi (yaitu harga perforations phasing, 0 dan masing-masing perforasi, h)

Depth of penetration (dihitung dari muka semen), ap.ap adalah total Berea Sandstone

sebagai dasarnya, yang memiliki compresive strength sebesar 6500 psi. Jika harga

compresive strength untuk suatu formasi diketahui, harga ap dapat dikoreksi dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut :

Bullet Perforation :

.................................................................. (2-46)

Jet Perforation :

Page 16: Dasar Teori Perforasi

................................................ (2-47)

dimana :

Pf = penetration in formation, in = ap

PB = TCP pada Beroa Sandstone, in

CB = compressive strength pada Barea Sandstone, 6500 psi

Cf = compressive strength pada formasi, psi

b) Gunakan Gambar 4-25 (untuk simple patterns) atau Gambar 6-26 (untuk staggered

patterns) untuk mendapatkan harga (Sp). Mulailah dari sisi kiri nomogram dan dibuat

garis penghubung dengan parameter-parameter dari langkah 1.

c) Dengan memakai Gambar 4.27, dilakukan koreksi harga Sp dari langkah 2 untuk

diameter perforasi yang berbeda. Setelah harga Sp didapat, maka dapat dihitung harga

skin total (St) apabila skin damage (Sd) diketahui, sehingga perhitungan productivitas

sumur bisa dilakukan dengan menggunakan Persamaan 4-21. Sedangkan untuk

menetukan productivity ratio-nya dapat menggunakan persamaan :

.............................. (2-48)

Apabila St berharga negatif, berarti PR akan mempunyai harga lebih dari satu. Jadi dapat

disimpulkan bahwa laju produksi sumur yang diperforasi dapat lebih besar dari laju

produksi sumur pada kondisi open hole.

d) Dengan memakai Gambar 4.27, dilakukan koreksi harga Sp dari langkah 2 untuk

diameter perforasi yang berbeda. Setelah harga Sp didapat, maka dapat dihitung harga

skin total (St) apabila skin damage (Sd) diketahui, sehingga perhitungan productivitas

sumur bisa dilakukan dengan menggunakan Persamaan 4-21. Sedangkan untuk

menentukan productivity ratio-nya dapat menggunakan persamaan :

.............................. (2-49)

Apabila St berharga negatif, berarti PR akan mempunyai harga lebih dari satu. Jadi dapat

disimpulkan bahwa laju produksi sumur yang diperforasi dapat lebih besar dari laju

produksi sumur pada kondisi open hole.

6. Perhitungan Pressure Drop Perforasi

Salah satu penyebab rendahnya productivitas sumur pada perforated completion adalah

karena program pelubangan selubung (perforasi) yang tidak memadai. Apabila kondisi ini

Page 17: Dasar Teori Perforasi

terjadi akan berakibat timbulnya suatu hambatan terhadap aliran atau bertambahnya

penurunan tekanan (pressure drop) dalam formasi.

Oleh karena itulah, Carl Granger dan Kermit Brown telah menggunakan analisa Nodal untuk

mengevaluasi besarnya penurunan tekanan melalui lubang perforasi, pada berbagai harga

density perforasi.

Analisa Nodal disini, diterapkan untuk Standart Perforated Well, dengan menganggap

perforated hole turn 90o dan tidak terjadi damage zone disekeliling lubang bor.

Anggapan-anggapan lain yang digunakan dalam mengevaluasi pressure drop melalui lubang

perforasi ini adalah :

a) Permeabilitas dari crushed zone atau compact zone yaitu :

o dari permeabilitas formasi apabila diperforasi dengan tekanan overbalanced (tekanan

hidrostatis dalam lubang bor lebih besar daripada tekanan formasi).

o dari permeabilitas formasi, apabila diperforasi dengan tekanan underbalanced (tekanan

hidrostatis dalam lubang bor lebih kecil daripada tekanan formasi).

b) Ketebalan crushed zone adalah 1/2 inch.

c) Infiniti reservoir, sehingga Pwst tetap pada sisi dari compact zone, jadi pada closed outer

boundary, konstanta - 3/4 pada persamaan Darcy dihilangkan.

d) Untuk mengevaluasi pressure drop melalui lubang perforasi digunakan persamaan dari

Jones, Blount dan Galze.

Open Perforated Pressure Drop

Persamaan dibawah ini hanya berlaku untuk sumur minyak pada umumnya, yaitu sebagai

berikut :

........…….......................................... (2-50)

.....…........... (2-51)

dimana :

dimana :

Page 18: Dasar Teori Perforasi

Bo = faktor volume formasi, bbl/STB

o = densitas minyak, lb/cuft

Lp = perforation length, ft

Kp = permeabilitas compact zone, md (kp = 0,1 k formasi, jika overbalanced dan

kp = 0,4 k formasi, jika konsidi underbalanced).

rp= jari-jari lubang perforasi, ft

re= jari-jari compact zone, ft (re = rp + 0,5 inch)

o = voscositas minyak, cp.

2.6. PERFORASI SUMUR X-3

Well history :

Des, 2004 : Memulai pemboran dengan SPA-10 rig bor. Set 13-3/8” casing di

kedalaman 307ft. set 9-5/8 casing at 3047ft MD. Melanjutkan

pemboran 8 ½ “ hole to TD @3405 ft MD. Set 5 ½" casing FS pada

3393 ft MD dan FC pada 3348 ft MD. Cementing 5 ½” casing got

bump plug 1500 Psi dan tahan selama 5 menit, fluida mengalir balik

0,5 bbls. Rata-rata inklinasi adalah 28 deg.

Des, 2004 : Selesai menggunakan rig pemboran SPA-10 dengan perforasi

formasi baturaja pada 3088-3098 ft MD DIL-SP-GR. Swabbing

sumur dengan total recover 271 bbls. Melakukan matrix acid dengan

12bbls 15% HCL, campuran asam.

Des, 2004 : Mentes sumur, dengan rate 13BOPD, 52 BFPD, 75% WC, US/DS 345/-

120.

Jan, 2005 Mengetes sumur, 585 BFPD, 100%WC, US/DS, 380/120.

Wellhead Configuration

Section A : 9 5/8” x 11” – 3000 Psig

Section B : 11” x 7 1/16” – 3000 Psig

Section D : 7 1/16” x 2 9/16” – 3000 Psig

1. Status Sumur : sumur ditutup karena water cut yang tinggi. Estimasi tekanan pada formasi

baturaja 800 psig.

2. Gambaran umum dan tujuan pekerjaan

a. Menutup formasi baturaja pada interval 3088 – 3098 ft MD-DIL-SP-GR

b. Perforasi formasi baturaja pada interval 3058 – 3072 ft MD-DIL-SP-GR lalu lakukan

acidizing pada sumur tersebut.

c. Tutup sumur selama 12 jam lalu lakukan SBHP survey.

d. Put the well on stream.

Page 19: Dasar Teori Perforasi

Prosedur Kerja

A. Squeeze off Baturaja formasi pada interval 3088-3098 ft MD-DIL-SP-GR

menggunakan 25 sxs “G” semen

B. Perforasi formasi baturaja @ 3058 – 3072 ft MD-DIL-SP-GR menggunakan

2 1 / 8” link shogun, 5 SPF, 60 deg phasing.

1. R/U EPI logging unit, BOP riser, lubricator dan GIT. Tes GIT pada 200 psi dan 1000 psi,

tahan masing masing 10 menit (tes GIT dengan gun terisi pada lubricator). RIH dengan

perforating tool untuk perforasi formasi baturaja @ 3058 – 3072 ft MD-DIL-SP-GR

menggunakan 2 1/8” link shogun, 5 SPF, 60 deg phasing. POOH shooting tool. R/D EPI

logging unit. (harus di saksikan oleh company man atau WOWS/completion engineer).

Stand by selama 10 menit setelah perforasi untuk

menstabilkan lubang bor sebelum menurunkan tools untuk mencatat log perforasi.

Mencatat log sebelum dan setelah perforasi dan SITP.

Mengirim hasil log sebelum dan sesudah perforasi ke

WO/Reservoir Engineer.

2. Mengamati sumur, memeriksa SITP dan turunkan tekanan tekanan jika ada. Sirkulasi sumur

dengan 8,4 ppg SW untuk 1 x BTU (63bbls). Pastikan sumur mati.

3. N/D CB head. Turunkan tubing 27/8” ke 3080 ft MD dan sirkulasikan sumur 1 x BTU.

C. Acidized formasi baturaja pada interval 3058 – 3072 ft MD-DIL-SP menggunakan

15% HCL campuran asam, 40 GPF dengan 10% excess.

2.7. Pengamatan Peralatan di Lapangan

Peralatan yang ada di lapangan :

1. Rig

a. Sistem pengangkat (Hoisting System)

Berfungsi untuk menyediakan fasilitas untuk mengangkat, menahan, dan menurunkan

drillstring,casing string, tubing dan perlengkapan bawah permukaan lainnya dari dalam

sumur atau ke luar sumur.

o Portable Mast (derrick)

Menyediakan ruang ketinggian vertical yang diperlukan untuk mengangkat pipa dari atau

menurunkan ke sumur.

o Block dan Tackle

Berfungsi untuk memberikan keuntungan mekanik, sehingga mempermudah penanganan

beban berat, yang terdiri dari : Crown block, treveling block, dan drilling line.

o Drawwork

Menyediakan daya untuk mengangkat dan menurunkan beban yang berat, yang terdiri

dari bagian utama yaitu ;Drum, brake, transmisi, dan cathead.

Page 20: Dasar Teori Perforasi

b. circulating system

berfungsi untuk mengangkat serpih dan fluida dari dalam sumur ke permukaan, terdiri dari

pompa, line dan pits (tangki).

c. rotaring sistem

berfungsi untuk mentransfer putaran, yaitu power swivel.

d. BOP system

BOP adalah peralatan yang diletakkan tepat diatas permukaan sumur untuk menyediakan

tenaga untuk menutup sumur bila terjadi kenaikan tekanan yang tiba-tiba dan berbahaya

selama sumur sedang di workover maupun di servis. Bagian dari BOP sendiri adalah :

o Annular Preventer

Didesing untuk menutup disekelililng lubang sumur dengan berbagai jenis ukuran dan

bentuk peralatan yang sedang diturunkan ke dalam sumur. Sehingga annular BOP ini

dapat menutup annulus di sekitar tubing,casing. Annular preventer berupa master valve

yang umumnya ditutup pertama kali bila sumur mengalami well kick, karena

kefleksibelan karet penutupnya.

o Pipe Ram

Didesign untuk menutup annulus di sekeliling peralatan yang berupa tubing dan casing.

o Blind ram

Bentuk dan fungsi mirip dengan pipe ram hanya saja ram ini di design untuk menutup

dan mengisolasi sumur tanpa tubing dan casing.

BOP yang dipakai adalah 7-1/16 “ x 3000 psi

Dalam pekerjaan workover, wellservice, dan well completion, PT Medco E&P menggunakan

empat rig yang bertipe portable mast yaitu :

o Rig Sky Top-2 (2 jts)

o Rig Ideco- V (2 jts)

o Rig BNP (1 jt)

o RIG Essarindo (2 jts)

2. casing

adalah suatu pipa baja berfungsi antara lain untuk : mencegah gugurnya dinding sumur,

menutup zona tekanan abnormal,zona lost dan sebagainya. Casing yang biasa digunakan

adalah :

o 13-3/8” H-40

o 9-5/8” H-40

o 5-1/2 “ K-55

3. Tubing

Page 21: Dasar Teori Perforasi

Adalah pipa yang terdapat di dalam casing yang berfungsi sebagai pipa produksi. Tubing yang

biasa digunakan adalah tubing 2-7/8”.J-55.

4. Tubing head

Berfunsi untuk menggantung tubing didalam well head.

5. Packer

adalah peralatan bawah permukaan yang digunakan untuk menyekat antara tubing dengan

casing, untuk mencegah aliran vertical disepanjang annulus casing-tubing.

Packer yang dipakai adalah 5-1/2” R-3 packer

6. Bit

Berfungsi untuk member/membuat lubang suatu lapisan, didalam workover biasanya digunakan

untuk mengebor semen.

7. BPV

8. BOP wireline

Adalah BOP yang digunakan pada waktu wire line dan dipasang menyambung dengan tubing.

BOP wire line yang digunakan adalah 5000 psi.

9. Gas lift Mandrell

Rumah tempat gas lift valve yang di sambungkan dengan tubing. Bentuknya adalah tubing yang

mempunyai perut, dimana berdiameter sebesar tubing ditambah diameter gas lift valve. Perut

tersebut harus diisi gas lift dummy agar lubang yang tersedia tertutup pada saat sumur belum

memerlukan gas lift. Mandrell yang digunakan adalah 2-3/8”.

10. Gas lift Valve

Valve yang dipasang pada gas lift mandrell yang akan terbuka pada tekanan tertentu

11. dummy valve

valve yang dipasang pada gas lift mandrell apabila sumur belum memerlukan gasliftt atau sumur

sedang dilakukan workover tertentu.

12. well head

kepala sumur dimana terdapat tubing hanger, casing hanger dan x-tree.

13. X-tree

Bagian paling atas dari well head yang ,yang terdiri dari tubing adapter, katup-katub, fitting,,

alat pengukur tekanan dan choke. Fungsi X-tree adalah sebagai pengatur laju aliran produksi.

14. cementing Unit

unit peralatan yang digunakan dalam penyemenan, dan dapat juga digunakan untuk melakukan

accidizing, dengan bagian utamanya adalah pompa dengan kapsitas yang besar. Pada

pelaksanaan cementing dan accidizing, PT Medco E&P menggunakan jasa servis dari

Halliburton, baik untuk cementing maupun untuk acidizing Di cementing unit memiliki pompa

dengan tekanan hingga 15.000 psi .

15. logging unit

Page 22: Dasar Teori Perforasi

unit peralatan yang digunakan dalam logging dan perforasi.

Pada pelaksanaan perforasi, PT Medco E&P menggunakan jasa servis dari EPI (Exspan

Petrogas Internusa). Di Logging unit terdapat wire line, peralatan logging, dan ruang monitoring

16. perforator

alat yang digunakan untuk membuat lubang perforasi.bagian dari perforator adalah :

o Prima Cord

HMX 80 gr

o Detonator

0-22 HE

o Charge

Shogun Link

o Accessories

Perforator yang digunakan adalah 2-1/8” Link Shogun,dan biasanya menggunakan 5 SPF.

17. swab tool

peralatan yang digunakan untuk melakukan swabbing.

18. poor boy separator

alat untuk memisahkan fluida dan gas dari fluida hasil swabbing.

Bahan-bahan :

1. salt water

adalah air yang mengandung garam, sehingga memiliki densitas yang lebih kecil dari fresh

water. Biasanya digunakan sebagai killing fluid yaitu cairan untuk mematikan sumur ketika

sumur akan dilakukan workover dan wellservice. SW yang digunakan adalah 8,4 ppg.

2. fresh water

berupa air tawar ,biasanya digunakan untuk spacer, dan circulation fluid.

3. acid

zat yang digunakan dalam melakukan pengasaman pada sumur. Asam yang digunakan adalah

HCl.

4. Acid Additive

Surfactant

Surfactant merupakan zat kimia yang dapat memperkecil tegangan permukaan dari suatu cairan

dengan mengabsorbsi pada permukaan antara cairan dan gas. Penambahan surfactant harus

sesuai dengan additif yang lain agar tidak menimbulkan masalah lain yang merugikan.

Surfactant yang digunakan adalah Losurf.

Corrosion Inhibitor

Corrosion inhibitor merupakan additif yang selalu digunakan dalam setiap operasi pengasaman,

dengan mengingat kondisi asam yang korosif terhadap peralatan logam. Dengan adanya

Page 23: Dasar Teori Perforasi

corrosion inhibitor, walaupun tidak bisa 100% menghilangkan korosi, tetapi dapat mengurangi

laju korosi hingga batas yang dapat ditolerir. corrosion inhibitor yang digunakanadalh HAL-85.

Mutual Solvent

Umumnya mutual solvent digunakan pada saat after flush (overlfush) di belakang campuran HF-

HCl. Fungsinya adalah untuk membersihkan formasi dari sisa-sisa pengasaman. mutual solvent

yang digunakan adalah MUSOL-A.

Aromatic Solvent (anti sludge)

Formasi dengan minyak berat, sludge (gumpalan atau endapan), asphalt dan scale berlapis

minyak perlu digunakan aromatic solvent untuk melarutkannya agar kerja asam lebih baik lagi.

Solven digunakan sebagai preflush atau pendispersi dalam fluida asam treatment untuk

melarutkan hidrokarbon sehingga asam dapat bereaksi dengan material formasi atau materail

asing penyumbat pori. anti sludge yang dipakai adalah AS-7.

5. cement

adalah material yang dipakai untuk penyemenan. Semen yang digunakan adalah semen “G”

Indocement dan semen ”G” Kujang. Semen kelas G digunakan untuk penyemenan dibawah

8000 ft dan merupakan semen dasar.

6. cement additive

Accelerator

Accelerator digunakan untuk mempercepat penguatan semen dan mengurangi waktu WOC. Hal

ini sangat penting untuk mempercepat proses pekerjaan selanjutnya setelah penyemenan,

Retarder

Retarder digunakan untuk menambah thickening time bubur semen, jika diperlukan

penambahan waktu untuk penempatan semen.

LCM

Adalah zat yang digunakan untuk mengurangi terjadinya lost cieculation yang berlebihan di

dalam sumur ke formasi. LCM yang digunakan adalah H322L.

Friction Reduction

Adalah zat additive yang digunakan untuk memgurangi gesekan (friksi) dari semen . additive

yang digunakan adalah CFR3L.

Anti Foam

Adalah zat additive yang digunakan untuk mencegah terjadinya gelembung dalam slurry semen.

Gelembung pada semen akan membuat semen kurang kuat setelah kering. Zat yang digunakan

adalah D-Air2.

Page 24: Dasar Teori Perforasi

Well Completion (Komplesi Sumur)Setelah pemboran mencapai target pemboran (formasi produktif), maka sumur perlu dipersiapkan untuk dikomplesi. Persiapan sumur untuk dikomplesi bertujuan untuk memproduksikan fluida hidrokarbon ke permukaan. Komplesi sumur demikian dikenal dengan istilah Well Completion.

Komplesi sumur meliputi bagian tahapan operasi produksi, yaitu :

1. Tahap pemasangan dan penyemenan pipa selubung produksi (production casing).

2. Tahap perforasi dan atau pemasangan pipa liner.

3. Tahap penimbaan (swabbing) sumur.

2.1. Metoda Well Completion.

Kriteria umum untuk klasifikasi metode well completion didasarkan pada beberapa faktor,

yaitu :

1. Down-hole completion atau formation completion, yaitu membuat hubungan antara formasi

produktif dan sumur produksi dengan tiga metoda adalah sebagai berikut :

a. Open-hole completion (komplesi sumur dengan formasi produktif terbuka).

b. Cased-hole completion atau perforated completion (komplesi sumur dengan formasi produktif dipasang casing dan diperforasi).

c. Sand exclussion completion (problem kepasiran).

2. Tubing completion (komplesi pipa produksi) yaitu merencanakan pemasangan atau pernilillan

pipa produksi (tubing), Vaitu meliputi metoda natural flow dan artificial lift.

3. Well-head completion yaitu meliputi komplesi X-mastree, casing head, dan tubing head.

2.1.1. Open-hole Completion

Page 25: Dasar Teori Perforasi

Pada metoda ini, pipa selubung produksi hanya dipasang hingga di atas zone produktif (zona produktif terbuka). Metoda komplesi ini diterapkan jika formasi produktif kompak dan keuntungannya adalah didapatkannya lubang sumur secara maksimum, kerusakan/skin akibat perforasi dapat dieliminir, mudah dipasang screen, liner, gravel packing dan mudah diperdalam apabila diperlukan. Kerugian metoda ini adalah sulit menempatkan casing produksi pada horison yang tepat di atas zona produktif, sukarnya pengontrolan bila produksi air atau gas berlebihan dan sukarnya menentukan zona stimulasi.

2.1.2. Conventional perforated completion

Pada tipe komplesi ini, casing produksi disemen hingga zona produktif, kemudian dilakukan perforasi. Komplesi ini sangat umum dipakai, terutama apabila formasi perlu penahan atau pada formasi yang kurang kompak.

Keuntungan metoda ini, produksi air atau gas yang berlebihan mudah dikontrol, stimulasi mudah dilakukan, mudah dilakukan penyesuaian untuk konfigurasi multiple completion jika diperlukan. Kerugian metoda ini, diperlukan biaya untuk perforasi dan kerusakan (damage) akibat perforasi.

2.1.3. Sand exclusion types

Akibat terlepasnya pasir dari formasi dan terproduksi bersama fluida, dapat menyebabkan abrasi pada alat-alat produksi dan kerugian lain, maka untuk mengatasi adanya kepasiran diperlukan cara pencegahan pada sistem komplesinya, yaitu dengan menggunakan :

1. Slotted atau screen liner.

2. Menutup permukaan formasi dengan gravel dan ditahan dengan screen (gravel packing system).

2.1.3.1. Slotted atau screen liner.

Cara ini dapat diterapkan baik pada open hole maupun cased hole, yaitu dengan menempatkan slot atau screen didepan formasi. Terdapat tiga bentuk/macam screen :

a. Horizontal slotted screen

b. Vertical slotted screen

c. Wire wrapped screen

Page 26: Dasar Teori Perforasi

Untuk pemasangan liner, mud cake harus dibersihkan terlebih dahulu dari zona produktif untuk mencegah terjadinya penyumbatan (plugging) dengan menggunakan fluida bebas clay aktif pada fluida komplesinya atau dengan menggunakan air garam.

2.1.3.2. Gravel packing.

Gravel pack juga dapat dikerjakan baik pada open hole maupun pada cased hole completion. Metoda ini dilakukan baik untuk memperbaiki kegagalan screen liner maupun sebagai metoda komplesi yang dipilih.

Sebelum menempatkan gravel, lubang harus dibersihkan sehingga ruang/gua untuk menempatkan gravel dapat dibuat, kemudian masukkan screen liner dan pompakan gravel sampai mengisi seluruh ruang atau qua di muka formasi produktif, dengan demikian pasir akan tertahan oleh gravel sehingga fluida produksi bebas dari pasir.

2.2. Perforasi

Pembuatan lubang menembus casing dan semen sehingga terjadi komunikasi antara formasi dengan sumur yang mengakibatkan fluida formasi dapat mengalir ke dalam sumur, disebut perforasi.

2.2.1. Perforator

Untuk melakukan perforasi, digunakan perforator yang dibedakan atas dua tipe perforator

a. Bullet/Gun perforator

b. Shape charge/ Jet perforator

2.2.1.1. Bullet/Gun perforator

Komponen utama dari bullet perforator meliputi :

a. Fluid seal disk: pengaman agar fluida sumur tidak masuk ke dalam alat.

b. Gun barrel

c. Badan gun dimana barrel disekrupkan dan untuk menempatkan sumbu (ignitor) dan propellant (peluru) dengan shear disk didasamya, untuk memegang bullet ditempatnya sampai tekanan maksimum dicapai karena terbakarnya powder.

d. Electric wire : Kawat listrik yang meneruskan arus untuk pengontrolan pembakaran powder charge.

Page 27: Dasar Teori Perforasi

Gun body terdiri silinder panjang terbuat dari besi yang dilengkapi dengan suatu alat kontrol untuk penembakan. Sejumlah gun/susunan gun ditempalkan dengan interval tertentu dan diturunkan kedalam sumur dengan menggunakan kawat (electric wire-line cable) dimana kerja gun dikontrol dan permukaan melalui wire line untuk melepaskan peluru (penembakan) baik secara sendiri-sendiri maupun serentak.

2.2.1.2. Jet Perforator

Prinsip kerja jet perforator berbeda dengan gun perforator, bukannya gaya powder yang melepas bullet tetapi powder yang eksplosif diarahkan oleh bentuk powder chargenya menjadi suatu arus yang berkekuatan tinggi yang dapat menembus casing, semen dan formasi.

2.2.2. Kondisi kerja perforasi

2.2.2.1. Conventional overbalance

Merupakan kondisi kerja di dalam sumur dimana tekanan formasi dikontrol oleh fluida/lumpur komplesi, atau dengan kata lain bahwa tekanan hidrostatik lumpur (Ph) lebih besar dibandingkan .tekanan formasi (Pf), sehingga memungkinkan dilakukan perforasi, pemasangan tubing dan perlengkapan sumur lainnya.

Cara overbalance ini, umumnya digunakan pada

a. Komplesi multizona.

b. Komplesi gravel-pack (cased hole).

c. Komplesi dengan menggunakan liner.

d. Komplesi pada casing intermediate.

Masalah/problem yang sering timbul dengan teknik overbalance ini adalah :

a. Terjadinya kerusakan formasi (damage) yang lebih besar, akibat reaksi antara lumpur komplesi dengan mineral-mineral batuan formasi.

b. Penyumbatan oleh bullet/charge dan runtuhan batuan.

c. Sulit mengontrol terjadinya mud-loss dan atau kick.

Page 28: Dasar Teori Perforasi

d. Clean-up sukar dilakukan.

2.2.2.2. Underbalance

Merupakan kebalikan dari overbalance, dimana tekanan hidrostatik lumpur komplesi lebih kecil dibandingkan tekanan formasi. Cara ini sangat cocok digunakan untuk formasi yang sensitif/reaktif dan umumnya lebih baik dibandingkan overbalance, karena :

a. Dengan Ph

b. Tidak memungkinkan terjadinya mud-loss dan skin akibat reaksi antara lumpur dengan mineral batuan.

c. Clean up lebih cepat dan efektif.

2.2.3. Teknik/cara perforasi

Berdasarkan cara menurunkan gun ke dalam sumur, ada dua teknik perforasi, yaitu

a. Teknik perforasi dengan wireline (wireline conveyed perforation)

b. Teknik perforasi dengan tubing (tubing conveyed perforation).

2.2.3.1. Wireline conveyed perforation

Pada sistem ini gun diturunkan kedalam sumur dengan menggunakan wireline (kawat iistrik).

a. Wireline conveyed perforation

Biasanya menggunakan gun berdiameter besar. Kondisi kerja perforasi dengan teknik ini adalah overbalance, sehingga tidak terjadi aliran setelah perforasi dan menara pemboran dengan blow out preventer (BOP) masih tetap terpasang untuk penyelesaian sumur lebih lanjut.

b. Wireline conveyed tubing gun

Gun berdiameter kecil dimasukkan kedalam sumur melalui x-mastree dan tubing string, setelah tubing dan packer terpasang di atas interval perforasi. Penyalaan gun dilakukan pada kondisi underbalance dan untuk operasi ini, umumnya tidak diperlukan menara pemboran tetapi cukup dengan lubricator (alat kontrol tekanan) atau snubbing unit.

2.2.3.2. Tubing conveyed perforator (TCP)

Page 29: Dasar Teori Perforasi

Gun berdiameter besar dipasang pada ujung bawah tubing atau ujung tail-pipe yang diturunkan kedalam sumur bersama-sama dengan tubing string. Setelah pemasangan Xmastree dan packer, perforasi dilakukan secara mekanik dengan menjatuhkan bar atau go-devil melalui tubing yang akan menghantam firing-head yang ditempatkan di bagian atas perforator. Perforasi dapat dilakukan baik pada kondisi overbalance maupun underbalance dan setelah perforasi dilakukan, gun dibiarkan tetap tergantung atau dijatuhkan ke dasar sumur (rathole).

2.3. Swabbing

Swabbing adalah pengisapan fluida sumur / fluida komplesi setelah perforasi pada kondisi overbalance dilakukan, sehingga fluida produksi dari formasi dapat mengalir masuk kedalam sumur dan kemudian diproduksikan ke permukaan.

Ada 2 sistem pengisapan fluida yang berbeda pada sumur sebelum diproduksikan, yaitu

1. Penurunan densitas cairan.

Dengan menginjeksikan lumpur yang mempunyai densitas lebih kecil dari fluida yang berada di sumur, sehingga densitas lumpur baru akan memperkecil tekanan hidrostatik (Ph) fluida sumur, sehingga akan terjadi aliran dari formasi menuju sumur produksi selanjutnya ke permukaan.

2. Penurunan kolom cairan.

Seperti hainya penurunan densitas, untuk tujuan menurunkan tekanan hidrostatik fluida dalam sumur agar lebih kecil dari tekanan formasi, dapat dilakukan dengan dua cara :

a. Pengisapan.

Dengan memasukkan karet penghisap (swabb-cup) yang berdiameter persis sama dengan tubing untuk swabbing. Dengan cara menarik swab-cup ke atas, maka tekanan dibawah swab-cup menjadi kecil sehingga akan terjadi surge dari bawah yang akan mengakibatkan aliran.

b. Timba

Timba dimasukkan melalui tubing, dimana pada saat timba diturunkan, katup pada ujung membuka dan bila ditarik katup tersebut akan menutup. Dengan cara ini, maka suatu saat tekanan formasi akan melebihi tekanan hidrostatik kolom lumpur.

Page 30: Dasar Teori Perforasi

Perforasi apaan sich? :) “

Perforasi (perforating) adalah proses pelubangan dinding sumur (casing dan lapisan semen) sehingga sumur dapat berkomunikasi dengan formasi. Minyak atau gas bumi dapat mengalir ke dalam sumur melalui lubang perforasi ini.

Perforating gun yang berisi beberapa shaped-charges diturunkan ke dalam sumur sampai ke kedalaman formasi yang dituju. Shaped-charges ini kemudian diledakan dan menghasilkan semacam semburan jet campuran fluida cair dan gas dari bahan metal bertekanan tinggi (jutaan psi) dan kecepatan tinggi (7000m/s) yang mampu menembus casing baja dan lapisan semen. Semua proses ini terjadi dalam waktu yang sangat singkat (17s).

Perforasi dapat dilakukan secara elektrikal dengan menggunakan peralatan logging atau juga secara mekanikal lewat tubing (TCP-Tubing Conveyed Perforations).