Download pdf - CSR Pengolahan Sampah

Transcript
Page 1: CSR Pengolahan Sampah

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM

PENGELOLAAN SAMPAH

(Kasus Implementasi Corporate Social Responsibility

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. di Desa Gunung Sari,

Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor)

Oleh :

Dinda Ayu Lokita

I34070117

\

Dosen Pembimbing :

Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si.

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: CSR Pengolahan Sampah

ABSTRACT

DINDA AYU LOKITA. Community Participation in Trash Management

Program (Studied at Implementation of Corporate Social Responsibility

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. at Gunung Sari Village, District

Citeureup, Bogor). Supervised by NINUK PURNANINGSIH

This research wanted to see level of community participation in trash

management program, the second goal is to identify the factors that determine the

level of community participation in trash management program, and the last goal

is to analyze the correlation of community participation with program’s

effectivity. Quantitative approach that used in this research is survey method.

The research populations are people at RW 4, Gunung Sari Village, district

Citeureup, Bogor. Respondent of this research about 50 persons are chosen by

random technique with same amount of each RT. The results showed the level of

community participation at the stage of tokenism. The factors that have a

significant correlation with the level of community participation is the willingness

and ability, while the opportunity has no significant correlation with level of

community participation in trash management. Participation level have

correlation with program’s effectivity, more higher the level of participation will

increasing program’s effectivity.

Key words: level of participation, program’s effectivity, trash management

program.

Page 3: CSR Pengolahan Sampah

iii

RINGKASAN

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENGELOLAAN

SAMPAH (Kasus Implementasi Corporate Social Responsibility

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. di Desa Gunung Sari, Kecamatan

Citeureup, Kabupaten Bogor). Di bawah bimbingan Ninuk Purnaningsih

Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya tidak hanya untuk mencari

keuntungan, tapi juga harus memperhatikan masyarakat dan lingkungan sekitar

perusahaan yang secara tidak langsung mempengaruhi seluruh operasi

perusahaan. Hal ini juga sesuai dengan konsep triple bottom line yang

dipopulerkan oleh John Elkington tahun 1977.

Cara untuk mencapai hal tersebut adalah dengan melaksanakan kegiatan

Corporate Sosial Responsibility (CSR). CSR merupakan komitmen dunia usaha

untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan

berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan

kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas

komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. CSR merupakan wajib bagi

seluruh perusahaan yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam, hal

tersebut telah diatur dalam Perundang-Undangan di Indonesia, yaitu pada

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Salah satu bentuk implementasi CSR adalah pengembangan masyarakat.

Partisipasi aktif dari masyarakat merupakan hal utama dalam pengembangan

masyarakat. Partisipasi juga merupakan suatu hal yang mutlak harus dilakukan

agar program yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan.

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengetahui sejauhmana tingkat

partisipasi masyarakat dalam implementasi program pengelolaan sampah, 2)

Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat

dalam implementasi program pengelolaan sampah, dan 3) Melihat hubungan

antara tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi program pengelolaan

sampah dengan keberhasilan program pengelolaan sampah.

Penelitian dilakukan di Desa Gunung Sari, Kecamatan Citeureup,

Kabupaten Bogor yang merupakan salah satu desa binaan PT Indocement Tunggal

Page 4: CSR Pengolahan Sampah

iv

Prakarsa Tbk. Responden penelitian ini adalah 50 orang warga RW 4 Desa

Gunung Sari yang merupakan sasaran program pengelolaan sampah yang diambil

dengan jumlah yang sama tiap RT secara acak. Program pengelolaan sampah

adalah salah satu program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh PT

Indocement guna mengatasi masalah sampah yang belum terkelola di beberapa

wilayah yang berada dalam radius unit kerja perusahaan. Selain itu, program ini

juga berlatar-belakang untuk memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan

limbah rumah tangga dan juga untuk membantu pemerintah setempat dalam

pengelolaan kebersihan.

Tingkat partisipasi masyarakat berada pada tahap tokenisme menurut

tangga partisipasi Arstein dimana warga diminta konsultasinya atau diberi

informasi mengenai suatu keputusan, tetapi sebenarnya mereka hanya memiliki

sedikit atau sama sekali tidak memiliki kekuasaan untuk memengaruhi keputusan

tesebut. Hal tersebut dikarenakan warga memang tidak dilibatkan dalam proses

perencanaan program, hanya perwakilan dari warga saja yang dilibatkan.

Faktor yang memiliki hubungan signifikan dengan tingkat partisipasi

adalah sikap responden terhadap lingkungan dan program, motivasi responden

untuk terlibat dalam program dan tingkat pengetahuan responden dalam

pengelolaan sampah. Secara keseluruhan tingkat kemauan dan tingkat

kemampuan memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat partisipasi

sedangkan tingkat kesempatan tidak memiliki hubungan dengan tingkat

partisipasi.

Tingkat partisipasi memiliki hubungan dengan keberhasilan program.

Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam program pengelolaan sampah

maka semakin menentukan keberhasilan program pengelolaan sampah. Manfaat

yang paling dirasakan responden adalah bertambahnya pengetahuan dalam

pengelolaan sampah, sebagai ajang bersosialisasi, menjadikan lingkungan bersih

dan indah.

Page 5: CSR Pengolahan Sampah

v

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM

PENGELOLAAN SAMPAH

(Kasus Implementasi Corporate Social Responsibility

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. di Desa Gunung Sari,

Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor)

Oleh:

DINDA AYU LOKITA

I34070117

SKRIPSI

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Pada

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 6: CSR Pengolahan Sampah

vi

DEPARTEMEN

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh:

Nama : Dinda Ayu Lokita

No. Pokok : I34070117

Judul : Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengelolaan Sampah

(Kasus Implementasi Corporate Social Responsibility

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. di Desa Gunung Sari,

Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor)

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut

Pertanian Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi

NIP. 19690108 199303 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS

NIP. 19550630 198103 1003

Tanggal Lulus Ujian :__________________

Page 7: CSR Pengolahan Sampah

vii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Partisipasi

Masyarakat dalam Program Pengelolaan Sampah (Kasus Implementasi

Corporate Social Responsibility PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. di

Desa Gunung Sari, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor)” benar-benar

hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada

perguruan tinggi atau lembaga manapun dan tidak mengandung bahan-bahan yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang

dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan

sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini.

Bogor, Juli 2011

Dinda Ayu Lokita

NRP. I34070117

Page 8: CSR Pengolahan Sampah

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dinda Ayu Lokita yang dilahirkan di Bogor pada tanggal

20 Juni 1989. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, berasal dari

pasangan Bapak H. Supriyatna dan Hj. Ibu Enok Juaenah. Penulis memiliki satu

kakak perempuan bernama Fritamia Saraswati dan satu adik laki-laki bernama M.

Ikhsan Adipradana. Penulis menamatkan pendidikannya di TK Tunas Sejahtera

Bogor tahun 1995, SDN Panaragan 2 Bogor tahun 2001, SMPN 4 Bogor tahun

2004, dan SMAN 5 Bogor pada tahun 2007. Setelah itu penulis diterima di

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian

Bogor pada tahun 2007 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru

(SPMB).

Penulis sempat aktif dalam Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) dalam divisi

Community Development pada tahun 2009 dan sebagai Bendahara pada tahun

2010. Penulis juga sempat terlibat dalam kepanitian Indonesia Ecology Expo

(INDEX) 2008 dan Get Closer, Fun and Exist with KPM (COFFEE KPM) 2008.

Penulis juga sempat mengikuti beberapa seminar, workshop dan training di

lingkungan kampus.

Page 9: CSR Pengolahan Sampah

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas

rahmat, putunjuk, dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul ”Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengelolaan Sampah

(Kasus Implementasi Corporate Social Responsibility PT Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk. di Desa Gunung Sari, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor)”

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai

pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi

ini, baik secara langsung ataupun tidak langsung, antara lain:

1. Ibu Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, Msi sebagai dosen pembimbing skripsi

yang dengan penuh kesabaran memberikan dorongan, bimbingan, arahan,

dan masukan sejak awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

2. Ibu Ir. Nuraeni W. Prasodjo, MS yang telah bersedia menjadi dosen

penguji utama dalam sidang skripsi.

3. Bapak Ir. Murdianto, MSi yang telah bersedia menjadi dosen penguji

skripsi perwakilan dari Komisi Pendidikan.

4. Papa, Mama, Teteh, dan Ican atas kasih sayang, dorongan, serta doa yang

selalu dicurahkan kepada penulis. Kepada semua keluarga atas doanya.

5. Segenap keluarga PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., ibu Via, bapak

Fajar, ibu Lia, bapak Matsani, bapak Ali, bapak Arel, bapak Usman, bapak

Dedi, dan bapak Ayi atas kebaikan dan pertolongan yang diberikan selama

penelitian.

6. Aparat Desa Gunung Sari, bapak Ade, bapak Muhidin, bapak Dadang

serta ketua RW 04, bapak Khudori atas segala informasi yang diberikan.

7. Karina Swedianti, teman satu bimbingan yang selalu memberikan motivasi

dan saran-saran terbaik kepada penulis.

8. Sahabat-sahabat di KPM 44, terimakasih atas perhatian, motivasi, serta

keceriaan yang selalu menyertai langkah kita.

Page 10: CSR Pengolahan Sampah

x

9. Damar Wahyu Bintoro yang selalu memberikan semangat, doa dan

motivasi kepada penulis.

10. Teman-teman yang selalu memberikan semangat dan motivasi.

11. Staf Sekretariat KPM, terimakasi atas informasi akademik selama

perkuliahan, kolokium, dan sidang.

12. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian

skripsi.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan dan semoga kesuksesan saya dapat membawa kebanggaan dan

bermanfaat bagi semua keluarga, sahabat, teman-teman, bangsa, dan negara.

Amin.

Bogor, Juli 2011

Penulis

Page 11: CSR Pengolahan Sampah

i

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR ISI .................................................................................................. i

DAFTAR TABEL .......................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang................................................................................ 1

1.2. Perumusan Masalah........................................................................ 3

1.3. Tujuan Penelitian............................................................................ 3

1.4. Kegunaan Penelitian....................................................................... 3

2. PENDEKATAN TEORITIS

2.1. Tinjauan Pustaka............................................................................. 5

2.1.1 Definisi Partisipasi ......................................................................... 5

2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi.......................................... 7

2.1.3. Tingkat Partisipasi.......................................................................... 8

2.1.4. Penghalang dan Faktor Kondusif Bagi Partisipasi.......................... 13

2.1.5 Konsep dan Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)........ 14

2.1.6. Implementasi CSR.......................................................................... 16

2.1.7 CSR dan Pemberdayaan Masyarakat ............................................. 20

2.1.8. Keberhasilan Program..................................................................... 22

2.2. Kerangka Pemikiran........................................................................ 23

2.3. Hipotesis Penelitian........................................................................ 25

2.4. Definisi Operasional....................................................................... 26

3. PENDEKATAN LAPANG

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................... 31

3.2. Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 32

3.3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data............................................ 33

3.3.1. Uji Korelasi Rank Spearman ......................................................... 33

4. GAMBARAN UMUM PT INDOCEMENT TUNGGAL

PRAKARSA TBK., DESA GUNUNG SARI, DAN PROGRAM

PENGELOLAAN SAMPAH

4.1. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk .......................................... 35

4.2. Visi, Misi, dan Moto PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ........ 35

Page 12: CSR Pengolahan Sampah

ii

4.3. Corporate Social Responsibility Departement .............................. 36

4.4. Desa Binaan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ..................... 38

4.5. Desa Gunung Sari, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor ....... 38

4.6. Program Pengelolaan Sampah ......................................................... 42

4.6.1. Latar Belakang Program .................................................................. 42

4.6.2. Tujuan Program ............................................................................... 42

4.6.3. Deskripsi Program ........................................................................... 43

5. KARAKTERISTIK RESPONDEN

5.1. Usia .................................................................................................. 46

5.2. Tingkat Pendidikan .......................................................................... 47

5.3. Pekerjaan ......................................................................................... 47

5.4. Tingkat Pendapatan ......................................................................... 48

5.5. Sumber Informasi Program ............................................................. 49

6. FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PARTISIPASI

6.1. Tingkat Kemauan ............................................................................ 50

6.1.1. Sikap Responden terhadap Lingkungan dan Program .................. 50

6.1.2. Motivasi ........................................................................................... 56

6.2. Faktor Kemampuan ......................................................................... 58

6.2.1. Pengetahuan dalam Pengelolaan Sampah ....................................... 58

6.2.2. Keterampilan dalam Pengelolaan Sampah ...................................... 60

6.2.3. Pengalaman dalam Pengelolaan Sampah ........................................ 62

6.3. Faktor Kesempatan .......................................................................... 63

6.3.1. Manajemen Program ....................................................................... 63

6.4. Ikhtisar ............................................................................................. 64

6.4.1. Tingkat Kemauan ............................................................................ 65

6.4.2. Tingkat Kemampuan ....................................................................... 65

6.4.3. Tingkat Kesempatan ........................................................................ 66

7. HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR PENDORONG

PARTISIPASI DENGAN TINGKAT PARTISIPASI

7.1. Faktor Kemauan dengan Tingkat Partisipasi ................................... 68

7.1.1. Hubungan antara Sikap dengan Tingkat Partisipasi dalam

Program Pengelolaan Sampah ......................................................... 69

7.1.2. Hubungan antara Motivasi dengan Tingkat Partisipasi dalam

Program Pengelolaan Sampah ......................................................... 70

7.2. Faktor Kemampuan dengan Tingkat Partisipasi ............................. 71

Page 13: CSR Pengolahan Sampah

iii

7.2.1. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Partisipasi

dalam Program Pengelolaan Sampah............................................... 71

7.2.2. Hubungan antara Tingkat Keterampilan dengan Tingkat

Partisipasi dalam Program Pengelolaan Sampah ............................ 73

7.2.3. Hubungan antara Tingkat Pengalaman dengan Tingkat Partisipasi

dalam Program Pengelolaan Sampah .............................................. 74

7.3. Faktor Kesempatan dengan Tingkat Partisipasi .............................. 75

7.3.1. Hubungan antara Manajemen Program dengan Tingkat Partisipasi

dalam Program Pengelolaan Sampah .............................................. 75

7.4. Ikhtisar ............................................................................................. 77

7.4.1. Hubungan antara Tingkat Kemauan dengan Tingkat Partisipasi

dalam Program Pengelolaan Sampah .............................................. 77

7.4.2. Hubungan antara Tingkat Kemampuan dengan Tingkat Partisipasi

dalam Program Pengelolaan Sampah .............................................. 78

7.4.3. Hubungan antara Tingkat Kesempatandengan Tingkat Partisipasi

dalam Program Pengelolaan Sampah .............................................. 79

8. TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM

PENGELOLAAN SAMPAH

8.1. Tingkat Partisipasi dalam Program ................................................. 81

8.1.1. Perencanaan .................................................................................... 81

8.1.2. Pelaksanaan ..................................................................................... 82

8.1.3. Evaluasi ........................................................................................... 85

8.1.4. Menikmati Hasil .............................................................................. 86

8.2. Ikhtisar ............................................................................................. 86

9. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN

KEBERHASILAN PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH

9.1. Keberhasilan Program ..................................................................... 90

9.2. Hubungan antara Tingkat Partisipasi dengan Keberhasilan

Program Pengelolaan Sampah ......................................................... 91

9.3. Ikhtisar ............................................................................................. 92

10. PENUTUP

10.1. Kesimpulan ...................................................................................... 93

10.2. Saran ................................................................................................ 94

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 96

LAMPIRAN

Page 14: CSR Pengolahan Sampah

iv

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Kontinum partisipasi masyarakat dari UK Helath fo All Network 10

Tabel 2. Karakteristik Tahap-Tahap Kedermawanan Sosial Perusahaan .... 19

Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2011................................... 31

Tabel 4. Jumlah Populasi dan Jumlah Sampel Responden .......................... 32

Tabel 5. Penduduk Desa Gunung Sari Menurut Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin Tahun 2010 (dalam jumlah dan persen …………………. 39

Tabel 6. Penduduk Desa Gunung Sari Menurut Tiga Jenis Pekerjaan

Utama dan Jenis Kelamin Tahun 2010 (dalam jumlah dan persen) 40

Tabel 7. Data Demografi Sosbudag dan Olah Raga Desa Gunung Sari

Tahun 2010 ……………………………………………………….. 41

Tabel 8. Data Demografi Pendidikan Desa Gunung Sari Tahun 2010 …….. 41

Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Usia, Tahun 2011 ...... 46

Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan

yang Ditamatkan, Tahun 2011 …………………………………... 47

Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Pekerjaan,

Tahun 2011………………………………………………………. 48

Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendapatan,

Tahun 2011 ……………………………………………………… 48

Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Sumber Informasi

tentang Program Pengelolaan Sampah, Tahun 2011 ……………. 49

Tabel 14. Persentase Responden Mengenai Sikap terhadap lingkungan …... 50

Tabel 15. Persentase Responden Mengenai Sikap terhadap Program

Pengelolaan Sampah …………………………………………….. 51

Tabel 16. Persentase Responden Mengenai Sikap untuk Terlibat dalam

Program Pengelolaan Sampah ………………………………… 52

Tabel 17. Persentase Responden Mengenai Sikap dalam Kesediaan

Menyebarkan Informasi Mengenai Program ……………………. 53

Tabel 18. Persentase Responden Mengenai Sikap dalam Kesedian

Mengajak Warga untuk Terlibat dalam Program ………………... 54

Tabel 19. Persentase Responden Mengenai Sikap terhadap Rangkaian

Program Pengelolaan Sampah …………………………………... 55

Tabel 20. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Sikap Responden

terhadap Lingkungan dan Program Pengelolaan Sampah ………. 56

Page 15: CSR Pengolahan Sampah

v

Tabel 21. Persentase Responden Mengenai Motivasi untuk Berpartisipasi

dalam Program Pengelolaan Sampah ……………………………. 57

Tabel 22. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Motivasi

untuk Berpartisipasi dalam Program Pengelolaan Sampah ……... 58

Tabel 23. Persentase Responden Mengenai Pengetahuan dalam

Pengelolaan Sampah …………………………………………….. 59

Tabel 24. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan Responden dalam Program Pengelolaan Sampah ... 59

Tabel 25. Persentase Responden Mengenai Keterampilan Responden dalam

Pengelolaan Sampah Sebelum Ada Program ……………………. 60

Tabel 26. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat

Keterampilan Responden dalam Pengelolaan Sampah ………….. 61

Tabel 27. Persentase Responden Mengenai Pengalaman Responden dalam

Pengelolaan Sampah Sebelum Ada Program ……………………. 62

Tabel 28. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat

Pengalaman Responden dalam Pengelolaan Sampah …………… 62

Tabel 29. Persentase Responden Mengenai Manajemen Program

Pengelolaan Sampah …………………………………………….. 63

Tabel 30. Jumlah dan Persentase Tanggapan Responden Mengenai Tingkat

Manajemen Program dalam Program Pengelolaan Sampah …….. 64

Tabel 31. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Kemauan .... 65

Tabel 32. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Kemampuan

dalam Pengelolaan Sampah ……………………………….…….. 66

Tabel 33. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Kesempatan

untuk Berpartisipasi dalam Program Pengelolaan Sampah ……... 66

Tabel 34. Jumlah dan Persentase Tingkat Partisipasi Responden dalam

Program Pengelolaan Sampah …………………………………... 68

Tabel 35. Hubungan antara Sikap Responden terhadap Lingkungan dan

Program Pengelolaan Sampah dengan Tingkat Partisipasi

Responden dalam Program Pengelolaan Sampah ……………….. 69

Tabel 36. Hubungan antara Motivasi Responden dengan Tingkat

Partisipasi Responden dalam Program Pengelolaan Sampah …... 71

Tabel 37. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Responden dengan

Tingkat Partisipasi dalam Program Pengelolaan Sampah ………. 72

Tabel 38. Hubungan antara Tingkat Keterampilan Responden dengan

Tingkat Partisipasi dalam Program pengelolaan Sampah ……….. 73

Tabel 39. Hubungan antara Tingkat Pengalaman Responden dengan

Tingkat Partisipasi dalam Program Pengelolaan Sampah ………. 75

Tabel 40. Hubungan antara Manajemen Program dengan Tingkat

Partisipasi dalam Program Pengelolaan Sampah ………………... 76

Page 16: CSR Pengolahan Sampah

vi

Tabel 41. Hubungan Antara Tingkat Kemauan dengan Tingkat Partisipasi

dalam Program Pengelolaan Sampah ............................................. 77

Tabel 42. Hubungan Antara Tingkat Kemampuan dengan Tingkat

Partisipasi dalam Program Pengelolaan Sampah ........................... 78

Tabel 43. Hubungan antara Tingkat Kesempatan dengan Tingkat

Partisipasi dalam Program Pengelolaan Sampah ………………... 79

Tabel 44. Jumlah dan Persentase Responden mengenai Keberhasilan

Program Pengelolaan Sampah …………………………………... 90

Tabel 45. Hubungan antara Tingkat Partisipasi Responden dengan

Keberhasilan Program Pengelolaan Sampah ……………………. 91

Page 17: CSR Pengolahan Sampah

vii

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Jenjang Partisipasi warga negara Arstein (1969)......................... 9

Gambar 2. Kerangka berpikir Partisipasi Masyarakat dalam Program

Pengelolaan Sampah ................................................................... 24

Gambar 3. Struktur Organisasi CSR PT Indocement ................................... 37

Gambar 4. Flow Pengelolaan Sampah menjadi Energi ................................ 44

Gambar 5. Tingkat Partisipasi Responden dalam Perencanaan Program

Pengelolaan Sampah ................................................................... 82

Gambar 6. Tingkat Partisipasi Responden dalam Pelaksanaan Program

Pengelolaan Sampah ................................................................... 83

Gambar 7. Tingkat Partisipasi Responden dalam Kegiatan Evaluasi

Program Pengelolaan Sampah .................................................... 85

Gambar 8. Tingkat Partisipasi Responden dalam Kegiatan Menikmati

Hasil Program Pengelolaan Sampah ........................................... 87

Gambar 9. Tingkat Partisipasi dalam Program Pengelolaan Sampah di RW

4 Desa Gunung Sari .................................................................... 88

Page 18: CSR Pengolahan Sampah

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Lokasi Penelitian ...................................................................... 99

Lampiran 2. Struktur Organisasi UPK ........................................................ 100

Lampiran 3. Dokumentasi Program ............................................................ 100

Lampiran 4. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman ........................................ 102

Page 19: CSR Pengolahan Sampah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam paradigma pembangunan yang berbasis pada pemberdayaan

masyarakat, partisipasi masyarakat dibutuhkan untuk menjamin keberlanjutan

program pembangunan. Pemberdayaan masyarakat pada intinya adalah bagaimana

individu, kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka

sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginan

mereka Shardlow (1998) dalam Ambadar (2008). Dari konsepsi di atas, dapat

disimpulkan bahwa kegiatan pemberdayaan masyarakat mensyaratkan

kemandirian masyarakat yang tidak akan berjalan tanpa adanya partisipasi dari

masyarakat yang merupakan subyek pembangunan.

Partisipasi sangat dibutuhkan dalam proses pemberdayaan karena

partisipasi merupakan proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri,

dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan

proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol

secara efektif (Nasdian 2006).

Konsep pemberdayaan masyarakat sering digunakan perusahaan sebagai

salah satu pengimplementasian kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR).

Menurut The Word Business Council for Sustainable Development (WBCSD)

yang dikutip oleh Wibisono (2007) CSR didefinisikan sebagai komitmen dunia

usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan

berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan

kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas

komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. Dari definisi di atas, kegiatan

CSR memiliki tujuan untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat agar

masyarakat dapat mencapai kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang lebih baik

sehingga masyarakat menjadi lebih sejahtera melalui pembangunan berkelanjutan

yang berlandaskan pada tiga pilar utama yaitu masyarakat (people), lingkungan

(planet) dan keuntungan (profit) atau yang lebih dikenal dengan istilah triple

bottom line yang dipopulerkan oleh John Elkington pada tahun 1997. Dengan kata

Page 20: CSR Pengolahan Sampah

2

lain, pengimlementasian CSR merupakan salah satu wadah kegiatan

pemberdayaan masyarakat.

Berbagai program CSR yang telah dirancang oleh perusahaan agar

pelaksanaan tepat pada sasaran yang diinginkan tidak akan tercapai tanpa adanya

partisipasi dari masyarakat. Partisipasi juga menggambarkan dukungan

masyarakat terhadap program, implikasinya program akan berjalan berkelanjutan.

Pada prakteknya, banyak program CSR yang dijalankan hanya sekedar

kewajiban dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat karena dalam

penyusunan program dan dalam tiap tahapan kegiatan hanya sedikit atau tidak ada

keterlibatan masyarakat, Program yang dilaksanakan lebih bersifat topdown.

Masyarakat menjadi tidak mendukung program karena memang tidak sesuai

dengan kebutuhan mereka, program menjadi sia-sia karena berjalan tidak

berkelanjutan.

Program pemberdayaan masyarakat seharusnya dilakukan dengan tujuan

untuk menjadikan masyarakat sekitar perusahaan mandiri dengan melibatkan

partisipasi aktif masyarakat dalam setiap tahapan pelaksanaan kegiatan CSR.

Partisipasi merupakan elemen penting dalam suatu kegiatan yang dilakukan

bersama dengan masyarakat karena partisipasi merupakan jalan menuju

pemberdayaan. Partisipasi juga merupakan suatu hal yang mutlak harus dilakukan

agar program yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan.

Lingkungan sebagai salah satu pilar pembangunan berkelanjutan sering

dijadikan dasar program CSR. Salah satu contoh program dengan pilar lingkungan

adalah program pengelolaan sampah yang dilakukan oleh PT Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk. Sampah merupakan masalah yang sampai saat belum terselesaikan.

Sampah yang menumpuk tanpa pengelolaan yang baik tentu akan menjadi sumber

penyakit dan sangat mencemari lingkungan. Sampah sebenarnya dapat

dimanfaatkan dan memiliki nilai jual jika dikelola dengan baik. Dalam

implementasi program pengelolaan sampah, partisipasi aktif dari warga yang

menjadi sasaran program sangat diperlukan.

Penelitian ini ingin melihat sejauhmana tingkat partisipasi warga pada

program pengelolaan sampah yang merupakan salah satu bentuk implementasi

CSR PT Indocement yang seharusnya melibatkan warga dalam dalam setiap

Page 21: CSR Pengolahan Sampah

3

tahapan kegiatan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor pendorong partisipasi dan

implikasinya pada keberhasilan program pengelolaan sampah.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, penelitian

ini ingin melihat seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat dalam

implementasi program pengelolaan sampah. Kemudian secara spesifik penelitian

ini akan memusatkan perhatian permasalahan yang disebutkan di bawah ini:

1. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi program

pengelolaan sampah?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam

implementasi program pengelolaan sampah?

3. Bagaimana hubungan antara tingkat partisipasi masyarakat dalam

implementasi program pengelolaan sampah dengan keberhasilan program

pengelolaan sampah?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka

tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk:

1. Mengidentifikasi tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi

program pengelolaan sampah.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi

masyarakat dalam implementasi program pengelolaan sampah.

3. Menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi masyarakat dalam

implementasi program pengelolaan sampah dengan keberhasilan program

pengelolaan sampah.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kalangan

akademisi, perusahaan, dan masyarakat serta instansi terkait. Manfaat tersebut

antara lain:

1. Bagi Kalangan Akademisi

Page 22: CSR Pengolahan Sampah

4

Tulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman

mengenai partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program CSR serta

faktor apa saja yang mempengaruhinya.

2. Bagi Perusahaan

Tulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada perusahaan

mengenai partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan program CSR pada

program pengelolaan sampah khususnya sehingga dapat melakukan upaya

perusahaan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan juga

perbaikan-perbaikan mengenai program.

3. Bagi Masyarakat dan Instansi Terkait

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi jembatan antara masyarakat

dengan perusahaan. Masyarakat dapat memberikan informasi yang

sebenarnya mengenai keterlibatan mereka dalam program, saran, kritik,

dan aspirasinya sehingga dapat menjadi bahan evaluasi bagi semua pihak

khususnya perusahaan. Sedangkan bagi instansi terkait, penelitian dapat

dijadikan bahan pertimbangan dalam mengeluarkan kebijakan yang terkait

dengan keberadaan perusahaan dan aturan pelaksanaan program CSR.

Page 23: CSR Pengolahan Sampah

5

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1. Tijauan Pustaka

2.1.1. Definisi Partisipasi

Partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1977) dalam Manoppo (2009)

adalah keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan tentang

apa yang akan dilakukan dan bagaimana cara kerjanya, keterlibatan masyarakat

dalam pelaksanaan program dan pengambilan keputusan yang telah ditetapkan

melalui sumbangan sumberdaya atau bekerja sama dalam suatu organisasi,

keterlibatan masyarakat menikmati hasil dari pembangunan serta dalam evaluasi

pelaksanaan program. Pearse dan Stifel (1979 disitir oleh Kannan 2002) dalam Ife

dan Tesoriero (2006) memfokuskan pada rakyat yang biasanya tidak dilibatkan

memiliki kendali terhadap sumberdaya dan institusi. Paul (1987 disitir Kannan

2002) dalam Ife dan Tesoriero (2006) berpendapat bahwa dalam partisipasi harus

mencakup memampuan rakyat untuk memengaruhi kegiatan-kegiatan sedemikian

rupa sehingga dapat meningkatkan kesejahterannya.

Partisipasi diatas mengacu pada pengertian partisipasi sebagai keterlibatan

aktif masyarakat dalam empat tahap kegiatan, yaitu:

1. Tahap proses pengambilan keputusan tentang rencana kegiatan

Partisipasi dalam tahap pengambilan keputusan atau perencanaan

dibedakan atas tiga kegiatan, yakni:

a. Pada saat penentuan keputusan awal mengenai kegiatan dengan

memperhatikan keperluan dan prioritas kegiatan yang akan dikerjakan;

b. Ikut serta secara terus menerus dalam setiap proses pengambilan

keputusan;

c. Ikut serta dalam merumuskan keputusan mengenai rencana kerja.

2. Tahap pelaksanaan kegiatan

Partisipasi dalam tahap pelaksanaan dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Sumbangan sumberdaya yang berupa sumbangan tenaga dengan ikut

bekerja dalam program, sumbangan materi, dan atau informasi;

b. Terlibat dalam kegiatan administrasi dan koordinasi;

Page 24: CSR Pengolahan Sampah

6

c. Ikut serta sebagai perserta dari program yang dilaksanakan.

3. Tahap evaluasi

Partisipasi dalam tahap evaluasi merupakan tahap yang penting bagi para

pengambil keputusan untuk memperoleh masukan mengenai pelaksanaan

program.

4. Tahap menikmati hasil

Partisipasi dalam tahap menikmati manfaat mencakup:

a. keuntungan materiil yang berupa meningkatnya pendapatan dan

konsumsi, baik dalam bentuk jumlah maupun distribusinya merata;

b. keutungan sosial antara lain meningkatnya pendidikan dan

terberantasnya buta huruf;

c. Keuntungan perorangan, antara lain berupa kemampuan status sosial

seseorang serta meningkatnya kekuasaan politik, Cohen dan Uphoff

(1977) dalam Manoppo (2009).

Cohen dan Uphoff (1980) dalam Barnas (1988) dalam Ramadyanti (2009)

membagi tipe partisipasi yang bertolak dari dimensi partisipasi yaitu:

1. Jenis partisipasi yang diharapkan, meliputi:

a. Partisipasi dalam mengambil keputusan (perencanaan)

b. Partisipasi dalam pelaksanaan

c. Partisipasi dalam menerima manfaat

d. Partisipasi dalam evaluasi

2. Siapa yang berpartisipasi terdiri dari:

a. Penduduk setempat

b. Pemimpin setempat, meliputi: pemimpin informal, pemimpin

organisasi formal, dan pemerintah setempat

c. Aparatur pemerintah

d. Orang luar desa

3. Bagaimana proses partisipasi itu berlangsung, meliputi beberapa hal:

a. Apakah inisitif partisipasi itu timbul dari atas atau dari bawah?

b. Apakah dorongan untuk berpartisipasi itu bersifat bebas atau

paksaan?

c. Bagaimana struktur partisipasi?

Page 25: CSR Pengolahan Sampah

7

d. Bagaimana saluran partisipasi, apakah secara individu atau secara

kolektif, apakah melalui organisasi formal atau informal, apakah

partisipasi itu langsung atau tidak langsung?

e. Jangka waktu partisipasi

f. Lingkup partisipasi

g. Kemampuan masyarakat untuk memperoleh manfaat sesuai yang

diharapkan sebagai hasil partisipasinya.

2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Timbulnya partisipasi merupakan ekspresi perilaku manusia untuk

melakukan suatu tindakan, dimana perwujudan dari perilaku tersebut didorong

oleh adanya tiga faktor utama yang mendukung, yaitu (1) kemauan; (2)

kemampuan; dan (3) kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi, Dorodjatin

(1990) dalam Manoppo (2009).

Slamet (2003) menyebutkan terdapat syarat-syarat yang diperlukan agar

masyarakat dapat berpartisipasi dalam pembangunan, yaitu adanya kesempatan

untuk membangun kesempatan dalam pembangunan, adanya kemampuan untuk

memanfaatkan kesempatan itu, dan adanya kemauan untuk berpartisipasi.

Kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan yang menuju

peningkatan kualitas hidup itu dapat bermacam-macam bentuknya, salah satunya

berupa pembukaan akses kepada masyarakat oleh pengelola pembangunan agar

masyarakat dapat secara mudah memanfaatkannya. Kesempatan yang ada tidak

akan banyak berarti jika masyarakat yang bersangkutan tidak memiliki cukup

kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan itu bagi keuntungan dirinya

sehingga mereka dapat memperbaiki hidupnya. Kemampuan sangat dipengaruhi

oleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental.

Ife dan Tesoriero (2006) mengemukakan bahwa terdapat beberapa kondisi

yang mendorong partisipasi. Kondisi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Orang akan berpartisipasi apabila mereka merasa isu atau aktivitas tersebut

penting. Masyarakat akan menganggap suatu isu menjadi penting apabila

isu tersebut merupakan kebutuhan dan menjadi prioritas mereka.

Page 26: CSR Pengolahan Sampah

8

2. Orang harus merasa bahwa aksi mereka akan membuat perubahan.

Masyarakat mungkin telah menentukan pekerjaan sebagai prioritas utama,

tetapi jika orang tidak percaya bahwa aksi masyarakat akan membuat

perubahan terhadap prospek peluang kerja lokal, akan kecil insentif untuk

berpartisipasi.

3. Berbagai bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai. Seseorang mungkin

percaya suatu isu penting, dan bahwa aksi masyarakat dapat menghasilkan

sesuatu, tetapi mungkin ia percaya bahwa anggota masyarakat yang lain

akan mampu mengerjakannya, dan ia tidak mempunyai sesuatu untuk

dikontribusikan. Partisipasi masyarakat haruslah sesuatu buat semua

orang, dan variasi keterampilan, bakat dan minat orang harus

diperhitungkan dan dihargai.

4. Orang harus bisa berpartisipasi, dan didukung dalam partisipasinya. Isu-

isu yang dianggap penting dan kondisi yang mendukung sangat penting

untuk diperhitungkan. Kegagalan melakukan hal tersebut berakibat

beberapa bagian dari masyarakat tidak berpartisipasi, meskipun mereka

sangat ingin.

5. Struktur dan proses tidak boleh mengucilkan. Prosedur pertemuan dan

teknik pembuatan keputusan sering bersifat mengucilkan banyak orang,

khususnya bagi mereka yang tidak bisa „berpikir cepat‟, tidak ingin

menginterupsi, kurang percaya diri atau tidak memiliki kemahiran

berbicara. Alternatif cara yang dapat dilakukan adalah bahwa masyarakat

itu sendiri yang harus mengontrol struktur dan proses.

2.1.3. Tingkat Partisipasi

Arstein menggambarkan partisipasi masyarakat adalah suatu pola

bertingkat (ladder patern). Partisipasi masyarakat bertingkat sesuai dengan

gradasi kekuasaan yang dapat dilihat dalam proses pengambilan keputusan.

Menurut Arstein dalam Ife (2006) terdapat delapan tingkatan partisipasi yang

digambarkan dalam bentuk tangga partisipasi sebagai berikut:

Page 27: CSR Pengolahan Sampah

9

Derajat Kekuatan

warga negara

tokenisme

Non-partisipasi

Gambar 1 Jenjang partisipasi warga negara Arstein (1969)1

Tipologi partisipasi menggambarkan derajat keterlibatan masyarakat

dalam proses partisipasi yang didasarkan pada seberapa besar kekuasaan (power)

yang dimiliki masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. Kegunaan dari

adanya tipologi ini adalah: (a) untuk membantu memahami praktek dari proses

pelibatan masyarakat, (b) untuk mengetahui sampai sejauh mana upaya

peningkatan partisipasi masyarakat dan (c) untuk menilai dan mengevaluasi

keberhasilan kinerja dari pihak-pihak yang melakukan pelibatan masyarakat.

Penjelasan mengenai tingkatan partisipasi secara singkat dapat dilihat dari

tabel berikut:

1 Sumber: Dicetak ulang dengan izin dari the Journal of the American Planning

Association. Hak cipta American Planning Association, Juli 1969

dalam Ife dan Tesoriero (2006) hal. 299.

Kontrol Warga

Negara

Kekuasaan

didelegasikan

Kemitraan

Menenangkan

Konsultasi

Menginformasikan

Terapi

Manipulasi

Demokrasi, partisipasi

deliberatif

Demokrasi

representatif

Eksploitasi

Page 28: CSR Pengolahan Sampah

10

Tabel 1. Kontinum partisipasi masyarakat dari UK Health for All Network2

Tinggi Memiliki kontrol Organisasi meminta masyarakat

mengidentifikasi masalah dan membuat

seluruh keputusan kunci tentang tujuan dan

cara-cara. Bersedia membantu masyarakat

pada setiap langkah untuk menyelesaikan

tujuan-tujuan.

Mendelegasikan Organisasi mengidentifikasi dan

mempresentasikan sebuah masalah kepada

masyarakat, menetapkan batas-batas dan

meminta masyarakat membuat serangkaian

keputusan yang dapat dimasukan ke dalam

sebuah rencana yang akan diterimanya.

Merencanakan bersama Organisasi mempresentasikan sebuah rencana

sementara yang dapat berubah dan terbuka

untuk menerima masukan dari mereka yang

terkena pengaruh. Kemudian mengharapkan

dapat mengubah rencana sedikit atau banyak.

Menasehati Organisasi mempresentasikan sebuah rencana

dan mengundang pertanyaan-pertanyaan.

Bersiap mengubah rencana hanya jika sangat

diperlukan.

Dikonsultasikan Organisasi mencoba mempromosikan sebuah

rencana. Berupaya mengembangkan

dukungan untuk mempermudah penerimaan

atau memberikan sanksi secukupnya kepada

rencana sehingga persetujuan administratif

diharapkan.

Menerima Informasi Organisasi membuat sebuah rencana dan

mengumumkannya. Masyarakat dipanggil

rapat untuk maksud pemberian informasi.

Persetujuan diharapkan.

Nihil Masyarakat tidak diberitahu apa-apa.

Rendah

Tingkatan tangga partisipasi identik dengan kekuasaan masyarakat, seperti

penjelasan berikut:

1. Pasif/manipulatif adalah partisipasi yang tidak perlu menuntut respon

partisipan untuk terlibat banyak. Perusahaan sebagai pengelola program

2 Sumber: Ife dan Tesoriero, ”Community Development, Alternatif

Pengembangan Masyarakat di era Globalisasi” (2008) Hal 301

Page 29: CSR Pengolahan Sampah

11

akan meminta anggota komunitas (misal ketua RT atau orang yang

berpengaruh) untuk mengumpulkan tanda tangan warga sebagai wujud

kesediaan dan dukungan warga terhadap perusahaan atau instansi yang

dimaksud. Orang suruhan tersebut biasanya diberi biaya cukup berikut

warga yang menandatangani kertas persetujuan yang bersangkutan. Pada

tangga partisipasi ini bisa diartikan relatif tidak ada komunikasi apalagi

dialog.

2. Terapi adalah partisipasi yang melibatkan anggota komunitas lokal dan

anggota komunitas lokal memberikan jawaban atas pertanyaan yang

diberikan tetapi jawaban anggota komunitas tidak memberikan pengaruh

terhadap kebijakan dan tidak ada pengaruh dalam mempengaruhi keadaan.

Merupakan kegiatan dengar pendapat dengan mengumpulkan beberapa

penduduk lokal untuk saling tanya jawab dengan perusahaan atau

penyelenggara program sedangkan pendapat dari penduduk lokal sama

sekali tidak dapat mempengaruhi program yang sedang berjalan. Pada

level ini telah ada komunikasi namun bersifat terbatas. Inisiatif datang dari

pemerintah dan hanya satu arah.

Tangga ketiga, keempat dan kelima dikategorikan sebagai derajat

tokenisme dimana rakyat diminta konsultasinya atau diberi informasi

mengenai suatu keputusan, tetapi sebenarnya mereka hanya memiliki

sedikit atau sama sekali tidak memiliki kekuasaan untuk memengaruhi

keputusan tersebut, Arstein (1969) dalam Ife dan Tesoriero (2006). Peran

serta pada jenjang ini memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk

menghasilkan perubahan dalam masyarakat.

3. Pemberitahuan adalah kegiatan yang dilakukan oleh instansi

penyelenggara program sekedar melakukan pemberitahuan searah atau

sosialisasi ke komunitas sasaran program. Pada jenjang ini komunikasi

sudah mulai banyak terjadi tapi masih bersifat satu arah dan tidak ada

sarana timbal balik. Informasi telah diberikan kepada masyarakat tetapi

masyarakat tidak diberikan kesempatan melakukan tanggapan balik

(feedback).

Page 30: CSR Pengolahan Sampah

12

4. Konsultasi, dalam tingkatan ini anggota komunitas diberikan

pendampingan dan konsultasi dari semua pihak (pemerintah, perusahaan,

dan instansi lain terkait) sehingga pandangan-pandangan diberitahukan

dan tetap dilibatkan dalam penentuan keputusan. Model ini memberikan

kesempatan dan hak kepada wakil dari penduduk lokal (misalnya pemuka

adat, agama, aparat desa) untuk menyampaikan pandangannya terhadap

wilayahnya (sistem perwakilan). Komunikasi telah bersifat dua arah, tapi

masih bersifat partisipasi yang ritual. Sudah ada penjaringan aspirasi, telah

ada aturan pengajuan usulan, telah ada harapan bahwa aspirasi masyarakat

akan didengarkan, tapi belum ada jaminan apakah aspirasi tersebut akan

dilaksanakan ataupun perubahan akan terjadi.

5. Penenangan, dalam tingkatan ini komunikasi telah berjalan baik dan sudah

ada negosiasi antara masyarakat dan pemerintah. Masyarakat

dipersilahkan untuk memberikan saran atau merencanakan susulan

kegiatan. Namun pemerintah atau instansi penyelenggara program tetap

menahan kewenangan untuk menilai kelayakan dan keberadaan usulan

tersebut. Pada tahap ini pula diperkenalkan adanya suatu bentuk partisipasi

dengan materi, artinya anggota komunitas diberikan insentif tertentu untuk

kepentingan perusahaan atau pemerintah, ataupun instansi terkait. Atau

hanya beberapa tokoh di komunitas yang mendapat insentif, sehingga

tidak mewakilkan komunitas secara keseluruhan. Hal ini dilakukan agar

warga yang telah mendapat insentif segan untuk menentang program. Tiga

tangga teratas dikategorikan sebagai bentuk yang sesungguhnya dari

partisipasi dimana masyarakat memiliki pengaruh dalam proses

pengambilan keputusan.

6. Kerjasama atau partisipasi fungsional dimana semua pihak mewujudkan

keputusan bersama (pemerintah/instansi, dan komunitas). Suatu bentuk

partisipasi yang melibatkan tokoh komunitas dan atau ditambah lagi oleh

warga komunitas, ”duduk berdampingan” dengan aparat pemerintahan

serta perusahaan/instansi terkait secara bersama-sama merancang sbuah

program yang akan diterapkan pada komunitas.

Page 31: CSR Pengolahan Sampah

13

7. Pendelegasian wewenang adalah suatu bentuk partisipasi aktif dimana

anggota komunitas melakukan perencanaan, implementasi, dan

monitoring. Anggota komunitas diberikan kekuasaan untuk melaksanakan

sebuah program dengan dengan cara ikut memberikan proposal bagi

pelaksanaan program bahkan pengutamaan pembuatan proposal oleh

komunitas yang bersangkutan dengan program itu sendiri.

8. Pengawasan oleh komunitas, dalam tahap ini sudah terbentuk

independensi dari monitoring oleh komunitas lokal terhadap pemerintah

dan perusahaan/instansi penyelenggara program. Dalam tangga partisipasi

ini, masyarakat sepenuhnya mengelola berbagai kegiatan untuk

kepentingannya sendiri, yang disepakati bersama, dan tanpa campur

tangan pemerintah/pihak penyelenggara program, Arstein (1969) dalam

Wicaksono (2010).

2.1.4. Penghalang dan Faktor yang Kondusif Bagi Partisipasi

Bekerja dengan masyarakat lokal merupakan hal penting untuk mendorong

dan mendukung partisipasi dari sebanyak mungkin orang, ada faktor-faktor yang

lebih luas dalam konteks-konteks pekerja masyarakat beroperasi yang mungkin

menjadi penghalang terhadap partisipasi atau sebaliknya, membantu partisipasi.

Ada beberapa permasalahan partisipasi, yaitu bagaimana partisipasi menjadi

antitesis dari nilai-nilai individualistis yang dominan, tokenisme, penunjukan

(kooptasi), siapa yang berpartisipasi, dan pandangan tidak seimbang dari hak dan

tanggung jawab.

Bolman (1974) dalam Ife dan Tesoriero (2006) menyarankan suatu

pembedaan yang bermanfaat antara hambatan partisipasi intrinsik dan ekstrinsik.

Hambatan ekstrinsik adalah faktor-faktor yang terdapat diluar batas-batas

organisasi dan disitu organisasi mungkin bisa memengaruhi tetapi jelas tidak bisa

mengontrol. Hambatan ekstrinsik terhadap partisipasi adalah konteks-konteks

sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan yang disitu organisasi bekerja. Posisi

struktural orang-orang dalam masyarakat dapat mempengaruhi siapa yang

berpartisipasi dan siapa yang tidak. Kweit dan Kweit (1981) dalam Ife dan

Tesoriero (2006) mencatat bahwa pada umumnya orang-orang dengan status

Page 32: CSR Pengolahan Sampah

14

sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih berpartisipasi, orang muda

kurang berpartisipasi dibandingkan orang tua. Kekuatan masyarakat dan modal

sosial yang ada dalam masyarakat juga sangat memengaruhi dalam tingkat dan

efektivitas partisipasi.

Hambatan intrinsik secara umum berkaitan dengan ciri-ciri birokrasi dan

profesionalisme. Organisasi mungkin tidak dapat diakses optimal oleh rakyat.

Bahasa yang digunakan oleh staf mungkin bersifat intimidasi dan mengasingkan

rakyat setempat. Rakyat setempat mungkin sangat ragu-ragu untuk terlibat dalam

suatu organisasi. Mereka mungkin melihat suatu perbedaan kekuatan besar antara

mereka sendiri dengan anggota suatu organisasi. Partisipasi kadang dapat

mengancam perasaan profesionalisme dari para anggota suatu organisasi, yang

mungkin memercayai bahwa secara teknis mereka terlatih dan memiliki

kepakaran untuk menyelesaikan isu-isu kemasyarakatan dan jauh lebih memilih

pengetahuan, terampil serta lebih berkualitas daripada orang lokal yang tidak

terlatih. Satu hambatan intrinsik kunci adalah asumsi bahwa pengetahuan

profesional pakar lebih hebat dibandingkan dengan yang diketahui masyarakat

lokal. Menghargai pengetahuan lokal merupakan hal yang imperatif dan

merupakan bagian dari ide perubahan dari bawah, yang pada akhirnya adalah

jantung dari pengembangan masyarakat. Hal itu memerlukan perubahan-

perubahan signifikan diantara para profesional dan seakan-akan pelepasan dari

kontrol dan kekuasaan yang diberikan oleh masyarakat kepada mereka sebagai

profesional. Terdapat prinsip yang mendasari yang seharusnya memandu pekerja

masyarakat untuk membangun proses-proses partisipasi yang kuat dan efektif,

yang mempertimbangkan faktor-faktor penghambat dan kondusif. Prinsip tersebut

adalah membangun hubungan yang memberdayakan dengan rakyat lokal, yaitu

rakyat memiliki kapasitas untuk mempengaruhi struktur dan keputusan-keputusan

yang berdampak pada kehidupan mereka dan membentuk kondisi-kondisi dimana

mereka hidup.

2.1.5. Konsep dan Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)

Definisi CSR sangat beragam, The World Bussiness Council for

Sustainable Development dalam Wibisono (2007) mengartikan CSR sebagai

Page 33: CSR Pengolahan Sampah

15

komitmen dunia usaha untuk terus bertindak secara etis, beroperasi secara legal

dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan

kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas

komunitas lokal dan masyarakat secara luas. Sedangkan menurut Ambadar (2008)

CSR merupakan partisipasi dunia usaha dalam pembangunan berkelanjutan

(sustainable development) dengan mengembangkan program kepedulian

perusahaan kepada masyarakat sekitarnya. Definisi CSR bisa berbeda tergantung

need, desire, wants, dan interest komunitas pada suatu negara atau visi dan misi

dari perusahaan yang menjalankan praktik CSR.

Menurut Wibisono (2007) yang mengacu pada John Elkington (1977),

bahwa Tanggung Jawab Sosial Perusahaan merupakan kepedulian perusahaan

yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines,

yaitu :

1. Profit. Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari

setiap kegiatan usaha. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari

keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan

berkembang.

2. People (Masyarakat). Perusahaan harus menyadari bahwa masyarakat

sekitar perusahaan merupakan salah satu stakeholder penting bagi

perusahaan, karena dukungan masyarakat sekitar sangat diperlukan bagi

keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan, maka

sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat dan lingkungan,

perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat

sebesar-besarnya kepada masyarakat. Selain itu juga perlu disadari bahwa

operasi perusahaan berpotensi memberikan dampak kepada masyarakat

sekitar. Karenanya pula perusahan perlu untuk melakukan berbagai

kegiatan yang menyentuh kebutuhan masyarakat.

3. Plannet (Lingkungan). Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan

seluruh bidang kehidupan kita. Hubungan kita dengan lingkungan adalah

hubungan sebab akibat, dimana jika kita merawat lingkungan, maka

lingkungan pun akan memberikan manfaat kepada kita, dan sebaliknya.

Mendongkrak laba dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi memang

Page 34: CSR Pengolahan Sampah

16

penting, namun tak kalah pentingnya juga memperhatikan kelestarian

lingkungan.

2.1.6. Implementasi CSR

Rahman (2009) menyatakan ada dua alasan yang mendasari perusahaan

melakukan kegiatan CSR, yaitu alasan moral dan alasan ekonomi. Alasan moral

lebih didasarkan bahwa CSR memang bermula dari inisiatif perusahaan untuk

dapat menjalin relasi yang saling menguntungkan dengan stakeholders. Sementara

alasan ekonomi lebih pada bagaimana perusahaan mampu memperkuat citra dan

kredibilitas brand atau produknya melalui CSR. Nuansa promosi sangat dirasa

jika perusahaan melaksanakan kegiatan CSR dengan alasan ekonomi, perusahaan

cenderung mengkomersialkan berbagai kegiatan yang dilakukan dan mengekspos

kegiatan tersebut secara besar-besaran.

Adapula alasan perusahaan dalam melaksanakan praktik CSR dapat

diklasifikasikan dalam tiga kategori. Pertama, sekedar basa basi dan keterpaksaan.

Artinya CSR dipraktekan lebih karena faktor eksternal (external driven).

Berikutnya karena reputation driven, motivasi perusahaan dalam melaksanakan

praktek CSR adalah untuk mendongkrak citra perusahaan. Kegiatan CSR yang

dilakukan hanya sekedar kosmetik yang dilakukan hanya untuk memenuhi

tuntutan dan memberi citra sebagai perusahaan yang tanggap terhadap

kepentingan sosial. Kedua, sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban

(compliance). CSR di-implementasikan karena memang ada regulasi, hukum, dan

aturan yang memaksanya. Perusahaan melakukan CSR karena di dorong oleh tren

global (market driven) dan pemberian penghargaan (reward) yang diberikan oleh

segenap institusi atau lembaga. Ketiga, bukan lagi sekedar compliance tapi

beyond compliance atau compilance plus. CSR di-implementasikan karena

memang ada dorongan yang tulus dari dalam (internal driven). Perusahaan telah

menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk

menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab

sosial dan lingkungan. Aktivitas CSR berada dalam koridor strategi perusahaan

yang diarahkan untuk mencapai bottom line business goal yaitu mendatangkan

keuntungan. (Wibisono 2007)

Page 35: CSR Pengolahan Sampah

17

Mulyadi (2007) menjelaskan bahwa terdapat empat model strategi

pelaksanaan kedermawanan sebagai upaya tanggung jawab sosial perusahaan

kepada masyarakat dan lingkungan, yaitu:

1. Perusahaan terlibat langsung dan menyelenggarakan sendiri kegiatan

sosialnya tanpa perantara atau bantuan pihak lain, misalnya melalui

corporate secretary, public affair, hubungan masyarakat, atau manager

community development;

2. Perusahaan menyelenggarakan bantuan melalui yayasan atau organisasi

sosial yang umumnya sering diterapkan di negara maju;

3. Perusahaan bermitra dengan pihak lain yang dinilai kompeten untuk

menyelenggarakan program kedermawanan misalnya dengan LSM,

universitas, dan media massa; dan

4. Perusahaan membentuk atau bergabung dalam satu konsorium di mana

perusahaan tersebut ikut serta dalam mendirikan, menjadi anggota, atau

mendukung suatu lembaga sosial yang dilakukan untuk tujuan sosial

tertentu.

Menurut Wibisono (2007) ada empat tahapan yang dilakukan oleh suatu

perusahaan dalam melaksanakan program CSR, yaitu:

1. Tahap Perencanaan

Perencanaan terdiri atas tiga langkah utama yaitu awareness building,

CSR assesment, dan CSR manual building. Awareness building

merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai arti

penting Corporate Social Responsibility dan komitmen manajemen. Upaya

ini dapat dilakukan antara lain melalui seminar, lokakarya, diskusi

kelompok dan lain-lain. CSR Assesment merupakan upaya untuk

memetakan kondisi perusahaan dan mengindentifikasi aspek-aspek yang

perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat

untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR

secara efektif. Langkah selanjutnya adalah membangun CSR Manual.

Hasil assessement merupakan langkah untuk penyusunan manual atau

pedoman implementasi CSR. Upaya yang harus dilakukan antara lain,

melalui Bencmarking, menggali dari referensi atau bagi perusahaan yang

Page 36: CSR Pengolahan Sampah

18

menginginkan langkah instan, penyusunan manual ini merupakan inti dari

perencanaan, yang memberikan petunjuk pelaksanaan CSR bagi

komponen perusahaan.

2. Tahap Implementasi

Tahap implementasi ini terdiri atas tiga langkah utama yakni sosialisasi,

pelaksanaan, dan internalisasi. Sosialisasi diperlukan untuk

memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai berbagai aspek

yang terkait dengan implementasi CSR khususnya mengenai pedoman

penerapan CSR. Tujuan sosialisasi ini adalah agar program CSR akan

diimplementasikan mendapat dukungan penuh dari seluruh komponen

perusahaan, sehingga dalam perjalanannya tidak ada kendala serius yang

dapat dialami oleh unit penyelenggara. Pelaksanaan kegiatan yang

dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan pedoman CSR yang ada,

berdasarkan roadmap yang telah disusun. Sedang internalisasi mencakup

upaya-upaya untuk memperkenalkan CSR dalam seluruh proses bisnis

perusahaan misalnya melalui sistem manajemen kerja, prosedur

pengadaan, proses produksi, pemasaran dan proses bisnis lainnya, dengan

demikian CSR telah menjadi strategi perusahaan.

3. Tahap evaluasi

Setelah program CSR diimplementasikan, langkah berikutnya adalah

evaluasi program. Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan

secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauhmana

efektivitas penerapan CSR. Evaluasi dilakukan untuk pengambilan

keputusan, misalnya keputusan untuk menghentikan, memperbaiki atau

melanjutkan dan mengembangkan aspek- aspek tertentu dari program yang

sudah di-implementasikan. Evaluasi juga bisa dilakukan dengan meminta

pihak independen untuk melakukan audit implementasi atas praktik CSR

yang telah ditentukan. Evaluasi dalam bentuk assessement audit atau

scoring juga dapat dilakukan secara mandatori misalnya seperti yang

diterapkan dilingkungan BUMN, untuk beberapa aspek penerapan CSR.

Evaluasi tersebut dapat membantu perusahaan untuk memetakan kembali

kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi CSR

Page 37: CSR Pengolahan Sampah

19

sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu

berdasarkan rekomendasi yang diberikan.

4. Pelaporan

Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik

untuk proses pengambilan keputusan maupun keterbukaan informasi

material dan relevan mengenai perusahaan. Jadi, selain berfungsi untuk

keperluan shareholder juga untuk stakeholders lainnya yang memerlukan.

Menurut Zaidi (2004) pelaksanaan program CSR dapat dilihat dari

beberapa karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial perusahaan, seperti

dalam tabel berikut :

Tabel 2. Karakteristik Tahap-Tahap Kedermawanan Sosial Perusahaan3

Tahapan Charity Philantrophy Corporate Citizenship

Motivasi Agama, tradisi,

adat

Norma etika dan

hukum universal:

redistribusi

kekayaan

Pencerahan diri dan

rekonsiliasi dengan

ketertiban sosial

Misi Mengatasi

masalah sesaat

Mencari dan

mengatasi akar

masalah

Memberikan kontribusi

kepada masyarakat

Pengelolaan Jangka pendek,

menyelesaikan

masalah sesaat

Terencana,

terorganisir,

terprogram

Terinternalisasi dalam

kebijakan perusahaan

Pengorganis

asian

Kepanitiaan Yayasan/dana

abadi:

profesionalisasi

Keterlibatan baik dana

maupun sumber daya

lain

Penerima

manfaat

Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luas dan

perusahaan

Kontribusi Hibah sosial Hibah

pembangunan

Hibah (sosial maupun

pembangunan) dan

keterlibatan social

Inspirasi Kewajiban Kepentingan bersama

Dari tabel diatas dapat dilihat karakteristik tahap-tahap kedermawanan

sosial perusahaan dibagi menjadi tiga, yaitu:

3 Sumber: Zaim Saidi dan Hamid Abidin, “Menjadi Bangsa Pemurah”,2004, Hal

57

Page 38: CSR Pengolahan Sampah

20

1. Charity atau lazim disebut karitas merupakan kegiatan pemberian bantuan

yang hanya bertujuan untuk menyelesaikan masalah sesaat atau berjangka

pendek.

2. Philantrophy atau yang lazim disebut filantropi merupakan kegiatan

pemberian sumbangan yang dilakukan oleh perusahaan yang ditujukan

untuk kegiatan investasi sosial yang diarahkan pada penguatan

kemandirian masyarakat seperti pendidikan dan peningkatan peluang

ekonomi atau peningkatan kesejahteraan yang pada umumnya

membutuhkan pengelolaan yang sistematis dan terencana.

3. Good Corporate Citizenship merupakan pemberian bantuan yang

dilakukan untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat yang

pengelolaannya terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan.

2.1.7. CSR dan Pemberdayaan Masyarakat

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan masyarakat

yang masih hidup dalam kemiskinan, karena hal tersebut diperlukan

pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pembangunannya. Alyson Warhurst

dalam Sukada (2007) berpendapat, hubungan CSR dan masyarakat terwujud

dalam empat hal utama: pemberdayaan masyarakat, pengikutsertaan

(pemrioritasan) kesempatan kerja dan usaha, pembiayaan sesuai kerangka legal,

dan tanggapan atas harapan kelompok kepentingan. Pengkategorian Warhurst

memperjelas bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu komponen

sangat penting dalam CSR. Menurut Shardlow dalam Ambadar (2008)

pemberdayaan masyarakat intinya adalah bagaimana individu, kelompok, atau

komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan

untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Dengan

pemberdayaan, masyarakat lemah akan memperoleh kekuatan dan akses terhadap

sumberdaya. (Friedmann dalam Ambadar 2008). Sedangkan menurut Suharto

(2005) pengembangan masyarakat adalah satu model pekerjaan sosial yang tujuan

utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan

sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi

sosial. Maka penekanan dalam aspek pemberdayaan masyarakat juga menjadi

Page 39: CSR Pengolahan Sampah

21

penting dilakukan, begitupula dalam praktik CSR yang dilakukan di Indonesia.

Menurut Budimanta (2004) pengembangan masyarakat yang dilaksanakan oleh

perusahaan, yang dikemas dalam program CSR bertujuan untuk:

1. Mendukung upaya-upaya yang dilakukan pemerintah terutama pada

tingkat desa dan masyarakat untuk meningkatkan kondisi sosial-ekonomi-

budaya yang lebih baik disekitar wilayah perusahaan.

2. Memberikan kesempatan bekerja dan berusaha bagi masyarakat.

Membantu pemerintah dalam rangka pengentasan kemiskinan dan

pengembangan ekonomi wilayah.

Secara konseptual pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment),

berasal dari kata ”power” yang berarti kekuasaan atau keberdayaan. Karenanya,

ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan.

Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan

dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a)

memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan, dalam arti

bukan saja bebas mengemukakan pendapat melainkan juga bebas dari kelaparan,

bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber

produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan

memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; (c) berpartisipasi

dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi

mereka (Suharto 2005)

Dalam pelaksanaan program CSR yang berbasiskan pemberdayaan

masyarakat, prinsip-prinsip yang harus dipegang adalah:

1. Kerjasama, bertanggung jawab, mengetengahkan aktivitas komuniti yang

tidak membedakan laki-laki dan perempuan, dan memobilisasi individu

untuk tujuan saling tolong menolong diri sendiri, memecahkan masalah,

integrasi sosial, dan atau tindakan sosial.

2. Peningkatan partisipasi pada tingkat masyarakat yang paling bawah.

3. Sebanyak mungkin ada keinginan dan kesesuaian, pemberdayaan

masyarakat harus mempercayakan dan bersandar pada kapasitas dan

inisiatif dari kelompok relevan dan komuniti lokal untuk menidentifikasi

Page 40: CSR Pengolahan Sampah

22

kebutuhan, masalah, dan merencanakan dan melaksanakan pelatihan

tentang tindakan.

4. Sumber daya-sumber daya komuniti (manusia, teknik, dan finansial), dan

dimana kemungkinan sumberdaya dari luar komuniti (dalam bentuk

kerjasama dengan pemerintah, lembaga-lembaga, dan kelompok

profesional) harus dimobilisasi dan kemungkinan untuk diseimbangkan

dalam bentuk berkesinambungan dalam pembangunan.

5. Kebersamaan komuniti harus dipromosikan dalam bentuk dua tipe

hubungan yaitu hubungan sosial yang dipisahkan kelas sosial dan

hubungan struktural.

6. Aktifitas-aktivitas seperti meningkatkan perasaan solidaritas diantara

kelompok-kelompok marginal dengan mengaitkannya dengan kekuatan

perkembangan dalam sektor-sektor sosial dan kelas untuk mencari

kesempatan ekonomi, sosial, dan alternatif politik.

7. Memberikan kemampuan bagi kelompok-kelompok marginal untuk

melakukan perubahan dari dalam kelompok tersebut.

2.1.8. Keberhasilan Program

Keberhasilan program atau efektivitas program berniat mengukur seberapa

jauh tujuan program tercapai. Sondang P. Siagian (2001 : 24) memberikan definisi

sebagai berikut : “Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan

prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk

menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas

menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah

ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi

efektivitasnya4.

Menurut Komaruddin efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukan

tingkat keberhasilan atau kegagalan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan terlebih dahulu5. Dari beberapa pengertian diatas, dapat

4 http://othenk.blogspot.com/2008/11/pengertian-tentang-efektivitas.html diakses

tanggal 3 Maret 2011 Pukul 15.00 WIB 5http://dspace.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/10364/1061/bab2d.pdf?seq

uence=7 diakses tanggal 3 Maret 2011 Pukul 15.00 WIB

Page 41: CSR Pengolahan Sampah

23

ditarik kesimpulan bahwa efektivitas adalah tercapainya sasaran yang berdasarkan

tujuan pelaksanaan program yang telah ditetapkan.

2.2. Kerangka Pemikiran

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu tanggung jawab

sosial perusahaan terhadap masyarakat yang berada di sekitar wilayah perusahaan

yang sekaligus membantu pemerintah dalam melaksanakan program

pembangunan. Tanggung jawab sosial dan program pembangunan yang

diimplementasikan kepada masyarakat harus bersifat pemberdayaan agar

masyarakat mampu memperbaiki kualitas hidupnya melalui pendayagunaan

sumber-sumber yang ada pada diri mereka serta menekankan pada prinsip

partisipasi sosial.

Program pengelolaan sampah yang merupakan salah satu program CSR

dari PT Indocement dijalankan guna memberdayakan masyarakat sekitar

perusahaan yang sangat mengharapkan partisipasi masyarakat dalam

implementasinya. Terdapat tiga faktor utama yang dapat mendorong partisipasi

yaitu adanya kemauan, kemampuan dan kesempatan. Faktor kemauan dapat

dipengaruhi oleh sikap masyarakat terhadap lingkungan dan juga program dan

motivasi masyarakat untuk terlibat dalam program. Faktor kemampuan dapat

dipengaruhi oleh pengetahuan dalam pengelolaan sampah, keterampilan dalam

pengelolaan sampah, dan pengalaman dalam pengelolaan sampah. Faktor

kesempatan dapat dipengaruhi oleh manajemen program yang dilihat dari ruang

partisipasi bagi masyarakat ditiap tahapan kegiatan.

Ketiga faktor pendorong partisipasi akan mempengaruhi tingkat partisipasi

seseorang yang dilihat dari bentuk partisipasi pada setiap tahap kegiatan.

Selanjutnya tingkat partisipasi akan dianalisis menggunakan teori Arstein yang

membagi tingkat partisipasi ke dalam delapan tingkatan yaitu manipulasi, terapi,

pemberitahuan, konsultatif, pengenangan, kemitraan, pendelegasian wewenang,

dan kontrol masyarakat. Tujuan analisis ini adalah untuk memahami proses

pelibatan masyarakat dan siapa saja pihak yang terlibat dan untuk mengetahui

sejauhmana upaya peningkatan partisipasi masyarakat.

Page 42: CSR Pengolahan Sampah

24

Tingkat partisipasi juga dianggap memiliki hubungan dengan keberhasilan

program. Keberhasilan program dilihat dari dua aspek, yaitu keberhasilan sosial

dan keberhasilan lingkungan. Keberhasilan sosial yang dimaksud adalah program

dapat menambah pengetahuan dan dapat menjadi ajang bersosialisasi bagi

masyarakat, sedangkan keberhasilan lingkungan adalah program dapat membantu

meningkatkan kebersihan lingkungan dan dapat membuat lingkungan menjadi

lebih indah. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini:

Gambar 2 Kerangka Berpikir Partisipasi Masyarakat

dalam Program Pengelolaan Sampah

Keterangan: Berhubungan

Dianalisis

Kemauan

1.Sikap terhadap

pengelolaan

lingkungan

2.Motivasi

keterlibatan dalam

program

Kemampuan

1.Pengetahuan dalam

pengelolaan sampah

2.Keterampilan dalam

pengelolaan sampah

3.Pengalaman dalam

pengelolaan sampah

Kesempatan

1. Manajemen program

Tingkat

Partisipasi

1.Manipulatif

2.Terapi

3.Pemberitahuan

4.Konsultatif

5.Penenangan

6.Kemitraan

7.Pendelegasian

8.Kontrol

Masyarakat

Keberhasilan

Program

1. Sosial

2. Lingkungan

Tingkat

Partisipasi

1.Bentuk

Partisipasi

Page 43: CSR Pengolahan Sampah

25

2.3. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis penelitian yang

diajukan adalah sebagai berikut :

1. Semakin tinggi tingkat kemauan yang dimiliki masyarakat maka semakin

tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi program

pengelolaan sampah.

Tingkat kemauan masyarakat dapat terdiri dari dua aspek, yaitu:

a. Sikap. Semakin positif sikap masyarakat terhadap lingkungan dan

program maka semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam

implementasi program pengelolaan sampah.

b. Motivasi. Semakin kuat motivasi masyarakat untuk berperan serta

dalam program maka semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat

dalam implementasi program pengelolaan sampah.

2. Semakin tinggi tingkat kemampuan yang dimiliki masyarakat maka

semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi program

pengelolaan sampah.

Tingkat kemampuan terdiri dari tiga aspek, yaitu:

a. Pengetahuan. Semakin baik pengetahuan yang dimiliki masyarakat

dalam pengelolaan sampah dan mengenai program pengelolaan

sampah maka semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam

implementasi program pengelolaan sampah.

b. Keterampilan. Semakin baik keterampilan masyarakat dalam

mengelola sampah maka semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat

dalam implementasi program pengelolaan sampah.

c. Pengalaman. Semakin baik pengalaman masyarakat dalam mengelola

sampah maka semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam

implementasi program pengelolaan sampah.

3. Semakin terbuka kesempatan yang dimiliki masyarakat untuk terlibat

dalam program maka semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam

implementasi program pengelolaan sampah.

Tingkat kesempatan dapat dilihat melalui Manajemen program

pengelolaan sampah. Semakin baik manajemen program yang memberikan

Page 44: CSR Pengolahan Sampah

26

ruang kepada masyarakat untuk terlibat maka semakin tinggi tingkat

partisipasi masyarakat dalam implementasi program pengelolaan sampah.

4. Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi

program pengelolaan sampah maka semakin menentukan keberhasilan

program pengelolaan sampah yaitu terciptanya komoditi baru (Sorted

Municipal Waste, pupuk kompos, dan produk daur ulang), memberikan

penghasilan tambahan, dan meningkatkan kebersihan lingkungan.

2.4. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini berkaitan dengan kerangka

pemikiran yaitu faktor pendorong partispasi yang terdiri dari kemauan,

kemampuan dan kesempatan yang diukur secara kuantitatif. Definisi operasional

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kemauan adalah salah satu faktor pendorong partisipasi yang disebabkan

keinginan dari responden untuk turut serta dalam implementasi program

pengelolaan sampah. Kemauan diukur dari aspek psikologis individu yang

terdiri dari:

a. Sikap terhadap pengelolaan lingkungan, yaitu pernyataan evaluatif yang

mengindikasikan kecenderungan individu dalam menanggapi program,

baik berupa penerimaan atau penolakan. Sikap diukur menggunakan skala

likert dengan rincian sebagai berikut:

1. Tidak setuju/penting/bersedia = skor 1

2. Setuju/penting/bersedia = skor 2

3. Sangat setuju/penting/bersedia = skor 3

Sikap dibagi ke dalam dua kategori yaitu positif dan negatif yang berasal

dari skor jumlah pertanyaan mengenai sikap yang kemudian dibagi

berdasarkan nilai median.

b. Motivasi yaitu dorongan yang ada dalam diri masing-masing individu

untuk ikut terlibat dalam implementasi program pengelolaan sampah.

Motivasi mencakup alasan yang berupa faktor-faktor yang

melatarbelakangi individu untuk tertarik ikut berpartisipasi dalam program

pengelolaan sampah.

Page 45: CSR Pengolahan Sampah

27

Pengukuran:

1. Tidak = skor 1

2. Ya = skor 2

Motivasi dibagi ke dalam dua kategori yaitu kuat dan lemah yang berasal

dari skor jumlah pertanyaan faktor motivasi yang kemudian dibagi

berdasarkan nilai median.

2. Kemampuan adalah daya yang dimiliki individu untuk turut serta

berpartisipasi dalam implementasi program pengelolaan sampah. Kemampuan

yang akan diukur terdiri dari:

a. Pengetahuan dalam pengelolaan sampah adalah pemahaman responden

mengenai pengelolaan sampah. Pengukuran dilakukan dengan

memberikan pertanyaan terbuka yang jawabannya akan dicocokan dengan

jawaban yang tepat dan dinilai ketepatannya menjadi:

Pengukuran:

1. Salah = skor 1

2. Tidak tepat sekali = skor 2

3. Tepat = skor 3

Pengetahuan dibagi ke dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah yang

berasal dari skor jumlah pertanyaan pengetahuan yang kemudian dibagi

berdasarkan nilai median.

b. Keterampilan dalam pengelolaan sampah adalah keahlian khusus yang

dimiliki individu dalam mengolah sampah.

Pengukuran keterampilan dilakukan dengan menilai tahapan kegiatan

pengolahan sampah yang sudah berhasil dengan baik dilakukan.

Pengukuran:

1. Belum = skor 1

2. Sudah = skor 2

Keterampilan dibagi ke dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah yang

berasal dari skor jumlah pertanyaan keterampilan yang kemudian dibagi

berdasarkan nilai median.

Page 46: CSR Pengolahan Sampah

28

c. Pengalaman dalam pengelolaan sampah adalah individu pernah melakukan

kegiatan pengelolaan sampah.

Pengukuran pengalaman dilakukan dengan menilai tahapan kegiatan

pengolahan sampah yang pernah dilakukan responden.

Pengukuran:

1. Tidak Pernah = skor 1

2. Pernah = skor 2

Pengalaman dibagi ke dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah yang

berasal dari skor jumlah pertanyaan pengalaman yang kemudian dibagi

berdasarkan nilai median.

3. Kesempatan adalah faktor luar yang berasal dari lingkungan yang dapat

mendorong individu untuk ikut berpartisipasi dalam program pengelolaan

sampah. Faktor kesempatan yang akan diukur melalui manajemen program

pengelolaan sampah. Manajemen program adalah aturan yang memungkinkan

masyarakat terlibat dalam program, hal tersebut berupa aksesibilitas yang

diberikan penyelenggara program terhadap masyarakat dan syarat keterlibatan

masyarakat.

Pengukuran:

1. Tidak = skor 1

2. Ya = skor 2

Manajemen program dibagi ke dalam dua kategori yaitu baik dan buruk

yang berasal dari skor jumlah pernyataan mengenai manajemen program

yang kemudian dibagi berdasarkan nilai median.

4. Tingkat partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota masyarakat dalam

tahapan program pengelolaan sampah. Partisipasi diidentifikasi dari bentuk

partisipasi dalam setiap tahapan kegiatan yaitu berupa uang, barang, tenaga,

pikiran, dan waktu.

Pengukuran:

1. Tidak = skor 0

2. Ya = skor 1

Page 47: CSR Pengolahan Sampah

29

Partisipasi dibagi ke dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah yang

berasal dari skor jumlah bentuk partisipasi yang digunakan dalam tiap

tahapan program yang kemudian dibagi berdasarkan nilai median.

5. Tingkat partisipasi dianalisis menggunakan Teori Arstein yang terdiri dari

delapan tingkatan, yaitu:

a. Tahap manipulasi adalah tahapan partisipasi dimana masyarakat sama

sekali tidak dilibatkan dalam komunikasi atau dialog. Masyarakat hanya

diminta tandatangan sebagai wujud dukungan dengan imbalan terntentu.

b. Tahap terapi adalah tahapan partisipasi dimana terjadi kegiatan dengar

pendapat antara masyarakat dan perusahaan namun pendapat dari

masyarakat tidak akan mempengaruhi kebijakan program.

c. Tahap pemberitahuan adalah tahapan partisipasi dimana komunikasi sudah

banyak terjadi namun hanya satu arah dari perusahaan ke masyarakat.

d. Tahap konsultasi adalah tahapan partisipasi masyarakat telah terjadi

komunikasi dua arah dimana perwakilan dari masyarakat dapat

menyampaikan pandangannya dan aspirasi akan didengar namun belum

ada jaminan apakah aspirasi tersebut akan dilaksanakan.

e. Tahap penenangan adalah suatu bentuk partisipasi dengan materi, artinya

ketika akan muncul suatu konflik antara perusahaan dan masyarakat,

anggota komunitas diberikan insentif tertentu sehingga mereka segan

berbicara untuk menentang program.

f. Tahap kemitraan adalah partisipasi yang fungsional dimana semua pihak

mewujudkan keputusan bersama (antara perusahaan, pemerintah dan

komunitas) dalam suatu negosiasi.

g. Tahap pendelegasian kekuasaan merupakan bentuk partisipasi yang aktif,

dimana anggota komunitas melakukan perencanaan, implementasi dan

monitoring.

h. Tahap kontrol masyarakat yaitu model yang sudah terbentuk independensi

dari monitoring oleh komunitas lokal terhadap perusahaan dan juga

pemerintah.

Tingkat partisipasi diukur dengan memberikan skor pada tiap tahapan

partisipasi mulai dari 1 (terendah/manipulasi) sampai 8 (tertinggi/kontrol

Page 48: CSR Pengolahan Sampah

30

masyarakat) dalam setiap kegiatan (perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan

menikmati hasil).

5. Keberhasilan program adalah suatu keadaan yang menunjukan tingkat

keberhasilan atau kegagalan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan terlebih dahulu yang dilihat dari penilaian masyarakat dalam

level komunitas.

Pengukuran:

1. Tidak = skor 1

2. Ya = skor 2

Keberhasilan program dibagi ke dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah

yang berasal dari skor jumlah pertanyaan keberhasilan yang kemudian dibagi

berdasarkan nilai median.

Page 49: CSR Pengolahan Sampah

31

BAB III

PENDEKATAN LAPANG

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di salah satu desa binaan ITP yaitu Desa Gunung

Sari, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat . Penelitian dilakukan

di satu RW di Desa Gunung Sari, yaitu RW 4. Lokasi dipilih karena kegiatan

pengolahan sampah yang dilakukan di RW 4 merupakan pilot project dari

program ini. Program ini merupakan salah satu program SDP (Sustainable

Development) dari ITP yang pada prosesnya mensyaratkan keterlibatan

masyarakat mulai dari proses perencanaan hingga pemanfaatan hasil. Dari

pertimbangan tersebut lokasi dianggap representatif untuk melakukan penelitian

mengenai partisipasi masyarakat dalam program pengelolaan sampah. Waktu

penelitian dilakukan selama bulan April 2011 dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2011

Rencana

Kegiatan

Bulan

Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pembuatan

proposal

penelitian

Seminar

proposal

penelitian

Perbaikan

proposal dan

instrumen

penelitian

Pengumpula

n data

sekunder

Pengumpula

n data

primer

Pengolahan

data,

penulisan

laporan, dan

perbaikan

Sidang hasil

Page 50: CSR Pengolahan Sampah

32

3.2. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat

dalam implementasi program pengelolaan sampah dan hubungannya dengan

keberhasilan pelaksanaan program. Untuk itu, penelitian menggunakan

pendekatan kuantitatif. Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kuantitatif yang di dukung dengan metode kualitatif. Data utama yang

dihasilkan adalah data kuantitatif , dengan didukung data kualitatif.

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan langsung oleh peneliti dari

responden yaitu dengan menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam,

sedangkan data sekunder adalah data yang didapatkan peneliti dari pihak lain

melalui penulusuran pustakayang relevan terhadap masalah penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian tipe penjelasan (explanatory), yakni

untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa (Singarimbun, 1989).

Tipe explanatory dipilih karena akan menjelaskan hubungan kausal antara

variabel-variabel melalui pengujian hipotesa.

Dalam penelitian ini terdapat dua subyek penelitian, yaitu informan dan

responden. Informan adalah pihak-pihak yang berpotensi untuk memberikan

informasi mengenai diri sendiri, keluarga, pihak lain, dan lingkungan. Informan

dipilih secara sengaja (purposive sampling) dengan jumlah yang tidak ditentukan

guna mendapatkan informasi yang lebih mendalam. Populasi dalam penelitian ini

adalah ibu-ibu warga RW 4 Desa Gunung Sari yang menjadi sasaran program.

Responden penelitian berjumlah 50 orang yang diambil dengan jumlah yang sama

tiap RT yaitu sebanyak 5 sampai 7 orang secara acak. Berikut jumlah populasi dan

sampel penelitian:

Tabel 4. Jumlah Populasi dan Jumlah Sampel Responden

RW 4 RT 1 RT 2 RT 3 RT 4 RT 5 RT 6 RT 7 RT 8 Total

Jumlah

populasi

KK

81 54 91 96 67 100 78 73 640

Jumlah

Sampel 6 6 6 7 7 5 7 6 50

Page 51: CSR Pengolahan Sampah

33

3.3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dengan bantuan kuesioner akan diolah

secara kuantitatif. Data diolah secara statistik dengan menggunakan Microsoft

Excel 2007 dan SPSS for Windows versi 15.0. Pengolahan data kuantitatif

dilakukan dengan Uji Korelasi Rank Spearman dan Tabulasi Silang untuk

mengukur kemauan, kemampuan dan kesempatan dan hubungannya dengan

tingkat partisipasi serta hubungannya dengan keberhasilan program. Data

kualitatif bersifat untuk memaknai atau melengkapi data kuantitatif.

3.3.1. Uji Korelasi Rank Spearman

Uji ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel yang

berskala ordinal dan tidak emnentukan prasyarat data terdistribusi normal.

Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

antara variabel bebas dan terikat yang berskala ordinal (non parametrik). Korelasi

dapat menghasilkan angka positif (+) dan negatif (-). Korelasi yang menghasilkan

angka positif berarti hubungan kedua variabel bersifat searah, yang berarti jika

variabel bebas bebas besar maka variabel terikat juga besar. Korelasi yang

menghasilkan angka negatif berarti hubungan kedua variabel tidak searah, yang

berarti jika variabel bebas besar maka variabel terikat menjadi kecil. Rumus

korelasi Rank Spearman:

Keterangan :

rs = Nilai Koefisien Rank Spearman

di = Disparitas (x1-x2)

n = Banyaknya Pengamatan

Kaidah pengambilan keputusan tentang hubungan antar variabel dalam uji

Korelasi rank Spearman adalah dengan signifikansi / probabilitas / α digunakan

untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel yang diteliti.

6∑ di2

rs = 1 –

n (n2 – 1)

Page 52: CSR Pengolahan Sampah

34

Signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar α (0,05) maka

artinya hasil penelitian mempunyai kesempatan untuk benar atau tingkat

kepercayaan sebesar 95% dan tingkat kesalahan sebesar 5%.

Dasar pengambilan keputusan dirumuskan sebagai berikut:

a. Jika angka signifikansi hasil penelitian < 0,05 maka Ho ditolak. Jadi,

hubungan kedua variabel signifikan; dan

b. Jika angka signifikansi hasil penelitian > 0,05 maka Ho diterima. Jadi,

hubungan kedua variabel tidak signifikan.

Page 53: CSR Pengolahan Sampah

35

BAB IV

GAMBARAN UMUM PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK,

DESA GUNUNG SARI DAN PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH

4.1. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. merupakan perusahaan semen

terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen bermutu, termasuk

produk semen khusus yang dipasarkan dengan merek “Tiga Roda”. PT

Indocement didirikan pada tahun 1985 dan dioperasikan secara terpadu dengan

total kapasitas produksi terpasang sebesar 18,6 juta ton semen per tahun.

Indocement saat ini mengoperasikan 12 pabrik, sembilan di antaranya berlokasi di

Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat; dan satu di

Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mendapatkan banyak penghargaan

dalam bidang lingkungan seperti PROPER dari Kementrian Lingkungan Hidup

Republik Indonesia dengan peringkat hijau dan emas pada tahun 2004, 2008, dan

2009, dua Penghargaan Emas dari Indonesia Green Awards 2010. Selain itu,

Indocement juga mendapatkan penghargaan dalam kinerja di bidang kesehatan

dan keselamatan kerja, inovasi dalam menggunakan material alternatif, Best

Managed Companies, Top Brand, Kovensi Mutu Indonesia, memberikan jasa dan

mendukung perkembangan dunia pers, The Indonesia's Most Admired Companies

2008 (IMAC 2008) untuk kategori semen, atas keberhasilan perusahaan

mempertahankan citra, peringkat pertama Indonesian CSR Awards 2008, Clean

Development Mecanism 2009, Sustainable Engineering Award 2009, dan lain-

lain.

4.2. Visi, Misi dan Moto PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

Aktivitas PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk selalu dilakukan dengan

landasan visi dan misi yang dimiliki perusahaan. Visi PT Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk adalah menjadikan perusahaan sebagai pemimpin pasar semen

dalam negeri yang berkualitas. Sementara itu, misinya adalah kami berkecimpung

Page 54: CSR Pengolahan Sampah

36

dalam bisnis penyediaan papan, bahan bangunan dan jasa terkait yang bermutu

dengan harga kompetitif dan tetap memperhatikan pembangunan berkelanjutan.

Dalam Laporan Tahunan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun 2007,

disebutkan bahwa PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memberikan pemahaman

yang lebih besar terhadap konsep pembangunan berkelanjutan yang terdapat

dalam misi perseroan bagi seluruh karyawan. Melalui pemahaman atas konsep

tersebut, seluruh karyawan akan memiliki pengertian yang lebih baik dan

mendalam terhadap tiga sasaran utama yang hendak dicapai oleh perusahaan

yakni pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial serta pelestarian lingkungan

hidup.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk juga memiliki motto perusahaan

yang dapat dilihat selalu tertera di setiap sudut lokasi perusahaan. Motto PT

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tersebut adalah turut membangun kehidupan

bermutu (better shelter for better life). Visi, misi dan motto perusahaan tersebut

selalu dijadikan pijakan bagi setiap karyawan perusahaan dari berbagai tingkatan

dalam menjalankan aktivitas perusahaan ini.

4.3. Corporate Social Responsibility Departement (CSR Departement)

CSR Indocement mengacu kepada konsep triple bottom line, yaitu

keseimbangan dalam menjaga kelestarian lingkungan, memberikan manfaat

kepada masyarakat, dan perusahaan mendapatkan nilai untuk menjaga

kelangsungan operasinya. Konsep berkesinambungan tertanam pada misi

Indocement dalam mencapai kepentingan usahanya dengan tetap memperhatikan

pembangunan berkelanjutan. CSR Departement PT Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk berada di bawah Corporate Public and Internal Affairs Divisions yang

merupakan bagian dari Direktur Sumberdaya Manusia, untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada bagan berikut ini:

Page 55: CSR Pengolahan Sampah

37

Gambar 3 Struktur Organisasi CSR PT Indocement6

CSR bagi Indocement merupakan tanggung jawab sosial perusahaan

terhadap peningkatan nilai dan kualitas hidup pemangku kepentingan

(stakeholders). Keharmonisan antara masyarakat dengan perusahaan dibangun

melalui komunikasi dua arah dalam lima pilar program pengembangan bagi

masyarakat desa binaan sebanyak 12 desa di sekitar wilayah operasi perusahaan.

Partisipasi perusahaan dalam membangun wilayah desa binaan dalam pemenuhan

kebutuhan dasar masyarakat berdasarkan pada peta demografi sosial.

Pembangunan sumberdaya manusia saat ini merupakan fokus Indocement di

dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat setelah kurang lebih satu dekade telah

dilalui untuk membangun sarana dan prasarana desa binaan.

Misi CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa adalah menjalankan seluruh

kegiatan usaha dengan tetap memperhatikan kesejahteraan komunitas (wholesome

community) dan dengan menerapkan konsep ramah lingkungan (environment

friendly) dengan tetap memperhatikan pengembangan perusahaan yang

berkelanjutan (sustainable development). Visi CSR PT Indocement Tunggal

Prakarsa adalah membangun kepentingan perusahaan untuk kepentingan bersama

6 Sumber: Data presentasi pengenalan CSR untuk PKL

Presiden Direktur

Direktur SDM Direktur

Teknis

Direktur

Keuangan

Direktur

Pemasaran

Corp HR

Division Plant 1-12

Supporting

Divisions/

Departements

Corp Public &

Internal Affairs

Division

Corp CSR CSR Unit

Citereup

CSR Unit

Tarjun

CSR Unit

Cirebon

Page 56: CSR Pengolahan Sampah

38

perusahaan dan komunitas, khususnya komunitas lokal dimana perusahaan

beroperasi, sehingga tercipta hubungan yang harmonis.

Pelaksanaan kegiatan CSR perusahaan juga terinspirasi oleh tujuan

pembangunan milenium (Millenium Development Goals/ MDGs) yang dibagi ke

dalam dua bagian, yaitu community development dan sustainable development.

Kegiatan community development dilaksanakan berdasar pada lima pilar aspek

kehidupan dalam membangun masyarakat desa binaan, yaitu pilar pendidikan,

pilah ekonomi, pilar kesehatan, pilar sosial-budaya-agama-olahraga, dan pilar

keamanan. Sedangkan kegiatan Sustainable Development terdiri dari proyek

tanaman jarak pagar (Jantropha Curcas Linn), proyek pengelolaan sampah,

proyek pertenakan terpadu, proyek bengkel terpadu, dan proyek konversi energi.

4.4. Desa Binaan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

PT Indocement memiliki dua belas desa binaan dalam pelaksanaan

kegiatan CSR-nya yaitu, Desa Citeureup, Desa Tarikolot, Desa Tajur, Desa

Hambalang, Desa Puspanegara, Desa Gunung Sari, Desa Pasir Mukti, Desa

Bantar Jati, Desa Nambo, Desa Lulut, Desa Leuwi Karet, dan Desa Gunung Putri.

Penentuan dua belas desa binaan perusahaan ini berdasarkan pada letak geografis

desa yang berdekatan dengan perusahaan, asas manfaat (PT Indocement

menggunakan potensi desa sebagai bahan baku operasional perusahaan), dan desa

yang dilewati oleh jalur conveyor. Setiap desa binaan PT Indocement

mendapatkan program-program yang disesuaikan dengan potensi desanya.

4.5. Desa Gunung Sari, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor

Desa Gunung Sari merupakan salah satu desa binaan PT Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk yang ada di Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor. Desa

ini berbatasan dengan Desa Tarikolot di sebelah barat, Desa Lulut di sebelah

timur, Desa Citeureup di sebelah utara, dan Desa Pasir Mukti di sebelah selatan.

Menurut data demografi Desa Gunung Sari tahun 2010, secara

administratif desa ini memiliki 6 Rukun Warga (RW). Luas wilayah desa ini

sekitar 374,67 hektar. Sebagian besar lahan diperuntukan bagi pemukiman warga

Page 57: CSR Pengolahan Sampah

39

yaitu seluas 260,7 hektar, selanjutnya adalah lahan persawahan seluas 50 hektar,

pekarangan seluas 30 hektar, prasarana umum seluas 17,07 hektar, perkebunan

seluas 10 hektar, taman seluas 4,6 hektar, kuburan seluas 1 hektar dan yang

terakhir diperuntukan bagi kantor pemerintahan seluas 0,3 hektar.

Jumlah penduduk Desa Gunung Sari sebanyak 12085 jiwa yang terdiri

dari 51,6 persen laki-laki dan 48,4 persen perempuan. Total penduduk tersebut

berasal dari 2910 kepala keluarga (KK). Keadaan penduduk Desa Gunung Sari

menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Penduduk Desa Gunung Sari Menurut Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin Tahun 2010 (dalam jumlah dan persen)

Kelompok

Umur

(tahun)

Laki-laki Perempuan Total

Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen

0-4 431 3,56 432 3,57 863 7,14

5-9 682 5,64 722 5,97 1404 11,61

10-14 689 5,70 681 5,63 1370 11,33

15-19 605 5,00 735 6,08 1340 11,08

20-24 504 4,17 490 4,05 994 8,22

25-29 605 5,00 543 4,49 1148 9,49

30-34 522 4,31 550 4,55 1072 8,87

35-39 580 4,79 470 3,88 1050 8,68

40-44 442 3,65 524 4,33 966 7,99

45-49 347 2,87 338 2,79 685 5,66

50-54 273 2,25 223 1,84 496 4,10

55-59 146 1,20 90 0,74 236 1,95

60-64 81 0,67 96 0,79 177 1,46

>65 302 2,49 277 1,87 579 4,79

Total 6233 51,57 5852 48,43 12085 100

Sumber: Data Monografi Desa Gunung Sari Kecamatan Citeurep, 2010

Page 58: CSR Pengolahan Sampah

40

Dari jumlah penduduk yang telah disebutkan di atas, jumlah warga yang

berusia produktif adalah sebanyak 5880 jiwa dengan jumlah warga yang bekerja

sebanyak 5710 jiwa dan sebanyak 2170 jiwa menganggur.

Mata pencaharian penduduk Desa Gunung Sari beragam, diantaranya

adalah petani, PNS, PRT, pengrajin industri rumah tangga, usaha pertanian,

wiraswasta dan karyawan swasta. Total penduduk yang bekerja adalah sebanyak

4641 jiwa atau 38,40 persen dari keseluruhan total penduduk yang 38,64 persen

diantaranya adalah perempuan. Mayoritas warga Desa Gunung Sari bekerja

sebagai karyawan perusahaan swasta (PT Indocement), yaitu sebesar 44,96

persen dari jumlah pekerja yang tercatat. Selain itu penduduk Desa Gunung Sari

juga banyak yang bermatapencaharian sebagai wiraswasta dan pengrajin industri

rumah tangga yaitu pengrajin industri kaleng. Data demografi ekonomi Desa

Gunung Sari dalam jumlah tiga terbanyak dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 6. Penduduk Desa Gunung Sari Menurut Tiga Jenis Pekerjaan Utama dan

Jenis Kelamin Tahun 2010 (dalam jumlah dan persen)

Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan Total

Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen

Pengrajin industri

rumah tangga

384 8,27 16 0,34 400 8,61

Karyawan perusahaan

swasta

934 20,12 1153 24,84 2087 44,96

Wiraswasta 1253 26,99 534 11,50 1787 38,50

Sumber: Data Monografi Desa Gunung Sari Kecamatan Citeurep, 2010

Sarana dan prasarana sosial, budaya, agama, dan olah raga yang ada di

Desa Gunung Sari memadai, terdapat sarana ibadah, grup kesenian, saluran air,

dan juga jalan desa dalam kondisi yang cukup baik. Secara lebih rinci sarana dan

prasarana terdapat dalam tabel berikut ini:

Page 59: CSR Pengolahan Sampah

41

Tabel 7. Data Demografi Sosial, Budaya, Agama dan Olah Raga Desa Gunung

Sari Tahun 2010

Demografi

Sosbudag&OR

RW 1 RW 2 RW 3 RW 4 RW 5 RW 6 Jumlah

Jumlah Sarana Ibadah 6 5 7 2 1 5 26

Jumlah Panjang Jalan

Desa

2000 2700 2700 2000 1250 1250 11900

Jumlah Panjang

Saluran Air

4000 3000 4200 3000 2500 1300 18000

Jumlah Grup Kesenian 1 1 1 1 0 1 5

Jumlah Tokoh Agama 10 8 13 3 11 8 53

Jumlah Linmas 10 12 10 0 10 10 52

Jumlah Pos Kamling 1 1 1 1 1 1 6

Sumber: Intranet CDO PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Citeureup

Data demografi pendidikan Desa Gunung Sari adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Data Demografi Pendidikan Desa Gunung Sari Tahun 2010

Demografi

Pendidikan

RW 1 RW 2 RW 3 RW 4 RW 5 RW 6 Jumlah

Anak sekolah SD usia

7-12 tahun

305 330 270 230 300 280 1715

Anak sekolah SLTP

usia 13-15 tahun

78 25 60 70 50 40 323

Anak usia 7-12 tahun

tidak sekolah SD

0 0 0 0 0 0 0

Anak usia 13-15 tahun

tidak sekolah SLTP

40 105 23 15 17 25 225

Lulusan SD 93 85 120 170 190 105 763

Lulusan SLTP 122 100 150 205 260 150 987

Lulusan SLTA 150 50 207 215 150 110 882

Lulusan PT 10 5 20 30 20 10 95

Tidak lulus SD 0 0 0 0 0 0 0

Tidak lulus SLTP 10 20 5 0 8 7 50

Sumber: Intranet CDO PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Citeureup

Page 60: CSR Pengolahan Sampah

42

Dari tabel 8 dapat dilihat tingkat pendidikan mayoritas warga adalah tamat

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yaitu sebanyak 32,8 persen sehingga mayoritas

tingkat pendidikan warga Desa Gunung Sari tergolong sedang, karena tingkat

pendidikan yang ditempuh hanya sampai lulus SLTP. Selanjutnya tingkat

pendidikan warga Desa Gunung Sari adalah tamat Sekolah Lanjutan Tingkat

Akhir sebanyak 29,3 persen dan tamat Sekolah Dasar sebanyak 25,4 persen.

Selain itu, masih banyak juga anak usia sekolah yang masih mengenyam

pendidikan di bangku SD.

4.6. Program Pengelolaan Sampah

4.6.1. Latar Belakang Program

Pengelolaan sampah merupakan salah satu program dari PT Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk yang diperuntukan bagi desa binaan. Unit Pelayanan

Kebersihan yang sudah berjalan terdapat di Desa Puspanegara semenjak tahun

2007 dan di Desa Gunung Sari semenjak 2010. Program ini mengacu pada tujuan

pembangunan milenium yaitu untuk meningkatkan keberlanjutan lingkungan dan

juga mengacu pada isu global yaitu masalah bahan bakar fosil yang mahal dan

langka. Pembentukan program pengelolaan sampah dan Unit Pelayanan

Kebersihan juga dilakukan berdasarkan masalah yang dihadapi oleh beberapa desa

binaan, yaitu banyaknya sampah yang belum terkelola di beberapa wilayah yang

berdekatan atau berada dalam radius unit kerja PT Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk. Selain itu, program ini juga berlatar-belakang untuk memberdayakan

masyarakat dalam pengelolaan limbah rumah tangga dan juga untuk membantu

pemerintah setempat dalam pengelolaan kebersihan.

4.6.2. Tujuan Program

Program ini meliputi kegiatan pemilahan sampah, yaitu sampah organik

dan non-organik. sampah non-organik yang bisa dibuat produk daur ulang

dikumpulkan oleh masing-masing rumah tangga kemudian dikumpulkan secara

kolektif per-RT melalui bank sampah. Sampah organik dan non-organik lainnya

Page 61: CSR Pengolahan Sampah

43

dikumpulkan di tong sampah yang telah disediakan untuk selanjutnya dibawa ke

UPK untuk diolah menjadi kompos dan Sorted Municipal Wasted (SMW).

Tujuan dari program pengelolaan sampah dan pembentukan Unit

Pelayanan Kebersihan adalah:

1. Mengoptimumkan pengelolaan sampah menjadi produk yang bermanfaat,

seperti pupuk cair atau padat, Sorted Municipal Waste (SMW), serta

kerajinan rumah tangga.

2. Memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat yang terlibat

langsung dan masyarakat luas pada umumnya dalam pengelolaan sampah

tersebut.

3. Membantu menjalankan program pemerintah untuk mewujudkan

lingkungan yang bersih, sehat serta meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

4.6.3. Deskripsi Program

Program pengolahan sampah merupakan salah satu program CSR PT

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk bersama dengan desa binaan perusahaan.

Program ini merupakan program pengolahan sampah rumah tangga menjadi

produk daur ulang yang dilaksanakan di lingkungan RW. Selain itu, program ini

juga mengolah sampah menjadi kompos dan SMW yang dilakukan di Unit

Pelayanan Kebersihan (UPK).

Unit Pelayanan Kebersihan Desa Gunung Sari dibangun semenjak akhir

tahun 2009 dan mulai beroperasi pada bulan Mei tahun 2010. Hingga akhir tahun

2010, jumlah SMW yang telah dihasilkan adalah sebanyak 217,02 ton dan 11,13

ton kompos. Sampah yang dikelola di UPK Gunung Sari adalah berasal dari

lingkup sekitar desa yaitu dari RW 4 Desa Gunung Sari, area cakupan

pengambilan sampah di Desa Gunung Sari masih dari satu RW saja karena RW 4

merupakan pilot project sebagai awalan dilaksanakannya program yang untuk

selanjutnya akan diterapkan di setiap RW di Desa Gunung Sari.

Untuk mendukung program ini, PT Indocement memberikan fasilitas

berupa tong sampah organik dan non-organik. Selain melakukan pemilahan

Page 62: CSR Pengolahan Sampah

44

sampah organik dan non-organik, masyarakat dilibatkan dalam proses pembuatan

produk daur ulang. Sampah plastik yang bisa dijadikan produk daur ulang

dimanfaatkan dengan cara dikumpulkan lalu dibuat produk kerajinan yang bernilai

jual. Sampah yang tidak bisa diolah dalam lingkup rumah tangga akan dibawa ke

UPK untuk diolah menjadi SMW dan kompos. Berikut adalah flow pengolahan

sampah menjadi energi:

Gambar 4 Flow Pengelolaan Sampah menjadi Energi7

Seperti flow diatas, secara lebih rinci program pengolahan sampah terdiri dari:

a. Pemilahan sampah organik dan non-organik. Output dari kegiatan ini

adalah warga dapat membedakan sampah organik dengan sampah non-

organik.

b. Daur ulang sampah non-organik, merupakan salah satu upaya mengurangi

jumlah sampah non-organik, seperti kemasan botol dan plastik untuk

dibuat kerajinan. Output dari kegiatan ini adalah pengetahuan warga dalam

membuat kerajinan dan juga kerajinan tangan berbahan dasar sampah non-

organik yang memiliki nilai jual.

c. Pengolahan sampah menjadi kompos dan SMW merupakan kegiatan yang

dilakukan di UPK. Sampah yang telah dipisahkan oleh warga menjadi

7 Sumber: Data persentasi pengenalan CSR untuk PKL

Bahan bakar

alternatif pada

kiln

Budidaya jarak

pagar dan

tanaman sela

SMW

70%

Kompos kasar

20%

Mesin

penyaringan

Mesin crushing

Desa Binaan

Indocement

Sampah mentah

Kerajinan daur

ulang

Pencucian

sampah plastik

Pemilahan

sampah plastik

Kompos halus

10%

Page 63: CSR Pengolahan Sampah

45

sampah organik dan non-organik diangkut ke UPK dan diolah oleh pekerja

UPK menjadi kompos dan SMW. Output dari kegiatan ini adalah kompos

yang dapat dijual dan juga digunakan untuk proyek penanaman jarak pagar

dan SMW yang dijual ke perusahaan untuk dijadikan bahan bakar

alternatif.

Page 64: CSR Pengolahan Sampah

46

BAB V

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang merupakan warga di

RW 04 Desa Gunung Sari Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor. Responden

dalam penelitian ini berjumlah 50 orang ibu-ibu yang tersebar di-delapan Rukun

Tetangga.

5.1. Usia

Usia merupakan jumlah tahun hidup seseorang yang diukur dalam satuan

tahun yang dihitung dari hari kelahiran dan dibulatkan ke hari ulang tahun

terdekat. Kategori umur yang telah ditentukan merupakan tahap perkembangan

manusia berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980). Jumlah dan persentase

umur responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Usia, Tahun 2011

Usia Jumlah

N %

Dewasa Awal (18-40 Tahun) 32 64,00

Dewasa Madya (41-60 Tahun) 18 36,00

Usia Lanjut (>60 Tahun) 0 0,00

Jumlah 50 100,00

Dari tabel 9 dapat dilihat mayoritas responden (64 persen) berada pada

tahap dewasa awal dengan umur antara 18 – 40 tahun. Responden yang berada

pada tahap dewasa madya ada sebanyak 36 persen responden dan tidak ada

responden yang berada pada tahap usia lanjut.

Page 65: CSR Pengolahan Sampah

47

5.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang pernah

diikuti responden sampai saat penelitian dilakukan. Pendidikan formal yang

pernah ditempuh responden penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan yang

Ditamatkan, Tahun 2011

Tingkat Pendidikan Jumlah

N %

Tidak Sekolah 0 0,00

Tamat SD 4 8,00

Tamat SMP 12 24,00

Tamat SMA 31 62,00

Tamat Diploma 3 6,00

Tamat Sarjana 0 0,00

Jumlah 50 100,00

Tingkat pendidikan reponden penelitian mayoritas tamatan SMA, yaitu

sebanyak 62 persen dari 50 responden. Dari tingkat pendidikan tersebut dapat

dikatakan bahwa tingkat pendidikan responden tergolong tinggi. Menyusul

kemudian responden yang menamatkan pendidikan formal sampai SMP yaitu

sebesar 24 persen.

5.3. Pekerjaan

Jenis pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan individu untuk mencari

nafkah atau mendapatkan pendapatan. Responden penelitian adalah ibu-ibu yang

mayoritas tidak bekerja. Persentase responden yang tidak bekerja adalah sebesar

90 persen, sedangkan sisanya adalah wiraswasta sebanyak 10 persen.

Page 66: CSR Pengolahan Sampah

48

Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Pekerjaan, Tahun

2011

Jenis Pekerjaan Jumlah

N %

Wiraswasta (Pedagang) 5 10,00

Tidak bekerja / Ibu Rumah Tangga 45 90,00

Jumlah 50 100,00

5.4. Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan adalah tingkatan jumlah uang yang diterima oleh

responden sebagai imbalan atas pekerjaan utama selama satu bulan. Responden

penelitian adalah ibu rumah tangga, sehingga untuk melihat pendapatan yang

digunakan adalah pendapatan suami. Ukuran pengupahan ditentukan oleh rata-rata

gaji pegawai perusahaan yaitu sebesar Rp. 2.000.000,00,-.

Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendapatan Rumah

Tangga, Tahun 2011

Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Jumlah

N %

< Rp 2.000.000,00 11 22,00

= Rp 2.000.000,00 14 28,00

> Rp 2.000.000,00 25 50,00

Jumlah 50 100,00

Berdasarkan hasil penelitian, setengah dari responden penelitian berada

pada tingkat pendapatan yang tergolong tinggi, yaitu lebih dari Rp. 2.000.000,00,-

sedangkan 28 persen dari 50 responden berada pada tingkat pendapatan rata-rata

yaitu sebesar Rp. 2.000.000,00,- dan 11 persen lainnya berada pada tingkat

pendapatan rendah. Hal ini menunjukan bahwa warga di RW 4 merupakan warga

yang memiliki pendapatan yang cukup tinggi.

Page 67: CSR Pengolahan Sampah

49

5.5. Sumber Informasi Program

Sumber informasi program merupakan asal mula responden mengetahui

program pengolahan sampah yang merupakan program dari PT Indocement. Asal

mula informasi mengenai program dapat diketahui melalui aparat desa, pihak

perusahaan, tetangga, atau melihat secara langsung.

Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Sumber Informasi tentang

Program Pengelolaan Sampah, Tahun 2011

Sumber Informasi Jumlah

N %

Lihat Langsung 3 6,00

Diajak Tetangga 2 4,00

Aparat Desa 40 80,00

Pihak Perusahaan 5 10,00

Jumlah 50 100,00

Menurut tabel 13, sebanyak 80 persen responden mengetahui program

pengelolaan sampah dari aparat desa (RW). Hal tersebut dikarenakan pihak

perusahan melakukan sosialisasi hanya kepada perwakilan dari warga atau aparat

yang selanjutnya informasi mengenai program disampaikan oleh aparat kepada

warga.

Page 68: CSR Pengolahan Sampah

50

BAB VI

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PARTISIPASI

6.1. Tingkat Kemauan

6.1.1. Sikap Responden terhadap Lingkungan dan Program

Sikap merupakan evaluasi terhadap berbagai aspek dalam dunia sosial

sehingga dapat memunculkan rasa suka atau tidak suka terhadap sesuatu. Ketika

individu memiliki sikap yang kuat terhadap isu-isu tertentu, maka sering kali

bertingkah laku konsisten dengan pandangan tersebut (Baron dan Byrne 2003).

Dalam penelitian ini, semakin positif sikap responden terhadap lingkungan maka

akan berpengaruh terhadap tingkah laku responden dalam menjaga lingkungan.

Tabel 14. Persentase Responden Mengenai Sikap terhadap lingkungan

No Pernyataan

Sangat

Setuju Setuju

Tidak

Setuju Jumlah

% % % %

1. Kebersihan lingkungan

merupakan hal yang penting 72,00 28,00 0,00 100,00

2. Lingkungan yang bersih

berpengaruh terhadap

kesehatan masyarakat

34,00 60,00 6,00 100,00

Mayoritas responden menganggap kebersihan lingkungan merupakan hal

yang penting. Hal tersebut tentu mempengaruhi perilaku mereka terhadap

lingkungan, seperti yang diungkapkan oleh Ibu P, 36 Tahun :

“….kebersihan itu penting banget de kalo buat saya, kalo

lingkungan bersih kan kita juga jadi enak, enak diliat, ga ada

penyakit, selain itu kan kebersihan juga sebagian dari iman.”

Responden juga menganggap lingkungan yang bersih akan berpengaruh

terhadap kesehatan. Namun mereka menganggap kebersihan merupakan hanya

Page 69: CSR Pengolahan Sampah

51

salah satu faktor saja dalam penentu kesehatan masyarakat, masih banyak faktor

lain yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Seperti yang diungkapkan oleh

Ibu Y, 39 Tahun:

“…iya sih emang kesehatan itu sangat dipengaruhi oleh

kebersihan, tapi kan bukan hanya itu, kita juga harus liat gimana

pola hidup dia, kalo lingkungan udah bersih tapi pola hidupnya ga

bener kan sama aja mbak.”

Sikap adalah evaluasi responden yang mengindikasikan penerimaan atau

penolakan terhadap program. Sikap responden yang positif terhadap program akan

mendorong responden untuk terlibat dalam rangkaian kegiatan dalam program

pengelolaan sampah.

Tabel 15. Persentase Responden Mengenai Sikap terhadap Program

Pengelolaan Sampah

No

. Pernyataan

Sangat

Setuju Setuju

Tidak

Setuju Jumlah

% % % %

1. Program Pengelolaan sampah

penting dilakukan 18,00 74,00 8,00 100,00

2. Program pengelolaan sampat

tepat dilakukan di RW 4 Desa

Gunung Sari

20,00 70,00 10,00 100,00

3. Program pengelolaan sampah

membantu mengurangi sampah

dan membersihkan lingkungan

16,00 60,00 24,00 100,00

Dari tabel 15, dapat dilihat, sebanyak 74 persen responden menganggap

program pengelolaan sampah penting untuk dilakukan karena dapat mengurangi

sampah lingkungan seperti yang disebutkan oleh 60 persen responden. Namun ada

juga 24 persen responden yang menganggap program ini belum dapat mengurangi

sampah dan membersihkan lingkungan, karena menurut mereka sebelum atau

sesudah ada program perubahan yang signifikan dalam hal kebersihan belum

terlihat.

Page 70: CSR Pengolahan Sampah

52

Sebanyak 70 persen responden juga menganggap program pengelolaan

sampah tepat dilakukan di RW 4, karena program ini mampu mengurangi sampah

lingkungan dan juga menambah pengetahuan. Hal tersebut sejalan dengan yang

diungkapkan oleh Ibu SP, 43 Tahun:

“Kalau menurut Saya tepat ya program ini dilakukan di RW 4.

RW 4 kan perumahan, tidak ada tempat pembuangan sampah.

Selain itu kan sampahnya juga diolah dan dimanfaatkan lagi, Ibu-

ibu juga jadi ada kegiatan.”

Tabel 16. Persentase Responden Mengenai Sikap untuk Terlibat dalam Program

Pengelolaan Sampah

No Pernyataan

Sangat

Setuju Setuju

Tidak

Setuju Jumlah

% % % %

1. Saya bersedia menjaga

kebersihan lingkungan rumah

dengan terlibat dalam program

44,00 54,00 2,00 100,00

2. Saya bersedia menjaga

kebersihan lingkungan RT

dengan terlibat dalam program

14,00 70,00 16,00 100,00

3. Saya bersedia menjaga

kebersihan lingkungan RW

dengan terlibat dalam program

2,00 32,00 66,00 100,00

4. Saya bersedia menjaga

kebersihan lingkungan desa

dengan terlibat dalam program

0,00 4,00 96,00 100,00

Program pengelolaan sampah telah mendorong masyakat untuk turut

berpartisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan. Dari tabel diatas dapat

dilihat sampai sejauhmana responden bersedia terlibat dalam program khususnya

dalam hal menjaga kebersihan lingkungan. Dari 50 orang responden, sebanyak 84

persen responden bersedia menjaga kebersihan sampai dengan lingkungan RT.

Untuk lingkungan yang lebih luas seperti lingkungan RW atau desa, reponden

belum bersedia karena menurut mereka cakupan tersebut terlalu luas.

Page 71: CSR Pengolahan Sampah

53

Tabel 17. Persentase Responden Mengenai Sikap dalam Kesediaan

Menyebarkan Informasi Mengenai Program

No

. Pernyataan

Sangat

Setuju Setuju

Tidak

Setuju Jumlah

% % % %

1. Saya bersedia menyebarkan

informasi kepada keluarga

mengenai program

32,00 66,00 2,00 100,00

2. Saya bersedia menyebarkan

informasi kepada warga

lingkungan RT mengenai

program

12,00 58,00 10,00 100,00

3. Saya bersedia menyebarkan

informasi kepada warga

lingkungan RW mengenai

program

2,00 24,00 74,00 100,00

4. Saya bersedia menyebarkan

informasi kepada warga desa

mengenai program

0,00 4,00 96,00 100,00

Dari tabel 17 dapat dilihat sebanyak 70 persen responden bersedia

menyebarkan informasi sampai pada lingkungan RT. Seperti yang diungkapkan

oleh Ibu K, 46 Tahun:

“ Kita kan suka ngumpul-ngumpul sama tetangga-tetangga jadi

kalo untuk ngasih informasi tentang program ini saya sih mau-

mau aja, sambil ngobrol sama tetangga sambil ngasih tau

informasi juga”

Responden hanya bersedia menyebarkan informasi sampai pada

lingkungan RT juga dikarenakan menurut mereka, jika untuk lingkungan yang

lebih luas seperti lingkungan RW biasanya sudah ada aparat yang

menginformasikan.

Sama seperti menjaga kebersihan lingkungan ataupun menyebarkan

informasi mengenai program, mengajak terlibat dalam program juga untuk

sebagian besar responden hanya bersedia sampai dengan lingkungan RT. Untuk

Page 72: CSR Pengolahan Sampah

54

lebih jelas, sikap responden dalam kesediaannya mengajak warga untuk terlibat

dalam program dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 18. Persentase Responden Mengenai Sikap dalam Kesedian Mengajak

Warga untuk Terlibat dalam Program

No Pernyataan

Sangat

Setuju Setuju

Tidak

Setuju Jumlah

% % % %

1. Saya bersedia mengajak

keluarga untuk terlibat dalam

program

22,00 76,00 2,00 100,00

2. Saya bersedia mengajak warga

di lingkungan RT untuk

terlibat dalam program

12,00 54,00 34,00 100,00

3. Saya bersedia mengajak warga

di lingkungan RW untuk

terlibat dalam program

2,00 20,00 78,00 100,00

4. Saya bersedia mengajak warga

desa untuk terlibat dalam

program

0,00 4,00 96,00 100,00

Dari tabel 18 dapat dilihat, kesediaan warga untuk mengajak warga agar

terlibat lebih sedikit warga yang bersedia dibandingkan dengan menyebarkan

informasi. Hal tersebut dikarenakan menurut mereka keterlibatan warga dalam

program merupakan hak dari masing-masing individu.

Dalam pelaksanaan program pengelolaan sampah, warga RW 4 Desa

Gunung Sari dilibatkan dalam hal pemilahan sampah dan pembuatan produk daur

ulang atau kerajinan. Selain itu, warga juga diminta partisipasinya dalam

melakukan pembayaran retribusi sampah organik dan sampah yang tidak bisa

dijual atau dibuat kerajinan untuk dibawa ke UPK. Persentase responden

mengenai sikap terhadap rangkaian program pengelolaan sampah dapat dilihat

pada tabel berikut:

Page 73: CSR Pengolahan Sampah

55

Tabel 19. Persentase Responden Mengenai Sikap terhadap Rangkaian Program

Pengelolaan Sampah

No Pernyataan

Sangat

Setuju Setuju

Tidak

Setuju Jumlah

% % % %

1. Saya bersedia melakukan

pemilahan sampah organik dan

non-organik

24,00 60,00 16,00 100,00

2. Saya bersedia melakukan

proses pengelolaan sampah

menjadi produk daur ulang

16,00 60,00 24,00 100,00

3. Saya bersedia membayar biaya

operasional pengambilan

sampah

26,00 68,00 6,00 100,00

Dari tabel 19 dapat dilihat sebagian besar responden bersedia mengikuti

kegiatan dalam program pengelolaan sampah. Sebanyak 84 persen responden

bersedia melakukan pemilahan sampah organik dan non-organik. Namun ada 16

persen responden yang tidak bersedia melakukan pemilahan sampah karena

menurut mereka kegiatan tersebut tidak praktis. Sebanyak 76 persen responden

bersedia melakukan proses pengolahan sampah menjadi produk daur ulang atau

kerajinan, tetapi ada 24 persen responden yang tidak bersedia karena mereka

mempunyai kegiatan lain dan memiliki waktu luang yang sedikit. Dalam hal

membayar biaya operasional pengambilan sampah, sebanyak 94 persen responden

bersedia melakukannya karena hal tersebut dapat membantu memperlancar

program itu sendiri.

Dari keseluruhan aspek yang diteliti, dapat disimpulkan sikap masyarakat

terhadap lingkungan dan terhadap program pengelolaan sampah dibagi ke dalam

dua kategori, yaitu responden yang memiliki sikap positif dan negatif terhadap

lingkungan dan program pengelolaan sampah. Jumlah dan persentase responden

dengan sikap positif dan negatif secara lebih jelas dapat dilihat pada tebel berikut:

Page 74: CSR Pengolahan Sampah

56

Tabel 20. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Sikap Responden

terhadap Lingkungan dan Program Pengelolaan Sampah

Sikap Jumlah

N %

Positif ( X ≥ 36) 29 58,00

Negatif ( X < 36 ) 21 42,00

Jumlah 50 100,00

Sebagian besar responden 58 persen memiliki tingkatan sikap pada

kategori positif, yaitu dengan total skor dari setiap pertanyaan sikap lebih dari

sama dengan 36. Artinya, sebagian besar responden telah memiliki sikap yang

positif terhadap lingkungan dan menerima keberadaan program. Responden

menganggap lingkungan merupakan hal yang penting dan harus dijaga

kebersihannya dan responden juga mendukung program pengelolaan sampah

karena program tersebut membantu meningkatkan kebersihan lingkungan.

Responden juga bersedia menjaga kebersihan lingkungan, menyebarkan informasi

mengenai program dan juga mengajak warga lain untuk terlibat dalam program.

Hanya 42 persen responden yang kurang peduli terhadap lingkungan dan juga

kurang menerima keberadaan program, hal ini disebabkan oleh faktor internal dan

juga faktor eksternal yang mempengaruhinya.

6.1.2. Motivasi

Motivasi merupakan dorongan yang ada dalam diri masing-masing

individu untuk ikut terlibat dalam implementasi program pengelolaan sampah.

Motivasi mencakup alasan yang berupa faktor-faktor yang melatarbelakangi

individu untuk tertarik ikut berpartisipasi dalam program.

Maslow mengemukakan bahwa manusia akan berusaha memenuhi

kebutuhan tingkat rendahnya terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhan yang

lebih tinggi. Tingkatan hirarki Maslow dari yang terendah hingga tertinggi adalah

fisiologis, rasa aman, sosial, ego, dan aktualisasi diri. Motivasi responden terdiri

dari tiga aspek, yaitu motivasi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Secara lebih rinci,

motivasi tersebut adalah sebagai berikut:

Page 75: CSR Pengolahan Sampah

57

Tabel 21. Persentase Responden Mengenai Motivasi untuk Berpartisipasi dalam

Program Pengelolaan Sampah

No Faktor Motivasi Ya

%

1. Menghemat biaya 20,00

2. Menghemat waktu / praktis 30,00

3. Meningkatkan pendapatan 34,00

4. Menambah teman 80,00

5. Memperluas jaringan untuk menyelesaikan masalah sampah

desa 34,00

6. Mendapatkan penghargaan 30,00

7. Menambah pengetahuan dan keahlian 88,00

8. Menjadikan lingkungan bersih 92,00

9. Membantu meningkatkan kesehatan masyarakat 52,00

10 Menjadikan lingkungan indah 70,00

Catatan : Responden boleh menjawab lebih dari satu jawab

Motivasi pertama dari mayoritas responden untuk terlibat dalam program

pengelolaan sampah adalah untuk menjadikan lingkungan bersih yaitu sebanyak

92 persen. Lingkungan yang bersih merupakan kebutuhan fisiologis untuk

menjadikan lingkungan yang sehat bebas dari penyakit. Motivasi tertinggi kedua

adalah motivasi menambah pengetahuan dan keahlian yang merupakan motivasi

dari sebanyak 88 persen responden. Motivasi tertinggi ketiga adalah menambah

teman yang merupakan motivasi dari sebanyak 80 persen responden. Menambah

teman merupakan kebutuhan sosial dari individu untuk bersosialisasi dengan

warga lain. Secara keseluruhan, motivasi responden untuk terlibat dalam program

pengelolaan sampah berada pada kategori kuat. Secara lebih lengkap dapat dilihat

dalam tabel berikut:

Page 76: CSR Pengolahan Sampah

58

Tabel 22. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Motivasi

untuk Berpartisipasi dalam Program Pengelolaan Sampah

Motivasi Jumlah

N %

Kuat ( X ≥ 15 ) 35 70,00

Lemah ( X < 15 ) 15 30,00

Jumlah 50 100,00

Sebanyak 70 persen responden memiliki motivasi kuat, yaitu dari total

skor lebih dari sama dengan 15. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

mayoritas responden memiliki keinginan yang kuat untuk mengikuti kegiatan

pengolahan sampah. Keterlibatan responden dalam program pengelolaan sampah

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor ekonomi, sosial, dan juga

lingkungan. Semakin banyak faktor yang mendorong responden terlibat dalam

program, berarti motivasi responden untuk terlibat dalam program semakin kuat.

6.2. Faktor Kemampuan

6.2.1. Pengetahuan dalam Pengelolaan Sampah

Pengetahuan dalam pengelolaan sampah merupakan pemahaman

responden dalam kegiatan mengelola sampah. Pengetahuan responden mengenai

pengelolaan sampah cukup baik. Sebanyak 68 persen responden telah mengetahui

apa yang dimaksud dengan pengelolaan sampah, walaupun sebagian besar

memiliki pengertian yang kurang tepat. Begitu juga dengan pengetahuan

mengenai perbedaan sampah organik dan non-organik, sebanyak 84 persen

responden telah mengetahui apa itu sampah organik dan non-organik, namun

sebagian besar dari responden hanya mengetahui sedikit mengenai hal tersebut.

Secara rinci, pengetahuan responden mengenai pengelolaan sampah disajikan

dalam tabel berikut:

Page 77: CSR Pengolahan Sampah

59

Tabel 23. Persentase Responden Mengenai Pengetahuan dalam Pengelolaan

Sampah

No Pertanyaan

Sangat

Tepat Tepat

Tidak

Tepat Jumlah

% % % %

1. Apa yang dimaksud dengan

pengelolaan sampah 28,00 40,00 32,00 100,00

2. Apa yang dimaksud dengan

sampah organik dan non-

organik

12,00 72,00 16,00 100,00

3. Apa yang dimaksud dengan

produk daur ulang (kerajinan) 14,00 58,00 28,00 100,00

4. Apa semua plastik dapat

dijadikan produk daur ulang 24,00 26,00 50,00 100,00

5. Sebutkan tahapan dalam

pembuatan produk daur ulang

kerajinan

20,00 42,00 38,00 100,00

Sebagian besar responden juga telah memiliki pengetahuan mengenai

produk daur ulang kerajinan, jenis plastik yang biasa dibuat produk kerajinan dan

juga tahap pembuatan produk kerajinan, namun sama seperti sebelumnya,

pengetahuan responden hanya sedikit dan tidak mendalam.

Tingkat pengetahuan responden dikategorikan menjadi tinggi dan rendah.

Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 24. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Responden dalam Program Pengelolaan Sampah

Pengetahuan Jumlah

N %

Tinggi ( X ≥ 9 ) 33 66,00

Rendah ( X < 9 ) 17 34,00

Jumlah 50 100,00

Page 78: CSR Pengolahan Sampah

60

Dari tabel 24 dapat dilihat,bahwa mayoritas responden (66 persen) telah

memiliki pengetahuan dalam pengelolaan sampah, artinya responden telah

memiliki pengetahuan mengenai perbedaan sampah organik dan non-organik,

produk daur ulang (kerajinan), jenis plastik untuk produk kerajinan, dan juga

tahapan pembuatan produk kerajinan. Sisanya sebanyak 34 persen responden

masih belum banyak memiliki pengetahuan dalam pengelolaan sampah. Dari

perhitungan tersebut dapat disimpulkan mayoritas responden telah mengetahui

pengertian dan tata cara dalam pengelolaan sampah.

6.2.2. Keterampilan dalam pengelolaan sampah

Keterampilan dalam pengelolaan sampah merupakan suatu keahlian yang

dimiliki responden dalam memilah sampah organik dan non-organik, pemilahan

plastik untuk dijadikan produk daur ulang atau kerajinan, dan pembuatan produk

daur ulang atau kerajinan. Jumlah responden yang sudah bisa dan belum bisa

mengelola sampah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 25. Persentase Responden yang Sudah Memiliki Keterampilan dalam

Pengelolaan Sampah Sebelum Ada Program

No. Kegiatan Jumlah

%

1. Memilah sampah organik dan non-organik 44,00

2. Memilih plastik daur ulang 32,00

3. Membuat produk daur ulang 4,00

Dari tabel 25 dapat dilihat, sebagian responden (44 persen) sudah bisa

memilah sampah organik dan non-organik. Responden yang sudah bisa memilah

sampah mengaku dapat melakukan hal tersebut karena sebelumnya sudah

mendapatkan informasi dari televisi atau bacaan. Seperti yang diungkapkan oleh

Ibu E, 35 Tahun:

Page 79: CSR Pengolahan Sampah

61

“…Waktu itu pernah ada di TV, acara bikin kompos gitu, terus

dikasih tau sampah organik itu apa non-organik itu apa, jadi

sebelum ada program ini Saya emang sudah tau bedanya dan

milah juga sih kadang-kadang dirumah”

Sebelum ada program, mayoritas responden belum bisa memilih plastik

untuk produk daur ulang dan membuat produk daur ulang. Hanya 32 persen

responden yang sudah memiliki keterampilan memilih plastik untuk produk daur

ulang atau kerajinan dan hanya 4 persen yang sudah bisa membuat produk daur

ulang atau kerajinan.

Dapat disimpulkan, keterampilan responden dalam pengelolaan sampah

sebelum ada program berada pada kategori tinggi dari rata-rata keterampilan

responden dalam mengelola sampah, seperti pada tabel berikut:

Tabel 26. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Keterampilan

Responden dalam Pengelolaan Sampah

Keterampilan Jumlah

N %

Tinggi ( X ≥ 4 ) 28 56,00

Rendah ( X < 4 ) 22 44,00

Jumlah 50 100,00

Dari tabel 26 dapat dilihat mayoritas responden telah memiliki

keterampilan dalam pengelolaan sampah. responden yang memiliki keterampilan

dalam kategori tinggi adalah sebanyak 56 persen, artinya sebagian besar

responden telah memiliki keterampilan dalam hal pemilahan sampah, memilih

plastik untuk didaur ulang dan/atau membuat produk daur ulang. Sisanya

sebanyak 44 persen untuk responden dengan keterampilan rendah, artinya

responden belum bisa melakukan kegiatan-kegiatan pengolahan sampah.

Page 80: CSR Pengolahan Sampah

62

6.2.3. Pengalaman dalam pengelolaan sampah

Pengalaman dalam pengelolaan sampah adalah pernah tidaknya responden

melakukan kegiatan pengelolaan sampah. Jumlah dan persentase responden yang

mempunyai pengalaman dalam pengelolaan sampah dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 27. Persentase Responden yang Sudah Memiliki Pengalaman dalam

Pengelolaan Sampah Sebelum Ada Program

No. Kegiatan Jumlah

%

1. Memilah sampah organik dan non-organik 44,00

2. Memilih plastik daur ulang 32,00

3. Membuat produk daur ulang 4,00

Dari tabel 27 dapat dilihat, responden yang telah memiliki pengalaman

dalam memilah sampah adalah sebanyak 44 persen. Selanjutnya terdapat 32

persen responden yang sudah bisa dan pernah memilih plastik daur ulang, dan

hanya 4 persen responden yang sudah pernah dan bisa membuat produk daur

ulang atau kerajinan.

Tabel 28. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pengalaman

Responden dalam Pengelolaan Sampah

Pengalaman Jumlah

N %

Tinggi ( X ≥ 4 ) 28 56,00

Rendah ( X < 4 ) 22 44,00

Jumlah 50 100,00

Dari tabel 28, dapat di tarik kesimpulan mayoritas responden pernah

melakukan kegiatan pengelolaan sampah. responden yang telah memiliki

pengalaman adalah sebanyak 56 persen sedangkan yang belum memiliki

Page 81: CSR Pengolahan Sampah

63

pengalaman adalah sebanyak 44 persen. Artinya sebagian besar responden pernah

melakukan kegiatan pengelolaan sampah seperti memilah sampah organik dan

non-organik, memilih plastik daur ulang atau membuat produk daur ulang

6.3. Faktor Kesempatan

6.3.1. Manajemen Program

Manajemen program adalah aturan yang memungkinkan masyarakat

terlibat dalam program, hal tersebut berupa aksesibilitas yang diberikan

penyelenggara program terhadap masyarakat dan syarat keterlibatan masyarakat.

Tabel 29. Persentase Anggapan Responden Mengenai Manajemen Program

Pengelolaan Sampah

No. Pernyataan Jumlah

%

1. Ada sosialisasi program 64,00

2. Kesempatan hadir dalam perencanaan 34,00

3. Kesempatan mengemukakan pendapat dalam proses

perencanaan 36,00

4. Kesempatan menyampaikan saran dan kritik dalam proses

perencanaan 36,00

5. Kesempatan dalam mengambil keputusan bersama 32,00

6. Kesempatan ikut serta dalam proses pelaksanaan 98,00

7. Terdapat forum evaluasi 20,00

8. Masyarakat terlibat dalam proses evaluasi 10,00

9. Ada ruang untuk merubah program setelah evaluasi 12,00

10. Kesempatan menikmati hasil penjualan produk hasil 70,00

Dari tabel 29, dapat dilihat sebanyak 64 persen responden mengetahui

adanya sosialisasi program, bentuk sosialisasi yang dilakukan adalah melalui

aparat setempat. Dalam hal perencanaan, hanya sedikit responden yang

mengetahuinya. Menurut mereka, memang tidak dibatasi siapa saja yang

diperbolehkan ikut dalam perencanaan, tapi biasanya hanya orang-orang tertentu

saja yang datang atau diundang dan dalam prosesnya diperbolehkan

Page 82: CSR Pengolahan Sampah

64

mengemukakan pendapat, saran atau kritik dan keputusan diambil bersama secara

musyawarah. Dalam hal pelaksanaan, 98 persen responden menjawab bahwa

siapapun diperbolehkan ikut dalam kegiatan program pengelolaan sampah. namun

dalam hal evaluasi, hanya sedikit warga yang mengetahui ataupun terlibat. Hanya

sebanyak 10 persen responden yang merasa bahwa warga dilibatkan dalam proses

evaluasi. Evaluasi biasanya dilakukan dalam rapat RT atau rapat RW. Dalam hal

menikmati hasil, 70 persen warga merasa diberikan kesempatan untuk menikmati

hasil penjualan produk kerajinan yang dibuat.

Dapat disimpulkan kesempatan warga untuk terlibat dalam program dapat

dikategorikan baik. Secara lebih rinci, tingkat kesempatan warga untuk terlibat

dalam program dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 30. Jumlah dan Persentase Tanggapan Responden Mengenai Tingkat

Manajemen Program dalam Program Pengelolaan Sampah

Manajemen Program Jumlah

N %

Baik ( X ≥ 13 ) 32 64,00

Buruk ( X < 13 ) 18 36,00

Jumlah 50 100,00

Dari tabel 30, sebanyak 64 persen responden merasakan kesempatan yang

diberikan kepada masyarakat untuk terlibat dalam program berada dalam kategori

baik dan 36 persen responden lainnya dalam kategori buruk. Dari data tersebut,

dapat disimpulkan jika ruang kesempatan yang diberikan kepada warga untuk

terlibat cukup besar. Warga kebanyakan hanya diberikan kesempatan seluas-

luasnya untuk terlibat dalam proses pelaksanaan. Dalam proses perencanaan atau

evaluasi biasanya hanya perwakilan warga saja yang dilibatkan.

6.4. Ikhtisar

Pada bagian ini akan disajikan ringkasan dari setiap faktor pendorong

partisipasi, yaitu kemauan, kemampuan dan kesempatan.

Page 83: CSR Pengolahan Sampah

65

6.4.1. Tingkat Kemauan

Kemauan adalah salah satu faktor pendorong partisipasi yang disebabkan

keinginan dari responden untuk turut serta dalam implementasi program

pengelolaan sampah. Kemauan diukur dari aspek psikologis individu yang terdiri

dari sikap responden terhadap lingkungan, sikap responden terhadap program dan

motivasi responden untuk mengikuti implementasi program pengolahan sampah.

Tingkat kemauan responden dapat dilihat pada tabel dibawah:

Tabel 31. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Kemauan

Tingkat Kemauan Jumlah

N %

Tinggi ( X ≥ 51 ) 28 56,00

Rendah ( X < 51 ) 22 44,00

Jumlah 50 100,00

Sebanyak 56 persen responden memiliki tingkat kemauan yang tergolong

tinggi, sedangkan 44 persen lainnya memiliki tingkat kemauan rendah. Sehingga

dapat disimpulkan jika sebagian warga telah memiliki sikap yang positif terhadap

lingkungan, dan program dan juga motivasi yang cukup kuat untuk terlibat dalam

program pengelolaan sampah.

6.4.2. Tingkat Kemampuan

Kemampuan adalah daya yang dimiliki individu untuk turut serta

berpartisipasi dalam implementasi program pengelolaan sampah. Kemampuan

yang akan diukur terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam

pengelolaan sampah. Tingkat kemampuan responden dalam pengelolaan sampah

dapat dilihat dalam tabel berikut:

Page 84: CSR Pengolahan Sampah

66

Tabel 32. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Kemampuan dalam

Pengelolaan Sampah

Tingkat Kemampuan Jumlah

N %

Tinggi ( X ≥ 16 ) 32 64,00

Rendah ( X < 16 ) 18 36,00

Jumlah 50 100,00

Mayoritas responden memiliki tingkat kemampuan yang tergolong tinggi

dalam hal pengelolaan sampah, yaitu sebanyak 64 persen responden. Sedangkan

36 persen lainnya memiliki tingkat kemampuan yang tergolong rendah. Dapat

disimpulkan, bahwa mayoritas warga telah mempunyai pengetahuan mengenai

program dan pengelolaan sampah, keterampilan dan pengalaman dalam

pengelolaan sampah.

6.4.3. Tingkat kesempatan

Kesempatan merupakan faktor luar yang berasal dari lingkungan yang

dapat mendorong individu untuk ikut berpartisipasi dalam program pengelolaan

sampah. Kesempatan dilihat dari manajemen dalam program pengelolaan sampah.

Tingkat kesempatan yang diberikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 33. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Kesempatan untuk

Berpartisipasi dalam Program Pengelolaan Sampah

Tingkat Kesempatan Jumlah

N %

Tinggi ( X ≥ 13 ) 32 64,00

Rendah ( X < 13 ) 18 36,00

Jumlah 50 100,00

Dari tabel 33 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menganggap

tingkat kesempatan yang diberikan untuk turut berpartisipasi dalam program

Page 85: CSR Pengolahan Sampah

67

tergolong tinggi. Sehingga dapat disimpulkan menurut responden, manajemen

program pengelolaan sampah telah baik dan ruang yang diberikan kepada

masyarakat untuk berpartisipasi cukup luas.

Page 86: CSR Pengolahan Sampah

68

BAB VII

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PARTISIPASI

DENGAN TINGKAT PARTISIPASI

Partisipasi merupakan keterlibatan seseorang untuk berperan serta secara

aktif dalam suatu kegiatan pembangunan untuk menciptakan, melaksanakan, serta

memelihara lingkungan yang bersih dan sehat. Partisipasi seseorang dalam suatu

kegiatan didorong oleh beberapa faktor, yaitu kemauan, kemampuan, dan

kesempatan. Tingkat pasrtisipasi responden dalam program pengelolaan sampah

di RW 4 Desa Gunung Sari dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 34. Jumlah dan Persentase Tingkat Partisipasi Responden dalam Program

Pengelolaan Sampah

Tingkat Partisipasi Jumlah

N %

Tinggi ( X ≥ 9 ) 35 70,00

Rendah ( X < 9 ) 15 30,00

Jumlah 50 100,00

Lingkungan merupakan suatu hal yang dianggap penting oleh sebagian

besar responden dan menurut mereka dengan menjaga lingkungan walau dengan

hal-hal kecil akan membantu terciptanya lingkungan yang lebih bersih, sehat dan

indah. Hal tersebut juga mempengaruhi keterlibatan responden dalam program.

Tingkat partisipasi responden dalam program pengelolaan sampah cukup tinggi.

Tingkat partisipasi dilihat dari jumlah skor bentuk partisipasi yang digunakan

responden dalam program pengelolaan sampah. Sebagian besar responden (70

persen) terlibat dalam program pengelolaan sampah yang mayoritas terlibat dalam

pemilahan sampah organik dan non-organik dan pembuatan produk daur ulang

atau kerajinan. Seluruh responden dalam penelitian ini adalah perempuan, karena

memang program ini lebih ke arah ranah perempuan atau ibu rumah tangga.

Page 87: CSR Pengolahan Sampah

69

7.1. Faktor Kemauan dengan Tingkat Partisipasi

7.1.1. Hubungan antara Sikap dengan Tingkat Partisipasi dalam Program

Pengelolaan Sampah

Berikut adalah hipotesis penelitian ini:

Ho = Tidak ada perbedaan antara responden yang bersikap positif dan

responden yang bersikap negatif dalam berpartisipasi pada program

pengelolaan sampah.

H1 = Semakin positif sikap masyarakat terhadap lingkungan dan program

maka semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam

implementasi program pengelolaan sampah.

Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Asymp Sig. (1-tailed)

hitung sebesar 0.000 < α (0.05) sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi,

semakin positif sikap masyarakat terhadap lingkungan dan program maka semakin

tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam program pengelolaan sampah.

Tabel 35. Hubungan antara Sikap Responden terhadap Lingkungan dan Program

Pengelolaan Sampah dengan Tingkat Partisipasi Responden dalam

Program Pengelolaan Sampah

Sikap

Partisipasi

Total Tinggi Rendah

% %

Positif 90,00 10,00 100,00

Negatif 43,00 57,00 100,00

Ket: α = 0.000 rs = 0.504

Berdasarkan tabel 35, reponden yang memiliki sikap positif tentang

lingkungan dan program pengelolaan sampah maka tingkat partisipasi dalam

program tinggi. Semakin positif sikap seseorang terhadap sesuatu maka hal

tersebut akan mempengaruhi perilakunya. Namun terdapat 10 persen responden

yang memiliki sikap positif namun memiliki tingkat partisipasi yang rendah, hal

Page 88: CSR Pengolahan Sampah

70

tersebut dikarenakan waktu luang yang dimiliki responden terbatas, sehingga

tidak memiliki waktu untuk berpartisipasi dalam program.

Responden yang memiliki sikap negatif terhadap lingkungan dan program

sebanyak 57 persen memiliki partisipasi yang rendah dalam program pengelolaan

sampah. Jumlah tersebut tidak terlalu jauh dengan responden yang memiliki sikap

negatif terhadap lingkungan dan program, sebanyak 43 persen responden dengan

sikap negatif memiliki tingkat partisipasi yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan

responden mengikuti program karena dorongan yang kuat dari aparat atau

tetangga, selain itu juga karena melihat secara langsung program dan tertarik

untuk berpartisipasi.

7.1.2. Hubungan antara Motivasi dengan Tingkat Partisipasi dalam

Program Pengelolaan Sampah

Berikut hipotesis dalam penelitian ini:

Ho = Tidak ada perbedaan antara responden dengan motivasi kuat dan

responden dengan motivasi lemah dalam berpartisipasi pada program

pengelolaan sampah.

H1 = Semakin kuat motivasi masyarakat untuk berperan serta dalam program

maka semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam

implementasi program pengelolaan sampah.

Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Asymp Sig. (1-tailed)

hitung sebesar 0.001 < α (0.05) sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi,

semakin kuat motivasi masyarakat untuk berperan serta dalam program maka

semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi program

pengelolaan sampah.

Page 89: CSR Pengolahan Sampah

71

Tabel 36. Hubungan antara Motivasi Responden dengan Tingkat Partisipasi

Responden dalam Program Pengelolaan Sampah

Motivasi

Partisipasi

Total Tinggi Rendah

% %

Positif 83,00 17,00 100,00

Negatif 40,00 60,00 100,00

Ket: α = 0.001 rs = 0.429

Tabel 36 menunjukan, mayoritas responden memiliki motivasi yang kuat

untuk terlibat dalam program pengelolaan sampah dan hal tersebut berbanding

lurus dengan tingkat partisipasinya. Sebanyak 83 persen responden dengan

motivasi yang kuat untuk terlibat dalam program pengelolaan sampah memiliki

tingkat partisipasi yang tinggi. Namun terdapat 17 persen responden dengan

motivasi yang kuat tetapi memiliki tingkat partisipasi rendah. Hal ini disebabkan

oleh rangkaian program yang dianggap tidak praktis oleh responden. Pada

awalnya responden memiliki motivasi yang kuat namun setelah berjalannya

program mereka tidak merasakan adanya perubahan dan merasa repot untuk

melakukan pemilahan sampah atau pembuatan kerajinan dari sampah plastik.

Responden dengan motivasi lemah cenderung memiliki tingkat partisipasi

yang rendah (sebanyak 60 persen responden). Namun ada juga responden yang

memiliki motivasi rendah tetapi tingkat partisipasi dalam program tinggi (40

persen responden). Hal tersebut dikarenakan setelah berjalannya program

responden tertarik untuk terlibat melakukan kegiatan pengelolaan sampah.

7.2. Faktor Kemampuan dengan Tingkat Partisipasi

7.2.1. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Partisipasi

dalam Program Pengelolaan Sampah

Berikut hipotesis penelitian ini:

Page 90: CSR Pengolahan Sampah

72

Ho = Tidak ada perbedaan antara responden dengan pengetahuan tinggi dan

responden dengan pengetahuan rendah dalam berpartisipasi pada

program pengelolaan sampah.

H1 = Semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki masyarakat dalam

pengelolaan sampah dan mengenai program pengelolaan sampah maka

semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi

program pengelolaan sampah.

Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Asymp Sig. (1-tailed)

hitung sebesar 0.000 < α (0.05) sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi,

semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki masyarakat dalam pengelolaan sampah

dan mengenai program pengelolaan sampah maka semakin tinggi tingkat

partisipasi masyarakat dalam implementasi program pengelolaan sampah.

Tabel 37. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Responden dengan Tingkat

Partisipasi dalam Program Pengelolaan Sampah

Pengetahuan

Partisipasi

Total Tinggi Rendah

% %

Tinggi 88,00 22,00 100,00

Rendah 35,00 65,00 100,00

Ket: α = 0.000 rs = 0.544

Sebanyak 88 persen responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi

dan berbanding lurus dengan tingkat partisipasinya yang juga tinggi. Jadi, jika

pengetahuan responden terhadap program pengelolaan sampah dan proses

pengelolaan sampah tinggi maka tingkat partisipasi dalam program tinggi. Hal

tersebut karena responden yang telah memiliki pengetahuan merasa mampu untuk

melakukan kegiatan-kegiatan dalam program pengelolaan sampah.

Begitupula sebanyak 65 persen responden dengan tingkat pengetahuan

rendah cenderung memiliki tingkat partisipasi yang rendah. Responden dengan

tingkat pengetahuan rendah cenderung tidak terlibat dalam program, karena dari

Page 91: CSR Pengolahan Sampah

73

awal mereka cenderung tidak tertarik dengan program sehingga tidak berusaha

mencari informasi mengenai program atau pun terlibat dalam program.

7.2.2. Hubungan antara Tingkat Keterampilan dengan Tingkat Partisipasi

dalam Program Pengelolaan Sampah

Berikut hipotesis penelitian ini:

Ho = Tidak ada perbedaan antara responden dengan keterampilan tinggi dan

responden dengan keterampilan rendah dalam berpartisipasi pada

program pengelolaan sampah.

H1 = Semakin tinggi keterampilan masyarakat dalam mengelola sampah

maka semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi

program pengelolaan sampah.

Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Asymp Sig. (1-tailed)

hitung sebesar 0.404 > α (0.05) sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Jadi, tidak

ada perbedaan antara responden dengan keterampilan tinggi dan responden

dengan keterampilan rendah dalam berpartisipasi pada program pengelolaan

sampah.

Tabel 38. Hubungan antara Tingkat Keterampilan Responden dengan Tingkat

Partisipasi dalam Program pengelolaan Sampah

Keterampilan

Partisipasi

Total Tinggi Rendah

% %

Tinggi 71,00 29,00 100,00

Rendah 68,00 32,00 100,00

Ket: α = 0.404 rs = 0.035

Berdasarkan tabel 38, tingkat partisipasi yang tinggi tidak hanya dimiliki

oleh responden dengan keterampilan tinggi. Sebanyak 68 persen responden

dengan keterampilan rendah juga memiliki tingkat partisipasi yang tinggi.

Responden yang telah memiliki keterampilan terlibat karena sudah mengetahui

Page 92: CSR Pengolahan Sampah

74

cara-cara pemilahan sampah, pemilihan plastik untuk kerajinan dan juga

pembuatan kerajinan dari limbah sampah, sedangkan yang belum memiliki

keterampilan tertarik karena program ini selain membuat lingkungan menjadi

bersih, program ini pula dapat menambah pengetahuan mereka tentang

pengolahan sampah dan menjadi ajang bersosialisasi atau kumpul-kumpul

bersama ibu-ibu di RW 4.

Sebanyak 29 persen responden memiliki keterampilan yang tinggi namun

tingkat partisipasi dalam program rendah. Hal ini dikarenakan ketersediaan waktu

yang dimiliki responden terbatas, sehingga tidak memungkinkan terlibat secara

lebih dalam pada program pengelolaan sampah.

7.2.3. Hubungan antara Tingkat Pengalaman dengan Tingkat Partisipasi

dalam Program Pengelolaan Sampah

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

Ho = Tidak ada perbedaan antara responden dengan pengalaman tinggi dan

responden dengan pengalaman rendah dalam berpartisipasi pada

program pengelolaan sampah.

H1 = Semakin tinggi pengalaman masyarakat dalam mengelola sampah maka

semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi

program pengelolaan sampah.

Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Asymp Sig. (1-tailed)

hitung sebesar 0.404 > α (0.05) sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Jadi, tidak

ada perbedaan antara responden dengan pengalaman tinggi dan responden dengan

pengalaman rendah dalam berpartisipasi pada program pengelolaan sampah.

Page 93: CSR Pengolahan Sampah

75

Tabel 39. Hubungan antara Tingkat Pengalaman Responden dengan Tingkat

Partisipasi dalam Program Pengelolaan Sampah

Pengalaman

Partisipasi

Total Tinggi Rendah

% %

Tinggi 71,00 29,00 100,00

Rendah 68,00 32,00 100,00

Ket: α = 0.404 rs = 0.035

Berdasarkan tabel 39, 71 persen responden yang memiliki pengalaman

dalam proses pengelolaan sampah memiliki tingkat partisipasi yang tinggi.

Namun ternyata tidak hanya responden dengan pengalaman yang tinggi saja yang

memiliki tingkat partisipasi yang tinggi, namun responden dengan pengalaman

yang sedikit pun (68 persen) memiliki tingkat partisipasi yang tinggi. Hal tersebut

dikarenakan keterlibatan responden dalam program ini tidak hanya berdasarkan

pengalaman saja, tapi juga disebabkan oleh dorongan dari pihak lain dan juga dari

pengetahuan mengenai manfaat program pengelolaan sampah.

7.3. Faktor Kesempatan dengan Tingkat Partisipasi

7.3.1. Hubungan Manajemen Program dengan Tingkat Partisipasi dalam

Program Pengelolaan Sampah

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

Ho = Tidak ada perbedaan antara responden dengan anggapan manajemen

program baik dan responden dengan anggapan manajemen program

buruk dalam berpartisipasi pada program pengelolaan sampah.

H1 = Semakin baik manajemen program yang memberikan ruang kepada

masyarakat untuk terlibat maka semakin tinggi tingkat partisipasi

masyarakat dalam implementasi program pengelolaan sampah.

Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Asymp Sig. (1-tailed)

hitung sebesar 0.353 > α (0.05) sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Jadi, tidak

ada perbedaan antara responden dengan anggapan manajemen program baik dan

Page 94: CSR Pengolahan Sampah

76

responden dengan anggapan manajemen program buruk dalam berpartisipasi pada

program pengelolaan sampah.

Tabel 40. Hubungan antara Manajemen Program dengan Tingkat Partisipasi

dalam Program Pengelolaan Sampah

Manajemen

Program

Partisipasi

Total Tinggi Rendah

% %

Baik 72,00 28,00 100,00

Buruk 67,00 33,00 100,00

Ket: α = 0.353 rs = 0.055

Berdasarkan tabel 40, tingkat partisipasi yang tinggi tidak hanya dimiliki

oleh responden yang menganggap manajemen program pengelolaan sampah telah

baik atau memberikan ruang seluas-luasnya pada warga untuk terlibat dan

mengambil keputusan dalam setiap tahapan kegiatan mulai dari perencanaan

sampai evaluasi, tetapi juga oleh responden yang menganggap manajemen

program pengelolaan sampah masih buruk atau ruang yang diberikan kepada

warga untuk terlibat dan mengambil keputusan dalam setiap tahapan pelaksanaan

sempit.

Sebanyak 72 persen responden dengan anggapan mengenai manajemen

program yang baik dan sebanyak 67 persen responden dengan anggapan mengenai

manajemen program yang masih buruk memiliki tingkat partisipasi yang tinggi.

Hal tersebut memang dikarenakan sebagian besar responden hanya terlibat dalam

pelaksanaan program. Kegiatan perencanaan dan evaluasi biasanya hanya

melibatkan perwakilan dari warga. Responden pun tidak merasa keberatan dengan

keadaan tersebut karena merasa sudah terwakilkan.

Page 95: CSR Pengolahan Sampah

77

7.4. Ikhtisar

7.4.1. Hubungan antara Tingkat Kemauan dengan Tingkat Partisipasi

dalam Program Pengelolaan Sampah

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho = Tidak ada perbedaan antara responden dengan tingkat kemauan tinggi

dan responden dengan tingkat kemauan rendah dalam berpartisipasi

pada program pengelolaan sampah.

H1 = Semakin tinggi tingkat kemauan yang dimiliki masyarakat maka

semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi

program pengelolaan sampah.

Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Asymp Sig. (1-tailed)

hitung sebesar 0.000 < α (0.05) sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi,

semakin tinggi tingkat kemauan yang dimiliki masyarakat maka semakin tinggi

tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi program pengelolaan sampah.

Tabel 41. Hubungan Antara Tingkat Kemauan dengan Tingkat Partisipasi dalam

Program Pengelolaan Sampah

Kemauan

Partisipasi

Total Tinggi Rendah

% %

Tinggi 83,00 17,00 100,00

Rendah 40,00 60,00 100,00

Ket: α = 0.000 rs = 0.563

Berdasarkan tabel 41, tingkat kemauan dengan tingkat partisipasi

berbanding lurus. Artinya, responden dengan tingkat kemauan tinggi cenderung

memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dalam program pengelolaan sampah

dibandingkan dengan responden dengan tingkat kemauan rendah. Begitupula

dengan responden yang memiliki tingkat kemauan rendah cenderung tingkat

partisipasinya dalam program rendah. Setiap variabel dalam tingkat kemauan

yaitu sikap repsonden terhadap lingkungan dan program pengelolaan sampah dan

Page 96: CSR Pengolahan Sampah

78

motivasi responden untuk terlibat dalam program pengelolaan sampah memiliki

hubungan dengan tingkat partisipasi.

7.4.2. Hubungan Antara Tingkat Kemampuan dengan Tingkat Partisipasi

dalam Program Pengelolaan Sampah

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho = Tidak ada perbedaan antara responden dengan tingkat kemampuan

tinggi dan responden dengan tingkat kemampuan rendah dalam

berpartisipasi pada program pengelolaan sampah.

H1 = Semakin tinggi tingkat kemampuan yang dimiliki masyarakat maka

semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi

program pengelolaan sampah.

Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Asymp Sig. (1-tailed)

hitung sebesar 0.049 < α (0.05) sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi,

semakin tinggi tingkat kemampuan yang dimiliki masyarakat maka semakin tinggi

tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi program pengelolaan sampah.

Tabel 42. Hubungan Antara Tingkat Kemampuan dengan Tingkat Partisipasi

dalam Program Pengelolaan Sampah

Kemampuan

Partisipasi

Total Tinggi Rendah

% %

Tinggi 78,00 22,00 100,00

Rendah 56,00 44,00 100,00

Ket: α = 0.049 rs = 0.236

Berdasarkan tabel 42, responden yang memiliki tingkat kemampuan tinggi

cenderung tingkat partisipasinya tinggi. Namun, hampir setengah responden

dengan tingkat kemampuan rendah juga cenderung memiliki tingkat tingkat

partisipasi yang tinggi. Variabel dari faktor kemampuan yang memiliki hubungan

dengan tingkat partisipasi adalah pengetahuan dalam pengelolaan sampah,

Page 97: CSR Pengolahan Sampah

79

sedangkan keterampilan dan pengalaman responden dalam mengelola sampah

tidak memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi. Secara keseluruhan tingkat

kemampuan memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi.

7.4.3. Hubungan Antara Tingkat Kesempatan dengan Tingkat Partisipasi

dalam Program Pengelolaan Sampah

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho = Tidak ada perbedaan antara tingkat kesempatan tinggi dan tingkat

kesempatan rendah yang dimiliki warga dalam berpartisipasi pada

program pengelolaan sampah.

H1 = Semakin tinggi kesempatan yang dimiliki masyarakat untuk terlibat

dalam program maka semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat

dalam implementasi program pengelolaan sampah.

Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Asymp Sig. (1-tailed)

hitung sebesar 0.353 > α (0.05) sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Jadi, tidak

ada perbedaan antara tingkat kesempatan tinggi dan tingkat kesempatan rendah

yang dimiliki warga dalam berpartisipasi pada program pengelolaan sampah.

Tabel 43. Hubungan antara Tingkat Kesempatan dengan Tingkat Partisipasi

dalam Program Pengelolaan Sampah

Kesempatan

Partisipasi

Total Tinggi Rendah

% %

Tinggi 72,00 28,00 100,00

Rendah 67,00 33,00 100,00

Ket: α = 0.353 rs = 0.055

Berdasarkan tabel 43, responden yang menganggap tingkat kesempatan

yang diberikan kepada masyarakat untuk terlibat dalam setiap tahapan

pelaksanaan kegiatan tinggi cenderung memiliki tingkat partisipasi tinggi. Namun,

hal yang sama terjadi pada responden yang menganggap kesempatan yang

Page 98: CSR Pengolahan Sampah

80

diberikan rendah, responden dengan anggapan tingkat kesempatan dalam program

rendah tetap memiliki tingkat partisipasi tinggi. Sehingga dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesempatan tidak selalu berbanding lurus atau memiliki

hubungan dengan tingkat partisipasi.

Page 99: CSR Pengolahan Sampah

81

BAB VIII

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM

PENGELOLAAN SAMPAH

8.1. Tingkat Partisipasi dalam Program

Menurut Cohen dan Uphoff yang dikutip Manoppo (2009) partisipasi

adalah adalah keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan

tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana cara kerjanya, keterlibatan

masyarakat dalam pelaksanaan program dan pengambilan keputusan yang telah

ditetapkan melalui sumbangan sumberdaya atau bekerja sama dalam suatu

organisasi, keterlibatan masyarakat menikmati hasil dari pembangunan serta

dalam evaluasi pelaksanaan program.

Tingkat partisipasi dalam program pengelolaan sampah adalah keterlibatan

warga dalam program pengelolaan sampah. Hal tersebut ditunjukan dengan

keterlibatan warga dalam setiap tahapan program. Data sebelumnya telah

menyebutkan bahwa keterlibatan responden dalam program adalah sebanyak 70

persen responden memiliki tingkat partisipasi tinggi sedangkan 30 persen lainnya

memiliki tingkat partisipasi rendah.

Secara lebih lanjut tingkat partisipasi warga akan dianalisis berdasarkan

Teori Arstein yang membagi partisipasi menjadi delapan tingkatan, yaitu

manipulasi, terapi, informasi, konsultasi, penenangan, kerjasama, pendelegasian

wewenang, dan pengawasan oleh komunitas yang dilihat dari setiap tahapan

kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan menikmati hasil.

8.1.1. Perencanaan

Program pengelolaan sampah merupakan salah satu program Sustainable

Development dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dalam setiap

programnya PT Indocement selalu melibatkan masyarakat dalam setiap tahapan

kegiatannya. Pihak-pihak yang terlibat dalam tahap perencanaan adalah

perusahaan, aparat desa, dan warga RW 4 Desa Gunung Sari. Perusahaan sebagai

pemberi inisiatif atas program, sebagai pemberi bantuan dan membantu dalam

pembuatan susunan kepengurusan. Aparat desa sebagai pemberi dukungan atas

Page 100: CSR Pengolahan Sampah

82

program serta perijinan dan sebagai penyambung informasi untuk warga secara

luas. Warga RW 4 sebagai calon penerima program, tidak semua warga dilibatkan

dalam proses perencanaan, hanya perwakilan warga saja yang dilibatkan dalam

proses ini.

Menurut teori tangga partisipasi Arstein, proses keterlibatan warga dalam

perencanaan program dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5 Tingkat Partisipasi Responden dalam Perencanaan Program

Pengelolaan Sampah

Berdasarkan gambar di atas, responden banyak yang tidak tahu perihal

perencanaan program pengelolaan sampah. Mereka tahu adanya program

pengelolaan sampah setelah pelaksanaan program. Sementara itu sebanyak 17

responden merasa proses perencanaan sudah sampai tahap kerjasama

(partnership), dimana ada perwakilan warga yang telah dilibatkan dalam proses

perencanaan dan dalam proses tersebut terjadi perundingan untuk pengambilan

keputusan. Kebanyakan warga tidak keberatan dengan sistem perwakilan,

menurut mereka hal tersebut telah mewakili aspirasi warga kebanyakan.

8.1.2. Pelaksanaan

Dalam proses pelaksanaan, pihak-pihak yang terlibat adalah pihak

perusahaan, pengurus Unit Pelayanan Kebersihan (UPK) dan warga RW 4 Desa

Gunung Sari. Peran perusahaan dalam proses pelaksanaan adalah memfasilitasi

warga dalam memberikan informasi dan keterampilan tentang cara memilah

0

5

10

15

20

25

Perencanaan

Perencanaan

Page 101: CSR Pengolahan Sampah

83

sampah dan membuat produk kerajinan dari sampah plastik dengan mengadakan

kunjungan ke Mampang, Jakarta Selatan dengan perwakilan 5 orang per RT.

Selain itu, perusahaan juga memberikan bantuan operasional seperti tong

pembuangan sampah organik dan non-organik.

Pengurus UPK memiliki peran sebagai pengolah sampah yang sudah tidak

bisa dimanfaatkan sebagai produk daur ulang kerajinan untuk dijadikan Sorted

Municipal Waste dan pupuk kompos. Sebelum proses tersebut, secara rutin

pekerja UPK mengangkut sampah yang telah dipisahkan oleh warga di tong

sampah yang telah disediakan ke UPK untuk diolah secara lebih lanjut. Setelah

proses tersebut, sampah diolah dengan menggunakan mesin operasional

pengelolaan sampah. Sampah masuk melalui bucket, tahap selanjutnya sampah

dipindahkan melalui conveyor hingga masuk pada mesin crusher, dari mesin

crusher sampah lalu masuk ke rotary screen. Dari rotary screen, SMW sudah

dapat dikemas dan sampah organik yang telah tercacah akan difermentasi untuk

dijadikan pupuk kompos.

Warga RW 4 sebagai penerima program, melakukan pemilahan sampah

organik dan non-organik. Pemilahan sampah non-organik dibagi kedalam dua

kegiatan, yaitu pemilahan sampah yang tidak dapat dibuat produk kerajinan dan

pemilahan sampah yang dapat dibuat produk kerajinan. Menurut teori tangga

partisipasi Arstein, proses keterlibatan warga dalam pelaksanaan program dapat

dilihat pada gambar berikut:

Gambar 6 Tingkat Partisipasi Responden dalam Pelaksanaan Program

Pengelolaan Sampah

0

5

10

15

20

25

30

Pelaksanaan

Pelaksanaan

Page 102: CSR Pengolahan Sampah

84

Dari gambar 7 dapat dilihat tingkat partisipasi responden dalam proses

pelaksanaan berada pada tahapan delegated power. Dalam proses pelaksanaan di

lingkup RW 4, warga telah diberikan kewenangan dalam mengatur kegiatan

program pengelolaan sampah sendiri. Dalam proses pelaksanaan mayoritas

responden merasa diberikan keleluasaan dalam mengatur proses pelaksanaan.

Untuk mempermudah pelaksanaan program, dibentuk suatu kelembagaan

pembuatan kerajinan dari sampah plastik, yaitu kelompok “Pelita Indogreen” yang

terdiri dari ibu-ibu di RW 4. Dalam kelompok tersebut terdapat pembagian kerja

yang dibagi berdasarkan RT. Namun di setiap RT juga melakukan pembuatan

produk kerajinan.

Tahapan pelaksanaan program pengelolaan sampah di lingkup RW 4

adalah, disetiap rumah tangga disediakan dua jenis tempat sampah plastik, yang

pertama untuk sampah non-organik yang bisa dijadikan produk kerajinan dan

yang kedua untuk sampah non-organik yang tidak bisa dibuat produk kerajinan

tetapi memiliki nilai jual. Sedangkan untuk sampah organik dan non-organik yang

tidak dapat diolah menjadi produk kerajinan dan tidak memiliki nilai jual

disimpan di tong sampah yang telah disediakan untuk diambil oleh pekerja UPK

dan selanjutnya akan diolah di UPK. Sampah yang telah dikumpulkan di tiap

rumah tangga akan diambil oleh salah satu warga ke bank sampah. Tahap

selanjutnya adalah sampah non-organik yang bernilai jual akan dijual dan hasil

penjualan akan dimasukan ke kas RT, sedangkan sampah non-organik yang bisa

dibuat produk kerajinan akan dibuat kerajinan sesuai dengan yang diinginkan.

Namun, dalam beberapa bulan terakhir ini kegiatan pengolahan sampah

semakin jarang dilakukan. Hal tersebut dikarenakan tong pembuangan banyak

yang rusak sehingga sampah yang seharusnya dipisahkan menjadi disatukan,

seperti yang diungkapkan oleh Ibu ER, 39 Tahun:

“Sekarang tong sampahnya banyak yang rusak, pada keropos dan

jebol bawahnya. Jadi ya buang sampahnya disatuin lagi, ga ada

tempat lain”

Selain itu, pengangkutan sampah dari RW 4 ke UPK sekarang

menggunakan mobil sehingga dalam proses pengangkutan sampah yang telah

Page 103: CSR Pengolahan Sampah

85

dipisahkan kembali disatukan, warga pun merasa sia-sia melakukan pemilahan

sampah. Begitupula dengan kegiatan pembuatan produk kerajinan, karena

kesibukan dan ada kegiatan lain, kegiatan pembuatan produk kerajinan menjadi

vakum untuk beberapa waktu.

8.1.3. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan pemantauan selama program pengelolaan

sampah berlangsung. Proses evaluasi program pengelolaan sampah biasa

dilakukan secara secara internal dan bersama. Evaluasi internal yang dilakukan

adalah evaluasi oleh pihak perusahaan saja sebanyak satu bulan satu kali dan

dilakukan secara formal. Selain itu, evaluasi bersama yang dilakukan antara pihak

perusahaan dan pengelola UPK yang dilakukan tiap bulan. Evaluasi bersama juga

sering dilakukan bersama aparat desa sewaktu awal-awal program dilaksanakan,

dan untuk saat ini evaluasi bersama aparat desa sudah sangat jarang sekali

dilakukan. Proses evaluasi yang dilakukan hanyalah dengan pihak pengelola UPK.

Evaluasi bersama mengenai kegiatan pengelolaan sampah di lingkup RW belum

pernah dilakukan secara formal dengan pihak perusahaan, evaluasi dilakukan

secara informal melalui pemantauan perusahaan di lingkungan RW atau evaluasi

informal antara pengurus RW/RT dan warga pada rapat tertentu.

Menurut teori tangga partisipasi Arstein, proses keterlibatan warga dalam

kegiatan evaluasi program pengelolaan sampah adalah sebagai berikut:

Gambar 7 Tingkat Partisipasi Responden dalam kegiatan Evaluasi Program

Pengelolaan Sampah

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Evaluasi

Evaluasi

Page 104: CSR Pengolahan Sampah

86

Dari gambar 8 dapat diketahui bahwa keterlibatan warga dalam kegiatan

evaluasi masih pada tahap manipulation, hal tersebut dikarenakan memang

sebagian besar responden tidak mengetahui adanya evaluasi program. Sehingga

responden tidak tahu sampai sejauh mana keterlibatan warga dalam proses

evaluasi, karena memang evaluasi yang dilakukan tidak melibatkan warga dan

proses evaluasi yang dilakukan oleh perusahaan hanya terkonsentrasi pada

program di bagian UPK tidak di lingkup warga RW 4.

8.1.4. Menikmati Hasil

Menikmati hasil merupakan tahapan partisipasi dimana setiap pihak yang

terlibat dapat merasakan manfaat dari dilaksanakannya program. Semakin besar

manfaat yang dirasakan dari program, maka program tersebut telah berhasil

mengenai sasaran atau tepat sasaran. Pihak-pihak yang merasakan manfaat dari

program pengelolaan sampah adalah pihak perusahaan, pengelola UPK dan warga

RW 4 Desa Gunung Sari. Perusahaan mendapatkan manfaat dari program ini yaitu

terciptanya bahan bakar alternatif untuk proses pembakaran di perusahaan dan

juga kompos untuk proyek tanaman jarak pagar, selain itu tujuan perusahaan

untuk memberdayakan masyarakat juga tercapai karena telah terjadi perubahan

dalam masyarakat setelah adanya program pengelolaan sampah. Pengelola UPK

mendapatkan manfaat dari program ini yaitu tersedianya lapangan pekerjaan.

Warga RW 4 merasakan manfaat dari program pengelolaan sampah. Tingkat

keterlibatan responden dalam menikmati hasil dari program pengelolaan sampah

adalah sebagai berikut:

Page 105: CSR Pengolahan Sampah

87

Gambar 8 Tingkat Partisipasi Responden dalam Kegiatan Menikmati Hasil

Program Pengelolaan Sampah

Sebagian besar responden berpendapat bahwa manfaat dan hasil yang

diterima dirasakan oleh setiap warga dan juga oleh pihak perusahaan. Perusahaan

juga tidak membatasi atau mengatur kegiatan pemanfaatan hasil tersebut. Seperti

contoh hasil penjualan produk kerajinan tidak diminta oleh perusahaan, tetapi

memberikan kekuasaan kepada masing-masing RT untuk mengelolanya. Manfaat

lain yang dirasakan adalah manfaat sosial dan juga manfaat lingkungan. Manfaat

sosial yang dirasakan oleh responden adalah dengan adanya program ini dapat

menjadi ajang bersosialisasi dengan tetangga, program ini juga telah mampu

menambah pengetahuan mengenai sampah organik dan non-organik dan cara

pengelolaan sampah sehingga dapat menjadi produk bernilai jual seperti produk

kerajinan.

Manfaat lingkungan yang dirasakan oleh responden adalah setelah adanya

program pengelolaan sampah, lingkungan sekitar menjadi lebih bersih, sampah

yang ada terkelola dengan baik dan hal tersebut juga telah membantu membuat

lingkungan menajdi indah. Manfaat yang dirasakan oleh warga merupakan

sasaran-sasaran dari dilaksanakannya program. Sehingga dapat dibilang program

telah berhasil mencapai tujuannya.

0

5

10

15

20

25

30

Menikmati Hasil

Menikmati Hasil

Page 106: CSR Pengolahan Sampah

88

8.2. Ikhtisar

Arstein menggambarkan partisipasi masyarakat adalah suatu pola

bertingkat (ladder patern). Partisipasi masyarakat bertingkat sesuai dengan

gradasi kekuasaan yang dapat dilihat dalam proses pengambilan keputusan.

Secara keseluruhan, dalam Program Pengelolaan Sampah di RW 4 Desa Gunung

Sari, tingkat partisipasi masyarakat dapat dilihat pada gambar berikut:

0%

8. Citizen Control

10% Citizen

7. Delegate Power Control

10% = 20%

6. Partership

32%

5. Placation

34%

4. Consultation Tokenism = 80%

14%

3. Information

0%

2. Theraphy

0% Non-participation = 0%

1. Manipulatif

Gambar 9 Tingkat Partisipasi dalam Program Pengelolaan Sampah di RW 4

Desa Gunung Sari

Tingkat partisipasi warga dalam Program Pengelolaan Sampah berada

pada tingkat consultaion-placation atau kedua tingkat tersebut merupakan

partisipasi yang bersifat tokenisme. Tokenisme adalah derajat partisipasi dimana

warga diminta konsultasinya atau diberi informasi mengenai suatu keputusan,

tetapi sebenarnya mereka hanya memiliki sedikit atau sama sekali tidak memiliki

kekuasaan untuk memengaruhi keputusan tesebut.

Pada program pengelolaan sampah, warga dilibatkan aktif pada program,

namun tidak pada setiap tahapan kegiatan. Warga hanya diberi keleluasaan

wewenang pada kegiatan pelaksanaan. Warga hanya sebatas menjalani program,

namun mayoritas dari mereka tidak tahu mengenai kegiatan lain seperti

perencanaan atau evaluasi, padahal tahapan kegiatan tersebut merupakan tahapan

Page 107: CSR Pengolahan Sampah

89

yang penting dalam suatu program. Pada tahap perencanaan perusahaan, aparat

desa, dan perwakilan warga melakukan rapat. Perusahaan mengkomunikasikan

dan memberikan informasi mengenai program. Dalam prosesnya diperkenankan

untuk mengampaikan saran dan juga kritik. Namun keputusan utama mengenai

program ada di tangan perusahaan. Pada tahap pelaksanaan perusahaan,

warga,pekerja UPK dan juga aparat desa terlibat dalam program. Perusahaan

memberikan kekuasaan kepada warga untuk melakukan program secara mandiri.

Pada tahap evaluasi hanya perusahaan dan pekerja UPK yang terlibat dan

perusahaan memiliki kekuasaan yang paling besar. Hasil dari program dirasakan

oleh setiap pihak, perusahaan juga memberikan kewenangan kepada warga untuk

mengelola sendiri kerajinan dari hasil pengelolaan sampah plastik rumah tangga.

Page 108: CSR Pengolahan Sampah

90

BAB IX

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN

KEBERHASILAN PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH

9.1. Keberhasilan Program

Suatu program dapat dikatakan berhasil jika tujuan dari program tersebut

tercapai. Tingkat keberhasilan program pengelolaan sampah dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 44. Jumlah dan Persentase Responden di RW 4 Desa Gunung Sari

mengenai Keberhasilan Program Pengelolaan Sampah

Keberhasilan Jumlah

N %

Tinggi ( X ≥ 8) 33 66,00

Rendah ( X < 8) 17 34,00

Jumlah 50 100,00

Dari tabel 44 dapat dilihat, sebagian besar responden (66 persen)

menganggap program pengelolaan sampah telah berhasil dilakukan. Program

pengelolaan sampah sudah memberikan manfaat sosial dan juga manfaat

lingkungan. Manfaat sosial yang dirasakan adalah dengan adanya program ini,

hubungan antar warga menjadi semakin dekat, karena dapat menjadi ajang

bersosialisasi bagi warga di RW 4 Desa Gunung Sari, seperti yang diungkapkan

oleh Ibu H, 30 Tahun:

“Kalau lagi buat kerajinan gitu kan kita bareng-bareng sama

tetangga-tetangga, seneng sih kumpul-kumpul sambil gossip, jadi

makin akrab, tapi menghasilkan juga”

Selain itu, program pengelolaan juga menambah pengetahuan dan

keterampilan para Ibu-ibu mengenai pembuatan produk kerajinan. Manfaat

Page 109: CSR Pengolahan Sampah

91

lingkungan yang dirasakan adalah lingkungan menjadi semakin bersih dan juga

indah. Seperti yang dikemukakan oleh Ibu E, 44 Tahun:

“Setelah ada program lingkungan jadi lebih bersih, sampah yang

di tong rutin diambil, jadi ga numpuk, selain itu kan Indocement

juga ngasih bantuan pohon-pohon. Lingkungan jadi hijau ”

9.2. Hubungan antara Tingkat Partisipasi dengan Keberhasilan Program

Pengelolaan Sampah

Keberhasilan program ditentukan oleh tingkat partisipasi warga dalam

program pengelolaan sampah. Berikut adalah hipotesis dalam penelitian ini:

Ho = Tidak ada perbedaan antara tingkat partisipasi tinggi dan tingkat

partisipasi rendah dalam menentukan keberhasilan program pengelolaan

sampah.

H1 = Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi

program pengelolaan sampah maka semakin menentukan keberhasilan

program pengelolaan sampah

Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Asymp Sig. (1-tailed)

hitung sebesar 0.005 < α (0.05) sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi,

semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi program

pengelolaan sampah, maka semakin menentukan keberhasilan program

pengelolaan sampah.

Tabel 45. Hubungan antara Tingkat Partisipasi Responden dengan Keberhasilan

Program Pengelolaan Sampah

Partisipasi

Keberhasilan

Total Tinggi Rendah

% %

Tinggi 77,00 23,00 100,00

Rendah 40,00 60,00 100,00

Ket : α = 0.005 rs = 0.359

Page 110: CSR Pengolahan Sampah

92

Dari tabel 45 dapat dilihat semakin tingkat tingkat partisipasi, maka

keberhasilan program pengelolaan sampah juga semakin tinggi. Hal tersebut

dikarenakan tingkat partisipasi menunjukan dukungan warga pada program. Jika

dukungan warga terhadap program kuat, maka sangat mudah untuk menarik

partisipasinya sehingga tujuan dari dilaksanakannya program akan tercapai.

Manfaat yang paling dirasakan oleh warga setelah dilaksanakannya

program ini adalah bertambahnya pengetahuan dalam pengelolaan sampah.

Sebelum ada program warga memang tahu bahwa sampah bisa dimanfaatkan, tapi

mereka tidak mempunyai keterampilan untuk mengelolanya. Setelah ada program

ini. Warga menjadi mampu mengelola sampah rumah tangga. Manfaat selanjutnya

yang dirasakan oleh warga adalah program ini dapat menjadi ajang bersosialisasi

bersama warga lain di lingkungan RW 4. Manfaat selanjutnya yang dirasa setelah

ada program pengelolaan sampah adalah lingkungan menjadi lebih bersih karena

sampah bisa terkelola dengan baik. Sebelum ada program banyak warga yang

membakar sampah, namun sekarang pembuangan sampah menjadi lebih teratur

sehingga program ini juga membantu membuat lingkungan menjadi lebih indah.

9.3. Ikhtisar

Keberhasilan program pengelolaan sampah cukup tinggi. Manfaat yang

dirasakan oleh warga secara berturut-turut adalah bertambahnya pengetahuan

dalam pengelolaan sampah, sebagai ajang bersosialisasi, membuat lingkungan

menjadi bersih dan indah. Tingkat partisipasi memiliki hubungan dengan

keberhasilan program. Semakin tinggi tingkat partisipasi maka akan semakin

menentukan keberhasilan program.

Page 111: CSR Pengolahan Sampah

93

BAB X

PENUTUP

10.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Warga di lingkungan RW 4 Desa Gunung Sari sebagian besar hanya

terlibat dalam proses pelaksanaan dan menikmati hasil. Partisipasi warga

dalam program pengelolaan sampah berada pada tahap tokenisme dalam

tangga partisipasi Arstein dimana warga diminta konsultasinya atau diberi

informasi mengenai suatu keputusan, tetapi sebenarnya mereka hanya

memiliki sedikit atau sama sekali tidak memiliki kekuasaan untuk

memengaruhi keputusan tesebut. Hal tersebut dikarenakan warga memang

tidak dilibatkan dalam proses perencanaan program, hanya perwakilan dari

warga saja yang dilibatkan.

2. Tingkat partisipasi dalam program pengelolaan sampah ditentukan oleh

kemauan, kemampuan dan kesempatan yang dibagi ke dalam enam

indikator, yaitu (1) sikap terhadap lingkungan dan program, (2) motivasi

untuk terlibat dalam program, (3) tingkat pengetahuan dalam pengelolaan

sampah, (4) tingkat keterampilan dalam pengelolaan sampah sebelum

adanya program, (5) tingkat pengalaman dalam pengelolaan sampah

sebelum adanya program, dan (6) manajemen program pengelolaan

sampah. Sikap terhadap lingkungan dan program, motivasi untuk terlibat

dalam program dan tingkat pengetahuan dalam pengelolaan sampah

memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi. Sedangkan keterampilan

dalam mengelola sampah, pengalaman dalam mengelola sampah dan

manajemen program pengelolaan sampah tidak memiliki hubungan

signifikan dengan tingkat partisipasi.

Secara kesimpulan, terdapat dua faktor yang memiliki hubungan dengan

tingkat partisipasi, yaitu tingkat kemauan dan tingkat kemampuan.

Sedangkan tingkat kesempatan tidak memiliki hubungan dengan tingkat

partisipasi. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa aspek psikologis

lebih menentukan tingkat partisipasinya dalam program pengelolaan

Page 112: CSR Pengolahan Sampah

94

sampah. Sikap yang positif dan motivasi yang kuat akan menimbulkan

keinginan warga untuk berpartisipasi, begitu pula dengan tingkat

pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap keterlibatan warga dalam

program pengolahan sampah. Tingkat kesempatan tidak memiliki

hubungan dengan tingkat partisipasi, hal tersebut dikarenakan sebagian

besar warga terlibat dalam pelaksanaan program dan menikmati hasil,

namun dalam perencanaan program hanya perwakilan dari warga saja

yang dilibatkan, namun hal tersebut tidak menjadi keberatan bagi warga,

mereka sudah merasa terwakili dengan beberapa perwakilan warga dalam

proses perencanaan. Sementara dalam proses evaluasi, warga RW 4 tidak

dilibatkan dalam proses evaluasi formal bersama perusahaan. Evaluasi

hanya pernah dilakukan antara pengurus RT/RW dan warga pada rapat

tertentu.

3. Keberhasilan program pengelolaan sampah tinggi, artinya tujuan dari

program berhasil dilaksanakan. Program pengelolaan sampah telah

memberikan manfaat dan juga manfaat lingkungan bagi warga RW 4 Desa

Gunung Sari pada khususnya.

4. Tingkat partisipasi memiliki hubungan dengan keberhasilan program.

Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam program pengelolaan

sampah maka semakin menentukan keberhasilan program pengelolaan

sampah. Manfaat yang paling dirasakan warga adalah bertambahnya

pengetahuan dalam pengelolaan sampah, sebagai ajang bersosialisasi,

menjadikan lingkungan bersih dan indah.

10.2. Saran

Saran yang dihasilkan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk lebih meningkatkan partisipasi warga, diperlukan suatu strategi

demi meningkatkan faktor-faktor pendorong partisipasi seperti tingkat

kemauan dan tingkat kemampuan. Hal tersebut karena yang memiliki

hubungan dengan tingkat partisipasi hanya faktor kemauan dan faktor

kemampuan. Diperlukan suatu strategi pemberdayaan untuk meningkatkan

kesadaran warga akan lingkungan,dan sosialisasi mengenai manfaat

Page 113: CSR Pengolahan Sampah

95

dilaksanakannya program, dengan demikian tingkat kemauan warga akan

meningkat. Diperlukan juga upaya untuk meningkatan pengetahuan dan

melatih keterampilan warga dalam pengelolaan sampah, dengan demikian

tingkat kemampuan warga meningkat.

2. Diperlukan kesaling-pengertian antara pihak yang terlibat dalam program

guna tercipta sinergitas antara pihak yang terlibat dan juga dalam program,

sehingga tidak ada saling menyalahkan dan saling melemparkan kewajiban

antar pihak yang terlibat dalam program.

3. Diperlukan peningkatan tanggung jawab dari masing-masing pihak yang

terlibat.

4. Perlu dilakukan evaluasi rutin bersama dengan semua pihak, yaitu

perusahaan, pengelola UPK, dan juga warga RW 4 Desa Gunung Sari. Hal

tersebut dilakukan agar setiap pihak mampu menilai kekurangan dan

kelebihannya masing-masing, mengungkapkan apa yang diketahuinya,

manfaat, dan juga hambatan yang dirasa demi keberlanjutan dan

peningkatan program pengelolaan sampah.

Page 114: CSR Pengolahan Sampah

96

DAFTAR PUSTAKA

Ambadar J. 2008. CSR Dalam Praktik Di Indonesia, Wujud Kepedulian Dunia

Usaha. Jakarta [ID] : PT Elex Media Komputindo.

Astuti YP. 2011. Partisipasi Peserta dalam Program Pengelolaan Sampah Organik

di Komunitas Kumuh Perkotaan Bantaran Sungai Ciliwung [Skripsi]. Bogor [ID].

Institut Pertanian Bogor.

Baron RA, Byrne D. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta[ID] : Penerbit Erlangga.

Budimanta A, Prasetijo A, Rudito B. 2004. Corporate Social Responsibility:

Jawaban Bagi Model Pembangunan Indonesia Masa Kini. Jakarta[ID] : ICSD.

Ife J, Tesoriero F. 2006. Community Development: Alternatif Pengembangan

Masyarakat di Era Globalisasi. Yogyakarta[ID] : Pustaka Pelajar.

Komaruddin. 2000. Efektivitas [Internet]. [dikutip 3 Maret 2011]. Dapat diunduh

dari:http://dspace.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/10364/1061/bab2d.pdf

?sequence=7

Manoppo CN. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Wanita

Tani dalam Usaha Tani Kakao [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.

Mulyadi D. 2007. Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility)

dalam Usaha Pengembangan Masyarakat: Studi Kasus PT. Telekomunikasi

Indonesia Tbk. Jalan Raya Gatot Subroto Kav. 52 Jakarta [Skripsi]. Bogor [ID]:

Institut Pertanian Bogor.

Nasdian FT. 2006. Modul Kuliah Pengembangan Masyarakat . Bogor [ID] :

Institut Pertanian Bogor.

Pusparini S. 2010. Persepsi dan Partisipasi Peladang Berpindah dalam Kegiatan

Pengembangan Tanaman Kehidupan Model HTI Terpadu di Kalimantan Barat

[Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.

Rahman R. Corporate Social Responsibility: Antara Teori dan Kenyataan.

Yogyakarta [ID] : Medpress.

Ramadyanti M. 2009. Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Program Corporate

Social Responsibility (CSR) PT. Unilever Indonesia (Kasus: Program Jakarta

Green and Clean (JGC) 2007) [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.

Saidi Z, Abidin H. 2004. Menjadi Bangsa Pemurah. Jakarta[ID] : Piramedia.

Page 115: CSR Pengolahan Sampah

97

Siagian PS. 2001. Pengertian tentang Efektivitas[Internet]. [dikutip 3 Maret 2011].

Dapat diunduh dari: http://othenk.blogspot.com/2008/11/pengertian-tentang-

efektivitas.html

Singarimbun, Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta[ID] : LP3ES.

Slamet M. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor[ID] :

IPB Press.

Suharto E. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Jakarta[ID] :

PT. Refika Aditama

Sukada S, dkk. 2007. Membumikan Bisnis Berkelanjutan, Memahami Konsep dan

Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jakarta[ID]: Indonesia Business

Links.

Wahyuni ES. 2010. Pedoman Teknik Penulisan Studi Pustaka. Bogor [ID]: Mayor

Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, FEMA, IPB.

Wibisono Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Gresik [ID]: Fascho

Publishing.

Wicaksono MA. 2010. Analisis Tingkat Partisipasi Warga dalam tanggung Jawab

Sosial Perusahaan. [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.

Page 116: CSR Pengolahan Sampah

98

LAMPIRAN

Page 117: CSR Pengolahan Sampah

99

Lampiran 1. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian

Page 118: CSR Pengolahan Sampah

100

Lampiran 2. Struktur Organisasi UPK

Lampiran 3. Dokumentasi Program

Tong sampah organik dan non-organik

Sampah plastik untuk dibuat kerajinan

PEMBINA

PELINDUNG

PEMILAH OPERATOR

ADMINISTRASI

MANAGER

OPERASIONA

L

PENGEPAKAN KEAMANAN DRIVER

Page 119: CSR Pengolahan Sampah

101

Bank sampah

Hasil kerajinan produk daur ulang

Page 120: CSR Pengolahan Sampah

102

Lampiran 4. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman Correlations

sikap partisipasi

Spearman's rho sikap Correlation Coefficient 1.000 .504

Sig. (1-tailed) . .000

N 50 50

partisipasi Correlation Coefficient .504** 1.000

Sig. (1-tailed) .000 .

N 50 50

Correlations

motivasi partisipasi

Spearman's rho motivasi Correlation Coefficient 1.000 .429

Sig. (1-tailed) . .001

N 50 50

partisipasi Correlation Coefficient .429** 1.000

Sig. (1-tailed) .001 .

N 50 50

Correlations

pengetahuan partisipasi

Spearman's rho pengetahuan Correlation Coefficient 1.000 .544

Sig. (1-tailed) . .000

N 50 50

partisipasi Correlation Coefficient .544** 1.000

Sig. (1-tailed) .000 .

N 50 50

Correlations

keterampilan partisipasi

Spearman's rho keterampilan Correlation Coefficient 1.000 .035

Sig. (1-tailed) . .404

N 50 50

partisipasi Correlation Coefficient .035 1.000

Sig. (1-tailed) .404 .

N 50 50

Page 121: CSR Pengolahan Sampah

103

Correlations

pengalaman partisipasi

Spearman's rho pengalaman Correlation Coefficient 1.000 .035

Sig. (1-tailed) . .404

N 50 50

partisipasi Correlation Coefficient .035 1.000

Sig. (1-tailed) .404 .

N 50 50

Correlations

manprogram partisipasi

Spearman's rho manprogram Correlation Coefficient 1.000 .055

Sig. (1-tailed) . .353

N 50 50

partisipasi Correlation Coefficient .055 1.000

Sig. (1-tailed) .353 .

N 50 50

Correlations

kemauan partisipasi

Spearman's rho kemauan Correlation Coefficient 1.000 .563

Sig. (1-tailed) . .000

N 50 50

partisipasi Correlation Coefficient .563** 1.000

Sig. (1-tailed) .000 .

N 50 50

Correlations

kemampuan partisipasi

Spearman's rho kemampuan Correlation Coefficient 1.000 .236

Sig. (1-tailed) . .049

N 50 50

partisipasi Correlation Coefficient .236* 1.000

Sig. (1-tailed) .049 .

N 50 50

Page 122: CSR Pengolahan Sampah

104

Correlations

pengalaman partisipasi

Spearman's rho pengalaman Correlation Coefficient 1.000 .035

Sig. (1-tailed) . .404

N 50 50

partisipasi Correlation Coefficient .035 1.000

Sig. (1-tailed) .404 .

Correlations

kesempatan partisipasi

Spearman's rho kesempatan Correlation Coefficient 1.000 .055

Sig. (1-tailed) . .353

N 50 50

partisipasi Correlation Coefficient .055 1.000

Sig. (1-tailed) .353 .

N 50 50

Correlations

partisipasi keberhasilan

Spearman's rho partisipasi Correlation Coefficient 1.000 .359

Sig. (1-tailed) . .005

N 50 50

keberhasilan Correlation Coefficient .359** 1.000

Sig. (1-tailed) .005 .

N 50 50