Transcript

KORELASI ANTARA AKTIVITAS SISWA MEMBACA BUKU PERPUSTAKAAN

TERHADAP MINAT MEMBACA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

KELAS X DAN XI UNGGULAN SMA PLUS PGRI CIBINONG SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Karya Tuis Ilmiah

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kenaikan Kelas

XI IPA Unggulan

oleh

Rahimah Muslimah

PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN ALAM

SMA PLUS PGRI CIBINONG

BOGOR

2011

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

“Mencerdaskan kehidupan bangsa...” kalimat tersebut terdapat dalam

UUD 1945. Disebutkan dalam kalimat tersebut, bahwa negara kita ingin

mewujudkan bangsa yang cerdas. Perlu diingat, untuk mencapai bangsa yang

cerdas, tentu harus ditunjang dengan sistem pendidikan yang mapan. Dengan

sistem pendidikan yang mapan, akan terbentuk masyarakat yang berpikir kritis,

kreatif, dan produktif. Masyarakat tersebut juga akan memiliki kemampuan dan

keterampilan mendengar dan minat baca yang besar. Apabila membaca sudah

merupakan kebiasaan dan membudaya dalam masyarakat, maka jelas buku tidak

dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari dan merupakan kebutuhan pokok

yang harus dipenuhi.

Bacalah! (Iqra’), demikian bunyi ayat pertama kitab suci Al-Qur’an yang

diturunkan untuk umat Muhammad. SAW dan manusia di muka bumi

sesudahnya, 1440 tahun yang lalu. Membaca disini mempunyai pengertian yang

luas, yang tidak hanya membaca buku bacaan tetapi membaca apa saja yang ada

di depan mata kita, yang ada di sekitar diri kita, yang ada pada penciptaan diri

kita, yang tak terlihat sekalipun oleh mata kita, dan semuanya.

Di negara-negara maju, masyarakat telah sadar dengan sendirinya akan

pentingnya budaya membaca buku untuk mendapatkan informasi. Walaupun di

negara-negara maju tersebut harga PC relatif murah dan informasi melalui

 

internet sangat mudah dan juga cepat, namun demikian baik perpustakaan

maupun toko-toko buku tidak pernah sepi dengan pengunjung.

Sekarang ini harus diakui bahwa minat membaca yang diwujudkan

dengan aktivitas membaca buku dikalangan siswa umumnya masih rendah.

Alasan klasik yang sering mengemuka adalah bahwa membaca belum

membudaya di kalangan masyarakat, khususnya pelajar. Sebagian besar pelajar

menganggap aktivitas membaca adalah merupakan aktivitas yang membosankan

atau membuat jemu dan lelah. Bahkan membuat citra pelajar tersebut dianggap

tidak “gaul” atau “cupu”.

Menurut laporan World Bank Nomor 16369-IND dan International

Association for the Evaluation of Education Achievement (IEA) di Asia Timur

pada tahun 2000, Indonesia menempati posisi terendah pada skala kebiasaan

membaca. Apabila dibandingkan dengan negara tetangga sekitar, kebiasaan

membaca anak Indonesia berada pada skor 51,7. Angka ini tentu tidak sebanding

dengan Hong Kong yang memiliki skor 75,5 atau Singapura (74,0), maupun

Thailand (65,1). Bahkan dengan Filipina saja, Indonesia masih kalah. Negeri

yang letaknya di utara Nusantara itu berada pada skor 52,6 untuk skala kebiasaan

membaca anak (Website Mandrasah Aliyah Negeri Pacet Cianjur - Tingkatkan

Kegemaran Membaca Anak)

Pada tahun 2000 juga, organisasi International Association for the

Evaluation of Education Achievement (IEA) menempatkan kemampuan membaca

siswa SD Indonesia diurutan ke-38 dari 39 negara. Indonesia merupakan negara

 

terendah kedua diantara negara-negara ASEAN dalam kemampuan membaca.

Dengan kondisi seperti itu, maka tidak heran bila kualitas pendidikan di

Indonesia juga buruk. Dalam hal pendidikan, survei The Political and Economic

Risk Country (PERC), sebuah lembaga konsultan di Singapura, pada akhir 2001,

menempatkan Indonesia diurutan ke-12 dari 12 negara di Asia yang diteliti (Bali

Post).

Menghadapi abad ke-21 yang merupakan abad teknologi dan informasi,

siswa dituntut untuk memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas, sikap kritis,

serta kesiapan untuk bersaing secara kompetitif dalam berbagai aspek kehidupan.

Budaya aktivitas membaca yang tinggi merupakan cermin kemajuan

suatu bangsa. Bangsa atau masyarakat yang maju akan selalu menempatkan

kebiasaan membaca sebagai salah satu kebutuhan hidupnya sehingga tercipta

masyarakat yang senang membaca (reading society). Masyarakat yang gemar

membaca pada dasarnya adalah masyarakat yang belajar (learning society).

Dalam masyarakat yang membaca dan belajar, buku-buku dan bahan-bahan

bacaan lainnya mempunyai kedudukan yang sangat penting (Staf Pengajar SMP

Stella Duce Tarakanita, 1991:40). Untuk mencapai maksud tersebut maka perlu

dilakukan berbagai upaya terus-menerus memberikan pemahaman dan apresiasi

kepada siswa akan pentingnya peningkatan aktivitas dan kegemaran membaca

bagi siswa terhadap prestasi belajarnya di sekolah.

Keberhasilan suatu lembaga pendidikan dapat diukur dari prestasi belajar

siswanya. Prestasi belajar yang tinggi memberi arti kepada keberhasilan dalam

 

proses belajar mengajarnya, begitu pula sebaliknya prestasi belajar yang rendah

memberi arti kegagalan lembaga pendidikan tersebut dalam proses belajar

mengajarnya.

Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh kecakapan

membaca. Berbagai penelitian melaporkan bahwa ketidakcakapan dalam

membaca menjadi penyebab utama kegagalan anak dalam sekolah. Hal ini

disebabkan oleh karena setiap mata pelajaran di sekolah memprasyaratkan anak

untuk mempelajari dan memahami materi setiap mata pelajaran tersebut.

Pemahaman terhadap materi pelajaran hanya dapat dilakukan jika anak memiliki

kemampuan dan keaktifan membaca yang baik.

Ketidak mampuan siswa membaca akan berakibat rendahnya prestasi

belajarnya. Hal ini dapat terjadi karena apabila siswa tersebut tidak mampu

membaca, maka siswa tersebut tidak akan dapat memahami isi materi pelajaran

tersebut, sehingga prestasi belajarnya pun akan rendah

Prestasi belajar siswa dimungkinkan dipengaruhi oleh banyak faktor,

diantaranya adalah minat dan keaktifan siswa membaca. Siswa yang mempunyai

minat membaca tinggi, dimungkinkan akan memperoleh prestasi belajar yang

tinggi. Siswa dengan minat baca tinggi, dengan sendirinya akan timbul kesadaran

untuk belajar serta mengisi waktu luangnya dengan membaca buku, baik buku

pelajaran maupun buku lain yang masih berhubungan dengan pelajaran sehingga

mereka akan memiliki pengetahuan lebih jika dibandingkan dengan siswa lain

yang memiliki minat baca rendah. Begitu juga apabila minat membacanya

 

rendah, akan membawa hasil yang rendah pula. Siswa yang memiliki minat baca

rendah hanya akan mengandalkan apa yang diberikan guru disekolah.

Seorang siswa yang memiliki kegemaran membaca akan nampak lebih

dewasa daripada teman sebayanya. Siswa tersebut akan lebih dewasa dalam hal

bergaul dan berpikir. Dia akan tumbuh menjadi pribadi yang utuh karena lebih

tahan menghadapi berbagai tantangan. Hal itu terjadi karena daya kritis,

kepekaan ilmiah, dan kepekaan sosial siswa akan berkembang sesuai dengan

besarnya wawasan yang didapat dari kegiatan membaca

Aktivitas membaca bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja secara

rutin. Melalui kegiatan membaca seseorang dapat menambah informasi dan

memperluas ilmu pengetahuan. Dengan membaca membuat orang menjadi

cerdas, kritis dan mempunyai daya analisa yang tinggi. Melalui kegiatan

membaca juga selalu tersedia waktu untuk merenung, berfikir dan

mengembangkan kreativitas berfikir.

Upaya peningkatan aktivitas membaca siswa sangat erat kaitannya

dengan keberadaan perpustakaan di sekolah. Perhatian terhadap keberadaan

perpustakaan sekolah sering terabaikan. Padahal, keberadaan perpustakaan

sekolah dalam upaya mendorong tumbuhnya minat dan kegemaran membaca

sangat strategis.

Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar di sekolah, perpustakaan

sekolah memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam upaya

meningkatkan aktivitas siswa serta meningkatkan kualitas pendidikan dan

 

pengajaran. Melalui penyediaan perpustakaan, siswa dapat berinteraksi dan

terlibat langsung baik secara fisik maupun mental dalam proses belajar

(Darmono, 2001:2).

Pemanfaatan perpustakaan sekolah secara maksimal, diharapkan dapat

mencetak siswa untuk senantiasa terbiasa dengan aktifitas membaca, memahami

pelajaran, mengerti maksud dari sebuah informasi dan ilmu pengetahuan, serta

menghasilkan karya bermutu. Kebiasaan membaca buku yang dilakukan oleh

siswa, akan meningkatkan pola pikirnya sehingga perlu dijadikan aktivitas

kegiatan sehari-hari. Buku harus dicintai dan bila perlu dijadikan sebagai

kebutuhan pokok siswa dalam membantu tercapainya tujuan pendidikan di

sekolah.

Perpustakaan sekolah dapat dijadikan sumber belajar siswa baik dalam

proses kegiatan belajar mengajar secara formal maupun non formal untuk

membantu sekolah dalam upaya mencapai tujuan pendidikan di sekolah tersebut.

Namun pada kenyataannya, perpustakaan kurang mendapat tempat di lingkungan

sekolah sendiri. Tidak banyak siswa yang memanfaatkan waktu luang atau jam-

jam kosong pelajaran untuk membaca di perpustakaan. Perpustakaan hanya

dikunjungi oleh siswa yang memerlukan informasi saja, sedang selebihnya

memilih memanfaatkan sarana lain seperti internet untuk belajar. Hal ini

menunjukkan kurangnya minat siswa dalam memanfaatkan koleksi perpustakaan

sebagai sarana belajar.

 

Minat siswa yang rendah terhadap perpustakaan dewasa ini disebabkan

oleh beberapa faktor, antara lain perkembangan pusat-pusat informasi yang lebih

menarik, perkembangan tempat-tempat hiburan (entertainment), acara televisi,

status dan kedudukan perpustakaan, serta citra perpustakaan dalam pandangan

siswa.

Pada dasarnya, pihak sekolah bertanggungjawab ikut menumbuhkan

minat baca bagi siswa, karena dari sanalah sumber kreatifitas siswa akan muncul.

Sekolah harus mengajar anak-anak berpikir melalui budaya belajar yang

menekankan pada memahami materi. Sedangkan perpustakaan menjadi fasilitas

yang sangat penting perannya dalam menunjang proses pembelajaran tersebut.

Hal penting yang harus dilakukan oleh pihak sekolah untuk meningkatkan

minat baca siswa adalah dengan melengkapi koleksi perpustakaan, baik dari segi

kualitas maupun kuantitasnya. Sudah saatnya perpustakaan sekolah tidak hanya

berisi buku-buku paket, koleksi perpustakaan juga dapat berupa buku-buku

bacaan yang mampu menarik minat siswa untuk membaca.

Tingginya minat baca siswa dapat dilihat dari banyaknya siswa yang

meminjam buku di perpustakaan, dan siswa yang membaca di perpustakaan.

Peningkatan minat baca siswa perlu ditunjang dengan fasilitas perpustakaan yang

memadai, seperti jumlah dan mutu koleksi sesuai dengan kebutuhan pembaca,

penataan yang rapi agar mempermudah temu balik informasi. Adapun koleksi

bahan pustaka yang baik adalah yang dapat memenuhi selera, keinginan dan

kebutuhan siswa. Kekuatan koleksi bahan pustaka itu merupakan daya tarik bagi

 

siswa, sehingga makin banyak dan lengkap koleksi bahan pustaka yang dibaca

dan dipinjam, akan semakin ramai perpustakaan dikunjungi siswa dan makin

tinggi intensitas sirkulasi buku.

Mengingat pentingnya membaca bagi siswa, sudah selanyaknya setiap

siswa untuk membudayakan gemar membaca. Harapannya dengan banyak

membaca buku pelajaran serta buku-buku lain yang masih berkaitan dengan

pelajaran, prestasi belajar yang akan dicapai siswa tersebut akan lebih baik.

Berdasarkan kondisi di atas maka penulis berminat untuk mengadakan

penelitian yang berjudul "Korelasi Aktivitas Siswa Membaca Buku Perpustakaan

Terhadap Minat Membaca Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X dan XI Unggulan

SMA Plus PGRI Cibinong."

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Berkaitan dengan judul tersebut, maka masalahnya dapat

diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh membaca buku perpustakaan dapat mempengaruhi prestasi

belajar siswa-siswi SMA Plus PGRI Cibinong?

2. Bagaimana fasilitas dan koleksi buku perpustakaan dapat mempengaruhi minat

membaca dan meningkatkan prestasi siswa-siswi SMA Plus PGRI Cibinong?

3. Bagaimana cara perpustakaan agar minat membaca siswa-siswi SMA Plus PGRI

Cibinong meningkat sehingga prestasi juga dapat meningkat?

10 

 

1.3 PEMBATASAN MASALAH

Mengingat banyaknya hal yang terkait dalam identifikasi masalah dan

karena keterbatasan yang ada maka, dalam penelitian ini permasalahan tersebut

dibatasi pada:

1. Subjek penelitian ini adalah siswa SMA Plus PGRI Cibinong kelas X dan XI

Unggulan semester II tahun pelajaran 2010/2011.

2. Minat membaca yang dimaksud adalah jumlah buku yang biasa dibaca dalam

satu bulan.

3. Prestasi belajar ditunjukkan dengan pendapat siswa mengain prestasi belajar

mereka sendiri.

4. Buku yang dibaca adalah buku-buku yang terkait dengan pelajaran baik buku

paket pelajaran, buku penunjang (seperti kamus, referensi) maupun buku-buku

lain masih berhubungan dengan pelajaran.

1.4 PERUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan permasalahan yang disajikan berdasarkan latar belakang

masalah adalah sebagai berikut:

“Bagaimana korelasi antara aktivitas siswa membaca buku perpustakaan

terhadap minat membaca dan prestasi belajar siswa kelas X dan XI Unggulan

SMA Plus PGRI Cibinong semester II tahun pelajaran 2010/2011?”

11 

 

1.5 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

korelasi aktivitas siswa membaca buku perpustakaan terhadap minat membaca

dan prestasi belajar siswa pada SMA Plus PGRI Cibinong kelas X dan XI

Unggulan semester II tahun pelajaran 2010/2011.

1.6 MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, diharapkan penelitian ini dapat

memberikan kegunaan bagi pihak-pihak yang berkepentingan yaitu:

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dan

pendukung untuk penelitian sejenis dan usaha pengembangan lebih lanjut

di masa yang akan datang.

2. Kegunaan praktis

a. Bagi Penulis

Penelitian dapat memperdalam wawasan penulis serta menambah

pengalaman dalam melaksanakan penelitian.

b. Bagi Perpustakaan

Penelitian dapat memberikan masukan positif untuk mengevaluasi dan

meningkatkan kelengkapan koleksi perpustakaan agar dapat

mempengaruhi minat membaca dan meningkatkan prestasi siswa di

sekolah.

12 

 

c. Bagi Sekolah dan Guru

Penelitian dapat memberikan pertimbangan bagi sekolah dalam

menentukan kebijakan dan dalam mendorong peningkatan aktivitas

membaca buku-buku perpustakaan agar dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa serta meningkatkan minat membaca siswa.

d. Bagi Siswa

Siswa dapat mengetahui pentingnya membaca bagi peningkatan

prestasi belajar.

e. Bagi Pembaca

Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan akan pentingnya

peranan membaca.

13 

 

BAB II

LANDASAN TEORETIS

2.1 AKTIVITAS MEMBACA

a. Definisi

Aktivitas artinya adalah keaktifan, kegiatan, kesibukan atau salah satu

kegiatan kerja yang dilaksanakan. (Purwodarminto, 2002:17).

Mengenai pengertian membaca banyak ahli yang mengemukakan

pendapatnya untuk mendefinisikan membaca. Membaca merupakan kegiatan

kompleks dan sengaja, yang melibatkan berbagai faktor yang datangnya dari

dalam diri pembaca dan dari luar. Membaca dalam hal ini berupa proses

berfikir yang didalamnya terdiri dari berbagai aksi fikir yang bekerja secara

terpadu mengarah pada satu tujuan yaitu memahami makna paparan yang

tertulis secara keseluruhan (Ibrahim Bafadal, 1996:193).

Membaca adalah proses psikologi yang melibatakan penglihatan,

gerak mata, pembicaraan batin, ingatan pengetahuan mengenai kata yang

dapat dipahami dan pengalaman membacanya.

Juel (1988) mengartikan bahwa membaca adalah proses untuk

mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan.

Hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang mampu membuat intisari

dari bacaan.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan

bahwa aktivitas membaca adalah keaktifan, kegiatan atau kesibukan untuk

14 

 

memperhatikan, kata-kata tertulis yang melibatkan penglihatan, gerakan mata,

pembicaraan, ingatan pengetahuan mengenai kata-kata yang dapat dipahami

dan pengalaman membacanya yang dilakukan secara intensif merasa tertarik

dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan

aktivitas membaca dengan kesadaran dan kemauan sendiri dan mendapat

imbalan berupa wawasan dan informasi dari hasil aktivitas membaca tersebut.

b. Pentingnya Aktivitas Membaca

Rendahnya aktivitas dan kegemaran membaca masyarakat Indonesia

pada umumnya, dan siswa khususnya dan menjadi penyebab lambatnya

perkembangan ilmu pengetahuan. Kegemaran membaca mempunyai nilai

tinggi, mengasah nurani, memperkaya wawasan maka aktivitas membaca di

kalangan siswa harus terus diusahakan agar ditingkatkan, karena siswa

merupakan generasi penerus bangsa.

Membaca pada era globalisasi informasi ini merupakan suatu

keharusan yang mendasar untuk membentuk perilaku seseorang. Aktivitas

membaca merupakan alternatif yang dianggap paling baik untuk

meningkatkan mutu sumber daya manusia. Aktivitas membaca tidak hanya

bisa dilakukan di kamar atau di perpustakaan yang sepi, yang hanya diisi

bangku-bangku dan meja dari kayu keras dengan sejauh mata memandang

hanya ada orang-orang berkacamata dan berpakaian kuno. Aktivitas membaca

bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja secara rutin.

Aktifitas membaca tidak dapat terlepas dari minat membaca. Menurut

Lilawati (1988) minat membaca adalah kekuatan yang mendorong anak untuk

15 

 

memperhatikan, kata-kata tertulis yang melibatkan penglihatan, gerakan mata,

pembicaraan, ingatan pengetahuan mengenai kata-kata yang dapat dipahami

dan pengalaman membacanya yang dilakukan secara intensif merasa tertarik

dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan

aktivitas membaca dengan kemauan sendiri. Aspek minat membaca meliputi

kesenangan membaca, frekuensi membaca dan kesadaran akan manfaat

membaca.

Ada hubungan linear antara motivasi baca dan minat baca seseorang.

Semakin rendah tingkat motivasi baca seseorang, akan semakin rendah pula

minat bacanya. Sebaliknya, kian tinggi tingkat motivasi baca seseorang, akan

semakin tinggi pula minat bacanya.

Minat membaca merupakan prasarat dan sekaligus merupakan ciri

kemajuan suatu bangsa atau masyarakat. Bangsa atau masyarakat yang maju

akan selalu menempatkan kebiasaan membaca sebagai salah satu kebutuhan

hidupnya sehingga tercipta masyarakat yang senang membaca (reading

society). Ada hubungan timbal balik yang erat antara tingkat kemajuan suatu

bangsa dengan minat membaca masyarakatnya. Hubungan ini dimungkinkan

karena masyarakat yang gemar membaca pada dasarnya adalah masyarakat

yang belajar (learning society). Dalam masyarakat yang membaca dan belajar,

buku-buku dan bahan-bahan bacaan lainnya mempunyai kedudukan yang

sangat penting (Staf Pengajar SMP Stella Duce Tarakanita, 1991:40).

16 

 

Membaca sangat penting dilakukan, bukan saja oleh orang dewasa

melainkan juga anak. Seorang pelajar yang memiliki minat baca yang tinggi

umumnya memiliki prestasi yang lebih bagus daripada yang memiliki minat

baca rendah. Seorang anak yang memiliki kegemaran membaca akan nampak

lebih dewasa daripada teman sebayanya. Lebih dewasa dalam hal bergaul dan

berpikir. Dia akan tumbuh menjadi pribadi yang utuh karena lebih tahan

menghadapi berbagai tantangan. Ini terjadi karena daya kritis, kepekaan

ilmiah, dan kepekaan sosial anak akan berkembang sesuai dengan potensinya

sebagai konsekuensi logis dari besarnya wawasan yang ditimba dari kegiatan

membaca.

Melalui kegiatan membaca seseorang dapat menambah informasi dan

memperluas ilmu pengetahuan serta kebudayaan. Dengan membaca membuat

orang menjadi cerdas, kritis dan mempunyai daya analisa yang tinggi.

Melalui kegiatan membaca selalu tersedia waktu untuk merenung,

berfikir dan mengembangkan kreativitas berfikir. Bagi seorang siswa sebagai

kelompok inteIektual perlu memiliki sikap kritis dan analisasis dalam upaya

penguasaan ilmu pengetahuan. Salah satu usaha pembentukan sikap itu adalah

dengan cara banyak membaca. Dengan membaca orang membentuk

kemampuan berpikir lewat proses menangkap gagasan/informasi, memahami,

mengimajinasikan, mengekspresikan, mengalami pencerahan, dan menjadi

kreatif.

17 

 

Dalam abad elektronik, membaca semakin penting sebab informasi

tertulis membanjir lewat buku maupun media elektronik Membaca buku

adalah sarana utama untuk mengakses sumber informasi dan pengetahuan.

Gemar membaca menyebabkan orang mandiri dalam mencari pengetahuan,

tidak tergantung pada sekolah, les, training, seminar, dan sebagainya.

Manfaat lain yang dapat diperoleh dari aktivitas membaca menurut

Gray & Roger (1995) antara lain :

1. Meningkatkan Pengembangan Diri

Dengan membaca sesecrang dapat meningkatkan ilmu

pengetahuan. Sehingga daya nalarnya berkembangan dan

berpandangan luas yang akan bermanfaat bagi dirinya maupun

orang lain.

2. Memenuhi Tuntutan Intelektual

Dengan membaca buku, pengetahuan bertambah dan

perbendaharaan kata-kata meningkat, melatih imajinasi dan daya

pikir sehingga terpenuhi kepuasan intelektual.

3. Memenuhi Kepentingan Hidup

Dengan membaca akan memperoleh pengetahuan praktis yang

berguna dalam kehidupan sehari-hari.

4. Meningkatkan Minatnya Terhadap Suatu Bidang

18 

 

Seseorang yang senang buku internet misalnya dengan membaca

buku-buku tentang internet, akan meningkatkan minatnya untuk

mempelajarinya lebih mendalam.

5. Mengetahui Hal-hal yang Aktual

Dengan membaca seseorang dapat mengetahui peristiwa-peristiwa

yang terjadi di lingkungan tanpa harus pergi ke lokasi, misalnya :

adanya gempa bumi, banjir, kebakaran dan peristiwa yang lain.

c. Membina Minat Membaca

Membaca tapi tidak memahami isi dari bacaannya, merupakan

kecenderungan yang dialami banyak orang. Kondisi ini terjadi biasanya

disebabkan oleh ketiadaan tujuan dari membaca. Sebagai contoh, seseorang

mendadak rajin membaca ketika sudah mendekati masa ujian. Maka biasanya,

karena diburu-buru waktu dan ada banyak buku yang harus dibaca, ia akan

sulit mencerna dan memahami apa yang dibacanya. Jalan pintas yang

akhirnya ditempuh adalah dengan menghapal sekuat tenaga beberapa bagian

dari isi buku dengan harapan akan keluar saat ujian nanti.

Aktivitas membaca yang demikian itu tentu saja tidak akan

memperoleh banyak manfaat. Sebab sebenarnya seseorang yang membaca itu,

paling tidak ia akan memperoleh informasi baru tentang apa yang dibacanya.

Oleh karena itu, sedapat mungkin cara seseorang membaca, agar dapat

memperoleh banyak manfaat, adalah: Pertama, membaca itu harus bertujuan.

Membaca tanpa tujuan yang jelas, pemahaman terhadap bahan bacaan

19 

 

menjadi tidak jelas. Dengan cara demikian, faedah membaca pun akan

didapatkan.

Kedua, selain untuk menumbuhkan kebiasaan membaca, membaca

yang baik perlu juga ditopang oleh motivasi. Karena punya target atau tujuan

tertentu, maka seseorang akan menjadi termotivasi untuk membaca buku-buku

berkaitan dengan masalah yang menarik perhatiannya, sehingga mereka tidak

hanya membaca, tetapi juga mencerna serta memahami isi dari bacaan yang

dibaca.

Inti dari tujuan membaca adalah supaya seseorang dapat membaca.

Artinya, semakin banyak referensi bacaan yang dibaca, akan semakin

memampu orang untuk memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi pada

lingkungan sekitarnya. Setelah mengetahui secara mendalam dan mampu

menjelaskannya, maka tidak tertutup kemungkinan bagi seseorang untuk

dapat merumuskan solusi/jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi.

Kemampuan diatas bukanlah kemampuan yang bisa didapat secara instan,

meski ada buku-buku yang mengklaim diri bisa memberi solusi instan namun

seringnya tanpa penjelasan karena belajar adalah sebuah proses. Kritis, itulah

yang kita perlukan dalam membaca.

Untuk menumbuhkan kegemaran membaca memerlukan usaha dari

semua pihak, terutama keluarga untuk membuat suatu persepsi dalam

keluarga bahwa dengan membaca akan memperoleh banyak keuntungan dan

20 

 

manfaat. Institusi keluarga berperanan untuk melahirkan individu yang bukan

saja gemar membaca tetapi menjadikan membaca sebagai budaya.

Orang tua dalam hal ini memegang peranan yang luar biasa untuk bisa

menanamkan pemikiran bahwa membaca itu perlu dan harus dijadikan

kegiatan rutin untuk mempersenjatai anggota keluarga dengan informasi dan

materi yang bisa digunakan untuk menjawab setiap tantangan yang ada di

lingkungan. Peranan ini sangat diperlukan untuk memenuhi perkembangan

pesat teknologi informasi dan komunikasi yang memberi pengaruh besar

terhadap perkembangan mental anak-anak.

d. Meningkatkan Minat Membaca

Untuk meningkatkan aktivitas membaca diperlukan peran aktif dari

semua komponen yang ada baik pemerintah, masyarakat, keluarga serta

instansi pengelola perpustakaan.

a. Peranan Pemerintah

Pemberantasan buta huruf sangat berkaitan erat dengan

kewajiban pemerintah dalam menjamin pendidikan warga

negaranya. Dalam hal ini, pemerintah harus menjamin pendidikan

yang berkualitas, terjangkau, dimana termasuk di dalamnya

ketersediaan buku berkualitas yang murah dan dapat di-akses

publik secara mudah.

21 

 

Oleh sebab itu, pemerintah dituntut sebagai regulator,

inisiator, eksekutor, serta dinamisator bagi terjaminnya

perkembangan dan kemajuan pendidikan nasional.

1. Sebagai Regulator

Pemerintah dituntut untuk dapat menghasilkan

peraturan-peraturan maupun kebijakan-kebijakan yang mampu

menciptakan suatu kondisi yang positif dan sehat bagi para

pembaca dengan tetap memberi kesempatan bagi

berkembangnya industri perbukuan yang adil, transparan dan

bertangggung jawab. Seperangkat peraturan yang mampu

mengayomi semua kepentingan, terutama di satu sisi,

kepentingan sosial bagi masyarakat, dan di sisi lain,

kepentingan ekonomi bagi para pengusaha. Keduanya harus

bersinergi secara postif sehingga tercipta suatu keseimbangan

dan keharmonisan dimana tujuan akhirnya adalah untuk

mencerdaskan bangsa.

2. Sebagai Insiator

Pemerintah harus berada di garda terdepan dalam

mendorong dan melakukan perubahan yang diperlukan bagi

kepentingan pendidikan secara nasional. Pemerintah harus mau

mengambil inisiatif yang positif, bagi ketersediaan buku-buku

bermutu dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat.

22 

 

Hal ini mencakup pula kewajiban pemerintah untuk mengambil

inisiatif terhadap kemungkinan terjadinya kevakuman

ketersediaan buku, akibat liberalisasi pasar maupun sebab lain

diluar kendali pemerintah.

3. Sebagai Eksekutor

Pemerintah berkewajiban untuk menjalankan segala

peraturan dan perundang-undangan yang ada dengan

semaksimal mungkin sehingga tercapai suatu korelasi yang

positif dan nyata antara tataran kebijakan dengan realitas yang

ada. Untuk itu, diperlukan sebuah sistem yang mampu

mendeteksi setiap bentuk penyimpangan yang kontra produktif

sehingga pada akhirnya merugikan masyarakat pembaca.

4. Sebagai Dinamisator

Pemerintah harus mampu menciptakan suatu kondisi

yang dinamis dimana interaksi antara industri buku dengan

pembaca buku berjalan seiring dalam sistem simbiotik

mutualisme. Hubungan yang energik dan dinamis harus

menjadi roh utama antara penulis, penerbit dan pembaca

sehingga memungkinkan terciptanya sebuah ruang yang

kondusif bagi tumbuh kembangnya aktivitas baca masyarakat

23 

 

dengan ketersediaan buku yang layak, berkualitas dengan

harganya terjangkau.

b. Peranan Masyarakat

Peran masyarakat dalam menumbuhkan budaya gemar

membaca, merupakan sebuah kebutuhan yang tidak terhindarkan

dalam menciptakan masyarakat yang sadar membaca. Masyarakat

dapat mengambil porsi tersendiri, melalui berbagai bentuk

kegiatan maupun penyediaan ruang-ruang publik yang mendorong

anggotanya untuk memanfaatkan ruang dan waktu yang tersedia,

dengan membaca.

Budaya membaca harus menjadi budaya masyarakat, baik

melalui kampanye-kampanye nyata maupun melalui pertemuan-

pertemuan yang bersifat informal maupun formal. Kegiatan gemar

membaca harus dilakukan secara terus menerus berkesinambungan

tanpa henti, sehingga menjadi sebuah ritual baru. Pengadaan

perpustakaan umum maupun perpustakaan keliling, merupakan

sebuah contoh untuk melangkah lebih maju dalam mendorong

masyarakat yang gemar membaca.

c. Peranan Keluarga

Peranan keluarga dalam meningkatkan minat dan aktivitas

membaca adalah sangat penting dan mendasar sekali. Disinilah

pada dasarnya letak dan arah kemajuan bangsa dapat diraih.

24 

 

Keluarga memiliki pengaruh yang kuat terhadap

perkembangan minat dan kegemaran membaca anak. Keluarga

adalah sarana yang tepat bagi persemaian watak, perilaku dan

kecerdasan mengingat seluruh anggotanya dimungkinkan dapat

berinteraksi secara intensif, bebas dan dinamis. Oleh sebab itu

dalam, menumbuhkan minat dan kegemaran membaca, maka harus

dimulai dari lingkungan keluarga sebagai unsur terpenting dalam

sebuah komunitas masyarakat.

Keluarga mempunyai posisi yang sangat strategis dalam

menentukan perkembangan kecerdasan anggota keluarga.

Kecerdasan seorang anak sangat ditentukan oleh dua faktor

mendasar, yaitu:

1. Pola makan yang menyangkut nilai gizi bagi

perkembangan otak termasuk didalamnya dalam masa

kehamilan serta pertumbuhan bagi perkembangan

kecerdasan otak.

2. Kebiasaan atau budaya yang dikembangkan dalam

lingkungan keluarga, menyangkut proses pembelajaran

semenjak anak-anak hingga dewasa.

Kedua faktor ini akan terkait satu sama lain, sehingga saling

mempengaruhi dan menentukan. Kecerdasan seseorang tidak

dapat diabaikan dari nilai gizi makanan yang di konsumsinya

25 

 

dimana zat-zat tertentu sangat dibutuhkan dalam perkembangan

otak dimasa pertumbuhan. Begitu juga dengan kebiasaan

membaca yang merupakan bagian dari proses pembelajaran yang

panjang, memerlukan alokasi waktu dan usaha yang memadai.

Ayah dan Ibu adalah contoh terbaik kepada anak-anak untuk

mewujudkan budaya gemar membaca di kalangan anggota

keluarga. Keduanya perlu terlebih dahulu memberikan contoh

keteladanan gemar membaca agar membentuk sikap positif anak

terhadap aktivitas membaca terutama membaca bahan bacaan

yang berkualitas. Sikap positif ini akan melahirkan anggota

keluarga yang menghargai buku dan ilmu serta memastikan

membaca untuk kemajuan diri dan keluarga.

d. Peranan Pihak Perpustakaan

Usaha-usaha lain yang harus dilakukan dari pihak perpustakaan

sebagai penyedia bahan bacaan adalah pengelola perpustakaan

sekolah juga perlu menciptakan kiat-kiat atau terobosan-terobosan

untuk memajukan perpustakaannya, misalnya bekerja sama dengan

lembaga-lembaga pendidikan lain, pusat perbukuan, penerbit, toko

buku, media cetak, organisasi kemasyarakatan, dan sebagainya.

Penataan ruang perpustakaan yang nyaman serta pengayaan

fasilitas perpustakaan perlu diupayakan agar siswa sebagai

pengunjung merasa betah berada di ruang perpustakaan. Yang

26 

 

dimaksud fasilitas perpustakaan dalam hal ini adalah tersedianya

sebuah ruang audio yang dilengkapi dengan proyektor, tape

recorder, perangkat OHP, in focus, perangkat komputer, dan

fasilitas lainnya.

Hal lain yang tidak kalah penting adalah, pertama

memperhatikan koleksi buku, artinya pengelola perpustakaan harus

jeli dalam memilih judul buku dan senantiasa memperbaiki koleksi

buku-bukunya. Kedua, memperhatikan penyusunan buku-buku

sesuai sistem yang digunakan, hal ini agar pengunjung

perpustakaan mudah mendapatkan bahan bacaan yang

diperlukannya.

2.2 PERPUSTAKAAN SEKOLAH

a. Definisi

Perpustakaan berarti kumpulan buku-buku bacaan (Purwodarminto,

2002: 782).

Ketika mendengar kata perpustakaan, pasti langsung terbayang

sederetan buku-buku yang tersusun rapi di dalam rak sebuah ruangan.

Pendapat ini kelihatannya benar, tetapi jika diperhatikan lebih lanjut, hal itu

belumlah lengkap. Karena setumpuk buku yang diatur di rak sebuah toko

buku tidak dapat disebut sebagai sebuah perpustakaan.

Perpustakaan bukan merupakan hal yang baru dikalangan masyarakat,

dimana-mana telah diselenggaran perpustakaan. Tetapi walaupun bukan

27 

 

merupakan hal baru masih banyak yang mendefinisikan yang salah terhadap

perpustakaan.

Menurut Rohanda (2000) banyak batasan atau pengertian tentang

perpustakaan yang disampaikan oleh para pakar di bidang perpustakaan.

1. Menurut kamus “The Oxford English Dictionary”

Kata “library” atau perpustakaan mulai digunakan dalam

bahasa Inggris tahun 1374, yang berarti sebagai “suatu tempat

buku-buku diatur untuk dibaca, dipelajari atau dipakai sebagai

bahan rujukan”

2. Pengertian perpustakaan pada abad ke-19

“Suatu gedung, ruangan atau sejumlah ruangan yang berisi

koleksi buku yang dipelihara dengan baik, dapat digunakan oleh

masyarakat atau golongan masyarakat tertentu”. Dalam

perkembangannya lebih lanjut, pengertian perpustakaan

memperoleh penghargaan yang tinggi, bukan sekadar suatu gedung

yang berisi koleksi buku yang dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat.

3. Pada tahun 1970

The American Library Association menggunakan istilah

perpustakaan untuk suatu pengertian yang luas yaitu termasuk

pengertian “pusat media, pusat belajar, pusat sumber pendidikan,

pusat informasi, pusat dokumentasi dan pusat rujukan“.

28 

 

4. Menurut pengertiannya yang mutakhir, Keputusan Presiden RI

nomor 11

“Perpustakaan merupakan salah satu sarana pelestarian bahan

pustaka sebagai hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai

sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang

pelaksanaan pembangunan nasional”.

Ada dua unsur utama dalam perpustakaan, yaitu buku dan ruangan.

Namun, di zaman sekarang, koleksi sebuah perpustakaan tidak hanya terbatas

berupa buku-buku, tetapi bisa berupa film, slide, atau lainnya, yang dapat

diterima di perpustakaan sebagai sumber informasi. Kemudian semua sumber

informasi itu diorganisir, disusun teratur, sehingga ketika kita membutuhkan

suatu informasi, kita dengan mudah dapat menemukannya.

Adapun ciri-ciri perpustakaan yang dirinci adalah:

1. Perpustakaan merupakan suatu unit kerja.

2. Perpustakaan mengelola sejumlah bahan pustaka.

3. Perpustakaan harus digunakan oleh pemakai.

4. Perpustakaan sebagai sumber informasi.

Berdasarkan ciri pokok tersebut maka arti perpustakaan adalah suatu

unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu yang mengelola bahan

pustaka.baik berupa buku-buku maupaun bukan buku yang diatur secara

29 

 

sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan sebagai sumber

informasi oleh setiap pemakai (Ibrahim Bafadal, 1996:2-3).

Apabila ditinjau dari sudut tujuan, fungsi serta pemakainya maka

secara garis besar ada lima perpustakaan yaitu perpustakaan nasional,

perpustakaan khusus, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan umum,

dan perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang

diselenggarakan disekolah guna menunjang program belajar mengajar

dilembaga formal tingkat sekolah dasar maupun sekolah menengah baik

umum maupun lanjutan.

Ibrahim Bafadal (1992:4) menjelaskan bahwa perpustakaan sekolah

merupakan koleksi yang diorganisasikan didalam suatu ruang agar dapat

digunakan oleh murid-murid dan guru-guru yang dalam penyelenggaraannya

diperlukan seorang pustakawan yang dapat diambil dari salah seorang guru.

Berdasarkan pengertian diatas perpustakaan sekolah adalah sebagai

unit kerja dari suatu lembaga yang bernama sekolah yang berupa tempat

menyimpan koleksi bahan pustaka yang diatur secara sistematis dan

berkesinambungan sebagai sumber informasi untuk mengembangkan dan

memperdalam pengetahuan baik oleh guru maupun siswa disekolah tersebut.

b. Tujuan Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka.

Bahan pustaka yang dimaksud merupakan hasil budaya dan mempunyai

fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan

30 

 

kebudayaan, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang

pelaksanaan pembangunan nasional.

Perpustakaan sekolah bertujuan untuk mempertinggi daya serap dan

kemampuan siswa dalam proses pendidikan serta membantu memperluas

cakrawala guru, serta karyawan yang ada dilingkungan sekolah.

c. Fungsi Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan Sekolah menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan nomor 0103/O/1981, tanggal 11 Maret 1981, mempunyai fungsi

sebagai berikut:

a. Pusat kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan

seperti

tercantum dalam kurikulum sekolah.

b. Pusat Penelitian sederhana yang memungkinkan para siswa

mengembangkan

kreativitas dan imajinasinya.

c. Pusat membaca buku-buku yang bersifat rekreatif dan mengisi

waktu luang

(buku-buku hiburan).

Untuk selanjutnya perpustakaan itu sebagai tempat membina minat

dan bakat siswa, menuju belajar sepanjang hayat (Long Life Education).

Menurut Imade Wardita perpustakaan memiliki sejumlah fungsi yaitu

fungsi edukatif, informatif, rekreatif, dan inspiratif (Buletin Pusat Perbukuan

No.4/1998):

31 

 

1. Fungsi Edukatif

Perpustakaan sekolah, menyediakan buku-buku fiksi dan non

fiksi. Adanya buku-buku tersebut dapat membiasakan siswa untuk

belajar sendiri tanpa bimbingan guru. Karena sebagian besar

pengadaan buku disekolah disesuaikan dengan kurikulum sekolah.

2. Fungsi Informasi

Perpustakaan yang sudah maju tidak hanya menyediakan

bahan-bahan berupa buku-buku, tetapi juga menyediakan bahan

bacaan lain seperti majalah, Koran bulletin, pamplet, peta dan lain

sebagainya. Semua itu akan dapat memberikan informasi dan

keterangan yang beragam sesuai dengan yang diperlukan siswa.

3. Fungsi Tanggungjawab Administrasi

Fungsi ini dapat dilihat dari kegiatan sehari-hari

diperpustakaan sekolah dimana setiap peminjaman dan

pengembalian harus selalu dicatat oleh petugas perpustakaan.

Apabila ada siswa yang terlembat mengembalikan akan mendapat

denda atau apabila menghilangkan buku yang dipinjam maka ia

harus menggantinya baik dengan cara membeli baru ataupun

difotocopy. Semua itu akan mendidik dan membiasakan untuk

bertanggung jawab.

4. Fungsi Rekreasi

32 

 

Perpustakaan sekolah dapat pula berfungsi sebagai rekreasi.

Hal ini bukan berarti secara fisik pergi mengunjungi tempat-tempat

rekreasi tertentu akan tetapi secara psikologis. Sebagai contoh

seorang siswa membaca cerita tentang “Pulau Bali” didalam buku

itu dikemukakan keindahan panorama Bali selain itu dipertegas

dengan gambar-gambar sehingga sangat menarik. Dengan

demikian secara psikologis dengan membaca buku tersebut siswa

dapat merasa telah melakukan rekreasi ke Pulau Bali.

5. Fungsi Riset

Tersedianya buku-buku bahan bacaan yang lengkap akan dapat

memberikan panduan bagi siswa maupun guru untuk melakukan

riset mengenai berbagai macam hal.

d. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah

Pengelolaan perpustakaan sekolah membutuhkan perencanaan yang

matang dalam berbagai macam hal, antara lain:

1. Pemilihan Bahan Pustaka

Proses melakukan pengadaan bahan pustaka harus disesuaikan

dengan kebutuhan dan permintaan pemakai perpustakaan dan tidak

bertentangan dengan tujuan dan fungsi perpustakaan sekolah, serta

bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan kemajuan yang

baik.

2. Pengadaan Koleksi Bahan Pustaka.

33 

 

Usaha pengadaan koleksi bahan pustaka dapat dilakukan

dengan berbagaiu cara yaitu:

a. Pembelian

Jalan ini adalah jalan yang ideal dalam pengadaan

koleksi bahan pustaka, sebab ada kebebasan dalam

menentukan pilihan bahan pustaka yang sesuai dengan

kebutuhan.

b. Hadiah

Hadiah atau pemberian dapat diperoleh dari instansi

pemerintah maupun swasta, perorangan berupa kenang-

kenangan tanda terimakasih dan sebagainya.

c. Tukar Menukar

Bagi sekolah yang mampu menerbitkan buku atau memiliki

penerbitan sendiri dapat dipergunakan untuk tukar menukar

bahan pustaka dengan penerbit lain. Hal ini akan

menjadikan koleksi bahan pustaka perpustakaan

bertambah.

3. Inventarisasi Bahan Pustaka

Setelah buku diterima baik dari yang pembelian, hadiah, tukar

menukar, maka secepatnya diberiakan tanda kepemilikan dengan

memberi cap atau stempel pada halaman tertentu secara konsisten,

misalnya pada halamn judul, ditengah atau pada halaman terakhir,

34 

 

kemudian dicatat dalam buku induk. Dalam buku induk memuat

nomor urut, tanggal penerimaan, pengarang, judul, penerbit, tahun

terbit, asal buku, jumlah, harga dan keterangan lain.

4. Klasifikasi

Klasifikasi adalah pengelompokan buku menurut bidang ilmu

masing-masing. Klasifikasi ini berfungsi untuk agar pelayanan

diperpustakaan dapat dilaksanakan dengan mudah cepat dan tepat.

5. Katalogisasi

Katalog adalah daftar bahan pustaka yang dimiliki oleh

perpustakaan. Fungsi katalog untuk mempermudah mencari letak

buku pada kelompok nama buku itu diperoleh.

6. Menyusun Bahan Pustaka

Bahan pustaka yang telah selesai diolah dan siap dipakai dapat

disusun pada rak-rak buku, rak majalah, rak kamus dan rak surat

kabar.

7. Pelayanan

Pelayanan pemakaian perpustakaan meliputi sirkulasi yang

menyangkut peminjaman dan pengembalian buku. Dalam

peminjaman maupun pengembalian buku ada persyaratan yang

harus dipatuhi

e. Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan didirikan bukan hanya sekedar melayani peminjaman

buku-buku pelajaran bagi siswa tetapi siswa harus dapat dimanfaatkan untuk

35 

 

mengasah otak, menambah pengetahuan dengan memperbanyak aktivitas

membaca buku-buku yang ada didalamnya, baik buku pelajaran maupun buku

lain yang masih berkaitan dengan pelajaran di sekolah.

2.3 PRESTASI BELAJAR

a. Definisi

Prestasi adalah hasil yang dicapai atau di lakukan (Poerwodarminto,

1976:780). Prestasi adalah hasil belajar/kerja semaksimal mungkin. Hasil

belajar adalah hasil aktivitas manusia dalam bidang tertentu dan aktivitas itu

terlaksana semaksimal mungkin.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman dalam

lingkungannya. Belajar adalah suatu usaha untuk memperoleh kebiasaan ilmu

pengetahuan dan sikap yang terutama diperoleh disekolah sehingga tercapai

perubahan tingkah laku yang diharapkan.

Hamalik (2001:27) mengemukakan tentang belajar sebagai berikut:

belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau

tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni

mengalami. Selain itu dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan

tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Menurut Djamarah (1995:44) belajar pada hakikatnya adalah

perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan

aktivitas belajar. Menurut Gagne dalam (1977) menyatakan bahwa “Belajar

36 

 

terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan

mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-

nya) berubah dari waktu sebelum mengalami situasi ke waktu sesudah ia

mengalami situasi tadi”.

Menurut Morris L Bigge dikutip oleh Max Darsono (2001:3) belajar

adalah perubahan yang menetapkan dalam kehidupan seseorang yang tidak

diwariskan secara grafis. Sedangkan menurut Marle J Moskowitz dan Arthur

R Orgel yang juga dikutip oleh Max Darsono (2001:3) belajar adalah

perubahan perilaku yang sebagai langsung dari pengalaman dan bukan akibat

dari hubungan dalam sistem syaraf yang dibawa sejak lahir.

Dari definisi diatas belajar adalah terjadi perubahan dari diri orang

yang belajar karena pengalaman. Belajar merupakan sebuah sistem yang

didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga

menghasilkan perubahan tingkah laku.

Unsur-unsur yang terdapat dalam proses belajar antara lain:

1. Pembelajaran berupa peserta didik, pembelajaran warga belajar

dan peserta pelatihan

2. Rangsangan yaitu peristiwa yang merangsang penginderaan

pembelajaran

3. Memori berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan

ketrampilan dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas belajar

sebelumnya

37 

 

4. Respon adalah tindakan yang dihasilkan dari aktivitas memori

Adapun faktor-faktor yang saling mempengaruhi dalam belajar adalah

sebagai berikut:

1. Faktor Individual (Dari dalam diri seseorang)

a. Kematangan/pertumbuhan

b. Kecerdasan/inteligensi

c. Latihan/ulangan

d. Motivasi

e. Karakter Individu/faktor pribadi

2. Faktor Sosial (Dari luar individu)

a. Faktor keluarga/keadaan rumah tangga

b. Guru dan cara mengajarnya

c. Alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-mengajar

d. Lingkungan dan kesempatan yang tersedia

e. Motivasi sosial.

Aktivitas belajar akan terjadi pada diri siswa apabila terdapat interaksi

secara sadar situasi stimulus dengan isi memori sebagai perilakunya berubah

dari waktu sebelumnya dan setelah adanya situasi stimulus.

Menurut Rachman Natawidjaja (1984:14) telah dikemukakan

mengenai ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar sebagai

berikut:

a. Perubahan yang terjadi secara sadar

38 

 

Individu yang belajar akan menyadari dan merasakan adanya

perubahan dalam dirinya.

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional

Sebagai hasil belajar perubahan yang terjadi dalam diri

individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Satu

perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan dan berguna

bagi proses belajar berikutnya.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan negatif

Dalam belajar perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah

dan bertujuan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari

sebelumnya. Perubahan bersifat aktif artinya perubahan itu terjadi

dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap

atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah

belajar akan bersifat menetap.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku itu terjadi karena tujuan yang akan

dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku

yang benar-benar disadari.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

39 

 

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses

belajar, meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku baik dalam

sikap kebiasaan, ketrampilan, pengetahuan dan sebagainya.

Berdasarkan ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar berarti

belajar menyangkut proses belajar dan hasil belajar. Hasil dari belajar sangat

terkait dengan prestasi belajar pada individu. Hasil belajar merupakan

cerminan pencapaian prestasi individu dalam proses belajar dan pembelajaran.

Prestasi hasil belajar dapat pula diartikan sebagai tingkat keberhasilan

dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam bentuk

skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu

(Depdikbud, 1990:23).

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa sekolah yang

ditunjukkan dengan terjadinya perubahan pengetahuan, ketrampilan dan sikap

sebagai hasil suatu individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.

Secara umum prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor

(Rachman Natawidjaja , 1984:16) yaitu:

1. Faktor Internal

a. Faktor Jasmaniah (Fisiologis)

Meliputi penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan lain

sebagainya.

40 

 

b. Faktor Psikologis

• Faktor Intelektif

Meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat

dan faktor kecakapan yaitu prestasi yang telah dimiliki.

• Faktor Non-Intelektif

Meliputi unsur-unsur kepribadian tertentu seperti:

sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan

penyesuaian diri.

c. Faktor Kematangan Fisik dan Psikis

2. Faktor Eksternal

Meliputi faktor sosial, budaya, lingkungan fisik dan lingkungan

fisik dan lingkungan spiritual atau keagamaan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu

proses perubahan yang menyeluruh baik perubahan kognitif, afektif,

psikomotorik pada individu dan perubahan-perubahan itu sebagai hasil

interaksi dengan lingkungannya sehingga akan mengarah pada perubahan

tingkah laku yang diharapakan.

Faktor-faktor tersebut diatas saling berinteraksi secara langsung

ataupun tidak langsung pada diri individu untuk mencapai prestasi belajar.

Biasanya prestasi belajar itu ditunjukkan dengan nilai raport yang telah

dicapai.

b. Prinsip-Prinsip Belajar

41 

 

Secara umum prinsip belajar adalah sebagai berikut:

1. Belajar sebagai usaha memperoleh perubahan tingkah laku.

2. Hasil belajar ditandai dengan perubahan aspek tingkah laku.

3. Belajar merupakan suatu proses.

4. Proses belajar terjadi karena adanya dorongan dan tujuan yang hendak

dicapai.

2.4 Korelasi Membaca Buku di Perpustakaan dengan Minat Membaca dan

Prestasi Belajar Siswa

Membaca buku adalah keaktifan, kegiatan atau kesibukan untuk

memperhatikan, kata-kata tertulis yang melibatkan penglihatan, gerakan mata,

pembicaraan, ingatan pengetahuan mengenai kata-kata yang dapat dipahami dan

pengalaman membacanya yang dilakukan secara intensif merasa tertarik dan senang

terhadap aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan aktivitas membaca

dengan kesadaran dan kemauan sendiri dan mendapat imbalan berupa wawasan dan

informasi dari hasil aktivitas membaca tersebut.

Minat membaca meliputi kesenangan membaca, frekuensi membaca, dan

kesadaran akan manfaat membaca. Sementara itu, prestasi belajar merupakan hasil

belajar yang tergambar pada laporan hasil belajar siswa (rapor).

Dengan demikian, korelasi membaca buku di perpustakaan dengan

minat membaca dan prestasi belajar siswa adalah hubungan membaca buku di

perpustakaan dengan kesenangan membaca dan prestasi belajar siswa.

42 

 

BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

4.1 METODE PENELITIAN

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode dengan cara

penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan

dalam bentuk kalimat-kalimat yang tersusun dalam angket kuisioner, dan juga

berupa data kuantitatif. Yaitu data yang terkumpul dalam bentuk angka.

Angket merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

menggunakan pertanyaan yang harus dikerjakan atau dijawab oleh orang yang

meliputi angket tersebut.

Dengan metode ini, hasilnya akan membuktikan ada atau tidaknya hubungan

masalah yang diteliti pada siswa siswa SMA Plus PGRI Cibinong kelas X dan XI

Unggulan semester II tahun pelajaran 2011/2012.

4.2 TEKNIK PENELITIAN

3.2.1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis mengumpulkan data dari

tiga sumber, yakni data nilai angket kebiasaan atau minat membaca

siswa, angket tentang pandangan siswa terhadap keberadaan

perpustakaan dan pemanfaatan mereka dalam menggunakannya, serta

tentang prestasi siswa dan hubungannya dengan kegiatan membaca di

perpustakaan.

43 

 

Penulis terlebih dahulu membagikan angket/kuesioner tentang

kebiasaan atau minat membaca siswa yang berjumlah 10 pertanyaan

yang berbentuk pilihan ganda dengan pilihan A, B, C, D, atau E.

Instrumen angket ini digunakan nilai/skor antara 1 sampai dengan 5.

Skor 1 untuk jawaban E, skor 2 untuk jawaban D, skor 3 untuk

jawaban C, skor 4 untuk jawaban B, dan skor 5 untuk jawaban A. Jadi

masing-masing pilihan jawaban itu dimaksudkan untuk

melambangkan perbedaan kadar atau kualitas kebiasaan atau minat

membaca yang dimiliki siswa secara tafsiran kuantitatif.

Setelah itu, penulis memberikan angket yang kedua. Angket ini

berisi tentang pandangan siswa terhadap keberadaan perpustakaan dan

pemanfaatan mereka dalam menggunakannya. Berjumlah 10

pertanyaan yang berbentuk pilihan ganda dengan pilihan A, B, C, atau

D. Instrumen angket ini digunakan nilai/skor antara 1 sampai dengan

4. Skor 1 untuk jawaban D, skor 2 untuk jawaban C, skor 3 untuk

jawaban B, dan skor 4 untuk jawaban A. Jadi masing-masing pilihan

jawaban itu akan melambangkan penting atau tidaknya keberadaan

perpustakaan untuk para siswa secara tafsiran kuantitatif.

Kemudian kembali memberikan angket yang terakhir. Angket

ini berisi tentang prestasi siswa dan hubungannya dengan kegiatan

membaca di perpustakaan. Angket ini berisi dengan pertanyaan

singkat dengan jumlah sepuluh pertanyaan. Dengan kriteria penilaian

44 

 

setiap jawaban akan memperlihatkan hubungan prestasi siswa di

sekolah dengan membaca di perpustakaan.

3.2.2. Teknik Pengolahan Data

Data penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik

stastistik dan kualitatif. Pengolahan data dengan menggunakan teknik

statistik berupa nilai mentah dari angket/kuisioner yang berbentuk

pilihan ganda. Nilai tersebut akan disusun dalam tabel distribusi

frekuensi dan penulis akan menghitung nilai rata-rata (mean).

Sedangkan data yang diolah dengan teknik kualitatif,

merupakan jawaban siswa dari angket/kuisioner yang berbentuk essay

dengan 10 pertanyaan. Jawaban tersebut akan diteliti dan ditarik

kesimpulan dari setiap jawaban.

4.3 POPULASI DAN SAMPEL

3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi siswa

SMA Plus PGRI Cibinong kelas X dan XI Unggulan semester II tahun

pelajaran 2010/2011. Terdiri dari 5 kelas, yaitu kelas XI IPA

Unggulan 1, XI IPA Unggulan 2, X Unggulan 3, dan X Unggulan 4.

Dengan jumlah siswa 141 orang. Namun peneliti tidak akan

mengambil jumlah populasi secara keseluruhan, melainkan hanya

mengambil sampel saja, agar subjek yang diteliti tidak terlalu banyak.

45 

 

3.3.2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sampel

Nonprobabilita. Dengan jenis, Purposive Sampling. Karena penelitian

dilakukan dengan sengaja oleh peniliti atas dasar kriteria-kriteria

tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan masalah

penelitian. Sampel yang akan diteliti sejumlah 20 orang.

46 

 

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data

Berikut ini adalah data yang dikumpulkan penulis dari tiga sumber,

yakni data angket pilihan ganda kebiasaan membaca, data nilai angket pilihan

ganda mengenai perpustakaan, dan angket essay mengenai prestasi belajar

siswa.

Tabel 1

JAWABAN ANGKET KEBIASAAN MEMBACA

Nama Siswa Kelas Soal Nomor

Jumlah Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

MV X. U3 3 3 2 3 2 2 3 5 2 4 29 Cukup

NS X. U3 4 3 4 3 2 2 3 5 5 5 36 Tinggi

AK X. U3 4 4 5 3 3 3 3 5 5 5 40 Tinggi

AH X. U3 4 4 4 3 2 2 4 4 3 4 34 Tinggi

DF X. U4 4 3 2 4 2 3 3 3 5 4 33 Tinggi

MS X. U4 5 5 4 3 5 3 3 5 5 5 43 Sangat Tinggi

IA X. U4 5 3 3 3 3 2 2 3 4 5 33 Tinggi

DO X. U4 5 3 5 4 3 3 3 3 5 5 39 Tinggi

ML XI IPA U1 5 3 4 3 2 2 3 4 5 4 36 Tinggi

AA XI IPA U1 5 5 5 4 4 3 5 5 5 4 45 Sangat Tinggi

FD XI IPA U1 5 4 5 5 5 3 4 5 5 5 46 Sangat Tinggi

YM XI IPA U1 3 3 3 3 1 2 4 4 5 3 31 Tinggi

47 

 

Keterangan:

Nilai = 41 – 50 (Minat Membaca Sangat Tinggi)

Nilai = 31 – 40 (Minat Membaca Tinggi)

Nilai = 21 – 30 (Minat Membaca Cukup/Sedang)

Nilai = 11 – 20 (Minat Membaca Rendah)

Nilai = 0 – 10 (Minat Membaca Sangat Rendah)

AD XI IPA U1 3 3 4 3 2 1 4 5 2 5 32 Tinggi

FN XI IPA U1 4 4 3 3 3 2 3 5 5 4 36 Tinggi

AW XI IPA U2 5 5 5 5 1 2 2 3 1 3 32 Tinggi

WA XI IPA U2 5 5 4 5 2 2 3 5 5 5 41 Sangat Tinggi

IA XI IPA U2 4 3 5 3 3 3 3 4 4 4 36 Tinggi

AA XI IPA U2 3 3 5 3 3 3 3 5 5 5 38 Tinggi

AP XI IPA U2 4 4 5 3 3 3 4 4 5 4 39 Tinggi

AA XI IPA U2 3 3 3 3 3 1 4 4 2 3 29 Cukup

Jumlah 728

48 

 

Tabel 2

JAWABAN ANGKET PERPUSTAKAAN

Nama Siswa Kelas Soal Nomor

Jumlah Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

MV X. U3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 25 Cukup Penting

NS X. U3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 34 Penting

AK X. U3 3 3 3 4 4 1 3 4 4 4 33 Penting

AH X. U3 2 2 4 4 3 3 4 4 3 3 32 Penting

DF X. U4 2 3 4 4 1 3 4 4 4 4 33 Penting

MS X. U4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 39 Penting

IA X. U4 3 4 3 4 3 2 3 4 4 4 34 Penting

DO X. U4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 32 Penting

ML XI IPA U1 2 1 3 4 3 4 2 3 4 4 30 Cukup Penting

AA XI IPA U1 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 37 Penting

49 

 

Keterangan:

Nilai = 31 – 40 (Perpustakaan Penting)

Nilai = 21 – 30 (Perpustakaan Cukup Penting)

Nilai = 11 – 20 (Perpustakaan Tidak Penting)

Nilai = 0 – 10 (Perpustakaan Sangat Tidak Penting)

FD XI IPA U1 3 2 3 4 3 1 3 4 4 4 31 Penting

YM XI IPA U1 1 1 4 3 1 3 2 3 3 2 23 Cukup Penting

AD XI IPA U1 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 30 Cukup Penting

FN XI IPA U1 3 3 3 4 4 3 2 2 4 4 32 Penting

AW XI IPA U2 4 4 3 2 2 2 1 3 4 1 26 Cukup Penting

WA XI IPA U2 4 3 3 3 4 1 3 1 4 4 30 Cukup Penting

IA XI IPA U2 3 2 3 4 3 4 3 3 4 4 33 Penting

AA XI IPA U2 4 3 3 4 4 2 2 3 4 4 33 Penting

AP XI IPA U2 3 2 4 4 3 3 3 3 4 4 33 Penting

AA XI IPA U2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 24 Penting

Jumlah 624

50 

 

Deskripsi Data

Setelah Penulis memperoleh data sampel penelitian dalam hal

kebiasaan membaca dan opini tentang pentingnya perpustakaan dari siswa

kelas unggulan SMA Plus PGRI Cibinong, Penulis dapat mengetahui rata-rata

tingkat kebiasaan membaca siswa tergolong tinggi, dengan rata-rata skor 36,4.

Begitu pula dengan opini siswa tentang pentingnya perpustakaan. Para siswa

yang menganggap perpustakaan sangat penting tergolong tinggi dengan rata-

rata skor 31,2.

4.2 Analisis Data

51 

 

Data yang telah dikumpulkan kemudian Penulis olah kembali dengan

menganalisis setiap pertanyaan untuk mengetahui berapa orang yang

menjawab pertanyaan A, B, C, D, atau E pada angket kebiasaan membaca dan

berapa orang yang menjawab A, B, C,atau D pada angket perpustakaan.

1. Angket Kebiasaan/Minat Membaca

Tabel 3

JAWABAN TIAP PERTANYAAN ANGKET KEBIASAAN MEMBACA

Soal Pilihan

A B C D E

1. Bagaimanakah perasaan anda apabila keinginan membaca dapat tersalurkan?

8 7 5 0 0

2. Tingkat keinginan anda untuk membaca cenderung termasuk pada kategori mana?

4 5 11 0 0

3. Bagian/rubrik surat kabar yang paling disenangi adalah ………..

7 8 4 1 0

4. Bagaimanakah perasaan anda bilamana novel sastra (seperti novel Pramoedya Ananta Toer) itu beredar sangat luas di masyarakat dan mudah dijangkau?

3 3 14 0 0

5. Berapa rata-rata jumlah bacaan yang anda baca perminggu?

2 1 8 7 2

6. Rata-rata tingkat frekuensi anda pergi membeli buku setiap bulannya?

0 0 9 9 2

7. Bagaimanakah anda dengan kesempatan untuk membaca di rumah?

1 6 11 2 0

8. Bagi anda, munculnya dorongan untuk membaca terutama adalah ……………

10 6 4 0 0

9. Anda terdorong untuk membaca. Kerana jenis alasan …………….

13 2 1 3 1

10. Menurut anda, kegiatan membaca buku itu …………..

10 7 3 0 0

52 

 

Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa; pada pertanyaan

nomor 1, siswa yang memilih jawaban A sebanyak 40%, jawaban B 35%,

C 25% dan untuk jawaban D dan E sebanyak 0%. Artinya, 40% siswa

sangat senang bila mereka dapat menyalurkan keinginan mereka untuk

membaca, 35% merasa senang, dan 25% siswa merasa biasa saja.

Pada pertanyaan kedua, sebanyak 20% siswa mempunyai kategori

keinginan membaca yang cenderung kuat, 25% termasuk dalam kategori

kuat, dan 55% termasuk dalam kategori biasa saja.

Pertanyaan ketiga, 35% siswa lebih menyukai bagian/rubrik sastra

budaya (cerpen, puisi, cerita bersambung) pada surat kabar, 40% lebih

menyukai profil tokoh, 20% lebih menyukai opini (artikel-artikel,

karangan lepas), dan 5% siswa lebih menyukai bagian konsultasi/tanya

jawab.

Pertanyaan keempat, sebanyak 15% siswa merasa sangat senang bila

novel sastra dapat beredar sangat luas di masyarakat dan mudah

dijangkau, 15% merasa senang, dan 70% siswa merasa biasa saja.

Pertanyaan kelima, 10% siswa rata-rata membaca lebih dari 5 judul

buku perminggu, 5% membaca antara 4-5 judul, 40% membaca 2-3 judul,

35% membaca kira-kira 1 judul buku, dan 10% siswa tidak membaca 1

judulpun dalam seminggu.

53 

 

Pertanyaan keenam, sebanyak 45% siswa membeli 3-2 buku setiap

bulannya, 45% membeli 1 buku, dan 10% siswa tidak membeli satu

bukupun dalam satu bulan.

Pertanyaan ketujuh, 5% siswa mempunyai kesempatan yang sangat

tersedia untuk membaca di rumah, 27% mempunyai kesempatan yang

cukup tersedia, 50% siswa terkadang mempunyai cukup kesempatan dan

terkadang tidak, 9% tidak cukup tersedia kesempatan untuk membaca,

dan 9% sangat tidak cukup tersedia kesempatan untuk membaca.

Pertanyaan kedelapan, 50% siswa mempunyai dorongan untuk

membaca terutama demi rasa ingin tahu dan terhibur, 30% demi

mendapatkan manfaat dan untuk iseng, dan 20% demi mengisi waktu

luang.

Pertanyaan kesembilan, sebanyak 65% siswa terdorong untuk

membaca karena alasan demi meningkatkan pengembangan diri, 10%

demi kebutuhan harga diri, 5% karena terpengaruh orang lain, 15% demi

penyelesaian tugas agar nilai aman, 5% demi mendapat imbalan jasa.

Pertanyaan kesepuluh, 50% siswa menganggap kegiatan membaca itu

sangat perlu dan sangat penting, 35% menganggap perlu dan penting,

15% menganggap kegiatan membaca itu biasa saja.

54 

 

2. Angket Perpustakaan

Tabel 4

JAWABAN TIAP PERTANYAAN ANGKET PERPUSTAKAAN

Nama Siswa Kelas Soal Nomor

Jumlah Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

MV X. U3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 25 Cukup Penting

NS X. U3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 34 Penting

AK X. U3 3 3 3 4 4 1 3 4 4 4 33 Penting

AH X. U3 2 2 4 4 3 3 4 4 3 3 32 Penting

DF X. U4 2 3 4 4 1 3 4 4 4 4 33 Penting

MS X. U4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 39 Penting

IA X. U4 3 4 3 4 3 2 3 4 4 4 34 Penting

DO X. U4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 32 Penting

ML XI IPA U1 2 1 3 4 3 4 2 3 4 4 30 Cukup Penting

AA XI IPA U1 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 37 Penting

FD XI IPA U1 3 2 3 4 3 1 3 4 4 4 31 Penting

YM XI IPA U1 1 1 4 3 1 3 2 3 3 2 23 Cukup Penting

AD XI IPA U1 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 30 Cukup Penting

FN XI IPA U1 3 3 3 4 4 3 2 2 4 4 32 Penting

AW XI IPA U2 4 4 3 2 2 2 1 3 4 1 26 Cukup Penting

WA XI IPA U2 4 3 3 3 4 1 3 1 4 4 30 Cukup Penting

IA XI IPA U2 3 2 3 4 3 4 3 3 4 4 33 Penting

AA XI IPA U2 4 3 3 4 4 2 2 3 4 4 33 Penting

55 

 

Pertanyaan pertama, 25% siswa mengunjungi perpustakaan

lebih dari 4 kali dalam satu bulan, 40% mengunjungi minimal satu atau

dua kali, 30% siswa mengunjungi perpustakaan hanya bila diwajibkan

untuk ke perpustakaan, dan 5% siswa tidak pernah mengunjungi sama

sekali.

Pertanyaan kedua, sebanyak 20% siswa biasanya membaca atau

meminjam buku bila berada di perpustakaan, 45% siswa belajar individu

atau kelompok, 25% siswa mengerjakan tugas karena referensi buku yang

diminta ada di perpustakaan, 10% hanya ikut-ikut teman yang pergi ke

perpustakaan.

Pertanyaan ketiga, 25% siswa menganggap fasilitas yang tersedia

di perpustakaan sudah sangat memadai, 65% menganggap fasilitas cukup

memadai, dan 10% menganggap fasilitas di perpustakaan biasa saja.

Pertanyaan keempat, 60% siswa menganggap ruangan

perpustakaan sudah sangat baik, 35% merasa cukup baik, dan 5% merasa

ruangan perpustakaan biasa saja.

Pertanyaan kelima, sebanyak 25% siswa berpendapat bahwa

koleksi buku di perpustakaan kurang menarik dan lengkap, 55%

AP XI IPA U2 3 2 4 4 3 3 3 3 4 4 33 Penting

AA XI IPA U2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 24 Penting

56 

 

berpendapat koleksi buku menarik namun masih kurang lengkap, 10%

siswa berpendapat koleksi buku di perpustakaan biasa saja, seperti pada

perpustakaan pada umumnya, dan 10% siswa berpendapat bahwa koleksi

buku perpustakaan cukup menarik namun tidak berpengaruh untuk minat

membacanya yang rendah.

Pertanyaan keenam, 20% siswa berpendapat bahwa pustakawan di

sekolah sudah sangat profesional, 40% berpendapat cukup profesional,

25% berpendapat biasa saja, dan 15% berpendapat pustakawan masih

kurang profesional.

Pertanyaan ketujuh, sebanyak 20% siswa merasa dengan membaca

buku di perpustakaan akan sangat berpengaruh pada minat membaca dan

membuat minat membaca meningkat, 45% siswa merasa cukup

berpengaruh, 30% siswa merasa biasa saja dan kemungkinan berpengaruh

dengan minat membaca sangat sedikit, dan 5% siswa merasa dengan

membaca buku di perpustakaan tidak akan berpengaruh pada minat

membaca.

Pertanyaan kedelapan, 30% siswa berpendapat dengan membaca

buku di perpustakaan, prestasi belajar akan meningkat, 55% berpendapat

prestasi belajar cukup meningkat, 10% siswa berpendapat pengaruh

membaca buku di perpustakaan dengan prestasi belajar biasa saja, 5%

57 

 

siswa berpendapat bahwa membaca buku di perpustakaan tidak

berpengaruh sama sekali dengan peningkatan prestasi belajar.

Pertanyaan kesembilan, sebanyak 80% siswa menganggap

keberadaan perpustakaan sangat penting dan fasilitas yang wajib dimiliki

suatu sekolah, 15% menganggap keberadaan perpustakaan cukup penting

untuk beberapa pelajaran yang memberi tugas dengan referensi suatu

buku, dan 5% siswa menganggap bahwa keberadaan perpustakaan biasa

saja, hanya sebagai formalitas.

Pertanyaan kesepuluh, 65% siswa berpendapat agar banyak siswa

mengunjungi perpustakaan, maka koleksi buku perpustakaan ditambah

dan setiap bulannya ada banyak buku yang baru, dan buku baru tersebut

adalah buku yang juga baru terbit, 25% siswa berpendapat agar ruangan

perpustakaan dibuat lebih menarik dan nyaman lagi, 5% siswa

berpendapat diadakan kunjungan wajib setiap kelas untuk mengunjungi

perpustakaan, dan 5% siswa berpendapat agar kunjungan siswa ke

perpustakaan tidak dipaksa, melainkan keinginan siswa itu sendiri.

3. Angket Prestasi Belajar Siswa

Berdasarkan angket essay mengenai prestasi belajar siswa, dapat

disimpulkan bahwa; mayoritas para siswa yang berasal dari kelas X dan

XI Unggulan memiliki prestasi belajar yang baik. Rata-rata rapot setiap

semesternya mengalami kenaikan.

58 

 

Kebanyakan dari siswa yang mengisi angket berpendapat bahwa

tingkat minat membaca seseorang dapat mempengaruhi tingkat

prestasinya. Karena secara otomatis, seseorang yang memiliki minat

membaca yang tinggi akan lebih sering mengisi waktu luangnya untuk

membaca dan pengetahuan serta kosa kata yang di dapat juga lebih

banyak. Selain itu, seseorang yang memiliki minat membaca yang tinggi

akan lebih mudah dalam memahami pelajaran dan memahami soal karena

terbiasa membaca.

Banyak dari siswa juga berpendapat bahwa dengan membaca buku di

perpustakaan, akan berpengaruh pada minat membaca dan prestasi siswa.

Minat membaca akan meningkat dan prestasi belajar juga meningkat.

Kesimpulan lain yang dapat ditarik dari angket ini adalah, para siswa

berpendapat bahwa perpustakaan belum efektif dalam meningkatkan

minat membaca siswa. Dan menurut mereka, hal ini disebabkan karena

koleksi buku di perpustakaan sekolah tidak bervariasi. Buku-buku yang

ada di perpustakaan adalah buku-buku lama yang kebanyakan telah

dimiliki siswa. Hal inilah yang menyebabkan para siswa malas ke

perpustakaan.

59 

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang Penulis lakukan terhadap kebiasaan membaca

dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas X dan XI Unggulan SMA Plus

PGRI Cibinong, Penulis akan memberikan kesimpulan sebagai berikut :

1. Kebiasaan membaca siswa kelas X dan XI Unggulan SMA Plus PGRI

Cibinong memiliki rata-rata yang cukup tinggi. Sebanyak 20% siswa memiliki minat

membaca yang sangat tinggi, 70% siswa memiliki minat membaca yang tinggi, dan 10%

siswa memiliki minat membaca yang cukup/sedang.

2. Keberadaan Perpustakaan menurut kelas X dan XI Unggulan SMA Plus

PGRI Cibinong memiliki rata-rata yang cukup tinggi. Sebesar 80% siswa menganggap

keberadaan perpustakaan sangat penting dan 20% siswa menganggap keberadaan

perpustakaan penting.

3. Ada pengaruh positif dari kebiasaan membaca buku di Perpustakaan dengan

minat membaca siswa dan prestasi belajar.

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, baik berdasarkan perolehan data maupun yang

penulis peroleh, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang mudah-mudahan

bermanfaat bagi pembaca maupun bagi penulis sendiri. Sebagai akhir dari penulisan,

Penulis menyampaikan saran sebagai berikut :

60 

 

1. Hendaknya siswa memiliki kebiasaan membaca yang tinggi. Agar

kemampuan membaca pemahaman dapat dicapai.

2. Hendaknya guru dapat meningkatkan kebiasaan membaca siswa dengan

menambah jam wajib kunjung ke perpustakaan.

3. Hendaknya pihak sekolah mendukung usaha tersebut dengan memperhatikan

fasilitas yang dapat menunjang, seperti menambah jumlah koleksi buku di

perpustakaan. Hal ini penting dilakukan agar dapat memicu semangat dan

motivasi siswa untuk membaca.

4. Hendaknya orang tua dapat memberikan contoh kepada anak dalam hal

kebiasaan membaca agar dapat membentuk budaya baca.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat disampaikan, semoga bermanfaat bagi

penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.