Download doc - Chronic Sorrow Theory

Transcript

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori Middle Range, merupakan level kedua dari teori keperawatan, abstraknya pada level pertengahan, inklusif, diorganisasi dalam lingkup terbatas, memiliki sejumlah varibel terbatas, dapat diuji secara langsung. Teori Middle-Range memiliki hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan praktik. Hubungan antara penelitian dan praktik menurut Merton (1968), menunjukkan bahwa Teori Mid-Range amat penting dalam disiplin praktik, selain itu Walker dan Avant (1995) mempertahankan bahwa mid-range theories menyeimbangkan kespesifikannya dengan konsep ekonomi secara normal yang nampak dalam grand teori. Akibatnya mid-range teori memberikan manfaat bagi perawat, mudah diaplikasikan dalam praktik dan cukup abstrak secara ilmiah. Chinn dan Kramer (1995:216) mengatakan bahwa mid-range teori sesuai dengan lingkup fenomena yang relatif luas tetapi tidak mencakup keseluruhan fenomena yang ada dan merupakan masalah pada disiplin ilmu. Contoh yang mewakili mid-range teori adalah teori meredakan nyeri dalam keperawatan. Teori ini lebih luas dari theory neural conduction terhadap rangsangan nyeri tetapi lebih sempit dari tujuan mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Jadi fenomena nyeri terkait pada konsep mid-range pada keperawatan, karena nyeri adalah salah satu dari fenomena yg terdiri dari konsep global suatu disiplin.

Mid-range theories berfokus pada konsep peminatan perawat dan mencakup nyeri, empati, berduka, konsep diri, harapan, kenyamanan, martabat dan kualitas hidup. Contoh dalam keperawatan middle range theories adalah : Rogerss Theory dari akselerasi perubahan, Roys Theory dari teori adaptasi, Kings Theory dari pencapaian tujuan.Teori chronic sorrow merupakan teori mid-range karena dalam teori ini membahas tentang fenomena yang spesifik yaitu tentang masalah-masalah yang timbul dari penyakit kronis mencakup proses berduka, kehilangan, faktor pencetus dan metoda manajemennya. Karena kespesifikan teori tersebut, maka teori ini mudah diaplikasikan dalam praktik keperawatan.Banyak penelitian yang telah dilakukan sebagai aplikasi teori ini terkait dengan penyakit kronik seperti pada pasien multiple sklerosis, diabetes mellitus pada anak, anemia sickle cell pada anak, epilepsy, sindrom down, spina bifida, dan lain-lain.

Penyakit kronis dapat didefinisikan sebagai kondisi sakit yang menimbulkan berkurang atau hilangnya fungsi sehari-hari lebih dari 3 bulan dalam 1 tahun atau mengalami hospitalisasi lebih dari 1 bulan dalam 1 tahun. (Hockenberry, 2007). Hal ini menjadikan individu/anak dengan penyakit kronik mengalami berbagai masalah keterbatasan sehingga individu/ anak tersebut mempunyai kebutuhan akan perawatan khusus, komprehensif dan berkelanjutan.

Penyakit kronik memberikan efek yang penting bagi berjalannya fungsi keluarga. Salah satunya adalah efek yang substansial pada fungsi keluarga dimana keluarga akan mendapatkan tugas keluarga yang lebih kompleks, tanggung jawab yang lebih besar, perhatian yang lebih besar, tugas identifikasi kebutuhan anak seperti kebutuhan akan alat bantu, akses pendidikan yang sesuai, pembiayaan, ketidakpastian masa depan, kehilangan secara emosional, reaksi terhadap stigma dalam masyarakat, isolasi sosial, dan kehilangan kesempatan dalam bermasyarakat secara normal. Berdasarkan hal ini orang tua menjadi orang yang sangat terpengaruh dengan kondisi yang terjadi pada anak.Salah satu pengaruh yang besar pada orang tua adalah perasaan berduka atau kehilangan disebabkan karena orang tua mempersepsikan adanya perbedaan anaknya dengan anak normal lain. Perasaan berduka atau kehilangan ini akan muncul dalam respon emosional seperti putus asa, menyesal, tidak percaya, menyalahkan diri sendiri, permusuhan, cemas, ragu-ragu, disorientasi dan perasaan terisolasi. Keadaan ini berlangsung lama disebabkan respon emosional itu akan selalu muncul pada saat-saat dimana terjadi kejadian-kejadian yang memicu keadaan yang mengkhawatirkan dan managemen emosional yang tidak efektif. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum : Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran konsep dasar teori keperawatan chronic sorrow dan penerapannya pada asuhan keperawatan di tatanan pelayanan kesehatan.

2. Tujuan Khusus :Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :a. Agar perawat yang bekerja di rumah sakit dapat menerapkan teori chronic sorrow pada klien.b. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perawat tentang konsep teori chronic sorrow.c. Mampu menerapkan teori chronic sorrow pada asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan. BAB II

TINJAUAN TEORIA. Sejarah

1. Georgene Gaskill EakesGeorgene Gaskill Eakes lahir di New Bern, North Carolina. Dia menerima Diploma keperawatan dari Sekolah keperawatan Rumah sakit Watts di Durham, North Carolina 1966 dan pada tahun 1977 dia lulus Bacalaureate dengan Summa Cumlaude dari North Carolina Agricultural dan Technical State university. Eakes melanjutkan M.S.N pada University of North Carolina di Greensboro pada tahun 1980 dan Ed.D dari North Carolina State University pada tahun 1988. Eakes menerima penghargaan untuk study masternya dan dari North Carolina league untuk studi doktoralnya. Dia dilantik dalam Sigma Theta Tau International Honor Society of Nurses pada 1979 dan Phi Kappa Phi Honor Society pada 1988.

Pada awal pekerjaannya, Eakes bekerja di lingkungan akut maupun komunitas berbasis psikiatrik dan kesehatan mental. Pada tahun 1980 dia bergabunng pada fakultas di East Carolina University School of Nursing Greenville, North Carolina dan sampai sekarang. Eakes berminat dalam permasalahan yang berkaitan dengan mati, kematian, berkabung dan kehilangan sampai tahun 1970 saat dia mengalami ancaman hidup berupa injury adanya kecelakaan mobil. Pengalaman mendekati kematian meningkatkan kesadarannya tentang bagaimana mempersiapkan pelayanan kesehatan profesional dan saat individu dihadapkan pada kematian serta kurangnya pemahaman tentang reaksi berduka dalam situasi kehilangan. Dimotivasi oleh pengalamannya, dia memulai usaha penelitian untuk investigasi tentang kecemasan menjelang kematian diantara para perawat dalam setting perawatan jangka panjang dan mengeksplorasi resolusi griefing diantara perawat akut.

Pada tahun 1983, Eakes mendirikan pelayanan komunitas, dua kali sebulan mendukung kelompok untuk diagnosa kanker maupun yang lainnya yang signifikan dia sebagi co-facilitate. Keterlibatannya dalam kelompok ini menyiagakannya dalam reaksi berduka berhubungan dengan diagnosis yang berpotensial dalam ancaman hidup, penyakit kronik. Selama memperkenalkan disertasinya pada konferensi Sigma Theta Tau International di Taipei, Taiwan pada 1989, dia menghadiri presentasi tentang chronic sorrow oleh Mary Lermann Burke dan dengan segera membuat hubungan antara deskripsi Burke tentang chronic sorrow dengan ibu yang mempunyai anak dengan myelomeningocele dan observasinya tentang reaksi griefing diantara anggota support sistem kelompok kanker.

Setelah konferensi, Eakes mengkontak Burke untuk mengeksplorasi kemungkinan penelitian secara kolaboratif. Berdasarkan diskusi mereka, mereka menjadwalkan pertemuan dengan Burke dan koleganya yaitu Margaret A. Hainsworth dan Carolyn Lindgren lulusan Hainsworth.

Konsorsium keperawatan untuk penelitian tentang chronic sorrow (NCRCS) merupakan pertemuan pertama pada musim panas 1989. Anggota NCRCS melakukan pendekatan kualitatif pada populasi dengan kondisi kronik yang mengancam kehidupan, pada caregiver dan individu yang kehilangan. Eakes berfokus pada penelitian dengan diagnosa kanker, family caregiver pada anak dengan penyakit mental dan individu yang berpengalaman tentang kematian. Dari tahun 1992 sampai 1997, Eakes menerima 3 penghargaan penelitian dari East Carolina University School of Nursing dan dua penghargaan penelitian dari Beta Nu Chapter of Sigma Theta Tau International.

Sebagai tambahan dalam publikasinya, Eakes melakukan presentasi yang berhubungan dengan grief-loss dan death and dying. Eakes juga aktif terlibat dalam usaha untuk meningkatkan kualitas hidup pada akhir kehidupan dan mendekati kematian sebagai anggota dari Board of Directors of the End of Life Care Coalition of Eastern North Carolina. Pada tahun 2002, Eakes menerima penghargaan dari East Carolina University pada penelitiannya yang di integrasikan dalam praktik pembelajaran. Pada 1999, Eakes menerima penghargaan The Best Image untuk publikasi teorinya Middle-Range Theory of Chronic Sorrow dari Sigma Theta tau International Honor Society. Dia merupakan finalis dalam oncology nursing forum 1994. Penghargaan lainnya meliputi seleksi sebagai Edukator keperawatan dari North Carolina Nurses Association pada 1991 dan sebagai peneliti oleh Beta Nu Chapter of Sigma Theta Tau Internasional Honor Society for Nurses pada tahun 1994 dan 1998. Eakes juga sebagai reviewer pada penelitian kualitatif kesehatan pada jurnal internasional dengan interdispliner.

Eakes adalah seorang professor pada Department keperawatan keluarga dan komunitas di East Carolina University School of Nursing dimana dia mengajar tentang psikiatrik dan keperawatan kesehatan mental dan penelitian keperawatan, sebagai pengajar di Master Keperawatan dan berbagai disiplin ilmu tentang pelajaran perspektif Death/Dying. Dalam penelitian yang terkini untuk mengemabangkan peralatan pengkajian tentang Chronic Sorrow, instrument kuantitatif yang di desain untuk mengkaji bukti adanya chronic sorrow dan untuk mengidentifikasi mekanisme koping efektif (G. Eakes, personal communication, 2005).

2. Mary Lermann BurkeMary Lermann Burke dilahirkan di Sandusky Ohio dimana dia menyelesaikan sekolah elementary dan secondary. Dia menerima penghargaan untuk pertama kalinya saat diploma dari Good Samaritan Hospital School of Nursing di Cincinnati tahun 1962 kemudian diikuti sertifikat post graduate dari Childrens Medical Center di District Columbia. Setelah beberapa tahun bekerja di keperawatan pediatric, Burke lulus dengan Summa Cum Laude dari Rhode Island College Providence dengan bachelor degree. Pada tahun 1982 dia menerima Master Degree pada parent-child nursing dari Boston University. Selama program ini, dia juga menerima penghargaan sertifikat dalam Parent-Child Nursing and Interdisciplinary Training in Development Center of Rhode Island Hospital and the Section on Reproductive and Developmental Medicine, brown University.

Burke tertarik dengan konsep chronic sorrow selama program masternya. Thesisnya berjudul The Concerns of Mothers of Preschool Children With Myelomeningocele, yang mengidentifikasi emosi tentang kesedihan yang mendalam. Kemudian waktu disertasi doctoral dia mengembangkan Burke Chronic Sorrow Questionaire, Chronic sorrow in mothers of school-age children with myelomeningocele.3. Margaret A. HainsworthMargaret A. Hainsworth lahir di Brockville, Ontario Canada. Dia menamatkan pendidikan dasar dan sekundernya di tempat kelahirannya. Dia masuk diploma sekolah keperwatan di Brockville General Hospital dan lulus tahun 1953. Tahun 1959 dia pindah ke United State dan menerima diploma pada keperawatan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1974 dia melanjutkan pendidikan di Salve Regina College dan menerima Bacalaurate dalam bidang keperawatan tahun 1973 dan master dibidang keperawatan kesehatan mental dan psikiatrik dari Boston College tahun 1974. Dia menerima program Doctor dari University Connecticut tahun 1986. Tahun 1988, menerima sertifikat sebagai spesialis klinik dalam keperawatan kesehatan mental dan psikiatrik.Hainsworth berminat pada penyakit kronik dan yang berhubungan dengan dukacita dimulai saat dia sebagai facilitator untuk memberikan dukungan pada wanita dengan multiple sklerosis. Praktik tersebut, menginspirasinya untuk mengambil disertasi dengan judul An Ethnographic Study of Women With Multiple Sclerosis Using Symbolic Interaction Approach. Penelitian ini dipresentasikan pada Konggres Sigma Theta Tau di Taipei, Taiwan pada tahun 1989. Pada konferensi ini dia menjadi familiar dengan penelitian tentang chronic sorrow setelah menghadiri presentasi yang diadakan Burke.B. Sumber TeoriNursing Concorcium Reseach Chronic Sorrow (NCRCS) dibuat berdasarkan middle range teori keperawatan mengenai kesedihan kronis (chronic sorrow). Kemudian untuk membentuk dasar konseptualisasi mengenai koping individu terhadap kesedihan kronis digunakanlah model stress dan adaptasi milik Lazarus dan Folkman (1984). Konsep kesedihan kronis berasal dari teori oleh Olshansky (1962). Para teoris NCRCS mengintip observasi Olshansky mengenai orang tua dengan anak-anak retardasi mental yang mengalami kesedihan yang terus berulang. Ia menyebutkan dengan kesedihan kronis. Selain itu Bowlby dan Lindemann dalam Lindgsen (1992) membuat konsep berduka sebagai proses yang akan selesai seiring dengan perjalanan waktu dan jika tidak selesai berduka dikatakan sebagai abnormal.

Kebalikan dengan teori yang terikat waktu milik Bowlby tersebut, Wilker et al mengatakan bahwa kesedihan yang berulang merupakan peristiwa normal (Lindgsen, 1992). Sedangkan Burke dalam studinya pada anak-anak dengan spina bifida mendefinisikan kesedihan kronis sebagai kesedihan menetap yang permanen, periodik dan progresif dan bersifat alami (Hainsworth, Eakes, Burke, 1994).

NCRCS menggunakan hasil studi Lazarus dan Folkman sebagai dasar metode manejemen yang efektif gabi model yang mereka gunakan. Adanya perbedaan atau inkonsistensi dan respon terhadap duka yang berulang merangsang mekanisme koping individu.C. Penggunaan Bukti Empiris Studi NCRCS (The Nursing Consortium for Research on Chronic Sorrow) ini meliputi :

1. Individu dengan kanker (Eakes, 1993), infertility (Eakes et al., 1998), Multiple Sclerosis (Hainsworth, Burke, Lindgren, & Eakes, 1993; Hainsworth, 1994) dan Penyakit Parkinson (Lindgren, 1996).2. Spouse caregivers/individu yang memiliki pasangan hidup dengan penyakit mental kronik (Hainsworth, Busch, Eakes, & Burke, 1995), Multiple Sclerosis (Hainsworth, 1995) dan Penyakit Parkinson (Lindgren, 1996).3. Parent caregivers/orang tua yang memiliki anak dewasa dengan penyakit mental kronik (Eakes, 1995).Studi kemudian dikembangkan kepada para individu yang mengalami kehilangan (berduka) pada keadaan diri sendiri. Dinyatakan dalam studi ini bahwa populasi ini juga terus menerus mengalami kesedihan kronis. Berdasarkan bukti-bukti empiris tersebut maka dinyatakan bahwa definisi kesedihan kronis sama dengan kesedihan menetap yang bersifat periodic dalam waktu permanen, atau perasaan terkait sedih lainnya secara terus menerus yang terjadi karena pengalaman kehilangan (Eakes et al, 1998).

D. Model Teori Chronic SorrowDalam rentang kehidupan manusia, individu dihadapkan pada situasi kehilangan yang dapat terjadi secara terus menerus ataupun satu kejadian. Pengalaman kehilangan tersebut akan menimbulkan ketidakseimbangan antara yang diharapkan dengan kenyataan. Kejadian tersebut dapat memicu timbulnya kesedihan atau dukacita berkepanjangan/mendalam yang potensial progresif, meresap dalam diri individu, berulang dan permanent. Individu dengan pengalaman kesedihan tersebut biasanya akan menggunakan metode management dalam mengatasinya. Metode managemen dapat berasal dari internal (koping personal) ataupun dari eksternal (dukungan orang yang berharga maupun tim kesehatan). Jika metode manageman yang digunakan efektif maka individu akan meningkat perasaan kenyamanannya. Tetapi jika tidak efektif akan terjadi hal sebaliknya.E. Mayor Konsep dan Defenisi

1. Chronic Sorrow

Chronic sorrow adalah ketidakseimbangan yang berkelanjutan karena kehilangan yang dikarakteristikkan dengan pervasif dan permanen. Gejala kesedihan berulang secara periodik dan biasanya gejala ini terus berkembang.

2. LossKehilangan muncul karena adanya ketidakseimbangan/perbedaan antara ideal dan situasi atau pengalaman yang nyata. Sebagai contoh anak yang sempurna dengan anak dengan kondisi kronik yang berbeda dengan ideal.3. Trigger Events

Kejadian pencetus adalah situasi, keadaan dan kondisi yang menyebabkan perbedaan atau kehilangan berulang dan memulai atau memperburuk perasaan berduka.

4. Management Method

Management method diartikan bahwa individu menerima keadaan chronic sorrow. Hal tersebut dapat secara internal (strategi koping personal) atau eksternal (praktisi pelayanan kesehatan atau intervensi orang lain).

5. Inefektif Management

Management inefektif merupakan hasil dari strategi yang meningkatkan ketidaknyamanan atau mempertinggi perasaan chronic sorrow.

6. Effective Management

Management efektif merupakan hasil dari strategi yang meningkatkan kenyamanan perasaan individual.F. Strategi Manajemen NCRCS menyakinkan bahwa kesedihan kronis bukan masalah jika para individu dapat melakukan menejemen perasaan secara efektif. Strategi tersebut adalah :

1. Strategi koping internalAction (tindakan), mekanisme koping action individu baik yang bersangkutan maupun pelaku rawatnya. Contohnya metode distraksi yang umum digunakan untuk menghadapi nyeri.

Kognitif, mekanisme koping ini juga sering digunakan, misalnya berpikir positif, ikhlas menerima semua ini.

2. Interpersonal, mekanisme koping interpersonal misalnya dengan berkonsultasi dengan ahli jiwa, bergabung dengan kelompok pendukung, melakukan curhat.3. Emosional, mekanisme koping emosional misalnya adalah menangis dan mengekspresikan emosi.Strategi menejemen ini semua dianggap efektif bila para pelaku atau individu mengaku terbantu untuk menurunkan perasaan kembali berduka (re-grief).

4. Strategi koping eksternal, dideskripsikan sebagai intervensi yang dilakukan oleh professional kesehatan dengan cara meningkatkan rasa nyaman para subyek dengan bersikap empati, memberi edukasi serta merawat dan melakukan tindakan professional kompeten lainnya.

G. Asumsi Utama1. KeperawatanDiagnosis penderitaan kronik dan memberikan intervensi sesuai dengan lingkup praktik keperawatan, perawat dapat memberikan antisipasi berduka pada individu yang beresiko. Peran utama perawat meliputi menunjukan rasa empati, ahli/profesional, caring dan pemberi asuhan keperawatan yang kompeten.

2. ManusiaManusia mempunyai persepsi yang idealis pada proses kehidupan dan kesehatan. Orang membandingkan pengalamanya dengan kedua kenyataan tadi sepanjang kehidupannya. Walaupun setiap orang mempunyai pengalaman dengan kehilangan adalah unik dan umumnya kehilangan dapat diramalkan atau diketahui sehingga dapat diantisipasi reaksi dari kehilangan tersebut.3. KesehatanKesehatan adalah bila seseorang berfungsi normal, kesehatan seseorang tergantung atas bagaimana seseorang beradaptasi terhadap kehilangan. Koping yang efektif akan menghasilkan respon yang normal akibat dari kehilangan. 4. LingkunganInteraksi yang terjadi di dalam suatu masyarakat, yang mana meliputi lingkungan keluarga, sosial, lingkungan kerja dan lingkungan perawatan kesehatan. Respon individu di kaji berdasarkan hasil interaksi individu terhadap norma-norma sosial (Eakes, Burke, & Hainsworth, 1998).

H. Dampak Kehilangan1. Masa kanak-kanak :

a. Mengancam kemampuan anak untuk berkembang.

b. Kadang-kadang regresi.

c. Merasa takut ditinggalkan dibiarkan kesepian.

2. Remaja dan dewasa muda :

a. Disintegrasi dalam keluarga.

b. Kematian pada orang tua wajar.

3. Dewasa tua :

a. Kematian pasangan.

b. Masalah kesehatan meningkat.

I. Berduka (Grieving)Berduka adalah reaksi emosi terhadap kehilangan, biasanya akibat perpisahan dimanifestasikan dalam perilaku, perasaan dan pemikiran.J. Reaksi Kehilangan & Berduka1. KUBLER ROSS MODELKubler Ross (1969) mengemukakan 5 tahapan pada berduka :a. Menolak (denial).

b. Marah (anger).

c. Tawar menawar (bargaining).

d. Depresi (depression).

e. Menerima (acceptance).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan dan berdukaa. Sumber Personal dan StressorSetiap orang melalui situasi kehilangan dengan kombinasi khusus pada sumber personal dan stressor seperti :1) Keterampilan koping.

2) Pengalaman sebelumnya dengan kehilangan.

3) Kestabilan emosi.

4) Agama.

5) Family developmental stage.6) Status sosial ekonomib. Sumber Sosial Kultural dan StressorSumber sosial kultural meliputi dukungan sosial yang didapatkan dari keluarga, teman, teman sekerja dan lembaga formal.BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASANA. KasusAnnie adalah anak pertama Amanda dan Alan yang sudah lama dirindukan kehadirannya didunia ini. Ketika dia dilahirkan dia tidak responsif, terkulai dan tidak mampu untuk saat diberi makan. Prognosisnya buruk dan dia diprediksikan tidak akan bertahan hidup. Ketika dia berumur beberapa minggu, orang tua nya membawanya pulang ke rumah dan mereka diberitahu untuk memberinya kecintaan, karena dia akan berumur pendek. Faktanya, perawat klinik mengatakan kepada Amanda bahwa itu akan lebih baik jika Annie menghilang saja. Karena ternyata Amanda mempunyai radang selaput otak (viral meningitis) selama trimester pertama kehamilannya.

B. Tinjauan TeoriOrang tua dengan anak yang didiagnosa dengan ketidakmampuan/disability saat lahir atau dalam awal hidupnya, mulai belajar proses yang disebut dengan kehilangan loss anak yang normal dan peran orangtua yang normal yang mereka harapkan. Profesional perawatan kesehatan primer membutuhkan pemahaman terhadap kehilangan alamiah ini dan dampaknya terhadap kehidupan keluarga dan masa depan orangtua. Saat didiagnosa adalah merupakan waktu penuh emosional dan kebingungan yang sering juga adalah kecemasan yang tinggi. Orangtua tidak akan pernah siap untuk mendengar berita yang traumatik tentang anak mereka dan pendapat anggota keluarga, teman, para kenalan dan laporan media yang menambah kebingungan mereka. Informasi akurat dan komprehensif tentang disability dibuat secepat mungkin meliputi hasil positif dan negatif terhadap kerusakan dan disabillity. Sebaiknya orangtua dipersiapkan dulu bahwa mereka akan mendengar berita buruk.

Menurut teori yang dikembangkan oleh Georgene Gaskill Eakes, Mary Lermann Burke dan Margaret A. Hainsworth

1. Chronic SorrowKesedihan mendalam dirasakan oleh keluarga Amanda dan Alan karena Annie adalah anak yang idam-idamkan. Tetapi dia mengalami keterbatasan.

2. LossPasangan Amanda dan Alan kehilangan anak normal/sempurna. Dia mengharapkan (idealnya) anak mereka bisa hidup dengan normal seperti anak yang lain, tetapi kenyataan sejak lahir Annie sudah mempunyai keterbatasan yang disebabkan karena radang selaput otak yang diderita Amanda.

3. Trigger eventsAnnie sebagai anak yang diharapkan lahir tidak sesuai harapan. Ketika dia dilahirkan dia tidak responsif, terkulai dan tidak mampu untuk saat diberi makan.

4. Management methodSecara internal pasangan ini menggunakan strategi koping untuk mengidentifikasi proses berduka. Secara eksternal didapat dari dukungan keluarga lain atau praktisi perawatan kesehatan. Perawat juga dapat membantu mengidentifikasi strategi koping secara personal.Berikut adalah rencana managemen untuk mengatasi permasalahan diatas :

a. Diagnosa keperawatanSedih kronis berhubungan dengan pengalaman sakit fisik kronik/ ketidakmampuan orang yang signifikan.

b. Outcome

Menunjukkan grief resolution

Mengeksprsikan perasaan bersalah, marah dan sedih

Mengidentifikasi penggunaan strategi koping yang efektif

Mengungkapkan dampak kehilangan

Mencari inforamsi tentang penyakit dan perawatan

c. Intervensi1) Grief work fasilitation :

Identifiksi kehilangan

Bantu pasien untuk mengidentifikasi ikatan antara orang yang hilang

Bantu pasien untuk mengidentifikasi reaksi pertama terhadap kehilangan

Anjurkan untuk mengekspresikan perasaan kehilangan

Dengarkan ekspresi kesedihan

Anjurkan diskusi pengalaman kehilangan sebelumnya

Anjurkan pasien untuk mengungkapkan memori tentang kehilangan baik masa lalu dan sekarang

Buat pernyataan empati tentang duka cita

Anjurkan identifikasi ketakutan yang paling besar terhadap kehilangan

Instruksikan dalam fase berduka

Dukung perkembangan melalui tahapan berduka

Libatkan orang yang berarti dalam diskusi/pengambilan keputusan

Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi koping personal

Anjurkan pasien untuk melakukan kebiasaan sosial, budaya dan keagamaan

Komunikasikan tentang penerimaan kehilangan

Beri reinforcement untuk perkembangan yang dbuat dalam proses berduka

Bantu dalam mengidentifikasi modifikasi lifestyle yang dibutuhkan

2) Hope instillation :

Bantu pasien/ keluarga untuk mengidentifikasi harapan dalam hidup

Informasikan pasien tentang situasi saat ini adalah bagian yang temporer

Demonstrasikan harapan dengan mengenali nilai intrinsik pasien dan pandangan penyakit dari segi individu

Kembangkan mekanisme koping individu

Ajarkan mengenali realita dengan mengamati situasi dan membuat perencanaan darurat

Bantu pasien menemukan dan meninjau ulang tujuan berhubungan dengan harapan

Bantu pasien kembangkan spiritual diri

Hindari menutupi kebenaran

Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan diri

Ajarkan kepada keluarga tentang aspek positif pada harapan

Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk terlibat dalam kelompok pendukung

Ciptakan lingkungan untuk praktik keagamaan pasien

3) Coping enhancement :

Kaji hal-hal yang dapat merubah gambaran diri klien

Kaji dampak situasi kehidupan klien terhadap peran dan hubungan

Dukung klien untuk mengidentifikasi gambaran nyata perubahan peran

Kaji pemahaman klien terkait dengan proses penyakit

Kaji dan diskusikan alternatif respon terhadap situasi

Gunakan pendekatan yang membuat klien tenang dan nyaman

Ciptakan suasana untuk dapat menerima klien

Bantu klien untuk mengembangkan kemampuannya untuk menerima kejadian yang dialaminya

Bantu klien mengidentifikasi informasi yang paling menarik

Berikan informasi aktual terkait diagnosa, perawatan dan prognosis

Berikan klien untuk memilih jenis perawatan yang diinginkan

Dukung klien untuk bersikap realistic

Evaluasi kemampuan klien untuk membuat keputusan

Kaji persepsi klien terhadap situasi yang menimbulkan stress

Hindari pembuatan keputusan pada saat klien mengalami stress berat

Gunakan pendekatan dengan sabar

Bina hubungan dengan orang-orang yang memiliki ketertarikan dan tujuan yang sama

Dukung dalam aktivitas sosial dan komunitas

Dukung penerimaan terhadap keterbatasan orang lain

Kaji latar belakang spiritual dan budaya klien

Sediakan dukungan spiritual

Eksplorasi prestasi-prestasi yang pernah dicapai sebelumnya untuk meningkatkan koping

Eksplorasi alasan-alasan untuk mengkritik diri sendiri

Hilangkan perasaan ragu yang dialami

Bantu untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif

Pelihara situasi yang mendukung kemandirian

Bantu klien mengidentifikasi respon positif dari orang lain

Dukung identifikasi nilai-nilai kehidupan yang spesifik

Eksplorasi mekanisme koping yang pernah dilakukan oleh klien dalam menghadapi masalah kehidupan

Kenalkan klien dengan orang atau grup yang telah sukses dalam menyelesaikan masalah yang sama Dukung penggunaan mekanisme defensif

Dukung klien untuk mengungkapkan perasaan, persepsi dan ketakutannya

Diskusikan konsekuensi ketika tidak mampu menerima rasa bersalah dan perasaan malu

Dukung klien untuk mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan jangka panjang

Bantu klien untuk menyederhanakan tujuan menjadi labih mudah untuk dilakukan

Bantu klien untuk mengkaji sumber-sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan

Kurangi stimulus lingkungan yang dapat mengancam

Kaji kebutuhan pasien akan support social

Tingkatkan keterlibatan keluarga dan orang-orang terdekat dalam perawatan

Dukung keluarga untuk mengunkapkan perasaannya mengenai penyakit yang dialami anggota keluarganya

Sediakan keterampilan-keterampilan sosialisasi

Bantu klien mengidentifikasi strategi positif untuk menerima keterbatasannya dan mengatur kebutuhan hidupnya serta perubahan peran yang telah terjadi

Bantu klien untuk memecahkan masalahs ecara konstruktif

Anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi sesuai kebutuhan

Kaji kesedihan klien dan kehilangan pekerjaannya akibat kondisi sakitnya dan atau ketidakmampuannya Kaji untuk mengklarifikasi adanya konsep yang salah pada klien

Anjurkan klien untuk mengevaluasi perilakunya

4) Counseling :

Bina hubungan saling percaya sebagai dasar rasa percaya dan perhatian

Tunjukkan perasaan empati, kehangatan, dan ketulusan

Lakukan konseling yang lebih mendalam

Tentukan tujuan

Tingkatkan privasi klien dan rasa percaya diri klien

Berikan informasi yang nyata sesuai kebutuhan

Anjurkan untuk mengekspresikan perasaan

Identifikasi permasalahan atau situasi yang menyebabkan sterss pada klien

Gunakan teknik refleksi dan klarifikasi untuk memfasilitasi ekspresi perasaan

Tanya pada klien atau orang terdekat lainnya untuk mengidentifikasi apa yang dapat atau tidak dapat mereka kerjakan terkait dengan kejadian ini

Kaji klien untuk mencatat dan memprioritaskan alternatif kemungkinan dari permasalahan yang ada

Identifikasi beberapa perbedaan diantara pandangan klien terhadap situasi dan pandangan klien terhadap pemberi layanan kesehatan

Kaji bagaimana perilaku keluarga terhadap klien terkait dengan penyakit yang dialami

Ungkapkan perbedaan diantara perasaan dan perilaku klien

Gunakan tools pengkajian untuk membantu meningkatkan kesadaran diri klien dan pengetahuan konselor terhadap situasi yang terjadi

Ungkapkan secara selektif pengalaman-pengalaman klien sendiri serta ketulusan dan keyakinan pribadi yang sesuai

Identifikasi kekuatan klien dan beri dukungan

Berikan reinforcement terhadap setiap perkembangan yang baru

Jika memungkinkan, jangan membuat keputusan pada saat klien berada dalam kondisi stress berat

5) Emotional Support :

Diskusikan dengan klien terkait pengalaman emosional klien

Eksplorasikan stimulus yang memicu emosi klien

Berikan dukungan atau pernyataan yang empati

Berikan sentuhan yang terapeutik

Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri

Bantu klien untuk mengungkapkan perasaannya seperti cemas, takut, sedih

Dengarkan keluhan klien dengan tenang

Fasilitasi klien untuk mengidentifikasi mekanisme koping terhadap ketakutan yang dialami

Berikan dukungan selama fase menolak, marah, tawar menawar dan menerima terhadap proses berduka

Identifikasi adanya perasaan marah, frustasi dan amuk yang dialami klien

Berikan kesempatan klien untuk mengunkapkan perasaannya atau menangis untuk menurunkan emosinya

Berada bersama klien dan beri rasa aman dan nyaman selama periode cemas

Bantu dalam pengambilan keputusan

Kurangi beban pikiran klien ketika klien berada dalam kondisi stress (jangan menambah beban pikirannya selama sakit)

6) Spiritual Support :

Gunakan komunikasi terapeutik untuk membina rasa percaya dan empati

Kaji pengalaman masa lalu klien yang mendukung kekuatan spiritualnya

Rawat klien dengan sopan

Motivasi klien untuk mengenang masa lalu yang menyenangkan

Motivasi klien untuk berinteraksi dengan anggota keluarga, teman dan orang lain

Berikan waktu khusus dan ketenangan untuk aktivitas spiritual

Motivasi klien untuk berpartisipasi dalam kelompok pendukung sosialnya

Ajarkan metode relaksasi, meditasi dan imaginasi terbimbing

Diskusikan kepercayaan diri mengenai arti dan tujuan hidup

Diskusikan pandangan spiritual klien

Berikan kesempatan untuk mendiskusikan berbagai pandangannya tentang sistem kepercayaan

Berdoa dengan klien

Sediakan alat pendukung spiritual seperti musik, bacaan atau radio, atau program-program televise

Empati terhadap ekspresi klien akan kesendirian dan ketidakberdayaan

Dukung penggunaan sumber-sumber spiritual

Libatkan rohaniawan

Fasilitasi individu untuk melakukan meditasi, ibadah atau ritual dan tradisi keagamaannya

Dengarkan secara cermat

Yakinkan klien bahwa perawat akan selalu ada untuk klien

Menerima setiap keluhan klien terkait penyakit dan kematian

Bantu klien untuk mengekspresikan perasaan marah dan cara mengendalikannya.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penyakit kronis dapat didefinisikan sebagai kondisi sakit yang menimbulkan berkurang atau hilangnya fungsi sehari-hari lebih dari 3 bulan dalam 1 tahun atau mengalami hospitalisasi lebih dari 1 bulan dalam 1 tahun. (Hockenberry, 2007). Hal ini menjadikan individu/anak dengan penyakit kronik mengalami berbagai masalah keterbatasan sehingga individu/anak tersebut mempunyai kebutuhan akan perawatan khusus, komprehensif dan berkelanjutan.

Penderitaan kronis tidak akan membuat individu melemah bila efektif dalam mengatur perasaan bisa secara internal maupun ekternal. Strategi manajemen perawatan diri diatur melalui strategi koping internal. NCRCS ditunjuk lebih lanjut untuk mengatur strategi koping internal seperti tindakan, kognitif, interpersonal dan emosional.

Mekanisme tindakan koping digunakan untuk semua subjek individu dengan kondisi kronis dan pemberi perawatannya (Eakes , 1993, 1995, Eakes at al., 1993, 1999; Hainsworth et al., 1995; Lindgren, 1996). Strategi emosional contohnya menangis atau ekspresi emosi lainnya (Eakes, et al., 1998; Hainsworth, 1995). Manajemen eksternal adalah intervensi yang diberikan oleh tenaga kesehatan (Eakes et al., 1998). Pelayanan kesehatan yang diberikan secara profesional dapat membantu memberikan rasa nyaman bagi mereka, caring dan tenaga profesional yang kompeten lainnya.

B. Saran1. Orang tua harus memahami kondisi anak yang mengalami suatu penyakit kronis salah satunya adalah meningkatkan fungsi keluarga dimana keluarga akan mendapatkan tugas keluarga yang lebih kompleks, tanggung jawab yang lebih besar, perhatian yang lebih besar, tugas identifikasi kebutuhan anak seperti kebutuhan akan alat bantu, akses pendidikan yang sesuai, pembiayaan, ketidakpastian masa depan, kehilangan secara emosional, reaksi terhadap stigma dalam masyarakat, isolasi sosial, dan kehilangan kesempatan dalam bermasyarakat secara normal. 2. Salah satu pengaruh yang besar pada orang tua adalah perasaan berduka atau kehilangan disebabkan karena orang tua mempersepsikan adanya perbedaan anaknya dengan anak normal lain. Untuk itu koping yang efektif keluarga sangat di perlukan dalam menerima kondisi anak.3. Perasaan berduka atau kehilangan ini akan muncul dalam respon emosional seperti putus asa, menyesal, tidak percaya, menyalahkan diri sendiri, permusuhan, cemas, ragu-ragu, disorientasi dan perasaan terisolasi, sehingga diperlukan managemen emosional yang efektif dari keluarga atau orang tua. D AFTAR PUSTAKAAlligood-Tomey, A. (2006). Nursing theorists and their work. Sixth edition. Toronto: Mosby.Kozier, B & Erb. (2000). Fundamental of Nursing. St Louis Toronto : Mosby Company.Nursing outcomes classification (NOC). (2004). Editors Sue Moorhead, Marion Johnson, Meridean Maas. Ed 3rd. Mosby Inc: St Louis Missiouri.

Nursing interventions classification (NIC). (2004). Editors, Joanne McCloskey Dochterman, Gloria M. Bulechek. Ed 4th. Mosby Inc. St. Louis Missiouri.

Patricia, AP & Anne, GP.(1996). Fundamental of Nursing. St. Louis Toronto : Mosby Company.Perry & Potter, (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4 Volume 1, EGC : Jakarta.Perry & Potter, (2006). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik, Volume 2, Edisi 4, EGC : Jakarta.http://img.medscape.com/article/707/848/707848-fig1.jpg diakses 06 Maret 2012.

DEWI UMU KULSUM, S.Kep., NersDEWI UMU KULSUM, S.Kep., Ners


Recommended