Download docx - cassia alata

Transcript
Page 1: cassia alata

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Dermatofitosis adalah penyakit yang disebabkan oleh golongan jamur

dermatofita, yang terdiri dari tiga genus yaitu Microsporum, Trichophyton, dan

Epidermophyton (Rianyta, 2011). Prevalensinya cukup tinggi di Indonesia,

mengingat Indonesia termasuk dalam negara beriklim tropis dan mempunyai

kelembaban yang tinggi.

Untuk kasus di Indonesia, dari hasil penelitian menunjukan dari seluruh

infeksi dermatomikosis, sebanyak 52 % adalah kasus dermatofitosis dengan T.

rubrum sebagai agen penyebab utama (Agustine, 2012). Sedangkan penelitian

mengenai kasus dermatofitosis di India menunjukkan sebanyak 71 pasien yang

menderita dermatofitosis memperlihatkan hasil biakan yang positif. Dimana hasil

kultur pada 66 pasien (93%) positif mengandung biakan Trichophyton spp,

dengan Trichophyton rubrum (Castell.) Sabour penyebab utama dermatofitosis di

India (Venkatesan, 2007).

Pengobatan secara medis selama ini untuk kasus dermatofitosis dengan lesi

lokal, menggunakan obat antifungal golongan imidazol seperti mikonazol dan

klotrimazol, sedangkan untuk lesi sistemik menggunakan ketokonazol, terbinafin

dan griseosulvin. Ketokonazol masih menjadi pilihan utama di beberapa negara

dan efektif terhadap tinea korporis, kruris, pedis, dan infeksi jamur pada kuku

(Weller. dkk., 2008), tetapi obat-obatan tersebut sulit untuk didapatkan bagi

masyarakat yang tinggal di daerah terpencil. Masyarakat di daerah Desa Tanjung

1

Page 2: cassia alata

Ganti I, Kecamatan Kelam Tengah, Kabupaten Kaur masih menggunakan

pengobatan tradisional untuk pengobatan terhadap dermatofitosis.

Pengobatan tradisonal yang dilakukan di Desa Tanjung Ganti I, Kecamatan

Kelam Tengah, Kabupaten Kaur, menggunakan kombinasi rebusan akar

gelinggang dan jahe merah untuk mengobati penyakit kurap. Dari beberapa

penelitian yang telah dilakukan, akar gelinggang memiliki senyawa aktif seperti

rhein dan chrysophanol yang merupakan derivat dari anthrakuinon yang

memperlihatkan adanya aktivitas biologis seperti sebagai antimikroba, antijamur,

antitumor, antioksidan, dan sitotoksik. Di Suriname ektrak akar gelinggang

digunakan sebagai obat pada kasus gangguan ovarium (Fernand, 2008). Hasil

penelitian mengenai ekstrak daun gelinggang mempunyai pengaruh yang sangat

signifikan terhadap penghambatan pertumbuhan Trichophyton sp pada umur

kultur 1 x 24 jam, 2 x 24 jam (Hujjatusnaini, 2010). Kandungan senyawa

metabolit pada rimpang jahe merah seperti gingerol, shagol, dan zingeron

memiliki efek farmakologi sebagai antifungal (Supriadi, dkk., 2011).

Untuk pengobatan alternative menggunakan kombinasi ekstrak akar

gelinggang dan rimpang jahe merah yang didapatkan di Desa Tanjung Ganti I,

Kecamatan Kelam Tengah, Kabupaten Kaur belum pernah diteliti efektivitasnya

sebagai antifungal. Hal inilah yang mendasari peneliti ingin melakukan penelitian

mengenai “Uji Efektivitas Kombinasi Antifungal Ekstrak Akar Gelinggang

(Senna alata L.) dan Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc) Terhadap

Pertumbuhan Trichophyton rubrum (Castell.) Sabour.”

2

Page 3: cassia alata

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah:

1.2.1 Apakah kombinasi dari ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah

memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan T. rubrum?

1.2.2 Bagaimana perbandingan efektifitas antifungal kombinasi ekstrak akar

gelinggang dan rimpang jahe merah dibandingkan dengan penggunaan

ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah saja?

1.3 Hipotesis

H0 : Kombinasi dari ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah tidak

memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan T. rubrum.

H1 : Kombinasi dari ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah

memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan T. rubrum.

H2 : Kombinasi ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah memiliki

efek daya hambat yang lebih kuat terhadap pertumbuhan T. rubrum

dibandingkan dengan hanya menggunakan ekstrak akar gelinggang dan

jahe merah saja.

1.4 Tujuan

- Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah untuk menentukan daya hambat

yang paling efektif dari kombinasi ekstrak akar gelinggang dan rimpang

jahe merah terhadap pertumbuhan T. rubrum.

- Untuk membandingkan daya hambat antara kombinasi akar gelinggang dan

rimpang jahe merah dengan penggunaan rimpang jahe merah saja maupun

akar gelinggang saja terhadap pertumbuhan T. rubrum.

3

Page 4: cassia alata

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

khasiat kombinasi ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah

dalam menghambat pertumbuhan T. rubrum sehingga dapat digunakan

dalam penatalaksaanan penyakit akibat infeksi T. rubrum.

1.5.2 Hasil dari penelitian ini dapat menjadi data awal untuk penelitian

selanjutnya mengenai efektivitas kombinasi ekstrak akar gelinggang

dan rimpang jahe merah dalam menghambat pertumbuhan T. rubrum

4

Page 5: cassia alata

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Trichophyton rubrum

Trichophyton rubrum (Castell.) Sabour., 1911 merupakan spesies jamur

golongan dermatofita yang menyebabkan infeksi dermatofitosis (Warrell. dkk.,

2012). Trichophyton rubrum dibedakan menjadi 2 tipe yaitu T. rubrum tipe downy

atau berbulu halus dan tipe granular. Trichophyton rubrum tipe downy memiliki

karakteristik memproduksi mikrokonidia dalam jumlah yang sedikit, halus, tipis,

kecil, dan tidak mempunyai makrokonidia. Sedangkan karakteristik T. rubrum

tipe granuler produksi mikrokonidia dan makrokonidia dalam jumlah yang sangat

banyak. Mikrokonidia berbentuk clavate dan pyriform, makrokonidia berdinding

tipis, dan berbentuk seperti cerutu. T. rubrum berbulu halus (downy) adalah strain

jamur yang paling banyak menginfeksi manusia dan paling sering menyebabkan

infeksi kronik pada kulit dan kuku. Sedangkan untuk T. rubrum tipe granular

menjadi penyebab paling sering tinea korporis di Asia Tenggara dan suku

Aborigin di Australia (Ellis. dkk., 2007).

5

Gambar 1. a. Hasil kultur T. rubrumgranular strain (Ellis. dkk., 2007)

b. Mikroskopik T. rubrumgranular strain (Ellis. dkk., 2007)

Makrokonidia

Mikrokonidia

Koloni jamur T.rubrum

Page 6: cassia alata

Taksonomi Trichophyton rubrum (Alexopoulus, 1996) :

Kingdom : FungiFilum : AscomycotaKelas : EurotiomycetesOrdo : OnygenalesFamili : ArthrodermactaeceaeGenus : TrichophytonSpesies : Trichophyton rubrum

2.2 Infeksi Trichophyton rubrum

Trichophyton rubrum dapat menyebabkan penyakit dermatofitosis yang

ada di badan (tinea korporis), dermatofitosis pada selangkangan dan alat genital

(tinea kruris), dermatofitosis pada telapak tangan (tinea manuum), dermatofitosis

pada kaki (tinea pedis) dan dermatofitosis pada kuku (tinea unguium) (Weller.

dkk., 2008).

2.2.1 Epidemiologi

Penyakit dermatofitosis yang disebabkan oleh T. rubrum ini endemik di

beberapa wilayah di Asia Tenggara, bagian Afrika Selatan dan Australia bagian

Utara. Penyakit akibat T. rubrum ini juga sering terjadi pada kaki atlet yaitu tinea

6

Gambar 2. a. Hasil kultur T. rubrum Downy strain (Ellis. dkk., 2007)

b. Mikroskopis T. rubrumdowny strain (Ellis. dkk., 2007)

Koloni jamur T.rubrum

Hifa

Mikrokonidia

Page 7: cassia alata

pedis. Tinea pedis ini juga terjadi pada wilayah dan temperatur yang sama dengan

insiden penyakit tinea korporis dan tinea kruris yaitu wilayah yang beriklim tropis

seperti Asia Tenggara dan Afrika Selatan (Warrell, dkk., 2012). Infeksi pada tinea

pedis sering menyebar pada tempat yang basah seperti di kolam berenang, di

kamar mandi ataupun memakai alas kaki penderita tinea pedis (Weller, dkk.,

2008).

2.2.2 Gejala Klinis

Infeksi T. rubrum ini menimbulkan gejala klinis berupa gatal sehinggga

kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi berbentuk skuama yang

kering dengan vesikel serta papul yang terdapat di tepi. Lesi berbatas tegas,

bewarna merah dan hiperkeratotik. Tinea pada kuku (tinea unguium) lesi muncul

pada bagian tepi kuku yang bewarna kuning dan rapuh, yang kemudian diikuti

dengan penebalan serta hiperkeratotik pada kuku tersebut (Weller, dkk., 2008).

2.2.3 Patogenesis

Golongan jamur dermatofita jenis antropofilik seperti T. rubrum paling

sering menyerang manusia dikarenakan manusia dijadikan sebagai hospes

tetapnya. Golongan ini bisa membuat penderita mengalami penyakit yang

menahun akibat dari reaksi penolakan tubuh yang sangat ringan. Jamur T. rubrum

menginfeksi kulit dan kuku melalui degradasi keratin, hal ini disebabkan karena

kemampuan jamur mensekresi enzim proteolitik yang merupakan faktor virulensi

pada T. rubrum. Infeksi ini dapat ditularkan dari orang ke orang melalui kontak

kulit (Warrell, dkk., 2012).

7

Page 8: cassia alata

2.3.4 Pengobatan

Pengobatan medis untuk dermatofitosis yang disebabkan oleh jamur T.

rubrum dengan lesi lokal yang minimal menggunakan preparat imidazol seperti

mikonazol dan klotrimazol, sedangkan untuk lesi yang sistemik menggunakan

ketokonazol, terbinafin dan griseosulvin (Weller, dkk., 2008).

2.3 Botani Gelinggang (Senna alata L.)

2.3.1 Deskripsi Gelinggang (Senna alata L.)

Gelinggang adalah tanaman yang berasal dari daerah tropis dan dapat

merupakan tanaman penting yang berguna sebagai tanaman obat dan tanaman

hias. Di daerah tropis tanaman gelinggang dapat tumbuh di ketinggian 1.200 M

diatas permukaan laut. Bunga gelinggang berwarna kuning, dan gelinggang

memiliki batang yang dapat tumbuh 3-4 M, dan mempunyai ukuran daun dengan

panjang 50-80 cm dan menutup dalam keadaan gelap (Hirt, dkk., 2008).

2.3.2 Taksonomi Senna alata L. (Hirt, dkk., 2008):

Kingdom : Plantae(unraked) : Angiosperms(unraked) : Eudicots(unraked) : RosidsOrder : FabalesFamily : FabaceaeSubfamily : CaesalpinioideaeTribe : CassieaeSubtribe : CassiinaeGenus : SennaSpesies : Senna alata L.Sinonim : Cassia alata (L.)

Cassia alata L. var. perennis Pams Cassia alata L. var. rumphiana DC Cassia bracteata L.f Cassia herpetica Jacq. Cassia rumphiana (DC.) Bojer Herpetica alata (L.) Raf

8

Page 9: cassia alata

Gambar 3. Akar Gelinggang (dok. pribadi, 2013)

2.3.3 Kandungan Senyawa Kimia Akar Gelinggang

Skrining fitokimia dari daun dan akar Senna alata L. menunjukkan adanya

senyawa alkaloid, karbohidrat, tannin, saponin, fenol, flavonoid, anthraquinones

dan cardiac glycosides pada Tabel 2.1 (Mahmood, 2008).

Tabel 1. Kandungan Fitokimia ekstrak akar dan daun Senna alata L.

Kandungan Fitokimia Ekstrak Daun Ekstrak AkarAlkaloidKarbohidratTaninSaponinFenolFlavonoidAntrakuinonCardiac glicosida

++++++++

++++++++

Sumber : (Mahmood, 2008)

Dari hasil penelitian departemen kimia, Universitas Negri Lousiana, Baton

Rouge, LA, USA, bahwa terdapat kandungan senyawa kimia yaitu enam senyawa

fenolik, lima antrakuinon (Rhein, aloe-emodin, emodin, chrysophanol dan

physcion) dan flavonoid pada ekstrak akar gelinggang (Senna alata L.).

Identifikasi analit dilakukan dengan menggunakan standar dan on-line massa

9

Page 10: cassia alata

deteksi spektrometri menggunakan tekanan atmosfer ionisasi kimia. Konsentrasi

senyawa fenolik dalam ekstrak akar ditentukan dengan menggunakan HPLC

dengan deteksi ultraviolet pada 260 nm (Fernand, 2008).

Gambar 4. Struktur kimia dari enam senyawa fenolik dalam ekstrak akar gelinggang (Fernand, 2008)

2.4 Botani Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.)

2.4.1 Deskripsi Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.)

Jahe merah adalah jenis jahe yang paling sering digunakan sebagai obat

tradisonal karena memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan jenis jahe

yang lainnya. Jahe merah yang dikenal di Indonesia hanya satu jenis, namun

di beberapa daerah termasuk di Bengkulu ditemukan jahe merah dengan

ukuran rimpang sangat kecil dan sangat pedas, sehingga diduga di Indonesia

terdapat 2 macam jahe merah, yaitu rimpang besar dan rimpang kecil. Jahe

merah atau jahe sunti memiliki rimpang berwarna merah dan lebih kecil

daripada jahe putih kecil. Daging rimpangnya berwarna jingga muda sampai

merah. Diameter rimpang dapat mencapai 4 cm dengan panjang rimpang hingga

12.5 cm (Supriadi, dkk., 2011).

10

Page 11: cassia alata

Di Indonesia dikenal 3 jenis jahe yaitu jahe yakni jahe merah (Zingiber

officinale Roscoe), jahe putih kecil (Z. officinale var. amarum) dan jahe putih

besar (Z. officinale var. officinale). Ketiga varietas jahe tersebut memiliki

perbedaan morfologi pada warna kulit dan ukuran rimpang, akar, batang, kadar

serat, kadar pati, dan kadar minyak atsiri nya. (Supriadi, dkk., 2011).

2.4.2 Taksonomi Zingiber officinale Rosc. (Schauenberg, 1977):

Kingdom : PlantaeDivision : MagnoliophytaClass : LiliopsidaOrder : ZingiberalesFamily : Zingiberaceae MartinovGenus : Zingiber MillSpecies : Zingiber officinale Rosc.Sinonim : Amomum zingiber L.

Gambar 5. Rimpang Jahe merah (dok. pribadi, 2013)

2.4.3 Kandungan Senyawa Kimia Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.)

Bagian utama pada jahe yang dimanfaatkan adalah rimpangnya. Rimpang

jahe digunakan secara luas sebagai rempah bumbu dapur dan obat herbal untuk

beberapa penyakit. Rimpang jahe mengandung beberapa komponen kimia yang

berkhasiat bagi kesehatan. Rimpang jahe merah sudah digunakan sebagai obat

secara turuntemurun untuk beberapa macam penyakit seperti mual, sakit gigi,

demam reumatik. Jahe merah memiliki kandungan minyak atsiri dan pati yang

11

Page 12: cassia alata

lebih tinggi dibanding jenis jahe lain yaitu, kandungan minyak atsiri sekitar 3,90%

dan kandungan pati sekitar 52,9 %. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa dari

analisa kimia pada tanaman jahe dapat diketahui kandungan senyawa antara lain

flavonoida, polivenol, minyak atsiri (komponen utamanya adalah seskuiterpen

hidrokarbon dan monoterpen), gingerol (dapat terkonversi menjadi shogaol dan

zingeron), gingerdiol, gingerdion, zingiberen, zingiberol, paradol, limonene

(Supriadi, dkk., 2011).

2.5 Uji Aktivitas Antimikroba

Pada uji ini diukur respons pertumbuhan populasi mikroorganisme

terhadap agen antimikroba. Tujuan uji antimikroba (termasuk antibiotik dan

substansi antimikroba nonantibiotik, misalnya fenol, bisfenol, aldehid), adalah

untuk menentukan potensi dan kontrol kualitas selama proses produksi senyawa

antimikroba di pabrik, untuk menentukan farmakokinetik obat pada hewan atau

manusia, dan untuk memonitor dan mengontrol kemoterapi obat. Kegunaan uji

antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan

efisien. (Pratiwi, 2008).

2.5.1 Metode Disc Difussion (tes Kirby dan Bauer)

Metode ini untuk menentukan aktivitas agen antimikroba. Piringan yang

berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikroba

yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasi adanya

hambatan pertumbuhan mikroba oleh agen antimikroba pada permukaan media

agar (Pratiwi, 2008).

2.5.2 Metode Dilusi

12

Page 13: cassia alata

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua, yaitu Metode Dilusi Padat dan

Metode Dilusi Cair. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan Minimum

Inhibitory Concentration (MIC) dan Minimum Bactericidal/Fungicidal

Concentration. Dimana metode dilusi cair menggunakan tabung reaksi yang diisi

dengan agen anti mikroba yang diencerkan dengan media cair dan ditambahkan

dengan jamur atau bakteri uji.

Sedangkan untuk dilusi padat prinsipnya sama dengan metode dilusi cair,

hanya saja media yang digunakan adalah media padat, dimana agen anti mikroba

dengan konsentrasi tertentu di larutkan dalam media padat, setelah itu inokulasi

jamur atau bakteri uji di atas media padat tersebut (Pratiwi, 2008).

2.6 Ketokonazol

Antijamur imidazol (ketokonazol) merupakan obat yang aktif secara oral

dan bermanfaat untuk terapi pada infeksi jamur setempat atau sistemik luas.

Semua antijamur golongan azol termasuk ketokonazol bekerja melalui

penghambatan biosintesis ergosterol jamur. Ketokonazol bermanfaat pada

pengobatan kandidiasis mukokutan kronik dan pada bentuk ekstrameningeal

kronik dari blastomikosis, koksidioidomikosis, parakokidodiomikosis, dan

histoplasmosis (Brooks, dkk., 1996). Ketokonazol merupakan antijamur sistemik

per-oral yang penyerapannya bervariasi tiap individu. Obat ini menghasilkan

kadar plasma yang cukup untuk menekan aktivitas berbagai jenis jamur. Obat ini

memiliki efek samping seperti mual dan muntah. Efek samping lain yang lebih

jarang seperti nyeri epigastrik, vertigo, sakit kepala, gusi berdarah, erupsi kulit,

dan fotofobia. Laki-laki dapat mengalami ginekomastia dan pada wanita

menyebabkan haid pada tidak teratur hal dikarenakan obat ini menghambat

13

Page 14: cassia alata

biosintesis steroid melalui inhibisi enzim yang terkait dengan sitokrom P450.

Obat ini juga tidak dianjurkan untuk ibu hamil. Dosis untuk dewasa yaitu satu kali

200-400 mg sehari, sedangkan untuk anak-anak diberikan 3,3-6,6mg/kgBB/hari

(Gunawan, dkk., 2009).

2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas antimikroba

Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas antimikroba antara lain pH lingkungan,

komponen-komponen perbenihan, stabilitas obat, besarnya inokulum jamur, masa

pengeraman, aktivitas metabolik mikroba (Brooks, dkk., 1996).

2.8 Kerangka Penelitian

2.8.1 Kerangka Teori

14

Antifungal herbal (Ekstrak akar

gelinggang dan rimpang jahe merah)

Jamur Trichophyton

rubrum (Castell.)

Sabour., 1911

Efektif

Tidak efektif

Page 15: cassia alata

2.8.2 Kerangka Konsep

15

Tanaman gelinggang (Senna alata L.)

Tanaman Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.)

Akar Rimpang

Maserasi dengan pelarut etanol 96%

Filtrat

Uji Aktivitas Antifungal Metode dilusi padat

Kontrol + Antifungal Standar (Ketokonazol)

Jamur Trichophyton rubrum (Castell.) Sabour., 1911

Efektif Tidak efektif

Page 16: cassia alata

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian studi eksperimental ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu. Penelitian ini

berlangsung selama 4 bulan yaitu dari bulan September sampai Januari 2013.

Pembuatan skripsi berlangsung selama 3 bulan dari bulan Februari sampai April

2014.

3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan

3.2.1 Alat

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini, meliputi: Handscoon, cawan

petri 12,5 x 2,5 cm, tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas kimia 1000 ml,

autoklaf, pipet mikro, pipet tetes, batang pengaduk, pinset, kertas saring

Whatman 41, gelas ukur 250 ml dan 5 ml, labu erlenmeyer 500 ml, 250 ml,

100 ml, kawat ose, pipet pasteur, Spuit 5 ml, lampu spiritus, laminar air flow,

timer, lemari pendingin, inkubator (WTC binder), Rotary vacum evaporator,

penangas air/ hot plate, kertas label, plastik, jarum ose, penggaris millimeter,

kertas cakram, timbangan analitik, kapas, alumunium foil, cork borrer.

3.2.2 Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah akar gelinggang

(Senna alata L.) dan rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) yang

berasal dari Desa Tanjung Ganti I, Kecamatan Kelam Tengah, Kabupaten

Kaur Provinsi Bengkulu. Ekstraksi akar gelinggang dan rimpang jahe merah

16

Page 17: cassia alata

menggunakan pelarut etanol teknis 96%. Untuk uji antifungal menggunakan

bahan seperti media Potato Dextrose Agar (PDA), aquadest, etanol teknis

96%, antifungi (ketokonazol tablet 200 mg) sebagai kontrol positif, kertas

wathman, akuades steril, wrap serta biakan jamur T. rubrum downy strain.

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial,.

Pada percobaan ini terbagi menjadi 3 perlakuan yaitu, perlakuan yang

menggunakan ekstrak akar gelinggang, ekstrak rimpang jahe merah, dan

kombinasi dari kedua ekstrak tersebut.

3.4 Pengambilan Sampel

Bahan yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari akar tumbuhan

gelinggang dan rimpang jahe merah yang ada di Desa Tanjung Ganti I Kelam

Tengah, Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu. Pengambilan bahan ini dilakukan

pada tanggal 25 Oktober 2013 pada saat cuaca panas dan tidak hujan. Pelarut yang

digunakan untuk mendapatkan senyawa aktif yang terkandung dalam akar

gelinggang adalah dengan pelarut etanol 96%. Biakan jamur T. rubrum yang

digunakan pada penelitian ini diperoleh dari hasil biakan yang ada di

Laboratorium FMIPA Universitas Bengkulu.

3.5 Cara Kerja

3.5.1. Sterilisasi Alat dan Bahan

Semua alat sepeti cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, pipet tetes,

batang pengaduk, tabung rekasi, pipet ukur, penjepit, dan medium Potato

17

Page 18: cassia alata

Dextrose Agar sebelumnya dilapisi dengan kertas buram, setelah itu di sterilkan

menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15-20 menit.

3.5.2. Pembuatan Ekstrak Akar Gelinggang dan Rimpang Jahe Merah

Akar gelinggang dan rimpang jahe merah sebanyak 3 kg dipilih kemudian

dicuci bersih lalu di keringkan. Setelah itu masing-masing bahan dipotong kecil-

kecil dan dikeringanginkan. Lalu dimaserasi dengan menggunakan etanol 96%.

Dilakukan maserasi selama 3x24 jam pada suhu kamar sehingga diperoleh filtrat

dan residu. Kemudian ekstrak yang didapatkan diuapkan dalam penguap putar

(Rotary Vacum Evaporator) pada suhu 40 oC.

3.5.3 Pembuatan Media Tumbuh Jamur

Media untuk pertumbuhan jamur T. rubrum yang digunakan adalah Potato

Dextrose Agar (PDA). PDA memiliki komposisi per liter antara lain; Agar 15

gram, glukosa 20 gram, dan potato infusion 200 gram sama dengan 4 gram

ekstrak potato. Sehingga total PDA yang ditimbang sebanyak 39 gram serbuk

PDA, kemudian larutkan dengan aquades pada volume 1 liter. Setelah dipanaskan,

masukkan ke dalam labu Erlenmeyer dan selanjutnya sterilkan dalam autoklaf

dengan suhu 121˚C selama 15 menit. Setelah itu, Potato Dextrose Agar (PDA)

tuangkan secara aseptik pada cawan petri, dan Setelah sterilisasi dinginkan hingga

menjadi padat di tempat yang steril dan tertutup.

3.5.4 Pembuatan Larutan Kontrol Positif Ketokonazol

Gerus sediaan tablet ketokonazol 200 mg hingga halus dan ambil

sebanyak 0,0025 gram, kemudian larutkan didalam 0,5 ml akuades aduk sampai

homogen, sehingga diperoleh konsentrasi 5 mg/ml (Siswandono, 1995).

18

Page 19: cassia alata

3.5.6 Uji Minimum Inhibitory Concentation

Minimum inhibitory concentration (MIC) merupakan konsentrasi minimal

yang dapat menghambat T. rubrum. Lakukan pengamatan pada konsentrasi yang

memiliki daya hambat 70-80% terbaik pada masing – masing perlakukan ekstrak

akar gelinggang dan ekstrak rimpang jahe merah. Daya hambat 70-80% diambil

dari diameter pertumbuhan koloni jamur yang terkecil yang terbentuk. Pembuatan

konsentrasi dilakukan dengan cara pengenceran, pengenceran dimulai dari variasi

konsentrasi 0% sampai 100%. Untuk pembuatan konsentrasi 10% ekstrak rimpang

jahe merah, ambil ekstrak kental rimpang jahe merah sebanyak 0,1 gram, ekstrak

rimpang jahe merah kemudian dilarutkan dengan aquades sampai 1 ml. Untuk

konsentrasi 20% ambil ekstrak sebanyak 0,2 gram lalu dilarutkan sampai 1 ml

aquades, begitu seterusnya pada konsentrasi lain sampai konsentrasi 100%. Dari

pengenceran didapatkan variasi konsentrasi seperti dibawah ini :

3.5.7.1. Ekstrak akar gelinggang (larutan G)

G1 : 10 %G2 : 20 %G3 : 30 %G4 : 40 %G5 : 50 %

3.5.7.2 Ekstrak rimpang jahe merah (larutan J)

J1 : 10 %J2 : 20 %J3 : 30 %J4 : 40 %J5 : 50 %

Selanjutnya lakukan penentuan uji MIC dengan menggunakan metode

dilusi padat. Metode ini dilakukan dengan cara konsentrasi ekstrak antimikroba

19

G6 : 60 %G7 : 70 %G8 : 80%G9 : 90 %G10 : 100 %

J6 : 60 %J7 : 70 %J8 : 80 %J9 : 90 %J10 : 100%

Page 20: cassia alata

yang telah ditentukan dicampurkan dengan media PDA, setelah itu inkubasi pada

suhu 280 C sampai media memadat.

Setelah masing-masing media yang telah bercampur dengan tiap

konsentrasi ekstrak antimikroba memadat, ambil miselia jamur T. rubrum hasil

peremajaan dengan menggunakan cork borrer berukuran 0,7 cm lalu letakkan di

tengah media yang sudah padat, kemudian inkubasi pada suhu 250 C selama 7 hari

(Silvia, dkk., 2013). Setelah itu amati diameter koloni misellia T. rubrum yang

terbentuk. Semakin kecil diameter pertumbuhan koloni jamur yang tumbuh, maka

semakin besar daya hambat dari ekstrak tersebut.

3.5.7 Uji Efektivitas Kombinasi Ekstrak Akar Gelinggang dan Rimpang Jahe

Merah

Lakukan 5 perlakuan konsentrasi yang mendekati nilai daya hambat 70-

80%. Untuk pengujian aktivitas anti-fungal dilakukan dengan metode dilusi padat.

Beberapa perlakuan pada pengujian aktivitas anti-fungal ini, diantaranya:

3.5.7.1 Perlakuan ekstrak akar gelinggang dengan konsentrasi daya hambat

yang paling baik mendekati angka 70 – 80 % pada uji MIC (dikodekan

sebagai larutan G3). Kemudian dibuat pengenceran ke konsentrasi

lebih kecil dan lebih besar dengan jarak 7,5 % ( dikodekan sebagi

larutan G1, G2 < G3 > G4, G5.) dan tiap perlakuan dilakukan 5 kali

pengulangan

3.5.7.2 Perlakuan ekstrak jahe dengan konsentrasi daya hambat yang paling

baik mendekati angka 70 – 80 % pada uji MIC (dikodekan sebagai

larutan J3). Kemudian dibuat pengenceran ke konsentrasi lebih kecil

20

Page 21: cassia alata

dan lebih besar dengan jarak 7,5 % (dikodekan sebagi larutan J1, J2 <

J3 > J4, J5) dan tiap perlakuan lakukan 5 kali pengulangan.

3.5.7.3 Perlakuan kombinasi

Selain dilakukan perlakuan pada setiap masing-masing ekstrak akar

gelinggang dan rimpang jahe merah, lakukan perlakuan kombinasi dari

kedua ekstrak tersebut dengan tiap perlakuan lakukan 3 kali

pengulangan. Adapun perlakuan ekstrak kombinasi akar gelinggang dan

rimpang jahe merah dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 2. Perlakuan kombinasi ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah

G1 G2 G3 G4 G5

J1G1J1 G2J1 G3J1 G4J1 G5J1

J2G1J2 G2J2 34J2 G4J2 G5J2

J3G1J3 G2J3 G3J3 G4J3 G5J3

J4G1J4 G2J4 G3J4 G4J4 G5J4

J5G1J5 G2J5 G3J5 G4J5 G5J5

3.5.7.4 Setiap perlakuan ini akan diuji dengan cara :

3.5.7.4.1 Dimasukkan tiap konsentrasi ekstrak antimikroba sebanyak 1 ml

pada 9 ml Potato Dextrose Agar yang telah disterilisasi

sebelumnya pada tabung reaksi (Silvia, dkk., 2013).

21

Page 22: cassia alata

3.5.7.4.2 Dipindahkan ke dalam cawan petri steril dengan cara aseptik dan

dibiarkan sampai memadat.

3.5.7.4.3 Miselia jamur T. rubrum hasil peremajaan diambil menggunakan

cork borrer 0,7 cm dan diletakkan pada media yang telah memadat.

3.5.7.4.4 Diinkubasi pada suhu 250 C selama 7 hari.

3.5.8 Penghitungan Zona Hambat

Penghitungan zona hambat dilakukan dengan cara mengukur diameter

pertumbuhan jamur T. rubrum yang tumbuh pada media-media yang telah

dimasukkan dengan berbagai konsentrasi ekstrak antimikroba menggunakan

penggaris dengan satuan cm dengan melakukan pengukuran diameter pada 4 sisi.

Setelah itu pada hasil tiap pengukuran ke 4 sisi tersebut lalu dirata-ratakan.

Adapun rumus untuk menghitung persentase penghambatan tersebut adalah

sebagai berikut :

X = b−a

bx 100%

Keterangan :

X = Persentase penghambat (%)

a = Diameter pertumbuhan T. rubrum pada perlakuan

b = Diameter pertumbuhan T. rubrum pada kontrol

3.6 Analisis Data

Penelitian ini adalah studi analitik eksperimental laboratorium.

Hasil pengukuran daya hambat yang terbetuk pada uji efektifitas tersebut

ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.

22

Page 23: cassia alata

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Awal Penentuan Minimum Inhibitory Concentration

Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan, pada tahap awal uji ini

diambil sebanyak 10 konsentrasi, yaitu dari konsentrasi 10%-100% (10%, 20%,

30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, dan 100%) dengan kenaikan tiap

konsentrasi hanya sebanyak 10% dengan menggunakan akuades steril sebagai

pelarutnya. Hasil perhitungan daya hambat dari ekstrak akar gelinggang dan

ekstrak rimpang jahe merah dapat dilihat pada Gambar 6 dan 7.

10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%0

10

20

30

40

50

60

70

Konsentrasi Ekstrak Akar Gelinggang

Rat

a-ra

ta D

aya

Ham

bat

(%

)

Gambar 6. Hubungan Antara Daya Hambat Ekstrak Akar Gelinggang Terhadap Pertumbuhan Jamur T. rubrum

Dari data pada Gambar 6 terlihat bahwa konsentrasi yang paling baik dalam

menghambat pertumbuhan jamur T. rubrum yaitu pada konsentrasi 90%, dan

konsentrasi yang paling lemah dalam menghambat pertumbuhan jamur T. rubrum

yaitu pada konsentrasi 10%. Sehingga diambil 70%-80% terbaik dari konsentrasi

ekstrak akar gelinggang yaitu pada konsentrasi 30%. Selanjutnya hasil uji MIC

23

Page 24: cassia alata

pada konsentrasi 30% (G3) digunakan sebagai titik tengah dan dibuat variasi

konsentrasi lebih besar dan lebih kecil dengan jarak 7,5%, dan didapatkan 5

konsentrasi yang digunakan untuk uji efektivitas yaitu, 15% (G1), 22,5% (G2),

30% (G3), 37,5% (G4), dan 45% (G5). Selanjutnya kelima konsentrasi tersebut

digunakan pada uji efektivitas terhadap T. rubrum.

10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%05

1015202530354045

Konsentrasi Ekstrak Rimpang Jahe merah

Rat

a-ra

ta d

aya

ham

bat

(%

)

Gambar 7. Hubungan antara daya hambat ekstrak rimpang jahe merah terhadappertumbuhan jamur T. rubrum

Dari data pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa konsentrasi yang paling baik

dari ekstrak rimpang jahe merah dalam menghambat pertumbuhan jamur T.

rubrum yaitu pada konsentrasi 80%, dan konsentrasi yang paling lemah dalam

menghambat pertumbuhan jamur T. rubrum yaitu pada konsentrasi 30%.

Sehingga diambil 70%-80% terbaik dari konsentrasi ekstrak rimpang jahe merah

yaitu pada konsentrasi 50%. Selanjutnya hasil uji MIC pada konsenrasi 50% (J3)

digunakan sebagai titik tengah dan dibuat variasi konsentrasi lebih besar dan lebih

kecil dengan jarak 7,5%, dan didapatkan 5 konsentrasi yang digunakan untuk uji

efektivitas yaitu, 35% (J1), 42,5% (J2), 50% (J3), 57,5% (J4), dan 65% (J5).

Selanjutnya kelima konsentrasi tersebut diuji efektivitasya terhadap T. rubrum.

24

Page 25: cassia alata

4.2 Uji Efektivitas

Uji efektivitas ekstrak akar gelinggang (Senna alata L.) maupun rimpang

jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) terhadap jamur T. rubrum dilakukan

dengan menggunakan metode dilusi padat. Sebanyak 1 ml konsentrasi ekstrak

antimikroba dicampurkan pada 9 ml Potato Dextrose Agar yang telah disterilisasi

sebelumnya di dalam tabung reaksi.

Lalu dipindahkan ke dalam cawan petri steril dengan cara aseptik dan dibiarkan

sampai memadat. Setelah itu miselia jamur T. rubrum hasil peremajaan diletakan

di atas media yang telah memadat tadi menggunakan cork borrer 0,7 cm. Setelah

diinkubasi pada suhu 250 C selama 7 hari, terbentuk pertumbuhan dari jamur T.

rubrum. Semakin kecil diameter pertumbuhannya berarti semakin besar daya

hambat dari ekstrak tersebut. Dari hasil pengukuran terhadap kontrol negatif

didapatkan besarnya pertumbuhan dari jamur T. rubrum yaitu sebesar 4,3 cm.

Daya hambat dari ekstrak tersebut terhadap pertumbuhn T. rubrum ini di

tampilkan dalam bentuk persentase, dimana untuk menghitung persentase tersebut

menggunakan rumus sebagai berikut (Silvia, dkk., 2013).

X = b−a

bx 100%

Keterangan :

X = Persentase penghambat (%)

a = Diameter pertumbuhan T. rubrum pada perlakuan

b = Diameter pertumbuhan T. rubrum pada kontrol

Adapun hasil penghitungan diameter daya hambat dan persentase rata-rata

daya hambat dari ekstrak akar gelinggang G1, G2, G3, G4, dan G5, rimpang jahe

25

Page 26: cassia alata

merah J1, J2, J3, J4, dan J5 maupun kombinasi terhadap pertumbuhan T. rubrum

yang terbentuk dapat dilihat pada Tabel 3, 4, dan 5

Tabel 3. Data rata-rata Diameter dan Persentase Daya Hambat Pengaruh Dari Ekstrak Akar Gelinggang (Senna alata L.) Terhadap Pertumbuhan T. rubrum (Castell.) Sabour., 1911

Perlakuan (Kode)Pengulangan (cm) Persentase

Daya Hambat (%)1 2 3 4 5

15% (G1) 1,52 1,62 1,77 2,02 1,8 59,394

22,5% (G2) 1,5 1,65 1,42 1,75 1,22 64,926

30% (G3) 1,3 1,3 1,32 1,72 1,32 67,624

37,5% (G4) 1,35 1,1 1,2 1,25 1,35 70,926

45% (G5) 1,22 1,15 1,12 1,17 1,3 72,274

Ketoconazole 1,45 1,75 1,5 1,17 1,25 64,41

Dari data Tabel 3 dapat dilihat terjadi peningkatan daya hambat dari

konsentrasi yang terkecil hingga konsentrasi terbesar. Untuk konsentrasi 15%

(G1) dari ekstrak akar gelinggang (Senna alata L.) dihasilkan daya hambat

terhadap pertumbuhan T. rubrum sebesar 59,394%, dan konsentrasi 22,5% (G2)

daya hambatnya sebesar 64,926%, dimana pada konsentrasi ini terjadi daya

hambat yang hampir sama besar dengan daya hambat yang dihasilkan pada

kontrol positif, konsentrasi 30% (G3) daya hambatnya 67,624%, konsentrasi

37,5% (G4) daya hambatnya sebesar 70,926%, sedangkan untuk konsentrasi 45%

(G5) daya hambat yang terbentuk sebesar 72,274%, konsentrasi 45% (G5) ini

memiliki daya hambat jauh lebih besar dibandingkan dengan daya hambat yang

dihasilkan oleh kontrol positif.

26

Page 27: cassia alata

Grafik hubungan antara besarnya persentase daya hambat pertumbuhan

dari T. rubrum dengan ekstrak Akar Gelinggang (Senna alata L.) dapat dilihat

pada Gambar 8.

15.00% 22.50% 30.00% 37.50% 45.00%0

1020304050607080

Konsentrasi Ekstrak Akar Gelinggang

Rat

a-ra

ta D

aya

Ham

bat

(%

)

Gambar 8. Grafik hubungan antara besarnya persentase daya hambat pertumbuhan dari T. rubrum dengan ekstrak akar gelinggang (Senna alata L.)

Dari data grafik Gambar 8 dapat dilihat terjadi peningkatan daya hambat

terhadap pertumbuhan jamur T. rubrum dan kondisi ini berbanding lurus dengan

peningkatan konsentrasi dari ekstrak akar gelinggang (Senna alata L.) tersebut,

dengan konsentrasi 45% (G5) sebagai konsentrasi yang memiliki persentase daya

hambat paling besar dibandingkan konsentrasi ekstrak akar gelinggang lainnya,

dan konsentrasi 15% (G1) memiliki daya hambat terkecil dari semua konsentrasi

ekstrak akar gelinggang yang telah diujikan. Hal ini menunjukan bahwa semakin

tinggi konsentrasi dari ekstrak tersebut semakin besar pula daya hambat yang

dihasilkan. Jadi jelas bahwa zat antimikroba tersebut memiliki sifat concentration

dipendent killing, yang artinya semakin tinggi konsntrasi zat antimikroba tersebut

semakin besar pula daya bunuh atau daya hambatnya terhadap mikroba

(Gunawan, dkk., 2009).

27

Page 28: cassia alata

Akar gelinggang mempunyai kandungan senyawa kimia seperti fenolik,

antrakuinon (Rhein, aloe-emodin, emodin, chrysophanol dan physcion), tanin,

alkaloid, fenol dan flavonoid (Mahmood, 2008). Dari beberapa kandungan

senyawa kimia tersebut juga terdapat pada bagian lain dari tumbuhan gelinggang

(Senna alata L.) yaitu bagian daunnya, seperti flavonoid, alkaloid, atrakuinon,

tanin (Hujjatusnaini, 2010). Beberapa penelitian membuktikan bahwa kandungan

senyawa kimia tersebut memiliki efek sebagai antifungal.

Hasil penelitian Hujjatusnaini (2010) menunjukkan daya hambat ekstrak

daun Senna alata L. yang efektif dalam menghambat jamur Trichophyton sp pada

konsentrasi 60% dengan lama kultur 1x24 sampai 2x24 jam setelah perlakuan.

Mekanisme dari kandungan senyawa antifungal yang terkandung dalam tanaman

gelinggang (Senna alata L.) tersebut dalam menghabat pertumbuhan jamur

Trichophyton sp adalah dengan cara menghambat kerja dari enzim tertentu yang

ada pada jamur dan mengakibatkan terganggunya metabolisme dari sel jamur,

sehingga akan menghambat proses pemanjangan hifa (misellium) pada jamur.

Terjadinya penghambatan dari fragmentasi hifa (misellium) disebabkan karena

terjadinya kerusakan pada jaringan hifa tersebut, secara bersamaan sel-sel jamur

tersebut sangat rentan terhadap fluktuasi dari perubahan lingkungan dan

menyebabkan sel jamur tidak dapat bertahan hidup. Hal ini bisa dikatakan bahwa

sel jamur tidak dapat berkembang biak sebagaimana mestinya, hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh (Hujjatusnaini, 2010) tentang uji pengaruh

ekstrak daun ketepeng cina (Senna alata L.) terhadap pertumbuhan Trichophyton

sp. Untuk mekanisme dari senyawa flavonoid sebagai antifungal adalah dengan

28

Page 29: cassia alata

cara mendenaturasikan protein dan membuat lisis membrane sel jamur yang

bersifat irreversibel (Robinson, 1995).

Menurut (Windarwati, 2011) mekanisme senyawa fenol dalam

menghambat pertumbuhan mikroba adalah dengan cara mengendapkan protein sel

si mikroba, merusak dan menembus dinding sel, serta merusak protoplasma dari si

mikroba. Enzim pada mikroba juga dapat didenaturasi oleh komponen dari

senyawa fenol dimana enzim tersebut bertanggung jawab terhadap asam amino

yang terlibat dalam proses germinas atau dengan kata lain berpengaruh terhadap

germinasi spora. Enzim esensial di dalam sel mikroba dapat diinaktifkan oleh

senyawa fenolik yang bermolekul besar walaupun pada konsentrasi yang sangat

rendah.

Selain itu senyawa fenol juga dapat memutuskan ikatan peptidoglikan yang

nantinya dapat menembus dinding sel mikroba. Setelah menembus dinding sel si

mikroba, terjadilah kebocoran nutrien sel dari mikroba, hal ini dikarenakan

larutnya komponen-komponen dari membran sel yang berikatan secara

hidrofobik, serta rusaknya komponen-komponen tersebut yang berakibat

meningkatnya permeabilitas membran. Sehingga mengakibatkan terhambatnya

aktivitas dan biosintesa enzim-enzim spesifik yang diperlukan dalam reaksi

metabolisme akibat kerusakan dari membran sel (Robinson, 1995).

29

Page 30: cassia alata

Tabel 4. Data rata-rata Diameter dan Persentase Daya Hambat Pengaruh Dari Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.) Terhadap Pertumbuhan T. rubrum

Perlakuan (Kode)

Pengulangan (cm)

Rata-rata (cm)

Persentase daya hambat

(%)1 2 3 4 5

35% (J1) 2,5 2,9 2,52 2,32 2,6 2,57 40,27

42,5% (J2) 2,45 2,4 2,12 2,6 2,63 2,44 43,27

50% (J3) 2,47 1,42 2,3 2,52 2,52 2,25 47,76

57,5% (J4) 2,5 2,67 2,37 2,3 2,4 2,45 43,39

65% (J5) 2,65 2,55 2,75 2,32 2,7 2,59 39,67

Ketoconazole 1,45 1,75 1,5 1,17 1,25 1,42 64,41

Untuk data daya hambat dari ekstrak rimpang jahe merah (Zingiber

officinale Rosc.) ini tidak ada satupun konsentrasi yang melebihi ataupun

menyamai besarnya daya hambat dari kontrol positif. Dimana untuk konsentrasi

35% (J1) persentase daya hambat yang terbentuk hanya sebesar 40,27%,

konsentrasi 42,5% (J2) sebesar 43,27%, konsentrasi 50% (J3) sebesar 47,76%

yang merupakan konsentrasi dengan daya hambat paling besar dari semua

konsentrasi ekstrak rimpang jahe merah, dan untuk konsetrasi 57,5% (J4)

memiliki daya hambat sebesar 43,39%, sedangkan konsentrasi 65% (J5)

merupakan konsentrasi dengan daya hambat terkecil dengan daya hambat sebesar

39,67%.

Grafik hubungan antara besarnya persentase daya hambat pertumbuhan

dari T. rubrum dengan ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.)

dapat dilihat pada Gambar 9.

30

Page 31: cassia alata

35.00% 42.50% 50.00% 57.50% 65.00%0

10

20

30

40

50

Konsentrasi Ekstrak Rimpang Jahe Merah

Rat

a-ra

ta D

aya

Ham

bat

(%

)

Gambar 9. Grafik hubungan antara besarnya persentase daya hambat pertumbuhan dari T. rubrum dengan ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.)

Dari data grafik (Gambar 9) terlihat terjadi peningkatan daya hambat pada

konsentrasi 35% (J1) sampai dengan konsentrasi 50% (J3) dan mengalami

penurunan pada konsentrasi 50% (J3) sampai dengan konsentrasi 65% (J5).

Kondisi ini dikarenakan zat antimikroba yang bersifat time dipendent killing, yaitu

zat antimikroba jika kadarnya dipertahankan sedikit lama di atas kadar hambat

minimum/MIC akan menghasilkan daya bunuh maksimal terhadap mikroba.

Kadar konsentrasi zat antimikroba yang sangat tinggi tidak meningkatkan

efektivitas untuk membunuh kuman (Gunawan. dkk., 2009). Jadi, jelas disini yang

dibutuhkan adalah memperlama pajanan antimikroba kepada si mikroba.

Besarnya daya hambat yang dihasilkan oleh ekstrak rimpang jahe merah

(Zingiber officinale Rosc.) terhadap pertumbuhan dari jamur T. rubrum ini tidak

sebesar daya hambat yang dihasilkan oleh ekstrak akar gelinggang (Senna alata

L.). Hal ini dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas dari

ekstrak rimpang jahe merah, seperti suhu. Dimana beberapa senyawa yang

terkandung dalam rimpang jahe merah yang berfungsi sebagai antifungal hanya

tahan pada suhu tertentu. Dimana untuk senyawa seperti gingerol yang

31

Page 32: cassia alata

terkandung dalam rimpang jahe dapat dihasilkan rendemen yang paling tinggi

hanya pada suhu 400 C. Jika suhu lebih rendah dari suhu tersebut rendemen yang

dihasilkan juga akan semakin sedikit. dan jika suhu di atas 450C gingerol akan

berubah menjadi shagol (Gaedcke, 2005).

32

Page 33: cassia alata

Tabel 5. Data Rata-rata Diameter Pertumbuhan dan Persentase Untuk Perlakuan Kombinasi Ekstrak Akar Gelinggang (Senna alata L.) dan rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) terhadap pertumbuhan jamur T. rubrum (Castell.) Sabour

Perlakuan Kombinasi (Kode)Rata-Rata Persentase Daya

Hambat (%)35% (J1) 15% (G1) 40,54

35% (J1) 22,5% (G2) 53,33

35% (J1) 30% (G3) 61,70

35% (J1) 37,5% (G4) 51,97

35% (J1) 45% (G5) 57,67

42,5% (J2) 15% (G1) 41,93

42,5% (J2) 22,5% (G2) 57,05

42,5% (J2) 30% (G3) 56,04

42,5% (J2) 37,5% (G4) 61,46

42,5% (J2) 45% (G5) 46,35

50% (J3) 15% (G1) 52,38

50% (J3) 22,5% (G2) 55,65

50% (J3) 30% (G3) 52,94

50% (J3) 37,5% (G4) 48,29

50% (J3) 45% (G5) 52,4

57,5% ( J4) 15% (G1) 47,09

57,5% ( J4) 22,5% (G2) 44,64

57,5% ( J4) 30% (G3) 46,89

57,5% ( J4) 37,5% (G4) 57,20

57,5% ( J4) 45% (G5) 51,62

65% (J5) 15% (G1) 38,21

65% (J5) 22,5% (G2) 40,92

65% (J5) 30% (G3) 62,47

65% (J5) 37,5% (G4) 51,77

65% (J5) 45% (G5) 54,10

Pada Tabel 5 dapat dilihat hasil dengan persentase daya hambat tertinggi

konsentrasi dari kombinasi ekstrak rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.)

33

Page 34: cassia alata

dan akar gelinggang (Senna alata L.) berada pada angka 62,47% yaitu pada

kombinasi 65% (J5) 30% (G3) dan untuk persentase daya hambat terendah dari

kombinasi ekstrak rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) dan akar

gelinggang (Senna alata L.) adalah sebesar 38,21% yaitu pada kombinasi 65%

(J5) 15% (G1). Jika dibandingkan dengan persentase daya hambat ynag dihasilkan

oleh ekstrak akar gelinggag (Senna alata L.) saja, rata-rata konsentrasi dari

kombinasi ekstrak akar gelinggang (Senna alata L.) dan rimapng jahe merah

(Zingiber officinale Rosc.) memiliki persentase daya hambat yang lebih rendah.

Tetapi nilai persentase daya hambat tertinggi dari kombinasi ekstrak rimpang jahe

merah (Zingiber officinale Rosc.) dan akar gelinggang (Senna alata L.) yaitu pada

kombinasi 65% (J5) 30% (G3) hampir mendekati nilai persentase dari daya

hambat yang dihasilkan oleh kontrol positif (ketokonazole). Sedangkan jika

dibandingkan dengan rata-rata persentase daya hambat yang dihasilkan oleh

ekstrak rimpang jehe merah (Zingiber officinale Rosc.) saja, persentase daya

hambat yang dihasilkan oleh kombinasi ekstrak rimpang jahe merah (Zingiber

officinale Rosc.) dan akar gelinggang (Senna alata L.) masih memiliki persentase

daya hambat yang jauh lebih tinggi.

(Hayati, dkk., 2010) menjelaskan bahwa sampel tanaman yang sama tetapi

berasal dari daerah yang berbeda akan memberikan aktivitas yang berbeda pula.

Hal ini dikarenakan variasi dan jumlah senyawa aktif dalam tanaman dipengaruhi

oleh beberapa faktor, seperti : lingkungan geografis, iklim, tanah, morfologi

tanaman, serta sifat sinergis atau antagonis senyawa- senyawa dalam tanaman

tersebut.

34

Page 35: cassia alata

Adapun beberapa faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi besarnya

daya hambat yang terbentuk pada uji yang telah dilakukan, yaitu antara lain

seperti jumlah dari mikroba (jamur) yang telah diinokulasikan pada cawan petri

yang telah diberikan senyawa antimikroba, dan kecepatan pertumbuhan mikroba

yang telah diujikan, serta kerentanan dari mikroba itu sendiri (WKU, 2005).

Selain itu juga pengaruh banyaknya konsentrasi senyawa antimikroba yang

diberikan kepada mikroba yang diujikan turut serta berperan terhadap besarnya

daya hambat yang terbentuk. Ini sering disebut juga sebagai concentration

dependent killing. Pada kondisi ini senyawa antimokroba akan menghasilkan daya

bunuh yang tinggi jika kadarnya diberikan dalam jumlah yang cukup tinggi

(Gunawan, dkk., 2009). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Hujjatusnaini,

2010) juga memperlihatkan perbandingan antara umur kultur 1x24 jam

dibandingkan dengan 4x24 dari konsentrasi ekstrak antimikroba yang diujikan

kepada Trichophyton sp, dimana kadar efektifitas dari senyawa antimikroba

tersebut memperlihatkan penurunan daya hambat pada umur kultur 4x24. Hal ini

menjelaskan bahwa kadar dari senyawa antimikroba berpengaruh terhadap waktu,

jadi semakin lama kadar senyawa tersebut tersebut diberikan maka efektifitasnya

juga akan semakin berkurang, sehingga perlu diberikan penambahan atau

pemberian ulang senyawa antimikroba. Ini perlu diperhatikan jika ingin

diaplikasikan untuk pengobatan terhadap infeksi yang disebabkan oleh jamur.

Beberapa zat aktif yang berperan sebagai antimikroba dalam jahe merah

masih belum diketahui interaksinya, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut untuk mengetahui kemungkinan efek sinergisnya atau antagonisnya,

sama halnya dengan kombinasi dari ekstrak rimpang jahe merah dan akar

35

Page 36: cassia alata

gelinggang yang masih memerlukan penelitian lebih lanjut mengenai efek

antagonis dari senyawa kimia yang terkandung dalam kedua ekstrak tersebut.

4.3 Analisis Data

Tabel 6. Tabel ANOVA dari Data Persentase Daya Hambat Kombinasi Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.) dan Akar Gelinggang (Senna alata L.).

SK JK Db KT f-hitF table

5% 1%

Perlakuan 3304,04 24 137,668 2,56 s 1,74 2,18

Jahe 182,91 4 45,727 0,850 2,56 3,72

Gelinggang 1279,48 4 319,870 5,949 s 2,56 3,72

Interaksi

Jahe*Gelinggang1841,65 16 115,103 2,141 s 1,85 2,38

Galat 2688,26 50 53,765

Total 5992,3 74

Dari data Tabel 6 didapatkan bahwa nilai dari F hitung dari interaksi akar

gelinggang dan rimpang jahe merah lebih besar dari pada nilai F tabel pada taraf

1%, yang berarti bernilai signifikan dimana untuk nilai interaksi dari akar

gelinggang dan rimpang jahe merah adalah sebesar 2,141, sedangkan F tabel pada

taraf 1 % bernilai 2,38. Kemudian data tersebut masuk dalam kriteria untuk

dilakukan uji lanjut. Adapun uji lanjut yang digunakan adalah uji BNT.

Setlah dilakukan uji BNT dari data tersebut, maka hasil dari uji yang telah

dilakukan ditampilkan pada Tabel 7.

36

Page 37: cassia alata

Tabel 7. Data Hasil Uji BNT Dari Perlakuan Kombinasi Ekstrak Akar Gelinggang (Senna alata L.) dan Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.)

Konsentrasi (%)

Notasi* BNT 1%

J5G1 a 14,384

J1G1 ab

J5G2 ab

J2G1 abc

J4G2 abcd

J2G5 abcd

J4G3 abcd

J4G1 abcd

J3G4 abcde

J2G4 abcde

J4G5 abcde

J5G4 abcde

J1G4 abcde

J3G1 abcde

J3G5 abcde

J3G3 bcde

J1G2 bcde

J5G5 bcde

J3G2 cde

J2G3 cde

J2G2 de

J4G4 de

J1G5 de

J1G3 e

J5G3 e

Keterangan : * = notasi yang sama menunjukkan perlakuan yang memiliki

hasil tidak berbeda nyata.

37

Page 38: cassia alata

Konsentrasi kombinasi ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah

yang secara statistik efektif dalam menghambat pertumbuhan T. rubrum adalah

konsentrasi J1G3, karena konsentrasi J1G3 merupakan konsentrasi terendah yang

mempunyai daya hambat yang efektif, sehingga pemilihan konsentrasi kombinasi

yang paling efektif adalah ekstrak rimpang jahe merah pada konsentrasi 35% (J1)

dikombinasikan dengan akar gelinggang pada konsentrasi 22,5% (G3).

38

Page 39: cassia alata

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwa :

1. Kombinasi ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah memiliki

daya hambat paling efektif terhadap T. rubrum yaitu pada kombinasi

J1G3

2. Daya hambat yang dihasilkan oleh akar gelinggang saja jauh lebih besar

dibandingkan dengan kombinasi rimpang jahe merah dan akar

gelinggang maupun rimpang jahe merah saja

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan fitokimia lebih lanjut untuk melihat efek sinergis dan

antagonis dari kombinasi ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe

merah.

2. Melakukan uji antifungi dari kombinasi ekstrak tersebut terhadap jenis

jamur yang lain.

3. Perlu dilakukan uji efek antifungal dari kombinasi ekstrak akar

gelinggang dan rimpang jahe merah secara in vivo terhadap hewan

coba.

39

Page 40: cassia alata

DAFTAR PUSTAKA

Agustine R. 2012. Perbandingan Sensitivitas dan Spesifisitas Pemeriksaan Sediaan Langsung KOH 20% Dengan Sentrifugasi dan Tanpa Sentrifugasi

Tinea Kruris. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. http://repository.unand.ac.id/18063/1/Perbandingan%20Sensitivitas%20Dan%20Spesifitas%20pemeriksaan%20sediaan%20langsung%20KOH%2020%25%20dengan%20Sentrifugasi%20dan%20tanpa%20sentrifugasi%20pada%20tinea%20kruris.pdf Diakses 25 April 2014

Alexopoulus J.C, Mims C.W, dan Well B. M. 1996. Introductory Mycology. Fourth Edition. Jhon Wiley & Sons. INC. New York

Brooks, Butel and Morse. 2008. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick & Adelberg. Edisi 23. EGC. Jakarta

Ellis D, Davis H, Handke R dan Bartley R. 2007. Descriptions Of Medical Fungi. Second Edition. Mycology Unit Women’s and Children’s Hospital. School Molecular and Biomedical Science University Of Adelaide. North Adelaide, Australia.

Fernand V. E. 2008. Determination of Pharmacologically Active Compounds in Root Extracts of Cassia alata L. by use of High Performance Liquid Chromatography. Journal of National Institute of Health (NIC Public Medicine Access). http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2276639/ . (Edisi 74(4) ) : pp 896-902

Gaedcke, F. dan Feistel, B., (2005), ―Ginger Extract Preparation‖, U.S. Patent No. 10/496885. Dalam Ramadhan A., Phaza H. 2010. Pengaruh Konsentrasi Etanol, Suhu dan Jumlah Stage Pada Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber officinale Rosc) Secara Batch. Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro Semarang.http://eprints.undip.ac.id/13902/1/Laporan_Penelitian_Pengaruh_Konsentrasi_etanol,_suhu_dan_jumlah_stage_pada_ekstraksi_oleoresin_ja.pdf. Diakses 07 april 2014

Gunawan S. G., Nafrialdi R. S, dan Elisabeth. 2009. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Universitas Indonesia. Jakarta. pp 574-595

Hayati E. K, Fasyah A. G, dan Sa’adah L. 2010. Fraksinasi dan identifikasi senyawa tanin pada daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L). Jurnal Kimia 4(2). Hal:193-200

40

Page 41: cassia alata

Hirt M. H, dan M'Pia Bindanda. 2008. Natural Medicine in the Tropics I: Foundation text. anamed, Winnenden, Jerman

Hujjatusnaini N. 2010. Uji Potensi Ekstrak Ketepang Cina (Cassia alata L.) Terhadap Penghambatan Pertumbuhan Trichopyton sp. Tesis. Jurnal Universitas Islam Negeri Malang. http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/lemlit/article/view/2050/pdf Diakses 12 Januari 2014

Kusriningrum R.S. 2010. Perancangan Percobaan. Airlangga University Press.. Surabaya. pp 213 -215.

Mahmood El dan Doughari. 2008. Phytochemical screening and antibacterial evaluation of the leaf and root extracts of Cassia alata Linn. African Journal of Pharmacy and Pharmacology.http://sciencestage.com/uploads/text/XYnbyotXVTVzOJvCJf1I.pdf.(Edisi 2 (7) : pp. 124-129

Pratiwi S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga. Jakarta. pp 188-191.

Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi VI. ITB: Bandung.

Schauenberg P dan Paris F. 1977. Guide to medical plants. Keats Publishing New Canaan CT

Silvia F., Raharjo., dan Guntur T. 2013. Aktivitas Antifungi Ekstrak Daun Kedondong (Spondias pinnata) dalam Menghambat Pertumbuhan Aspergillus flavus. Jurnal Lentera Bio. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio (Vol. 2 No. 2) : pp 125-129. Diakses 15 desember 2013

Siswandono S. B. 1995. Kimia Medisinal, Edisi I. Universitas Airlangga. Surabaya.

Supriadi., Yusron M., dan Wahyuno D. 2011. JAHE (Zingiber officinale Rosc.). Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Bogor

Venkatesan G. 2007. Trichophyton rubrum – the predominant etiological agent in human dermatophytoses in Chennai, India. African Journal of Microbiology Research. http://www.academicjournals.org/ajmr/pdf/Pdf2007/May/Venkatesan.pdf. pp. 009-012. diakses 25 januari 2014

Warrell D, Cox T, dan Firth J. 2012. Oxford Textbook of Medicine : Infection. Oxford University Press : United Kingdom.

41

Page 42: cassia alata

Weller R, Hunter J, dan Dahl M. 2008. Cinical Dermatology. Fourth Edition. Blackwell publishing. USA.

Windarwati S. 2011. Pemanfaatan Fraksi Aktif Ekstrak Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) Sebagai Zat Antimikroba dan Antioksidan Dalam Sediaan Kosmetik. Tesis. IPB Bogor. http://fateta.ipb.ac.id/~tin/images/stories/jurnal/TESIS,%20POSTER%20PENELITIAN/Sri%20Windarwati%20%20F351074011/F351074011Sri%20Windarwati.pdf. Diakses 11 april 2014

WKU. 2005. Microbiology, General microbiology Lab Biology 208. Biology- Western Kentucky University.http://bioweb.wku.edu/courses/Biol208/Lab_Manual/208%20week%205-5.pdf.

42

Page 43: cassia alata

LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto- foto Penelitian Cara Pembuatan Ekstrak

43

Gambar 1. Pencucian bahan yang akan diekstraksi

Gambar 2. Pengeringan bahan setelah proses pencucian

Gambar 3. Proses pengering anginan potongan bahan yang akan

diekstrak

Gambar 4. Proses maserasi bahan menggunakan pelarut etanol 96%

Page 44: cassia alata

44

Gambar 5. Proses penyaringan bahan setelah maserasi

Gambar 6. Proses pemisahan pelarut dan ekstrak (Rotary

Evaporator)

Gambar 7. Proses water bath Gambar 8. Hasil ekstraksi

Page 45: cassia alata

Lampiran 2. Alat-alat yang digunakan

45

Gambar 9. Timbangan Analitik

Gambar 11. Hot Plate Gambar 12. Vortex

Gambar 13. Laminar air flow Gambar 14. Alat gelas

Gambar 15. Mikropipet dan Tip

Page 46: cassia alata

Lampiran 3. Proses Uji Efektivitas

46

Gambar 24. Pencucian alat Gambar 25. Proses pembuatan media PDA

Gambar 26. Proses pensterilan alat menggunakan Autoklaf

Gambar 27. Proses peremajaan jamur dalam agar NB yang akan digunakan untuk uji efektivitas

Page 47: cassia alata

47

Gambar 28. Hasil pembuatan media agar yang sudah diberikan ekstrak

rimpang jahe merah

Gambar 29. Proses inokulasi jamur pada media yang berisi ekstrak antifungal

Gambar 28. Hasil pembuatan media agar yang sudah diberikan ekstrak

gelinggang

Gambar 28. Hasil peremajaan jamur T. rubrum yang siap diinokulasi ke media

agar berisi ekstrak

Page 48: cassia alata

Lampiran 4. Foto Hasil Uji Efektivitas

a. Akar Gelinggang

48

Gambar 4.3. Hasil Uji Efektivitas Akar Gelinggang

15% (G1)

Gambar 4.4. Hasil Uji Efektivitas Akar Gelinggang

22,5% (G2)

Gambar 4.5 Hasil Uji Efektivitas Akar Gelinggang

30% (G3)

Gambar 4.6 Hasil Uji Efektivitas Akar Gelinggang

37,5% (G4)

Gambar 4.7 Hasil Uji Efektivitas Akar Gelinggang

45% (G7)

Gambar 4.8 Hasil Uji Kontrol Positif (Ketokonazole)

1,5 cm1,75 cm

1,25 cm 1,39 cm

1,19 cm 1,42 cm

Page 49: cassia alata

b. Rimpang Jahe Merah

49

Gambar 4.10 Hasil Uji Efektivitas Rimpang Jahe

Merah 35% (J1)

Gambar 4.11 Hasil Uji Efektivitas Rimpang Jahe

Merah 42,5% (J2)

Gambar 4.12 Hasil Uji Efektivitas Rimpang Jahe

Merah 50% (J3)

Gambar 4.13 Hasil Uji Efektivitas Rimpang Jahe

Merah 57,5% (J4)

Gambar 4.14 Hasil Uji Efektivitas Rimpang Jahe

Merah 65% (J5)

Gambar 4.15 Hasil Uji Kontrol Positif (Ketokonazole)

2,57 cm2,44 cm

2,25 cm2,45 cm

2,59 cm 1,42 cm

Page 50: cassia alata

c. Kombinasi Akar Gelinggang dan Rimmpang Jahe Merah

50

Gambar 4.17 Hasil Uji Efektivitas Kombinasi Terkecil (J1G1)

Gambar 4.18 Hasil Uji Efektivitas Kombinasi Terbesar (J5G3)

Gambar 4.19 Hasil Uji Kontrol Negatif (Aquades)

Gambar 4.20 Hasil Uji Kontrol Positif (Ketokonazole)

2,56 cm 1,61 cm

4,3 cm 1,42 cm

Page 51: cassia alata

Lampiran 4. Perhitungan ANOVA Pengaruh Ekstrak Rimpang Jahe Merah dan Akar Gelinggang Terhadap Pertumbuhan T. rubrum (Castell.) Sabour

Tabel 1 Data Rata-rata Presentase Daya Hambat pengaruh dari Ekstrak Rimpang Jahe Merah

Konsentrasi Pengulangan Jumlah Rata-rata1 2 3 4 5

35% (J1) 41,86 32,55 41,39 46,04 39,53 201,37 40,2742,5% (J2) 43,02 44,18 50,69 39,53 38,95 216,37 43,2750% (J3) 42,55 66,97 46,51 41,39 41,39 238,81 47,76

57,5% (J4) 41,86 39,53 44,88 46,51 44,18 216,96 43,3965% (J5) 38,37 40,70 36,05 46,04 37,21 198,37 39,67

Ketoconazole 66,27 59,30 65,11 60,46 70,93 322,07 64,41

Tabel 2 Data Kuadrat Presentase Daya Hambat pengaruh dari Ekstrak Rimpang Jahe Merah

Konsentrasi

Pengulangan Jumlah Rata-rata1 2 3 4 5

35% (J1) 1752,26

1059,50

1713,13

2119,68

1562,62

8207,19 1641,44

42,5% (J2) 1850,72

1951,87

2569,48

1562,62

1517,10

9451,79 1890,36

50% (J3) 1810,50

4484,98

2163,18

1713,13

1713,13

11884,92

2376,98

57,5% (J4) 1752,26

1562,62

2014,21

2163,18

1951,87

9444,14 1888,83

65% (J5) 1472,26

1656,49

1299,60

2119,68

1384,58

7932,61 1586,52

Ketoconazole

4391,71

3516,49

4239,31

3655,41

5031,06

20833,98

4166,8

Jk Total = ∑ Xi2 – (∑ Xi)2

N

= (8207,19+9451,79+11884,92+9444,14+7932,61+20833,98) -

(201,37+216,37+238,81+216,96+198,37+322,07)2

30

= 67754,68– 64769,887

= 2984,79

51

Page 52: cassia alata

KT Total = JK Total

K−1

= 2984,79

5 = 596,96

Jk Perlakuan = ∑(∑ Xi)2

r -

∑( Xi)2

N

=

(40549,87+46815,97+57030,22+47071,64+39350,66+103729,08)❑

5

- (201,37+216,37+238,81+216,96+198,37+322,07)2

30

= 66909,488 – 64769,887

= 2139,601

KT Perlakuan = JK Per lakuan

K−1

=2139,601

5 = 427,920

JK Galat = JK Total –JK Perlakuan

= 2984,79 – 2139,601

= 845,189

KT Galat = JK Galat

N−K

KT Galat = 845,189

24 = 35,216

F- hitung = Varian Perlakuan

Varian Residu

= 427,92035,216

= 12,151

F Tabel = α = 0,05, db (K-1) (N-K)

α = 0,05, db (6-1) (30-6)

α = 0,05, db (5) (24)

52

Page 53: cassia alata

F Tabel = α = 0,01, db (K-1) (N-K)

α = 0,01, db (6-1) (30-7)

α = 0,01, db (5) (24)

53

Page 54: cassia alata

Tabel 3. ANOVA dari Data Pengukuran Presentase Daya Hambat Ekstrak

Rimpang Jahe Merah Terhadap T. rubrum (Castell.) Sabour

SK JK DB KT Fhitung Ftabel

5% 1%

Perlakuan 2139,601 5 427,920 12,151S 2,62 3,90

Galat 845,189 24 35,216

Total 2984,79 29

Keterangan :

SK : Sumber Keragaman

JK : Jumlah Kuadrat

DB : Derajat Bebas

KT : Kuadrat Tengah

S : Signifikan

Tabel 4 Data Rata-rata Presentase Daya Hambat Pengaruh Dari Ekstrak Akar Gelinggang

Konsentrasi Pengulangan Jumlah Rata-rata1 2 3 4 5

15% (G1) 64,65 62,33 58,83 53,02 58,14 296,97 59,39422,5% (G2) 65,12 61,62 66,97 59,30 71,62 324,63 64,92630% (G3) 69,76 69,76 69,30 60 69,30 338,12 67,624

37,5% (G4) 68,60 74,41 72,09 70,93 68,60 354,63 70,92645% (G5) 71,62 73,25 73,95 72,79 69,76 361,37 72,274

Ketoconazole 66,27 59,30 65,11 60,46 70,93 322,07 64,414

Tabel 5 Data Kuadrat Presentase Daya Hambat Pengaruh Dari Ekstrak Akar Gelinggang

Konsentrasi

Pengulangan Jumlah Rata-rata1 2 3 4 5

15% (G1) 4179,62

3885,03

3460,97

2811,12

3380,26

17717 3543,4

22,5% (G2) 4240,61

3797,02

4484,98

3516,49

5129,42

21168,52

4233,70

30% (G3) 4866,45

4866,45

4802,49

3600 4802,49

22937,88

4587,57

37,5% (G4) 4705,9 5536,8 5196,9 5031,0 4705,9 25176,8 5035,3

54

Page 55: cassia alata

6 5 7 6 6 645% (G5) 5129,4

25365,5

65468,6

05298,3

84866,4

626128,4

25225,6

8Ketoconazol

e4391,7

13516,4

94239,3

13655,4

15031,0

620833,9

84166,8

Jk Total = ∑ Xi2 – (∑ Xi)2

N

= (17717+21168,52+22937,88+25176,8+26128,42+20833,98) -

(296,97+324,63+338,12+354,63+361,37+322,07)2

30

= 133962,6 – 133038,83

= 923,77

KT Total = JK Total

K−1

= 923,77

5 = 184,754

Jk Perlakuan = ∑(∑ Xi)2

r -

∑( Xi)2

N

=

(88191,18+105384,64+114325,13+125762,44+130588,28+103729,08)❑

5

- (296,97+324,63+338,12+354,63+361,37+322,07)2

30

= 133596,15 – 133038,83

= 557,32

KT Perlakuan = JK Perlakuan

K−1

= 557,32

5 = 111,464

JK Galat = JK Total –JK Perlakuan

= 923,77 – 557,32

= 366,45

55

Page 56: cassia alata

KT Galat = JK Galat

N−K

KT Galat = 366,45

24 = 15,268

F- hitung = Varian Perlakuan

Varian Residu

= 111,46415,268

= 7,300

F Tabel = α = 0,05, db (K-1) (N-K)

α = 0,05, db (6-1) (30-6)

α = 0,05, db (5) (24)

F Tabel = α = 0,01, db (K-1) (N-K)

α = 0,01, db (6-1) (30-7)

α = 0,01, db (5) (24)

Tabel 6 ANOVA dari Data Pengukuran Presentase Daya Hambat Ekstrak Akar Gelinggang Terhadap T. rubrum (Castell.) Sabour

SK JK DB KT Fhitung Ftabel

5% 1%

Perlakuan 557,32 5 111,464 7,300 S 2,85 4,46

Galat 366,45 24 15,268

Total 923,77 29

Keterangan :

SK : Sumber Keragaman

JK : Jumlah Kuadrat

DB : Derajat Bebas

KT : Kuadrat TengahS : Signifikan

56

Page 57: cassia alata

Tabel 7 Analisis Data untuk Perlakuan Kombinasi

Faktor J/ Rimpang Jahe

Merah

R Faktor G/ Akar Gelinggang Total15% (G1)

22,5% (G2)

30%(G3)

37,5%(G4)

45%(G5)

35% (J1)1 34,88 46,51 65,81 62,79 61,16 271,152 40,23 62,32 64,65 48,25 66,97 282,423 46,51 51,16 54,65 44,88 44,88 242,08

Sub Total 121,62 159,99 185,11 155,92 173,01 795,65

42,5% (J2)1 41,39 57,67 60,46 62,32 45,34 267,182 49,53 59,30 48,37 58,13 45,34 260,673 34,88 54,18 59,30 63,95 48,37 260,68

Sub Total 125,8 171,15 168,13 184,4 139,05 788,53

50% (J3)1 61,16 56,51 43,72 40,69 60 262,082 47,16 58,13 60,46 62,79 41,86 270,43 48,83 52,32 54,65 41,39 55,34 252,53

Sub Total 157,15 166,96 158,83 144,87 157,2 785,01

57,5% ( J4)1 46,51 32,55 50 47,67 49,53 226,262 47,09 53,02 48,83 62,32 61,62 272,883 47,67 48,37 41,86 61,62 43,72 243,24

Sub Total 141,27 133,94 140,69 171,61 154,87 742,38

65% (J5)1 44,88 38,37 70,46 51,16 51,16 256,032 34,88 36,74 53,48 58,13 52,32 235,553 34,88 47,67 63,48 46,04 58,83 250,9

Sub Total 114,64 122,78 187,42 155,33 162,31 742,48660,48 754,82 840,18 812,13 786,44 3854,05

Derajat bebas total (dbt) = (j x g x r) – 1 = (5*5*3) – 1 = 75 – 1 = 74Derajat bebas perlakuan (dbp) = (jg-1) = (5*5-1) = 24Derajat bebas faktor J (dbj) = j – 1 = 5 – 1 = 4Derajat bebas faktor G (dbg) = g – 1 = 5 – 1 = 4Derajat bebas interaksi faktor JG (dbj*g) = (j-1)(g-1) = (5-1)*(5-1) = 16Derajat bebas galat (dbg) = dbt – dbp = 74 – 24 = 50

Faktor Koreksi = (3854,05)2

5 x 5 x 3 = 198049,35

JK Total = ∑( Yijk)2- Faktor Koreksi

= 204041,65 – 198049,35

= 5992,3

JK Perlakuan = ∑(∑ yj)2

R- faktor koreksi

57

Page 58: cassia alata

= 201353,39- 198049,35

= 3304,04

JK Faktor J = ∑(∑ yi)2

rb - faktor koreksi

= 198232,26 - 198049,35

= 182,91

JK Faktor G = ∑(∑ yj)2

ra - faktor koreksi

= 199328,83 - 198049,35

= 1279,48

JK J*G = JK Perlakuan – JK Faktor J –JK Faktor G

= 3304,04 - 182,91 - 1279,48

= 1841,65

JK Galat = JK Total – JK Perlakuan

= 5992,3 – 3304,04

= 2688,26

KT Perlakuan = JK Perlakuandb P(J .G−1)

= 3304,04

24

= 137,668

KT J =JKJ

db J (J−1)

= 182,91

4

= 45,727

KT G = JK G

dbG(G−1)

58

Page 59: cassia alata

= 1279,48

4

= 319,870

KT J*G = JK J∗G

db J∗G ( J−1 ) .(G−1)

= 1841,65

16

= 115,103

KT Galat = JK Galat

db G(dbt−dbp)

= 2688,26

50

= 53,765

F- hitung:

F- hitung Perlakuan = KT Perlakuan

KT Galat =

137,66853,765

= 2,56

F-hitung J = KT J

KT Galat =

45,72753,765

= 0,850

F- hitung G = KT G

KTGalat =

319,87053,765

= 5,949

F-hitung J*G = KT J∗GKT Galat

= 115,10353,765

= 2,141

Tabel 8 ANOVA dari data pengukuran diameter daya hambat kombinasi ekstrak akar gelinggang (Senna alata L.) dan rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc) terhadap T. rubrum (Castell.) Sabour

.

SK JK Db KT f-hit F table5% 1%

Perlakuan 3304,04 24 137,668 2,56 1,74 2,18Rimpng Jahe, J 182,91 4 45,727 0,850 2,56 3,72

Akar Gelinggang, G

1279,48 4 319,870 5,949 s 2,56 3,72

Interaksi 1841,65 16 115,103 2,141 s 1,85 2,38

59

Page 60: cassia alata

Jahe*GelinggangGalat 2688,26 50 53,765Total 5992,3 74

Keterangan :

SK : Sumber Keragaman

JK : Jumlah Kuadrat

DB : Derajat Bebas

KT : Kuadrat Tengah

S : Signifikan

Lampiran 5. Perhitungan Standar Deviasi Daya Hambat Ekstrak Akar Gelinggang (Senna alata L.) dan Rrimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc) Terhadap T. rubrum.

Jahe : Konsentras

iPengulangan Rata-

rataStandar Deviasi1 2 3 4 5

35% (J1) 41,86 32,55 41,39 46,04 39,53 40,27 4,9342,5% (J2) 43,02 44,18 50,69 39,53 38,95 43,27 4,7050% (J3) 42,55 66,97 46,51 41,39 41,39 47,76 10,94

57,5% (J4) 41,86 39,53 44,88 46,51 44,18 43,39 2,7365% (J5) 38,37 40,70 36,05 46,04 37,21 39,67 3,95

Gelinggang :

Konsentrasi Pengulangan Rata-rata

Standar Deviasi1 2 3 4 5

15% (G1) 64,65 62,33 58,83 53,02 58,14 59,394 4,4322,5% (G2) 65,12 61,62 66,97 59,30 71,62 64,926 4,7830% (G3) 69,76 69,76 69,30 60 69,30 67,624 4,26

37,5% (G4) 68,60 74,41 72,09 70,93 68,60 70,926 2,4645% (G5) 71,62 73,25 73,95 72,79 69,76 72,274 1,64

Jahe:

SD 35% = √ n∑ Xi2−(∑ Xi )2

n(n−1) = √ 5 (8207,19)−(201,37)2

5(5−1) = 4,93

SD 42,5% = √ n∑ Xi2−(∑ Xi )2

n(n−1) = √ 5 (9451,79)−(216,37)2

5(5−1) = 4.70

60

Page 61: cassia alata

SD 50% = √ n∑ Xi2−(∑ Xi )2

n(n−1)= √ 5 (11884,92)−(238,81)2

5(5−1) = 10,94

SD 57,5% = √ n∑ Xi2−(∑ Xi )2

n(n−1) = √ 5 (9444,14)−(216,96)2

5(5−1) = 2,73

SD 65% = √ n∑ Xi2−(∑ Xi )2

n(n−1)= √ 5 (7932,61)−(198,37)2

5 (5−1) = 3,95

Gelinggang:

SD 5% = √ n∑ Xi2−(∑ Xi )2

n(n−1) = √ 5 (17717)−(296,97)2

5(5−1) = 4,43

SD 42,5% = √ n∑ Xi2−(∑ Xi )2

n(n−1) = √ 5 (21168,52)−(324,63)2

5(5−1) = 4,78

SD 50% = √ n∑ Xi2−(∑ Xi )2

n(n−1) = √ 5 (22937,88)−(338,12)2

5 (5−1) = 4,26

SD 57,5% = √ n∑ Xi2−(∑ Xi )2

n(n−1)= √ 5 (25176,8)−(354,63)2

5 (5−1) = 2,46

SD 65% = √ n∑ Xi2−(∑ Xi )2

n(n−1) = √ 5 (26128,42)−(361,37)2

5 (5−1) = 1,64

61

Page 62: cassia alata

Lampiran 6. Uji Lanjut BNT dari Data Pengukuran Diameter Daya Hambat Ekstrak Akar Gelinggang, Rimpang Jahe Merah dan Kombinasinya Terhadap T. rubrum

62

Konsentrasi (%)

Rata-rata presentase daya hambat (%) Notasi

BNT 1%

G1 (15%) 59,39 A 6,157

K+ 64,41 Ab

G2 (22,5%) 64,93 Abc

G3 (30%) 67,62 Bcd

G4 (37,5%) 70,93 Cd

G5 (45%) 72,27 D

J5 (65%) 39,67 A 9,352

J1 (35%) 40,27 A

J2 (42,5%) 43,27 A

J4 (57,5%) 43,39 A

J3 (50%) 47,76 A

K+ 64,41 B

Page 63: cassia alata

Konsentrasi (%)

Rata-rata

Notasi BNT 1%

J5G1 38,21 a 14,384

J1G1 40,54 ab

J5G2 40,93 ab

J2G1 41,93 abc

J4G2 44,65 abcd

J2G5 46,35 abcd

J4G3 46,90 abcd

J4G1 47,09 abcd

J3G4 48,29 abcde

J2G4 51,47 abcde

J4G5 51,62 abcde

J5G4 51,78 abcde

J1G4 51,97 abcde

J3G1 52,38 abcde

J3G5 52,40 abcde

J3G3 52,94 bcde

J1G2 53,33 bcde

J5G5 54,10 bcde

J3G2 55,65 cde

J2G3 56,04 cde

J2G2 57,05 de

J4G4 57,20 de

J1G5 57,67 de

J1G3 61,70 e

J5G3 62,47 e

63


Recommended