Download doc - CASE ckd-dm

Transcript
Page 1: CASE ckd-dm

CASE

CKD pada pasien Nefropati diabetikum

Oleh :

Pandu satya widiarto

03010218

Pembimbing :

Dr. R. A.H. I Ariestina Sp.PD

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH 2014

Page 2: CASE ckd-dm

BAB I

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S

Jenis kelamin : Pria

Umur : 47 Tahun

Alamat : Taman harapan, Cakung no 21

Pekerjaan : Security

Status perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Masuk RS : Sabtu, 21/6/14

ANAMNESIS

Dilakukan secara alloanamnesis kepada istri OS pada hari selasa 23/6/14

pukul 13:40 WIB

Keluhan Utama : Bengkak diseluruh tubuh sejak 4 hari SMRS

Keluhan Tambahan : Kepala sakit berdenyut

Riwayat Penyakit sekarang :

Os datang dengan keluhan kaki tangan dan perut yang bengkak sejak 4

hari SMRS, bengkak dirasakan ketika os keluar rumah sakit setelah dirawat akibat

ulkus pedis, Os mengeluh perut terasa begah dan juga dirasakan mual yang terus-

menerus namun tidak muntah, BAK lancar BAB lancar, os merasa napsu

makannya menurun sejak seminggu terakhir, os mengeluh sulit tidur dimalam

hari, tidak ada nyeri ulu hati, tidak ada keluhan sesak napas, tidak ada demam

hanya kaki yang terasa ngilu, tidak ada penurunan berat badan dan tidak ada batuk

dan pilek pada pasien.

2

Page 3: CASE ckd-dm

Riwayat penyakit dahulu

- Riwayat kencing manis (+)

- Riwayat ulkus pedis (+)

- Riwayat pengobatan paru selama 6 bulan di sangkal

- Riwayat hipertensi (+)

- Riwayat asma disangkal

- Riwayat alergi disangkal

- Riwayat penyakit jantung disangkal

- Riwayat penyakit paru disangkal

Riwayat penyakit keluarga

- Riwayat hipertensi (+)

- Riwayat kencing manis (+)

- Riwayat penyakit jantung (-)

- Riwayat asma (-)

- Riwayat alergi (-)

Riwayat kebiasaan

Os mengaku suka minum jamu-jamuan ketika muda dan merokok sekitar

5-7 batang sehari, riwayat minum alkohol disangkal, dan riwayat

mengkonsumsi obat suntik disangkal.

Riwayat lingkungan

Os tinggal di daerah Cakung, lingkungan rumah dikatakan padat

penduduk, keadaan sekitar rumah cukup bersih dan sanitasi baik.

Riwayat sosio-ekonomi

Os sehari-hari bekerja sebagai security disalah satu perusahaan di Jakarta

3

Page 4: CASE ckd-dm

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum

Kesan sakit : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Somnolen

Tanda vital

Tekanan darah : 180/100

Suhu : 36,70 C

Nadi : 96 x/menit

Pernafasan : 24 x/menit, thorakoabdominal

Status Generalis

Kepala : Normocephali, rambut hitam, tidak mudah rontok,

distribusi merata

Mata :

Pupil : Isokhor

Konjungtiva : Anemis -/-

Sklera : Ikterik -/-

Palpebra : Oedem +/+

Hidung :

Septum deviasi : -

Sekret : -/-

Hiperemis : -/-

Hipertrofi : -/-

Telinga :

Bentuk telinga normal kanan dan kiri

Nyeri tekan : -/-

Mukosa hiperemis : -/-

Serumen : -/-

Mulut :

4

Page 5: CASE ckd-dm

Mukosa bibir kering

Oral hygiene baik

Leher :

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid

JVP 5 + 2

Thorax :

Paru

Inspeksi :

- Normochest

- Bentuk dada simetris saat statis dan dinamis

- Tidak ada retraksi dinding dada

Palpasi :

- Tidak ada nyeri tekan

- Vokal fremitus +/+ simetris

Perkusi :

- Sonor diseluruh lapang paru

- Batas paru hepar : linea midclavicularis dekstra

ICS 5

Auskultasi :

- Vesikular dikedua lapang paru

- Ronkhi -/-

- Wheezing -/-

Jantung

5

Page 6: CASE ckd-dm

Inspeksi :

- Iktus cordis tak tampak

Auskultasi :

- BJ 1 dan BJ 2 reguler, murmur -, gallop -

Abdomen :

Inspeksi :

- Perut membuncit, sikatriks (-)

Palpasi :

- Keras diseluruh kuadran (+)

- Hepatomegali (-)

- Splenomegali (-)

- Nyeri tekan (-)

- Shifting dullness (+)

- Undulasi (+)

Perkusi :

- Timpani

Auskultasi :

- Bising usus 4x/menit

Ekstremitas Atas : Akral hangat +/+, edema +/+

Ekstremitas Bawah : Akral hangat +/+, edema +/+

PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan Laboratorium

Tanggal 21/6/2014, pukul 21:49 WIB

6

Page 7: CASE ckd-dm

JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI

NORMAL

7

Page 8: CASE ckd-dm

Leukosit 12.3* ribu/ul 3.6-11

Eritrosit 4.1* Juta/ul 4.4 – 5.9

Hemoglobin 11.1* g/dl 13.2 - 17.3

Hematokrit 36* % 40-52

Trombosit 370 Ribu/ul 150-440

MCV 88.0 fl 80-100

MCH 29.4 pg 26-34

MCHC 33.5 g/dl 32-36

RDW 12.0* % <14

Kimia klinik hati

SGOT 18 mU/dl <33

SGPT 33 mU/dl <50

METABOLISME KARBOHIDRAT

Glukosa darah sewaktu 121* mg/dl <110

ELEKTROLIT

Natrium (Na) 140 mmol/L 135-155

Kalium (K) 4.0 Mmol/L 3.6-5.5

Klorida (Cl) 103 Mmol/L 98-109

GINJAL

Ureum 66* mg/dl 13-43

Kreatinin 2.96* mg/dl <1.2

Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 22/6/2014, pukul 16:50 WIB

METABOLISME KARBOHIDRAT

Glukosa darah jam 16:00 134* mg/dl <110

8

Page 9: CASE ckd-dm

Pemeriksaan USG

Ren dextra : Besar dan bentuk normal, permukaan regular, batas cortex dan

medulla kurang jelas, echostruktur parenkim meningkat, sistem

pelviocalises normal, tidak tampak batu/ SOL.

Ren sinistra : Besar dan bentuk normal, permukaan regular, batas cortex dan

medulla kurang jelas, echostruktur parenkim meningkat, sistem

pelviocalises normal, tidak tampak batu/ SOL.

Kesan : Bilateral Chronic Kidney Disease

RINGKASAN

Os datang dengan keluhan kaki tangan dan perut yang bengkak

sejak 4 hari SMRS, bengkak dirasakan ketika os keluar rumah sakit setelah

dirawat akibat ulkus pedis, Os mengeluh perut terasa begah dan juga dirasakan

mual yang terus-menerus namun tidak muntah, os merasa napsu makannya

9

Page 10: CASE ckd-dm

menurun sejak seminggu terakhir, os mengeluh sulit tidur dimalam hari, kaki

terasa ngilu.

Os memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus, dan ada ulkus pedis

akibat DM tersebut, os tampak sakit sedang, kesadaran somnolen, TD 180/100

mmHg, palpebra oedem, mukosa bibir kering, perut membuncit dan terasa keras,

kaki dan tangan bengkak dan hangat, leukosit 12.3 ribu, eritrosit 41 juta/ul,

hemoglobin 11.1 g/dl, hematokrit 36%, ureum 66 mg/dl, kreatinin 2.96 mg/dl.

DAFTAR MASALAH

1. DM tipe II

2. CKD

3. Ascites ec CKD

4. Hipertensi

ASSESMENT

1. DM tipe II

Berdasarkan anamnesis :

Pasien memiliki riwayat DM dan sering merasa lapar serta sering BAK,

pasien menceritakan tentang luka di kakinya akibat diabetes melitusnya.

Berdasarkan pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan laboratorium :

Pernah dilakukan pemeriksaan gula darah dan Hba1c pada desember 2012

hasilnya : 8 % .

- GD 21/6/14 (16:00 WIB) : 134 mg/dl

- GD 21/6/14 ( 21:00 WIB) : 121 mg/dl

2. Hipertensi

10

Page 11: CASE ckd-dm

Berdasarkan anamnesis :

Pasien sering mengeluh sakit di bagian tengkuk, pasien memiliki riwayat

hipertensi.

Berdasarkan pemeriksaan fisik :

Tanda vital :

TD : 21/6/14 : 180/100 mmHg

: 22/6/14 : 180/110 mmHg

: 23/6/14 : 170/90 mmHg

3. CKD

Berdasarkan anamnesis :

Pasien mengeluh mual, muntah, anorexia polyuria dan badan lemas, kaki

kesemutan dan sakit (Sindrom uremia)

Berdasakan pemeriksaan laboratorium :

21/6/2014

GINJAL

Ureum 66* mg/dl 13-43

Kreatinin 2.96* mg/dl <1.2

Untuk mengetahui stadium dari penyakit CKD digunakan rumus

Kockcroft-Gault sebagai berikut :

LFG (ml/mnt/1,73m2) = (140 – umur ) X berat badan

11

Page 12: CASE ckd-dm

72 X Kreatinin swrum (mg/dl)

= (140 - 46) X 57 = 5.358 = 25,14 %

72 X 2,96 213,12

Interpretasi : CKD stage IV

Berdasarkan pemeriksaan USG

Ren dextra sinistra : Besar dan bentuk normal, permukaan regular, batas cortex

dan medulla kurang jelas, echostruktur parenkim

meningkat, sistem pelviocalises normal, tidak tampak batu/

SOL.

PROGNOSIS

AD VITAM : dubia ad bonam

AD SANATIONAM : dubia ad malam

AD FUNGSIONAM : dubia ad malam

12

Page 13: CASE ckd-dm

BAB II

DISKUSI KASUS

2.1 Gejala klinis Diabetes mellitus

GEJALA KLINIS DM DATA PADA INTERPRETASI

13

Page 14: CASE ckd-dm

PASIEN

1. Polifagi

-

- Diakibatkan sel-sel tubuh

membutuhkan asupan

karbohidrat yang tinggi

untuk metabolisme.

2. Berat badan turun

-

- Dikarenakan bahan makanan

yang dikonsumsi tidak

diserap tubuh dngan baik,

dan akhirnya proses

gluconeogenesis dan

pemecahan lemak diaktifkan

dan menurunkan berat

badan.

3. Gejala neuropati

+

- Akibat reaksi dari destruksi

sel saraf (neuropati)

4. Mudah lelah

+

- Proses penyerapan glukosa

dan nutrient lainnya yang

terganggu sehingga proses

pembentukan energy

berkurang.

Gambaran klinis pasien penyakit ginjal kronik meliputi :

a. Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya seperti diabetes, infeksi

saluran kemih, hipertensi, hiperurikemi, Lupus eritomatosus sistemik.

b. Sindrom uremia yg terdiri dari, lemah, letargi, anoreksia, mual, muntah,

nokturia, neuropati perifer, pruritus, pericarditis sampai koma.

14

Page 15: CASE ckd-dm

GEJALA KLINIS CKDDATA PADA

PASIENINTERPRETASI

1. Kelainan hemopoiesis

-

- Anemia normokrom

normositer dan normositer

(MCV 78-94 CU), sering

ditemukan pada pasien

gagal ginjal kronik. Anemia

pada pasien gagal ginjal

kronik terutama disebabkan

oleh defisiensi eritropoetin

2. Mual muntah

+

- Patogenesis mual dan muntah

masih belum jelas, diduga

mempunyai hubungan

dengan dekompresi oleh

flora usus sehingga

terbentuk amonia. Amonia

inilah yang menyebabkan

iritasi atau rangsangan

mukosa lambung dan usus

halus

3. Gangguan kardiovaskular

+

- Beberapa faktor seperti

anemia, hipertensi,

aterosklerosis, kalsifikasi

sistem vaskular, sering

dijumpai pada pasien gagal

ginjal kronik terutama pada

stadium terminal dan dapat

15

Page 16: CASE ckd-dm

menyebabkan kegagalan

faal jantung.

-

4. Bengkak/ oedem

+

- Diakibatkan oleh nefropati

yang kemudian

munurunkan kadar albumin

darah, keadaan

hipoalbuminemia akan

menurunkan tekanan

osmotic dan menurunkan

volume plasma, secara

otomatis akan menstimulasi

renin-angiotensin sehingga

meretensi air dan retensi

natrium sehingga terjadilah

oedem.

Minggu, 22/6/14 (13:00 WIB)

S - Kaki bengkak (+)- Perut begah (+)- kepala pusing (+)- mual (+)

O Kesadaran : CM Mata : oedem palpebral (+)TD : 180/110 : Ca -/-, Si -/-RR : 34x/m Thorax : Cor : Bj I/II regular, m (-), g (-)Nadi : 96x/m : Pulmo : Vesikular, Rh-/-, Wh -/-

16

Page 17: CASE ckd-dm

Suhu : 35,6o C Abdomen : Perut buncit, keras, BU(+), Nt (-) Ekstrimitas : Oedem +/+, akral hangat +/+

- GDS : 134 mg/dLA DM Tipe II

HipertensiCKDAscites ec CKD

P Infus : Nacl Kcl

- Amlodipin 10 mg 1x1 - Inj Rantin - Candesartan 8 mg 1x1 - Inj Ondansentron- Bisolvon 0,252 1x1 - Inj Cefobactam- KSR 3x1 - Inj primpera- ISDN 3x5 - Inj lasix- Nocit 2 mg 3x1- Bicnat 3x1

Senin, 23/6/14 (06:12 WIB)

S - Kaki bengkak (+)- Perut begah (+)- kepala pusing (+)- mual (+)- Sesak (+)- Belum BAB dari kemarin- Napsu makan turun

O Kesadaran : CM Mata : oedem palpebral (+)TD : 170/90 : Ca -/-, Si -/-RR : 21x/m Thorax : Cor : Bj I/II regular, m (-), g (-)Nadi : 88x/m : Pulmo : Vesikular, Rh-/-, Wh -/-Suhu : 36,6o C Abdomen : Perut buncit, keras, BU(+), Nt (-) : Undulasi (+) Ekstrimitas : Oedem +/+, akral hangat +/+- GDS : 105 mg/dL

A DM Tipe IIHipertensiCKDAscites ec CKD

P Infus : Nacl Kcl

- Amlodipin 10 mg 1x1 - Inj Rantin - Candesartan 8 mg 1x1 - Inj Ondansentron

17

Page 18: CASE ckd-dm

- Bisolvon 0,252 1x1 - Inj Cefobactam- KSR 3x1 - Inj primpera- ISDN 3x5 - Inj lasix- Nocit 2 mg 3x1- Bicnat 3x1

Selasa, 24/6/14

S - Kaki bengkak (+)- Perut begah (+)- kepala pusing (+)- mual (+)- Muntah cair (+)

O Kesadaran : CM Mata : oedem palpebral (+)TD : 150/90 : Ca -/-, Si -/-RR : 21x/m Thorax : Cor : Bj I/II regular, m (-), g (-)Nadi : 68x/m : Pulmo : Vesikular, Rh-/-, Wh -/-Suhu : 36,9o C Abdomen : Perut buncit, keras, BU(+), Nt (-) : Undulasi (+) Ekstrimitas : Oedem -/-, akral hangat +/+- GDS : 105 mg/dL

A - DM Tipe II- Hipertensi- CKD- Ascites ec CKD

P Infus : Nacl Kcl

- Amlodipin 10 mg 1x1 - Inj Rantin - Candesartan 8 mg 1x1 - Inj Ondansentron- Bisolvon 0,252 1x1 - Inj Cefobactam- KSR 3x1 - Inj primpera- ISDN 3x5 - Inj lasix- Nocit 2 mg 3x1- Bicnat 3x1

Patofisiologi penyakit ginjal diabetik

18

Hiperglikemia Glukosa inrtrasel meningkat

Diubah menjadi sorbitol

Akumulasi sorbitol intra sel

Tekanan osmotik meningkat

Difusi cairan ke intra selSel bengkak

Uptake mio-inositol intra sel menurunAktifitas K+, Na+, ATPase menurunPerubahan fungsional jaringan

Page 19: CASE ckd-dm

Hiperglikemia terhadap aktifnya protein kinase C

19

HiperglikemiaMengaktifkan jalur protein kinase C

- Permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat

- Peningkatan pH intrasel- Peningkatan proliferase dan

vaskularisasi- Perangsangan sintesis kolagen

membran basal- Rangsangan perubahan ekpresi

genDisfungsi endotel

Page 20: CASE ckd-dm

Nefron yang rusak akan menghambat proses filtrasi dan reabsorbsi

glomerulus dan tubuli terganggu yang nantinya akan menyebabkan proteinuria

sehingga menyisakan albumin yang sedikit dalam darah, keadaan

hipoalbuminemia akan menurunkan tekanan osmotic dan menurunkan volume

plasma, secara otomatis akan menstimulasi renin-angiotensin sehingga meretensi

air dan retensi natrium sehingga terjadilah oedem.

Gagal Ginjal Kronik

I. Definisi

Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3

bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti

proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal diagnosis penyakit ginjal kronik

ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m².

Batasan penyakit ginjal kronik:1.2

20

Page 21: CASE ckd-dm

1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal,

dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan:

Kelainan patologik

Petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria atau kelainan pada

pemeriksaan pencitraan radiologi

2. Laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m² selama > 3 bulan dengan

atau tanpa kerusakan ginjal.

Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan

oleh nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan

nilai laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah. Klasifikasi tersebut membagi

penyakit ginjal kronik dalam lima stadium. Stadium 1 adalah kerusakan ginjal

dengan fungsi ginjal yang masih normal, stadium 2 kerusakan ginjal dengan

penurunan fungsi ginjal yang ringan, stadium 3 kerusakan ginjal dengan

penurunan yang sedang fungsi ginjal, stadium 4 kerusakan ginjal dengan

penurunan berat fungsi ginjal, dan stadium 5 adalah gagal ginjal. Hal ini dapat

dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 berikut:1

Derajat Penjelasan LFG

(mL/menit/1,73m2)

1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal

atau ↑

≥ 90

2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ ringan 60-89

3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ sedang 30-59

21

Tabel 1. Klasifikasi penyakit ginjal kronik berdasarkan laju filtrasi glomerolus.1,3

Page 22: CASE ckd-dm

4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ berat 15-29

5 Gagal ginjal <15 atau dialisis

GFR

(ml/min/1,73 m2)

Dengan Kerusakan

Ginjal

Tanpa Kerusakan Ginjal

Dengan

HT

Tanpa HT Dengan HT Tanpa HT

> 90 1 1 HT Normal

60 – 89 2 2 HT dengan

penurunan

GFR

Penurunan

GFR

30 – 59 3 3 3 3

15 – 29 4 4 4 4

< 15 (atau

dialisis)

5 5 5 5

II. Etiologi1,3,4

Dari data yang sampai saat ini dapat dikumpulkan oleh Indonesian Renal

Registry (IRR) pada tahun 2007-2008 didapatkan urutan etiologi terbanyak

22

Tabel 2. Klasifikasi penyakit ginjal kronik dengan atau tanpa kerusakan ginjal

dan atau dengan atau tanpa peningkatan tekanan darah / hipertensi (HT).3

Page 23: CASE ckd-dm

sebagai berikut glomerulonefritis (25%), diabetes melitus (23%), hipertensi (20%)

dan ginjal polikistik (10%).

a. Glomerulonefritis

Glomerulonefritis akut mengarah pada serangkaian tertentu penyakit ginjal

di mana mekanisme kekebalan tubuh memicu peradangan dan proliferasi jaringan

glomerular yang dapat mengakibatkan kerusakan pada membran basal,

mesangium, atau endotelium kapiler. Hippocrates awalnya menggambarkan

manifestasi nyeri punggung dan hematuria, lalu juga oliguria atau anuria. Dengan

berkembangnya mikroskop, Langhans kemudian mampu menggambarkan

perubahan pathophysiologic glomerular ini. Sebagian besar penelitian asli

berfokus pada pasien pasca-streptococcus.. Glomerulonefritis akut didefinisikan

sebagai serangan yang tiba-tiba menunjukkan adanya hematuria, proteinuria, dan

silinder sel darah merah. Gambaran klinis ini sering disertai dengan hipertensi,

edema, dan fungsi ginjal terganggu.2

Berdasarkan sumber terjadinya kelainan, glomerulonefritis dibedakan

primer dan sekunder. Glomerulonefritis primer apabila penyakit dasarnya berasal

dari ginjal sendiri sedangkan glomerulonefritis sekunder apabila kelainan ginjal

terjadi akibat penyakit sistemik lain seperti diabetes melitus, lupus eritematosus

sistemik (LES), mieloma multipel, atau amiloidosis.2

Kebanyakan kasus terjadi pada pasien berusia 5-15 tahun. Hanya 10%

terjadi pada pasien yang lebih tua dari 40 tahun. Gejala glomerulonefritis akut

yaitu dapat terjadi hematurim oligouri, edema preorbital yang biasanya pada pagi

23

Page 24: CASE ckd-dm

hari, hipertensi, sesak napas, dan nyeri pinggang karena peregangan kapsul

ginjal.2

b. Diabetes melitus

Menurut American Diabetes Association (2003) diabetes melitus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

kedua duanya.2

Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit

ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam

keluhan. Gejalanya sangat bervariasi. Diabetes melitus dapat timbul secara

perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti

minum yang menjadi lebih banyak, buang air kecil lebih sering ataupun berat

badan yang menurun.2

Terjadinya diabetes ditandai dengan gangguan metabolisme dan

hemodinamik yang meningkatkan permeabilitas pembuluh darah, meningkatkan

tekanan darah sistemik, dan mengubah pengaturan tekanan intracapillary. Di

ginjal, perubahan ini mungkin menyebabkan munculnya protein dalam urin.

Kehadiran protein urin tidak hanya tanda awal penyakit ginjal diabetes, tetapi

dapat menyebabkan kerusakan dan tubulointerstitial glomerular yang pada

akhirnya mengarah ke glomerulosclerosis diabetes. Hubungan yang kuat antara

proteinuria dan komplikasi diabetes lainnya mendukung pandangan bahwa

peningkatan ekskresi protein urin mencerminkan gangguan vaskular umum yang

mempengaruhi banyak organ, termasuk mata, jantung, dan sistem saraf .2,4

24

Page 25: CASE ckd-dm

c. Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah

diastolik ≥ 90 mmHg pada seseorang yang tidak makan obat anti hipertensi.

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu

hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau

idiopatik, dan hipertensi sekunder atau disebut juga hipertensi renal.5,6

Klasifikasi

Tekanan

Darah

Sistolik

(mmHg)

Diastolik

(mmHg)

Modifikasi

Gaya

Hidup

Terapi

Normal < 120 Dan < 80 edukasi tidak perlu obat

antihipertensiPrehipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89 Ya

Stage 1 HT 140 – 159 Atau 90 – 99 Ya Thiazid tipe diuretik

Dapat juga ACEI, ARB,

BB, CCB, atau

kombinasi

Stage 2 HT > 160 Atau > 100 Ya Kombinasi 2 jenis obat

(biasanya thiazid tipe

diuretik dan ACEI atau

ARB atau BB atau

CCB)

25

Tabel 3. Klasifikasi tekanan darah sistolik, diastolik, modifikasi gaya hidup, serta terapi

obat berdasarkan Joint National Committee (JNC) VII:5,6

Page 26: CASE ckd-dm

Target tekanan darah pada terapi pasien dengan CKD atau diabetes adah

<130/80 mmHg.

d. Ginjal polikistik

Kista adalah suatu rongga yang berdinding epitel dan berisi cairan atau

material yang semisolid. Polikistik berarti banyak kista. Pada keadaan ini dapat

ditemukan kista kista yang tersebar di kedua ginjal, baik di korteks maupun di

medula. Selain oleh karena kelainan genetik, kista dapat disebabkan oleh berbagai

keadaan atau penyakit. Jadi ginjal polikistik merupakan kelainan genetik yang

paling sering didapatkan. Nama lain yang lebih dahulu dipakai adalah penyakit

ginjal polikistik dewasa (adult polycystic kidney disease), oleh karena sebagian

besar baru bermanifestasi pada usia di atas 30 tahun. Ternyata kelainan ini dapat

ditemukan pada fetus, bayi dan anak kecil, sehingga istilah dominan autosomal

lebih tepat dipakai daripada istilah penyakit ginjal polikistik dewasa.2

III. Epidemiologi

Di Amerika Serikat menyatakan insidens penyakit ginjal kronik

diperkitakan 100 juta kasus perjuta penduduk per tahun, dan angka ini meningkat

sekitar 8% setiap tahunnya. Di Malaysia diperkirakan terdapat 1800 kasus baru

gagal ginjal pertahunnya. Di Negara berkembang lainnya, insidens ini

diperkirakan sekitar 40-60 kasis perjuta penduduk per tahun.1

Penyebab gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di Indonesia tahun

2000:1,7

1. Glomerulonefritis (46,39%)

26

Page 27: CASE ckd-dm

2. Diabetes Mellitus (18,65%)

3. Obstruksi dan infeksi (12,85%)

4. Hipertensi (8,46%)

5. Sebab lain (13,65%)

Penyakit gagal ginjal kronik lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.

Insidennya pun lebih sering pada kulit berwarna daripada kulit putih.2

IV. Faktor risiko

Faktor risiko gagal ginjal kronik, yaitu pada pasien dengan diabetes

melitus atau hipertensi, penyakit autoimun, batu ginjal, sembuh dari gagal ginjal

akut, infeksi saluran kemih, berat badan lahir rendah, dan faktor social dan

lingkungan seperti obesitas atau perokok, berumur lebih dari 50 tahun, dan

individu dengan riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal

dalam keluarga, berpendidikan rendah, dan terekspos dengan bahan kimia dan

lingkungan tertentu.3

V. Patofisiologi

Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada

penyakit yang mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang

terjadi kurang lebih sama. Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi

struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa (surviving nefron) sebagai

upaya kompensasi, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan

growth factors. Hal ini mengakibatkan hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan

tekanan kapiler dan aliran darah glomerolus. Proses adaptasi ini berlangsung

27

Page 28: CASE ckd-dm

singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa skelrosis nefron yang

masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang

progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi.1,2

Adanya peningkatan aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron

intrarenal, ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis,

dan progresifitas tersebut. Aktivasi jangka panjang aksis renin-angiotensin-

aldosteron, sebagian diperantarai oleh growth factor seperti transforming growth

factor β (TGF-β). Beberapa hal yang juga dianggap berperan terhadap terjadinya

progresifitas penyakit ginjal kronik adalah albuminuria, hipertensi, hiperglikemia,

dislipidemia. Terdapat variabilitas interindividual untuk terjadinya sklerosis dan

fibrosis glomerolus maupun interstitial.1

Perjalanan umum gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi empat stadium.

Stadium ringan dinamakan penurunan cadangan ginjal. Selama stadium ini

kreatinin serum dan kadar BUN normal dan penderita asimptomatik. Gangguan

fungsi ginjal mungkin hanya dapat diketahui dengan memberi beban kerja yang

berat pada ginjal tersebut, seperti test pemekatan kemih yang lama atau dengan

mengadakan test LFG yang teliti.1

Stadium sedang perkembangan tersebut disebut insufisiensi ginjal, dimana

lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (LFG besarnya 25% dari

normal). Pada tahap ini kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal.

Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari kadar protein

dalam diet. Pada stadium ini, kadar kreatinin serum juga mulai meningkat

melebihi kadar normal. Azotemia biasanya ringan, kecuali bila penderita misalnya

28

Page 29: CASE ckd-dm

mengalami stress akibat infeksi, gagal jantung, atau dehidrasi. Pada stadium

insufisiensi ginjal ini pula gejala-gejala nokturia dan poliuria (diakibatkan oleh

kegagalan pemekatan) mulai timbul. Gejala-gejala ini timbul sebagai respons

terhadap stress dan perubahan makanan atau minuman yang tiba-tiba. Penderita

biasanya tidak terlalu memperhatikan gejala-gejala ini, sehingga gejala tersebut

hanya akan terungkap dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang teliti.1

Stadium berat dan stadium terminal gagal ginjal kronik disebut gagal

ginjal stadium akhir atau uremia. Gagal ginjal stadium akhir timbul apabila sekitar

90% dari massa nefron telah hancur, atau hanya sekitar 200.000 nefron saja yang

masih utuh. Nilai LFG hanya 10% dari keadaan normal, dan bersihan kreatinin

mungkin sebesar 5-10 ml per menit atau kurang. Pada keadaan ini kreatinin serum

dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat menyolok sebagai respons

terhadap LFG yang mengalami sedikit penurunan. Pada stadium akhir gagal

ginjal, penderita mulai merasakan gejala-gejala yang cukup parah, karena ginjal

tidak sanggup lagi mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam

tubuh. Kemih menjadi isoosmotis dengan plasma pada berat jenis yang tetap

sebesar 1,010. Penderita biasanya menjadi oligourik (pengeluaran kemih kurang

dari 500 ml/hari) karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula-

mula menyerang tubulus ginjal. Kompleks perubahan biokimia dan gejala-gejala

yang dinamakan sindrom uremik mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh. Pada

stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan meninggal kecuali kalau ia

mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.1

29

Page 30: CASE ckd-dm

Meskipun perjalanan klinis penyakit ginjal kronik dibagi menjadi empat

stadium, tetapi dalam prakteknya tidak ada batas-batas yang jelas antara stadium-

stadium tersebut.

VI. Gambaran klinik

Gambaran klinik gagal ginjal kronik berat disertai sindrom azotemia

sangat kompleks, meliputi kelainan-kelainan berbagai organ seperti: kelainan

hemopoeisis, saluran cerna, mata, kulit, selaput serosa, kelainan neuropsikiatri dan

kelainan kardiovaskular.1,2,7

a. Kelainan hemopoeisis

Anemia normokrom normositer dan normositer (MCV 78-94 CU), sering

ditemukan pada pasien gagal ginjal kronik. Anemia pada pasien gagal ginjal

kronik terutama disebabkan oleh defisiensi eritropoetin. Hal lain yang ikut

berperan dalam terjadinya anemia adalah defisiensi besi, kehilangan darah (misal

perdarahan saluran cerna, hematuri), masa hidup eritrosit yang pendek akibat

terjadinya hemolisis, defisiensi asam folat, penekanan sumsum tulang oleh

substansi uremik, proses inflamasi akut ataupun kronik.1

Evaluasi terhadap anemia dimulai saat kadar hemoglobin < 10 g/dL atau

hematokrit < 30 %, meliputi evaluasi terhadap status besi (kadar besi serum /

serum iron, kapasitas ikat besi total / Total Iron binding Capacity (TIBC), feritin

serum), mencari sumber perdarahan, morfologi eritrosit, kemungkinan adanya

hemolisis dan sebagainya.1,7

30

Page 31: CASE ckd-dm

Penatalaksanaan terutama ditujukan pada penyebab utamanya, di samping

penyebab lain bila ditemukan. Pemberian eritropoetin (EPO) merupakan hal yang

dianjurkan. Pemberian tranfusi pada penyakit ginjal kronik harus dilakukan hati-

hati, berdasarkan indikasi yang tepat dan pemantauan yang cermat. Tranfusi darah

yang dilakukan secara tidak cermat mengakibatkan kelebihan cairan tubuh,

hiperkalemia, dan perburukan fungsi ginjal. Sasaran hemoglobin menurut

berbagai studi klinik adalah 11-12 g/dL.1

b. Kelainan saluran cerna

Mual dan muntah sering merupakan keluhan utama dari sebagian pasien

gagal ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Patogenesis mual dan muntah

masih belum jelas, diduga mempunyai hubungan dengan dekompresi oleh flora

usus sehingga terbentuk amonia. Amonia inilah yang menyebabkan iritasi atau

rangsangan mukosa lambung dan usus halus. Keluhan-keluhan saluran cerna ini

akan segera mereda atau hilang setelah pembatasan diet protein dan antibiotika.2

c. Kelainan mata

Visus hilang (azotemia amaurosis) hanya dijumpai pada sebagian kecil

pasien gagal ginjal kronik. Gangguan visus cepat hilang setelah beberapa hari

mendapat pengobatan gagal ginjal kronik yang adekuat, misalnya hemodialisis.

Kelainan saraf mata menimbulkan gejala nistagmus, miosis dan pupil asimetris.

Kelainan retina (retinopati) mungkin disebabkan hipertensi maupun anemia yang

sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik. Penimbunan atau deposit garam

kalsium pada conjunctiva menyebabkan gejala red eye syndrome akibat iritasi dan

31

Page 32: CASE ckd-dm

hipervaskularisasi. Keratopati mungkin juga dijumpai pada beberapa pasien gagal

ginjal kronik akibat penyulit hiperparatiroidisme sekunder atau tersier.

d. Kelainan kulit

Gatal sering mengganggu pasien, patogenesisnya masih belum jelas dan

diduga berhubungan dengan hiperparatiroidisme sekunder. Keluhan gatal ini akan

segera hilang setelah tindakan paratiroidektomi. Kulit biasanya kering dan

bersisik, tidak jarang dijumpai timbunan kristal urea pada kulit muka dan

dinamakan urea frost.1,3

e. Kelainan neuropsikiatri

Beberapa kelainan mental ringan seperti emosi labil, dilusi, insomnia, dan

depresi sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik. Kelainan mental berat

seperti konfusi, dilusi, dan tidak jarang dengan gejala psikosis juga sering

dijumpai pada pasien GGK. Kelainan mental ringan atau berat ini sering dijumpai

pada pasien dengan atau tanpa hemodialisis, dan tergantung dari dasar

kepribadiannya (personalitas).

f. Kelainan kardiovaskular

Patogenesis gagal jantung kongestif (GJK) pada gagal ginjal kronik sangat

kompleks. Beberapa faktor seperti anemia, hipertensi, aterosklerosis, kalsifikasi

sistem vaskular, sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik terutama pada

stadium terminal dan dapat menyebabkan kegagalan faal jantung.

32

Page 33: CASE ckd-dm

VII. Pendekatan Diagnosis

Pendekatan diagnosis gagal ginjal kronik (GGK) dilihat dari anamnesis,

pemeriksaan fisik, gambaran radiologis, dan apabila perlu gambaharan

histopatologis.1,6

1. Memastikan adanya penurunan faal ginjal (LFG)

2. Mengejar etiologi GGK yang mungkin dapat dikoreksi

3. Mengidentifikasi semua faktor pemburuk faal ginjal (reversible factors)

4. Menentukan strategi terapi rasional

5. Meramalkan prognosis

Pendekatan diagnosis mencapai sasaran yang diharapkan bila dilakukan

pemeriksaan yang terarah dan kronologis, mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik

diagnosis dan pemeriksaan penunjang diagnosis rutin dan khusus.

a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Anamnesis harus terarah dengan mengumpulkan semua keluhan yang

berhubungan dengan retensi atau akumulasi toksin azotemia, etiologi GGK,

perjalanan penyakit termasuk semua faktor yang dapat memperburuk faal ginjal

(LFG). Gambaran klinik (keluhan subjektif dan objektif termasuk kelainan

laboratorium) mempunyai spektrum klinik luas dan melibatkan banyak organ dan

tergantung dari derajat penurunan faal ginjal.

Gambaran klinis pasien penyakit ginjal kronik meliputi:

i) sesuai dengan penyakit yang mendasari;

33

Page 34: CASE ckd-dm

ii) sindrom uremia yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual,

muntah, nokturia, kelebihan cairan (volume overload), neuropati perifer,

pruritusm uremic frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma;

iii) gejala komplikasinya antara lain hipertensi, anemia, osteodistrofi renal,

payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit

(sodium, kalium, chlorida).1

b. Pemeriksaan laboratorium

Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi sesuai dengan

penyakit yang mendasarinya, penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan ureum

dan kreatinin serum, dan penurunan laju filtrasi glomerolus (LFG) yang dapat

dihitung mempergunakan rumus Kockcroft-Gault, serta kelainan biokimia darah

lainnya, seperti penurunan kadar hemoglobin, hiper atau hipokalemia,

hiperfosfatemia, hipokalsemia. Kelainan urinanalisi meliputi proteinuria,

hematuri, leukosuria, dan silinder.1

c. Pemeriksaan penunjang diagnosis

Pemeriksaan radiologis penyakit ginjal kronik meliputi:1

1. foto polos abdomen: dapat terlihat batu radio opak

2. pielografi intravena: sekarang jarang digunakan karena kontras seriing

tidak bisa melewati filter glomerolus, di samping kekhawatiran terjadinya

pengaruh toksisk oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami

kerusakan

3. pielografi antergrad atau retrograde dilakukan sesuai indikasi

34

Page 35: CASE ckd-dm

4. ultrasonografi ginjal dapat memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil,

korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa,

klasifikasi

5. pemeriksaan pemindaan ginjal atau renografi dikerjakan bila ada indikasi.

VIII. Penatalaksanaan1,2,3,7

1. Terapi konservatif

Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal

secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin azotemia,

memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara keseimbangan cairan

dan elektrolit.

a.Peranan diet

Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah

atau mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan

terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen.

b. Kebutuhan jumlah kalori

Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk GGK harus adekuat

dengan tujuan utama, yaitu mempertahankan keseimbangan positif nitrogen,

memelihara status nutrisi dan memelihara status gizi.

c. Kebutuhan cairan

Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya

jumlah diuresis mencapai 2 L per hari.

d. Kebutuhan elektrolit dan mineral

35

Page 36: CASE ckd-dm

Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung

dari LFG dan penyebab dasar penyakit ginjal tersebut (underlying renal

disease).

2. Terapi simptomatik

a. Asidosis metabolik

Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan serum

kalium (hiperkalemia). Untuk mencegah dan mengobati asidosis metabolik

dapat diberikan suplemen alkali. Terapi alkali (sodium bicarbonat) harus

segera diberikan intravena bila pH ≤ 7,35 atau serum bikarbonat ≤ 20

mEq/L.

b. Anemia

Dapat diberikan eritropoetin pada pasien gagal ginjal kronik. Dosis

inisial 50 u/kg IV 3 kali dalam seminggu. Jika Hb meningkat >2 gr/dL

kurangi dosis pemberian menjadi 2 kali seminggu. Maksimum pemberian

200 u/kg dan tidak lebih dari tiga kali dalam seminggu.8

Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah

satu pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian

transfusi darah harus hati-hati karena dapat menyebabkan kematian

mendadak.

Sasaran hemoglobin adal 11-12 gr/dL.

c. Keluhan gastrointestinal

36

Page 37: CASE ckd-dm

Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang

sering dijumpai pada GGK. Keluhan gastrointestinal ini merupakan

keluhan utama (chief complaint) dari GGK. Keluhan gastrointestinal yang

lain adalah ulserasi mukosa mulai dari mulut sampai anus. Tindakan yang

harus dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat dan obat-obatan

simtomatik.

d. Kelainan kulit

Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan

kulit.

e. Kelainan neuromuskular

Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi

hemodialisis reguler yang adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal

paratiroidektomi.

f. Hipertensi

Pemberian obat-obatan anti hipertensi terutama penghambat

Enzym Konverting Angiotensin (Angiotensin Converting Enzyme/ ACE

inhibitor). Melalui berbagai studi terbukti dapat memperlambat proses

pemburukan antihipertensi dan antiproteinuria.

g. Kelainan sistem kardiovaskular

Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular

merupakan hal yang penting, karena 40-50% kematian pada penyakit

ginjal kronik disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Tindakan yang

diberikan tergantung dari kelainan kardiovaskular yang diderita, termasuk

37

Page 38: CASE ckd-dm

pengendalian diabetes, hipertensi, dislipidemia, hiperfosfatemia, dan terapi

terhadap kelebihan cairan dan gangguan keseimbanagan elektrolit.

3. Terapi pengganti ginjal

Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium

5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa

hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal.

a. Hemodialisis

Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah

gejala toksik azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh

terlalu cepat pada pasien GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk

faal ginjal (LFG). Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut

dan indikasi elektif. Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu

perikarditis, ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan

kelebihan cairan yang tidak responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter,

muntah persisten, dan Blood Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan

kreatinin > 10 mg%.

Indikasi elektif, yaitu LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m², mual,

anoreksia, muntah, dan astenia berat.

b. Dialisis peritoneal (DP)

Akhir-akhir ini sudah populer Continuous Ambulatory Peritoneal

Dialysis (CAPD) di pusat ginjal di luar negeri dan di Indonesia. Indikasi

medik CAPD, yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65

38

Page 39: CASE ckd-dm

tahun), pasien-pasien yang telah menderita penyakit sistem

kardiovaskular, pasien- pasien yang cenderung akan mengalami

perdarahan bila dilakukan hemodialisis, kesulitan pembuatan AV

shunting, pasien dengan stroke, pasien GGT (gagal ginjal terminal) dengan

residual urin masih cukup, dan pasien nefropati diabetik disertai co-

morbidity dan co-mortality. Indikasi non-medik, yaitu keinginan pasien

sendiri, tingkat intelektual tinggi untuk melakukan sendiri (mandiri), dan

di daerah yang jauh dari pusat ginjal.

c. Transplantasi ginjal

IX. Prognosis

Pasien dengan gagal ginjal kronik umumnya akan menuju stadium

terminal atau stadium V. Angka prosesivitasnya tergantung dari diagnosis yang

mendasari, keberhasilan terapi, dan juga dari individu masing-masing. Pasien

yang menjalani dialisis kronik akan mempunyai angka kesakitan dan kematian

yang tinggi. Pasien dengan gagal ginjal stadium akhir yang menjalani transpantasi

ginjal akan hidup lebih lama daripada yang menjalani dialisis kronik. Kematian

terbanyak adalah karena kegagalan jantung (45%), infeksi (14%), kelainan

pembuluh darah otak (6%), dan keganasan (4%).2

X. Pencegahan

Upaya pencegahan terhadap penyakit ginjal kronik sebaiknya sudah mulai

dilakukan pada stadium dini penyakit ginjal kronik. Berbagai upaya pencegahan

yang telah terbukti bermanfaat dalam mencegah penyakit ginjal dan

39

Page 40: CASE ckd-dm

kardiovaskular, yaitu pengobatan hipertensi (makin rendah tekanan darah makin

kecil risiko penurunan fungsi ginjal), pengendalian gula darah, lemak darah,

anemia, penghentian merokok, peningkatan aktivitas fisik dan pengendalian berat

badan.3

40

Page 41: CASE ckd-dm

DAFTAR PUSTAKA

1. Ketut Suwitra. Penyakit Ginjal Kronik. Aru WS, Bambang S, Idrus A,

Marcellus SK, Siti S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 4 Jilid I.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. hlm 570-3.

2. Editorial. Gagal Ginjal Kronik. Diunduh dari: http://emedicine.

medscape.com/article/238798-overview, 05 Februari 2011.

3. Editorial. KDOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney

Disease: Evaluation, Classification, and Stratification. Diunduh dari:

http://www.kidney.org/professionals/kdoqi/guidelines_ckd/toc.htm GGK,

05 Februari 2011.

4. Editorial. Glomerulonefritis. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.

com/article/777272-overview, 22 Agustus 2010.

5. Editorial. Tekanan Darah Tinggi. Diunduh dari:

http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tinggi, 05 Februari 2011.

6. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Hipertensi. Azis

R, Sidartawam S, Anna YZ, Ika PW, Nafriadi, Arif M, editor. Panduan

Pelayanan Medik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;

2006. hlm 168-70.

7. Murray L, Ian W, Tom T, Chee KC. Chronic Renal failure in Ofxord

Handbook of Clinical Medicine. Ed. 7th. New York: Oxford University;

2007. 294-97.

41

Page 42: CASE ckd-dm

8. Editorial. Obat Hemopoetic. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Ed. 8.

Jakarta: CMP Medica Asia Pte Ltd; 2008. Hlm. 114.

42