Download pptx - Case App Perforasi

Transcript
Page 1: Case App Perforasi

PERIT

ONTIS E

C APP

ENDIX

PERFO

RASI

( PEMBIM

BING :

DR SUMID

I,

SP B)

L AP

OR

AN

KA

SU

S –

FL O

RE

NC

I A

Page 2: Case App Perforasi

IDENTITAS

Nama : Ny. S

Usia : 69 tahun

No. RM : 65 70 54

Agama : Islam

Status : Sudah menikah

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Tanggal masuk : 20 Maret 2013

Page 3: Case App Perforasi

ANAMNESIS

Keluhan utama : nyeri pada perut kanan bawah dan kiri bawah

Keluhan tambahan: mual, muntah disertai demam

Page 4: Case App Perforasi

ANAMNESIS

Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah dan kiri bawah sejak 3 hari SMRS. Karakteristik nyeri tidak jelas, tidak dapat ditunjuk. Nyeri awalnya bermulai dari ulu hati berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri dirasakan menetap dan muncul ketika daerah nyeri ditekan. Nyeri juga dirasakan ketika pasien berubah posisi. Pasien juga mengeluh adanya mual, muntah dan penurunan nafsu makan. Ada riwayat demam 2 hari SMRS. Demam didahului oleh nyeri. Demam dirasakan tidak terlalu tinggi. Tidak ada keluhan BAB dan BAK.

Page 5: Case App Perforasi

ANAMNESIS

Riwayat penyakit dahulu

Riwayat darah tinggi, disangkal

Riwayat kencing manis,disangkal

Riwayt alergi obat disangkal

 

Riwayat kebiasaan pasien

Pasien tidak merokok dan minum minuman beralkohol.

Page 6: Case App Perforasi

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

20 Maret 2013

Berat badan : 65 kg

Tinggi badan : 165 cm

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 120 / 80

Nadi : 84 x / menit

Laju pernafasan : 20 x / menit

Suhu aksila : 36 o C

Page 7: Case App Perforasi

PEMERIKSAAN FISIK

Kepala dan wajah

Kepala : Normocephali, Deformitas ( - )

Mata : Konjungtiva anemis ( - ), sclera ikterik ( - ), pupil isokor 3mm/3mm, reflex cahaya langsung tak langsung +/+

Telinga : membrane timpani intak, secret -/-, serumen -/-

Hidung : septum nasi di tengah, secret -/-

Mulut : mukosa oral berwarna merah muda, basah

 

Leher

Trakea di tengah, pembesaran KGB ( - )

Page 8: Case App Perforasi

PEMERIKSAAN FISIKThorax

Paru – paru

I : simetris dalam keadaan statis dan dinamis, retraksi ( - )

P : stem fremitus kanan = kiri

P : sonor pada kedua lapang paru, batas hepar ICS IV, peranjakan 1 ICS

A : vesicular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

 

Jantung

I : iktus kordis tidak terlihat

P : iktus kordis teraba pada ICS IV linea midklaviularis sinistra

P : Batas atas : ICS II linea midklavikularis sinistra

Batas kanan : linea sternalis destra

Batas kiri : linea midklavikularis sinistra

A : Bunyi jantung I dan II regular, gallop ( - ), murmur ( - )

 

Page 9: Case App Perforasi

PEMERIKSAAN FISIK

Abdomen

I : cembung, tidak terlihat ada massa

P : supel, nyeri tekan kuadran kanan bawah dan kiri bawah ( + ), hepar dan lien tidak teraba, undulasi ( - ), mc burney’s sign ( + ), obturator sign ( - ),

psoas sign ( - ), Blumberg sign ( + ), defans local ( + )

P : timpani seluruh kuadran, nyeri ketuk ( + ), shifting dullness ( - )

A : bising usus ( + ) menurun

Page 10: Case App Perforasi

PEMERIKSAAN FISIK

Ekstremitas

ekstremitas atas :

akral hangat, CRT < 2 detik, kekuatan 5/5

reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-

  

ekstremitas bawah :

akral hangat, CRT < 2 detik, kekuatas 5/5

reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-

Genitalia : tidak diperiksa

Page 11: Case App Perforasi

PEMERIKSAAN FISIK – STATUS LOKALIS

Abdomen kuadran kanan bawah

I : cembung, tidak terlihat ada massa

P : supel, nyeri tekan kuadran kanan bawah(+),undulasi (-), obturator sign ( - ), psoas sign ( - ), Blumberg sign ( + ), defans local ( + )

P : timpani, shifting dullness ( - )

A : Bising usus ( + ) menurun

 

Abdomen kuadran kiri bawah

I : cembung, tidak terlihat ada massa

P : supel, nyeri tekan kuadran kiri bawah ( +), undulasi ( - ), obturator sign ( - ), psoas sign ( - ), Blumberg sign ( + ), defans local ( + )

P : timpani, shifting dullness ( - )

A : Bising usus ( + ) menurun

Page 12: Case App Perforasi

DIAGNOSIS BANDING

Peritonitis e.c appendicitis perforasi

Appendicitis akut

Page 13: Case App Perforasi

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Jenis periksaan Hasil pemeriksaan

( 20 Maret 2013)

Nilai normal Satuan

HEMATOLOGI

Hemoglobin

 

Leukosit

 

Hematocrit

 

Trombosit

 

Masa pendarahan /

pembekuan

 

12,7

 

22.800

 

44

 

231.000

 

3 / 12

 

 

12 – 14

 

5.000 – 10.000

 

37 – 43

 

150.000–450.000

 

1 – 6 / 10 – 15

 

g/dL

 

/ul

 

%

 

/ul

 

menit

 

 

 

Page 14: Case App Perforasi

PEMERIKSAAN PENUNJANG

KIMIA KLINIK

 

Ureum

 

Creatinin

 

Gula darah sewaktu

 

 

58

 

2,2

 

142

 

 

 

10 – 50

 

0,5 – 1,3

 

< 200

 

 

mg/dl

 

mg/dl

 

mg/dl

Page 15: Case App Perforasi

PEMERIKSAAN PENUNJANGURINE SEDIMEN

 

Leukosit

 

Eritrosit

 

Sel Epitel

 

Kristal

 

Silinder

(granula )

 

Lain – lain

( bakteri )

 

 

2 – 3

 

0 – 2

 

+

 

_

 

0 – 1

 

 

+

 

 

 

 

 

/LPB

 

/LPB

 

 

 

 

 

/LPK

Page 16: Case App Perforasi

PEMERIKSAAN PENUNJANG

ELEKTROLIT

 

Natrium

 

Kalium

 

Chlorida

 

 

138

 

3,5

 

104

 

 

135 – 145

 

3,8 – 5,0

 

98 - 106

 

 

mmol/l

 

mmol/l

 

mmol/l

Page 17: Case App Perforasi

DIAGNOSIS KERJA

Peritonitis e.c appendicitis perforasi

Page 18: Case App Perforasi

PENATALAKSANAAN

Cefoperazone inj 2 x 1 gr

IVFD RL 30 tpm

Pro laparotomi appendektomi cito

Page 19: Case App Perforasi

LAPORAN OPERASI

Diagnosis pre – operatif : peritonitis e.c appendicitis perforasi

Diagnosis post operatif : peritonitis e.c appendicitis perforasi

Nama / macam operasi : Laparotomy appendectomy

Tanggal operasi : 20 Maret 2013

Page 20: Case App Perforasi

LAPORAN OPERASI

Pasien dengan regional anestesi dalam posisi supine

Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis

Memperkecil daerah operasi dengan doek steril

Insisi pada bagian median abdomen (setinggi umbilicus sampai 2 cm suprapubik) sampai rongga peritonium

Keluar gas dan pus dalam jumlah sedikit

Identifikasi appendiks sudah hancur, tampak jaringan nekrotik dengan fekalit diluar lumen

Kontrol pendarahan

Cuci dengan NaCl

Pasang drain diletakan pada cavum Douglas

Jahit luka operasi lapis demi lapis, profilaksis resiko infeksi pasca operasi dengan antibiotik

Laporan operasi selesai

Page 21: Case App Perforasi

INSTRUKSI POST OP

Awasi keadaan umum dan tanda – tanda vital pasien

Bed rest 24 jam ; RL 28 gtt / menit (2500 cc / 24 jam)

Cefoperazone inj 2 x 1 gr

Metronidazole IV 3 x 500 mg

Tramadol inj 3 x 100 mg

Rantin inj 2 x 50 mg

Jika bising usus positif, diet bertahap

Drain dialirkan nanti sore (drain diklem saat selesai operasi)

Jaringan di PA

Page 22: Case App Perforasi

FOLLOW UP (21 MERET 2013)

S : Pasien merasa lebih baik, tidak nyeri perut lagi. Tidak ada keluhan demam. Flatus ( + ) BAB ( + ) Mual ( - ) Muntah ( - )

O :

Keadaan Umum : tampak sakit ringan / CM / GCS 15

Tekanan darah : 120 / 80

Suhu / Nadi: 36o / 84 x / menit

 

SL : abdomen

I : cembung, terlihat luka operasi tertutup kasa, rembesan (-)

P : hipertimpani di semua kuadran, shifting dullness ( - )

P : NT ( - ) NL ( - ) nyeri di daerah post op, undulasi ( - )

A : Bising usus ( + ) 6x / menit

Page 23: Case App Perforasi

FOLLOW UP (21 MARET 2013)

Kateter : urin berwarna kuning pekat kecoklatan

Drain : serous & metronidazole (buka klem)

A : wanita, 69 tahun post operasi laparotomy appendectomy ec appendicitis perforasi hari 1, hari rawat ke 2

P : terapi lanjutkan

Diet makanan lunak

Page 24: Case App Perforasi

FOLLOW UP (22 MARET 2013)

S : pasien tidak ada keluhan, hanya merasa haus karena asupan minum dibatasi. Flatus ( + ) BAB ( + ) Mual ( - ) Muntah ( - )

O :

Keadaan umum : tampak sakit ringan / CM / GCS 15

Tekanan darah : 110 / 80 (24 – 12) & 150 / 100 (12 – 24)

Suhu / Nadi : afebris / 80 x / menit

SL : abdomen

I : cembung, lingkar perut terlihat lebih besar dari kemarin, tampak luka operasi tertutup kasa, rembesan ( - )

P : hipertimpani pada semua kuadran, shifting dullness ( - )

P : NT ( - ) NL ( - ) nyeri di daerah post op, undulasi ( - ), distensi

A : Bising usus ( + ) meningkat

Page 25: Case App Perforasi

FOLLOW UP (22 MARET 2013)

Kateter : urin berwarna kuning jernih

Drain : serous (< 50 cc)

A : wanita, 69 tahun post operasi laparotomy appendectomy ec appendicitis perforasi hari 2, hari rawat ke 3

P : NGT alirkan

Puasa

Terapi lanjut

OMZ inj 1 x 1 ( PPI )

Allersin F inj 3 x 1 (antihistamin)

Prostigmin 1 x bila tensi stabil (agen antikolinesterase antialergi)

Page 26: Case App Perforasi

FOLLOW UP (23 MARET 2013 – 6.30)

S : pasien tidak ada keluhan, kembung ( - ), mual ( - ) muntah ( - ) BAB ( + ) flatus ( + )

O :

Keadaan umum : tampak sakit sedang / CM / GCS 15

Tekanan darah : 140 / 100 (24 – 12) & 140 / 100 (12 – 24)

Suhu / Nadi : 39,9o C / 80 x / menit

SL : abdomen

I : cembung, lingkar perut menurun dari kemarin, tampak luka operasi tertutup kasa, rembesan ( - )

P : timpani, shifting dullness ( - )

P : supel, NT ( - ) NL (-) nyeri di daerah post op, undulasi (-)

A : Bising usus ( + )

Page 27: Case App Perforasi

FOLLOW UP (23 MARET 2013 – 6.30)

Kateter : urin berwarna kuning jernih

Drain : tidak produktif

A : wanita, 69 tahun post operasi laparotomy appendectomy ec appendicitis perforasi hari 3, hari rawat ke 4

P : -

Page 28: Case App Perforasi

FOLLOW UP (23 MARET 2013 - 20.00)

S : kembung, bicara kacau

O :

Keadaan umum : GCS 13 ( E 4 M 6 V 3 )

Tekanan darah : 150 / 120

Suhu / Nadi : 40,2o C / 116 x / menit

 

SL : abdomen

I : cembung

P : supel

P : timpani

A : Bising usus ( + )

Page 29: Case App Perforasi

FOLLOW UP (23 MARET 2013 – 20.00)A : app perforasi post op laparotomy appendectomy

P : terapi lanjut

NGT pasang dan alirkan

Observasi ketat

Tramadol tunda

Cek elektrolit, GDS, ureum, creatinin (Na/K/Cl : 152/3,7/110, GDS : 108, Ureum / Creatinin : 79 / 2,7)

Drip novalgin 1 amp (antipiretik)

 

Konsul sp B konsul sp PD

 

NaCl 0,45% atau D5 ½ salin 16 tpm

Inj cefoperazone stop, diganti yazon 2 x 1 gr (skin test)

Drip farmadol 2 x 1 gr ( Noovalgin stop )

Inj Lasix 2 x 1 (furosemide a/i fluid retension)

Prorenal 3 x 1 a/i fluid retension)

Cek ulang GDS, elektrolit

Page 30: Case App Perforasi

FOLLOW UP (24 MARET 2013)

6.20 : pasien apnoe, nadi tidak teraba, RJP 2 menit

6.23 : nadi tidak teraba, RJB 2 menit + epinephrine 1 mg

6.25 : EKG asystole, nadi tidak teraba, RJP 2 menit

6.27 : EKG asystole,nadi tidak teraba,RJP 2menit+epinephrine 1mg

6.29 : EKG asystole, nadi tidak teraba, RJP 2 menit

6.31:EKG terdapat kompleks QRS, Nadi tidak teraba, PEA (Pulseless Electrical Activity), RJP 2 menit

6.33 : EKG asystole, nadi tidak teraba, pupil midriasis maksimal, reflex kornea ( - ), RJP dihentikan, pasien dinyatakan meninggal

 

Dx : gagal napas ec syok sepsis?

Page 31: Case App Perforasi

TEORI

Page 32: Case App Perforasi

ACUTE ABDOMEN

Akut abdomen keadaan klinik akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama.

Nyeri perut tiba-tiba sebelumnya sehat dan berlangsung lebih dari 6 jam disebabkan oleh kondisi yang memerlukan tindakan pembedahan

Page 33: Case App Perforasi

APPENDICITIS

Peradangan dari apendiks veriformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering.

Pria dibanding wanita yakni 1,3:1. Apendisitis dapat ditemukan pada semua usia. Insidensi tertinggi pada kelompok usia 20

hingga 30

Page 34: Case App Perforasi

ETIOLOGI APPENDICITIS

Obstruksi : fekalith, hiperplasia jaringan limfoid di sub mukosa appendix, barium yang mengering pada pemeriksaan sinar X, biji – bijian, gallstone, cacing usus.

Infeksi : hematogen

Page 35: Case App Perforasi

PATOFISIOLOGI APPENDICITIS

Page 36: Case App Perforasi

PATOFISIOLOGI APPENDICITIS

Page 37: Case App Perforasi

PATOFISIOLOGI APPENDICITIS

Page 38: Case App Perforasi

PATOFISIOLOGI APPENDICITIS

Page 39: Case App Perforasi

MANIFESTASI KLINIS APPENDICITIS 

Gejala*

 

 

Frekuensi (%)

 

Nyeri perut 100

Anorexia 100

Mual 90

Muntah 75

Nyeri berpindah 50

Gejala sisa klasik (nyeri periumbilikal

kemudian anorexia/mual/muntah kemudian

nyeri berpindah ke RLQ kemudian demam

yang tidak terlalu tinggi)

50

*-- Onset gejala khas terdapat dalam 24-36 jam  

Page 40: Case App Perforasi

MANISFESTASI KLINIS

Gejala

Bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus (nyeri bersifat severe dan steady) beralih ke kuadran kanan bawah

Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi.

Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual, dan muntah.

Bertambah nyeri pada pergerakan, berjalan, atau batuk

Page 41: Case App Perforasi

MANIFESTASI KLINIS

PE : Tanda vital tidak terlalu berubah (bila berubah : tanda-tanda

komplikasi) Demam ringan (37,5-38) Posisi tidur, berjalan Peristalsis normal atau sedikit menurun Nyeri yang menunjukan tanda rangsang peritoneum lokal di

Mc.Burney Nyeri tekan Nyeri lepas Defans muskuler

Page 42: Case App Perforasi

MANIFESTASI KLINIS

Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsungRovsing sign:Nyeri kanan bawah pada tekanan kiri

Blumberg sign:Nyeri kanan bawah bila tekanan kiri dilepaskan

Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam, berjalan, batuk, mengedan

Page 43: Case App Perforasi

Rovsing’s sign Obturator sign Psoas sign

Page 44: Case App Perforasi

Rovsing’s sign Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran kiri bawah dan timbul nyeri pada sisi kanan.

Psoas sign atau Obraztsova’s sign Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian dilakukan ekstensi dari panggul kanan. Positif jika timbul nyeri pada kanan bawah.

Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan rotasi internal pada panggul. Positif jika timbul nyeri pada hipogastrium atau vagina.

Dunphy’s sign Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah dengan batuk

Ten Horn sign Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut pada korda spermatic kanan

Kocher (Kosher)’s sign Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium atau sekitar pusat, kemudian berpindah ke kuadran kanan bawah.

Page 45: Case App Perforasi

Sitkovskiy (Rosenstein)’s sign Nyeri yang semakin bertambah pada perut kuadran kanan bawah saat pasien dibaringkan pada sisi kiri

Bartomier-Michelson’s sign Nyeri yang semakin bertambah pada kuadran kanan bawah pada pasien dibaringkan pada sisi kiri dibandingkan dengan posisi terlentang

Aure-Rozanova’s sign Bertambahnya nyeri dengan jari pada petit triangle kanan (akan positif Shchetkin-Bloomberg’s sign)

Blumberg sign Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada kuadran kanan bawah kemudian dilepaskan tiba-tiba

Page 46: Case App Perforasi

ALFREDO SCORE

SYMPTOM : Migrate point pain :1 ANOREXIA :1 NAUSEA/VOMIT :1

SIGN RLQ tenderness :2 Rebound :1 Temperature :1

Lab Leukositosis :2 Left shift :1

•Nilai ≥7: appendisitis akut yang perlu pembedahan dini•Nilai 5-6: possible appendisitis tidak perlu pembedahan antibiotik•Nilai 1-4: dipertimbangkan appendisitis akutobservasi

•Nilai ≥7: appendisitis akut yang perlu pembedahan dini•Nilai 5-6: possible appendisitis tidak perlu pembedahan antibiotik•Nilai 1-4: dipertimbangkan appendisitis akutobservasi

Page 47: Case App Perforasi

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Lab Leukosit rata-rata 10.000-

18.000/mm3,>20.000/mm mungkin menunjukan perforasi

Shift to the left, dominan PMN

LED (infilrat)

Pencitraan : Radiografi

Berguna untuk mencari gejala komplikasi

Memperlihatkanbayangan batu radiopak didaerah tersebut

Appendicogram (kronik)

USG Gambaran: dilatasi lumen,

dinding tebal

Page 48: Case App Perforasi

TATALAKSANA

Terapi pilihan satu-satunya:pembedahan (apendektomi)

Operasi tergantung waktu Apendisitis akutsegera, dilakukan persiapan operasi Apendisitis perforasi (cito)

Local atau umum, segera lakukan laparotomi Perbaikan KU dengan infus, pemberian antibiotic untuk

gram (-) dan (+) sertta kuman anaerob dan pemasangan NGT dilakukan sebelum operasi

Apendisitis abses (cito) Dilakukan insisi dan drainage saja dengan cara lokal

anastesi dan bila mungkin extra peritoneal. Apendektomi dilakukan setelah 6-8 minggu kemudian

Page 49: Case App Perforasi

LOKASI APPENDIX DAN DIFFERENT DIAGNOSE

Page 50: Case App Perforasi

PROGNOSIS

Mortalitas:- 0,1% pada appendicitis akut- 3% bila ruptur- 15% bila ruptur pada geriatri.

Penyebab kematian: sepsis tidak terkontrol, emboli paru, aspirasi.

Komplikasi yang mungkin terjadi:Akut: infeksi luka operasi.Kronis: perlengketan, ileus obstruksi, hernia.

Page 51: Case App Perforasi

PERITONITIS

Inflamasi pada peritoneum, suatu membran serosa yang melapisi dinding abdominopelvik serta organ-organ di dalamnya.Peritonitis termasuk kasus gawat abdomen (akut abdomen) yang memerlukan penanganan segera dan biasanya berupa tindak bedah.

Infeksi intraabdominal › Di Indonesia : Penyebab tersering: perforasi appendisitis,

perforasi typhus abdominalis, trauma organ hollow viscus.

Klasifikasi Peritonitis Peritonitis Primer Peritonitis Sekunder Peritonitis Tersier

Page 52: Case App Perforasi

Peritonitis Primer Peritonitis spontan Melalui penyebaran limfatik dan hematogen. Kejadiannya jarang

Peritonitis Sekunder Akibat proses patologik yang terjadi dalam abdomen. Paling sering terjadi. Paling sering diakibatkan oleh: perforasi apendisitis, perforasi infeksi lambung

dan usus, perforasi usus besar akibat divertikulitis, volvulus, kanker, dan lain-lain

Peritonitis Tersier Peritonitis yang sudah ditangani lewat operasi tetapi mengalami

kekambuhan kembali Terapi peritonitis primer & sekunder tidak adekuat Immunocompromised

Page 53: Case App Perforasi
Page 54: Case App Perforasi

MANIFESTASI KLINISAnamnesis :

Onset akutNyeri bersifat tumpul, tidak jelas tajam, terlokalisir

Demam AnoreksiaMual, Muntah Perut kembungSulit BAB, flatusRiwayat penyakit

Pemeriksaan Fisik :• Tampak sakit ringan - berat• Penurunan kesadaran• Terlihat menahan sakit• Demam dapat mencapai >

380 C (tetapi harus waspada pasien sepsis, suhunya mungkin hipotermia)

• Takikardia, takipneu• Abdomen: distensi

abdomen, nyeri tekan, nyeri lepas, defance muscular, tanda-tanda ileus paralitik : bising usus menurun.

• Colok Dubur: Sphincter lemah, nyeri tekan.

• Produksi urin berkurang.

Page 55: Case App Perforasi

Lab

Hemoglobin : Mungkin anemiLeukositosis/leukopeniaShift to the leftKomplikasi : Ureum, kreatinin, gula darah, Natrium, Kalium, AGD

Kultur : cairan peritoneum/ pus (abses/peritonitis tersier)

X ray

Foto 3 posisi: Free air, dilatasi, preperitoneal fat (-) USG

USG = koleksi cairan (abses)

Page 56: Case App Perforasi

TATALAKSANA

Prinsipnya terbagi menjadi dua:

a. Terapi umum

Terapi suportif seperti : oksigenisasi jaringan, dekompresi, resusitasi cairan dan elekrolit.

b. Terapi khusus

Terbagi menjadi dua yaitu terapi non bedah dan terapi bedah.

Page 57: Case App Perforasi

Prinsip penatalaksanaan:

(1) mengontrol sumber infeksi

(2)menghilangkan bakteri dan toksinnya

(3) menstabilkan fungsi system tubuh

(4) mengontrol proses inflamasi

non operatif

Terapi non operatif termasuk; (1) pemberian antimikroba sistemik, (2) perawatan intensif, (3) pemberian nutrisi yang cukup, (4) terapi modulasi respon inflamasi a. Antimikroba

Lama pemberian 5 – 10 harib. Drainase nonoperatif

Page 58: Case App Perforasi

LAPAROTOMI UNTUK PERITONITIS AKUT

Prinsip I : Repair

Kontrol sumber infeksi

Prinsip 2: Purge

Evakuasi inokulasi bakteri , pus, dan adjuvants (peritoneal “toilet”)

• Disertai pembilasan sebersih mungkin• Debridement radikal• Penutupan sumber kontaminasi : simple closure, diversi, reseksi + reanastomosis.• Lavase peritoneal pasca bedah• Staged laparotomy

Etappen lavage

Page 59: Case App Perforasi

DIET PASCA BEDAH

1.      memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)

2.      mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain

3.      memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan

Page 60: Case App Perforasi

a.    Makanan pasca bedah I (MPBI)

Pasca bedah besar : setelah rasa sadar atau mual hilang serta ada tanda-tanda usus mulai bekerja.

Selama 6 jam sesudah pembedahan : makanan yang diberikan berupa air putih, teh manis, air kacang, hijau, sirup, air jeruk manis dan air kaldu jernih. Makanan ini diberikan dalam waktu yang sesingkat mungkin, karena kurang dari semua zat gizi. Makanan diberikan secara bertahap sesuai kemampuan dan kondisi pasien, mulai dari 30 ml/jam.

b.    Makanan pasca bedah II (MPB II)

diberikan pada pasien pasca bedah besar saluran cerna atau sebagai perpindahan dari diet pasca bedah I. Makanan diberikan dalam bentuk cair kental, berupa sari buah, sup, susu, dan puding rata-rata 8-10 kali sehari selama pasien tidak tidur. Jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan dan kondisi pasien. Diet ini diberikan untuk waktu sesingkat mungkin karena zat gizinya kurang.

Page 61: Case App Perforasi

c.    Makanan pasca bedah III (MPB III)

Diberikan pada pasien pasca bedah besar saluran cerna atau sebagai perpindahan dari diet pasca bedah II. Makanan yang diberikan berupa makanan saring ditambah susu dan biskuit. Cairan hendaknya tidak melebihi 2.000 ml sehari.

d.    Makanan pasca bedah IV (MPB IV)

Diberikan pada :

Pasien pasca bedah kecil, setelah diet pasc bedah I

Pasien pasca bedah besar, setelah diet pasca bedah II

Makanana diberikan berupa makanan lunak yang dibagi dalam 3 kali makanan lengkap dan 1 kali makanan selingan.

Page 62: Case App Perforasi

Terima Kasih