Download pdf - bimo setiawan

Transcript

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan modal pembangunan di berbagai bidang, termasuk pengembangan pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Lahan

merupakan sumberdaya yang amat diperlukan bagi masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup, meningkatkan kesejahteraan dan upaya memperoleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang lebih baik. Oleh karena itu, pengelolaan sumberdaya lahan harus disesuaikan dengan potensinya agar produktivitas lahan dapat dicapai secara optimal. Penggunaan lahan yang kurang disesuaikan bahkan melenceng jauh dari potensi lahan tersebut untuk memproduksi hasil-hasil pertanian dapat

mengakibatkan tanah tersebut rusak dan dapat membuat hasil pertanian semakin menurun. Penggunaan lahan yang sesuai dapat dilakukan dengan metode dan pengetahuan yang ada. Salah satu ilmu yang dapat diterapkan dalam Pendekatan

penggunanan lahan ini adalah dengan pendekatan parametrik.

parametrik adalah sistem klasifikasi dan pembagian lahan atas dasar pengaruh atau nilai ciri lahan tertentu dan kemudian mengkombinasikan pengaruh-pengaruh tersebut untuk memperoleh kesesuaiannya (Udawatta and Henderson, 1986). Penggunaan lahan di daerah lembang sampai saat ini digunakan untuk budi daya pertanian tanaman hortikultura, perkebunan (teh), dan hutan konservasi. Penggunaan tanaman pangan pada wilayah ini belum banyak di usahakan sebagai tanaman utama. Pengunaan lahan umumnya untuk tanaman hortikultura yang digunakan antara lain berupa tanaman kentang, wortel, kol, petsai, cabai, tomat,

dan berbagai tanaman sayuran lainnya serta bunga-bungaan. Namun demikian tanaman pangan dapat dikembangkan selain sebagai tanaman utama pada pola rotasi tanaman juga sebagai tanaman sela. Secara geografis, Kecamatan Lembang yang terletak di sebelah utara kota Bandung pada ketinggian 1250 meter di atas permukaan laut. Topografi Kecamatan Lembang merupakan daerah berbukit-bukit antara 8-30 % dan termasuk daerah yang memiliki elevasi cukup tinggi dengan iklimnya sejuk dengan suhu udara berkisar pada 14,90 C 25,50 C (Bambang Hadi S, 2008). Di daerah lembang memiliki jenis tanah yang dominan yaitu tanah andisol. Tanah andisol dicirikan tanah yang berwarna gelap, coklat sampai hitam, porositas tinggi, memiliki kapasitas air tinggi, tetapi ketahanan terhadap erosinya rendah. Sifat fisik kimia Andisol ditandai dengan reaksi tanah agak masam sampai netral (pH 5.06.5), kejenuhan basa sekitar 2040%, KTK tanah 20-30 me/100g, kandungan, berat jenis 15% (Tan 1991 dan Pusat Penelitian Tanah (1983). Pada penelitian yang akan saya lakukan dengan memusatkan

pengembangannya untuk tanaman pangan terutama tanaman ubi jalar. Penelitian yang dilakukan dengan melihat besarnya produktifitas dari modifikasi yang akan saya lakukan dan yang dijadikan acuan. Ubi jalar merupakan komoditi pangan penting di Indonesia dan diusahakan penduduk mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Ubi jalar merupakan salah satu bahan pangan local yang berpotensi untuk dikembangkan dimasa mendatang. Tanaman ini banyak dijadikan tanaman pokok

yang cukup digandrungi terutama di negara Jepang. Di Jepang, ubi jalar sejak lama telah dimanfaatkan sebagai bahan pangan tradisional dan dipromosikan setara dengan hamburger dan pizza. Tak mengherankan jika di negara Sakura ini, berbagai makanan berbahan baku ubi jalar kini banyak dijumpai di toko-toko hingga restoran bertarap internasional (anekaplanta.wordpress.com,2010). Ubi jalar mempunyai manfaat yang dapat di jadikan pertimbangan untuk di manfaatkan secara optimal. Ubi jalar (1) merupakan karbohidrat keempat setelah padi, jagung, dan ubi kayu, (2) mempunyai produktifitas tinggi, (3)

memiliki kandungan zat gizi yang beragam, (4) sebagai bahan baku industri pangan (5) memiliki potensi permintaan yang cukip tinggi baik lokal, regional maupun untuk eksport. Selain itu mempunyai manfaat untuk mengendalikan produksi hormon melatonin yang dapat bekerja untuk menghasilkan kelenjar pineal di dalam otak. Melatonin merupakan antioksidan andal yang menjaga kesehatan sel dan sistem saraf otak, sekaligus mereparasinya jika ada kerusakan. Kekurangan asupan vitamin A menghambat produksi melatonin dan menurunkan fungsi saraf otak sehingga muncul gangguan tidur dan berkurangnya daya ingat. Ubi jalar mempunyai vitamin A dan E yang dapat mengoptimumkan produksi hormon melatonin (Usmiati, 2005). Dalam upaya mendukung program keragaman pangan serta program ketahanan pangan merupakan salah satu program utama pembangunan pertanian guna menopang ketahanan ekonomi daerah dan nasional. Pembangunan ketahanan pangan diarahkan agar kekuatan ekonomi domestik mampu menyediakan pangan bagi seluruh masyarakat. Kebutuhan pangan akan terus meningkat dalam jumlah,

kualitas, keragaman dan keamanan sesuai dengan laju pertumbuhan dan tingkat kesejahteraan penduduk yang terus berkembang. Pada tahun 2009 pemerintah mengeluarkan instrument kebijakan pemerintah untuk mempercepat terlaksananya diversifikasi pangan pertanian di Indonesia khususnya terkait dengan aspek konsumsi. Instrumen kebijakan

tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 22 tahun 2009 tentang kebijakan keanekaragaman konsumen pengan berbasis sumberdaya local.

Perpres tersebut kemudian ditindak lanjuti dalam Peraturan Menteri Pertanian No 43/Permentan /OT 140/10/2009 tentang gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis Sumberdaya Lokal (Badan ketahanan pangan, 2009). Pencapaian produktivitas lahan secara optimal membutuhkan suatu kajian terhadap sumberdaya lahan yang ada. Melalui kajian ini dimaksudkan untuk menentukan dan membuat suatu perbandingan terhadap kemungkinan bentukbentuk penggunaan lahan yang dapat diterapkan di daerah . Kajian ini akan berhubungan dengan kesesuaian lahan, dimana kajian terhadap kesesuaian lahan mempunyai penekanan yang tajam yakni membuat alokasi pemanfaatan ruang yang memiliki sifat-sifat positif dalam hubungannya dengan keberhasilan produksi atau penggunaan lahan dengan lebih optimal. Peningkatan produksi pertanian khususnya tanaman pangan dapat dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Peningkatan produksi melalui intensifikasi dapat dilakukan dengan menerapkan inovasi teknologi pertanian unggulan pada lahan secara teknis. Sedangkan peningkatan produksi melalui

ekstensifikasi selain ditempuh melalui peningkatan indeks pertanaman (IP) yang dapat ditempuh melalui perluasan areal pertanian.

1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah tingkat produktivitas tanaman pangan ubi jalar (Ipomoea batatas) dengan metode pendekatan parametrik di daerah lembang? 2. Berapakah besarnya tingkat akurasi model pendekatan evaluasi lahan parametrik dalam mengembangkan tanaman pangan ubi jalar (Ipomoea batatas) di daerah lembang?

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui tingkat produktivitas lahan pertanian pangan ubi jalar (Ipomoea batatas) berdasarkan penilaian parametrik produktivitas lahan pada daerah lembang. 2. Mengetahui besarnya tingkat akurasi model untuk pengembangan lahan di daerah lembang.

1.4. Kegunaan Penelitian Luaran yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna untuk meningkatkan potensi ilmu pengetahuan baik secara ilmiah maupun praktis, dari segi ilmiah kegunaan penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan ilmu dalam perencanaan dan evaluasi lahan. Secara praktisnya diharapkan penelitian yang dilakukan dapat memprediksi produktivitas lahan pertanian terutama tentang komoditas pangan khususnya tanaman pangan ubi jalar pada daerah lembang.

1.5. Kerangka Pemikiran Dent and Young (1987) menyatakan bahwa evaluasi lahan suatu proses untuk memprakirakan potensi lahan untuk penggunaan tertentu termasuk didalamnya penggunaan lahan untuk tanaman pangan, perkebunan, pemukiman dan daerah konservasi. Dengan demikian evaluasi lahan merupakan suatu tindakan untuk menentukan jenis penggunaan lahan yang optimal pada setiap lahan/wilayah. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan potensinya akan mengakibatkan produktivitas menurun, degradasi kualitas lahan dan tidak berkelanjutan. Guna menghindari hal tersebut, maka diperlukan adanya evaluasi lahan untuk mendukung perencanaan pembangunan pertanian yang berkelanjutan (Rossiter, 1994; Davidson, 1992). . Penggunaan lahan yang sesuai dengan potensinya dapat meningkatkan produksinya serta usaha pertanian tersebut dapat berkesinambungan. Menurut Sitorus (2004) mengungkapkan bahwa kegunaan lahan bagi penggunaan tertentu dapat dilakukan melalui penilaian kemampuan lahan, kesesuaian lahan ataupun nilai lahan. Penggunaan yang sesuai ini diperlukan pengetahuan tentang bagaimana cara dan metode yang akan dilakukan dalam mendukung peningkatan produksi pertanian yang akan dilakukan. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk menduga penilaian ini dilakukan melalui pertimbangan pengaruh

sifat lahan terhadap daya dukungnya bagi pertanian secara optimal diantaranya dengan pendekatan parametrik. Pendekatan parametrik adalah sistem klasifikasi dan pembagian lahan atas dasar pengaruh atau nilai ciri lahan tertentu dan kemudian mengkombinasikan pengaruh-pengaruh tersebut untuk memperoleh kesesuaiannya (Udawatta and Henderson, 1986). Pendekatan parametrik dilakukan pemberian bobot atau rating pada tiap karakteristik (kualitas) lahan. Jika karakteristik lahan atau kualitas lahan optimal untuk suat tipe penggunaan lahan yang dipilih, maka diberikan nilai rating 0 100, namun jika karakteristik atau kualitas lahan memperlihatkan adanya pembatas, maka diberikan nilai rating yang rendah (Sys et al., 1991). Menurut Mabbut, (1996) dalam Sitorus (1989), pendekatan parametrik mengkelaskan lahan atas dasar sejumlah sifat lahan tertentu, dimana pemilihan sifat tersebut ditentukan oleh peruntukan atau penggunaan lahan yang sedang dipertanyakan. Pendekatan ini biasanya digunakan apabila individu dari sifat lahan dianggap lebih penting daripada sifat lahan keseluruhan. Indeks parametrik atau bobot rating merupakan akumulasi dari penilaian masing-masing factor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman pertanian. Indeks parametrik yang banyak dikenal adalah indeks storie yang dikembangkan oleh storie (1933) di California, Amerika Serikat, untuk digunakan sebangai dasar dalam menentukan besarnya pajak bumi diwilayah tersebut. Indeks ini ditentukan dengan cara perkalian nilai masing-masing sifat tanah. Indeks storie = R1 x R2 x .Rn R1 = nilai hasil penilaian (rating) faktor tanah ke-1

Rn = nilai hasil penilaian (rating) faktor tanah ke-n Pada storie (1933) ini hanya menggunakan tiga factor tanah yang dinilai pada awalnya yaitu R1 : sifat prifil tanah, R2 : tekstur tanah bagian atas, R3 = sifat-sifat tanah yang lain yang khas dari lokasi setempat (drainase tanah, lereng, salinitas). Pada tahun 1944 storie menambahkan satu faktor utama lagi yang harus di nilai yaitu faktor lereng yang sebelumnya termasuk faktor lain-lain. Sedangkan faktor lainnya selain lereng masih tetap di gunakan sebagai faktor lain. Karakteristik lahan dapat ditentukan dan dinilai kegunaannya melalui kegiatan inventarsasi sumberdaya lahan yang sudah diotimalkan dengan bantuan teknologi SIG. Sistem informasi geografis sebagai suatu sistem informasi untuk mengolah data yang bergeoreferensi dan digunakan untuk menghasilkan informasi baru. Kondisi lahan dapat diolah secara optimal melalui SIG sehingga data karakteristik lahan dan sebarannya secara spasial dapat dihasilkan dengan lebih cepat. Aronof (1991) mengungkapkan bahwa SIG mempunyai keuntungan dalam kemampuan mengelola data dalam jumlah yang besar dan kompleks. Kemampuan tersebut, menunjang upaya memahami kondisi lahan di Lembang pada berbagai variasi kondisi lahan. Pendekatan parametrik mempunyai beberapa keuntungan yaitu lebih bersifat kuantitatif dan kurang tergantung terhadap hasil interpretasi yang sifatnya subjektif dari bentuk lahan. Juga lebih bersifat statistik dalam mengukur keragaman, menformulasikan pengambilan contoh yang rasional dan menyatakan batas peluang dari hasil-hasil penemuan. Selain itu juga lebih cocok dengan perkembangan yang semakin meningkat (Sitorus, 1989).

Ubi jalar merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang dapat tumbuh dan berkembang di seluruh Indonesia. Tanaman ubi jalar mempunyai daya adaptasi lingkungan yang luas, dapat tumbuh di daerah tropis maupun subtropis; pada ketinggian tempat 0 sampai 3000 m diatas permukaan laut dan pada berbagai kondisi tanah (Rahayuningsih dkk., 2000). Penggunaan lahan mempunyai persyaratan yang sesuai agar tanaman tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik yaitu dengan menentukan karakteristik dan kualitas lahan tersebut. Karekteristik dan kualitas lahan untuk penggunaan tanaman pangan ubi jalar yang optimal meliputi : daerah yang bersuhu 21-270 C, sinar matahari 11-12 jam/hari, curah hujan curah hujan 500-5000 mm/tahun, optimalnya antara 7501500 mm/tahun., tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik, pH=5,5-7,5 (BPP Teknologi, http://www.ristek.go.id). Tabel Syarat tumbuh tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas)

Prospek bisnis Ubi jalar Sebagai komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tidak pernah jenuh. Sejak tahun 1990-an, tanaman itu mulai

dibudidayakan petani karena memiliki pasar bukan hanya di dalam negeri melainkan pasarnya bisa sampai luar negeri (Suganda, 2005). Pada tingkat petani, ubi jalar rata-rata dihargai Rp 2.000,00-an/kg mentah saat panen banyak, namun saat produksi minimal rata-rata Rp 3.500,00- 4.000,00-an/kg mentah (Solihat, 2005). Penelitian yang dilakukan Yulius Wijanarko 2007 berkesimpulan kesesuaian lahan untuk tanaman ubi jalar varietas Cilembu dipengaruhi oleh temperatur, C-organik, curah hujan, lereng dan bahaya erosi, tekstur dan kedalaman tanah. Serta waktu yang baik untuk penanaman mulai bulan Januari sampai dengan Mei. Menurut Riskomar, 2003 kesesuaian lahan untuk tanaman ubu jalar dipengaruhi oleh ketinggian, kelembaban nisbi, suhu udaranya, tekstur dan kedalaman tanah.

1.6. Hipotesis 1. Model evaluasi dengan pendekatan parametrik dapat digunakan untuk mempridiksi potensi lahan untuk pengembangan tanaman pangan ubi jalar di daerah lembang. 2. Dari kondisi karakteristik dan kualitas lahan daerah lembang dengan metode paramentik dapat memberikan nilai rating 50 yang berarti tingkat kesuksesannya cukup besar.

II.

BAHAN DAN METODA PENELITIAN

2.1. Tempat dan Waktu PenelitianLokasi penelitian meliputi seluruh kecamatan lembang yang telah diidentifikasi sebagai kawasan budidaya pertanian. Penelitian akan dilakukan dilapangan pada bulan Oktober 2011 sampai dengan November 2011.

Bulan No Kegiatan Oktober 1 2 3 4 Survei awal dan pengumpulan data Analisis satuan lahan Survei Lapangan Analisis data November

2 3 4

2.2. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) Air 2) Data sifat fisik tanah 3) Data Iklim seperti Curah Hujan, temperature, dan kelembaban. 4) Data produksi komoditas pertanian.

5) Data-data untuk analisis kependudukan. 6) Petani dan dinas terkait Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Laptop 2) Kamera sebagai dokumentasi penelitian 3) Alat tulis, handphone (perekam wawancara) 4) Software GIS dan statistik 5) Munsell Soil Color Chart, Bor Tanah, Kantong Plastik, pH meter, Kompas, Abney level, Altimeter, GPS.

2.3. Metoda Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. 1. Metode penentuan satuan lahan sebagai dasar pemilahan kondisi lahan berdasarkan pendekatan fisiografis. Kegiatan lapangan dengan mengecek batas satuan peta dan mengidentifikasi sifat dan ciri tanah satuan peta. Secara alami berdasarkan karakteristik eksternal (bentuk lahan: batuan, relief, dan lereng) yang ada selama pengamatan di lapangan dengan

menggunakan remote sensing. 2. Metode survey ini melalui pendekatan parametric. Pendekatan parametrik adalah sistem klasifikasi dan pembagian lahan atas dasar pengaruh atau nilai ciri lahan tertentu dan kemudian mengkombinasikan pengaruhpengaruh tersebut untuk memperoleh kesesuaiannya (Udawatta and Henderson, 1986). Pendekatan evaluasi lahan secara parametric ini akan dilakukan dengan pendekatan secara paralel. Dalam pendekatan paralel

kegiatan evaluasi lahan secara fisik dan ekonomi dilakukan bersamaan atau dengan kata lain analisis ekonomi dan sosial dari jenis penggunaan lahan dilakukan secara serempak bersamaan dengan pengujian faktorfaktor fisik. Melalui pendekatan paralel ini diharapkan dapat memberi hasil yang lebih pasti dalam waktu yang singkat. Adapun perhitungannya dalam menentukan akurasi dalam pendekatan perametrik ini: Indeks storie = R1 x R2 x .Rn R1 = nilai hasil penilaian (rating) faktor tanah ke-1 Rn = nilai hasil penilaian (rating) faktor tanah ke-n R1: sifat prifil tanah, R2 : tekstur tanah bagian atas, R3 : lereng , R4 : (drainase tanah dan salinitas) Penilaian faktor dapat dilihat di lampiran 1.3. Pengambilan sampel didasarkan atas pendekatan purposive sampling,

yaitu sampel yang diambil berdasarkan pertimbangan posisi yang mewakili keragaman pada setiap satuan lahan. Melihat lokasi yang serupa penggunaan lahannya dan dilakukan pengamatan tanah dari berpagai posisi dari fisiografil lahan tersebut. Purposive Sampling juga merupakan teknik yang memilih orang-orang untuk di wawancarai berdasarkan ciriciri khusus yang dimiliki sampel tersebut yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Sampel yang dipilih harus cermat sehingga relevandengan rancangan penelitian. 4. Analisis data tanah : uji normalitas atau Uji kenormalan adalah pengujian

sampel hasil pengamatan yang tersebar tersebut dari beberapa sampel

dianggap wajar. Dihitung denominator (D) dengan menggunakan uji statistik. Dimana X merupakan rata rata sampel dan Xi merupakan urutan sampel dari yang terkecil sampai yang terbesar.

y

Lalu hitung uji statistik T3. Uji ini diperoleh dari

Jika nilai T3 mendekati 1 berarti sampel memiliki penyebaran data normal; sedangkan jika nilai T3 terlalu kecil atau jauh dari nilai 1 berarti sampel memiliki penyebaran data tidak normal. Analisis hasil wawancara dengan uji lapangan. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi dari aspek ekonomi dan aspek sosial yang menjadi factor utama dan pembatas dalam pengelolaan penggunaan lahan (baik pola tanam, luas lahan, produksi, dosis pupuk, dll) di daerah yang diteliti. Wawancara dilakukan dengan teknik wawancara terstruktur, dimana peneliti membuat daftar pertanyaan terlebih dahulu yang dimaksudkan agar pengumpulan data lebih terarah pada tujuan penelitian. Menyusun lima hingga sepuluh pertanyaan atau lebih pada setiap bentuk pertanyaan tertutup maupun terbuka.

2.4. Pelaksanaan Penelitian

2.4.1. Pengumpulan Data (inventarisasi) Pengumpulan data geografi fisik pada penelitian ini dilakukan

menggunakan survei dengan metode pengambilan data sampel secara stratified sampling yaitu penentuan sampel dengan strata. Adapun strata yang dipakai yaitu satuan lahan. Sampel data geografi fisik diperoleh dengan melakukan kerja lapangan yang kemudian dilanjutkan dengan analisa laboratorium. Data ekonomi diperoleh melalui survei dengan teknik interview dengan para petani.

2.4.2. Tahapan Penelitian Tahap penelitian meliputi tahap persiapan, kerja lapangan, analisa laboratorium, pengolahan data dan analisis data. a. Tahap Persiapan 1. Studi pustaka yang berhubungan dengan potensi fisik dan ekonomi daerah yang diteliti. 2. Menyiapkan peta administrasi Kecamatan lembang dan peta-peta pendukung lainnya. 3. Penentuan lokasi atau daerah sampel. Penentuan lokasi menggunakan cara Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kondisi tertentu. b. Tahap Kerja Lapangan 1. Cek lapangan terhadap hasil interpretasi peta dengan kenampakkan sesungguhnya di lapangan yang kemudian di interpretasi ulang.

2. Pengumpulan data dari aspek fisik maupun ekonomi. Data geografi fisik diperoleh dari sampel di lapangan yang dilakukan dengan pengeboran dan kemudian dianalisa di laboratorium. Sedangkan data ekonomi diperoleh dengan cara survei dengan teknik interview terhadap petani untuk memperoleh variable ekonomi yaitu hasil pertanian dan permintaan pasar terhadap hasil pertanian. 3. Pengumpulan data sekunder dari dokumen dan infomasi daerah lembang dari instansi terkait maupun hasil penelitian lain.

2.4.3. Pengumpulan Data Primer Data primer di dapatkan dengan melihat dan mengevaluasi data fisik tanah melalui pengambilan sampel tanah. Data penelitian ini berupa data kondisi fisik lahan yang diperoleh dari interpretasi dan analisis dengan melihat kemiringan, lereng, tekstur, drainase. Areal yang diambil contoh tanahnya telah diamati dahulu di lapangan yaitu: jenis vegetasi, jenis penggunaan lahan, satuan lahan, bentuk wilayah dan kemiringan lereng, tekstur tanah, warna tanah, pH lapang, batas horizon, kedalaman tanah efektif, konsistensi, konkresi, bahan organik. 2.4.4. Analisis Data Mencocokkan data daerah dari berbangai segi dan nilai ekonomi apakah penggunaan tanaman untuk tanaman pangan ubi jalar sesuai. Analisis ini untuk mengetahui sejauh mana penggunaan lahan tersebut sesuai untuk

mengembangkan tanaman pangan khususnya ubi jalar.

Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis di Laboratorium Evaluasi Lahan dan diolah menggunakan perangkat lunak SPSS dan Arcgis, maka dapatlah data yang kemudian disajikan dalam suatu peta. 2.4.5. Zonasi Potensi Lahan Tanaman Membagi daerah lembang dengan beberapa zona. Zona ini dibentuk dari kesamaan kondisi fisik dari lahan tersebut sehingga kita dapat menentukan zona mana saja yang sesuai untuk pengembangan tanam pangan ubi jalar tersebut dengan cara di petakkan. 2.4.6. Kesesuaian Lahan Tanaman Ubi jalar Mengidentifikasi dan mendelinasi dengan dinilai kelas kesesuaian lahannya berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman. Penilaian kelas kesesuaian lahan akan memberikan arahan rekomendasi apakah terdapat faktor pembatas yang menghambat pada daerah tersebut. Sehingga dapat dievaliasi dengan melihat pembagian tempat mana saja yang sesuai untuk tanaman Ubi jalar didaerah kecamatan lembang tersebut.

Daftar Pustaka Aronoff, Stan 1991, Geographic Information System: A Management Prespective, WDL Publication, Otawa Canada. BAPPENAS. 2000. Ubi Jalar / Ketela Rambat ( Ipomoea batatas ). Kemal Prihatman. Jakarta. Boy Macklin. 2009. Telo (ubi jalar) Indonesia diminati jepang dan korea harganya 20 SGD/bungkus. AGROBIS. Edisi 816 hal: 29. Davidson, D.A. 1992. The evaluation of land resources. Longman Scientific & Technical, New York. 198 pp. Dent, D dan Young A., 1981, Soil Suvey and Land Evaluation, George Allen and Unwin, London. Djaenuddin, D., Marwan H., Subagyo H., A Hidayat. 2003. Petunjuk teknis evaluasi lahan untuk komoditas pertanian. Balai Penelitian Tanah, Bogor Indrie Ambarsari, Sarjana, dan Abdul Choliq. 2009. Rekomendasi dalam penetapan standar mutu tepung ubi jalar. (BPTP). Jawa Tengah. Lutfi Aris Sasongko. 2009. Perkembangan ubi jalar dan peluang pengembangannya untuk mendukung program percepatan diversifikasi konsumsi pangan di Jawa tengah. Mediagro. Jawa tengah. Vol 5 No 1 hal 36-43.

.Pusat Penelitian tanah. 1983. Term of Reference. Klasifikasi Kesesuaian Lahan. Proyek Penelitian Pertanian Menunjang Transmigrasi. No. 29 b/1983. Bogor Rossiter, D.G. 1994. Land evaluation. Cornell University College of Agr & Life Sciences Department of Soil, Crop & Atmospheric Science, Australia. Sarwono, Widiatmaka. 2001. Kesesuaian lahan dan perencanaan tata guna tanah. IPB. Bogor. Sitorus, S.R.P., 1985, Evaluasi Sumberdaya Lahan, Penerbit Tarsito, Bandung Storie, R.E. 1933. An index for rating the agricultural value of soil. Bull. Calif Agric. Exp. Sta. No. 556. Syaifuddin. Optimalisasi Penggunaan Lahan Menunjang Pengembangan Tanaman Jagung Di Kabupaten Gowa Dan Kabupaten Takalar. STTP Gowa

Sys, C., Van Ranst., Debaveye, I. 1991. Land evaluation, part I principles in land evaluation and crop production calculation. Agriculture publication, Brussel-Belgium Tino Mutiarawati Onggo. 20 Perubahan Komposisi Pati dan Gula Dua Jenis Ubi Jalar Cilembu Selama Penyimpanan. Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor. Udawatta, R.P., Henderson, GS. 2006. Root distribution relationships to soil properties in Missouri Oak stands. Center For Agroforestry, School of Natural Resources, Univ of Missouri, Columbia. Yulius Wijanarko. 2007. Kesesuaian lahan untuk tanaman ubi cilembu di kecamatan jatisrono kabupaten Wonogiri. Universitas Sebelas Maret: Surakarta .

Lampiran 1 INDEKS STORIE Faktor R1: Sifat Profil Tanah Tanah pada kipas aluvial muda Tanah penghambat perakaran Lapisan penghambat perakaran 90 cm Lapisan penghambat perakaran 60 cm Sub-soil sangat berbatu Sub-soil liat berlapis-lapis Tanah dataran tua/ padas keras Padas keras pada kedalaman 120-180 cm Padas keras pada kedalaman 90-120 cm Padas keras pada kedalaman 60-90 cm Padas keras pada kedalaman 30-60 cm Padas keras pada kedalaman 40 % Nilai (%) 100 95-100 85-95 70-80 30-50 5-30

Faktor R4 : Sifat-sifat Lain Drainase y y y y y Drainase baik Drainase agak baik Air terhambat (water logged) sedang Air terhambat (water logged) sangat buruk Kena pengaruh air permukaan Nilai (%) 100 80-90 40-80 10-40 bervariasi

Alkali y y y y y Bebas alkali Agak dipengaruhi (slightly affected) Dipengaruhi sedang (moderately affected) Dipengaruhi sedang sampai kuat Dipengaruhi kuat (strongly affected)

Nilai (%) 100 60-95 30-60 15-30 5-15 Nilai (%) 100 95-100 80-95 60-80 Nilai (%) 80-95 Nilai (%) Tanpa sampai sedikit Endapan merugikan (detrimental deposition) Erosi lembar sedang Kadang-kadang parit dangkal (occasional shallow gullies) Erosi lembar sedang dengan parit dangkal Parit dalam (deep gullies) Erosi lembar sedang dengan parit dalam Erosi lembar hebat Erosi lembar hebat dengan parit dangkal Erosi lembar hebat engan parit dalam Erosi sangat hebat Erosi angin sedang Erosi angin hebat 100 75-95 80-95 70-90 60-80 10-70 10-60 50-80 40-50 10-40 10-40 80-95 30-80

Tingkat kesuburan y y y y Tinggi Sedang Buruk Sangat buruk

kemasaman y Erosi y y y y y y y y y y y y y Menurut tingkatannya

Relief mikro (mikro relief) y y y y y y Rata (smooth) Saluran (channels) Gundukan (hogwallows) Bukit kecil rendah (low hummocks) Bukit kecil tinggi Bukit pasir (dunes)

Nilai (%) 100 60-95 60-95 80-95 20-60 10-40

Lampiran 2 Wawancara petani Meliputi 1. Berapa luas lahan? berapa luas lahan yang di Tanami Ubi jalar? 2. Berapa besar produktifitas Ubi jalar permusim/ pertahun? 3. Berapa Harga Ubi jalar perkilonya? 4. Apa masala dan kendala yang di hadapi? 5. Bagaimana perkembangan Ubi jalar yang sudah dilakukan? Wawancara dinas pertanian setempat Meliputi 1. Pertanian apa saja yang ada di kecamatan lembang tersebut? 2. Berapa luas lahan pertanian yang ada? 3. Berapa total luas lahan pertanian untuk Ubi jalar?