Transcript
Page 1: Bahan Semantik Dan Pragmatik

SISTEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA

Disusun Oleh: Nita Zakiyah

1. Pendahuluan

Pembicaraan mengenai pengajaran bahasa tidak bisa dilepaskan dari konteks pembelajaran

bahasa. Keduanya berkait erat dan melibatkan berbagai komponen yang jumlahnya banyak. Intinya

adalah bahwa proses belajar mengajar bahasa itu bukan hal yang sederhana dan tidak bisa diamati

sekedar sebagai potongan-potongan kegiatan mengeluarkan dan menimba bahan saja. Sistem

pengajaran formal di sekolah dalam konteks pembelajaran bahasa hanya merupakan salah satu saja

dari sekian banyak komponen terkait.[1]

Sebagai sistem pembelajaran terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu pelajar sebagai masukan

(input), proses, dan keluaran (output). Proses melibatkan pelajar sebagai komponen yang mengalami

proses itu, guru sebagai penggerak sekaligus pengatur jalannya proses, kurikulum sebagai program

yang dijalankan dalam proses, dan prasarana serta sarana sebagai fasilitas yang memungkinkan

jalannya proses itu. Semua komponen itu berperan dalam kekompakan. Pelajar merupakan pribadi-

pribadi yang aktif, bukan objek yang pasif yang dapat diisi dengan ilmu dan pengetahuan seperti botol

kosong yang dapat dipenuhi begitu saja dengan air, minyak tanah, bensin, atau apa saja oleh guru.

Guru mempunyai peranan yang sangat menentukan. Apakah ia mau memperlakukan pelajar sebagai

subjek yang aktif atau objek yang pasif, melaksanakan kurikulum dengan penuh kreativitas, atau

seperti mesin yang mati dan hidup tanpa variasi, dan sebagainya, semua tergantung pada guru.

2. Tujuan Pembelajaran Bahasa

Pendidikan adalah usaha manusia untuk kepentingan manusia. Jadi pada saat manusia itu ada

dan masih ada, pendidikan itu telah dan masih ada pula. Dengan demikian dimana-mana bisa

ditemukan peristiwa belajar mengajar, terutama di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya. Proses

belajar mengajar yang berkembang di kelas pada umumnya ditentukan oleh peranan guru dan siswa

sebagai individu-individu yang terlibat langsung di dalam proses tersebut.[2]

Dan belajar mengajar tersebut merupakan peristiwa bertujuan, artinya mengajar merupakan peristiwa

yang terikat oleh tujuan dan dilaksanakan semata-mata untuk mencapai tujuan itu. Menetapkan tujuan

sebelum pembelajaran dimulai merupakan salah satu hal yang dapat mendukung pembelajaran bahasa

siswa sekolah. Tanpa tujuan yang jelas, seorang guru seperti layaknya tidaknya mempunyai pegangan

yang tetap dalam pengajaran. Oleh karena itulah, sebelum pembelajaran dimulai, maka seorang guru

Page 2: Bahan Semantik Dan Pragmatik

harus menetapkan tujuan pembelajaran yang jelas, kongkrit, fungsionsl dan dapat di evaluasi.

Apabila yang dituju atau yang akan dicapai ialah titik C, maka dengan sendirinya proses

pengajaran belum dianggap berhasil bila yang dicapai pada kenyataannya barulah titik A atau B.

Dengan kata lain, taraf pencapaian tujuan pengajaran merupakan petunjuk praktis tentang sejauh

manakah interaksi edukatif itu harus dibawa untuk mencapai tujuan yang terakhir. Dalam hal ini yang

harus diperhatikan ialah bahwa para guru terlebih dahulu harus mempunyai gambaran dan konsep

yang jelas mengenai tujuan yang akan dicapainya bersama dengan murid. Bila dia sendiri tidak

memahami makna tujuan itu bagaimana ia dapat diharapkan membimbing murid-murid yang lebih

tinggi.

Termasuk pula pengajaran bahasa, tujuan merupakan satu diantara hal pokok yang harus

diketahui dan disadari betul-betul oleh seorang guru sebelum mulai mengajar. Guru tersebut harus

dapat memberi penafsiran yang tepat mengenai jenis dan fungsi tujuan yang akan dicapainya secara

kongkrit.[3]

Dalam bahasa Indonesia, kata tujuan mengandung sedikitnya dua arti: arah dan titik akhir.

Dalam arti inilah juga kita perlu menafsirkan makna tujuan pendidikan khususnya bahasa. Misalnya

beberapa tujuan pembelajaran bahasa diantaranya yaitu agar siswa mampu berkomunikasi dengan

bahasa ajaran dan dapat menggunakan bahasa dengan baik dan benar serta dapat bertutur seperti

ujaran penutur asli.[4]

Contoh lain, tujuan pembelajaran bahasa Arab menurut Pak Abdullah dalam artikelnya

“Model Pembelajaran Bahasa Arab di PTAIS” adalah pembelajaran bahasa yang di orientasikan dan

fokus kepada pembinaan kemampuan wacana berbahasa Arab,[5] dan hal itu menjadi tujuan yang

wajar bila dalam aplikasi pembelajaran bahasa Arab selalu di kaitkan dengan materi nahwu, sehingga

lebih pantas di namakan pembelajaran nahwu dibanding bahasa Arab, meski dalam mempelajari

bahasa tidak dapat dipungkiri bahwa materi nahwu memang unsur vital, namun tidak berarti

pembelajaran bahasa Arab menjadi pembelajaran nahwu, jadi pembinaan kemampuan hendaknya jadi

tujuan dalam pembelajaran bahasa. Demikianlah kiranya argumentasi dari tujuan yang dikemukakan

oleh dosen yang bergelut dengan pembelajaran bahasa Arab ini.

Agar tujuan pembelajaran bahasa dapat tercapai dan mendapatkan predikat sukses, perlu

diperhatikan pula kondisi pengajar atau guru. Idealnya, seorang guru bahasa harus:

1. Mempunyai kemampuan bahasa yang hendak di ajarkan secara memadai

2. Memahami perkembangan psikologi siswa

3. Memahami cara belajar siswa

4. Mengerti dan memahami karakteristik siswa

5. Mengerti dan memahami bagaimana memilih dan mengembangkan materi ajar

termasuk juga media bantu pengajaran

Page 3: Bahan Semantik Dan Pragmatik

6. Mempunyai pengetahuan yang memadai tentang methodology pengajaran[6]

3. Prinsip Pembelajaran Bahasa

Dalam pengajaran bahasa sangat penting untuk mengetahui prinsip-prinsip yang terkandung

didalamnya sehingga guru mengetahui dan memahami benar bagaimana proses keberhasilan siswanya

dalam penguasaan bahasa pertama dan kedua. Sering terjadi bahwa guru hanya menggunakan teknik

pengajaran yang digunakan oleh gurunya yang terdahulu tanpa memahami adanya perubahan yang

terjadi di lingkungan belajar siswanya saat itu. Dalam prinsip-prinsip pembelajaran bahasa terdapat

tiga unsur penting, meliputi:

1 Prinsip didaktik

Sebelum beranjak pada manfaat didaktik, perlu dibahas ruang lingkup dari didaktik itu sendiri

terutama dalam pembelajaran bahasa. Jika kita menganggap mengajar itu sebagai menanamkan

pengetahuan kepada anak, maka tekanannya hanya pada mata pelajaran saja. Tetapi secara umum

mengajar disini kita artikan sebagi suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-

baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Dalam pengertian ini

tercakup faktor guru, anak dan lingkungan hidup yang diorganisir dalam bentuk bahan pengajaran

dimana ketiga-tiganya harus mendapatkan perhatian, sehingga dapat diperoleh hasil yang sebaik-

baiknya. Dalam tataran pembelajaran bahasa juga tidak jauh berbeda, proses pembelajaran bahasa bisa

berlangsung dengan pengorganisasian dan lingkungan sebaik-baiknya yang sudah di persiapkan

sehingga anak merasa nyaman, misalnya: waktu belajar telah di atur sedemikian rupa, durasi belajar,

mata pelajaran (nahwu, shorof, muhadatsah, Maharat istima’, dll) dan tempat yang di gunakan

(contoh: ruang hanya boleh ditempati maksimal 10 orang, ventilasi ruangan memadai dll). Kemudian

kesemuanya itu menjadi faktor pendukung bagi anak dalam mempelajari bahasa yang di tekuni,

dengan demikian akan melahirkan suatu prinsip pembelajaran bahasa yang efektif.

Merupakan suatu kewajiban bagi seorang guru untuk dapat melaksanakan tugas dengan

sebaik-baiknya, dan untuk mengetahui sukses tidaknya suatu proses pembelajaran dapat diketahui dari

adanya perubahan pada tingkah laku anak menuju kesempurnaan, atau pengajaran dikatakan sukses

apabila:

a. Hasilnya mantap/tahan lama dan bahasa yang dipelajari dapat digunakan atau di

aplikasikan oleh si pelajar dalam hidupnya

b. Anak-anak dapat menggunakan bahasa yang dipelajarinya dengan bebas serta penuh

kepercayaan di berbagai situasi dalam hidupnya

Perlu diketahui pula, bahwa mengajar yang tahan lama atau autentik ialah bila:

1) hasilnya meresap didalam pribadi anak

Page 4: Bahan Semantik Dan Pragmatik

2) dipahami benar

3) mengandung arti bagi hidup anak (meaningfull)[7]

Dengan demikian hendaknya bahasa yang dipelajari dapat mencapai hasil yang autentik,

sehingga pembelajaran bahasa dapat di katakan sukses yakni mencapai tujuan yang telah

diformulasikan dalam perencanaan yang diaplikasikan pada proses balajar mengajar.

2 Prinsip Linguistik

Prinsip linguistik disini akan menguraikan beberapa teori bahasa yang telah banyak di

aplikasikan oleh berbagai lembaga dalam belajar bahasa, tapi sebelum beranjak pada teori perlu

dibahas sedikit mengenai teori bahasa itu sendiri.

Teori bahasa perlu dibedakan dari teori analisis bahasa. Teori analisis bahasa perlu dibedakan

dari metode studi bahasa. Teori tentang bahasa berhubungan dengan hakikat bahasa itu sendiri. Teori

bahasa dapat dibedakan atas; bahasa dan seperangkat struktur, dikaitkan dengan situasi; bahasa adalah

satu system struktur yang dikuasai oleh kaidah dan tersusun secara hirarkhis; bahasa pada dasarnya

adalah struktur berdasarkan tata bahasa; setiap bahasa terdiri dari unsure-unsur yang memberikan satu

ritme yang khas dan semangat, kosakata yang fungsional dan seperangkat struktur adalah kunci dari

semangat bahasa; bahasa adalah lebih daripada satu sistem Dari beberapa teori dan persepsi orang

tentang bahasa tersebut itu melahirkan teori-teori pembelajaran bahasa yang berpadanan dengan teori

dan persepsi tentang bahasa.[8]

Kita dapat mencatat pelbagai macam teori belajar bahasa yang dikaitkan dengan teori bahasa

itu sendiri dan tujuan belajar bahasa. Bila memandang bahasa sebagai seperangkat struktur, dikaitkan

dengan situasi; bahasa adalah satu system struktur yang dikuasai oleh kaidah dan tersusun secara

hirarkhis; bahasa pada dasarnya adalah struktur berdasarkan tata bahasa; setiap bahasa terdiri dari

unsure-unsur yang memberikan satu ritme yang khas dan semangat, kosakata yang fungsional dan

seperangkat struktur adalah kunci dari semangat bahasa; dengan tujuan agar siswa dapat memahami

struktur bahasa itu dapat digunakan teori tradisional yang notabene ciri dalam pembelajarannya

senang bermain dengan definisi. Namun apabila memandang bahasa merupakan sebuah perangkat

kebiasaan dapat menggunakan teori structural yang berlandaskan pola pemikiran secara behavioristik.

[9]

3 Prinsip Psikologis

Prinsip psikologis memegang peranan penting dalam pembelajaran bahasa, pada prinsip

psikologis dalam pembelajaran bahasa juga menyimpan beberapa teori, seperti teori kognitif yang

Page 5: Bahan Semantik Dan Pragmatik

pada pembelajarannya memperhatikan tahap perkembangan kognitif peserta didik atau pembelajaran

bahasa yang langsung dapat dikaitkan dengan teori psikologi belajar adalah teori belajar bahasa secara

empiris dan teori belajar bahasa secara kognitif. Contohnya: bahasa dan cara berpikir anak dan dewasa

berbeda, oleh karena itu, guru harus mengetahui kondisi siswa yang di ajar dan menggunakan bahasa

yang sesuai dengan cara berpikir anak.[10] Teori struktural tentang bahasa dapat dikaitkan dengan

teori tingkah laku dari psikologi dan teori belajar yang berhubungan dengannya; teori transformasi

generatif tentang bahasa dapat dikaitkan dengan teori kognitif dan proses dari psikologi dan teori

belajar yang cocok. Selain itu, terdapat teori humanistic yang mengenalkan satu cara pengajaran

bahasa yang lentur dan tidak kaku, dengan kata lain, tidak ada yang memaksa dan dipaksa, tidak

menekankan pada suasana formal seperti pada umumnya dalam belajar mengajar, guru disini

diposisikan hanya sebagai fasilitator.

4. Pendekatan

Secara umum tedapat dua pendekatan dalam pempelajari bahasa, yakni secara empiris dan

rasional. Dikaitkan dengan teori pembelajaran bahasa, prinsip-prinsip empiris didasari oleh teori

structural yang memandang bahasa itu seperangkat kebiasaan, prinsip-prinsip tersebut memandang

bahasa sebagai ujaran dan bukan tulisan serta berdasarkan kebiasaan dan mengajarkan bahasa, bukan

tentang bahasa. Sedangkan teori rasional yang mempunyai pandangan bahwa bahasa itu

berkaidah[11] bisa dikatakan berakar dari teori tradisional yang suka bermain dengan definisi.

Contoh yang banyak terjadi, pembelajaran bahasa Arab di pesantren yang masyhur dengan

teori tradisional dan pendekatan rasionalisme yang di amalkan para guru/ustadzdalam mengajarkan

bahasa. Sedangkan di lembaga-lembaga kursus bahasa ditanah air didominasi oleh penggunaan teori

structural dan transformatif dengan pendekatan empirik.

5. Strategi Dan Langkah-Langkah Pembelajaran Bahasa

Masuk pada tataran selanjutnya yakni strategi dan langkah-langkah dalam mempelajari bahasa.

Strategi dan langkah-langkah yang akan dicapai tentu saja harus selaras dengan tujuan, prinsip, dan

pendekatan yang sudah dirumuskan sebelumnya. Pemilihan strategi pembelajaran juga harus

didasarkan pada pertimbangan berikut:

1. Tujuan belajar: jenis dan jenjangnya

2. Isi ajaran: sifat, kedalaman, dan banyaknya

3. Pembelajar: latar belakang, motivasi, serta kondisi fisik dan mental

4. Tenaga kependidikan: jumlah, kualifikasi, dan kompetensinya

Page 6: Bahan Semantik Dan Pragmatik

5. Waktu: lama dan jadwalnya

6. Sarana yang dapat dimanfaatkan

7. biaya

Pemilihan strategi dengan segala pertimbangannya seyogyanya dilakukan secara bersama,

atau bahkan oleh suatu tim khusus, bukan dibebankan sendiri-sendiri pada dosen/guru. Dan pemilihan

itu merupakan keputusan kebijakan yang bersifat nasional ataupun institusional.

Menurut Romiszowski strategi dasar dalam pembelajaran dibedakan menjadi dua: (1)

ekspositori (penjelasan) yang difokuskan pada pemrosesan informasi, terkait dengan teori dan

pendekatan dalam mermpelajari bahasa strategi ini lebih condong pada teori tradisional dan

pendekatan rasional. Karena strategi ini difokuskan pada pemberian informasi dari guru pada anak

didik dan latihan-latihan yang diberikan hanya untuk mengaplikasikan teori, biasanya dalam bentuk

soal-soal dengan kesulitan yang bertambah. Dalam pembelajaran bahasa, biasanya pembelajar menjadi

ahli bahasa yang pasif. Maksudnya ia akan menguasai tata bahasa namun kurang bisa berkomunikasi

atau berujar dengan bahasa yang dipelajari. Contohnya seorang yang belajar bahasa Arab, ia

menguasai tata bahasa Arab yang meliputi nahwu sharaf namun tidak mampu berkomunikasi dengan

penutur asli/orang Arab atau ia tidak mampu berujar dengan bahasa Arab. (2) diskoveri (penemuan)

[12] yang didasarkan pada teori pemrosesan pengalaman. Pada strategi pembelajaran diskoveri lebih

cocok dipakai dengan di iringi dengan teori stuktural dan pendekatan empiric, karena pada strategi

diskoveri titik tekannya pada pemrosesan pengalaman, berarti anak didik diberi kesempatan untuk

mengamati setiap tindakannya, dengan demikian dibutuhkan latihan demi latihan dengan tidak

menggunakan soal-soal tulisan akan tetapi biasanya dengan multimedia, pada strategi ini guru tidak

selalu memberi informasi akan tetapi memberi peluang kepada anak didik mengaplikasikan bahasa

yang dipelajari dalam bentuk ujaran untuk berkomunikasi agar lahir kebiasaan dalam berbahasa.

6. Bahan

Setelah menentukan teori, pendekatan dan strategi pembelajaran bahasa, bahan atau materi

pembelajaran juga harus diperhatikan dengan seksama. Sebelum menentukan bahan harus mengetahui

konsep dalam mempersiapkan bahan, secara garis besar terdapat dua konsep: (a) Konsep Mackey

membedakan 4 hal penting yakni: sasaran, prosedur, urutan, dan proporsi. Sasaran persiapan berkaitan

dengan 1)jenjang pengajaran, maksudnya jenjang pendidikan mana pelajaran itu akan diberikan. 2)

tipe pelajaran yang akan disajikan, tipe pelajaran berkaitan dengan dengan masalah apakah bahan itu

baru, merevisi bahan yang ada, atau pengajaran remedia. 3) keterampilan yang akan dilatihkan. 4)butir

bahan yang akan diketengahkan. Selanjutnya hal yang berkaitan dengan prosedur meliputi: 1) daftar

alat Bantu belajar yang dibutuhkan, 2) prosedur menyiapkan si terdidik, 3) penyajian butir-butir

Page 7: Bahan Semantik Dan Pragmatik

bahan, 4) bimbingn kepada si terdidik, 5) kebiasaan, 6) penerapan butir bahan yang disajikan, dan 7)

penilaian akhir. Beranjak pada urutan, urutan disini berkaitan dengau urutan butir yang akan disajikan,

urutan keterampilan yang akan dilatihkan dan urutan prosedur yang akan diterapkan.n sedangkan

proporsi yang berkaitan denga alokasi waktu yang disediakan, dan mengisyaratkan untuk penggunaan

waktu sejak guru masuk sampai ia keluar. Ia dapat merencanakan, kapan memberikan bahan persepsi,

berapa menit pretes akan dilaksanakan, berapa menit penyajian akan diberikan, diskusi, laporan

diskusi, penguatan, penilaian, dan menutup pelajaran. (b) Konsep Howatt, meliputi 1)pendekatan,

2)prinsip penyusunan, 3) teknik penyusunan, 4) pemilihan bahan, dan 5) organisasi penyajian.

Setelah menentukan konsep yang ingin dipakai untuk mempersiapkan bahan pelajaran, harus

ditentukan orientasi penyusunan, dan orientasi ini dikaitkan dengan a) tujuan, apabila bahan

pengajaran yang disusun berorientasi kepada tujuan, maka seluruh aktivitas guru bahasa harus di

arahkan pada tujuan. b) bahan, disini bukan tujuan yang dipentingkan, tetapi bahan. Tentu saja bahan

itu harus dilihat dari keluasan dan kedalamannya, contoh yang banyak terjadi, guru bahasa mengejar

bahan agar bahan selesai sesuai dengan alokasi waktu yang terdapat dalam kurikulum. c) anak didik,

memperhatikan anak didik di kelas yang memiliki keragaman kemampuan menyerap bahan pelajaran

yang disajikan, IQ yang berbeda, latar belakang ekonomi, sosial, budaya, agama, pendidikan orang tua

yang berbeda, latar belakang lingkungan keluarga, dan berperilaku bahasa yang berbeda pula. dan d)

guru bahasa, disini gurulah yang jadi ukuran.[13] Kemudian isi bahan pelajaran pun harus

memperhatikan hal-hal berikut:

1) isi bahan harus sesuai dengan kurikulum sekolah

2) isi bahan pelajaran harus berorientasi pada tujuan

3) isi bahan harus mempertimbangkan landasan kebahasaan, kependidikan, dan psikologi

4) isi bahan yang disusun harus memperhatikan jenjang pendidikan anak didik

5) isi bahan pengajaran memungkinkan anak didik mengembangkan kapasitas bahasanya

6) isi bahan pengajaran sebaiknya terpadu dan utuh

7) isi bahan pengajaran yang disusun sebaiknya berguna bagi anak didik.[14]

7. Media

Bahasa merupakan medium komunikasi utama didalam didalam kehidupan manusia sesame

manusia baik di dalam hubungan sosial sehari-hari maupun hubungan interaksi edukatif. Media

merupakan sarana penunjang demi keberhasilan dalam pembelajaran bahasa. Untuk memperoleh

gambaran yang lebih menyeluruh mengenai kemungkinan-kemungkinan mempergunakan media yang

lain untuk mempertinggi nilai perhubungan edukatif tersebut, kini kita akan lihat berbagai alat dalam

tiga tingkatan pengalaman.

Page 8: Bahan Semantik Dan Pragmatik

Alat-alat pengajaran, ditinjau dari tingkatan pengalaman murid. Dapat dibagi dalam tiga

golongan. Golongan pertama adalah alat-alat yang merupakan ‘benda-benda sebenarnya’ yakni benda-

benda riil yang dipakai manusia dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam mempelajari kosakata

guru bisa menggunakan benda-benda dari kosakat yang ingin diajarkan, seperti pena, buku, penggaris,

dll. Golongan kedua adalah alat-alat yang merupakan benda pengganti, seringkali dalam bentuk tiruan

benda sebenarnya. Benda-benda pengganti ini berfungsi sebagai alat-alat pengajaran bilamana karena

suatu sebab benda pengganti itu lebih praktis digunakan daripada benda-benda sebenarnya.

Pengalaman-pengalaman yang diperoleh murid melalui benda-benda itu adalah pengalaman

“bantuan”. Misalnya, dalam mempelajari dialek atau logat dalam berbahasa arab di perlukan ruang

multimedia atau laboratorium bahasa. Ruang multimedia dan laboratorium bahasa merupakan benda

pengganti karena lebih praktis dibanding harus melakukan perjalanan dan tinggal di Negara-negara

yang menggunakan bahasa Arab untuk mempelajari bahasanya. Dan sebagaimana sudah di singgung

bahwa pengalaman yang di dapat anak didik pada contoh yang seperti ini bisa di sebut sebagai

pengalaman bantuan. Golongan ketiga adalah bahasa baik lisan maupun tulisan; bahasa memberikan

pengalaman verbal yang tinggi tingkat abstraksinya dibandingkan dengan dua golongan alat

sebelumnya.[15] Golongan yang ketiga ini juga sangat umum di gunakan di berbagai proses belajar

mengajar bahasa, karena sangat praktis dan ekonomis.

Yang perlu di ingat adalah, media pembelajaran hanya sebagai penunjang dan bukan hal pokok

dalam pembelajaran bahasa. Jadi, jangan sampai media pembelajaran menjadi penghambat dalam

pembelajaran bahasa itu sendiri.

8. Evaluasi

Evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau nilai berdasarkan kriteria

tertentu. Hasil yang diperoleh dalam penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar, dan evaluasi

merupakan sebuah komponen penting dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa, evaluasi berfungsi

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejauhmana efektifitas cara belajar dan mengajar yang telah dilakukan

benar-benar tepat atau tidak, baik yang berkenaan dengan sikap pendidik atau guru maupun

anak didik/murid.

2. Untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa guna menetapkan keputusan apakah bahan

pelajaran perlu diulang atau dilanjutkan.

3. Untuk mengetahui atau mengumpulkan informasi tentang taraf perkembangan dan kemajuan

yang diperoleh oleh murid dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam

kurikulum pembelajaran bahasa.

Page 9: Bahan Semantik Dan Pragmatik

4. Sebagai bahan laporan bagi orang tua murid tentang hasil belajar siswa. Laporan ini dapat

berbentuk buku raport, piagam, sertifikat, ijazah, dll.

5. Untuk membandingkan hasil pelajaran yang diperoleh sebelumnya dengan pembelajaran yang

dilakukan sesudah itu, guna meningkatkan pendidikan.[16]

9. Penutup

Di dalam pembelajaran bahasa memerlukan upaya yang beraneka, berbagai variabel turut

terlibat di dalam upaya membuat pembelajaran bahasa itu berhasil dengan baik. Demi keberhasilan itu

dibutuhkan proses panjang sejak perencaan hingga aplikasi pengajaran dan pembelajarannya. Dari

menentukan tujuan, mempelajari teori pengajaran bahasa, menentukan pendekatan, lalu mengarah

pada strategi dan langkah-langkah, merencanakan bahan pembelajaran, kemudian memilih media yang

sesuai dalam pembelajaran, kemudian tahap akhir adalah evaluasi dari usaha perencanaan dan

pembelajaran bahasa yang sudah dilakukan.

Makalah ini mungkin jauh dari kata sempurna, dan sebagai penyusun, dengan rendah hati

saya membuka tangan selebar-lebarnya untuk kritik, saran yang menumbuhkan motivasi. Karena

hidup di penuhi oleh berbagai proses, begitu pula saya sebagai pelajar akan selalu berproses untuk

selalu memperbaiki segala kesalahan dan kekhilafan.

Tak ada asa yang lebih tinggi, hanya berharap semoga karya ini dapat bermanfaat untuk

penyusun sebagai pemula khususnya, dan bagi pembaca umumnya.

Kepada bapak dosen dan semua oknum yang telah membantu hingga tugas ini selesai, saya

haturkan beribu terima kasih dan apresiasi yang tak terhingga.

SEMANTIK

1.0 PENGENALAN

Manusia berbicara dengan bahaasa. Tanpa bahasa yang jelas dan bermakna, komunikasi yang lengkap

Page 10: Bahan Semantik Dan Pragmatik

tidak akan berlaku. Jalinan bahasa yang terjadi antara setiap penuturnya memerlukan persefahaman

dalam mengungkapkan makna. Pada umumnya, istilah semantik merupakan istilah yang digunakan

untuk merujuk kepada perkembangan dan perubahan makna dalam bahasa. Kajian semantik telah

mula memberi fokus kepada aspek kajian tradisional iaitu perubahan makna sebelum tahun 1930.

Namun selepas 1930, kajian semantik lebih menekankan kepada permasalahan deskriptif dan struktur

dalam semantik(Ullman,1966).Gustaf Stern (1931) telah menghasilkan sebuah buku bertajuk

“Meaning and Change of Meaning with Special Reference to English Language”.

Dengan terhasilnya tulisan ini, corak pengkajian telah berubah. Pakar-pakar bahasa tidak lagi

memberi tumpuan hanya kepada perubahan makna dan sebab-sebabnya tetapi juga mula beralih

kepada aspek dalaman tentang perbendaharaan kata dan juga prinsip umum kepada kajian bahasa

tertentu(Ullman,1966). Nor Hashimah(1994) pula berpendapat, terdapat dua tahap perkembangan ilmu

bahasa iaitu semantik falsafah dan semantik linguistik. Perkembangan dalam bidang linguistik telah

menyebabkan wujudnya pendapat yang meletakkan ilmu semantik dalam bidang linguistik.

Sementara itu menurut Modul Pembelajaran BML3083, kata semantik berasal daripada kata

adjektif bahasa Yunani, ‘semant ickos’ yag bermaksud ‘significant’ iaitu ‘penting’ atau’ bererti’(Hashin

Musa, Ong Chin Guan, 1998). Nik Safiah Karim(2001) juga mengatakan bahas semanting ialah

bidang yang mengkaj makna atau erti bahasa. Semantik atau kajian makna adalah satu bidang yang

luas, mencakupi struktur dan fungsi bahasa danjuga masalah dalam kajin psikologi, falsafah dan

antropologi.Dngan pendapat di atas, dapatlah dikatakan semantik ialah sebahagian daripada cabang

linguistik yang mengkaji bidang makna dalam bahasa.

Seseorang itu boleh mentakrifkan makna sesuatu bentuk pertuturan dengan tepat apabila

makna ini berkaitan dengan pengetahuan saintifik yang dimiliki oleh seseorang ( Leonard Bloomfield,

1992). Menurut Zabech, semantik dalam peristilahan moden digunakan dengan maksud ‘kajian

tentang hubungan antara item-item bahasa seperti perkataan, penamaan (nama am dan nama khas),

ekspresi predikat.

Menurut Abdullah Yusof, Alias Mohd Yatim dan Mohd Ra’in Shaari dalam bukunya yang

Page 11: Bahan Semantik Dan Pragmatik

bertajuk semantik dan pragmatik bahasa Melayu, Semantik merupakan kajian makna istilah. Perkataan

ini berasal daripada perkataan Greek “ semantikos ” yang membawa maksud “erti yang penting”.

Selalunya terdapat perbezaan antara “semantik” dengan “sintaksis”. Dalam keadaan tersebut,

“semantik” merujuk kepada struktur ataupun pola yang formal bagi pernyataannya (contoh, secara

bertulis ataupun bertutur). Semantik ( Bahasa Yunani): semantikos, memberikan tanda, penting, dari

kata sema(sama), tanda adalah cabang linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada suatu

bahasa, kod, atau jenis representasi lain. Semantik biasanya dibezakan dengan dua aspek lain dari

simbol yang lebih sederhana, serta pragmatik, penggunaan praktis symbol oleh agen atau komuniti

pada suatu keadaan atau konteks tertentu.

Kata semantik berasal daripada kata adjektif bahasa Yunanisemant ickos yang membawa

maknasignificant iaitu ‘penting’ atau ‘beerti’ ( Hashim Musa, Ong Chin Guan, 1998). Selain itu,

‘sema’ juga beerti tanda atau lambang. Dalam bidang linguistik, semantik ialah bidang yang mengkaji

makna atau erti dalam bahasa ( Nik Safiah Karim, 2001). Semantik atau kajian makna adalah satu

bidang yang luas, mencakupi kebanyakan daripada struktur dan fungsi bahasa dan juga masalah dalam

kajian psikologi, falsafah dan antropologi.

2.0 Hubungan Perkataan Dengan Makna

Perubahan makna merupakan salah satu fenomena bahasa yang selalu berlaku dalam mana-mana

bahasa didunia ini. Oleh sebab sifat dinamis dan evolusinya, dan akibat terdedah kepada pelbagai

fenomena seperti pertembungan dengan bahasa-bahasa lain, serta faktor-faktor social seperti tabu,

kemasukan idea-idea baharu dan perkembangan ilmu baharu seperti sains dan teknologi, maka bahasa

sentiasa menampilkan perubahan makna.

Menurut Ullmann (1957), menyenaraikan enam sebab perubahan makna; antaranya

termasuklah sebab-sebab linguistik (bahasa), sejarah, social, psikologi, pengaruh luar, dan keperluan

untuk kata baharu. Sementara itu, Bloomfield (1992) pula menyenaraikan sembilan jenis perubahan

yang berlaku dalam bahasa. Menurut beliau, perubahan makna dalam bahasa berlaku akibat daripada

perluasan makna, penyempitan makna, metafora, metonimi, sinekdoksi, hiperbola, litotes, pejorasi,

dan ameliorasi.Menurut Stren ( 1965: 163) perubahan makna bagi suatu kata ialah “ apabila sesuatu

kata digunakan untuk menyatakan sesuatu makna yang belum pernah dinyatakan lagi”

Page 12: Bahan Semantik Dan Pragmatik

Menurut Abdullah Hassan (1981) „‟kata-kata mengandungi makna dan bagaimana kata-kata

itu berhubungan sebenarnya bergantung pada bagaimana pengguna sesuatu bahasa tersebut menyusun

segala pengalamannya dalam ungkapan yang berbentuk kata-kata.”

Makna merupakan satu unsur penting dalam mana-mana ujaran atau tulisan. Tanpa unsur ini, maka

apa sahaja yang diujarkan atau yang dituliskan tidak akan memberi sebarang kefahaman kepada orang

yang dilawan bercakap atau orang yang membaca sesuatu yang ditulis.

Dalam suatu bahasa, perubahan makna merupakan salah satu fenomena bahasa yang selalu berlaku

dalam mana-mana bahasa didunia ini. Oleh sebab sifat dinamis dan evolusinya, dan

akibat terdedah kepada pelbagai fenomena seperti perubahan disebabkan oleh;

(i)Faktor perkembangan bahasa itu sendiri

(ii) Faktor tanggapan penutur

(iii) Faktor peluasan maksud

(iv) Faktor pembatasan atau penyempitan maksud

(v) Faktor tujuan simbolik dan stilistik

2.1 SINONIM

Sinonim ialah hubungan kesamaan makna antara suatu perkatan, frasa, ayat atau ungkapan dengan

suatu perkataan, frasa, ayat, atau mengikut konteks(Lyons, 1929:405). Contohnya menurut Zainal

Abidin Safarwan(1995), frasa ‘sungai tak tentu gaungnya’ bersinonim dengan frasa ‘orang yang tidak

tentu asal usulnya’. Frasa sungai tak tentu gaungnya merupakan peribahasa, sementara frasa orang

yang tidak tentu asal-usulnya ialah maksud peribahasa itu. Definisi sinonim secara etimologi atau

bahasanya ialah ‘onoma’ dan ‘syn’ yang berasal dari bahasa Yunani kuno. Maksud ‘onoma’ ialah nama

manakala ‘syn’ bermaksud nama lain untuk benda atau hal yang sama.

Secara semantik pula, Verhaar (1978) mendefinisikan sinonim sebagai ungkapan yang

mempunyai makna lebih kurang sama dengan ungkapan kata yang lain.

Sinonim juga diterjemahkan sebagai ungkapan iaitu perkataan, frasa atau ayat yang makna lebih

kurang sama dengan makna ungkapan lain. Perkataan ‘sinonim’ dikatakan berasal daripada bahasa

Yunani kuno iaitu ‘onoma’ bermaksud nama dan ‘syn’ yang bererti nama lain. Hubungan makna

antara dua patah perkataan yang bersinonim itu bersifat dua hala, misalnya indah bersinonim dengan

cantik, cantik juga bersinonim dengan indah.

Page 13: Bahan Semantik Dan Pragmatik

Dalam Bahasa Melayu, tidak semua perkataan mempunyai sinonim. Contoh perkataan tersebut

ialah, padi, barli, kayu dan batu. Ada juga perkataan bersinonim pada bentuk kata dasar tetapi tidak

bersinonim pada bentuk terbitan iaitu raut bersinonim dengan wajah tetapi diraut tidak bersinonim

dengan diwajah..Begitu juga dengan perkataan yang tidak bersinonim pada kata dasar namun

bersinonim dengan pada bentuk terbitan seperti kekuasaan yang bersinonim dengan kekuatan tetapi

kuasa tidak bersinonim dengan kuat. Selain itu, terdapat perkataan yang mengikut erti sebenarnya

tidak bersinonim tetapi dalam erti kiasan memiliki sinonim seperti merah bersinonim dengan berani,

marah dan darah.

O’Grady(2000:118) berpendapat sinonim bermaksud perkataan yang berlainan bentuk ejaan

atau bunyi tetapi mempunyai makna yang sama atau hampir sama. Maksud sama makna tidak

semestinya mempunyai persamaan secara keseluruhan. Contohnya, makna perkatan ‘kereta’ dan

‘motokar’ adalah sama namun apabila membentuk ungkapan ‘kereta lembu’ dan ‘motokar lembu’

maka maknanya menjadi berbeza(Abdullah Hassan;2007). Abdullah Hassan(1981) turut menjelaskanj

bahawa’ memang agak sukar untuk memberi satu takrif yang menyeluruh dalam kata-kata sinonim

ini’.

Dalam ilmu semantik terdapat beberapa jenis sinonim iaitu sinonim pinjaman, sinonim

konteks, sinonim laras bahasa dan sinonim kolokasi.

2.1.1 Sinonim Pinjaman

Sinonim pinjaman datang daripada pinjaman daripada bahasa asing. Contoh kata yang

dipinjam daripada bahasa asing seperti ‘politik’ dan ‘siasah’ serta ‘iktisad’ dan ‘ekonomi’. Kedua-dua

kata ini datang daripada bahasa Arab dan Bahasa Inggeris. Menurut pengkaji semantik, hal ini terjadi

disebabkan oleh pertembungan bahasa Melayu dengan kedua-dua bahasa ini secara serentak.

Contoh;

(a) belalang – patung(dialek Melayu)

cakcibau(Perak)

(b) batas(Kedah)- jalan raya( Kedah

(c) bankrap(Inggeris) - muflis(Arab)

(d) kurikulum

Page 14: Bahan Semantik Dan Pragmatik

(e) mesin

(f) munsyi-guru

(g) makbul-mustajab

2.1.2 Sinonim Konteks

Sinonim mengikut konteks ialah perkataan yang sama makna dalam bahasa Melayu pada awalnya.

Misalnya, perkataan ‘jemput’ dan ‘undang’. Perkataan ‘jemput, digunakan dalam konteks lisan dan

undang dalam konteks tulisan.(Abdullah Hassan,2007). Dalam hal ini, konteks dikatakan boleh

mewujudkan perkataan sama makna.

Contoh:

(a) ayah- bapa

Penggunaan sinonim jenis ini dapat dilihat melalui ayat di bawah

(i) Bapa ayamitu telah ditangkap polis.

(ii) Ayah ayamitu telah ditangkap oleh polis.

Walaupun kata ayah sama makna dengan bapa namun pada sesetangah frasa ayat, kata bapa tidak

sesuai digantikan dengan ayah. Jadi, jika kita menggantikan kata bapa menjadi ayah, bunyi simpulan

bahasa ini agak janggal dan kurang sesuai. Jelaslah, dalam penggunaan sinonim yang melibatkan

ayat, pemilihan kata hendaklah sesuai menurut konteks ayat yang dibina dan dipertuturkan.

(b) Gadis- dara

(i) Minyak kelapa darasangat sesuai untuk melebatkan rambut.

(ii) Minyak kelapagadis sangat sesuai untuk melebatkan rambut.

(c) Murid- pelajar

(i) Aminah ialah pelajar semester Universiti Sains Malaysia.

(ii) Aminah ialah murid semester Universiti Sains Malaysia.

Page 15: Bahan Semantik Dan Pragmatik

(d) Lelaki – jantan

(i) Ayam jantan itu sedang berkokok di halaman rumah.

(ii) Ayam lelakiitu sedang berkokok di halaman rumah.

Contoh sinonim dalam (b), (c), dan (d) ialah penggunaan kata yang sinonim mengikut konteks. Andai

sinonim ini berbentuk kata tunggal dan tidak dimasukkan ke dalam ayat, penggunaannya adalah

sesuai. Namun jika digunakan pada sesetengah ayat, makna ayat menjadi tidak gramatis dan agak

aneh. Ayam jantan tidak sesuai diganti dengan ayam lelaki, kelapa dara tidak sesuai ditukar dengan

kelapa gadis dan murid tidak sesuai diganti dengan pelajar kerana kata murid adalah untuk kanak-

kanak sekolah rendah manakala kata pelajar adalah untuk yang lebih berumur. Kata seperti tenggelam

sinonimnya karam, kawan sinonimnya sahabat, dukundan bomoh adalah antara contoh sinonim

mengikut konteks.

2.1.3 Sinonim Laras Sosial

Sinonim laras sosial terbentuk kerana wujudnya laras sosial yang berlainan. Untuk melihat

bentuk sinonim laras sosial, laras bahasa yang digunakan adalah berlainan iaitu beberapa perkataan

yang mempunyai makna denotasi yang sama tetapi digunakan dalam wacana yang berlainan.

Contohnya, perkataan wafat untuk nabi, mangkat untuk raja, mati untuk orang biasa , kojol, kejang

dan kerpus adalah bahasa yang tidak sopan(Abdullah Hassan,2007). Penggunaan perkataan-perkataan

ini menunjukkan perbezaan darjat dan status namun mempunyai pengertiaan yang sama iaitu tidak

bernyawa lagi.

Contoh-contoh lain;

(a) Professor- mahaguru

(b) Primadona- seri panggung

(c) Peniaga-penjual

(d) Beta- saya

Page 16: Bahan Semantik Dan Pragmatik

(e) Beradu- tidur

(f) nakhoda- juragan

(g) inang-pengasuh

(h) meminta-memohon

(i) gering-uzur, sakit

2.1.4 Sinonim Kolokasi

Sinonim kolokasi ialah satu kelompok perkataan yang setiap satunya berlaku dam konteks

penggunaan masing-masing. Abdullah Hassan(2007) memberi contoh , perkataan ‘banyak’ adalah

sama makna dengan perkataan ‘ramai’. Perkataan ‘ banyak’ digunakan dengan pelbagai kata nama

manakala ‘ramai’ hanya digunakan untuk manusia sahaja.

Contoh-contoh lain;

(a) renek-rendah

(b) Tengik-busuk

(c) Serak-parau-garau

(d) Kacak- tampan

(e) Cantik- rupawan

(f) Sedap- lazat

2.2 ANTONIM

Antonim ialah perktaan yang mempunyai makna yang berlawanan. Hubungan makna yang

berlawanan antara suatu perkataan, frasa, ayat atau ungkapan dengam suatu perkataan, frasa, ayat, atau

ungkapan lain, misalnya seperti sungai berantonim dengan perkataan laut (Lyons, 1979). Perkataan

antonim berasal daripada perkataan Yunani kuno, iaitu "anoma" yang bererti "nama" dan "anti" yang

bererti "melawan". Oleh itu, antonim bermaksud perkataan yang maknanya dianggap berlawanan atau

Page 17: Bahan Semantik Dan Pragmatik

kebalikan daripada perkataan lain. Contohnya ialah baik/buruk, tinggi/rendah dan panjang/pendek.

Bagi perkataan yang tergolong dalam kata (adjektif)sifat, biasanya perkataan lawannya mudah

dikaji tetapi bagi kata kerja, tidak semua kata kerja mempunyai lawan. Contohnya kita tidak dapat

menentukan lawan bagi berjalan, bermain, duduk, memasak, mandi, dan sebagainya.

Pertentangan makna ini juga bergantung pada konteks dan budaya. Contohnya perkataan “tinggi”

mungkin bertentangan makna dengan “rendah” atau “pendek”, “kaya” dengan “fakir” atau”miskin”

dan sebagainya. Bagaimanapun kita boleh melawankan atau mempertentangkan perkataan seperti

menolak-menerima, keluar-masuk, membuka-menutup, menangis-ketawa, mendedahkan-

menyembunyikan dan sebagainya.

Bagi perkataan nama, demikian juga keadaannya. Kita boleh menentukan kata berlawanan bagi

perkataan langit, ibu, kakak, malam dan sebagainya tetapi tidak untuk perkataan seperti perang, kertas,

cawan, bakul, tali, sayur, daun, meja, dan sebagainya.

i) Kata adjektif(sifat)

(a) Sempit lawannya luas

(b) Baik lawannya buruk

(c) Sayang lawannya benci

(d) Dungu lawannya bijak

(e) Kering lawannya basah

(f) Gigih lawannya malas

(g) Rendang lawannya tinggi

(h) Jujur lawannya tipu

(i) Bimbang lawannya tenang

(j) Curang lawannya setia

ii) Antonim Kata Kerja

(a) berehat lawannya bekerja

(b) melempar lawannya menyambut

(c) menimbus lawannya menggali

Page 18: Bahan Semantik Dan Pragmatik

(d) terlindung lawannya terdedah

(e) melepas lawannya mengurung

(f) memanjat lawannya menuruni

iii) Antonim Kata Nama

(a) Guru lawannya murid

(b) Televisyen lawannya radio

(c) Komputer lawannya mesin taip

(d) Angin lawannya bayu

(e) flora lawannya fauna

(f) baju lawannya seluar

(g) pinggan lawannya piring

(h) sudu lawannya lembu

(i) kucing lawannya anjing

(j) harimau lawannya singa

2.2.1 Antonim Berpasangan

Terdiri daripada dua kata nama yang memiliki makna berlawan makna namun lebih kepada

berpasangan. Contohnya;

(a) malam lawannya siang

(b) subuh lawannya senja

(c) matahari lawannya bulan

(d) kakak lawannya abang

(e) kaki lawannya tangan

(f) pisau lawannya parang

Page 19: Bahan Semantik Dan Pragmatik

(g) bantal lawannya tilam

(h) gadis lawannya teruna

2.2.2 Antonim Berperingkat

Antonim ini dinamakan antonim berperingkat kerana terdapatnya peringkat. Peringkat ini bersal

daripada kata adjektif atau kata yang menunjukkan keadaan dalam kategori yang sama seperti kecil

lawannya besar, tua lawannya muda dan tinggi lawannya rendah.

Contoh :

(a) letih lawannya segar

(b) pucat lawannya berseri

(c) pintar lawannya bodoh

(d) pemurah lawannya kedekut

(e) leka lawannya peka

(f) pekak lawannya dengar

(g) suci lawannya kotor

(h) garing lawannya lemau

(i) harum lawannya busuk

(j) lalai lawannya waspada

(k) kering lawannya basah

(l) lembut lawannya keras

(m) sakit lawannya sihat

2.2.3 Antonim Berhubungan

Antonim berhubungan ialah perkataan berlawan makna tetapi maknanya berhubungan. Sebagai contoh

perkataan berlawan makna ialah guru-murid, turun-naik, penjual-pembeli dan sebagainya. Pasangan

Page 20: Bahan Semantik Dan Pragmatik

perkataan yang berlawan makna ini menunjukkan kewujudan perhubungan makna.

Contoh;

(a) doktor lawannya pesakit

(b) emak lawannya bapa

(c) majikan lawannya pekerja

(d) makanan lawannya minuman

(e) sultan lawannya sultanah

(f) bunga lawannya buah

(g) nasi lawannya lauk

(h) suami lawannya isteri

(i) sudu lawannya garpu

2.3 Polisemi

Polisemi Perkataan yang mempunyai bentuk yang sama tetapi mendukung banyak makna. Contohnya,

perkataan berat mempunyai sembilan makna yang berbeza. Antaranya: i. tekanan benda ii. tidak

ringan iii. sukar (dilakukan, diselesaikan) iv. amat sangat, kuat v. menyebelah, memihak vi. berkenaan

dengan novel, drama dll yang mengisahkan perkara yang serius (seperti pergolakan rumah tangga,

perjuangan politik, dan sebagainya).

Sementara itu, Hartmann dan Stork(1972),mengatakan polisemi ialah perkataan atau frasa yang

mempunyai dua makna atau lebih.

Polisem juga bermaksud perkataan sama yang memiliki beberapa makna yang berkaitan secara

konseptual(Kuiper& Allan,2004:550. Abdullah Hassan(2006:2311) memberi maksud polisemi sebagai

perktaan yang semua jadi mempunyai banyak makna.

2.3.1 Polisemi Tulen

Berdasarkan sebuah kamus, kata polisemi mengandungi satu senarai makna yang berlainan yang

kesemuanya dihuraikan di bawah satu kata masukan sahaja. Contohnya, kata ‘pelat’ bermakna kurang

betul cara pengucapan dan gaya tertentu mngucapkan sesuatu ungkapan(Kamus Dewan,2000:999).

Page 21: Bahan Semantik Dan Pragmatik

Terdapat dua makna berlainan wujud yang bermaksud polisemi tulen. Untuk situasi lain pula, jika

sesuatu perkataan sekadar mempunyai nama sebutan atau sama ejaan dibentuk sebagai kata masukan

berlainan maka perkataan berkenaan bukan tergolong dalam polisemi yang memiliki banyak makna.

(a)alamat- i) Langit mendung alamat hendak hujan.

ii) Alamat kampungnya tidak diketahui.

(b) jarang- i) Susunan gigi nenek agak jarang.

ii) Ibu jarang ke pasar akhir-akhir ini.

iii) Kakak memakai baju yang agak jarang.

iv) Rambut saya agak jarang kerana gugur.

2.3.2 Polisemi Konteks

Polisemi konteks mempunyai makna berlainan bergantung pada konteks.

a) Atas

(i) Dia berada di atas awan

(ii) Segalanya atas kerelaannya

(iii) Pihak atas akan berusaha

(iv) Segalanya bergantung atas bukti

2.4 Homonim

Homonim diertikan sebagai ungkapan (perkataan, frasa atau ayat) yang bentuknya sama dengan

ungkapan lain tetapi maknanya tidak sama. Hartmann dan Stork(1972) mendefinisikan homonim

sebagai dua perkataan atau lebih yang sama bunyi tetapi berbeza maknanya. Di dalam kamus,

perkataan berhomonim ditandai dengan angka roman yang diletakkan selepas setiap entri yang

berhomonim itu. Contohnya:

I.Ibu membeli sebuku sabun.

Buku II. Jijah sedang membaca buku.

III Peninju itu mengenggam buku limanya.

Page 22: Bahan Semantik Dan Pragmatik

I. Anjing liar itu telah lari ke kawasan semak yang berdekatan.

Semak

II. Cikgu Jijah sedang menyemak kerja murid-muridnya.

Homonim terbahagi kepada dua iaitu homofon dan homograf(Finegan, 2004:196-196) Homofon

bererti sebutan adalah sama tetapi ejaan berlainan.(O’ Grady, 2000:120-121) Homograf pula ialah

ejaan sama tetapi sebutan berlainan(Finegan, 2004:195) Ada juga perkataan yang ditulis sama seperti

tetapi sebutan berbeza. Contohnya mengerat (memotong) dan mengeratkan (merapatkan). Ini kerana

huruf e mewakili dua bunyi, iaitu e pepet dan etaling.

Contoh homonim

(a) agung

(b) ambang

(c) badan

(d) belah

(e) bunga

(f) cerah

(g) celah

(h) kecut

(i) kelas

(j) larut

(k) langkah

2.4.1 Homograf(a) Semak(b) Pelekat(c) Bela

2.4.2 Homofon

(a) massa dengan masa

(b) bank dengan bang

2.5 Hiponim

Page 23: Bahan Semantik Dan Pragmatik

Hiponim bermaksud perkataan yang mempunyai makna yang boleh mencakupi makna perkataan lain,

di samping mempunyai hirarki dengan sesuatu perkataan lain, di samping mempunyai hirarki dengan

sesuatu perkataan yang merupakan subordinat bagi sesuatu perkataan yang superordinat(O Grady,

200:19-17) Abdullah Hassan(2006:233) berpendapat hiponim wujud apabila ada perkataan berfungsi

sebagai nama kelas bagi segolongan perkataan.

Menurut Fromkin dan Rodman(1998), hiponim ialah hubungan ketercakupan makna antara suatu

perkataan, frasa, ayat aungkapan yang maknanya dianggap merupakan bahagan daripada makna

daripada suatu perkataan , frasa atau ungkapan lain.

2.5.1 Hiponim Tulen

Hiponim tulen adalah satu perkataan yang mempunyai makna yang luas dan umum mencakupi makna

dua atau lebih perkataan lain(Abdullah Hassan, 2007)

Contoh :

a) Padi ialah perkataan yang mencakupi dua perkataan yang segolongan dengannya iaitu beras dan

nasi.

Contoh-contoh lain

a) kenderaan- van, lori, bas, teksi, beca, kereta

b) senjata- keris, tombak, pedang, panah, sumpit,

c) planet- pluto, marikh, bumi, musytari, zuhal, neptun, uranus, utarid, zuhrah

d) bulan- Januari, Februari, Mac. April, Mei

e) perabot- meja, kerusi, katil, almari,

f) pakaian – stoking, baju, seluar, kemeja

g) flora – paku, pokok bunga, cendawan, rumput

h) fauna- unggas, serangga, amfibia, reptilia, ikan

Page 24: Bahan Semantik Dan Pragmatik

2.5.2 Hiponim Umum

Hiponim umum bermaksud satu perkataan yang menjadi kata nama umum seperti rumah teres dan

rumah banglo. Ini bermakna bahawa sesuatu jenis rumah mesti bergabung dengan perkataan rumah

untuk membentuk satu komponen kata nama am.

a) bunga i) bunga mawar

ii)bunga melati

iii)bunga kemboja

iv)bunga tanjung

v)bunga kertas

b)seluar i) seluar dalam

ii)seluar panjang

iii)seluar pendek

iv)seluar sekolah

c)tikar i)tikar mengkuang

ii)tikar pandan

iii)tikar bangkar

iv)tikar sembahyang

v)tikar getah

d) susu i)susu getah

ii)susu lembu

iii)susu ibu

iv)susu kambing

v)susu tepung

e) ayam i) ayam serama

ii) ayam belanda

ii)ayam ketek

iv)ayam jantan

f) kelapa i) kelapa mawa

Page 25: Bahan Semantik Dan Pragmatik

ii)kelapa gading

iii)kelapa tua

iv)kelapa sawit

v)kelapa muda

g) kek i) kek lapis

ii)kek pisang

iii)kek kismis

iv)kek coklat

h) buluh i) buluh gading

ii)buluh betung

iii)buluh perindu

iv)buluh cina

v)buluh lemang

i) ubi i)ubi keledek

ii)ubi kentang

iii) ubi kayu

iv)ubi gadung

v)ubi garut

3.0. RUMUSAN

Kajian hubungan perkataan dengan maknanmemperkayakan perbendaharaan kata bahasa Melayu.

Penggunaan kata yang pelbagai makna dapat mengindahkan bahasa di samping menyatukan

kepelnagaian kaum di negara ini. Menurut Abdullah Hassan(1981) “kata-kata mengandungi makna

dan bagaimana kata-kata itu behubungan sebenarnya bergantung pada bagaimana pengguna sesuatu

bahasa tersebut menyusun segala pengalamannya dalam ungkapan yang berbentuk kata-kata. Dengan

mengetahuii makna perkataan, komunikasi yang terjalin akan dapat membantu menambah

Page 26: Bahan Semantik Dan Pragmatik

keberkesanan bahasa dan kegramatisan kata atau ayat yang digunakan.

RUJUKAN

Abdullah Hassan, Ainon Mohd,(1994), Bahasa Melayu untuk Maktab Perguruan ,Kuala

Lumpur : Penerbit Fajar Bakti Sdn. Bhd.

Abdullah Hassan(2007)Linguistik Am- Siri Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa Melayu,

Selangor: PTS Professional Publishing Sdn. Bhd.

Ainon Mohd.,M.A., Abdullah Hassan, Ph.D.(2011), Tesaurus Bahasa Melayu, Selangor: PTS

Professional Publishing Sdn. Bhd.

F.R. Palmer,(1989), Semantik, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka

KRB 3033 Pengantar Bahasa Melayu, Perak darul Ridzuan: Universiti Pendidikan Sultan Idris

Rodiah Yusoff(2000, Julai), Semantik, Dewan Bahasa, 743-746.

Sheikh Othman bin Sheikh Salim(1996),Kamus Dewan Edisi Ketiga,Kuala Lumpur: Dewan

Bahasa dan Pustaka

S. Nathesan(2008), Makna dalam Bahasa Melayu Edisi Kedua, Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan

Pustaka

Souib Hamat,(2004) Teman Bahasa Kita- Kata Banyak Makna, Johor Darul Takzim; penerbitan

Pelangi Sdn Bhd

Shahrezad Ibrahim(2002) Kamus Dwibahasa- Bahasa Inggeris – Bahasa Melayu Edisi Kedua,

Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka

www.docstoc.com/9651163/HBL3303SMP-PSIKOLINGUISTIK-DAN-SEMANTIK#


Recommended