Download doc - Bab IV Anyar

Transcript
Page 1: Bab IV Anyar

III. HASIL KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG I

3.1. UPBL Probolinggo

3.1.1. Keadaan Umum Lokasi

Unit Pengelola Budidaya Laut (UPBL) Probolinggo, beralamat di jalan

Anggrek No 4, Desa Sukabumi, Kecamatan Mayangan, Kabupaten Probolinggo,

Jawa Timur. Dengan perbatasan sebagai berikut:

Sebelah Utara : Selat Madura

Sebelah Selatan : Desa Mayangan

Sebelah Barat : Desa Tirtanegara

Sebelah Timur : Desa Pilang

Gambar 5. Papan nama pembenihan udang.

Sumber : Data Primer, 2012

Page 2: Bab IV Anyar

11

3.1.2. Sejarah Berdirinya Usaha

Unit Pengelola Budidaya Laut Probolinggo dulunya bernama Pusat

Pembenihan Udang didirikan pada tahun 1974, kemudian diresmikan pada

tanggal 10 Juni 1975 oleh Gubernur Daerah Tingkat I Jawa Timur. Pada tanggal

24 februari 1978 No 123/SK/Adm/1978 dan diperkuat dengan surat keputusan

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 23 tahun 1978 maka

UPBL Probolinggo merupakan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Dinas Perikanan

dan Kelautan Jawa Timur yang tugas pokoknya adalah melaksanakan Dinas

Perikanan dan Kelautan dibidang teknis.

3.1.3. Struktur Organisasi

Stuktur organisasi yang ada di UPBL Probolinggo yang dikepalai oleh Ibu

ENDAH KRISTIANI. A.Pi,MT berserta staf yang mendampinginya. Adapun

Koordinasi Budidaya yang dikepalai oleh DARU SUDARMA beserta staf yang

mendampinginya. Di bawah koordinator budidaya terdapat beberapa kasi yaitu,

Kasi Pengadaan Induk, Kasi Pengadaan Benih, Kasi Sub Bag Tata Usaha, Kasi

Peng Laboratorium. Adapun struktur organisasi terdapat pada Lampiran 2.

3.1.4. Kegiatan Usaha

Adapun kegiatan uasaha yang dilakukan di UPBL Probolinggo adalah

mencangkup kegiatan pembenihan dan pembesaran udang galah serta

pembesaran vanname, dimana pembenihan udang galah meliputi kegiatan

pemeliharaan larva . Adapun larva yang di jual dapat di beli secara langsung

maupun di pesan sesuai permintaan konsumen.

Pembenihan udang dilakukan di dalam hatchery sedangkan

pembesaran dilakukan dalam tambak.

Page 3: Bab IV Anyar

12

3.2. PT. Sulindo Probolinggo

3.2.1. Keadaan Umum Lokasi

3.2.2. Sejarah Berdirinya Usaha

3.2.3. Struktur Organisasi

3.2.4. Kegiatan Usaha

3.3. BBAP Situbondo

3.3.1. Letak Geografis

Balai Budidaya Air Payau ( BBAP ) secara umum terletak di Dusun

Pecaron, Desa Klatakan, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo, Propinsi

Jawa Timur. Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo terdiri dari lima divisi

yakni, divisi ikan, divisi udang, dan divisi budidaya, instalasi udang Gelung dan

instalasi pembenihan udang Tuban. Secara geografis BBAP Situbondo terletak

pada posisi 113055’56’’ BT – 114000’00” BT dan 07040’32” LS – 07042’35” LS.

Divisi ikan sekaligus sebagai kantor utama BBAP Situbondo terletak di Dusun

Pecaron, Desa Klatakan, Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo. Divisi

udang terletak di Desa Blitok, Kecamatan Mlandingan Kabupaten Situbondo.

Sedangkan divisi budidaya berlokasi di desa Pulokerto, Kecamatan Kraton

Kabupaten Pasuruan. Sedangkan instalasi pembenihan Gelung terletak di Desa

Gelung, Kecamatan Panarukan kabupaten Situbondo. Batas – batas lokasi

BBAP Situbondo sebagai berikut :

Sebelah Utara : Selat Madura

Sebelah Selatan : Rumah penduduk desa Klatakan

Sebelah Timur : PT. Central Pertiwi Bahari ( CPB )

Sebelah Barat : Pemukiman desa Klatakan

Page 4: Bab IV Anyar

13

Lokasi BBAP Situbondo berjarak 5 meter dari garis pantai dengan

ketinggian 0,5 1 meter dari permukaan laut. Pada siang hari suhu berkisar 29-

310C, sedangkan malam hari berkisar 28-290C. BBAP Situbondo beriklim tropis

dengan angin laut yang bertiup dari Selat Madura dengan kecepatan rata-rata

5,8 km/jam. Bentuk pantai BBAP Situbondo adalah pantai berpasir dan

berkarang. Lokasi BBAP Situbondo berada dekat dari daerah pengembangan

industri perikanan, bebas dari pencemaran, terhindar dari ombak besar dan arus

pantai yang besar, persediaan air tawar cukup, dan dekat dengan transportasi

darat.

3.3.2. Sejarah Berdirinya Usaha

Balai Budidaya Air Payau Situbondo pada awalnya bernama Sub Center

Udang Jawa Timur, berdiri pada tahun 1986. Proyek Sub Center Udang

melepaskan diri dari BBAP Jepara dan berganti nama menjadi Loka Budidaya Air

Payau (LBAP) Situbondo pada tanggal 18 April 1994 di bawah SK Menteri

Pertanian no.264/Kpts/07/210/94. Dalam menunjang pelaksanaan program

pembangunan dan peningkatan produksi perikanan. Pada tanggal 1 Mei 2000,

status LBAP Situbondo meningkat menjadi BBAP Situbondo (dalam SK Menteri

no.26/D/MEN/05/2000).

Page 5: Bab IV Anyar

14

3.3.3. Struktur Organisasi

Susunan Organisasi ( BBAP ) Situbondo sesuai tugas masing-masing

sebagai berikut:

a. Kepala Balai Budidaya Air Payau Situbondo

Kepala Budidaya Air Payau Situbondo merumuskan kegiatan,

mengkoordinasikan dan mengarahkan tugas budidaya air payau serta membina

bawahan di lingkungan Balai Budidaya Air Payau sesuai dengan prosedur dan

peraturan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas.

b. Seksi Standardisasi dan Informasi

Seksi Standardisasi dan Informasi mempunyai tugas menyiapkan bahan

standar teknik dan pengawasan budidaya air payau, pengendalian hama dan

penyakit, lingkungan, sumber daya induk dan benih, serta pengelolaan jaringan

informasi dan perpustakaan.

c. Seksi Pelayanan Teknik

Seksi Pelayanan Teknik mempunyai tugas melakukan pelayanan teknik

kegiatan pembenihan pengembangan, penerapan serta pengawasan teknik dan

budidaya ikan air payau.

d. Sub Bagian Tata Usaha

Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan administrasi

keuangan, kepegawaian, persuratan, dan rumah tangga serta pelaporan.

Page 6: Bab IV Anyar

15

e. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional yang terdiri dari Perekayasa,Pengawas

benih, Pranata humas, Pengendalian hama dan penyakit, Pengawas budidaya,

Litkayasa, dan Fungsional lainnya mempunyai tugas melaksanakan kegiatan

perekayasaan, pengujian, penerapan dan bimbingan penerapan

standar/sertifikasi budidaya air payau, pengendalian hama dan penyakit,

pengawasan benih, budidaya dan penyuluhan, serta kegiatan lain yang sesuai

dengan tugas masing-masing jabatan fungsional berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

3.4. BBI Pesiapan Tabanan

3.4.1. Keadaan Umum Lokasi

UPTD BBI Pesiapan berpusat dan berkantor di BBI Pesiapan yang

terletak di kota Tabanan, Bali. Tepatnya 1 km ke arah barat kota Tabanan. UPTD

BBI Pesiapan terdiri dari empat unit BBI yakni BBI Pesiapan di kecamatan

Tabanan, BBI Meliling di kecamatan Kerambitan, serta BBI Penebel dan BBI

Bolangan di kecamatan Penebel.

Empat unit BBI tersebut berada pada ketinggian 100-570 meter DPL,

suhu udara 20-31 0C, debit air 15-75 l/detik dan pH 6.5-8.5. Luas total areal 4.56

Ha yang terdiri dari 2.154 Ha areal perkolaman dan 2.406 Ha lainnya

dipergunakan untuk perkantoran, perumahan karryawan serta sarana penunjang

lainnya.

Page 7: Bab IV Anyar

16

Sumber air untuk perkolaman BBI Pesiapan berasal dari sungai Yeh

Empas (menggunakan pipa sepanjang 3 km). Sedangkan BBI Bolangan dan

Penebel sumber airnya berasal dari saluran irigasi subak. Sementara sumber air

di BBI Meliling berasal dari waduk Telaga Tunjung.

3.4.2. Sejarah Berdirinya Usaha

Sebelum terbentuk UPTD BBI Pesiapan, di Kabupaten Tabanan pada

tahun 2001 sudah terbentuk tiga UPTD BBI, yakni BBI Penebel, UPTD BBI

Baturiti dan UPTD BBI Meliling. Meski statusnya sudah menjadi UPTD, tiga unit

BBI di lingkungan Dinas Perikanan dan Kelautan tersebut kondisinya belum

ideal.

Pemkab Tabanan melalui DAK (Dana Alokasi Khusus) kemudian

melakukan pembangunan BBI Bolangan yang lebih representatif untuk

menggantikan BBI Baturiti yang mengalami kendala pengairan. Pada tahun

2004, BBI Bolangan mulai beroperasi. Berdasarkan peraturan Bupati Kabupaten

Tabanan nomor 10 tahun 2006 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan

Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tabanan,

tiga UPTD BBI yang sudah ada dilebur menjadi UPTD BBI Bolangan yang

membawahi BBI unit Penebel dan BBI unit Meliling. Sementara BBI unit Baturiti

berhenti beroperasi.

Mengingat kebutuhan benih ikan yang semakin meningkat, Pemkab

Tabanan melalui DAK pada tahun 2006 kembali melakukan pembangunan BBI

unit Pesiapan yang sebelumnya kondisinya mangkrak dan berhenti beroperasi

pada tahun 1987. BBI yang modern dan representatif pembangunan fisik serta

sarana dan prasarananya tetap dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya.

Page 8: Bab IV Anyar

17

Seiring telah beroperasinya BBI Tabanan, maka berdasarkan Peraturan

Bupati No. 11 tahun 2008, kembali diadakan penyempurnaan. UPTD BBI

Bolangan akhirnya berganti nama menjadi UPTD BBI Pesiapan yang

membawahi unit BBI Pesiapan, BBI Bolangan, BBI Penebel dan BBI Meliling.

3.4.3. Struktur Organisasi

3.4.4. Kegiatan Usaha

KEPALA DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

KASUBAG

TATA USAHA

KEPALA UPTD BBI PESIAPAN

BBI UNIT

BOLANGAN

BBI UNIT

MELILING

BBI UNIT

PESIAPAN

BBI UNIT

PENEBEL

Page 9: Bab IV Anyar

18

3.5. TPI Muncar Banyuwangi

3.5.1. Keadaan Umum Lokasi

Tempat Pelelangan Ikan Muncar terletak di desa Kedungrejo, Kecamatan

Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur.

Propinsi Batas desa Kedungrejo :

1. Sebelah utara dibatasi desa Tambakrejo

2. Sebelah selatan dibatasi desa Sumberbaru

3. Sebelah barat dibatasi desa Taponrejo

4. Sebelah timur dibatasi Selat Bali

Luas wilayah desa Kedungrejo ialah + 851.370 ha dengan jumlah

penduduk 125.912 jiwa,terdiri dari bangsa Madura, Jawa, Bugis, dan lain-lain.

Penduduk Muncar sebagian bermata pencaharian sebagai nelayan. Jumlah

nelayan di kabupaten Muncar + 11.958 jiwa.

Pelabuhan Muncar terletak 40 kilometer dari kota Banyuwangi, yang

terletak di Selat Bali pada posisi 08.10’-08.50 LS atau 114.15’ – 115.15’ BT yang

mempunyai teluk yang bernama teluk Pangpang, mempunyai panjang pantai

kurang lebih 13 km dengan pendaratan ikan sepanjang 5,5 km. Jarak TPI

dengan ibu kota propinsi 332 km. Kecamatan Muncar memiliki penduduk

140.125 jiwa dan masyarakatnya terutama dari segi struktur budaya nelayan

terdiri dari Suku Jawa, Madura, Osing, dan Bugis.

Pelabuhan Perikanan yang terletak di Kecamatan Muncar merupakan

pelabuhan perikanan yang tergolong ke dalam pelabuhan perikanan tipe c

(pantai) yakni pelabuhan perikanan yang mana kegiatan usaha perikanannya

mencakup wilayah perairan pedalaman, kepulauan, laut territorial dan Zona

Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEE) yang dapat menampung kapal < 30 GT.

Page 10: Bab IV Anyar

19

3.5.2. Sejarah Berdirinya TPI

Tempat Pelelangan Ikan Muncar Banyuwangi merupakan Unit Pelaksana

Teknis ( UPT ) Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur, yang pada

awalnya tahun 1998 pernah menjadi daerah khusus Perikanan Muncar

berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Perikanan Daerah Tingkat I Jawa

Timur Nomor 15 Tahun 1984.

Kemudian pada tahun 1993 berubah menjadi Badan Pengelola

Pangkalan Pendaratan Ikan (BTPII) berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas

Perikanan Daerah Tingkat 1 Jawa Timur Nomor 24 Tahun 1993 dan berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : 12/MK/2004 Muncar

ditingkatkan statusnya dari Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Menjadi Pelabuhan

Perikanan Pantai (TPI).

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muncar berada di desa Kedungrejo,

Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur.

Dengan Visi : Menumbuhkembangkan sistem usaha perikanan tangkap

yang berkelanjutan berbasis pada pelayanan prima. Dan misi :

a. Menyediakan fasilitas jasa yang berorientasi pada tingkat kebutuhan

dan pertumbuhan usaha perikanan tangkap

b. Menciptakan iklim usaha yang kondusif guna mencapai kepuasan

pelanggan.

c. Mewujudkan usaha perikanan tangkap sebagai sumber pertumbuhan

ekonomi baru.

Page 11: Bab IV Anyar

20

Tujuan dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muncar ini adalah

Meningkatkan pelayanan kepada pengguna jasa serta upaya meningkatkan

produktifitas masyarakat pelaku usaha perikanan tangkap. Dengan sasaran

utama yaitu adalah tercapainya optimalisasi pemanfaatan sarana perikanan dan

meningkatkan intensitas serta produktifitas operasional yang pada akhirnya

dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

3.5.3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) adalah Sebagai

berikut :

Unsur Pemimpin adalah seseorang yang diserahi tugas sebagai

Kepala Pangkalan Pendaratan Ikan.

Unsur Pembantu Pimpinan adalah seseorang yang diserahi tugas

sebagai Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang bertanggung jawab

kepada Kepala Pangkalan Pendaratan Ikan.

Unsur Pelaksana adalah beberapa orang yang diserahi tugas sebagai

Kepala Seksi yaitu Seksi Kenelayanan, Seksi Kepengusahaan Jasa,

dan Seksi Kepala Sarana, yang bertanggung jawab kepada Kepala

Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar.

Page 12: Bab IV Anyar

21

3.5.4. Kegiatan Usaha

1. Kegiatan Pelayanan

Kegiatan Pelayanan Pas Masuk dan Parkir

Kegiatan pelayanan pas masuk meliputi pas masuk untuk orang, sepeda,

becak, rombong, kendaraan roda dua, dan kendaraan roda empat. Pas masuk

dilaksanakan di dua dusun yaitu Dusun Sampangan dan dusun Kalimati sesuai

dengan kondisi lokasi TPI. Untuk kendaraan roda 4 dengan tujuan rekreasi, sales

dan studi tur dapat dipungut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kegiatan pelayanan parkir meliputi parkir untuk roda empat (truk ikan) dan

sepeda nelayan yang sedang melaut.

Kegiatan Pelayanan Tambat Labuh

Kegiatan pelayanan tambat labuh meliputi penarikan pada kapal – kapal

nelayan asal Muncar berjalan lancar dengan memperhatikan waktu musim ikan

di Pelabuhan Muncar.

Kegiatan Pelayanan Sewa Lahan dan Gedung.

Kegiatan pelayanan sewa lahan ini dilakukan terhadap pengasin dan

bangunan yang mereka bangun sendiri serta perusahaan pengolah ubur-ubur.

Kegiatan pelayanan sewa gedung dilakukan terhadap pemakai gedung

pemerintah di TPI kecuali yang dipergunakan oleh instansi terkait, Sat POL AIR,

KUD Mino Blambangan,Petugas Syahbandar, Balai Pengobatan, PLN dan

Musholla.

Kegiatan Pelayanan Penyewaan Alat – alat.

Kegiatan pelayanan ini dilakukan bila terdapat peralatan TPI yang

disewakan, misal box, mesin pompa, dan lain-lain.

Page 13: Bab IV Anyar

22

Kegiatan Pelayanan Lainnya.

Kegiatan pelayanan ini meliputi

- Pelayanan pemenuhan kebutuhan es batu dan solar

yang masuk ke pelabuhan

- Pelayanan masyarakat sesuai tupoksi

a. Workshop dan diseminasi bagi nelayan/agen/unit pengolah ikan

b. Penertiban sertifikat hasil tangkapan ikan (SHTI)

c. Pembinaan kepada KUB (kelompok usaha bersama)

- Pelayanan masyarakat non tupoksi

a. Verifikator dan petugas penyerahan Jalinkesra

b. Enumerator dan operator Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan (PIPP)

c. Verifikator dan koordinator tabulasi kartu nelayan (area Banyuwangi)

d. Membantu pengurusan SIUP/SIPI

e. Memberikan bimbingan dan pembinaan mahasiswa/mahasiswi dalam

melakukan penelitian dan praktek kerja lapangan

2. Kegiatan Pelelangan.

Kegiatan pelelangan ikan ada dua cara :

a. Cara Sampling

Dengan cara menimbang 3 - 5 keranjang ikan, diambil rata-rata beratnya /

keranjang x jumlah keranjang

b. Cara Truk

Ini khusus jenis ikan untuk bahan tepung ikan, kisaran berat / truk

sebanyak ± 4 ton / truk

Page 14: Bab IV Anyar

23

Setelah ikan ditimbang, pemilik ikan membayar retribusi pelelangan

sebesar 2,5% kepada petugas TPI.

3.6. Unit Usaha Pengolahan Ikan Asin

3.6.1. Keadaan Umum Lokasi

Unit usaha pengolahan ikan asin milik Bapak Anton terletak di Desa

Kalimati, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi. Wilayah Desa Kalimati ini

adalah daerah pelabuhan perikanan pantai Muncar yang mayoritas

masyarakatnya bekerja sebagai nelayan dan pengusaha pengolahan hasil

perikanan. Adapun batas-batas wilayah dari tempat pengasinan milik Bapak

Anton adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Selat Bali (2500 km2)

Sebelah Selatan : TPI Muncar

Sebelah Barat : Pemukiman nelayan.

Sebelah Timur : Laut Muncar

Tempat pengolahan ikan asin milik Bapak Anton terletak di tepi jalan yang

berseberangan menuju TPI Pantai Muncar yang berjarak + 230 meter. Semua

proses produksi dilakukan di tempat tersebut karena lokasinya yang berdekatan

dengan TPI Muncar sehingga mempermudah untuk pengiriman bahan baku,

Sedangkan untuk proses penjemuran ikan juga dilakukan diatas lahan yang

sama dan bersemen ditepi jalan yang berseberangan menuju TPI Muncar

Page 15: Bab IV Anyar

24

3.6.2. Sejarah Berdirinya Usaha

Usaha pengolahan ikan asin milik Bapak Anton yang berlokasi di Desa

Kalimati, kecamatan Muncar, kabupaten Banyuwangi ini sudah berdiri sejak

tahun 1977 silam. Beliau merintis usaha ini mulai dari nol. Dari mulai usaha dulu

sampai sekarang Bapak Anton hanya mempekerjakan 9 orang karyawan yang

merupakan keluarganya sendiri dan warga yang tinggal berdomisili di Desa

Kalimati. Jadi dapat disimpulkan bahwa usaha tersebut dikelola oleh satu lingkup

keluarga dan untuk pembagian gaji disesuaikan dengan penghasilan ikan asin

dari banyak sedikitnya tangkapan ikan di laut.

3.6.3. Struktur Organisasi

Unit usaha pengolahan ikan asin yang telah dijalankan oleh Bapak Anton

memiliki struktur organisasi yang sederhana, ada kurang lebih 10 orang beserta

Bapak Anton, tetapi hal ini tidak dapat dipisahkan dengan proses pembagian

kerja sehingga proses produksi berjalan dengan lancar.

Pemilik Usaha / Pengawas : 1 Orang (Bapak Anton)

Bagian Pencucian : 5 Orang

Bagian Pemrosesan : 8 Orang

Bagian Pemasaran : 3 Orang

Kegiatan pembelian bahan baku dan pemasaran dilakukan oleh saudara

Bapak Anton yang bekerja sebagai karyawannya. Sedangkan kegiatan proses

dilakukan sekaligus oleh 8 pekerja dan diawasi langsung oleh bapak Anton. Para

karyawan di unit usaha milik Bapak Anton berasal dari keluarga dan tetangga.

Page 16: Bab IV Anyar

25

3.6.4. Kegiatan Usaha Pokok

Kegiatan pokok di unit usaha milik bapak Anton hanya membuat ikan

asin. Usaha ini dilakukan secara terus-menerus tanpa ada hari libur jika pada

waktu musim ikan, kecuali jika tidak ada bahan baku untuk diproses. Tetapi

sebagian bahan baku lainnya didatangkan atau dikirim oleh pengepul kepada

unit usaha milik Bapak Anton yang berasal dari luar daerah seperti; Brondong,

Jember, Tuban, Situbondo, Bali.

3.6.4.1. Penyediaan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan oleh Bapak Anton untuk pengolahan ikan

asin adalah ikan teri, ikan layang, ikan teri nasi, ikan teri mahero, ikan bangkuk,

ikan petek, ikan sembulak. Bahan baku yang baik digunakan untuk pembuatan

ikan asin adalah ikan hasil tangkapan pada Bulan Januari sampai Bulan Mei,

karena pada bulan-bulan tersebut ikan hasil tangkapan yang diperoleh tidak

mengandung minyak. Sedangkan pada Bulan Agustus sampai Bulan Desember,

ikan hasil tangkapan yang diperoleh banyak mengandung minyak sehingga tidak

cocok untuk dijadikan produk ikan asin.

Bahan baku ini diperoleh dari pasar, tempat pelelangan. Bahan baku yang

dibeli dari pasar langsung diantar oleh pedagangnya ke tempat Bapak Anton.

Setelah itu langsung dicuci dan disortir menurut jenis dan ukurannya, Namun

untuk yang sudah busuk langsung dibuang. Proses pengantarannya

menggunakan kendaraan seperti pick up tanpa adanya perlakuan khusus untuk

mempertahankan mutu ikan. Sebenarnya cara memperoleh bahan baku ini

kurang efektif karena kualitas ikan yang diperoleh dari pasar atau penjual ikan

langganannya ini bisa saja kurang baik atau kurang berkualitas. Bapak Anton

biasa memperoleh bahan baku yang segar dan berkualitas dengan datang

Page 17: Bab IV Anyar

26

langsung ke pelabuhan Muncar yang tidak jauh dari rumahnya. Di sana Bapak

Anton bisa memilih jenis ikan yang akan dijadikan ikan asin dan kualitas ikan

juga lebih baik.

3.6.4.2. Proses Pembuatan Ikan Asin

Proses pengolahan ikan asin pada unit usaha milik Bapak Anton adalah

sebagai berikut :

1. Pemilihan Bahan Baku dan Sortasi

Bahan baku yang didapatkan selain dari nelayan sekitar pelabuhan

Muncar, juga didapatkan dari pasar tempat penjualan ikan asin dan pedagang

ikan langganannya yang mau mengantarkan ikan langsung kerumahnya.

Banyaknya bahan baku yang diperoleh oleh Bapak Anton tergantung pada

musim ikan. Berdasarkan banyaknya ikan yaitu pada saat tidak muncul bulan

(petengan). Musim ikan mempengaruhi banyaknya ikan yang ditangkap oleh

para nelayan atau penjual ikan. Semakin sedikit jumlah ikan yang ditangkap

maka semakin mahal nilai jualnya, sedangkan jika ikan yang ditangkap dalam

jumlah banyak maka harganya mengikuti standart harga pasar.

Setelah bahan baku diperoleh, langsung dilakukan sortasi pada bahan

baku tersebut. Bahan baku yang busuk dibuang agar tidak mengkontaminasi

ikan lain yang masih segar. Pada saat sortasi ikan dibedakan berdasarkan

ukuran dan, jenisnya. Selain memisahkan ikan berdasarkan ukurannya, Bapak

Anton juga memisahkan ikan berdasarkan tingkat kesegaran ikan.

Page 18: Bab IV Anyar

27

2. Penyiangan

Bahan baku ikan yang diperoleh kemudian disiangi untuk menghilangkan

insang, isi perut, sisik pada ikan untuk ikan yang berukuran agak besar, namun

untuk yang ukurannya kecil langsung dibersihkan menggunakan air bersih atau

air sumur. Penyiangan pada ikan bertujuan untuk menghambat proses

pembusukan ikan yang disebabkan oleh bakteri pembusuk. Pada saat

pembersihan ini juga dilakukan sortasi untuk membuang ikan yang sudah busuk

agar tidak menyebarkan bakteri pembusuk pada ikan yang lainnya. Sortasi ini

merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas produk akhir yang

berkualitas. Untuk memperoleh produk akhir yang berkualitas oleh karena itu

Bapak Anton menggunakan bahan baku yang baik dan segar. Menurut Suseno

(2008) ciri-ciri ikan yang baik dan segar adalah ikan yang mempunyai daging

elastis, warna cerah, bau ikan segar, sisik buikan melekat kuat pada daging ikan,

mata menonjol, dan belum banyak keluar lendir dari tubuh ikan.

Pada saat proses pembersihan ini membutuhkan waktu yang lama karena

banyaknya ikan yang akan dibersihkan. Sedangkan jumlah orang yang

melakukan pembersihan ini adalah 5 orang saja.

Pada saat proses Penyiangan juga terjadi kemunduran mutu pada ikan

karena pada saat penyiangan tidak dilakukan perlakuan apapun pada ikan yang

sudah maupun yang belum dibersihkan. Misalnya saja dengan memberi es pada

ikan agar suhu tubuh ikan tetap terjaga sehingga tidak terjadi kemunduran mutu.

Page 19: Bab IV Anyar

28

3. Penggaraman

Pada unit usaha pengolahan ikan asin milik Bapak Anton proses

penggaramannya menggunakan metode penggaraman basah. Hal ini sudah

sesuai dengan pendapat Moeljanto (1992), mengenai salah satu penggolongan

metode penggaraman. Metode penggaraman basah yaitu membuat larutan

garam terlebih dahulu kemudian merendam ikan yang akan dijadikan ikan asin.

Garam yang digunakan oleh Bapak Anton dalam pengolahan ikan asin

tidak menggunakan takaran tapi hanya sesuai dengan kebutuhan yang dirasa

cukup untuk mengasinkan jumlah ikan yang akan diolah untuk 70 kg dibutuhkan

40 kg garam dengan penambahan 30 liter air. Hal ini tidak sependapat dengan

Murniyati dan Sunarman (2000), yang berpendapat bahwa dalam proses

penggaraman dibutuhkan garam kristal 30 – 50 %. Setiap 100 liter larutan garam

berisi 30 – 50 kg ikan.

Ikan yang yang sudah dibersihkan dan disiangi kemudian dimasukkan

kedalam larutan garam dan direndam selama 6-8 jam. Untuk ikan yang

berukuran besar seperti ikan sembulak, dilakukan perendaman yang lebih lama

dari ikan yang lain.

4. Pencucian

Ikan yang telah direndam dengan larutan garam, lalu ikan dicuci dengan

air sumur untuk menghilangkan lendir dan sisa-sisa larutan garam. Pendapat ini

sudah sesuai dengan pendapat Djarijah (1995), setelah ikan dicuci bersih

kemudian ikan ditiriskan sampai tidak ada air yang menetes. Pencucian ikan

setelah digarami ini menggunakan air yang berasal dari sumur,

Page 20: Bab IV Anyar

29

5. Penjemuran

Ikan yang sudah dicuci dengan air bersih selanjutnya disusun di atas widik

(para-para) yang terbuat dari anyaman bambu yang berbentuk persegi panjang.

Cara menyusun ikan diatas widik (para – para) yaitu bagian kulit ikan menghadap

ke atas, ke arah sinar matahari dan sesekali dilakukan pembalikan untuk

mencapai proses pengeringan dan ikan dapat kering secara merata.

Pengeringan diatas widik( para-para) ini bertujuan untuk menghindari debu dan

kotoran. Untuk proses pengeringan dibutuhkan waktu 1 hari pada saat cuaca

cerah tetep pada saat cuaca tidak cerah biasanya sampai 2-3 hari. Pada saat

penjemuran ikan akan mengalami pengurangan berat. Hal ini disebabkan karena

kadar air di dalam tubuh ikan secara perlahan akan berkurang sehingga ikan

akan menjadi kering. Ikan yang beratnya 1 kwintal beratnya menjadi 30 kg pada

saat ikan sudah kering. Jika ikan asin tidak kering dengan baik maka penampilan

luar dan warna ikan kurang menarik. Hal ini akan membuat konsumen kecewa

dengan hasil ikan asin yang akan dibelinya (daya tarik konsumen berkurang).

6.Penyortiran II

Hasil ikan asin yang sudah jadi dilakukan penyortiran lagi untuk

memisahkan antara ikan asin yang berkualitas baik dengan ikan yang mengalami

kerusakan seperti daging yang berlubang dan daging ikan yang tidak kering

secara merata.

Page 21: Bab IV Anyar

30

7. Pengemasan

Ikan yang sudah kering kemudian dikemas menggunakan kardus dan

plastik. Jadi pada penyusunannya yaitu kardus dilapisi dengan plastik di

dalamya. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Djarijah (1995), ikan asin yang

sudah kering disusun rapi di dalam packing dengan kotak kayu (peti) atau

keranjang yang dilapisi kertas dan ditaruh dalam ruangan (gedung) yang sejuk

dan kering serta memiliki ventilasi udara yang baik. Dalam pengemasan ini

Bapak Anton menggunakan karton atau kardus dengan pertimbangan biaya

untuk membeli kemasan.

8. Pemasaran Produk Ikan Asin

Ikan asin yang sudah kering lalu diikat dan selanjutnya siap untuk

dipasarkan. Daerah pemasaran ikan asin yang diproduksi oleh Bapak Anton

adalah daerah Situbondo, Brondong, Jember, Bali, Tuban. Biasanya Bapak

Anton tidak menjual ikan asin tersebut ke pasar tetapi para Konsumen langsung

datang kerumah untuk membeli ikan asin buatannya.

3.7. PT. Sumber Yala Samudra

3.7.1. Keadaan Umum Lokasi

3.7.2. Sejarah Berdirinya Usaha

3.7.3. Struktur Organisasi

3.7.4. Kegiatan Usaha

3.8. PT. ICS Banyuwangi

3.8.1. Keadaan Umum Lokasi

Page 22: Bab IV Anyar

31

3.8.2. Sejarah Berdirinya Usaha

3.8.3. Struktur Organisasi

3.8.4. Kegiatan Usaha