Transcript

24

BAB IV

ANALISIS

4.1. Script Breakdown

Untuk membuat script breakdown, langkah pertama yang harus dilakukan adalah

membaca skenario terlebih dahulu. Seperti yang dikatakan oleh Cleve (2006),

dengan membaca skenario dapat diperkirakan berapa lama waktu syuting, berapa

kru dan pemain yang diperlukan, serta set dan properti apa saja yang digunakan

(hal.23).

Dalam film Venatus, penulis membuat script breakdown dalam 7 versi,

karena skenario yang terus berkembang dan mengalami perubahan. Misalnya,

pada draft 3 terdapat 9 scene, kemudian pada draft 5, skenario mengalami

perubahan yang sangat besar yaitu dengan penambahan scene menjadi 68, yang

kemudian pada draft 6 berkurang menjadi 18 scene. Perubahan tersebut juga

terjadi pada pengurangan karakter, pada draft 3 terdapat 12 karakter. Akhirnya,

setelah mengalami perubahan, karakter keseluruhan film menjadi 7 karakter.

Skenario terakhir yang menjadi acuan, terdiri dari 18 scene dengan sedikit

perubahan dari draft 6. Akhirnya, script breakdown final keluar tanggal 27

Agustus 2012 dan itu yang dipakai sebagi acuan selama syuting.

Perubahan tersebut mempengaruhi beberapa hal, diantaranya:

Peranan Asisten Sutradara..., Regita, FSD UMN, 2013

25

4.1.1. Shooting Schedule

Perkiraan awal, syuting akan dilaksanakan dalam 7 hari, karena banyak scene

yang harus diambil. Namun dengan pengurangan scene, syuting bisa dilaksanakan

dalam 5 hari.

4.1.2. Kru

Awalnya, perubahan script breakdown yang berulang-ulang membingungkan bagi

semua kru. Karena, kru tidak bisa mulai bekerja apabila script breakdown

berubah-ubah terus. Mereka jadi ragu-ragu tentang apa yang harus mereka

kerjakan, karena apabila script breakdown berubah-ubah, maka pekerjaan yang

sudah mereka lakukan menjadi sia-sia apabila pada script breakdown berikutnya

hal itu tidak jadi dipakai.

Perubahan script breakdown juga mempengaruhi kerja kru. Misalnya,

untuk bagian set dan properti, pada draft final, scene taman hiburan diganti

menjadi garden dan tim harus membangun sendiri setnya yang sesuai dengan

keinginan sutradara. Membangun set untuk scene garden memang cukup rumit

dan menguras tenaga, mulai dari mencari bambu, kemudian mencari lampu-lampu

kecil untuk dipasang di bambu tersebut, hingga membuat meja untuk adegan

fighting antara Jo dan Red Jester, dimana adegannya adalah Jo dibanting ke meja

hingga mejanya hancur. Pekerjaan membangun set tersebut tidak hanya

dikerjakan oleh bagian art, namun semua kru turut membantu proses

pembangunan set tersebut. Untuk scene lainnya, set tidak perlu dibangun, karena

memanfaatkan setting lokasi yang sudah di pinjam. Sehingga bisa meringankan

pekerjaan bagian art.

Peranan Asisten Sutradara..., Regita, FSD UMN, 2013

26

Sementara untuk bagian kostum, perubahan script breakdown dapat

meringankan pekerjaan bagian kostum. Pada draft 5, bagian kostum harus

membuat 4 kostum badut, namun pada draft final hanya terdapat 1 karakter badut,

sehingga dapat meringankan perkerjaan bagian kostum.

4.1.3. Budget

Perubahan script breakdown ini juga merupakan hasil pertimbangan dengan

produser. Produser juga sudah memperhitungkan budget yang akan digunakan,

oleh karena itu script breakdown yang terakhir dapat menekan budget yang harus

disiapkan oleh produser. Misalnya budget untuk kostum, yang tadinya pada draft

5 terdapat 4 karakter Badut, namun pada draft final hanya terdapat 1 karakter

Badut, dan itu dapat menekan budget untuk membuat kostum Badut dari 4

menjadi 1 saja. Budget untuk kostum tersebut dapat dialokasikan untuk biaya

membagun set garden.

4.1.4. Lokasi

Ada beberapa lokasi yang berubah pada skenario. Misalnya, pada draft 5 terdapat

scene taman hiburan, sutradara menginginkan sebuah arena permainan dengan

bianglala yang besar, tim pun melakukan location scouting ke Dunia Fantasi

Ancol (Dufan). Setelah bertemu dengan pengelola Dufan, ternyata untuk syuting

hanya bisa dilakukan saat jam operasional Dufan, dari jam 09:00-17:00,

sedangkan pengambilan gambar scene tersebut adalah malam hari dengan keadaan

yang sepi. Produser dan sutradara mencari solusi, akhirnya sutradara mengubah

setting taman hiburan menjadi pesta kebun dengan banyak balon merah. Tim

akhirnya menemukan sebuah pantai buatan di The Green - BSD dan ternyata

cocok untuk syuting scene tersebut, serta untuk urusan perijinan lokasi juga lebih

Peranan Asisten Sutradara..., Regita, FSD UMN, 2013

27

mudah dan tim diberikan kebebasan untuk menggunakan lokasi tersebut pada

malam hari.

Selain itu ada juga lokasi kamar mayat untuk scene ruang penyimpanan.

Namun, karena setelah meninjau lokasi di beberapa rumah sakit dan rumah duka

di Jakarta, ternyata kamar mayatnya tidak seperti yang dibayangkan. Sehingga

alternatif untuk scene ruang penyimpanan adalah di Museum Mandiri, di ruang

penyimpanan uang orang-orang jaman dulu, dimana ruangannya luas dan terdapat

laci-laci kecil yang menempel di dindingnya, dan itu bisa masuk dengan konsep

sutradara untuk ruang penyimpanan.

Pembuatan script breakdown dilakukan selama proses praproduksi,

bahkan sampai H-2 syuting, baru keluar script breakdown draft 7 yang dipakai

sebagai acuan selama syuting. Script breakdown draft 7 tidak banyak mengalami

perubahan dari draft 6, sehingga tidak mempengaruhi persiapan yang sudah

dilakukan saat dikeluarkan script breakdown draft 6. Perubahan tersebut hanya

pada alur cerita saja, namun properti, make up, dan kostum masih sesuai dengan

apa yang sudah disiapkan sebelumnya. Sehingga pada tanggal 29 Juli 2012, tetap

bisa dilaksanakan syuting.

Sebaiknya pembuatan script breakdown harus menunggu skenario terakhir

dari script writer dan sutradara agar tidak terjadi pengulangan pembuatan script

breakdown yang dapat membingungkan kru. Seperti yang dikatakan Saroengallo

(2008), pembuatan shooting schedule dan script breakdown harus dari skenario

terakhir yang telah di sepakati sebagai acuan selama syuting.

Peranan Asisten Sutradara..., Regita, FSD UMN, 2013

28

4.2. Shooting Schedule

Menurut Saroengallo (2008), dalam penyusunan jadwal harus mempertimbangkan

beberapa hal, diantaranya lokasi, pemain, day/night, int./ext., dan urutan syuting

(hal.46). Dalam pembuatan shooting schedule untuk film Venatus, penulis

mengelompokkan adegan berdasarkan lokasi yang sama. Ada 4 lokasi yang

digunakan dalam pembuatan film ini, yaitu HOJ, The Green, Museum Mandiri,

dan apartemen MOI (Mall of Indonesia). Untuk lokasi The Green, ada dua scene

yang diambil, yaitu scene kantor organisasi dan scene garden.

Selain membuat jadwal syuting, penulis juga membuat jadwal latihan

fighting choreography dengan fighting director. Latihan diadakan dua kali dalam

seminggu, dipimpin oleh fighting director dan diikuti oleh talent yang berperan

sebagai agen 1, agen 2 dan Red Jester (Badut). Mengingat pada saat itu sudah

memasuki bulan puasa, maka latihan diadakan mulai dari jam 3 hingga 5:30 sore

menjelang waktu berbuka puasa.

4.2.1. HOJ dan The Green

Pada tanggal 29 Juli 2012, penulis menjadwalkan syuting di 3 lokasi sekaligus.

Yaitu HOJ, kantor The Green, dan pantai buatan The Green. Hal tersebut

berdasarkan hasil diskusi bersama dengan produser dan sutradara. Produser

menginginkan syuting berlangsung cepat, sehingga tidak memakan biaya produksi

yang lebih. Dan berdasarkan shot list yang dibuat sutradara, adegan di kamar

Maria (HOJ) dan kantor organisasi (The Green) merupakan adegan singkat

dengan shot yang sedikit. Maka dibuatlah jadwal untuk syuting pertama di HOJ

pada pagi hari, dan selanjutnya scene kantor organisasi dan garden karena berada

di daerah yang sama. Pada siang hari, syuting dilakukan di kantor The Green dan

Peranan Asisten Sutradara..., Regita, FSD UMN, 2013

29

selesai pada sore hari. Sambil menunggu malam, para kru dan pemain bisa

beristirahat terlebih dahulu dan mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk

syuting adegan garden pada malam harinya.

Syuting hari pertama cukup efektif, walaupun ada masalah saat akan

syuting scene garden yang diambil saat malam, camera roll mundur dari jam

20:30 menjadi 23:00, hal tersebut dikarenakan talent Maria telat datang ke lokasi.

Namun syuting tetap berjalan hingga mencapai target. Memang tidak mudah

syuting di 3 lokasi sekaligus dalam 1 hari, namun jadwal tersebut dibuat

berdasarkan beberapa pertimbangan. Antara lain, jarak yang tidak begitu jauh dari

1 lokasi ke lokasi lain, lama perjalanan dari HOJ menuju The Green hanya

ditempuh dalam waktu 15 menit, dan juga persiapan set yang sudah disiapkan dari

jauh-jauh hari, sehingga tim hanya tinggal merapikannya. Menurut teori dari

Saroengallo (2008), bahwa untuk syuting di 1 lokasi sebaiknya diselesaikan pada

hari itu juga, untuk menghindari bongkar pasang set yang telah dibangun.

4.2.2. Museum Mandiri

Untuk lokasi Museum Mandiri, ada 3 scene yang diambil, namun ketiganya tidak

bisa diambil dalam waktu satu hari karena beberapa hal. Hal tersebut antara lain:

1. Pada tanggal 1 Agustus 2012, penulis menjadwalkan pengambilan gambar

untuk scene 12 dan 12A, dimana yang berperan hanya Jo dan Operator.

Karena keterbatasan waktu peminjaman lokasi yaitu hanya sampai pukul

16:00, maka tidak bisa dilanjutkan untuk scene berikutnya, walaupun pada

hari itu syuting selesai pukul 14:00, karena scene selanjutnya untuk lokasi

Peranan Asisten Sutradara..., Regita, FSD UMN, 2013

30

tersebut adalah fighting scene yang memakan banyak waktu dan scene

yang membutuhkan pemeran Anna dan Mama Anna, sementara pada

tanggal tersebut mereka tidak bisa hadir. Oleh karena itu, pengambilan

gambar hanya bisa untuk scene 12 dan 12A.

2. Tanggal 2 Agustus 2012, pemeran Anna dan Mama Anna bisa hadir ke

lokasi, maka hari itu dijadwalkan untuk pengambilan scene 13, 15, dan 16.

3. Tanggal 3 Agustus 2012, adalah pengambilan gambar untuk fighting

scene. Karena menurut Saroengallo (2008), sediakan kelonggaran waktu

untuk pengambilan adegan-adegan khusus, seperti adegan laga, adegan

yang memerlukan efek khusus, penempatan kamera di mobil/helikopter,

adegan yang melibatkan api, dan adegan lain yang memerlukan tim khusus

(hal. 161). Penulis menjadwalkan adegan fighting dalam satu hari penuh,

karena adegan fiighting dalam film ini memang cukup rumit dan

memakan waktu lama. Selain koreografinya yang cukup rumit, penulis dan

tim juga harus mempersiapkan make up effect dan darah buatan yang akan

diberikan kepada aktor untuk memperlihatkan efek luka lebam dan luka

yang berdarah.

Sebaiknya sediakan waktu 1 hari untuk 1 scene action, hal tersebut

dipengaruhi pada batas waktu peminjaman lokasi dan banyaknya shot yang akan

diambil. Jadwal yang penulis buat untuk adegan action sudah cukup efektif,

karena tersedia waktu kurang lebih 6 jam, yaitu dari jam 10:00 hingga 16:00

untuk mengambil adegan fighting. Sutradara juga bisa lebih fokus pada adegan

fighting saja. Karena untuk pengambilan adegan fighting lebih sulit dibandingkan

adegan drama. Asisten sutradara juga harus memperhatikan keamanan dan

Peranan Asisten Sutradara..., Regita, FSD UMN, 2013

31

keselamatan pemain, dengan mempersiapkan obat-obatan atau kotak P3K. Yang

sering terjadi adalah kram pada bagian tubuh pemain saat melakukan adegan

fighting, untuk itu sebaiknya sediakan minyak urut atau koyo untuk mengobati

kram. Asisten sutradara juga sebaiknya mengingatkan para pemain untuk latihan

terlebih dahulu sesampainya di lokasi, hal itu sebagai pemanasan dan juga agar

mereka terbiasa dengan keadaan di lokasi syuting, karena latihan sebelumnya

diadakan di kampus yang berbeda dari lokasi di Museum Mandiri.

4.2.3. Apartemen MOI

Hari terakhir syuting adalah tanggal 5 Agustus 2012, di Apartemen MOI (Kelapa

Gading). Jadwal ini dibuat berdasarkan penyesuaian dengan jadwal dari pemilik

apartemen yang merupakan teman dari produser sendiri. Pemilik apartemen bisa

meminjamkan apartemennya di hari libur saja karena pada hari biasa dia bekerja.

Hal tersebut dipilih karena akses untuk masuk ke apartemen hanya ada satu dan

dipegang oleh pemiliknya, sehingga jika penulis memilih hari biasa untuk syuting

di apartemen, maka tim akan kesulitan untuk masuk ke apartemen, karena harus

menunggu pemiliknya pulang kerja terlebih dahulu dan jam pulang kerjanya

biasanya malam. Sementara, di hari libur yaitu hari Minggu, pemilik apartemen

tidak bekerja dan tim bisa mulai mempersiapkan set dari sore hari dan syuting

bisa selesai lebih awal.

4.2.4. Re-shoot

Ketika syuting sudah selesai dan semua kru sedang menikmati liburan, ternyata

ada hal yang tidak diinginkan terjadi. Footage yang sudah direkam hilang dan

datanya tidak bisa di back-up, maka penulis membuat jadwal syuting ulang untuk

Peranan Asisten Sutradara..., Regita, FSD UMN, 2013

32

fighting scene, yaitu scene 14 di Museum Mandiri dan scene 10, 12B, dan 17 di

Apartemen MOI.

Hal ini tentu merugikan, baik dari segi budget dan tenaga. Produser jadi

harus menyiapkan biaya lagi untuk syuting ulang, serta semua kru yang

seharusnya sudah bisa menikmati liburan, jadi harus bekerja ekstra. Penulis tidak

mempunyai persiapan untuk membuat jadwal syuting cadangan untuk berjaga-

jaga. Berdasarkan pengalaman penulis, sebaiknya sediakan beberapa memory card

untuk menyimpan footage yang sudah diambil. Apabila memory card sudah

penuh, tim bisa melanjukan syuting dengan memory card yang satunya tanpa

harus menunggu footage dipindahkan. Lalu siapkan 1 orang kru yang khusus

menangani masalah footage, seperti melakukan back up setiap kali selesai syuting

dan menyimpan footage tersebut sampai film selesai di edit secara keseluruhan.

Simpan footage pada hardisk dan laptop/PC di dua tempat berbeda. Sehingga

apabila footage hilang, sudah ada cadagan datanya di tempat lain. Bagi asisten

sutradara, sebaiknya membuat juga jadwal cadangan untuk mengantisipasi hal-hal

yang tidak diinginkan terjadi seperti ini. Ternyata hasil syuting ulang untuk

adegan fighting lebih baik dari syuting sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan

pada awal syuting, yaitu tanggal 3 Agustus 2012, bertepatan dengan bulan

Ramadhan sehingga stamina pemain agak menurun. Pada tanggal 31 Agustus

2012, sudah melewati bulan Ramadhan sehingga stamina pemain kembali naik,

sehingga bisa melakukan adegan fighting lebih maksimal.

Berdasarkan pengalaman syuting sebelumnya, penulis bekerja sama

dengan produser, menentukan jadwal syuting ulang pada satu hari saja, dan hal ini

tidak sesuai dengan teori dari Saroengallo (2008), untuk adegan laga dan adegan

Peranan Asisten Sutradara..., Regita, FSD UMN, 2013

33

yang membutuhkan efek khusus, diperlukan kelonggaran waktu. Jadwal tersebut

dibuat berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah karena pemain

sudah memahami peran masing-masing dan tinggal mengulang adegan tersebut,

serta untuk menghemat tenaga untuk menekan biaya produksi.

4.3. Call Sheet

Menurut Rea dan Irving, call sheet adalah penjabaran dari shooting schedule yang

berisi informasi tentang crew call, lokasi, dan waktu aktor datang ke lokasi

syuting. Call sheet di serahkan kepada seluruh kru dan pemain sebelum syuting.

Dalam call sheet film Venatus, penulis juga mencantumkan waktu crew

call, lokasi, dan kapan para pemain harus dijemput dan tiba di lokasi. Dalam hal

pendistribusian call sheet, penulis tidak mencetaknya lalu membagikannya kepada

kru, melainkan dengan cara mengirimkannya ke e-mail masing-masing kru. Selain

itu, penulis juga mengirimkan pesan melalui grup di BlackBerry Messenger dan

mengirimkan pesan singkat (bagi yang tidak menggunakan BlackBerry) untuk

mengingatkan kembali sebelum mulai syuting keesokan harinya. Hal tersebut

dilakukan karena handphone atau smartphone sudah menjadi kebutuhan pokok

bagi manusia di jaman sekarang dan selalu dibawa kemana-mana, sehingga

memudahkan para kru untuk melihat jadwal.

Walaupun jadwal sudah dibuat dengan perkiraan yang matang, namun ada

saja hal-hal tidak terduga yang datang dan mengacaukan jadwal. Misalnya karena

macet di perjalanan menuju lokasi, sehingga crew call menjadi mundur dan

camera roll pun ikut mundur. Untuk mengatasi itu, biasanya sesampainya di

lokasi, penulis langsung membuat jadwal ulang untuk syuting hari itu dan

Peranan Asisten Sutradara..., Regita, FSD UMN, 2013

34

memberitahu kru untuk bekerja semaksimal mungkin dan tidak membuang-buang

waktu. Seperti yang dikatakan oleh Saroengallo (2008), seorang asisten sutradara

yang baik tidak hanya harus menguasai penjabaran kreatif sebuah adegan yang

diinginkan oleh sutradara, tetapi ia juga harus memiliki kemampuan untuk

melakukan perubahan urutan jadwal syuting di lokasi atau set (Saroengallo,

2008).

4.4. Asisten Sutradara sebagai Perantara Sutradara kepada Kru

Menurut Mamer (2009), asisten sutradara adalah tangan kanan sutradara dan juga

sebagai perantara untuk menyampaikan keinginan sutradara kepada kru perihal

kinerja, akting, dan kamera (Mamer, 2009, hal.53). Dalam produksi film Venatus

ini, penulis juga menjadi penghubung antara sutradara kepada kru maupun

pemain. Terutama dalam tahap persiapan syuting. Misalnya, untuk adegan

fighting, sutradara menginginkan make up effect luka lebam dan darah di wajah

pemeran Jo, Agen 1, dan Agen 2. Penulislah yang akan menyampaikan kepada

bagian make up agar mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk

membuat make up effect lebam, selain itu penulis juga minta agar dipersiapkan

darah buatan untuk menunjukkan luka berdarah.

4.4.1. Sumber Informasi

Salah satu tugas dan tanggung jawab seorang asisten sutradara adalah sebagai

tempat bertanya bagi semua pihak, sekaligus menjadi juru kunci informasi kepada

semua pihak, baik kepada petinggi, kru maupun pemain (Saroengallo, 2008). Di

lokasi syuting, penulis juga menjadi tempat bertanya bagi semua orang, baik kru

Peranan Asisten Sutradara..., Regita, FSD UMN, 2013

35

maupun pemain. Biasanya mereka bertanya mengenai scene mana yang akan

diambil selanjutnya dan apa yang harus disiapkan, baik set, properti, makeup, dan

wardrobe yang digunakan.

Penulis dan tim juga membuat grup pada BlackBerry Messenger yang

berisikan semua kru dan berfungsi sebagai sarana memperbaharui informasi yang

berhubungan dengan jadwal rapat, jadwal syuting, serta sebagai wadah bagi para

kru dalam memberi masukan tentang film ini. Contohnya, masukan tentang lokasi

yang cocok untuk scene tertentu, talent yang cocok dengan karakter dalam film,

hingga tempat peminjaman alat. Grup ini juga digunakan untuk memberi

informasi mengenai hasil rapat. Bagi kru yang tidak bisa datang untuk rapat,

biasanya mereka minta ijin terlebih dahulu kepada produser. Melalui grup ini,

penulislah yang menyampaikan hasil rapat dan memberitahu kru yang tidak hadir

mengenai apa yang harus ia lakukan. Misalnya, bagian lighting saat itu tidak bisa

hadir, maka penulis akan menghubunginya dan menanyakan alat apa saja yang ia

butuhkan untuk syuting, lalu ia akan membuat equipment list dan

mengirimkannya kepada penulis melalui e-mail atau BlackBerry Messenger.

Untuk kru yang tidak memakai BlackBerry, penulis akan memberitahu mereka

tentang informasi-informasi tersebut melalui pesan singkat agar mereka juga

mengetahui perkembangan produksi film ini.

4.4.2. Sebagai Perantara

Selama syuting berlangsung, biasanya sutradara sibuk dengan director of

photography dalam menentukan angle dan shot apa yang akan diambil,

penempatan kamera, serta lighting. Walaupun shot list sudah dibuat sebelumnya,

namun pada saat tiba harinya untuk syuting, ketika tiba di lokasi ada saja muncul

Peranan Asisten Sutradara..., Regita, FSD UMN, 2013

36

ide kreatif lain dari sutradara maupun DOP dalam hal penentuan angle dan shot.

Sehingga seringkali terjadi perdebatan antara sutradara dan DOP. Apabila hal itu

terjadi, maka penulis yang biasanya mengingatkan mereka akan waktu yang terus

berjalan dan ketepatan jadwal camera roll. Seperti yang dikatakan Saroengallo,

bahwa kebiasaan pengarah fotografi menentukan pencahayaan hingga memenuhi

kemauan sutradara sangat penting dalam menentukan target syuting per hari.

Asisten sutradaralah yang bertugas untuk memantau lamanya proses ini. Bila

terpaksa, ia harus mampu mendesak pengarah fotografi untuk mempercepat

proses pencahayaan tersebut (Saroengallo, 2008).

Selama sutradara berdebat dengan DOP, penulislah yang mengawasi

persiapan para pemain, mengingatkan kembali kepada pemain mengenai

bagaimana mereka harus berakting sesuai dengan yang diinginkan sutradara,

memeriksa set dan properti yang digunakan apakah sudah sesuai atau belum.

Misalnya untuk adegan fighting, biasanya begitu sampai di lokasi, penulis

mengingatkan para pemain untuk latihan koreografi terlebih dahulu sambil

menunggu persiapan kamera dan lighting. Penulis juga memberitahu bagian make

up dan wardrobe untuk bersiap-siap merias pemain kemudian menyiapkan

kostum sesuai dengan yang ada di script breakdown. Dalam adegan fighting,

dibutuhkan darah buatan untuk efek luka, penulis juga memastikan kepada bagian

art bahwa darah buatannya sudah siap digunakan dengan segala perlengkapannya,

seperti tissue atau lap untuk membersihkan bekas darah pada wajah pemain

maupun yang terjatuh di lantai. Penulis juga memeriksa apakah properti yang

akan digunakan sudah lengkap atau belum, seperti pedang untuk Jo, samurai

untuk Agen 1, dan pistol untuk Agen 2.

Peranan Asisten Sutradara..., Regita, FSD UMN, 2013

37

Seorang asisten sutradara harus mendukung sepenuhnya visi sutradara.

Namun, ia juga harus memastikan ketepatan waktu sesuai dengan jadwal yang

sudah dibuat. Penulis sering mengingatkan sutradara apabila sutradara dan DOP

terlalu lama dalam menentukan shot dan angle, setelah diingatkan, sutradara bisa

dengan segera menentukan shot lalu mulai camera roll. Produser dan Co-Produser

juga turut mengingatkan sutradara mengenai batas waktu peminjaman lokasi,

supaya sutradara bisa mempercepat pengambilan gambarnya.

Peranan Asisten Sutradara..., Regita, FSD UMN, 2013


Recommended