Transcript
Page 1: BAB III GAMBARAN KAWASAN TAMAN NASIONAL …digilib.itb.ac.id/files/disk1/611/jbptitbpp-gdl-nuckiprasa-30501-4... · 89 TABEL III.1 SEJARAH TNBD NO. TAHUN STATUS LUAS (HA) LANDASAN

87

BAB III

GAMBARAN KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS (TNBD)

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum kawasan TNBD

yang meliputi sejarah pembentukan TNBD dan usulan penataan zona di

kawasan TNBD berdasarkan RPTNBD.

3.1 Sejarah TNBD

Kawasan TNBD semula merupakan Cagar Biosfer Bukit Dua Belas yang

ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 46/Kpts-II/1987 tanggal

12 Februari 1997 tentang Penunjukan Kawasan Hutan Propinsi Jambi seluas ±

2.947.200 ha, diantaranya Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata seluas 602.000

ha, dimana kawasan Cagar Biosfer Bukit Duabelas termasuk didalamnya dengan

fungsi HSAW seluas ± 28.705 ha. Tujuan awalnya diusulkan sebagai cagar

biosfer adalah untuk mempertahankan kawasan hidup Orang Rimba, yang

sebagian besar terkonsentrasi di sana. Namun, surat usulan itu tidak ada tindak

lanjut, karena pembentukan cagar biosfer belum diatur dalam peraturan

pelaksanaan UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam

Hayati dan Ekosistemnya.

Dalam perkembangannya, di sebagian Hutan Produksi Terbatas dan

Hutan Produksi Tetap disekitar Cagar Biosfer Bukit Duabelas telah dicadangkan

untuk beberapa kagiatan antara lain:

1. Pembangunan HTI PT. Sumber Hutan Lestari dengan sistem tebang habis ±

19.100 ha, dimana sebagian kawasannya adalah kawasan hutan produksi

terbatas.

2. Pembangunan HTI Rotan PT. Inhutani V seluas ± 10.600 ha letaknya

berbatasan langsung dengan Cagar Alam Biosfer Bukit Duabelas, dan 500 ha

diantaranya telah berupa tanaman rotan.

3. PT. Limbah Kayu Utama (HTI-Pertukangan) seluas ± 19.300 ha (SK Menhut

No. 327/Kpts-II/1998 yang letaknya cukup jauh dari Cagar Biosfer Bukit Dua

Belas.

4. PT. Wana Perintis (HTI-Trans) seluas ± 6.900 ha (SK. Menhut No. 781/Kpts-

II/1996) telah ada pemukiman transmigrasi.

Page 2: BAB III GAMBARAN KAWASAN TAMAN NASIONAL …digilib.itb.ac.id/files/disk1/611/jbptitbpp-gdl-nuckiprasa-30501-4... · 89 TABEL III.1 SEJARAH TNBD NO. TAHUN STATUS LUAS (HA) LANDASAN

88

5. Disamping itu terdapat juga kegiatan pemanfaatan kayu dengan IPK yang

dikeluarkan oleh Kanwil Dephutbun Prop. Jambi.

Setelah pencadangan tersebut muncul masalah dimana areal tersebut

merupakan wilayah hak ulayat adat/wilayah pengembaraan komunitas adat

Orang Rimba. Akibat konversi hutan alam menjadi Hutan Tanaman Industri yang

menggunakan Sistem Tebang Habis dengan Permudaan Buatan, telah

menyebabkan komunitas adat Orang Rimba kehilangan sumber daya alam yang

menjadi sumber kehidupannya.

Kekhawatiran terhadap dampak negatif dari pembangunan HTI terhadap

kehidupan Komunitas adat Orang Rimba, telah mendorong Komunitas adat

Orang Rimba besama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk

mengusulkan penghentian kegiatan pembangunan HTI menjadi perluasan Cagar

Biosfir Bukit Duabelas.

Menteri Kehutanan melalui Keputusan No. 781/Kpts-VIII/1999 tanggal 27

September 1999 membentuk Tim Peninjau Lapangan Terhadap Kawasan Hutan

yang diusulkan untuk Perluasan Cagar Biosfir Bukit Duabelas dengan tugas

untuk melakukan pengumpulan data dan informasi yang lengkap dan obyektif

atas aspek ekonomi, sosial dan ekologi terhadap kawasan hutan yang diusulkan

untuk perluasan Cagar Alam Biosfer tersebut.

Hasil akhir dari proses tersebut adalah telah dilakukan perubahan fungsi

sebagian Hutan Produksi Terbatas Serengam Hulu seluas ± 20.700 ha (dua

puluh ribu tujuh ratus hektar) dan sebagian Hutan Produksi Tetap Serengam Hilir

± 11,400 ha (sebelas ribu empat ratus hektar) serta penunjukan sebagian Areal

Penggunaan lainnya seluas ± 1.200 ha (seribu dua ratus hektar) dan kawasan

Suaka Alam dan pelestarian alam (Cagar Biosfir Bukit Dua Belas) seluas ±

27.300 ha (dua puluh tujuh ribu tiga ratus hektar) yang terletak di Kab.

Sarolangon Bangko, Batanghari dan Bungo Tebo, Prop. Jambi menjadi Taman

Nasional Bukit Dua Belas seluas ± 60.500 ha melalui Surat Keputusan Menteri

Kehutanan dan Perkebunan No. 258/Kpts-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000.

Sejarah TNBD dapat dilihat dalam tabel 3.1.

Page 3: BAB III GAMBARAN KAWASAN TAMAN NASIONAL …digilib.itb.ac.id/files/disk1/611/jbptitbpp-gdl-nuckiprasa-30501-4... · 89 TABEL III.1 SEJARAH TNBD NO. TAHUN STATUS LUAS (HA) LANDASAN

89

TABEL III.1 SEJARAH TNBD

NO. TAHUN STATUS LUAS (HA) LANDASAN HUKUM

1. Sebelum

1984

Kawasan hutan yang termasuk

areal Hak Pengusahaan Hutan

(HPH)

Tidak

Diketahui

-

2. 1984 Cagar Biosfer Bukit Duabelas 29.485 SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat

I Jambi No. 552.51/1973/1984

3. 2000 Taman Nasional Bukit Duabelas 60.500 SK Menteri Kehutanan dan

Perkebunan No. 258/Kpts-II/2000

Sumber: Hasil Analisis, 2007

GAMBAR 3.1

KAWASAN TNBD

Sumber: Hasil survei, 2007

Page 4: BAB III GAMBARAN KAWASAN TAMAN NASIONAL …digilib.itb.ac.id/files/disk1/611/jbptitbpp-gdl-nuckiprasa-30501-4... · 89 TABEL III.1 SEJARAH TNBD NO. TAHUN STATUS LUAS (HA) LANDASAN

90

3.2 Usulan Penataan Zona Di Kawasan TNBD Berdasarkan RPTNBD

Sesuai dengan yang dijelaskan dalam Undang-Undang No.5 Tahun 1990

tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, penataan zona

di kawasan TNBD mengacu pada sistem zonasi tunggal dengan beberapa tipe

zona.

3.2.1 Pertimbangan dan Kriteria Penetapan Tipe Zona

Dalam penetapan sistem zonasi TNBD, faktor-faktor pertimbangan dan

ukuran/kriteria yang dipakai adalah sebagai berikut:

a. Aspek-Aspek Pertimbangan

Aspek-aspek penting yang dipertimbangkan dalam perancangan tipe

zona meliputi:

Daya tahan ekosistem kawasan terhadap gangguan.

Penyebaran sumber daya alam

Tekanan dan ancaman (eksisting dan potensial) terhadap ruang dan

sumber daya alam TNBD.

Fungsi hidrologi kawasan terhadap kawasan bawahan.

Kebutuhan ruang kehidupan dan penghidupan komunitas adat Orang

Rimba.

Potensi perolehan manfaat ekonomi dan sosial bagi warga masyarakat

desa interaksi.

Kelayakan penerapan.

b. Kriteria Penentuan

Ukuran atau kriteria yang dipakai dalam perancangan pembagian tipe

zona adalah sebagai berikut:

1. Zona Inti

Areal kawasan dengan ekosistem yang rapuh dan sangat rentan

terhadap gangguan.

Areal kawasan dengan ekosistem yang merupakan perwakilan semua

ekosistem kawasan.

Areal kawasan yang memiliki sumberdaya utama bagi kehidupan fauna.

Areal kawasan habitat/tempat berlindung satwa yang terancam punah.

Page 5: BAB III GAMBARAN KAWASAN TAMAN NASIONAL …digilib.itb.ac.id/files/disk1/611/jbptitbpp-gdl-nuckiprasa-30501-4... · 89 TABEL III.1 SEJARAH TNBD NO. TAHUN STATUS LUAS (HA) LANDASAN

91

Areal kawasan yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air bagi

kawasan bawahan.

Areal kawasan yang memiliki nilai sakral bagi komunitas adat Orang

Rimba, dan ditabukan/tertutup untuk pengunjung dari luar.

2. Zona Rimba

Areal kawasan dengan ekosistem yang peka terhadap gangguan.

Areal kawasan dengan ekosistem yang merupakan perwakilan sebagian

besar ekosistem kawasan.

Areal kawasan yang memiliki sumberdaya utama bagi kehidupan fauna

kawasan.

Areal kawasan habitat sebagian besar species yang ada di dalam

kawasan.

Areal kawasan habitat/tempat berlindung species satwa yang toleran

terhadap ganguan terbatas.

Areal kawasan habitat cadangan sumber genetik/plasma nutfah penting.

Areal kawasan yang merupakan daerah tangkapan air bagi kawasan

bawahan.

Areal kawasan yang merupakan ruang kehidupan dan penghidupan

komunitas adat Orang Rimba.

3. Zona Pemanfaatan

Areal kawasan perladangan/perkebunan tradisional komunitas adat

Orang Rimba dan atau yang diperuntukkan bagi kepentingan

pemberdayaan komunitas adat Orang Rimba.

Areal kawasan yang dulunya dirambah dan dijadikan lahan perladangan

oleh warga masyarakat desa interaksi.

Areal kawasan untuk pengembangan pariwisata alam dan rekreasi.

Kriteria peruntukkan areal pariwisata alam dan rekreasi, meliputi:

Memiliki ekosistem yang relatif kenyal

Memiliki contoh representatif jenis flora dan fauna kawasan.

Memiliki akss langsung (buatan atau alam) dengan pintu masuk

kawasan.

Page 6: BAB III GAMBARAN KAWASAN TAMAN NASIONAL …digilib.itb.ac.id/files/disk1/611/jbptitbpp-gdl-nuckiprasa-30501-4... · 89 TABEL III.1 SEJARAH TNBD NO. TAHUN STATUS LUAS (HA) LANDASAN

92

4. Zona Rehabilitasi

Areal kawasan yang sudah mengalami kerusakan ekosistem dan akan

dipulihkan kembali melalui proses intervensi.

GAMBAR 3.2

AKSES MENUJU KAWASAN TNBD

Sumber: Hasil Survei, 2007

3.2.2 Pembagian Tipe Zona

Melalui kajian komprehensif dengan sejumlah variabel yang terkait

dengan aspek-aspek penting dan dengan mengacu pada kriteria-kriteria yang

ditetapkan, penataan zona di dalam TNBD dibagi dalam enam tipe zona.

Page 7: BAB III GAMBARAN KAWASAN TAMAN NASIONAL …digilib.itb.ac.id/files/disk1/611/jbptitbpp-gdl-nuckiprasa-30501-4... · 89 TABEL III.1 SEJARAH TNBD NO. TAHUN STATUS LUAS (HA) LANDASAN

93

a. Zona Inti

Zona inti mencakup seluruh areal perbukitan kawasan ex Cagar Biosfer dan

sebagian dataran di kaki perbukitan. Fungsi utama zona inti adalah sebagai

ruang pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistem kawasan dan

merupakan areal yang dilindungi sangat ketat. Kegiatan yang diperbolehkan

pada zona ini hanya bersifat penelitian terbatas, atau yang berkaitan dengan

kehidupan budaya komunitas adat Orang Rimba.

b. Zona Rimba

Zona Rimba melingkari areal zona inti sampai ke sisi batas luar kawasan,

kecuali bagian-bagian ruang yang diperuntukkan untuk tipe zona lainnya.

Fungsi utama zona rimba adalah sebagai:

1. Ruang pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

2. Ruang kehidupan dan penghidupan komunitas adat Orang Rimba.

3. Ruang kegiatan penelitian dan pendidikan.

4. Ruang kegiatan pariwisata terbatas/penyelenggaraan program

interpretasi.

c. Zona Pemanfaatan

Untuk memfasilitasi kegiatan pemanfaatan, dirancang tiga tipe zona

pemanfaatan, masing-masing:

Zona Pemanfaatan Tradisional

Zona ini diperuntukkan khusus untuk memfasilitasi kebutuhan kehidupan

dan penghidupan komunitas adat Orang Rimba.

Fungsi utama zona pemanfaatan tradisioanl adalah sebagai berikut:

Ruang budidaya tanaman pangan, komoditi jual dan biota obat hutan

(agroforesty).

Ruang interaksi komunitas adat Orang Rimba dengan masyarakat

luar.

Ruang penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan komunitas adat

Orang Rimba.

Pada zona ini akan dikemabngkan agroforestry dan fasilitas untuk

menunjang program pendidikan dan kegiatan-kegiatan pemberdayaan

lainnya (Orang Rimba community center) termasuk introduksi program

interpretasi berikut sarana dan prasarana wisata untuk dikelola oleh

komunitas itu sendiri.

Page 8: BAB III GAMBARAN KAWASAN TAMAN NASIONAL …digilib.itb.ac.id/files/disk1/611/jbptitbpp-gdl-nuckiprasa-30501-4... · 89 TABEL III.1 SEJARAH TNBD NO. TAHUN STATUS LUAS (HA) LANDASAN

94

Pemikiran di belakang konsep memasukkan kegiatan pariwisata di zona

ini adalah untuk pengembangan kemampuan berusaha/bisnis “para-

kader” (meminjam istilah LSM SOKOLA) di bidang jasa lingkungan

sekaligus memperluas kontak dengan masyarakat luar.

Melalui konsep pengembangan zona pemanfaatan tradisional, akan

terbangun suatu sistem pemberdayaan terpadu menuju pembentukan

kemandirian dan keberdayaan.

Zona Pemanfaatan Terbatas

Fungsi utama zona pemanfaatan terbatas adalah untuk mengakomodasi

pemanfaatan areal kawasan (ex cagar biosfer) yang dirambah pada

masa-masa lalu dan sudah dijadikan lahan perkebunan rakyat oleh warga

masyarakat desa interaksi. Dan, areal ex PT INHUTANI V dan PT

Sumber Hutan Lestari yang sudah terlanjur dijadikan perkebunan rakyat

sebelum TNBD.

Pengecualian diberlakukan terhadap hal-hal berikut:

Lahan perkebunan yang berada di Zona Inti

Apabila lahan perkebunan berada di zona inti maka tegakan-tegakan

tanaman akan dimusnahkan dan dilakukan pemulihanlingkungan

melalui proses rehabilitasi. Pihak penggarap akan mendapatkan areal

baru di zona pemanfaatan terbatas seluas lahan yang digarap

sebelumnya, dan tidak mendapatkan ganti rugi atas tanaman yang

dimusnahkan.

Lahan perkebunan yang berada di Zona Rimba

Lahan perkebunan yang berlokasi di zona rimba akan diizinkan

sampai pada masa pemanenan produktif berakhir. Selanjutnya

tegakan tanaman akan dimusnahkan dan dilakukan rehabilitasi untuk

pemulihan lingkungan. Dan, untuk pihak penggarap tidak akan

diberikan penggantian lahan.

Pemberlakuan pengendalian yang ketat akan diterapkan di zona ini,

seperti antara lain: tidak diperkenankan untuk diperluas,

diperjualbelikan dan diwajibkan untuk melakukan pengkayaan jenis

dengan menambahkan jenis-jenis tegakan endemik kawasan.

Page 9: BAB III GAMBARAN KAWASAN TAMAN NASIONAL …digilib.itb.ac.id/files/disk1/611/jbptitbpp-gdl-nuckiprasa-30501-4... · 89 TABEL III.1 SEJARAH TNBD NO. TAHUN STATUS LUAS (HA) LANDASAN

95

Zona Pemanfaatan Pariwisata Alam

Fungsi utama zona pemanfaatan pariwisata alam adalah untuk:

1. Pengembangan sarana dan prasarana ekowisata dan

penyelenggaraan progrma interpretasi.

2. Pengembangan laboratorium alam terbuka.

3. Pengembangan budidaya biota obat hutan dan tanaman hias.

4. Pengembangan pusat penyelamatan satwa endemik Sumatera.

5. Sebagai wadah penampungan satwa liar endemik Sumatera

bermasalah dan hasil sitaan dari masyarakat.

6. Pengembangan penangkaran satwa (endemik Sumatera).

7. Sebagai wadah pengadaan stok untuk: (1) kebutuhan masyarakat

yang berminat mengembangkan kegiatan usaha penangkaran, dan

(2) keperluan intervensi jenis satwa yang terancam, baik untuk

kawasan TNBD maupun kawasan lainnya. Kedua wadah ini akan

dimanfaatkan pula sebagai laboratorium untuk menunjang pendidikan

dan penelitian serta untuk memperkenalkan kepada masyarakat akan

jenis-jenis satwa endemik Sumatera.

d. Zona Rehabilitasi

Zona ini tertutup untuk semua kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan

program pemulihan lingkungan. Setelah proses intervensi berakhir, tipe zona

untuk ex areal rehabilitasi akan disesuaikan dengan keperluan konservasi

kawasan.

3.2.3 Pengaturan-Pengaturan Kegiatan di dalam Zona TNBD

Ketentuan-ketentuan yang diberlakukan untuk masing-masing tipe zona

dan sub tipe zona adalah sebagai berikut:

a. Zona Inti

Areal kawasan ini tertutup untuk pengunjung, kecuali untuk keperluan:

1. Ritual adat komunitas Orang Rimba

2. Penelitian terbatas

3. Pemantauan oleh petugas TNBD

Tidak diperkenankan untuk memamen, memindahkan atau menganggu

sumber daya alam, kecuali untuk keperluan ritual adat komunitas Orang

Rimba.

Page 10: BAB III GAMBARAN KAWASAN TAMAN NASIONAL …digilib.itb.ac.id/files/disk1/611/jbptitbpp-gdl-nuckiprasa-30501-4... · 89 TABEL III.1 SEJARAH TNBD NO. TAHUN STATUS LUAS (HA) LANDASAN

96

Tidak diperkenankan untuk mendirikan sarana dan prasarana umum,

kecuali untuk kepentingan pengamanan kawasan.

b. Zona Rimba

Tidak diperkenankan memanen, memindahkan atau menganggu sumber

daya alam, kecuali untuk keperluan memenuhi kebutuhan hidup akan

komoditi pangan, komoditi jual dan biota obat hutan.

Penyelenggaraan kegiatan pariwisata di zona ini bersifat terbatas

(program interpretasi).

c. Zona Pemanfaatan Tradisional

Pemanfaatan zona ini terbatas hanya untuk kepentingan pemberdayaan

komunitas Orang Rimba.

d. Zona Pemanfaatan Terbatas

Pemanfaatan zona ini terbatas hanya untuk perkebunan rakyat yang

sudah ada selama ini serta tidak diperkenankan untuk diperjualbelikan

atau diperluas dan wajib melakukan pengkayan jenis dengan tanaman

endemik kawasan.

Kesepakatan pemanfaatan dilakukan melalui akte kesepakatan antara

UPT TNBD dan penggarap bersangkutan dengan diketahui oleh

pemerintah daerah bersangkutan.

e. Zona Pemanfaatan Pariwisata Alam

Pemanfaatan zona ini diperuntukkan bagi:

Pengembangan saran dan prasarana ekowisata.

Penyelenggaraan program interpretasi dan kegiatan rekreasi.

Pengembangan laboratorium alam terbuka.

Pengembangan budidaya tanaman hias dan biota obat hutan.

Pengembangan pusat penyelamatan sata endemik Sumatera.

Pengembangan penangkaran satwa liar.

Semua kegiatan pemanfaatan tersebut diverifikasi berdasarkan hasil-hasil

AMDAL.

f. Zona Rehabilitasi

Zona ini tertutup bagi semua kegiatan kecuali intervensi pemulihan,

pendidikan dan penelitian.

Page 11: BAB III GAMBARAN KAWASAN TAMAN NASIONAL …digilib.itb.ac.id/files/disk1/611/jbptitbpp-gdl-nuckiprasa-30501-4... · 89 TABEL III.1 SEJARAH TNBD NO. TAHUN STATUS LUAS (HA) LANDASAN

97

Ringkasan ketentuan-ketentuan tersebut di atas dapat dilihat pada tabel 3.6

berikut ini.

TABEL III.2 RINGKASAN PEMBAGIAN ZONA DI TNBD

No. Zona Kegiatan yang Diizinkan Kegiatan yang Dilarang

1. Semua Zona Penelitian

Pemulihan habitat

Introduksi tanaman ex luar kawasan, kecuali

untuk: (1) pengkayaan jenis laboratorium alam

terbukan; (2 menunjang penghidupan

komunitas adat Orang Rimba; dan (3) regenrasi

tanaman perkebunan rakyat.

Introduksi satwa ex luar kawasan, kecuali

untuk: (1) keperluan penangkaran; (2)

ditampung di rescue center; (3) menujang

penghidupan komunitas adapt Orang Rimba

melalui sistem pemeliharaan dengan cara

dikandang.

Membuang limbah, kecuali ditempat ditentukan.

Memanen, memindahkan, menganggu

sumberdaya alam, kecuali untuk: (1) kebutuhan

penghidupan Orang Rimba; (2) penangkaran

atau satwa bermasalah; (3) laboratorium alam

tebuka dan budidaya tanaman hias dan biota

obat hutan; (4) penelitian; (5) keperluan

intervensi pemulihan habitat.

2. Zona Inti Penelitian Terbatas

Pemulihan Habitat

Semua kegiatan lain dilarang kecuali hal-hal yang

berkaitan dengan penyelenggaraan ritual adapt

komunitas Orang Rimba

3. Zona Rimba Pendidikan dan penelitian

Pariwisata terbatas

Pemulihan habitat

Semua kegiatan lain dilarang kecuali hal-hal yang

berkaitan dengan kebutuhan:

Komunitas adat Orang Rimba

Laboratorium alam terbuka dan budidaya biota

hutan dan tanaman hias

Penangkaran atau satwa bermasalah

Keperluan intervensi pemulihan habitat

4. Zona

Pemanfaatan

Tradisional

Semua kegiatan yang

terkait dengan

pemberdayaan komunitas

adapt Orang Rimba

Pendidikan dan Penelitian

Pariwisata yang dikelola

Orang Rimba

Semua kegiatan lainnya dilarang

Page 12: BAB III GAMBARAN KAWASAN TAMAN NASIONAL …digilib.itb.ac.id/files/disk1/611/jbptitbpp-gdl-nuckiprasa-30501-4... · 89 TABEL III.1 SEJARAH TNBD NO. TAHUN STATUS LUAS (HA) LANDASAN

98

No. Zona Kegiatan yang Diizinkan Kegiatan yang Dilarang

Zona

Pemanfaatan

Terbatas

Zona

Pemanfaatan

Pariwisata

Zona

Rehabilitasi

Pemulihan habitat

Perkebunan rakyat

Pengembangan sarana

dan prasarana pariwisata,

rekreasi, program

interpretasi laboratorium

alam terbuka

Budidaya tanaman hias

dan biota obat hutan

Pusat penyelamatan satwa

dan penangkaran

Pemulihan habitat

Pendidikan dan penelitian

Semua kegiatan lainnya dilarang kecuali yang

terkait dengan kepentingan komuntas adapt Orang

Rimba

Semua kegiatan lainnya dilarang kecuali yang

terkait dengan kepentingan komunitas adat Orang

Rimba

Semua kegiatan lainnya dilarang

Sumber: RPTNBD 2005-2029

3.2.4 Penataan Batas Antar Zona TNBD

Mengingat masing-masing tipe zona mempunyai fungsi tersendiri dan

menuntut perlakuan yang spesifik, maka untuk menghindari terjadinya tumpang

tindih (fungsi dan perlakuan) batas antar zona perlu dipertegas secara visual,

khususnya di bagian-bagian areal batas yang strategis dan atau raan terjadi

tumpang tindih (fungsi dan perlakuan).

Perlakuan yang sama diterapkan pula untuk mennadai batas luar

kawasan TNBD. Adapun untuk penandaan batas kawasn dan antar tipe zona,

dipakai jenis tegakan seperti terlihat dalam tabel 3.6 berikut ini.

TABEL III.3 PENATAAN BATAS KAWASAN DAN ANTAR ZONA KAWASAN TNBD

Batas Jenis Tegakan Interval Tegakan

(meter)

Batas Luar Kawasan TNBD Pinang, Bambu, Aren

Antar Tipe Zona

Zona Inti-Zona Rimba Sialang (kempas)

Zona Rimba-Zona Pemanfaatan

Tradisional

Gaharu, rotan, jernang, jelutung, petai

hutan, damar

Zona Rimba-Zona Pemanfaatan Rotan

Page 13: BAB III GAMBARAN KAWASAN TAMAN NASIONAL …digilib.itb.ac.id/files/disk1/611/jbptitbpp-gdl-nuckiprasa-30501-4... · 89 TABEL III.1 SEJARAH TNBD NO. TAHUN STATUS LUAS (HA) LANDASAN

99

Terbatas

Zona Rimba-Zona Pemanfaatan

Pariwisata Durian hutan, tampuy, rambay sama kandis

Antar Zona Pemanfaatan (ZP)

ZP Pariwisata-ZP Tradisioanal Durian hutan, tampuy, rambay asam kandis

ZP Pariwisata-ZP terbatas Rotan

Sumber: RPTNBD 2005-2029

Penting untuk dicatat bahwa seiring dengan berjalannya waktu, sejumlah

pal batas di bagian selatan ex cagar biosfer tidak ditemukan lagi. Masalah ini

menimbulkan kerancuan interpretasi di kalangan masyarakat desa atas letak

batas kawasan. Untuk menghindari konflik tata batas, perlu segera dilakukan

rekonstruksi (penataan ulang) tata batas di bagian kawasan ini. Sekaligus

mengganti kode tegakan pal batas yang sekarang masin menggunakan kode

CB.


Recommended