Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DIARE

1. Pengertian Diare

Diare adalah buang air besar atau defekasi yang encer dengan

frekuensi lebih dari tiga kali sehari, dengan atau tanpa darah dan atau

lendir dalam tinja (Mansjoer, 2000).

2. Etiologi atau Faktor penyebab

Penyebab diare berkisar 70% sampai 90% sudah dapat diketahui

dengan pasti, dimana Penyebab diare ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu

(Suharyono, 2003):

a. Penyebab tidak langsung

Penyebab tidak langsung atau faktor-faktor yang mempermudah

atau mempercepat terjadinya diare seperti: keadaan gizi, hygiene dan

sanitasi, sosial budaya, kepadatan penduduk, sosial ekonomi dan faktor

faktor lain.

b. Penyebab langsung

Termasuk dalam peyebab langsung antara lain infeksi bakteri

virus dan parasit, malabsorbi, alergi, keracunan bahan kimia maupun

keracunan oleh racun yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan

sayur-sayuran Di tinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut

dapat dibagi 2 golongan yaitu (Suharyono, 2003):

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

1). Diare sekresi

a) Disebabkan oleh Infeksi dari golongan bakteri seperti Shigella,

Salmonella, E.coli, Goongan Vibrio, Bacillus Cereus,

Clostridium. Golongan virus seperti: protozoa, Entamoeba

histolitica, Giardia lamblia, cacing perut, Ascaris, Jamur.

b) Hiperperistaltik usus halus yang berasal dari bahan-bahan

makanan, kimia misalnya keracunan makanan, makanan yang

pedas, terlalu asam, gangguan psikis, gangguan syaraf, hawa

dingin, alergi.

c) Defisiensi imun yaitu kekurangan imun terutama IgA yang

mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri atau flora

usus dan jamur.

2) Diare osmotik yaitu malabsorbsi makanan, kekurangan kalori

protein dan berat badan lahir rendah

3. Patogenesis

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:

(Ngastiyah, 1997).

a. Gangguan osmotik yaitu yang disebabkan adanya makanan atau zat

yang tidak diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga

usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit berlebihan

akan merangsang usus mengeluarkannya sehingga timbul diare.

b. Gangguan sekresi yang menyebabkan adanya rangsangan tertentu

(misalnya toksin) pada dinding usus yang akan terjadi suatu

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

peningkatan sekresi, yang selanjutnya menimbulkan diare karena

terdapat peningkatan isi rongga usus.

c. Gangguan motilitas usus yaitu hiperistaltik yang mengakibatkan

berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan yang

menimbulkan diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun

mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang menimbulkan diare.

4. Gejala Klinis

Awalnya seorang balita akan sering cengeng, gelisah, suhu tubuh

meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada nafsu makan, yang

disertai dengan timbulnya diare. Keadaan kotoran (tinja) makin cair,

kemungkinan mengandung darah atau lendir, yang berwarna menjadi

kehijau-hijauan yang disebabkan karena bercampur dengan empedu anus

dan sekitarnya menjadi lecet yang mengakibatkan tinja menjadi asam

(Mansjoer, 2000).

Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare, bila telah

banyak kehilangan air dan elektrolit maka akan terjadi dehidrasi, berat

badan menurun. Pada bayi disekitar ubun-ubun besar dan cekung, tonus

dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir menjadi kering

(Mansjoer, 2000).

5. Cara Penularan

Kuman penyebab diare ditularkan melalui fecal-oral antara lain

melalui makanan dan minuman yang tercemar tinja dan kontak langsung

dengan tinja penderita (Depkes, 2000).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

6. Pencegahan Diare

Pencegahan diare dapat dilakukan dengan memberikan ASI,

memperbaiki makanan pendamping ASI, mengunakan air bersih yang

cukup, mencuci tangan sebelum makan, mengunakan jamban, membuang

tinja anak pada tempat yang tepat (Depkes, 2000).

7. Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Diare Pada Balita (Pudjiadi,

2005, Notoatmodjo, 2003)

a. Karakteristik Ibu Balita

1) Umur Ibu

Umur adalah usia ibu yang menjadi indikator dalam kedewasaan

dalam setiap pengambilan keputusan untuk melakukan sesuatu yang

mengacu pada setiap pengalamannya. Umur seseorang sedemikian

besarnya akan mempengaruhi perilaku, karena semakin lanjut umurnya,

maka semakin lebih bertanggung jawab, lebih tertib, lebih bermoral,

lebih berbakti dari usia muda (Notoatmodjo, 2002). Karakteristik pada

ibu balita berdasarkan umur sangat berpengaruh terhadap cara

penanganan dalam mencegah terjadinya diare pada balita, dimana

semakin tua umur seorang ibu maka kesiapan dalam mencegah

kejadian diare akan semakin baik dan dapat berjalan dengan baik.

2) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang

menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh. Dari

kepentingan keluarga pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

lebih tanggap adanya masalah kesehatan terutama kejadian diare

didalam keluarganya dan bisa mengambil tindakan secepatnya (Kodyat,

1996).

Menurut analisa umum profil Jawa Tengah, untuk tingkat

pendidikan ibu sebagian besar berpendidikan tamat atau belum tamat

SD sekitar 78% serta pengaruh budaya masyarakat terutama

kepercayaan dan kebiasaan turun temurun masih sangat dirasakan

besar pengaruhnya terhadap daya tahan tubuh individu terhadap

penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000).

Berdasarkan tingkat pendidikan ibu, prevalensi diare berbanding

terbalik dengan tingkat pendidikan ibu, dimana semakin tinggi tingkat

pendidikan ibu maka semakin rendah prevalensi diarenya. Lamanya

menderita diare pada balita yang ibunya berpendidikan rendah atau

tidak sekolah adalah lebih panjang dibandingkan dengan anak dari ibu

yang berpendidikan baik. Insiden diare lebih tinggi pada anak yang

ibunya yang tidak pernah sekolah menengah (Julianti P, 1999).

Tingkat rendahnya pendidikan erat kaitannya dengan tingkat

pengertian tentang cara pencegahan kejadian diare, kesadarannya

terhadap bahaya dari adanya diare pada balita yang dilakuan bagi

keluarga dan masyarakat. Tingkat pendidikan turut pula menentukan

rendah tidaknya seseorang menyerap dan memakai pengetahuan

tentang pencegahan diare. Tingkat pendidikan ibu balita yang rendah

mempengaruhi penerimaan informasi sehingga pengetahuan tentang

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

cara pencegahan terjadinya diare pada balita menjadi terhambat atau

terbatas (Suhardjo, 1999).

Pendidikan yang rendah, adat istiadat yang ketat serta nilai dan

kepercayaan akan takhayul disamping tingkat penghasilan yang masih

rendah, merupakan penghambat dalam pembangunan kesehatan.

Pendidikan rata-rata penduduk yang masih rendah, khususnya di

kalangan ibu balita merupakan salah satu masalah kesehatan yang

berpengaruh terhadap cara penangganan diare, sehingga sikap hidup

dan perilaku yang mendorong timbulnya kesadaran masyarakat masih

rendah. Semakin tinggi pendidikan ibu maka mortalitas (angka

kematian) dan morbidilitas (keadaan sakit) semakin menurun, hal ini

tidak hanya akibat kesadaran ibu balita yang terbatas, tetapi karena

kebutuhan status ekonominya yang belum tercukupi (Suhardjo, 1999).

3) Status Pekerjaan Ibu

Status pekerjaan ibu mempunyai hubungan yang bermakna

dengan kejadian diare pada anak balita. Pada pekerjaan ibu maupun

keaktifan ibu dalam berorganisasi sosial berpengaruh pada kejadian

diare pada balita. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan bagi ibu balita

apabila ingin berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan. Dengan

pekerjaannya tersebut diharapkan ibu mendapat informasi tentang

pencegahan diare. Terdapat 9,3% anak balita menderita diare pada ibu

yang bekerja, sedangkan ibu yang tidak bekerja sebanyak 12% (Irianto,

1996).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

Pada ibu balita yang terkena diare biasanya kurang cepat

tertanggani karena kesibukan dari pekerjaan ibu. Dimana penanganan

balita yang terkena diare di karenakan ketiadaan waktu untuk

memeriksakan ke tenaga kesehatan, hal ini terjadi karena waktunya

kadang bersamaan dengan waktu kerja yang tidak bisa ditinggalkan

yang akibatnya diare pada balitanya akan semakin kritis. Dibandingkan

dengan ibu yang tidak bekerja biasanya akan cepat tertangani dengan

penanganan sederhana seperti pemberian cairan oralit serta banyaknya

waktu untuk mengontrol keadaan balitanya, hal ini dapat

memperlambat diare pada balita.

b. Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga menentukan ketersediaan fasilitas kesehatan

yang baik. Dimana semakin tinggi pendapatan keluarga, semakin baik

fasilitas dan cara hidup mereka yang terjaga akan semakin baik (Berg,

1986). Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan

kuantitas fasilitas kesehatan di suatu keluarga. Walaupun demikian ada

hubungan yang erat antara pendapatan dan kejadian diare yang

didorong adanya pengaruh yang menguntungkan dari pendapatan yang

meningkatkan, maka perbaikan sarana atau fasilitas kesehatan serta

masalah keluarga lainnya, yang berkaitan dengan kejadian diare,

hampir berlaku terhadap tingkat pertumbuhan pendapatan (Berg, 1986).

Tingkatan pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan

hidup, dimana status ekonomi orang tua yang baik akan berpengaruh

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

pada fasilitasnya yang diberikan (Notoatmodjo, 2003). Tingkat

pendapatan akan mempengaruhi pola kebiasaan dalam menjaga

kebersihan dan penanganan yang selanjutnya berperan dalam prioritas

penyediaan fasilitas kesehatan (misal membuat kamar kecil yang sehat)

berdasarkan kemampuan ekonomi atau pendapatan pada suatu

keluarga. Bagi mereka yang berpendapatan sangat rendah hanya dapat

memenuhi kebutuhan berupa fasilitas kesehatan apa adanya, sesuai

dengan kemampuan mereka. Apabila tingkat pendapatan baik, maka

fasilitas kesehatan mereka, khususnya di dalam rumahnya akan

terjamin misalnya dalam penyediaan air bersih, penyediaan jamban

sendiri, atau jika mempunyai ternak akan dibuatkan kandang yang baik

dan terjaga kebersihannya. Rendahnya pendapatan merupakan

rintangan yang menyebabkan orang tidak mampu memenuhi fasilitas

kesehatannya sesuai kebutuhannya (BPS, 2005). Pada ibu balita yang

mempunyai pendapatan kurang akan lambat dalam penanganan diare

misalnya karena ketiadaan biaya berobat ke petugas kesehatan yang

akibatnya dapat terjadi diare yang lebih parah lagi.

c. Tingkat Pengetahuan

1) Pengertian

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan manusia, yakni

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba,

dimana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

mata dan telinga. Menurut Notoadmodjo (2003) pengetahuan

adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, Sebagaian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata (penglihatan) dan telinga

(pendengaran) (Notoatmodjo, 2003). Menurut Padmonodewo

(2000) menyatakan pengetahuan sebagai sesuatu yang diketahui

oleh seseorang dengan jalan apapun dan sesuatu yang diketahui

orang dari pengalaman yang didapat (Notoatmodjo, 2003).

Manusia pada dasarnya selalu ingin tahu yang benar. Untuk

memenuhi rasa ingin tahu, manusia sejak zaman dahulu telah

berusaha mengumpulkan pengetahuan. Pengetahuan pada dasarnya

terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang

untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan

tersebut diperoleh dari pengalaman langsung maupun melalui

pengalaman orang lain.

2) Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan (Kognitif) merupakan domain yang sangat

penting untuk dibentuknya suatu tindakan seseorang. Menurut

Notoadmodjo (2003), dimana tingkat pengetahuan di dalam

domain kognitif, meliputi :

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

a) Tahu (know)

Pengetahuan (tahu yaitu mengingat kembali materi yang

dipelajari sebelumnya. Termasuk didalam pengetahuan yang

paling rendah dengan cara menyebutkan, mendefinisikan dan

menyatukan sesuatu. Pengetahuan ibu balita tentang diare yang

baik akan mempengaruhi ibu balita dalam memahami tentang

bahaya dari diare bagi anaknya.

b) Memahami (comprehension)

Memahami yaitu sesuatu untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap

objek untuk materi, harus dapat menjelaskan, contohnya ibu

balita dapat memahami dan mengetahui cara penanganan diare

yang benar.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

Aplikasi disini dapat diartikan penggunan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kondisi yang lain,

misalnya ibu balita dapat menggunakan cara pencegahan atau

tindakan awal dalam mencegah terjadinya diare pada balita

serta dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan

masalah dalam penanganan diare.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

d) Analisis (analysis)

Analisis yaitu kemampuan untuk materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi di dalam struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitanya dengan yang lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan dari

kata-kata kerja yang dapat menggambarkan, membedakan,

memisahkan, serta mengelompokkan tentang penanganan diare.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis yaitu kemampuan untuk menghubungkan bagian-

bagian dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun,

merencanakan, menyesuaikan. Dimana pada ibu yang memiliki

balita yang diare maka dapat melakukan penanganan secara

benar agar diare dapat berhenti.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini

berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengaruh pengetahuan terhadap seseorang sangat penting

sebab mempunyai cukup pengetahuan dan pendidikan yang

tinggi akan lebih memperhatikan pertumbuhan dan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

perkembangan serta kesehatan setiap anggota keluarganya

(Notoadmodjo, 2003).

3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut

Notoatmodjo (2003), yaitu :

a) Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan

mudah menerima dan menyesuaikan hal-hal yang baru.

b) Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi banyak

akan memberikan pengetahuan yang lebih jelas.

c) Kultur Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat

pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan

disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut. Pada

ibu balita akan melakukan penanganan terjadinya diare sesuai

dengan apa yang mereka lihat di lingkungannya. Biasanya

mereka mengetahui penanganan diare secara sederhana sebagai

penanganan pertama yaitu dengan mengunakan oralit.

d) Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan

pendidikan, dimana pada remaja dengan umur yang bertambah

dan pendidikan yang lebih baik akan memudahkan dalam

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

menyerap informasi yang diberikan serta bersikap lebih bijak.

Pengalaman ibu balita dengan kejadian diare mempengaruhi

dalam penanganan diare selanjutnya.

4) Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawacara atau kuesioner, untuk menyatakan tentang isi materi

yang akan diukur dari responden. Pengetahuan yang ingin

diketahui oleh peneliti dapat disesuaikan dengan tingkat responden

yang ada (Notoadmodjo, 2003).

5) Cara Mencari Pengetahuan

Ada berbagai macam cara untuk mencari atau menperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah yang di kelompokkan

sebagai berikut:

a) Cara tradisional

Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau

tradisional dipakai orang memperoleh kebenaran pengetahuan,

sebelum ditemukannya metode ilmiah untuk metode penemuan

secara sistematik dan logis (Notoadmodjo, 2003).

b) Cara coba-salah (trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,

bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada seseorang

yang menghadapi persoalan, maka upaya pemecahannya

dilakukan dengan coba-coba saja. Dimana metode ini telah

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

digunakan orang dalam waktu yang cukup lama untuk

memecahkan berbagai masalah. Bahkan sekarang ini metode

coba-coba masih sering dipergunakan terutama oleh mereka

yang belum atau tidak mengetahui cara memecahkan masalah

(Notoadmodjo, 2003).

c) Cara kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali

kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh

orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut

baik atau tidak. Kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-

temurun dari generasi berikutnya. Dimana pengetahuan,

diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik tradisi,

otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, otoritas ilmu

pengetahuan (Notoadmodjo, 2003).

d) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian kata pepatah

dengan maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber

pengetahuan, atau pengetahuan itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadipun

dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman

pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

dengan benar maka diperlukan berpikir kritis dan logis

(Notoadmodjo, 2003).

e) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,

cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia

telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh

kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan

pikirannya, baik melalui induksi dan deduksi (Notoadmodjo,

2003).

f) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi

penelitian. Cara ini mula-mula mengadakan pengamatan

langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan

kemudian hasil pengamatannya tersebut dikumpulkan dan

diklasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan umum

(Notoadmodjo, 2003).

Tingkat pengetahuan ibu berkaitan erat dengan bagaimana

seorang ibu balita yang mampu melakukan penanganan terhadap

balita yang mengalami diare. Bagi ibu diharuskan memiliki

pengetahuan tentang diare secara langsung yang berdampak pada

terhindar dari terjadinya diare pada balita (Julianti, 1999).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

Sebagian masyarakat masih ada yang beranggapan bahwa

penyakit diare banyak disebabkan karena bertambahnya

kepandaian anak, salah makan, masuk angin. Hal ini dikarenakan

ketidaktahuan masyarakat yang disebabkan kurangnya mendapat

informasi atau tidak mengetahui tentang penyebab terjadinya diare.

d) Perilaku Cuci Tangan

Kebersihan diri pada ibu dan balita terutama dalam hal perilaku

mencuci tangan setiap makan, merupakan sesuatu yang baik. Dimana

sebagaian besar kuman infeksi diare ditularkan melalui jalur fecal oral.

Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan

atau benda yang tercemar dengan tinja, misalkan dari air minum dan

makanan. Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan adalah

bagian penting dalam penularan kuman diare, dengan mengubah

kebiasaan tidak mencuci tangan menjadi mencuci tangan dapat

memutuskan penularan. Mencuci tangan dengan sabun terutama sesudah

buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan dan minuman, telah

dibuktikan memiliki dampak dalam kejadian diare dan menjadi sasaran

utama pendidikan tentang kebersihan. Penularan 14-48% terjadinya diare

diharapkan sebagai hasil pendidikan tentang kesehatan dan perbaikan

kebiasaan (Depkes, 2000).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

e) Hygiene Sanitasi

Hygiene adalah suatu usaha kesehatan masyarakat yang

mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia,

upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan

kesehatan serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa, sehingga

terjamin pemeliharaan kesehatan. Termasuk upaya melindungi,

memelihara, dan mempertinggi derajat kesehatan manusia (perorangan

ataupun masyarakat), sedemikian rupa sehingga berbagai faktor

lingkungan yang menguntungkan tersebut tidak sampai menimbulkan

gangguan kesehatan (Azwar, 1990). Pada ibu balita yang memiliki

lingkungan yang tidak sehat misalnya sumber air yang tercemar dan

menimbulkan dampak pada pencemaran air yang biasa dikonsumsi

sehari-hari.

Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan

pada pengawasan terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi atau

mungkin mempengaruhi derajat kesehatan manusia, lebih

mengutamakan usaha pencegahan terhadap berbagai faktor lingkungan

sedemikian rupa sehingga munculnya penyakit dapat terhindari (Azwar,

1990). Sanitasi lingkungan berupa adanya jamban umum, MCK (Mandi,

Cuci, Kakus), tempat sampah. Perilaku masyarakat khususnya ibu balita

yang dalam pemanfaatannya kurang terpelihara sebagaimana mestinya.

Hal ini berhubungan erat dengan pendidikan kesehatan pada ibu balita

yang berdampak pada tingkat kesadaran atau pengetahuan dalam

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

menjaga sanitasi lingkungannya, yang selanjutnya menimbulkan

tercapainya perilaku kesehatan yang dilaksanakan dalam kehidupan

sehari-hari misalnya cara membuang sampah sembarangan, maka hal ini

akan menimbulkan pencemaran pada sumber air, udara serta bau yang

menyengat yang tidak sehat dan menggangu dalam segi kesehatan

(Notoatmodjo, 2003).

1) Kualitas Sumber Air

Bagi manusia air minum merupakan salah satu kebutuhan

utama bagi manusia yang menggunakan air untuk berbagai keperluan

seperti mandi, mencuci, kakus, produksi pangan, papan dan sandang.

Mengingat berbagai penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia

pada saat memanfaatkannya, maka tujuan penyediaan air bersih atau

air minum bagi masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air.

Dengan demikian diharapkan semakin banyak pengetahuan

masyarakat yang mengunakan air bersih, maka akan semakin turun

morbiditas penyakit akibat bawaan air (Juli, 1994).

Sumber air minum merupakan salah satu sarana sanitasi yang

paling penting yang berkaitan dengan kejadian diare. Pada

prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum. Sumber-

sumber air ini dapat digambarkan sebagai berikut: air hujan, dimana

air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum. Air sungai

dan danau, kedua sumber air ini sering juga disebut air permukaan.

Mata air yaitu air yang keluar dan berasal dari air tanah yang muncul

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

secara alamiah. Air sumur dngkal yaitu air yang berasal dari lapisan

air didalam tanah yang dangkal biasanya berkisar antara 5-15 meter.

Air sumur dalam yaitu air yang berasal dari lapisan air kedua

didalam tanah, dalamnya dari permukaan tanah biasanya diatas 15

meter. Oleh karena itu, sebagian besar air sumur dalam ini adalah

cukup sehat untuk dijadikan air minum langsung. Sebagian besar

kuman-kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur

fecal-oral yang dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut,

cairan atau benda yang tercemar dengan tinja. Air merupakan salah

satu media yang sangat mudah untuk proses itu. Sumber air yang

bersih baik kualitas maupun kuantitasnya akan dapat mengurangi

tertelannya kuman penyebab diare oleh balita. Kualitas air minum

hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan kesehatan, setidaknya

diusahakan mendekati persyaratan air sehat yaitu persyaratan fisik

yaitu tidak berasa, bening atau tidak berwarna. Sedangkan secara

bakteriologi air harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri

patogen. Dari sisi kimiawi air minum yang sehat itu harus

mengandung zat-zat tertentu didalam jumlah tertentu seperti flour,

chlor, besi, dan lain-lain (Notoatmodjo, 2003).

Sebuah keluarga yang dapat mengambil air dari sumber air

bersih yang baik, menunjukkan angka penurunan terjadinya diare

yang lebih baik daripada keluarga yang tidak mengunakan air bersih

(Depkes, 1999). Dalam penelitian ini yang diteliti hanya kualitas air

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

bersih berdasarkan syarat fisik yaitu tidak berasa, bening atau tidak

berwarna.

2) Kebersihan Jamban

Jamban jenis septic merupakan cara yang paling memenuhi

persyaratan, oleh sebab itu cara pembuangan tinja semacam ini yang

dianjurkan (Notoatmodjo, 1999). Dengan adanya jamban dalam

suatu rumah mempengaruhi kesehatan lingkungan sekitar. Untuk

mencegah atau mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan,

maka pembuangan tinja manusia harus disatu tempat tertentu agar

menjadi jamban yang sehat. Jamban yang sehat untuk daerah

pedesaan harus memenuhi persyaratan yaitu tidak mengotori

permukaan tanah di sekeliling jamban, tidak mengotori permukaan

air di sekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan

bau, mudah digunakan dan dipelihara, sederhana desainnya, murah,

dapat diterima oleh pemakainya (Notoatmodjo, 1999).

Penularan penyakit diare bersifat fecal-oral, maka pembuangan

kotoran melalui jamban menjadi penting. Penggunaan jamban

keluarga dengan baik dan bersih, dapat mengurangi resiko diare.

Dari hasil penelitian dampak proyek air bersih dan penggunaan

jamban keluarga dari 28 negara menunjukkan penurunan angka

kesakitan diare sekitar 22-27% dan angka kematian diare sekitar 21-

30% (Depkes, 2003).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

f) Status Gizi Balita

Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi

makanan, penyimpanan, dan penggunaan makanan. Menurut Robinson

(1988) dalam Rekosodikusumo (1996), status gizi didefinisikan sebagai

keadaan kesehatan yang dihubungkan dengan penggunaan makanan

didalam tubuh. Menurut Habicht (1979) dalam Reksodikusumo (1996)

mendefinisikan status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan yang

diakibatkan oleh keadaan keseimbangan disatu pihak dengan

pengeluaran oleh organisme dan pihak lain yang terlihat melalui variable

tertentu, disebut indikator misalnya Berat Badan dan Tinggi Badan.

Hubungan antara malnutrisi dengan infeksi, dimana derajat infeksi

apapun dapat memperburuk keadaan gizi balita, sebaliknya malnutrisi

walaupun masih ringan mempunyai pengaruh negatif terhadap daya

tahan tubuh balita terhadap infeksi (Pudjiadi, 2000). Kurang gizi juga

berpengaruh terhadap diare. Pada anak yang kurang gizi karena

pemberian makanan yang kurang, diare akut lebih berat, yang berakhir

lebih lama dan lebih sering terjadi pada diare persisten juga lebih sering

dan disentri lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau

disentri sangat meningkat, apabila anak sudah kurang gizi secara umum,

hal ini sebanding dengan derajat kurang gizinya dan paling parah jika

anak menderita gizi buruk (Depkes, 1999).

Diare dan muntah merupakan gejala khas pada penyakit gastro-

intestinal, dimana diare harus mengurangi jumlah makanan yang dapat

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

diserap karena terdapat transit time yang memendek. Gangguan

pencernaan atau penyerapan merupakan penyebab diare. Pemberian diet

pada penderita diare khususnya balita diusahakan harus terdiri dari

makanan yang tidak mengandung banyak serat. Pada diare yang

menahun harus diwaspadai karena akan terjadi penurunan berat badan

yang selanjutnya akan mempengaruhi status gizi balita. Pada diare

menahun didamping makanan yang tidak mengandung banyak serat,

juga harus memperhatikan banyaknya energi dan zat gizi essensial yang

bertujuan untuk mempertahankan pertumbuhan yang normal (Pudjiadi,

2005).

Penilaian status gizi pada balita secara antropometri, dimana

metode ini didasarkan atas pengukuran keadaan fisik dan komposisi

tubuh pada umur dan tingkat gizi yang baik. Dalam penilaian status gizi

khususnya untuk keperluan klasifikasi, maka harus ada ukuran baku atau

referensi. Baku antropometri yang digunakan NCHS atau National

Center of Healh Statistic USA adalah grafik perbandingan yang

merupakan data baru yang dikatakan lebih sesuai dengan perkembangan

zaman.

Berat badan tinggi badan pada balita dijadikan sebagai

pengukuran dimana berat badan mempunyai hubungan linier dengan

tinggi badan. Dalam keadaan normal perkembangan berat badan sesuai

dengan pertambahan tinggi badan dengan percepatan tertentu. Indeks

berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) merupakan indikator yang

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

baik untuk mengetahui status gizi saat ini, terlebih bila data umur yang

sangat sulit diperoleh. Karena indeks BB/TB memberikan gambaran

tentang proporsi BB, maka dalam penggunaannya indeks ini merupakan

pada indikator kekurusan. Berat badan memiliki hubungan yang linear

dengan tinggi badan. Indeks BB/TB adalah indeks yang independen

terhadap umur dan merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi

saat kini (sekarang) (Supariasa, 2002)

Cara penyajian antropometri dari berbagai jenis indeks tersebut di

atas, untuk menginterpretasikannya dibutuhkan ambang batas. Penentuan

ambang batas dapat disajikan ke dalam tiga cara yaitu : Persen terhadap

median, Persentil dan Standar Deviasi Unit. Dari ketiga cara ini, dipilih

metode Standar Deviasi Unit (Z_Score BB/U) untuk menghitung status gizi

bayi (Supariasa, 2002). Adapun rumus Perhitungan Z_Score adalah :

Z_Score = rujukan_baku_simpangan_Nilai

rujukan_baku_median_nilai¬subyek_individu_nilai

Klasifikasi penilaian status gizi berdasarkan parameter antropometri

berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) adalah :

Tabel. 1. Klasifikasi Status Gizi

Klasifikasi Batas Ambang

Gizi lebih > 2,0 SD

Gizi baik < -2,0 SD – + 2 SD

Gizi kurang < -2,0 SD

Gizi buruk < -3,0 SD

(Sumber : WHO – NCHS, 1996)

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

B. Kerangka Teori

Skema.1. Kerangka Teori: Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita

C. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Faktor-faktor terjadinya diare

Skema.2. Kerangka Konsep

Karakteristik Ibu

Perilaku Cuci Tangan

Hygiene Sanitasi - Kualitas sumber air - Kebersihan jamban

Terjadinya D iare Pada B alita

Status Gizi Balita

Tingkat Pengetahuan

Pendapatan Keluarga

- Tingkat Pengetahuan

- Perilaku Cuci Tangan

- Hygiene Sanitasi

- Status Gizi Balita

Terjadinya Diare Pada Balita

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-nurh... · penyakit menular seperti diare (Depkes, 2000). Berdasarkan

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Independent: Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya

diare yang meliputi tingkat pengetahuan, perilaku cuci tangan, hygiene

sanitasi (kualitas sumber air, kebersihan jamban), status gizi balita.

2. Variabel Dependent: Terjadinya diare pada balita.

E. Hipotesis

1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan terjadinya diare pada

balita di Wilayah Kerja Puskesmas Banjardawa Kecamatan Taman

Kabupaten Pemalang

2. Ada hubungan antara perilaku cuci tangan dengan terjadinya diare pada

balita di Wilayah Kerja Puskesmas Banjardawa Kecamatan Taman

Kabupaten Pemalang

3. Tidak ada hubungan antara kualias sumber air dengan terjadinya diare

pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Banjardawa Kecamatan Taman

Kabupaten Pemalang

4. Tidak ada hubungan antara kebersihan jamban dengan terjadinya diare

pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Banjardawa Kecamatan Taman

Kabupaten Pemalang

5. Ada hubungan antara status gizi dengan terjadinya diare pada balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Banjardawa Kecamatan Taman Kabupaten

Pemalang