Transcript

Bab II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peranan Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi

Pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi pembangunan

ekonomi Indonesia. Pentingnya peranan ini menyebabkan bidang ekonomi

diletakkan pada pembangunan ekonomi dengan titik berat pada sektor pada

pertanian. Pembangunan pertanian diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pangan

dan kebutuhan industry dalam negeri, meningkatkan ekspor, merningkatkan

pendapatan petani, memperluas kesmpatan kerja dan mendorong pemerataan

kesempatan berusaha.

Sektor pertanian di Indonesia mempunyai keunggulan komperatif hal itu

disebabkan oleh karena:

1. Indonesia terletak di daerah katulistiwa sehingga perbedaan musim

menjadi jelas dan periodenya agak lama.

2. Karena lokasinya di khatulistiwa maka tanaman cukup memperoleh sinar

matahari untuk keperluan fotosintesisnya.

3. Curah hujan umumnya cukup memadai

4. Adanya politik pemerintah yang sedemikian rupa sehingga mendorong

tumbuah dan berkembangnya sektor pertanian. (Soekartawi,1993;3)

Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari

keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini

Universitas Sumatera Utara

menjadi penyelamat perekonomian nasional karena justru pertumbuhannya

meningkat, sementara sektor lain pertumbuhannya negatif.

Menurut Heru A. Muawin (dalam www.herumuawin.blogspot.com),visi

pembangunan pertanian adalah membangun petani melalui bisnis pertanian yang

modern, efisien, dan lestari yang terpadu dengan pembangunan wilayah.

Ciri-ciri dari visi ini adalah :

1. Membangun petani mengandung pengertian prioritas pembangunan

pertanian harus mendahulukan kesejahteraan petani dalam arti luas sehingga

mampu menumbuh kembangkan partisipasi petani dan mampu meningkatkan

keadaan sosial-ekonomi petani melalui peningkatan akses terhadap teknologi,

modal, dan pasar.

2. Bisnis pertanian mengandung pengertian pertanian harus dikembangkan

dalam suatu sistem agribisnis pertanian mulai dari bisnis input produksi, hasil

produksi pertanian, deversifikasi usaha pertanian, serta bisnis hasil olahannya

yang mampu akses ke pasar internasional. Melalui aktifitas agribisnis pertanian

yang lebih luas ini diharapkan mampu lebih meningkatkan peran pertanian

terhadap pembangunan nasional baik terhadap penyerapan tenaga kerja,

pendapatan nasional, perolehan devisa, maupun peningkatan gizi masyarakat

3. Modern mengandung pengertian menggunakan teknologi yang dinamis dan

spesifik lokasi pengembangan sesuai dengan tutuntan zaman.

4. Efisien mengandung pengertian mampu berdaya saing di pasar

internasional yang dicirikan pada pengembangan yang didasarkan sumberdaya

yang mempunyai keunggulan komparatif dan berkualitas tinggi

Universitas Sumatera Utara

5. Lestari mengandung pengertian menggunakan sumberdaya yang optimal

dan tetap memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya pertanian.

6. Terpadu dengan pembangunan wilayah mengandung pengertian

pembangunan pertanian harus didukung oleh pembangunan wilayah baik

pembangunan infrastruktur maupun pembangunan sosial ekonomi

kemasyarakatan.

2.2 Kebijakan Pembangunan Pertanian

Pembangunan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan

berkesinambungan. Pada era reformasi, paradigma pembangunan pertanian

meletakkan petani sebagai subyek, bukan semata-mata sebagai peserta dalam

mencapai tujuan nasional. Karena itu pengembangan kapasitas masyarakat guna

mempercepat upaya memberdayakan ekonomi petani, merupakan inti dari upaya

pembangunan pertanian. Upaya tersebut dilakukan untuk mempersiapkan

masyarakat pertanian menjadi mandiri dan mampu memperbaiki kehidupannya

sendiri. Peran Pemerintah adalah sebagai stimulator dan fasilitator, sehingga

kegiatan sosial ekonomi masyarakat petani dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.

Pembangunan pertanian yang berhasil harus memiliki langkah-langkah

kebijakan yang diambil yaitu meliputi usaha intensifikasi, ekstensifikasi,

diversifikasi, dan rehabilitasi, yang intinya tercakup dalam pengertian Trimarta

Pembangunan pertanian yaitu kebijaksanaan usaha tani terpadu, komoditi terpadu,

dan wilayah terpadu. Di samping itu juga harus diperhatikan tiga komponen dasar

yang harus dibina yaitu petani, komoditi hasil pertanian, dan wilayah

pembangunan dimana kegiatan pertanian berlangsung, pembinaan terhadap petani

Universitas Sumatera Utara

diarhkan sehingga menghasilkan peningkatan pendapatan petani. Pengembangan

komoditi hasil pertanian diarahkan benar-benar berfungsi sebagai sektor yang

menghasilkan bahan pangan, bahan ekspor, dan bahan baku bagi industry.

Pembinaan terhadap wilayah pertanian ditujukan agar dapat menunjang

pembanngunan wilayah seutuhnya dan tidak terjadi ketimpangan antar wilayah.

2.3 Perdagangan Internasional

2.3.1 Latar Belakang Perdagangan Internasional

Perdagangan antara negara atau yang lebih dikenal perdagangan

internasional, sebenarnya sudah ada sejak jaman dahulu, namun dalam ruang

lingkup dan jumlah yang terbatas, dimana pemenuhan kebutuhan setempat (dalam

negeri) yang tidak dapat diproduksi, dipenuhi dengan cara barter (penukaran

barang dengan barang lainnya yang dibutuhkan oleh kedua belah pihak, dimana

masing- masing negara tidak dapat memproduksi barang tersebut untuk

kebutuhannya sendiri). Hal ini terjadi karena setiap negara dengan negara partner

dagangnya mempunyai beberapa perbedaan, di antaranya perbedaan kandungan

sumber daya alam, iklim, pendududk, sumber daya manusia, spesifikasi tenaga

kerja, konfigurasi geografis, teknologi, tingkat harga, struktur ekonomi, sosial dan

politik, dan sebagainya. Dari perbedaan tersebut di atas, maka atas dasar

kebutuhan yang saling menguntungkan, terjadilah proses pertukaran, yang dalam

skala luas dikenal sebagai perdagangan internasional.

Pada awalnya proses perdagangan internasional merupakan pertukaran

dalam arti perdagangan tenaga kerja dengan barang dan jasa lainnya, yang

selanjutnya diikuti dengan perdagangan barang dan jasa sekarang (saat terjadi

Universitas Sumatera Utara

transaksi) dengan kompensasi barang dan jasa di kemudian hari. Akhirnya

berkembang hingga pertukaran antar negara/ internasional dengan aset- aset yang

mengandung risiko seperti saham, valuta asing, dan obligasi yang saling

menguntungkan kedua belah pihak, bahkan semua Negara yang terkait di

dalamnya sehingga memungkinkan setiap negara melakukan diversifikasi atau

penganekaragaman kegiatan perdagangan yang dapat meningkatkan pendapatan

mereka.

Adapun sebab-sebab umum terjadinya perdagangan internasional adalah

(Halwani, 2002;17):

1. Sumber daya alam (natural resources)

2. Sumber daya modal (capital resources)

3. Tenaga kerja (human resources)

4. Teknologi

Perdagangan antar negara berlangsung atas dasar saling percaya dan saling

menguntungkan, mulai dari barter hingga transaksi jual beli antara para pedagang

(traders) dari berbagai belahan wilayah hingga di luar batas negara. Keunggulan

khusus yang dimiliki oleh masing- masing negara, dijadikan basis dalam

meningkatkan perdagangan yang saling menguntungkan.

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Teori Perdagangan Internasional

Beberapa teori perdagangan internasional adalah sebagai berikut:

1. Merkantilisme

Aliran merkantilisme lahir di kawasan Eropa Timur dan salah satu tokoh

yang paling berpengaruh adalah Thomas Munn (1571-1641). Merkantilisme

mengatakan untuk mencapai kesejahteraan diperoleh melalui proses akumulasi

pengumpulan logam mulia atau emas. Untuk itu memperoleh emas yang lebih

banyak daripada emas yang dikeluarkan maka dalam perdagangan internasional

harus surplus. Doktrin merkantilisme berpendapat bahwa proses keuntungan

perdagangan internasional hanya dapat diperoleh dari surplus neraca perdagangan

(ekspor lebih besar daripada impor). Hal ini dapat dilakukan dengan memacu

kegiatan ekspor sebagai tujuan utama untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

Upaya yang perlu dilakukan melalui peningkatan produksi domestik dengan

menggali sepenuhnya sumber daya yang tersedia.(Syahrir, 2008;10)

Dua kebijakan merkantilisme adalah:

1. Kebijakan merkantilisme dalam usaha untuk memperoleh monopoli

perdagangan, monopoli perdagangan ini dapat diperoleh dengan memiliki

armada perdagangan yang kuat.

2. Kebijakan lanjutan berupa usaha untuk memperoleh daerah-daerah

jajahan. Hal ini dilakukan melaui ekspansi perdagangan dan penaklukan

dan penundukan daerah-daerah baru di Amerika, Asia, dan Afrika.

Negara-negara atau daerah-daerah jajahan ini dijadikan sumber langsung

Universitas Sumatera Utara

logam muli. Negara jajahan menjadi sangat sangat tergantung pada Negara

jajahan.

2. Teori keunggulan absolute (Adam Smith)

Smith berpendapat bahwa dengan perdagangan bebas, setiap Negara dapat

berspesialisasi dalam produksi komoditi yang memepunyai keunggulan absolute

(atau dapat memproduksi yang paling efisien dari Negara lain) spesialisasi

internasional dari faktor- faktor produksi ini akan menghasilkan pertambahan

produksi dunia yang dapat dimanfaatkan bersama- sama melalui perdagangan

antar Negara. Contoh teori ini adalah seperti pada tabel di bawah,

Tabel 2.1. Distribusi Hasil Produksi Gandum dan Kain Amerika Serikat dan Inggris.

Barang Amerika Serikat

Inggris

Gandum(karung/jam t.kerja) 6 1 Kain (yard/ jam t.kerja) 1 2

Sumber: Salvatore, Dominick.1995. Ekonomi Internasional.

Tabel menunjukkan bahwa Amerika Serikat mempunyai keunggulan

absolut terhadap Inggris dalam produksi gandum, dan Inggris mempunyai

keunggulan absolute dalam produksi kain. Jika Amerika Serikat berspesialisasi

dalam produksi gandum dan Inggris dalam produksi kain, maka produksi

gabungan gandum dan kain dari Amerika Serikat dan Inggris akan lebih besar,

dan baik Amerika Serikat maupun Inggris sama-sama membagi keuntungan dalam

pertambahan ini melalui pertukaran (sukarela).

Universitas Sumatera Utara

3. Teori Kunggulan Komparatif (David Ricardo)

Ricardo menyatakan bahwa sekalipun suatu Negara mengalami kerugian

atau ketidak ungulan (disadvantage) absolut dalam memproduksi kedua komoditi

jika dibandingkan dengan negara lain, namun perdagangan yang saling

menguntungkan masih dapat berlangsung. Negara yang kurang efisien akan

berspesialisasi dalam produksi dan mengekspor komoditi yang mempunyai

kerugian absolut lebih kecil. Dari komoditi inilah negara tadi menpunyai

keunggulan komparatif (comparative advantage). Di pihak lain, negara tersebut

sebaliknya mengimpor komoditi yang mempunyai kerugian absolut yang lebih

besar. Dari komoditi inilah negara tersebut mengalami kerugian komparatif.

Contoh teori ini adalah seperti pada table di bawah,

Tabel 2.2. Distribusi Hasil Produksi Gandum dan Kain Amerika Serikat dan Inggris

Barang Amerika Serikat

Inggris

Gandum (karung/ jam t.kerja) 6 1 Kain (yard/ jam t.kerja) 3 2

Sumber: Salvatore Dominick.1995. Ekonomi Internasional

Tabel 2.2 menunjukkan bahwa Inggris mempunyai kerugian absolut

dibanding Amerika Serikat dalam produksi gandum maupun kain. Akan tetapi

kerugiannya lebih kecil dalam kain dibanding dengan gandum. Untuk Amerika

Serikat, berlaku hal yang sebaliknya, yaitu Amerika Serikat mempunyai

keunggulan absolute atas Inggris dalam kedua komoditi tersebut, akan tetapi

keunggulan ini lebih besar dalam gandum (6:1) daripada dalam kain (3:2).

Dengan kondisi ini, Amerika Serikat dapat berspesialisasi dalam gandum dan

Universitas Sumatera Utara

Inggris berspesialisai dalam kain dan akan saling menguntungkan pada kedua

belah pihak.

4. Teori H-O (Heckscher-Ohlin)

Teori H-O menekankan pada perbedaan relatif faktor pemberian alam

(faktor endowments) dan harga faktor produksi antar negara sebagai determinan

perdagangan yang paling penting (dengan asumsi bahwa teknolgi dan selera

sama). Ide dasar model H-O adalah negara yang melimpah tenaga kerja, secara

relative akan memanfaatkan dirinya untuk memproduksi barang dengan faktor

produksi padat karya yang relative lebih murah. Dengan demikian Negara ini akan

mempunyai keunggulan komparatif dalam memproduksi barang tersebut. Bagi

negara yang produksinya lebih padat modal, maka pengorbanan yang diperlukan

lebih ringan disbanding dengan barang- barang hasil produksi padat karya.

Heckscher- Ohlin mengemukakan konsepsinya yang dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Bahwa perdagangan internasional/ antar negara tidaklah banyak berbeda

dan hanya merupakan kelanjutan saja dari perdagangan antar daerah.

Perbedaan pokoknya terletak pada masalah jarak. Atas dasar inilah Ohlin

melepaskan anggaran (yang berasal dari teori klasik) bahwa dalam

perdagangan internasional ogkos transport dapat diabaikan.

2. Bahwa barang- barang yang diperdagangkan antar negara tidaklah

didasarkan atas keuntungan alamiah atau keuntungan yang

diperkembangkan akan tetapi atas dasar proporsi serta intensitas faktor-

Universitas Sumatera Utara

faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang

itu.(www.scribd.com)

2.3.4 Kebijakan Perdagangan Internasional

Kebijakan perdagangan dalam periode memasuki era lepas landas diarahkan

pada penciptaan dan pemantapan kerangka landasan perdagangan yaitu dengan

meningkatkan efisiensi perdagangan dalam negeri dan perdagangan luar negeri

dengan tujuan lebih memeperluas arus barang danh jasa, mendorong

pembemtukan harga yang layak dalam iklim persaingan yang sehat, menunjang

usaha peningkatan efisiensi produksi, mengembangkan ekspor, memperluas

kesempatan berusaha dan lapangan kerja, meningkatkan dan memeratakan

pendapatn rakyat serta memantapkan stabilitas ekonomi. Kerangka kebijakan

yang ingin dicapai meliputi unsur-unsur sebagai berikut.

1. Penciptaan struktur ekspor non-migas yang kuat dan tangguh yang tidak

terganggu oleh gejolak dengan melakukan diversifikasi baik produk,

pasar, maupun pelakunya.

2. Penciptaan sistem distribusi nasional yang efektif dan efisien dalam rangka

meningkatkan daya saing produk-produk ekspor, mempertahankan tingkat

harga yang stabil di dalam negeri dan pengembangan produksi dalam

negeri menuju struktur ekonomi yang lebih berimbang dengan industry

yang makin kuat dan didukung oleh pertanian yang tangguh.

3. Peningkatan daya saing dunia usaha sebgai pelaku dalam kegiatan

ekonomi perdagangan, baik dalam negeri maupun ekspor dengan

Universitas Sumatera Utara

memupuk kebersamaan yang kokoh dalam menghadapi pasar dunia yang

semakin ketat persainganya.

4. Transparansi pasar dan pengolahan kegitan perdagangan. Untuk itu

kegiatan informasi perdagangan akan lebih diintensifkan agar para

pengusaha dengan mudah memperolehya.

5. Kemantapan bekerjanya lembaga-lembaga perdagangan. Berfungsinya

secara baik lembaga-lembaga perdagangan sangat penting dalam

memperlancar arus pengadaan dan penyaluran barang.

6. Kemantapan bekerjanya sektor penunjang perdagangan. Untuk itu secara

terus-menerus dibina kerja sama berbagai instansi terkait agar dapat

persamaan persepsi dan langkah dalam rangka meningkatkan ekspor

khususnya dan terbinanya perdagangan yang lancar pada

umumnya.(Halwani, 2002)

2.4 Ekspor

2.4.1 Pengertian Ekspor

Menurut Amir M. S (Amir M.S,2004), ekspor adalah mengeluarkan barang-

barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai

ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam bentuk valuta asing

ataupun ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki

kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan bayaran dengan

valuta asing.

Menurut Michael P. Todaro, ekspor adalah kegiatan perdagangan

internasional yang memberikan rangsangan guna menambah permintaan dalam

Universitas Sumatera Utara

negeri yang menyebabkan tumbuhnya industri- industri pabrik besar, bersama

dengan struktur politik yang tidak stabil dan lembaga sosial yang fleksibel.

Dengan kata lain ekspor menggambarkan aktifitas perdagangan antar bangsa yang

dapat memberikan dorongan dalam dinamika pertumbuhan perdagangan

internasional, sehingga suatu negara yang sedang berkembang memiliki

kemungkinan untuk mencapai kemajuan perekonomian setara dengan negara-

negara yang lebih maju.

2.4.2 Tujuan Ekspor

Adapun tujuan ekspor antara lain (Amir M.S,2004;101):

1. Meningkatkan laba perusahaan melalui perluasan pasar serta untuk

memperoleh harga jual yang lebih baik (optimalisasi laba)

2. Membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar domestic

(membuka pasar ekspor)

3. Memanfaatkan kelebihan kapasitas terpasang (idle capacity)

4. Membiasakan diri bersaing dalam pasar internasional sehingga terlatih

dalam persaingan yang ketat.

2.4.3 Ciri-Ciri Komoditi Ekspor

Suatu komoditi yang memiliki potensi untuk ekspor memiliki cirri-ciri antara

lain(Amir M. S,2004;89):

1. Mempunyai surplus produksi dalam arti kata total produksi belum

dapat dikonsumsi seluruhnya di dalam negeri.

Universitas Sumatera Utara

2. Mempunyai keunggulan-keunggulan tertentu seperti langka, murah,

mutu, unik atau lainnya, bila dibandingkan dengan komoditi serupa

dengan yang diproduksi Negara lain.

3. Komoditi sengaja diproduksi untuk tujuan ekspor (outward looking

industries) atapun industri yang pindah lokasi (relocation industries).

4. Komoditi ini memperoleh izin pemerintah untuk diekspor.

Adapun faktor yang menentukan tingkat daya saing suatu komoditi ekspor

adalah:

1. Faktor langsung, yang terdiri dari:

a. Mutu komoditi

Mutu komoditi ditentukan antara lain oleh:

1) Desain atau bentuk dari komoditi bersangkutan, atau

spesifikasi teknis dari komoditi tertentu.

2) Fungsi atau kegunaan komoditi tersebut bagi konsumen.

3) Durability atau daya tahan dalam pemakaian.

b. Biaya produksi dan penentuan harga jual

Harga jual pada umumnya ditentukan oleh salah satu dari

pilihan berikut:

1) Biaya produksi ditambah mark-up (margin

keuntungan).

2) Disesuaikan dengan tingkat harga pasar yang sedang

berlaku (current market price).

3) Harga dumping (plus/minus subsidy)

c. Ketepatan waktu penyerahan (delivery time).

Universitas Sumatera Utara

d. Intensitas promosi.

e. Penentuan saluran pemasaran (marketing channel).

f. Layanan purna jual (after sales service).

2. Faktor tidak langsung, yang terdiri dari:

a. Kondisi sarana pendukung ekspor seperti:

1) Fasilitas perbankan

2) Fasilitas transportasi

3) Fasilitas birokrasi pemerintahan

4) Fasilitas surveyor

5) Fasilitas bea cukai dan yang lain-lain

b. Insentif atau subsidi pemerintah untuk ekspor

c. Kendala tariff dan non tarif

d. Tingkat efisiensi dan disiplin nasional

e. Kondisi ekonomi global seperti:

1) Resesi dunia

2) Proteksionisme

3) Restrukturisasi perusahaan (modernisasi)

4) Re-groupage global (kerja sama ekonomi global)

2.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor

Menurut Darmansyah (dalam Soekartawi, 1991;128), faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan ekspor antara lain:

1. Harga internasional. Semakin besar selisih antara harga di pasar

internasional dengan harga domestic akan menyebabkan jumlah komoditi

yang akan diekspor menjadi bertambah banyak.

Universitas Sumatera Utara

2. Nilai tukar (exchange rate). Semakin tinggi nilai tukar mata uang suatu

Negara maka harga ekspor negara itu di pasar internasional akan menjadi

lebih mahal. Sebaliknya, semakin rendah nilai mata uang suatu negara,

harga ekspor Negara itu di pasar internasional menjadi lebih murah.

3. Quota ekspor-impor yakni kebijakan perdagangan internasional berupa

pembatasan kuantitas barang ekspor dan impor.

4. Kebijakan tarif dan non tarif. Kebijakan tarif adalah untuk menjaga harga

produk dalam negeri dalam tingkatan tertentu yang dianggap mampu atau

dapat mendorong pengembangan komoditi tersebut. Sedangkan kebijakan

non tarif adalah untuk mendorong tujuan diversifikasi ekspor.

Menurut Sukirno (Sukirno, 2000;110), faktor-faktor penentu ekspor adalah:

1. Daya saing dan keadaan ekonomi negara-negara lain. Dalam suatu sistem

perdagangan internasional yang bebas, kemampuna suatu negara menjual

ke luar negeri tergantung kepada kemampunnya menyaingi barangt-barang

yang sejenis di pasaran internasional. Kemampuan suatu negara untuk

menghasilkan barang yang bermutu dan dengan harga yang murah akan

menentukan tingkat ekspor yang akan dicapai suatu negara.

Besarnya pasaran barang di luar negeri sangat ditentukan oleh pendapatan

penduduk di negara-negara lain. Apabila ekonomi dunia mengalami

resesidan pengangguran di berbagai negara meningkat, permintaan dunia

ke atas sesuatu barang akan berkurang. Sebaliknya kemajuan yang pesat di

berbagai Negara akan meningkatkan ekspor sesuatu Negara.

2. Proteksi di negara-negara lain. Proteksi di negara-negara lain aken

mengurangi tingkat ekspor sesuatu negara. Negara-negara sedang

Universitas Sumatera Utara

berkembang akan mempunyai kemampuan untuk menghasilkan hasil-hasil

pertanian dan hasil-hasil industry barang-barang konsumsi (misanya

pakaian dan sepatu) dengan harga yang lebih murah dari berbagai Negara

maju. Akan tetapi kebijakan proteksi di negara-negara maju

memperlambat perkembangan ekspor seperti itu dari negara-negara sedang

berkembang. Contoh ini member gambaran tenytang bagaimana proteksi

perdagangan akan mempengaruhi ekspor.

3. Kurs valuta asing. Seorang pengusaha di Bandung memikirkan untuk

mengekspor pakaian jadi ke Amerika Serikat. Berdasarkan kepada ongkos

produksinya, pakaian itu baru menguntungkan apabila dijual sebesar

Rp.50.000. berapakah harganya di Amerika Serikat? Ia tergantung kepada

kurs valuta asing. Apabila US$1 = Rp.10.000, pakaian jadi itu harganya

adalah US$5, dan harga barang itu akan menjadi US$10 apabila kurs di

antara dolar AS dan Rupiah adalah US$1 = Rp.5.000. oleh karena

permintaan sesuatu barang ditentukan oleh harganya, dengan kurs pertama

(US$1 = Rp.10.000,-) permintaan akan bertambah dan niali ini menambah

ekspor.

2.4.5 Cara Pemasaran Barang ke Luar Negeri

Dalam melaksanakan pemasaran barang- barang ke luar negeri dapat ditempuh

berbagai cara antara lain: (Djamin, 1993;102):

1. Ekspor Biasa

Dalam hal ini barang-barang dikirim ke luar negeri sesuai dengan peraturan

umum yang berlaku yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri.

Universitas Sumatera Utara

2. Barter

Yang dimaksud dengan barter adalah pengiriman barang-barang ke luar negeri

untuk ditukarkan langsung dengan barang-barang yang dibutuhkan di dalam

negeri. Dalam hal ini berarti yang mengirimkan barang tidak menerima

pembayaran dalam mata uang asing tetapi dalam bentuk barang. Barang dapat

dijual di dalam negeri untuk mendapatkan kembali pembayarannya dalam mata

uang rupiah.

3. Konsinyasi (Consignment)

Yang dimaksud dengan konsinyasi adalah pengiriman barang-barng ke luar

negeri untuk dijual, sedangkan hasil penjualannya diperlakuakn sama dengan hasil

ekspor biasa. Jadi dalam hal ini barang-barang dikirimkan ke luar negeri bukan

untuk ditukarkan dengan barang seperti dalam hal barter, dan juga bukan untuk

memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah dilakukan seperti dalam hal

ekspor biasa.

2.5 KURS (Exchange Rate)

2.5.1 Pengertian Kurs

Kurs adalah jumlah atau harga mata uang domestik dari mata uang luar

negeri (asing). Kurs ini dipertahankan sama di semua pasar melalui arbitrase.

Arbirase valuta asing adalah pembelian mata uang asing bila harganya rendah dan

menjualnya bilamana harganya tinggi. (Dominick, 1995;140).

Menurut Abimanyu, kurs adalah harga relatif mata uang suatu negara

terhadap mata uang negara lain. (Abimanyu, 2004;6).

Universitas Sumatera Utara

Terdapat dua cara dalam menyatakan kurs yaitu (Abimanyu,2004):

1. Model Eropa yang sering disebut dengan Indirect Quote. Model ini

merupakan cara yang palin umum dipakai dalam perdagangan valuta asing

atau antar bank di seluruh dunia. Penetapan kurs nya dilakukan

berdasarkan pada berapa unit mata uang asing yang dibutuhkan untuk

membeli berapa unit mata uang dalam negeri.

2. Model Amerika yang sering disebut Direct Quote. Model ini disebut

sebagai harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik. Kurs

ini merupakan kurs yang biasa dipakai di Indonesia.

2.5.2 Kurs Beli dan Kurs Jual

Kurs yang di-quote menunjukkan kesediaan untuk membeli aatu menjual

mata uang asing pada harga atau rate yang ditetapkan. Secara umum terdapat dua

macam kurs, yaitu kurs beli (bid) dan kurs jual (offer). Kurs beli adalah harga

dimana dealer yang terdiri dari bank dan money changer bersedia memebeli mata

uang asing. Kurs jual adalah harga dimana dealer bersedia menjual mata uang

asing. Selisih kurs jual dan kurs beli merupakan keuntungan dealer tersebut.

2.5.3 Sistem Nilai Tukar Valuta Asing

Sistem pokok nilai tukar valuta asing dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

system nilai tukar tetap (fixed exchange rate) dan system nilai tukar mengambang

(flexible exchange rate). Pembedaan ini berdasarkan pada besar cadangan devisa

dan intervensi bank sentral yang diperlukan untuk mempertahan kan kurs pada

sisitem tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Gillis et al (dalam Abimanyu, 2004;9), berdasarkan besarnya

intervensi bank sentral dan cadangan devisa yang diperlukan untuk

mempertahankan berbagai system tersebut, terdapat enam system nilai tukar yang

dipakai oleh banyak negara di dunia, yaitu:

1. Sistem fixed (pegged), dimana otoritas moneter selalu mengintervensi

pasar untuk mempertahankan nilai tukar mata uang sendiri terhadap satu

mata uang asing tertentu. Intervensi tersebut memerlukan cadangan devisa

yang relative besar. Tekanan terhadap nilai tukar valuta asing, yang

biasanya bersumber dari defisit neraca perdagangan, cenderung

menghasilkan kebijakan devaluasi.

2. Sistem Adjustable peg, dimana otoritas moneter terikat untuk

mempertahankan nilai tukar valuta asing. Namun, otoritas moneter berhak

mengubah kurs apabila terjadi perubahan kebijakan.

3. Sistem Crawling peg, dimana otoritas moneter mengaitkan mata uang

dalam negeri terhadap satu atau beberapa mata uang asing. Nilai tukar

valuta asing dalam system ini diubah secara periodik dan berangsur-

angsur dalam persentase yang kecil.

4. Sistem Managed float, dimana otoritas moneter tidak terikat untuk

memepertahankan nilai tukar valuta asing tertentu. Namun, otoritas

moneter secara kontinyu mengintervensipasar berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan tertentu, misalnya karena cadangan devisa menipis. Contoh

lain, otoritas moneter dapat mengintervensi pasar agar nilai mata uang

Rupiah melemah untuk mendorong peningkatan ekspor.

Universitas Sumatera Utara

5. Sistem Wider band, dimana otoritas moneter membiarkan nilai tukar

valuta asing mengambang atau berfluktuasi di antara dua titik tertinggi dan

terendah, misalnya di antara Rp. 4.000,- - Rp.3.000,- per 1US Dollar. Jika

keadaan perekonomian menyebabkan kurs bergerak melampaui dua titik

tersebut, otoritas moneter akan mengintevensi pasar dengan cara memebeli

atu menjual Rupiah atau US Dollar. Intervensi tersebut menjaga nilai tukar

Rupiah tetap berada di antara kedua titik tersebut.

6. Sistem Free floating, berada pada kutub yang bertentangan dengan sistem

fixed. Dalam system ini, otoritas moneter secara teoritis tidak perlu

mengintervensi pasar sehingga system ini tidak memerlukan cadangan

devisa.

Di Indonesia , ada tiga sistem yang digunakan dalam kebijakan nilai tukar

rupiah sejak tahun 1971 hingga sekarang. Antara tahun 1971 hingga 1978 dianut

sistem tukar tetap ( fixed exchange rate) dimana nilai rupiah secara langsung

dikaitkan dengan dollar Amerika Serikat ( USD). Sejak 15 November 1978 sistem

nilai tukar diubah menjadi mengambang terkendali ( managed floating exchange

rate) dimana nilai rupiah tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan USD, namun

terhadap sekeranjang valuta partner dagang utama. Maksud dari sistem nilai tukar

tersebut adalah bahwa meskipun diarahkan ke sistem nilai tukar mengambang

namun tetap menitikberatkan unsur pengendalian. Kemudian terjadi perubahan

mendasar dalam kebijakan mengambang terkendali terjadi pada tanggal 14

Agustus 1997, dimana jika sebelumnya Bank Indonesia menggunakan band

sebagai guidance atas pergerakan nilai tukar maka sejak saat itu tidak ada lagi

band sebagai acuan nilai tukar. Namun demikian cukup sulit menjawab apakah

Universitas Sumatera Utara

nilai tukar rupiah sepenuhnya dilepas ke pasar ( free floating) atau masih akan

dilakukan intervensi oleh Bank Indonesia. Dengan mengamati segala dampak dari

sistem free floating serta dikaitkan dengan kondisi/struktur perekonomian

Indonesia selama ini nampaknya purely free floating sulit untuk dilakukan.

Kemungkinannya adalah Bank Indonesia akan tetap mempertahankan managed

floating dengan melakukan intervensi secara berkala, selektif , dan pada timing

yang tepat.(www.stie-stikubank.ac.id/web.jurnal)

2.5.4 Arbitrasi

Adapun arbitrasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Locational arbitrage

Perdagangan valas atau arbitrase dapat terjadi bila ada perbedaan kurs jual

atu beli antar bank atu antar money changer. Perbedaan itu akan memberi peluang

kepada arbitrageur (pedagang valas) untuk mencari keuntungan dari selisih kurs

jual dan kurs beli dari bank yang berbeda. Perbedaan kurs jual dank us beli dari

beberapa bank pada lokasi atau kota yang sama dapat terjadi karena adanya

perbedaan penawaran dan permintaan yang dihadapinya.

2. Trianguler Arbitrage

Trianguler arbitrage ini adalah jenis arbitrage atau perdagangan valas

yang dilakukan oleh para arbitrageur dengan membandingkan cross exchange

rate antara tiga lokasi atau tempat yang berbeda. Hamper sama halnya dengan

locational arbitrage, arbitrase ini juga harus dilakukan secara cepat. Oleh karena

Universitas Sumatera Utara

itu, biasanya hanya dapat dilakukan oleh para arbitrageur yang mempunyai

terminal computer yang mempunyai link atau dapat akses ke bursa valas

internasional.

3. Covered Interest Arbitrage (CIA)

Aktivitas arbitrageur atau pedagang valas untuk mencari keuntungan dari

perbedaan antara selisih tingkat bunga dan forward rate premium atau forward

rate discount. Yang dikenal sebagai covered interest arbitrage (CIA).

CIA dilakukan dengan cara menginvestasikan dana dalam sekuritas luar negeri

karena terdapat perbedaan selisih antara tingkat bunga dengan perubahan kurs

valas atau tingkat premium/ discount.

2.5.5 Perubahan Kurs Valuta Asing

Terdapat beberapa macam kurs valuta asing, yaitu devaluasi,revaluasi,

depresiasi, dan apresiasi. Perubahan ini dapat disebabkan oleh mekanisme

penawaran dan permintaan pasar, maupun disebabkan oleh kebijakan pemerintah,

yaitu:

1. Devaluasi, merupakan penurunan nilai tukar satu mata uang domestik,

misalnya rupiah, relative terhadap mata uang asing tertentu, misalnya US

Dollar, yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah. Devaluasi hanya

dapat terjadi jika nilai Rupiah dikaitkan terhadap US Dollar dan

pemerintah dengan sengaja mengubah nilai Rupiah relative terhadap US

Dollar. Jika pemerintah tidak mengaitkan Rupiah terhadap US Dollar dan

perubahan nilai tukar terjadi dengan sendirinya, istilah ini tidak berlaku

Universitas Sumatera Utara

lagi. Jadi istilah devaluasi hanya berlaku dalam sistem nilai tukar tetap

dimana suatu mata uang domestik dikaitkan dengan mata uang asing

tertentu.

2. Revaluasi, merupakan kenaikan nilai tukar satu mata uang domestik

terhadap satu mata uang asing tertentu. Sama dengan devaluasi, istilah

revaluasi hanya berlaku pada system nilai tukar tetap.

3. Depresiasi, penurunan nilai tukar satu mata uang domestik, misalnya

Rupiah, relative terhadap mata uang asing, misalnya US Dollar, yang

disebabkan gerakan permintaan dan penawaran terhadap rupiah dan US

Dollar di pasar valuta asing. Istilah depresiasi ini berlaku dalam system

nilai tukar mengambang dimana pemerintah tidak mengaitkan mata uang

domestik dengan mata uang asing tertentu. Pemerintah juga tidak dapat

mengubah nilai relative mata uang domestik terhadap mata uang asing

tertentu.

4. Apresiasi, merupakan kenaikan nilai tukar satu mata uang domestik

relative terhadap mata uang asing tertentu. Sama dengan depresiasi, istilah

apresiasi hanya berlaku dalam sistem nilai tukar mengambang.

Berkaitan dengan perubahan kurs valuta asing, dikenal istilah soft currency

dan hard currency. Suatu mata uang dikategoriakn soft currency jika mata ung

tersebut diperkirakan akan mengalami devaluasi atau depresiasi relative terhadap

mata uang asing utama. Pengecualian terjadi dalam kasus bank sentral

mempertahankan nilai kurs pada tingkat yang tidak riil.

Suatu mata unag dapat dikaegorikan hard currency jika mata uang tersebut

diperkirakan akan mengalami revaluasi atau apresiasi relative terhadap mata uang

Universitas Sumatera Utara

asing utama. Dalam praktinya, terhadap beberapa mata uang asing yang dianggap

sebagai hard currency meskipun nilainya selalu berubah-ubah. Mata uang tersebut

di antarany, US Dollar, Yen, DM, Swiss Franc, dan Poundsterling.

2.5.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs

Perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta, yang selanjutnya

menyebabkan perubahan dalam kurs valuta, disebabkan oleh banyak faktor, yaitu

(Sadono Sukirno,2006):

1. Perubahan dalam Cita Rasa Masyarakat

Cita masyarakat memepengaruhi corak konsumsi mereka atas barang-

barang yang diproduksi di dalam negeri maupun yang diimpor. Perbaikan

kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan mengimpor

berkurang dan dapat juga meningkatkan ekspor. Sedangkan perbaikan kualitas

barang-barang impor menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor

lebih besar. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi permintaan pada

valuta asing.

2. Perubahan Harga Barang Ekspor impor

Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan

apakah sesuatu barang akan diimpor atau diekspor. Barang-barang dalam

negeri yang dapat dijual dengan harga relative murah akan menaikkan ekspor

dan apabila harganya naik maka ekspornya akan berkurang. Pengurangan

harga impor akan menaikkan jumlah impor, dan sebaliknya kenaikan harga

barang impor akan mengurangi impor. Demikian perubahan haga barang-

Universitas Sumatera Utara

barang ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan dalam penawaran dan

permintaan ke atas mata uang tersebut.

3. Kenaikan Harga Umum (Inflasi)

Inflasi sangat besar pengaruhnya kepada kurs pertukaran valuta asing.

Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan nilai suatu

valuta asing. Kecenderungan seperti ini wujud disebabkan efek inflasi yang

berikut: (i) inflasi menyebabkan harga-harga barang di dalam negeri lebih

mahal dari harga-harga di luar negeri dan oleh sebab itu inflasi

berkecenderungan menambah impor, (ii) inflasi menyebabkan harga-harga

barang-barang ekspor lebih mahal, oleh karena itu inflasi berkecenderungan

mengurangi ekspor. Keadaan (i) menyebabkan permintaan ke atas valuta asing

bertambah, dan keadaan (ii) menyebabkan penawaran ke atas valuta asing

berkurang: maka harga valuta asing akan bertambah (berarti harga mata uang

Negara yang mengalami inflasi merosot).

4. Perubahan Suku Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi

Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting peranannya

dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian

investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri

mengalir ke luar negeri. Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian

investasi yang tinggi akan menyebabkan modal luar negeri masuk ke Negara

itu. Apabila lebih banyak modal mengalir ke sesuatu Negara, permintaan ke

atas mata uangnya bertambah, maka nilai mata uang tersebut bertambah. Nilai

mata uang sesuatu Negara akan merosot apabila lebih banyak modal Negara

Universitas Sumatera Utara

dialirkan ke luar negeri karena tingkat suku bunga dan pengembalian investasi

yang tinggi di Negara-negara lain.

5. Pertumbuhan Ekonomi

Efek yang akn disebabkan oleh sesuatu kemajuan ekonomi kepada nilai

mata uangnya tergantung kepada corak pertumbuhan ekonomi yang berlaku.

Apabila kemajuan iti terutama diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka

permintaan ke atas mata uang itu bertambah lebih cepat dari penawarannya

dan oleh karenanya nilai mata uang itu naik. Akan tetapi apabila kemajuan

tersebut menyebabkan impor berkembang lebih cepat dari ekspor ,

penawaran mata uang Negara itu lebih cepat bertambah dari permintaannya

dan oleh karenanya nilai mata uang tersebut akan merosot

2.5.7 Teori-Teori Kurs

Berikut adalah beberapa teori yang berkaitan dengan nilai tukar valuta asing:

1. Balance of payment approach

Pendekatan ini berpendapat bahwa nilai tukar valuta ditentukan oleh

kekuatan penawaran dan permintaan terhadap valuta tersebut. Adapun alat yang

dapat digunakan untuk mengukur kekuatan penawaran dan permintaan adalah

balance of payment (BOP). BOP dapat menunjukkan aliran dana masuk dan

keluar Negara. Sebagai contoh apabila BOP suatu Negara mengalami deficit dapat

diartikan bahwa penghasilan (arus uang masuk) lebih kecil dari pengeluaran (arus

uang keluar) maka permintaan akan valuta asing akan bertambah guna

memebayar deficit tersebut, nilai tukarnya akan cenderung mengalami penurunan

Universitas Sumatera Utara

dan sebaliknya. Jadi pendekatan ini berusaha untuk menggunakan BOP sebagai

faktor yang menentukan nilai tukar valuta.

2. Purchasing Power Parity Theory (PPP Theory)

Teori ini dikenalkan oleh pakar ekonomi dari Swedia, Gustav Cassel. Dasar

teorinya bahwa perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang lain

ditentukan oleh daya beli uang tersebut terhadap komoditi (barang dan jasa) pada

masing-masing negara.

Terdapat dua versi dalam teori PPP, yaitu:

1) Teori Purchasing Power Parity Interpretasi Absolute

Teori ini pada dasarnya bahwa perbandingan nilai satu mata uang dengan mata

uang Negara lain (kurs) ditentukan oleh tingkat harga pada masing-masing

Negara. PPP absolute hanya berlaku dalam jangka panjang. PPP juga hanya

berlaku untuk Negara yang memiliki tingkat inflasi tinggi dan pasar modal

yang belum begitu berkembang.

2) Teori Purchasing Power Parity Arti Relatif

Maksudnya adalah bahwa PPP kurs yang perhitungannya didasarkan pada

perubahan harga. Bila terjadi perubahan di kedua Negara yang bersangkutan

maka kurs juga harus mengalami perubahan.

3. Fisher Effect

Menurut teori Irving Fisher ini, tingkat bunga nominal sama

dengan tingkat suku bunga riil ditambah dengan tingkat inflasi di Negara

Universitas Sumatera Utara

itu. Dari persamaan tersebut dapat digambarkan dalam persamamaan

matematika seperti di bawah ini:

Suku Bunga Nominal = Suku Bunga Riil + Tingkat Inflasi

Menurut Fisher Effect, tingkat suku bunga nominal di dua Negara dapat berbeda

Karen tingkat inflasi mereka berbeda.

4. International Fisher Effect (IFE)

Teori ini didasarkan pada teori Fisher Effect yang menggunakan perbedaan

tingkat bunga untuk menerangkan mengapa terjadi perubahan kurs.

Teori ini menyatakan bahwa spot rate (SR) akan berubah dengan persentase (%)

yang sama, tetapi arah berlawanan dengan perbedaan atau selisih tingkat bunga

antar dua Negara. Selanjutnya menurut teori IFE bahwa actual or effective return

dari investasi pada pasar surat berharga di pasar uang luar negeri bergantung pada

foreign interest dan persentase perubahan nilai kurs valas. (Hady, 2001;68)

2.6 Inflasi

2.6.1 Pengertian Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum

yang berlangsung secara terus-menerus. Jadi kenaikan harga satu atau dua barang

tidak dapat disebut inflasi.

Inflasi adalah ciri yang pada umumya dirasakan dan ditandai dengan adanya

suasana harga barang yang tinggi secara mayoritas, dimana seolah-olah kita

kehilangan keseimbangan antara daya beli dibandingkan dengan pendapatan

Universitas Sumatera Utara

sampai pada periode tertentu, biasanya dirasakan masyarakat secara keseluruhan .

harga barang- barang yang tinggi tersebut justru adalah barang yang diperlukan

sehari-hari. Orang mengalami kesulitan untuk mempertahankan keseimbangan

budget yang semula telah disusun agar biaya-biaya pengeluaran tertutup oleh

pendapatn yang biasanya diterima.

Inflasi bukan suatu gejala yang khusus berkaitan dengan ekonomi luar

negeri. Namun merupakan gejala umum yang dapat terjadi di dalam tubuh

perekonomian nasional suatu Negara maupun internasional. Suatu ekonomi

nasional yang perdagangan luar negerinya merupakan proporsi cukup besar di

dalam GNP-nya, sudah tentu terpengaruh oleh keadaan-keadaan di luar negeri,

terutama apabila impornya terdiri atas barang-barang esnsiil (Y=C+I+G+(X-M)).

Inflasi di Negara pengimpor suatu produk dengan demikian mudah diekspor juga

ke Negara pengimpor produk. Dalam hal ini, sering terjadi juga bahwa karena

inflasi ekspor Negara yang bersangkutan terhambat.(Amalia;2007,144).

2.6.2 Jenis-Jenis Inflasi

Inflasi dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu (Abimanyu, 2004;12):

1. Inflasi ringan, biasanya bernilai satu digit per tahun.

2. Inflasi sedang, biasanya bernilai antara sekitar 10% s/d 30% per tahun.

3. Inflasi berat, biasanya bernilai antara sekitar 30% s/d 100% per tahun.

4. Hiperinflasi, biasanya bernilai di atas 100%.

Menurut Amalia (Amalia;2007,149), atas dasar besarnya laju inflasi, atau

inflasi menurut sifatnya terdapat empat kategori, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1. Sangat rendah (lower inflation), inflasi yang sangat rendah di antara 2-5%.

Negara yang dapat mencapai ini masih sangat jarang.

2. Merayap (creeping inflation), ditandai dengan inflasi di bawah dua digit

(<10%) pertahun. Kenaikan harga barang-barang yang lambat , dengan

persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relative lama.

3. Menengah (galloping inflation), ditandai dengan kenaikan harga yang

cukup besar (double digit bahkan ada yang triple digit), kadang-kadang

berjalan dalam waktu yang cukup pendek, jenis inflasi ini mempunyai efek

yang lebih berat bagi negara dibandingkan dengan creeping inflation.

4. Tinggi (hyper inflation), merupakan jenis yang paling parah dampaknya

bagi perekonomian. Harga barang-barang naik hingga 6 sampai 10 kali

lipat. Masyarakat toidak lagi memiliki kemampuan untuk menabung atau

menyimpan uangnya. Nilai uang merosot tajam, sehingga ada hasrat untuk

ditukarkan dengan barang. Perputaran uang cepat, harga naik secara

akselerasi.

Berdasarkan penyebabnya, inflasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand-pull inflation), yaitu inflasi yang

disebabkan kenaikan permintaan barang dan jasa.

Inflasi tarikan-permintaan timbul apabila permintaan agregat meningkat

lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik

harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan

agregat.(Samuelson, 1992; 324)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2

Kurva inflasi tarikan permintaan (Demand-pull inflation)

Sumber : Abimanyu, Yoopi. 2004. Memahami Kurs Valuta Asing.

Kenaikan permintaan barang dan jasa menyebabkan kurva permintaan D1

bergeser menjadi kurva permintaan D2. Naiknya permintaan tersebut, pada

umumnya, disebabkan oleh:

1) Defisit anggaran belanja pemerintah yang berusaha ditutup dengan

pencetakan uang.

2) Peningkatan pembelian oleh sector swasta karena adanya kredit rumah.

2. Inflasi Dorongan Biaya (Cost-Push Inflation), yaitu inflasi yang

disebabkan penurunan penawaran barang dan jasa.

Menurut Samuelson (Samuelson, 1992; 325), inflasi dorongan biaya

diakiabatkan oleh peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi

dan penggunaan sumber daya yang kurang aktif.

Output

Harga

0

S

D2

D1

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.3

Kurva Inflasi Dorongan Biaya (Cost-Push Inflation)

Sumber : Abimanyu, Yoopi. 2004. Memahami Kurs Valuta Asing.

Penurunan penawaran barang dan jasa menyebabkan kurva penawaran

S1 bergeser ke kiri menjadi kurva penawaran S2. Penyebab penurunan penawaran

tersebut, di antaranya:

1) Kenaikan harga input di dalam negeri

2) Kenaikan harga barang impor

Dilihat dari segi efek yang ditimbulkan, Demand Pull Inflation

menyebabkan peningkatan output atau total jumlah barang dan jasa. Sebaliknya,

Cost Push Inflation menyebabkan penurunan output atau total jumlah barang dan

jasa. Besarnya peningkatan atau penurunan tersebut tergantung dari nilai

pengganda.

Dari segi proses, kedua jenis ini juga memiki perbedaan. Pada Demand

Pull Inflation, harga output naik lebih dulu dan kemudian didikuti oleh kenaikan

Harga

Output 0

S2 S1

D

Universitas Sumatera Utara

harga input. Pada Cost Push Inflation, harga input naik lebih dulu dan baru

didikuti harga output.

Berdasarkan asalnya, inflasi dapat dibedakan menjadi:(Abimanyu,2004; 14)

1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri. Salah satu sumber inflasi jenis ini

adalah deficit anggaran belanja pemerintah. Pencetakan uang untuk

membiayai deficit anggaran tersebut akan menyebabkan inflasi.

2. Inflasi yang berasal dari luar negeri. Salah satu sumber inflasi jenis ini

adalah imported inflation. Kenaikan harga barang impor, yang merupakan

salah satu komponen Indeks Harga Konsumen, akan meningkatkan biaya

produksi dan kemudian menyebabkan inflasi.

2.6.3 Penyebab Inflasi

Berbagai penyebab inflasi antara lain adalah: (Amalia;2007,144-155):

1. Defisit financing

Diadakannya pengeluaran-pengeluaran dalam rangka untuk

memperbesar kapasitas produksi (investasi) yang tidak cepat-cepat

menghasilkan tambahan produk (output) dengan memakai tabungan atau

defisit financing. Pendapatan masyarakat bertambah, sedangkan output masih

belum bertambah atau tidak bertambah karena scarce factor, dan situasi

demand > supply.

2. Terjadinya surplus ekspor (X>M)

Dengan terjadinya surplus ekspor maka pendapatan bertambah

sedangkan sedangkan jumlah barang berkurang. Ini mengakibatkan demand

Universitas Sumatera Utara

terhadap barang-barang bertambah, sedangkan supply barang-barang

berkurang. Disamping effective demand meningkat terhadap barang-barang

jadi, juga permintaan yang cepat pada waktu yang bersangkutan. Disini bukan

laju kenaikan tingkat harga yang merupakan esensi, melainkan tingkat harga

yang tinggi, karena permintaan yang kuat dan supply yang relative berkurang.

3. Inflasi yang diimpor dari luar negeri

Jika kita sangat bergantung pada impor barang-barang atau bahan baku

dari luar negeri, dimana barang atau bahan baku tersebut kita impor dari

Negara yang sedang dilanda inflasi, maka kita terpakasa harus juga

mengimpor dengan harga-harga yang tinggi. Karena sebetulnya harga-harga di

luar negeri berubah jika dihitung dengan valuta luar negeri, sedangkan valuta

dalam negeri dengan valuta asing tetap, maka harga-harga di dalam negeri

umumnya cenderung naik. Hal ini inflasi di dalam negeri bisa terjadi Karena

kurs valuta sendiri merosot tersebut diikatkan kepada valuta asing yang

kuat,maka valuta sendiri dapat mempertahankan kursnyadengan syarat agar

valuta asing yang dipakai untuk meningkatkan valuta dalam negeri itu

merupakan valuta asing yang sangat kuat. Sehingga karena diikatkan kepada

valuta yang sangat kuat, maka kurs valuta dalam negeri tersebut dapat

tertolong dan tidak merosot terus kursnya.

4. Jika terjadi surplus impor (M >X)

Dalam hal ini, suatu Negara memerlukan devisa untuk membayar

kelebihan impor tersebut ke luar negeri. Dengan demikian akan memperbesar

demand negara tersebut terhadap valuta asing. Permintaan yang besar terhadap

Universitas Sumatera Utara

devisa itu umumnya akan meningkatkan kurs valuta asing. Dengan kurs valuta

asing yang naik maka harga barang-barang di luar negeri menjadi tinggi. Dan

apabila impor tersebut sulit dihindarkan karena sudah merupakan program

pembangunan atau misalnya sangat urgent untuk keperluan sehari-hari, maka

tingkat harag dalam negeri menjadi lebih tinggi. Kurs valuta asing yang bisa

menjadikan valuta sendiri turun kurs nya, yang berarti akan membuat semua

barang impor naik harganya dan untuk selanjutnya harga-harga di dalam

negeri secara otomatis akan naik.

2.6.4 Dampak atau Efek Inflasi

Inflasi dapat menimbulkan efek atau dampak terhadap tiga hal, yaitu:

(Sukirno, 2000)

1. Efek terhadap Distribusi Pendapatan (Equity Effect)

Efek terhadap pendapatn umumnya tidak merata, ada pihak yang

dirugikan, tetapi ada pihak yang diuntungkan. Pihak yang dirugikan adalah

mereka yang memperoleh income tetap, misalnya para pensiunan. Pihak yang

diuntungkan mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan

presentasi yang lebih besar dengan laju inflasi.

2. Efek terhadap Efesiensi (Efficiency Effect)

Inflasi juga dapat mengubah pola alokasi factor-faktor produksi.

Perubahan ini dapat dirasakan bahwa permintaan barang-barang tertentu

mengalami kenaikan dengan adanya inflasi. Hal ini akan mendorong produsen

untuk memperbanyak produksinya. Kenaikan produksi barang ini, pada

Universitas Sumatera Utara

akhirnya akan merubah pola alokasi factor-faktor produksi yang telah ada

sebelumnya.

3. Efek terhadap Output (Output Effect)

Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi.

Alasannya adalah bahwa dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga

barang mendahului kenaikan upah, sehingga keuntungan pengusaha naik.

Kenaikan usaha inilah yang akan mendorong naiknya produksi. Tetapi untuk

kasus hyper inlation, justru sebaliknya, bahwa dengan hiper inflasi akan

mendorong penurunan output.

2.6.5 Pengukuran Inflasi

Ada 3 (tiga) indeks yang biasanya digunakan untuk pengukuran inflasi:

1. Indeks Biaya Hidup / Indeks Harga Konsumen

Indeks biaya hidup/ Indeks Harga Konsumen mengukur pengeluaran

untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk

keperluasan hidupnya.

2. Indeks Perdagangan Besar

Indeks Perdagangan Besar menitikberatkan pada sejumlah barang

tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga barang mentah, bahan baku, barang

setengah jadi masuk dalam perhitungan indeks harga.

Universitas Sumatera Utara

3. GDP Deflator

GDP Deflator mencakup jumlah barang dan jasa masuk dalam

perhitungan GDP yang diperoleh dengan membagi GDP nominal (atas dasar

harga berlaku) dengan GDP riil (atas dasar harga konsumen).

GDP Deflator = x 100%

Inflasi yang terjadi di Indonesia sebagai akibat munculnya surplus

anggaran (karena digunakan system anggaran berimbang maka berarti pula terjadi

deficit anggaran domestic pemerintah), yang hampir seluruh devisanya dibeli oleh

Bank Indonesia sehingga terjadi proses moneterisasi anggaran belanja luar negeri

pemerintah menjadi penyebaba utama cepatnya pertambahan jumlah uang

beredar, sehingga menyebabkan tekana inflasi bagi perekonomian.

2.7 Produksi

2.7.1 Defenisi Produksi

Produksi merupakan suatu pendayagunaan sumber-sumber yang telah

tersedia dan hasil yang dimilikinya akan lebih besar dari pengorbanan yang sudah

terjadi. Ditinjau dari segi ekonomi maka pengertian produksi merupakan suatu

proses pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia sehingga memperoleh

hasil yang baik kualitas dan kuantitasnya, terkelola dengan baik sehingga

merupakan suatu komoditi yang dapat diperdagangkan.

GDP nominal

GDP riil

Universitas Sumatera Utara

2.7.2 Faktor- Faktor Produksi

Suatu bangsa harus berproduksi untuk menjamin kelangsungan

hidupnya. Produksi harus dilakukan dalam keadaan apapun, oleh pemerintah atau

swasta. Produksi tentu saja tidak akan dilakukan kalau tidak ada bahan-bahanyang

memungkinkan proses produksi itu sendiri untuk melakukan produksi, orang

memerlukan tenaga manusia, sumber-sumber alam, modal dalam segala

bentuknya, serta kecakapan. Semua unsure-unsur itu disebut faktor-faktor

produksi (factors of productions). Jadi semua unsure yang menopang usaha

penciptaan nilai atau usaha memperbesar nilai barang disebut sebagai faktor

produksi.

Seperti yang disebutkan di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi terdiri

atas:

1. Tanah

Hal yang dimaksud dengan tanah (land) di sini bukanlah sekedar tanah untuk

ditanami atau untuk ditinggali saja, tetapi termasuk juga di dalamnya segala

sumber daya alam (natural resources). Itulah sebabnya faktor produksi yang

pertama ini sering kali disebut dengan natural resources di samping juga

sering disebut land. Dengan demikian istilah tanah ini maksudnya adalah

segala sesuatu yang bisa menjadi faktor produksi dan berasal atau tersedia di

alam mini tanpa usaha manusia, yang antara lain meliputi:

a. Tenaga penumbuh yang ada di dalam tanah, baik untuk pertanian,

perikanan, maupun pertambangan.

Universitas Sumatera Utara

b. Tenaga air, baik untuk pengairan, pengaraman, maupun pelayaran,

termnasuk juga di sini adalah, misalnya air yang dipakai sebagai

bahan pokok oleh Perusahaan Air Minum

c. Ikan mineral, baik ikan dan mineral darat (sungai, danau, tambak,

kuala, dan sebagainya)

d. Tanah yang di atasnya didirikan bangunan

e. Living stock, seperti ternak dan binatang-binatang lain yang bukan

ternak

f. dan lain- lainnya, seperti bebatuan dan kayu-kayuan.

Pendek kata, yang dimaksud dengan istilah tanah (land) di sini adalah

segala sumber asli yang tidak berasal dari kegiatan manusia, dan bisa

diperjual belikan.

2. Tenaga Kerja

Dalam ilmu ekonomi, yang dimaksud dengan istilah tenaga kertja manusia

(labor) bukanlah semata-mata kekuatan manusia untuk mencangkul,

menggeergaji, bertukang, dan segala kegitatan fisik lainnya, tetapi lebih luas

lagi, yaitu human resources (sumber daya manusia). Jadi, pengertian human

resources adalah semua atribut atau kemampuan manusiawi yang dapat

disumbangkan untuk memungkinkan dilakukannya proses produksi barang

dan jasa.

3. Modal

Faktor produksi modal ini sering juga disebut dengan real capital goods

(barang- barang modal riil), yang meliputi semua jenis barang yang dibuat

Universitas Sumatera Utara

untuk menunjang kegiatan produksi barang- barang lain serta jasa. Modal juga

mencakup arti uang yang tersedia di dalam perusahaan untuk membeli mesin-

mesin serta faktor produksi lainnya.

4. Kecakapan Tata Laksana

Kecakapan (skill) atau disebut dengan entrepreneurship. Entrepreneurship ini

merupakan faktor produksi yang intangible (tidak dapat diraba), tetapi

sekalipun demikian peranannya justru sangat menentukan.

Seorang entrepreneur mengorganisir ketiga faktor produksi di atas, agar dapat

dicapai hasil terbaik.

Dalam proses produksi pertanian/perkebunan, faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat

kesuburannya, bibit, varitas, pupuk, obat-obatan, gulma, dan sebagainya.

b. Faktor sosial ekonomi seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat

pendidikan,tingkat pendapatan,risiko dan ketidakpastian, kelembagaan,

tersedianya kredit, dan sebagainya (Soekartawi, 1994:4).

2.7.3 Fungsi Produksi.

Fungsi produksi menentukan output maksimum yang dapat dihasilkan

dari sejumlah input, dalam kondisikeahlian dan pengetahuan teknis tertentu atau

dapat dikatakan juga bahwa fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel

yang dijelaskan (Y)dan variabel yang menjelaskan (X). variabel yang dijelaskan

biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input.

Universitas Sumatera Utara

Dalam pembahasan teori produksi, maka telaahan tentang fungsi produksi ini

dianggap penting disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:(Soekartawi, 1994)

a. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antar

faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan

hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.

b. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara

variabel yang dijelaskan (dependent variable), Y, dan variabelyang

menjelaskan (independent variable), X, serta sekaligus mengetahui

hubungan antar variabel penjelas.

Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Y= f(X1,X2,…,Xn)

Dengan fungsi produksi seperti tersebut di atas, maka hubungan Y dan X

dapat diketahui dan sekaligus hubungan X1…Xn dan X lainnyajuga dapat

diketahui.

Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus:

Q= f(K,L,R,T)

K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja dan ini meliputi

berbagai jenis tenaga kerja dan keahlian keusahawanan, R adalah kekayaan

alam, dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan. Sedangkan Q

adalahjumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagaai jenis faktor-faktor

produksi tersebut, yaitu secara bersama digunakan untuk memproduksi barang

yang sedang dianalisis sifat produksinya.

Universitas Sumatera Utara

2.8 Deskripsi Tanaman Karet

2.8.1 Definisi dan Jenis Karet

Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai susunan kimia

yang berbeda dan memungkinkan untuk diubah menjadi bahan-bahan yang

bersifat elastis (rubberines). Namum bahan-bahan itu berbeda sifat bahan

dasarnya. Misalnya kekuatan tensil, daya ukur maksimum, daya lentur (resilence)

dan terutama pada proses pengolahannya serta prestasinya sebagai bahan jadi.

Terdapat beberapa macam karet alam yang kebanyakan merupakan

bahan olahan baik setengah jadi ataupun barang jadi. Jenis-jenis karet alam antara

lain bahan olah karet, karet konvensional, lateks pekat, karet bongkah (block

rubber), karet spesifikasi teknis (crumb rubber), karet siap olah (tyre rubber) dan

karet reklim (reclaimed rubber).(www.rubber.blogspot.com)

1. Bahan Olah Karet

Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang

diperoleh dari pohon karet. Yang termasuk bahan olah karet adalah lateks kebun,

sheet angin, slab tipis dan lump segar yang dibagi berdasarkan pengolahannya.

a. Lateks kebun merupakan cairan getah yang dihasilkan dari proses penyadapan

pohon karet dan belum mengalami pengolahan sama sekali.

b. Sheet Angin merupakan bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah

disaring dan digumpalkan dengan asam semut. Jenis ini berupa karet sheet yang

sudah digiling tetapi belum jadi.

Universitas Sumatera Utara

c. Slab Tipis merupakan bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah

digumpalkan.

d. Lump Segar merupakan bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan

lateks kebun yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung.

2. Karet Konvensional

Jenis-jenis karet alam olahan yang tergolong karet konvensional adalah

Ribbed Smoked Sheet, White and Pale Crepe, Estate Brown Crepe, Compo Crepe,

Thin Brown Crepe Remills, Thick Blanket Crepes Ambers, Flat Bark Crepe, Pure

Smoked Blanket Crepe dan Off Crepe. Jenis karet konvensional yang banyak

diproduksi adalah Ribbed Smoked Sheet atau disingkat RSS. Karet ini berupa

lembaran sheet yang mendapatkan proses pengasapan dengan baik. RSS ini

memiliki beberapa macam antara lain XRSS, RSS 1 hingga RSS 5.

3. Lateks Pekat

Lateks pekat berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau

padatan lainnya. Lateks pekat yang ada di pasaran dibuat dengan pendadihan atau

creamed lateks dan melalui proses sentrifugasi. Lateks pekat banyak digunakan

untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi.

4. Karet Bongkah (Block Rubber)

Karet bongkah merupakan karet remah yang telah dikeringkan dan

dikilang menjadi bandela-bandela dengan ukuran tertentu. Karet bongkah ada

yang berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri.

Masing-masing negara memiliki standar mutu karet bongkah. Standar mutu karet

bongkah untuk Indonesia tercantum dalam SIR (Standard Indonesian Rubber)

Universitas Sumatera Utara

yang dikeluarkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perdagangan No.

184/Kp/VI/88 Tanggal 25 Juni 1988.

5. Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber)

Crumb rubber merupakan karet alam yang dibuat khusus sehingga

terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu berdasarkan pada sifat-sifat teknis

dimana warna atau penilaian visual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu

pada jenis karet sheet, crepe maupun lateks pekat tidak berlaku.

Crumb Rubber dibuat agar dapat bersaing dengan karet sintetis yang biasanya

menyertakan sifat teknis serta keistimewaan untuk jaminan mutu tiap bandelanya.

Crumb Rubber dipak dalam bongkah-bongkah kecil, berat dan ukuran seragam,

ada sertifikast uji laboratorium, dan ditutup dengan lembaran plastik polythene.

6. Tyre Rubber

Tyre rubber merupakan barang setengah jadi dari karet alam sehingga

dapat langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan ban atau barang

yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya. Tyre rubber memiliki

beberapa kelebihan dibandingkan karet konvensional. Ban atau produk produk

karet lain jika menggunakan tyre rubber sebagai bahan bakunya memiliki mutu

yang lebih baik dibandingkan jika menggunakan bahan baku karet konvensional.

Selain itu jenis karet ini memiliki daya campur yang baik sehingga mudah

digabung dengan karet sintetis.

7. Karet Reklim (Reclimed Rubber)

Karet reklim merupakan karet yang diolah kembali dari barang-barang

karet bekas, terutama ban-ban mobil bekas. Karet reklim biasanya digunakan

sebagai bahan campuran, karena mudah mengambil bentuk dalam acuan serta

Universitas Sumatera Utara

daya lekat yang dimilikinya juga baik. Pemakaian karet reklim memungkinkan

pengunyahan (mastication) dan pencampuran yang lebih cepat. Produk yang

dihasilkan juga lebih kukuh dan lebih tahan lama dipakai.

Kelemahan dari karet reklim adalah kurang kenyal dan kurang tahan

gesekan sesuai dengan sifatnya sebagai karet daur ulang. Oleh karena itu kerat

reklim kurang baik digunakan untuk membuat ban.

2.8.2 Kebijakan Pengembangan Agribisnis Karet

Strategi pengembangan agribisnis karet nsional yang dipilih adalah

bagaimana meningkatkan manfaat secara optimal melalui perolehan nilai tambah

dan peningkatan daya saing secara adil dan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan

aset-aset perkebunan yang sudah ada sehingga strategi tersebut hendaknya

didasari dari penelitian-penelitian yang inovatif, kreatif, proporsional sehingga

efektif dalam implementasinya. Agar diperoleh manfaat yang optimal dari

pembangunan agribisnis perkaretan nasional, maka kebijakan pengembangan

agribisnis diarahkan kepada kebijakan peningkatan produktivitas dan mutu karet.

Kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman

serta mutu karet secara bertahap, baik yang dihasilkan oleh petani maupun

perkebunan besar. Penerapan kebijakan peningkatan produktivitas dan mutu karet

ditempuh dengan:

1. Peremajaan dan rehabilitasi tanaman karet secara bertahap (5%/tahun)

dengan menggunakan klon unggul generasi ke-4 penghasil lateks dan kayu

dengan penerapan teknologi secara tepat sehingga selama kurun waktu 2

tahun tanaman karet di Indonesia sudah dapat mencapai tingkat

produktivitas yang optimal.

Universitas Sumatera Utara

2. Pengembangan industri benih karet yang berbasis teknologi dan pasar

dengan peran serta swasta dan masyarakat melalui model waralaba benih.

3. Perbaikan mutu bahan olah melalui reward and punishment.

4. Optimasi pelaksanaan pengurangan produksi karet melalui koordinasi

denan pemerintah daerah.

5. Diversifikasi usaha melalui optimasi pemanfaatan lahan secara optimal

sampai tahun ke-3 dapat diusahakan tanaman berupa tanaman semusim.

Dengan mengatur pola tanam dapat diusahakan ternak dan tanaman

hijauan dan pada batas kebun juga dapat diusahakan tanaman jati.

6. Pelaksaan peremajaan karet rakyat baik proyek maupun swadaya

diusahakan secara berkelompok dalam satu hamparan sehingga lebih

memudahkan dan efisien dalam pengolahan kayu karetnya, terutama

dalam penjadwalan pembukaan lahan oleh pabrik mitra yang membeli

kayu.

7. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan petani dan usaha melaui

berbagai bentuk pelatihan.

2.9 Penelitian Sebelumnya

1. Penelitian oleh Ajeng Wulandari (2005), mengenai analisis faktor yang

mempengaruhi ekspor karet dari Indonesia ke Amerika. Faktor yang

digunakan adalah harga karet alam dunia, harga karet sintesis, GDP

Amerika, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika. Dari analisis yang

dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa secara statistik yang mempengaruhi

ekspor karet Indonesia ke Amerika adalah GDP Amerika, nilai tukar Rupiah

terhadap Dollar Amerika, sedangkan harga karet tidak mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara

ekspor karet Indonesia ke Amerika secara nyata. Hal ini terjadi karena

konsumen menggunakan bahan karet tidak memperhitungkan harga karet di

pasar.

2. Penelitian oleh Vina Lubis (2006) mengenai analisis faktor yang

mempengaruhi ekspor karet Sumatera Utara. Variabel- variabel yang

digunakan adalah harga karet ekspor dan kurs Rupiah terhadap Dollar

Amerika. Hasil penelitian yang diperoleh adalah harga dan kurs memberikan

pengaruh yang signifikan dan bernilai positif terhadap ekspor karet

Sumatera Utara.

2.10 kerangka Konseptual

Pada penulisan skripsi ini, penulis menjelaskan variabel-variabel yang

saling mempengaruhi dalam bentuk kerangka konseptual.

Dalam konsep pertama , produksi merupakan variabel Y2 yang disebut

sebagai variabel endogenus atau variabel terikat, kurs sebagai variabel X1 dan

inflasi sebagai variabel X2, dan harga sebagai X3 yang merupakan variabel

eksogenus. Dimana variable eksogenus (X1, X2, X3) mempengaruhi variabel

produksi (Y1).

Konsep kedua, volume ekspor karet alam merupakan variabel Y1 yang

disebut sebagai variabel endogenus atau terikat. Kurs sebagai variabel X1, inflasi

sebagai variabel X2, dan harga sebagai variabel X3 yang merupakan variabel

eksogenus mempengaruhi ekspor karet alam (Y1) melalui variabel produksi (Y2).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.4

Kerangka Konseptual

2.11 Hipotesis

Hipotesa merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi

objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Berdasarkan

kerangka konseptual, diperoleh hipotesis sebagai berikut:

1. Kurs, inflasi, harga berpengaruh terhadap produksi karet alam

Sumatera Utara.

2. Kurs, inflasi, harga karet alam ekspor berpengaruh terhadap ekspor

karet alam sumatera Utara melalui produksi karet alam Sumatera Utara

INFLASI

X2

HARGA

X3

PRODUKSI KARET ALAM

Y2

EKSPOR KARET ALAM

Y1

KURS

X1

Universitas Sumatera Utara