Transcript
  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Pustaka

    Penelitian mengenai Peranan Kepemimpinan dalam Pemberdayaan

    Masyarakat ini banyak mengembangkan dari penelitian-penelitian

    sebelumnya. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Slamet Setiawan pada

    tahun 2005 dalam bentuk tesis di Universitas Padjajaran yang berjudul :

    Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat

    Dalam Pembangunan Desa Kecamatan Kresek Kabupaten Tanggerang,

    dengan hasil temuan bahwa : gaya kepemimpinan kepala desa sangat

    berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Semakin

    demokratis kepemimpinan kepala desa, maka tingkat partisipasi masyarakat

    akan semakin meningkat. Selain kepemimpinan kepala desa sebagai pemimpin

    formal, kepemimpinan informal (seperti tokoh agama dan tokoh) juga

    mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya dalam menggerakkan

    masyarakat, sehingga antara kepala desa dan kepemimpinan informal

    diperlukan suatu kerja sama untuk mewujudkan program-program

    pembangunan desa yang telah direncanakan.

    Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Dear Adi Munba Munthe dalam

    bentuk skripsi di Universitas Sumatera Utara yang berjudul : Peranan

    Kepemimpinan Dalam Pemberdayaan Pegawai (Studi kasus pada PT. Bank

    Sumut Cabang Utama Medan), dengan rumusan masalah bagimana peranan

  • 11

    kepemimpinan dalam pemberdayaan pegawai di PT. Bank Sumut Cabang

    Utama Medan. Dengan hasil temuan : peran kepemimpinan dalam proses

    pemberdayaan sudah berjalan dengan lebih baik yang dapat dilihat dari adanya

    sistem penempatan pegawai, pemeliharaan, dan pemanfaatan pegawai. Selain

    itu kepemimpinan pada PT. Bank Sumut sudah berjalan dengan lebih efektif

    yang ditunjukkan dengan terlaksananya fungsi-fungsi kepemimpinan dalam

    perjalanan dan kinerja organisasi.

    Ketiga, penelitian mengenai pengaruh kepemimpinan terhadap partsipasi

    masyarakat dalam pembangunan, yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan Tamher

    pada tahau 2005 dalam bentuk tesis dari Universitas Padjadjaran yang

    berjudul : Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi

    Masyarakat dalam Pembangunan Desa (Studi di Kecamatan Kei Kecil

    Kabupaten Maluku Utara), dengan hasil temuan : kepemimpinan kepala desa

    mempunyai pegaruh yang signifikan terhadap partisipasi masyarakat dalam

    pembangunan. Apabila seorang kepala desa sebagai pemimpin desa

    berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat maka

    dengan sendirinya masyarakat cenderung melibatkan diri secara aktif dalam

    setiap program kegiatan dan proyek pembangunan yang dilaksanakan di desa.

    Keempat, penelitian yang dilakukan oleh T.S. Arif Fadillah pada tahun

    2010 dalam bentuk desertasi di Universitas Padjadjaran dengan judul :

    Pengaruh Kepemimpinan Kepala Daerah Terhadap Pemberdayaan Masyarakat

    Di Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau. Dari penelitian tersebut

    menunjukan bahwa kepemimpinan kepala daerah memiliki pengaruh yang

  • 12

    signifikan terhadap pemberdayaan masyarakat. Semakin efektif

    kepemimpinan kepala daerah maka akan semakin terlaksananya

    pemberdayaan masyarakat dalam melakukan tugas.

    Kesamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu peneliti

    menekankan adanya peranan kepemimpinan dalam pemberdayaan masyarakat.

    Adapun perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah

    peneliti melihat bagaimana dinamika kepemimpinan yang terjadi. Peneliti

    mengambil empat periode kepemimpinan yang kemudiam dilihat pemimpin

    yang mana telah melaksanakan pemberdayaan masyarakat yang kemudian

    dianalisis bagaimana peranan atau tingkah laku seorang lurah tersebut dalam

    pemberdayaan masyarakat dan lurah mempertimbangkan suara

    masyarakatnya, membangun, kepercayaan masyarakat sehingga dengan

    tingkah laku lurah yang kooperatif, loyal, dan demokratis tersebut seorang

    lurah melakukan suatu perubahan dengan tidak melupakan kultur

    masyarakatnya.

    2.2 Kerangka Konseptual

    2.2.1 Teori Kepemimpinan

    2.2.1.1 Pengertian Kepemimpinan

    Dalam buku Manajemen karya Griffin (2003) disebutkan

    kepemimpinan adalah sebagai proses, yakni penggunaan pengaruh tanpa

    paksaan untuk membentuk tujuan-tujuan grup atau organisasi, memotivasi

    perilaku ke arah pencapaian tujuan-tujuan tersebut, dan membantu

  • 13

    mendefinisikan kultur grup atau organisasi. Sedangkan kepemimpinan sebagai

    atribut ialah sekolompok karakteristik yang dimiliki oleh individu yang

    dipandang sebagai pemimpin. Dan pemimpin adalah individu yang mampu

    mempengaruhi perilaku orang lain tanpa harus mengandalkan kekerasan,

    pemimpin adalah individu yang diterima oleh lain sebagai pemimpin.

    Selain pengertian tersebut, menurut Ordway Tead dalam bukunya

    The Art Of Leadership menyatakan kepemimpinan adalah kegiatan

    mempengaruhi orang-orang agar merasa mau bekerja sama untuk mencapai

    tujuan yang diinginkan (Dikutip dalam Kartini Kartono, 2006 : 37). Makna

    kepemimpinan sebagaimana dikemukakan tadi akan semakin jelas dengan

    definisi-definisi mengenai kepemimpinan menurut beberapa ahli. George R.

    Terry dalam bukunya Principle of Management (Dikutip dalam Kartini

    Kartono, 2006 : 37) berkata kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi

    orang lain agar mereka suka berusaha mencapai tujuan kelompok. Pendapat

    lain dikemukakan oleh Howard H. Hyot dalam bukunya Aspect of Modern

    Public Administration (Dikutip dalam Kartini Kartono, 2006 : 37) menyatakan

    kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia,

    kemampuan untuk membimbing orang.

    Pendapat lain dikemukakan oleh E,S Bogardus (Dikutip dalam

    Pamudji, 1992 : 11) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kepribadian yang

    beraksi dalam kondisi-kondisi kelompok, tidak saja kepemimpinan itu suatu

    kepribadian dan suatu gejala kelompok, ia juga merupakan suatu proses sosial

    yang melibatkan sejumlah orang dalam kontak mental dalam mana seseorang

  • 14

    mendominasi orang-orang lain. Selain itu menurut Munson (Dikutip dalam

    Pamudji, 1992 : 11) kepemimpinan sebagai “kemampuan/kesanggupan untuk

    menangani atau menggarap orang-orang sedemikian rupa untuk mencapai

    hasil yang sebesar-besarnya dengan sekecil mungkin pergesekan dan sebesar

    mungkin kerjasama. Kepemimpinan adalah kekuatan moral yang kreatif dan

    direktif”.

    2.2.1.2 Teori Kepemimpinan

    Penelitian ini menggunakan teori kepemimpinan legal formal, teori

    kepemimpinan karismatik, teori kepemimpinan tranformasional (Dikutip dari

    buku Kepemimpinan : Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan

    Penelitian karya Wirawan tahun 2003)

    1. Teori kepemimpinan legal formal

    Weber menjelaskan kepemimpinan yang berotoritas legal formal

    merupakan seorang pemimpin yang pengabsahannya berasal dari

    pengakuan di depan hukum. Yang bersangkutan dipilih oleh mereka yang

    memiliki hak untuk memilih aturan yang sudah dibakukan. Wewenang,

    tugas pokok serta fungsi yang dimilikinya berdasarkan pada aturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    2. Teori kepemimpinan karismatik (Charismatic Leadership)

    Weber (1974) memberi definisi tentang karisma yaitu sebagai karakteristik

    kepribadian khusus yang memberi seseorang suatu kekuatan luar biasa.

  • 15

    Pemimpin-pemimpin karismatik yang menampilkan atau mempunyai ciri-

    ciri seperti memiliki visi yang amat kuat atau kesadaran tujuan yang jelas,

    mengkomsumsikan visi itu dengan efektif, mendemonstrasikan konsistensi

    dan fokus serta mengetahui kekuatan-kekuatan sendiri dan

    memanfaatkannya.

    3. Teori kepemimpinan transformasional (Transformational Leadership)

    Teori ini mengatakan bahwa pemimpin-pemimpin transaksional

    membimbing atau memotivasi pengikutnya ke arah tujuan yang telah

    ditentukan dengan cara menjelaskan ketentuan-ketentuan tentang peran

    dan tugas. Pemimpin-pemimpin transformasional memberikan

    pertimbangan yang bersifat individual, stimulasi intelektual, dan memiliki

    kharisma. Kepemimpinan transformasional dibangun/berkembang dari

    kepemimpinan transaksional.

    2.2.1.3 Tipe atau Gaya Kepemimpinan

    Stoner dalam Pasolong (2010, h.37), mengatakan bahwa gaya

    kepemimpinan (leadership style) adalah berbagai pola tingkah laku yang

    disukai oleh pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi

    pekerja. Adapun tipe atau gaya kepemimpinan yang digunakan ialah (sumber :

    Kartini Kartono, 2006)

    1. Tipe Karismatis

    Tipe pemimpin karismatik ini memiliki kekuatan energi, daya tarik dan

    perbawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia

  • 16

    mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal

    yang bisa diperaya. Tipe pemimpin ini banyak memiliki inspirasi, keberanian

    dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepribadian

    pemimpin seperti ini memancarkan pengaruh dan daya tarik yang teramat

    besar.

    2. Tipe Otokratis

    Pemimpin dengan tipe otokratis mendasarkan diri pada kekuasaan dan

    paksaan yang mutlak harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu mau berperan

    sebagai pemain tunggal. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa

    berkonsultasi dengan bawahannya. Anak buah tidak pernah diberi informasi

    mendetail mengenai rencana dan tindakan yang harus dilakukan. Semua

    pujian dan kritik terhadap segenap anak buahnya diberikan atas pertimbangan

    pribadi pemimpin sendiri. selanjutnya pemimpin selalu berdiri jauh dari

    anggota kelompoknya jadi ada sikap menyisihkan diri dari eksklusivisme.

    Pemimpin otokratis itu senantiasa ingin berkuasa absolute, tunggal, dan

    merajai keadaan. Sikap dan prinsip-prinsipnya sangat konservatif dan ketat-

    kaku.

    3. Tipe Laisser Faire

    Pada tipe kepemimpinan ini, pemimpin praktis tidak memimpin dia

    membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin

    tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua

    pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan sendiri.

    Pemimpin dengan tipe ini bisa disebut pemimpin symbol dan tidak memiliki

  • 17

    keterampilan teknis dikarenakan kedudukannya sebagai pemimpina diperoleh

    melalui penyogokan, suapan, atau berkat sistem nepotisme. Pemimpin dengan

    tipe ini tidak mempunyai kewibawaan dan tidak bisa mengontrol anak

    buahnya, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja dan tidak berdaya sama

    sekalai menciptakan suasana kerja yang kooperatif.

    4. Tipe Demokratis

    Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan

    bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi

    pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab

    internal dan kerja sama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis

    terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok. Kepemimpinan

    dengan tipe ini menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan

    nasihat dan sugesti bawahan. Serta bersedia mengakui keahlian para spesialis

    dengan bidangnya masing-masing, mampu memanfaatkan kapasitas setiap

    anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

    Untuk melihat gaya kepemimpinan seorang pemimpin dapat dilihat

    melalui indikator-indikator. Menurut Siagian (2002:121), indikator-indikator

    yang dapat dilihat sebagai berikut :

    1. Iklim saling mempercayai

    2. Penghargaan terhadap ide bawahan

    3. Memperhitungkan perasaan para bawahan

    4. Perhatian pada kenyamanan kerja bagi para bawahan

    5. Perhatian pada kesejahteraan bawahan

  • 18

    6. Memperhitungkan faktor kepuasan kerja para bawahan dalam

    menyelesaikan tugas-tugas yang dipercayakan padanya

    7. Pengakuan atas status para bawahan secara tepat dan profesional

    2.2.1.4 Syarat-syarat Kepemimpinan

    Kartono dalam Pasolong (2008, h.114-115), mengatakan bahwa

    persyaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting,

    yaitu: (1) Kekuasaan, yaitu otoritas dan legalitas yang memberikan

    kewenangan kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan

    bawahan untuk berbuat sesuatu, (2) Kelebihan, keunggulan, keutamaan,

    sehingga orang mampu mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh

    pada pemimpin, dan bersedia melakuka perbuatan-perbuatan tertentu. (3)

    Kemampuan, yaitu segala daya, kesanggupan, kekuatan dan

    kecakapan/keterampilan teknis maupun sosial yang dianggap melebihi dari

    kemampuan anggota biasa.

    Sementara itu Stodgill (dikutip dalam buku Kartono dalam Pasolong)

    menyatakan pemimpin itu harus mempunyai kelebihan sebagai persyaratan,

    antara lain : (1) Kepastian, kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara,

    kemampuan menilai. (2) Prestasi, gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan dalam

    bidang tertentu. (3) Tangggung jawab, berani, tekun, mandiri, kreatif, ulet,

    percaya diri, agresif. (4) Partisipasi aktif, memiliki stabilitas tinggi, kooperatif,

    mampu bergaul. (5) Status, kedudukan sosial ekonomi cukup tinggi dan

    terkenal.

  • 19

    2.2.1.5 Faktor-Faktor Kepemimpinan

    Keberhasilan seorang pemimpin/kepemimpinan juga dapat

    ditentukan oleh beberapa faktor yaitu :

    1. Faktor keturunan, pemimpin berasal dari orang tua dengan kondisi sosial-

    ekonomis yang bagaimana/ hal ini mempengaruhi ideologi yang dianut

    masyarakat dan bentuk aktivitas perjuangannya. Disesuaikan dengan status

    sosial mereka.

    2. Faktor Usia, faktor usia menentukan moderat atau kesigapan kegiatan/aksi

    yang dilakukan.

    3. Jenis Pendidikan, dengan adanya jenis pendidikan akan terdapat warna

    kepada minat dan bidang yang akan ditekuni, beserta ambisi-ambisi

    politiknya.

    4. Lingkungan Sosial atau masyarakat sekitar, yakni tempat hidup/tempat

    tinggal pemimpin, dan masyarakat yang diminati serta diperjuangkan

    kebutuhan-kebutuhannya (misalnya kelompok penduduk yang mengalami

    penggusuran, mengalami kesengsaraan, dan perlakuan-perlakuan yang

    tidak adil, dll).

    2.1.1.6 Pemimpin Formal

    Lurah ialah pemimpin suatu daerah yang penempatan dan

    penugasannya ditunjuk langsung oleh Kepala Daerah berdasarkan Surat

    Keputusan yang dibuat oleh Kepala Daerah, oleh karena itu Lurah merupakan

    pemimpin formal. Pemimpin formal ialah orang yang oleh organisasi/lembaga

  • 20

    tertentu diajak sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengangkatan

    resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi dengan segala

    hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya, untuk mencapai sasaran

    organisasi. Adapun ciri-ciri dari pemimpin formal yakni : (1) Berstatus

    sebagai pemimpin formal selama masa jabatan tertentu, atas dasar legalitas

    formal oleh penunjukan pihak yang berwenang (ada legilitimasi). (2) Sebelum

    pengangkatannya dia harus memenuhi beberapa persyaratan formal terlebih

    dahulu. (3) Ia diberi dukungan oleh organsisasi formal untuk menjalankan

    tugas kewajibannya. Karena itu pemimpin formal selalu memiliki atasan. (4)

    Pemimpin mendapatkan balas jasa materiil dan immaterial tertentu, serta

    keuntungan ekstra dan penghasilan sampingan. (5) Pemimpin bisa mencapai

    promosi atau kenaikan pangkat formal dan dapat di mutasikan. (6) Apabila

    pemimpin melakukan kesalahan-kesalahan, dia akan dikenai sanksi dan

    hukuman. (7) Selama jabatan kepemimpinan, dia diberi kekuasaan dan

    wewenang, antara lain untuk: menentukan kebijakan, memberikan motivasi

    kerja kepada bawahan, menggariskan pedoman dan petunjuk, mengalokasikan

    jabatan dan penempatan bawahannya; melakukan komunikasi, mengadakan

    supervise dan control, menetapkan sasaran organisasi, dan mengambil

    keputusan-keputusan penting lainnya.

    2.2.2 Konsep Peranan

    Peranan berasal dari kata peran. Menurut Biddle dan Thomas, peran

    adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang

  • 21

    diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. Sedangkan didalam kamus

    besar bahasa Indonesia peran ialah perangkat tingkah laku yang diharapkan

    dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (E.St. Harahap, dkk,

    2007: 854).

    Sedangkan makna peran yang dijelaskan dalam Status, Kedudukan dan

    Peran dalam masyarakat, dapat dijelaskan melalui beberapa cara, yaitu

    pertama penjelasan historis. Menurut penjelasan historis, peran berarti

    karakter yang dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah penampilan dengan

    peran tertentu. Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu

    sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki

    jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang

    didudukinya tersebut.

    Mengenai peranan ini, Horoepoetri, Arimbi dan Santosa (2003),

    mengemukakan beberapa dimensi peran, yakni sebagai berikut :

    1. Peran sebagai suatu kebijakan. Penganut paham ini berpendapat bahwa

    peran merupakan suatu kebijaksanaan yang tepat dan baik dilaksanakan.

    2. Peran sebagai strategi. Penganut paham ini mendalilkan bahwa peran

    merupakan strategi untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat.

    pendapat ini didasarkan pada suatu paham bahwa keputusan dan

    kepedulian masyarakat pada tiap tingkatan keputusan didokumentasikan

    dengan baik, maka keputusan tersebut memiliki kredibilitas.

    3. Peran sebagai alat komunikasi. Peran didayagunakan sebagai instrument

    atau alat untuk mendapatkan masukan berupa informasi dalam proses

  • 22

    pengambilan keputusan. Persepsi ini dilandaskan oleh suatu pemikiran

    bahwa pemerintah dirancang untuk melayani masyarakat, sehingga

    pandangan dan referensi dari masyarakat tersebut adalah masukan yang

    bernilai, guna mewujudkan keputusan yang responsif dan responsibel

    4. Peran sebagai alat penyelesaian sengketa. Peran didayagunakan sebagai

    suatu cara untuk mengurangi dan meredam konflik melalui usaha

    pencapaian konsesus dari pendapat yang ada. Asumsi yang melandasi

    persepsi ini adalah bertukar pikiran dan pandangan dapat meningkatkan

    pengertian dan toleransi serta mengurangi rasa ketidakpercayaan dan

    kerancuan.

    5. Peran sebagai terapi. Menurut persepsi ini, peran dilakukan sebagai upaya

    mengobati masalah psikologis masyarakat seperti halnya perasaan

    ketidakberdayaan, tidak percaya diri dan perasaan bahwa diri mereka

    bukan komponen penting dalam masyarakat.

    Selain hal diatas, adapun beberapa fungsi dari kepemimpinan itu

    sendiri yakni :

    1. Fungsi perencanaan

    Bagaimana seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang

    menyeluruh bagi organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab

    tercapainya tujuan organisasi tersebut.

    2. Fungsi memandang kedepan

    Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan

    mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap

  • 23

    kemungkinan. Oleh sebab seorang pemimpin harus peka terhadap

    perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar organisasi sehingga

    mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil

    maupun yang besar.

    3. Fungsi pengembangan loyalitas

    Seseorang pemimpin harus memberi teladan baik dalam pemikiran, kata-

    kata, maupun tingkah laku sehari – hari yang menunjukkan kepada anak

    buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan menyeleweng dari

    loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.

    4. Fungsi pengawasan

    Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti

    kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka

    hambatan – hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga

    semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang telah ditetapkan dalam

    rencana.

    5. Fungsi mengambil keputusan

    Pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individu, kelompok tim

    atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul tertulis dan lain

    sebagainya.

    6. Fungsi memberi motivasi

    Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati,

    mempengaruhi anak buahnya agar rajin bekerja dan menunjukkan prestasi

    yang baik terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang

  • 24

    berupa ganjaran, hadiah, pujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan

    oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan

    dan dihargai oleh pemimpinnya.

    Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan dapat

    berperan dengan baik, antara lain:

    1. Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan

    pengangkatan atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain

    terhadap kepemimpinan yang bersangkutan

    2. Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh

    dan berkembang

    3. Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi

    4. Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui

    pertumbuhan dan perkembangan

    5. Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap

    anggota mau menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk mencapai

    tujuan organisasi.

    2.2.3 Konsep Kelurahan

    Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan

    desa, dijelaskan bahwa kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh

    sejumlah penduduk atau masyarakat yang mempunyai organisasi

    pemerintahan terendah langsung dibawah camat yang tidak berhak

    menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan

  • 25

    Republik Indonesia. Kelurahan merupakan wilayah kerja Lurah sebagai

    Perangkat Daerah Kabupaten atau kota. Kelurahan merupakan unit pemerintah

    terkecil atau pemerintah terkecil setingkat dengan desa. Namun berbeda

    dengan desa, kelurahan memiliki hak mengatur wilayah yang lebih terbatas.

    Perbedaan antara desa dan kelurahan dapat dilihat dari pemimpin dan cara

    pemilihannya. Desa dipimpin oleh kepala desa yang dipilih oleh masyarakat,

    sedangkan Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang merupakan seorang

    Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat atau dipilih oleh Bupati/Walikota.

    Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang berstatus sebagai Pegawai

    Negeri Sipil. Kepala Kelurahan adalah penyelenggara dan penanggungjawab

    utama di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan dalam

    rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah, urusan pemerintahan

    umum termasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lurah memiliki tugas untuk

    membangun mental masyarakat baik dalam menumbuhkan maupun

    mengembangkan semangat membangun yang dijiwai oleh asas usaha bersama

    dan kekeluargaan.

    Untuk memperlancar jalannya pemerintahan Kelurahan di dalam

    Kelurahan dapat dibentuk Lingkungan yang dikepalai oleh kepala Lingkungan

    sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. Kepala

    Lingkungan adalah unsur pelaksana tugas Kepala Kelurahan dengan wilayah

    kerja tertentu. Kepala Lingkungan adalah Pegawai Negeri yang diangkat dan

    diberhentikan oleh Bupati/Walikota atas nama Gubernur Kepala Daerah

  • 26

    tingkat I, dengan memperhatikan syarat-syarat dan ketentuan kepegawaian

    sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    2.2.4 Konsep Kepemimpinan

    Bass (1990) menyatakan bahwa sejumlah definisi kepemimpinan

    dilihat sebagai fokus proses kelompok, yaitu pemimpin berada di pusat

    perubahan dan aktivitas kelompok serta pemimpin membentuk keinginan atau

    tujuan dari kelompok tersebut. Definisi yang lain adalah konsep

    kepemimpinan dari sudut pandang kepribadian, yang menyatakan bahwa

    kepemimpinan adalah kombinasi dari sifat khusus yang dimiliki sejumlah

    individu. Sifat ini yang memungkinkan individu tersebut untuk meminta orang

    lain menyelesaikan tugas.

    Pendekatan lain untuk kepemimpinan mendefinisikan hal itu sebagai

    tindakan atau perilaku, yaitu hal-hal yang dilakukan pemimpin untuk

    menghasilkan perubahan di dalam kelompok. Selain itu, sejumlah definisi

    lainnya kepemimpinan dipandang dari segi hubungan kekuasaan yang muncul

    antara pemimpin dan pengikutnya. Dari sudut pandang ini, pemimpin

    memiliki kekuasaan yang mereka gunakan, untuk menghasilkan perubahan

    dalam diri orang lain. Dengan seiringnya waktu, beberapa ahli dan akademisi

    membicarakan kepemimpinan dari sudut pandang keterampilan yang

    menekankan pada kecakapan (pengetahuan dan ketrampilan) yang dapat

    mewujudkan kepemimpinan yang efektif.

  • 27

    2.2.5 Konsep Kebijakan

    Dikutip dari buku yang berjudul Analisis Kebijakan Publik karya Joko

    Widodo tahun 2007, Friedrich dalam Wahab mengartikan kebijakan sebagai

    suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang,

    kelompok, atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan

    adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk

    mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan. Adapun elemen

    yang terkandung dalam kebijakan publik sebagaimana yang dikemukakan oleh

    Anderson dalam Islamy (1994) yang antara lain mencakup beberapa hal

    berikut :

    1. Kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu.

    2. Kebijakan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah.

    3. Kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah dan

    bukan apa yang bermaksud akan dilakukan.

    4. Kebijakan publik bersifat positif (merupakan tindakan pemerintah

    mengenai suatu masalah tertentu) dan bersifat negatif (keputusan pejabat

    pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu).

    5. Kebijakan publik (positif) selalu berdasarkan pada peraturan perundangan

    tertentu yang bersifat memaksa (otoritatif).

    Program baru yang dicetuskan oleh seorang Lurah merupakan suatu

    kebijakan dengan tujuan untuk mewujdukan suatu sasaran yang diinginkan.

    Dalam hal ini yaitu untuk memberdayakan masyarakatnya.

  • 28

    2.2.6 Konsep Pemberdayaan Masyarakat

    Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan

    (empowerment), berasal dari kata „power’ (kekuasaan atau keberdayaan).

    Karenanya, ide utama pemberdayaan berkaitan dengan konsep mengenai

    kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk

    membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan

    dan minat mereka. Kekuasaan senantiasa hadir dalam konteks relasi sosial

    antar manusia.

    Dengan pemahaman kekuasaan seperti hal diatas, pemberdayaan

    sebagai sebuah proses perubahan kemudian memiliki konsep yang bermakna.

    Dengan kata lain dapat dikatakan terjadinya proses pemberdayaan sangat

    tergantung pada dua hal yakni : (1) Bahwa kekuasaan dapat berubah. Jika

    kekuasaan tidak dapat berubah, pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan

    cara apapun. (2) Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan

    pada pengertian kekuasaan yang tidak statis, melainkan dinamis.

    Terkait dengan pengertian pemberdayaan, berdasarkan UU no 6 Tahun

    2014 tentang Desa dijelaskan bahwa Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah

    upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan

    meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,

    kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan,

    program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan

    prioritas kebutuhan masyarakat Desa.

  • 29

    Menurut World Bank (2001) pemberdayaan dapat diartikan sebagai

    upaya untuk memberikan kesempatan dan kemampuan kepada kelompok

    masyarakat (miskin) untuk mampu dan berani bersuara (voice) atau

    menyuarakan pendapat, ide, atau gagasan-gagasannya, serta kemampuan dan

    keberanian untuk memilih (choice) sesuatu (konsep, metoda, produk,

    tindakan, dll.) yang terbaik bagi pribadi, keluarga dan masyarakatnya.

    Menurut Parsons, et al., (1994) pemberdayaan adalah sebuah proses

    agar setiap orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai

    pengontroloan, dan mempengaruhi, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga

    yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang

    memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk

    mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi

    perhatiannya (Dikutip dalam buku Pemberdayaan Masyarakat karya Totok

    Mardikanto dan Poerwiki Soebiato, 2013).

    Dalam upaya memberdayakan masyarakat tersebut pemimpin harus

    dapat menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

    masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan

    bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat

    dikembangkan. Dan memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat

    (empowering), dalam rangka ini pemimpin memerlukan langkah-langkah yang

    lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana, pemimpin juga

    harus menyediakan berbagai masukan serta akses ke berbagai peluang yang

    akan membuat masyarakat menjadi berdaya. Serta pemimpin harus

  • 30

    melindungi masyarakatnya, dengan mencegah masyarakat yang lemah

    menjadi bertambah lemah yakni mencegah masyarakat yang tidak produktif

    menjadi bertambah tidak produktif.

    Pemberdayaan, pada hakikatnya adalah untuk menyiapkan masyarakat

    agar mereka mampu dan mau secara aktif berpartisipasi dalam setiap program

    dan kegiatan pembangunan yang bertujuan untuk memperbaik mutu hidup

    masyarakat, baik dalam pengertian ekonomi, sosial, fisik, maupun mental.

    Meskipun partisipasi masyarakat merupakan sesuatu yang harus

    ditumbuhkembangkan dalam proses pembangunan namun didalam praktiknya,

    tidak selalu diupayakan dengan sungguh-sungguh.

    2.2.7 Konsep Partisipasi Masyarakat

    Dikutip dalam buku Pemberdayaan Masyarakat karya Totok

    Mardikanto dan Poerwiki Soebiato, 2013, menurut Bornby partisipasi

    diartikan sebagai tindakan untuk “mengambil bagian” yaitu kegiatan atau

    pernyataan untuk mengambil bagian dari kegiatan dengan maksud

    memperoleh manfaat. Dalam kamus sosiologi disebutkan bahwa, partisipasi

    merupakan keikutsertaan seseorang di dalam kelompok sosial untuk

    mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, diluar pekerjaan atau

    profesinya sendiri (Theodorson, 1969). Keikutsertaan tersebut, dilakukan

    sebagai akibat dari terjadinya interaksi sosial antara individu yang

    bersangkutan dengan anggota masyarakat yang lain (Raharjo, 1983).

  • 31

    Sedangkan menurut Beal (1964) partisipasi, khususnya partisipasi

    yang tumbuh karena pengaruh atau karena tumbuh adanya rangsangan dari

    luar, merupakan gejala yang dapat diindikasikan sebagai proses perubahan

    sosial yang eksogen. Sebagai suatu kegiatan, Verhangen (1979) menyatakan

    bahwa partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan

    komunikasi yang berkaitan dengan pembagian kewenangan, tanggung jawab,

    dan manfaat.

    Tumbuhnya interaksi dan komunikasi tersebut, dilandasi oleh adanya

    kesadaran yang dimiliki oleh masyarakat mengenai (a) kondisi yang tidak

    memuaskan dan harus diperbaiki, (b) kondisi tersebut dapat diperbaiki melalui

    kegiatan manusia atau masyarakatnya sendiri, (c) kemampuannya untuk

    berpartisipasi dalam kegiatan yang dapat dilakukan, (d) adanya kepercayaan

    diri, bahwa ia dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi kegiatan

    yang bersangkutan.

    Yadav (UNAPDI, 1980) Dikutip dalam buku Pemberdayaan

    Masyarakat karya Totok Mardikanto dan Poerwiki Soebiato, 2013,

    mengemukakan tentang adanya empat macam kegiatan yang menunjukkan

    partsipasi masyarakat di dalam kegiatan pembangunan yaitu partisipasi dalam

    pengambilan keputusan, partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, partisipasi

    dalam pemantuan dan evalusai pembangunan, serta partisipasi dalam

    pemanfaatan hasil-hasil pembangunan.

    a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan

  • 32

    Partisipasi masyarakat dalam pembangunan perlu ditumbuhkan melalui

    dibukanya forum yang memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi

    langsung di dalam proses pengambilan keputusan tentang program-

    program pembangunan di wilayah setempat atau di tingkat lokal.

    b. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan

    Partisipasi masyarakat dalam pelaksaan kegiatan harus diartikan sebagai

    pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja, uang tunai,

    dan atau beragam bentuk sumbangan lainnya yang sepadan dengan

    manfaat yang akan diterima oleh masing-masing warga masyarakat yang

    bersangkutan.

    c. Partisipasi dalam pemantuan dan evaluasi pembangunan

    Kegiatan pemantuan dan evaluasi program diperlukan bukan hanya agar

    tujuannya dapat dicapai sesuai harapan namun juga diperlukan untuk

    memperoleh umpan balik tentang masalah-masalah dan kendala yang

    muncul dalam pelaksanaan pembangunan yang bersangkutan. Dalam hal

    ini, partisipasi masyarakat untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan

    dengan perkembangan kegiatan serta perilaku aparat pembangunan sangat

    diperlukan.

    d. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil-hasil pembangunan

    Pemanfaatan hasil pembangunan akan merangsang kemauan dan

    kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap program

    pembangunan yang akan datang.

  • 33

    Dilihat dari tingkatan atau tahapan partisipasi, Wilcox (1988)

    mengemukakan adanya lima tingkatan partisipasi, yaitu (1) Memberikan

    informasi (Information), (2) Konsultasi (Consultation) yaitu menawarkan

    pendapat, sebagai pendengar yang baik untuk memberikan umpan-balik, tetapi

    tidak terlibat dalam implementasi ide dan gagasan tersebut. (3) Pengambilan

    keputusan bersama (Deciding together), dalam arti memberikan dukungan

    terhadap ide, gagasan, pilihan-pilihan serta, mengembangkan peluang yang

    diperlukan guna pengambilan keputusan. (4) Bertindak bersama (Acting

    together), dalam arti tidak sekadar ikut dalam pengambilan keputusan, tetapi

    juga terlibat dan menjalin kemitraan dalam pelaksanaan kegiatannya. (5)

    Memberikan dukungan (Supporting independent community interest) dimana

    kelompok-kelompok lokal menawarkan pendanaan, nasehat, dan dukungan

    lain untuk mengembangkan agenda kegiatan.

    Gambar 1. Jenjang Tingkat Partisipasi

    (Wilcox, 1988)

    Supporting

    Substantial

    Acting together Participation

    Degree of control

    Deciding together

    Consultation

    Information

    Sumber : Buku Pemberdayaan Masyarakat karya Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebianto.

  • 34

    Dalam buku Pemberdayaan Masyarakat karya Totok Mardikanto dan

    Poerwiki Soebiato, 2013, Slamet (1985) menyatakan bahwa tumbuh dan

    berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sangat

    ditentukan oleh tiga unsur pokok, yaitu

    1. Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk

    berpartisipasi,

    2. Adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi,

    3. Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi.

    Gambar 2. Syarat Tumbuh dan Berkembangnya Partisipasi Masyarakat

    Sumber : Buku Pemberdayaan Masyarakat karya Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebianto

    Penjelasan :

    1. Kesempatan untuk berpartisipasi

    Kesempatan yang dimaksudkan ialah adanya kemauan politik dari

    penguasa untuk melibatkan masyarakat dalam pembangunan, selain itu

    Kesempatan

    Berpartisipasi

    Kemauan

    Berpartisipasi

    Kemampuan

    Berpartisipasi

    Partisipasi

    Masyarakat Dalam

    Pembangunan

  • 35

    adanya kesempatan untuk memperoleh informasi pembangunan, adanya

    kesempatan untuk memanfaatkaan dan memobilisasi sumberdaya untuk

    pelaksanaan pembangunan, adanya kesempatan untuk memperoleh dan

    menggunakan teknologi yang tepat termasuk peralatan/perlengkapan

    penunjangnya, adanya kesempatan untuk berorganisasi, termasuk untuk

    memperoleh peraturan, perijinan, dan prosedur kegiatan yang harus

    dilaksanakan, serta adanya kesempatan untuk mengembangkan

    kepemimpinan yang mampu menumbuhkan, menggerakkan, dan

    mengembangkan serta memelihara partisipasi masyarakat.

    2. Kemampuan untuk berpartisipasi

    Yang dimaksudkan dengan kemampuan disini ialah kemampuan untuk

    menemukan dan memahami kesempatan-kesempatan untuk membangun,

    atau pengetahuan tentang peluang untuk membangun (memperbaiki mutu

    hidupnya), kemampuan untuk melaksanakan pembangunan yang

    dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki, serta

    kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan

    menggunakan sumberdaya dan kesempatan lain yang tersedia secara

    optimal.

    3. Kemauan untuk berpartisipasi

    Kemauan untuk berpartisipasi, utamanya ditentukan oleh sikap mental

    yang dimiliki masyarakat untuk membangun atau memperbaiki

    kehidupannya, yang menyangkut sikap untuk meninggalkan nilai-nilai

    yang menghambat pembangunan, sikap terhadap penguasa atau pelaksana

  • 36

    pembangunan, sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak

    cepat puas diri, sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah dan

    tercapainya tujuan pembangunan, serta sikap kemandirian atau percaya

    diri atas kemampuannya untuk memperbaiki mutu hidupnya.

  • 37

    2.3 Kerangka Pemikiran

    UU No. 5 Tahun 1979

    (Tingkat Desa/Kelurahan)

    Kelurahan Samplangan

    Kepemimpinan dan Pemimpin

    Kelurahan Samplangan Tahun 2010-Sekarang

    Program Pemberdayaan Masyarakat

    melalui Lembaga Kemasyarakatan

    Realisasi Anggaran

    Pemberdayaan

    Masyarakat

    I Made Duwita

    Tahun 2010-2010

    Pande Made Suweda

    Tahun 2010-2011

    I Kadek Ari Juliawan

    Tahun 2011-2013

    Putu Mega Indrawan

    Tahun 2014-Sekarang

    Pemberdayaan

    Masyarakat

    Pemimpin yang berhasil

    LPM, PKK, Karang Taruna 1. Gaya atau Tipe Kepemimpinan 2. Teori Kepemimpinan 3. Sifat-Sifat Kepemimpinan

    4. Faktor-Faktor Kepemimpinan

    Peranan Kepemimpinan Lurah Dalam Pemberdayaan

    Masyarakat melalui Lembaga Kemasyarakatan

    Di Kelurahan Samplangan, Kabupaten Gianyar


Recommended