Transcript
Page 1: BAB II Pencegahan Primer, Sekunder Dan Tersier Reproduksi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pencegahan Primer

Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat menghentikan kejadian

suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Pencegahan primer juga diartikan

sebagai bentuk pencegahan terhadap terjadinya suatu penyakit pada seseorang dengan faktor

risiko. Tahap pencegahan primer diterapkan dalam fase pre pathogenesis yaitu pada keadaan

dimana proses penyakit belum terjadi atau belum mulai.

Dalam fase ini meskipun proses penyakit belum mulai tapi ketiga faktor utama untuk

terjadinya penyakit, yaitu agent, host, dan environment yang membentuk konsep segitiga

epidemiologi selalu akan berinteraksi yang satu dengan lainya dan selalu merupakan ancaman

potensial untuk sewaktu-waktu mencetuskan terjadinya stimulus yang memicu untuk

mulainya terjadinya proses penyakit dan masuk kedalam fase pathogenesis. Untuk

pencegahan primer masalah sistem reproduksi pada dewasa, antara lain :

1. Pada Pria

a. Promosi Kesehatan

Tingkat pencegahan yang pertama, yaitu promosi kesehatan oleh para ahli kesehatan

di terjemahkan menjadi peningkatan kesehatan, bukan promosi kesehatan, hal ini

dikarenakan makna yang terkandung dalam istilah promotion of health disini adalah

meningkatkan kesehatan seseorang, yaitu melalui asupan gizi seimbang, olahraga teratur,

dan lain sebagainya agar orang tersebut tetap sehat, tidak terserang penyakit. Namun

demikian, bukan berarti bahwa peningkatan kesehatan tidak ada hubungannya dengan

promosi kesehatan. Leavell dan Clark dalam penjelasannya tentang promotion of health

menyatakan bahwa selain melalui peningktan gizi dan sebagainya peningkatan kesehatan

juga dapat di lakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan (health education)

kepada individu dan masyarakat. Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan

kesehatan pada umumnya.

Sebagian besar strategi promosi kesehatan termasuk ke dalam pencegahan primer.

Seperti peningkatan kesehatan, misalnya: dengan pendidikan kesehatan reproduksi

Page 2: BAB II Pencegahan Primer, Sekunder Dan Tersier Reproduksi

tentang HIV/AIDS; standarisasi nutrisi; menghindari seks bebas dan sebagainya.

Perlindungan khusus, misalnya: imunisasi; kebersihan pribadi; atau pemakaian kondom.

Menurut Machfoedz Ircham dalam bukunya Pendidikan Kesehatan Bagian dari

Promosi Kesehatan, usaha untuk memepertinggi nilai kesehatan diantaranya :

1) Penyediaan makanan sehat cukup kwalitas maupun kwantitas

a) Asupan makanan yang dimakan

b) Pengawasan terhadap makanan yang dimakan

2) Perbaikan Hyegiene dan Sanitasi Lingkungan

3) Peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat antara lain pelayanan

kesehatan reproduksi dan pelayanan Keluarga Berencana

4) Pendidikan kesehatan pada masyarakat diantaranya :

a) Konseling pranikah, saat hamil, persalinan dan menyusui

b) Konseling mengenai seksualitas, kesehatan reproduksi

b. Spesific Protection

Di bawah ini merupakan pencegahan primer (specific protection) secara umum yang

dapat dilakukan pria, untuk mencegah terjadinya masalah dalam sistem reproduksi.

a) Melakukan pemeriksaan organ reproduksi secara rutin agar kelainan dapat

segera ditangani lebih awal.

b) Melindungi testis selama beraktifitas, misalnya dengan tidak menggunakan

pakaian teralu ketat sehingga testis tidak kepanasan.

c) Mengurangi kebiasaan mandi dengan air panas. Temperatur yang sejuk

diperlukan untuk perkembangan sperma.

d) Menjalankan pola hidup sehat, seperti mengkonsumsi makanan bergizi, cukup

olahraga, menghindari penyakit menular seksual, dan menciptakan ketenangan

psikis.

e) Menghindari minuman berakohol dan rokok.

2. Pada Wanita

Pada wanita, pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah dengan promosi

kesehatan dan spesific protection. Pada promosi kesehatan seperti peningkatan kesehatan,

misalnya dengan pendidikan kesehatan reproduksi tentang menghindari seks bebas kanker

serviks; dan sebagainya. Untuk spesific protection, berikut ada penjelasannya

Page 3: BAB II Pencegahan Primer, Sekunder Dan Tersier Reproduksi

a. Pencegahan HIV

Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui hubungan

seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta

dari ibu ke janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal). Walaupun

HIV dapat ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak

terdapat catatan kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian resiko

infeksinya secara umum dapat diabaikan.

Pencegahan untuk mengurangi terjadi HIV/AIDS adalah A-B-C-.

A (abstinensia) = tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah.

B (befaithful) = jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangannya.

C (condom )= jika cara A dan B tidak bisa dipatuhi maka gunakanlah condom.

b. Pencegahan Kanker Payudara

Merupakan promosi kesehatan yang sehat. Yaitu melalui upaya menghindarkan diri dari

faktor risiko serta melakukan pola hidup sehat. Termasuk juga dengan pemeriksaan

payudara sendiri alias SADARI.

c. Pencegahan Vulvavaginitis

1). Gunakan celana dalam bersih, tidak ketat dan kering

2). Membersihkan diri setelah buang air kecil atau buang air besar dengan air bersih

(gunakan air mengalir kalau sedang di toilet umum), cara pembersihan dengan

gerakan dari depan ke belakang

3). Hindari penggunaan bahan kima atau parfum yang biasanya terdapat pada sabun

pembersih kewanitaan atau sabun mandi

4). Jangan menggunakan pembalut yang mengandung perfume

5). Jangan mengusap area vagina terlalu keras saat membersihkannya

d. Pencegahan Gonorrhea

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain

1). Menggunakan kondom saat berhubungan seksual

Page 4: BAB II Pencegahan Primer, Sekunder Dan Tersier Reproduksi

2). Hindari kontak seksual dengan beberapa orang yang memiliki resiko penyakit seksual

menular ( seperti pekerja seks komersil)

3). Obati sedini mungkin patner yang sudah terkena infeksi atau pastikan patner seksual

bebas dari penyakit sebelum berhubungan seksual

e. Pencegahan Sifilis

Sama seperti penyakit menular seksual lainnya, sifilis dapat dicegah dengan cara

melakukan hubungan seksual secara aman , misalnya menggunakan kondom.

f. Pencegahan Herpes Genitalis

Cara untuk mencegah herpes genital adalah sama dengan yang untuk mencegah

penyakit menular seksual lainnya. Kuncinya adalah untuk menghindari terinfeksi dengan

HSV, yang sangat menular, pada waktu lesi ada. Cara terbaik untuk mencegah infeksi

adalah menjauhkan diri dari aktivitas seksual atau membatasi hubungan seksual denagn

hanya satu orang yang bebas infeksi. Cara yang dapat dilakukan antara lain :

1. Gunakan, atau pasangan Anda gunakan, sebuah kondom lateks selama setiap kontak

seksual

2. Batasi jumlah pasangan seks

3. Hindari hubungan seksual jika pasangan terkena herpes di daerah genital atau di mana

pun

g. Pencegahan Kanker Serviks

1). Bila mungkin, hindari faktor resiko yaitu bergati pasangan seksual lebih dari satu dan

berhubungan seks dibawah usia 20 karena secara fisik seluruh organ intim dan yang

terkait pada wanita baru matang pada usia 21 tahun.

2).Bagi wanita yang aktif secara seksual, atau sudah pernah berhubungan seksual,

dianjurkan untuk melakukan tes HPV, Pap Smear, atau tes IVA, untuk mendeteksi

keberadaanHuman Papilloma Virus (HPV), yang merupakan biang keladi dari

tercetusnya penyakit kanker serviks.

3). Bagi wanita yang belum pernah berhubungan seks, atau anak-anak perempuan dan

laki-laki yang ingin terbentengi dari serangan virus HPV, bisa menjalani vaksinasi

Page 5: BAB II Pencegahan Primer, Sekunder Dan Tersier Reproduksi

HPV. Vaksin HPV dapat mencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18. Dan dapat diberikan

mulaidari usia 9-26 tahun, dalam bentuk suntikan sebanyak 3 kali (0-2-6 bulan). Dan

biayanya pun terbilang murah.

4). Menjaga pola makan seimbang dan bergizi, serta menjalani gaya hidup sehat

(berolahraga).

2.2 Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang mana sasaran utamanya adalah

pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan menderita penyakit

tertentu. Adapun tujuan pada pencegahan sekunder yaitu diagnosis dini dan pengobatan

yang tepat. Adapun beberapa pengobatan terhadap penyakit masalah sistem reproduksi

dapat melalui obat dan operasi. Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang

dilakaukan pada fase awal patogenik yang bertujuan untuk :

1. Mendeteksi dan melakukan interfensi segera guna menghentikan penyakit pada

tahap ini

2. Mencegah penyebaran penyakit menurunkan intensitas penyakit bila penyakit ini

merupakan penyakit menular

3. Untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit

serta untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan

terjadinya cacat yang lebih buruk lagi. Karena rendahnya pengetahuan dan

kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, maka sering sulit

mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat. Bahkan kadang-kadang

masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini dapat

menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak.

Pencegahan sekunder terdiri dari :

a. Diagnosis dini dan pengobatan segera

Contohnya adalah pap smear, merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi gejala kanker

serviks  secara dini. Dengan melakukan pemeriksaan pap smear setiap tahun,  jika

ditemukan adanya kanker serviks baru pada tahap awal sehingga kesempatan untuk

sembuh lebih besar. Artinya semakin dini penyakit kanker serviks diketahui maka semakin

mudah menanganinya.

Page 6: BAB II Pencegahan Primer, Sekunder Dan Tersier Reproduksi

Pemeriksaan pap smear, pemeriksaan IVA, sadari sebagai cara mendeteksi dini

penyakit kanker. Bila dengan deteksi ini ditemui kelainan maka segera dilakukan

pemeriksaan diagnostic untuk memastikan diagnosa seperti pemeriksaan biopsy, USG atau

mamografi atau kolposcopy 

Tujuan utama dari usaha ini adalah :

1)  Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis penyakit

sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.

2)  Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular.

3)  Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu penyakit.

  Beberapa usaha deteksi dini di antaranya :

a).  Mencari penderita di dalam masyarakat dengan jalam pemeriksaan : misalnya

pemeriksaan darah,roentgent paru-paru dan sebagainya serta segera memberikan

pengobatan

b).  Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit yang telah

berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact person) untuk diawasi agar

derita penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan dan tindakan-tindakan

lain yang perlu misalnya isolasi, desinfeksi dan sebagainya.

c).  Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal gejala penyakit

pada tingkat awal dan segera mencari pengobatan. Masyarakat perlu menyadari

bahwa berhasil atau tindaknya usaha pengobatan, tidak hanya tergantung pada

baiknya jenis obat serta keahlian tenaga kesehatannya, melainkan juga tergantung

pada kapan pengobatan itu diberikan.

a. Disability Limitation (pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan

gangguan kemampuan bekerja yang diakibatkan suatu masalah kesehatan dan

penyakit). Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha Early diagnosis And Promotif

Treatment yaitu dengan pengobatan dan perawatan yang sempuran agar penderita

sembuh kembali dan tidak cacat ( tidak terjadi komplikasi). Bila sudah terjadi

kecacatan maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertambah berat dan fungsi dari

alat tubuh yang cacat ini dipertahankan semaksimal mungkin.

Page 7: BAB II Pencegahan Primer, Sekunder Dan Tersier Reproduksi

Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan :

a).  Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit, bahkan mungkin tidak dapat sembuh lagi

misalnya pengobatan kanker (neoplasma) yang terlambat.

b).  Kemungkinan terjadinya kecacatan lebih besar.

c).  Penderitaan si sakit menjadi lebih lama.

d).  Biaya untuk perawatan dan pengobatan menjadi lebih besar.

b. Pembatasan ketidakmampuan (disability limitation)

Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan

penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas.

Dengan kata lain mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit

terhadap penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan

orang yang bersangkutan cacat atau mengalami ketidak mampuan. Oleh karena itu,

pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.

Penanganan secara tuntas pada kasus-kasus infeksi organ reproduksi mencegah

terjadinya infertilitas.

2.3 Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali. Tujuan utama dari

pencegahan tersier adalah mencegah cacat, kematian, serta usaha rehabilitasi. Menurut

Kodim dkk (2004), tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah komplikasi

penyakit dan pengobatan, sesudah gejala klinis berkembang dan diagnosis sudah

ditegakkan. Pencegahan tersier terhadap penyakit masalah sistem reproduksi dapat dengan

melakukan perawatan pasien hingga sembuh serta melakukan terapi-terapi untuk

meminimalisir kecacatan akibat masalah tersebut. Pencegahan tersier adalah Rehabilitasi.

contoh: rehabilitasi pada penderita-penderita kanker ovarium, kanker payudara dan lain

sebagaiannya.

Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat,

untuk memulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan tertentu.

Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang-kadang malu

untuk kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima

mereka sebagai anggoota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan

kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga perlu

Page 8: BAB II Pencegahan Primer, Sekunder Dan Tersier Reproduksi

pendidikan kesehatan pada  masyarakat. Pada pusat-pusat rehabilitasi misalnya

rehabilitasi PSK, dan korban narkoba.

Rehabilitasi ini terdiri atas :

1)   Rehabilitasi fisik

yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal-maksimalnya.

2)  Rehabilitasi mental

yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan perorangan dan

social secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah

muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan mental.

Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum

kembali ke dalam masyarakat.

3)  Rehabilitasi sosial vokasional

yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam masyarakat

dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan

ketidak mampuannya.

4)  Rehabilitasi aesthesis

usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa

keindahan,walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat

dikembalikan.

Usaha mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat, memerlukan

bantuan dan pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan

memahami keadaan mereka (fisik,mental dan kemampuannya) sehingga memudahkan

mereka dalam proses penyesuaian dirinya dalam masyarakat, dalam keadaannya yang

sekarang.

Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah

pancasila yang berdasarkan unsur kemanusiaan yang sekarang ini. Mereka yang

direhabilitasi ini memerlukan bantuan dari setiap warga masyarakat,bukan hanya

berdasarkan belas kasihan semata-mata, melainkan juga berdasarkan hak azasinya

sebagai manusia.

Dari tingkatan-tingkatan tersebut seharusnya strategi pencegahan berurutan mulai

dari pencegahan primer sampai ke pencegahan tersier. Prinsip mencegah lebih mudah

Page 9: BAB II Pencegahan Primer, Sekunder Dan Tersier Reproduksi

dan lebih murah daripada mengobati masih menjadi dasar mengapa pemilihan strategi

pencegahan penyakit sebaiknya berurutan dari primer menuju tersier.

Page 10: BAB II Pencegahan Primer, Sekunder Dan Tersier Reproduksi

DAFTAR PUSTAKA

Widyastuti Y, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya

Amalia, R. (2012). Kesehatan Reproduksi. Diakses pada tanggal 25 Mei 2015 dari

http://ichiekiky.blogspot.com/2012/09/makalah-kesehatan-reproduksi.html.

Hariyati, dkk. (2012). Skripsi : Upaya-upaya Pencegahan dan Pola Pencarian Pelayanan

Infeksi Menular Seksual (IMS) Perempuan Pekerja Seks di Tempat Prostitusi Bandang Raya

Kota Samarinda. Diakses pada tanggal 21 Mei 2015 dari

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5216/jurnal%202%205.pdf?

sequence=1

Purnamawati. (2013). Jurnal :Perilaku Pencegahan Penyakit Menular Seksual. Diakses

pada tanggal21 Mei 2015 dari

http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/view/365

Trisna, Baim. (2012). Penyakit pada sistem reproduksi manusia. Diakses pada tanggal

21 Mei 2015 dari https://www.scribd.com/doc/69950054/Penyakit-Pada-Sistem-Reproduksi-

Manusia

http://dokterbagus.com/2012/01/17/antara-preventive-medicine-dan-kanker-serviks/


Recommended