Transcript
  • 5

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1. Kajian Teori

    Kajian teori ini mengenai model pembelajaran kooperatif, langkah-langkah

    model pembelajaran Berpikir Berpasangan Berbagi, hakikat hasil belajar, hakikat

    belajar mengajar, dan bahasa Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di

    bawah ini.

    2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Metode Think Pair Share

    Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan

    prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

    mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang

    pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan

    aktifivitas pembelajaran (Suprijono, 2009: 45-46). Pendapat lain menyatakan

    model pembelajaran adalah pedoman perencanaan dan pelaksanaan pengajaran

    serta evaluasi belajar mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai

    tujuan tertentu pengajaran (Muhibin, 2004 : 189).

    Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang

    melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

    untuk mencapai tujuan belajar .

    Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menganut

    falsafah homo homoni socius, falsafah ini menekankan saling ketergantungan

    antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja sama antar kelompok

    sehingga menumbuhkan nilai gotong royong (Anita Lie, 2010 : 88).

    Model Think-Pair-Share tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif,

    model Think-Pair-Share dapat juga disebut sebagai model belajar-mengajar

    berpasangan. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dari

    Universitas Maryland pada tahun 1985 (Think-Pair-Share) sebagai struktur

    kegiatan pembelajaran gotong royong. Model ini memberikan siswa kesempatan

    untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Think-Pair-Share

  • 6

    memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu

    lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.

    Model Think-Pair-Share sebagai ganti dari tanya jawab seluruh kelas (Anita lie,

    2010: 57).

    Thinking, pembelajaran diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau

    isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi

    kesempatan kepada mereka memikirkan jawabanya. Selanjutnya Pairing, guru

    meminta peserta didik berpasang-pasangan. Beri kesempatan pada pasangan-

    pasangan itu untuk berdiskusi. Diskusi ini diharapkan memperdalam jawaban

    yang telah dipikirkannya melalui itersubjektif dengan pasangannya. Hasil diskusi

    intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh

    kelas, tahap ini dikenal dengan Sharing, sehingga pada akhirya diharapkan terjadi

    Tanya jawab yang mendorog pengonstruksian pengetahuan secara integratif

    (Suprijono, 2009 : 91).

    Kesimpulannya, ketika guru menyampaikan pelajaran di kelas, para siswa

    duduk berpasangan duduk dengan timnya masing-masing. Guru memberikan

    pertanyaan, siswa diminta untuk memikirkan sebuah jawaban dari mereka sendiri,

    lalu berpasangan untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban.

    Akhirnya, guru meminta para siswa untuk berbagi jawaban yang telah mereka

    sepakati dengan seluruh kelas.

    2.1.2 Langkah Model Pembelajaran Berpikir Berpasangan Berbagi

    Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) merupakan struktur

    kelompok yang dibuat secara berpasangan atau terdiri dari 2 siswa. Siswa

    dibentuk dalam kelompok dengan cara berpasangan.

    Langkah-langkah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Think-

    Pair-Share (TPS) adalah sebagai berikut:

    a. Tahap 1 Think (Berpikir)

    Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran,

    kemudian peserta didik diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu

    tersebut secara mandiri beberapa saat.

  • 7

    b. Tahap 2 Pairing (Berpasangan)

    Guru meminta peserta didik berpasangan dengan peserta didik lain untuk

    mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi

    pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu

    pertanyaan atau berbagi ide dengan batas waktu yang diberikan untuk

    berpasangan adalah 4 – 5 menit.

    c. Tahap 3 Sharing (Berbagi)

    Guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang

    apa yang telah mereka bicarakan. Ini efektif dilakukan dengan cara

    bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar

    seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.

    Langkah-langkah pembelajaran metode berpikir berpasangan berbagi dapat

    dilihat pada tabel di bawah ini:

  • 8

    Tabel 2.1

    Langkah-langkah Pembelajaran Metode Berpikir Berpasangan Berbagi

    No Langkah

    pembelajaran

    Aktivitas

    1 Langkah 1:

    Guru

    menyampaikan

    pertanyaan

    Guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan

    pembelajaran dan menyampaikan pertanyaan

    yang berhubungan dengan materi yang akan

    disampaikan

    2 Langkah 2:

    Siswa berpikir

    secara individual

    Guru memberikan kesempatan kepada siswa

    untuk memikirkan jawaban dari permasalahan

    yang disampaikan guru. Langkah ini dapat

    dikembangkan dengan meminta siswa untuk

    menuliskan hasil pemikiran masing-masing.

    3 Langkah 3:

    Setiap siswa

    mendiskusikan

    hasil pemikiran

    masing-masing

    dengan pasangan.

    Guru mengorganisasikan siswa untuk

    berpasangan dan memberikan kesempatan

    kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban

    yang menurutnya paling benar atau meyakinkan.

    Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja

    kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat

    dilengkapi dengan LKS (Lembar Kerja Siswa)

    sehingga kumpulan soal latihan atau pertanyaan

    yang dikerjakan secara kelompok.

    4 Langkah 4:

    siswa berbagi

    jawaban dengan

    seluruh kelas

    Siswa mempresentasikan jawaban atau

    pemecahan masalah secara individual/ kelompok

    di depan kelas.

    5 Langkah 5:

    menganalisis dan

    mengevaluasi hasil

    pemecahan

    masalah.

    Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi

    atau evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah

    yang telah mereka diskusikan.

  • 9

    2.1.3 Hakikat Hasil Belajar

    Proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil

    belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik

    memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu

    meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan

    faktor intern dari siswa itu sendiri. Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di

    sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar

    yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam

    mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar

    yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya

    hasil belajar yang baik.

    Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada

    prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat

    perubahan tingkah laku siswa.

    Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi

    tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan

    guru.

    Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang

    ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan

    nilai tes yang diberikan guru.

    Pengertian hasil belajar menurut Winkel dalam Sunarto (2009) yang

    menyatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau

    kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan

    bobot yang dicapainya.

    Pengertian hasil belajar menurut Anni (2004:4) merupakan perubahan

    perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.

    Pengertian hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan

    yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya.

    Pengertian hasil belajar menurut Sukmadinata (2005), prestasi atau hasil

    belajar (achievement) merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial

    atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari

  • 10

    perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan

    berpikir maupun keterampilan motorik. Di sekolah, hasil belajar atau prestasi

    belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang telah

    ditempuhnya. Alat untuk mengukur prestasi/hasil belajar disebut tes prestasi

    belajar atau achievement test.

    Pengertian hasil belajar menurut Sadly (1977: 904), yang memberikan

    penjelasan tentang hasil belajar sebagai berikut, Hasil yang dicapai oleh tenaga

    atau daya kerja seseorang dalam waktu tertentu.

    Pengertian hasil belajar menurut Nasution dalam Sunarto (2005)

    mendefinisikan prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang

    dalam berpikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila

    memenuhi tiga aspek yakni: kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan

    psikomotor (keterampilan), sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika

    seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.

    Pengertian hasil belajar menurut Marimba (1978: 143) mengatakan bahwa

    hasil adalah kemampuan seseorang atau kelompok yang secara langsung dapat

    diukur.

    Pengertian hasil belajar menurut Nawawi (1981: 100): Keberhasilan murid

    dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk

    nilai atau skor dari hasil tes mengenai sejumlah pelajaran tertentu.

    Menurut Nawawi (1981: 127), berdasarkan tujuannya, hasil belajar dibagi

    menjadi tiga macam, yaitu:

    1) Hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan atau kecapakan di

    dalam melakukan atau mengerjakan suatu tugas, termasuk di dalamnya

    keterampilan menggunakan alat.

    2) Hasil belajar yang berupa kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan

    tentang apa yang dikerjakan.

    3) Hasil belajar yang berupa perubahan sikap dan tingkah laku.

    Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni: informasi

    verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara

    Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan

  • 11

    seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu: kognitif, afektif

    dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22).

    Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:

    a. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya,

    motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,

    ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

    b. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama

    kualitas pengajaran.

    Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui proses

    belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut.

    a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

    intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah

    dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya

    mempertahankan apa yang telah dicapai.

    b. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan

    dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari

    orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.

    c. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama

    diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,

    kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan

    kreativitasnya.

    d. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni

    mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap)

    dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.

    e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri

    terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan

    mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

    Menurut Suprijono (2009:5) mengemukakan bahwa, hasil belajar adalah

    pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

    keterampilan. Hasil belajar berupa: Informasi verbal yaitu kapabilitas

    mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan mapun tertulis.

  • 12

    Kemampuan merespons secra spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan

    tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun

    penerapan aturan. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan

    konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan

    mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan

    prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan

    melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. Strategi kognitif yaitu kecakapan

    menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini

    meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

    Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani

    dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. Sikap

    adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap

    objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi

    nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar

    perilaku.

    Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik. Domain

    kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,

    menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis

    (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,

    merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain

    afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon),

    valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain

    psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, rountinized, keterampilan produktif,

    teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

    2.1.4 Hakikat Belajar Mengajar

    Belajar dilakukan manusia seumur hidupnya, kapan saja, dan di mana saja,

    baik di sekolah, kelas, jalanan, dan dalam waktu yang tidak ditentukan

    sebelumnya. Sekalipun demikian belajar dilakukan manusia senantiasa oleh

    iktikad dan maksud tertentu. Belajar terjadi ketika ada interaksi antara individu

    dan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan

  • 13

    fisik adalah buku, alat peraga, dan alam sekitarnbya. Adapun lingkungan

    pembelajaran adalah lingkungan yang merangsang dan menantang siswa untuk

    belajar.

    Respons belajar menjadi kuat ketika seseorang belajar, apabila ia tidak

    belajar, responsnnya menurun. Dalam belajar ditemukan: a. kesempatan terjadinya

    peristiwa yang menimbulkan respon belajar; b. respon pembelajaran; c.

    konsekuensi yang besifat menguatkan respon tersebut.

    Mengajar pada hakikatnya merupakan suatu proses yaitu proses mengatur

    dan mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat

    menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Pada tahap

    berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada

    siswa dalam melakukan proses belajar.

    Hakikat belajar adalah perubahan, hakikat belajar mengajar adalah proses

    pengaturan yang dilakukan oleh guru.

    Proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan, dibutuhkan

    metode atau strategi mengajar yang tepat, sesuai dengan kapasitas siswa.

    1) Pengertian strategi

    Strategi dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seorang

    atau organisasi untuk sampai pada tujuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

    strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran

    khusus. Joni (1983) berpendapat bahwa yang dimaksud strategi adalah suatu

    prosedur yang digunakan untuk suasana yang konduktif kepada siswa dalam

    rangka mencapai tujuan pembelajaran. Adapun ciri-ciri strategi menurut Stroner

    dan Sirait (1996:140) adalah sebagai berikut.

    a. Wawasan waktu, meliputi cakrawala yang jauh kedepan, yaitu waktu yang

    diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan mengamati

    dampaknya.

    b. Dampak. Walaupun hasil akhir dengan mengikuti strategi tertentu tidak

    langsung terlihat untuk jangka waktu lama, dampak akhir akan sangat

    berarti.

  • 14

    c. Pemusatan upaya. Sebuah strategi yang efektif biasanya mengharuskan

    pemusatan kegiatan, upaya, atau perhatian terhadap rentang sasaran yang

    sempit.

    d. Pola keputusan. Kebanyakan strategi mensyaratkan bahwa sederetan

    keputusan tertentun harus diambil sepanjang waktu. Keputusan-keputusan

    tersebut harus saling menunjang, artinya mengikuti suatu pola yang

    konsisten.

    e. Peresapan. Sebuah strategi mencakup suatu spektrum kegiatan yang luas

    mulai dari proses alokasi sumber daya sampaai dengan kegiatan operasi

    harian. Selain itu, adanya konsistensi sepanjang waktu dalam kegiatan-

    kegiatan ini mengharuskan semua tingkatan organisasi bertindak secara

    naluri dengan cara-cara yang akan memperkuat strategi.

    Strategi dapat diartikan sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-

    kaidah untuk mencapai suatu tujuan dengan menggunakan tenaga, waktu, serta

    kemudahan secara optimal.

    Proses belajar mengajar, strategi adalah cara yang dipilh untuk

    menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang

    meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman

    belajar kepada siswa (Gerlach dan Ely). Strategi belajar mengajar tidak hanya

    terbatas pada prosedur kegiatan, tetapi juga termasuk di dalamnya materi atau

    paket pengajaran (Dick dan Carey).

    Strategi belajar mengajar terdiri atas semua komponen materi pengajaran

    dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan

    pengajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi belajar mengajar juga merupakan

    pemilihan jenis latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan di capai

    (Gropper). Setiap tingkah laku yang dipelajari harus dipraktikan. Karena setiap

    materi dan tujuan pengajaran berbeda satu sama lain, jenis kegiatan yang harus

    dipraktikan oleh siswa memerlukan persyaratan yang berbeda pula.

    2) Strategi Pengajaran

    Strategi pengajaran terdiri atas metode dan teknik atau prosedur yang

    menjamin siswa mencapai tujuan. Strategi pengajaran lebih luas dari pada metode

  • 15

    atau teknik pengajaran. Dengan kata lain, metode atau teknik pengajaran

    merupakan bagian dari strategi pengajaran.

    Peranan strategi pengajaran lebih penting apa bila guru mengajar siswa yang

    berbeda dari segi kemampuan, pencapaian, kecenderungan, serta minat. Hal

    tersebut karena guru harus memikirkan strategi pengajaran yang mampu

    memenuhi keperluan semua siswa. Di sini, guru tidak saja harus menguasai

    berbagai kaidah mengajar, tetapi yang lebih penting adalah mengintegrasikan

    serta menyusun kaidah-kaidah itu untuk membentuk strategi pengajaran yang

    paling berkesan dalam pengajarannya.

    Kaidah-kaidah mengajar harus diatur untuk membentuk strategi pengajaran.

    Kaidah yang paling baik bergantung pada situasi dan kondisi tempat proses

    pengajaran itu berlaku. Jelasnya, suatu kaidah pengajaran tidak menjamin

    pencapaian tujuan pengajaran, tetapi yang lebih penting adalah interaksi kaidah itu

    dengan kaidah-kaidah lain.

    3) Pengertian belajar

    Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

    memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

    pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2).

    Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Dalam kaitan ini, proses

    belajar dan perubahan merupakan bukti hasil yang diproses. Belajar tidak hanya

    mempelajari mata pelajaran tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi,

    kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain,

    dan cita-cita. Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar apabila terjadi

    perubahan pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi

    dengan lingkungan.

    Pengertian secara psikologis, bahwa belajar merupakan suatu proses

    perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan

    lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan terjadi dalam

    diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu

    tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti

    belajar (Slameto, 2010: 2).

  • 16

    Beberapa pendapat tentang definisi belajar adalah sebagai berikut :

    a. Menurut Gage dan Berliner dalam Hamdani (2010: 21), belajar adalah suatu

    proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman.

    b. Menurut Sardiman (2005), definisi belajar adalah sebagai berikut: 1. Belajar

    adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari

    pengalaman; 2. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba

    sesuatu sendiri, mendengarkan mengikuti petunjuk; 3. Belajar adalah

    perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktik.

    c. Menurut Witherington (1952), belajar merupakan perubahan dalam

    kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru

    berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.

    d. Menurut Crow and Crow (1958), Belajar adalah upaya pemerolehan

    kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.

    e. Menurut Hilgard (1962), belajar adalah proses muncul atau berubahnya

    suatu perilaku karena adanya respons terhadap suatu situasi.

    f. Menurut Di Vista dan Thompson (1970), belajar adalah perubahan perilaku

    yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman.

    g. Menurut Fontana, bahwa belajar mengandung pengertian proses perubahan

    yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.

    h. Menurut Thursan Hakim (2000), bahwa belajar adalah suatu proses

    perubahan dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan

    dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku, seperti

    peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap kebiasaan, pemahaman,

    keterampilan, dan daya pikir. Hal ini berarti peningkatan kualitas dan

    kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya

    kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang.

    Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan

    serangkaian kegiatan. Misalnya, dengan membaca, mengamati, mendengarkan,

    dan meniru. Selain itu, belajar akan lebih baik jika subjek belajar mengalami atau

    melakukannya. Jadi, tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu.

    yang dikirim kepadanya oleh lingkungan.

  • 17

    2.1.5 Bahasa Indonesia

    Membaca suatu teks agar nyaring dan enak didengar berarti membacakan

    teks tersebut harus sesuai dengan lafal yang tepat, intonasi, dan ekspresi yang

    sesuai dengan isi teks. Bisa dikatakan lafal adalah cara seseorang atau kelompok

    orang dalam mengucapkan bunyi bahasa. Dalam pelafalan suatu bunyi bahasa

    haruslah jelas. Bunyi-bunyi itu tidak boleh tertukar dengan bunyi-bunyi bahasa

    lain. Untuk melatih ketepatan dalam melafalkan bunyi bahasa, harus dilakukan

    oleh vokal, misalnya mengucapkan bunyi-bunyi vokal dan konsonan secara tepat.

    Lafal yang jelas berarti pengartikulasian harus tepat, artikulasi adalah

    ketepatan penggunaan alat-alat ucap sehingga menghasilkan suara atau lafal yang

    jelas. Pembicara harus dapat mengucapkan setiap kata dengan lafal tepat sehingga

    tidak menimbulkan kesalahan pemahaman isi. Volume suara juga mempengaruhi

    palafalan, maka volume suara adalah suara keras-lemahnya suara pembicara saat

    berbicara sesuai dengan intonasi kalimat. Sehingga pendengar dapat mengikuti

    pembicara dengan baik.

    Pelafalan merupakan salah satu hal yang diatur dalam ejaan ialah cara

    pelafalan atau cara pengucapan dalam bahasa Indonesia. Pelafalan dapat terjadi

    karena lambang (huruf) diucapkan sesuai dengan bunyi yang melambangkan

    huruf tersebut. Dalam bahasa Indonesia, ketentuan pelafalan yang berlaku dalam

    bahasa Indonesia cukup sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia

    harus dilafalkan sesuai dengan apa yang tertulis. Lafal dalam bahasa Indonesia

    disesuaikan dengan tulisan. Dalam pelafan yang harus diperhatikan yaitu: Ucapan

    atau lafal sesuai dengan diaturnya sistem tata tulis atau ejaan dalam Pedoman

    Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Pelafalan yang harus dipatuhi setiap pemakai

    bahasa tulis bahasa Indonesia sebagai ukuran bakunya. Dalam melafalkan huruf e

    harus jelas dan tidak tersamarkan. fonem / e / dilafalkan tiga bunyi yaitu: [ e ] , [ ə

    ] atau e lemah, dan [ε] atau e lebar. Contoh pemakaian katanya; lafal [ e ] pada

    kata < sate >, lafal [ə ] pada kata < pəsan >, lafal [ε ] pada kata < n ε n ε k >.

    fonem / o / terdiri atas lafal [ o ] biasa dan lafal [o] atau o bundar. Contoh

    pemakaian katanya: lafal [ o ] pada kata [ orang ], lafal [ o] pada kata [pohon],

    saat mengucapkannya bibir lebih maju dan bundar.

  • 18

    Variasi lafal fonerm / e / dan / o / ini memang tak begitu dirasakan,

    cenderung tersamar karena pengucapannya tidak mengubah arti kecuali pada kata-

    kata tertentu yang termasuk jenis homonim. Dalam melafalkan tidak dipengaruhi

    oleh bahasa daerah. Pelafalan kata juga tidak dipengaruhi oleh bahasa sehari-hari

    yang tidak baku. Dalam melafalkan huruf tidak dipengaruhi oleh lafal bahasa

    asing.

    Ucapan atau lafal harus jelas. Maksudnya, huruf dan kata-kata yang

    diucapkan harus benar, tepat, dan jelas.

    Lafal juga dipengaruhi oleh tekanan, sehingga tekanan juga mempengaruhi

    makna yang dilafalkan, maka tekanan adalah ucapan yang ditekankan pada suku

    kata atau kata sehingga bagian itu lebih keras (tinggi) ucapannya dibanding bagian

    yang lain. Dalam bahasa tulis tekanan tidak membedakan arti dan ditandai dengan

    garis bawah, sedangkan dalam bahasa lisan tekanan berpengaruh terhadap

    perubahan makna. Dalam melafalkan sebuah kalimat harus disesuaikan dengan

    intonasi, intonasi adalah naik turun atau tinggi rendahnya nada dalam pelafalan

    kalimat (lagu kalimat). Jadi intonasi final dibagi menjadi tiga, yaitu:

    1) Kalimat Tanya (interogatif), intonasi naik dan agak panjang serta

    menggunakan lambang tanda tanya di akhir kalimat (?). Kalimat tanya

    berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat ini memiliki pola intonasi

    yang berbeda dengan pola intonasi kalimat berita. Perbedaannya terutama

    terletak pada nada akhirnya. Pola intonasi kalimat berita bernada akhir

    turun, sedangkan pola intonasi kalimat tanya bernada akhir naik, di samping

    nada suku terakhir yang lebih tinggi sedikit di bandingkan dengan nada suku

    terakhir pola intonasi kalimat berita. Pola intonasinya ialah : [2] 3 // [2] 3 2

    #. Di sini pola intonasi kalimat tanya itu digambarkan dengan tanda tanya.

    Kalimat-kalimat itu berpola intonasi tanya, yaitu [2] 3 // [2] 3 2 #.

    2) Kalimat berita (deklaratif), intonasi akhir turun dan menggunakan lambang

    tanda baca titik pada akhir kalimat (.). Kalimat berita memiliki pola intonasi

    yang disebut pola intonasi berita, yaitu [2] 3 // [2] 3 1 # dan [2] 3 // [2] 3 #

    apabila P-nya terdiri dari kata-kata yang suku kedua dari belakangnya

    bervokal / ə /, seperti kata keras, cepat, kering, tepung, bekerja.

  • 19

    3) Kalimat perintah (imperatif), intonasi tinggi dan menggunakan lambang

    tanda baca seru di akhir kalimat (!). Kalimat Suruh, berdasarkan fungsinya

    dalam hubungan situasi, kalimat suruh mengharapkan tanggapan yang

    berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara. Berdasarkan ciri

    formalnya, pola intonasinya ialah 2 3 # atau 2 3 2 #.

    Intonasi atau lagu kalimat berkaitan dengan ketepatan dalam menentukan

    keras-lemahnya pengucapan suatu kata. Intonasi dan artikulasi sangat berkaitan

    dengan irama. Irama adalah totalitas dari tinggi rendah, keras lembut, dan panjang

    pendek suara. Irama tercipta dengan melakukan intonasi. Ketika membahas

    tentang intonasi, itu berarti juga harus mengenal apa itu jeda. Jeda adalah

    penghentian atau kesenyapan. Jeda juga berhubungan dengan intonasi,

    penggunaan intonasi yang baik dapat ditentukan pula oleh penjedaan kalimat yang

    tepat. Untuk kalimat panjang penempatan jeda dalam pengucapan menentukan

    ketersampaian pesan. Dengan jeda yang tepat pendengar dapat memahami pokok-

    pokok isi kalimat yang diungkapkan.

    Penggunaan jeda yang tidak baik membuat kalimat terasa janggal dan tidak

    dapat dipahami. Dalam bahasa lisan, jeda ditandai dengan kesenyapan. Tanda

    tersebut adalah koma [,], tanda titik koma [;], tanda titik dua [:], tanda hubung [-],

    atau tanda pisah [--]. Pada bahasa tulis jeda ditandai dengan spasi atau

    dilambangkan dengan garis miring [/], artinya membacanya berhenti sejenak

    kemudian menarik napas sejenak. Akan tetapi, jika tanda baca garis miring ada

    dua (//) artinya berhenti lebih lama. Tanda tersebut berfungsi sebagai tanda baca

    titik (.). Jeda juga dapat mempengaruhi pengertian atau makna kalimat. Agar

    terdengar jelas suatu pengertian atau makna kalimat, maka pembaca harus

    membacakan dengan suara nyaring.

    Membaca suatu teks agar enak didengar, pembaca harus menyajikan bahan

    bacaannya dengan nyaring sesuai dengan lafal dan intonasi, membaca nyaring

    berarti kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan

    ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap

    informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan,

    sikap, ataupun pengalaman penulis. Maka membaca nyaring adalah membaca

  • 20

    dengan suara keras dan jelas. Tujuan membaca nyaring adalah agar semua orang

    dapat mendengarkan apa yang dibaca dan memahami isinya.

    Membaca nyaring harus dapat pula mengelompokkan kata sesuai dengan

    kelompoknya agar jelas maknanya bagi pendengar. Pembaca nyaring juga dituntut

    keterampilan penafsiran lambang tulis, penyusunan kata-kata, serta penekanan

    sehingga sesuai dengan ujaran nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pembaca

    nyaring juga dituntut memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan yang

    jauh karena di samping membaca juga harus menjaga hubungan harmonis dengan

    pendengar.

    Membaca nyaring merupakan aktifitas antara guru dan murid atau pembaca

    dengan pendengar untuk bersama-sama memahami makna suatu bacaan. Pembaca

    nyaring juga dituntut keterampilan memahami makna dan perasaan yang

    terkandung dalam bacaan. Pembaca nyaring juga dituntut keterampilan penafsiran

    lambang tulis, penyusunan kata-kata, serta penekanan sehingga sesuai dengan

    ujaran nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pembaca nyaring juga dituntut

    memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan yang jauh karena di

    samping membaca juga harus menjaga hubungan harmonis dengan pendengar.

    Membaca nyaring merupakan proses komunikasi dua arah. Proses

    komunikasi tidak lengkap kalau pendengar belum memberikan tanggapan

    terhadap pikiran dan perasaan yang diekspresikan oleh pembaca.

    Membaca nyaring pertama menuntut pemahaman terhadap rentetan huruf

    dan kemudian menyuarakan dengan tepat dan bermakna. Membaca nyaring lebih

    tepat jika diarahkan pada ucapan.

    Kompetensi yang harus diperhatikan dalam pembelajaran membaca nyaring

    diambil dari Tarigan (1984).

    1) Menyuarakan huruf dengan tepat dan lancar.

    2) Menyuarakan kata dengan tepat dan lancar.

    3) Mempergunakan intonasi yang wajar.

    4) Membaca dengan terang dan jelas.

    5) Membaca dengan penuh perasaan dan ekspresi.

    6) Membaca dengan tanpa tertegun-tegun, terbata-bata.

  • 21

    7) Menguasai tanda baca sederhana seperti. a. titik (.); b. koma (,); c. tanda

    tanya (?); d. tanda seru (!).

    8) Membaca dengan penuh perasaan dan ekspresi.

    9) Mengerti serta memahami bahan bacaan.

    10) Memahami bacaan pada tingkat dasar.

    11) Kecepatan mata dan suara: 3 kata dalam satu detik.

    12) Membaca dengan pemahaman dan perasaan.

    13) Aneka kecepatan membaca dalam jenis bacaan.

    14) Dapat membaca tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan.

    15) Membaca nyaring dengan penuh ekspresi/perasaan.

    16) Membaca nyaring dengan penuh percaya diri.

    17) Mempergunakan frasa atau maka majemuk yang tepat.

    Kesimpulan kompetensi dalam membaca nyaring adalah membacakannya

    dengan suara yang cukup terdengar oleh pendengar. Berarti untuk kata

    pengumuman yang biasanya ditulis sentering diberikan aksen pada awal dan

    suku akhirnya. Kata atau frasa yang menjadi hal penting diberikan aksen

    (tekanan). Perincian dibaca dengan tempo yang lebih lembut. Kalimat yang

    panjang dibaca per frasa atau klausa. Dalam setiap frasa atau klausa yang biasanya

    dijeda karena terdapat tanda koma (,) diberi aksen menaik atau diucapkan lebih

    panjang.

    Membaca pengumuman merupakan proses, cara, perbuatan mengumumkan.

    Pengumuman adalah pesan atau informasi yang disampaikan kepada umum.

    Kalimat yang diucapkan harus jelas dan mudah dipahami. Apa yang disampaikan

    pada pengumuman tersebut tentulah sesuatu yang penting. Agar informasi dalam

    pengumuman itu dapat diterima dengan baik oleh pendengar, suara harus

    keras dan jelas terdengar. Intonasi dan pengucapan harus tepat agar tidak salah

    dalam memahami isi pengumuman.

    Pengumuman berkaitan dengan kejelasan suara, intonasi, jeda, dan volume

    suara, yaitu: pembaca harus tenang, lalu mengatur volume suara dan intonasi agar

    dapat mempengaruhi emosi penonton saat membacakan pengumuman.

    Pengumuman yang dikemas secara menarik dan dibacakan dengan penuh

  • 22

    penghayatan. Kejelasan merupakan unsur dalam membaca pengumuman.

    Kejelasan membaca kalimat demi kalimat dengan jelas atau lugas sehingga isinya

    mudah dipahami. Melafalkan huruf atau kata dengan benar, sehingga kalimat

    yang dibaca tidak menimbulkan makna yang berbeda. Intonasi Tinggi rendahnya

    suara, keras lembutnya, dan cepat lambatnya perlu diperhatikan. Dengan intonasi

    yang tepat, maksud pembicaraan akan mudah dipahami dan dimengerti. Jeda

    yaitu waktu berhenti sesaat ketika pembaca membacakan tek tersebut. Yang

    dimaksud berhenti sesaat adalah waktu menarik napas. Jeda juga menentukan isi

    pada saat membaca pengumuman. Volume suara suara atau ucapan harus jelas

    terdengar.

    Membaca kalimat pengumuman yang harus diperhatikan adalah dalam

    membaca harus jelas dan persuasif (membujuk). Tidak menimbulkan banyak

    penafsiran (ambigu). Sehingga Isi dan maksud pengumuman mudah dipahami.

    Artinya, pengumuman itu tidak bertele-tele agar jelas maksud dan tujuannya.

    Khalayak yang dituju dinyatakan secara eksplisit (terang-terangan).

    2.2 Penelitian yang Relevan

    Nuraini, Dian. 2009. Penerapan pembelajaran kooperatif model think pair

    share (TPS) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar ekonomi siswa kelas

    X-E di MAN Malang I. Berdasarkan observasi awal diketahui bahwa

    pembelajaran di kelas X-E MAN Malang I kurang menarik aktivitas dan perhatian

    siswa dalam proses pembelajaran di dalam kelas karena sebagian besar proses

    pembelajaran yang dilakukan masih di domonasi oleh guru atau teacher center.

    Hasil belajar siswa dalam kelas belum memenuhi Kriteria Kelulusan Minimum

    (KKM) yaitu 70 ke atas. Upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar ekonomi

    siswa dilakukan pembelajaran kooperatif model Think Pair Share(TPS). Penelitian

    ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan pembelajaran

    kooperatif model Think Pair Share dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

    siswa kelas kelas X-E di MAN Malang I. Jenis penelitian ini adalah penelitian

    tindakan kelas (PTK) dengan pendekatan kualitatif Penelitian ini dilaksanakan

    dalam 2 siklus melalui 4 tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

  • 23

    observasi, dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X-E di MAN

    Malang I yang berjumlah 39 siswa, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 22

    siswa perempuan. Data-data yang dipergunakan untuk menilai proses selama PTK

    berlansung bersumber dari nilai siswa, data observasi aktvitas guru dan siswa,

    angket balikan siswa, catatan lapangan. Teknik analisis data yang digunakan

    meliputi reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan. Hasil penelitian

    yang diperoleh dari skor klasikal aktivitas belajar siswa tingkat keaktifan siswa,

    dilihat dari hasil analisa observasi aktivitas siswa yaitu pada siklus 1 mencapai

    60% meningkat meningkat menjadi 80% pada siklus 2 sehingga peningkatan

    aktifitas sebanyak 20%. Hasil belajar siswa dari ranah kognitif mengalami

    peningkatan dari hasil tugas yang diperoleh siswa pada siklus 1 Kelulusan belajar

    siswa dari 39 siswa 9 siswa yang belum lulus. Pada siklus 2 siswa yang belum

    lulus belajarnya menjadi 3 siswa.

    Saputri, Dwi Lindasari. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model

    Think Pair Share (TPS) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa

    Kelas X-4 pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 5 Malang. Jumlah siswa

    38 orang, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan. Jenis

    penelitian yang digunakan adala penelitian tindakan kelas (PTK), yang terdiri dari

    dua siklus. Instrumen yang digunakan adalah observasi untuk mengetahui

    motivasi belajar siswa, serta tes dalam bentuk tes tulis (post test) berupa tes

    subjektif (uraian terbatas) untk menilai hasil belajar siswa. Dari hasil penelitian,

    ditemukan bahwa pembelajaran kooperatif model Think Pair Share (TPS) dapat

    diterapkan pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 5 Malang pokok bahasan

    perilaku konsumen dan produsen dalam kegiatan ekonomi. Motivasi belajar siswa

    pada siklus I dan siklus II, yang diperoleh dengan observasi meningkat 11% (83%

    pada siklus I meningkat menjadi 94% pada siklus II). Sedangkan hasil belajar

    siswa pada siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan, yaitu pada siklus I

    siswa yang tuntas dalam belajar sebanyak 31 siswa (82%) dan yang belum tuntas

    dalam belajar sebanyak 7 siswa (18%), serta pada siklus II siswa yang tuntas

    dalam belajar adalah seluruh siswa, yaitu 38 orang (100%).

  • 24

    Putra, Dani Surya. 2011. Penerapan model pembelajaran kooperatif (Think

    Pair Share) TPS untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa

    kelas VIII B SMP Negeri 3 Batu semester gasal 2011. Penelitian ini merupakan

    Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Data penelitian

    berupa Hasil belajar kognitif siswa diperoleh melalui skor yang berupa tes yang

    dilakukan setiap akhir siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil belajar

    Kognitif siswa mengalami peningkatan sebesar 23,54% dari nilai rata-rata yang

    sebelumnya 50,78% menjadi 74,12% pada siklus 1 dan pada siklus II meningkat

    sebesar 16,56% dari rata-rata 67,81 % menjadi 84,37%. Hasil belajar afektif di

    peroleh dari pengamatan rubrik penilaian aspek afektif yang dilakukan selama

    kegiatan pembelajaran, dalam pengamatan pada siklus 1 jumlah nilai rata-rata

    58,8% pada siklus II meningkat sebesar 80,1% ada peningkatan 21,3%. Pada

    aspek afektif hasil belajar siklus I ke siklus II ada peningkatan 21,3% dan

    penilaian aspek afektif siklus II lebih tinggi dari pada siklus I. Adanya

    peningkatan tersebut dikarenakan siswa sudah memahami prosedur pembelajaran

    yang menggunakan pembelajaran kooperatif model TPS pada saat proses belajar

    mengajar.

    Persamaan dengan hasil penelitian Saya, yaitu: Penerapan model

    pembelajaran kooperatif (Think Pair Share) TPS untuk meningkatkan hasil

    belajar, hasil belajar afektif di peroleh dari pengamatan rubrik penilaian aspek

    afektif yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran.

    Perbedaan dengan penelitian Saya, yaitu: Jenis penelitian dan setting

    penelitian serta rubrik penilaian aspek psikomotor, aspek kognitif.

    2.3 Kerangka Pikir

    Bahasa Indonesia sering dianggap sebagai mata pelajaran yang susah untuk

    dimengerti meliputi proses mendengarkan, menyimak, membaca, dan menulis.

    Indikasinya berupa hasil belajar Bahasa Indonesia yang kurang memuaskan.

    Untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia peneliti menggunakan model

    pembelajaran kooperatif metode Berpikir Berpasangan Berbagi. Pada kondisi

    awal diduga guru kelas 4 masih menggunakan metode ceramah dan teknik teacher

  • 25

    center, di mana pembelajaran berpusat pada guru, siswa pasif, dan kurang terlibat.

    Hal ini menyebabkan siswa jenuh, bosan dan partisipasi siswa rendah.

    Model pembelajaran kooperatif metode Berpikir Berbagi Berpasangan

    merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sebagai alternatif bagi guru

    dalam mengajar siswa dengan variasi diskusi kelompok yang ciri khasnya adalah

    guru memberikan pertanyaan berkaitan dengan materi kemudian siswa di dalam

    pasangan berdiskusi bersama untuk menemukan jawaban, setelah beberapa menit

    masing-masing pasangan tersebut berbagi ke seluruh siswa terkait jawaban

    tersebut. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa dan upaya yang sangat

    baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.

    Dengan adanya keterlibatan semua siswa tentunya akan berdampak positif

    terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia.

    2.4 Hipotesis Tindakan

    Kerangka berpikir yang telah dikemukakan dapat dirumuskan hipotesis

    tindakan sebagai berikut: Diduga melalui model pembelajaran kooperatif metode

    Berpikir Berpasangan Berbagi dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia

    khususnya tentang membaca teks pengumuman kelas 4 SD Negeri 3 Tanggung

    Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan.


Recommended