Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-

teori pendukung pelaksanaan penelitian yang sebelumnya telah disinggung di

latar belakang. Berikut merupakan penjabaran dari teori - teori yang

mendukung penelitian :

2.1.1 Hakikat IPA SD

Ilmu Pengetahuan Alam disebut juga dengan sains. Sains menurut

Fisher secara etimologi berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang memiliki

arti pengetahuan. Kata sains juga berasal dari bahasa Jerman yaitu

wissenchaft yang memiliki arti sistematis, pengetahuan yang terorganisasi.

Dari makna etimologi tersebut sains dapat diartikan sebagai pengetahuan

yang secara sistematis tersusun (assembled) dan bersama-sama dalam suatu

urutan terorganisasi. Contohnya pengetahuan tentang fisika, biologi, dan

kimia (Mariana dan Praginda, 2009 : 14).

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) RI

Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar

Menengah, menjelaskan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, berisi tentang penguasaan kumpulan

pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip, proses penemuan. Ilmu

Pengetahuan Alam yaitu mata pelajaran di SD yang memiliki maksud agar

siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi

tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian

proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-

gagasan. Pada prinsipnya, mempelajari IPA sebagai wahana untuk mencari

tahu dan mengerjakan atau melakukan serta membantu siswa untuk

memahami alam sekitar secara lebih mendalam.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

15

IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis, sehingga IPA tidak hanya penguasaan kumpulan sistematis dan

IPA tidak hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan (Sri Sulistyorini, 2007: 39).

Menurut Iskandar IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang

peristiwa-peristiwa yang terjadi alam. (Iskandar, 2001: 2).

IPA merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang terdiri dari fakta-

fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang merupakan produk

dari proses ilmiah (Usman Samatowa, 2010: 19).

Berdasarkan penulusuran berbagai pandangan para ahli dalam bidang

sains dan memperhatikan hakikat sains, dapat ditarik kesimpulan bahwa sains

atau IPA adalah ilmu pengetahuan atau kumpulan konsep, prinsip, hukum,

dan teori yang dibentuk melalui proses kreatif yang sistematis melalui inkuiri

atau penemuan yang dilanjutkan dengan proses observasi (empiris) secara

terus menerus, merupakan suatu upaya manusia yang meliputi operasi mental,

keterampilan, dan strategi memanipulasi dan menghitung, yang dapat diuji

kembali kebenarannya dengan dilandasi sikap keingintahuan (curiosity),

keteguhan hati (courage), ketekunan (persistence) yang dilakukan oleh

individu untuk menyingkap rahasia alam semesta.

Dengan demikian paling sedikit ada tiga komponen dalam IPA, yaitu:

1) Pertama yaitu proses atau metode yang meliputi pengamatan, membuat

hipotesis,merancang dan melakukan percobaan, mengukur dan proses-proses

pemahaman kealaman lainnya; 2) Komponen kedua yaitu produk meliputi

prinsip-prinsip, hukum-hukum, teori-teori, kaidah-kaidah, postulat-postulat

dan sebagainya; 3) Dan yang terakhir adalah sikap, misalnya mempercayai,

menghargai, menanggapi, menerima dan sebagainya (Mariana dan Praginda,

2009: 19).

Ketiga komponen inilah yang mendasari pembelajaran IPA, bahwa

IPA dalam pembelajarannya memperahatikan prinsip-prinsip atau hukum-

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

16

hukum pada setiap proses pencarian pengetahuan yang berdasarkan pada

fakta yang terjadi di alam dengan ditunjang rasa keingintahuan, keteguhan

hati dan ketekunan.

2.1.2 Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA SD

Dalam penelitian ini, materi yang diambil adalah materi untuk kelas IV di

semester II. Adapun kompetensi dasar yang hendak diteliti sebagai berikut :

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

10. Memahami perubahan

lingkungan fisik dan

pengaruhnya terhadap daratan.

10.2 Menjelaskan pengaruh

perubahan lingkungan fisik

terhadap daratan (erosi,

abrasi, banjir, dan longsor).

2.1.3 Pembelajaran IPA SD

Pembelajaran yaitu sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat

untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk

membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran

adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan

peserta didik.

Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik

(perorangan dan/atau kelompok) serta peserta didik (perorangan, kelompok,

dan/atau komunitas) yang berinteraksi edukatif antara satu dengan lainnya. Isi

kegiatan adalah bahan atau materi belajar yang bersumber dari kurikulum

pada suatu program pendidikan. Proses kegiatan adalah langkah-langkah atau

tahapan yang dilalui pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran

(Isjoni, 2013: 11).

Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA merupakan salah satu mata

pelajaran wajib di sekolah dasar. IPA di SD memberikan kesempatan kepada

siswa untuk memupuk rasa ingin tahu secara alamiah. Cullingford

mengemukakan bahwa dalam pembelajaran IPA, siswa harus diberi

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

17

kesempatan dalam mengembangkan sikap ingin tahu mereka dan berbagai

penjelasan logis tentang peristiwa yang terjadi di alam (Usman, 2010: 9). Hal

ini sangat penting, agar siswa tidak hanya diberikan materi yang berisi teori-

teori saja tanpa mengetahui proses bagaimana teori-teori itu terbentuk, untuk

itu dalam pembelajaran IPA siswa harus lebih memfokuskan diri dalam

menerima materi yang sedang diajarkan.

Pada dasarnya tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional ( Permendiknas ) RI Nomor 22 Tahun 2006

tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar Menengah yaitu sebagai berikut:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya; 2)

Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3)

Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat; 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; 5) Meningkatkan

kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan

lingkungan alam; 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan

segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 7) Memperoleh bekal

pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan

pendidikan ke SMP/MTs.

Guru sebagai sumber belajar mempunyai peranan penting sebagai

pembimbing siswa dalam belajar. Guru juga dituntut untuk menciptakan

pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa termotivasi dalam

belajar. Adapun peran guru dalam pembelajaran IPA yaitu guru dituntut

untuk membantu siswa memahami alam sekitar secara lebih mendalam,

tidak hanya menjelaskan semuanya melalui teori-teori dan hukum-hukum

saja sehingga siswa mampu menerapkan ilmunya dalam kehidupan sehari-

hari. Adapun model pembelajaran IPA yang dirasa cocok dalam penerapan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

18

pembelajaran IPA salah satunya terdapat pada pendekatan CTL ( Contextual

Teaching and Learning ).

2.1.4 Pendekatan Contextual Teaching and Learning

Pendekatan bisa diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita

terhadap suatu proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang memiliki sifat sangat umum

(Rusman, 2013: 132). Salah satu pendekatan adalah pendekatan CTL atau

Contextual Teaching and Learning.

Contextual Teaching and Learning adalah sebuah proses pendidikan

yang tujuannya untuk menolong para siswa melihat makna di dalam materi

akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek

akademik yang mereka pelajari dengan konteks dalam keseharian mereka,

yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka (Johnson,

2007: 67).

Menurut US Dapartement of Education, Contextual Teaching and

Learning merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

begitu siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka sebagai

anggota masyarakat, keluarga, kelompok dan organisasi, bahkan pertemuan

di antara sesama anak sehari-hari.

Johnson (2007: 65) mengemukakan ada delapan komponen dalam

CTL yaitu membuat keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang

berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, bekerja sama, berpikir

kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang,

mencapai standar yang tinggi serta menggunakan penilaian autentik.

CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-

asas ini yang menjadi dasar pelaksanaan proses pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan CTL. Berikut penjelasan asas-asas CTL menurut

Sanjaya (2007: 262): 1) Kontruktivisme, 2) Inkuiri, 3) Bertanya, 4)

Pemodelan, 5) Refleksi, 6) Penilaian Nyata dan 7) Masyarakat Belajar.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

19

Asas konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun

pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan

pengalamannya. Pembelajaran melalui CTL, pada dasarnya mendorong agar

siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan

dan pengalaman.

Asas inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian

dan penemuan melalui proses berpikir yang dilakukan secara sistematis.

Penerapan asas ini, dimulai dari adanya kesadaran siswa untuk memecahkan

masalah. Dengan demikian siswa harus didorong untuk menemukan

masalah. Jika masalah telah dimengerti dengan batasan-batasan yang jelas,

selanjutnya siswa dapat mengajukan hipotesis atau jawaban sementara

sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan. Hipotesis itulah yang akan

menuntun siswa untuk melaksanakan observasi dalam rangka

mengumpulkan data. Manakala data sudah terkumpul selanjutnya siswa

dituntun untuk menguji hipotesis sebagai dasar untuk merumuskan

kesimpulan. Asas menemukan merupakan asas yang penting dalam

pembelajaran CTL. Melalui proses berpikir secara sistematis diharapkan

siswa memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis, kesemuanya itu diperlukan

sebagai dasar pembentukan krativitas.

Belajar pada hakikatnya adalah kegiatan bertanya dan menjawab

pertanyaan. Bertanya bisa dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan

setiap idividu, sedangakan menjawab pertanyaan mencerminkan

kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam pembelajaran melalui CTL,

guru tidak hanya menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi

memancing siswa agar dapat menemukan pengetahuannya sendiri. Karena

itu peran bertanya sangatlah penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan

guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap

pengetahuan.

Asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan

sesuatu sebagai contoh yang dapat ditirukan oleh siswa. Proses modeling

tidak terbatas dari guru saja akan tetapi guru juga bisa memanfaatkan siswa

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

20

yang dianggap memiliki kemampuan. Modeling merupakan asas yang cukup

penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat

terhindar dari pembelajaran yang hanya teoritis-abstrak sehingga

memungkinkan terjadinya verbalisme.

Asas refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang sudah

dipelajari dan dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-

kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Dalam proses

pembelajaran yang menggunakan CTL, setiap berakhir proses pembelajaran

guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau

mengingat kembali apa yang telah dipelajari sebelumnya. Biarkan secara

bebas siswa mengartikan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat

menyimpulkan pengalamannya dalam belajar.

Asas penilaian nyata (authentic assesment) adalah proses yang

dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan

belajar yang telah dilakukan oleh siswa. Penilaian ini diperlukan untuk

mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah

pengalaman belajarnya memiliki pengaruh yang positif terhadap

perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.

Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses

pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan

pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada

proses belajar bukan kepada hasil belajar.

Asas konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil

pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama

itu dapat dilakukan dalam berbagai betuk baik dalam kelompok belajar seta

formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar

dapat diperoleh dari sharing dengan orang lain, antar teman, antar

kelompok; yang sudah tahu memberi tahu pada yang belum tahu, yang

pernah memiliki pengalaman membagi pengalamannya pada orang lain.

Inilah hakikat dari masyarakat belajar, masyarakat yang saling membagi.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

21

Dalam kelas CTL, penerapan asa masyarakat belajar dapat dilakukan

dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi

dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen baik dilihat

dari keampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan

minatnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa CTL menekankan

kepada proses keterlibatan langsung siswa untuk menemukan materi, artinya

proses belajar di orientasikan pada proses pengalaman secara langsung.

Proses belajar dalam konteks ini tidak mengharapkan agar siswa hanya

menerima pelajaran saja, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri

materi pembelajaran. CTL mendorong agar siswa dapat menemukan

hubungan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi kehidupan nyata,

artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman

belajarnya di sekolah dengan kehidupan nyata.

Melihat penerapan dan ciri-ciri pembelajaran dengan menerapkan

pendekatan CTL tentu terlintas dalam pikiran kita bahwa pendekatan CTL

merupakan integrasi dari berbagai model-model pembelajaran. Banyak

model dan strategi pengajaran yang berasosiasi dengan pendekatan CTL

diantaranya adalah: 1) Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning), 2) Pembelajaran Proyek atau Tugas, 3) Pembelajaran Kooperatif

(Cooperative Learning), 4) Pembelajaran Berbasis Inkuiri (Inquiry), 5)

Pembelajaran Nyata (Authention Instructional), 6) Pembelajaran Jasa

Layanan (Service Learning) dan 7) Pembelajaran Berbasis Kerja (Life Skill

Education).

Dari ketujuh model pembelajaran tersebut model pembelajaran

kooperatif yang patut untuk diperhatikan. Model pembelajaran kooperatif

mengajak siswa untuk belajar dalam kelompok. Hal ini tentu dapat

membantu mempermudah siswa dalam belajar khususnya pada

pembelajaran IPA. Dengan belajar kelompok pemahaman siswa tentang IPA

akan lebih luas karena adanya proses diskusi dan kerja sama dari anggota

kelompok yang heterogen.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

22

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif

Model-model pembelajaran disusun berdasarkan berbagai prinsip atau

teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan

prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem

atau teori-teori lain yang mendukung. Joyce & Weil berpendapat bahwa model

pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang

bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang

lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh

memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuab

pendidikannya (Rusman, 2013: 132).

Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu

bentuk model pembelajaran. Cooperative learning merupakan strategi belajar

dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat

kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap

siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu

untuk memahami materi pelajaran. Dalam cooperative learning, belajar

dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum

menguasai bahan pelajaran (Isjoni, 2013: 11).

Menurut Roger Johnson, belajar dengan sistem berkelompok yang

terdiri dari tiga atau lebih anggota pada hakikatnya dapat memberikan daya

dan manfaat tersendiri. Dalam penelitian Slavin tentang tugas kerja sama dan

struktur reward terhadap peningkatkan hasil belajar. Slavin

merekomendasikan peningkatan keasatuan kelompok, tingkah laku kerja

sama dan relasi antar kelompok perlu diperhatikan dalam pembelajaran

kooperatif.

Salah satu asumsi yang mendasari pengembangan pembelajaran

kooperatif adalah bahwa sinergi yang muncul melalui kerja sama akan

meningkatkan motivasi yang jauh lebih besat daripada melalui lingkungan

kompetitif individual. Kelompok-kelompok sosial integratif memiliki

pengaruh yang lebih besar daripada kelompok yang dibentuk secara

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

23

berpasangan. Perasaan saling keterhubungan dapat menghasilkan energi yang

positif (Huda, 2014: 111).

Slavin mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan

model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil secara kolaboratif dengan anggota 4-6 orang menggunakan

struktur kelompok heterogen. Adapun pendapat pembelajaran kooperatif

menurut Sunal dan Hans yaitu suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi

yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar

bekerja sama selama proses pembelajaran. Sedangkan Stahl menyatakan

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan sikap tolong-menolong dalam

perilaku sosial (Isjoni, 2013: 12).

Isjoni (2013: 13) sendiri mengungkapkan bahwa belajar dengan model

pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani

mengungkapkan pendapatnya, menghargai pendapat teman dan saling

memberikan pendapat (sharing ideas). Cooperative learning sangat baik

untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerja sama dan saling tolong-

menolong mengatasi tugas yang dihadapinya. Model ini tidak hanya unggul

dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat

berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama dan

membantu teman. Dalam model pembelajaran kooperatif, siswa terlibat aktif

dalam proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap

kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa

untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

Anita Lie (2010: 31) mengungkapkan bahwa ada lima unsur dalam

model pembelajaran kooperatif. Adapun unsur-unsur tersebut adalah: 1)

Saling ketergantungan positif, 2) Tanggung jawab perseorangan, 3) Tatap

muka, 4) Komunikasi antara anggota dan 5) Komunikasi antara anggota.

Pada unsur pertama yaitu saling ketergantungan yang positif berkaitan

dengan cara menciptakan kelompok kerja yang efektif. Pengajar perlu

membuat tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok

termotivasi untuk menyelesaikan tugasnya sendiri agar bisa mencapai tujuan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

24

mereka. Untuk penilaian dalam pembelajaran kooperatif juga dilakukan

dengan cara yang unik. Setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai

kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari “sumbangan” dari setiap anggota.

Supaya tetap adil maka setiap anggota menyumbangkan poin di atas nilai

rata-rata mereka.

Unsur selanjutnya yaitu tanggung jawab perseorangan. Tanggung

jawab perseorangan merupakan akibat langsung dari unsur pertama. Dalam

tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran

kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggungjawab untuk melakukan

yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan

guru dalam penyusunan tugasnya.

Unsur ketiga yaitu tatap muka. Dalam model pembelajaran kooperatif

setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu dan berdiskusi.

Kegiatan interaksi ini akan memberikan kesempatan siswa untuk membentuk

sinergi yang menguntungkan semua anggota. Dengan demikian siswa dapat

menyatukan berbagai pemikirannya sehingga hasilnya akan lebih kaya karena

merupakan hasil pemikiran bersama.

Inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan

kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota kelompok

pada dasarnya mempunyai latar belakang pengalaman keluarga dan sosial-

ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini akan menjadi

faktor utama dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok.

Sinergi tidak bisa didapat begitu saja, tetapi merupakan proses kelompok

yang cukup panjang. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk

menerima satu sama lain dan saling mengenal dalam kegiatan tatap muka dan

interaksi pribadi.

Unsur keempat yaitu komunikasi antara anggota. Dalam unsur ini

menghendaki adanya pembekalan berbagai keterampilan berkomunikasi

untuk para pembelajar. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok,

pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi yang baik. Kita tahu

bahwa tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

25

Keberhasilan suatu kelompok bergantung kesediaan para anggotanya untuk

saling mendengarkan dan kemampuan untuk mengutarakan pendapat mereka.

Ada kalanya para pembelajar perlu diberi tahu secara rinci mengenai cara-

cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana caranya menyanggah

pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut. Maka

dari itu keterampilan berkomunikasi dalam kelompok ini membutuhkan

proses yang panjang. Pembelajar sendiri tidak bisa diharapkan langsung

menjadi komunikator yang andal dalam waktu sekejap. Namun, proses ini

merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk

memperkaya pengalaman belajar. Pembinaan ini juga berpengaruh pada

perkembangan mental dan emosional para siswa.

Unsur terakhir yaitu evaluasi proses kelompok. Dalam unsur ini,

pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar

selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih baik dan efektif. Waktu evaluasi

ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi diadakan

selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam

kegiatan pembelajaran kooperatif.

Kelima unsur model pembelajaran kooperatif ini tentu mempengaruhi

sintak pembelajaran. Agus Suprijono (2013: 65) mengungkapkan bahwa

sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase :

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1 : Present goals and set

Menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan

mempersiapkan peserta didik siap belajar

Fase 2 : Present information

Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada

peserta didik secara verbal

Fase 3 : Organize students into learning

teams

Mengorganisir peserta didik ke dalam

tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta

didik tetang tata cara pembentukan tim

belajar dan membantu kelompok

melakukan transisi efisien

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

26

Fase 4 : Assist team work and study

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta

didik mengerjakan tugasnya

Fase 5 : Test on the materials

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik

mengenai berbagai materi pembelajaran

atau kelompok - kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6 : Provide recognition

Memberikan pengakuan atau

penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui

usaha dan prestasi individu maupun

kelompok.

Namun seperti halnya model pembelajaran yang lain, model

pembelajaran kooperatif juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Sanjaya

(2006: 247) mengungkapkan kelebihan model pembelajaran sebagai berikut:

1) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat

menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi

dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain; 2) Siswa dapat

mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan

membandingkannya dengan ide-ide orang lain; 3) Dapat membantu siswa

untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya

serta menerima segala perbedaan; 4) Dapat membantu memperdayakan setiap

siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar; 4) Membantu

meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk

mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan

yang lain, mengembangkan keterampilan mengatur waktu dan sikap positif

terhadap sekolah.

Sanjaya juga mengungkapkan kelemahan dari model pembelajaran

kooperatif sebagai berikut: 1) Siswa yang dianggap memiliki kelebihan akan

merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan.

Akibatnya, keadaan tersebut dapat menggangu iklim kerja sama kelompok;

2) Ciri utama model pembelajaran kooperatif adalah siswa saling

membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka

dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

27

yang tidak optimal sehingga apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami

tidak pernah dicapai oleh siswa; 3) Keberhasilan model pembelajaran

kooperaatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok

memerlukan periode waktu yang cukup panjang; 4) Dalam model

pembelajaran kooperatif selain memerlukan kerja sama juga memerlukan rasa

percaya diri. Untuk mencapai kedua hal itu memang bukam pekerjaan yang

mudah.

Berikut ini tipe model pembelajaran kooperatif, yaitu:, model pair and

share, model examples non examples, model picture and picture, model

STAD, dan model make a match.

Dari beberapa model tersebut model make a match dipilih sebagai

model yang digunakan dalam penelitian. Model make a match memiliki

potensi untuk meningkatkan pemahaman siswa melalui permainan

mencocokkan soal dan jawaban. Pembelajaran pun akan berjalan menarik dan

menyenangkan.

2.2 Metode Pembelajaran Mind Mapping

Metode pembelajaran cara yang digunakan guru dalam mengadakan

hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran (Sudjana,2016:

76). Sedangkan menurut M. Sobri Sutikno (2009: 88), metode pembelajaran

adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik

agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya mencapai

tujuan. Motede pembelajaran memiliki banyak macamnya, salah satunya yaitu

metode pembelajaran mind mapping.

2.2.1 Pengertian Mind Mapping

Mind mapping (peta pikiran) ini diilhami dari teori belajar asimilasi

kognitif (supsumption) milik David P. Ausubel yang mengatakan bahwa

belajar bermakna (meaningful learning) terjadi dengan mudah apabila

konsep-konsep baru dimasukkan ke dalam konsep-konsep yang lebih inklusif

(Munthe, 2009: 17). Dengan kata lain suatu proses pembelajaran dapat

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

28

dikatakan bermakna apabila siswa dapat mengaitkan pengetahuan yang ia

miliki sebelumnya dengan pengetahuan baru yang ia dapatkan.

Mind mapping ini dikembangkan pada tahun 1970-an oleh Tony

Buzan dan didasarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak yang

sebenarnya. Mind mapping merupakan sistem penyimpanan, penarikan data

dan akses yang luar biasa dalam perpustakaan raksasa, yang sebenarnya ada

dalam otak yang menakajubkan (Buzan, 2012: 12). Menurut Buzan (2004:

164), metode pembelajaran mind mapping dapat mempermudah untuk

senang hati masuk ke dunia pengetahuan dengan mendorong otak belajar

lebih banyak lagi dan membuat seseorang menjadi rajin belajar.

Selain itu Nasution (2008: 109) mengemukakan bahwa mind mapping

memancing seorang siswa untuk menunjukkan bagaimana dia membuat

tafsiran. Entah itu dengan mengelompokkan fakta-fakta, mencari perbedaan

dan hubungan, atau mencari kesimpulan. Dengan gaya belajar menggunakan

mind mapping ini siswa akan mengetahui cara belajar yang lebih efektif,

efisien dan menyenangkan.

Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa mind

mapping adalah metode belajar yang membantu siswa menyusun

pengetahuan yang diterimanya secara ringkas, padat dan jelas dalam

membuat tafsiran baik berupa pengkategorian fakta-fakta, mancari hubungan

dan perbedaan, dan mencari kesimpulan dengan menggunakan garis, simbol,

gambar dan warna yang variatif yang dapat merangsang otak sehingga lebih

mudah dipelajari, dibaca dan diingat oleh siswa.

2.2.2 Elemen-elemen Mind Map

Tony Buzan (2012: 15-16) mengemukakan bahwa setiap mind map

memiliki elemen-elemen sebagai berikut: 1) Pusat mind map, 2) Cabang

utama, 3) Cabang, 4) Kata, 5) Gambar dan 6) Warna.

Elemen pertama, pusat mind map merupakan ide gagasan utama.

Pusat peta pikiran diibaratkan sebagai sebuah judul dalam sebuah buku. Pusat

peta pikiran dapat ditulis dalam bentuk teks maupun gambar. Pengguna

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

29

gambar dan warna tentunya akan membuat mind map lebih menyenangkan

dan enak dilihat.

Elemen kedua, cabang utama adalah tingkat pertama yang langsung

keluar dari pusat mind map. Cabang ini memiliki sebutan Basic Ordering

Ideas (BOI) atau disebut pula dengan main branch. Cabang utama ini bisa

berupa bab-bab pada suatu materi, atau dapat pula berupa suatu topik-topik

yang akan dibahas. Sedangkan dalam brainstroming cabang utama ini dapat

dimulai dengan pertanyaan seperti “mengapa”, “apa”, “bagaimana” dan

sebagianya. Cabang-cabang tersebut digambarkan dengan warna dan beragam

corak sehingga terlihat menarik. Hal ini tentu akan menimbulkan keasyikan

tersendiri bagi pembuat dan yang melihatnya.

Elemen ketiga, cabang yaitu garis yang keluar dari cabang utama.

Cabang ini bisa ditulis ke segala arah. Garis cabang yang dibuat diusahakan

bukan hanya sekedar garis horisontal, tetapi melengkung. Hal ini karena

cabang horisontal akan terasa membosankan dibandingkan dengan cabang

melengkung yang lebih menarik. Cabang ini tidak memiliki batasan atau level

secara sepesifik. Panjang biasanya disesuaikan dengan kata kunci atau

gambar yang ditulis. Dalam pewarnaan sebaiknya menggunakan warna yang

sama dengan warna cabang utama.

Elemen keempat yaitu kata. Setiap cabang-cabang dalam mind map

diberi kata kunci tunggal (keyword). Kata kunci tunggal memberi banyak

daya dan fleksibilitas dalam mind map. Kata tunggal akan terasa lebih bebas

oleh karenanya lebih bisa memicu ide dan pemikiran yang baru. Kata kunci

biasanya ditulis di atas cabang dengan ukuran yang disesuaikan.

Elemen kelima adalah gambar. Gambar yang dibuat adalah gambar

berdasarkan kreativitas kita sendiri dan tentunya berhubungan dengan

gagasan dalam mind map, tidak ada aturan baku tentang penggunaan gambar.

Penggunaan gambar dalam mind map sangat berarti karena dalam setiap

gambar memiliki makna yang setara dengan seribu kata. Gambar juga

membantu kita untuk berimajinasi.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

30

Elemen keenam adalah warna. Penggunaan warna-warna yang

menarik dalam mind map akan membuatnya lebih hidup. Dengan mind map

yang lebih hidup maka akan menambah energi pada pemikiran kreatif dan

menyenangkan. Hal ini akan membuat kita semakin tertarik untuk

memandanginya.

2.1 Gambar Mind Map

2.2.3 Cara membuat mind map

Mind map secara garis besar memiliki keunikan tersendiri yaitu

berupa pemetaan ide atau gagasan-gagasan yang saling berkaitan, dengan

topik utama di tengah dan subtopik serta perincian topik tersebut sebagai

cabang-cabangnya. Berikut adalah cara untuk membuat mind map menurut

DePorter (2003: 156): 1) Tulis atau ketiklah dengan rapi menggunakan huruf-

huruf KAPITAL; 2) Tuliskanlah gagasan-gagasan penting dengan huruf-

huruf yang lebih besar sehingga akan terlihat lebih menonjol begitu

membukanya kembali; 3) Gambarlah mind map dengan hal-hal yang

berhubungan denganmu. Seperti menggambar jam yang berarti bahwa benda

ini memiliki tenggang waktu yang penting. Sebagian orang biasanya

menggunkan anak panah untuk menunjukkan tindakan-tindakan yang harus

mereka lakukan; 4) Garis bawahi kata – kata dan gunakanlah huruf yang

tebal; 5) Bersikaplah kreatif dan berani dalam mendesain mind map karena

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

31

otak kita lebih mudah mengingat hal yang tidak biasa; 6) Gunakan bentuk-

bentuk yang acak untuk menunjukkan berbagai macam hal.

Sedangkan Hobri (2009: 79-80) mengungkapkan langkah – langkah

untuk membuat mind map sebagai berikut: 1) Hal pertama yang dilakukan

adalah menulis gagasan utama di tengah-tengah kertas dan melingkupinya

dengan lingkaran, persegi, atau bentuk lain. Misalnya, peta pikiran dilingkupi

dengan gambar bola lampu; 2) Kedua, tambahkan sebuah cabang yang keluar

dari pusatnya untuk setiap poin atau gagasan utama. Jumlah cabang-cabang

akan bervariasi dan tergantung pada jumlah gagasan atau segmen.

Gunakanlah warna yang berbeda untuk setiap cabang; 3) Ketiga, tuliskan kata

kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan. Kata kunci

merupakan kata – kata yang menyampaikan inti sebuah gagasan dan memicu

ingatan. Jika menggunakan singkatan, pastikan singkatan itu kita kenal

sehingga memudahkan dalam mengingatnya selama berhari-hari bahkan

berminggu-minggu; 4) Terakhir, tambahkanlah simbol-simbol dan ilustrasi-

ilustrasi untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik.

2.2.4 Karakteristik Metode Pembelajaran Mind Mapping

Kreativitas merupakan segala potensi yang terdapat dalam setiap diri

individu yang meliputi ide-ide atau gagasan-gagasan yang dapat dipadukan

dan dikembangkan, sehingga bisa menciptakan suatu produk yang baru dan

bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Kreativitas muncul karena adanya

motivasi yang kuat dari diri individu. Produk dari kreativitas dapat dihasilkan

melalui serangkaian tahapan yang memerlukan waktu relatif yang lama.

Secara efektif, individu kreatif memiliki ciri rasa ingin tahu yang besar,

tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan sebagai sebuah

tantangan, berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan, mempunyai

rasa humor, ingin mencari pengalaman-pengalaman baru.

Mind mapping dapat menghubungkan ide-ide baru dan unik dengan

ide-ide yang sudah ada, sehingga timbulah tindakan spesifik yang dilakukan

oleh siswa. Dengan penggunaan warna dan simbol yang menarik akan

menciptakan suatu hasil pemetaan pikiran yang baru dan berbeda. Pemetaan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

32

pikiran merupakan salah satu produk kreatif yang dihasilkan oleh siswa

dalam kegiatan belajarnya.

Sistem limbik pada otak manusia memiliki peranan penting dalam

penyimpanan dan pengaturan informasi dari memori jangka pendek menjadi

memori jangka panjang secara tepat. Dalam proses belajar, siswa

menginginkan materi pelajaran yang diterima menjadi memori jangka

panjang, sehingga ketika materi tersebut diperlukan kembali siswa dapat

mengingatnya dengan lebih mudah. Belahan neocortex juga berperanan

penting dalam penguatan memori. Belahan otak bagian kiri yang berkaitan

dengan kata-kata, angka, logika, urutan, dan rincian. Belahan otak bagian

kanan berkaitan dengan warna, gambar, imajinasi, dan ruang atau disebut

sebagai aktivitas kreatif. Jika kedua belahan neocortex ini dipadukan secara

bersamaan maka informasi yang diterima dapat bertahan menjadi memori

jangka panjang. Mind mapping merupakan teknik mencatat yang dapat

memadukan kedua belahan otak. Sebagai contoh, catatan materi pelajaran

siswa dapat dituangkan melalui gambar, simbol dan warna. Mind mapping

mewujudkan harapan siswa dalam hal memori jangka panjang. Materi

pelajaran yang disajikan dalam bentuk peta pikiran akan mempermudah

sistem limbik memproses informasi dan memasukkannya menjadi memori

jangka panjang.

Keuntungan lain penggunaan catatan dalam bentuk mind

mapping adalah membiasakan siswa untuk melatih aktivitas kreatifnya

sehingga siswa dapat menciptakan suatu produk kreatif yang dapat

bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Hal lain yang berkaitan dengan

sistim limbik adalah peranannya sebagai pengatur emosi seperti marah,

senang, lapar, haus dan sebagainya. Emosi diperlukan dalam menciptakan

motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang tinggi dapat menambah

kepercayaan diri siswa, sehingga siswa tidak akan lagi ragu dan malu serta

mau mengembangkan potensi-potensi yang terdapat dalam dirinya terutama

potensi yang berhubungan dengan kreativitas. Pemetaan pikiran adalah salah

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

33

satu produk kreatif bentuk sederhana yang bisa dikembangkan. Dengan

teknik mencatat pemetaan pikiran kreativitas siswa akan meningkat.

Menurut Yovan, aplikasi peta pikiran dapat meningkatkan kreativitas

individu maupun dalam kelompok. Hal ini disebabkan karena peta pikiran

memungkinkan penggunaan unsur-unsur kreativitas seperti gambar, bentuk,

warna, dan lainnya. Unsur-unsur tersebut membentuk representasi mental.

Selain itu, peta pikiran juga menghubungkan berbagai sudut pandang yang

berbeda dari individu dan kelompok (Mahmuddin, 2009: 2-3).

2.2.5 Langkah-langkah Metode Mind Mapping

Tony Buzan membagi metode belajar mind mapping ke dalam dua

bagian persiapan dan aplikasi. Pada bagian persiapan menekankan pada

pemahaman terhadap materi pembelajaran. Pada bagian aplikasi menekankan

pada pembuatan mind mapping berdasaarkan materi pembelajaran (2004:

138).

Berikut ini adalah langkah-langkah metode pembelajaran mind

mapping yang diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran: 1) Siswa

membaca kembali sekilas materi yang diajarkan oleh guru pada awal kegiatan

pembelajaran; 2) Melakukan kegiatan tanya jawab materi pelajaran secara

garis besar; 3) Kemudian siswa dibagi menjadi beberapa kelompok (4-5

orang setiap kelompok); 4) Setiap kelompok menganalisis materi dan

berdiskusi membuat untuk mind map; 5) Langkah awal, masing-masing siswa

menulis dan menggambar ide utama berupa simbol, gambar dan tulisan di

bagian tengah kertas; 6) Langkah berikutnya, siswa menghubungkan cabang-

cabang utama ke gambar pusat dengan satu kata kunci untuk setiap garisnya;

7) Kemudian siswa menghubungkan cabang-cabang tingkat dua ke tingkat

satu (sub-cabang), cabang-cabang tingkat tiga ke tingkat dua (sub-sub

cabang), dan seterusnya. Setiap cabang dihubungkan dengan garis hubung

yang melengkung dan warna-warna yang menarik; 8) Setelah pekerjaannya

selesai, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka

untuk mendapat tanggapan, masukan dari kelompok lain dan guru; 9) Guru

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

34

dan siswa menyamakan persepsi dari hasil presentasi dan diskusi semua

kelompok; 10) Guru mereview kembali materi dan kegiatan pembelajaran

secara garis besar; dan 11) Terakhir, siswa diberikan penguatan dan motivasi

agar lebih kreatif dalam membuat mind map pada materi pembelajaran di

pertemuan selanjutnya.

2.2.6 Analisis Komponen Metode Pembelajaran Mind Mapping

Dalam analisis komponen ini akan dipaparkan komponen metode

pembelajaran mind mapping. Dalam analisis komponen mengkaji tentang

komponen sintaks atau struktur metode pembelajaran, komponen prinsip

reaksi atau peran guru, komponen sistem sosial atau situasi kelas pada saat

model berlangsung, daya dukung yang terdiri dari bahan dan alat yang

diperlukan untuk melaksanakan metode, serta dampak instruksional yaitu

hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan dampak

pengiring sebagai akibat dari terciptanya suasana belajar (Joyce, Weil dan

Calhoun, 2009: 104-106). Berikut akan dijabarkan komponen-komponen dari

metode pembelajaran mind mapping:

1. Sintagmatik

Sintagmatik atau struktur metode pembelajaran merupakan urutan

langkah pengajaran yang menunjuk pada fase-fase atau tahap-tahap yang

dilaksanakan oleh seorang guru ketika memakai model pembelajaran tertentu.

Metode pembelajaran mind mapping memiliki sintak sebagai berikut: 1)

Informasi kompetensi, 2) Sajian permasalahan terbuka, 3) Pembagian

kelompok, 4) Menanggapi dan membuat berbagai alternatif jawaban, 5)

Presentasi hasil diskusi kelompok, 6) Membuat kesimpulan, 7) Evaluasi dan

8) Refleksi.

Pada tahap pertama yaitu informasi kompetensi, guru menjelaskan

tujuan pembelajaran dan menginstruksikan metode pembelajaran yang

dipakai. Guru mulai menjelaskan tentang perubahan lingkungan fisik

terhadap daratan. Melalui penjelasan dari guru, siswa diharapkan memahami

materi tentang pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan. Tahap

kedua, siswa diberi waktu sebentar untuk membaca materi yang telah

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

35

diajarkan. Guru mengajak siswa bertanya jawab. Tahap ketiga, guru membagi

siswa ke dalam kelompok dan memberikan tugas untuk membuat mind

mapping berdasarkan materi yang telah diajarkan. Pada tahap keempat, di

dalam kelompok siswa diberi waktu untuk berdiskusi dan membuat sebuah

mind mapping. Dalam pembuatan siswa diarahkan untuk membuat ide utama

yang berupa simbol, gambar dan tulisan. Setelah ide utama siswa membuat

cabang utama dan kemudian dilanjutkan membuat cabang pertama, kedua dan

seterusnya.

Tahap kelima, setiap kelompok diminta untuk maju ke depan

mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Sementara itu guru dan kelompok

lain memberikan tanggapan. Tahap keenam, setelah semua kelompok telah

melakukan presentasi maka guru dan siswa menyamakan persepsi dari

presentasi dan hasil diskusi setiap kelompok. Pada tahap ketujuh yaitu

evaluasi, guru mereview materi dan hasil pembelajaran secara garis besar.

Pada tahap refleksi, guru memberikan penguatan agar siswa termotivasi untuk

dapat membuat mind map lebih bagus.

2. Prinsip reaksi

Peran guru dalam metode pembelajaran mind mapping adalah sebagai

seorang fasilitator. Dalam pembelajaran mind mapping ini siswa diajak untuk

mengkontruksi pengetahuannya dengan membuat peta pikiran secara kreatif.

Guru hanya sekedar mengarahkan pembuatan mind mapping.

Selain itu peran guru adalah sebagai evaluator yaitu guru memberikan

evaluasi dan menyamakan persepsi terhadap hasil evaluasi semua kelompok.

Dengan begitu maka siswa mendapatkan pengetahuan yang utuh.

Peran guru selanjutnya yaitu sebagai motivator. Guru memberikan

semangat kepada siswa untuk dapat membuat mind map yang lebih bagus dan

kreatif.

3. Sistem sosial

Sistem sosial merupakan pola-pola hubungan yang terbentuk antara

guru dan siswa ketika proses pembelajaran terjadi. Sistem sosial yang dapat

terbentuk melalui metode pembelajaran mind mapping adalah adanya

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

36

kedisiplinan yang dapat dilihat sewaktu guru menerangkan dan siswa

memperhatikan. Selanjutnya adanya keadilan dan keberanian, ketika tanya

jawab guru adil menunjuk siswa yang pertama ingin menjawab, sementara itu

siswa yang telah ditunjuk berani untuk menjawab. Ketika diskusi terjalin pula

kerja sama dan saling menghargai antar siswa. Siswa saling berpendapat

untuk memecahkan masalah dan menuangkan tanggapannya dalam bentuk

mind map. Pada saat presentasi kelompok terjalin pula rasa saling menghargai

menerima tanggapan dari kelompok lain dan dari guru.

4. Daya dukung

Daya dukung yaitu seperangkat bahan, alat dan sarana-sarana lain

yang diperlukan agar proses pembelajaran berjalan dengan optimal. Sistem

pendukung dalam metode mind mapping ini adalah materi pengaruh

perubahan lingkungan fisik terhadap daratan, gambar-gambar bentuk

pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan, kertas, pensil, pensil

warna dan penghapus.

5. Dampak instruksional dan dampak pengiring

Dampak instruksional adalah dampak atau hasil belajar yang dicapai

langsung dengan cara mengarahkan para siswa pada tujuan yang diharapkan.

Secara khusus dampak instruksional yang terdapat dalam pembelajaran IPA

dengan materi pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan melalui

metode pembelajaran mind mapping adalah kemampuan menyebutkan

peristiwa perubahan daratan, kemampuan menjelaskan perubahan daratan

dan penyebabnya serta kemampuan menjelaskan pengaruh perubahan

lingkungan fisik terhadap daratan.

Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh

suatu proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang

dialami langsung oleh para siswa tanpa pengarahan langsung dari pengajar.

Dampak pengiring yang secara khusus akan didapatkan siswa dalam

pembelajaran IPA dengan materi pengaruh perubahan lingkungan fisik

terhadap daratan melalui metode mind mapping adalah disiplin, adil, berani,

kerja sama, menghargai, kreatif, percaya diri dan berpikir kritis. Dampak

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

37

pengiring hanya mungkin terbentuk jika kesempatan untuk

mencapai/menghayati berbagai kemampuan tersebut memang benar-benar

disediakan secara memadai.

Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam metode mind

mapping digambarkan dalam bagan berikut.

Gambar 2.2 bagan dampak instruksional dan dampak pengiring metode mind

mapping

Metode

Pembelajaran

Mind Mapping

Kemampuan

menyebutkan peristiwa

perubahan daratan

Kemampuan

menjelaskan perubahan

daratan dan penyebabnya Kerja sama

Menghargai

Percaya Diri

Berpikir Kritis

Kemampuan

menjelaskan pengaruh

perubahan lingkungan

fisik terhadap daratan

Disiplin

Adil

Berani

Kreatif

Keterangan Dampak Instruksional

Dampak Pengiring

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

38

2.3 Model Pembelajaran Make a Match

2.3.1 Pengertian Model Make a Match

Model pembelajaran make a match adalah sistem pembelajaran yang

mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan

berinteraksi, kemampuan bekerja sama disamping kemampuan berpikir cepat

melalui permainan mencari pasangan dengan bantuan kartu (Wahab, 2009:

59).

Model make a match atau mencari pasangan adalah salah satu

alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan model ini dimulai

dari siswa disuruh mencari pasangan kartu yang berupa jawaban/soal sebelum

batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Model

pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna

Curran. Salah satu keunggulannya adalah siswa mencari pasangan sambil

belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana belajar yang

menyenangkan (Huda, 2014: 135).

Suyatno (2009: 72) mengemukakan bahwa model make a match

adalah model pembelajaran di mana guru menyiapkan kartu yang berisi soal

atau permasalahan dan menyiapkan kartu jawaban kemudian siswa mencari

pasangan kartunya. Model pembelajaran make a match sejatinya merupakan

bagian dari pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif

didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa

manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial (Lie, 2010: 27). Model make a

match melatih siswa untuk memiliki sikap sosial yang baik dan melatih

kemampuannya dalam bekerja sama disamping itu melatih kecepatan berpikir

siswa.

2.3.2 Karakteristik Model Pembelajaran Make a Match

Model pembelajaran make a match merupakan salah satu model

pembelajaran yang berorientasi pada permainan. Menurut Suyatno (2009 :

102) adapun beberapa prinsip-prinsip model make a match antara lain: 1)

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

39

Anak belajar melalui panca indera, 4) Anak belajar melalui berbuat, 5) Anak

belajar melalui bahasa, 5) Anak belajar melalui bergerak.

Tujuan dari pembelajaran dengan model make a match adalah untuk

melatih peserta didik agar lebih cermat dan kuat pemahamannya terhadap

suatu materi pokok (Fachrudin, 2009: 168). Siswa dilatih berpikir cepat,

menghafal cepat sambil menganalisis dan berinteraksi sosial.

Dalam mengembangkan dan melaksanakan model make a match,

menurut Suyatno (2009: 42) guru sebaiknya mengembangkan hubungan baik

dengan siswa dengan cara: 1) Memperlakukan siswa sebagai manusia yang

sederajat; 2) Mengetahui apa yang disukai siswa, cara pikir mereka dan

perasaan mereka; 3) Bayangkan apa yang akan mereka katakan mengenai diri

mereka sendiri dan guru; 4) Ketahuilah hambatan-hambatan yang dimiliki

siswa; 5) Bertuturlah dengan jujur dan halus; 6) Bersenang-senanglah

bersama siswa.

Model pembelajaran make a match merupakan model yang

menciptakan hubungan baik antara guru dan siswa. Guru mengajak siswa

bersenang-senang dalam permainan. Kesenangan tersebut juga dapat

mengenai materi dan siswa dapat belajar secara langsung maupun tidak

langsung.

2.3.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Make a Match

Berikut adalah langkah-langkah model pembelajaran make a match

menurut Miftahul Huda (2014: 252-253), yaitu: 1) Guru menyampaikan

materi atau memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi di rumah;

2) Siswa dibagi ke dalam dua kelompok, misalnya kelompok A dan

kelompok B; 3) Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan

kartu jawaban kepada kelompok B; 4) Guru menyampaikan kepada siswa

bahwa mereka harus mencari/mencocokkan kartu yang dipegang dengan

kartu kelompok lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum

waktu yang ia berikan kepada mereka; 5) Guru meminta semua anggota

kelompok A untuk mencari pasangannya di kelompok B. Jika mereka sudah

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

40

menemukan oasangannya masing-masing, guru meminta mereka melaporkan

diri kepadanya. Guru mencatat mereka pada kertas yang sudah dipersiapkan;

6) Jika waktu sudah habis, mereka harus diberitahu bahwa waktu sudah habis.

Siswa yang belum menemukan pasangan diminta untuk berkumpul tersendiri;

7) Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi sedangka yang lain

memberikan tanggapan; 8) Terakhir, guru memberikan konfirmasi tentang

kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang

memberikan presentasi; 9) Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu

seterusnya sampai seluruh pasangan melakukan presentasi.

2.3.4 Kelebihan Model Pembelajaran Make a Match

Kelebihan dari model make a match adalah sebagai berikut: 1) Dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik; 2)

Metode ini menyenangkan karena ada unsur permainan; 3) Meningkatkan

pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari; 4) Dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa; 5) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa

untuk tampil presentasi; 6) Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai

waktu untuk belajar (Huda, 2014: 253).

2.3.5 Kekurangan Model Pembelajaran Make a Match

Kelemahan media make a match antara lain: 1) Jika strategi ini tidak

dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang; 2) Pada awal-

awal penerapan model, banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan

lawan jenisnya; 3) Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan

banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan; 4)

Guru harus hati-hati dan bijaksana saat member hukuman pada siswa yang

tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu; 5) Menggunakan model

ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan (Huda, 2014: 253).

2.3.6 Analisis Komponen Model Pembelajaran Make a Match

Dalam analisis komponen ini akan dipaparkan komponen model

pembelajaran make a match. Dalam analisis komponen mengkaji tentang

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

41

komponen sintaks atau struktur model pembelajaran, komponen prinsip reaksi

atau peran guru, komponen sistem sosial atau situasi kelas pada saat model

berlangsung, daya dukung yang terdiri dari bahan dan alat yang diperlukan

untuk melaksanakan model, serta dampak instruksional yaitu hasil belajar

siswa sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan dampak pengiring

sebagai akibat dari terciptanya suasana belajar (Joyce, Weil dan Calhoun,

2009: 104-106). Berikut akan dijabarkan komponen-komponen dari model

pembelajaran make a match:

1. Sintagmatik

Sintagmatik atau struktur model pembelajaran merupakan urutan

langkah pengajaran yang menunjuk pada fase-fase atau tahap-tahap yang

dilaksanakan oleh seorang guru ketika memakai model pembelajaran tertentu.

Model pembelajaran make a match memiliki sintak sebagai berikut: 1)

Penyampaian materi, 2) Pembagian kelompok, 3) Pembagian kartu soal dan

jawaban, 4) Penyampaian dalam mencocokkan kartu yang dipegang, 5)

Mencari pasangan, 6) Laporan hasil kerja dan 7) Konfirmasi.

Pada tahap pertama yaitu penyampaian materi, guru menerangkan

materi yang akan dipelajari. Setelah itu guru menjelaskan materi tentang

pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan. Pada tahap kedua,

guru membagi siswa ke dalam dua kelompok. Misalnya kelompok A dan

kelompok B. Pada tahap ketiga, guru membagi kartu soal dan jawaban. Kartu

soal untuk kelompok A sedangkan kartu jawaban pada kelompok B. Pada

tahap keempat, guru menyampaikan instruksi agar siswa mencocokkan kartu

yang dipegang dengan milik kelompok lain. Siswa yang mendapatkan kartu

soal harus mencari siswa yang memegang kartu jawaban begitu pula

sebaliknya. Guru hanya memberi batasan waktu. Dengan batasan waktu ini

siswa diharapkan dapat fokus dan tidak malah bermain-main dalam

mencocokkan kartu. Tahap kelima yaitu mencari pasangan, pada tahap ini

instruksi dari guru dijalankan. Siswa yang mendapatkan kartu soal mencari

siswa yang memegang kartu jawaban begitu pula sebaliknya. Dengan

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

42

kegiatan mencari pasangan ini diharapkan siswa dapat memahami dan

mengingat lebih baik materi yang telah disampaikan.

Pada tahap keenam, guru meminta siswa yang telah mendapatkan

pasangan antara soal dan jawaban untuk maju ke depan melaporkan hasil

kerjanya. Dalam kegiatan ini diharapkan siswa dapat melatih rasa percaya

dirinya dihadapan teman-teman yang lain. Pada tahap ketujuh, guru

memberikan konfirmasi tentang kebenaran soal dan jawaban yang telah

dilaporkan siswa. Setelah itu siswa disuruh menempelkan soal dan jawaban

pada karton yang telah ditempel di papan tulis. Hal ini dimaksudkan agar

siswa tahu kebenaran antara soal dan jawaban.

2. Prinsip reaksi

Prinsip reaksi merupakan gambaran pola kegiatan bagaimana guru

memperlakukan dan memberikan respon kepada siswa di dalam kegiatan

pembelajaran. Peran guru dalam model pembelajaran make a match adalah

sebagai seorang fasilitator. Guru sebagai fasilitator berperan mengarahkan

dan menentukan batasan waktu dalam kegiatan mencari pasangan. Guru juga

mengawasi aktivitas siswa dalam mencari pasangan sehingga pekerjaannya

dapat terselasaikan.

Selain itu peran guru adalah sebagai evaluator yaitu guru memastikan

kebenaran antara soal dan jawaban yang telah dilaporkan siswa. Dengan

begitu siswa bisa mendapatkan pengetahuan yang utuh.

3. Sistem sosial

Sistem sosial merupakan pola-pola hubungan yang terbentuk antara

guru dan siswa ketika proses pembelajaran terjadi. Sistem sosial yang dapat

terbentuk melalui model pembelajaran make a match adalah adanya

kedisiplinan ketika siswa mendengarkan penjelasan dari guru.

4. Daya dukung

Daya dukung yaitu seperangkat bahan, alat dan sarana-sarana lain

yang diperlukan agar proses pembelajaran berjalan dengan optimal. Sistem

pendukung dalam model make a match ini adalah materi pengaruh perubahan

lingkungan fisik terhadap daratan, kartu soal dan jawaban serta kertas karton.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

43

5. Dampak instruksional dan dampak pengiring

Dampak instruksional adalah dampak atau hasil belajar yang dicapai

langsung dengan cara mengarahkan para siswa pada tujuan yang diharapkan.

Secara khusus dampak instruksional yang terdapat dalam pembelajaran IPA

dengan materi pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan melalui

model pembelajaran make a match adalah kemampuan menyebutkan

peristiwa perubahan daratan, kemampuan menjelaskan perubahan daratan

dan penyebabnya serta kemampuan menjelaskan pengaruh perubahan

lingkungan fisik terhadap daratan.

Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh

suatu proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang

dialami langsung oleh para siswa tanpa pengarahan langsung dari pengajar.

Dampak pengiring yang secara khusus akan didapatkan siswa dalam

pembelajaran IPA dengan materi pengaruh perubahan lingkungan fisik

melalui model make a match adalah disiplin, komunikatif, teliti, mandiri,

tanggung jawab, percaya diri dan berpikir kritis. Dampak pengiring hanya

mungkin terbentuk jika kesempatan untuk mencapai/menghayati berbagai

kemampuan tersebut memang benar-benar disediakan secara memadai.

Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model make a

match digambarkan dalam bagan berikut.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

44

Gambar 2.3 bagan dampak instruksional dan dampak pengiring model

Make a match

2.4 Penerapan metode pembelajaran mind mapping dalam pembelajaran IPA

SD

Kegiatan Guru Tahapan

Pelaksanaan Kegiatan Siswa

1. Guru menyampaikan

tujuan pembelajaran.

2. Guru menginstruksikan

metode pembelajaran

yang dipakai.

3. Guru mulai menjelaskan

tentang pengaruh

perubahan lingkungan

fisik terhadap daratan.

1. Informasi

kompetensi

1. Siswa mendengarkan

penjelasan dari guru.

2. Siswa mendengarkan

instruksi dari guru.

3. Saat guru menjelaskan

materi tentang pengaruh

perubahan lingkungsn

fisik terhadap daratan.

siswa memperhatikan

dan fokus

mendengarkan

Model

Pembelajaran

Make a match

Kemampuan

menjelaskan perubahan

daratan dan penyebabnya

Mandiri

Tanggung

jawab

Percaya Diri

Berpikir Kritis

Kemampuan

menjelaskan pengaruh

perubahan lingkungan

fisik terhadap daratan

Kemampuan

menyebutkan peristiwa

perubahan daratan

Disiplin

Teliti

Komunikatif

Keterangan Dampak Instruksional

Dampak Pengiring

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

45

4. Setelah guru selesai

menjelaskan guru

memberi waktu siswa

untuk membaca materi

yang telah diajarkan.

5. Guru mengajak siswa

tanya jawab.

6. Guru membagi siswa ke

dalam kelompok dan

memberikan tugas untuk

membuat mind mapping

berdasarkan materi yang

telah diajarkan.

7. Guru memberi batasan

waktu dan mengarahkan

siswa dalam membuat

mind mapping.

8. Guru meminta setiap

kelompok untuk maju

mempresentasikan hasil

diskusinya.

2. Sajian

permasalahan

terbuka

3. Pembagian

kelompok

4. Menanggapi dan

membuat alternatif

jawaban

5. Presentasi hasil

diskusi kelompok

penjelasan dari guru

4. Setelah mendengar

penjelasan dari guru,

siswa kembali membaca

materi yang telah

diajarkan guru.

5. Pada kegiatan tanya

jawab siswa

mendengarkan

pertanyaan dari guru

dan mengacungkan

tangan serta berani

menjawab setelah

ditunjuk guru.

6. Setelah kegiatan tanya

jawab siswa berkumpul

dengan kelompoknya

sesuai dengan

kelompok yang

ditentukan oleh guru.

7. Di dalam kelompok

siswa berdiskusi dan

membuat mind map

8. Pembuatan mind map

dimulai dari membuat

ide utama berupa

gambar, simbol dan

tulisan.

9. Dilanjutkan dengan

menarik ide utama ke

cabang utama kemudian

cabang pertama, kedua

dan seterusnya.

10. Setelah mind map jadi

siswa maju ke depan

mempresentasikan mind

mapnya.

11. Siswa yang maju

mendengarkan

tanggapan dari guru dan

teman lain.

12. Setelah semua

kelompok telah maju

presentasi, siswa

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

46

9. Setelah semua kelompok

telah melakukan

presentasi maka guru dan

siswa menyamakan

persepsi dari presentasi

dan hasil diskusi setiap

kelompok.

10. Guru mereview materi

dan hasil pembelajaran

secara garis besar.

11. Guru memberikan

penguatan agar siswa

termotivasi untuk dapat

membuat mind map lebih

bagus.

6. Membuat

kesimpulan

7. Evaluasi

8. Refleksi

kembali ke tempat

duduk masing-masing.

13. Siswa dan guru

menyamakan presepsi

dari hasil diskusi dan

presentasi

14. Selanjutnya siswa

mendengarkan review

dari guru tentang

pembelajaran secara

garis besar

15. Terakhir siswa

mendengarkan nasihat

dan motivasi dari guru.

2.5 Penerapan Model Pembelajaran make a match dalam pembelajaran IPA

SD

Kegiatan Guru Tahapan

Pelaksanaan Kegiatan Siswa

1. Guru

menerangkan

materi yang akan

dipelajari.

2. Guru menjelaskan

materi tentang

pengaruh

perubahan

lingkungan fisik

terhadap daratan.

3. Guru membagi

siswa ke dalam

dua kelompok.

Misalnya

kelompok A dan

kelompok B.

4. Guru

membagikan

1. Penyampaian materi

2. Pembagian kelompok

1. Siswa mendengarkan

penjelasan dari guru

tentang materi yang

akan diajarkan.

2. Siswa tenang

mendengarkan

penyampaian materi dari

guru tentang pngaruh

perubahan fisik terhadap

daratan.

3. Siswa memperhatikan

pembagian kelompok.

4. Siswa yang menjadi

kelompok A

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

47

kartu soal dan

jawaban.

5. Guru

menyampaikan

instruksi agar

siswa

mencocokkan

kartu yang

dipegang dengan

milik kelompok

lain.

6. Guru memberi

batasan waktu dan

mengawasi siswa

dalam mencari

pasangan.

7. Guru meminta

siswa yang telah

mendapatkan

pasangan antara

soal dan jawaban

untuk maju ke

depan melaporkan

hasil kerjanya.

8. Guru memberikan

konfirmasi

tentang kebenaran

soal dan jawaban

yang telah

dilaporkan siswa.

9. Guru meminta

siswa untuk

menempelkan

jawaban dan soal

pada karton di

papan tulis agar

siswa lain tahu

kebenaran

antarasoal dan

3. Pembagian kartu soal

dan jawaban

4. Penyampaian dalam

mencocokkan kartu

yang dipegang

5. Mencari pasangan

6. Laporan hasil kerja

7. Konfirmasi

mendapatkan kartu soal

dari guru sedangkan

siswa yang menjadi

kelompok B

mendapatkan kartu

jawaban.

5. Siswa memperhatikan

instruksi dari guru.

6. Siswa yang

mendapatkan kartu soal

harus mencari siswa

yang memegang kartu

jawaban begitu pula

sebaliknya.

7. Siswa yang telah

mendapatkan pasangan

antara kartu soal dan

jawaban maju ke depan

untuk melaporkan hasil

kerjanya.

8. Siswa memperhatikan

konfirmasi dari guru

tentang kebenaran

pasangan soal dan

jawaban.

9. Siswa menempelkan

pasangan soal dan

jawaban pada karton.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

48

jawaban.

Prosedur pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode

pembelajaran mind mapping dan model pembelajaran make a match materi

pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan yang merupakan rancangan

ini, akan berhasil jika dilaksanakan secara konsisten dalam pembelajaran di kelas.

Mekanisme yang dapat digunakan untuk memastikan bahwa dalam pembelajaran

prosedur tersebut benar-benar dilaksanakan adalah dengan pengamatan terhadap

aktivitas atau kegiatan guru dan siswa. Berikut adalah hal-hal yang perlu diamati

dalam pembelajaran menggunakan metode mind mapping: a) Pada tahap

informasi kompetensi; 1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, siswa

mendengarkan penjelasan dari guru; 2) Guru menginstruksikan model

pembelajaran yang dipakai, siswa mendengarkan instruksi dari guru; 3) Guru

mulai menjelaskan tentang pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan,

siswa memperhatikan dan fokus mendengarkan penjelasan dari guru; b) Pada

tahap sajian permasalahan terbuka; 4) Guru memberi waktu siswa untuk membaca

materi yang telah diajarkan, siswa kembali membaca materi yang telah diajarkan

guru; 5) Guru mengajak siswa tanya jawab, siswa mendengarkan pertanyaan dari

guru dan mengacungkan tangan serta berani menjawab setelah ditunjuk guru; c)

Pada tahap kelompok; 6) Guru membagi siswa ke dalam kelompok dan

memberikan tugas untuk membuat mind mapping berdasarkan materi yang telah

diajarkan, siswa berkumpul dengan kelompoknya sesuai dengan kelompok yang

ditentukan oleh guru; d) Pada tahap menanggapi dan membuat alternatif jawaban;

7) Guru memberi batasan waktu dan mengarahkan siswa dalam membuat mind

mapping, Di dalam kelompok siswa berdiskusi dan membuat mind map.

Pembuatan mind map dimulai dari membuat ide utama berupa gambar, simbol dan

tulisan. Dilanjutkan dengan menarik ide utama ke cabang utama kemudian cabang

pertama, kedua dan seterusnya; e) Pada tahap presentasi diskusi kelompok; 8)

Guru meminta setiap kelompok untuk maju mempresentasikan hasil diskusinya,

siswa maju ke depan mempresentasikan mind mapnya. Siswa yang maju

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

49

mendengarkan tanggapan dari guru dan teman lain. Setelah semua kelompok telah

maju presentasi, siswa kembali ke tempat duduk masing-masing; f) Pada tahap

membuat kesimpulan; 9) Guru dan siswa menyamakan persepsi dari presentasi

dan hasil diskusi setiap kelompok; g) Pada tahap evaluasi; 10) Guru mereview

materi dan hasil pembelajaran secara garis besar, siswa mendengarkan revew dari

guru; h) Pada tahap refleksi; 11) Guru memberikan penguatan agar siswa

termotivasi untuk dapat membuat mind map lebih bagus, siswa mendengarkan

nasihat dan motivasi dari guru.

Selanjutnya adalah hal-hal yang perlu diamati dalam pembelajaran

menggunakan model make a match yaitu: a) Pada tahap penyampaian materi; 1)

Guru menerangkan materi yang akan dipelajari, siswa mendengarkan penjelasan

dari guru tentang materi yang akan diajarkan; 2) Guru menjelaskan materi tentang

pengaruh perubahan lingkungan fisik, siswa tenang mendengarkan penyampaian

materi dari guru tentang pngaruh perubahan fisik terhadap daratan; b) Pada tahap

pembagian kelompok; 3) Guru membagi siswa ke dalam dua kelompok. Misalnya

kelompok A dan kelompok B, siswa memperhatikan pembagian kelompok; c)

Pada tahap pembagian kartu soal dan jawaban; 4) Guru membagikan kartu soal

dan jawaban, siswa yang menjadi kelompok A mendapatkan kartu soal dari guru

sedangkan siswa yang menjadi kelompok B mendapatkan kartu jawaban; d) Pada

tahap penyampaian dalam mencocokkan kartu yang dipegang; 5) Guru

menyampaikan instruksi agar siswa mencocokkan kartu yang dipegang dengan

milik kelompok lain, siswa memperhatikan instruksi dari guru; e) Pada tahap

mencari pasangan; 6) Guru memberi batasan waktu dan mengawasi siswa dalam

mencari pasangan; siswa yang mendapatkan kartu soal harus mencari siswa yang

memegang kartu jawaban begitu pula sebaliknya; f) Pada tahap laporan hasil

kerja; 7) Guru meminta siswa yang telah mendapatkan pasangan antara soal dan

jawaban untuk maju ke depan melaporkan hasil kerjanya, siswa yang telah

mendapatkan pasangan antara kartu soal dan jawaban maju ke depan untuk

melaporkan hasil kerjanya; g) Pada tahap konfirmasi; 8) Guru memberikan

konfirmasi tentang kebenaran soal dan jawaban yang telah dilaporkan siswa,

sementara siswa memperhatikan konfirmasi dari guru tentang kebenaran pasangan

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

50

soal dan jawaban; 9) Guru meminta siswa untuk menempelkan jawaban dan soal

pada karton di papan tulis agar siswa lain tahu kebenaran antarasoal dan jawaban,

Siswa menempelkan pasangan soal dan jawaban pada karton.

2.6 Hasil Belajar

2.6.1 Pengertian Hasil Belajar

Daryanto (2010: 2) mendeskripsikan belajar sebagai suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksinya dengan lingkungan.

Sementara Djamarah (2008: 13) mengartikan belajar adalah

serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Slameto (2010: 2) mengemukakan belajar merupakan suatu proses

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya

dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Menurut Fathurrohman dan Sutikno (2010: 6) belajar merupakan

perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas

tertentu.

Syah (2010: 90) mengemukakan belajar adalah tahapan perubahan

seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman

dan interaksinya dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Menurut Uno (2011: 15) belajar yaitu proses perubahan perilaku

seseorang setelah mempelajari suatu objek (pengetahuan, sikap, atau

keterampilan) tertentu.

Yamin (2007: 168) mengartikan belajar sebagai perubahan perilaku

seseorang melalui latihan dan pengalaman, seseorang belajar tidak ditentukan

oleh kekuatan-kekuatan yang datang dari dalam dirinya atau oleh stimulus-

stimulus yang datang dari lingkungan, akan tetapi merupakan interaksi

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

51

timbal-balik dari determinan-determinan individu dan determinan-determinan

lingkungannya.

Menurut Hamalik (2011: 27) belajar merupakan suatu proses, suatu

kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. Sedangkan, Purwanto (2011: 38)

berpendapat belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi

dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilaku.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan belajar

adalah suatu proses perubahan dalam diri individu sebagai hasil interaksi

dengan lingkungan sekitar. Setelah mengetahui pengertian belajar selanjutnya

akan dibahas tentang pengertian hasil belajar oleh para ahli.

Pendapat pertama dari Purwanto (2011: 46) yang mengemukakan

hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar.

Perubahan perilaku disebabkan karena tercapainya penguasaan atas sejumlah

bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi ia

mengatakan bahwa hasil belajar bisa berupa perubahan dalam aspek kognitif,

afektif dan psikomotorik.

Sudjana (2016: 3) mengartikan hasil belajar adalah perubahan tingkah

laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki

oleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Sementara Hamalik (2003: 155) mengemukakan hasil belajar adalah

sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat

diamati dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan

pengembangan lebih baik dari sebelumnya, dari yang tidak tahu menjadi tahu.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku pada diri seseorang akibat dari

tindak belajar yang mencakup aspek kognitif, aspek afektif, serta aspek

psikomotorik.

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

52

2.6.2 Pengukuran Hasil Belajar IPA

Menurut Endang Purwanti (2008: 4) pengukuran dapat diartikan

sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka

pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan

selalu berupa angka.

Menurut Sutrisno Hadi (2004: 63) pengukuran dapat diartikan sebagai

suatu tindakan untuk mengidentifikasikan besar kecilnya gejala. Hasil

pengukuran dapat berupa angka atau uraian tentang kenyataan yang

menggambarkan derajat kualitas, kuantitas dan eksistensi keadaan yang

diukur. Dalam kegiatan belajar mengajar, pengukuran dimaksudkan untuk

mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku siswa setelah melakukan

proses belajar. Dengan kata lain pengukuran dalam kegiatan belajar mengajar

dimaksudkan untuk menilai hasil belajar siswa setelah melakukan proses

belajar mengajar.

Penilaian hasil belajar (Sudjana, 2016: 3) adalah proses pemberian

nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.

Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar

siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku.

Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup

ranah kognitif, afektif dan psikomotoris.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat

rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek

yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan

internalisasi.

Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris yaitu gerakan

refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

53

atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan

interpretatif.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara

ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru

di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai

isi bahan pengajaran.

Dalam penelitian ini, penulis juga bermaksud untuk melakukan

penelitian pada ranah kognitif mata pelajaran IPA. Ranah kognitif yang

diambil sebagai bahan penelitian yaitu hasil belajar pengetahuan. Hasil

belajar pengetahuan termasuk tingkat kognitif yang paling rendah. Namun

tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya.

2.7 Hasil Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa temuan hasil penelitian terdahulu yang

menunjukkan bahwa penggunaan metode mind mapping dan model make a

match dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berikut akan dipaparkan

temuan hasil penelitian terdahulu:

Berdasarkan penelitian menggunakan metode pembelajaran mind

mapping yang dilakukan oleh Ni Putu Stya Prahita, I Nyoman Jampel, I Gde

Wawan Sudatha pada hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD tahun pelajaran

2013/2014 di Desa Yahembang Gugus IV Diponegoro Kecamatan Mendoyo.

Dalam penelitian ini kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran mind

mapping hasil belajarnya lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa

yang mengikuti pembelajaran secara konvensional. Ini menjadi bukti bahwa

metode pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar.

Adanya perbedaan yang signifikan pada hasil penelitian menunjukkan bahwa

penerapan menggunakan metode mind mapping berpengaruh positif terhadap

hasil belajar IPA siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Berikutnya penelitian mind mapping yang dilaksanakan oleh Anisa

Fatmawati tentang perbandingan metode mind mapping dan index card

match. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuantitatif dengan

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

54

subjek penelitian siswa kelas 4C dan 4D SD IT Nur Hidayah Surakarta.

Berdasarkan hasil uji t diperoleh data taraf signifikansi 5% diperoleh thitung

>ttabel yaitu 2,0722 > 1,994 dengan nilai rata-rata hasil belajar IPA kelas 4C

lebih besar dibandingkan nilai rata-rata kelas 4D yaitu 85,1 > 82,5.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) ada perbedaan hasil belajar IPA

dalam penggunaan metode mind mapping dengan index card match pada

kelas 4 SDIT Nur Hidayah. (2) Metode pembelajaran mind mapping lebih

baik dibandingkan dengan index card match terhadap hasil belajar IPA siswa

kelas IV.

Selanjutnya, penelitian tentang mind mapping yang dilakukan oleh

Rizkia Hilmi Utami tentang aktivitas dan hasil belajar siswa kelas 4 SD.

Subjek penelitian adalah siswa kelas 4 SD Negeri 01 dan 03 Majalangu. Dari

hasil penelitian data diuji menggunakan uji Udiperoleh nilai Asymp.

Sig/Asymptotic significance sebesar 0,045 atau<0,05, sehingga dapat

disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, metode

pembelajaran mind mapping efektif dalam meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar materi Sumber Daya Alam pada siswa kelas IV SD Negeri 03

Majalangu Kabupaten Pemalang.

Selanjutnya, penelitian terkait metode mind mapping oleh Lina

Herlina dengan materi sistem organ pada siswa SMP Negeri 281 Jakarta.

Dalam penelitian ini didapatkan hasil sebagai berikut: Kegiatan membuat

mind map dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan santai tatapi

tetap serius dan nuansa ilmiah tetap mendominasi. Belajar yang dilakukan

dengan senang, aktif, kreatif dan inovatif dapat meningkatkan efektifitas

belajar, sehingga pada akhirnya hasil belajar juga lebih meningkat.

Penelitian tentang metode mind mapping terdahulu yang digunakan

sebagai rujukan adalah penelitian dari Dasmo dan Heri Riswanto tentang

hasil belajar IPA. Subjek penelitian adalah kelas VIII SMP 275 Jakarta yang

terdiri dari 60 siswa dan kemudian dibagi kedalam kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Dari hasil pengujian simple effect diperoleh thitung sebesar 3,345

dan ttabel 1,672. Dengan demikian disimpulka bahwa terdapat perbedaan hasil

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

55

belajar IPA yang signifikan antara peserta didik yang belajar menggunakan

mind mapping dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Selanjutnya ada penelitian tentang metode mind mapping dari Maria

Magdalena dan Asri Budiningsih. Subjek penelitian yaitu siswa kelas VIIA

dan VIIB SMP Santa Maria Fatima Jakarta Timur. Kelas VII A terdiri dari 40

siswa sebagai kelas eksperimen sedangkan kelas VII B yang terdiri dari 38

siswa sebagai kelas kontrol. Dalam penelitian ini didapatan kesimpulan

bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep antara siswa yang

melaksanakan pembelajaran dengan metode mind mapping dengan siswa

yang menggunakan metode ceramah dan presentasi.

Penelitian berikutnya tentang metode mind mapping dilakukan oleh

Chusnul Nurroeni, penelitian ini dilakukan pada siswa kelas 5 A dan kelas 5

B SDN Debong Kidul Kota Tegal sebanyak 78 siswa. Kelas 5 A berjumlah

38 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas 5 B sebanyak 40 siswa

sebagai kelompok kontrol. Kelas eksperimen diberikan pembelajaran IPA

menggunakan metode mind mapping sementara kelas kontrol diberikan

pembelajaran IPA menggunakan pembelajaran konvensional. Dari hasil

penelitian didapatkan data bahwa H0 diterima, ini artinya tidak ada perbedaan

signifikan hasil belajar IPA menggunakan metode mind mapping dan

pembelajaran konvensional.

Hasil penelitian Chusnul Nurroeni bertentangan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian Chusnul Nurroeni

ditarik kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar IPA yang

signifikan menggunakan metode mind mapping sedangkan dari hasil

penelitian yang dilakuakan peneliti terdapat pengaruh hasil belajar IPA

menggunakan metode mind mapping.

Setelah dipaparkan hasil penelitian sebelumnya tentang metode mind

mapping selanjutnya akan dipapatkan penelitian yang mendukung model

make a match. Penelitian model make a match yang pertama akan dibahas

adalah penelitian oleh Isnaeni Budi Rahayu dkk tentang peningkatan hasil

belajar IPA siswa kelas 5 SDN 3 Waluyo dengan materi bumi dan alam

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

56

semesta. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data yang menyatakan

peningkatan pada setiap siklus. Peningkatan tersebut sudah mencapai

indikator kinerja yaitu > 85%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

penggunaan model make a match dapat meningkatkan pembelajaran IPA

siswa kelas 5 SDN 3 Waluyo.

Hasil penelitian model make a match berikutnya dari Ibadullah

Malawi dan Juwarti tentang hasil belajar IPA pada kelas 5 SDN 01 Manisrejo

Madiun. Sampel penelitian adalah siswa kelas V A dan V B SDN Manisrejo

Madiun. Kelas A sebagai kelas ekperimen dan kelas B sebagai kelas kontrol.

Kelas eksperimen dalam pembelajaran menggunakan model make a match

sementara kelas kontrol dalam pembelajaran menggunakan model

konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) siswa yang diberi

pembelajaran model cooperative learning type make a-match lebih baik dari

siswa yang diberi pembelajaran model konvensional; 2) jika dilihat dari

model pembelajaran yang digunakan ini, maka hasil belajar siswa yang diajar

dengan kedua pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa siswa yang diberi

model pembelajaran make a-match lebih tertarik dan mereka merasa gembira.

Karena dalam pembelajaran ini, siswa tidak hanya belajar saja akan tetapi

siswa belajar sambil bermain dan ini lebih membuat siswa aktif dalam

belajar. Sehingga akan menghasilkan nilai yang lebih baik dari siswa yang

diberi pembelajaran konvensional, sedangkan siswa yang diberi pembelajaran

konvensional cenderung pasif dan ini akan mengakibatkan hasil nilai yang

rendah.

Penelitian model make a match selanjutnya dari Maulidiyah tentang

hasil belajar siswa IPA dengan materi adaptasi makhluk hidup. Subjek

penelitian yaitu siswa kelas 5 MI Raudlatul Jannah yang berjumlah 56 siswa

yang kemudian dibagi dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Teknik analisi data dalam penelitian ini menggunakan uji t. Berdasarkan hasil

uji t diperoleh hasil thitung = 2,12 dan ttabel = 1,706 dengan taraf signifikan

5 % yang berarti thitung > ttabel (2,12 < 1,706 ), Maka Ho ditolak dan Ha

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

57

diterima. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh hasil

belajar menggunakan model make a match.

Penelitian tentang model make a match selanjutnya dari Suatri pada

mata Pelajaran IPA di SDN 12 Nan Sabaris. Pada penelitian ini didapatkna

hasil bahwa model pembelajaraan make a match dapat meningkatkan hasil

belajar. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya peningkatan ketuntasan belajar

siswa pada setiap siklus, yaitu 64,00% pada siklus I dan 83,50% pada siklus

II.

Berikutnya penelitian tentang make a match oleh Nunung Nurgayati.

Dalam penelitian ini membandingkan antara model make a match dan think

pair share materi organisasi kehidupan mata pelajaran IPA. Subjek penelitian

adalah siswa kelas VII-5 dan kelas VII-6 MTs Negeri Leuwimunding yang

berjumlah masing-masing 30 siswa. Berdasarkan analisis data menggunakan

uji t diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,021, karena nilai signifikansi lebih

kecil dari 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar

mebggunakan think pair share dan make a match. Hal ini berarti model make

a match dan think pair share baik digunakan untuk meningkatkan hasil belajar

siswa dalam pembelajaran IPA.

Selanjutnya penelitian tentang model make a match oleh Ni Made

Suandayani Ari Putri, Ni Wayan Suniasih, I Wayan Wiarta pada mata

pelajaran IPA siswa kela 4 SD. Penelitian ini merupakan penelitian

eksperimen semu. Sampel penelitian terdiri dari 78 siswa yang dibagi ke

dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen

dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran make a match

sementara kelas kontrol dalam pembelajaran menggunakan model

pembelajaran konvensional. Setelah dilakukan uji t diperoleh hasil bahwa H0

ditolak dan Ha diterima ini artinya bahwa terjadi perbedaan signifikan hasil

belajar IPA menggunakan model make a match dengan hasil belajar IPA

menggunakan model konvensional. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe make-a match berbasis media

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

58

lingkungan berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 4 Sekolah

Dasar Gugus II Kecamatan Kuta Utara Tahun pelajaran 2012/2013.

Penelitian tentang model make a match berikutnya dari Leyla Ary

Octavia dan Muhroji tentang perbedaan hasil belajar IPA kelas 3

menggunakan model STAD dan make a match. Subjek penelitiannya adalah

siswa kelas 3 A dan 3 B SD N Gemolong 2. Setelah penelitian didapatkan

data yang kemudian di analisis. Berdasarkan analisis data dengan taraf

signifikansi 5% diperoleh thitung > ttabel = 3,611 dan 3,618 > 2,01954. Dan

diperoleh nilai rerata kelas antara kelas yang diajar menggunakan strategi

STAD dan kelas yang diajar menggunakan strategi make a match yaitu 85,68

> 77,62. Kesimpulan dari penelitian ini adalah 1) ada perbedaan pengaruh

antara strategi STAD dengan strategi make a match terhadap hasil belajar IPA

siswa kelas 3 di SD N Gemolong 2 Tahun 2015/ 2016. 2) strategi STAD lebih

besar pengaruhnya daripada strategi make a match terhadap hasil belajar IPA

siswa kelas III di SD N 2 Gemolong Tahun Ajaran 2015/ 2016. Dalam

penelitian ini ternyata model make a match dalam meningkatkan hasil belajar

masih belum begitu bagus.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti serta sumber

penelitian sebelumnya, peneliti menarik kesimpulan bahwa metode mind

mapping dan model make a match berpengaruh terhadap hasil belajar IPA.

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

59

2.8 Kerangka Pikir

Secara skematis alur pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut.

Metode pembelajaran mind mapping

Sintak/langkah – langkah

2.4 Bagan Kerangka Pikir Metode Pembelajaran Mind Mapping

Informasi

kompetensi

Sajian

permasalahan

terbuka

Pembagian

kelompok

Menanggapi dan

membuat berbagai

alternatif jawaban

Membuat

kesimpulan

Presentasi hasil

diskusi kelompok

Minat siswa muncul

Disiplin

Kerja Sama

Menghargai

Percaya Diri

Kreatif

Berpikir Kritis

Kemampuan

menyebutkan peristiwa

perubahan daratan

Kemampuan menjelaskan

perubahan daratan dan

penyebabnya

Kemampuan

menjelaskan pengaruh

perubahan lingkungan

fisik terhadap daratan

Hasil Belajar

Metode Pembelajaran

Mind Mapping

Evaluasi

Refleksi

Adil

Berani

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

60

Model Pembelajaran Make a match

Sintak/langkah – langkah

2.5 Bagan Kerangka Pikir Model Pembelajaran Make a match

Penyampaian

materi

Pembagian

kelompok

Pembagian kartu

soal dan jawaban

Penyampaian

dalam

mencocokkan kartu

yang dipegang

Laporan hasil kerja

Mencari pasangan

Minat siswa muncul

Komunikatif

Disiplin

Mandiri

Teliti

Tanggung Jawab

Berpikir Kritis

Kemampuan

menyebutkan

peristiwa perubahan

daratan

Kemampuan

menjelaskan perubahan

daratan dan

penyebabnya

Kemampuan

menjelaskan

pengaruh perubahan

lingkungan fisik

terhadap daratan

Hasil Belajar

Model Pembelajaran

Make a match

Konfirmasi

Gambar 2.3 bagan kerangka

berpikir model mind mapping

Keterangan

Dampak Instruksional :

Dampak Pengiring :

Percaya Diri

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini memuat penjabaran lebih lanjut mengenai teori-teori pendukung

61

2.9 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dirumuskan suatu hipotesis

sebagai berikut:

H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan pada siswa

kelas 4 SD antara yang memperoleh pembelajaran menggunakan

metode pembelajaran mind mapping dan model pembelajaran make a

match Gugus Murai Tuntang Kabupaten Semarang.

Ha : Ada perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan pada siswa kelas 4

SD antara yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan

metode pembelajaran mind mapping dan model pembelajaran make a

match Gugus Murai Tuntang Kabupaten Semarang.


Recommended