Transcript
Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

8

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab 2 dalam penelitian ini, akan dikemukakan beberapa teori dan konsep serta

hasil penelitian ini, meliputi: konsep beban pengasuhan, pola interaksi, gangguan jiwa,

keluarga, konsep teori Roy

2.1 Konsep Beban Pengasuhan

2.1.1 Definisi Pengasuh

Merriam (2007) menyebutkan bahwa pengasuh adalah seseorang yang

memberikan perawatan langsung (seperti untuk anak, orang lanjut usia, atau orang sakit

kronis). Saat ini istilah pengasuh keluarga sering digunakan secara bergantian dengan

informal caregiver, seseorang memberikan perawatan tanpa mendapat bayaran,

biasanya memiliki hubungan pribadi dengan penerima perawatan. Caregiver adalah

penyedia asuhan kesehatan untuk semua usia dimana mengalami ketidakmampuan

fisik atau psikis kronis. Jenis caregiver ada dua, caregiver formal dan caregiver

informal. Caregiver formal merupakan individu menerima bayaran untuk memberikan

perhatian, perawatan, perlindungan kepada individu yang mengalami sakit. Sedangkan

caregiver informal merupakan individu menyediakan bantuan untuk individu lain

dimana masih memiliki hubungan keluarga maupun dekat individu tersebut antara lain,

keluarga, teman, tetangga dan biasanya tidak menerima bayaran (Bumagin, 2009).

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

9

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

2.1.2 Definisi Beban Pengasuhan

Beban pengasuhan didefinisikan sebagai sejauh mana caregiver dapat

merasakan keadaan emosionalnya dan kesehatan fisik, kehidupan sosial dan status

keuangan sebagai akibat dari merawat mereka (Jagannathan, Thirthalli, Hamza,

Nagendra, & Gangadhar, 2014).

Beban memiliki dua komponen yaitu beban objektif dan subjektif. Beban

objektif mengacu pada tantangan kuantitatif yang dihadapi oleh anggota keluarga

dalam kehidupan sehari hari seperti biaya keuangan, kehilangan waktu luang dan

hubungan sosial yang berubah.Beban subjektif mengacu pada biaya abstrak atau

biaya emosional yang dihadapi oleh keluarga sebagai akibat dari penyakit penderita

(Jagannathan, Thirthalli, Hamza, Nagendra, & Gangadhar, 2014). Sering dikatakan

bahwa beban perawatan lebih ditentukan dari dampak dan konsekuensi dari

merawat pasien (Awad & Voruganti, 2009).

2.1.3 Definisi Beban Pengasuhan Pada Gangguan Jiwa

Beban pengasuhan pada gangguan jiwa adalah permasalahan keluarga saat

mengetahui saudaranya mengalami gangguan jiwa dan harus merawat pasien

gangguan jiwa tersebut (Kubler Ross, 2008).

Stengard (2003) menyebutkan bahwa beban pengasuhan yang dialami

keluarga ODGJ adalah munculnya stress pada keluarga saat harus merawat pasien

gangguan jiwa tersebut dikarenakan harus mengeluarkan banyak biaya, takut

ketahuan sama lingkungan sekitar, takut tidak mampu berinteraksi dengan baik

dengan pasien gangguan jiwa tersebut.

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

10

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

2.1.4 Teori Beban Pengasuhan

Untuk mencapai sebuah kerangka konseptual dari beban pengasuhan, teori-

teori yang berbeda telah digunakan, (Caqueo-Urízar, Miranda-Castillo, Giráldez, et

al., 2014) dalam (Sanjaya, 2016) menggabungkan aspek kuantitatif dan kualitatif.

Teori-teori tersebut antara lain :

1. Role theory menyatakan bahwa setiap orang dianggap sebagai aktor dalam

hubungan sosial. Terdapat kategori orang-orang yang lebih atau kurang di beberapa

aspek. Kategori tersebut disebut posisi ayah, ibu, anak, dan yang lainnya. Seseorang

dengan posisi tertentu menampilkan harapan tentang bentuk dimana dia akan

berperilaku dengan orang lain di posisi yang sama. Harapan di posisi ini disebut

sektor peran (role sector). Pada beberapa kasus, skizofrenia membuat harapan

keluarga terhadap pasien tidak terpenuhi. Hal ini menimbulkan ketidaknyamanan

pada semua anggota keluarga

2. Stress theory menyatakan bahwa kesulitan yang berhubungan dengan

gangguan fungsi, sebagai faktor tekanan lingkungan atau tekanan yang bersifat

kronis merupakan aspek subyektif burden. Hal ini menimbulkan sejumlah

perubahan pada caregiver sebagai hasil dari interaksi penilaian strategi koping

mereka.

3. Systemic theory menyatakan bahwa meskipun burden merujuk pada

fenomena keluarga, perlu untuk mempertimbangkan keluarga dalam konteks sosial

(jaringan sosial, komunitas dan / atau budaya).

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

11

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

2.1.5 Klasifikasi Caregiver Burden

Berdasarkan jenisnya, Lippi (2016) mengklasifikasikan caregiver burden

menjadi:

1. Objective burden :

Jagannathan et al. (2014) menyebutkan bahwa beban objektif keluarga

mengacu pada konsekuensi perawatan yang dapat diamati, seperti gangguan pada

rutinitas keluarga yang dipicu oleh penyakit tersebut, misalnya dijelaskan oleh

(Lippi, 2016) :

a. Mengabaikan anggota keluarga lainnya dan terganggunya keluarga dalam

hubungan sosial dan masalah pernikahan

b. Gangguan dan kendala dalam aktivitas sosial sehari-hari, bersantai.

c. Isolasi sosial dan kurangnya dukungan sosial.

d. Penarikan dukungan oleh / kehilangan kontak dengan teman, keluarga dan

tetangga.

e. Kehilangan pekerjaan / pendapatan atau penurunan produktivitas /

peningkatan absensi kerja.

2. Subjective Burden :

Jagannathan et al (2014) menyebutkan bahwa beban subjektif mengacu

pada beban emosional perawatan, seperti perasaan bersalah, dan kekhawatiran

tentang masa depan. Secara detail Lippi (2016) mendeskripsikan bentuk beban

subjektif seperti rasa bersalah dan menyalahkan diri sendiri, karena tidak mengenali

gejala lebih awal, malu dalam situasi sosial, khawatir terutama tentang masa depan

pasien, dan juga masalah kesejahteraan emosional, masalah kesehatan mental dan

morbiditas psikologis

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

12

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

2.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Beban Pengasuhan

Terdapat berbagai hal yang mempengaruhi beban pengasuhan yang dialami

oleh caregiver keluarga penderita skizofrenia. (Lippi, 2016) merangkum situasi

yang meningkatkan dan menurunkan beban pengasuhan, yaitu :

1. Situasi yang meningkatkan beban pengasuhan

Situasi yang meningkatkan beban pengasuhan bagi keluarga yang merawat

gangguan jiwa tersebut seperti pasien yang sangat sakit parah / cacat, pasien yang

mengalami gejala negatif berat, perawatan diri yang buruk, pasien psikotik akut,

dan kecurigaan yang tidak semestinya, pengangguran atau rendahnya fungsi

psikososial pasien, pasien yang mengalami gejala negative berat, perawatan diri

yang buruk, pasien psikotik akut dan kecurigaan yang tidak semestinya dan juga

keterlibatan teman dan keluarga dalam melakukan interaksi dengan gangguan jiwa

tersebut yang sangat terbatas.

2. Situasi yang menurunkan beban pengasuhan :

Situasi yang menurunkan beban pengasuhan keluarga terhadap pasien

gangguan jiwa ialah kondisi pasien membaik, jangka waktu remisi yang panjang,

hubungan yang baik dan saling menguntungkan, partisipasi pasien dalam program

rehabilitasi, partisipasi keluarga dalam program psikoedukasi terapi kelompok serta

adanya komunikasi yang baik antara keluarga dan pasien gangguan jiwa tersebut.

2.1.7 Dampak Beban Pengasuhan

Beban pengasuhan pada family caregiver menimbulkan konsekuensi negatif

tidak hanya untuk pasien tetapi juga bagi anggota keluarga yang lain dan sistim

pelayanan kesehatan. Beban pengasuhan secara negatif mempengaruhi status fisik,

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

13

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

emosional dan ekonomi. Jagannathan et al (2014) menyebutkan bahwa kualitas

hidup yang buruk ternyata terkait dengan beratnya beban keluarga.

2.1.8 Pengukuran Beban Pengasuhan

Instrumen-instrumen penilaian telah diciptakan untuk menilai kualitas

hidup caregiver burden. Diantaranya The Subjective and Objective Family Burden

Interview (SOFBI-II), yang dikembangkan dari Family Burden Interview Schedule-

Short Form (Caqueo-Urízar, Urzúa, et al., 2016), Burden Assessment Schedule

(Jagannathan et al., 2014) dan Caregiver Burden Assesment yang sebagian isinya

diadaptasi dari Zarit Burden Scale dan The Montgomery Borgotta Caregiver

Burden Scale. Alat ini terdiri dari 39 item yang mengukur subjective dan objective

burden. Reliabilitas alat ukur CBA dinyatakan dengan nilai alfa Cronbach 0.936

untuk subjective burden dan 0.925 untuk objective burden (Suhita, 2016).

2.2 Konsep Pola Interaksi

2.2.1 Definisi Pola Interaksi

Kinball Young (2009) menyebutkan bahwa interaksi sosial adalah kunci

dari semua kehidupan sosial, oleh karena itu, tanpa interaksi sosial tidak akan

mungkin ada kehidupan bersama.

Pola interaksi adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif,

predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana,

sikap adalah respon terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan. Lebih lanjut

soetarno memberikan definisi sikap merupakan pandangan atau perasaan yang

disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa

diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

14

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

kepada benda-benda, orang, peristiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain

(La Pierre,2011)

2.2.2 Definisi Pola Interaksi Sosial Gangguan Jiwa

Pola interaksi gangguan jiwa adalah suatu pola perilaku, tendensi atau

kesiapan antisipatif seseorang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku

dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala atau perubahan

perilaku dalam situasi sosial terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan ( La

Pierre,2011 ; UU.RI No.18, 2014). Pola interaksi gangguan jiwa adalah suatu

hubungan sosial dinamis antar perorangan yang mengalami gangguan dalam bentuk

gejala yang berhubungan dengan masyarakat ( PPDGJ III ; Young, 2009).

Pola interaksi antara keluarga dengan anggota keluarga yang gangguan jiwa

dimana keluarga mempunyai masalah tidak ada yang memahami dan tidak

mencoba memberikan kesempatan kepada pasien gangguan jiwa tersebut untuk

melakukan interaksi dengan lingkungan maupun keluarga yang ada di rumah

tersebut, di samping itu juga beban yang dimiliki keluarga yang merawat pasien

gangguan jiwa tersebut juga banyak sehingga interaksi antara keluarga dan pasien

gangguan jiwa tersebut terganggu. Akibatnya menimbulkan terjadilah depresi

berat, rasa malu, rasa salah dan akhir- nya perilaku penderita berubah tidak seperti

biasa, suka menyendiri, berbicara sendiri, teriak dan melakukan hal-hal yang tidak

normal lainnya ( Ambarsari,2012).

2.2.3 Bentuk Interaksi Sosial

Berbagai bentuk interaksi sosial. Berdasarkan pendapat menurut maryati

dan suryawati (2003), interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu:

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

15

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

1. Interaksi sosial yang bersifat assosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk-

bentuk asosiasi seperti kerja sama, akomodasi, asimilasi, akulturasi.

a. Kerjasama merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau

kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

b. Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara

pribadi dan kelompok dan kelompok kelompok manusia untuk meredakan

pertentangan.

c. Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat

dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif

dalam jangka waktu yang lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan

berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan

campuran.

d. Akulturasi adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok

masyarakat manusi dengan suatu kebudayaan tertentu diharapkan dengan unsur-

unsur dari suatu kebudyaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur-

unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa

menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.

2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni mengarah pada bentuk-bentuk

pertentangan atau konflik seperti persaingan, kontroversi, konflik.

a. Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau

kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara

kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya

b. Kontroversi adalah bentuk proses sosial yang berada diantara persaingan

atau konflik. Wujud kontroversi antara lain sikap tidak senang, baik secara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

16

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

tersembunyi maupun secara terang-terangan yang ditujukan terhadap perorangan

atau kelompok atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Sifat

tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi

pertentangan atau konflik. Konflik adalah proses sosial antar perongan atau

kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan

yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang

pemisah yang mengganjal interaksi sosial diantara mereka yang bertikai tersebut

2.3 Konsep Gangguan Jiwa

2.3.1 Definisi Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami

gangguan dalam pikiran,perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk

sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat

menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai

manusia ( UU.RI No.18, 2014)

Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pola perilaku seseorang

yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya

di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik,

perilaku, biologic, dan gangguan itu tidak hanya terletak di dalam hubungan antara

orang itu tetapi juga dengan masyarakat

2.3.2 Klasifikasi Gangguan Jiwa

Klasifikasi gangguan jiwa telah mengalami berbagai penyempurnaan mulai

PPDGJ 1 sampai PPDGJ III, sebagian menganut klasifikasi ICD (International

Classification of Desease), DSM (Data Statistic of Mental Disorder), ataupun NIC-

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

17

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

NOC. Indonesia sendiri menggunakan PPDGJ, pengelompokan diagnosis

menggunakan pendekatan ateoritik dan deskriptif (Maslim,2002).

Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 (Keliat,2009) secara umum

gangguan jiwa dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Gangguan jiwa berat dalam kelompok psikososial

2. Gangguan jiwa ringan meliputi semua gangguan mental emosional yang

berupa kecemasan, panik, gangguan alam perasaan dan sebagainya

2.3.3 Faktor Yang Menyebabkan Gangguan Jiwa

Gejala yang paling utama pada gangguan jiwa terdapat pada unsur kejiwaan,

biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi terdapat beberapa penyebab

dari beragai unsur yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu

muncul gangguan kejiwaan.

Menurut Maramis 2010 dalam Buku Ajar Keperawatan Jiwa, sumber

penyebab gangguan jiwa dapat dibedakan atas :

1. Faktor Somatik (Somatogenik),yaitu akibat gangguan pada neuroanatomi,

neurofisiologi,dan nerokimia, termasuk tingkat kematangan dan perkembangan

organik, serta faktorpranatal dan perinatal.

2. Faktor Psikologik (Psikogenik), yaitu keterkaitan interaksi ibu dan anak, peranan

ayah,persaingan antara saudara kandung, hubungan dalam keluarga,pekerjaan,

permintaan masyarakat. Selain itu, faktor intelegensi, tingkat perkembangan emosi,

konsep diri, dan pola adaptasi juga akan mempengaruhi kemampuan untuk

menghadapi masalah. Apabila keadaan tersebut kurang baik, maka dapat

menyebabkan kecemasan, depresi, rasa malu, dan rasa bersalah yang berlebihan.

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

18

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

3. Faktor Sosial Budaya, yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola mengasuh

anak, tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok minoritas yang meliputi

prasangka, fasilitas kesehatan, dan kesejahteraan yang tidak memadai, serta

pengaruh mengenai keagamaan

Sedangkan Menurut Faris tahun 2016 faktor-faktor penyebab gangguan jiwa

diantaranya :

a. Usia

Pada usia menginjak dewasa,dimana pada usia ini merupakan usia yang

produktif, dimana seseorang dituntut untuk menghadapi dirinya sendiri

secara mandiri, masalah yang dihadapi juga semakin banyak, bukan hanya

masalah dirinya sendiri tetapi juga harus memikirkan anggota keluarganya.

b. Tidak Bekerja

Tidak mempunyai pekerjaan mengakibatkan seseorang tidak

mempunyai penghasilan dan gagal dalam menunjukan aktualisasi dirinya,

sehingga seseorang tidak bekerja tdak mempunyai kegiatan dan

memungkinkan mengalami harga diri rendah yang berdampak pada

gangguan jiwa.

c. Kepribadian yang tertutup

Seseorang yang memiliki kepribadian tertutup cenferung menyimpan

permasalahannya sendiri sehingga masalah yang dihadapi akan semakin

menumpuk. Hal ini yang membuat seseorang tidak bisa menyelesaikan

permasalahan dan enggan mengungkapkan sehingga menimbulkan depresi

dan mengalami gagguan jiwa.

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

19

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

d. Putus Obat

Pada beberapa penelitian menunjukan bahwa seseorang dengan

gangguan jiwa harus minum obat seumur hidup, terkadang klien merasa

bosan, dan kurang pengetahuan akan menghentikan minum obat dan merasa

sudah sembuh.

e. Pengalaman yang tidak menyenangkan

Pengalaman tidak menyenangkan yang daialami misalnya adanya

aniaya seksual, aniaya fisik, dikucilkan oleh masyarakat atau kejadian lain

akan memicu seseorang mudah mengalami ganguan jiwa

f. Konflik dengan teman atau keluarga

Seseorang yang memepunyai konflik dengan keluarga misalnya karena

harta warisan juga dapat membuat seseorang mengalami gangguan jiwa.

Konflik yang tidak terselesaikan dengan teman atau keluarga akan memicu

stressor yang berlebihan. Apabila seseorang mengalami stressor yang

berlebihan namun mekanisme kopingnya buruk, maka kemungkinan besar

sesorang akan mengalami gangguan jiwa.

2.4 Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa

Tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan gangguan jiwa menurut

Maramis tahun 2010 diantaranya :

1. Normal dan Abnormal

Abnormal berarti menyimpang dari yang normal. Sesuatu dikatakan

abnormal apabila terdapat suat norma, dan seseorang tersebut telah menyimpang

dari batas-batas norma

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

20

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

2. Gangguan Kesadaran

Kesadaran merupakan kemampuan individu dalam mengadakan

pembatasan terhadap lingkungannya serta dengan dirinya sendiri (melalui panca

inderanya).apabila kesadaran tersebut baik maka orientasi (waktu, tempat, dan

orang) dan pengertian yang baik serta pemakaian informasi yang masuk secara

efektfif (melalui ingatan dan pertimbangan). Kesadaran menurun adalah suatu

keadaan dengan kemampuan persepsi, perhatian dan pemikiran yang berkurang

secara keseluruhan (secara kwantitatif). Kesadaran yang berubah atau tidak normal

merupakan kemampuan dalam mengadakan hubungan dengan dunia luar dan

dirinya sendiri sudah terganggu dalam taraf tidak sesuai kenyataan.

3. Gangguan Ingatan

Ingatan berdasarkan tiga proses yaitu, pencatatan atau regristasi (mencatat

atau meregristasi sesuatu pengalaman didalam susunan saraf pusat); penahanan atau

retensi (menyimpan atau menahan catatan tersebut) ; dan pemanggilan kembali atau

“recall” (mengigat atau mengeluarkan kembali catatan itu). Gangguan ingatan

terjadi apabila terdapat gangguan pada salah satu atau lebih dari ketiga unsur diatas.

4. Gangguan Orientasi

Gangguan orientasi atau Disorientasi timbul sebagai akibat gangguan

kesadarandan dapat menyangkut waktu, tempat, atau orang. Gangguan Afek dan

Emosi. Afek ialah nada perasaan, menyenangkan atau tidak (seperti kebanggan,

kekecewaan, kasih sayang) yang menyertai suatu pikiran dan biasanya

bermanifestasi afek ke luar dan disertai oleh banyak komponen fisiologik. Emosi

adalah manifestasi fek ke luar dan dsertai oleh banyak komponen fisiologi dan

berlansung relatif tidak lama. Seseorang dikatakan telah mengalami gangguan afek

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

21

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

atau emosi yaitu dapat berupa depresi, kecemasan, eforia, anhedonia, kesepian,

kedangkalan, labil, dan ambivalensi.

5. Gangguan Psikomotor

Psikomotor merupakan gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa,

gangguan psikomotor dapat berupa :

a. Hipokinesia atau hipoaktivitas : gerakan atau aktivitas berkurang

b. Stupor Katatonic : reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang, gerakan

dan aktivitas menjadi sangat lambat.

c. Katalepsi : mempertahankan posisi tubuh secara kaku posisi badan

tertentu.

d. Fleksibilitas serea : memetahankan posisi badan yang dibuat padanya

oleh orang lain.

e. Hiperkinesia : pergerakan atau aktivitas yang berlebihan

f. Gaduh gelisah katatonik : aktivtas motorik yang kelihatannya tidak

bertujuan, yang berkali-kali dan seakan-akan tidak dipengaruhi oelh

rangsangan dari luar

g. Berisikap aneh : dengan sengaja mengambil sikap atau posisi badan yang

tidak wajar

h. Grimas : mimik yang aneh dan berulang-ulang

i. Stereotype : gerakan salah satu anggota badan yang berkali-kali dan tidak

bertujuan.

2.5 Peran Perawat dalam Merawat Pasien Gangguan Jiwa

Dalam merawat pasien gangguan jiwa membutuhkan tenaga yang ekstra

1. Memberikan Asuhan Keperawatan Jiwa

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

22

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

Memberikan asuhan keperawatan jiwa kepada pasien merupakan

kompetensi yang dilakukan perawat RSJ terdiri dari tahapan asuhan keperawatan

dan format dokumentasi askep. Tahapan dalam memberikan asuhan keperawatan

meliputi pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Pengkajian yang

dilakukan dibedakan berdasarkan lokasi pasien dirawat, seperti pengkajian untuk

pasien gangguan jiwa dewasa, NAPZA, anak atau geriatric. Aspek yang dikaji

meliputi alasan masuk, predisposisi, presipitasi, psikososial, status mental,

mekanisme koping dan kebutuhan persiapan pulang. Seperti yang dinyatakan oleh

informan di bawah ini. Perencanan asuhan keperawatan dilakukan secara manual

berdasarkan 10 standar asuhan keperawatan yang meliputi masalah keperawatan

Halusinasi, Waham, Isolasi Sosial, Harga Diri Rendah, Resiko Bunuh Diri, Perilaku

Kekerasan, Defisit perawatan Diri: Mandi, Makan, Eliminasi, Berhias.

2. Melaksanakan Standar Prosedur Operasional

Perawat di RSJ menjalankan sejumlah SPO dalam merawat pasien

gangguan jiwa. Beberapa jenis SPO menjadi wajib untuk dipahami dan dijalankan

seluruh perawat melalui proses sosialisasi secara bertahap dari kepala ruangan ke

perawat ruangan. SPO yang sudah tersedia meliputi SPO tentang pengisian format

dokumentasi keperawatan dan ditambahkan SPO sesuai dengan kebutuhan

akreditasi rumah sakit dan saat ini sedang dikembangkan SPO untuk keamanan

pasien dan perawat.

3. Melakukan Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa

Kompetensi melaksanakan terapi modalitas keperawatan disampaikan

berdasarkan jenis, pelaksana, waktu, fasilitas, tempat dan metode. Jenis yang paling

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

23

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

sering dilaksanakan adalah Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) dengan berbagai

topik dan Pendidikan Kesehatan Keluarga di Rumah Sakit (PKRS) dan di

masyarakat. Kedua jenis terapi modalitas tersebut dilakanakan baik oleh perawat

ruangan maupun mahasiswa perawat yang telah terjadwal secara rutin. Fasilitas

pendukung untuk kedua terapi modalitasi ini sudah cukup memadai seperti adanya

SPO, format dokumentasi, leaflet dan alat terapi. TAK dilaksanakan di ruangan

maupun ruang rehabilitasi, sementara PKRS dilakukan di ruang yang terdapat

keluarga diijinkan untuk menunggu seperti rawat jalan, ruang akut dan juga di

lingkungan masyarakat yang menjadi wilayah kerja RSJ. Metode yang

dikembangkan dalam pemberian terapi modalitas berdasarkan tujuan, modifikasi

cara, tahapan dan bentuk terapi. TAK dapat diberikan dengan tujuan menciptakan

lingkungan yang terapeutik atau mengajarkan life skill pada pasien, sehingga

bentuk kegiatan TAK di modifikasi untuk mencapai tujuan dan diberikan bertahap

sesuai dengan kemampuan yang dicapai oleh pasien.

2.6 Konsep Keluarga

2.6.1 Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi perawatan

langsung pada setiap keadaan sehat maupun sakit pada klien. Keluarga berperan

dalam menentukan cara atau asuhan yang diperlukan klien di rumah. Keberhasilan

perawat di rumah sakit dapat siasia jika tidak diteruskan di rumah yang kemudian

mengakibatkan klien harus dirawat kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak

awal asuhan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat

klien di rumah, sehingga kemungkinan kekambuhan dapat dicegah (Videbeck,

2008).

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

24

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, ia memiliki peran serta

dalam proses kesembuhan pasien skizofrenia. Sangat penting maknanya dalam

memberikan asuhan, tempat pertama kali pasien belajar dan mengembangkan nilai,

keyakinan, sikap dan perilakunya. Beberapa studi menunjukan bahwa program

perawatan penderita skizofrenia yang melibatkan peran serta aktif keluarga secara

signifikan dapat mengurangi angka kekambuhan skizofrenia. Kombinasi terapi

akan efektif jika disertai dengan dukungan keluarga sehingga dapat mengurangi

angka kekambuhan dibandingkan jika hanya dengan terapi medikamentosa saja

(Ibrahim, 2005).

Tugas keluarga menurut Effendy (2009) menyatakan bahwa keluarga

mempunyai fungsi dalam merawat anggotanya yang sakit hal ini menandakan

bahwa keluarga memiliki peran yang besar dalam upaya pemberian asuhan

keperawatan kepada anggota keluarganya terutama anggota keluarga yang

mengalami kondisi yang tidak baik atau mengalami keterbatasan.

2.6.2 Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) meliputi fungsi afektif, fungsi

sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomis, dan fungsi perawatan kesehatan.

Berikut ini dijabarkan kaitan beberapa fungsi keluarga dengan kepatuhan anggota

keluarga yang mengalami skizofrenia.

1. Fungsi Afektif

Melalui pelaksanaan fungsi ini, keluarga menjalankan tujuan psikososial

yang utama yaitu kemampuan stabilitas kepribadian dan tingkah laku, kemampuan

menjalin hubungan akrab dan harga diri (Friedman, 1998). Untuk mencapai

kepatuhan pada pasien skizofrenia, fungsi afektif harus dipenuhi dengan cara

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

25

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

menghindari paksaan, membujuk dengan penuh kasih sayang, mendampingi saat

anggota keluarga menjalani pengobatan dan memberikan penghargaan pada pasien

akan kepatuhan.

2. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi ini bertujuan untuk mengembangkan peran sosial anak di

dalam lingkungan sekitar . Keluarga dengan anggota keluarga mengalami

skizofrenia diharapkan dapat membantu klien skizofrenia agar mampu melakukan

hubungan sosial baik di dalam lingkungan keluarga itu sendiri maupun di luar

lingkungan seperti berinteraksi dengan tetangga sekitarnya, berbelanja,

memanfatkan transportasi umum ataupun melakukan interaksi dalam kelompok

yang ada di wilayah tempat tinggalnya (Utami, 2008).

3. Fungsi Ekonomi

Kemampuan keluarga untuk mengalokasikan sumber-sumber untuk

memenuhi kebutuhan seperti sandang, pangan, papan dan perawatan kesehatan

yang memadai merupakan suatu persfektif tentang sistim nilai keluarga itu sendiri.

Salah satu beban yang dialami oleh keluarga dengan skizofrenia adalah beban

ekonomi yang harus dikeluarkan untuk pengobatan dan terapi pasien skizofrenia.

Kemampuan keluarga juga harus mendukung anggota keluarga untuk

memanfaatkan sumber-sumber finansial yang tersedia baik dari keluarga itu sendiri

maupun pemerintah seperti jaminan kesehatan masyarakat agar pengobatan klien

tetap berkelanjutan.

4. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan dan menambah

sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana maka fungsi ini

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

26

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

sedikit terkontrol. Di sisi lain, banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau di luar

ikatan pernikahan sehingga lahirlah keluarga baru dengan satu orang tua.

5. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga

Kekambuhan pasien skizofrenia sangat berhubungan dengan kemampuan

keluarga menjalankan fungsi ini. Perawatan yang berkesinambungan melalui

kontrol secara teratur dengan menggunakan fasilitas pelayanan terdekat akan

mengurangi angka kekambuhan bagi pasien skizofrenia. Memberikan pendidikan

kesehatan pada keluarga tentang tujuan dan efek samping terapi psikofarmaka akan

memudahkan keluarga untuk mencapai kepatuhan pasien. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa menambahkan pengetahuan tentang terapi psikofarmaka

pada terapi psikososial.

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

27

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

2.6.3 Peran Keluarga

Murty (2003) menyebutkan bahwa peran keluarga dalam merawat pasien

skizofrenia terbagi dalam tiga tingkatan. Pertama, keluarga harus mampu melihat

kebutuhan- kebutuhan klien dan mempertahankan kekohesifan dalam keluarga

dengan cara belajar keterampilan merawat klien, memenuhi kebutuhan istirahat dan

kebutuhan emergensi disaat krisis, serta memberi dukungan emosional. Kedua,

keluarga harus mampu memberikan dukungan finansial untuk perawatan klien dan

terlibat dalam kelompok yang dapat memberikan bantuan seperti terapi suportif.

Ketiga, keluarga harus mengembangkan hubungan secara benar untuk membantu

klien skizofrenia merubah sikap dan keterampilan pada keluarga akan menurunkan

angka kekambuhan (Mc Gaslan, 1994; Huxlery, Rendal, & Sederer, 2000 dalam

Frisch & Frisch 2006)

2.7 Konsep Teori Roy

Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy yang berfokus pada adaptasi

manusia. Konsep-konsepnya mengenai keperawatan manusia, kesehatan, dan

lingkungan saling berhubungan dengan adaptasi sebagai konsep sentralnya.

Manusia mengalami stimulus lingkungan secara terus-menerus. Pada akhirnya,

manusia memberikan respon dan adaptasi pun terjadi. Respons ini dapat berupa

respons adaptif ataupun respons inefektif. Respons adaptif meningkatkan integritas

dan membantu manusia dalam mencapai tujuan adaptasi, yaitu untuk bertahan

hidup, tumbuh, berkembangbiak, menguasai, serta transformasi seseorang dan

lingkungannya. Respons inefektif gagal meraih tujuan adaptasi tersebut atau

bahkan mengancam pencapaian tujuan. Keperawatan memiliki tujuan yang unik

untuk membantu upaya adaptasi seseorang dengan mengelola lingkunganya.

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

28

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

Hasilnya adalah pencapaian tingkat kesejahteraan optimal seseorang (Alligood,

2017). Sebagai suatu sistem terbuka, manusia menerima input atau stimulus baik

dari lingkungan atau dalam diri sendiri. Tingkat adaptasi ditentukan oleh

kombinasi efek stimulus fokal, konstektual, dan residual. Adaptasi terjadi pada saat

seseorang berespon secara positif terhadap lingkungan. Respons adaptif ini

meningkatkan integritas seseorang, yang akan membawanya menuju sehat. Di sisi

lain, respons inefektif akan mengarah pada gangguan integritas seseorang

(Alligood, 2017).

Sistem terdiri dari proses input, output, kontrol dan umpan balik.

A. Input

Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan

informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan

respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu :

1. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang,

efeknya segera, misalnya infeksi.

2. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik

internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,

diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan

dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti anemia,

isolasi sosial.

3. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi

yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu

berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

29

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada

yang tidak.

B. Kontrol

Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di

gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang

merupakan subsistem.

1. Subsistem regulator

Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan output.

Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah

kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem

dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem.

Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator subsistem.

2. Subsistem kognator

Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku

output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk kognator

subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak dalam

memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi

berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat dan

mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan)

dan insight (pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan

keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa.

Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan

penilaian dan kasih sayang.

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

30

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

Dalam memelihara integritas seseorang, regulator dan kognator subsistem

diperkirakan sering bekerja sama. Tingkat adaptasi seseorang sebagai sistem

adaptasi dipengaruhi oleh perkembangan individu itu sendiri, dan penggunaan

mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping yang maksimal

mengembangkan tingkat adaptasi seseorang dan meningkatkan rentang stimulus

agar dapat berespon secara positif. Untuk subsistem kognator, Roy tidak membatasi

konsep proses kontrol, sehingga sangat terbuka untuk melakukan riset tentang

proses kontrol dari subsitem kognator sebagai pengembangan dari konsep adaptasi

Roy.

Selanjutnya Roy mengembangkan proses internal seseorang sebagai sistem

adaptasi dengan menetapkan sistem efektor, yaitu 4 mode adaptasi meliputi

fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.

a) Mode Fungsi Fisiologi

Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy

mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk

mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis

tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang

kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu:

1. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi,

pertukaran gas dan transpor gas.

2. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan

fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri.

3. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal.

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

31

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

4. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat

yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan

memulihkan semua komponen-komponen tubuh.

5. Proteksi/perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas

dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai

fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu.

b) Mode Konsep Diri

Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada

aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini

berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan

ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the

physical self dan the personal self.

1. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan

dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering

terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang

kemampuan seksualitas.

2. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik

dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut

merupakan hal yang berat dalam area ini.

c) Mode Fungsi Peran

Mode fungsi peran mengenal pola-pola interaksi sosial seseorang dalam

hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder

dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya

dimasyarakat sesuai kedudukannya.

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

32

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

d) Mode Interdependensi

Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy.

Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang,

perhatian dan saling menghargai.Interdependensi yaitu keseimbangan antara

ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.

Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain.

Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan

bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai

ekstrim, yaitu memberi dan menerima.

C. Output

Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat di amati, diukur atau secara

subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini

merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai

respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat

meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila

seseorang tersebut mampu melaksanakan

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

33

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

2.7.1 Kerangka Konsep Teori Roy

Gambar 2.1 Kerangka Teori Adaptasi Roy (Alligood, 2017)

2.8 Keaslian Penelitian

Pencarian jurnal dalam penelitian ini menggunakan kata kunci “beban pengasuhan”

dan “gangguan jiwa ” atau “caregiver burden” dan “mental disorder” dan “pola

interaksi” atau “communication pattern” pada database Scopus dan publisher

terkait, Science Direct, repository Universitas Airlangga, situs Neliti, Journal of

Universitas Airlangga serta e-resources Perpustakan Nasional Republik Indonesia.

Tabel. 2.1 Keaslian penelitian hubungan beban pengasuhan dengan pola interaksi

keluarga ODGJ di rumah

No JudulArtikel;

Penulis; Tahun Metode Hasil

1 Penurunan Beban

Dan Peningkatan

Kemampuan

Merawat Keluarga

Dengan Klien

Halusinasi Melalui

Family

Psychoeducation

(Wardaningsih, Keliat, & Susanti,

2008)

D : Quasi Eksperimen

S: Simple Random sampling

V : beban dan kemampuan

keluarga

I : Kuesioner Caregiver

Strain Index dan Modul

intervensi Family

Psychoeducation

A :

Hasil penelitian mengindikasikan bahwa

klien yang mendapatkan terapi individu

dan medis serta keluarga mereka yang

mendapatkan family psychoeducation ini

kemungkinan kekambuhannya adalah

15%, sedangkan yang hanya mendapatkan

terapi medis dan individu saja

kemungkinan kambuh 30–40%.

Disimpulkan juga bahwa Family Psychoeducation dapat meningkatkan

kesejahteraan keluarga serta menurunkan

beban subyektif keluarga

2

Quality of life in

family caregivers of

schizophrenia

patients in Spain

Unpaired t-tests : compare

differences between groups.

Pearson’s correlations :

bivariate association

Family APGAR and Escala de Apoyo

Profesional showed higher QoL. Many of

these variables made a unique

contribution in the multivariate analysis

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

34

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

No JudulArtikel;

Penulis; Tahun Metode Hasil

caregiver

characteristics,

caregiving burden,

family functioning,

and social and

professional support

(Ribé et al., 2017)

between variables. To

assess the unique

contribution in predicting

QoL : multivariate linear

regression

3 Quality of Life,

Stigma and Burden

Perception Among

Family Caregivers

and Patients with

Psychiatric Illnesses

in Jordan; (Dalky,

Qandil, Sh, & Meininger, 2017)

D : Descriptive

correlational

S : Purposive sampling

V :

1. Quality of Life

2. Stigma

3. Burden Perception

I : Arabic Stigma-Devaluation Scale (SDS),

Arabic Caregiver Strain

Index (Robinson), and

Arabic WHOQOL-BREF

A : multivariate regression

Family caregivers perceived low to

moderate QOL. Patients’ and family

caregivers’ stigma perception correlated

negatively and significantly with

WHOQOL-BREF. Family caregiv ers’

burden correlated negatively and

significantly with all domains of

WHOQOL-BREF

4 Penyesuaian Diri

Caregiver Orang

Dengan Skizofrenia;

(Ambarsari & Sari,

2012)

D : Kualitatif

S : Purposive Sampling

V : Penyesuaian diri

I : Wawancara mendalam

A : -

Responden memiliki beban pribadi dan

sosial sebagai pengasuh penderita

skizofrenia. Beberapa faktor juga

mempengaruhi keberhasilan pengasuh

penderita skizofrenia dalam proses

penyesuaian diri yang positif. Faktor

internal yang terkena dampak adalah perkembangan kedewasaan emosional,

intelektual dan spiritual, fisik dan status

psikologis. Faktor eksternal yang terkena

dampak adalah lingkungan, baik itu

lingkungan keluarga atau masyarakat

5 Perceived Stress in

Family Caregivers of

Individuals With

Mental Illness

(Masa’Deh, 2017)

D : Descriptive comparative

S : Convenience sampling

V :

1. Total Stress level

2. Time of diagnosis

I : Questionaire, Arabic

Version of the Perceived

Stress Scale 10-Item A : Pearson product-

moment correlation

coefficien, One-way

analysis of variance

A significant difference was found in PSS-

10 levels among family caregivers

according to gender, diagnosis of their

family member, and time since diagnosis.

Female caregivers reported sig- nificantly

higher stress levels than male caregivers.

Family members of individu- als with

schizophrenia reported the highest stress levels (p < 0.001). Also indicated that

there was a significant negative

correlation between PSS-10 levels of

family caregivers and time since

diagnosis

6 Effect of living with

patients on caregiver

burden of individual

D : Descriptive comparative

S : purposive sampling

V :

1. Patient symptoms

Caregiver burden was greater among

caregivers living with patient kin on three

factors, caregiver distress, disrupted

routines and assistance provided by

Page 28: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

35

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

No JudulArtikel;

Penulis; Tahun Metode Hasil

with schizophrenia in

China;

(Zhou et al., 2016)

2. Insight

3. Psychological

distress

4. Attitude toward

medication

5. Quality of life

6. Caregiver burden

I : Positive and Negative

Syndrome Scale (PANSS), Insight and Treatment

Attitudes Questionnaire

(ITAQ), self-reported

Symptom Checklist 90

(SCL-90), Drug Attitude

Inventory (DAI), Short-

Form Health Survey (SF-

36), Family Experience

Interview Schedule (FEIS)

A : two sample independent

t-tests for continuous

variables and Chi-square tests for categorical

variables., analysis of

covariance (ANCOVA) :

compare burden factors

between the cohabiting and

living apart patient-

caregiver groups, t-test and

one-way analysis of

variance (ANOVA) :

relationship between

burden factors and categorical patient and

caregiver characteristics,

linear regression :identify

associations of each burden

factor in order to identify

measures that might

account for observed

differences in family burden

caregivers, but not on caregiver

perceptions of behavioral problems or

suicidality. Multiple regression analysis

showed that living with

caregiver explained 6.7%, 8.3% and 6.7%

of the variance in distress, disrupted

routines and helpfulness. Living with a

patient was by far the strongest correlate

of increased burden experienced by schizophrenia caregivers in this study and

these caregivers should be offered

community-based support

7 Comparison of

Caregiver Burden in

First Episode Versus

Chronic Psychosis;

(Sagut & Çetinkaya Duman, 2016)

D : descriptive comparative

S : purposive sampling

V :

1. Dependence burden

2. Development burden 3. Physical burden

4. Social burden

5. Emotional burden

I : Caregiver Burden

Inventory

A : For categorical data,

chi-square and Fisher's

exact test were used, while t-

test for independent groups

: numerical data

conforming to normal

There was a significantly higher level of

burden in termsof time dependence,

development, physical burden, and social

burden in caregivers of patientswith

chronicpsychosis than in caregivers of patients with first episode psychosis,

while no such difference could be detected

for the emotional burden. The absence of

a difference in emotional burden suggests

that caregivers offirst episode

psychosismay begoing throughanintense

emotional experience, placing a high-risk

status, despite an average caregiving

experience duration of 11months

significantly more likely to report

symptoms of depression whilst those who

Page 29: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

36

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

No JudulArtikel;

Penulis; Tahun Metode Hasil

distribution. T-test for

independent groups :

comparison of the burden

scores between care- givers

of patients with first episode

psychosis or chronic

psychosis

cared for their son/daughter were less

likely to be associated with symptoms of

depression. Primary caregivers who had

lower education, were living with others,

were single or divorced/ separated, were

unemployed and with higher FIS scores

were associated with lower QOL domain

scores. Those with symptoms of

depression were significantly associated with low QOL across all four domains,

whilst those with symptoms of anxiety

were significantly associated with low

QOL in the social relationships domain

8 Caregiver’s quality of

life and its positive

impact on

symptomatology and

quality of life of

patients with

schizophrenia

(Caqueo-Urizar et al.,

2017)

D : cross-sectional study,

corelation

S : purposive sampling

V :

1. Patient’s quality of

life

2. Pationt’s ilness

3. Schizophrenia

caregiver quality of life

I : Schizophrenia quality of

life questionnaire

(SQoL18), Positive and

negative syndrome scale for

schizophrenia (PANSS),

Schizophrenia caregiver

quality of life questionnaire

(S-CGQoL).

A : Spearman’scorrelation

tests, Multiple linear regression,

The caregivers’ QoL was not significantly

associated with the patients’ QoL, except

for one QoL dimension about relationship

with family (Beta = 0.23). Among

patients’ characteristics, being a woman

and Aymara, having lower educational

level, unemployment and severity of

symptoms was significantly associated to

a lower QoL. The SEM revealed a moderate significant association between

caregivers’ QoL and psychotic symptoms

severity (path coefficient = −0.32) and a

significant association between psychotic

symptoms severity and patients QoL (path

coefficient = −0.40). The indirect effect of

caregivers’ QoL on patients’ QoL was

significant (mediated effect coefficient =

0.13)

9 Economic Burden of

caregiving for

persons with severe

mental illness in

subharan Africa : A

Systematic Review

D : case study

S : Purposive Sampling

V : Economic burden of

caregiving and severe

mental illness in subharan

africa

I : Semi structured review

A : Extracted data were then

entered and analysed in

Microsoft Excel 2016. We

employed qualitative

methods in synthesising the data extracted. The

extracted data were

critically appraised

qualitatively under two

main headings: the

characteristics of studies

and the economic burden of

caregivers of persons with

severe mental illness

The systematic search identified 1105

papers : after the deletion of duplicates,

939 remained of which 917 were

excluded after initial screening because

they did not satisfy the inclusion criteria

of the study. Studies that did not address

mental illness but that were conducted in

a SSA country were also excluded. Of the

22 studies whose full-text articles were

assessed for eligibility, seven (n-7) were

included for the review

Page 30: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep …

37

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN PENGASUHAN ODGJ YOSEFIN K N

No JudulArtikel;

Penulis; Tahun Metode Hasil

10

Religion involvement

and quality of life in

caregivers of patients

with schizophrenia in

Latin-America

(Caqueo-Urízar et al.,

2016)

D : confirmatory cross-

sectional study

S : purposive sampling

1. Religious

Involvement

2. Caregiver Quality

of Life

I : Religious Involvement (RI) was assessed with a

semistructured interview

administered,

Schizophrenia Caregiver

Quality of Life

Questionnaire (s- CGQoL)

A : A multivariate analysis

using multiple linear

regressions

Caregivers’ RI was not significantly

associated with overall QoL nor its

individual components. The only

exception was an unexpected modest

inverse association between RI and one

QoL dimension (psychological and

physical well-being). In contrast, the

following caregivers’ socio-cultural and economic factors were significantly

associated with low QoL level of

caregivers: being a mother, identifying

with Aymara ethnicity and having lower

family income. Among patients, the

clinical characteristics of being woman,

younger, and having lower age of onset

and more severe symptoms was

associated with lower QoL. Our study

found that socio-cultural, economic and

clinical factors were associated with

caregivers’ QoL.

11.

The Relationship

between family

communication

patterns and mental

health (Maryam.Mina.,

2013)

D : Descriptive Study

S : A Cluster Random

Sampling

V : Family communication

pattern and Mental health I : Tools of communication

patterns (Fitzpark &

Ritchie, 1994 ; cited in

Koerner & Fitzpatrick,

2002)

A : General health

questionnaire has been

invented by Goldberg

(1972) and it has been

aimed to design, discover

and identify mental disorder

in several centers and environments. The

questions of this

questionnaire investigate

the mental status of an

individual during the past

month and it includes

symptoms such as abnormal

GHQ.

The results of the table revealed that there

is a significant relationship between

mental health and communication

patterns. Thes two variables should be

investigated separately together with other issues. Former studies on family

communication patterns and indicators of

mental health show that there is a

negative relationship between conformity

orientation and depression


Recommended