Transcript

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum

2.1.1 Pengertian Jaringan Komputer

Jaringan dapat diartikan sebagai interkoneksi dari beberapa komputer.

Komputer-komputer ini dapat dihubungkan secara bersama-sama untuk

kepentingan yang berbedan dan menggunakan berbagai jenis kabel yang

terpisah. Sehingga mengarah ke pengurangan pemakaian waktu dan

meningkatnya produktifitas. (Pavani, Chandrika, Krishna, dalam jurnal

Local Area Network (LAN) Technologies, Vol.1, 2012, 1).

Menurut Forouzan (2007:7-8) jaringan harus dapat memenuhi beberapa

kriteria. Kriteria yang terpenting adalah performa, kehandalan, dan

keamanan.

� Performa

Performa dapat diukur dari beberapa hal, termasuk transit time dan

response time. Transit time adalah jumlah waktu yang diperlukan oleh

suatu pesan yang dikirim dari suatu device ke device lainnya. Response

time adalah waktu yang berlangsung antara pemeriksaan informasi dan

respon. Performa sebuah jaringan bergantung pada sejumlah

faktor, termasuk jumlah pengguna, jenis media transmisi, kemampuan

hardware yang terhubung, dan efisiensi software.

� Kehandalan

Selain ketepatan dalam pengiriman, kehandalan jaringan juga diukur

dari frekuensi kegagalan, waktu yang dibutuhkan sebuah link untuk

pulih dari kegagalan, dan kekuatan jaringan dalam suatu bencana.

� Keamanan

Masalah keamanan jaringan juga termasuk perlindungan data dari akses

yang tidak sah, perlindungan data dari kerusakan, dan pelaksanaan

kebijakan dan prosedur untuk pemulihan dari pelanggaran dan

kehilangan data.

Jaringan komputer menjadi elemen yang penting bagi perusahaan

sekarang ini karena jaringan komputer membantu user dalam komunikasi

dan pertukaran data. Selain itu jaringan komputer juga meningkatkan

efektifitas dan efisiensi bisnis dalam suatu perusahaan.

2.1.2 Perangkat Jaringan Komputer

Di dalam jaringan komputer, ada 2 istilah untuk perangkat yang

digunakan yaitu end device dan itermediary device. End device merupakan

device tujuan dari pesan atau paket yang dikirim dalam suatu jaringan. End

device sering disebut sebagai host. End device mencakup komputer (work

station, laptop, file server, web server), Network printers, VoIP phones,

kamera keamanan, mobile handheld device (seperti wireless barcode

scanner, PDA). Intermediary device merupakan device yang secara

langsung terhubung ke end device atau menyediakan end user routing ke

jaringan lain. (CISCO CCNA Exploration 4.0 Network Fundamentals,

akses tanggal 9 Oktober 2013).

Contoh intermediary device antara lain :

a. Hub

Hub adalah sebuah peralatan yang bertindak sebagai multiport repeater

(CISCO CCNA Exploration 4.0 Network Fundamentals, akses tanggal 9

Oktober 2013). Hub mirip dengan switch, yaitu sebagai konsentrator.

Namun, hub tidak secerdas switch. Jika informasi dikirim ke host target

melalui hub maka informasi akan mengalir ke semua host. Kondisi

semacam ini dapat menyebabkan beban traffic yang tinggi. Oleh karena

itu, sebuah hub biasanya hanya digunakan pada network yang berskala

kecil.

Gambar 2.1 Hub

b. Switch

Switch adalah sebuah device yang berfungsi untuk memfilter,

meneruskan, dan melakukan flood frame berdasarkan alamat dari setiap

frame. Switch bekerja pada data link layer dari Open System

Interconnection (OSI) model (CISCO CCNA Exploration 4.0 Network

Fundamentals, akses tanggal 9 Oktober 2013). Switch tidak melakukan

konversi format data. Switch mempelajari host mana saja yang

terhubung ke suatu port dengan membaca Media Access Control

(MAC) Address asal yang ada di dalam frame kemudian switch

membuka sirkuit virtual antara node sumber dengan node tujuan.

Dengan demikian komunikasi dua port tersebut tidak mempengaruhi

traffic dari port lain. Hal tersebut membuat LAN lebih efisien.

Gambar 2.2 Switch

c. Router

Router merupakan device dari network layer yang menggunakan satu

atau lebih metrik untuk menentukan jalur optimal yang harus

diteruskan. Router meneruskan paket dari satu jaringan ke jaringan

lainnya berdasarkan informasi dari network layer (CISCO CCNA

Exploration 4.0 Network Fundamentals, akses tanggal 9 Oktober 2013).

Router sering digunakan untuk menghubungkan beberapa jaringan baik

jaringan yang sama maupun berbeda dari segi teknologinya. Seperti

menghubungkan jaringan yang menggunakan topologi Bus, Star, dan

Ring. Router juga sering digunakan untuk membagi jaringan besar

menjadi beberapa buah jaringan-jaringan yang lebih kecil (subnetwork).

Setiap subnetwork seolah-olah terisolir dari network lain. Hal ini dapat

membagi traffic yang akan berdampak posifif bagi performa jaringan.

Gambar 2.3 Router

d. Access Point

Access Point (AP) berperan sebagai sentral hub pada infrastruktur

WLAN (Wireless LAN). AP dilengkapi dengan antena dan

menyediakan koneksi wireless pada daerah tertentu yang disebut cell.

Gambar 2.4 Access Point

e. Multi Layer Switch

Multi Layer Switch adalah switch yang dapat melakukan proses routing.

Multi Layer Switch dapat digunakan untuk menggabungkan jaringan.

Multi Layer Switch dapat menerima, mengolah dan mendistribusikan

(dispatch) paket jauh lebih cepat daripada router biasa. Multi Layer

Switch adalah salah satu perangkat yang sering digunakan sekarang ini.

Gambar 2.5 Multi Layer Switch

2.1.3 Tipe-Tipe Jaringan

2.1.3.1 Local Area Network (LAN)

LAN mengacu pada jaringan lokal, atau kelompok jaringan lokal

yang saling berhubungan dan berada di bawah kontrol

administratif yang sama. Dulu, LAN didefinisikan sebagai

jaringan kecil yang ada di lokasi fisik tunggal (CISCO CCNA

Exploration 4.0 Network Fundamentals, akses tanggal 9 Oktober

2013).

Suatu jaringan LAN memiliki kriteria sebagai berikut :

� Mentransfer data dengan kecepatan tinggi.

� Ada dalam wilayah geografis yang terbatas.

� Umumnya lebih murah.

LAN seringkali digunakan untuk menghubungkan komputer-

komputer pribadi dan workstation dalam kantor suatu perusahaan

atau pabrik-pabrik untuk memakai bersama sumberdaya

(resource, misalnya printer) dan saling bertukar informasi.

Gambar 2.6 Local Area Network (LAN)

LAN dapat dibedakan dari jenis jaringan lainnya berdasarkan tiga

karakteristik :

a. Ukuran

LAN dibatasi dalam ukuran. Hal ini dapat memungkinkan

untuk menggunakan jenis desain tertentu dan juga dapat

menyederhanakan manajemen jaringan.

b. Teknologi Transmisi

LAN dapat menggunakan teknologi transmisi yang terdiri dari

kabel yang semua mesin terpasang oleh kabel, LAN

tradisional dijalankan dengan kecepatan 10 Mbps hingga 100

Mbps. Sedangkan LAN yang baru telah dapat beroperasi

hingga 10 Gbps.

c. Topologi

� Ethernet

Teknologi LAN ini menggunakan topologi bus untuk

mengontrol aliran informasi dan menggunakan topologi

star atau extended star untuk pemasangan kabelnya.

� Token Ring

Secara logical, token ring menggunakan topologi ring

untuk mengontrol aliran informasi dan secara fisik

menggunakan topologi star.

� Fiber Distributed Data Interface (FDDI)

Secara logical, FDDI menggunakan topologi ring untuk

mengontrol aliran informasi dan secara fisik menggunakan

topologi dual-ring.

2.1.3.2 Metropolitan Area Network (MAN)

Metropolitan Area Network (MAN) adalah jaringan yang

mencakup kota dengan jarak minimal 10 km hingga 99 km

(Tanenbaum, 2003:46). MAN dapat pula berupa gabungan dari

beberapa jaringan LAN yang dihubungkan menjadi sebuah

jaringan yang besar. MAN dapat diimplementasikan dengan wire

ataupun wireless network.

Gambar 2.7 Metropolitan Area Network (MAN)

2.1.3.3 Wide Area Network (WAN)

Wide Area Network atau sering disebut WAN merupakan jaringan

komputer yang mencakup area yang besar sebagai contoh yaitu

jaringan komputer antar wilayah, kota atau bahkan negara, atau

dapat didefinisikan juga sebagai jaringan komputer yang

membutuhkan router dan saluran komunikasi publik.

Gambar 2.8 Wide Area Network

2.1.4 Topologi

Menurut Forouzan(2007:8-9) topologi jaringan adalah hal yang

menjelaskan hubungan geometris antara unsur-unsur dasar penyusun

jaringan, yaitu node, link, dan station.

Menurut Iwan Sofana (2010 : 113-115) topologi dapat dibagi menjadi 4

yaitu :

a. Topologi Mesh

Topologi Mesh menghubungkan setiap komputer secara point-to-point.

Artinya semua komputer akan saling terhubung satu-satu sehingga tidak

dijumpai ada link yang putus.

Gambar 2.9 Topologi Mesh

b. Topologi Star

Topologi star menghubungkan semua komputer pada sentral atau

konsentrator. Biasanya konsentrator berupa sebuah hub atau switch.

Gambar 2.10 Topologi Star

c. Topologi Bus

Topologi bus menggunakan sebuah kabel backbone dan semua host

terhubung secara langsung pada kabel tersebut.

Gambar 2.11 Topologi Bus

d. Topologi Ring

Topologi ring menghubungkan host dengan host lainnya hingga

membentuk ring (lingkaran tertutup). Pada topologi ini, komunikasi

data dapat terganggu jika satu titik mengalami gangguan.

Gambar 2.12 Topologi Ring

Dari keempat topologi dasar yang ada telah dikembangkan beberapa

topologi turunan, seperti :

a. Topologi extended star

Topologi extended star merupakan topologi star yang dikembangkan.

Idenya adalah menggabungkan beberapa topologi star menjadi satu

kesatuan. Alat yang digunakan untuk menghubungkan masing – masing

topologi star adalah hub atau switch.

Gambar 2.13 Topologi Extended Star

b. Topologi Hierarchical

Hampir mirip dengan extended star. Perbedaannya terletak pada akar

penghubung masing-masing. Topologi Hierarchical tidak menggunakan

Hub atau switch namun menggunakan komputer sebagai kendali traffic

pada topologi ini.

Gambar 2.14 Topologi Hierarchical

2.1.5 OSI Layer

Menurut Iwan Sofana (Cisco CCNA dan Jaringan Komputer,2010:91)

OSI (Open System Interconnection) layer adalah salah satu dari arsitektur

jaringan yang sering digunakan untuk menjelaskan cara kerja jaringan

komputer secara logika.

Secara umum model OSI membagi berbagai fungsi network menjadi 7

lapisan. Lembaga yang mempublikasikan model OSI adalah International

Organization for Standardization (ISO). Model ini diperkenalkan pada

tahun 1984.

OSI layer dibagi menjadi 7 bagian yaitu :

a. Application Layer

Application layer merupakan layer ketujuh dan merupakan layer paling

atas di dalam model OSI. Layer ini menyediakan antarmuka antara

aplikasi yang digunakan untuk berkomunikasi dan jaringan yang

mendasari dimana pesan kita ditransmisikan. Protokol application layer

digunakan untuk pertukaran data antara program yang berjalan pada

sumber dan tujuan host. Ada banyak protokol application layer dan

protokol baru yang sedang dikembangkan. Contoh protokol pada

application layer yaitu : DHCP, FTP, HTTP, SMTP, SNMP, Telnet, dll.

Fungsi yang diberikan di Application layer di antaranya:

1. Resource sharing dan device redirection.

2. Remote file access.

3. Remote printer access.

4. Inter-process communication.

5. Network management.

6. Directory services.

7. Electronic messaging (seperti email).

8. Network virtual terminals.

b. Presentation Layer

Presentation layer bertugas untuk menyajikan data kepada application

layer. Presentation layer ini ibarat sebagai translator dari sebuah

jaringan.

Presentation layer memiliki 3 fungsi utama yaitu :

1. Koding dan konversi data application layer untuk memastikan

bahwa data dari device sumber dapat dibaca oleh aplikasi yang

sesuai pada device tujuan.

2. Kompersi data dengan cara yang dapat didekompersi oleh device

tujuan.

3. Enkripsi data untuk transmisi dan dekripsi data pada saat diterima di

tujuan.

Ada beberapa contoh format data yang didukung oleh layer presentasi

antara lain: Text, Data, Graphic, Visual Image, Sound, dan Video.

c. Session Layer

Session layer bertugas menetapkan dan mengakhiri session (sesi) di

antara dua host yang sedang berkomunikasi. Tugas session layer:

1. Session establishment, maintenance, and termination.

2. Session support (memberikan security, logging, dsb).

Contoh session layer adalah : SQL, X Window, ASP, SCP,dll.

d. Transport Layer

Transport layer merupakan layer bertugas untuk memastikan pesan

yang dikirim bebas dari eror. Transport layer memiliki beberapa

protokol yang bekerja pada transport layer yaitu TCP, UDP,IPX,dll.

Transport layer memiliki fungsi :

1. Memungkinkan beberapa aplikasi untuk berkomunikasi melalui

jaringan pada waktu yang sama pada satu device.

2. Memastikan bahwa jika diperlukan, semua data yang diterima

terpercaya dan dalam urutan yang sesuai dengan aplikasi yang

benar.

3. Menggunakan mekanisme penanganan kesalahan.

e. Network Layer

Network layer merupakan layer ketiga dalam OSI layer. Network layer

menyediakan layanan untuk pertukaran bagian data tunggal melalui

jaringan antara perangkat end device. Protokol yang digunakan pada

network layer adalah IP, ARP, RIP, IGRP, OSPF,dll.

Untuk memenuhi tugasnya, Network layer menggunakan 4 proses :

1. Addressing

Pertama, network layer harus menyediakan mekanisme untuk

addresing end device. Jika potongan data tunggal ditujukan ke end

device, device tersebut harus memiliki alamat yang unik. Dalam

IPv4, ketika alamat ditambahkan ke suatu device, device itu disebut

sebagai host.

2. Encapsulation

Kedua, network layer harus menyediakan enkapsulasi. Setelah

lapisan network menyelesaikan proses enkapsulasi, paket dikirim ke

data link layer untuk dikirimkan ke media.

3. Routing

Network layer harus menyediakan service untuk mengirimkan paket

tersebut ke host tujuannya. Host sumber dan tujuan tidak selalu

terhubung dengan network yang sama. Bahkan, paket mungkin

harus dikirimkan ke network yang berbeda. Dalam perjalanannya,

setiap paket harus diarahkan ke networknya untuk mencapai tujuan

akhirnya. Intermediary device yang menghubungkan network

disebut router. Peran router adalah untuk memilih jalur untuk

mengirimkan paket ke tujuannya. Proses ini disebut dengan routing.

4. Decapsulation

Pada proses ini, packet tiba di host tujuan dan diproses di layer 3.

Host memeriksa alamat tujuan untuk memverifikasi bahwa paket

tersebut memang ditujukan ke device tersebut. Jika alamat benar,

paket tersebut akan didekapsulasi oleh network layer dan transport

layer PDU yang ada di dalam paket dilewatkan ke layanan yang

sesuai pada lapisan transport.

f. Data Link Layer

Data link layer menyediakan sarana untuk bertukar data melalui media

lokal yang umum. Data link layer melakukan dua service dasar:

1. Mengizinkan lapisan atas untuk mengakses media menggunakan

teknik seperti framing.

2. Kontrol bagaimana data ditempatkan ke media dan diterima dari

media menggunakan teknik seperti media access control dan deteksi

kesalahan.

Selain itu ada dua sub layer pada data link yaitu :

1. Logical Link Control (LLC)

LLC mengatur komunikasi seperti error notification dan flow

control.

2. Media Access Control (MAC)

MAC mengatur pengalamatan fisik yang digunakan dalam proses

komunikasi antar adapter.

g. Physical Layer

Physical layer adalah layer OSI yang terletak di paling bawah. Physical

layer bertugas mendefinisikan media transmisi jaringan ke media fisik

serta membawa sinyal ke layer yang lebih tinggi.

Phyical layer memberikan hal berikut:

1. Data encoding (bagaimana merepresentasikan binari 1, menerima

dan mengelola bit).

2. Physical medium attachment (mengakomodasi kemungkinan dalam

berkomunikasi dengan media tertentu).

3. Transmission technique (transmisi digital atau analog).

4. Physical medium transmission (mentransmisikan bits sebagai

electrical atau optical signal ke media fisik)

(CISCO CCNA Exploration 4.0 Network Fundamentals, akses tanggal 9

Oktober 2013).

2.1.6 TCP/IP Layer

Transfer Control Protocol / Internet Protocol atau biasa dikenal

dengan TCP/IP adalah hasil riset yang dikembangkan badan pertahanan

Amerika Serikat yang awalnya diberi nama ARPANET. Sama seperti

arsitektur OSI, TCP/IP juga menggunakan sistem layering. Jika arsitektur

OSI dikenal dengan 7 OSI layer, karena memiliki 7 layer arsitektur.

Menurut Iwan Sofana (2010 : 246-248) TCP/IP hanya mempunyai

empat layer arsitektur, yaitu :

1. Network Interface

Pada lapisan ini, didefinisikan bagaimana penyaluran data dalam bentuk

frame-frame data pada media fisik yang digunakan secara andal.

Lapisan ini biasanya memberikan servis untuk deteksi dan koreksi

kesalahan dari data yang ditransmisikan. Beberapa contoh protokol

yang digunakan pada lapisan ini adalah X.25 untuk jaringan publik,

Ethernet untuk jaringan ethernet,dsb.

2. Internet Layer

Identik dengan network layer pada OSI layer. Lapisan ini bertugas

untuk menjamin agar suatu paket yang dikirimkan dapat menemukan

tujuannya. Lapisan ini memiliki peranan penting terutama dalam

mewujudkan internetworking yang meliputi wilayah luas. Beberapa

tugas lapisan ini yaitu :

• Addressing yaitu melengkapi setiap paket data dengan IP. Karena

addressing berada pada level ini, maka TCP/IP independen dari

jenis media, sistem operasi dan komputer yang digunakan.

• Routing yaitu menentukan rute kemana paket data akan dikirim agar

mencapai tujuan yang diinginkan. Routing merupakan fungsi

penting dari IP. Proses routing sepenuhnya ditentukan oleh jaringan.

Pengirim tidak memiliki kendali terhadap paket yang

dikirimkannya. Router pada jaringan TCP/IP lah yang menentukan

penyampaian paket data dari pengirim ke penerima.

3. Transport Layer

Transport layer berfungsi untuk membuat komunikasi menggunakan

sesi koneksi yang bersifat connection-oriented atau broadcast yang

bersifat connectionless. Protokol dalam lapisan ini adalah Transmission

Control Protocol (TCP) dan User Diagram Protocol (UDP).

4. Application Layer

Application layer merupakan layer paling atas pada model TCP/IP,

yang bertanggung jawab untuk menyediakan akses kepada aplikasi

terhadap layanan jaringan TCP/IP. Protokol ini mencakup protokol

Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP), Domain Name System

(DNS), Hypertext Transfer Protocol (HTTP), File Transfer Protocol

(FTP), Telnet, Simple Mail Transfer Protocol (SMTP), Simple Network

Management Protocol (SNMP), dan masih banyak protokol lainnya.

Dalam beberapa implementasi Stack Protocol, seperti halnya Microsoft

TCP/IP, protokol-protokol lapisan aplikasi berinteraksi dengan

menggunakan antarmuka Windows Sockets (Winsock) atau NetBios

over TCP/IP (NetBT).

2.1.7 Routing

Menurut Stallings (1996, p549), dalam mempertimbangkan fungsi

routing, penting untuk membedakan dua konsep :

� Informasi routing : Informasi tentang topologi dan delay dari internet.

� Algoritma routing : Algoritma digunakan untuk membuat keputusan

routing datagram, berdasarkan informasi routing saat ini.

Menurut Iwan Sofana (2010 : 515) Routing terbagi menjadi 2 kategori, yaitu :

a. Static Routing

Static routing memerlukan campur tangan network administrator dalam

penentuan route. Static routing cocok untuk kondisi network yang

hanya memiliki sebuah rute/jalur keluar. Contohnya LAN dengan

sebuah internet connection.

b. Dynamic Routing

Dynamic routing menggunakan protokol routing yang dapat

menentukan sendiri jalur berdasarkan situasi dan kondisi setiap saat.

Dynamic route cocok digunakan untuk network yang memiliki banyak

rute/jalur. Dimana dinamika atau perubahan rute sering terjadi.

2.1.8 Routing Protocol

Menurut Iwan Sofana (2010 : 517) Routing Protocol dapat dibagi

menjadi 2 yaitu Link State dan Distace Vector.

a. Link State

Pada Link State, semua router mengetahui jalur (path) yang dibentuk

pada network tersebut. Masing-masing router menghitung jarak

terpendek dan pembentukan tree dilakukan, dimana masing-masing

router menjadi root bagi router-router yang lain.

Kemampuan link-state protocol :

� Menggambarkan topologi jaringan secara keseluruhan.

� Mengkalkulasikan jalur terpendek kepada router lain.

� Melakukan update bila ada perubahan.

� Mengirimkan update routing ke semua router.

Yang termasuk dalam link-state protocol adalah: Open Shortest Path

First (OSPF) dan IS – IS.

b. Distance Vector

Disebut protokol Distance Vector karena penentuan routingnya

berdasarkan distance atau jarak terpendek, antara titik asal paket dengan

titik tujuan. Yang dimaksud dengan distance adalah berapa banyak

jumlah hop yang harus dilalui oleh paket sebelum mencapai tujuan.

Distance vector dikembangkan menggunakan algoritma Bellman-Ford.

Contoh distance vector yaitu BGP (Border Gateway Protocol), RIP

(Routing Information Protocol), EIGRP (Enchanced Interior Gateway

Routing Protocol). EIGRP merupakan hak paten Cisco yang

dikembangkan dari protokol Cisco sebelumnya yaitu IGRP (Interior

Gateway Routing Protocol).

Kemampuan distance vector protocol antara lain :

� Menampilkan topologi jaringan dari sudut pandang router tetangga.

� Menambahkan jarak vector dari router ke router.

� Melakukan update secara berkala

� Mengirimkan salinan routing table ke router tetangga.

2.2 Teori Khusus

2.2.1 Virtual Local Area Network (VLAN)

VLAN merupakan pengelompokan logikal dari user dan sumber daya

network yang terhubung ke port-port yang telah ditentukan secara

administratif pada sebuah switch. Penggunaan VLAN akan membuat

pengaturan jaringan menjadi sangat fleksibel dimana dapat dibuat segmen

yang bergantung pada organisasi atau departemen, tanpa bergantung pada

lokasi workstation. Misalnya sebuah perusahaan membutuhkan beberapa

subnet yang sangat banyak sedangkan routernya hanya berjumlah satu

perangkat dan di router tersebut hanya memiliki slot NIC-nya yang terbatas,

maka dari itu VLAN dapat diterapkan agar menghemat biaya instalasi dan

operasional pada topologi jaringan. Dengan diterapkannya metode VLAN

ini dapat menginterkoneksikan pembagian subnet melalui broadcast sesuai

dengan nama VLAN yang telah diimplementasikan pada devisi-devisi

perusahaan. Device yang mendukung penerapan ini sudah banyak, sebagai

salah satu contoh adalah router.

Selain itu VLAN juga memiliki manfaat yaitu :

1. Mudah untuk mencari PC dalam suatu jaringan LAN.

2. Mudah untuk menambahkan atau mengurangi host pada jaringan LAN.

3. Mudah untuk mengubah konfigurasi LAN.

4. Mudah untuk mengontrol traffic jaringan antar LAN.

5. Meningkatkan network security.

6. Memudahkan administrator jaringan untuk mengatur jaringan.

7. Mengurangi biaya.

(Mohaned Al-Obaidy, Effective Implementation Of Vlan And Acl In Local

Area Network, Vol.4, 2012 : 46)

Keanggotaan dalam suatu VLAN dapat di klasifikasikan berdasarkan port

yang digunakan, MAC address atau tipe protokol.

1. Berdasarkan Port

Keanggotaan pada suatu VLAN dapat didasarkan pada port yang

digunakan oleh VLAN tersebut. Sebagai contoh, pada bridge/switch

dengan 4 port, port 1, 2 dan 4 merupakan VLAN 1 sedang port 3

dimiliki oleh VLAN 2. Lihat Tabel.

Tabel 2.1 Port dan VLAN

Port 1 2 3 4

VLAN 1 1 2 1

Kelemahannya adalah user tidak bisa untuk berpindah pindah, apabila

harus berpindah maka network administrator harus mengkonfigurasikan

ulang.

2. Berdasarkan MAC Address

Keanggotaan suatu VLAN didasarkan pada MAC address dari setiap

workstation / komputer yang dimiliki oleh user. Switch mendeteksi /

mencatat semua MAC address yang dimiliki oleh setiap Virtual LAN.

MAC address merupakan suatu bagian yang dimiliki oleh NIC

(Network Interface Card) di setiap workstation.

Kelebihannya apabila user berpindah-pindah, maka akan tetap

terkonfigurasi sebagai anggota dari VLAN tersebut. Sedangkan

kekurangannya bahwa setiap mesin harus dikonfigurasikan secara

manual , dan untuk jaringan yang memiliki ratusan workstation maka

tipe ini kurang efissien untuk dilakukan.

Tabel 2.2 MAC Address dan VLAN

MAC

Address

00-26-6C-

9C-00-FF

00-30-67-

48-6E-EA

00-16-17-

53-DD-2A

00-30-67-

48-6D-BF

VLAN 1 2 3 4

3. Berdasarkan tipe protokol yang digunakan.

Keanggotaan VLAN juga bisa berdasarkan protokol yang digunakan.

Tabel 2.3 Protokol dan VLAN

Protokol IP IPX

VLAN 1 2

4. Berdasarkan Alamat Subnet IP

Subnet IP address pada suatu jaringan juga dapat digunakan untuk

mengklasifikasi suatu VLAN

Tabel 2.4 IP Subnet dan VLAN

IP Subnet 192.168.10.1 192.168.11.1

VLAN 1 2

Konfigurasi ini tidak berhubungan dengan routing pada jaringan dan

juga tidak mempermasalahkan fungsi router. IP address digunakan

untuk memetakan keanggotaan VLAN. Keuntungannya seorang user

tidak perlu mengkonfigurasikan ulang alamatnya di jaringan apabila

berpindah tempat, hanya saja karena bekerja di layer yang lebih tinggi

maka akan sedikit lebih lambat untuk meneruskan paket di banding

menggunakan MAC address.

5. Berdasarkan aplikasi atau kombinasi lain.

Sangat dimungkinkan untuk menentukan suatu VLAN berdasarkan

aplikasi yang dijalankan, atau kombinasi dari semua tipe di atas untuk

diterapkan pada suatu jaringan. Misalkan aplikasi FTP (File Transfer

Protocol) hanya bisa digunakan oleh VLAN 1 dan Telnet hanya bisa

digunakan pada VLAN 2.

2.2.2 VTP (VLAN Trunking Protocol)

Menurut Iwan Sofana (2010:188) VLAN Trunking Protocol (VTP)

merupakan protokol milik (proprietary) Cisco yang memungkinkan switch-

switch Cisco (yang terhubung) saling bertukar informasi. VTP

memungkinkan seorang administrator untuk menambahkan, mengurangi,

dan mengganti nama VLAN-VLAN informasi yang kemudian

disebarluaskan ke semua switch lain di domain VTP tersebut. VTP

mendefinisikan layer 2 messaging protocol yang mengijinkan switch-switch

untuk bertukar informasi konfigurasi VLAN, sehingga hal ini akan menjaga

konfigurasi VLAN tetap konsisten di seluruh jaringan.

VTP mengelola penambahan, penghapusan, dan pengubahan nama

VLAN ke seluruh switch. Hal ini dapat meminimalkan miskonfigurasi dan

ketidakkonsistenan konfigurasi yang dapat menyebabkan masalah, seperti

duplikasi penamaan VLAN atau kesalahan pengesetan tipe VLAN.

Proses VTP diawali dengan pembuatan VLAN pada suatu switch yang

disebut VTP server. Perubahan didistribusikan sebagai suatu broadcast ke

seluruh jaringan. VTP client dan server akan “mendengar” VTP messages

dan meng-update masing-masing konfigurasi berdasarkan pesan tersebut.

(http://repository.amikom.ac.id/files/Publikasi_07.01.2264.pdf , akses

tanggal 9 Oktober 2013).

VTP memberikan manfaat sebagai berikut:

� Konfigurasi VLAN konsistensi diseluruh jaringan.

� Pegiriman VLAN-advertisement terjadi hanya di trunk port.

� Pelaporan dinamis ditambahkan diseluruh jaringan VLAN.

� Plug-and-play saat menambahkan konfigurasi baru pada VLAN.

2.2.3 VTP Domain

VTP Domain merupakan kumpulan dari switch-switch yang mempunyai

satu manajemen yang sama. Fungsi dari VTP adalah untuk melakukan

pengaturan switch CISCO sebagai suatu kelompok switch management

yang tergabung dalam VTP domain.

Satu switch hanya bisa menjadi bagian dari satu switch management

domain dan secara default tidak menjadi bagian dari switch management

domain manapun.

2.2.4 VTP Mode

Setting awal dari switch adalah tidak tergabung dalam switch

management domain manapun, untuk membuatnya menjadi bagian dalam

suatu switch management domain adalah dengan melakukan konfigurasi

sehingga switch tersebut menjadi salah satu dari tiga jenis VTP mode untuk

menentukan bagaimana cara suatu switch berkomunikasi dengan switch

VTP lainnya dalam switch management domain tersebut.

Berikut beberapa mode VTP yaitu:

1. Server Mode

VTP server adalah mode default untuk semua switch Catalyst. Pada

mode ini maka switch dapat membuat dan menghapus VLAN serta

mampu mendistribusikan konfigurasi VLANnya ke switch yang lain.

2. Client Mode

Pada mode client, switch yang di setting dengan mode ini tidak dapat

membuat atau menghapus VLAN, dan hanya menerima konfigurasi

VLAN dari switch server.

3. Transparant Mode

Pada mode ini switch dapat membuat dan menghapus VLAN, dan

konfigurasi VLAN dari server akan diteruskan ke switch yang lain

sedangkan ia sendiri mengabaikan (tidak membaca) konfigurasi

tersebut.


Recommended