Transcript
Page 1: BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2

7

BAB 2 : LANDASAN TEORI

LANDASAN TEORI

2.1 Payment Gateway

Payment Gateway Service adalah layanan 3rd party service yang

menghubungkan antara merchant dengan bank. Dengan tersedianya layanan tersebut

maka merchant dapat menyediakan layanan online payment pada website online

shopping-nya dengan cara menghubungkan website mereka pada payment gateway

service menggunakan service dari Application Program Interface (API). Payment

gateway service sangat dibutuhkan karena tingginya initial cost dan maintenance

cost untuk melakukan koneksi dengan bank, selain dari pada itu dibutuhkan juga

sebuah sistem yang dapat menghubungkan account bank dari customer dan merchant

(Gulati et al., 2007; Duric et al., 2007).

Gambar 2.1 Relasi pada internet payment system

Keunggulan adanya payment gateway service :

• Selalu uptime 24 x 7 x 365.

• Authorisation credit card secara real time.

• Memproses transaksi secara cepat dan efisien.

• Memungkinkan untuk melakukan berbagai jenis pembayaran.

• Informasi data transaksi diproses secara aman.

• Fleksibel dan memungkinkan untuk mengenerelasi report dari history transaksi.

• Pembayaran dengan menggunakan multi-currency.

• Mempermudah merchant untuk mengatasi masalah pembayaran, sehingga

merchant dapat berfokus pada website online-nya saja.

Payment gateway

Bank

Customer / Payment Web

Segment

Web Shop

Merchant

Page 2: BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2

8

• Menggunakan certifying authority dengan secure server.

• Filterasi awal sebelum mengirim informasi pembayaran kepada pihak bank

(mempermudah sisi bank).

• Dengan sekuritas yang baik akan memberikan positif user experience untuk

merchant maupun consumer.

2.1.1 Payment Gateway Transaction Tahapan – tahapan yang terjadi ketika melakukan pembelian barang / servis secara

online (Gulati et al., 2007) .

1. Customer mengunjungi sebuah online website shop untuk membeli barang /

servis, setelah customer melakukan pemilihan barang / servis dan menekan

tombol “buy”. Data dari komputer tempat customer itu berada akan dikirim

kepada online website shop tersebut.

2. Server online website shop tersebut akan menerima data yang dikirim pada

langkah pertama dan menambahkan digital certificate untuk mengenali website

shop tersebut. Setelah ditambahkan dengan informasi IP customer dan informasi

transaksi pembelian, message tersebut biasa disebut dengan “Digital Order”.

Digital Order akan dikirim menuju payment gateway melalui secure network

(dimana data tersebut di enkripsi).

3. Berdasarkan digital certificate, payment gateway akan mengautentikasi website

shop.

4. Payment gateway akan memberikan jenis – jenis pembayaran online yang

tersedia untuk dipilih oleh customer.

5. Customer memilih jenis pembayaran yang ingin dilakukan.

6. Payment gateway akan mengirim detail pembayaran ke acquiring bank (dimana

jenis pembayaran dilakukan dengan menggunakan credit card).

7. Acquiring bank akan mengirim informasi kepada issuing bank dimana credit

card customer itu terdaftar.

8. Berdasarkan limit dari credit card maupun validasi informasi pembayaran yang

digunakan, issuing bank akan menerima atau menolak transaksi yang dikirim.

Informasi hasil tersebut akan dikirim kepada Payment Gateway melalui

acquiring bank.

Page 3: BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2

9

9. Payment gateway akan mengirim bukti tanda pembayaran kepada merchant

maupun customer.

10. Website online mengirim barang / servis kepada customer.

Proses pada payment gateway terjadi setelah payment message dari website

merchant telah diterima dan sebelum memberikan response balik kepada website

merchant. Langkah - langkah yang dilakukan payment gateway service selama

proses tersebut berlangsung yaitu :

• Authorising, verifikasi credit card

• Clearing, mentransfer hasil transaksi ke account bank merchant

• Reporting, menyimpan data transaksi.

2.2 The Unified of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)

Unified of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) adalah salah satu

model penerimaan teknologi terbaru yang dikembangkan oleh Venkatesh, Morris dan

Davis (2003).

Variabel utama yang terdapat dalam model UTAUT adalah :

• Performance Expectancy : Tingkat ukuran dimana seseorang percaya pada saat

penggunaan teknologi akan membantunya menyelesaikan berbagai

permasalahan.

• Effort Expectancy : Tingkat ukuran dimana adanya kemudahan dalam

penggunaan sistem.

• Social Influence : Tingkat dimana seorang individu merasa bahwa orang-orang

yang penting baginya percaya sebaiknya dia menggunakan sistem yang baru.

• Facilitating Conditions : Tingkat dimana seorang individu terhadap ketersediaan

infrastruktur teknik dan organisasional (sumber daya) untuk mendukung

penggunaan sistem.

Variabel tambahan yang terdapat dalam model UTAUT adalah :

• Gender : Peranan umur memiliki pengaruh psikologis yang cukup besar pada

penggunaan sistem.

• Age : Umur memiliki efek pada tingkah laku individu.

Page 4: BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2

10

• Experience : latihan perkenalan pada sistem dengan kemampuan yang

dibutuhkan.

• Voluntariness of Use : Penggunaan sistem dengan sendirinya atau tanpa perintah

lagi.

Keterkaitan antara masing-masing variabEL utama dan variable pendukung dalam

UTAUT adalah seperti berikut :

Gambar 2.2 Konstruk UTAUT

(Sumber : Venkatesh et al, 2003)

UTAUT merupakan penggabungan dari beberapa elemen yang terdapat dalam

8 model penerimaan teknologi lainnya dengan tujuan untuk memperoleh kesatuan

pandangan mengenai user. Delapan model yang dijadikan sebagai acuan dalam

model UTAUT adalah :

2.2.1 Theory Reasoned Action (TRA)

Teori ini merupakan teori yang didasari kepada asumsi bahwa manusia

berperilaku secara sadar mempertimbangkan implikasi tindakan yang dilakukan yang

dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975).

Performance Expectancy

Effort Expectancy

Social Influence

Facilitating Conditions

Behavioral Intention

Gender Age Experience Voluntariness Of Use

Use Behavior

Page 5: BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2

11

Konstruksi-konstruksi yang digunakan menurut Tsung Lu, et al (2010), adalah :

• Behavioral intention adalah keinginan untuk berperilaku.

• Behavior adalah tindakan nyata yang dilakukan.

• Attitude adalah evaluasi kepercayaan atau perasaan positif atau negatif dari

seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukan.

• Subjective norm adalah persepsi individu mengenai kepercayaan orang lain yang

akan mempengaruhi minat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang

dipertimbangkan.

Gambar 2.3 Konstruk TRA

Sumber : Tsung Lu, et al(2010).

2.2.2 Theory Acceptance Model (TAM)

Teori ini merupakan pengembangan dari TRA yang dapat digunakan untuk

menjelaskan penerimaan individual terhadap penggunaan sistem teknologi informasi

yang dikembangkan oleh Fred D. Davis pada tahun 1989.

Teori ini menambahkan 2 kosntruksi terhadap model TRA, yaitu perceived

usefulness dan perceived ease of use.

• Perceived usefulness adalah kepercayaan individu dalam meningkatkan derajat

kinerja pekerjaannya melalui penggunaan teknologi dan sistem informasi baru.

• Perceived ease of use adalah bagaimana individu belajar untuk mengoperasikan

atau menggunakan teknologi dan sistem informasi baru.

Kosntruksi-kosntruksi tersebut akan mempengaruhi attitude terhadap behavior

yang akan membentuk behavioral intention.

Attitude

Behavioral Intention

Subjective Norm

Behavior

Page 6: BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2

12

Gambar 2.4 Konstruk TAM

Sumber : Davis (1989).

2.2.3 Motivational Model (MM)

Dalam teori ini meneliti tentang motivasi apa yang mendorong seseorang untuk

menggunakan komputer di tempat kerja.

Menurut pakar motivasi, perilaku seseorang dipengaruhi oleh dua macam

motivasi, yaitu extrinsic motivation dan intrinsic motivation.

• Extrinsic motivation adalah persepsi dimana pengguna mau melakukan suatu

kegiatan karena dianggap sebagai alat pencapaian hasil tetapi berbeda dari

kegiatan tersebut (Winarko & Mahadewi, 2013).

• Intrinsic motivation adalah persepsi dimana pengguna mau melakukan suatu

kegiatan karena tidak ada alasan yang kuat selain proses dalam kegiatan

tersebut.( Winarko & Mahadewi, 2013).

2.2.4 Theory of Planned Behavior (TPB)

TPB merupakan pengembangan dari TRA. TPB menjelaskan perilaku

konsumen yang kompleks yang menbutuhkan kontrol keperilakuan atau kemampuan

untuk berperilaku. TPB menjelaskan bahwa behavioral intention dipengaruhi oleh

attitude towards behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control.

Perceived behavioral control dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu dan

perkiraan seseorang mengenai sulit atau tidaknya untuk melakukan perilaku tertentu

(Ajzen, 1991).

Perceived

Easy of use

Perceived Usefulness

Attitude Behavioral Intention

Behavior

Page 7: BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2

13

Subjective Norm

Perceived Behavioral

Control

Attitude Toward Act or Behavior

Behavioral Intention

Behavior

Gambar 2.5 Konstruk TPB

Sumber : Ajzen (1991)

2.2.5 Combined TAM and TPB

Teori ini menjelaskan tentang perilaku seseorang dengan konstruksi model

multidimensional yang sering disebut dengan Decomposed Theory of Planned

Behavior.

Perbedaan teori ini dengan teori TRA berada pada faktor penentu attitude

dimana attitude dipengaruhi oleh perceived usefulness, ease of use dan compability.

Perbedaan teori ini dengan teori TPB berada pada subjective norm yang

memiliki pengaruh dari peer influence dan superior’s influence. Perceived behavior

control dipengaruhi oleh self efficacy, resource facilitating conditions, dan

facilitating conditions.

Compability diartikan sebagai sejauhmana inovasi cocok dengan nilai-nilai

yang dianut oleh adopter saat ini, termasuk penggunaan dan kebutuhan sebelumnya

(Taylor & Todd, 1995).

Page 8: BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2

14

Gambar 2.6 Kombinasi TAM dan TPB

Sumber : (Taylor & Todd, 1995)

2.2.6 Model of PC Utilization (MPTU)

Teori ini dikembangkan oleh Triandis pada tahun 1980 mengenai pendekatan

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dalam konteks sistem informasi untuk

memprediksi pemanfaatan PC (personal computer). Dalam teori ini dapat dilihat

bahwa utilization of PCs dipengaruhi oleh social norms dan expected consequences.

Social norms terdiri dari social factor, affect toward use, dan facilitating

conditions. Affect towards use adalah perasaan yang timbul dari asosiasi dengan

suatu tindakan seseorang. Dan facilitating conditions dalam sistem informasi adalah

faktor-faktor objektif dimana karena kemudahan maka pengguna menggunakan

sistem tersebut.

Expected consequences terdiri dari complexity of PC use, job fit with PC use,

dan long-term consequences of PC use.

Technology facilitating condition

Resource facilitating condition

Self-efficacy

Superior’s influence

Peer influence

Compability

Perceived usefulness

Ease of use

Attitude

Subjective Norm

Perceived Behavioral

control

Intention Usage behavior

Page 9: BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2

15

Facilitating conditions for

PC use

Social factors influencing

PC use

Affect toward PC use

Complexity of PC use

Job fit with PC use

Long term consequences

of PC use

Utilization of PCs

Gambar 2.7 Konstruk MPTU

Sumber : Triandis (1980)

2.2.7 Innovation Diffusion Theory (IDT)

Teori ini dikembangkan dari teori Diffusion of Innovations oleh Everett M.

Rogers tahun 1960-an yang meneliti tentang beberapa macam inovasi organisasi.

Menurut Rogers, kategori adopter terhadap inovasi teknologi baru sebagai berikut :

• Innovators : kelompok orang-orang yang ingin mengadopsi suatu inovasi

pertama kali dengan mau menempuh risiko, berusia muda, punya kelas sosial

tinggi, punya kemampuan kelas sosial tinggi, kemampuan financial yang cukup,

memiliki jiwa sosial yang tinggi, punya akses ke sumber pengetahuan dan

berinteraksi dengan kelompok innovators lain.

• Early adopters : kelompok kedua yang paling cepat mengadopsi adanya inovasi

teknologi baru dengan memiliki opinion leadership yang tinggi dan memiliki

ciri yang mirip dengan innovators.

• Early majority : kelompok orang yang membutuhkan waktu lebih lama daripada

kelompok innovators dan early adopters yang berasal dari kelompok sosial

diatas rata-rata dan berhubungan dengan kelompok early adopters tetapi jarang

memiliki opinion leadership dalam suatu sistem.

• Late majority : kelompok orang yang memiliki sikap keraguan terhadap

teknologi baru sehingga mau mengadopsi inovasi setelah masyarakat mau

mengadopsi teknologi baru.

Page 10: BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2

16

• Laggards : kelompok terakhir dalam mengadopsi teknologi baru karena

memiliki golongan sosial dan kemampuan finansial yang rendah, relative berusia

tua, serta tidak memiliki opinion leadership dan pola berpikir yang koservatif.

Gambar 2.8 Kategori IDT

Sumber : Rogers (2003)

Kosntruksi-kosntruksi dalam teori ini :

• Voluntariness of use : sejauhmana penggunaan inovasi dipersepsikan secara

sukarela.

• Image : sejauhmana penggunaan suatu inovasi dipersepsikan untuk

meningkatkan citra seseorang.

• Relative advantage : sejauhmana inovasi dipersepsikan lebih baik dibandingkan

dengan sebelumnya.

• Compability : sejauhmana sebuah inovasi dipersepsikan konsisten dengan nilai-

nilai, kebutuhan dan pengalaman dari potential adopters.

• Ease of use : sejauhmana inovasi dipersepsikan untuk digunakan.

• Result demonstrability : hasil nyata dari penggunaan inovasi untuk dapat

diamati.

• Trialability : sejauhmana inovasi bisa diuji sebelum diadopsi.

• Visibility : sejauhmana orang dapat melihat penggunaan sistem dalam organisasi.

2.2.8 Social Cognitive Theory (SCT)

Teori ini diterapkan dan dikembangkan oleh Compeau dan Higgins pada 1995

dalam konteks penggunaan komputer dengan model kosntruksi untuk menjelaskan

peranan self-efficacy, yaitu penilaian mengenai kemampuan seseorang dalam

Page 11: BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2

17

menggunakan suatu teknologi yang digunakan untuk mengerjakan suatu tugas

tertentu.

Computer self-efficacy mempengaruhi outcome expectations. Kemudian

computer self efficacy dan outcome expectations dipengaruhi oleh encouragement by

others, encouragement by others, others’ use dan support.

Gambar 2.9 Konstruk SCT

Sumber : Compeau dan Higgins (1995)

2.3 Behavioral Intention

Minat berperilaku merupakan indikasi kesiapan individu untuk melakukan

perilaku tertentu dan diasumsikan sebagai perilaku yang dilakukan secara spontan

(Lu, Huang, & Lo, 2010). Minat berperilaku juga merupakan fungsi dari sikap

individu terhadap perilaku dan norma subjektif sekitar kinerja perilaku (Ajzen &

Fishbein, 1975). Sehingga Behavioral Intention adalah fungsi dari sikap individu

untuk melakukan perilaku tertentu sebagai perilaku yang dilakukan secara spontan.

2.4 Trust

Kepercayaan merupakan kemauan untuk mengandalkan mitra (Ganesan, 1994;

McKnight, et al., 2002 dalam Kim., et al., 2012). Dalam bidang e-commerce,

kepercayaan adalah keyakinan yang membuat konsumen rentan terhadap itikad baik

dari penjual online setelah belajar dari karakteristik mereka (Pavlou, 2003 dalam

Kim., et al., 2012). Kepercayaan pada website memainkan peran penting dalam e-

commerce karena konsumen tidak mungkin berbelanja online bila mereka tidak

percaya pada website penjual dimana mereka berbelanja (Gefen, 2002; Jarvenpaa,

Encouragement by others

Anxiety Others’ use

Computer self-efficacy

Outcome expectations

affect Encouragement by others

Support Usage

Page 12: BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2

18

Tractinsky, Saarinen, & Vitale, 1999; Kim et al., 2008). Sehingga Trust merupakan

peran penting di dalam interaksi antara penjual dan konsumen agar dapat

meyakinkan konsumen untuk mengandalkan penjual.

2.5 Flow

Flow merupakan sensasi holistik ketika orang bertindak dengan keterlibatan

total (Csikszentmihalyi, 1988 dalam Zhou, 2013). Flow juga cerminan dari

keseimbangan keterampilan pengguna dan tantangan yang akan diterima (Hoffman

dan Novak, 1996). Flow juga merupakan pengalaman optimal yang akan

mempengaruhi perilaku pengguna (Finneran dan Zhang, 2005). Sehingga Flow

merupakan pengalaman optimal yang mencerminkan keseimbangan keterampilan

dan tantangan yang dialami oleh pengguna ketika bertindak dengan keterlibatan total.

2.6 Satisfaction

Kepuasan adalah salah satu langkah yang paling penting dalam mencapai

keberhasilan di lingkungan online B2C (Turban, et al., 2012). Kepuasan

mencerminkan perasaan kumulatif yang dikembangkan antara beberapa interaksi

dengan penyedia layanan (Oliver, 1980 dalam Zhou, 2013). Sehingga Satisfaction

adalah cerminan dari perasaan kumulatif yang dikembangkan antara beberapa

interaksi dengan penyedia layanan yang diberikan untuk konsumen agar mencapai

keberhasilan perusahaan.

2.7 Perceived Value

Nilai yang dirasakan adalah penilaian manfaat yang konsumen dapatkan

terhadap biaya yang akan dikeluarkan ketika berbelanja online (Zethaml, 1988 dalam

Ponte, et al, 2014). Nilai yang dirasakan dari transaksi dalam belanja online

merupakan keuntungan yang didapatkan oleh penjual (Kim et al., 2012; Seddon,

1997). Kepercayaan dapat meningkatkan Perceived Value karena konsumen tidak

harus menghabiskan banyak waktu dan usaha untuk memilih online seller (Kim et

al., 2012). Sehingga Perceived Value adalah manfaat yang didapatkan konsumen atas

kepercayaan yang diberikan kepada seller atas usaha yang dilakukan saat berbelanja

online.

Page 13: BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2

19

2.8 Kerangka Pemikiran

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengevaluasi Behavioral

Intention pada payment gateway Mimopay. Kemudian dilakukan kajian pustaka

dengan mengumpulkan teori-teori pendukung yang sesuai dengan penelitian

sehingga dapat ditentukan model dan variabel-variabel penelitiannya. Setelah

menentukan model penelitiannya dan mengetahui variabel yang akan diteliti, langkah

selanjutnya adalah dengan pengumpulan data yaitu dengan menyusun kuesioner dan

membagikannya kepada sampel yang telah ditentukan. Setelah kuesioner tersebut

telah dibagikan, maka kemudian dilanjutkan ke tahap analisis. Pada penelitian ini

menggunakan metode analisis SEM-PLS. Kemudian setelah tahap analisis selesai,

langkah berikutnya adalah dengan menginterpretasikan hasil analisis untuk dapat

mengetahui rekomendasi apa saja yang akan diberikan untuk permasalahan yang ada.

Dan pada tahap terakhir akan dibuat simpulan dan saran atas penelitian ini.

Page 14: BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2

20

Gambar 2.10 Kerangka Pemikiran

Sumber : Peneliti (2014)

2.9 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dibuat berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang dapat

menjadi landasan teori berpikir. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang

terkait dalam penelitian ini :

1. “Consumer Acceptance and Use of Information Technology: Extending The

Unified Theory of Acceptance and Use of Technology” – Venkatesh, Thong dan

Xu (2012).

Menentukan

Masalah

Menentukan

Landasan

Membuat Model

Penelitian

Perancangan

Kuesioner

Pengumpulan Data

Analisis SEM

Simpulan dan

Saran

Page 15: BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2

21

Tujuan dari penelitian ini adalah dengan memperluas teori penerimaan dan

penggunaan teknologi (UTAUT) untuk mempelajari penerimaan dan

penggunaan teknologi dalam konteks konsumen dengan menggabungkan

konstruksi Hedonic Motivation, Price Value, dan Habit.

2. “ Internet Banking Adoption in Kuala Lumpur : An Application of UTAUT

Model” – Foon dan Fah (2011)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi faktor-faktor penentu

dalam mengadopsi internet banking pada penduduk Malaysia, khususnya daerah

Cheras, Ampang dan Pudu.

3. “An Empirical Examination of Behavioral Intention of Mobile Payment

Services” - Zhou (2013).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi Continuance Intention dalam mobile payment yang mengacu

pada model sistem informasi dan teori Flow.

4. ”Influence of trust and perceived value on the intention to purchase travel

online: Integrating the effects of assurance on trust antecedents” – Ponte,

Trujillo dan Rodriguez (2014).

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efek jaminan kepercayaan

dalam travel website yang diperluas untuk mencakup jaminan pihak ketiga dan

konstruksi yang terkait.

5. “Perceived values, satisfaction, and behavioral intentions: The role of

familiarity in Korean restaurants” – Ha dan Jang (2010).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji persepsi pelanggan di Amerika

Serikat mengenai pengalamannya di restoran Korea dengan melihat efek dari

nilai-nilai hedonis, kepuasan dan niat berperilaku.

6. “The Effects of Website Designs, Self-Congruity, and Flow on Behavioral

Intention” – Cho dan Kim (2012).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti efek dari web interface design

pada niat berperilaku konsumen dalam konteks retail online.

Page 16: BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2

22

Tabel 2.1 Perbandingan Jurnal-Jurnal

Jurnal

Pembanding

Venkatesh,

et al (2012)

Foon dan

Fah (2011)

Zhou (2013) Ponte, et al

(2014)

Ha dan Jang

(2010)

Cho dan Kim

(2012).

Penelitian

Sekarang

Industri Mobile

internet

technology

Internet

banking

Mobile payment

service provider

Travel online

website

Restoran

Korea

Clothing

retail sites

Payment

Gateway

Lokasi Hong Kong Malaysia China Spanyol United States United States Indonesia

Objek Pengguna

teknologi

mobile

internet

Penduduk

Malaysia di

daerah

Cheras,

Ampang dan

Pudu

Pengguna China

Mobile dan

China Unicom

yang memiliki

pengalaman

dalam mobile

payment

Pelanggan

yang pernah

melakukan

pembayaran

pada website

tersebut di

tahun

sebelumnya

Pelanggan

restoran

Pembeli

online

Perusahaan-

perusahaan e-

commerce

Metode

Penelitian

PLS Regresi

linier

berganda

PLS PLS PLS PLS PLS

Page 17: BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2

23

2.10 Hubungan Antar Variabel

Berikut adalah keterkaitan antara faktor-faktor yang akan diuji dalam penelitian ini :

1. Hubungan antara UTAUT dengan Behavioral Intention

Penelitian yang dilakukan Venkatesh, Thong dan Xu (2012) adalah untuk

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari konstruksi di dalam UTAUT

terhadap Behavioral Intention pada penggunaan teknologi di Hong Kong. Di

dalam penelitian ini menghasilkan bahwa adanya efek yang signifikan pada

Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social Influence dan Facilitating

Conditions terhadap Behavioral Intention. Performance Expectancy merupakan

pendorong utama pada minat penggunaan teknologi. Facilitating Conditions

mempengaruhi Behavioral Intention secara signifikan pada wanita yang lebih

tua dikarenakan konsumen melihat akan adanya ketersediaan sumber daya,

pengetahuan dan dukungan terhadap peneriman teknologi yang baru.

H1a. Performance Expectancy memiliki efek positif terhadap Behavioral

Intention.

H1b. Effort Expectancy memiliki efek positif terhadap Behavioral Intention.

H1c. Social Influence memiliki efek positif terhadap Behavioral Intention.

H1d. Facilitating Conditions memiliki efek positif terhadap Behavioral Intention.

2. Hubungan antara Trust, Perceived Value, dengan Behavioral Intention.

Pada penelitian Ponte, Trujillo dan Rodriguez (2014) yang menganalisis

efek dari jaminan kepercayaan dalam situs travel. Trust berperan sebagai

prediktor dalam e-commerce dan travel-nya, yang berarti semakin besar

kepercayaan konsumen terhadap website tersebut semakin kuat minat mereka

untuk menggunakannya. Trust merupakan faktor utama untuk Perceived Value,

dimana semakin besar kepercayaan konsumen maka semakin besar nilai yang

akan diperoleh konsumen ketika berbelanja pada travel website tersebut.

Perceived Value juga merupakan faktor utama dalam Behavioral Intention ,

yang menjelaskan bahwa semakin besar nilai yang dirasakan konsumen pada

produk di dalam website-nya, maka semkin besar minat mereka untuk berbelanja

dalam website tersebut.

H2a. Trust memiliki efek positif terhadap Behavioral Intention.

Page 18: BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2

24

H2b. Trust memiliki efek positif terhadap Perceived Value.

H2c. Perceived Value memiliki efek positif terhadap Behavioral Intention.

3. Hubungan antara Trust, Flow dan Satisfaction.

Pada penelitian Zhou (2013) yang mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi Continuance Intention pada mobile payment di china. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa service Quality merupakan faktor utama yang

mempengaruhi Trust dan Sistem Quality merupakan faktor utama yang

mempengaruhi Satisfaction. Information quality dan Service Quality

mempengaruhi Flow. Trust dan Flow memediasi pengaruh dari Information

Quality dan System Quality terhadap Satisfaction. Trust mempengaruhi Flow

dan saling mempengaruhi Satisfaction. Ketiga faktor tersebut mempengaruhi

Continuance Intention. Trust, Flow dan Satisfaction merupakan faktor penentu

bagi Continuance Intention pada mobile payment di China dimana pengaruh dari

Flow terhadap Continuance Intention perlu diperhatikan lebih lanjut.

H3a. Trust memiliki efek positif terhadap Flow.

H3b. Flow memiliki efek positif terhadap Satisfaction.

4. Hubungan antara Flow dan Behavioral Intention.

Pada penelitian Cho dan Kim (2014) yang menginvestigasi bagaimana awal dari

Self-Congruity dan Flow mempengaruhi Behavioral Intention dalam

mengevaluasi website design. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya

pengaruh positif yang kuat antara Flow terhadap Behavioral Intention.

H4. Flow memiliki efek positif terhadap Behavioral Intention.

5. Hubungan Satisfaction dan Behavioral Intention.

Pada penelitian Ha dan Jang (2010) yang meneliti efek dari Familiarity pada

restoran Korea dengan hubungannya antara Perceived Value, Satisfaction dan

Behavioral Intention. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Satisfaction

mempengaruhi Behavioral Intention dimana rasa merupakan faktor utama bagi

pelanggan Amerika sehingga dengan adanya temuan ini menyarankan agar

pemilik restoran harus mengembangkan berbagai menu agar dapat memuaskan

pelanggan dan mendorong mereka untuk lebih sering berkunjung.

Page 19: BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2

25

H5. Satisfaction memiliki efek positif terhadap Behavioral Intention.

Model penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

Gambar 2.11 Model Penelitian

Sumber : diadaptasi dari Venkatesh, et al (2012); Zhou (2013); Ponte, Trujillo dan

Rodriguez (2014); Ha dan Jang (2010); Cho dan Kim (2014).

2.11 Hipotesis

Berikut adalah hipotesis-hipotesis dalam penelitian ini berdasarkan berbagai

identifikasi masalah dan teori yang telah dijabarkan untuk memenuhi tujuan

penelitian :

• Hipotesis 1

H0 : UTAUT tidak memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada payment

gateway Mimopay.

a. Performance Expectancy tidak memiliki pengaruh terhadap Behavioral

Intention pada payment gateway Mimopay.

Performance Expectancy

Effort Expectancy

Social Influence

Facilitating Conditions

Trust

Flow

Satisfaction

Perceived Value

Behavioral Intention

UTAUT

Page 20: BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2

26

b. Effort Expectancy tidak memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention

pada payment gateway Mimopay.

c. Social Influence tidak memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada

payment gateway Mimopay.

d. Facilitating Conditions tidak memiliki pengaruh terhadap Behavioral

Intention pada payment gateway Mimopay.

Ha : UTAUT memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada payment

gateway Mimopay.

a. Performance Expectancy memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention

pada payment gateway Mimopay.

b. Effort Expectancy memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada

payment gateway Mimopay.

c. Social Influence memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada

payment gateway Mimopay.

d. Facilitating Conditions memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention

pada payment gateway Mimopay.

• Hipotesis 2

H0 : Trust tidak memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada payment

gateway Mimopay.

Ha : Trust memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada payment gateway

Mimopay.

• Hipotesis 3

H0 : Flow tidak memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada payment

gateway Mimopay.

Ha : Flow memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada payment gateway

Mimopay.

• Hipotesis 4

H0 : Satisfaction tidak memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada

payment gateway Mimopay.

Page 21: BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2

27

Ha : Satisfaction tidak memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada

payment gateway Mimopay.

• Hipotesis 5

H0 : Perceived Value tidak memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada

payment gateway Mimopay.

Ha : Perceived Value memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada

payment gateway Mimopay.

• Hipotesis 6

H0 : Trust tidak memiliki pengaruh terhadap Perceived Value pada payment gateway

Mimopay.

Ha : Trust memiliki pengaruh terhadap Perceived Value pada payment gateway

Mimopay.

• Hipotesis 7

H0 : Trust tidak memiliki pengaruh terhadap Flow pada payment gateway Mimopay.

Ha : Trust memiliki pengaruh terhadap Flow pada payment gateway Mimopay.

• Hipotesis 8

H0 : Flow tidak pengaruh terhadap Satisfaction pada payment gateway Mimopay.

Ha : Flow memiliki pengaruh terhadap Satisfaction pada payment gateway

Mimopay.

Page 22: BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2

28


Recommended