Download docx - ASKEP KONJUNGTIVITIS

Transcript
Page 1: ASKEP KONJUNGTIVITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

GANGGUAN KONJUNGTIVITIS

DI SUSUN OLEH :

1. Bella Krisna Mareta 111410

2. Desy Irawati 111410

3. Dewi Nur Kholifah 11141062

4. Diny Tri Yulia C.S 111410

5. Dita Devianti 111410

6. Leni Sintya Dewi 11141079

7. Salma Rayanti 111410

8. Ulfi Apriyani 111410

9. Rully 111410

10.Septania Kharisma Pertiwi 111410

SARJANA KEPERAWATAN REGULER

Page 2: ASKEP KONJUNGTIVITIS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMINA BINA

MEDIKA

TAHUN AKADEMIK 2015

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan karuniaNya, sehingga mendapat petunjuk dan kesabaran dalam menyelesaikan

tugas makalah ini. Tidak lupa shalawat dan salam semoga Allah SWT curahkan selalu kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju

alam yang diridhoiNya.

Makalah ini berisi sedikit pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien

Gangguan Konjungtivitis, melalui pembahasan pengertian konjungtivitis dan bagaimana cara

perawat mnerapkan asuhan keperawatan yang sesuai terhadap pasien tersebut dalam dunia kerja

kesehatan yang nantinya diharap dapat menambah pengetahuan pembaca tentang Bahasa

Indonesia. Selama pembuatan makalah ini, telah banyak arahan dan petunjuk yang didapat dari

dosen pengajar mata kuliah Keperawatan Persepsi Sensori. Namun dalam penulisan makalah ini,

mungkin jauh dari apa yang dinamakan sempurna karena masih dalam tahap belajar. Oleh sebab

itu, dengan senang hati atas saran dan kritiknya untuk disusun selanjutnya.

Demikianlah makalah sederhana ini disusun, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta,25 Februari 2015

Penyusun

Kelompok 2

Page 3: ASKEP KONJUNGTIVITIS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………i

DAFTAR ISI…….…………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………1B. Rumusan Masalah…………………………………………………………...1C. Tujuan Makalah....…………………………………………………………..2

BAB II LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori…………………………………………………………........31. Hakikat Komunikasi Terapeutik…………………………………………32. Fase-fase Komunikasi Terapeutik……………………………………….43. Tehnik-tehnik Komunikasi Terapeutik…………………………………..84. Faktor-faktor Komunikasi Terapeutik…………………………………..125. Proses Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan……………………14

B. Metode Pengumpulan Data…………………………………………………16C. Pembahasan………………………………………………………………....16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………23B. Saran………………………………………………………………………..23

Page 4: ASKEP KONJUNGTIVITIS

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Panca indra adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan

tertentu. Serabut saraf yang menanganinya merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa

dari organ indra menuju ke otak tempat perasaan ini ditafsirkan. Beberapa kesan timbul dari luar

seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman dan suara. mata adalah organ penglihatan.

Suatu struktur yang sangat kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral.

Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain

itu, ada tujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang otak

memungkinkan koordinasi gerakan mata. Salah satu penyakit yang dapat menyerang indra

penglihatan yaitu konjungtivitis.

Sebelumnya, pengertian dari konjungtiva itu sendiri adalah membrana mukosa yang

melapisi bagian dalam kelopak mata (palpebra) dan berlanjut ke batas korneosklera permukaan

anterior bola mata. Sedangkan pengertian konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva yang

ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata nampak merah, sehingga

sering disebut mata merah.Menurut sumber lainnya, Konjungtivitis atau mata memerah adalah

salah satu penyakit mata yang bisa mengganggu penderitanya sekaligus membuat orang lain

merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi dengan si penderita. Semua orang dapat tertular

konjungtivis, bahkan bayi yang baru lahir sekalipun. Yang bisa ditularkan adalah konjungtivitis

Page 5: ASKEP KONJUNGTIVITIS

yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Penularan terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan

dengan seorang penderita atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita tersebut. Oleh

karena itu, maka kita harus memahami tentang penyakit konjungtivitis agar dapat memutus mata

rantai dari penularannya.

1.2 Tujuan Umum

Dengan dibuatnya makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami penyakit pada

sistem persepsi sensori khususnya pada pasien dengan Konjungtivitis.

 

1.3 Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu menjelaskan gambar atau video tentang anatomi dan fisiologi dan

hubungannya dengan terjadinya konjungtivitis.

Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi konjungtivitis dan perbedaan tanda gejala

yang muncul dari masing-masing klasifikasi

Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi konjungtivitis.

Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan konjungtivitis.

Mahasiswa mampu menjelaskan cara pemberian tetes mata dan saleb mata pada

konjungtivitis.

Page 6: ASKEP KONJUNGTIVITIS

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata

1. Kelopak MataMempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya

yang membentuk air mata di depan kornea. Kelopak mata mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang kan dibagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Pada kelopak mata terdapat bagian-bagian :a. Kelenjar seperti :

Kelenjar sebasea, kelenjar moll (kelenjar keringat), kelenjar zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus.

b. Otot seperti :1. M. orbicularis okuli yang berjalan melingkar didalam kelopak atas dan bawah

dan terletak dibawah kulit kelopak.2. M. rioland didekat tepi margopalpebra3. M. orbicularis yang berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi neuron

fasial.4. M. levatol palpebral yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata dan atau

membuka mata.

Page 7: ASKEP KONJUNGTIVITIS

Konjungtiva bulbiKonjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea

Konjungtiva terdiri atas 3 bagian yaitu:

1. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus2. Konjungtiva bulbi yang menutupi sklera3. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat

peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

Konjungtiva selain konjungtiva tarsal, berhubungan longgar dengan jaringan dibawahnya, oleh karenanya bola mata mudah digerakkan.

Lapisan epitel konjungtiva tediri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder bertingkat,superfisial dan basal. Sel epitel superfisial mengandung sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus yang mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata diseluruh prekornea. Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan satu lapisan fibrosa (profundal). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid  dan dibeberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa stratum germativum.

Hipertropi papilar adalah reaksi konjungtiva non-spesifik berupa eksudat radang yang berkumpul di antara serabut-serabut konjungtiva yang membentuk tonjolan pada konjungtiva. Kemosis yang hebat sangat mengarah pada konjungtivitis alergika. Folikel tampak pada sebagian besar

Page 8: ASKEP KONJUNGTIVITIS

kasus konjungtivitis viral. Folikel sendiri merupakan hiperplasi limfoid lokal di dalam lapisan limfoid konjungtiva dan biasanya mempunyai pusat germinal. Pseudomembran dan membran merupakan hasil dari proses eksudatif hanya berbeda derajat. Pada psedomembran epitel tetap utuh sedangkan pada membran melibatkan koagulasi epitel juga.

2. Konjungtiva

Merupakan membran yang menutupi skera dan kelopak bagian belakang macam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang di hasilkan oleh sel goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Konjungtiva terdiri atas 3 bagian yaitu :

1. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus,konjungtiva tarsal sukar di gerakkan dari tarsus

2. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah di gerakkan dari sklera dibawahnya.

3. Konjungtiva fornises/forniks yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dan konjungtiva bulbi.

Konjungtiva bulbi dan fornils berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata bergerak.

Kongjungtiva adalah selaput lender yang melapisi sisi dalam kelopak mata, serta menutupi bagian depan sclera. Selaput bersambung dengan selaput lender yang melapisi saluran mata, kantong air mata, dan juga bersambung dengan saluran naso-lakrimal. Bila kelopak mata ditutup, kelopak itu dapat berubah menjadi kantong tertutup, sehingga obat tetes mata dapat diteteskan ke dalam kantong itu. Tetesan – tetesan pobat itu harus diteteskan pada bagian luar forniks yang merupakan kantong samping atau kantong tambahan, dimana konjungtiva yang menutupi bola mata berada dekt dengan kelopak mata. Dengan demikian tetes obat itu sudah dapat membawakan pengaruh atau akibat untuk mata, sebelum hanyut dalam saluran air mata. Cara ini sebaiknya dipakai juga jika hendak mencuci mata.

3. Bola mata

Berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24mm. bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh 3 lapisan jaringan yaitu

1.Sklera

Page 9: ASKEP KONJUNGTIVITIS

Merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian depan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk kedalam mata.

2. Jaringan uveaMerupakan jaringan vascular. Jaringan uvea ini terdiri atas iris ,badan siliar

dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar dapat masuk kedalam bola mata. Otot dilatator dipersarafi oleh parasimpatis ,sedangkan sphingter iris dan otot siliar dipersarafi oleh parasimpatis.

Badan siliar yang terletak dibelakang iris menghasilkan cairan bilik mata (aquos humor) yang dikeluarkan melalui terabekulum yang terletak pada pangkal iris dibatas korne dan sklera.

3. Retina Lapisan ketiga bola mata yang terletak paling dalam dan mempunyai

susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membrane neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak.

4. Kornea

Merupakan selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri ata lapis:

1. Epitel2. Membrane bowman3. Stroma4. Membran descement5. Endotel

5. PupilPupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis.

Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sclerosis.

Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada akomodasi dan untuk memperdalam focus seperti pada kamera foto yang diafragmanya kecil.

6. Saraf optik

Page 10: ASKEP KONJUNGTIVITIS

Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa dua jenis serabut saraf yaitu: saraf penglihat dan serabut pupilomotor. Kelainan saraf optik menggambarkan gangguan yang diakibatkan tekanan langsung atau tidak langsung terhadap saraf optik ataupun perubahan toksik dan anoksik yang mempengaruhi penyaluran listrik.

7. Rongga orbitaAdalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang membentuk

orbita yaitu: lakrimal, etmoid, sfenoid, frontal, dan dasar orbita yang terutama terdiri atas tulang maksila, bersama-sama tulang platinum dan zigomatikus.dinding orbita terdiri atas tulang:1. Atap atau superior : os. frontal 2. Lateral : os. Frontal, os. Zigomatik, ala magna os. Sfenoid3. Inferior : os. Zigomatik, os. Maksila, os palatine4. Nasal : os maksila, os lakrimal, os etmoid

8. Otot penggerak mataOtot ini menggarakan mata dengan fungsi ganda dan untk penggerakan mata

tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot.1. Otot oblik inferior 2. Otot oblik superior3. Otot rektus inferior4. Otot rektus lateral 5. Otot rektus medius6. Otot rektus superior

Page 11: ASKEP KONJUNGTIVITIS

Asuhan keperawatan konjungtivitis

Pengkajian

1. Pemeriksaan fisik umuma. pemeriksaan kulit ditujukan terhadap adanya tanda reaksi alergi pada kulit,

wajah( karena efek kosmetik) atau penggunaan obat-obatan seperti kemerahan, biduran.

b. Pemeriksaan suhu tubuh untuk menentukan kejadian demam sebagai tanda infeksi

2. pemeriksaan khusus mata

a. pembengkakan struktur kelopak mata , local ataupun menyebar. b. warna konjungtiva tampak kemerahanc. adanya struktur jaringan abnormal pada kornead. perdarahan atau vaskularisasi konjungtiva e. perubahan warna kulit(kemerahan, hiperpigmentasi)f. perubahan struktur pertumbuhan bulumata ( trikiasis ditrikiasis)g. ektropion, entropionh. jika ada luka, disertai pengeluaran pus, darah.i. Gangguan pengelihatan ( strabismus, diplopia, penurunan visus).j. Adanya gejala subjektif seperti nyeri, nyeri tekan, rasa mengganjal, rasa

panas pada mata.

Diagnosis dan intervensi keperawatan.

1. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit.

Subjektif :

a. melaporkan cemas dengan kondisinya. b. menyatakan takut pengelihatan. c. melaporkan tidak dapat tidur

objektif :

a. Tanda vital: denyut nadi dan frekuensi pernafasan meningkat.b. Gelisahc. Sering bertanya

Page 12: ASKEP KONJUNGTIVITIS

Tujuan :

Klien tidak mengalami kecemasan.

Kriteria Hasil :

a. Klien mengungkapkan tentang penyakitnyab. Klien mengungkapkan ketidakcemasanc. Kegelisahan berkurang, wajah rileks.

Intervensi RasionalKaji pemahaman klien tentang penyakit Persepsi yang keliru dari klien mungkin

berasal dari informasi yang salah atau pengalaman yang dipersepsikan kurang tepat oleh klien.

Terangkan/orientasikan pada klien penyakit yang dideritanya

Penyakit konjungtiva yang kemungkinan besar menyebabkan kebutaan adalah trakoma dan gonoblenorea, hanya apabila penanganan tidak tepat atau terlambat. Perdarahan konjungtiva serta terigium sangat jarang menyebabkan kebutaan, kecuali ada komplikasi lain.

Informasikan fakta-fakta tentang penyakit Informasi tentang persentasi kejadian kebutaan pada berbagai kasus, menunjukan klien yang menderita keluhan yang sama dengan klien; dapat meningkatkan kepercayaan klien dan menambah keyakinan serta menurunkan ansietas.

Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan ekspresinya

Memungkinkan klien mengekspresikan ketakutan, kekhawatiran, dan ketidaktahuannya.

2. Potensial komplikasi (PK): infeksi mata

Subjektif :

a. Menyatakan berbagai tanda infeksi : nyeri , rasa gatal, rasa mengganjal atau kotor.b. Menyatakan banyak mengeluarkan secret

Objektif :

a. Epifora pada konjungtivitisb. Hyperemia konjungtiva.c. Edema

Page 13: ASKEP KONJUNGTIVITIS

d. Pseuradomembran pada konjungtiva. e. Peningkatan secret dari mata ( terutama gonoblenorea)

Tujuan :

Infeksi dapat teratasi.

Kriteria hasil :

a. Klien memperlihatkan prilaku perawatan luka adekuatb. Tanda infeksi selama fase perawatan berkurang : secret, hyperemia epifora, dan

keluhan subjektif berkurang.

Intervensi rasionalKaji kondisi inflamasi pada mata setiap hari Tanda inflamasiseperti kemerahan konjungtiva,

rasa tergaruk epifora dapat memberikan gambaran perkembahan penyakit. Pengkajian dapat dilakukan sambil melakukan perawatan muka.

Bersihkan secret sesering mungkin dan sebelum memberikan obat

Secret harus dibuang untuk memungkinkan untuk seluruh daerah mata (konjungtiva) mendapatkan obat dengan baik. Secret atau pus dari gonoblenorea harus dibuang secara aman untuk mencegah penularan.

Lakukan perawatan muka Perawatan luka dapat dilakukan dengan mempersingkat mata dari secret dan Kristal, melakukan irigasi ( bila perlu ) serta menutup mata.

Tutup daerah luka Penutupan daerah mata dapat dilakukan dengan kasa bersih dan bila perlu dengan tameng mata. Hal ini untuk menghindari trauma baik fisik maupun kimia.

Kolaborasi dalam pemberian anti biotik dan anti inflamasi

Antibiotic diberikan sesuai dengan dosis, waktu dan jenis obat.pemberian obat saleb dan tetes mata secara bersama, dapat didahulukan pemberian obat tetes lalu obat salep sehingga membutuhkan sebuah obat terpajan secara maksimal pada mata

Kaji reaksi pengobatan Reaksi positif obat seperti pengaruhnya terhadap inflamasi; maupun ngefek negative seperti alergi harus di catat dengan baik.

Page 14: ASKEP KONJUNGTIVITIS

3. risiko hambatan pelaktasanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan kurang pengetahuan, ketidakadekuatan sistem pendukung.

Subjektif:

a. tidak mengetahui rencana perawatan b. melaporkan kesulitan dalam melakukan berbagai tindakan sendiric. menyatakan takut dan tidak tau apa yang harus dilakukan

objektif:

a. memeragakan berbagai tindakan yang dapat memperparah kerusakan matab. penggunaan berbagi obat/obat ramuan tidak steril.

Tujuan: klien mampu melakukan berbagai tindakan perawatan diriyang diperlukan dalam proses penyembuhan.

Kriteria hasil:

a. klien mengukapkan peranya dalam keperawatanb. klien memeragakan cara memberikan obat sendiri

4. risiko penularan penyakit yang berhubungan dengan kontak individual, kurangny pengetahuan, dan alat pelindung diri yang kurang.

Subjektif :

a. tidak mengetahui risiko penularan (pada konjungtivitis infeksius dan gonoblenorea).

b. Melaporkan sering berhubungan dengan orang lain : keluarga,tetangga,teman.

Objektif :

a. Memeragakan berbagai tindakan yang dapat menimbulkan penularan penyakit.b. Penggunaan alat bersama-sama yang memungkinkan penularan seperti

handuk,baju.

Tujuan :

Tidak terjadi penularan penyakit pada lingkungan

Kriteria hasil :

Page 15: ASKEP KONJUNGTIVITIS

a. Dilaporkan tidak ada orang lain yang tertularb. Klien dan orang dekat memeragakan prilaku untuk mencegah penularan

Intervensi keperawatan untuk diagnosis risiko penularan penyakit.

intervensi RasionalBeri instruksi tertulis terhadap kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan untuk menghindari penularan

Instruksi verbal mudah dilupakan pemberitahuan pada orang dekat.

Instruksikan untuk memisahkan alat yang digunakan klien terutama kain dan handuk

Pencegahan penularan melalui kontak langsung, kontak tidak langsung melalui alat, organ tubuh(tangan).