Download pdf - Askep Dm Ganggren

Transcript
  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    1/40

    c. Obat

    4. Patofisiologis

    a. Diabetes Melitus

    Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama

    akibat kurangnya insulin berikut:

    1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh selsel tubuh yang mengakibatkan naiknyakonsentrasi glukosa darah setinggi 3001200 mg/dl.

    2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkanterjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada

    dinding pembuluh darah.

    3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.

    Pasienpasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosaplasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah yangmelebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160180 mg/100 ml ), akan

    timbul glikosuria karena tubulustubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa.

    Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertaikehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan

    timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami

    keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibatyang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan

    mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga

    berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.

    Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan

    perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.

    b. Gangren Kaki Diabetik

    Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat hiperglikemia, yaitu

    teori sorbitol dan teori glikosilasi.

    1. Teori Sorbitol

    Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan tertentu dandapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi

    habis secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan enzim aldose

    reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan tersebutdan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.

    2. Teori Glikosilasi

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    2/40

    Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua protein, terutama

    yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran basal dapat

    menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular.

    Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktorfaktor disebutkan dalam

    etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi.Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan

    menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan

    menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami traumatanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan

    mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan

    ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki.

    Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akanmerasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh

    darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut arteri

    hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan

    terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen (zat asam) serta antibiotika sehingga menyebabkanluka sulit sembuh (Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat

    berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruhterhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.

    5. Klasifikasi

    Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu :

    Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan

    disertai kelainan bentuk kaki seperti claw,callus .

    Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.

    Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.

    Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.

    Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.

    Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

    Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi dua golongan :

    1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )

    Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati ( arterosklerosis )

    dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis.

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    3/40

    Gambaran klinis KDI :

    - Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.

    - Pada perabaan terasa dingin.

    - Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.

    - Didapatkan ulkus sampai gangren.

    1. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )

    Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi. Klinis dijumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh

    darah kaki teraba baik.

    6. Dampak masalah

    Adanya penyakit gangren kaki diabetik akan mempengaruhi kehidupan individu dan keluarga.Adapun dampak masalah yang bisa terjadi meliputi :

    1. Pada Individu

    Pola dan gaya hidup penderita akan berubah dengan adanya penyakit ini, Gordon telahmengembangkan 11 pola fungsi kesehatan yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan

    tersebut.

    1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

    Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehatkarena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren kaki diabetuk sehingga menimbulkan

    persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur

    pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar danmudah dimengerti pasien.

    1. Pola nutrisi dan metabolisme

    Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak

    dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyakminum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan

    terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan

    penderita.

    1. Pola eliminasi

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    4/40

    Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan pasien

    sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi

    relatif tidak ada gangguan.

    1. Pola tidur dan istirahat

    Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan situasi rumah sakit yang ramai akan

    mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita

    mengalami perubahan.

    1. Pola aktivitas dan latihan

    Adanya luka gangren dan kelemahan otototot pada tungkai bawah menyebabkan penderita

    tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami

    kelelahan.

    1. Pola hubungan dan peran

    Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan menarik diri dari

    pergaulan.

    1. Pola sensori dan kognitif

    Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka sehingga tidak

    peka terhadap adanya trauma.

    1. Pola persepsi dan konsep diri

    Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan

    pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan

    dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem ).

    1. Pola seksual dan reproduksi

    Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga menyebabkangangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses

    ejakulasi serta orgasme.

    10. Pola mekanisme stres dan koping

    Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya karena

    ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudahtersinggung dan lainlain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan

    mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    5/40

    11. Pola tata nilai dan kepercayaan

    Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki tidakmenghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.

    1. Dampak pada keluarga

    Dengan adanya salah satu anggota keluarga yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan munculbermacammacam reaksi psikologis dari kelurga, karena masalah kesehatan yang dialami oleh

    seorang anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Waktu perawatan yang

    lama dan biaya yang banyak akan mempengaruhi keadaan ekonomi keluarga dan perubahanperan pada keluarga karena salah satu anggota keluarga tidak dapat menjalankan perannya.

    ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DM

    Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangren kaki diabetik hendaknya dilakukan

    secara komperhensif dengan menggunakan proses keperawatan.

    Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk mengkaji respon manusia terhadap

    masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalahmasalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan dapat berhubungan dengan klien keluarga juga

    orang terdekat atau masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat

    dalam mengurangi / mengatasi masalah-masalah kesehatan.

    Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan,perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

    1. Pengkajian

    Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang

    mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :

    1. Pengumpulan data

    Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status

    kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan

    penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium

    serta pemeriksaan penunjang lainnya.

    1. Anamnese1. Identitas penderita

    Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan,suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

    1. Keluhan Utama

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    6/40

    Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang

    tidak sembuhsembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.

    1. Riwayat kesehatan sekarang

    Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukanoleh penderita untuk mengatasinya.

    1. Riwayat kesehatan dahulu

    Adanya riwayat penyakit DM atau penyakitpenyakit lain yang ada kaitannya dengandefisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas,

    maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa

    digunakan oleh penderita.

    1. Riwayat kesehatan keluarga

    Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita DM

    atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi,

    jantung.

    1. Riwayat psikososial

    Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan

    dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.

    1. Pemeriksaan fisik

    1. Status kesehatan umum

    Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tandatanda

    vital.

    1. Kepala dan leher

    Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang

    berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,

    diplopia, lensa mata keruh.

    1. Sistem integumen

    Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit

    di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

    1. Sistem pernafasan

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    7/40

    Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.

    1. Sistem kardiovaskuler

    Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/

    hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

    1. Sistem gastrointestinal

    Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan,

    peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

    1. Sistem urinary

    Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.

    1. Sistem muskuloskeletal

    Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri,adanya gangren di ekstrimitas.

    1. Sistem neurologis

    Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacaumental, disorientasi.

    1. Pemeriksaan laboratorium

    Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

    1. Pemeriksaan darah

    Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post

    prandial > 200 mg/dl.

    1. Urine

    Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara

    Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).

    1. Kultur pus

    Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.

    1. Analisa Data

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    8/40

    Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan dilakukan analisa serta sintesa data.

    Dalam mengelompokan data dibedakan atas data subyektif dan data obyektif dan berpedoman

    pada teori Abraham Maslow yang terdiri dari :

    1. Kebutuhan dasar atau fisiologis

    2. Kebutuhan rasa aman3. Kebutuhan cinta dan kasih sayang4. Kebutuhan harga diri5. Kebutuhan aktualisasi diri

    Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat diambil kesimpulan tentang

    masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab, yang dapat dirumuskan dalam bentukdiagnosa keperawatan meliputi aktual, potensial, dan kemungkinan.

    1. Diagnosa keperawatan

    Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitasterhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan. Aktual atau potensial dan kemungkinan danmembutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut.

    Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki diabetik adalah sebagaiberikut :

    1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darahke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.

    2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.

    4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intakemakanan yang kurang.

    6. Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan tingginya kadargula darah.

    7. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.8. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan

    berhubungan dengan kurangnya informasi.

    9. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggotatubuh.

    10. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

    1. Perencanaan

    Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktivitas keperawatan perlu

    ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencegah masalah keperawatan penderita.

    Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas, diagnosa

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    9/40

    keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi dan merumuskan

    intervensi dan aktivitas keperawatan.

    1. Diagnosa no. 1

    Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah ke daerah gangrenakibat adanya obstruksi pembuluh darah.

    Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.

    Kriteria Hasil :Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler

    - Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis

    - Kulit sekitar luka teraba hangat.

    - Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.

    - Sensorik dan motorik membaik

    Rencana tindakan :

    1. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi

    Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.

    1. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah :

    Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat ), hindaripenyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan

    sebagainya.

    Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema.

    1. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :

    Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan

    penggunaan obat vasokontriksi.

    Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok dapat

    menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek daristres.

    1. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan guladarah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    10/40

    Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi

    jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui

    perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.

    1. Diagnosa no. 2

    Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.

    Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.

    Kriteria hasil : 1.Berkurangnya oedema sekitar luka.

    2. pus dan jaringan berkurang

    3. Adanya jaringan granulasi.

    4. Bau busuk luka berkurang.

    Rencana tindakan :

    1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.

    Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam

    menentukan tindakan selanjutnya.

    1. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik menggunakanlarutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi

    jaringan yang mati.

    Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan yangiritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat

    menghambat proses granulasi.

    1. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaangula darah pemberian anti biotik.

    Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui

    jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darahuntuk

    mengetahui perkembangan penyakit.

    1. Diagnosa no. 3

    Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.

    Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    11/40

    Kriteria hasil : 1.Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .

    2. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri .

    3. Pergerakan penderita bertambah luas.

    4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 3637,50C, N: 6080 x

    /menit, T : 100130 mmHg, RR : 1820 x /menit ).

    Rencana tindakan :

    1. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.

    Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.

    1. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.

    Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan

    pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.

    1. Ciptakan lingkungan yang tenang.

    Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri.

    1. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

    Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.

    1. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.

    Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk

    relaksasi seoptimal mungkin.

    1. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.

    Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan BWC

    sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman.

    1. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

    Rasional : Obatobat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.

    1. Diagnosa no. 4

    Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    12/40

    Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.

    Kriteria Hasil : 1. Pergerakan paien bertambah luas

    2. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan ( duduk, berdiri, berjalan ).

    3. Rasa nyeri berkurang.

    4. Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan.

    Rencana tindakan :

    1. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.

    Rasional : Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.

    1. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darahdalam keadaan normal.

    Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam tindakan

    keperawatan.

    1. Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesui kemampuan.

    Rasional : Untuk melatih otototot kaki sehingg berfungsi dengan baik.

    1. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.

    Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.

    1. Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik ) dan tenagafisioterapi.

    Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri, fisioterapi untuk melatih pasien

    melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.

    1. Diagnosa no. 5

    Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh berhubungan dengan intakemakanan yang kurang.

    Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi

    Kriteria hasil : 1. Berat badan dan tinggi badan ideal.

    2. Pasien mematuhi dietnya.

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    13/40

    3. Kadar gula darah dalam batas normal.

    4. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.

    Rencana Tindakan :

    1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.

    Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat

    diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.

    1. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.

    Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya

    hipoglikemia/hiperglikemia.

    1. Timbang berat badan setiap seminggu sekali.

    Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat badan merupakan salah satuindikasi untuk menentukan diet ).

    1. Identifikasi perubahan pola makan.

    Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.

    1. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.

    Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam jaringan sehinggagula darah menurun,pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula darah dan

    mencegah komplikasi.

    1. Diagnosa no. 6

    Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis) berhubungan dengan tinggi kadar gula darah.

    Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).

    Kriteria Hasil : 1. Tanda-tanda infeksi tidak ada.

    2. Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S : 3637,50C )

    3. Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.

    Rencana tindakan :

    1. Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    14/40

    Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran infeksi dapat membantu

    menentukan tindakan selanjutnya.

    1. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri selamaperawatan.

    Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara untuk mencegah infeksi kuman.

    1. Lakukan perawatan luka secara aseptik.

    Rasional : untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran infeksi.

    1. Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang ditetapkan.

    Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat meningkatkan daya tahan tubuh,

    pengobatan yang tepat, mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil kemungkinan terjadi

    penyebaran infeksi.

    1. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika dan insulin.

    Rasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman, pemberian insulin akan menurunkan kadar gula

    dalam darah sehingga proses penyembuhan.

    1. Diagnosa no. 7

    Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

    Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.

    Kriteria Hasil : 1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.

    2. Emosi stabil., pasien tenang.

    3. Istirahat cukup.

    Rencana tindakan :

    1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.

    Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa

    memberikan intervensi yang cepat dan tepat.

    1. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.

    Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien.

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    15/40

    1. Gunakan komunikasi terapeutik.

    Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatifdalam tindakan keperawatan.

    1. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut sertadalam tindakan keperawatan.

    Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan

    tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.

    1. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selaluberusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.

    Rasional : Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang

    dirasakan pasien.

    1. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.

    Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.

    1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

    Rasional : lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.

    1. Diagnosa no. 8

    Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungandengan kurangnya informasi.

    Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.

    Kriteria Hasil : 1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan danpengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.

    2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.

    Rencana Tindakan :

    1. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan gangren.

    Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh

    mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.

    1. Kaji latar belakang pendidikan pasien.

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    16/40

    Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan

    kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.

    1. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien denganbahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.

    Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan

    kesalahpahaman.

    1. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasiendidalamnya.

    Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan,

    pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.

    1. Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan ( jika ada / memungkinkan).

    Rasional : gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan.

    1. Diagnosa no. 9

    Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.

    Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu anggota tubuhnya secar positif.

    Kriteria Hasil : - Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Tanpa rasa malu

    dan rendah diri.

    - Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.

    Rencana tindakan :

    1. Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan dengankeadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal.

    Rasional : Mengetahui adanya rasa negatif pasien terhadap dirinya.

    1. Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien.

    Rasional : Memudahkan dalm menggali permasalahan pasien.

    1. Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien.

    Rasional : Pasien akan merasa dirinya di hargai.

    1. Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    17/40

    Rasional : dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadakan hubungan dengan orang lain dan

    menghilangkan perasaan terisolasi.

    1. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan.

    Rasional : Untuk mendapatkan dukungan dalam proses berkabung yang normal.

    1. Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan hargai pemecahanmasalah yang konstruktif dari pasien.

    Rasional : Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien.

    1. Diagnosa no.10

    Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

    Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.

    Kriteria hasil : 1. Pasien mudah tidur dalam waktu 3040 menit.

    2. Pasien tenang dan wajah segar.

    3. Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup.

    Rencana tindakan :

    1. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.

    Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan tidur/istirahat.

    1. Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.

    Rasional : mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan kebiasaan pasien ketika tidur

    akan mempengaruhi pola tidur pasien.

    1. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti cemas, efek obat-obatan dan suasana ramai.

    Rasional : Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain dialami dan dirasakanpasien.

    1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik relaksasi .

    Rasional : Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh dalam tidur, teknik relaksasi

    akan mengurangi ketegangan dan rasa nyeri.

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    18/40

    1. Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien.

    Rasional : Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan tidur pasien akibat gangguanpola tidur sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.

    1. Pelaksanaan

    Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan yang telahditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana

    setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual,

    teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalumemperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan

    dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien.

    5. Evaluasi

    Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalahmembandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yangdiharapkan dalam perencanaan.

    Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:

    1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yangditetapkan di tujuan.

    2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukandalam pernyataan tujuan.

    3. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang

    diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.4.5.6.

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    19/40

    ASUHAN KEPERAWATAN GANGREN DIABETES MELITUS

    Pengertian:

    1. Diabetus mellitus adalah penyakit yang dalam tingkat yang nyata memperlihatkan gangguanmetabolisme karbohidrat sehingga didapati hiperglikemi dan glukosuria ( kapita selektaKedikteran ).

    2. Diabetus mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasukheterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. ( Patofisiologi ).

    3. Diabetus Melitus Tipe I yaitu penyakit hiperglikemia akibat ketiadaan obsulut insulin,disebut jugaDeabetus Melitus Dependen Insulin.Dujumpai pada orang tidak gemuk,usia kurang dari 30tahun,laki-laki lebih banyak dari perempuan.

    4. Diabetus Melitus Tipe II yaitu penyakit hiperglikemia akibat insensitivitas sel-sel terhadapinsulin.Kadar insulin mungkin sedikit menurun / berada dalam rentang normal .karena insulintetap dihasilkan oleh sel-sel beta pancreas maka DM tipe ini dianggap sebagai non insulindependent diabetus mellitus,dijumpai pada usia lebih dari 30 tahun,perempuan lebih banyak darilaki-laki.

    5. Diabetus Gestasional yaitu DM yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap

    DM.50% akan kembali normal setelah melahirkan.

    6. Gangren Diabetes Melitus disebabkan oleh karena gangguan metabolik kronik yang dipengaruhi oleh kemampuan

    tubuh dalam menghasilkan dan atau memanfaatkan insulin sehingga menyebabkan hiperglikemia berlangsung

    lama kematian jaringan pada ekstremitas, dan bila terjadi luka yang disertai invasi kuman akan menyebabkan

    gangrenEtiologi :

    1. Destruksi otoimun sel-sel beta pulau langerhans yang dicetuskan oleh lingkungan.Serangan otoimun dapat timbul

    setelah terkenaa infeksi virus misalnya gandongen,rubella,sitomegalovirus kronik dan setelah pajanan obat / toksin.2. Kegemukan / pengaruh genetic dimana pancreas akan mengeluarkan insulin yang berbeda / menyebabakn reseptor

    insulin ( perantara kedua ) tidak dapat merespons secara adekuat terhadap insulin.3. Peningkatan kebutuhan energi dan kadar estrogen dan hormon pertumbuhan yang terus menerus tinggi selama

    kehamilan ( pada Deabitus Gestasional ).

    Data Pengkajian

    NODIAGNOSIS

    KEPERAWATAN / DATATUJUAN /

    KRITERIARENCANA TINDAKAN

    1. Gangguan nutrisi :Lebih dari kebutuhan tubuh

    berhubungan dengan intake

    makanan yang berlebihanKurang dari kebutuhan tubuh

    berhubungan dengan intake

    makanan yang kurang

    Data penunjang:Poli phagi, poli dipsi, poli uriPasien mengeluh makan banyak

    Laboratorium :- Hb : 6,4 gr %- Leukosit : 18000 /mmBBS : 700 mm /jam,135 mm /2

    jam.

    Gangguan nutrisi

    dapat diatasi.

    Kriteria:Berat dan tinggi

    badan seimbangPasien makan dalam

    porsi kecilPasien dapat

    menghabiskan porsi

    makan yang

    disediakanTidak ada tanda-

    tanda hipo /

    hiperglikemi

    Kaji status nutrisi pasien,

    kebiasaan makanObservasi intake dan output

    tiap 24 jamBerikan snack / makanan

    dengan waktu dan porsi yang

    samaObservasi adanya gejala hipo /hiperglikemi

    Timbang berat badan setiap

    hari dengan alat dan waktu

    yang samaAnjurkan pasien selalu

    membawa permen/gula pasir

    bila dalam perjalanan keluar

    rumah

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    20/40

    - Gula darahGDS : 469 gr %Nuklear : 76 mg %

    - Ureum : 114 mg %- Kreatinin : 2,4 mg %

    Observasi alternatif makanan

    pengganti yang disukai dan

    tidak disukaiObservasi adanya nausea /

    perasaan mau muntahAnjurkan pasien untuk disiplin

    terhadap diet yang telah

    ditentukanKerjasama dengan tim

    kesehatan:

    Rujuk ke ahli gizi untuk

    pengaturan diet DMPemberian insulin injeksiPemberian glukosa 40%

    Pemberian cairan parenteral

    2. Gangguan integritas kulitberhubungan dengan adanyagangren pada pantat :Data penunjang:

    Pasien mengatakan luka

    terasa sakit.: Terdapat luka gangren pada

    pantat.Luka berwarna hitam dengan bau

    yang khas

    Gangguan integritas

    kulit dapat diatasi.

    Kriteria:Tidak terjadi infeksi

    sekunderLuka gangren

    sembuh sempurna

    Observasi respon sensorik dari

    daerah sekitar lukaObservasi adanya infeksi

    sekunder pada sekitar luka

    adanya sellulitis yang cepat

    menyebarUbah posisi /miring kanan-kiri

    setiap 2 jam untuk

    meningkatkan sirkulasi darahLakukan perawatan luka setiap

    2 jam dengan teknik sterilitas

    yang tinggiBila luka gangren basah

    kompres dengan povidone

    Iodine 10 % / savlon setiap 8jamKerjasama / kolaborasi dengan

    tim medis :Buang jaringan nekrotik secara

    rutinGanti verban tiap hari.Pemberian antibiotik injeksiCefolaxin 2 X 1 grCiprofloxasin 2 X 1Konsul bedah untuk amputansi

    bila diperlukanMonitor kadar gula darah.

    3. Gangguan perfusi periferberhubungan dengan penurunan

    fungsi vaskuler

    Data penunjang:Terdapat luka gangren pada kaki

    Daerah perifer tungkai bawah

    Gangguan perfusi

    perifer dapat diatasi.

    Kriteria:Daerah perifer hangat

    Observasi tanda vital setiap 2

    jam.Observasi kelembaban kulit

    sianosis adanya keringat dingin,

    rasa baal dan kesemutanObservasi adanya perubahan

    suhu pada ekstremitas

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    21/40

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    22/40

    6. Resiko tinggi kecelakaan fisik :

    jatuh dari tempat tidur

    sehubungan dengan gangguan

    persepsi sensorik dan gangguan

    penglihatan

    Data penunjang:Pasien menyatakan rasa baal

    pada kakiPasien tidur pada brankar tanpa

    penghalang

    Kecelakaan fisik tidak

    terjadi

    Kriteria:Pasien tidak jatuh

    dari / tempat tidurbrankardPasien bebas dari

    bahaya fisik

    Pasang pengaman pada tempat

    tidur pasienDekatkan alat keperluan sehari-

    hari pasien sehingga mudah

    dijangkau

    Jauhkan benda tajam dan alat-alat berbahaya lainnyaApabila pasien gelisah anjurkan

    keluarga untuk menungguBantu pemenuhan kebutuhan

    pasien yang tidak bisa

    dilakukan sendiri.

    PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS Diabetes Mellitus

    Pada kedua tipe DM, terjadi defisiensi insulin. Jika pada DM tipe 1, defisiensi insulin

    disebabkan karena proses autoimun, pada DM tipe 2 disebabkan beberapa faktor, yaitu

    berkurangnya massa sel B pankreas, kadar asam lemak yang tinggi (lipotoksisitas), hiperglikemi

    kronik, amilin, kelelahan sel B pankreas dan faktor genetik.

    Berkurangnya massa sel B pankreas banyak terjadi pada penderita DM tipe 2. Pada

    studi post-mortem telah dilaporkan terjadi pengurangan sel B pankreas sebanyak 40-60%.

    Hiperglikemi kronik selalu diikuti dengan menurunnya respon sekresi dan kerja insulin. Hal ini

    disebabkan akibat terjadi gangguan pada hidrolisis membran prospoinositida yang

    mengakibatkan penurunan konsentrasi diasilgliserol dan inositofosfat dalam sel B dan pada

    akhirnya mengurangi sekresi insulin. Hiperglikemi kronik menyebabkan resistensi insulin

    sebagai akibat down regulationdari sistem transport glukosa dengan adanya konversifruktosa-6-

    fosfatmenjadiglukosamin-6-fosfatyang menurunkan sensitivitas insulin di perifer.

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    23/40

    Resistensi insulin banyak ditemukan pada penderita DM tipe 2. Resistensi insulin

    terjadi bila kemampuan insulin untuk meningkatkan ambilan dan disposal glukosa di jaringan

    perifer (otot dan jaringan adiposa) terganggu atau kadar insulin normal menghasilkan efek

    biologis yang kurang dari normal. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan resistensi insulin

    antara lain, obesitas, diet, kurang gerak badan, hiperglikemi kronik, dan faktor genetik (Funk dan

    Feingold, 1995; Sugiyanto, 2004).

    KOMPLIKASI

    1. Komplikasi Akut

    a. Hipoglikemia

    Reaksi hipoglikemik merupakan komplikasi tersering pada penderita DM yang mendapat terapi

    insulin. Komplikasi ini dapat terjadi pada penderita yang mendapat terapi sulfonilurea oralterutama penderita lanjut usia dengan gangguan fungsi hati atau ginjal yang mendapat obat-

    obatan dengan masa kerja yang panjang dan sangat poten seperti klorpropamid atau gliburid,lupa atau terlambat makan atau akibat latihan fisik yang lebih kuat dari biasanya tanpa suplemen

    kalori atau akibat penurunan dosis insulin (Dipiro, 2005).

    a. Koma

    Koma adalah suatu keadaan gawat darurat yang memerlukan evaluasi segera untuk

    menentukan penyebabnya agar dapat diberikan terapi yang sesuai. Klasifikasi etiologi koma

    diabetik :

    1). Koma Hiperglikemik

    Koma hiperglikemik dapat menyertai defisiensi insulin yang berat (ketoasidosis diabetik) atau

    defisiensi insulin ringan sampai sedang (koma non-ketotik hiperglikemik, koma hiperosmolar).

    Ketoasidosis diabetik merupakan manifestasi pertama dari kasus yang sebelumnya tidak

    terdiagnosis atau dapat terjadi akibat kegagalan terapi insulin eksogen pada penderita DM.

    Ketoasidosis diabetik telah ditemukan pada penderita DM sebagai salah satu komplikasi yang

    cukup sering dari terapi insulin.

    Hiperglikemik dan hiperosmolar non-ketotik ditandai oleh hiperglikemia berat, hiperosmolalitas,

    dan dehidrasi tanpa adanya ketosis yang nyata. Komplikasi ini terjadi pada penderita paruh baya

    atau lanjut usia dengan DM tipe 2 yang seringkali ringan atau tersamar. Timbul letargi dan

    perasaan kacau saat osmolalitas serum melampaui 300 mosmol/L dan koma jika osmolalitas

    serum melampaui 330 mosmol/L (Braunwald, 2005).

    2). Koma Hipoglikemik

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    24/40

    Komplikasi ini terjadi akibat dosis insulin atau obat hipoglikemik oral (OHO) yang diberikan

    terlalu berlebihan. Umumnya terjadi pada terapi penggantian insulin pada penderita DM.

    Hipoglikemik dapat terjadi pada tiap penderita dengan terapi yang mendapat sulfonilurea oral,

    terutama jika penderita sudah lanjut usia, menderita penyakit ginjal atau hati, atau tengah

    mendapat pengobatan lain yang dapat mengubah metabolisme sulfonilurea (seperti fenilbutazon,

    sulfonamid atau warfarin). Komplikasi ini lebih sering terjadi dengan sulfonilurea masa kerja

    panjang dibandingkan obat-obat sejenis dengan masa kerja lebih singkat. (Funk dan Feingold,

    1995; Karam dan Forsham, 1998).

    a. Asidosis Laktat

    Reaksi ini terutama terjadi menyertai anoksia jaringan berat, sepsis atau kolaps

    kardiovaskular. Jika penderita DM datang dengan asidosis hebat tetapi kadar asam keto dalam

    plasma relatif rendah atau tidak terdeteksi, maka perlu dipertimbangkan kemungkinan tingginya

    kadar laktat plasma (lebih dari 6 mmol/L), terutama jika sebab asidosis lainnya seperti uremia

    tidak ditemukan (Funk dan Feingold, 1995; Karam dan Forsham, 1998).

    1. Komplikasi Kronis

    a. Mikrovaskular

    Komplikasi mikrovaskular ini merupakan penyakit pada pembuluh darah terkecil, yaitu

    perifer dan arteriol pra-kapiler. Komplikasi ini terutama tampak sebagai penebalan membran

    basalis kapiler.

    1). Retinopati Diabetik

    Retinopati Non-proliferatif

    Menggambarkan stadium paling awal dari keterlibatan retina pada diabetes dan ditandai oleh

    perubahan-perubahan seperti mikroaneurisme, pendarahan berbintik, eksudat, dan edema retina.

    Pada stadium ini, kapiler-kapiler retina meloloskan lemak, protein atau sel darah merah ke dalam

    retina. Bila proses ini berlangsung di makula (daerah dengan kepadatan sel penglihatan

    tertinggi), maka akan timbul gangguan penglihatan. Kejadian ini merupakan penyebab gangguan

    penglihatan tersering pada DM tipe 2 dan terjadi pada sekitar 6% penderita setelah beberapa

    waktu.

    Retinopati Proliferatif

    Penyakit ini melibatkan pertumbuhan-pertumbuhan kapiler baru dan jaringan fibrosa pada retina

    ke dalam badan kaca. Terjadi akibat adanya sumbatan pembuluh darah kecil yang menyebabkan

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    25/40

    hipoksia retina dan merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru. Retinopati proliferatif dapat

    terjadi pada kedua tipe penyakit DM, tetapi lebih sering terjadi pada DM tipe 1. Penyakit ini

    timbul 7-10 bulan setelah gejala awal. (Dipiro, 2005).

    2).Nefropatik Diabetik

    Tiap tahunnya, sekitar 4000 kasus penyakit ginjal stadium akhir akibat nefropati diabetik terjadi

    pada penderita DM di Amerika. Angka ini mewakili 25% dari seluruh penderita yang dirawat

    sebagai kasus gagal ginjal. Penebalan membran basalis kapiler dan mesangium glomerolus ginjal

    menyebabkan glomerulosklerosis dalam berbagai tingkatan serta insufisiensi ginjal. (Dipiro,

    2005).

    3).Neuropati Diabetik

    Neuropati perifer dan otonom merupakan 2 bentuk komplikasi tersering pada kedua tipe DM.

    Patogenesisnya masih belum dipahami. Bentuk neuropati perifer yang lebih sering dijumpai

    yaitu neuropati sensorik dan motorik simetris serta neuropati otonom. Komplikasi ini diduga

    sebagai akibat toksisitas metabolik atau osmotik yang terkait hiperglikemia.

    Neuropati Perifer Sensorik

    Merupakan defisit sensorik yang seringkali didahului parestesia, rasa gatal dan nyeri yang makin

    bertambah selama beberapa bulan atau tahun. Sindroma-sindroma khas yang terjadi padapenderita DM dengan neuropati sensorik, termasuk osteopati tangan dan kaki distal, deformitas

    lutut atau pergelangan kaki, dan ulserasi neuropatik pada kaki.

    Neuropati Motorik

    Penyakit ini lebih sering terjadi dibandingkan neuropati sensorik dan dihubungkan dengan

    perlambatan hantaran saraf motorik dan kelemahan serta atrofi otot.

    Neuropati Otonom

    Komplikasi ini sering terjadi pada penderita DM yang sudah berlangsung lama dan merupakan

    problem klinis yang sangat mengganggu. Neuropati dapat melibatkan gangguan viseral. Dapat

    terjadi hipotensi postural, takikardia saat istirahat yang menetap, penurunan respon

    kardiovaskular, gastroparesis, episode-episode diare (seringkali pada malam hari) dan konstipasi,

    kesulitan mengosongkan kandung kemih, dan impotensi. (Dipiro, 2005).

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    26/40

    b. Makrovaskular

    1).Penyakit Jantung

    Pada penderita DM sering disebabkan aterosklerosis koroner. Akibat yang sering terjadi adalah

    gagal jantung, infark miokardium yang merupakan penyebab kematian utama pada penderita DM

    tipe 1.

    2).Penyakit Vaskular Perifer

    Manifestasi kliniknya meliputi iskemia dari ekstremitas bawah, impotensi, dan angina usus.

    3).Penyakit Serebrovaskular

    Diabetes merupakan faktor resiko terjadinya oklusi pada cabang serebral dan arteri basilar

    anterior, pertengahan, dan posterior yang dapat memicu terjadinya infark serebral atau

    pendarahan intraserebral. Terjadinya infark serebral pada penderita DM ditandai peningkatan

    jumlah area infark, terutama lakuna dan pada beberapa kasus ditemukan banyak lesi. Lesi ini

    terutama terletak pada area yang mendapat suplai dari arteri paramedian kecil (basal ganglia,

    talamus, kapsul internal, dan serebellum). Encephalomalacia juga banyak didapatkan pada

    penderita DM. Penyakit ini makin parah dengan bertambahnya usia penderita dan lesi biasanya

    terdapat pada otak tengah. (Goulon-Goau dan Said, 1994; Funk dan Feingold, 1995; Karam dan

    Forsham, 1998).

    c. Dermopati Diabetik

    Dermopati diabetik ditandai oleh bercak-bercak coklat atrofik pada kulit, biasanya pada

    daerah pretibia (bercak-bercak tulang kering)(Braunwald, 2005).

    d. Komplikasi Tulang dan Sendi

    Komplikasi tulang dan sendi biasanya dihubungkan dengan gangguan metabolik atau

    vaskular dari DM yang sudah berlangsung lama.

    Cheirarthropathy diabetic juvenilis, yaitu sindroma kekakuan kronik progresif pada tangan

    sekunder dari kontraktur dan pengencangan kulit di atas sendi-sendi. Biasanya timbul dalam 5-6

    tahun sesudah gejala awal pada DM tipe 1.

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    27/40

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    28/40

    dalam jaringan yang mati tersebut. Gangren ini, menimbulkan bau yang kuat dan biasanya

    disertai manifestasi sistemik. Gangren basah dapat timbul dari gangren kering. Gangren gas

    adalah jenis gangren khusus yang terjadi sebagai respon terhadap infeksi jaringan oleh suatu

    jenis bakteri aerob yang disebut clostridium. Gangren jenis ini paling sering terjadi setelah

    trauma. Gangren gas cepat meluas ke jaringan di sekitarnya sebagai akibat dikeluarkannya

    toksin-toksin oleh bakteri yang membunuh sel-sel di sekitarnya. Sel-sel otot sangant rentan

    terhadap toksin ini, dan apabila terkena akan mengeluarkan gas hidrogen sulfida yang khas.

    Gangren jenis ini dapat mematikan. (Braunwald, 2005).

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    29/40

    Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus

    Pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :

    1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

    2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

    3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr

    karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

    Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang

    rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan

    baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan setiap

    hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein (Suyono,1999).

    Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme

    sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi

    lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    30/40

    insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini

    menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi

    hiperglikemia.

    Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat

    kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah

    meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang

    batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak

    bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula

    yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria.

    Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria.

    Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga

    pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut

    polidipsi.

    Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-

    sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi

    menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa

    lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang

    dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah

    meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha

    mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau

    aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma

    yang disebut koma diabetik (Price,1995).

    natalaksanaan Diabetes mellitus

    Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah

    dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik

    pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi

    hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas pasien.

    Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:

    a. Diet

    Syarat diet DM hendaknya dapat:

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    31/40

    esehatan umum penderita

    ada berat badan normal

    pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda

    an kadar KGD normal

    menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik

    odifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.

    udah diberikan

    Prinsip diet DM, adalah:

    1) Jumlah sesuai kebutuhan

    2) Jadwal diet ketat

    3) Jenis: boleh dimakan/tidak

    Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan kalorinya.

    1) Diit DM I : 1100 kalori

    2) Diit DM II : 1300 kalori

    3) Diit DM III : 1500 kalori

    4) Diit DM IV : 1700 kalori

    5) Diit DM V : 1900 kalori

    6) Diit DM VI : 2100 kalori

    7) Diit DM VII : 2300 kalori

    8) Diit DM VIII : 2500 kalori

    Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk

    Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal

    Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes komplikasi,

    Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:

    J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah

    J II : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.

    J III : jenis makanan yang manis harus dihindari

    Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita,

    penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative body weight (BBR=

    berat badan normal) dengan rumus:

    BB (Kg)

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    32/40

    BBR = X 100 %

    TB (cm)100

    1) Kurus (underweight) : BBR < 90 %

    2) Normal (ideal) : BBR 90110 %

    3) Gemuk (overweight) : BBR > 110 %

    4) Obesitas, apabila : BBR > 120 %

    - Obesitas ringan : BBR 120130 %

    - Obesitas sedang : BBR 130140 %

    - Obesitas berat : BBR 140200 %

    - Morbid : BBR > 200 %

    Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang bekerja

    biasa adalah:

    1) kurus : BB X 4060 kalori sehari

    2) Normal : BB X 30 kalori sehari

    3) Gemuk : BB X 20 kalori sehari

    4) Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari

    b. Latihan

    Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:

    1) Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 jam sesudah

    makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau

    menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.

    2) Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore

    3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen

    4) Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein

    5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang pembentukan

    glikogen baru

    6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak

    menjadi lebih baik.

    c. Penyuluhan

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    33/40

    Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah satu bentuk

    penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media

    misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.

    d. Obat

    1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)

    a) Mekanisme kerja sulfanilurea

    at prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas

    at reseptor

    b) Mekanisme kerja Biguanida

    Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat

    meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:

    (1) Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik

    - Menghambat absorpsi karbohidrat

    - Menghambat glukoneogenesis di hati

    - Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin

    (2) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin

    (3) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler

    a) Indikasi penggunaan insulin

    (1) DM tipe I

    (2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD

    (3) DM kehamilan

    (4) DM dan gangguan faal hati yang berat

    (5) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)

    (6) DM dan TBC paru akut

    (7) DM dan koma lain pada DM

    (8) DM operasi

    (9) DM patah tulang

    (10) DM dan underweight

    (11) DM dan penyakit Graves

    b) Beberapa cara pemberian insulin

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    34/40

    (1) Suntikan insulin subkutan

    Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan

    absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa factor antara lain:

    (a) lokasi suntikan

    ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding perut, lengan, dan paha. Dalam

    memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat

    suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.

    (b) Pengaruh latihan pada absorpsi insulin

    Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30 menit setelah suntikan

    insulin karena itu pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah

    suntikan.

    (c) Pemijatan (Masage)

    Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.

    (d) Suhu

    Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi insulin.

    (e) Dalamnya suntikan

    Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti suntikan

    intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada subcutan.

    (f) Konsentrasi insulin

    Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 100 U/ml, tidak terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi

    apabila terdapat penurunan dari u100 ke u10 maka efek insulin dipercepat.

    (2) Suntikan intramuskular dan intravena

    Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada kasus-kasus dengan

    degradasi tempat suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan

    untuk terapi koma diabetik.

    e. Cangkok pankreas

    Pendekatan terbaru untuk cangkok pancreas adalah segmental dari donor hidup saudara kembar

    identik (Tjokroprawiro, 1992).

    2. Perawatan luka diabetik

    1. Mencuci luka

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    35/40

    Mencuci luka merupakan hal yang pokok unutk memperbaiki, meningkatkan dan

    mempercepat proses penyembuhan luka serta menghindari kemungkinan terjadinya

    infeksi. Tujuan mencuci luka adalah menghilangkan jaaringan neksrosis,

    menghilangkan cairan luka yang berlebihan, dan menghilangkan sisa metabolisme

    tubuh pada permukaan luka. Cairan yang terbaik untuk mencuci luka adalah cairan

    non toksik misalnya normal saline / NaCl 0.9 %. Cairan anti septik sebaiknya

    digunakan ketika luka mengalami infeksi atau tubuh dalam keadaan penurunan

    imunitas, yang kemudian dilakukan pembilasan kembali dengan normal saline.

    2. Debridement

    Merupakan upaya untuk membuang jaringan nekrosis / slough pada luka.

    Debridement dilakukan untuk menghindari infeksi atau selulitis, karena jaringan

    nekrosis selalu berhubungan dengan peningkatan jumlah bakteri.

    3. Perawatan kulit sekitar luka

    Melindungi kulit di sekitar luka merupakan hal penting untuk mencegah timbulnya

    luka baru. PenggunaanZinc-oxidesalep cukup efektif untuk melindungi kulit sekitar

    luka dari cairan atau eksudat berlebihan.

    4. Penggunaan balutan pada luka

    Penggunaan balutan bertujuan untuk mempertahakan daaerah luka agar selalu

    lembab, mempercepat proses penyembuhan hingga 50 %, absorpsi eksudat dan

    cairan luka yang berlebihan, membuang jaaringan nekrosis, kontrol terhadap infeksi

    dan menurunkan rasa sakit serta menurunkan biaya selama perawatan.

    1. Absorbent dressing

    Jenis balutan yang paling banyak menyerap cairan pada luka, juga berfungsi

    sebagai homeostasis tubuh jika terdapat perdarahan dan brter terhadap

    kontaminasi pseudomonas. Contoh balutan : aliginate, kaltostaat, sorbsan,

    alevyn.

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    36/40

    2. Hydrocoloid

    Jenis balutan yang berfungsi untuk mempertahankan luka dalam keadaan

    lembab, melindungi luka dari trauma dan menghindari kontaminasi, digunakan

    pada keadaan luka berwarna merah. Contoh balutan : cuntinova-hydro, duoderm

    CGF, comfell.

    Kedua jenis balutan diatas disebut occlusive dressing, merupakan jenis balutan

    yang mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan optimal, saat penggantian

    balutan akan tampak peluruhan jaringan nekrotik dengan dasar luka bersih.

    5. Topikal terapi

    Hydroactive gel merupakan jenis terapi topicl yang membnatu peluruhan jaringan

    nekrotik oleh tubuh sendiri (support autolisis debridement). Contoh : intrasit gel,

    duoderm-gel.

    6. Balutan untuk mengontrol terjadinya edema

    Kontrol edema diperlukan guna membantu proses penyembuhan luka diabetik,

    seringkali ditemukan edema pada ekstremitas. Kontrol edema dapat dilakukandengan cara memberikan kompresi atau penekanan dengan menggunakan elastic

    bandage (elastis stoking), dengan penekanan kurang lebih sekitar 18 mmHg atau

    kekuatan 50% tarikan

    2. Stadium luka

    Dibedakan atas ;

    1. Anatomi kulit (Pressure Ulcers Panel, 1990)

    1). Partial Thickness : hilangnya lapisan epidermis hingga lapisan dermis

    yang paling atas.

    2). Full thicknes : hilangya lapisan epidermis hingga lapisan sub kutan.

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    37/40

    Stadium I : Kulit berwarna merah, belum tampak adanya lapisan

    epidermis.

    Stadium II : Hilangnya lapisan epidermis atau lecet sampai batas dermis

    paling atas.

    Stadium III : Rusaknya lapisan dermis bagian bawah hingga lapisan sub

    kutan.

    Stadium IV : Rusaknya lapisan sub kutan hingga otot dan tulang.

    2. Warna dasar luka (Nedherlands Woundcare Consultant Society, 1984)

    Merah : (pink, merah, merah tua) disebut jaringan sehat, granulasi /

    epitelisasi / vaskularisasi.

    Kuning : (kuning muda, kuning kehijauan, kuning tua, kuning

    kecoklatan) disebut jaringan mati yang lunak, fibrionilitik,

    slough, avaskularisasi.

    Hitam : Jaringan nekrosis, avaskularisasi.

    3. Stadium Wagner untuk luka diabetik

    1). Superficial ulcer

    Stadium 0 : Tidak terdapat lesi, kulit dalam keadaan baik, tapi

    dengan bentuk tulang kaki yang menonjol (charcot

    arthropathies)

    Stadium I : Hilang lapisan kulit hingga dermis dan kadang-kadang

    tampak menonjol.

    2). Deep Ulcers

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    38/40

    Stadium II : Lesi terbuka dengan penetrasi tulang atau tendon

    (dengan goa).

    Stadium III : Penetrasi dalam, osteomyelitis, pyartrosis, plantar abses

    atau infeksi hingga ke tendon.

    3). Gangrene

    Stadium IV : Gangrene sebagian, menyebar hingga sebagian jari

    kaki, kulit sekitarnya selulitis, gangrrene lembab

    atau kering.

    Stadium V : Seluruh kaki dalam kondisi nekrotik atau gangrene.

    3. Bentuk dan ukuran luka

    Pengkajian bentuk dan ukuran luka dapat dilakukan dengan pengukuran tiga

    dimensi atau mengambil foto untuk mengevaluasi kemajuan proses

    penyembuhan luka. Hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran adalah

    dengan menggunakan alat ukur yang tepat dan jika alat ukur tersebut digunakan

    berulang kali, hindari terjadinya infeksi silang (nosokomial). Lakukan inspeksidan palpasi pada kulit selitar luka untuk mengetahui apakah pada luka terdapat

    selulitis, edema, benda asing, dermatitis kontak atau maserasi.

    1. Pengukuran tiga dimensi

    Dilakukan dengan mengkaji panjang-lebar-kedalaman dan dengan

    menggunakan kapas lidi steril untuk menilai ada tidaknya goa (sinus

    track/undermining0 dengan mengukur berputar searah jarum jam.

    1. Photography

    2. Serial foto dapat memberikan gambaran proses penyembuhan luka secara

    komprehensif, (catatan berikan inform consent sebelum pengambilan foto).

    2. Status Vaskuler

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    39/40

    Menilai status vaskuler berhubungan dengan pengangkutan atau penyebaran

    oksigen yang adekuat ke seluruh lapisan sel dan merupakan unsur penting dalam

    proses penyembuhan luka. Pengkajian status vaskuler meliputi perlakuan

    palpasi, capillaryrefill, edema dan temperatur kulit.

    1. Palpasi

    2. Langkah pertama dalam pengkajian status perkusi jaringan adalah palpasi pada

    daerah tibia dan dorsal pedis untuk menilai ada tidaknya denyut nadi. Klien usia

    lanjut kadang sulit diraba denyut nadinya dan dapat menggunakan stetoskop

    ultrasonic doppler.

    Tingkatan denyut nadi :

    1. : Nadi tidak teraba

    2. : Ada denyut nadi sebentar

    3. : Teraba tapi kemudian hilang

    4. : Normal

    5. Sangat jelas kemudian ada bendungan (aneurysm)

    2. Capillary Refill

    Waktu pengisian kapiler dievaluasi dengan memberikan tekanan pada

    ujung jari, setelah tampak kemerahan segera lepasksna dan lihatlah

    apakah ujung jari segera kembali ke kulit normal. Pada beberapa kondisi

    menurunnya atau hilangnya denyut nadi, pucat, kulit dingin, kulit jari

    tipis dan rambut yang tidak tumbuh merupakan indikasi iskemik (arterrial

    insufficiency) dengan capillary refill labih dari 40 detik.

    Capillary Refill Time

    Normal : 1015 detik

    Iskemik Sedang : 1525 detik

    Iskemik berat : 2540 detik

  • 8/10/2019 Askep Dm Ganggren

    40/40

    Iskemik sangat berat : lebih dari 40 detik

    4. Edema

    Pengkajian ada tidaknya edema dilakukan dengan mengukur lingkar padamidealf, ankle, dorsum kaki kemudian dilanjutkan dengan menekan jari

    kaki pada tulang menonjol di tibia atau maleolus. Kulit yang edema akan

    tampak lebih coklat kemerahan atau mengkilat, seringkali merupakan

    tanda adanya ganguan darah balik vena.

    Tingkatan udema :

    Tingkatan edema :

    0 inchi : 1 + (mild)

    - inchi : 2 + (moderate)

    - 1 inchi : 3 + (several)

    5. Temperaturkulit

    Temperatu kulit memberikan informasi tentang kondisi perfusi jaringan

    dan fase inflamasi, serta merupakan variabel penting dalam menilai

    adanya peningkatan atau penurunan perfusi jaringan terhadap tekanan.

    Cara melakukan penilaian dengan menempelkan puggung tangan pada

    kulit sekitar luka, membandingkannya dengan kulit pada bagian lain

    yang sehat.