Download pdf - asam basa perbaikan

Transcript

LABORATORIUM KIMIA FARMASI JURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

LAPORAN LENGKAP KIMIA ANALISIS FARMASI PERCOBAAN TITRASI ASIDI ALKALIMETRI

OLEH:

KELOMPOK : GOLONGAN : ASISTEN :

III (TIGA) III (TIGA) MUH. FIRDAUS, S.Farm

SAMATA - GOWA 2011

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kimia analitik terbagi atas dua yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisi kualitatif didasarkan pada identikasi zat yang terkandung dalam sampel yang hendak dianalisis. Sedangkan analisis kuantitatif didasarkan pada penentuan jumlah zat yang terkandung dalam suatu sampel analit. Dalam menentukan jumlah zat dari sampel analisis, dapat

digunakan beberapa metode diantaranya adalah metode volumetric, gravimetric, potensiometri, kalorimetri, dan metode-metode lainnya. Metode volumetric didasarkan pada pengukuran volume titran, sehingga disebut juga titrimetri. Metode ini dapat diklasifikasikan kedalam 4 kelas, yaitu: titrasi asam basa, tirasi redoks, titrasi pengendapan, dan titrasi pembentukan kompleks. Titrasi asam basa adalah titrasi yang melibatkan reaksi asam dan basa, baik kuat maupun lemah. Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir titrasi yang tajam dengan pengamatan pada perubahan warna indicator, sehingga titik ekivalen titrasi pun dapat ditentukan. Dalam

titrasi asam basa jika volume yang dihitung adalah volume dari larutan asam maka disebut metode acidimetri, dan jika volume yang dihitung adalah volume dari larutan basa maka disebut metode alkalimetri. Larutan standar yang sering digunakan dalam titrasi ini adalah HCl dan NaOH dengan indicator diantaranya adalah fenoftalein dan metil merah. Dalam dunia farmasi, titrasi asam basa sangat berguna dalam menentukan kadar suatu obat yang bersifat asam atau basa. Misalnya untuk obat-obat sakit mag. Oleh karena itu, percobaan ini sangat penting untuk dilakukan karna dapat menambah pengetahuan seorang farmasis.

B. Maksud Dan Tujuan 1. Maksud Percobaan Mengetahui dan memahami cara penetapan kadar suatu senyawa dengan menggunakan metode volumetri atau titrimetri. 2. Tujuan Percobaan a. Menentukan alkalimetri. b. Menentukan kadar Natrium Bikarbonat menggunakan metode asidimetri. kadar Asam Salisilat menggunakan metode

C. Prinsip Percobaan Penetuan kadar kadar Asam Salisilat menggunakan metode alkalimeri berdasarkan reaksi netralisasi dimana sampel bersifat asam dititrasi dengan larutan baku yang bersifat basa, dengan penambahan indicator Fenolftalein dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Penentuan kadar Natrium Bikarbonat dengan menggunakan metode asidimetri berdasaekan reaksi netralisasi dimana sampel bersifat basa dititrasi dengan larutan baku asamdengan penambahan indicator Metil Merah dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari kuning menjadi merah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum. Kimia analisis bisa di bagi menjadi bidang-bidang yang bisebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif berkaitan dengan identifikasi zat-zat kimia: mengenali unsur atau senyawa apa yang ada di dalam suatu sampel. Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan tersebut,yang sering kali dinyatakan sebagai konstituen atau analitik, menyusun entah sebagian kecil ataupun sebagaian besar sampel yang dianalisis. Jika zat yang di analisa tersebut menyusun lebih dari sekitar 1% dari sampel, maka analitik dianggap sebagai konstituen utama. Zat itu di anggap konstituen minor jika jumlahnya berkisar antara 0,01% hingga 1% dari sampel, dan jika suatu zat yang ada hingga kurang dari 0,01% dianggap sebagai konstituen perunut (trace) Klasifikasi lain dari analisis kuantitatif bisa didasarkan pada ukuran dari sampel yang tersedia untuk dianalisis. Jika sampel memiliki bobot lebih dari 0,1 gram maka analisisnnya tercakup dalam analisis makro, jika sampel memiliki bobot sekitar 10 sampai 100 mg, maka analisisnnya di anggap sebagai analisis semimikro, analisis mikro di pakai untuk sampel dengan bobot di antara 1 sampai 10 mg, dan analisis ultra mikro meliputi sampel dalam mikogram (Underwood. 2002; 2). Dalam menentukan jumlah zat dari sampel analisis, dapat digunakan beberapa metode. Metode yang sering di gunakan adalah volumetri, gravimetri, potensiometri dan kalorimetri. Metode volumetric di dasarkan pada pengukuran volume larutan titran. Analisis ini dikenal juga sebagai titrimetri, dimana zat yang akan di analisis di biarkan bereaksi dengan zat lain ( titran ) yang konsentrasinnya telah di ketahui dan dialirkan dari dalam buret. Konsentrasi larutan yang tidak diketahui ( analit ) kemudian dihitung. Syaratnnya adalah reaksi harus berjalan cepat,

reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi samping. Selain itu jika reagen penitrasi yang diberikan berlebih , maka harus dapat diketahui dengan suatu indicator. Metode titrimetri bergantung pada larutan standar yang mengandung sejumlah reagen persatuan volum larutan dengan ketetapan yang tinggi. Metode volumetric atau titrimetri secara garis besar dapat di klasifikasi dalam empat kategori, yaitu: 1. Titrasi asam basa yang melibatkan reaksi asam dan basa baik kuat maupun lemah 2. Titrasi redoks adalah titrasi yang meliputi hamper semua reaksi oksidasi reduksi. 3. Titrasi pengendapan, adalah+

yang meliputi pemberitakan endapan,

seperti titrasi Ag dengan K4Fe(CN)6 dengan indicator pengabsorbsi. 4. Titrasi kompleksiometri, sebagian besar meliputi titrasi EDTA seperti titrasi spesifik dan juga dapat digunakan untuk melihat perbedaan pH pada pengkompleksan (Khopkar. 1990; 36-37). Sejauh ini, relative sedikit reaksi kimia yang dapat digunakan sebagai basis untuk reaksi. Sebuah reaksi harus memenuhi beberapa persyaratan sebelum reaksi tersebut dapat dipergunakan: 1. Reaksi tersebut harus diproses sesuai dengan persamaan kimia tertentu, seharusnya tidak ada reaksi sampingan. 2. Reaksi tersebut harus diproses sampai benar-benar selesai pada titik ekuivalensi. Cara lain untuk menyatakannya adalah bahwa konstanta kesetimbangan reaksi tersebut haruslah amat besar. 3. Harus tersedia beberapa metode untuk menentukan kapan titik ekivalen tercapai. Harus tersedia indicator atau metode instrumental. 4. Di harapkan reaksi tersebut berjalan cepat, sehingga titrasi dapat diselesaikan dengan beberapa menit (Underwood.2002;45). TITRASI ASAM BASA Asam dan basah kuat terurai sempurna dalam air. Oleh karena itu, pH pada berbagai titik selama titrasi dapat dihitung langsung dari jumlah

stoikiometri asam dan basa yang dibiarkan bereaksi. Pada titik ekivalen, pH ditentukan ole tingkat terurainya air. Pada suhu 250C pH air murni adalah 7,00 (Underwood.2002;129). Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indicator bila pH pada titik ekivalen antara 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi, akan tajam pada titik akhir titrasi asam atau basa lemah jika penitriasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih berkisar dari 104. Selama titrasi asam basa, pH lrutan berubah secara khas. pH berubah secara drastis bila volume titrannya mencapai titik ekivalen. Pada reaksi asam basa, proton ditransfer dari suatu molekul ke molekul lain. Dalam air, proton biasanya tersolvasi sebagai H3+O. Reaksi asam basa bersifat reversible, reaksi dapat digambarkan sebagai berikut: HA + B H2 O H3+O + A- (air sebagai basa) BH+ + OH- (air sebagai asam)

+ H2O

Disini [A-] adalah basa konjugasinya, BH+ adalah asam konjugasinya berarti secara umum : Asam + basa CH3COOH + H2O CH3COO- + H2O (Khopkar.1990; 38). Dalam memilih suatu asam yang digunakan dalam larutan standar, hendaknya diperhatikan faktor-fakotr sebagai berikut: 1. Asam itu harus kuat, yakni terionisasi secara sempurna 2. Asam tersebut tidak mudah menguap 3. Larutan asam harus stabil 4. Garam dari asam tersebut harus mudah larut 5. Asam tersebut harus pengoksidasi yang kuat untuk menghancurkan senyawa-senyawa organic yang digunakan sebagai indicator. Asam klorida dan sam sulfat paling banyak digunakan untuk larutan standar, walaupun tidak satupun keduanya yang memenuhi syarat tersebut. basa konjugasi + asam konjugasi CH3COO- + H3O+ (basa) CH3COOH + OH- (asam)

Asidimetri merupakan metode yang digunakan dalam titrimetri atau volumetri yang didasarkan pada perhitungan jumlah volume asam baik untuk zat-zat organik maupun anorganik. Sedangkan alkalimetri adalah metode volumetri yang didasarkan pada pengukuran seksama jumlah volume basa yang digunakan. Natrium hidroksida merupakan basa yang sering digunakan untuk titrasi asam basa. Berbagai macam zat asam dan basa, baik organic maupun anorganik dapat ditentukan dengan titrasi asam basa. Terdapat juga banyak contoh dimana analit dapat diubah secara kimia menjadi suatu asam dan kemudian ditentukan dengan titrasi. Sejumlah gugus fungsi organic dapat ditentukan dengan titrasi asam basa seperti; asam karbosiklat, R-COOH, asam sulfonat, RSO3H dapat dititrasi dengan basa basa standard (Haeria. 2011; 5-6). Indicator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau membedntuk fluorsen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indicator asam basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indicator dapat berubah asam atau basa, larut, stabil dan menunjukan perubahan warna yang kuat serta bisanya adalah zat organic. Perubahan warna diresonasi isomer electron. Berbagai indicator

mempunnyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnnya mereka menunjukan warna pada range pH yang berbeda. Indicator asam basa secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan : 1. Indicator ftalein dan indicator sulfoftalein 2. Indicator azo 3. Indicator trifenil metana Indikator ftalein dibuat dengan kondensasi anhidrida ftalein dengan fenol, yaitu fenoftalein. Pada pH 0,0-5,8 berubah warnanya menjadi merah. Indicator sulftalein dibuat dari kondensasi anhidrida ftalein dan sulfonat. Yang termasuk dalam kelas ini adalah thymol blue, bromofenolred, bromofenolblue dll. Indicator 20, di peroleh dari reaksi

amina aromatic dengan garam diazonium, misalnnya : methyl yellow atau p-dimetil amino azo benzena. Indikator azo menunjukan kenaikan disosiasi bila temperature naik. Disini proton ditarik dari ion ammonium tersier meninggalkan sesuatu residu tak bermuatan, seperti R-NH+(CH3)2, tidak ada pemisahan muatan, pada kenyataannya sedikit pengaruhnya dalam pemisahan proton (Khopkar.1990; 44). Menurut teori asam basa Bronsted yang berlaku baik dalam larutan air atau bukan air, asam adalah senyawa yang dapat memberikan proton dan basa adalah senyawa yang menerima proton. Setelah memberikan proton, asam akan menjadi basa yang bersesuaian (basa konjugasi), sebaliknya, basa akan menjadi asam (asam konjugasi).Asam Basa + Proton

Dalam memilih suatu asam yang digunakan dalam larutan standar hendaknya diperhatikan faktor-faktor berikut: 1. Asam itu harus kuat, yakni terdisosiasi 2. Asam tersebut tidak mudah menguap 3. Larutan asam harus stabil 4. Garam dari asam tersebut harus mudah larut 5. Asam tersebut bukan pengoksidasi yang kuat untuk menghancurkan senyawa-senyawa organik yang digunakan sebagai indikator. Asidimetri merupakan metode titrimetri atau volumetrik yang didasarkan pada pengukuran seksama jumlah volume asam yang digunakan, baik untuk zat-zat organik maupun anorganik. Alkalimetri merupakan metode titrimetri atau volumetrik yang didasarkan pada pengukuran seksama jumlah volume basa yang digunakan. Berbagai macam zat asam dan basa, baik organik maupun anorganik dapat ditentukan dengan titrasi asam-basa. Ada banyak asam dan basa organik lemah yang bentuk tak terurainya dan bentuk ioniknya memiliki warna yang berbeda. Molekul tersebut biasa digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi, dan dinamakan indicator visual. Indikator ini mempunyai warna yang berbeda

pada pH tertentu, yang pada titrasi tergantung pada konsentrasi ion H+ yang terdapat dalam larutan. Senyawa organik dimaksud seperti Fenoftalein, Metil Orange, Fenol Merah, Metil Merah dan sebagainya. Pemilihan indikator asam basa ini didasarkan pada jenis asam yang digunakan pada titrasi. Jadi berbeda pemakaian indikator untuk titrasi asam kuat, titrasi asam lemah, atau titrasi asam sangat lemah (Haeria. 2010: 30-32). Titrasi asam-basa yaitu sebagai berikut: 1. Titrasi asam kuat dan basa kuat Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat.

HCl + NaOH

NaCl + H2O

2. Titrasi asam lemah dan basa kuat Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat. Misalnya: Asam Asetat dengan NaOH

CH3COOH + NaOH3. Titrasi basa lemah dan asam kuat

CH3COONa + H2O

Pada kahir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam kuat dan baa lemah. Misalnya: NH4OH dan HClNH4OH + HCl NH4Cl + H2O

4. Titrasi asam lemah dan basa lemah Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari basa lemah dan asam lemah. Misalnya: Asam Asetat dan NH4OH

CH3COOH + NH4OH

CH3COONH4 + H2O

pH larutan bergantung dari harga Ka dan Kb. bila Ka > Kb (larutan sifatnya asam), Ka < Kb (bersifat basa) (Sukmailah. 1990: 205). Pada titrasi asidimetri-alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: 1. Asidimetri, yaitu ini menggunakan larutan standar asam digunakan untuk menentukan basa. Asam-asam yang biasa digunakan adalah HCl, CH3COOH, H2C2O4, Asam Borat.

2. Alkalimeri, pada titrasi ini kebalikan dari asidimetri, karena larutan standar yang dipergunakan untuk menentukan asam disini adalah basa. (Khopkar. 1990: 125). Indikator dibedakan atas 3 golongan: 1. Indikator asam-basa 2. Indikator logam 3. Indikator redoks Indikator asam-basa adalah suatu zat yang dapat berubah warna pada keadaan pH laruan tertentu. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur pH salah satunya larutan indikator. Larutan indikator adalah asam organik lemah atau basa organik lemah yang dapat berubah warna sesuai rentan pH tertentu. Macam-macam indikator: 1. Meti jingga Salah satu indicator yang digunakan pada titrasi larutan bersifat basa. Jingga Metil berwarna kuning ketika ditambah asam, ion hydrogen akan ditangkap oleh yang bermuatan negatif. 2. Fenolftalein Senyawa organik yang berbentuk padatan Kristal, tidak berwarna dan larut dalam alcohol dan pelarut organik. Biasanya digunakan pada indikator asam-basa. Rentang perubahan yang diteliti adalah rentang pH 8,2-10. 3. Indikator alami Berasal dari zat warna tumbuhan dengancara mengikis bagian tumbuhan yang berwarna, kemudian dihaluskan dan ditambahkan pelarut yang sesuai. Kemudian cairan dipisahkan melaui penyaringan. 4. Indicator Universal Indicator universal dilengkapi dengan peta warna. Sehingga bisa ditentukan nilai pH zat berdasarkan warna-warna tertentu dan dengan mengetahui nilai pH maka dapat ditentukan apakah larutan bersifat asam, basa atau netral.

B. Uraian Bahan 1. Aquades (Dirjen POM. 1979 ;96) Nama resmi Nama lain Rumus molekul Berat molekul Pemerian : AQUA DESTILLATA : air suling : H2O : 18,02 : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempenyai rasa Penyimpanan Kegunaan : Dalam wadah tertutup baik : Sebagai pelarut

2. HCL (Dirjen POM. 1979; 53). Nama resmi Nama lain Rumah molekul Berat molekul Pemerian : ACIDUM HYDROCHLORIDUM : Asam klorida : HCl : 36,46 : Cairan tidak berwarna; berasap; bau merangsang; Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang. Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air; larut dalam etanol (95%)P. Penyimpanan Kegunaan : Dalam wadah tertutup baik : Larutan standar acidimetri.

3. Asam salisilat ( Dirjen Pom. 1979; 56-57) Nama resmi Nama lain : ACIDUM SALICYLICUM : Asam slisilat

Rumus molekul : C7H6O3 Berat molekul : 138,12

Rumus bangun

:COOH OH

Pemerian

: Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih; hampir tidak berbau; rasa agak manis dan tajam.

Kelarutan

: Larut dalam 550 bagian air, dan dalam 4 bagian etanol (95%)P; mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P; larut dalam ammonium asetat, dinatrium hidrogenfosfat P; kalium sitrat P; dan natrium sitrat P.

Penyimpanan Kegunaan

: Dalam wadah tertutup baik. : Analit alkalimetri

Penetapan kadar : Timbang seksama 3 g, larutkan daam 15 ml etanol (95 %) P hangat yang telah dinetralkan terhadap larutan merah fenol P, tambahkan 20 ml air. Titrasi dengan natrium hidroksida 0,5 N menggunakan indicator larutan merah fenol P. Kesetaraan : 1 ml natrium hidroksida 0,5 N setara dengan 69,06 mg C7H6O3. 4. Etanol (Dirjen POM 1979;65) Nama Resmi Nama lain Rumus molekul Berat molekul Pemerian : AETANOLUM : Alkohol, etanol : C2H5OH : 46,07 : Cairan tidak berwarna,jernih,mudah menguap dan mudah bergerak,bau khas,rasa panas.Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.

Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P,dan dalam eter p.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik,terlindung dari cahaya,ditempat sejuk, jauh dari api.

Kegunaan

: Pelarut

5. Metil Merah (Dirjen POM. 1979: 705) Nama resmi : ASAM-4-DIMETILAMINAUZOBENZENA-2KARBOKSILAT Nama lain Rumus molekul Berat molekul Pemerian Kelarutan Penyimpanan Kegunaan : Merah Metil : C15H15N3O2 : 149,03 : Warna merah tua, hablur lembayung : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol : Dalam wadah tertutup rapat : sebagai indikator pada asidimetri

6. Natrium Hidroksida (dirjen pom . 1979; 412) Nama resmi Nama lain : NATRII HIDROXYDUM : Natrium hidroksida

Rumus molekul : NaOH Berat molekul Pemerian : 40,00 : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan menunjukan suasana hablur; putih, mudah meleleh basah, sangat korosif, segera menyerap karbon dioksida. Kelarutan Penyimpanan Kegunaan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P. : Dalam wadah tertutup baik : Larutan standar alkalimetri.

7. Natrium bikarbonat (Dirjen POM. 1979; 424-425). Nama resmi Nama lain : NATRII SUBCARBONAS : Natrium bikarbonat, Natrium subkarbonat, Natrium Hidrogen Karbonat

Rumus molekul : NaHCO3 Berat molekul Pemerian : 84,007 : Serbuk putih atau monoklin kecil, buram, tidak berbau, rasa asin. Kelarutan : Larut dalam 11 bagian air, praktis tidak larut dalam etanol (95%) P. Penyimpanan Keguanaan : Dalam wadah tertutup baik : Analit dalam asidimetri.

8. Fenolftalein (Dirjen POM. 1979: 675) Nama resmi Nama lain : PHENOLFTALEIN : Fenolftalein

Rumus molekul : C20H14O4 Berat molekul Pemerian : 318,33 : Serbuk hablur putih atau putih kekuningan lemah, tidak berbau, stabil di udara. Kelarutan Penyimpanan Kegunaan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol. : Dalam wadah tertutup rapat : Sebagai indikator pada alkalimetri

C. Prosedur Kerja (Haeria. 2011; 6) 1. Pembuatan larutan HCl 0,1N. Masukan kedalam labu ukur bersumbat kaca 100 Ml air suling. Dengan pipet ukur tambahkan 8,5 ml asam klorida pelarut. Sumbat labu, homogenkan larutan dengan mengguncang-guncangkan dan membalikan labu, cukupkan volumenya hingga 1000 ml. pindahkan ke dalam botol yang bersih, bubuhkan label. 2. Standarisasi larutan HCl 0,1N. Timbang seksama sekitar 150 mg Na2CO3 murni yang telah dikeringkan sebelumnya pada suhu 2700C selama 1 jam. Larutkan dalam 50 ml air dan tambahkan 2 tetes metil merah. Titrasi pelan-pelan dengan larutan HCl sambil dikocok dengan teratur sampai timbul warna merah muda. Panaskan larutan sampa mendidih dan titrasi dilanjutkan sampai warna merah tidak hilang dengan pemanasan. Perlakuan diulangi dua kali dan hitung Normalitasnya. (1 ml HCl 0.1N sebanding dengan 5,295 NaHCO3). 3. Pembuatan larutan NaOH 0,1N. Larutkan 4,5 mg NaOH dalam 950 ml air suling bebas CO2, tambahkan larutan jenuh barium klorida yang baru dibuat sampai tidak terbentuk endapan lagi. Kocok baik-baik dan dibiarkan dalam botol tertutup selama satu malam. Tuangkan sarngan bening dan saring. 4. Standarisasi NaOH 0,1N. Timbang seksama 500 mg kalium biftalat yang telah dikeringkan pada suhu 1050C selama 3 jam. Larutkan dalam 75 ml air bebas CO2, tambahkan 2 tetes indicator fenoftalein dan titrasi dengan larutan NaOH yang hendak dibakukan sampai terbentuk warna merah tetap. Perlakuan diulangi 2 kali. Hitung Normalitasnya. ( tiap ml NaOH 0,1N setara dengan 20,42 mg kalium biftalat).

5. Penetapan kadar NaHCO3. Timbang seksam kurang lebih 300 mg natrium bicarbonate, campur baik-baik dengan 25 ml air. Tambahkan metil jingga dan titrasi dengan asam klorida 0,1N. 6. Penetapan kadar asam salisilat. Timbang seksama 400 mg sampel, laritka dalam 10 ml etanol netral. Tambahkan 15 ml air suling. Lalu titrasi dengan NaOH 0,1N menggunakan indicator Fenoftalein.

BAB III METODE PERCOBAAN

A. Alat Dan Bahan Buret 50 ml 1 buah, gelas Kimia 250 ml 2 buah, gelas ukur 10 ml 1 buah, Elenmeyer 250 ml 2 buah, pipet tetes 2 buah dan statis dan klem. Aquadest 50 ml, Asam Salisilat 420 mg, Etanol netral 10 ml, HCl 0,0935N, Fenoftalein, Metil Merah, NaHCO3 30 mg, dan NaOH 0,1086N.

B. Cara Kerja 1. Pembuatan larutan baku HCl 0,1 N Di masukkan ke dalam labu ukur bersumbat kaca 100 ml air suling. Dengan pipet ukur. Setelah itu ditambahkan 8,5 ml Asam Klorida pelarut. Sumbat labu, dan homogenkan larutan labu, dengan

mengguncang-guncangkan

membalikkan

dicukupkan

volumenya hingga 1000 ml. Pindahkan ke dalam botol yang bersih, bubuhkan label 2. Standarisasi larutan HCl 0,1 N dengan Natrium Karbonat (Na2CO3) Ditimbang seksama sekitar 150 mg Na2CO3 murni yang telah dikeringkan sebelumnya pada suhu 2700 C selama 1 jam. Dilarutkan dalam 50 ml air dan ditambahkan 2 tetes metil merah. Dititrasi pelanpelan dengan larutan HCl sambil dikocok dengan teratur sampai timbul warna merah muda. Panaskan larutan sampai mendidih dan titrasi dilanjutkan sampai warna merah tidak hilang dengan pemanasan. 3. Pembuatan larutan baku NaOH 0,1 N Larutkan 4,5 mg NaOH dalam 950 ml air suling bebas CO2, tambahkan larutan jenuh Barium Klorida yang baru dibuat sampai

tidak terbentuk endapan lagi. Kocok baik-baik dan dibiarkan dalam botol tertutup selama satu malam. Tuangkan cairan bening dan saring. 4. Standarisasi larutan NaOH 0,1 N Larutkan seksama 500 mg Kalium Biftalat yang telah dikeringkan pada suhu 1050 C selama 3 jam. Larutkan dalam 75 ml air bebas CO2, tambahkan 2 tetes indicator Fenoftalein dan titrasi dengan larutan NaOH yang hendak dibakukan sampai terbentuk warna merah tetap. Perlakuan diulangi 2 kali. 5. Penetapan kadar: a. Alkalimetri Ditimbang 400 mg asam salisilat. Dilarutkan dalam 10 ml etanol netral. Dimasukan kedalam Elenmeyer. Ditambahkan 15 ml H2O. Ditambahkan fenoftalien 3 tetes. Dititrasi dengan NaOH 0,1086N hingga terjadi perubahan warna. Diulangi percobaan sekali lagi b. Asidimetri Ditimbang 300 mg NaHC03. Dimasukan kedalam Elenmeyer. Ditambah 25 ml H2O. Ditambah 3 tetes metil merah. Dititrasi dengan HCL 0,0935 N hingga terjadi perubahan utama. Diulangi percobaan sekali lagi. 6. Pembuatan indicator Metil Merah Dihangatkan 200 mg Metil Merah P dan dicampur dengan 0,95 ml Natrium Hidroksida 0,05 N dan 5 ml etanol (95 %) P, setelah larut sempurna, ditambahkan etanol (50 %) P, secukupnya hingga 250,0 ml. 7. Pembuatan indicator Fenolftalein Dilarutkan 200 mg Fenolftalein P dalam 60 ml etanol (90 %) P, ditambahkan air secukupnya hingga 100 ml.

BAB IV HASIL PERCOBAAN

A. Tabel Pengamatan.

1.Alkalimetri No. 1. 2. Massa Sampel 0,4148 gr 0,4725 gr Volume Titran 34,2 ml 37,3 ml Prubahan Warna Tak berwarna Tak berwarna Merah Merah

2.Acidimetri No. 1. 2. Massa Salisilat 0,3895 gr 0,3336 gr Volume Titran 56,2 ml 47,3 ml Prubahan Warna Kuning Kuning Merah Merah

B. Perhitungan 1. Alkalimetri a. Penentuan kadar Sampel 0,4148 gr Mgrek sampel ~ Mgrek larutan baku Mgrek NaOH

Mgerk asam salisilat ~

Mgrek = = = % kadar

N x V x BE 0,1086N x 34,2 ml x 138,12 512,9942 mg.

Sampel 0,4725 gr Mgrek sampel

~

Mgrek larutan baku

Mgrek

= N x V x BE = 0,1086N x 37,3 ml x 138,12 = 559,4937 mg

% kadar

=

b. Kadar rata-rata = = = 121,0420% 2. Alkalimetri. a. Penentuan kadar. Sampel 0,3895 mg Mgrek NaHCO3

~

Mgrek HCl

Mgrek

= N x V x BE = 0,0935N x 56,2 ml x 84,007= 441,4316 mg

% kadar

=

Sampel 0,3336 mg Mgrek NaHCO3

~

Mgrek HCl

Mgrek

= N x V x BE = 0,0935N x 47,3 ml x 84,007= 371,8038 mg

% kadar

=

b. Kadar rata-rata = = = 108,9265%

C. Reaksi 1. AlakalimetriCOOH COONa

OH + NaOH

OH + H2O

Asam Salisilat

Natrium Salisilat

OH

O-

O

O-

C

OH

C

+ H2O

COO-

COO-

Tidak berwarna

Warna Merah

2. Asidimetri

NaCHO3 + HClCOO-

NaCl + H2O + CO3

N

N

N(CH3)2

(Kuning)COOCl

N

N

NH+(CH3)2

(Merah)

BAB V PEMBAHASAN

Secara garis besar, Kimia analitik dibagi dalam dua bidang utama, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif . Analisis kuanlitatif berkaitan dengan identifikasi zat-zat kimia dari suatu sampel yang hendak dianalisis, sedangkan analisis kuantitatif berkaitan dengan pengukuran jumlah zat yang terkandung dalam sampel analit. Dalam menetukan jumlah zat dari analit, dapat digunakan beberapa metode. Metode yang banyak digunakan diantaranya adalah volumetric, gravimetri, potensiometri dan kalorimetri. Motode volumetri didasarkan pada pengukuran volume titran, yang dibiarkan bereaksi dengan sampel hingga titik akhir titrasi, sehingga metode ini sering disebut sebagai metode titrimetri. Reaksireaksi dalam metode volumetric dapat dikelompokan kedalam 4 reaksi yaitu: 1. Titrasi asam basa, yaitu titrasi yang melibatkan reaksi dari asam dan basa baik kuat maupun lemah. 2. Titrasit redoks, yaitu titrasi yang meliputi hampir semua reaksi reduksi oksidasi. 3. Titrasi pengendapan, yaitu titrsi yang meliputi pembentukan endapan. 4. Titrasi pembentukan kompleks, yaitu titrasi yang sebagian besar meliputi titrasi EDTA seperti titrasi spesifik. Pada percobaan praktkum kali ini, titrasi yang diujikan adalah titrasi asam basa denagn larutan standar HCl 0,0935N dan NaOH 0,1086N. Oleh karena itu, titrasi yang diujikan dibagi menjadi dua, yaitu alkalimetri yang menghituung volume NaOH 0,1086N dan titrasi asidimetri, yang menghitung volume HCl 0,0935N dengan indicator masing-masing metil merah dan fenoftalein. Dalam menentukan NaOH 0,1086N untuk setara dengan jumlah sampel (asam salisilat), langkah kerjanya adalah 400 mg asam sailisilat dilarutkan dalam 10 ml etanol netral. Kemudian ditambahkan 15 ml air. Karena asam

salisilat agak sukar larut dalam air, maka harus dilarutkan terlebih dahulu dalam pelarut nonpolar. Pelarut yang digunakan dalah pelarut Etanol yang di netralkan, hal ini supaya etanol tidak bereaksi dengan NaOH. Selanjutnya larutan dititrasi dengan NaOH 0,1086N dari buret dengan menggunakan indicator fenoftalein. Percobaan ini diakukan 2 kali dengan massa asam salisilat masing-masing 414,8 mg dan 472,5 mg. Ini bertujuan untuk membadingkan kadar rata-rata asam salisilat dalam sampel pada setiap masanya dengan kadar rata-rata asam salisilat yang tertera dalam farmakope. Titik akhir dari titrasit ini ditentukan ketika terjadi perubahan warna indicator daam larutan yaitu dari tidak berwarna menjadi warna merah. Mekanisme perubahan warna terjadi ketika volume NaOH dari dalam buret tepat bereaksi dengan sejumlah HCl, sehingga dapat dicapi titik ekivalen reaksinya. Ketika NaOH yang ditembahkan kemudian, menyebabkan kadar NaOH dalam larutan berlebih. Kelebihan NaOH tersebut akan menyebabkan indicator fenoftalein memberikan warna merah pada larutan. Mekaniisme reaksi yang berjalan adalah.COOH COONa

OH + NaOH

OH + H2O

Asam SalisilatOH O-

Natrium SalisilatO O-

C

OH

C

+ H2O

COO-

COO-

Tidak berwarna

Warna Merah

Dalam metode asidimetri volume HCl 0,0935N ditentukan untuk tepat bereaksi dengan sejumlah NaHCO3 sehinggga titik ekivalen dapat diketahui. Mekanisme titrasinya adalah sampel NaHCO3 yang ditimbang dilarutkan dalam 25 ml air, kemudian ditambahkan 3 tetes metil merah baru selanjutnya dititrasi dengan HCl 0,0935 N hingga terjadi perubahan warna larutan dari kuning ke merah. Titrasi ini dilakukan dua kali dengan massa sampel 389,5 Mg dan 333,6 Mg. hal ini dilakukan agar dapat menentukan % kadar rata-rata dari sampel dan membandingkannya dengan kadar rata-rata yang tertera dalam farmakope. Mekanisme perubahan warna terjadi ketika HCl yang dialirkan dari dalam buret tepat bereaksi dengan sejumlah NaHCO3 dalam Erlenmeyer maka, titik equivalen nya tercapai. Dan ketika HCl 0,0935N ditambahkan lagi, maka volume HCl ini akan menyebabkan indicator metil merah terurai menjadi bentuk ionnya yang ditandai dengan perubahan warna dari kuning ke merah. Dalam keadaan molekulernya metil merah berwarna kuning namun, ketika berada dalam suasana asam akan berubah menjadi bentuk ionnya yang memberikan warna merah pada larutan. Mekanisme reaksi yang berjalam adalah:

NaCHO3 + HClCOO-

NaCl + H2O + CO3

N

N

N(CH3)2

(Kuning)COOCl

N

N

NH+(CH3)2

(Merah)

Dalam reaksi alkalimetri, titik akhir titrasi yang didapat dari 414,8 mg asam salisilat diperlukan volume NAOH sebanyak 34,2 ml dan untuk 472,5 mg asam salisilat diperlukan volume NAOH sebanyak 37,3 ml. Berdasarkan hasil perhitungan volume 34,2 ml NAOH 0,1086N akan tepat bereaksi dengan

512,9942 mg asam salisilat dan untuk volume 37,3 ml NAOH 0,1086N akan tepat bereaksi dengan 550,4937 mg asam salisilat. Persen kadar dari asam asetat 414,8 mg adalah 123,6727% dan untuk 472,5 mg adalah 118,4114%. Persen kadar ini didapat dengan menggunakan rumus: % kadar zat Dari kedua persen tersebut, maka dapat ditentukan persen kadar rata-rata asam salisilat dengan menguunakan rumus: % kadar rata-rata = Sehingga di dapat kadarnya adalah 121,0420%. Pada metode asidimetri, titik akhir titrasi dicapai ketika terjadi perubahan warna dari indicator, karena kelebihan titran. Untuk massa NaHCO3 389,5 mg dibutuhkan 56,2 ml volume HCI 0,0935N dan NaNCO3 333,6 mg dicapai dengan volume 47,3 HCI 0,0935N. Dari hasil perhitungan bahwa volume 56,2 ml HCI 0,0935N akan mencapai titik ekivalen dengan 414,4316 ml NaHCO3. Dan volume 47,3 ml akan mencapai titik akiralen dengan 371,8038 mg NaHCO3. Untuk persen kadar dari NaHCO3 yang dititrasi dapat ditentukan dengan menggunakan rumus seperti pada alkalimatri. Persen kadar untuk massaa 389,5 mg NaHCO3 adalah 106, 4009% dan persen kadar untuk massa 333,6 mg NaHCO3 adalah 118,4520%. Dari kedua kadar tesebut, dapat ditentukan % kadar rata-rata dari NaHCO3 yaitu jumlah kedua persen kadar dibagi dua, dan didapat persen kadar rata-rata adalah 108,9265%. Berdasarkan hasil percobaan dan hasil perhitungan, ternyata persen kadar asam salisilat yang di peroleh tidak sesuai dengan kadar asam salisilat dalam farmakope yaitu 99,5% dan kadar NaHCO3 adalah 99,0%. Perbedaan ini disebabkan karna bebebrapa faktor kesalahan.

Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah adanya kebocoran dari buret sehingga menyebabkan volume titran berlebih. Dan ini akan menyebabkan kadar sampel juga semakin tinggi. Dalam ilmu farmasi titrasi asam basa memiliki banyak kegunaan. Misalnya dalam penentuan kadar senyawa obat seperti obat mag yang umumnya menggunakan pelarut air.

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasl percobaan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Kadar rata-rata asam salisilat adalah 121,0420% yang ternyata tidak sesuai dengan farmakope, yaitu 99,5%. 2. Kadar rata-rata Natrium Bikarbonat adalah 108,9265% yang ternta tidak sesuai dengan farmakope yaitu tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0 %.

B. Saran 1. Laboratorium Sebaiknya kursi ditambahkan lagi, supaya praktikum juga bias duduk saat melakuka titrasi. 2. Asisten Sebiknya dampingi praktikan pada saat melakukan percobaan, supaya kesalahan-kesalahan kecil dapat dihindari.

DAFTAR PUSTAKA

Day, R. A. Dan A. L. Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi VI. Jakarta: Erlangga. 2002. Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: DEPKES RI. 1979. Haeria. Penuntun Praktikum Kimia Analisis. Makassar: UIN Alauddin. 2011. Haeria. Penuntun Praktikum Kimia Analisis. Makassar: UIN Alauddin. 2010. Khopkar. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press. 1990. Rahman, Abdul. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007.

Lampiran: SKEMA KERJA

1. Asidimetri. 400 mg Asam Salisilat + 10 ml Etanol Netral

+ 15 ml air + 3 tetes fenoftalein titrasi dengan NaOH 0.1086N sampai berubah warna (tidak berwarna menjadi merah) Duplo

2. Alkalimetri. 300 mg NaHCO3 + 25 ml air

+ 3 metil merah

titrasi dengan HCl 0.0935N sampai berubah warna (kuning menjadi merah) Duplo

3. Pembuatan larutan baku HCl 1000 ml air suling

labu terukur

8,5 ml asam klorida pekat homogenkan larutan

Cukupkan volumenya hingga 1000 ml

Pindahkan kedalam botol bersih

4. Pembuatan larutan NaOH timbang 4,5 mg NaOH

larutkan dalam 950 ml air suling tambahkan larutan jenuh barium klorida kocok baik-baik Biarkan dalam botol tertutup selama satu malam endapkan cairan dan saring

5. Standarisasi larutan HCl timbang 150 mg natrium karbonat larutkan dalam air suling 50 ml tambah 2 tetes metil merah titrasi dengan HCl sampai warna merah muda panaskan larutan

titrasi kembali sampai warna tidak hilang selama pemanasanDuplo 6. Standarisasi larutan NaOH timbang 500 mg kalium biftalat

larutkan dalam 75 ml air suling tambahkan 2 tetes indikator fenolftalein titrasi dengan larutan NaOH dibakukan sampai terbentuk warna merah tetap duplo

7. Pembuatan metil merah dihangatkan 200 mg metil merah p

dicampur dengan 0,95 NaOH 0,05 N

ditambah etanol (95%)

setelah larut, tambah etanol (50%)

tempatkan dibotol bersih dan kering

8. Pembuatan fenolftalein

ditambah 200 mg fenolftalein p

dilarutkan dalam 60 ml etanol (90%)

ditambahkan air secukupnya hingga 1000 ml

pindahkan kebotol bersih dan kering