Transcript

........................................................................ Ida Bagus Idedhyana1 dan I Gusti Agung Bagus Suryada2 1) Fakultas Teknik Universitas Ngurah Rai 2) Fakultas Teknik Universitas Udayana). ABSTRACT In the western architecture period there are: antiquity, middle age, Renaissance , Enlightenment, nineteen century, Twentieth Century and contemporary, which in each period there is a cha racteristic of clear, both the theory and the time. But in India architecture, although there is the divisi on of India into antiquity, Hindu, Buddhist and Jain but each theory in each period runs continuously, can b e given without a time limit. Of India starting from Harappa civilization, continued with the Aryan mig ration of the nation, followed by Vedic Era, and the influence of Buddhism, Islam, Jain, and to India under the British and continue on the independence of India . The India antiquity Architecture is happen between c ivilization Harappa and Vedic Era. This paper aims to understand the theories developed in India ancient times so t hat can be used as a reference, to discuss the architecture outside India that may be from India or gain influence, and as an extension of insight in theories Architecture in the World. Writing is done with a qualitative descriptive method, with literature as a sour ce of data, obtained either from books, electronic media and other sources that are arranged to obtain the s tructured description of the theory of antiquity India architecture era even though only a small part. In this paper described the architecture of the Harappa civilization, and Hinduism primeval theory of India antiquity architecture includes the concept of the cosmos and creation, and the mandala theories about spatial. The theory of antiquity India architecture, which is part of ancient Indian cult ure is not developing the country that is now India, but include the jasirah located between Arabian S ea and the Bay of Bengal. Theory of antiquity India architecture is from the myth that poured into the con cepts of spatial and physical building. Key words: Architecture theory, India PENDAHULUAN Dalam alam pikir mitologis manusia masih menghayati diri, tenggelam didalam dan bersama seluruh

alam dan dunia gaib. Bentuk-bentuk arsitektur tidak lepas dari gunung sebagai simbolik Mahameru (Kailasa), susunan dasar semesta raya. Patung Siva Nata Raja, menggambarkan penciptaan dan pemusnahan kosmik, namun juga merupakan irama sehari - hari kehidupan dan kematian yang selalu berada dalam siklus tanpa akhir. Pada saat yang sama Siva mengingatkan kita bermacam bentuk majemuk di dunia, yaitu maya yang tak mendasar, khayali, dan senantiasa berubah, pemusnahan adalah akhir dari penciptaan. Tata wilayah dan tata bangunan atau arsitektur tidak diarahkan untuk kenikmatan rasa estetika bangunan namun terutama demi kelangsungan hidup secara kosmis atau semesta raya yang keramat dan gaib. Namun anggapan yang mengira alasan-alasan gaib, mitis, atau magis itu, satu-satunya pedoman berarsitektur bagi manusia kuno adalah keliru, mereka cerdas dalam menganalisa realita, dan penanganan praktis terhadap permasalahan pemukiman serta bangunan-bangunan, bahkan mungkin sangat cerdas , itu bisa kita lihat dari sejarah dan penemuan-penemuan masa lalu yang mengagetkan para ilmuwan. India di masa 15.000 tahun yang lalu, masa yang dikenal sebagai masa Imperium Rama adalah sebuah peradaban yang sejaman dengan Atlantis. Sejumlah besar naskah kuno ditemukan di India mengabadikan peradaban yang sangat maju. Perang besar dan perubahan bumi yang terus menerus menghancurkan peradaban ini, meninggalkan hanya beberapa kantung kecil peradaban. Perang besar (dalam naskah Hindu) disebut Ramayana dan terutama Mahabrata disebut sebagai puncak dari perang-perang mengenaskan dari Kali Yuga (Siklus Kosmos) . Proses penentuan waktunya cukup sulit, karena tidak ada tanggal pasti Dinamika Kebudayaan Vol. XI No. 2, 2009 73

dari yuga, karena ada siklus dalam siklusnya dan yuga dalam yuga. Siklus besar yuga dinyatakan selama 6000 tahun dan yuga yang lebih kecil berperiode hanya 360 tahun . Cita-cita India Raya sebagai kesatuan sosial, budaya, ekonomi, politik, peradaban atau idiologi telah ditegakkan oleh Krsna. Krsna hidup tanpa Mahabrata tapi India Raya tidak dapat eksis tanpa Krsna. Rig weda tersusun 15000 tahun yang lalu, 9 abad sebelum masehi baru ditemukan Alphabet Poenesia, sedangkan tulisan tangan Sarada, Narada, dan Kutila, dan lainnya pada tahun 5000-7000 yang lalu. Dengan demikian kehidupan manusia, kebudayaan dan peradaban tidaklah begitu tua, jika kita bandingkan dengan jarak waktu kemunculan manusia (Anandamurti, 2006). Karisma teori dan arsitektur kuno India nampaknya tidak lapuk oleh waktu, berjalan terus abad demi abad, diteruskan dari generasi ke generasi, mempengaruhi sederetan negeri di Asia. Ekspansi India berbeda dengan Cina atau Jepang yang penuh kekerasan , namun India menerapkan dengan damai, hampir tidak disadari, dan tanpa dampak langsung bagi India sendiri. Tapi akibatnya hampir sebaliknya, memberikan kemakmuran dan sering kali cemerlang lebih dari 15 abad lamanya. Jarang gerakan peradaban memberikan peran mendalam seperti itu, mungkin merupakan salah satu keberhasilan India yang paling gemilang. Dengan berpedoman pada arkeologi daripada tulisan sejarah sejak abad pertama masehi orang orang India mulai menyusuri pantai-pantai Asia Tenggara sampai pulau-pulau Nusantara yang jauh. Benda-benda seni menandai perjalanan mereka dan semua budaya yang akan lahir di wilayah yang luas itu memiliki ciri mereka yang akan kekal (Groslier, 2007). Karakteristik arsitektur India terbagi menjadi 4, dari jaman Kuno, Hindu, Budha, dan Jain (Trisulowati, 2008 : 6). Menurut David W. Koeller jaman peradaban India terbagi menjadi : 3000-2600 SM disebut sebagai peradaban Lembah Indus (peradaban Harappa ), 26002500 SM puncak peradaban Harappa, 2000-1900 SM runtuhnya peradaban Harappa, 1300 SM Bangsa Arya bermigrasi ke Lembah Indus, 1000 SM Bangsa Arya bermigrasi Lembah Gangga,1200-500 SM Era Vedic(Veda), 1200-900 SM Rig-Veda, 900-500 awal Vedas dan Upanishad, 550-100 persaingan Hindu, 563-483 SM Kronologi Siddhartha Gautama Buddha, dan seterusnya sampai Penyebaran Budha ke Tibet, dominasi Islam, sampai pada India dibawah Inggris, dan British koloni India mencapai kemerdekaan, yang kemudian dibagi ke dalam India dan Pakistan. Namun tarik ulur waktu menyebabkan sulit membedakan India Kuno dan Hinduisme , sebab 15000 tahun yang lalu disebut sebagai masa Imperium Rama, 9 abad SM tersusunnya Rig Veda, ada juga pendapat mengatakan 1200-500 SM Era Vedic (Veda). Namun ada baiknya kita melihat pendapat Swami G. Narasingha

(dalam http://www.gosai.com/chaitanya) Vastu Sastra adalah pengetahuan suci arsitektur di India telah ada dalam tradisi lisan sejak sebelum Vedic Umurnya adalah 5000 tahun yang lalu ( 3000 SM). Dari tradisi lisan yang kemudian direkam dalam sanskrit mantras dan disusun di bawah judul Vastu Shastra. Menurut pihak berwenang di India Vastu Shastra adalah naskah yang tertua yang mungkin dikenal dalam risalah arsitektur di dunia saat ini. Dengan demikian tulisan Teori Arsitektur India Jaman Purba (kuno) ini akan ada bias antara sebelum Era Vedic ( Peradaban Harappa), dan Era Vedic (Veda) atau pengaruh Hinduisme. GEOGRAFIS INDIA Sungai besar dan suci menghidupi India, seperti; Sindhu, Gangga, Yamuna, Godavari dan Khrsna. Sungai ini erat hubunganya dengan keagamaan, juga menyebabkan suburnya hamparan sebelah utara India. Diantara pegunungan Himalaya dan dataran tinggi Dekan merupakan daerah subur Indo-Gangetik. Pada bagian timur, Sungai Brahma Putra bergabung dengan Sungai Gangga membentuk sebuah delta, yang merupakan hutan bakau terbesar di dunia. India didekap oleh Teluk Bangali pada bagian timur, sedangkan pada bagian barat diapit oleh Pulau Andaman dan Nicolas, sedangkan Laut Arabia yang berada pada barat India memiliki sebuah pulau karang yang dinamakan Pulau Lakshadweep. Batas India adalah bagian utara terdapat Cina, Nepal dan Butan. Bagian barat daya terdapat Afganistan, dan Pakistan. Sedangkan perbatasan timur terdapat Myanmar dan Bangladesh. Pegunungan Palk dan Selat Manar memisahkan Negara tersebut dengan Srilangka. Hamparan Himalaya akan membentuk India utara dan timur laut sedangkan lainnya merupakan hamparan Indo-Gangetik yang subur. India terletak pada 1035 LU dan 75-90BT. Bagian selatan beriklim tropis, dengan hampir seluruh datarannya merupakan bagian dari hamparan Dekan (Deccan). Di kedua sisi hamparan ini terdapat banjaran pesisir yang berbukit-bukit Ghats Barat dan Ghats Timur(http://go.hrw.com/atlas/ norm_map/india.gif) PENGARUH BUDAYA BANGSA ARYA Yang dimaksud kebudayaan India, bukanlah India sebagai negara yang kita kenal sekarang, tetapi 74 Dinamika Kebudayaan Vol. XI No. 2, 2009

seluruh wilayah jazirah raksasa yang secara ilmu bumi dibatasi: disebelah barat laut Arabia dan disebelah timur oleh teluk Benggala. India merupakan bagian bumi dimana Hinduisme dan Budhisme berasal. Ada beberapa pendapat tentang umur kebudayaan India. Oleh sebagian ahli sejarah kebudayaan, diperkirakan bahwa kebudayaan tertua di India yang terdapat dilembah sungai Indus berasal 2500-1500 SM, yang dipengaruhi oleh kebudayaan Summer dari Mesopotamia. Kebudayaan Lembah-Indus ini terbongkar ketika ditemukan peninggalan-peninggalan di Harapa, kemudian Mahenyo-daro, 700 km dari Harapa. Ahli lain berpendapat bahwa berdasarkan penggalian-pengalian baru , maka kota Mahenyodaro dan kota-kota lainnya berasal dari tahun 50004000 SM. Dengan demikian apabila ada pengaruh tertentu dibidang seni bukanlah dari Mesopotamia ke Lembah Indus tetapi sebaliknya. Namun demikian ada kesamaan pendapat bahwa kebudayaan lembah sungai Indus berkembang sebelum terjadinya imigrasi dari bangsa Arya yang mendesak bangsa pribumi (bangsa Dravida)(Sumintardja,1978:151-152). Sumber lainnya (Trisulowati, 2008 : 6), penduduk asli India sekarang bermukim di dataran tinggi Dekkan. Kehidupannya masih sangat sederhana. Bangsa Dravida berasal dari Asia Tengah (Baltic) masuk ke India dan mendiami daerah sepanjang sungai Sindhu yang subur. Kebudayaan mereka lebih tinggi dari penduduk asli. Bangsa Arya juga berasal dari daerah Asia Tengah, menyebar masuk daerah Iran (Persia), Mesopotania, dan juga masuk ke daerah Eropa. Yang sampai masuk ke India adalah merupakan bagian yang pernah masuk ke Iran dalam dua tahap dan dua tempat yang berbeda. Pertama mereka masuk daerah Punyab yaitu daerah lioma aliran anak sungai yang disambut peperangan oleh bangsa Dravida yang duluan bermukim di sana. Bangsa Dravida dikalahkan, selanjutnya bangsa Arya masuk ke India melalui dua aliran sungai yaitu lembah sungai Gangga dan lembah sungai Yamuna, dikenal dengan daerah Doab. Kedatangan mereka tidak disambut perang, bahkan terjadi pencampuran budaya melalui perkawinan antar bangsa. Inilah yang menjadi nenek moyang bangsa India sekarang. Bangsa Arya bermigrasi ke India dari luar tidak disangsikan, tetapi pengaruh Arya di Asia Tenggara tidak begitu dirasakan seperti halnya di Barat Laut India. Bahasa Vaedik memasuki India bersama orang Arya tetapi bahasa Samskrta adalah bahasa anak negeri India (bahasa ini tidak didatangkan dari luar). Orang Arya memasuki India dari barat laut, telah banyak yang tiba, namun masih banyak dalam perjalanan dan masih banyak yang bersiap-siap akan datang. Nampak bahasa Samskrta bahasa umum anak negeri India dalam pengaruh bahasa Vaedik, akan tetapi pengaruhnya bukan searah namun timbal balik (Anandamurti, 2006 : 2). Rig Veda

adalah hymne-hymne yang dibawa oleh orang Arya yang datang ke India melalui Asia Tengah (Suamba dalam Cintamani, 2002). Jika Rig Veda diperkirakan tersusun pada 15000 SM, maka kedatangan Bangsa Arya adalah saat mulainya jaman Yajurveda atau masa post-Siva atau 7000 tahun yang lalu atau 8000 tahun setelah tersusunnya Veda (Anandamurti, 2006: 9). Dengan demikian tahun yang ditunjuk oleh Ananda murti adalah sekitar 5000 SM. Sedangkan tahun yang ditunjuk oleh David W. Koeller 1300 SM (Bangsa Arya bermigrasi ke Lembah Indus) PERADABAN HARAPPA Salah satu yang paling menarik namun misterius dari kebudayaan kuno di dunia adalah peradaban Harappa . Budaya ini ada di sepanjang Sungai Indus. Ada dua kota yang ditemukan dalam peradaban Harappa yaitu: Harappa dan kota Mohenjo-daro, merupakan pencapaian besar dari peradaban lembah Indus. Kota ini sangat terkenal dan mengesankan, yang tata letaknya disusun secara teratur . Lebih dari seratus kota dan desa-desa lainnya juga ada di daerah ini. Harappa (Harappan) meninggalkan banyak pertanyaan tentang peradaban, dan sepenuhnya belum terjawab. Peradaban Lembah Indus diperkirakan sekitar 2500 SM di bagian barat dari Asia Selatan, sekarang adalah di Pakistan dan India barat. Hal ini sering disebut sebagai peradaban Harappa karena kota yang ditemukan pertama kali adalah kota Harappa, baru Mohenjo daro. The Indus Valley adalah tempat yang terbesar dari empat kota peradaban kuno yaitu, di Mesir, Mesopotamia, India dan Cina. Ia mulai ditemukan 1920-an. Sebagian besar dari reruntuhan desa, termasuk kota-kota besar, merupakan tanda tanya tentang orang-orang dengan budaya yang sangat tinggi dan sulit di jawab. Persamaan rencana konstruksi antara Mohenjodaro dan Harappa menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari pemerintahan dengan organisasi yang sangat kompak . Kedua kota dibangun sama jenis dalam bentuk dan bahan dari batu bata. Kedua kota mungkin ada secara bersamaan dan ukuran menunjukkan bahwa keduanya merupakan ibu kota provinsi. Dinamika Kebudayaan Vol. XI No. 2, 2009 75

Harappa Mohenjo daro Penataan yang teratur dalam pola masa, serta penggunaan konstruksi bata, menunjukkan keduanya adalah bagian dari satu pemerintahan yang sama dengan kebudayaan yang tinggi. Sumber :http://www.harappa.com/har/moen0.html Kontras dengan peradaban lainnya, kuburan di kota ini tidak indah, lebih sederhana , ini bukti bahwa dalam peradaban ini tidak ada kelas-kelas sosial. Sisa-sisa istana atau kuil-kuil di kota belum ditemukan. Tidak ada bukti yang menunjukkan aktivitas militer, ada kemungkinan bahwa Harappa peradaban yang damai ( http://www.geocities.com/ siyal/moenjodaro.htm). Peradaban Harappa dimulai sekitar 2500 SM dan mulai menurun sekitar 2000 SM. Penyebab dari kehancuran tidak tentu. Satu teori menunjukkan bahwa orang-orang Arya bermigrasi ke daerah ini. Orang-orang Arya mungkin telah memasuki wilayah dengan kekerasan, membunuh para penduduk dan membakar kota. Namun, teori lain yang didukung oleh bukti-bukti yang lebih baru, menunjukkan bahwa peradaban ini mulai menurun sebelum tibanya orang Arya. Penduduk di lembah Indus buyar sebelum orang Arya memasuki wilayah Indus sebagai pengembara . Orang Arya mengambil alih wilayah ini sejak sebagian besar penduduk sebelumnya menyingkir. Salah satu penyebab dari pengungsian akibat dari masalah-masalah pertanian, erosi tanah, penipisan dari lapisan tanah yang diakibatkan oleh arus Sungai Indus. Tidak banyak yang diketahui tentang agama dari peradaban Harappa. Tidak seperti di Mesopotamia atau Mesir, yang berlimpah dengan candi dan altar, candi dan altar tidak ditemukan di Harappa, tak satupun yang bisa menyerupai sebuah candi atau apapun yang melibatkan masyarakat dengan ibadah. Namun, sejumlah tokoh di berbagai stempel dan patung mewakili beberapa jenis ibadah , ada wanita seperti dewi, jenis lelaki yang memiliki kepala dengan tanduk lembu jantan. Dari berbagai benda seni yang ditemukan di situs tersebut, tampak seolah-olah orang Harappa menyembah benda atau alam animistik , namun ini baru berupa terkaan sementara. HINDUISME DAN TEORI ARSITEKTUR INDIA PURBA Hinduisme Berbagai manifestasi Hinduisme meliputi filsafat

yang sangat intelektual melibatkan konsepsi dengan jangkauan dan kedalaman luar biasa, hingga praktikpraktik ritual masal yang naif dan kekanak-kanakan. Jika mayoritas orang Hindu adalah penduduk desa sederhana yang menjaga agama populer ini tetap hidup dalam ritual pemujaan mereka sehari-hari, Hinduisme di sisi lain melahirkan banyak guru spiritual luar biasa yang menyebarkan berbagai wawasan mendalamnya. Mistisme India, khususnya Hinduisme menyelimuti berbagai pernyataannya dalam bentuk mitos, menggunakan perumpaman dan simbol, gambaran puitis, kiasan dan alegori. Bahasa Mitos tidak terlalu dibatasi logika dan akal sehat. Bahasa ini penuh keajaiban dan situasi paradok, kaya akan citra sugestif dan tak pernah terlalu persis, sehingga bisa membawakan jalan pengalaman para mistikus 76 Dinamika Kebudayaan Vol. XI No. 2, 2009

atas realitas secara jauh lebih baik ketimbang bahasa faktual. Menurut Ananda Coomara Swamy, Mitos mewujudkan pendekatan paling akurat terhadap kebenaran mutlak ketimbang yang bisa dinyatakan dalam kata-kata (Capra, 2008) Dasar dari ajaran spiritual Krishna, seperti juga dasar dari seluruh ajaran Hinduisme, adalah gagasan bahwa kemajemukan benda dan peristiwa di sekitar kita tak lain hanyalah berbagai manifestasi berbeda dari realitas hakiki yang sama. Realitas ini, disebut Brahman, adalah konsep yang menyatukan berbagai tradisi Hinduisme ke dalam karakter yang pada prinsipnya monistik, meskipun memuja berbagai macam dewa dan dewi. Brahman, realitas hakiki, dipahami sebagal 'jiwa', atau esensi batin, dari segala sesuatu. Tak terhingga dan melampaui seluruh konsep; tak terpahami dengan nalar, tak terlukiskan dalam kata-kata: Brahman, yang agung, tanpa awal: melampaui yang ada dan tiada. Jiwa agung itu tak terpahami, tak terbatas, tak terlahirkan, tak ternalari, tak terpikirkan. Namun, manusia ingin membincangkan realitas ini serta orang-orang bijak Hindu dengan kegemaran khas mereka akan mitos, melukiskan Brahman sebagal sesuatu yang bersifat ilahiah dan berbicara tentangnya dalam bahasa itu dinamai dalam berbagai nama dewa yang disembah orang-orang Hindu, namun kitab suci jelas menyatakan bahwa seluruh dewa itu tak lain merupakan cerminan dari satu realitas hakiki: Orang berkata, Sembah dewa ini, Sembah dewa itu, satu demi satu padahal itu semua ciptaan-Nya (Brahman) Dan Dia sendiri adalah semua dewa itu ( Mundaka Upanishad dalam Capra, 2008). Manifestasi Brahman dalam jiwa manusia disebut Atman, dan gagasan bahwa Atman dan Brahman, realitas individual dan realitas hakiki, adalah satu merupakan pokok ajaran Upanishad: Intisari terhalus segenap dunia memilikinya sebagai jiwanya. ltulah Kenyataan, itulah Atman. Itulah diriMU (Chandogya Upanishad, dalam Capra, 2000) Tema dasar yang kerap dijumpai dalam mitologi Hindu adalah tentang penciptaan alam semesta melalui pengorbanan diri Tuhan, pengorbanan dalam maknanya berarti 'menyatakan sakral' ketika Tuhan menjadi dunia dan akhirnya menjadi Tuhan kembali. Aktivitas penciptaan ilahiah ini disebut lila, pertunjukan ilahiah, dan dunia dipandang sebagai panggung pertunjukan Ilahiah ini. seperti kebanyakan mitologi Hindu, mitos filar, bernuansa magis kuat. Brahman adalah penyihir agung yang mengubah dirinya menjadi dunia dan menampilkan pertunjukan ini dengan 'kekuatan kreatif ', yang merupakan makna asli istilah maya dalam Rig Weda. lstilah maya, salah satu istilah terpenting dalam filsafat India-telah berubah maknanya selama berabad-abad. Dari 'kekuatan',

atau 'kekuasaan', sang penyihir agung, menjadi istilah untuk menandai kondisi psikologis setiap orang yang berada dalam pengaruh keterpesonaan akibat pertunjukan sihir itu. Selama kita menganggap kemajemukan bentuk lila sebagai realitas, tanpa memahami kesatuan Brahman yang melandasi semua bentuk itu, kita ada dalam pengaruh mantra sihir maya. Oleh karena itu, maya tidak berarti bahwa dunia adalah ilusi, seperti yang seringkali disalah pahami. Ilusi hanyalah terletak dalam sudut pandang kita, jika kita berpikiran bahwa bentuk dan struktur, benda dan peristiwa di sekeliling kita adalah realitas alam, ketimbang menyadari bahwa semua itu adalah konsep dari pikiran kita yang gemar mengukur dan membeda-bedakan. Maya adalah ilusi jika konsep-konsep ini diyakinisebagai realitas, seperti mengacaukan antara peta dan wilayah. Dalam pandangan Hindu tentang alam, maka semua bentuk adalah maya yang relatif, mengalir, dan senantiasa berubah, direkayasa dengan penuh pesona oleh penyihir agung dalam pertunjukan iahiah. Dunia maya berubah terus-menerus, karena Ida ilahiah adalah pertunjukan yang ritmis dan dinamis. Kekuatan dinamis dari pertunjukan ini adalah karma, konsep penting lainnya dalam pemikiran India. Karma berarti 'tindakan.' Karma adalah prinsip aktif dari pertunjukan ini, seluruh semesta dalam tindakan, di mana segala sesuatu terhubung dengan segala lainnya. dalam ungkapan Gita, 'Karma adalah kuasa penciptaan, darimana segala sesuatu memperoleh ke hidupannya.' (Bhagawad Gita, 1986). Pengertian karma, seperti juga maya, turun dari ketingkat kosmiknya yang semula ketingkat manusia, di mana istilah ini memperoleh makna psikologis. Selama pandangan kita terhadap dunia terfragmentasi, selama kita berada dalam pengaruh maya dan berpikir bahwa kita terpisah dari lingkungan dan kita bertindak independen, kita terikat oleh karma, berarti menyadari kesatuan dan keselarasan seluruh alam semesta, termasuk manusia, dan bertindak sejalan dengan hal tersebut. Bebas dari pengaruh maya, memotong ikatan karma, berarti menyadari bahwa seluruh fenomena yang kita persepsi dengan indra kita adalah bagian dari realitas. Ini artinya menyadari, secara konkret dan personal, bahwa segala sesuatu termasuk diri kita sendiri, adalah Brahman. Pengalaman ini dalam filsafat Hindu atau disebut Moksa 'pembebasan', Dinamika Kebudayaan Vol. XI No. 2, 2009 77

dan merupakan aspek paling mendasar dalam Hinduisme. Hinduisme meyakini ada banyak sekali jalan pembebasan tak terhitung jumlahnya. Hinduisme tidak pernah memaksa seluruh pengikutnya untuk mendekati yang ilahiah dengan jalan yang sama, dan karenanya tersedia berbagai konsep, ritual, dan latihan spiritual yang berbeda untuk modus-modus kesadaran yang berbeda. Kenyataan bahwa banyak dari konsep atau praktik ini saling bertentangan tidak membuat khawatir orang Hindu sama sekali, karena mereka tahu bahwa Brahman melampaui konsepkonsep dan gambaran itu. Dari sikap ini muncul toleransi dan inklusivitas yang besar yang merupakan ciri khas Hinduisme. Tradisi Hinduisme yang paling intelektual adalah Vedanta yang didasarkan pada Upanishad dan menekankan Brahman sebagai konsep metafisis, nonpersonal, bebas dari muatan mitologis apa pun. Namun, meski bertaraf filosofis dan intelektual tinggi, jalan pembebasan Vedanta sangat berbeda dengan aliran filsafat Barat mana pun, melibatkan meditasi harian dan latihan spiritual lainnya untuk mengadakan penyatuan dengan Brahman. Metode pembebasan lain yang juga penting dan berpengaruh, dikenal sebagai yoga, sebuah kata yang berarti 'memaksa (kekang)', 'mendekati', yang mengacu pada penggabungan jiwa individual dengan Brahman. Ada beberapa tradisi, atau 'jalan' yoga, melibatkan beberapa latihan fisik dasar serta berbagai disiplin mental yang dirancang untuk orangorang dari berbagai macam sifat dan tingkat spiritual yang berbeda. Bagi orang Hindu kebanyakan, jalan paling populer untuk mendekati yang ilahiah adalah dengan memujanya dalam bentuk dewa/ dewi personal. Imajinasi subur India telah menciptakan ribuan dewa yang tampak dalam berbagai manifestasi yang tak terbilang jumlahnya. Tiga dewa yang paling banyak dipuja di India kini adalah Syiwa, Wisynu, dan Sakti (Durga). Syiwa adalah salah satu dewa India tertua yang dapat menempati banyak bentuk. la disebut Maheswara, sang Penguasa Agung, ketika merepresentasikan sebagai personifikasi dari totalitas Brahman dan dapat pula meniru banyak aspek tunggal ilahiah, penampilannya yang paling terkenal adalah sebagai Nataraja, Raja Para Penari. berbagai Penari kosmik, Syiwa adalah dewa pencipta dan pemusnah, yang melalui tariannya memperlihatkan irama semesta yang tiada henti. Teori Arsitektur India Purba a. Belenggu Maya Bagi manusia India kuno, seluruh semesta raya

yang serba banyak ragam, banyak rupa, sering saling bertentangan dan simpang siur ini, dan yang kita lihat, kita raba, dan kita tangkap melalui pancaindera, pada hakikatnya hanyalah semu belaka, tipuan atau maya (http://www travelicumals.net). Manusia bijaksana ialah manusia yang sadar akan tipuan itu. Oleh karena itu ia sadar bahwa ia harus membebaskan diri dari maya. Pembebasan dari maya artinya: sadar bahwa diri kita dan diri segala yang konkret ada (disebut dengan istilah: atman) sebenarnyalah manunggal dan identik dengan yangesa-mutlak tadi (yang disebut dengan istilah: Brahman. Dengan kata lain: manusia, menurut pandangan orang-orang India, harus melakukan perjalanan penuh perjuangan dan pengekangan diri, untuk pergi dari keadaan maya yang semu ini; dan semakin membersihkan diri, semakin menghening, sehingga bersih bebas tanpa rupa tanpa napsu, tanpa hasrat, meniadakan diri. Jalan peniadaan diri (dari yang maya itu) ke dalam keheningan murni mutlak (nirvana) itulah hakikat pandangan India beserta ungkapan-ungkapan kebudayaannya (Mangunwijaya , 1988 : 122). Khajuraho Tample, bangunan yang dipenuhi hiasan serta serba ragam, menunjukkan konsep dari pikiran kita yang gemar mengukur dan membeda-bedakan, sehingga dunia menjadi maya, maya yang relatif, mengalir, dan senantiasa berubah, pada saat kita mulai menguasai pikiran maka Maya akan menghilang, terlihatlah apa yang kita cari yaitu kemanungalan, dimana keesaan itu mengendap dalam wujud gunung sebagai simbul Kailasa, dan akhirnya satu dalam keragaman. Sumber http://www travelicumals.net b. Dwi Tunggal Prinsip lelaki (Syiwa) dan perempuan (saktinya Syiwa), Lingga dan Yoni atau sering disebut kutub megatif dan positif, jika dua kutub ditemukan maka terjadi aliran energi, yang merupakan kekuatan penciptaan. Dalam mikro kosmos energi sakti akan berada didasar tubuh, sedangkan energi syiwa 78 Dinamika Kebudayaan Vol. XI No. 2, 2009

berada di atas (ubun-ubun), pada saat energi sakti bergerak aktif menuju syiwa dan terjadi panunggalan, itulah konsep dwi tunggal, manusia masuk ke alam pencerahan/panunggalan dengan keesaan/brahman. Jalan menuju itu ada banyak sekali jalan pembebasan tak terhitung jumlahnya. Hinduisme tidak pernah memaksa seluruh pengikutnya untuk mendekati yang ilahiah dengan jalan yang sama, dan karenanya tersedia berbagai konsep, ritual, dan latihan spiritual yang berbeda untuk modus-modus kesadaran yang berbeda. Penghayatan dwi tunggal prinsip lelaki dan prinsip perempuan yang mengejawantah keseluruh alam raya,termasuk alam manusia, dirasakan sebagai prinsip mendasar menjadi sumber keberlanjutan kehidupan, dan kesuburan. Dalam arsitektur India secara expresif mencitrakan penghayatan kosmik manusia tentang misteri dwitunggal semesta, gua dibentuk serupa gua garbha atau lubang rahim, di ujung bagunan diletakkan bangunan bernama lingga, simbolik lelaki/energy syiwa. c. Vastu Sastra Menurut Swami G. Narasingha Vastu Sastra adalah pengetahuan suci arsitektur di India telah ada dalam tradisi lisan sejak sebelum Vedic Umurnya adalah 5000 tahun yang lalu ( 3000 SM), seperti yang telah diulas di depan. Beberapa hal yang ideal bentuk suci Vastu, arsitektur sebagai metafor sedangkan yang lain lebih suka melihatnya sebagai kebenaran, tetap, kekal. Potongan vertikal dan denah bangsal goa di Karli 1. Stupa selaku simbol lingga 2, 3. Ruang tengah dan ruang samping. Korelatif dengan bagian Gua Garbha (Ruang rahim) pada candi-candi. 4. Ruang Muka, korelatif dengan bagian Mandapa. Sumber : (Mangunwijaya, 1988) Dalam kasus ini adalah kenyataan bahwa bentukbentuk arsitektur sakral (sebagaimana dikemukakan di Vastu Shastra) memiliki kemampuan untuk peningkatan kesadaran manusia dari realitas duniawi ke gaib. Kata shastra berarti sastra atau lebih akurat "sastra mendapat penerangan-penerangan." Kata vastu, yang berarti nyata/jelas, berasal dari kata vustu/tidak jelas. Filosofi arti dari kata vustu dan vastu membentuk dasar dari konsep-konsep india suci dan arsitektur yang pertama di antara pelajaran yang diajarkan

kepada siswa Vastu Shastra. Yang nyata di dunia ini yaitu vastu, yang awalnya berada di luar atau unmanifest/tidak jelas(vustu). Analogi sederhana ini menunjukkan sifat vustu, yang selalu ada dalam vastu, atau ketidak jelasan/tan ragawi selalu ada dalam kejelasan/ragawi. Sehingga mengetahui keberadaan dari segi dua dimensi: pertama kerajaan rohani yang tak terbatas dan kedua akomodasi ruang yang terbatas untuk bahan benda mati. Konsep ini yang unggul diluar keberadaan, di mana bentuk aslinya selalu ada hal-hal ini adalah dasar dari arsitektur India sakral (http: //www.gosai.com/ chaitanya/ saranagati /html/nmj_articles/sacred_architecture/ vastu-shastra.html). Ilmu Vastu Shastra adalah hidup dalam tradisi India dan tidak berada dalam bahaya menjadi punah . Dari semua jenis struktur di bidang arsitektur suci, bangunan candi yang paling membutuhkan tingkat pengetahuan dan pelatihan. Mereka yang Dinamika Kebudayaan Vol. XI No. 2, 2009 79

membangun rumah, sekolah atau bahkan sebuah bangunan kantor mempertimbangkan dasar pengetahuan suci arsitektur untuk mencapai kesuksesan. Dimulai oleh rancangan persegi. Persegi yang literal yang mendasar adalah bentuk arsitektur sakral di India. Hal ini dianggap penting dan formula yang sempurna. Kemudian diperluas menuju bentuk lingkaran dari pusat. Dari persegi semua bentuk yang diperlukan dapat diturunkan: segitiga, hexagon, segi delapan, dan lain-lain, menuju lingkaran, inilah vastupurushamandala, vastu yang Nyata, purusha yang menjadi Cosmic, dan Mandala, dalam hal ini, Poligon. Pengetahuan mendalam tentang astrologi adalah kunci untuk memahami Vastu Purusha Mandala (http://www.gosai.com /chaitanya/saranagati/html /nmj_articles /sacred_architecture/vastu-shastra. html). Orientasi merupakan hal penting dalam arsitektur , dalam arsitektur India orientasi adalah penghayatan terhadap pusat dunia, atau poros, sentrum merupakan penghayatan manusia religius yang wajar dan dalam. Manusia tidak bisa beraktivitas jika tanpa orientasi, seolah-olah semua titik dan arah sama saja, dia butuh pengkiblatan diri. Setelah penghayatan terhadap pusat dunia, barulah pengertian orient itu (Timur) dipahami, yang berdasarkan arah matahari terbit (pemujaan terhadap Surya) , jika ada timur maka ada barat (matahari tenggelam). Dengan demikian utara dan selatanpun secara spontan dirasakan. Tengah (poros, sentrum) adalah titik penting dalam putaran orientasi, merupakan garis persilangan timur-barat dan utara-selatan. Orang kuno akan mengatakan pusar, bukan pusat geometris, dalam artian adalah tali ari-ari yang merupakan penghubung si bayi dengan ibunya saat dalam kandungan, atau tali hubungan manusia dengan penciptanya (Brahman). Dengan terhubungnya aliran energi dari sang ibu kepada bayinya (atman dengan Brahman) maka terhubunglah alam atas dengan alam bawah, maka alam Pitha Mandala raya ini akan dibagi menjadi tiga bagian yang sering disebut dengan Tribuana : alam Bhur (alam bawah), alam Bwah(alam tengah) dan Swah loka (alam atas). Dengan demikian tata bangunan di dunia kecil (mikro kosmos) ini akan merupakan cerminan dari makro kosmos (alam semesta). Dunia ini tidak homogen, tidak semua tempat memiliki nilai sama, ada yang

penting(pusat/ pusar) ada yang kurang dan ada yang tidak bernilai. Suatu wilayah tidak hanya dipahami geografisnya saja, tetapi seperti contohnya di India, juga sebagai suatu Mandala ; artinya bentuk (form). Tetapi bentuk yang berdaya gaib. Dengan hubungan tertentu mandala dapat berarti juga: citra gaib atau secara kongkret: daerah kerja daya-daya energi dan pengaruh kekuatan-kekuatan gaib. Dalam ilmu fisika magnet ada juga semacam itu yang disebut medan magnet, medan daya, atau medan energi yang memberi gambar pola daya-daya magnet. Dalam mandala ada tempat yang paling berdaya, yakni bagian pusar. Dan setiap bagian daerah bangunan memiliki nilai gaibnya menurut susunan daya mandala tadi. Oleh karena itu seluruh tata wilayah dan tata pembangunan menurut orang-orang India kuno harus diarahkan menurut tata Vasthu-Purusha-Mandala, (Vasthu = Norma dasar semesta yang berbentuk dan berwujud. Purusha = insan, atau personifikasi gejala semesta dasar yang awal, asli, utama, sejati). Tetapi pada hakikatnya Mandala atau berdaya, berarti : bentuk, bentuk konkret, akibat pengaruh suatu medan daya. Orang modern pun tahu itu. Suatu wilayah bukan hanya lokasi belaka, melainkan bentukbentuk bangunan, desa kota, namun juga bentukbentuk ekonomi, teknik, politik, kebudayaan, dan segala aktivitas; baik dari dunia tumbuh-tumbuhan, hewan, maupun peradaban manusia. Dan itulah yang primer; lalu barulah wilayah sebagai lokasi geografis yang sekunder. Tetapi manusia India yang religius yakin, bahwa mandala hanya punya arti, bila (ibarat si bayi) pusarnya terhubung dengan ibunya. Dengan demikian terjalin hubungan dengan dunia dewata atau dunia atas (Mangunwijaya, 1988). Brahmasthana adalah sangat penting dalam Mandala Maha Pitha Mandala 80 Dinamika Kebudayaan Vol. XI No. 2, 2009

Maha Pitha Mandala Beberapa motif dari Vastu Purusha Mandala, Posisi kepala akan menunjukkan arah timur, jika kepala di pojok kiri maka timur di atas, jika kepala di pojok kanan maka timur adalah kanan. Sumber: Sumber Manunwijaya, 1988 dan http://www.vaidicvaastu. com/ Vastu Purusha Mandala juga adalah bagian dari Vastu Sastra dan merupakan dasar matematika dan geometri untuk menghasilkan disain bangunan yang mampu memanfaatkan energi kosmos. Kata Vastu akan bermakna jelas/nyata, kekal, semua tempat kediaman dapat diistilahkan sebagai vastu/wujud fisik, Purusha akan merujuk pada energi, kuasa, atau kosmos jiwa manusia, sedangkan Mandala adalah nama generik untuk setiap rencana/grafik yang mewakili kosmos metafisik/simbolis dari alam semesta (http://www.vaidicvaastu.com/). Bentuk paling mendasar dari kosmologi Hindu adalah persegi, yang merupakan gambaran cakrawala, yang berhubungan dengan matahari terbit dan tenggelam, utara dan selatan yang akan disebut sebagai Chaturbhuji empat bersudut dan terwakili dalam simbolis Prithvi Mandala. Vastu (Vaastu) Purusha Mandala akan dimulai dengan Phita Mandala, pusat daerah dari seluruh mandala adalah Brahmasthana, ruang akan terbagi menjadi 9 (Pitha). Selanjutnya menjadi Maha phita (16), berlanjut ke Upaphita (25), Ugraphita (36), Sthandila (49), Paramasaayika (81). Paramasaayika adalah Vastu Purusha Mandala, dimana kepala berada pada posisi timur laut, dan kaki berada pada barat daya, namun dapat juga kepala berada di timur, dan kaki akan berada di barat. Namun yang penting mandala akan dibagi menjadi ganjil, bagian Brahmasthana akan diperluas , sehingga perhitungannya tetap ganjil. Sedangkan perbandingan ukuran dan urutan ruang dalam bangunan suci seperti gambar di bawah. Vedic Planetarium, Mayapur, India adalah contoh desain yang diciptakan untuk menimbulkan Vedic arsitektur bertingkat, miniatur dari alam semesta. Pertama desain Kuil ini adalah untuk meniru arsitektur dari Ayodhya, yang merupakan ibukota Rama. Arsitektur dari Ayodhya telah digambarkan sebagai yang mencerminkan gunung Himalaya. Dalam filosofi Hindu, geometri terlihat ada di mana-mana dalam penciptaan: dari struktur maupun segala sesuatu dari molekul ke galaksi. Karena itu, Geometry dilambangkan sebagai bahasa suci, biasanya tersembunyi di dalam Tuhan sendiri sebagai pendisain kerja alam dunia. Vedic kuno ilmu Vastu Shastra, yang konon kuno dari kode perencanaan kota dan arsitektur yang telah berpengaruh

sampai ke Cina melalui Buddhisme sebagai "Feng shui," dengan hukum-hukum alam geometris yang Universe (www.AboutAstro.com/vedic-astrology) Perbandingan ukuran dan urutan ruang dalam pola dasar perencanaan bangunan suci Sumber: Sumintardja: 1978. Dinamika Kebudayaan Vol. XI No. 2, 2009 81

Penerapan Vastu Sastra, terutama Vastu Vurusha Mandala dapat dilihat pada perenc anaan Tapak bangunan dan diikuti dengan Yantra dimana bentuk dasarnya segi tiga jika ditumpuk akan berwujud gunung. Sumber : (w ww.AboutAstro.com/vedic-astrology) SIMPULAN Peradaban Harappa Lembah Indus (sekitar 2500 SM), adalah peradaban sebelum Era Vedic. Teori arsitektur pada peradaban ini belum bisa dirumuskan, yang tersisa adalah sisa-sisa reruntuhan masa lalu yang menunjukkan tata kota yang sangat terencana dan maju, rancang bangun serta geometri arsitektur jelas dapat diamati pada sisa reruntuhan Harappa, namun sebagian besar masih merupakan teka-teki bagi para ilmuwan dimana kemajuan ilmu dan teknologi sangat tinggi (sulit dibayangkan) dibandingkan jamannya. Vastu Sastra adalah pengetahuan suci tentang arsitektur di India telah ada dalam tradisi lisan sejak sebelum Vedic Umurnya adalah 5000 tahun yang lalu ( 3000 SM), Vastu Sastra sangat erat hubungannya dengan Kosmologi dan energi kosmic, mitos dan Astrologi maupun Geometri. Bagian terpenting dari Vastu (Vaastu) Sastra adalah Vastu (Vaastu) Purusha Mandala, yang terbagi menjadi 81 Pitha disebut dengan Paramasaayika Phita. Pada Era Vedic pengaruh Hinduisme makin kuat, namunVastu Sastra merupakan Sastra yang lahir dari pengetahuan Hiduisme, yang sudah ada sejak 3000 SM. Pada Era Vedic inilah Vastu Sastra yang merupakan teori suci arsitektur India mulai benar-benar dipelajari dan diterapkan dalam rancang bangun, terutama untuk bangunan suci India. DAFTAR PUSTAKA Anandamurti, Sri Sri. 2006. Namah Sivaya Santaya. Surabaya : Paramita Antoniades, Anthony C. 1992. Poetics Of Architecture. New york : Van Nostrand Reinhold Capra, Fritjof. 2000. The Tao Of Physics. Yogyakarta: Jalasutra. Durmarcay, Jacques. 2007. Candi Sewu. Jakarta : KPG (Kepustakaan Pupuler Gramedia). Groslier, Bernard. 2007, Indocina Persilangan Kebudayaan. Jakarta : KPG (Kepustakaan Pupuler Gramedia). Yudoseputro, Wiyoso. 2008. Jejak-Jejak Tradisi Bahasa Rupa Indonesia Lama. Jakarta : YSVI.

Mangunwijaya,Y.B. 1988. Wastu Citra. Jakarta : PT Gramedia Prabhupada, Swami. 1989. Bhagawad-Gita . Hanuman Sakti :

Snyder &Catanese. 1979. Pengantar Arsitektur. Jakarta : Penerbit Erlangga Soeroso: 1988. Jantra dan Mandala dalam arsitektur Candi. Medan : Balai Arkeologi Santoso,Jo. 2008. Arsitektur-kota Jawa, kosmos, kultur dan kuasa. Jakarta : Centropolis. Sumintardja, Djauhari. 1978. Kompedium Sejarah Arsitektur. Bandung : Yayasan Penyelidikan Masalah Bangunan. Trisulowati dan Santoso. 2008. Pengaruh Religi Terhadap Perkembangan Arsitektur, India, Cina, dan Jepang.Yogyakarta : Graha Ilmu. Rujukan Internet : http://go.hrw.com/atlas/norm_map/india.gif http://www.harappa.com/har/moen0.html http://www.geocities.com/siyal/ http://www travelicumals.net http://www.gosai.com/chaitanya/saranagati/ html/nmj_articles/sacred_architecture/vastushastra. html http://www.vaidicvaastu.com/ http://www.AboutAstro.com/vedic-astrology 82 Dinamika Kebudayaan Vol. XI No. 2, 2009